PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan berpikir merupakan bagian dari ranah kognitif, dimana
dalam hirarki Bloom terdiri dari tingkatan-tingkatan. Bloom mengkalisifikan ranah
kognitif ke dalam enam tingkatan: (1) pengetahuan (knowledge); (2) pemahaman
(comprehension); (3) penerapan (application); (4) mengalisis (analysis); (5)
mensintesakan (synthesis); dan (6) menilai (evaluation). Keenam tingkatan ini
merupakan rangkaian tingkatan berpikir manusia. Berdasarkan tingkatan tersebut, maka
dapat diketahui bahwa berpikir untuk mengetahui merupakan tingkatan berpikir yang
paling bawah (lower) sedangkan tingkatan berpikir paling tertinggi (higher) adalah
menilai.
Pengajaran keterampilan berfikir dilandasi dua filosofi. Pertama harus ada materi
atau pelajaran khusus tentang berfikir. Kedua, mengintegrasikan kegiatan berfikir ke
dalam setiap pembelajaran matematika. Dengan demikian, keterampilan berfikir
terutama berfikir tingkat tinggi harus dikembangkan dan menjadi bagian dari pelajaran
matematika sehari-hari. Dengan pendekatan ini, keterampilan berfikir dapat
dikembangkan dengan cara membantu siswa menjadi problemsolver yang lebih baik.
Untuk itu, guru harus menyediakan masalah (soal) yang memungkinkan siswa
menggunakan keterampilan berfikir tingkat tingginya.
Berpikir tingkat tinggi membutuhkan berbagai langkah-langkah pembelajaran dan
pengajaran yang berbeda dengan hanya sekedar mempelajari fakta dan konsep semata.
Dalam berpikir tingkat tinggi meliputi aktivitas pembelajaran terhadap keterampilan
dalam memutuskan hal-hal yang bersifat kompleks semisal berpikir kritis dan berpikir
dalam memecahkan masalah. Meski memang berpikir tingkat tinggi sulit untuk dipelajari
dan diajarkan, namun kegunaannya sudah tidak diragukan lagi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan HOTS (Higher Order Thingking Skill)?
2. Bagaimanakah karakteristik HOTS (Higher Order Thingking Skill)?
3. Bagaiamanakah HOTS (Higher Order Thingking Skill) dalam Taksonomi Bloom?
4. Bagaimakah soal HOTS (Higher Order Thingking Skill)?
5. Bagaimanakah pengembangan soal HOTS (Higher Order Thingking Skill)?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan HOTS (Higher Order Thingking Skill)
2. Untuk menjelaskan karakteristik HOTS (Higher Order Thingking Skill)
3. Untuk menjelaskan HOTS (Higher Order Thingking Skill) dalam Taksonomi
Bloom
4. Untuk menjelaskan soal HOTS (Higher Order Thingking Skill)
5. Untuk menjelaskan pengembangan soal HOTS (Higher Order Thingking Skill.
BAB II
PEMBAHASAN
Perbedaan taksonomi lama dengan yang baru terletak pada ranah sintesis,
dimana pada taksonomi yang direvisi ranah sintesis tidak ada lagi, tetapi
sebenarnya digabungkan dengan analisis. Tambahannya adalah mencipta yang
berasal dari Create. Urutan evaluasi posisinya menjadi yang kelima sedangkan
mencipta urutan keenam, sehingga ranah tertinggi adalah mencipta atau
mengkreasikan. Perbedaan yang kedua adalah pada proses kognitif paling rendah
yaitu pengetahuan atau knowledge diubah menjadi mengingat yang berasal dari
remember. Ada peningkatan dalam proses kognitif contohnya peserta didik tidak
dituntut untuk mengetahui suatu konsep saja tetapi harus sampai mengingat
konsep yang dipelajarinya.
Level berpikir yang sesuai HOTS dilihat dari ranah kognitif taksonomi Bloom
yang lama berada pada level analisis, sintesis dan evaluasi, berarti jika dilihat
pada taksonomi yang baru level ini sampai dengan mengkreasikan.
Untuk menguji keterampilan berpikir peserta didik, soal-soal untuk menilai
hasil belajar IPA dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik menjawab
soal melalui proses berpikir yang sesuai dengan kata kerja operasional dalam
taksonomi Bloom, baik pada soal kognitif, afektif maupun psikomotorik. Di
dalam pembelajaran IPA dinyatakan bahwa IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (BSNP, 2006), berarti
peserta didik harus selalu diajak untuk belajar IPA menggunakan proses berpikir
untuk menemukan konsep-konsep IPA.
Pada standar kompetensi mata pelajaran IPA dinyatakan pula bahwa
Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
sekitar. Berdasarkan hal itu, maka sebaiknya soal-soal IPA selain untuk menguji
daya ingat dan pemahaman dan penerapan harus juga dapat menguji peserta didik
sampai tingkat HOTS atau menguji proses analisis, sintesis dan evaluasi. Soal-
soal ini dapat dirancang dengan melihat kata kerja operasional yang sesuai
dengan masing-masing ranah kognitif. Misalnya untuk menguji ranah analisis
peserta didik pada pembelajaran IPA, guru dapat membuat soal dengan
menggunakan kata kerja operasional yang termasuk ranah analisis seperti
menganalisis, menditeksi, mengukur dan menominasikan. Ranah evaluasi
contohnya membandingkan, menilai, memprediksi, dan menafsirkan.
Simpulan
Devi, Kamalia Poppy. 2014. Pengembangan Soal “Higher Order Thingking Skill”
dalam Pembelajaran IPA SMP/MTs. Online : pdf
Rizal, Moh. Ahsan Shohifur. 2012. HOTS (High Order Think Skill) Pengembangan
Basis Pemikiran Komponen Pembelajaran. Online : Artikel Edukasi
Saputra, Adi. 2015. Pengembangan Butir Soal Hots (Higher Order Of Thinking Skill).
Online : http://adisaputrabtm.blogspot.co.id/2015/09/pengembangan-butir-soal-
hots-higher.html (diakses pada tanggal 17 Mei 2016)