Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayah yang telah dilimpahkan-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul "profesi pendidikan" ini dengan tepat waktu.

Penyusunan Makalah ini merupakan tugas terstruktur dalam pelaksanaan mata kuliah profesi

pendidikan sekaligus sebagai wahana pembelajaran bagi mahasiswa dalam mempelajari dan menambah

wawasan tentang kode etik guru indonesia.

Untuk semua hal yang terdapat di dalam makalah ini belumlah sempurna untuk sebagai bahan

pembelajaran yang sangat baik, sehingga kami sangat membutuhkan kritik dan saran dari Dosen pengajar

dan rekan-rekan mahasiswa sekalian.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan kepada semua pihak yang memberi saran

untuk memperbaiki isi makalah ini, saya ucapkan terima kasih.

Pontianak, .. oktober 2014

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................................... 3

A. Latar Belakang............................................................................................................................................ 3

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................................... 4

C. Tujuan........................................................................................................................................................... 4

D. Manfaat ......................................................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................................ 6

A. Pengertian Kode Etik Guru ........................................................................................................................ 6

B. Isi Kode Etik Guru ..................................................................................................................................... 6

C. Hakikat Kode Etik Guru............................................................................................................................. 7

D. Tujuan Kode Etik Guru ............................................................................................................................ 10

E. Fungsi Kode Etik Guru ............................................................................................................................. 12

F. Kode Etik Guru Indonesia ........................................................................................................................ 10

1. Bagian Satu ............................................................................................................................................. 14

2. Bagian Dua.............................................................................................................................................. 15

3. Bagian Tiga ............................................................................................................................................. 16

4. Bagian Empat ......................................................................................................................................... 27

5. Bagian Lima............................................................................................................................................ 29

6. Bagian Enam .............................................................................................. Error! Bookmark not defined.

BAB III PENUTUP.............................................................................................................................................. 31

A. Kesimpulan ................................................................................................................................................. 31

B. Saran ........................................................................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................................ 33

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhir-akhir ini pendidikan menjadi masalah yang ramai

dibicarakan. Berbicara mengenai pendidikan berarti berbicara tentang

profesi guru. Pada saat ini profesi guru merupakan salah satu profesi

yang banyak diminati oleh siswa dan siswi, hal tersebut karena guru

merupakan profesi yang dapat menentukan masa depan bangssa ini,

guru yang baik dan berkualitas dapat menjadikn bangsa ini menjadi

bangsa yang berkualitas juga, begitu pun sebaliknya, seorang guru yang

tidak berkualitas akan menjadikan bangsa ini menjadi bangsa tertinggal

dan bahkan bisa menjadi bangsa yang terjajah lagi, selain itu saat ini

profesi guru dijamin kesejahteraan hidupnya.oleh karena itu, orang-

orang berlomba-lomba untuk menjadi seorang guru. Namun, menjadi

seorang bukanlah hal yang mudah ada beberapa syarat yang harus

dipenuhi antara lain adalah syarat administrasi, teknis, psikis, dan fisik,

selain itu seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogik,

kepribadian social, dan professional.

Namun, kebanyakan orang-orang yang telah menjadi seorang

guru dalam menjalankan profesinya tersebut tidak jarang melakukuan

penyimpangan ataupun pelanggaran terhadap norma-norma menjadi

3
seorang guru, sehingga pemerintah menetapkan suatu aturan atau

norma-norma yang harus dipatuhi oleh para guru di Indonesia yang

dikenal dengan “kode etik guru”. Dengan adanya kode etik guru ini,

diharapkan para guru dapat menjalankan tugasnya dengan baik

sebagaimana telah ditetapkan dalam kode etik guru tersebut.

B. Rumusan Masalah

 Apakah pengertian kode etik guru?

 Apakah isi dari kode etik guru?

 Apakah hakikat kode etik guru terhadap guru di Indonesia?

 Apakah tujuan kode etik guru?

 Apakah fungsi kode etik terhadap guru di Indonesia?

C. Tujuan

 Untuk menjelaskan pengertian kode etik guru

 Untuk menjelaskan isi darikode etik guru

 Untuk menjelaskan hakikat kode etik guru terhadap guru di

Indonesia

 Untuk menjelaskan tujuan kode etik guru

 Untuk menjelaskan fungsi kode etik terhadap guru di Indonesia

4
D. Manfaat

 Dapat mengetahui pengertian kode etik guru

 Dapat mengetahui isi dar kode etik guru

 Dapat mengetahui hakikat kode etik guru terhadap guru di

Indonesia

 Dapat mengetahui tujuan kode etik guru

 Dapat mengetahui fungsi kode etik guru di indonesia

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kode Etik Guru

Kode etik dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda pedoman etis

dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan

pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berprilaku.

Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata

cara atau aturan yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi.

Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai professional suatu profesi yang

diterjemahkankedalam standart perilaku anggotanya. Nilai professional

paling utama adalah kegiatan untuk memberikan pengabdian kepada

masyarakat.

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok

kepegawaian. Pasal 28 menyatakan bahwa “pegawai negeri sipil

mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku perbuatan di

dalam dan di luar kedinasan”. Dalam penyelasan undang-undang tersebut

dinyatakan dengan adanya kode etik ini, pegawai negeri sipil sebagai

aparatur Negara, abdi Negara, abdi masyarakat mempunyai pedoman

sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan

dalam pergaulan hidup sehari-hari. Selanjutnya dalam kode etik pegawai

6
negeri sipil itu digariskan pula prinsip-prinsip pokok tentang pelaksanaan

tugas dan tanggung jawab pegawai negeri.

Dalam pidato pembukaan kongres PGRI XIII, Basuni sebagai ketua

umum PGRI menyatakan bahwa kode etik guru Indonesia merupakan

landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam

melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja sebagai guru (PGRI,

1973).

Dari uraian ini dapat di simpulkan, bahwa kode etik merupakan

pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan didalam melaksanakan

tugas dan dalam hidup sehari-hari.

Kode etik guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-

nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan

sistematik dalam suatu sistem yang utuh dan bulat.

B. Isi Kode Etik Guru

Adapun rumusan kode etik guru yang merupakan kerangka

pedoman guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya itu

sesuai dengan hasil kongres PGRI XIII, yang terdiri dari Sembilan item

berikut:

 Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk

membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila.

7
 Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan

kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.

 Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh

informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari

segala bentuk penyalahgunaan

 Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara

hubungan dengan orang tua murid dengan sebaik-baiknya bagi

kepentingan anak didik.

 Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat disekitar

sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan

pendidikan.

 Guru secara sendiri dan/atau bersama-sama berusaha

meningkatkan dan mengembangkan mutu profesinya.

 Guru menciptakan dan memelihara hubungan antarsesama guru

baik berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan

keseluruhan.

 Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan

meningkatkan mutu organisasi guru professional sebagai sarana

pengabdiannya.

 Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan

kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.

8
C. Hakikat Kode Etik Guru

Pada dasarnya guru adalah tenaga profesionaldi bidang

kependidikan yang memimiliki tugas mengajar, mendidik, dan

membimbing anak didik agar menjadi manusia yang berpribadi pancasila.

Dengan demikian, guru memiliki kedudukan yang sangat penting dan

tanggung jawab yang sangat penting dan tanggung jawab yang sangat

besar dalam menangani berhasil atau tidaknya program pendidikan.

Sehubungan dengan itu guru sebagai tenaga professional

memerlukan pedoman atau kode etik guru agar terhindar dari segala

bentuk penyimpangan. Kode etik menjadi pedoman baginya untuk tetap

professional . setiap guru yang memegang keprofesionalannya sebagai

pendidik akan selalu berpegang kepada kode etik guru. Sebab kode etik

guru ini sebagai salah satu cirri yang harus ada pada profesi itu sendiri.

Kode etik yang mendominasi setiap tingkah laku guru senantiasa

sangat di perlukan. Karena dengan itu penampilan guru akan terarah

dengan baik, bahkan akan terus bertambah baik ia akan terus menerus

memperhatikan dan mengembangkan profesi keguruannya. Kalau kode

etik yang merupakan pedoman atau pegangan itu tidak dihiraukan berarti

akan kehilangan pola umum sebagai guru.jadi postur kepribadian guru

akan dapat dilihat bagaimana pemanfaatan dan pelaksanaan dari kode etik

9
yang sudah disepakati bersama tersebut. Dalam hubungan ini jabatan guru

yang bentuk-bentuk professional selalu dituntut adanya kejujuran

professional. Sebab kalau tidak ia akan kehilangan pamornya sebagai guru

atau boleh dikatakan hidup diluar lingkup keguruan.

D. Tujuan Kode Etik Guru

Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi

adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu

sendiri. Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai

berikut:

Untuk menjunjung tinggi martabat profesi

Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari

pihak luar atau masyarakat, agar mereka jangan sampai memandang

rendah atau remeh terhadap profesi akan melarang. Oleh karenanya,

setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak-

tanduk atau kelakuan

anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap

dunia luar. Dari segi ini, kode etik juga sering kali disebut kode

kehormatan.

Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota

10
Yang dimaksud kesejahteraan disini meliputi kesejahteraan lahir

(atau material) maupun kesejahteraan batin (spiritual atau mental).

Dalam hal kesejahteraan lahir para anggota profesi, kode etik umumnya

memuat larangan-larangan kepada para anggotanya untuk melakukan

perbuatan-perbuatan yang merupakan kesejahteraan para anggotanya.

Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif minuman bagi honorium

anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya, sehingga siapa-siapa

yang mengadakan tariff dibawah minimum akan dianggap tercela dan

merugikan rekan-rekan seprofesi, kode etik umumnya member

petunjuk-petunjuk para anggotanya untuk melaksanakan profesinya.

Kode etik juga sering mengandung peraturan-peraturan yang

bertujuan membatasi tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur

bagi para anggota profesi dalam berinteraksi dengan sesama rekan

anggota profesi.

Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi

Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan

kegiatan pengabdian profesi, sehingga bagi anggota profesi dapat

dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian

dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu kode etik merumuskan

ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi dalam

melakukan tugasnya.

Untuk meningkatkan mutu profesi

11
Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi kode etik juga

memuat norma-norma dan anjuran agar para anggota profesi selalu

berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.

Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi

Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada

setiap anggota untuk secara aktif berpartisipasi dalam membina

organisasi profesi dan kegiatan yang dirancang organisasi profesi.

Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu

profesi menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat

profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota,

meningkatkan pengabdian anggota profesi, dan meningkatkan mutu

profesi dan mutu organisasi profesi.

E. Fungsi Kode Etik Guru

Pada dasrnya kode etik berfungsi sebagai perlindungan dan

pengembangan bagi profesi itu, dan sebagai pelindung bagi masyarakat

pengguna jasa pelayanan suatu profesi. Gibson and Mitchel (1995:449),

sebagai pedoman pelaksanaan tugas professional anggota suatu profesi

dalam meminta pertanggungjawaban jika anggota profesi bertindak di luar

kewajaran.

Secara umum, fungsi kode etik guru adalah sebagai berikut:

12
 Agar memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan

tugasnya. Sehingga terhindar dari penyimpangan profesi.

 Agar guru bertanggung jawab atas profesinya.

 Agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan

internal.

 Agarguru dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan.

 Agar profesi ini membantu memecahkan masalah dan

mengembangkan diri.

 Agar profesi terhindar dari campur tangan profesi lain dan

pemerintah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fungsi kode etik guru

Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap

guru warga PGRI dalam menunaikan tugas

pengabdiannya sebagai guru, baik didalam maupun diluar sekolah serta

dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

F. Kode Etik Guru Indonesia

Dalam melaksanakan tugas profesinya guru indonesia menyadari

sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia sebagai

pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah

13
dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai

pendidik putera-puteri bangsa.

Bagian Satu

Pengertian, tujuan, dan Fungsi

Pasal 1

(1) Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan

diterima oleh guru-guru Indonesia. Sebagai pedoman sikap dan

perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota

maasyarakat dan warga negara.

(2) Pedoman sikap dan perilaku sebagaimana yang dimaksud pada ayat

(1) pasal ini adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru

yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama

menunaikan tugas-tugas profesionalnya untuk mendidik,

mengajar,membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik, serta sikap pergaulan sehari-hari di dalam

dan luar sekolah.

Pasal 2

14
(1) Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku

bertujuan menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan

bermartabat yang dilindungi undang-undang.

(2) Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan

norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan

profesional guru dalam hubungannya dengan peserta didik,

orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi profesi,

dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial,

etika dan kemanusiaan.

Bagian Dua

Sumpah/Janji Guru Indonesia

Pasal 3

(1) Setiap guru mengucapkan sumpah/janji guru Indonesia sebagai wujud

pemahaman, penerimaan, penghormatan, dan kesediaan untuk

mematuhi nilai-nilai moral yang termuat di dalam Kode Etik Guru

Indonesia sebagai pedoman bersikap dan berperilaku, baik di sekolah

maupun di lingkungan masyarakat.

15
(2) Sumpah/janji guru Indonesia diucapkan di hadapan pengurus

organisasi profesi guru dan pejabat yang berwenang di wilayah kerja

masing-masing.

(3) Setiap pengambilan sumpah/janji guru Indonesia dihadiri oleh

penyelenggara satuan pendidikan.

Pasal 4

(1) Naskah sumpah/janji guru Indonesia dilampirkan sebagai bagian yang

tidak terpisahkan dari Kode Etik Guru Indonesia.

(2) Pengambilan sumpah/janji guru Indonesia dapat dilaksanakan secara

perorangan atau kelompok sebelumnya melaksanakan tugas.

Bagian Tiga

Nilai-nilai Dasar dan Nilai-nilai Operasional

Pasal 5

Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari :

(1) Nilai-nilai agama dan Pancasila

(2) Nilai-nilai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

16
(3) Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi

perkembangan kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial,

dan spiritual,

Pasal 6

(1) Hubungan Guru dengan Peserta Didik:

a. Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tuga

didik, mengajar, membimbing, mengarahkan,melatih,menilai,

dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.

b. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati

dan mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu,

warga sekolah, dan anggota masyarakat

c. Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki

karakteristik secara individual dan masing-masingnya berhak

atas layanan pembelajaran.

d. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan

menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan.

17
e. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-

menerus berusaha menciptakan, memelihara, dan

mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan sebagai

lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik.

f. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi

rasa kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan

fisik yang di luar batas kaidah pendidikan.

g. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap

gangguan yang dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi

peserta didik.

h. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya

untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan

keseluruhan kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk

berkarya.

i. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-

kali merendahkan martabat peserta didiknya.

j. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya

secara adil.

k. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi

kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.

18
l. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan

penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta

didiknya.

m. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi

peserta didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses

belajar, menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.

n. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi serta didiknya untuk

alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan

pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.

o. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan

profesionallnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang

melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama.

p. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan

profesional dengan peserta didiknya untuk memperoleh

keuntungan-keuntungan pribadi.

(2) Hubungan Guru dengan Orangtua/wali Siswa :

1. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan

efisien dengan Orangtua/Wali siswa dalam melaksannakan

proses pedidikan.

19
2. Guru mrmberikan informasi kepada Orangtua/wali secara jujur

dan objektif mengenai perkembangan peserta didik.

3. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang

lain yang bukan orangtua/walinya.

4. Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan

berpatisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas

pendidikan.

5. Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa

mengenai kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses

kependidikan pada umumnya.

6. Guru menjunjunng tinggi hak orangtua/wali siswa untuk

berkonsultasin dengannya berkaitan dengan kesejahteraan

kemajuan, dan cita-cita anak atau anak-anak akan pendidikan.

7. Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional

dengan orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungna-

keuntungan pribadi.

(3) Hubungan Guru dengan Masyarakat :

20
1.Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif

dan efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan

mengembangkan pendidikan.

2.Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam

mengembnagkan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan

pembelajaran.

3.Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam

masyarakat

4.Guru berkerjasama secara arif dengan masyarakat untuk

meningkatkan prestise dan martabat profesinya.

5.Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama

dengan masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan

meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya

6.Guru memberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi

nilai-nilai agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam

berhubungan dengan masyarakat.

7.Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta

didiknya kepada masyarakat.

8.Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam

kehidupam masyarakat.

(4) Hubungan Guru dengan seklolah

21
1.Guru memelihara dan eningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi

sekolah.

2.Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif

dalam melaksanakan proses pendidikan.

3.Guru menciptakan melaksanakan proses yang kondusif.

4.Guru menciptakan suasana kekeluargaan di dalam dan luar

sekolah.

5.Guru menghormati rekan sejawat.

6.Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat

7.Guru menjunung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan

kesejawatan dengan standar dan kearifan profesional.

8.Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan

juniornya untuk tumbuh secara profsional dan memilih jenis

pelatihan yang relevan dengan tuntutan profesionalitasnya.

9.Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk

mengekspresikan pendapat-pendapat profesionalberkaitan

dengan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran

10. Guru membasiskan diri pada nilai-nilai agama, moral, dan

kemanusiaan dalam setiap tindakan profesional dengan sejawat.

11. Guru memliki beban moral untuk bersama-sama dengan

sejawat meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam

22
menjalankan tugas-tugas profesional pendidikan dan

pembelajaran.

12. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang

menyimpang dari kaidah-kaidah agama, moral, kemanusiaan,

dan martabat profesionalnya.

13. Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyaan keliru

berkaitan dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon

sejawat.

14. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan

pendapat yang akan merendahkan martabat pribadi dan

profesional sejawatnya

15. Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional

sejawatnya atas dasar pendapat siswa atau masyarakat yang

tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarnya.

16. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali

untuk pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilegalkan secara

hukum.

17. Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang

langsung atau tidak langsung akan memunculkan konflik

dengan sejawat.

(5) Hubungan Guru dengan Profesi :

1.Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi

23
2.Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu

pendidikan dan bidang studi yang diajarkan

3.Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.

4.Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi

dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya dan

bertanggungjawab atas konsekuensiinya.

5.Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk

tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam

tindkan-tindakan profesional lainnya.

6.Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan

pendapat yang akan merendahkan martabat profesionalnya.

7.Guru tidak boleh menerima janji, pemberian dan pujian yang

dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan

proesionalnya

8.Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud

menghindari tugas-tugas dan tanggungjawab yang muncul

akibat kebijakan baru di bidang pendidikan dan pembelajaran.

(6) Hubungan guru dengan Organisasi Profesinya :

24
a. Guru menjadi anggota aorganisasi profesi guru dan berperan

serta secara aktif dalam melaksanakan program-program

organisasi bagi kepentingan kependidikan.

b. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru

yang memberikan manfaat bagi kepentingan kependidikan

c. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar

menjadi pusat informasi dan komunikasi pendidikan untuk

kepentingan guru dan masyarakat.

d. Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi

dalam menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan

bertanggungjawab atas konsekuensinya.

e. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu

bentuk tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam

tindakan-tindakan profesional lainnya.

f. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan

pendapat yang dapat merendahkan martabat dan eksistensis

organisasi profesinya.

25
g. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu

untuk memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi

profesinya.

h. Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai

organisasi profesi tanpa alasan yang dapat

dipertanggungjawabkan.

(7) Hubungan Guru dengan Pemerintah :

a) Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program

pembangunan bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan

dalam UUD 1945, UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen, dan ketentuan

Perundang-Undang lainnya.

b) Guru membantu Program pemerintah untuk mencerdaskan

kehidupan berbudaya.

c) Guru berusaha menciptakan, memeliharadan meningkatkan rasa

persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara berdasarkan pancasila dan UUD1945.

d) Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh

pemerintah atau satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan

dan pembelajaran.

26
e) Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan

yang berakibat pada kerugian negara.

Bagian Empat

Pelaksanaan , Pelanggaran, dan sanksi

Pasal 7

(1) Guru dan organisasi profesi guru bertanggung jawab atas pelaksanaan

Kode Etik Guru Indonesia.

(2) Guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik

Guru Indonesia kepada rekan sejawat Penyelenggara pendidikan,

masyarakat dan pemerintah.

Pasal 8

(1) Pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan atau tidak

melaksanakan Kode Etik Guru Indonesia dan ketentuan perundangan

yang berlaku yang berkaitan dengan protes guru.

27
(2) Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenakan sanksi

sesuai dengan ketentuan peraturan

yang berlaku.

(3) Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran ringan sedang dan berat.

Pasal 9

(1) Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan

pelanggaran terhadap Kode Etik Guru Indonesia merupakan

wewenang Dewan Kehormatan Guru Indonesia.

(2) Pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus objektif

(3) Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi

guru.

(4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan upaya

pembinaan kepada guru yang melakukan pelanggaran dan untuk

menjaga harkat dan martabat profesi guru.

28
(5) Siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik Guru

Indonesia wajib melapor kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia,

organisasi profesi guru, atau pejabat yang berwenang.

(6) Setiap pelanggaran dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau

tanpa bantuan organisasi profesi guru dan/atau penasehat hukum

sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan dihadapan Dewan

Kehormatan Guru Indonesia.

Bagian Lima

Ketentuan Tambahan

Pasal 10

Tenaga kerja asing yang dipekerjakan sebagai guru pada satuan

pendidikan di Indonesia wajib mematuhi Kode Etik Guru Indonesia dan

peraturan perundang-undangan.

Penutup

Pasal 11

(1) Setiap guru secara sungguh-sungguh menghayati,mengamalkan serta

menjunjung tinggi Kode Etik Guru Indonesia.

29
(2) Guru yang belum menjadi anggota organisasi profesi guru harus

memilih organisasi profesi guru yang pembentukannya sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Dewan Kehormatan Guru Indonesia menetapkan sanksi kepada guru

yang telah secara nyata melanggar Kode Etik Guru Indonesia.

SUPLEMEN

Semua pelanggaran guru yang berhubungan dengan profesi guru

(di/dalam kelas, lingkungan sekolah, yang masih ada hubungan

dengan/berkaitan dengan hubungan guru-murid – murid-guru, proses

berlajar-mengajar, serta hal-hal yang bisa dikategorikan

sebagaihubungan guru-nurid – murid-guru), maka harus dilaporkan ke

ke/pada Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI)

Perselisihan antara masyarakat dengan guru terkait profesi guru,

maka harus dilaporkan ke ke/pada Dewan Kehormatan Guru Indonesia

(DKGI).

Jika kesalahan/pelanggaran yang dilakukan guru tak

berhubungan dengan profesi guru, misalnya narkoba, pembunuhan,

hingga teroris, atau pelanggaran hukum lainnya, maka polisi langsung

memproses tanpa melewati DKGI; DKGI kabupaten – kota.

30
Selanjutnya, DKGI menjalankan proses penegakan kode etik

hingga tahap persidangan; hasil dari persidangan, bisa berujung

pemberian sanksi, sanksi administrasi, kepegawaian, hukum pidana;

masing-masing sanksi (kategori ringan, sedang, berat), ditetapkan

berdasar keputusan DKGI. Jika putusan sidang di Dewan Kehormatan

Guru Indonesia (DKGI ) menjatuhkan vonis atau pun sanksi, yang

nyata-nyata melanggar hukum (yang berlaku di NKRI), maka

diserahkan ke pihak kepolisian; guru juga memiliki hak banding atas

putusan tersebut.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah tersebut adalah:

31
1. Bahwa kode etik guru merupakan aturan tata susila

keguruan. Aturan-aturan tentang keguruan (yang

menyangkut pekerjaan-pekerjaan guru) melibatkan dari segi

usaha.

2. Aturan yang yerdapat dalam kode etik guru dirumuskan oleh

PGRI dan para guru di Indonesia.

3. Kode etik sangatlah penting bagi para guru di Indonesia

karena dengan kode etik penampilan guru akan terarah

dengan baik. Dan akan terus menerus memperhatikan dan

mengembangkan profesi keguruan.

4. Tujuan kode etik guru antara lain adalah menjunjung tinggi

martabat profess, menjaga dan memelihara kesejahteraan

para anggotanya, meningkatkan mutu profesi dan

meningkatkan mutu organisasi profesi.

5. Fungsi kode etik guru antara lain adalah agar guru memiliki

pedoman dan arah yang jelas dalam menjalankan tugasnya,

bertanggungjawab atas profesinya, terhindar dari perpecahan

dan pertentangan internal, meningkatkan kualitas dan

kuantitas pelayanan, membantu memecahkan masalah dan

mengembangkan diri dan terhindar dari campur tangan

profesi lain dan pemerintah.

32
B. Saran

Sebaiknya sebagai seorang guru yang professional harus

memiliki kode etik guru.

Dengan adanya kode etik guru, sebaiknya seorang guru tidak

melakukan tindakan-tindakan menyimpang dari kode etik guru.

Dalam melaksanakan profesi keguruannya, sebagai

seorang guru harus sesuai dengan kode etik guru yang telah

ditetapkan dan disepakati bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005

Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta :

DepartemenPendidikan Nasional.

Sardiman A.M.2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.

PT Raja Grapindo Persada: Jakarta.

Purwanto Ngalim.2005. Administrasi Dan Supervise

Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya Offset: Bandung

33

Anda mungkin juga menyukai