Anda di halaman 1dari 116

SKRIPS

IMPLEMENTASI E-PROCUREMENT DALAM PENGADAAN


BARANG DAN JASA PEMERINTAH DI BAGIAN LAYANAN
PENGADAAN BARANG DAN JASA (BLPBJ) SEKRETARIAT
DAERAH
KOTA MAKASSAR

Oleh:

AHMA

D
Nomor Induk Mahasiswa : 10561 05389 15

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI


NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR

2020
SKRIPS
I

1
SKRIPS
I

IMPLEMENTASI E-PROCUREMENT DALAM PENGADAAN


BARANG DAN JASA PEMERINTAH DI BAGIAN LAYANAN
PENGADAAN BARANG DAN JASA (BLPBJ) SEKRETARIAT
DAERAH
KOTA MAKASSAR

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan


Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun dan Diajukan

Oleh: AHMAD
Nomor Stambuk: 10561 05389 15

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
SKRIPS
I i
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN AKHIR

Judul Skripsi lmplementasi £-Procurement dalam pengadaan


barang dan jasa pemerintah di Bagian Layanan
Pengadaan Barang dan Jasa (BLPBJ ) Sekretariat
Daerah Kota Makassar
Nama Mahasiswa Ahmad
Nomor lnduk Mahasiwa 10561 05389
Program Studi 15
Ilmu Administrasi Negara

Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II

Abd Kadir Adys, S.H, M.H


- Nasrul Haq, S.Sos, MPA

Mengetahui :
,./"-......, Dekan Ketua Program Studi
_ -, I , I U I,•.
,/..,':1 > ' 1 - I < S.•.
!, , ,
'
_
/ t:f , \D:i'. ;
-. .c·. ' •· , . ·
. _,
• v.
...:; . .
.., .
.,. .
.·'Qr,) j..lhyani Malik, S.Sos, Nasrul Haq, S.Sos, MPA
M.Si NBM : 1067463
. . NBM : 730727
3
4
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Implementasi E-Procurement dalam Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah di Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa (BLPBJ)
Sekeretariat Daerah Kota Makassar”. Shalawat serta salam tercurahkan
kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatanya. Selanjutnya, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang
membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun
materil karena penulis meyadari tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit
rasanya bagi penulis untuk meneyelesaikan penulisan skripsi ini oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak Abd Kadir Adys, S.H., M.H selaku Pembimbing I dan Bapak
Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Pembimbing II yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Ibu Dr. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar
3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar
Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis
haturkan dengan rendah hati dan penuh rasa hormat kepada kedua orang tua
penulis yang tercinta, ayahanda Sidei dan ibunda tercinta Januari. Kepada
saudara kandung penulis Rahim, Rahman, Rahmatia, Herman, Dahlia, Mira dan
Muhammad Asbar dengan segala pengorbanan dan dukungan dalam bentuk
mengingatkan penulis agar menyelesaikan tugas akhir dengan tepat waktu.
Doa, restu dan nasihat dari mereka yang menjadi dorongan dan semangat penulis
untuk menyelesaikan Skripsi penelitian ini.
5
6
ABSTRAK

Ahmad, Abd Kadir Adys, Nasrul Haq. Implementasi E-Procurement


Dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah di Bagian Layanan
Pengadaan Barang dan Jasa (BLPBJ) Sekretariat Daerah Kota Makassar.
(dibimbing ole Abd Kadir Adys dan Nasrul Haq)

Penelitian ini bertujuan mengetahui implemetasi E-Procurement dalam


pengadaan barang dan jasa di Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa
Sekretariat Daerah Kota Makassar. Jenis penelitian yang digunakan yaitu
penelitian kualitatif. Teknik analisis data dengan menggunakan langkah
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, verifikasi data yang bersifat
kualitatif, untuk mengambil kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat lima indikator, (1) Sumber daya manusia BLPBJ Kota Makassar
menekan kesiapan kualitas karakter yang sifatnya continue; (2) Komunikasi
online memberikan aksesbilitas dan fleksibilitas; (3) Tujuan berjalan tidak
beriringan antara Tender dan Non-Tender adanya permainan DPRD Kota
Makassar; (4) Lingkungan mendukung LPSE Kota Makassar dari segi politik
dan ekonomi dan tidak masyarakat umum; (5) Kepatuhan implementor pada
kondisi penunjukan langsung kepada kontraktor titipan hal tersebut
mengsyaratkan bahwa kepatuhan implementor dalam menagani Pengadaan
Langsung (PL) belum maksimal.

Kata Kunci: Implementasi, E-Procurement, BLPBJ Kota


Makassar.

7
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ i
HALAMAN PENERIMAAN TIM.......................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN..............................................................................iii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iv
ABSTRAK.............................................................................................................vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xi

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
A. Latar Belakang………………………………………………………… .... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 8
D. Kegunaan Penelitian.................................................................................... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................10


A. Penelitian Terdahulu.......................................................................................10
B. Implementasi Kebijakan................................................................................11
C. Model Implementasi Kebijakan.....................................................................15
D. Konsep E-Procurement..................................................................................19
E. Kerangka Pikir...............................................................................................24
F. Fokus Penelitian.............................................................................................25
G. Deskripsi Fokus Penelitian............................................................................25

BAB III. METODE PENELITIAN ..................................................................28


A. Waktu dan Lokasi Penelitian.........................................................................28
B. Jenis dan Tipe Penelitian...............................................................................28
C. Sumber Data...................................................................................................29
D. Informan.........................................................................................................29
E. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................31
F. Teknik Analisis Data......................................................................................32

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................34


A. Hasil Penelitian..............................................................................................34
B. Pembahasan Penelitian..................................................................................66

8
BAB V. PENUTUP..............................................................................................73
A. Kesimpulan .....................................................................................................73
B. Saran ...............................................................................................................75

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................77


LAMPIRAN .........................................................................................................79

9
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 1. Informan Penelitian ................................................................................30

10
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 1. Kerangka Pikir……………… ............................................................24
Gambar 2. Model Analisis Intraktif ......................................................................32
Gambar 3. Langkah Menjadi Penyedia Barang dan Jasa Pemerintah ..................50
Gambar 4. Sertifikat Ahli Pengadaan Nasional………… ....................................54

11
1

BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang

Pemerintah Kota Makassar saat ini menyelenggarakan E-Procurement

atau pelelangan melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), sebagai

bentuk komitmen Pemerintah Kota Makassar terhadap kebijakan implementasi

Peraturan yang diberlakukan Peraturan Presiden Republik Indonesia No 16

Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Pemerintah Kota

Makassar telah membentuk Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa

(BLPBJ) Sekretariat Daerah Kota Makassar dengan Layanan Pengadaan

Secara Elektronik (LPSE) Kota Makassar. Tujuannya adalah untuk menghindari

terjadinya praktek korupsi, kolusi, serta nepotisme dalam tata proses

implememntasi kebijakan publik di Kota Makassar. selain itu diharapkan dapat

menjamin transparansi pada saat implementasi E-Procurement atau pelelangan

berlangsung tidak terjadi monopoli, intimidasi, dan premanisme dalam proses

pelelangan diharapkan dapat diminimalisir.

Pelaksaanan E-Procurement di Bagian Layanan Pengadaan Barang

dan Jasa Sekretariat Daerah Kota Makassar pada beberapa aspek, perlu untuk

dikaji secara khusus dikarenakan hal tersebut berkaitan dengan penggunaan

anggaran pemerintah dalam hal ini terkait dengan Oragnisasi Perangkat daerah

(OPD), perusahaan dan masyarakat sebagai salah satu kelompok sasaran

kebijakan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Penulis melihat apa

yang sudah tertera pada Standar Operasional Prosedur (SOP) Bagian

Layanan Pengadaan
2

Barang dan Jasa (BLPBJ) Sekretariat Daerah Kota Makassar, dalam

pelaksanannya proses pengadaan barang dan jasa pada kenyataannya masih

megalami kendala untuk menerapkan prisip pemilihan E-Procurement,

sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No 16 Tahun

2018 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.

Berdasar hasil observasi awal peneliti dan ringkasan bacaan dari

berbagai media, pelaksanaan layanan elektronik pengadaan barang dan jasa

masih ditemui pelayanan server yang kurang maksimal, sehingga pengguna jasa

terkendala pada password akun setiap pengguna yang sering mengalami error

dan tidak bisa log- in untuk melakukan transaksi maupun pemilihan barang jasa

konstruksi. Permasalahan yang terjadi selanjutnya adalah minimnya

pengetahuan pengguna jasa dalam menganalisis ketersedian kuota, serta

kurangnya sosialisasi dari pihak penyedia barang dan jasa sehingga banyak calon

user dan masyarakat umum yang meberikan komentar miring terkait layanan

pengadaan secara elektronik tersebut.

Munculnya aplikasi Pra-Tender didasari pada keinginan dari pihak Bagian

Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Sekretariat Daerah Kota Makassar

untuk membuat inovasi pada proses tender di layanan penagadaan barang dan

jasa Kota Makassar. Proses Pra-Tender berjalan dengan normal saja hingga pada

keluarnya surat edaran bernomor: 027/173/S.Edar/Bag.LP/VI/2019 tentang

Pelaksanaan Pemilihan Penyedian Barang dan Jasa dalam edaran tersebut

kepala organisasi perangkat daerah atau unit kerja di lingkup Pemkot Makassar

diminta agar melengkapi dokumen teknis atau perbaikan dokumen paket

pengadaan barang dan jasa ke BLPBJ dengan batas waktu hingga 28 Juni 2019.
3

Langkah ini ditempuh mengingat, masih banyaknya OPD yang belum

menyetor dokumen pelaksanaan tendernya, berbeda lagi dengan penyerapan

anggaran di triwulan kedua masih rendah. Seperti yang dikutip pada tulisan

Arsyad tahun 2019 di (www.SindoNews.com) menanggapi hal tersebut Fuad

menegaskan, pihaknya bahkan sudah menutup aplikasi Pra-Tender demikian tidak

lagi menerima dokumen tender jika lewat batas waktu itu. Berdasarkan data

yang dihimpun, hingga tanggal 28 Juni 2019 pukul 00.00 wita. Dokumen tender

yang masuk ke aplikasi pratender tercatat 526 paket, dari total 576 dokumen

tender yang seharusnya diproses jika mengacu pada Sistem Informasi Rencana

Umum Pengadaan (SiRUP).

Pra-Tender kembali dibuka setelah semua Organisasi Perangkat Daerah

(OPD) telah menyetor berkas yang dimintai sebelumnya, kemudian kembali

melanjutkan tugas pokok dan fungsinya menunjuk sebagai pemenang jika

dianggap merupakan peserta yang paling siap. Sebelum Request For

Proposal (RFP) dikeluarkan, proses persiapan tender sudah dapat dimulai yang

diterbitkan oleh panitia pelelangan. Apabila Request For Proposal telah

diterbitkan oleh panitia itu artinya peluang untuk menjadi pemenang lelang

menjadi sempit. Faktor-faktor yang dapat mepengaruhi hasil tersebut hanya

keberuntungan jika pihak lain mengundurkan diri atau menyatakan sikap untuk

tidak mengambil lelang tersebut. Request For Proposal memperlihatkan

pengguna sudah mengetahui apa yang menjadi kebutuhan serta tidak ada satu

pihakpun yang mengatur Request For Proposal secara teknis hingga pada

keputusan final. Pra- Tender membantu POKJA di Layanan Pengadaan

Secara Elektronik Kota


4

Makassar sebagai unit kerja yang dibentuk di seluruh Kementerian,

Lembaga, Satuan Kerja Perangkat Daerah, lnstitusi lainnya menyelenggarakan

sistem pelayanan pengadaan barang dan jasa secara elektronik. meningkatkan

transparansi dan akuntabilitas, meningkatkan akses pasar dan persaingan

usaha yang sehat, memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan.

Setelah aplikasi Pra-Tender kembali dioperasikan, peneliti melakukan

observasi langsung dengan melihat kembali sistem Pra-Tender lewat website Pra-

Tender LPSE Kota Makassar. Peneliti kemudian membandingkan dengan apa

yang ditayangkan oleh panitia pengadaan di website LPSE Kota Makassar.

Hasilnya, ditemukan data yang tidak sinkron antara data yang ditayangkan

di website Pra-Tender tidak sesuai dengan data yang ditayangan pada website

LPSE Kota Makassar diantaranya, seperti ketersediaan barang dan tanggal

penguploadtan yang berbeda jauh, ini menunjukkan adanya koordinasi yang

buruk antara admin Pra-Tender dengan admin penayangan LPSE Kota Makassar.

Mashuri (2015) beranggapan bahwa dengan adanya teknologi

informasi dan komunikasi diharapkan dapat memberikan efek efisiensi,

efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas dalam proses penyelenggaraan

pemerintah. Kemudian Krina (2003) beranggapan dengan ini menunjukkan

bahwa tranparansi menjadi hal yang paling penting dalam menjamin akses dan

kebebasan bagi setiap individu dalam memperoleh informasi yang berkaitan

dengan penyelenggaraan pemerintah, yaitu informasi tentang prosedur, proses

dalam pelayanan serta hasil.

Peraturan Presiden Republik Indonesia No 16 Tahun 2018 Tentang

Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang didalamnya terdapat

tatacara
5

Pelayanan Pengadaan Secara Elektronik dengan E-procurement, ini

merupakan sebuah isntrumen dalam memberikan pelayanan terhadap

masyarakat terkait memperadakan barang maupun jasa dilaksanakan dengan

memanfaatkan teknologi dan informasi serta transaksi secara secara daring

(online) sejalan dengan ketentuan peraturan undang-undang. Perkembangan

teknologi dan informasi yang sudah sangat maju memberikan kemudahan dan

mempercepat proses pengadaan barang dan jasa. Prakteknya penyedia barang

dan jasa cukup mendaftar dan mengunjungi langsung ke website Layanan

Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) yang semuanya dilakukan secara daring

(online). LPSE pada setiap kota memiliki peran yang sangat penting.

Layanan yang tersedia dalam Sistem Pengadaan Secara Elektronik

(LPSE) saat ini adalah tender yang ketentuan teknis operasionalnya diatur

dengan Peraturan Lembaga LKPP Nomor 9 Tahun 2018 tentang Tata Cara E-

Tendering juga menyediakan fasilitas Katalog Elektronik (E-Catalogue) yang

merupakan sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi

teknis dan harga barang tertentu dari berbagai penyedia barang/jasa pemerintah,

proses audit secara online (E-Audit), dan tata cara pembelian barang/jasa melalui

katalog elektronik (E-Purchasing). Pemerintah Kota Makassar telah

melakukan pembenahan di berbagai bidang untuk mewujudkan Makassar

Sombere’ dan Smart City, salah satu pembenahan yang dimaksud adalah

pembangunan segala bentuk fasilitas pelayanan dan infrastruktur yang

dikembangkan sejalan dengan pesatnya pertumbuan ekonomi di Kota

Makassar. Selama 5 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Kota Makassar

meningkat drastis dengan catatan bahwa


6

pertumbuhan ekonomi kota yang mencapai 8,23 persen mengalahkan

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang ada di angka 7,07 persen

(https//:money.compas.com). Informasi tersebut menjadi catatan tersendiri

dalam proses lelang barang dan jasa secara elektronik di Kota Makassar.

Artinya pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi memberikan kontribusi

langsung dalam pelaksaan E-Procurement di Bagian Layanan Pengadaan

Barang dan Jasa Sekretariat Daerah Kota Makassar.

Sistem penyelenggaraan pemerintahan suatu negara, khususnya, pada

suatu kota dan atau daerah memiliki peran penting dalam melaksanaan fungsi

dan tugas dalam melayani masyarakat. Instrumen-instrumen pemerintahan

adalah perwujudan dari pokok-pokok penyelenggaraan pelayanan negara.

Dewasa ini dalam prakteknya pemerintah dalam melaksanakan pelayanan

terhadap masyarakat tidak bisa terlepas dari penggunaan teknologi dan informasi.

Pemerintah sudah seharusnya memberikan pelayanan yang menyesuaikan

dengan perkembangan E-Goverment dan perkembangan terbaru yaitu Revolusi

Industri

4.0. Era Revolusi Industri 4.0 (Four Point Zero) yang saat ini sudah

mengedapankan media teknologi dan informasi sebagai dasar mengelola

informasi.

Pemanfaatan teknologi dan informasi dalam memenuhi kebutuhan

pelayanan publik, telah memberikan ruang dan peluang bagi pemerintah

dalam bereksplorasi. Pemerintah diharapkan dapat menciptakan inovasi dalam

meningkatkan kualitas sebuah pelayanan pemerintah kepada masyarakat

umum. Lembaga-lembaga instansi pemerintah pada semua level perlu menjadi

inovasi
7

dan perangkat informasi sebagai bagian dari pelayanannya. Tingginya

pengadaan sarana dan prasarana serta upaya percepatan penyerapan dana dalam

pertumbuhan ekonomi, memberikan stimulus bagi pemerintah Kota Makassar

untuk melakukan pengadaan barang maupun jasa konstruksi, terutama dalam

hal pengadaan lelang proyek konstruksi tersebut pada Organisasi Perangkat

Daerah (OPD), perusahaan dan masyarakat secara umum.

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis jelaskan, maka penulis

terdorong untuk melakukan penelitian yang berjudul “Implementasi E-

Procurement dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah di Bagian

Layanan Pengadaan Barang dan Jasa (BLPBJ) Sekretariat daerah Kota

Makassar”. Peneliti mengharapkan apa yang kemudian menjadi masalah yang

telah dibahas sebelumnya mendapatkan solusi melalui penelitian ini. Hasil

kajian dapat dijadikan referensi tersendiri bagi pihak-pihak yang terkait

dengan pengadaan barang dan jasa secara elektronik secara khusus di Kota

Makassar.

B. Rumusan
Masalah

Berdasarkan permasalahan yang sebelumnya telah dirangkai pada latar

belakang, dengan demikian penulis menetapkan rumusan masalah dari

penelitian ini adalah bagaimana Implementasi E-Procurement dalam Pengadaan

Barang dan Jasa di Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Sekretariat

Daerah Kota Makassar. Penulis merumuskan satu rumusan masalah yang akan

dikembangkan dalam fokus yang dijelaskan pada bab berikutnya, adapun yang

menjadi fokus penelitianya adalah terkait dengan sumber daya manusia,

komunikasi, tujuan, lingkungan dan disposisi atau lebih mengarah kepada

kepatuhan implementor
8

dalam melaksanakan layanan pengadaan dengan sistem elektronik tersebut atau

E- Procurement.

C. Tujuan Penelitian

Adapun orientasi yang akan dicapai pada penelitian ini berbanding

lurus dengan rumusan masalah yang telah ditentukan. Tujuan penelitian ini yakni

untuk mengetahui Implementasi E-Procurement Dalam Pengadaan Barang dan

Jasa Pemerintah di Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa (BLPBJ)

Sekretariat Daerah Kota Makassar.

D. Kegunaan Penelitian

Ada 2 poin yang menjadi sumbangsi dan/atau manfaat dari penelitian

yang dimaksud diantaranya :

1. Secara teoretik

Penelitian ini diharapkan menjadi sumber referensi karya tulis

ilmiah lainnya, yang berkaitan dengan Layanan Pengadaan Secara

Elektronik di Kota Makassar. Serta mampu menjadi literatur yang dapat

menamba wawasan pembaca terkait dengan judul yang telah diselesaikan.

2. Secara praktek

a) Bagi Perusahaan diharapkan dengan adanya penelitian ini

sehingga menambah wawasan seperti apa strategi dan pelayanan

yang seharusnya sehingga tidak ada kegiatan yang terjadi diluar

ketentuan undang-undang.

b) Bagi pemerintah diharapkan pemerintah kemudian menjadi lebih

baik lagi dalam hal instrumen dan strategi yang perlu dilakukan

untuk
9

Organisasi Perangkat Daerah, Perusahaan dan Masayarakat melalui

Swakelola dengan berbagai pertimbangan seperti sistem analisis

ancaman, peluang, kekuatan, dan kelemahan.

c) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini mampu menjadi

pembanding dari penelitian yang akan dilakukannya serta mampu

menjadi literatur pendukung yang berkaitan dengan Bagian

Layanan Pengadaan Barang dan Jasa secara khusus di Kota Makassar

dan secara umum di LPSE seluruh Indonesia.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Hidayat dalam penelitiannya tentang Penerapan E-Procurement di

Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2015

menyebutkan bahwa pelelangan barang dan jasa dengan cara elektronik (E-

Procurement) pada dasarnya merupakan, usaha untuk mencapai barang dan

jasa yang diinginkan dengan menggunakan metode dan proses tertentu untuk

mencapai final kesepakatan harga, waktu, dan kesepakatan lainnya. Pengadaan

barang dan jasa pemerintah secara elektronik ini atau secara daring selanjutnya

menjadi salah satu alur dalam mewujudkan nilai-nilai pemerintahan yang baik.

angka level pandangan responden memperlihatkan nilai sebesar 3.517 atau 78,50

persen. Angka ini apabila dikonversi ke skala interval maka terletak pada

rentang lebih dari 2.390 itu berarti responden beranggapan bahwa penerapan

prinsip e- procurement di Kabupaten Penajam Paser Utara berada pada kondisi

tinggi.

Kemudian Udoyono dalam penelitiannya pada tahun 2012 tentang E-

procurement dalam Pengadaan Barang dan Jasa untuk Mewujudkan Akuntabilitas

di Kota Yogyakarta menyimpulkan bahwasanya proses pengawasan

pengumuman tender, tata cara pemenangan tender, sampai pelaksanaan tender,

seyogianya menjadi tanggung jawab dan wewenang pihak layanan pengadaan

secara elektronik dan ada tim independen yang menangani, ini kemudian

menjadi titik lemah dari aturan dalam proses pengadaan barang dan jasa

pemerintah, karena sulit diawasi oleh khalayak umum terutama dalam proses

implementasi tender
1

dikarenakan dalam aturan tersebut tidak ada pengaturan dalam monitoring

pelaksanaan setelah pelelangan selesai, diperparah dengan aparat pengawasan

fungsional pemerintah yang semestinya berfungsi melakukan pengawasan

justru kurang antisipatif melakukan tugasnya.

Sedangkan menurut Yuliar dalam penelitiannya yang berkaitan dengan

E- Procurement pada tahun 2017 di Kota Probolinggo bahwa kurang jelasnya

penetapan sumber daya baik manusia maupun teknis LPSE yang seharusnya

LPSE merupakan badan yang berdiri sendiri untuk mengkoordinir dan

kurangnya sosialisasi yang dilaksanakan oleh pihak LPSE Kota Probolinggo

tentang lelang elektronik. Sosialisasi hanya intens dilaksanakan pada awal

pembentukannya di Kota probolinggo, tidak menutup kemungkinan penyedia

yang telah lama menjadi user LPSE sudah pasti memahami betul seperti apa

kompleksitas cara lelang elektronik, akan tetapi berbeda dengan calon penyedia

atau pengguna jasa baru, mereka harus terlebih dahulu memahami teknologi

hingga pada tahapan lelang dari awal hingga akhir kegiatan itu bisa saja

menghambat konsep efisiensi dan efektifitas yang dicanangkan.

B. Implementasi
Kebijakan

Implementasi kebijakan menurut Lester & Steward (Kusumanegara,

2010) merupakan suatu tahap yang dilaksanakan pasca ditetapkannya kaidah-

kaidah hukum yang disepakati dengan cara politik. Pernyataan itu secara tidak

langsung mengartikan bahwasanya pelaksanaan (implementation) lebih

mengartikan lain dari sebuah politik, yaitu administratif. Implementasi juga

diartikan sebagai outputs yaitu melihat apakah efektivitas dalam rangka

mencapai tujuan program


2

telah sesuai dengan arahan implementasi sebelumnya atau bahkan

mengalami penyimpangan-penyimpangan.

Kemudian Winarno (2008) mengatakan suatu public policy hanya

menjadi sebuah note perancangan tingkat tinggi apabila semua yang telah

direncanakan dalam pembuatan kebijakan tersebut hanya sampai pada teori

sedangkan realisasinya dan/atau implementasinya tidak berjalan, oleh karena itu

segala sesuatu yang telah disahkan yang dianggap sebagai titik jalan pintas lain

dalam memecahkan permasalahan seyogianya wajib diimplementasikan, yaitu

dilakukan oleh seluruh instrumen pemerintahan baik dari tingkat atas hingga

pada tingat paling rendah dalam tatanan pemerintahan. Pada tahap tersebut ada

beberapa kalangan yang berkompetisi, berbagai kebijakan dipastikan

mendapatkan sokongan dari implementors dan yang lain akan ditentang oleh

pelaksana.

Teori dari Bullock dan Stallybrass (Wahab, 2014) mendefinisikan model

sederhana implementasi adalah representasi dari suatu hal yang berbeda,

maksudnya adalah dirancang untuk tujuan tertentu. Jadi menurut definisi ini

yang dimaksud dengan model ialah suatu penjewantahan dari sebuah hal penting

lainnya yang dirancang untuk tujuan tertentu.

Grindle (Akib, 2010) mendefinisikan implementation adalah sebuah

proses yang bersifat administrasi serta memungkinkan diamati dengan level

yang ditentukan. Proses pelaksanaan hanya dapat diberlakukan apabila jika

penetapan tujuan sudah jelas, kegiatan dalam artian program sudah tersusun

untuk mencapai sasaran maka dana sudah musti disediakan, pelaksanaan sebuah

kebijakan adalah representasi dari sebuah lembaga swasta (kelompok &

individu dalam mencapai


3

tujuan awal dari kebijakan yang di programkan.

Deskripsi sederhana yang diungkapkan Purwanto (2012) bahwa

kompleksitas proses implemetasi setelah melalui serangkaian proses yang

panjang suatu kebijakan kemudian mampu mewujudkan tujuan atau sasaran

yang ingin dicapai. Jika diputuskan bahwasanya cara memandang tercapainya

pelaksanaan kebijakan dengan baik, tidak hanya pada kepatuhan implementor

namun luaran yang menjadi capaian pasca segala tata tertib pelaksanaan

kebijakan dijalankan sehingga usaha dalam memahami kenyataan pelaksanan

perlu dilihat secara lebih detail mengikuti jalanya pelaksanaan oleh par

pelaksana dalam upaya untuk mewujudkan tujuan kebijakan tersebut.

Konsep implementasi menurut Harold Laswell (Purwanto, 2012) sebagai

ilmuan yang pertamakali mengembangkan ilmu kebijakan publik, Laswell

menggagas suatu pola dalam mendekati laswell menyebutnya sebuah pendekatan

proses (policy process approach) pandangannya agar ilmuan dapat

meemahami dengan baik mengenai seperti apa sebenarnya public policy itu

sendiri, maka kebijakan publik itu harus diurai menjadi beberapa bagin sebagai

tahapan-tahapan yaitu pengaturan agenda, menformulasikan kebijakan,

pelaksanaan (implementation), tahap evaluasi, reformulasi dan terminasi.

Tahap-tahap implementasi itu dapat ditarik kesimpulan bahwasanya

implementasi hanya satu dari sekian banyaknya tahap, dalam siklus

diprosesnya sebuah kebijakan publik. Konsep implementasi kebijakan

merupakan tentang hal-hal apa saja yang akan terlaksanan setelah peruundag-

undangan disepakati untuk pemberian otoritas kebijakan, keuntungan, program,

atau tangible output (luaran nyata) lebih jauh


4

implementasi mencakup banyak macam kegiatan. Ripley dan Frankin

(Winarno, 2008).

Winarno (2008) Pertama, badan implementor diberikan wewenang

dan tanggung jawab oleh undang-undang dalam melaksanakan program

diwajibkan mencari referensi yang menjadi kebutuhan dengan harapan tahap

pelaksanaan (implementation) sampai pada tujuan utamanya dengan maksimal.

Kedua, badan pelaksana meningkatkan pembahasan AD (Anggaran Dasar) ke

arah yang regulasi, konkret serta rencana dan gambaran program. Ketiga,

badan-badan pelaksana harus mengorganisaskan aktivitas yang terkait seperti

memperadakan unit birokrasi serta kebiasaan dalam mengtasi beban kerja.

Keempat, stakeholder implementor memberikan laba atau membatasi terhadap

pengguna jasa serta sasaran kelompok lainnya. Serta melayani mengenai

kegiatan pembayaran maupun batasan serta segala sesuatu yang dianggap

perwujudan daripada luaran nyata dari program kebijakan.

Unsur-unsur implementasi kebijakan publik menurut Tachjan (Suratman,

2017) adalah: (1) unsur pelaksana, (2) adanya program yang dilaksanakan,

(3) target grub atau kelompok sasaran. Unsur pelaksana adalah implementor

kebiakan adalah eksekutor program yang disusun dan juga sebagai bagian yang

mengerakkan yang didalamnya terdapat penentuan pencapaian dan sasaran

analisis, organisasi, hinga pada merumuskan masalah kebijakan dan cara-

cara yang dipakai organisasi, pengambilan keputusan, penggerakkan manusia,

pengawasan, serta penilaian.


5

Selanjutnya menggambarkan bahwa isi program harus menjelaskan

kepentingan yang dipengaruhi, jenis manfaat, derajat perubahan yang

diinginkan, status pembuat keputusan, pelaksana program, serta sumber daya

yang tersedia. Unsur terakhir adalah target groub atau kelompok sasaran baik

itu sekelompok orang dalam masyarakat atau organisasi dalam mayarakat

sebagai tujuan atau penerima jasa maupun barang hingga kebijakan akan

mempengaruhi perilakunya.

Dari berbagai pendapat tersebut terkait dengan implementasi

kebijakan maka peneliti memberikan konklusi bahwa pelaksanan sebuah

program policy (kebijakan) adalah sebuah pergerakan dalam hal ini

dilaksanakan oleh instantsi pemerintah dalam mewujudkan konsep-konsep serta

formula yang sudah di rumuskan sebelumnya dalam bentuk produk (kebijakan,

aturan) untuk mencapai tujuan instansi pemerintah seyogianya pelaksanaan

sebuah policy merupakan hal yang didalamnya terdapat himpunan kesatuan

dikarenakan proses pelaksaannya terdapat sebuah sistem saling berkaitan dari

setiap sub sistem yang telah ada (Input-Proses-Output) sampai dengan luaran

serta dampak yang dihasilkan untuk menyelesaikan masalah yang ada di

masyarakat.

C. Model Implementasi Kebijakan

1. Van Meter & Van Horn.

Van Meter & Van Horn (Suratman, 2017) model pendekatan yang

dirumuskan disebut dengan model imlementasi kebijakan. proses ini

merupkan abstraksi atau performansi suatu penjewantahan kebijakan

yang pada dasarnya dengan sadar dilaksanakan dengan tujuan mencapai

progres kerja implementasi. Model ini mengandaikan Policy dalam

prakteknya
6

bergerak dengan cara berhubung dengan garis lurus (linear) pada

sebuah kesepakatan politis, implementor serta Public Policy. Secara rinci

ada beberapa variabel iplementasi kebijakan sebuah negara dari model

Van Meter & Van Horn sebagai berikut:

a) Standar dan sasaran kebijakan hasil kerja pelaksanaan program

sebuah kebijakan bisa dinilai seberapa jauh mana level berhasil atau

gagalnya dari volume serta hal yang ingin dicapai kebijakan bersifat

kenyataan dengan sosio-kultur yang ada pada tingkat implementor

program.

b) Sumber daya manusia menentukan berhasil atau tidaknya

pelaksanaan kebijakan itu bergantung padai sejauh mana

kemampuan memaksimalkan sumber SDM yang telah ada. Manusia

merupakan sumber daya paling urgent didalam mengarahkan

tingkat kemaksimalan sebuah pelasanaan program.

c) Karakteristik organisasi pelaksana menjadi pusat perhatian pada

agen implementor merangkap pada lembaga yang formal serta

informal yang menjadi aktor dalam keterlibatan jalannya program

policy. terdapat setidaknya 2 (dua) karakteristik pelaksana dalam hal

ini struktur birokrasi adalah Standar Operating Procedures (SOP) dan

Fragmentasi, terutama dari tekanan-tekanan dari luar unit-unit

birokrasi seperti komite legislatif dan kelompok kepentingan.

d) Komunikasi atau relasi yang dibangun dengan lembaga-lembaga

yang ada kaitanyya dengan kegiatan pelaksanaan, dengan tujuan

public policy dapat dijalankan dengan seefektif mungkin, segala

sesuatu yang
7

menjadi standar harus dimaknai secara mendalam oleh implementors

(para individu pelaksanan)

e) Disposisi atau sikap para pelaksana mencakup segala bentuk

terima ataupun tolakan dari individu implementor tinggi pengaruhnya

terhadap gagal atau berhasilnya pelaksanaan public policy. Hal-hal

demikian mememiliki peluang besar untuk terealisasi dikarenakan

program yang diimplementasikan bukanlah luaran ramuan

kebijakan setempat yang paham tentang permasalahan.

f) Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik menjadi tahap akhir

dalam memberikan penilaian terhadap hasil pelaksanaan sebuah

program kebijakan kebijakan adalah seberapa tinggi sebuah

lingkungan dalam memberikan sokongan untuk memajukan tingat

pencapaian public policy, adanya sebuah ruang lingkup yang

mencakup politik dan ekonomi yang tidak kondusif dapat menjadi

batu sandungan berhasilnya suatu implementasi kebijakan publik.

2. Hogwood dan Gunn

Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn (Nugroho, 2014)

mencatat bahwa keberhasilan implementasi kebijakan paling tidak

memerlukan sepuluh prasyarat. Permintaan pertama, adalah adanya

jaminan bahwa kondisi implementasi eksternal tidak akan meberikan

dampak kepada badan tersebut. Permintaan kedua, bahwa ada cukup

sumber daya untuk implementasi. Ketiga, sumber daya yang terintegrasi

benar-benar ada. Keempat, menyangkut pertanyaan apakah

kebijakan-kebijakan yang
8

diimlementasikan didasarkan pada alasan kasualitas yang kuat, seperti

jka “X” diimplementasikan , kemudian “Y” akan menjadi hasil. Kelima,

seberapa banyak alasan terjadinya kasualitas. Keenam, seberapa lemah

antar hubungan di antara variabel. Ketujuh, tentang kedalaman

pemahaman terhadap tujuan-tujuan kebijakan. Kedelapan, adalah

dengan mempertanyakan apakah pekerjaan telah diperinci dan

ditetapkan dalam susunan yang benar. Kesembilan, diperlukan

koordinasi dan saling komunikasi yang profesional. Dan kesepuluh,

badan pengimplementasi dapat meminta kepatuhan total.

3. Model Elmore, Lipsky, dan Hjern & O’porter

Michael Lipsky, Benny Hjren, Richard Elmore, dan & David

O’Porter (Nugroho, 2014) mengemukakakn model implementasi

kebijakan yang sama, meskipun mereka mengembangkannya secara

terpisah. Model tersebut dimulai dengan mengidentifikasi jaringan kerja

aktor implementasi kebijakan dan menanyakan tujuan, strategi, aktivitas

dan sarangnya, model ini mendorong masyarakat untuk

mengimplementasikan kebijakan sendiri. Seandaniya ada keterlibatan

birokrasi, tetapi tetap dijaga dalam derajat yang rendah. Kebijakan

sebaiknya memenuhi kepentingan publik dan implementasinya

dirancang agar menjadi implementasi yang ramah kepada penggunanya.

4. David L. Weimer dan Aidan R. Vining

Ada 3 (tiga) bagian variabel-variabel yang dianggap penting

dapat mempengaruhi tercapainya pelaksanaan suatu kebijakan,

diantaranya : (1)
9

Logika Kebijakan: (2) Lingkungan tempat kebijakan dioperasikan; serta

(3) skill pelaksanan program. Weimer dan Vining (Subarsono, 2010).

Logika dari suatu kebijakan ini bermaksud untuk kiranya sebuah

program yang telah disepakati dapat diterima secara logis

(Reasonable) serta mendapat sokongan secara teori. Kemudian kondisi

dimana program itu dilaksanakan dapat meberikan pengaruh terhadap

tingkat ketercapaian pelaksanaan program. Fisik, geografis, politik,

ekonomi, dan sosial adalah cakupan dari faktor terlaksananya sebuah

program. Kemudian kemampuan implementor sebuah program dikatakan

berhasil apabila tingkat skill dan daya saing implementor kebijakan

dapat diperhitungkan (Subarsono, 2010).

D. Konsep E-Procurement

E-Procurement merupakan Layanan Pengadaan Barang dan Jasa

Secara Elektronik (LPSE), Muhtar (2011). Sistem ini mencoba menata

transaksi proses pelelangan melalui media teknologi, seperti diketahui proses

pelelangan jasa serta barang dilaksanakan secara daring. Landasan legitimasi

untuk menjalankan program E-Procurement (Pengadaan secara online dan/atau

melalaui teknologi (elektronik) yaitu Peraturan Presiden Republik Indonesia No

16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah dan sebagai

penyempurnaan Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010. Serta peraturan-

peraturan lain yang berlaku pada masing-masing Departemen, Kementerian,

Organisasi serta aparatur daerah yang menggunakan sistem layanan ini.


20

Adapun sasaran impelementasi penyelenggaraan sistem E-Procurement

atau pelelangan secara online (elektronik) adalah Peraturan Presiden

Republik Indonesia No 16 Tahun 2018 berikut:

1. Meningkatkan pemanfaatan kecanggihan teknologi serta melakukan

transaksi elektronik.

2. Peningkatan profesionalisme, kemandirian serta rasa

pertanggungjawaban pihak-pihak yang ada didalam implementasi

pelelangan barang/jasa.

3. Pengumuman secara terbuka rencana dan pelaksanaan pengadaan

barang/jasa di masing-masing instansi satuan kerja untuk membantu

tercapainya reward dan punishment terhadap pelayanan yang baik

dalam memperadakan barang dan jasa.

Sedangkan Djuyandi (2013) mengatakan, sistem pengadaan barang

dan jasa secara elektronik menggunakan teknologi informasi itu yang

berlandaskan internet (E-Procurement). Proses memberikan pelayanan lelang

dengan cepat, mudah, akurat serta yang terpenting adalah transparansi serta

perlindungan terhadap hal-hal buruk yang memungkinkan terjadi. Penggunaan

E-procurement, proses lelang yang dilakukan secara elektronik adalah:

pengumuman lelang oleh panitia, pengunggahan dokumen lelang oleh panitia,

pengunduhan dokumen lelang oleh panitia, penjelasan lelang, pemasukan

dokumen penawaran oleh Penyedia, pembukaan dokumen penawaran oleh

Panitia, pengumuman pemenang lelang, dan sanggahan kepada PPK. Layanan

Pengadaan Secara Elektronik didalamnya terdapat harapan warga indonesia

yang menginginkan sebuah tatanan pemerintah yang bersih dapat diwujudkan

pengadaan barang/jasa, dikemukkan


1

oleh Sutedi (Nurchana, 2013) mengatakan mencakup penjelasan dari dari

seluruh proses sejak awal perencanaan, persiapan, perijinan, menentukan yang

berhak mendapatkan lelang hingga pada bagian implementasi serta pelaksanaan

administrasi dalam pelelangan barang, jasa maupun seperti barang seperti

keuangan dan lain-lain.

E-procurement menurut Sutedi (2012) merupakan suatu rangkaian

pengadaan barang maupun jasa pemerintah menggunakan IPTEK, komunikasi

dan informasi berbasis elektronik agar efisisensi, akuntabel dapat

dilaksanakan. Pernyataan serupa dipaparkan juga oleh Indrajit (Nurchana, 2013)

bahwasanya E- procurement dimaknai sebagai sebuah alur digital tender/lelang

dalam pengadaan barang serta jasa pemerintah berbasis internet. Definisi lebih

sederhana adalah pelelangan elektronik merupakan alur yang dilaksanakan

melalui media elektronik dalam memperadakan barang dan jasa. Tahapan

implementasi E-Procurement menurut Indrajit (Nurchana, 2013) adalah bagain

dari proses pemanfaatan teknologi dalam meperadakan barang dan jasa badan-

badan pemerintahan dengan bantauan elektronik, ada beberapa poin tahap-tahap

dalam pelaksanaan pengadaan secara elektronik sebagai berikut:

1. Tahap I: Disclosure

Tahap pertama adalah aparatur mempromosikan serta meberikan

pengenalan dimulai dengan pilot project E-Procurement pihak yang

terlibat dilapangan didalam jalannya tender, aparatur menjadi sebagai

implementor dan perusahaan berperan sebagai peserta dalam tender

tersebut. Proses ini merupakan pengenalan serta mengkokohkan

prinsip
2

pemerintahan yang baik pada ruang lingkup pemerintahan dan

juga sebagai jalan untuk mengurangi culture shock dalam

implementasinya.

2. Tahap II: Resgitration and Distribution

Setelah tahap awal maka masuklah pada tahap kedua, aparatur

mulai memberikan pengenalan aktivitas-aktivitas yang bersipat otomatis

menggunakan media elektronik baik pada tahap pendaftaran hingga

sampai pada tahap distribusinya. Pemerintah mengawali meningkatkan

hubungan hanya fokus pada satu pihak yaitu pihak swasta dengan

tujuan meberikan dan menyebarluaskan segala instrumen yang berkaitan

dengan program yang dilaksanakan. Masuk pada bagian ini website

LPSE meberikan pengumuman tentang tawaran lelang proyek sampai

pada spesifikasi ini disebut dengan men-disclose lewat laman online

LPSE dalam mengumumkan E-Procurement dapat dengan setiap

satuan-satuan kerja serta bisa juga per ukurannya atau spesifikasi proyek

sehingga dapat memperlancar proses pemilihan apa yang akan

diikutinya sesuai dengan pilihan. Sederhananya yang bisa di peradakan

dalam metode E- Procurement contohnya adalah proses download

dengan tujuan meperoleh segala instrumen tentang pengadaan dan/atau

pelelangan. Pada tahap ini akan meberikan kemudahan untuk pengguna

jasa pengadaan barang dikarenakan menghilangkan aktivitas-aktivitas ke

instantsi yang hanya bertujuan mendapatkan file dokumen serta formulir

yang dibutuhkan itu menunjukkan efisisensi yang kurang.


3

3. Tahap III: Electronic Bidding

Proses selanjutnya merupakan proses mendaftarakan para

pengguna jasa pengadaan dengan cara elektronik. Pada proses tersebut,

pengguna jasa harus mengikuti seluruh syarat-syarat yang telah diatur

dalam standar opersional prosedur E-Procurement, contohnya berkaitan

dengan perlengkapan administrasi, sertifikasi tingkat kemampuan

implementasi dalam bekerja, serta instrumen lainnya melalui media

elektronik. Pada sisi teknologi, dalam application tingkatan tersebut

menjadi sedikit sulit dan kompleks dikarenakan system memerlukan

penjagaan tertentu, diperadakannya jaminan uang di bank diperuntukkan

pada peraturan tender tertentu serta media menyimpan berkas yang

membutuhkan jumlah yang besar. Data-data yang telah diinput akan

menjadi bahan untuk di jadikan pertimbangan bagi pelaksana

pengadaan barang/jasa, adapun beberapa pekerjaan yang tidak bisa

sepenuhnya diakusisi secara online seperti presentasi proyek yang

semestinya diambil alih oleh implementor.

4. Tahap IV : Advanced Support Services

Memasuki proses akhir yaitu ke 4 (empat) dilakukan penwaran

secara daring (online) melalui media elektronik dengan meniadakan

proses yang dikerjakan secara manual dalam pelelangan. Proses yang

paling rumit dan canggih ini mampu menghindari tatap muka antara

panitia dan peserta tender sehingga meminimalisasi praktek patologi

birokrasi seperti penyuapan dan KKN. Terbukanya proses tender

tersebut, sehingga yang memenangkan tender adalah harga yang paling

kompetitif. Masuk pada


4

bagian proses tersebut dapat ditarik benang merah

bahwasanya pembangunan E-Procurement telah mencapai titik

optimal.

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan tinjauan teori yang telah dipaparkan pada tinjauan

pustaka, peneliti menentukan beberapa variabel implementasi yang akan

menjadi fokus penelitian. Pertama adalah sumber daya manusia, yang menjadi

salahsatu poin penting dikarenakan bertindak sebgai penggerak, kemudian

komunikasi sebagai jalur koordinasi diperkuat oleh tujuan dan dukungan penuh

oleh lingkungan, serta kepatuhan para pelaksanan kegiatan layanan pengadaan

elektronik tersebut. Semua hal yang diuraikan dalam bagan kerangka pikir

sesuai dengan kebutuhan permasalahan implementasi E-Procurement. Peneliti

mengambil beberapa item teori dari kajian pustaka yang bersumber dari pakar

implementasi kebijakan publik disatukan dalam bentuk kerangka pikir penelitian,

ini karena tinjauan pustaka yang telah dijelaskan tidak ada referensi yang ideal

untuk dijadikan satu- satunya tolok ukur dalam mengupas masalah yang

diangkat. Berikut adalah gambaran susunan kerangka pikir penelitian ini:

Implementasi E-Procurement

Variabel Implementasi
 Sumber Daya Manusia
 Komunikasi
 Tujuan
 Lingkungan
 Disposisi/Kepatuhan Implementor

Transparansi LPSE Kota Makassar

Gambar 1. Kerangka Pikir


5

F. Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi fokus penelitian implementasi E-Procurement

dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah di Bagian Layanan Pengadaan

Barang dan Jasa Sekretariat Daerah Kota Makassar mengambil delapan poin

penting diantaranya sebagai berikut:

1. Implementasi E-Procurement.

2. Variabel Implementasi

a) Sumber Daya

b) Komunikasi

c) Tujuan

d) Lingkungan

e) Kepatuhan Implementor

3. BLPBJ Sekretariat Daerah Kota Makassar

G. Deskripsi Fokus Penelitian

Berikut adalah deskripsi dari fokus penelitian implementasi penelitian

implementasi E-Procurement dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah

di Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Sekretariat Daerah Kota Makassar

1. Implementasi E-Procurement

Merupakan proses pelelangan yang dilakukan secara daring

(Online) oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota

Makassar dengan menggunakan teknologi informasi Sistem Pengadaan

Secara Elektronik (SPSE). Penggunaan transaksi elekronik serta

peningkatan profesionalisme, kemandirian dan tanggung jawab

pihak-pihak yang
6

tergabung didalam tahap memperadakan barang dan jasa, dikarenakan

proses dilakukan secara terbuka, rencana dan pelaksanaan pengadaan

barang dan jasa di masing-masing instansi satuan kerja di wilayah

membantu diwujudkannya penghargaan yang terbaik didalam proses

pengadaan barang dan jasa.

2. Variabel Implementasi

Variabel implementasi ini merupakan bagian dari asas-asas dalam

model implementasi kebijakan publik dari 10 ahli implementasi

kebijakan yang berbeda berikut beberapa poin yang peneliti angkat

sebagai variabel untuk mencoba melihat fenomena dan permasalahan

yang ada:

a) Sumber daya manusia merupakan seorang (Human) yang

bertindak sebagai implementor E-Procuremet yang profesional

dilihat dari penerapan sertifikasi atau SIM sebagai modal dalam

melaksanakan pelayanan sebagai staf di Bagian Layanan Pengadaan

Barang dan Jasa Sekretariat Daerah Kota Makassar.

b) Komunikasi adalah jalur koordinasi antara Lembaga Kebijakan

Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP), Bagain Layanan

Pengadaan Barang dan Jasa (BLPBJ), Organisasi Perangkat

Daerah, perusahaan dan masyarakat umum (user) yang terkait dengan

penggunaan jasa Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) di

BLPBJ Sekretariat Daerah Kota Makassar.

c) Tujuan merupakan standar awal yang menjadi kebutuhan untuk

memecahkan masalah atau mencapai tujuan yang diinginkan

kebijakan
7

Peraturan Prasiden Nomor 16 tahun 2018 tersebut.

d) Lingkungan merupakan segala sesuatu yang terkait dengan

kebijakan layana pengadaan secara elektronik tersebut seperti kondisi

sosial, ekonomi dengan swakelola dan dukungan politik pada

penerapan aplikasi Pra-Tender di Kota Makassar.

e) Disposisi atau Kepatuhan kesiapan sikap dan skill Implementor

adalah sejauh mana profesionalitas individu para pegawai di Bagian

Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Sekretariat Daerah Kota

Makassar (implementor) dalam memahami tugas pokok dan fungsi

yang dimiliki untuk mencapai tujuan dibentunknya LPSE tersebut.

3. LPSE Kota Makassar

LPSE Kota Makassar adalah sebuah pelayanan publik yang

dikembangkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa

Pemerintah (LKPP) yang sifatnya daring (Online) kemudian

dilaksanakan oleh Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa

Sekretariat Daerah Kota Makassar, bertujuan untuk memberikan

pelayanan terhadap Organisasi Perangkat Daerah, perusahan dan

masyarakat pengguna jasa khususnya di Kota Makassar dengan cara E-

Procurement. Layanan pengadaan elektronik ini didukung dengan

menggunakan sistem yang disebut dengan SPSE (Sistem Pengadaan

Secara Elektronik). Versi yang digunakan adalah

: SPSE v4.3u20191009 Agregasi Inaproc: Aktif dengan ID LPSE:

234, teknis operasionalnya diatur dengan Peraturan Lembaga

LKPP No. 9 pada tahun 2018 tentang Tata Cara E-Tendering.


8

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokus di Badan Layanan Pengadaan Barang

dan Jasa Sekretariat (BLPBJ) Daerah Kota Makassar, durasi waktu yang

digunakan pada penelitian ini yakni selama 2 bulan terhitung dari tanggal 16

bulan November 2019 hingga 16 Januari 2020. Alasan memilih lokasi tersebut

dikarenakan adanya Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) yang

penulis lihat menarik dan perlu diteliti dikarenakan terdapat upaya penerapan

transparansi dan akuntabilitas dalam proses pelayanan serta isu-isu menarik

seperti tutupnya Pra-tender, opini adanya penyalahgunaan Pengadaan Langsung

(PL), serta dengan memperhitungkan aksesibilitas, dimana lokasi penelitian

mudah untuk dijangkau, dan memberikan peluang yang cukup karena tidak

hanya diteliti dalam sekali waktu saja. Selain itu realitas yang diteliti masih

terjadi dilapangan atau masih berlangsung sampai saat ini. Bagian Layanan

Pengadaan Barang dan Jasa Sekretariat Daerah Kota Makassar juga menjadi

bagian yang memiliki peranan penting dalam pengadaan barang dan jasa secara

elektronik di Kota Makassar.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif (Natural

Setting) dengan Human Instrumen. Penelitian kualitatif memandang realitas

sosial sebagai suatu yang holistik yang utuh, kompleks dan hubungan gejala

bersifat interaktif, penelitian dilakukan pada objek yang alamiah maka peneliti

harus berwawasan luas untuk mampu bertanya, menganalisis, memotret dan

mengkontruksi situasi
9

sosial (Sugiyono, 2009). Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus

di BLPBJ Sekretariat Daerah Kota Makassar. Studi kasus ini diharapkan

menjadi catatan tersendiri dalam pengembangan masalah yang terjadi di Kota

Makassar dan kota lainnya.

C. Sumber
Data

Menurut Lofland & Lofland (Moleong, 2014) sumber data utama

dalam penelitia kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen, pada bagian ini jenis datanya dibagi kedalam kata-

kata tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik.

1. Data Primer

Berasal dari informan kunci yang peneliti wawancarai secara langsung

dan berbagai informasi yang peneliti dapatkan secara langsung tanpa

melalui perantara.

2. Data Sekunder

Peneliti dapatkan melalui berbagai buku, jurnal, skripsi, dan situs


online

resmi yang memiliki kevalidan


data.

D. Informa
n

Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan Purposive

Sampling (penentuan sampling dengan tujuan tertentu). Adapun informan

dalam penelitian ini yakni pegawai BLPBJ Sekretariat Daerah Kota Makassar

dalam hal ini KASUBAG Layanan Pengadaan Secara Elektronik Bapak

Surahman Suriady, KASUBAG Monitoring dan Evaluasi Bapak Idham

Umakapa serta Kelompok Kerja (POKJA) dalam hal ini. Semua dilaksanakan

di Bidding Room, ruangan


30

KASUBAG Layanan Pengadaan Secara Elektronik dan Ruangan KASUBAG

Monitoring dan Evaluasi UKPBJ Sekretariat Daerah Kota Makassar sebanyak

tiga kali pertemuan yaitu pada tanggal 06 Desember sebanyak dua kali

pertemuad dan 30 Desember sebanyak satu kali pertemuan. Selanjutnya

kepada pengguna jasa atau penyedia yaitu pihak pelaksana tender dalam hal ini

Bapak Ali yang dilaksanakan pada tanggal 19 Januari 2020 di kediaman beliau.

Jumlah informan ini ditentukan oleh peneliti pada saat sedang melakukan

penelitian.

Tabel 1. Informan Penelitian


No Nama Informan Instansi / Keterangan
Jabatan
Bapak Surahman
Suriady
1 Surahman Suriady KASUBAG tentunya sebagai kepala sub
LPSE bagian pada layanan
pengadaan elektronik menjadi
pusat informasi terkait prose-
proses yang ada di
pengadaan secara elektronik.
Bapak Idham
KASUBAG Umakaapa
2 Idham Umaakapa Monitoring dan dijadikan pusat informasi
Evaluasi terkait monitoring terhadap
Pra-Tender dan Pokja
Pemilihan.
Bapak Abdullah
menjadi
3 Abdullah POKJA informan dari sedikit
banyaknya informasi yang
terkait dengan pokja
pemilihan.
Sebagai user bapak Ali peneliti
jadikan Pusat informasi terkait
4 Ali User penggunaan layanan Tender
dan non-Tender.
Dipilih sebagai informan
dikarenakan beliau selaku
5 Nori Setiati. S User pemenang tender Cv. Norika.

Sumber : Peneliti.
1

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara, pengumpulan data dilakukan melaui komunikasi langsung

dengan informan di Bidding Room Bagian Layanan Pengadaan Barang

dan Jas (BLPBJ) Sekretariat Daerah Kota Makassar, bersama dengan

bapak Idham Umakaapa, bapak Abdullah dan bapak Surahman Suriyadi.

Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam

melalui pendekatan semiterstrukur untuk menemukan permasalahan lebih

terbuka terkait kondisi sumber daya manusia, lingkungan, komunikasi,

tujuan dan disposisi di BLPBJ Sekretraiat Daerah Kota Makassar,

kemudian selanjutnya melakukan wawancara di kediaman pihak

salahsatu responde yaitu bapak Ali dan ibu Nori Setiati. S sebagai

pengguna jasa dengan pendekatan yang sama tetapi poin yang berbeda

seperti proses pengadaan, komunikasi, peningkatan pelayanan, kendala,

transparansi, laporan dan kelengkapan pengguna.

2. Observasi, pengumpulan data dilakukan berdasarkan hasil pengamatan

langsung pada lokasi Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa

Sekretariat Daerah Kota Makassar. Observasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah observasi partisipan, peneliti terlibat langsung

dengan program yang akan diteliti seperti menegcek langsung kondisi

fasilitas yang ada seperti komputer pendaftaran, sikap front office dalam

menerima tamu, kerapian pegawai, petunjuk kantor dan fasilitas umum

seperti sofa tamu, toilet umum dan kantin sehinnga data yang diperoleh

lebih lengkap dan tajam.


2

3. Dokumentasi dilakukan melalui pengumpulan dokumen dalam bentuk

gambar dan berkas yang terkait dengan lingkungan kantor Bagian

Layanan pengadaan Secara Elektronik Sekretariat Daerah Kota

Makassar seperti sertifikat POKJA, struktur organisasi BLPBJ Kota

Makassar, kondisi setiap ruangan, fasilitas dan proses pelayanan,

dokumentasi yang diambil ialah dokumen untuk mendukung analisis data

hasil penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data menggunakan metode interaktif yang dikemukakan

oleh Miles and Huberman (2009) yang terdiri dari beberapa tahapan yang

diuraikan pada gambar. Hasil wawancara langsung kepada informan di

Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa (BLPBJ) dan kepada pengguna

layanan (User) dilakukan dengan pendekatan semiterstrukur. Kemudian

observasi yang berupa pengamatan partisipan, peneliti terlibat langsung dengan

seluruh program yang akan diteliti mulai dari kondisi lingkungan hingga proses

pelayanan di BLPBJ Kota Makassar dan juga kepada pengguna (User) agar data

yang diperoleh lebih lengkap dan tajam. Selanjutnya pengumpulnan data

dilakukan melalaui pengumpulan seluruh dokumen dalam bentuk gambar dan

berkas terkait dengan Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa, Selanjutnya

dilakukan analisis seluruh data dengan melihat kaitannya dengan konteks

permasalahan, berikut gambaran teknik analisis data yang digunakan :


3

Pengumpulan Data

Reduksi Data Sajian Data

Penarikan
Kesimpulan

Gambar 2. Model Analisis Intraktif


1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Objek Penelitian

a) Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa

Kebijakan pengadaan barang dan jasa dikendalikan langsung

oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

(LKPP). Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa (LKPP) tumbuh

dari cikal bakalnya, Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Publik (PPKPBJ) yang dibentuk pada tahun 2005. Sebagai

unit kerja Eselon II di Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Bappenas, PPKPBJ memiliki tugas Penyusunan kebijakan dan

regulasi pengadaan barang/jasa pemerintah, memberikan bimbingan

teknis dan advokasi terkait pelaksanaan pengadaan barang/jasa

pemerintah, dan memfasilitasi penyelenggaraan ujian sertifikasi ahli

pengadaan barang/jasa pemerintah. Seiring reformasi yang bergulir di

Indonesia, muncul harapan agar pengadaan barang/jasa pemerintah yang

dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBN/APBD) dapat dilaksanakan secara lebih

efektif dan efisien, mengutamakan penerapan prinsip-prinsip persaingan

usaha yang sehat, transparan, terbuka, dan berlaku adil bagi semua pihak.

Selain lingkup dan cakupan pengadaan barang/jasa pemerintah

yang luas, bersifat lintas institusi dan lintas sektor, juga berdampak

langsung
2

bagi pengembangan usaha kecil, peningkatan produksi dalam negeri,

dan pengembangan iklim dan dunia usaha pada umumnya. Bertolak dari

latar belakang seperti demikian, dirasakan perlu keberadaan lembaga

tersendiri yang memiliki kewenangan merumuskan perencanaan dan

pengembangan strategi, penentuan kebijakan serta aturan perundangan

pengadaan barang/jasa pemerintah yang sesuai dengan tuntutan dan

perkembangan lingkungan internal maupun eksternal secara

berkelanjutan, terpadu, terarah, dan terkoordinasi. Pada tanggal 6

Desember 2007, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

(LKPP) dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun

2007. LKPP berkedudukan sebagai Lembaga Pemerintah Non-

Kementerian (LPNK) yang berada di bawah dan bertanggung jawab

langsung kepada Presiden. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya,

LKPP dikoordinasikan oleh Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas.

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

memiliki unit kerja yang disebut Unit Kerja Pengadaan Barang dan

Jasa (UKPBJ). Dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018, terkait

dengan kelembagaan pengadaan barang/jasa terdapat perubahan istilah

dan konsep yang berbeda. Pada Bagian Kedua Pasal 75 ayat (1) dan (2)

disebutkan Menteri/kepala lembaga/kepala daerah membentuk UKPBJ

yang memiliki fungsi:

1) Pengelolaan Pengadaan
Barang/Jasa

2) Pengelolaan Layanan Pengadaan Secara


Elektronik
3

3) Pembinaan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan

Pengadaan Barang/Jasa.

4) Pelaksanaan Pendampingan, konsultasi, dan/atau bimbingan teknis

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh

menteri/kepala lembaga/kepala daerah.

UKPBJ berbentuk struktural dan ditetapkan sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan. Peraturan Lembaga Kebijakan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah nomor 14 Tahun 2018 tentang Unit

Kerja Pengadaan Barang/Jasa, bahwa UKPBJ menjadi pusat keunggulan

Pengadaan Barang/Jasa (center of execellence) yang memiliki karakter

strategis, kolaboratif, berorientasi pada kinerja, proaktif dan mampu

melakukan perbaikan berkelanjutan, sehingga mendorong dalam

penciptaan nilai tambah dan manfaat dalam kegiatan pengadaan

barang/jasa di Indonesia. Unit Kerja Pengadaan Barang dan Jasa

inilah yang kemudian menjalankan Layanan Pengadaan Secara

Elektronik (LPSE) yang dikembangkan oleh LKPP. UKPBJ dalam hal

ini dilaksanakan oleh Badan Layanan Pengadaan Barang dan Jasa

(BLPBJ) Sekretariat Daerah Kota Makassar.

Dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa, terdapat

beberapa pegawai yang terkait sebagai berikut:

1) Pengguna Anggaran (PA)

Memiliki tugas dan kewenangan melakukan tindakan yang

mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja, mengadakan

perjanjian
4

dengan pihak lain dalam batas anggaran belanja yang telah

ditetapkan, menetapkan perencanaan pengadaan, menetapkan dan

mengumumkan RUP, melaksanakan Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa,

menetapkan Penunjukan Langsung untuk Tender/Seleksi ulang gagal,

menetapkan PPK, menetapkan Pejabat Pengadaan, menetapkan

PjPHP/PPHP, menetapkan Penyelenggara Swakelola, menetapkan tim

teknis, menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan, melalui

Sayembara/Kontes, menyatakan Tender gagal/Seleksi gagal dan

menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode pemilihan:

a) Tender/Penunjukan Langsung/E-purchasing untuk paket Pengadaan

Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai Pagu

Anggaran paling sedikit di atas Rp100.000.000.000,00 (Seratus miliar

rupiah).

b) Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa

Konsultansi dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit di atas

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

2) Kuasa Pengguna Anggaran


(KPA)

KPA dalam pengadaan barang dan jasa sebagaimana melaksanakan

pendelegasian sesuai dengan pelimpahan dari PA. Selain kewenangan

sebagaimana dimaksud KPA juga berwenang menjawab Sanggah Banding

peserta Tender Pekerjaan Konstruksi. KPA dapat menugaskan PPK untuk

melaksanakan kewenangan melakukan tindakan yang mengakibatkan

pengeluaran anggaran belanja; dan/atau mengadakan perjanjian

dengan
5

pihak lain dalam batas anggaran belanja yang telah ditetapkan. KPA dapat

dibantu oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa. Dalam hal tidak ada

personel yang dapat ditunjuk sebagai PPK, KPA dapat merangkap sebagai

PPK.

3) Pejabat Pembuat Komitmen


(PPK)

Memiliki tugas menyusun perencanaan pengadaan, menetapkan

spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK), menetapkan

rancangan kontrak, menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS),

menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada Penyedia,

mengusulkan perubahan jadwal kegiatan, menetapkan tim pendukung,

menetapkan tim atau tenaga ahli, melaksanakan E-purchasing untuk nilai

paling sedikit di atas Rp. 200.000.000,00 (Dua ratus juta rupiah),

menetapkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa, mengendalikan

Kontrak, melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada

PA/KPA, menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada

PA/KPA dengan berita acara penyerahan, menyimpan dan menjaga

keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan dan menilai kinerja

Penyedia.

Selain melaksanakan tugas tersebut PPK juga melaksanakan

tugas pelimpahan kewenangan dari PA/KPA yang meliputi melakukan

tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja dan

mengadakan dan menetapkan perjanjian dengan pihak lain dalam batas

anggaran belanja yang telah ditetapkan. PPK dalam melaksanakan tugas

dapat dibantu oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa.


6

4) Pejabat Pengadaan

Pejabat Pengadaan dalam Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana

melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Pengadaan Langsung,

melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan Langsung untuk

pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai

paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) melaksanakan

persiapan dan pelaksanaan Penunjukan Langsung untuk pengadaan Jasa

Konsultansi yang bernilai paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta

rupiah) dan melaksanakan E-Purchasing yang bernilai paling banyak

Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

5) Pokja Pemilihan (Kelompok Kerja Pemilihan)

Pokja Pemilihan dalam Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana

memiliki tugas melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan

Penyedia, melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan

Penyedia untuk katalog elektronik dan menetapkan pemenang

pemilihan/Penyedia. Untuk metode pemilihan Tender/Penunjukan

Langsung untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa

Lainnya dengan nilai Pagu Anggaran paling banyak

Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dan Seleksi/Penunjukan

Langsung untuk paket, Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Pagu

Anggaran paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)

Pokja Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beranggotakan 3

(tiga) orang Dalam hal berdasarkan pertimbangan kompleksitas

pemilihan Penyedia, anggota


1

Pokja Pemilihan sebagaimana dapat ditambah sepanjang berjumlah

gasal. Pokja Pemilihan dapat dibantu oleh tim atau tenaga ahli.

6) Agen Pengadaan

Agen Pengadaan dapat melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa

dengan Pelaksanaan tugas Agen Pengadaan sebagaimana mutatis

mutandis dengan tugas Pokja Pemilihan dan/atau PPK kemudian

Pelaksanaan tugas Pokja Pemilihan dan/atau PPK dilakukan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundangundangan serta Ketentuan lebih

lanjut mengenai Agen Pengadaan diatur dengan Peraturan Kepala

Lembaga.

7) Pejabat/Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan (PjPHP/PPHP)

PjPHP memiliki tugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan

pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai

paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan Jasa

Konsultansi yang bernilai paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus

juta rupiah) danbPPHP memiliki tugas memeriksa administrasi hasil

pekerjaan pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang

bernilai paling sedikit di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)

dan Jasa Konsultansi yang bernilai paling sedikit di atas

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

8) Penyelenggara Swakelola

Terdiri atas Tim Persiapan, Tim Pelaksana dan/atau Tim Pengawas.

Tim Persiapan memiliki tugas menyusun sasaran, rencana kegiatan,

jadwal pelaksanaan, dan rencana biaya sedangkan Tim Pelaksana

memiliki tugas
2

melaksanakan, mencatat, mengevaluasi, dan melaporkan secara

berkala kemajuan pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran serta

Tim Pengawas memiliki tugas mengawasi persiapan dan pelaksanaan

fisik maupun administrasi Swakelola.

9) Penyedi
a

Penyedia sebagaimana wajib memenuhi kualifikasi sesuai dengan

barang/jasa yang diadakan dan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Penyedia sebagaimana dimaksud adalah mereka

bertanggung jawab atas:

a) Pelaksanaan
Kontrak.

b) Kualitas
barang/jasa.

c) Ketepatan perhitungan jumlah atau


volume.

d) Ketepatan waktu
penyerahan.

e) Ketepatan tempat
penyerahan.

b) Pemerintah Kota Makassar

Pemerintah Kota Makassar berdasarkan Badan Pusat Statistik

Kota Makassar (BPS) dalam angka 2019 memiliki berbagai kecamatan

dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), adapun Organisasi Perangkat

Daerah di Kota Makassar berjumlah 37 Organisasi Perangkat Daerah

meliputi Sekretariat berjumlah 2 instansi/organisasi, kemudian kantor

berjumlah 3 instansi/organisasi, kemudian Dinas berjumlah 25 dinas,

Badan berjumlah

7 Badan, sedangkan kecamatan yang berada dalam ruanglingkup


3
pemerintahan Kota Makassar berjumlah 15 kecamatan. Adapun

daftar
4

lengkap nama-nama Organisasi Perangkat Daerah dan Kecamatan di Kota

Makassar dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pelaksanaan Layanan Pelaksaaan pengadaan Secara Elektronik di

Kota Makassar mendapatkan penguatan Legal Standing dari pihak

pemerintah Kota Makassar pada tahun 2016. Pada tahun 2016

dikeluarkanlah Peraturan Walikota Makassar Nomor 79 Tahun 2016 pasal

27 tentang Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa. Bagian

Layanan Pengadaan Barang dan Jasa mempunyai tugas merumuskan

bahan kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis serta pembinaan dan

pelayanan administratif di bidang layanan pengadaan barang dan jasa.

1) Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa dalam melaksanakan

tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), menyelenggarakan

fungsi:

a) Perencanaan kegiatan operasional di bidang layanan

pengadaan barang dan jasa.

b) Pelaksanaan kegiatan di bidang layanan pengadaan barang

dan jasa.

c) Pengoordinasian pelaksanaan kegiatan di bidang

layanan pengadaan barang dan jasa.

d) Pengendalian evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan

di bidang layanan pengadaan barang dan jasa.

e) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait

tugas dan fungsinya.


5

2) Berdasarkan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan ayat (2), Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa mempunyai

uraian tugas:

a) Merencanakan, menyusun dan melaksanakan program dan

kegiatan Bidang Layanan Pengadaan Barang dan Jasa.

b) Menghimpun dan menyusun bahan Rencana Kerja dan

Anggaran (RKA)/RKPA, Dokumen Pelaksanaan Anggaran

(DPA)/DPPA Bidang Layanan Pengadaan Barang dan Jasa.

c) Mengoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan

Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Bidang Layanan

Pengadaan Barang dan Jasa.

d) Menyelenggarakan penyusunan dan menetapkan rencana dan

program/kegiatan Bagian Layanan Pengadaan.

e) Menyelenggarakan perumusan kebijakan Pembinaan dan

Pengembangan Pengadaan, Pelaksanaan Pengadaan, Layanan

Pengadaan Secara Elektronik (LPSE).

f) Melaksanakan fasilitasi, koordinasi, kolaborasi, sinergitas dan

sinkronisasi kebijakan Pembinaan dan Pengembangan

Pengadaan, Pelaksanaan Pengadaan, Layanan Pengadaan Secara

Elektronik (LPSE).

g) Menyelenggarakan program/kegiatan Bagian Layanan

Pengadaan yang meliputi perumusan, penyusunan dan

pengendalian
6

Pembinaan dan Pengembangan Pengadaan,

Pelaksanaan Pengadaan, Layanan Pengadaan Secara

Elektronik (LPSE).

h) Menyelenggarakan penyelesaian administrasi pembinaan dan

pengembangan pengadaan, pelaksanaan pengadaan, Layanan

Pengadaan Secara Elektronik (LPSE).

i) Menyelenggarakan administrasi pembinaan, pengembangan dan

pelaksanaan pengadaan barang dan jasa.

j) Menyelenggarakan administrasi Layanan Pengadaan Secara

Elektronik (LPSE).

k) Menyelenggarakan penyusunan hasil monitoring, evaluasi dan

pelaporan program Pengadaan Barang Jasa.

l) Melakukan perumusan, pemantauan dan evaluasi

penyelenggaraan kebijakan daerah terkait di bidang pengadaan

barang dan jasa.

m) Mengoordinasikan pelaksanaan pemberian bantuan dan

advokasi hukum lingkup pengadaan barang jasa Pemerintah.

n) Menetapkan pokja layanan pengadaan untuk kegiatan

pemilihan pengadaan barang jasa.

o) Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi

permasalahan di lingkup tugasnya serta mencari alternatif

pemecahannya.

p) Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan

perundang- undangan yang berkaitan dengan lingkup tugasnya

sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas.


7

q) Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada atasan.

r) Membagi tugas, memberi petunjuk, menilai dan mengevaluasi

hasil kerja bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan

lancar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

s) Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan

kepada atasan.

t) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.

LPSE Kota Makassar merupakan layanan pengadaan yang

dilakukan secara elektronik berada di kawasan pemerintahan Kota

Makassar, ini merupakan sebuah layanan yang dikembangkan oleh

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan jasa Pemerintah (LKPP)

layanan ini bertujuan sebagai penyelenggara sistem elektronik

pengadaan barang maupun jasa pemerintah. LPSE Kota Makassar

menjalankan sistem E- Procurement atau pelelangan secara elektronik

dengan menggunakan sistem SPSE atau Sistem Pengadaan Secara

Elektronik. LPSE Kota Makassar sendiri menggunakan Aplikasi Versi

:SPSE v4.3u20191009 Agregasi Inaproc: Aktif dengan ID LPSE: 234

layanan yang tersedia dalam sistem Ppngadaan Sscara elektronik saat ini

adalah tender yang ketentuan teknis operasionalnya diatur oleh peraturan

LKPP No.9 pada tahun 2018 tentang tatacara E-Tendering atau tata cara

pemilihan penyedia barang atau jasa yang dilakukan secara terbuka.


8

c) BLPBJ Sekretariat Daerah Kota Makassar

Merupakan sebuah Unit Kerja Pengadaan Barang dan Jasa

(UKPBJ) di Pemerintah Kota Makassar yang menjadi pusat keunggulan

Pengadaan Barang/Jasa. Menghasilkan barang/jasa yang tepat dari

setiap uang yang dibelanjakan, diukur dari aspek kualitas, jumlah, waktu,

biaya, lokasi, dan Penyedia, meningkatkan penggunaan produk dalam

negeri, meningkatkan peran serta usaha mikro, usaha kecil, dan usaha

menengah, meningkatkan peran pelaku usaha nasional, mendukung

pelaksanaan penelitian dan pemanfaatan barang/jasa hasil penelitian,

meningkatkan keikutsertaan industri kreatif, mendorong pemerataan

ekonomi dan mendorong Pengadaan berkelanjutan. Pengadaan barang

dan jasa meliputi barang, pekerjaan konstruksi, jasa konsultansi dan

jasa lainnya, dengan prinsip efisien, efektif, transparan, transparansi,

terbuka, bersaing, adil dan akuntabel.

Adapun etika pengadaan barang dan jasa yang dicanagkan oleh

Bagian Layanan Pemgadaan Barang dan Jasa Sekretariat Daerah Kota

Makassar. Semua pihak yang terlibat dalam Pengadaan Barang/Jasa

mematuhi etika sebagai berikut:

1) Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab

untuk mencapai sasaran, kelancaran, dan ketepatan tujuan pengadaan

barang/jasa.
9

2) Bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga kerahasiaan

informasi yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk

mencegah penyimpangan pengadaan barang/jasa.

3) Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung

yang berakibat persaingan usaha tidak sehat.

4) Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang

ditetapkan sesuai dengan kesepakatan tertulis pihak yang terkait.

5) Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan

pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung,

yang berakibat persaingan usaha tidak sehat dalam pengadaan

barang/jasa;

6) Menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran keuangan

negara.

7) Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau

kolusi dan tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak

menjanjikan untuk memberi atau menerima hadiah, imbalan, komisi,

rabat, dan apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau

patut diduga berkaitan dengan pengadaan barang/jasa.

Kemudian pertentangan kepentingan pihak yang dalam hal ini :

1) Direksi, Dewan Komisaris, atau personel inti pada suatu badan

usaha, merangkap sebagai Direksi, Dewan Komisaris, atau personel

inti pada badan usaha lain yang mengikuti Tender/Seleksi yang sama.

2) Konsultan perencana atau pengawas dalam Pekerjaan Konstruksi

bertindak sebagai pelaksana Pekerjaan Konstruksi

yang
10

direncanakannya atau diawasinya, kecuali dalam

pelaksanaan pengadaan pekerjaan terintegrasi.

3) Konsultan manajemen konstruksi berperan sebagai konsultan

perencana.

4) Pengurus atau manajer koperasi merangkap sebagai PPK/Pokja

Pemilihan/Pejabat Pengadaan pada pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa di Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.

5) PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan baik langsung maupun

tidak langsung mengendalikan atau menjalankan badan usaha

penyedia.

6) Beberapa badan usaha yang mengikuti Tender/Seleksi yang sama,

dikendalikan baik langsung maupun tidak langsung oleh pihak

yang sama, dan/atau kepemilikan sahamnya lebih dari 50% (lima

puluh persen) dikuasai oleh pemegang saham yang sama.

Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Sekretariat Daerah

Kota Makassar, diisi oleh beberapa jabatan seperti Kepala Bagian,

Kepala Sub Bagian sebanyak tiga 3 diantaranya KASUBAG Layanan

Pengadaan Barang dan Jasa, KASUBAG Layanan Pengadaan Secara

Elektronik, KASUBAG Monitoring dan Evaluasi, Pelaksana Pengadaan,

staf, dan LPSE, selanjutnya terdapat berbagai pangkat atau golongan

diantaranya Pembina berjumlah 3 orang, penata Tk.I berjumlah 7 orang,

Penata berjumlah 14 orang, Penata Muda berjumlah 5, Penata Muda I

berjumlah 2 orang, pengatur 3 orang dan tenaga kontrak sebanyak 13

orang. Data
11

seluruh pegawai Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa

Sekretariat Daerah Kota Makassar lebih detail dapat dilihat pada

Lampiran 2.

Struktur organisasi Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa

(BLPBJ) Sekretariat Daerah Kota Makassar menggunakan sebuah

struktur Birokrasi dengan tugas-tugas operasi yang sangat rutin yang

orientasinya melalui spesialisasi, aturan dan ketentuan yang sangat

formal, tugas-tugas yang dikelompokkan ke dalam berbagai departemen

fungsional seperti Kepla Bagian, KASUBAG Layanan Pengadaan

Barang dan Jasa, KASUBAG Layanan Pengadaan Secara Elektronik,

KASUBAG Monitoring dan Evaluasi, Pelaksana Pengadaan, staf, dan

LPSE, selanjutnya terdapat berbagai pangkat atau golongan diantaranya

Pembina, penata Tk.I, Penata, Penata Muda, Penata Muda I, Pengatur

dan tenaga kontrak. wewenang terpusat, rentang kendali yang sempit,

dan pengambilan keputusan yang mengikuti rantai komando yang

jelas. Gambaran struktur organisasi BLPBJ Kota Makassar dapat

dilihat pada Lampiran 3.

Menjadi penyedia barang dan jasa tidak serta merta dilakukan

begitu saja tanpa adanya prosedur, tentunya sudah ada langkah-langkah

atau standar operasional prosedur yang diatur oleh pihak, Bagian Layanan

Pengadaan Barang dan Jasa (BLPBJ) Sekretariat Daerah Kota

Makassar. Gambaran prosedur menjadi penyedia barang dan jasa

pemerintah dan persyaratannya dapat dilihat sebagai berikut:


1

Langkah 1

Daftar di
http://lpse.makassar.go.id

Langkah 2

Daftarkan email perusahaan, serta


download formulir pendaftaran
dan formulir keikutsertaan melalui
aplikasi SPSE.

Langkah 3

Klik link pada email balasan dan


lebgkapi formulir pendaftaran
online penyedia.

Langkah 4

Lakukan verifikasi data ke LPSE


tempat anda mendaftar dengan
membawa persyaratan berkas (asli
dan copy).
Gambar 3. Langkah Menjadi Penyedia Barang dan Jasa Pemerintah

Selain tatacara atau prosedur pendaftaran menjadi penyedia

barang dan jasa, pemerintah pada layanan pengadaan yang

dilaksanakan secara elektronik diperlukan beberpa persyaratan tambahan,

adapun yang menjadi persyaratan tambahan wajib yang harus diikuti

dan dipenuhi oleh calon penyedia barang dan jasa dan atau badan

usaha, dapat dilihat sebagai berikut:

a) KTP (Kartu Tanda Penduduk)

b) NPWP Perusahaan

c) Surat Ijin Jenis Usaha (SIUP/SIUJK/IUI/SBU/SITU)


2

d) TDP (Tandas Daftar Perusahaan)

e) Akta Pendirian dan Akta Perubahan Terakhir

Selanjutnya, ada beberpa prosedur atau arahan yang menjadi

catatan penting bagi calon penyedia barang dan jasa pemerintah

diantaranya adalah penyedia dapat ikut serta dalam setiap lelang

layanan pengadaan secara elektronik, akan tetapi peserta diwajibkan

untuk aktivasi AGREGASI INAPROC dengan login ke Layanan

Pengadaan Secara Eelektronik (LPSE) tempat dimana awal mendaftar.

2. Implementasi E-Procurement di Kota Makassar

a) Sumber Daya Manusia

Saat ini sumber daya manusia menjadi menjadi salah satu

prioritas selain pengembangan sistem Layanan Pengadaan Secara

Elektronik (LPSE), sejalan dengan aturan yang ditetapkan pada

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 16 Tahun 2018 yang

mengharuskan seluruh staf memiliki sertifikat dan diberi waktu

penyesuaian hingga pada tahun 2021. Sama halnya dengan Bagian

Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Sekretariat Daerah kota Makassar

sudah memulai menerapkan, dalam hasil wawancara dengan KASUBAG

Monitoring dan Evaluasi mengatakan:

“Pegawai kami di BLPBJ kota Makassar ini diwajibkan


mengikuti pelatihan Khusus bersertifikat, yaitu National
Procurement Expert yg di adakan oleh LPSE kota Makassar. Kami
punya formasi pegawai, 3 pegawai masuk pada satu POKJA dan
total POKJA ada 8 dan sesaui dengan struktural organisasi. ada
beberapa pegawai yang bukan PNS, beberapa pegawai kami
kontrak yang ahli di bidang komputer itu kami kontrak dan sama
seperti pegawai yang lain harus ikut pelatihan yang kami
adakan” (Wawancara 06 Desember 2019).
3

Berdasarkan pemaparan dari KASUBAG Monitoring dan

Evaluasi BLPBJ Sekretariat Daerah Kota Makassar, dapat diketahui

bahwasanya seluruh anggota atau pegawai yang ada di Bagian

Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Kota Makassar minimal telah

memiliki sertifikasi pelatihan khusus, sebagai bentuk SIM untuk dapat

ikut menjadi bagian pelayanan LPSE Kota Makassar itu sendiri,

ditambah dengan pegawai yang Non PNS juga harus mengikuti

pelatihan khusus dan bebrapa pegawai kontrak yang ternyata harus

memiliki keahlian bidang ilmu seperti Komputer.

Pada Kesempatan yang berbeda dengan KASUBAG Monitoring

dan Evaluasi mengungkapkan:

“Terkait kesiapan pegawai dalam bekerja contohnya POKJA itu


tergantung, jadi sistemnya begini, siapa yang masih kerja belum
dikasi dan yang sudah agak kososong dikasi dan sumber daya kami
dituntuk untuk tidak ada permintaan misalnya SKPD 1 maunya di
POKJA 3, artinya tidak ada system pilih-pilih kasih begitu”
(Wawancara 30 Desember 2019).

Ini menujukkan bahwa sumber daya manusia yang ada di

Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Sekretariat Daerah Kota

Makassar, dituntut untuk berlaku adil sebagai bentuk manifestasi atas

akuntabilitas dalam meberikan pelayanan terhadap publik. Kemudian

beliau mepertegas tentang pertanyaan kemungkinan adanya Rooling antar

POKJA bahwasanya:

“Tidak, tidak ada Rooling sama sekali, karena sudah dipaketkan di


SK, semua akan bekerja sesuai yang sudah dipaketkan. akan
tetapi pada tahun 2020 nanti sudah tidak ada anggota POKJA
1,2,3 nantinya akan diganti dengan POKJA Pemilihan saja”
(Wawancara 06 Desember 2019).
4

Mengidentifikasi hasil komentar sebagai bentuk penegasan dari

KASUBAG Monitoring dan evaluasi terkait dengan pegawai bagian

layanan pengadaan barang dan jasa, peneliti dapat mengindentifikasi

lebih awal bahwasanya profesionalitas yang merujuk pada kejelasan

tugas pokok dan fungsinya menjadi tujuan utama dalam memberikan

pelayanan, perihal adanya pergantian nama kelompok pemilihan

ditahun 2020, peneliti melihat itu tidak akan berdampak besar kepada

system yang sudah dijalankan dikarenakan yang berubah hanya

persoalan nama terkait ketentuan formasi dan tugas pokok serta fungsi

dari kelompok kerja pemilihan masih tetap sama.

Bagian layanan Pengadan Barang dan Jasa dalam memberikan

ruang pelatihan bagi staf atau anggota baru dengan menerapkan

beberapa bentuk pelatihan khusus, bimbingan, uji coba system mulai

pada tahun 2015 hingga tahun 2019. Nama-nama atau jenis pelatihannya

diantaranya Sertifikat Ahli Pengadaan Nasional yang dikhususkan untuk

POKJA, Training of Trainer LPSE Versi 4 Batch 16 ditahun 2016,

Management Administration Training System batch 7 pada tahun 2017,

Uji Coba Aplikasi SPSE 4.2 Batch II tahun 2017, Bimbingan teknis

LPSE Regional IV-Sulawesi (Kelas Khusus) di tahun 2018, Bimbingan

Teknik LPSE SPSE dari Gelombang 15, 16, dan 17 semua

dilaksanakan pada tahun 2019, kemudian yang terbaru di tahun 2019

dilaksanakannya Bimbingan Teknis LPSE Admin System gelombang 20.

Berikut adalah sample sertifikat yang harus dipenuhi oleh staf

POKJA Bagian Layanan


5

Pengadaan Barang dan Jasa khususnya Kelompok Kerja

Pemilihan (POKJA) Pemilihan Sekretariat Daerah Kota Makassar.

Gambar 4. Sertifikat Ahli Pengadaan Nasional

Sertifikat ini bernama sertifikat Ahli Pengadaan Nasional

(National Procurement Expert) dikeluarkan pada 24 Januari tahun 2014

di Jakarta oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa

Pemerintah, sertifikat ini menjadi SIM atau bukti bahwasanya pegawai

bersangkutan sudah layak untuk dijadikan salahsatu anggota POKJA

Pemilihan di Bagian Layanan pengadaan Barang dan Jasa Sekretariat

Daerah Kota Makassar, untuk mendapatkan sertifikta ini pegawai harus

mengikuti tes National Procurement Expert yang dilaksanakan oleh

BLPBJ kota Makassar dan disetujui oleh LKPP.


6

b) Komunikasi

Komunukasi tentu menjadi hal yang tidak bisa dilepaskan dari

kehidupan, jika dikaitkan dengan pelayanan publik seperti layanan

LPSE komunikasi menjadi ujung tombak dikarenakan itu akan menjadi

wadah dalam berkoordinasi antar lini, pelayanan berbeda ditawarkan

oleh LPSE yang dikembangkan oleh LKPP terkait komunikasi yang

lebih kepada komunikasi daring, seperti yang dikemukakakn oleh

KASUBAG Layanan Pengadaan Secara Elektronik:

“Jalur komunikasi antara kami dengan pengguna jasa itu


dilakukan secara bebas lewat online, tidak ada komunikasi
secara langsung kecuali, pengguna jasa datang ke kantor dalam
upaya perbaikan data dan dokumen maka akan ada komunikasi
secara langsung karena akan dipandu oleh pegawai. Kemudian
tidak ada keterkaitan komunikasi maupun pengambilan keputusan
antara kami selaku LPSE kota Makassar dengan LPSE Sulawesi
Selatan dalam hal penentuan pemenang maupun perencanaan
tender dikarenakan setiap LPSE baik dari tingkat Provinsi maupun
daerah mengkoordinir daerah masing-masing” (Wawancara 06
Desember 2019).

Dengan demikian dapat diartikan bahwa komunikasi baik dari

pihak Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa (BLPBJ) Sekretariat

Daerah Kota Makassar kepada pengguna jasa atau sebaliknya, benar-

benar mengedepankan efisiensi waktu. Dapat dilihat dari segi komunikasi

karena pengguna jasa tidak perlu mengunjungi lokasi BLPBJ Kota

Makassar untuk mendaftar yang tentunya akan mebutuhkan waktu dan

materi, kecuali dalam rangka perbaikan sudah semestinya harus

mendatangi lokasi BLPBJ Kota Makassar untuk didampingi langsung

oleh staf yang berkaitan.


7

Pada kesempatan yang berbeda, kami mewawancarai 2 orang

responden diwaktu yang berbeda sebagai pengguna (user) layanan LPSE

Kota Makassar terkait dengan komunikasi mereka dengan pihak

BLPBJ Kota Makassar mengaku bahwa:

“Jika masih proses penawaran maka komunikasi saya masih sebatas


online, kecuali sudah masuk pada proses pembuktian baru kita
ketemu, jadi itu sebenarnya salah satu untuk menghindari
permainan” (Wawancara 15 Desember 2019).
Kemudian responen kedua diwaktu yang berbeda mepertegas bahwasanya:
“Iya betul kita tidak perlu kesana, kan di website itu sudah ada ada
semua paket kita liat paketnya apa-apa yang musti dilengkapi
selama kurang lebih satu atau dua minggu,setelah kita upload
nanti dicek sama panitia, jadi kalau semua lengkap 3 besar atau
5 besar di undang untuk pembuktian nah baru kita kesana
membawa berkas untuk pembuktian jadi sebelum itu semua
dilakukan secara online” (wawancara 19 Januari 2020)

Dari hasil wawancara tersebut penulis melihat ternyata disamping

memepertimbangkan efisiensi waktu, disisi lain E-Procurement ini juga

menjadi wadah untuk memperkecil ruang permainan-permainan

oknum yang tidak bertanggung jawab sehingga, upaya untuk

memiminimalisir atau menghindari kegiatan seperti calo dari pihak

BLPBJ atau Premanisme terhadap pihak BLPBJ dapat terwujud.

Kemudian disamping itu Kepala Sub Bagian Monitoring dan

Evaluasi mepertegas terkait komunikasi dalam proses pengumuman

mengungkapkan:

“Semua keputusan by sistem, adapun rapat internal itu hanya tinggal


tahap verifikasi oleh Pokja tidak ada pengambilan keputusan yang
bersifat tertutup. surat keputusan akan di proses selama 25 hari dan
akan di kirimkan melalui online” (Wawancara 06 Desember 2019).
8

Jadi dapat diartikan bahwa benar-benar seluruh alur komunukasi

yang sebisa mungkin dapat dilakukan secara daring itu dimaksimalkan

dan hanya pada beberapa tahap yang memang mengharuskan

terjadinya pertemuan langsung antara pihak pengguna jasa kepada pihak

Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Kota Makassar.

Bentuk komunikasi yang dijalin antara pengguna layanan dengan

pihak bagian layanan pengadaan barang dan jasa dalam melakukan

penawaran tender barang/jasa yang dilakukan secara secara online.

Serta komunikasi langsung antara pihak pengguna jasa dengan pihak

Bagian layanan pengadaan barang dan jasa dalam menjalankan

komunikasi langsung atau offline artinya komunikasi di Bidding Room

Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa (BLPBJ) Sekretariat

Daerah Kota Makassar, bentuk pengarahan dan bentuk komunikasi secara

langsung dari pegawai bagian layanan pengadaan barang dan jasa kepada

pengguna layanan (user) atau pihak perusahaan ketika melakukan

perivikasi berkas atau dapat juga melakukan perbaikan akun yang

mengalami kendala seperti lupa password atau kata sandi dan ID.

Gambaran komunikasi langsung antara user dengan staf BLPBJ Kota

Makassar dapat dilihat pada Lampiran 4.

Kemudian selanjutnya sistem komunikasi daring yang disediakan

oleh layanan pengadaan secara elektronik adalah pada tampilan fitur

yang disediakan, terdapat kolom komentar yang memungkinkan

terjadinya komunikasi timbal balik oleh pengguna kepada admin

LPSE Kota
9

Makassar serta dapat dilihat oleh semua pengguna layanan lainnya

sehingga tidak muncul kecurigaan dalam melakukan komunikasi,

adapun tambahan fitur kolom pengaduan, pengaduan yang dimaksud

adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan layanan pengadaan barang

dan jasa seperti keluhan akun, pertanyaan yang berkaitan dengan segala

proses yang dilalui selama itu mengikuti standar operasional prosedur

yang ditetapkan oleh pihak bagian layanan pengadaan barang dan

jasa. Gambaran komunikasi online dapat dilihat pada Lampiran 5.

c) Tujuan

Tujuan sebuah kebijakan memang menjadi sasaran utama dalam

sebuah kebijakan publik dalam menyelesaikan permasalahan yang

ada, sama halnya dengan tujuan dibentuknya layanan pengadaan secara

elektronik ini seperti yang dipaparkan pada kesempatan wawancara

dengan KASUBAG Monitoring dan Evaluasi mengatakan:

“Secara umum layanan pengadaan ini bertujuan untuk memahami


peng organisasian pengadaan barang dan jasa melalui melalui
media elektronik serta pengelolaan IT pada LPSE sehingga kami
menhgarapkan, akan muncul transparansi dan akuntabilitas dan
persaingan yang sehat. untuk selama ini memang adanya LPSE ini
penggunanya tidak perlu lagi membuang-buang waktu untuk jalan
dan sebagainya cukup mendaftar lewat online tanpa harus datang ke
kantor dan tentunya sangat efisien dan efektif terutama
permasalahan waktu” (Wawancara 06 Desember 2019).

Demikian dapat dilihat bahwa layanan pengadaan barang dan

jasa memang bertujuan untuk memunculkan transparansi dan

akuntabilitas dengan memanfaatkan media elektronik atau teknologi, serta

dari segi waktu dan materi dapat dimanfaatkan seefisien dan seefektif

mungkin,
10

wanwancara pertama kepada pengguna jasa terkait transparansi yang

dirasakan oleh peserta lelang:

“Transparan, yang namanya sistem pasti transparan dan saya rasa


betul hal tersebut, terkait adanya isu permainan saya juga
kurang tau bagaimana panitia jika PL, tapi selama ini yang saya
lihat jika masih dalam layanan tender artinya bukan PL, mereka
yang gugur kalau diperhatikan memang pantas untuk gugur,
tetapi tetap ada masa sanggah sebenarnya jika tidak berterima
atas keputusan pemenang” (Wawancara, 19 januari 2020).

Pada wawancara selanjutnya kepada pihak pengguna jas LPSE,

lainnya terdapat sebuah komentar yang kontradiksi dengan tatacara E-

Tendering yaitu transparansi. Dalam wawancara itu disamapaikan:

“Berbicara mengenai tujuannya, kita ambil contoh PL itu ada


kekurangannya, itu Pengadaan Langsung terkadang kita harus kuat
jaringan baru bisa masuk, jadi kita harus punya jaringan untuk bisa
masuk, biasa juga PL itu adalah kontraktor titipan dari anggota
DPR. Kekurangan yang kedua adalah PL itu tidak ada panjar jadi
harus pakai modal full dari pemenang” (Wawancara 15 Desember
2019).

Ini menandakan bahwa Pengadaan Langsung atau PL yang

dananya dibawah 200 juta rupiah itu, ternyata masih terdapat indikasi

permainan dari pemerintah khususnya DPRD seperti yang disebutkan,

lanjutnya beliau menyampaikan terkait kelebihan Layanan Pengadaan

Secara Elektronik:

“PL ini kelebihannya sudah pasti dikerja dan tidak ribet, tapi
kita harus kuat jaringan, kecuali terkait Tender ada juga
keunggulannya karena tidak ada permainan, kita betul-betul
bersaing dalam memenangkan penawaran da punya panjar”
(Wawancara 15 Desember 2019).

Pemaparan kedua responden tersebut dapat ditarik benang

merahnya bahwasanya, tidak semua proses pelelangan bisa dimainkan

contohnya
1

pada Tender karena harus benar-benar bersaing dengan menggunakan

data-data yang valid dan tidak diperkenankan menggunakan data

fotocopy hanya saja Pengadaan Langsung (PL) masih rentan terhadap

permainan karena sistemnya ditunjuk secara langsung.

Kemudian surat pengumuman pemenang pelelangan maupun surat

edaran gagal dalam proses pelelangan, melalui pihak bagaian layanan

pengadaan barang dan jasa dan sistem layanan pengadaan barang dan

jasa secara elektronik (E-Procurement) melakukan penayangan pada

website LPSE Kota Makassar sebagai bentuk pembuktian Bagian

Layanan Pengadaan Barang dan Jasa (BLPBJ) Sekretariat Daerah Kota

Makassar untuk menayangkan ke khalayak umum, seperti yang

disampaikan oleh KASUBAG Monitoring dan evaluasi terkait

kemungkinan adanya protes atas hasil pengumuman:

“Untuk kasus ini ada yang namanya masa sanggah, ini masa
sanggah kita kasi waktu sekurang-kurangnya satu minggu setelah
pengumuman disitulah kami memberikan penjelasan atau
jawaban batas pertanyaan mereka tapi ketika sudah ada jawaban
dan masih belum puas maka masuk pada masa banding artinya kita
bandingkan antara pemenang dan pihak yang melakukan
sanggahan” (wawancara, 06 desember 2019).

Komentar tersebut menunjukkan BLPBJ Kota Makassar

mencoba menerapkan pelayanan yang akuntabel dan transparan bagi

semua pihak dari peserta pelelangan sampai pada masyarakat umum,

sehingga jika ada pihak yang merasa keberatan atas keputusan tersebut

dapat melakukan banding dalam kurun waktu 7 hari terhitung sejak

tanggal pengumuman tersebut dikeluarkan, dengan demikian

menunjukkan adanya tanda-tanda


2

salah satu tujuan dari layanan pengadaan secara elektronik, yaitu

tidak adanya tendensi atau nepotisme kepada pihak manapun,

gambarang surat edaran pemenang tender dan gagal tender dapat dilihat

pada Lampiran 6.

d) Lingkungan
Lingkungan menjadi salah satu faktor yang dapat menentukan

sebuah pelaksanaan sebuah kebijakan berhasil atau tidak, seperti

kondisi lingkungannya, perputaran ekonomi dan tentunya kondisi politik

yang sedang berjalan, samahalnya dengan Bagian Layananan Pengadaan

barang dan Jasa (BLPBJ) Sekretariat Daerah kota Makassar dalam

menjalankan layanan pengadaan secara elektronik, tentunya mendapat

pengaruh dari segi lingkungan, hasil wawancara dengan KASUBAG

Monitoring dan Evaluasi mengatakan:

“Untuk kondisi sosial terkadang muncul protes kepada pihak kami,


padahal bukan dari pihak LPSE yang terlambat akan tetapi
dari pihak SKPD yang sering terlambat dalam masalah persuratan
PKK dari SKPD, kadang juga masyarakat-masyarakat diluar sana
mengatakan kami ada permainan padahal jika dilihat langsung akan
sangat sulit untuk melakukan permainan karena diawasi
langsung KPK dan LKPP” (Wawancara 06 Desember 2019).

Kemudian melanjutkan komentarnya pada aspek


ekonomi:

“Dari segi ekonomi dengan adanya LPSE ini kemudian kami mampu
mendukung pembangunan yang tentunya perihal ekonomi akan
meningkat diluar sana apalagi terkait peran usaha mikro, usaha
kecil, dan usaha menengah sesuai dengan Perpres tahun lalu itu
tentang pengadaan barang atau jasa pemerintah. itu no 18 tahun
lalu”(Wawancara 06 Desember 2019).

Terahir komentarnya tentang dukungan dari kondisi politik yang ada

di Kota Makassar.

“Untuk pihak politik mereka sangat mendukung pihak kami, kami di


dukung dan di awasi juga oleh KPK serta tentunya Anggota-
anggota
3

Dewan Perwakilan Rakyat di Kota Makassar” (Wawancara 06


Desember 2019).

Dari komentar KASUBAG Monitoring dan Evaluasi dapat

dilihat bahwasanya kondisi lingkungan dalam hal ini ekonomi dan politik

sedang dalam kondisi yang kondusif, dikarenakan mendapat dukungan

penuh dari pihak pemerintahan lainnya dan pihak BLPBJ juga mampu

meberikan kontribusi positif terhadap perkembangan ekonomi baik usaha

mikro hingga menengah melalui swakelola.

Proses tambahan yang dikembangkan oleh pihak bagian layanan

pengadaan barang dan jasa kepada pemerintah Kota Makassar yang

kemudian mendapat dukungan atas inovasi tersebut, Layanan

Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Makassar menjadi satu-

satunya LPSE yang ada diseluruh Indonesia yang menambahkan item

pengembangan terkait pelelangan program tersebut bernama Pra-

Tender, sistem ini terintegrasi ke LPSE Kota Makassar, sebelum tender

ditayangkan di website LPSE Kota Makassar sebelumnya masing-

masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Makassar melakukan

input data Pagu atau batas tertinggi anggaran dan Harga Perkiraan

Sendiri (HPS) ke Sistem informasi Rancangan Umum Pengadaan

(SiRUP) kemudian masuk ke Pokja Pemilihan (POKJA 1-8) dan

ditayangkan oleh admin penayangan LPSE Kota Makassar, ini sebagai

bentuk keseriusan pihak BLPBJ Kota Makassar dalam mengahasilkan

sebuah keputusan final yang betul-betul telah dikaji dengan baik lewat

Pra-tender tersebut, tampilan website Aplikasi Pra-tender dapat dilihat

pada Lampiran 7.
4

Kepala Sub Bagian Monitoring dan Evaluasi dalam komentarnya

tentang aplikasi Pra-Tender yang ada di LPSE Kota Makassar,

mempertegas bahwa:

“Untuk saat ini kami LPSE pertama di Indonesia yang berani


melakukan inovasi, itu tidak apa-apa selama niatnya baik apa
salahnya, kedepannya kami masih akan membuat inovasi baru
yaitu E-Katalog Lokal yang khusus lokal atau daerah Kota
Makassar saja nanti isi tendernya itu ATK, nanti kami akan ajukan
ke dewan untuk dibuatkan perda semoga disetujui”

Proses pelaksanaan Pra-Tender tidak berjalan maksimal dimulai pada

15 Maret 2019, aplikasi Pra-Tender resmi ditutup dengan alasan

masih terdapat paket proyek yang tidak diunggah dan melengkapi segala

bentuk dokumen persyaratan oleh beberapa Organisasi Perangkat

Daerah Kota Makassar sebanyak 180 paket proyek. Berikut komentar

Kepala BLPBJ Sekda Makassar, Fuad Aziz terkait masalah Pra-Tender

kepada Muin Asrhawi, 2019 (www.sulselsatu.com):

“Baru 309 yang masuk pra tender Jadi masih ada 180-an dokumen
tender yang harus dimasukkan, akan tetapi pihaknya kami akan
tetap menargetkan agar seluruh proses tender di lingkup Pemerintah
Kota Makassar dapat rampung pada Juli 2019 mendatang”

Hal tersebut menunjukkan bahwa permasalahan inti dari

pelayanan Pra-Tender LPSE Kota Makassar diakibatkan oleh, instansi-

instansi pemerintahan Kota Makasaar yang lamban dalam memenuhi

segala kebutuhan dokumen yang harus dipenuhi, sebagai bentuk proses

mendaftarkan paket proyek yang akan di tender pada website LPSE

Kota Makassar.
5

Sejalan dengan Pra-Tender yang mengalami kendala begitupula

dengan kondisi sosial dalam artian masyarakat di Kota Makassar,

layanan pengadaan barang dan jasa ini ternayata masih mendapatkan

komentar- komentar menyimpang atau opini buruk dari masyarakat

umum yang awam atau kurang tahu secara mendalam sistem yang

dijalankan oleh BLPBJ Sekretariat Daerah Kota Makassar, ditambah

dengan dari pihak OPD terkait yang tidak efisien dalam melaksanakan

tupoksinya. Sehingga dapat menghambat pergerakan pegawai BLPBJ

Sekretariat Daerah Kota Makassar dalam melakukan tugas dan

fungsinya dalam melayani pengguna layanan pengadaan tersebut.

e) Kepatuhan Implementor

Profesionalisme dalam bekerja memang menjadi tolok ukur baik

atau tidaknya bentuk pelayanan yang diberikan oleh pelayan publik

terhadap masyarakat. Setiap individu yang menjadi pegawai di Bagian

Layanan Pengadaan Barang dan Jasa (BLPBJ) Sekretariat Daerah Kota

Makassar, terkait dengan kepatuhan implementor atau pelaksana layanan

pengadaan barang dan jasa KASUBAG Layanan Pengadaan Secara

Elektronik BLPBJ Kota Makassar mengatakan:

“Sejauh ini pegawai di kantor ini masih sangat taat aturan dan
belum pernah terbukti melakukan hal-hal yang merusak reputasi
LPSE Kota Makassar seperti calo dll dalam melayani masyarakat.
bahkan kami melayani hingga pukul 17:00 yang seharusnya
hanya sampai pada pukul 15:45 Wita” lanjutnya beliau mengatakan:

“Dan kami menerapkan peraturan jika tidak sempat hadir atau


datang terlambat harus izin 1 hari sebelumnya kepada
pimpinan biasanya izin kepada kasubag 1-3. terkait sanksi jika ada
melakukan
6

pelanggaran maka akan kami serahkan kepada pihak yg berwajib”


(Wawancara 06 Desember
2019).

Hal diatas menunjukkan bahwa pihak Bagian Layanan

Pengadaan Barang dan Jasa (BLPBJ) Sekretariat Daerah Kota Makassar

menunjukkan profesionalisme kerja sehingga, dalam melakukan

pelayanan atau menhadapi hambatan mereka masih memiliki solusi

untuk menyelesaikannya, contoh kasus, seperti aturan konfirmasi yan

mewajibkan untuk melapor satu hari sebelumnya. Penulis

menganalisis bahwa ini dilakukan agar pihak BLPBJ dapat mengatur

jadwal menyesuaikan dengan kondisi yang ada, tanpa mendapati yang

namanya kondisi eksidental atau kodisi tiba-tiba diluar perencanaan kerja.

Kemudian KASUBAG Monitoring dan Evaluasi dalam sebuah

wawancara terkait kepatuhan implementor mengatakan:

“Selama pelaksanaan E-Procurement ini kendala yang kami hadapi


hanya pada persuratan atau data dari OPD yang sering terlambat,
kalau dari segi IT dan anggota kami selama ini belum ada
kendala semisal hacker dan error karena kami di dukung jaringan
yang sangat baik” (Wawancara 06 Desember 2019).

Komentar tersebut menguatkan bahwa implementor BLPBJ Kota

Makassar dalam hal ini pegawai BLPBJ Kota Makassar masih

menjalankan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan arahan dari

pimpinan, pihak BLPBJ Kota Makassar mereka hanya mendapati

kendala jika pihak Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang lambat

dalam mengurus persuratan yang dibutuhkan oleh pihak BLPBJ Kota

Makassar, tetapi berbeda dengan apa yang disampaikan oleh pengguna

layanan (user) terkait kendala akun yang sering mengalami error yang

sudah semestinya
7

menjadi tanggung jawab pihak Bagian Layanan Pengadaan Barang

dan Jasa (BLPBJ) Sekretariat Daerah Kota Makassar, berikut

komentarnya:

“Iya saya sering mendapati akun saya error saya tidak tau
penyebabnya yang jelas saya kasi masuk sudah benar kode-
kodenya dan biasanya sekitar 2 jam setelahnya, akunnya bagus lagi
mungkin karena banyak pengunjung” (Wawancara, 19 januari
2020).

Dengan demikian dapat diartikan bahwa perihal permasalahan

akun error yang seringkali dialami oleh user disebabkan oleh sistem

website yang down disaat bersamaan banyaknya pengunjung karena

pengunjung dalam setiap harinya bisa mencapai angka 3.768.812

pengunjung website, hal terebut menunjjukkan bahwa versi Sistem

Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) yang digunakan LPSE Kota

Makassar saat ini masih belum mampu memberikan pelayanan maksimal

apabila terjadi peningkatan jumlah pengunjung website LPSE Kota

Makassar dalam waktu yang bersamaan.

B. Pembahasan Penelitian

Hasil analisis peneliti menunjukkan bahwasanya, sumber daya

manusia merupakan poin terpenting dalam mengukur tingkat keberhasilan

pelaksanaan sebuah program, berbicara tentang proses pencapaian tujuan

pelayanan yang baik terhadap masyarakat hal tersebut Sejalan dengan teori

yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn (Suratman, 2017)

bahwasanya berhasil atau tidaknya sebuah pelaksaaan kebijakan didalam

sebuah negara itu tergantung dari orang- orang yang ada didalamnya, dalam

artian sumber daya manusianya yang bertindak sebagai pelaksana teknis kegiatan.

Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa di Kota Makassar dalam

melaksanakan Layanan Pengadaan Secara elektronik


8

dengan sistem E-Procurement, sumber daya manusia yang bagian layanan

pengadaan barang dan jasa Kota Makassar gunakan telah memenuhi apa

yang kemudian menjadi indikator dalam sebuah manajemen implementasi

kebijakan publik yaitu disposisi.

Disposisi menekankan pada kualitas karakter oleh Edwards III

(Suratman, 2017) kualitas karakter yang dimaksud adalah mengenai persiapan

dan kondisi persiapan, peneliti melihat ini berlangsung pada persiapan pelatihan

khusus kepada staf BLPBJ Kota Makassar yang bermuara pada pelatihan skill

dan dibuktikan dengan sertifikat, kemudian adanya pelatihan tersebut

meberikan kecenderungan bahwa implementasi sebuah kebijakan memang

dijadikan sebagai proses belajar untuk dapat meningkatkan kemampuan yang

akan berlanjut sebagai bentuk implementasi yang menunjukkan bahwa

kebijakan adalah sebuah proses kontinitas.

Sejalan dengan teori implementasi sebagai proses belajar oleh

Hawlett (Suratman, 2017) mulai dari penerapan pelatihan khusus tentunya ini

menjadi bentuk profesionalitas dari BLPBJ Kota Makassar agar sekiranya

pegawai atau staf yang akan dipekerjakan minimal memiliki ilmu terkait dengan

Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Makassar, kemudian

dalam rangka melakukan perekrutan pegawai baik pegawai kontrak dan anggota

POKJA, pihak BLPBJ Kota Makassar menentukan keahlian bidang ilmu apa

yang dibutuhkan seperti keahlian dalam bidang komputer sehingga peneliti

melihat ini sebagai sebuah proses penerapan sumber daya manusia yang

berkualitas yang disesuaikan dengan seluruh bentuk kebutuhan yang berkaitan

dengan layanan pengadaan


9

secara elektronik baik penguasaan teknologi dan ahli pengadaan di

Bagian Layanan Pengadaan Brang dan Jasa (BLPBJ) Skeretariat Daerah Kota

Makassar.

Komunikasi telah menjadi wadah utama dalam melakukan koordinasi

baik dilakukan secara lisan maupun tulisan, semuanya memiliki tujuan yang sama

yaitu membangun relasi, harapan kemudian yang muncul adalah adanya

koordinasi yang tetap berjalan dengan baik sehingga tujuan-tujuan yang

diinginkan dapat tercapai secara maksimal dengan tingkat miskomunikasi antar

bagian yang rendah. Pada pelaksanaan sebuah kebijakan atau pelayanan publik,

Hogwood dan Lewis (Nugroho, 2014) menempatkan komunikasi pada posisi

nomor ke Sembilan (9), ini menunjukkan komunikasi memang menjadi hal yang

sangat urgent setelah kedalaman pemahaman terhadap tujuan-tujuan yang akan

dicapai. Implementasi layanan pengadaan secara elektronik yang telah

dilaksanakan oleh Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa (BLPBJ)

Sekretariat Daerah Kota Makassar menunjukkan adanya jalur komunikasi yang

dibentuk dari pihak BLPBJ kepada pihak pengguna jasa, alur komunikasi yang

digunakan adalah secara daring, ini digunakan dengan harapan meningkatkan

efisisensi dalam pemanfaatan waktu dan materi, penggunaan komunikasi dengan

memanfaatkan teknologi atau dengan komunikasi daring merupakan sebuah

strategi dalam menerapkan unsur penting dalam implementasi kebijakan publik,

menurut Tachjan (Suratman, 2017) bahwasanya jangka waktu dan besarnya

biaya yang digunakan merupakan salah satu unsur penting dalam

melaksanakan seluruh jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka

mencapai tujuan kebijakan, dengan demikian dapat ditarik benang merahnya

bahwa, memanfaatkan komunikasi teknologi seperti


10

yang diterapkan oleh LPSE Kota Makassar dapat memberikan dampak

aksesbilitas dan fleksibilitas bagi pengguna layanan sehingga dapat menekan

penggunaan waktu dan besarnya biaya dalam proses pelaksanaan rangkaian

kegiatan. serta menghindari potensi-potensi adanya oknum-oknum yang tidak

bertanggung jawab yang dapat menciderai prinsip dasar layanan pengadaan

secara elektronik itu sendiri, adapun komunikasi yang dibangun selanjutnya

adalah komunikasi offline atau tidak melalui sistem daring ini dilakukan jika

terjadi hal- hal yang kemudian tidak bisa di selesaikan melalui online seperti

pemeriksaan perbaikan berkas final atau perbaikan akun.

Terkait komunikasi pihak Bagian Layanan pengadaan Barang dan Jasa

(BLPBJ) Sekretariat Daerah Kota Makassar rupanya sudah lepas tangan atau

dalam artian sudah tidak lagi melakukan komunikasi kepada pihak

Oragnisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Makassar, perusahaan dan masyarakat

terkait pertanggungjawaban kondisi pelaksanaan proyek yang telah di tender

dan dimenangkan, pihak bagian layanan pengadaan barang dan jasa hanya

bertanggungjawab pada proses pelelangan selebihnya pihak BLPBJ Sekda

Kota Makassar menyerahkan ke OPD, perusahan dan masyarakat masing-masing.

Peneliti melihat bahwa lepas tangannya LPSE Kota Makassar setelah

penentuan pemenang adalah sebuah polemik yang dianggap sebagai hal yang

sangat ceroboh, sekalipun layanan pengadaan secara elektronik menekankan

tujuannya mengurangi tindak korupsi serta diawasi langsung oleh KPK,

tidak menutup kemungkinan peluang untuk meperkaya diri oleh para OPD,

perusahaan dan masyarakat tentu ada apatahlagi jika sudah dicairkan oleh OPD

terkait dan itu


1

sudah tidak terbaca di sistem Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota

Makassar karena secara otomatis semua transaksinya dilakukan diluar dari

layanan pengadaan secara elektronik atau sistem E-Procurement.

Lanjutnya, Hogwood dan Lewis (Nugroho, 2014) menempatkan posisi

terahir mengenai kepatuhan total implementor atau pelaksana teknis

pelayanan. Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa (BLPBJ) Sekretariat

Daerah Kota Makassar dalam membangun kepatuhan implementor, membuat

sebuah regulasi yang memungkinkan pegawai berkewajiban melakukan

konfirmasi jika mengalami kendala dalam melaksanakan tugasnya sebagai

pegawai, hal ini juga menunjukkan adanya kesiap-siagaan dari pimpinan BLPBJ

Kota Makassar dalam menanggapi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi

diluar dari jadwal yang telah ditetapkan. Contohnya, kewajiaban konfirmasi 1

hari sebelum absennya pegawai kemudian mengembalikan kepada pihak berwajib

dalam hal ini KPK dan Kepolisian jika terjadi pelanggaran yang dilakukan

oleh pegawai BLPBJ Kota Makassar seperti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

(KKN).

Tercapainya cita-cita awal sebuah kebijakan dalam hal ini Layanana

Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Makassar, tentunya memberikan

titik terang bahwasanya LPSE Kota Makassar memenuhi syarat dibentuknya

sebuh kebijakan seperti model yang dikonsepkan oleh Elmore, Lipsky, Hjren

dan O’Poter (Nugroho, 2014) tentang tujuan kebijakan, penerapan prinsip efektif

dan efisien sejauh ini peneliti melihat hal tersebut telah berjalan sebagaimana

mestinya. Sudah menjadi rahasia umum, proses mobilisasi dari sebuah tempat

ke tempat yang lain tentunya membutuhkan materi yang tidak sedikit dan

waktu
2

luang yang lebih, dari realitas tersebut dapat diidentifikasi bahwa efisiensi

layanan pengadaan secara elektronik benar-benar mebantu para organisasi

perangkat daerah, Perusahaan dan masyarakat umum dalam menggunakan jasa

pelelangan secara elektronik tersebut (E-Procurement). Terkhusus pada

masyarakat umum terutama di tingkat kelurahan, Bagian Layanan Pengadaan

Barang dan Jasa Sekretariat daerah Kota Makassar kemudian memberikan

swakelola dan ruang yang lebih mudah untuk dikelola langsung oleh

masyarakat baik APBD/APBN sekalipun masih melalui layanan pengadaan

secara elektronik akan tetapi prosesnya tidak serumit dengan Organisasi

Perangkat Daerah (OPD) Kota Makassar dan perusahaan.

Kota Makassar menjadi sebuah kota dengan kondisi lingkungan yang

kompleks baik dari segi, seperti ekonomi, sosial dan politik, pertumbuhan

ekonomi yang pesat tentunya membutuhkan pembangunan yang lebih cepat,

Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa (BLPBJ) Sekretariat Daerah

Kota Makassar kemudian hadir dalam memberikan pelayanan pengadaan

secara elektronik kepada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Makassar,

perusahan dan bahkan masyarakat umum dalam bentuk swakelola. Usaha dalam

membantu memberikan dampak efisisensi dan efektifitas pembangunan untuk

mendukung pergerkan ekonomi di Kota Makassar. Seorang David L. Weimer

(Subarsono, 2010) menposisikan lingkungan kebijakan setelah penentuan logika

kebijakan, ini menunjukkan bahwa lokasi yang menjadi tempat diopersikannya

layanan pengadaan secara elektronik ini sangat berpengaruh terhdapa hasil yang

dicapai.
3

Kacamata berbeda pada kondisi sosial di Kota Makassar, yang

menujjukkan bahwa masyarakat masih awam dengan kondisi sebenarnya

terkait layanan pengadaan elektronik tersebut, kebanyakan masyarakat

menganggap masih adanya permainan kotor dari para pemangku kebijakan

terutama anggapan kecurigaan adanya kontraktor titipan dari pihak Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kota Makassar, ini dapat membuka peluang untuk

merusak citra atau reputasi BLPBJ Kota Makassar terutama pada Pengadaan

Langsung (PL) yang kadang disalahartikan dengan menggunakan istilah

Penunjukan Langsung (PL), artinya masyarakat umum seolah-olah membangun

wacana bahwasanya ini adalah sistem tunjuk menunjuk dari pihak BLPBJ Kota

Makassar kepada pihak yang ditunjuk semisal kontraktor titipan dari DPRD

Kota Makassar.
4

BAB V

PENUTU

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dari peneliti dapat disimpulkan bahwa

implementasi E-Procurement dalam Pengadaan Barang dan Jasa

Pemerintah di Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa (BLPBJ)

Sekretariat daerah Kota Makassar, secara garis besar menunjukkan

implementasi E-Procurement di Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa

Sekretariat Daerah Kota Makassar masih berjalan dengan baik pada variabel

sumber daya manusianya sebagai pelaksana kegiatan dibuktikan dengan

adanya sertifikat, selanjutnya pada variabel komunikasi memberikan

aksesbilitas lebih pada user dan variabel tujuan meberikan pelayanan yang

tidak serimbang antara tender dan non-tender terkait transparansi, kemudian

lingkungan Kota Makassar memberikan kontrobusi dibidang ekonomi yaitu

swakelola dan politik untuk Pra-Tender, serta kepatuhan implementor yang

masih mematuhi peraturan terkait tender. Adapun pembahasan yang lebih

rinci terkait kelima variabel tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

1. Sumber daya Manusia (Pegawai) BLPBJ Sekretariat Daerah Kota

Makassar menekan kesiapan kualitas karakter dalam melaksanakan

layanan pengadaan secara elektronik sebagai sebuh layanan yang akan

selalau mengalami perkembangan teknologi lewat proses pembelajaran

saat pelaksanaan yang sifatnya continue.


5

2. Komunikasi online memberikan aksesbilitas dan fleksibilitas

pertukaran informasi antara admin Layanan Pengadaan Secara

Elektronik Kota Makassar kepada User sehingga dapat meningkatkan

efisisensi penggunaan waktu dan materi untuk memungkinkan segala

proses kegiatan dapat berjalan dengan efektif.

3. Tujuan dari Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Makassar

dalam memberikan pelayanan pengadaan barang dan jasa pemerintah

berjalan tidak beriringan antara Tender dan Non-Tender. Tender

menunjukkan persaingan yang sehat namun, Non-Tender tidak

menunjukkan adanya keterbukaan kepada khalayak umum antara panitia

plekasana dengan kontraktor, terkait Pengadaan Langsung (PL).

4. Lingkungan Kota Makasaar mendukung Layanan Pengadaan Secara

Elektronik Kota Makassar dari segi politik mendapatkan dukungan

dibentuknya aplikasi Pra-Tender dan ekonomi dengan adanya

Swakelola. Berbeda dengan masyarakat umum dalam hal ini kondisi

sosial Kota Makassar, LPSE Kota Makassar mendapat komentar yang

kurang baik terkait Penunjukan Langsung (PL), hal tersebut

dikarenakan kurangnya sosialisai dalam meberikan pemahaman terkait

layanan pengadaan barang dan jasa terhadap masyarakat umum di Kota

Makassar.

5. Kepatuhan implementor dalam melaksanakan tugasnya sebagai staf

BLPBJ Sekretariat Daerah Kota Makassar pada kondisi sederhana

seperti absen untuk tidak hadir sementara dalam menjalankan

tugasnya masih berjalan dengan wajar, akan tetapi pada kondisi

adanya informasi
6

penunjukan langsung kepada kontraktor titipan hal tersebut

mengisyaratkan bahwa kepatuhan implementor dalam menagani

Pengadaan Langsung (PL) belum maksimal dikarenakan transparansi

pada pemenang pengadaan langsung tidak di publikasikan.

B. Saran

Berdasarakan hasil penelitian tentang layanan pengadaan barang

dan jasa peneliti dapat meberikan saran kepada Bagian layanan Pengadaan

arang dan Jasa (BLPBJ) Sekretariat Daerah Kota Makassar dan Organisasi

Perangkat Daerah Kota Makassar sebagai berikut:

1. Dispoisi pegawai perlu diberlakukan untuk seluruh pegawai Bagian

Layanan Pengadaan Barang dan Jasa (BLPBJ) Sekretariat Daerah

Kota Makassar baik pegawai fungsional maupun pegawai struktural.

2. Melakukan sosialisasi terkait layanan pengadaan barang dan jasa

kepada masyarakat umum baik secara online maupun sosialisasi

langsung terkait Pengadaan Langsung.

3. Seluruh Organisasi Perangkat Daerah Kota Makassar mengguakan

system online dalam melayani masyarakat sehingga tercipta aksesbilitas

dan fleksibilitas yang lebih bagi masyarakat.

4. Meningkatkan versi SPSE ke versi yang lebih baru sehingga dalam

proses pelayanan LPSE Kota Makassar dapat menaggulangi Server

Website Down bagi pengguna (User).

5. Organisai Perangkat Daerah Kota Makassar harus lebih professional

dalam mengikuti proses tender LPSE Kota Makassar sehingga kendala

seperti
7

berkas yang belum diupload tidak mengganggu kinerja dari pegawai

Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Skeretariat Daerah Kota

Makassar.

6. Merekomendasikan peneliti selanjutnya untuk melakukan

pengembangan penelitian tentang adanya isu penunjukan langsung

kepada kontraktor titipan DPRD Kota Makassar terkait layanan

Pengadaan Langsung (PL) atau Non-Tender di LPSE Kota Makassar.

7. LPSE Kota Makassar perlu melanjutkan monitoring dan evaluasi

bukan hanya pada tahap penentuan pemenag tender akan tetapi sampai

pada pengerjaan proyek yang telah dimenangkan lewat tender LPSE

Kota Makassar.

8. LPSE Kota Makassar pada proses layanan Pengadaan Langsung (PL)

harus lebih transparan dalam mempublikasikan pemenang dan daftar

persaingan Pengadaan Langsung (PL).

9. solusi bagi SPSE dalam menayangkan Non-Tender disejajarkan dengan

proses penayangan pada layanan Tender dengan mengggunakan E-

Katalog yang baru atau meningkatkan versi SPSE.


8

DAFTAR PUSTAKA

Akib. 2010. Implementasi Kebijakan: Apa mengapa dan Bagaimana. Jurnal


Adminisrasi Publik. vol.1. No.1.

Arsyad, S. 2019. https://makassar.sindonews.com. 50 Paket Dokumen Tender Belum


Disetor ke ULP, diakses pada tanggal 18 Januari 2020 pukul 19:00 Wita.

BPS. 2019. Kota Makassar Dalam Angka 2019. Badan Pusat Statistik ekonomi.htm.
Diakses pada tanggal 9 September 2019.

Djuyandi, Y. 2013: Implementasi Kebijakan Layanan Secara Elektronik Pengadaan


Kendaraan Dinas Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Jurna Humaniora. Vol.4.
No.2.

Gewati, M. 2019. https//:money.compas.com. Pertumbukan Ekonomi Makassar


Lampaui Sul-Sel dan Nasional, diakses pada tanggal 17 November 2019 pukul
20:00 wita.

Hidayat, R. 2015. Penerapan E-Procurement di Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi


Kalimantan Timur. Jurnal Ketahanan Nasional. Volume.21 No.2.

Krina. 2003. Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik (LPSE) Pada
Kantor Komunikasi dan Informasi Kabupaten Maros. Jurnal Kajian Ilmu
Administrasi Negara. vol.3 No.2.

Kusumanegara. 2010. Model dan Aktor dalam Proses Kebijakan Publik.


Yogyakarta: Gava Media.

LPSE. 2019. Layanan Pengadaan Secara Elektronik. LPSE Kota Makassar Tentang
Kami.htm. Diakses pada tanggal 10 September 2019.

Mashuri. 2015. Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik (LPSE) Pada
Kantor Komunikasi dan Informasi Kabupaten Maros. Jurnal Kajian Ilmu
Administrasi Negara. vol.3 No.2.

Milles, M.B Dan A. Michael hubberman. 2009. Analiis Data Kualitatif. Jakarta: UI-

Press. Moleong, L.J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatip. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Muhtar. 2011. Implementation of Electronic Auction (E-Procurement) Provision of


Construction Services in The Province of Central Sulawesi, Jurnal
Infrastruktur. Vol.1 No.1.

Muin, A. 2019. www.sulselsatu.com. Ada 180 Paket Tender di Pemkot Makassar


Belum Dilaporkan, diakses pada tanggal 16 Januari 2020 pukul 14:30 wita.

Nugroho, R. 2014. Kebijakan Publik di Negara Negara Berkembang.Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Nurchana, A.R.A. 2013: Efektivitas E-Procurement dalam Pengadaan Barang dan


Jasa (Studi terhadap Penerapan E-Procurement dalam Pengadaan Barang/Jasa
di Kabupaten Bojonegoro). Jurnal Administrasi Publik, Vol.4. No.2.
9

Peraturan Lembaga LKPP Nomor 9 Tahun 2018 Tentang Tata Cara E-Trending.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan


Barang dan Jasa Pemerintah.

Peraturan Wali Kota Makassar Nomor 79 Tahun 2016 Tentang Kedudukan,


Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Kesekretariat Daerah.

Purwanto, E.A dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2012. Implementasi kebijakan publik
konsep dan aplikasinya di indonesia. Yogyakarta: Gava Media.

Subarsono. 2010. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suratman. 2017. Generasi Implementasi dan Evaluas Kebijakan publik.

Surabaya:
CAPIYA Publishing.

Sutedi, Adrian. 2012. Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan Berbagai
Permasalahannya. Jakarta: Sinar Grafika.

Udoyono, K. 2012. E-Procurement dalam Pengadaan Barang dan Jasa untuk


Mewujudkan Akuntabilitas di Kota Yogyakarta. Jurnal Studi Pemerintahan.
Vol.3 No.1.

Wahab, Solochin Abdul. 2014. Analisis Kebijakan dari Formulasa ke Penyususnan


Model-model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: Bumi Aksara.

Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik Teori & Proses. Jakarta: PT. Buku Kita.

Yuliar, D.F. 2017. Implementasi E-Procurement Dalam Tata kelola Pengadaan


barang dan Jasa (Studi Kasus Penerapan E-Procurement Dalam Pengadaan
Barang dan Jasa Pada Pelayanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota
Probolinggo). Universitas Jember.
1

Lampiran 1. Data OPD dan Kecamatan Kota Makassar


Sekretariat Kantor Dinas Badan Kecamatan
1. Sekretariat 1. Kantor 1. Dinas Kelautan 1. Badan 1. Kecamatan
Daerah Ketahana Perikanan, Perencanaan Mariso
2. Sekeretaria n Pangan Pertanian, dan dan 2. Kecamatan
t DPRD 2. Satuan Peternakan Pembangunan Mamajang
2. Dinas Perdagangan Daerah 3. Kecamatan
Polisi Pamong 3. Dinas Pariwisata 2. Badan Tamalate
Praja dan Ekonomi Kepegawaian 4. Kecamatan
3. Inspektorat Kreatif dan Rappocini
4. Dinas Pengembangan 5. Kecamatan
SDM Daerah Makassar
Ketenaga Kerjaan 3. Badan 6. Kecamatan
5. Dinas Kesehatan Kesatuan Ujung Pandang
6. Dinas Pendidikan Bangsa dan 7. Kecamatan Wajo
7. Dinas Sosial Politik 8. Kecamatan
8. Dinas Tata 4. Badan Bonto Ala
Ruang dan Penanggulagan 9. Kecamatan
Bangunan Bencana Ujung Tanah
9. Dinas Pekerjaan daerah 10. Kecamatan Kep.
Umum 5. Badan Sangkarrang
10. Dinas lingkungan Pendapata 11. Kecamatan Tallo
Hidup n daerah 12. Kecamatan
11. Dinas 6. Badan Panakukang
Penelitian dan 13. Kecamatan
Pemadam Pengembangan Manggala
Kebakaran Daerah 14. Kecamatan
12. Dinas Perhubungan 7. Badan Biringkanaya
13. Dinas Kearsipan pengelolaan 15. Kecamatan
14. Dinas Koperasi Keuangan Tamalanrea
dan UKM dan asset
15. Dinas Daerah
Komunikasi dan
Informatika
16. Dinas
Kependudukan dan
Catatan Sipil
17. Dinas Pemuda dan
Olahraga
18. Dinas
Pemberdayaan
Perempuan dan
Perlindungan Anak
19. Dinas Penanaman
Modal dan
pelayanan
Terpatu Satu Pintu
20. Dinas Pengendalian
penduduk dan
Keluarga Berencana
21. Dinas Perpustakaan
22. Dinas Pertahanan
23. Dinas Perumahan
dan Kawasan
Sumber: BPS Kota Makassar 2019
2

Lampiran 2. Data Pegawai BLPBJ Sekretariat Daerah Kota Makassar.


No. NAMA/NIP PANGKAT/GOL JABATAN
1. SURAHMAN SURIADY, ST, MM Pembina Kabag Layanan
NIP.19740621 099903 1 004 (IV/a) Pengadaan Barang
dan Jasa
2. IDHAM UMAKAAPA, SE., MM Penata Tk. I Kasubag Monitoring
NIP. 09741113200112 1 001 (III.d) dan Evaluasi
3. MUHAMMAD JUSRIADI, S.Kom Penata Kasubag Layanan
NIP. 19770309 201001 1 014 (III/c) Pengadaan Secara
Elektronik
4. HAMSARUDDIN, SE, MM Pembina Pelaksana
NIP. 19720502 199903 1 013 (IV/a) Pengadaan
5. ANDI ABD. SYUKUR, ST, MT Pembina Pelaksana
NIP. 19710811200212 1 008 (IV/a) Pengadaan
6. FAISAL, S. Pt, M.Si Penata Tk.I Pelaksana
(III.d) Pengadaan
7. ABDUL GANI YAMCO, SKM, MH Penata Tk.I Pelaksana
NIP. 19730123 199503 1 001 (III.d) Pengadaan
8. ROSMINA, S. Pt, M.Si Penata Tk.I Pelaksana
NIP. 19780825 199903 2 002 (III.d) Pengadaan
9. ASDAR AMALT, ST, MT Penata Pelaksana
NIP. 19780303200502 1 005 (III/c) Pengadaan
10. SHANTY KUSUMAWARDHANI N, Penata Pelaksana
ST (III/c) Pengadaan
NIP. 1982611 200902 2 002
11. DRIAS WINARMOKO, ST Penata Pelaksana
NIP. 19780427 200901 1 013 (III/c) Pengadaan
12. NOER ANGGIA INIETASARI, Penata Pelaksana
SP,M.Si (III/c) Pengadaan
NIP. 19800920 201001 0 23
13. MEDISWATI, ST, MT Penata Pelaksana
NIP. 109760630 201001 2 10 (III/c) Pengadaan
14. M. SJAIFULLAH, SE Penata Pelaksana
NIP. 19730130 201001 1 001 (III/c) Pengadaan
15. A. ANNA MAYASARI, SE, M.AP Penata Pelaksana
NIP. 19800407 201001 2 011 (III/c) Pengadaan
16. IRA IRMAWATI HASAN, ST Penata Pelaksana
NIP. 19790729 201001 2 011 (III/c) Pengadaan
17. SAMSIR, SE, MM Penata Pelaksana
NIP. 1975021 201001 2 010 (III/c) Pengadaan
18. NUR SANTI AMRANI, ST Penata Pelaksana
NIP. 19840214 201001 2 030 (III/c) Pengadaan
19. NILA NOVIANTY, S.Kom Penata Staf
NIP. 19861123 201001 2 030 (III/c)
20. RHOMI PHISCO, S.Kom Penata Pelaksana
NIP. 19820314 200701 1 007 (III/c) Pengadaan
21. ANDI SUKMAWATI, ST Penata Pelaksana
NIP. 19761202 200003 2 004 (III/c) Pengadaan
22. HARDY, S.AP Penata Muda Tk.I Pelaksana
81

NIP. 109730925 200502 1 002 (III.b) Pengadaan


23. ACEP ROCHMAN SUNARWAN, S.E Penata Muda Tk.I Staf
NIP. 19800728 201503 1 003 (III/b)
24. NURAENIS, S.E Penata Muda Pelaksana
NIP. 19720801 200604 2 024 (III/a) Pengadaan
25. A. YULIARVITA, ST Penata Muda Pelaksana
NIP. 19780712 201001 2 015 (III/a) Pengadaan
26. DARMAN SIOGA, ST Penata Muda Pelaksana
NIP. 198303702 200604 1 007 (III/a) Pengadaan
27. AHMAD DEDI SETIABUDI HAMID, Penata Muda LPSE
S.Kom (III/a)
NIP. 19941019 201903 1 008
28. SYAMSUARIADI, Adm. Kom Penata Muda Pelaksana
NIP. 19850513 200901 1 002 (III/a) Pengadaan
29. A. RAHAYU TENRIOLA, A.Md Pengatur Tk.I Pelaksana
NIP. 19780414 201001 2 012 (II.d) Pengadaan
30. NISA ANASTESIA, SE Pengatur Tk.I Staf
NIP. 19810511 200312 2 008 (II.d)
31. Ir. LEMBANG SONDA Pengatur Tk.I Staf
NIP. 19700726 200604 2 10 (II.d)
32. HAFSAWATI,SH Kontrak Staf
33. FAHRIJAL FEBRIANTO PUTRA, Kontrak Staf
S.Sos
34. FAISAL, SE Kontrak Staf
35. KADARWATI, SE Kontrak Staf
36. SITTI HAFSAH, S.Ei Kontrak Staf
37. IRA ANGGRIANI, S.Kom Kontrak Staf
38. REZKY AYU WULADARI W, A. Md Kontrak Staf
39. DIAN HARDIANTY, S.M Kontrak Staf
40. MUH. AGUNG SAPUTRA Kontrak Staf
41. FITRAH APRIANY, SE., Ak, CA, Kontrak Staf
M.Ak
42. REZKHY ADITYA RAMADHANI, SE Kontrak Staf
43. ANDI MUH. TAUFIQULHAERA NUR Kontrak Staf
44. REZKHY AFRIANTI MUSTAFA, SH Kontrak Staf
Sumber: BLPBJ Sekretariat Daerah Kota Makassar.
82

Lampiran 3. Struktir Organisasi BLPBJ Serketariat daerah Kota Makassar.


STRUKTUR ORGANISASI BAGIAN LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA (BLPBJ)
SEKRETARIAT DAERAH KOTA MAKASSAR

KEPALA BAGIAN LAYANAN


PENGADAAN BARANG DAN
JASA

Dr. Ir. MUH. FUAD AZIS DM, ST.

M.SI PENATA Tk.I/III/d

NIP. 19691019 200701 1 018

KEPALA SUB BAGIAN


PELAKSANA PENGADAAN KEPALA SUB BAGIAN LAYANAN Plt. KEPALA SUB BAGIAN
PENGADAAN SECARA MONITORING DAN
ELEKTRONIK EVALUASI
SURAHMAN SURIADY, ST.
MUHAMMAD JUSRIADI, IDHAM UMAKAAPA, SE,
MM PENATA Tk.I/III/d
S.KOM PENATA/III/c MM PENATA Tk.I/III/d
NIP. 19740621 199903 1 004
NIP. 19770309 201001 1 014 NIP. 19741113 200112 1 001.

KELOMPOK
STAF
KERJA STAF
STAF

POKJA 1 ACEP ROCHMAT SUNARWAN,


NILA NOVIANTI, AYHMAD DEDY SETIABUDI SE
HAMID, S.Kom NISA
POKJA 2 ANASTESIA, SE FAHRIJAL
S.Kom NURAENI S, SE Ir. LEBANG SONDA
FEBRIANTO PUTRA, S.Sos
POKJA 3 FAISAL, SE SITTI HAFSAH, SE
HASFAWATI, SH
IRA ANGRIANI, S.E
POKJA 4
RINA ZEBRINA, ST DIAN HARDIANTY, SM FITRAH
KADARWATI, SE
APRIANY, SE, Ak,
POKJA 5
REZKHY ADITYA RAMADHANI, SE RESKY AFRIANTI MUSTAFA,
SH IMRAN, S.Kom REZKY AYU WULANDARI W,
POKJA 6 ANDI MUH. TAUFIQULHAERA A.Md
SUDIRMAN HAFID
POKJA 7 NUR MUH. AGUNG SAPUTRA
POKJA 8

Gambar 3. Struktur Organisasi BLPBJ


1

Lampiran 4. Komunikasi offline antara user dan staf BLPBJ Kota Makassar

Sumber: Penulis
2

Lampiran 5. Komunikasi online user dan admin LPSE Kota Makassar.

Sumber: Website LPSE Kota Makassar


3

Lampiran 6. Surat Pemenang Tender dan Gagal Tender

Surat Edaran Pemenang Tender

Sumber: BLPBJ Sekda Kota Makassar


4

Surat Edaran Gagal Tender

Sumber: BLPBJ Sekda Kota Makassar


5

Lampiran 7. Aplikasi Pra-Tender LPSE Kota Makassar.

Sumber: website Aplikasi Pra-Tender


1

Lampiran 8. Tampilan LPSE (E-Procurement) dan Pra-Tender

Tampilan 1. Daftar Hitam

Sumber: Website INAPROC Daftar Hitam Aktif


2

Tampilan 2. Daftar Paket Lelang Tender

Sumber: Website LPSE Kota Makassar


90

Tampilan 3. Daftar Paket Lelang Non-Tender

Sumber: Website LPSE Kota Makassar


1

Tampilan 4. Daftar Pengumuman Lelang 3 Tahun terakhir.

Sumber: Website LPSE Kota Makassar


2

Lampiran 9. Struktur Oragnisasi Sekretariat Daerah Kota Makassar

Sumber: Peraturan Walikota Nomor 79 Tahun 2016


1

Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Kondisi Front Office BLPBJ Sekda Kota Makassar


2

Gambar 2. Kondisi Kantor BLPBJ Sekda Kota


Makassar

Gambar 3. Bidding Room BLPBJ Sekda Kota Makassar

Gambar 4. Proses pelayanan Bidding Room


3

Gambar 5. Wawancara pihak BLPBJ Sekda kota Makassar

Gambar 5. Wawancara pihak user LPSE Kota


Makassar
4

Lampiran 11. Instrumen Penelitian

PEDOMAN WAWANCARA
No Pertanyaan Keterangan

Variabel Implementasi
Siapa pihak yang telibat dalam E-Procurement di LPSE Kota Makassar
?
1 ()
Catatan:
a. Nama Instansi pemerintah (Struktur)
b. Nama instansi swasta (Dokumen)
c. Instansi lain (Media, LSM)
Apakah pegawai yang ada di LPSE Kota Makassar harus melalui
pelatihan khusus?
2 ()
Catatan:
a. Kalau ada, bagaimana bentuk pelatihannya?
b. Formasi pegawai struktural atau fungsional?
c. Data kepegawaian dan Tupoksi di LPSE Kota Makassar
Bagaimana jalur komunikasi antara LPSE Kota Makassar dengan
pengguna Barang dan Jasa? (Pihak tender)
()
3 Bagaimana jalur komunkasi antara LPSE Kota Makassar dengan
LPSE Sulawesi Selatan?

Catatan:
a. Aturan terkait batasan komunikasi.
b. SOP jalur koordinasi antar lembaga
Apa tujuan diterapkannya LPSE?

Catatan: ()
a. Seperti apa sistem elektronik yang digunakan dalam
4 pengadaan Barang dan Jasa ?
b. Seperti apa efektifitas yang terjadi selama ini sejak
diterapkannya LPSE ?
c. Seperti apa efisiensi yang terjadi selama ini sejak
diterapkannya LPSE ?
Bagaimana ketentuan proyek pengadaan barang dan jasa ?

Catatan: ()
5 a. Kisaran anggaran minimal yang di tenderkan
b. Bagaimana ketentuan penunjukan langsung pelaksana
proyek pengadaan Barang dan Jasa
c. Pelaporan penggunaan anggaran (Bagi yang menang tender)
Bagaimana kondisi sosial dalam pelaksanaan E-Procurement di LPSE
Kota Makassar ? (Apakah ada gejolak)
()
6 Bagaimana kondisi pelaksanaan E-Procurement yang terkait
dengan urusan ekonomi ?

Bagaimana dukungan politik (Partai politik dan anggota DPRD dalam


pelaksanaan E-Procurement di LPSE kota Makassar)
Bagaimana tingkat kepatuhan pegawai LPSE Kota Makassar dalam
pelaksanaan E-Procurement di LPSE Kota Makassar ?

7 Catatan: ()
a. Apakah ada oknum pegawai yang melakukan nepotisme
dalam pengadaan barang dan jasa ?
b. Apa sanksi yang diberikan kepada pegawai yang tidak patuh
dalam pelaksanaan E-Procurement di LPSE Kota Makassar ?
8 Kendala dalam pelaksanaan E-Procurement di LPSE Kota Makassar. ()

Catatan:
a. Secara subtansi
5

b. Secara teknis

9 Apa pembaruan setiap tahun sejak LPSE diterapkan di Kota Makassar ()

Catatan:
a. Apakah ada dokumennya.
b. Sistem IT
c. SOP
PEDOMAN WAWANCARA
No Pertanyaan Keterangan

Variabel E-Procurement
Bagaimana jenis sistem informasi yang digunakan ?

1 Catatan: ()
a. Dokumen software IT yang digunakan.
b. Pengembang IT (Pihak ke 3 atau internal)
c. Pengendalian sistem dari ancama atau hacker
Bagaimana sistem pengambilan keputusan pemenang tender ?

2 Catatan: ()
a. By system atau ada rapat internal
b. Surat keputusan pemenang tender
Bagaimana sistem perencanaan elektronik pengadaan Barang dan Jasa
(tender) ?

3 Catatan: ()
a. Mekanisme pengumuman tender
b. Jangka waktu deadline diumumkan
c. Diumumkan secara serentak tanpa ada diskriminasi pihak tertentu
Bagaimana system kecerdasan buatan yang digunakan dalam tender
eletronik

4 Contoh : ()
1. Bagaimana mengetahui dokumen pengguna/pemohon benar
atau tidak
2. Bagaimana mengetahui laporan penggunaan anggarannya tidak
ada indikasi korupsi

Bagaimana system proses transaksi pengadaan barang dan jasa ?

5 Catatan: ()
a. Bagaimana pencatatan semua peristiwa transaksi elektronik
b. Bagaimana transfer dana pengadaan barang dan jasa
PEDOMAN WAWANCARA
No Pertanyaan Keterangan

Variabel E-Procurement dan Implementasi kepada User

Apakah ada batasan dari pihak BLPBJ Kota Makassar dalam ikut serta
1 menggunakan layanan LPSE Kota Makassar ? ()
Bagaimana alur komunikasi antara Admin LPSE Kota Makassar kepada
2 User ? ()
Selama menjadi pengguna LPSE apkah betul-betul pelayanan yang
3 ditawarkan memegang prinsip Transparansi dan persaingan yang sehat ()
?
Seperti apa ketentuan dalam mengikuti Tender dan Non-Tender
4 ()
Seperti apa bentuk pelaporan pengerjaan proyek
5 ()
Kendala sperti apa yang dirasakan dalam proses Layanan Pengadaan
6 Secara Elektronik ? ()
6

Perubahan pelayan seperti apa yang dirasakan dari tahun 2018 ke 2019
7 ? ()
Terkait keputusan pemenang tender apakah anda merasa keputusan
8 tersebut benar-benar By System ? ()
Berapa lama proses pengumuman ?
9 ()
Kelengkapan seperti apa saja yang digunakan untuk mendaftar LPSE ?
10 ()
Terkait dana apakah langsung dari pihak LPSE atau OPD masing-
11 masing ? ()
PEDOMAN DOKUMEN
No Objek Observasi Keterangan

Situasi aktivitas di kantor LPSE Kota Makassar


1 ()
Gambaran suasana kantor LPSE Kota Makassar
2 ()
Proses transaksi tender
3 ()
Pengawasan proses tender
4 (x)
PEDOMAN DOKUMEN
No Jenis Dokumen Keterangan

1 Data kepegawaian LPSE Kota Makassar


()
2 Tupoksi pegawai
()
3 Aturan tentang pengadaan barang dan jasa secara elektronik
()
4 Struktur organisasi LPSE Kota Makassar
()
5 Pemenang tender 3 tahun terakhir
()
6 Jumlah proyek berdasarkan instansi
Contoh (dinas pendidikan, kesehatan, PUPR) ()
7 Prestasi LPSE Terakhir
(x)
8 Dokumen software IT yang digunakan
()
Sumber: Penulis
7

RIWAYAT HIDUP

Ahmad, lahir di Dante Koa pada Hari Ahad, 10

November 1996 buah hati dari Sidei dan

Januari, menjadi anak ke tujuh dari delapan

bersaudara. Penulis tumbuh dalam keluarga yang

harmonis dan sangat sederhana. Penulis memulai

Pendidikan di SDN 82 Dante Koa Kabupaten

Enrekang dan tamat

pada tahun 2009. Kemudian penulis melajutkan pendidikannya di Mts.

Guppi Dante Koa Kabupaten Enrekang dan tamat pada tahun 2012, setelah

itu melanjutkan pendidikan pada tingkat sekolah menengah di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah Malua Kabupaten Enrekang dan tamat pada tahun 2015.

Setelah lulus sekolah menengah, penulis kembali melajutkan pendidikan di

sebuah Perguruan tinggi swasta yaitu Universitas Muhammadiyah Makassar,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dengan mengambil jurusan ilmu

administrasi negara pada program studi ilmu administrasi negara Strata 1 (S1).

Semasa kuliah penulis aktif dalam dunia akademik dan organisasi. Penulis

aktif di oraganisasi internal kampus KIMAP Humaniera (Komunitas Ilmiah

Administrasi Publik) periode 2017-2018, diamanahkan sebagai staf bidang

penelitian dan penalaran. Selain itu penulis aktif di UKM LKIM-PENA

Universitas Muhammadiyah Makassar Periode 2017-2018 sebagai anggota

bidang pendidikan dan pelatihan, dan melanjutkan amanah sebagai wakil

ketua umum UKM LKIM-PENA Universitas Muhammadiyah Makassar periode

2018-2019.
100

Selain aktif di berbagai organisasi internal kampus, penulis juga aktif

di lembaga eksternal kampus seperti, ILP2MI (Ikatan Lembaga Penelitian dan

Penalaran Mahasiswa Indonesia) periode 2018-2019 dan diamanahkan

sebagai koordinator Departmen PENGMAS (Pengabdian Masyarakat). Adapun

organisasi pada tingkat daerah, penulis aktif di HPMP (Himpunan Pelajar

Mahasiswa Pepandungan) periode 2016-2017 diamanahkan sebagai ketua

bidang HUMAS (Hubungan Masyarakat), Aktif di KPA Mt-Pokapinjan

Periode 2020 sebagai anggota administrasi dan perizinan penggunaan jalur II

Mt. Latimoojong.

Selain aktif dalam organisasi internal dan eksternal kampus, penulis

juga aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan program karya tulis mahasiswa dan

simposium nasional. Penulis pernah meloloskan satu tim proposal penelitian

PKM-PSH pada ajang PIMNAS 31, proposal tersebut mendapatkan dana

hibah oleh Kemenristekdikti pada tahun 2018 dan berhasil sampai pada tahap

monitoring dan evaluasi di Universitas Hasanuddin. Mengirim 2 PKM-K

pada tahun 2019 dan 10 PKM di tahun 2020 diantaranya 4 PKM-PSH, 3 PKM-K

dan 3 PKM-AI. Menjadi finalis lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) FISIP UBB

Vol. 2 di Universitas Bangka Belitung pada tahun 2018. Selain lomba karya

tulis ilmiah, penulis pernah menjadi peserta essay PENGMAS dan merangkap

sebagai delegasi KONAS & RAKERNAS ILP2MI pada kegiatan PPIPM FAIR

2018 yang dilaksanakan di Universitas Negeri Padang. Menjadi delegasi LPJ

PENGMAS Nasional Exist Fair 2019 pada kegiatan KONAS & RAKERNAS

ILP2MI pada tahun 2019 di Institud Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar

Bali.

Anda mungkin juga menyukai