BAB IV

PEMBAHASAN

1.1 Orientasi Bangunan

Orientasi bangunan harus sesuai dengan faktor-faktor lain, agar

memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya dari teknik pemanasan
dan penyejukan alami (James C. Snyder, Anthony J. Catanese, Introduction
to Architecture, alih bahasa Pengantar Arsitektur Ir. Hendro Sungkoyo,
1995).
Ruko yang berfungsi sebagai kantor ini di kelola oleh pribadi. Ruko
ini terletak di Jl.Kamal Outer Ring Road, Cengkareng, Jakarta Barat, DKI
Jakarta. Ruko ini terdiri dari 5 lantai yang aktif di gunakan untuk kegiatan
sehari-hari, bentuk masa yang kita ambil ini orientasi bagian depan nya
menghadap ke timur, sedangkan kanan, kiri dan belakang di himpir oleh
ruko-ruko yang lain.

9|Pa g e
 Orientasi bangunan menghadap timur

Menurut narasumber yang setiap hari menempati bangunan ini, 3 dari

5 orang yg kami wawancarai merasakan panas & silau dari pagi sampai
siang hari karena pantulan sinar matahari yang menerobos masuk melalui
kaca jendela bangunan fasade yang menghadap langsung ke arah terbitnya
matahari yaitu ke arah timur.

Orientasi bangunan seperti ini tidak terlalu baik karena sinar matahari
akan masuk secara terus menerus dari pagi hari hingga siang hari, efek dari
keadaan tersebut adalah suhu ruang yang menjadi semakin panas & silau
karena sinar matahari masuk ke dalam ruangan setiap hari melalui jendela
kaca yang terdapat di fasade depan bangunan.

Karena bangunan ini terletak di indonesia yang memiliki iklim yang

panas-lembab orientasi yang baik adalah dengan menghadapkan fasade
bangunan ke arah utara atau selatan dengan menempatkan bidang bagian
timur dan barat sekecil mungkin dan meminimalkan bukaan di arah sana,
karena dengan hal semacam itu dapat mengurangi radiasi dari pancaran
sinar matahari secara langsung serta memanfaatkan angin agar terjadi
pendinginan karena penguapan. Sebagai contoh kami membuatkan simulasi
dengan model 3D seperti gambar di bawah ini.

10 | P a g e
 Orientasi bangunan menghadap utara

1.2 Orientasi Bukaan

Bangunan rukan ini memiliki 4 jenis lantai yang

berbeda kapasitas orang yang menghuninya, pada
lantai 1 terdapat ruang meeting yang jarang di
gunakan jadi di lantai 1 bisa menampung orang hanya
9 orang, sementara di lantai 2 bisa menampung 7
orang, di lantai 3 hanya bisa menampung 12 orang, di
lantai 4 bisa menampung 16 orang, dan di lantai 5
bisa manampung 11 orang. Jadi setiap lantai memiliki
kebutuhan serta kualitas udara dan pencahayaan yang
berbeda-beda tetapi secara umum sistem penghawaan
dan pencahayaan alami memiliki kesamaan yaitu
ventilasi udara silang.

Pada ruang kantor lantai 3 terdapat ruang atasan, ruang kerja, dan
toilet. Ruangan atasan terdapat di area depan bangunan sementara ruang
kantor karyawan terletak setelah ruang atasan, untuk toilet terdapat di area
belakang samping tangga yang berhubungan langsung dengan void.

1.3 Bukaan

Dari lantai 1-5 Bangunan ini hanya memiliki bukaan pada sisi facad
bangunan saja, Tipe bukaanya pun hanya bertipe bukaan tunggal dan
berjenis jendela fixed, hal itu membuat pergantian udaranya sangat tidak

11 | P a g e
maksimal dan membuat suhu udara di dalam ruangan tidak nyaman. Faktor
lain yang membuat bukaan pada ruko ini hanya terdapat di area facade saja
karena, sisi kanan, kiri, depan dan belakangnya sudah berhimpitan dengan
dinding ruko lainnya, hal itulah yang memaksa bukaan hanya bisa dilakukan
di area facad saja.

Untuk mengatasi masalah seperti ini diperlukan variasi dalam

membuat bukaan agar sirkulasi pergantian udara dalam bangunan menjadi
lancar, salah satu caranya adalah mengubah tipe bukaan, dari yang mulanya
bukaan tunggal dirubah menjadi 2 bukaan pada dinding yang sama atau 2
bukaan dengan sayap, untuk lebih jelas bisa dilihat di gambar bawah ini,

Dengan memberikan bukaan pada kedua sisi ruangan maka akan

memberi peluang supaya udara dapat mengalir masuk dan keluar. Cara
tambahan lain agar pergantian udara bertambah maksimal maka bisa
menambahkan lubang ventilasi, lubang ventilasi disini akan berfungsi
mengeluarkan udara (outlet) sebaiknya diletakkan sedikit lebih tinggi (di
atas ketinggian aktivitas manusia) agar udara panas dapat dikeluarkan
dengan mudah tanpa tercampur lagi dengan udara segar yang masuk melalui
inlet. Ketinggian aktivitas manusia di dalam ruangan adalah lebih kurang
60-80 cm (aktivitas duduk) dan 100-150 cm (aktivitas berdiri).

Langkah selanjutnya bisa dengan mengganti jenis bukaan dari yang

semula meggunakan bukaan berjenis fixed, bisa dirubah menjadi jenis yang
lainnya seperti, Casement side-hung, Casanebt Top-hung, Casament
Bottom-hung, Horizontal Pivoted, atau Vertically Pivoted.

12 | P a g e
 Tipe jendela yang baik adalah yang mampu mengalirkan udara dengan
prosentase terbesar yaitu tipe casement side-hung dengan nilai prosentase
90%.

1.4 Pengujian dengan Virtual Reality

Bangunan ruko yang sudah mengalami perbaikan desain berdasarkan

hasil pembahasan bisa langsung di uji coba dengan simulasi berbasis virtual
rality, Virtuaal Reality atau VR ini membutuhkan model 3D dari ruko dan di
bentuk dengan se mirip mungkin dengan desain rancangan aslinya, pada
softwarenya dilakukan input data-data mengenai environmentnya seperti,
intensitas cahaya, orientasi matahari, dan situasi-situasi lainya yang terdapat
pada lingkungan eksisting, dengan menggunakan simulasi ini, perancang
dan calon pengguna bisa merasakan dan mendapatkan hasil gambaran yang
cukup akurat mengenai desain rancangan yang akan dibangun, apakah
desain sudah sesuai dengan target yang diinginkan atau belum tanpa harus
rancangan desain tersebut dibangun terlebih dahulu.

Kami mencoba meng input rancangan desain kemudian melakukan

simulasi terhadap rancangan tersebut dengan menggunakan VR. Gambar
bisa dilihat dibawah ini.

13 | P a g e
 Pada simulasi tersebut perancang dan calon pengguna bisa merasakan
kualitas pada ruang yang telah terdesain tersebut, yang bisa mereka rasakan
diantaranya seperti kualitas yang dihasilkan berdasarkan konfigurasi ruang,
kulaitas cahaya yang dihasilkan berdasarkan orientasi bangunan dan bukaan
dan kualitas-kualitas ruang yang lain.

14 | P a g e