Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH

REKAYASA PENGELOLAAN LINGKUNGAN INDUSTRI

TEKNIK PENGENDALIAN PENCEMARAN PARTIKEL DEBU


MENGGUNAKAN METODE WET SCRUBBER

Oleh:

Sri Mursidah (F351190051)

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kualitas udara merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan.
Kualitas udara pada umumnya dinilai dari konsentrasi parameter pencemaran udara
yang terukur lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai Baku Mutu Udara Ambien
Nasional (Kurniawan, 2017). Untuk memperoleh kualitas udara yang berkualitas
baik perlu dilakukan pengendalian pencemaran udara. Menurut Agustinus et al
(2015) pencemaran udara adalah kondisi dimana kualitas udara menjadi rusak dan
terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak baik bagi kesehatan manusia. Salah satu
polutan udara yang dapat menyebabkan masalah kesehatan adalah partikel debu.
Debu merupakan partikel-partikel yang berukuran kecil yang dihasilkan oleh proses
mekanis sebagai hasil proses alami maupun mekanik. Debu juga merupakan satu
indikator yang dipergunakan untuk mengukur derajat pencemaran udara (Rafidah
dan Rahayu, 2016).
Pencemaran udara khususnya yang diakibatkan oleh partikel debu harus
dikendalikan agar efeknya tidak semakin membahayakan kehidupan. Gangguan
yang diakibatkan oleh pencemaran udara dalam hal ini partikel debu antara lain
dapat menyebabkan penyakit pernapasan kronis seperti bronchitis kronis, emfiesma
paru, asma bronchial dan bahkan kanker paru-paru (Ismiyati et al, 2014). Agar
proses pengendalian udara dapat bekerja secara efektif dalam meminimalisir
dampak yang ditimbuilkan maka dibutuhkan pemilihan metode yang tepat.
Pemilihan jenis metode pengendalian pencemaran udara harus didasarkan pada
ukuran partikel, efisiensi penyisihan yang diinginkan, waktu pembersihan dan
karakteristik partikel. Adapaun untuk partikel debu, jenis metode pengendalian
yang umumnya digunakan adalah alat pengumpul debu (dust collector) dengan
sistem pengumpul debu jenis basah (wet scrubber dust collector). Untuk
mengetahui lebih rinci tentang metode tersebut, pada penulisan ini akan dibahas
penjelasan detail alat yang mencakup prinsip kerja alat, desain alat dan model alat
pengendali pencemaran udara dengan sistem wet scrubber.

1.2 Tujuan
Tujuan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui teknik pengendalian pencemaran debu dengan metode wet scrubber
dan perkembangan teknologi pengendalian pencemaran debu menggunakan
metode wet scrubber.
2. Mengetahui desain dan kinerja wet scrubber yang paling tepat dan efisien dalam
mengendalikan pencemaran debu.
3. Mengetahui model wet scrubber dalam mengendalikan pencemaran debu
4. Mengetahui beberapa hasil penelitian yang menggunakan teknologi wet
scrubber.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Prinsip Dasar Wet Scrubber


Menurut Budiman dan Boedisantoso (2015), wet scrubber adalah alat
pengendalian pencemaran udara yang bekerja dengan prinsip mengontakkan udara
yang mengandung partikulat halus dengan tetesan cairan. Wet Scrubber
menggunakan gaya inersia partikulat dan droplet untuk mentransfer partikulat dari
aliran gas ke liquid. Mekanisme pengumpulan dari Wet Scrubber adalah inertial
impaction dan interception. Wet scrubber merupakan alat yang menggunakan
liquid atau cairan untuk membuang polutan. Prinsip kerja dari wet scrubber adalah
arus gas kotor dibawa menuju kontak dengan liquid dengan cara menyemprotkan,
mengalirkannya atau dengan metode kontak lainnya. Desain dari alat ini tergantung
pada kondisi proses industri dan sifat alami polutan udara yang bersangkutan. Wet
scrubber membuang partikel dengan cara menangkap partikel tersebut dalam
tetesan atau butiran liquid. Adapun butiran liquid yang masih terdapat dalam arus
gas pasca pencucian, selanjutnya harus dipisahkan dari gas bersih dengan
entrainment separator. Kemampuan alat ini terbatas hanya mampu menyisihkan
partikel lebih dari 1 mikron. Wet scrubber dapat dilihat seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Wet Scrubber

Terdapat berbagai macam jenis wet scrubber dimana konfigurasi dan sistem
scrubbernya didesain untuk menyediakan kontak yang baik anatara liquid dan gas
kotor. Diantara contoh desain wet scrubber adalah venturi scrubber seperti pada
Gambar 2. dan tower scrubber seperti pada Gambar 3. Pada venturi scrubber,
mist eliminator biasanya berupa alat terpisah yang disebut cyclonic separator,
sedangkan pada tower scrubber mist eliminator dibangun diatas struktur alat
Gambar 2. Venturi Scrubber
(Sumber : Gerald, T. Joseph. Scrubber system operation review self
instructional manual, North Carolina State University)

Gambar 3. Tower Scrubber


(Sumber : Gerald, T. Joseph. Scrubber system operation review self
instructional manual, North Carolina State University)

Beberapa contoh tipe wet scrubber antara lain Counter-Curent Spray,


Impingement Plate Scrubber, Self Induced Spray Tower, Cyclonic Spray Tower,
dan Ejector Ventury sebagaimana pada Gambar 4 (Suhartini dan Nurika, 2018).
Gambar 4. Contoh Tipe Desain Wet Scrubber. (a). Counter-Current
Spray (b) Impingement Plate Scrubber (c) Cyclonic Spray Tower

Dalam sistem wet scrubber secara umum terdiri dari komponen-komponen


sebagai berikut (Khairumizan, 2008).
a. Dutcwork dan sistem fan
b. Saturation chamber (pilihan)
c. Scrubbing vessel
d. Mist eliminator
e. Pumping (dan sistem recycle yang memungkinkan)
f. Treatment scrubbing liquid yang terpakai / sistem penggunaan kembali
g. Exhaust stack

Proses kerja dari wet scrubber adalah sebagai berikut. Hot flue gas mengalir
menuju saturator dimana gas didinginkan dan dilembabkan sebelum memasuki area
scrubbing. Kemudian, gas masuk menuju venturi scrubber dimana kurang lebih
setengah volume gas dibuang. Selanjutnaya gas mengalir menuju scrubber kedua,
packed bed absorber, dimana gas dan partikel yang tersisa dikumpulkan. Mist
eliminator mengangkat droplet scrubbing liquid (air) yang mungkin terbawa dalam
flue gas. Pompa sirkulasi memompa sebagian dari scrubbing liquid kembali ke
venturi scrubber dan disirkulasikan kembali, sedangkan sisanya dialirkan menuju
sistem treatment. Lalu scrubbing liquid yang telah ditreatment disirkulasikan
kembali menuju saturator dari packed bed absorber. Fan dan dutcwork
mengerakkan arus flue gas mengalir melalui sistem dan keluar menuju cerobong.
Sistem kerja dari wet scrubber adalah seperti pada Gambar 5.
Gambar 5. Sistem Wet Scrubber
(Sumber : Gerald, T. Joseph. Scrubber system operation review self
instructional manual, North Carolina State University)

2.2 Perkembangan Teknologi Wet Scrubber


Scrubber pada dasarnya merupakan salah satu teknologi yang dapat
digunakan untuk menghilangkan partikel dengan prinsip mengalirkan limbah gas
dan ditumbukkan dengan semburan cairan. Terdapat tiga mekanisme dalam proses
scrubbing, yaitu impaksi inersia, intersepsi langsung dan difusi Brownian,
sedangkan untuk proses pengumpulannya berdasarkan pada pengendapan
gravitasional. Pada kategori pertama, melalui penyemprotan maka akan terjadi
pengumpulan ketika partikel tertanam oleh impaksi di permukaan cairan scrubbing.
Pada kategori kedua, pengumpulan terjadi dimana zat partikel ditubrukan pada
permukaan yang basah. Kemudian pada kategori ketiga, pengumpulan terjadi ketika
zat partikel dalam gas diubah menjadi gelembung udara dalam cairan scrubbing
melalui mekanisme difusi Brownian, kemudia partikel dilepaskan melalui proses
kontak/tumbukan (Suhartini dan Nurika, 2018).
Salah satu perkembangan teknolgi wet scrubber adalah berkembanganya
desain aliran sentrifugal untuk wet scrubber untuk meningkatkan kinerja dan
efisiensi. Kemudian dikembangkan perangkat kontrol emisi yang dipindahkan dari
aliran fluida untuk pengukuran kecepatan dan tekanan dengan penggunaan
Computational Fluid Dynamics (CFD). CFD telah menjadi alat yang lebih banyak
digunakan untuk desain dan pemecahan masalah peralatan industri seperti
pengumpul debu. Pendekatan model Eulerian-Eulerian juga telah banyak
digunakan untuk mensimulasikan distribusi cairan pembersih di scrubbers (Ali et
al, 2017).
Perkembangan wet scrubber juga semakin pesat dengan banyaknya
berbagai macam jenis scrubber, yang paling sederhana adalah washing tower,
dimana flue gas kontak dengan semprotan cair yang diproduksi oleh nozel, dalam
arus counter current- co-current atau perpendicular. Washing tower memiliki
biaya daripada wet scrubber lainnya. Menara pencuci melakukan penangkapan
partikel dengan impaksi dan efisiensi penghilangan tipikal bisa 90% untuk partikel
lebih besar dari 5 μm. Kemudian berkembang jenis wet scrubber lainnya yaitu
Venturi scrubber. Dalam hal ini, air disuntikkan dengan tekanan tinggi dan
diatomisasi untuk meningkatkan kontak gas-cair. Efisiensi pengumpulan bervariasi
dari 70% hingga 99% untuk partikel yang lebih besar dari 1 μm. Selanjutnya
terdapat tray tower scrubber yang mengandung beberapa pelat berlubang dengan
bentuk geometris yang berbeda untuk memberikan lebih banyak kontak gas-cair.
tray tower scrubber memiliki tingkat efisiensi tinggi (lebih besar dari 97%) untuk
partikel dengan diameter lebih besar dari 5 μm. Lalu terdapat Packed Scrubber
dengan packing terstruktur atau disusun secara acak, yang menyediakan permukaan
basah lebih besar untuk kontak gas-cair. Packing materials tersedia dalam berbagai
bentuk, masing-masing memiliki karakteristik khusus,seperti luas permukaan
spesifik, penurunan tekanan, berat, ketahanan korosi dan biaya. Perkembangan
selanjutnya adalah jenis Bubble-column wet scrubber yang memberikan alternatif
untuk pengumpulan nano partikel (Bianchini et al, 2018).

2.3 Desain Wet Scrubber


Perancangan desain wet scrubber meliputi perhitungan laju air minimum
berdasarkan spesifikasi wet scrubber. Spesifikasi wet scrubber yang dimaksud
adalah tinggi kolom, diameter kolom, jumlah tray teoritis, dan pemilihan jenis
packing pada perancangan kolom packed. Perancangan desain ini dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu perancangan wet scrubber jenis kolom tray dan jenis
packed seperti pada Gambar 6. Spesifikasi yang perlu diperhatikan dalam
perancangan desain adalah sebagai berikut (Dwinanda, 2017).
a. Laju air minimum. Penentuan laju air minimum berdasarkan teori korelasi
antara garis operasi dan garis ekulibrium absorpsi.
b. Jumlah tray teoritis. Proses absorpsi pada kolom tray dapat dipahami sebagai
absorpsi bertingkat, dimana terdapat tingkatan pada kolom yang ditunjukkan
sebagai tray teoritis. Absorpsi terjadi pada setiap tray, sehingga semakin
banyak tray maka absorpsi yang terjadi semakin besar.
c. Diameter kolom yang menentukan besarnya luas kontak
d. Tinggi kolom tray, merupakan hasil kali jumlah tray teoritis dengan jarak antar
tray.
e. Jenis packing, dimanajenis packed wet scrubber Jenis packing yang berbeda
juga mempunyai luas permukaan packing yang berbeda, dimana akan
mempengaruhi proses absorpsi yang berlangsung.

a. b.

Gambar 6. Desain Wet Scrabber (a) Jenis Tray (b) Jenis Packed
Menurut Ali et al (2017), pengukuran aliran fluida dalam desain wet
scrubber dapat dilakukan dengan membangun Scale Scrubber Model (SSM)
.Desain outlet SSM (dengan ukuran kurang lebih satu per sembilan ukuran full
scale scrubber) yang dihubungkan dengan extraction fan (1,5 kW) dengan ducting
fleksibel dan rigid

Gambar 7. Sisi elevasi (a) dan tampilan rencana (b) dari desain wet
scrubber sentrifugal. Empat zona utama diidentifikasi: kerucut bawah (zona A),
gosokan scrubbing bawah (zona B), baling-baling penggosok atas (zona C) dan
dimister vabes atas (zona D).
Dimensi detail terlihat pada Gambar 8. Besarnya kecepatan aliran dihitung dari
kecepatan tangensial dan aksial. Sebuah reservoir air dipasang di tingkat bawah
dimana air dipompa ke dalam SSM melalui pipa saluran masuk yang berakhir di
atas kerucut pendistribusian air. Katup kontrol air dikalibrasi dengan mengukur
volume air yang memasuki SSM selama periode waktu yang tetap (Ali et al,2017).

Gambar 7. Dimensi Scrubber


Model Eulerian Wall Film digunakan untuk mensimulasikan air yang bersentuhan
dengan permukaan scrubber. Persamaan aliran fluida menggunakan persamaan
kontinuitas untuk aliran fluida multifase (jika perpindahan massa antara fase
diabaikan) adalah sebagai berikut Ali et al,2017),

dimana 𝛼 q adalah fraksi volume, 𝜌q adalah densitas dan 𝑣̅ q adalah kecepatan fase q.
Adapun persamaan momentum untuk aliran multifase adalah sebagai berikut.

dimana 𝜏̅q adalah tensor regangan tegangan untuk fase q, g adalah gravitasi
akselerasi dan 𝑅̅ pq adalah kekuatan interaksi antar fase. Persamaan untuk mass dan
momentum source untuk wall film modelling
di mana mf adalah aliran massa film dinding dan 𝑞̅ l adalah momentum film dinding,
𝛼s, 𝜌s dan 𝑣̅ s adalah fraksi volume fase sekunder, densitas dan kecepatan normal ke
dinding dan A adalah area permukaan dinding. Droplet breakup sering dikaitkan
dengan Weber number (We) yang tergantung pada rasio yang medisrupt gaya
inersia terhadap gaya tegangan permukaan yang stabil. Critical weber number
(Wec) menyatakan tidak akan terjadi droplet breakup lebih lanjut. Nilai Wec ini
tergantung pada Ohnesorge number (Oh) yang sebanding dengan rasio kekuatan
viskositas dalam tetesan terhadap kekuatan inersia dan tegangan permukaan.

di mana 𝜌 adalah densitas fluida carrier, V adalah kecepatan relatif, d adalah


diameter tetesan, 𝜇 adalah viskositas cair dan 𝜎 adalah tegangan permukaan cair
Menurut Bianchini et al (2018), desain baru wet scrubber yang dirancang
untuk mengurangi konsumsi energi, tetapi tetap mempertahankan mencapai
efisiensi penghilangan PM (Particulate Matter) adalah dengan konfigurasi yang
terdiri dari sebuah tower dengan dua zona penangkapan PM yang berbeda. Pertama,
tetesan air, keluar dari atomizers, menginduksi satu atau lebih mekanisme
pengumpulan yang berkaitan dengan diameter PM. Kedua, penghilangan PM
dilakukan secara acak dalam polypropylene, yang ditutupi oleh wet film dari air,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8 . Preliminary design of the new configuration of wet scrubber.

Berdasarkan literatur konsolidasi relatif terhadap model matematika, untuk


evaluasi efisiensi penghilangan partikel dalam semprotan air, efisiensi
pengumpulan tetesan air karena intersepsi bisa dinyatakan seperti dalam persamaan
berikut.
Untuk meningkatkan efisiensi intersepsi ηint, parameter intersepsi R, fraksi volume
air αw dan rasio viskositas σ harus dioptimalkan. Untuk water droplets, parameter
intersepsi R didefinisikan sebagai rasio antara diameter partikel dp dan diameter
tetesan Dw, yang nilainya harus kecil. Fraksi volume air αw juga harus tinggi. Nilai
dari dua faktor hidrodinamik dan
bergantung langsung pada αw dan mewakili interferensi efek tetesan tetangga pada
aliran gas. Terakhir, rasio antara viskositas dinamis cairan (air) dan gas,
harus kecil. Parameter ini menganggap bahwa tetesan air bersifat fleksibel dan
memiliki bentuk yang berbeda tergantung pada viskositas. Dengan
mempertimbangkan persamaan model, efisiensi intersepsi bola tunggal
polypropylene ηR dapat dinyatakan seperti dalam persamaan berikut.

Demikian pula untuk kasus water droplets, sphere diameter Ds harus kecil untuk
meningkatkan parameter intersepsi R, yang merupakan rasio antara diameter
partikel dp dan diameter sphere ds. Fraksi volume padatan αpacking harus tinggi. Nilai-
nilai parameter K dan γ tergantung pada nilai α packing (K
merupakan pengganti yang sama αw dengan α packing).

2.4 Model Wet Scrubber


Perancangan model wet scrubber tergantung jenis scrubber yang digunkan.
Karena terdapat bebrapa jenis scrubber maka banyak juga model yang dapat
diusulkan. Salah satu jenis wet scrubber yang sering digunakan adalah venturi
scrubber. Model venturi scrubber mempunyai alliran gas dengan rmuatan partikel
yang berinteraksi dengan multi-jet liquid injection di bagian throat scrubber.
Aktivitas gaya geser pada permukaan jet menghasilkan entrainment dari tetesan
yang lebih kecil ke dalam domain gas, dimana nilainya tergantung pada kondisi
aliran yang berlaku di bagian throat venturi scrubber, tingkat deformasi tetesan,
tingkat breakup and coalescence yang terrealisasikan. Fase gasflow dimodelkan
melalui Eulerian framework sedangkan fase tetesan dan partikulat dimodelkan
dalam Lagrangian framework. Persamaan Navier – Stokes; Reynolds dengan
model turbulensi RNG k - e digunakan untuk mensimulasikan aliran udara yang
mengalir secara kontinu. Persamaan umum momentum, perhitungan volume yang
ditempati oleh fase terdispersi, diberikan oleh Persamaan. (1) . Karena fraksi
volume tetesan kurang dari10%, Persamaan. (2) mewakili bentuk yang
disederhanakan fase pembawa persamaan momentum (Moharana et al, 2017).
Fraksi volume didefinisikan sebagai rasio penjumlahan volume yang ditempati oleh
masing-masing parcel dengan volume computational cell. Dalam kondisi beban
cairan yang tinggi, fraksi volume dapat melebihi nilai batasan. Untuk kondisi
seperti itu, persamaan (2) mengoreksi sumber momentum dengan menghitung
volume fraksi tetesan yang ditempati dalam computational cell. Drag force
aerodinamis diasumsikan mendominasi aliran tetesan dan partikel aerosol dalam
scrubber dianggap sebagai satu-satunya kekuatan yang mengatur lintasan fase
terdispersi, seperti pada Persamaan. (5) (Moharana et al, 2017).

Dimana nilainya tergantung pada intensitas turbulen dari bidang aliran gas.
Kehadiran kekuatan aerodinamik yang tinggi dalam daerah injeksi menghasilkan
deformasi tetesan. Ekstensi dari deformasi ditandai oleh nilai Weber number.
Besarnya deformasi seperti pada Persamaan. (6), Area tetesan yang diproyeksikan
melalui persamaan momentum seperti pada persamaan. (7) (Moharana et al, 2017).

Partikel aerosol dianggap mengikuti koefisien gaya tarik bola tetesan yang
terdeformasi yang mengalami gaya seret yang lebih tinggi. Koreksi bentuk dicatat
dengan memasukkan koreksi time-resolved drag seperti Persamaan. (9), untuk
model tarik bola yang seperti pada Persamaan. (8) Dengan peningkatan angka
Weber (Moharana et al, 2017).
Model Untuk Pengaturan Solver (Moharana et al, 2017).
Viscous Model Model Turbulent RNG k-epsilon dengan standard
wall function.
Particle time step (s) 5x10-4
Breakup model dan Kelvin-Helmholtz dan Rayleigh-Taylor Model
parameter [B0-0.61, B1-17, Crt-0.3, Ctau-0.2, CL = 5]
Zona Batasan Jenis Kondisi Spesifikasi
Venturi inlet Velocity inlet 25-1257 m/s
Venturi Outlet Tekanan outlet Tekanan atmosfer
Orifices Injection 1: liquid Velocity: 25-12.5 m/s;
injection diameter:2-3.5 mm
Venturi inlet Injection 2: Quartz Median diameter: 1x10-06 m
(particulate) particles

Menurut Fatkhurrahman dan Juliasari (2014), perancangan model wet


scrubber dengan pengikatan partikel, disarankan menggunakan 2 tahap proses yaitu
sebagai berikut.
a. Primary Stage, menggunakan venturi scrubber, untuk mengabsorbsi gas – gas
emisi yang terbentuk dan mengeliminasi sebagian partikulat. Konstruksi venturi
scrubber secara umum dapat dijabarkan sebagai berikut; karakteristik dimensi
mempunyai pengecilan diameter lalu pembesaran kembali. Bagian yang
memiliki diameter terkecil disebut venturi throat, dengan adanya throat aliran
gas akan mengalami proses throating, sehingga akan terjadi tumpukan partikel
pada bagian tersebut. Aliran air yang mengalir melalui throat seperti
diperlihatkan pada Gambar 9.

Gambar 9. Venturi Scrubber


b. Secondary Stage, menggunakan packed bed, dimana bidang kontak
diperluas dengan adanya packing material sebagai area kontak antara
partikulat-gas dengan cairan, untuk menyempurnakan proses eliminasi
partikulat. Dengan adanya pengikatan lanjutan, partikulat cemaran yang
tidak lolos dengan venturi scrubber akan tereliminasi oleh packed scrubber.
(Fatkhurrahman dan Juliasari, 2014).

2.5 Kinerja Wet Scrubber


Parameter pengoperasian scrubber dapat dilihat dari analisis intersepsi
untuk mengidentifikasi parameter utama yang mempengaruhi efisiensi
pengumpulan PM yaitu diameter PM. Untuk water region, mengurangi ukuran
tetesan sangat meningkatkan nilai efisiensi intersepsi. Dengan menggunakan air
yang cocok untuk automizer,akan mampu menghasilkan tetesan dengan diameter
yang cukup kecil, dan dapat meningkatkan efisiensi intersepsi serta untuk partikel
sub-mikron. Pengurangan diameter sphere dapat meningkatkan intersepsi dan
efisiensi difusi. Pemilihan sphere dengan ukuran kecil, dapat meningkatkan
efisiensi pengumpulan dengan nilai yang lebih tinggi termasuk untuk partikel
dengan diameter aerodinamik kurang dari 0,2 μm. Secara khusus, persamaan terkait
dengan efisiensi pengumpulan oleh water droplets disesuaikan dengan teknik
washing tower dan venturi scrubber. Efisiensi pengumpulan keseluruhan dengan
memperhatikan faktor evaluasi dari mass loading m (dp) dapat dinyatakan seperti
dalam Persamaan berikut (Bianchini et al, 2018).

Kinerja wet scrubber untuk mengumpulkan partikulat berukuran kecil,


termasuk debu seringkali berhubungan langsung dengan input power scrubber.
Kemudian, entrainment separator yang didesain dan dioperasikan dengan baik
merupakan faktor penting untuk memperoleh efisiensi yang tinggi. Sebagai alat
pengendali partikel, wet scrubber dinilai performanya dan diperoleh beberpa
keunggulan dibandingkan alat-alat lain seperti fabric filter dan electrostatic
precipitator (ESP). Beberapa keunggulan wet scrubber antara lain:
a. Wet Scrubber mempunyai kemampuan untuk mengatasi temperatur dan
kelembaban tinggi.
b. Pada wet scrubber, flue gas didinginkan menghasilkan kebutuhan ukuran
peralatan yang lebih kecil secara keseluruhan.
c. Wet scrubber dapat membuang baik polutan gas maupun partikel padat,
d. Wet scrubber dapat menetralkan gas yang korosif.
Beberapa kelemahan wet scrubber adalah maslah korosi , kebutuhan akan mist
removal untuk menghasilkan efisensi tinggi dan kebutuhan akan treatment atau
penggunaan kembali liquid pencuci. Berikut adalah tabel yang menjelaskan
keunggulan dan kelemahan dari wet scrubber (Khairumizan, 2008).
Keunggulan Kelemahan
Kebutuhan tempat kecil, vessel Masalah pada korosi.
berupa fan dan duct yang mengarah Air dan polutan terlarut dapat
downstream lebih kecil daripada membentuk suatu senyawa asam
yang terdapat di alat lain, sehingga yang sangat korosif.
biaya lebih rendah
Tidak ada sumber pengotor lainnya Kebutuhan energi tinggi, karena
Apabila partikel sudah terkumpul, efisiensi pembuangan yang tinggi
partikel tidak dapat keluar selama untuk partikel padat hanya dapat
proses berjalan dicapai pada pressure drop yang
tinggi pula.
Dapat mengatasi gas dengan Masalah pembuangan air
temperatur dan kelembaban tinggi. Kemungkinan dibutuhkan penetral
limbah air bekas pencucian.
Minim akan terjadinya ledakan,
Kemampuan untuk mengumpulakn
kedua jenis pengotor gas dan partikel
padat.
Faktor utama yang memengaruhi kinerja dari wet scrubber adalah diameter
partikel. PM dengan diameter lebih besar dari 10 μm memiliki kelembaman besar
dan biasanya dikumpulkan dengan impaksi. Partikel dengan diameter sekitar 1- 0,1
μm didominasi oleh gaya hambat dan mengikuti aliran gas. Sebuah uji
eksperimental dirancang untuk pemisahan PM dengan efisiensi pengumpulan lebih
besar dari 99,9% dan konsumsi energi kurang dari 36 kJm (Bianchini et al, 2018).

2.6 Hasil Penelitian Menggunakan Wet Scrubber


Menurut Budiman dan Boedisantoso (2015), wet scrubber mampu
diaplikasikan sebagai teknologi alternatif untuk mengolah emisi dari blast furnace
PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk., Cilegon – Banten. Desain wet scrubber yang
digunakan adalah venturi yang dipasang secara seri. Efisiensi wet scruber yang
digunakan adalah sebesar 99% dengan material lolos untuk ukuran partikel di
bawah 5 μm adalah sebesar 0,122. Dengan pressure drop sebesar 10,406 inci kolom
air partikulat yang dihilangkan adalah sebesar 87,8%
Penelitian selanjutya dilakukan untuk memodifikasi mekanisme penyerapan
cemaran partikulat dengan menerapkan kontrol proses berbasis mikrokontroler
berupa low cost particulate sensor pada operasional penggunaan air sebagai air
penyerap karena pengoperasian pada umumnya tidak dilengkapi dengan unit
kontrol air proses, sehingga terjadi inefisiensi penggunaan air. Hasil uji coba
peralatan dengan perangkat kontrol menunjukkan terjadinya peningkatan efisiensi
penghematan air proses rata-rata sebesar 59,8% dan mampu mengurangi cemaran
ke badan lingkungan sebesar 32,3 Liter/jam. (Fatkhurrahman, 2017).
Penelitian lain dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji kemampuan wet
scrubber untuk menurunkan debu padi dimana faktor yang mempengaruhi
kinerjanya meliputi pengaruh bed, perbedaan tekanan, dan jumlah kolom. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa diameter diamaeter semakin kecil meningkatkan
efisiensi, semakin besar jumlah kolom dan tekanan yang digunakan akan
meningkatkan nilai efisiensi penurunan debu (Haris dan Karnaningroem, 2011).
Penurunan konsentrasi partikulat sebagai parameter pencemar dapat dilihat
pada saat kondisi sebelum dan sesudah alat venturi packed scrubber beroperasi,
untuk parameter partikulat inhalabel mengalami penurunan rata–rata sebesar
0,5745 mg/Nm3, sedangkan parameter partikulat respirabel mengalami penurunan
rata–rata sebesar 0,2357 mg/Nm3. (Fatkhurrahman dan Sari, 2014).
Studi lain menunjukkan bahwa perancangan scrubber debu terintegrasi bisa
secara efektif dalam mengurangi debu. Hasil tes menunjukkan penurunan
konsentrasi debu hingga 56% dengan desain alat tanpa splitter arm sprays dan
hingga 63% dengan splitter arm sprays. Kapasitas scrubber yang tinggi adalah
faktor yang paling signifikan untuk menghilangkan debu (Arya et al, 2018).
Wet scrubber turbulen yang dirancang untuk mengontakkan partikel (PM)
dari aliran gas limbah tungku batubara diperoleh efisiensi penghilangan partikel
yang cukup tinggi. Partikel yang lebih besar dari 1 μm dihilangkan dengan sangat
efisien, hampir 100%, tergantung pada laju aliran, konsentrasi aliran udara, dan
ketinggian air. Studi penurunan tekanan juga dilakukan untuk memperkirakan
energi yang dikonsumsi oleh scrubber. Penurunan tekanan maksimum 217 mm
H2O yang diamati dari liquid head 36 cm dan laju aliran gas 7 m3 / mnt (Byeong-
Kyu Lee et al, 2013).
Longwall Dust Gallery dan serangkaian percobaan dilakukan untuk
mengevaluasi kinerja scrubber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja
scrubber mencapai pengurangan sebesar 56% dari debu yang terhirup di saluran
pernapasan dan pengurangan sebesar 74% debu yang terhirup yang terpapar di
lingkungan. Meskipun tes ini dilakukan di bawah pengaruh lingkungan, hasilnya
menunjukkan bahwa desain scrubber serupa bisa sangat efektif untuk mencapai
pengurangan debu yang signifikan dalam sistem penambangan sistem longwall.
(Arya et al, 2018)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
1. Wet scrubber merupakan alat pengendalian pencemaran udara yang bekerja
dengan prinsip mengontakkan udara yang mengandung partikulat halus dengan
tetesan cairan.
2. Perkembangan teknologi wet scrubber semakin pesat ditandai dengan
banyaknya berbagai macam jenis scrubber, diantaranya Counter-Curent Spray,
Impingement Plate Scrubber, Self Induced Spray Tower, Cyclonic Spray Tower,
dan Ejector Ventury
3. Desain wet scrubber pada umumnya berdasarkan spesifikasi wet scrubber, yang
meliputi tinggi kolom, diameter kolom, jumlah tray teoritis, dan pemilihan jenis
packing pada perancangan kolom packed
4. Kinerja wet scrubber dapat diketahui oleh efisiensi pengumpulan yang
tergantung pada diameter partikel
5. Model perhitungan matematik wet scrubber dapat dihitung dengan persamaan
Navier – Stokes; Reynolds dengan model turbulensi RNG k - e untuk
mensimulasikan aliran udara yang mengalir secara kontinu.
6. Beberapa hasil penelitian menggunakan wet scrubber antara lain kontrol emisi
dari blast furnace, penggunaan kontrol proses berbasis mikrokontroler berupa
low cost particulate sensor pada operasional penggunaan air, dan beberapa
penelitian yang menghitung efisiensi alat.

3.2 Saran
Faktor utama pemilihan atau perancangan wet scrubber adalah sifat partikel
terdispersi yaitu ukuran partikel. Sehingga diperlukan penelitian mengenai desain
lebih lanjut sesuai sifat partikel agar dapat ditingkatkan efisiensi penggunaannya
DAFTAR PUSTAKA

Agustinus, L., Setyaningsih, F., A., Rismawan T., 2015. Rancang Bangun Prototype
Pendeteksi Kadar CO Sebagai Informasi Kualitas Udara Berbasis
Mikrokontroler Jurnal Coding Sistem Komputer Untan Vol. 03 (2) :44-53.
Ali, H., Plaza, F., Mann, A. 2017. Flow Visualization and Modelling of Scrubbing
Liquid Flow Patterns Inside A Centrifugal Wet Scrubber For Improved
Design. Chemical Engineering Science 173: 98–109
Arya, S., Sottile J., Rider, J., P., Colinet, JF., Novak, T., Wedding, C. 2018. Design
And Experimental Evaluation of A Flooded-Bed Dust Scrubber Integrated
Into A Longwall Shearer. Journal of Powder Technology 339:487-496
Bianchini, A., Pellegrini, M., Saccani, C. 2018. Theoritical Model and Preliminary
Design of An Innovative Wet Scrubber for The Separation of Fine
Particulate Matter Produced by Biomass Combustion in Small Size Boilers.
Journal of Biomass and Bioenergy 116: 60-71.
Budiman, W.N.R.A dan Boedisantoso, R. 2015. Perencanaan Emisi PM10 pada
Industri Peleburan Baja. Jurnal Teknik ITS Vol.04 (01). ISSN: 2337-3539
(2301-9271).
Byeong-Kyu Lee , B. Raj Mohan , Seung-Hyeok Byeon , Kyung-Soo Lim & Eun-
Pyo Hong (2013) Evaluating the performance of a turbulent wet scrubber
for scrubbing particulate matter, Journal of the Air & Waste Management
Association, 63:5, 499-506
Dwinanda, V., C., 2017. Design Of Wet Scrubber As H2s Content Reductor Unit
In Biogas Production At Pt Enero Mojokerto. Engineering Physics.
Department Faculty of Industrial Technology. Sepuluh Nopember Institute
of Technology. Surabaya.
Fatkhurrrahman, J., A., Sari, I.,R.,J. dan Zen, N., 2017. Low Cost Particulate Sensor
Sebagai Unit Kontrol untuk Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Air pada
Proses Wet Scrubber. Jurnal Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran
Industri Vol 8 (1):35-41
Fatkhurrahman, J. A. dan Juliasari, I. R. 2014. Venturi-Packed Scrubber Sebagai
Pengendali Cemaran Partikulat Pada Industri Pengecoran Logam Tungku
Induksi. Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research) Vol. 8 ( 2).
Hal. 91 – 100
Gerald T. Joseph, Scrubber System Operation Review Self-Instructional Manual,
North Carolina State University.
Haris, A. dan Karnaningroem N. 2011. Penurunan Debu Padi Menggunakan Wet
Crubber. Program Pasca Sarjana Teknik Lingkungan Jurusan Teknik
Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi.
Ismiyati, Marlita, D., dan Saidah D. 2014. Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas
Buang Kendaraan Bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik
Vol.01 (03) ISSN 2355-4721: 241-247.
Khairumizan, Panji. 2008, Studi Ekperimental Implementasi Venturi Scrubber
Pada Sistem Gasifikasi Batubara Literatur.Jakarta : FT UI
Kurniawan, A. 2017. Pengukuran Parameter Kualitas Udara (Co, No2, So2, O3 dan
Pm10) Di Bukit Kototabang Berbasis Ispu. Jurnal Teknosains Vol 7(1):1-
82
Moharana, A., Goel, P., Nayak A., K. 2017. Performance Estimation of A Venturi
Scrubber and Its Application To Self-Priming Operation In
Decontaminating Aerosol Particulates. Journal of Nuclear Engineering and
Design 320: 165–182
Rafidah dan Rahayu, A. 2016. Studi Kadar Debu Di Terminal Malengkeri Kota
Makassar. Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar. Vol 2(2): 79-
83
Suhartini, S dan Nurika, I. 2018.Teknologi Pengolahan Limbah Agroindustri. UB
Press. Malang

Anda mungkin juga menyukai