Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH HASIL OBSERVASI LAPANGAN

BIDANG OPERASIONAL KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA


PROYEK THAMRIN NINE DEVELOPMENT
PT. ACSET INDONUSA Tbk.

PENYUSUN KELOMPOK IV :

YUZAR FERRY

RIZKI ARIPANDI B

EKO BUDIYANTO

TAUFIK

PUSAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

JAKARTA 2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Gambaran Singkat Proyek Konstruksi 1
1.2. Standar Peraturan Perundang-Undangan K3 Konstruksi 2
1.3. Kebijakan Mutu K3L 2
1.4. Struktur Organisasi SHE dan P2K3 3
BAB II MAKSUD DAN TUJUAN
2.1. Maksud dan Tujuan Pelatihan 5
2.2. Maksud dan Tujuan Observasi Lapangan 5
2.3. Maksud dan Tujuan Seminar 5
BAB III PERMASALAHAN DI LAPANGAN
3.1. Kondisi Lapangan/Lingkungan Proyek 6
3.2. Permasalahan di Lapangan 6
3.3. Temuan Observasi 7
BAB IV ANALISA TEMUAN 8
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 10
5.2. Saran 10
BAB VI PENUTUP 11
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Bidang Operasional i
Kelompok II

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Gambaran Singkat Proyek Konstruksi


Jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko
kecelakaan kerja yang tinggi. Berbagai penyebab utama kecelakaan kerja pada
proyek konstruksi adalah hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik proyek
yang bersifat unik, lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka, pengaruh cuaca, waktu
pelaksanaan yang terbatas serta dinamis, menggunakan peralatan kerja beragam
(baik dari jenisnya, teknologi, kapasitas, hingga kondisinya) dan memiliki potensi
bahaya yang tinggi, sehingga menuntut ketahanan fisik yang tinggi, namun banyak
menggunakan tenaga kerja yang tidak terlatih.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau yang biasa disebut K3 merupakan salah
satu program pemerintah yang awalnya muncul dari keprihatinan akan banyaknya
kecelakaan yang terjadi di tempat kerja yang mengakibatkan penderitaan bagi
pekerja, keluarga pekerja maupun pemilik proyek, sehingga sejak tahun 1970
dikeluarkan peraturan perundang-undangan yaitu, Undang-undang Nomor 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja yang disahkan pada tanggal 12 Januari 1970 dan
tanggal tersebut dijadikan hari lahirnya K3. Khusus untuk pekerjaan konstruksi
pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi.
Pengendalian risiko merupakan bagian dari manajemen risiko yang dilakukan
berdasarkan penilaian bahaya dan risiko terhadap masing-masing item pekerjaan.
Dengan mempertimbangkan peralatan yang digunakan, jumlah orang yang terlibat
pada masing-masing item pekerjaan, akan dapat diprediksi peluang kejadian dan
tingkat keparahan dari risiko terjadi kecelakaan.
Kegiatan observasi lapangan ini merupakan salah satu bagian dari kegiatan
Calon Ahli K3 Konstruksi dalam mengobservasi potensi bahaya-bahaya di tempat
kerja. Proyek Thamrin Nine Development merupakan proyek pembangunan gedung
untuk apartemen, pusat perlanjaan maupun hiburan. Pada bangunan ini terdapat
podium dan tower dengan 6 lantai basement. Telah dibangun di area seluas tanah
5200 m2. Proyek tersebut berada di jalan M.H Thamrin Jakarta Pusat, 10210,
Indonesia. Biaya pembangunan proyek ini untuk pekerjaan pondasi sebesar ± Rp.
500.000.000.000,00. Proyek tamrin nine telah dimulai sejak Juni 2014 dan

Bidang Operasional
Kelompok II

direncanakan akan selesai pada tahun 2019. Owner dari proyek Thamrin Nine
Development ini ialah PT Gaya Wahan yang menyerahkannya kepada PT Wiratman
sebagai konsultan perencana sekaligus konsultan pengawas dan mempercayai PT
ACSET Indonusa sebagi kontraktor utama untuk mengerjaan proyek ini. Pada proyek
Thamrin Nine Development terdapat 3 pekerjaan pokok yaitu Bore Pile, Exavation
dan Diaphragm Wall. Terdapat konstruksi Ground Anchor pada pekerjaan Diafragma
Wall sebagai struktur tambahan untuk membantu melawan tekanan tanah lateral
pada saat pembangunan Basement berlangsung. Metode pelaksanaan pekerjaan
Ground Anchor sebagai perkuatan pada dinding penahan tanah (Diaphragm Wall)
meliputi kegiatan persiapan lapangan, pengeboran lubang, fabrikasi tendon,
pemasanga tendon, grouting dan stressing.

1.2. Standar Peraturan Perundang-Undangan K3 Konstruksi


1. Undang-Undang Dasar 1945, pasal 27 ayat (2) – Setiap Warga Negara berhak
mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 – Keselamatan Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1918)
3. Undang-Undang Tentang Jasa Konstruksi No. 2 Tahun 2017
4. Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012 (PP NO.50 tahun 2012); Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
5. Permen Perburuhan No.7 Tahun 1964
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 1/Men/1980 tentang K3
Konstruksi Bangunan
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04 Tahun 1995 tentang Perusahaan Jasa K3.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.03/MEN/1999 tentang Syarat-Syarat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift Untuk Pengangkutan Orang dan Barang.
9. SKB Menaker & Menteri PU No.174/Men/1986 dan No. 104/Kpts/1986 tentang
kegiatan Konstruksi terdiri dari 8 pasal, pedoman pelaksanaan tentang K3 di
tempat kegiatan konstruksi.

1.3. Kebijakan Mutu K3L


PT Acset Indonusa Tbk. berkomitmen menjadi kontraktor bangunan dengan
kinerja terbaik. Memenuhi kebutuhan dunia konstruksi bangunan yang handal,

Bidang Operasional
Kelompok II

senantiasa bekerja sesuai standar yang telah ditentukan, efisien dan aman yang
berbasis teknologi mutakhir didukung dengan sumber daya berkualitas dalam
lingkungan kerja yang aman dan berwawasan lingkungan serta selalu berusaha
melakukan perbaikan dan peningkatan berkesinambungan dengan :
1. Menerapkan semua ketentuan yang ada di dalam sistem manejem terpadu. ISO
9001: 2008, ISO 14001:2015 dan OHSAS
2. Mematuhi persyaratan Perundang undangan, prosedur, Inspeksi kerja dan
persyaratan lainnya yang berkaitan dengan mutu, lingkungan dan K3
3. Menetapkan wewenang dan tanggung jawab yang jelas pada seluruh staf dan
karyawan
4. Melakukan usaha pencegahan dan pengendalian pencemaran udara, B3 dan
kecelakaan kerja secara berkelanjutan.
5. Meningkatkan kompetensi SDM dalam hal pengembangan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi
6. Memberikan manfaat sosial, ekononomi kepada masyarakat sehingga tercipta
hubungan yang harmonis dengan stakehoder dan pihak pihak yang
berkepentingan.

1.4. Struktur Organisasi SHE dan P2K3


Berikut struktur organisasi SHE dan P2K3 PT Acset Indonusa Tbk.

Struktur Organisasi Safety Health Environment (SHE)


3

Bidang Operasional
Kelompok II

Struktur Organisasi P2K3

Bidang Operasional
Kelompok II

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

2.1. Maksud dan Tujuan Pelatihan


Pembinaan dan Sertifikasi Calon Ahli Muda K3 Konstruksi bertujuan:
1. Peserta memahami secara benar prinsip-prinsip K3 Konstruksi secara umum
2. Peserta mampu mengidentifikasi dan menganalisis bahaya dan mengambil
tindakan pencegahan serta tindak lanjut perbaikan di kegiatan konstruksi
3. Peserta mampu merancang dan menyusunan program-program penerapan K3
Konstruksi
4. Peserta mampu mensosialisasikan program-program K3 selama kegiatan
konstruksi
5. Peserta mampu menjalankan tugas-tugas sebagai Ahli Muda K3 Konstruksi
secara komprehensif dan dapat mengintegrasikan sistem pelaksanaan K3 dengan
sistem manajemen perusahaan yang ada.

2.2. Maksud dan Tujuan Observasi Lapangan


Tujuan kunjungan langsung ke lapangan oleh Calon Ahli Muda K3 Konstruksi
agar memahami dan dapat mengetahui cara mengidentifikasi potensi bahaya dan
mengumpulkan data/informasi di lapangan, serta dapat menulis makalah observasi
lapangan sehingga menjadi suatu laporan yang bermutu dan khusus untuk diri
sendiri dan berguna bagi orang lain yang membacanya.

Sebagai bahan Seminar dalam pelaksanaan “Pembinaan dan Sertifikasi Calon Ahli
Muda K3 Konstruksi” untuk membuka wawasan sejauh mana korelasi antara teori
dengan pelaksanaan di lapangan.

2.3. Maksud dan Tujuan Seminar


Melalui seminar ini diharapkan dapat menjadi membantu menyampaikan suatu
pendapat atau sesuatu yang baru kepada pendengarnya, dengan harapan penerima
informasi memperoleh sesuatu yang baru untuk dikembangtumbuhkan menjadi
sesuatu yang lebih luas lagi kepada yang lainnya.

Bidang Operasional
Kelompok II

BAB III
PERMASALAHAN DI LAPANGAN

3.1. Kondisi Lapangan / Lingkungan Proyek


Kondisi lapangan atau lingkungan pada Proyek Thamrin Nine pada saat
observasi, terdapat beberapa aktivitas yang sedang dilakukan, yaitu seperti:
1. Perakitan tulangan kolom
2. Perakitan Scaffolding
3. Alat angkat dan angkut (pengoperasian Tower Crane)
4. Pemotongan PC Bar dan wire
5. Pengelasan
3.2. Permasalahan di Lapangan
Beberapa permasalahan yang ditemukan selama observasi, yaitu seperti:
Permasalahan

1.Fasilitas kotak P3K dan isinya belum 2.Penggunaan APD pekerja belum lengkap
sesuai ketentuan dan sesuai dengan potensi bahaya serta
risiko yang ada (sarung tangan dan masker)

3.Jalur evakuasi sempit dan 4.Jalur evakuasi sempit dan terhalang


terhalang tiang scaffolding tiang scaffolding

Bidang Operasional
Kelompok II

3.3. Temuan Observasi


Berdasarkan hasil wawancara pada saat observasi lapangan pada Bidang
Operasional di Proyek Thamrin Nine, didapatkan temuan:
1. Apabila terjadi kecelakaan kerja perusahaan tidak dilaporkan kepada Kepala
Departemen Tenaga Kerja, sebagaimana yang telah diatur dalam Permenaker RI
Nomor PER.03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan Dan Pemeriksaan
Kecelakaan pasal 2 ayat (4) bahwa “Apabila terjadi kecelakaan perusahaan wajib
melaporkan secara tertulis kepada Kepala Departemen Tenaga Kerja maksimal 2
x 24 jam”.
2. Pemasangan dan jumlah Alat Pemadam Api Ringan (APAR) belum sesuai dengan
ketentuan, sebagaimana yang telah diatur dalam Permenaker Transmigrasi
Nomor PER.04/MEN/1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharan
Alat Pemadam Api Ringan, Pasal 4 ayat (3) bahwa “Tinggi pemberian tanda
pemasangan tersebut ayat (1) adalah 125 cm dari dasar lantai tepat diatas satu
atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan”, dan ayat (5) bahwa
“Penempatan tersebut ayat (1) antara alat pemadam api yang satu dengan lainnya
atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali
ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan Kerja”.

Bidang Operasional
Kelompok II

BAB IV
ANALISA TEMUAN

1.1. Analisa Temuan


1. Kotak P3K dan Isinya
Analisa yang dapat disimpulkan bahwa Fasilitas Kotak P3K yang dimiliki
proyek sudah ada namun belum sesuai dengan Permenaker Transmigrasi Nomor
PER.15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat
Kerja, pasal 2 ayat (1) “Meliputi ruang P3K, kotak P3K dan isi, alat evakuasi dan
alat transportasi, serta fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau
peralatan khusus di tempat kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat
khusus”. Pada kenyataannya, PT Acset Indonusa Tbk. hanya memiliki 1 Kotak
P3K seharusnya disiapkan dengan jumlah pekerja > 400 orang adalah 4 buah
kotak P3K tipe C yang berisi:

2. Alat Pelindung Diri


Analisa yang dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa pegawai tidak
menggunakan APD secara lengkap (sarung tangan dan masker), sesuai
Permenaker dan Transmigrasi Nomor PER.08/MEN/VII/2010, pasal 6 ayat (1)

Bidang Operasional
Kelompok II

bahwa “Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib
memakai atau menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko”.
3. Jalur Evakuasi
Jalur evakuasi sempit dan terhalang oleh benda kerja misalnya tiang
scaffolding, perlu dilakukan perbaikan sesuai PP. RI Nomor 36 Tahun 2005, Pasal
59 ayat (2) bahwa “Penyediaan sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu
keluar darurat, dan jalur evakuasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung, jumlah dan kondisi
pengguna bangunan gedung, serta jarak pencapaian ke tempat yang aman”.
4. Rambu dan Marka
Kurangnya rambu dan marka yang ada di area gedung, perlu dilakukan
Analisa dan penambahan rambu dan marka sesuai PP. RI RI Nomor 36 Tahun
2005, Pasal 60 ayat (2) bahwa “Rambu dan marka merupakan tanda-tanda yang
bersifat verbal, visual, atau tanda-tanda yang dapat dirasa atau diraba. Rambu
dan marka penanda bagi penyandang cacat antara lain berupa rambu arah dan
tujuan pada jalur pedestrian, rambu pada kamar mandi/wc umum, rambu pada
telepon umum, rambu parkir khusus, rambu huruf timbul/braille bagi penyandang
cacat dan lanjut usia. Marka adalah tanda yan dibuat/digambar/ditulis pada bidang
halaman/lantai/jalan” .

Bidang Operasional
Kelompok II

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Beberapa temuan dalam Bidang Operasional adalah kurang lengkapnya Isi
Fasilitas serta jumlah Kotak P3K, Alat Pelindung Diri, jalur evakuasi, Rambu dan
Marka di PT. Acset Indonusa Tbk., Perusahaan sudah paham akan sistem
manajemen K3 / OHSAS namun demikian, belum tercipta budaya kerja yang
persistent (persistence) sehingga ada value baru yang tercipta di organisasi ini yaitu
penggampangan “safety basic”. Beberapa dokumen tidak dapat ditunjukkan.

5.2 . Saran
Dari hasil observasi yang telah kami lakukan di PT Acset Indonusa Tbk., adalah
perusahaan yang telah memiliki program K3 yang sangat baik karena
memperhatikan proses kerja para karyawan di setiap tempat sehingga mengurangi
terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, namun perusahaan kurang
memperhatikan hal-hal yang kecil dalam keselamatan kerja, padahal hal yang sangat
kecil apabila dibiarkan maka akan menimbulkan kecelakaan yang fatal. Untuk itu ada
beberapa saran yang dapat kami sampaikan, yaitu:
1. Para pekerja sebaiknya mulai membiasakan diri untuk mematuhi aturan-aturan K3
demi keselamatan dan kesehatan kerja dirinya sendiri
2. Menindaklanjuti temuan-temuan yang ada di lapangan dan menerapkannya
sesuai dengan aturan yang berlaku
3. Tim K3 harus mengingatkan pekerja untuk selalu berhati-hati dalam bekerja baik
itu pada saat Toolbox Meeting atau Safety Talk
4. Penggunaan APD untuk pekerja agar disesuaikan dengan potensi bahaya
5. Jalur evakuasi dipastikan tidak terhalang benda apapun
6. Semangat K3 harus lebih ditingkatkan lagi supaya para pekerja lebih aman dan
nyaman.
7. Perusahaan harus lebih lagi mensosialisasikan program K3 untuk meningkatkan
dukungan pekerja terhadap program K3 yang nantinya juga meningkatkan
komitmen pekerja terhadap perusahaan.

10

Bidang Operasional
Kelompok II

BAB VI
PENUTUP
6.1. Penutup
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai hasil observasi Bidang
Operasional pada kegiatan Proyek Thamrin Nine. Mungkin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Kami banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
kami dan para pembaca.
Kami ucapkan terima kasih kepada para narasumber Bapak Zainal Bakti,
Bapak Daafi Armanda, dan Bpk. Windi Y. Hermawan yang telah memberikan ilmu
dan pengetahuannya mengenai Bidang keselamatan dan kesehatan kerja di bidang
konstruksi. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada PT Midiatama selaku
penyelenggara pelatihan dan sertifikasi Ahli Muda K3 Konstruksi.

11

Bidang Operasional
Kelompok II

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Bidang Operasional
Kelompok II

Bidang Operasional
Kelompok II

Bidang Operasional

Anda mungkin juga menyukai