HIPONATREMIA
Pembimbing:
Penyusun:
Dahlia 2019042007x
Muli 2019042008x
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan,
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkah dan rahmat-Nya, kami bisa menyelesaikan referat dengan
topik “Hiponatremia” dengan lancar. Referat ini disusun sebagai salah atau
penilaian tugas untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Penyakit Dalam RSAL Dr. Ramelan Surabaya. Penulis berharap referat ini
dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan yang bermanfaat
bagi penulis maupun pembaca.
Kami menyadari bahwa referat yang kami susun ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka penulis berharap ada masukan, saran atau krituk
yang membangun dari semua pihak. Semoga referat ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua.
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
LEMBAR PENGESAHAN 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
DAFTAR TABEL 5
DAFTAR GAMBAR 6
DAFTAR SINGKATAN 7
BAB I PENDAHULUAN 8
2.1 Definisi 9
2.2 Etiologi 9
2.3 Klasifikasi 11
2.5 Patofisiologi 14
2.6 Diagnosis 15
(Objective)...........................................................................................17
4
2.7 Penatalaksanaan 18
2.8 Komplikasi 19
2.9 Prognosis 23
2.10 Pencegahan 25
DAFTAR PUSTAKA 31
5
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 xxxxx..........................................................................................20
Tabel 2. 2 xxx.............................................................................................22
Tabel 2. 3 xxx.............................................................................................23
Tabel 2. 4 zxxx...........................................................................................26
6
DAFTAR GAMBAR
7
DAFTAR SINGKATAN
DT = Difteri Tetanus
8
BAB I
PENDAHULUAN
9
hiponatremia kronik dapat menyebabkan kerusakan neuron dan kematian
(Verbalis, et all, 2013).
Hiponatremia terjadi bila (1) Jumlah asupan cairan melebihi
kemampuan ekskresi (2) Ketidakmampuan menekan sekresi ADH
misalnya pada kehilangan cairan melalui saluran cerna atau gagal jantung
atau sirosis hati atau pada SIADH (syndrome of inappropriate ADH-
secretion) (Sudoyo A W dkk., 2014).
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
Na+ urin > 20 mmol/L Defisiensi ↑ Na+ urin > 20
Hilangnya cairan dari glukokortikoid mmol/L
ginjal Hipotiroidisme Gangguan ginjal akut
Kelebihan diuretik Stres Penyakit ginjal kronis
Defisiensi Penggunaan obat-
mineralokortikoid obatan
Ketonuria Syndrome of
Diuretik osmosis antidiuretic hormone
secretion (keganasan,
obat)
Na+ urin < 10 mmol/L Polidipsia psikogenik ↑ Na+ urin <
Hilangnya cairan dari 10mmol/L
luar ginjal Sindrom nefrotik
Muntah - muntah Sirosis hati
Diare Gagal jantung
Luka bakar Gagal ginjal kronik
Pankreatitis
Trauma
2.3 Klasifikasi
12
Menurut Verbalis, et all (2013) hiponatremia dapat
dikategorikan sebagai berikut:
13
menggambarkan deplesi volume yaitu pemeriksaan
klorida.
Keringat yang berlebihan
Aktifitas fisik yang berlebihan seperti maraton dapat
menyebabkan deplesi volume, kehilangan natrium
dan klorida pada keringat yang berlebihan.
Penggunaan diuretik yang berlebihan
Menurut literatur, 73% kasus hiponatremi disebabkan
karena penggunaan thiazid, 20% karena kombinasi
thiazid dengan antikaliuretik dan 7 % disebakan oleh
furosemid.
Cerebral salt wasting syndrome (CSWS)
CSWS merupakan suatu sindroma yang terjadi
setelah prosedur neurosurgikal ataupun setelah
terjadi trauma kepala. Pada kondisi ini AVP
disekresikan karena stimulasi baroresptor.
Defisiensi mineralokortikoid
Pada kondisi ini terjadi kegagalan dalam menekan
pelepasan AVP akibat hipoosmolalitas.
b. Euvolemik
Hiponatremia hipotonik euvolemik berhubungan
dengan adanya kelompok sindroma klinis yang selanjutnya
harus dibedakan menurut pemeriksaan osmolalitas urin.
Hal ini terjadi karena intake cairan yang berlebihan
sedangkan ginjal tidak mampu untuk mengeksresikan. Hal
ini dapat terjadi pada keadaan dibawah ini:
SIADH (syndrome inappropiate anti diuretic hormon):
Konsentrasi natrium yang rendah karena kelenjar
hipofisis di dasar otak mengeluarkan terlalu banyak
hormon antidiuretik. Sindroma nefrogenik.
Defisiensi glukokortikoid.
Sindroma nefrogenik
Defisiensi glukokortikoid
Hipotiroid: Pada hipotiroid terjadi peningkatan resistensi
vaskular dan penurunan curah jantung yang
menyebakan gangguan perfusi ginjal.
14
Intake cairan yang rendah
Polidipsia primer: Polidipsia primer terjadi pada 20 %
pasien psikiatrik khususnya skizofrenia. Pada kondisi ini
intake cairan berlebihan tidak diikuti dengan diuresis.
c. Hipervolemik
Hiponatremia hipotonik hipervolemik terjadi akibat
adanya peningkatan total cairan tubuh yang selanjutnya
dapat dibedakan dengan pemeriksaan konsentrasi natrium
pada urin. Dapat terjadi karena kegagalan ginjal dalam
mengkeksresikan cairan. Pada pasien ini ditemukan edema
karena retensi cairan dan natrium.
Gagal jantung
Hiponatremia hipervolemik pada gagal jantung pada
awalnya terjadi akibat penurunan curah jantung dan
tekanan darah, yang menstimulasi vasopressin,
katekolamin dan renin-angiotensin- aldosteron. Kadar
vasopressin yang meningkat telah dilaporkan pada
pasien dengan disfungsi ventrikel kiri sebelum gagal
jantung muncul. Pada pasien gagal jantung yang
memburuk, berkurangnya stimulasi mekanoreseptor di
ventrikel kiri, sinus karotis, arkus aorta dan arteriol
aferen ginjal memicu peningkatan aktivitas simpatis,
system RAA, dan pelepasan vasopressin tanpa
rangsang osmotik, ditengah-tengah berbagai
neurohormon lain. Walaupun total air tubuh meningkat,
peningkatan aktivitas simpatis ikut menyebabkan
retensi natrium dan air. Pelepasan vasopresin yang
bertambah menyebabkan bertambahnya jumlah saluran
akuaporin di duktus koligentes ginjal. Ini memacu
retensi air yang bersifat abnormal dan hiponatremia
hipervolemik.
Sirosis
15
Hiponatremi yang terjadi pada pasien sirosis
dikarenakan gagal jantung, pelepasan AVP.
Sindroma nefrotik, gagal ginjal akut dan kronik.
16
Pemberian cairan isoosmotik tidak mengandung natrium
ke dalam cairan ekstrasel dapat menimbulkan
hiponatremia disertai osmolalitas plasma normal.
17
b. Hiponatremia berat: gagal jantung dan pernapasan,
somnolen,edema serebri, kejang, koma, kematian (Spasovski G,
et. all. 2014)
18
Retensi air biasanya dihasilkan dari kerusakan ekskresi air dan
jarangnya pemasukan air. Kebanyakan pasien yang hiponatremia karena
retensi air disebut sindrom antidiuresis yang tidak wajar (SIAD). SIAD
terjadi dalam beberapa kondisi, misalnya infeksi, malignan, penyakit dada
dan trauma; juga bisa disebabkan karena obat. SIAD dihasilkan dari
ketidakwajaran sekresi AVP. Dimana konsentrasi AVP berubah-ubah
antara 0 dan 5 pmol/l disebabkan perubahan osmolalitas, SIAD yang
tinggi (non-osmolalitas) dapat terlihat meningkat (hingga 500 pmol).
Stimulus nonosmotik yang sangat kuat termasuk hipovolemi dan hipotensi,
muntah, hipoglekemi dan nyeri. Frekuensi SIAD terjadi secara kecil
menyebar prevalensinya pada stimulus tersebut. AVP mempunyai efek lain
pada tubuh dari pengaturan air oleh ginjal (tabel 2.2).
19
sekresi AVP non osmotik, selain pengaturan mekanisme osmotik.
Peningkatan sekresi AVP disebabkan retensi air sehingga pasien menjadi
hiponatremia. Alasan lain mengapa berkurngnya natrium isotonik dalam
air karena hanya digantikan oleh air.
Dari indikasi diatas, ketika berkurangnya Natrium secara signifikan
terjadi, memberikan gambaran klinik berupa berkurangnya ECF dan
volume darah. Dalam hiponatremia dengan gambaran berkurangnya
natrium berupa berkurangnya air.
Tidak semua pasien dengan dengan berkurangnya natrium adalah
20
Gambar 2.3 Model tank air menunjukkan bahwa pengurangan volume
ECF dapat dikaitkan dengan penurunan, peningkatan, atau serum normal
[Na+]
21
harus diduga jika terdapat ketidaksesuaian antara kadar pada
hiponatremia dan gejala yang mungkin disebabkan berkurangnya
konsentrasi natrium. Osmolalitas serum normal pasien dengan
hiponatremia, diduga sebagai pseudohiponatremia. Hal ini dapat dicari
dengan menghitung rentang osmolal, dan perbedaan antara pengukuran
osmolalitas dan menghitung osmolalitas.
volume sirkulasi.
Pemeriksaan penunjang : kadar Na + serum, osmolalitas plasma dan
22
Gambar 2.3 Algoritma untuk evaluasi hiponatremia
23
2.7 Penatalaksanaan Hiponatremia
Rekomendasikan
lithium atau
demeclocycline
b. Hipovolemik Salin isotonik Salin isotonik atau
hiponatremia balanced crystalloid
solution
c. Hipervolemik Pembatasan cairan Pembatasan cairan
hiponatremia
Vaptana Rekomendasikan
vaptan
Tingkat koreksi Minimum: 4–8 mmol/L Tidak ada minimum
per hari, 4–6 mmol/L per
hari (risiko tinggi ODS)
24
Limit: 10–12 mmol/L per Limit: 10 mmol/L per
hari, 8 mmol/L per hari hari
(risiko tinggi ODS)
25
Adrogue dan Madias mengusulkan batas yang lebih konservatif
yaitu 6-8 mmol / L per hari terlepas dari durasi atau gejala.
Kedua pedoman merekomendasikan pemantauan yang sering
terhadap Sna selama fase koreksi aktif (yaitu, semua
perawatan kecuali pembatasan cairan). Tormey et al
menghitung apa yang disebut "nilai perubahan referensi" untuk
SNa menggunakan penganalisaan umum dan menunjukkan
bahwa hanya perubahan Sna≥4 mmol / L yang pasti nyata.
Cairan hipotonik dan desmopresin mungkin diperlukan
untuk mengobati koreksi berlebihan pada hiponatremia
hipovolemik, karena diuresis air persisten dapat terjadi setelah
koreksi hipovolemia.
26
merekomendasikan terapi bolus, walaupun dengan spesifikasi
yang sedikit berbeda (Tabel 2.3) (Hoorn, E. J. & Robert Z.,
2017).
Baru-baru ini, Ayus dan rekan melaporkan pengalaman
mereka menggunakan protokol yang berbeda. (500 ml 3% NaCl
selama 6 jam) pada 64 pasien dengan ensefalopati
hiponatremik (Sna<130 mmol / gejala Landneurologics). Rata-
rata, protokol ini meningkatkan SNa dengan 12 dan 14 mmol / L
pada 24-48 jam pertama, dan gejala membaik tanpa bukti ODS.
Namun, keparahan hiponatremia (sering Sna<110 mmol / L)
dan durasi gejala menunjukkan bahwa beberapa pasien
memiliki chronichyponatremia. Jika demikian, tingkat koreksi
akan melebihi batas yang direkomendasikan saat ini (Tabel 2.3)
(Hoorn, E. J. & Robert Z., 2017)
Rekomendasi panel pakar: pengobatan gejala hiponatremia
akut (Verbalis, et all, 2013)
- Indikasi:
Keracunan air akut yang diinduksi sendiri (misalnya,
penyakit psikiatri seperti psikosis akut atau
skizofrenia, latihan ketahanan, penggunaan
"ekstasi")
Diketahui durasi hiponatremia <24-48 jam (misalnya,
pasca operasi)
Patologi intrakranial atau peningkatan intrakrania
tekanan
Kejang atau koma, terlepas dari kronisitas yang
diketahui.
- Sasaran:
Koreksi mendesak sebesar 4-6 mmol/L untuk
mencegah herniasi otak dan kerusakan neurologis
dari iskemia otak.
- Perawatan yang direkomendasikan:
27
Untuk gejala berat, 100 mL NaCl 3% diinfus secara iv
lebih dari 10 menit x 3 sesuai kebutuhan
Untuk gejala ringan hingga sedang dengan risiko
rendah herniasi, NaCl 3% diinfuskan pada 0,5-2 mL /
kg / jam
Tingkat koreksi tidak perlu dibatasi pada pasien
dengan hiponatremia akut yang sebenarnya namun,
jika ada ketidakpastian apakah hiponatremia kronis
atau akut, maka batas untuk koreksi hiponatremia
kronis harus diikuti
28
Rekomendasi panel pakar untuk menghindari Sindrom
Demielinisasi Osmotik (ODS) pada pasien dengan hiponatremia
kronis (Verbalis, et all, 2013):
- Populasi berisiko: hiponatremia dengan serum [Na+] ≤
120 mmol / L dari> 48 jam durasi; sebagai contoh, pasien
rawat jalan minum volume air konvensional atau diobati
dengan tiazid dan hiponatremia yang didapat di rumah sakit
dengan durasi yang diketahui> 48 jam.
- Peningkatan kewaspadaan pada pasien dengan risiko
tinggi ODS.
- Sasaran: Koreksi minimum serum [Na +] sebesar 4-8
mmol / L per hari, dengan sasaran yang lebih rendah yaitu
4 - 6 mmol/ L per hari jika risiko ODS tinggi.
- Batas tidak melebihi:
Untuk risiko ODS tinggi: 8 mmol / L dalam 24 jam
Untuk risiko ODS normal: 10-12 mmol / L dalam 24
jam; 18 mmol / L dalam periode 48 jam.
Rekomendasi panel pakar: manajemen koreksi berlebihan
pada hiponatremia kronis (Ame, 2013)
- Mulai serum [Na+] ≥ 120 mmol / L: Intervensi mungkin
tidak perlu.
- Mulai serum [Na+] <120 mmol / L:
Ganti air yang hilang atau berikan desmopresin
setelahnya koreksi sebesar 6-8 mmol / L selama 24
jam pertama terapi
Tahan dosis vaptan berikutnya jika koreksi terjadi >8
mmol / L
Pertimbangkan penurunan terapi serum [Na+] jika
koreksi melebihi batas terapeutik
Pertimbangkan pemberian glukokortikoid dosis tinggi
(mis. deksametason, 4 mg setiap 6 jam) selama 24-48
jam setelah koreksi berlebihan.
29
- Menurunkan kembali serum [Na+]:
Berikan desmopresin untuk mencegah kehilangan air
lebih lanjut : 2-4 mg setiap 8 jam parenteral
Ganti air secara oral atau dengan dekstrosa 5% dalam
air secara intravena: 3 mL / kg / jam
Periksa kembali serum [Na+] setiap jam dan lanjutkan
terapi infus sampai serum [Na+] dikurangi ke batas
target.
2.7.4 Vaptans
Vaptans memblokir reseptor vasopresin tipe 2 yang
mengandung sel-sel utama duktus dan oleh karena itu
menginduksi aquaresis. Beberapa vaptan telah dikembangkan,
termasuk tolvaptan, satavaptan, lixivaptan, danconivaptan
(yang juga menargetkan reseptor tipe 1a vesopresin). Atas
dasar mekanisme aksi mereka, vaptans adalah terapi yang
logis dan terarah untuk pasien hiponatremik dengan
eksesvasopresin. Memang, beberapa uji klinis besar telah
menunjukkan bahwa vaptans jelas efektif dalam meningkatkan
SNa pada pasien dengan hyponatremia karna SIAD, gagal
jantung, atau sirosis hati. Kedua pedoman sepakat bahwa tidak
ada tempat untuk vaptans pada pasien dengan hiponatremia
gejala akut atau sangat simptomatik, yang mana salin
hipertonik adalah pengobatan pilihan (Hoorn, E. J. & Robert Z.,
2017)
Pedoman Amerika Serikat mendaftarkan vaptans sebagai
salah satu opsi farmakologis, jika pembatasan cairan telah
gagal (Tabel 2.3) . Pedoman Eropa tidak merekomendasikan
vaptans dalam hiponatremia sedang. (Hoorn, E. J. & Robert Z.,
2017).
Karena ODS telah dilaporkan setelah overcorrection
hiponatremia berat, pedoman Eropa merekomendasikan
terhadap vaptans dalam pengaturan ini. Baru-baru ini, Tzoulis
et al melaporkan “pengalaman nyata” dengan tolvaptan pada
30
61 pasien dengan hiponatremia resisten karena SIAD. Rata-
rata peningkatan SNa setelah 24 jam adalah 9.063,9 mmol / L.
Koreksi hiponatremia yang berlebihan (0,12 mmol / L per hari)
diamati pada 23% pasien (semua dengan hiponatremia berat),
meskipun tidak satu pun dari mereka yang mengalami tanda-
tanda ODS. ODS dilaporkan pada satu pasien dengan gagal
jantung di mana 15 mg tolvaptan menyebabkan SNa meningkat
dari 126 menjadi 142 mmol / L pada hari pertama dan
selanjutnya meningkat menjadi 187 mmol / L di hari-hari
berikutnya. Di sisi lain, peningkatan gejala telah ditunjukkan
dengan penggunaan vaptans. Ini termasuk perbaikan pada
beberapa gejala neurokognitif, status kinerja pada pasien
kanker, dyspneu pada pasien dengan gagal jantung, dan asites
pada pasien dengan sirosis hati (Hoorn, E. J. & Robert Z.,
2017).
2.7.5 Urea
Urea menginduksi diuresis osmotik, sehingga
meningkatkan ekskresi air dari ginjal. Decaux dan rekannya
memelopori penggunaan tetap pada tahun 1980 untuk SIAD,
tetapi juga untuk bentuk lain dari hiponatremia. Lebih baru-baru
ini, di 12 pasien dengan SIAD, Soupart et al. membandingkan
pengobatan antara satavaptan dengan urea (keduanya dalam
periode pengobatan 1 tahun). Menariknya, kedua terapi
memiliki profil efikasi dan efek samping yang serupa. Meskipun
urea tidak mencegah koreksi berlebihan, hal itu dapat
mengurangi risiko kerusakan otak yang terkait (Hoorn, E. J. &
Robert Z., 2017)
Dalam model tikus SIAD eksperimental, Gankam Kenge et
al. membandingkan hasil neurologis setelah overcorrection
(sekitar 30 mmol / L per hari) dengan saline hipertonik,
lixivaptan, atau urea. Secara mengejutkan, skor neurologis dan
31
kelangsungan hidup lebih baik pada hewan dengan terapi urea.
Analisis histologis menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan
dua perawatan lain, urea mengurangi demielinasi, aktivasi
mikroglial, dan perubahan sawar darah-otak, dan peningkatan
viabilitas astrosit. Meskipun seseorang harus berhati-hati untuk
meramalkan temuan-temuan ini kepada manusia, ini mungkin
menjelaskan mengapa pasien dengan ESRD dan hiponatremia
tidak mengalami ODS setelah pengobatan dengan hemodialisis
(Hoorn, E. J. & Robert Z., 2017).
32
semakin meningkat bahwa hiponatremia dikaitkan dengan
peningkatan risiko osteoporosis dibandingkan dengan
normonatremia sebagai akibat dari peningkatan aktivitas
osteoklas dan mobilisasi natrium yang disimpan dalam matriks
tulang (Thompson C & Ewout J H, 2012).
T, et al. 2016).
33
Mendapatkan perawatan untuk kondisi yang berkontribusi
tinggi.
Atlet harus minum hanya sebanyak cairan yang hilang karena
baik untuk berapa banyak air atau cairan lain yang Anda
butuhkan.
2.10.4 Pertimbangkan meminum minuman olahraga selama
aktivitas berat.
Tanyakan kepada dokter Anda tentang mengganti air dengan
berapa banyak air yang Anda butuhkan. Jika Anda tidak haus
34
2.11 Contoh Kasus Hiponatremia
35
pemeriksaan leukosit dan procalcitonin tinggi. Hasil Sequential
Organ Failure Assessment (SOFA) menunjukkan score 4 yaitu
sepsis. SpO2, pCO2 gap, laktat dalam batas normal,
menunujukkan mikrosirkulasi baik.
Hari ketiga natrium sudah membaik menjadi 128 mmol/L.
Pemberian NaCl 3% distop diganti dengan NaCl 0.9%
500ml/24jam. Hipokalemia yang terjadi dikoreksi dengan KCl
50meq/6jam. Hasil pemeriksaan elektrolit urin dalam batas
normal. Osmolaritas plasma normal, sedangkan osmolaritas
urin rendah, dan kesadaran membaik.
Hari keenam hemodinamik stabil, kesadaran baik. Pasien
dapat di ekstubasi. Hasil foto thorak ulangan melihatkan infiltrat
di perihiller kedua paru relatif berkurang.
36
BAB III
KESIMPULAN
37
dan bila risiko ODS normal 10-12 mmol / L dalam 24 jam dan
18 mmol / L dalam periode 48 jam.
DAFTAR PUSTAKA
38
Verbalis, J G, et. all. 2013. Diagnosis, Evaluation, and Treatment of
Hyponatremia: Expert Panel Recommendations. The American
Journal of Medicine, 126 (10)
39