Pada sektor air tanah, air merupakan kebutuhan utama semua makhluk hidup dimana
kebutuhan akan air terus bertambah seiring dengan bertambahnya. Air tanah sendiri
jumlah penduduk dan industri. Penggunaan air tanah sendiri cukup meningkat, hal ini
dapat dipahami karena beberapa keuntungan air tanah seperti kualitas air umumnya
baik, biaya investasi realatif rendah serta pemanfaatannya dapat dilakukan langsung
ditempat yang membutuhkan. Terjadinya peksploitasi dan penyedotan air tanah secara
terus menerus tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan dapat mengakibatkan
dampak negatif terhadap lingkungan itu sendiri maupun lingkungan sekitar misalnya
kurangnya cadangan air, degradasi permukaan air tanah, terjadinya intrusi air laut,
amblesan tanah (land subsidence) dan sebagainya. Oleh karena itu diperlukan
pengawasan berkelanjutan mengenai penggunaan air tanah khususnya oleh industri
termasuk perijinan penggunaan air tanah dimana aspek perijinan merupakan salah satu
upaya pengendalian penggunaan air tanah guna menghindari terjadinya kerusakan
kuantitas, kualitas dan lingkungan air tanah akibat penggunaan air tanah.
Selain hal-hal dijelaskan diatas, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah juga sedang
gencar-gencarnya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dalam rangka
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan Kalimantan Tengah, diharapakan selain
terpenuhinya kewajiban para pelaku usaha terkait dengan perijinan yang ada
diharapakan juga dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sebagai yang
diamanatkan dalam Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah No. 15 Tahun 2016 tentang
Optimalisasi Pendapatan Daerah
Kegiatan pengawasan ketenagalistrikan, migas dan air tanah ini dilaksanakan di 14
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah dengan untuk mengawasi dan
memberikan pemahaman kepada setiap pelaku/pengguna ketenagalistrikan, migas dan
air tanah di Kalimantan Tengah dalam rangka meningkatkan kepatuhan pengguna untuk
memenuhi segala kewajiban sesuai dengan aturan yang berlaku.
Jika belum ditindaklanjuti diberikan surat peringatan dan apabila masih belum ada
tindak lanjut dikenakan dapat dikenakan sanksi bersifat administratif seperti
pencabutan izin dan sanksi pidana oleh penegak hukum.
2.3. Pembagian peran dan tugas kerja pada pelaksanaan kegiatan dirumuskan.
a. Kepala Dinas (Eselon II) sebagai Kuasa Pengguna Anggaran dan penanggung
jawab tugas dan fungsi dinas
b. Kepala Bidang (Eselon III) sebagai Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)
c. Kepala Seksi (Eselon IV) sebagai Koordinator dan perencana pelaksanaan kegiatan
d. Pejabat Fungsional Tertentu sebagai tenaga teknis utama pelaksana kegiatan
e. Fungsional umum sebagai tenaga umum yang membantu terlaksananya kegiatan
pelanggaran UU
5 Masyarakat Sekunder + Penerima Manfaat
sekaligus mengawasi
Instansi Teknis
Penegak Hukum Lembaga/perusahaan
diluar pemerintah
(LATEN) (PROMOTOR)
(LATEN)
(APATHRTICS) (DEFENDERS)
(LATEN)
4. Menyusun tim
4.1. Tugas masing-masing anggota tim ditentukan.
a. Kepala Bidang mempunyai tugas untuk memberikan arahan dan bimbingan terkait
pelaksanaan teknis kegiatan
b. Kepala Seksi mempunyai tugas untuk merencanakan kegiatan program kerja per
tahun anggaran berdasarkan prioritas target sasaran yang akan dicapai sebagai
pedoman pelaksanaan kegiatan, menentukan nama dan jumlah personil dan waktu
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan, mengkoordinasikan dengan pihak
lain yang akan dilakukan pengawasan termasuk instansi teknis lainnya yang masih
akan kaitan tugas dan tanggung jawab serta tindak lanjut dari hasil kegiatan
tersebut..
c. Pejabat Fungsional Tertentu mempunyai tugas untuk melaksanakan kegiatan sesuai
dengan keahlian atau kompetensi teknis yang dilakukan serta dikaitkan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dimana hasilnya akan dituangkan
dalam berita.
ALGAVIEN TINUS, ST
DINAS ESDM PROV. KALTENG
(Fungsional Umum dgn (Kepala Seksi dgn masukan (Kepala Seksi dibantu
petunjuk dr Kasi) dr fungs. Tertentu) fungsional umum)
SPT Terbit
Jika belum ditindaklanjuti diberikan surat peringatan dan apabila masih belum ada
tindak lanjut dikenakan dapat dikenakan sanksi bersifat administratif seperti
pencabutan izin dan sanksi pidana oleh penegak hukum.