Oleh:
1.2 Tujuan
Tujuan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui teknik pengendalian pencemaran debu dengan metode wet scrubber
dan perkembangan teknologi pengendalian pencemaran debu menggunakan
metode wet scrubber.
2. Mengetahui desain dan kinerja wet scrubber yang paling tepat dan efisien dalam
mengendalikan pencemaran debu.
3. Mengetahui model wet scrubber dalam mengendalikan pencemaran debu
4. Mengetahui beberapa hasil penelitian yang menggunakan teknologi wet
scrubber.
BAB II
PEMBAHASAN
Terdapat berbagai macam jenis wet scrubber dimana konfigurasi dan sistem
scrubbernya didesain untuk menyediakan kontak yang baik anatara liquid dan gas
kotor. Diantara contoh desain wet scrubber adalah venturi scrubber seperti pada
Gambar 2. dan tower scrubber seperti pada Gambar 3. Pada venturi scrubber,
mist eliminator biasanya berupa alat terpisah yang disebut cyclonic separator,
sedangkan pada tower scrubber mist eliminator dibangun diatas struktur alat
Gambar 2. Venturi Scrubber
(Sumber : Gerald, T. Joseph. Scrubber system operation review self
instructional manual, North Carolina State University)
Proses kerja dari wet scrubber adalah sebagai berikut. Hot flue gas mengalir
menuju saturator dimana gas didinginkan dan dilembabkan sebelum memasuki area
scrubbing. Kemudian, gas masuk menuju venturi scrubber dimana kurang lebih
setengah volume gas dibuang. Selanjutnaya gas mengalir menuju scrubber kedua,
packed bed absorber, dimana gas dan partikel yang tersisa dikumpulkan. Mist
eliminator mengangkat droplet scrubbing liquid (air) yang mungkin terbawa dalam
flue gas. Pompa sirkulasi memompa sebagian dari scrubbing liquid kembali ke
venturi scrubber dan disirkulasikan kembali, sedangkan sisanya dialirkan menuju
sistem treatment. Lalu scrubbing liquid yang telah ditreatment disirkulasikan
kembali menuju saturator dari packed bed absorber. Fan dan dutcwork
mengerakkan arus flue gas mengalir melalui sistem dan keluar menuju cerobong.
Sistem kerja dari wet scrubber adalah seperti pada Gambar 5.
Gambar 5. Sistem Wet Scrubber
(Sumber : Gerald, T. Joseph. Scrubber system operation review self
instructional manual, North Carolina State University)
a. b.
Gambar 6. Desain Wet Scrabber (a) Jenis Tray (b) Jenis Packed
Menurut Ali et al (2017), pengukuran aliran fluida dalam desain wet
scrubber dapat dilakukan dengan membangun Scale Scrubber Model (SSM)
.Desain outlet SSM (dengan ukuran kurang lebih satu per sembilan ukuran full
scale scrubber) yang dihubungkan dengan extraction fan (1,5 kW) dengan ducting
fleksibel dan rigid
Gambar 7. Sisi elevasi (a) dan tampilan rencana (b) dari desain wet
scrubber sentrifugal. Empat zona utama diidentifikasi: kerucut bawah (zona A),
gosokan scrubbing bawah (zona B), baling-baling penggosok atas (zona C) dan
dimister vabes atas (zona D).
Dimensi detail terlihat pada Gambar 8. Besarnya kecepatan aliran dihitung dari
kecepatan tangensial dan aksial. Sebuah reservoir air dipasang di tingkat bawah
dimana air dipompa ke dalam SSM melalui pipa saluran masuk yang berakhir di
atas kerucut pendistribusian air. Katup kontrol air dikalibrasi dengan mengukur
volume air yang memasuki SSM selama periode waktu yang tetap (Ali et al,2017).
dimana 𝛼 q adalah fraksi volume, 𝜌q adalah densitas dan 𝑣̅ q adalah kecepatan fase q.
Adapun persamaan momentum untuk aliran multifase adalah sebagai berikut.
dimana 𝜏̅q adalah tensor regangan tegangan untuk fase q, g adalah gravitasi
akselerasi dan 𝑅̅ pq adalah kekuatan interaksi antar fase. Persamaan untuk mass dan
momentum source untuk wall film modelling
di mana mf adalah aliran massa film dinding dan 𝑞̅ l adalah momentum film dinding,
𝛼s, 𝜌s dan 𝑣̅ s adalah fraksi volume fase sekunder, densitas dan kecepatan normal ke
dinding dan A adalah area permukaan dinding. Droplet breakup sering dikaitkan
dengan Weber number (We) yang tergantung pada rasio yang medisrupt gaya
inersia terhadap gaya tegangan permukaan yang stabil. Critical weber number
(Wec) menyatakan tidak akan terjadi droplet breakup lebih lanjut. Nilai Wec ini
tergantung pada Ohnesorge number (Oh) yang sebanding dengan rasio kekuatan
viskositas dalam tetesan terhadap kekuatan inersia dan tegangan permukaan.
Demikian pula untuk kasus water droplets, sphere diameter Ds harus kecil untuk
meningkatkan parameter intersepsi R, yang merupakan rasio antara diameter
partikel dp dan diameter sphere ds. Fraksi volume padatan αpacking harus tinggi. Nilai-
nilai parameter K dan γ tergantung pada nilai α packing (K
merupakan pengganti yang sama αw dengan α packing).
Dimana nilainya tergantung pada intensitas turbulen dari bidang aliran gas.
Kehadiran kekuatan aerodinamik yang tinggi dalam daerah injeksi menghasilkan
deformasi tetesan. Ekstensi dari deformasi ditandai oleh nilai Weber number.
Besarnya deformasi seperti pada Persamaan. (6), Area tetesan yang diproyeksikan
melalui persamaan momentum seperti pada persamaan. (7) (Moharana et al, 2017).
Partikel aerosol dianggap mengikuti koefisien gaya tarik bola tetesan yang
terdeformasi yang mengalami gaya seret yang lebih tinggi. Koreksi bentuk dicatat
dengan memasukkan koreksi time-resolved drag seperti Persamaan. (9), untuk
model tarik bola yang seperti pada Persamaan. (8) Dengan peningkatan angka
Weber (Moharana et al, 2017).
Model Untuk Pengaturan Solver (Moharana et al, 2017).
Viscous Model Model Turbulent RNG k-epsilon dengan standard
wall function.
Particle time step (s) 5x10-4
Breakup model dan Kelvin-Helmholtz dan Rayleigh-Taylor Model
parameter [B0-0.61, B1-17, Crt-0.3, Ctau-0.2, CL = 5]
Zona Batasan Jenis Kondisi Spesifikasi
Venturi inlet Velocity inlet 25-1257 m/s
Venturi Outlet Tekanan outlet Tekanan atmosfer
Orifices Injection 1: liquid Velocity: 25-12.5 m/s;
injection diameter:2-3.5 mm
Venturi inlet Injection 2: Quartz Median diameter: 1x10-06 m
(particulate) particles
3.1 Kesimpulan
1. Wet scrubber merupakan alat pengendalian pencemaran udara yang bekerja
dengan prinsip mengontakkan udara yang mengandung partikulat halus dengan
tetesan cairan.
2. Perkembangan teknologi wet scrubber semakin pesat ditandai dengan
banyaknya berbagai macam jenis scrubber, diantaranya Counter-Curent Spray,
Impingement Plate Scrubber, Self Induced Spray Tower, Cyclonic Spray Tower,
dan Ejector Ventury
3. Desain wet scrubber pada umumnya berdasarkan spesifikasi wet scrubber, yang
meliputi tinggi kolom, diameter kolom, jumlah tray teoritis, dan pemilihan jenis
packing pada perancangan kolom packed
4. Kinerja wet scrubber dapat diketahui oleh efisiensi pengumpulan yang
tergantung pada diameter partikel
5. Model perhitungan matematik wet scrubber dapat dihitung dengan persamaan
Navier – Stokes; Reynolds dengan model turbulensi RNG k - e untuk
mensimulasikan aliran udara yang mengalir secara kontinu.
6. Beberapa hasil penelitian menggunakan wet scrubber antara lain kontrol emisi
dari blast furnace, penggunaan kontrol proses berbasis mikrokontroler berupa
low cost particulate sensor pada operasional penggunaan air, dan beberapa
penelitian yang menghitung efisiensi alat.
3.2 Saran
Faktor utama pemilihan atau perancangan wet scrubber adalah sifat partikel
terdispersi yaitu ukuran partikel. Sehingga diperlukan penelitian mengenai desain
lebih lanjut sesuai sifat partikel agar dapat ditingkatkan efisiensi penggunaannya
DAFTAR PUSTAKA
Agustinus, L., Setyaningsih, F., A., Rismawan T., 2015. Rancang Bangun Prototype
Pendeteksi Kadar CO Sebagai Informasi Kualitas Udara Berbasis
Mikrokontroler Jurnal Coding Sistem Komputer Untan Vol. 03 (2) :44-53.
Ali, H., Plaza, F., Mann, A. 2017. Flow Visualization and Modelling of Scrubbing
Liquid Flow Patterns Inside A Centrifugal Wet Scrubber For Improved
Design. Chemical Engineering Science 173: 98–109
Arya, S., Sottile J., Rider, J., P., Colinet, JF., Novak, T., Wedding, C. 2018. Design
And Experimental Evaluation of A Flooded-Bed Dust Scrubber Integrated
Into A Longwall Shearer. Journal of Powder Technology 339:487-496
Bianchini, A., Pellegrini, M., Saccani, C. 2018. Theoritical Model and Preliminary
Design of An Innovative Wet Scrubber for The Separation of Fine
Particulate Matter Produced by Biomass Combustion in Small Size Boilers.
Journal of Biomass and Bioenergy 116: 60-71.
Budiman, W.N.R.A dan Boedisantoso, R. 2015. Perencanaan Emisi PM10 pada
Industri Peleburan Baja. Jurnal Teknik ITS Vol.04 (01). ISSN: 2337-3539
(2301-9271).
Byeong-Kyu Lee , B. Raj Mohan , Seung-Hyeok Byeon , Kyung-Soo Lim & Eun-
Pyo Hong (2013) Evaluating the performance of a turbulent wet scrubber
for scrubbing particulate matter, Journal of the Air & Waste Management
Association, 63:5, 499-506
Dwinanda, V., C., 2017. Design Of Wet Scrubber As H2s Content Reductor Unit
In Biogas Production At Pt Enero Mojokerto. Engineering Physics.
Department Faculty of Industrial Technology. Sepuluh Nopember Institute
of Technology. Surabaya.
Fatkhurrrahman, J., A., Sari, I.,R.,J. dan Zen, N., 2017. Low Cost Particulate Sensor
Sebagai Unit Kontrol untuk Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Air pada
Proses Wet Scrubber. Jurnal Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran
Industri Vol 8 (1):35-41
Fatkhurrahman, J. A. dan Juliasari, I. R. 2014. Venturi-Packed Scrubber Sebagai
Pengendali Cemaran Partikulat Pada Industri Pengecoran Logam Tungku
Induksi. Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research) Vol. 8 ( 2).
Hal. 91 – 100
Gerald T. Joseph, Scrubber System Operation Review Self-Instructional Manual,
North Carolina State University.
Haris, A. dan Karnaningroem N. 2011. Penurunan Debu Padi Menggunakan Wet
Crubber. Program Pasca Sarjana Teknik Lingkungan Jurusan Teknik
Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi.
Ismiyati, Marlita, D., dan Saidah D. 2014. Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas
Buang Kendaraan Bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik
Vol.01 (03) ISSN 2355-4721: 241-247.
Khairumizan, Panji. 2008, Studi Ekperimental Implementasi Venturi Scrubber
Pada Sistem Gasifikasi Batubara Literatur.Jakarta : FT UI
Kurniawan, A. 2017. Pengukuran Parameter Kualitas Udara (Co, No2, So2, O3 dan
Pm10) Di Bukit Kototabang Berbasis Ispu. Jurnal Teknosains Vol 7(1):1-
82
Moharana, A., Goel, P., Nayak A., K. 2017. Performance Estimation of A Venturi
Scrubber and Its Application To Self-Priming Operation In
Decontaminating Aerosol Particulates. Journal of Nuclear Engineering and
Design 320: 165–182
Rafidah dan Rahayu, A. 2016. Studi Kadar Debu Di Terminal Malengkeri Kota
Makassar. Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar. Vol 2(2): 79-
83
Suhartini, S dan Nurika, I. 2018.Teknologi Pengolahan Limbah Agroindustri. UB
Press. Malang