Anda di halaman 1dari 14

SERI 3 BAHAN AJAR

MATEMATIKA SMA
Untuk KELAS xii

MATRIKS

O
L
E
H

Drs. Frans Tunggu Etu

SMA SEMINARI ST. RAFAEL


KUPANG
Matriks
1. Pengertian
Matriks adalah kumpulan bilangan yang disusun secara teratur dalam baris dan kolom sehingga
susunan tersebut berbentuk persegi atau persegi panjang. Kumpulan bilangan tersebut ditulis dalam
tanda kurung biasa atau tanda kurung siku, dan diberi nama dengan memakai huruf kapital.
Contoh :
1 −3 1 −1 0
11 −9 2 4 43
A = (5 0) B=[ ] C=( ) M = [2 12 4]
4 17
27 31 5 4 −7 3 59 8
Bilangan-bilangan pada matriks disebut unsur matriks atau elemen matriks. Unsur-unsur baris
matriks disusun dan dituliskan mendatar, sedangkan unsur-unsur kolom/lajurnya dituliskan vertikal.
Unsur-unsur suatu matriks umumnya ditulis dengan notasi/simbol huruf kecil berindeks; misalnya a12
artinya unsur matriks A yang terletak pada baris pertama lajur kedua, b23 artinya unsur matriks B
yang terletak pada baris kedua kolom ketiga, dan seterusnya. Pada contoh di atas : a12 = – 3,
a21 = 5, a32 = 17; b12 = – 9, b21 = 27, b23 = 5; c11 = 4, c22 = – 7; m13 = 0, m33 = 8.
Banyak baris dan lajur suatu matriks menentukan ordo atau ukurannya. Misalnya pada contoh
di atas : matriks A berordo 3x2, artinya banyak baris matriks A adalah 3 dan banyak lajurnya 2; bia-
sanya ditulis dalam bentuk A3x2. Begitu pula untuk matriks B yang ordonya 2x3 ditulis dengan
notasi B2x3, sedangkan C2x2 , dan M3x3.
2. Jenis-jenis Matriks
2.1. Matriks Baris terdiri atas satu baris saja. Contoh : A = (2 5 7). P = [12 41 –7 52]
81
10
2.2. Matriks Kolom terdiri atas satu kolom saja. Contoh : M = (−9) →M3x1. D = [ ]→D2x1.
79
27
2.3. Matriks Persegi atau Matriks Bujursangkar, banyak barisnya = banyak lajurnya. Kalau ba-
nyak baris dan banyak lajur suatu matriks masing-masing n, maka matriks persegi itu disebut berordo
n (tidak perlu lagi disebut berordo n x n).
Contoh :
1 4 12
5 4
A=( ). Matriks A berordo 2. B = [0 8 −2] adalah matriks persegi berordo 3.
0 4
2 9 45
Pada matriks persegi, garis hubung pojok kiri atas dengan pojok kanan bawah disebut
diagonal utama, sedangkan garis hubung pojok kiri bawah dengan pojok kanan atas disebut diagonal
samping / tambahan. Pada matriks B di atas : unsur yang terletak pada diagonal utama adalah 1, 8,
dan 45 ; sedangkan unsur yang terletak pada diagonal samping adalah 2, 8, dan 12.
2.4. Matriks Segitiga. Matriks persegi dengan semua unsur di atas atau di bawah diagonal
utama bernilai nol disebut matriks segitiga. Untuk suatu matriks persegi : bila semua unsur di atas
diagonal utama bernilai nol maka disebut matriks segitiga bawah; sedangkan bila semua unsur di
bawah diagonal utama bernilai nol maka disebut matriks segitiga atas; serta bila semua unsur di
luar diagonal utama bernilai nol maka disebut matriks diagonal.
Contoh :
2 1 5
A = (0 7 9) adalah matriks segitiga atas (semua unsur di bawah diagonal utama bernilai nol).
0 0 8

57 0 0
B = [−3 1 0] adalah matriks segitiga bawah (semua unsur di atas diagonal utama bernilai nol).
14 9 2

9 0 0
P = (0 0 0 ) adalah matriks diagonal (semua unsur di luar diagonal utama bernilai nol).
0 0 41
2.4. Matriks Identitas. Matriks diagonal yang semua unsur diagonal utamanya bernilai 1 disebut
matriks identitas. Matriks identitas berordo n dinamai In.
Contoh :
1 0 0 0
1 0 0
I2 = (1 0
) I3 = (0 1 0) I4 = [0 1 0 0
]
0 1 0 0 1 0
0 0 1
0 0 0 1
2.5. Matriks Setangkup / Simetris. Matriks persegi sedemikian rupa sehingga unsur-unsur
yang simetris atau setangkup terhadap diagonal utama bernilai sama disebut matriks simetris.
Jika matriks A setangkup, maka aij = aji dengan i ≠ j dan 𝑖, 𝑗 ∈ n.
Contoh :
5 2 9 4 3 5 7
M = [2 4 8] dan D = [3 2 1 8], dengan d12 = d21 = 3; d13 = d31 = 5;
5 1 1 9
9 8 1 7 8 9 2 d34 = d43 = 9; dan seterusnya.
2.6. Matriks Nol : matriks yang semua unsurnya bernilai nol.

Contoh : O = ( 0 0 0) .
0 0 0

3. Kesamaan Matriks
Matriks A sama dengan matriks B jika dan hanya jika : (1). keduanya berordo sama, dan
(2). aij = bij , untuk semua nilai 𝑖, 𝑗 ∈ n, (semua unsur seletak selalu bernilai sama).
Contoh :
P = (1 8) , M = (1 4) , R = (1 8) .
4 9 9 8 4 9
Walaupun matriks P, M, dan R semuanya berordo 2 x 2 namun P ≠ M karena ada pij ≠ mij
yaitu : p12 ≠ r12 dengan p12 = 8 sedangkan m12 = 4, p21 ≠ m21 dengan p21 = 4 sedangkan
m21 = 9, dan p22 ≠ m22 dengan p22 = 9 sedangkan m22 = 8.
Matriks yang sama adalah matriks P dan matriks R.
Contoh lain :
Diketahui matriks A = (𝑥 + 1 10
) dan matriks B = (
5 2𝑦 − 𝑥
) .
4 9 4 9
Jika A = B, tentukanlah nilai dari (4x – 3y) !
Jawab :
a11 = x + 1 sedangkan b11 = 5. Jadi x + 1 = 5 ⇒ x = 4.
a12 = 10 sedangkan b12 = 2y – x. Jadi 10 = 2y – x ⇒ 2y – 4 = 10, akibatnya y = 7.
Dengan demikian (4x – 3y) = 4.4 – 3.7 = 16 – 21 = – 5 .

4. Operasi Matriks
Seperti halnya ada operasi bilangan misalnya penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian, dan sebagainya; demikian juga pada matriks ada operasi matriks. Di antaranya adalah
transpos, penjumlahan, pengurangan, perkalian, invers, dan sebagainya.
4.1. Transpos Matriks
Transpos matriks A adalah matriks dengan unsur-unsur baris ke-i merupakan unsur-unsur
kolom ke-i matriks A, untuk semua i , dan unsur-unsur kolom ke-j merupakan unsur-unsur baris ke-j
matriks A, untuk semua j. Jika B adalah transpos matriks A, maka bij = aji untuk semua i dan j.
̃ (dibaca : A aksen atau A transpos
Transpos matriks A ditulis dengan notasi : A' atau AT atau 𝐀
atau putaran A).
Contoh : Tentukanlah transpos dari matriks berikut !
1 29
A = ( 1 8) B = (2 23) P = (−2 19 58
).
4 9 31 −6 44
4 17
Jawab :
A = (1 8) ⇒ A' = (1 4) .
4 9 8 9
1 29 −2 31
1 2 4
B = (2 23) ⇒ BT = ( ). P = (−2 19 58 ̃ = ( 19
)⇒ P −6) .
29 23 17 31 −6 44
4 17 59 44

4.2. Perkalian Skalar dengan Matriks


Misalkan matriks A berordo m x n, yaitu : A = (aij), dengan i = 1, 2, 3, ..., m dan
j= 1, 2, 3, ..., n serta k adalah skalar (bilangan real). Didefinisikan bahwa : kA = (k . aij).
Artinya bahwa setiap unsur matriks A dikalikan dengan skalar k .
Contoh :
−2.3 −2(−5) −2.17 − 2.0
A = (3 − 5 17 0
) ⇒ – 2A = ( )
1 10 −9 4 −2.1 −2.10 −2(−9) − 2.4

= (−6 10 −34 0
).
−2 −20 18 − 8

4A = (12 −20 68 0
).
4 40 −36 16

Sifat-sifat Perkalian Skalar dengan Matriks


Jika A dan B adalah matriks berordo sama serta k dan n adalah skalar, maka berlaku :
a. k(A + B) = kA + kB. b. (k + n)A = kA+ nA. c. k(nA) = knA.

4.3 Penjumlahan Matriks


Syarat penjumlahan : (1). matriks yang dijumlahkan berordo sama, dan
(2). Jumlahkan unsur-unsur seletak.
Dengan ungkapan lain : Untuk matriks A dan B yang berordo m x n dengan unsur-unsur aij
dan bij serta A + B = C, maka aij + bij = cij , ∀ 𝑖, 𝑗 ∈ n (n adalah himpunan bilangan asli).
Contoh :
Diketahui matriks-matriks berikut : A = (1 −6) , B = (7 10) , C = (−2 0 9) ,
4 31 2 2 10 8 4
1 4 0 8
M = [2 5] , P = (2 83 ) , H = [7 9] , dan T = (
4 −3 9
).
4 −7 5 11 7
3 8 5 9
 Matriks-matriks yang bisa dijumlahkan masing-masing adalah matriks A, B, dan P ; lalu
matriks C dan T ; serta matriks M dan H.

 A + B = (1 −6) + (7 10) = (1 + 7 −6 + 10) = (8 4


).
4 31 2 2 4+2 31 + 2 6 33

2A + 3P = (2 −12) + ( 6 249
)=(
8 237
).
8 62 12 −21 20 41

C + 4T = (−2 0 9) + (16 −12 36) = (14 −12 45


).
10 8 4 20 44 28 30 52 32

1 4 0 8 1 12
M + H = [2 5] + [7 9] = [9 14] .
3 8 5 9 8 17
Sifat-sifat Penjumlahan Matriks
Pada matriks-matriks A, B, C, dan O (matriks nol) yang berordo sama berlaku :
a. sifat komutatif : A + B = B + A. b. sifat asosiatif : (A + B) + C = A + (B + C)
c. terdapat unsur identitas penjumlahan yaitu matriks O sehingga : A + O = O + A = A.
d. ada invers penjumlahan terhadap matriks A yaitu matriks –A sehingga : A +(–A) = –A + A = O.
4.4. Lawan Matriks dan Pengurangan Matriks
* Lawan matriks A ditulis dengan notasi – A sehingga A = (𝑎𝑖𝑗 ) ⇒ – A = (− 𝑎𝑖𝑗 ).
Contoh :
A=( 2 −3 8
)⇒ –A=(
−2 3 −8
). P = (3 77
)⇒ –P= (
−3 −77
).
−5 1 6 5 −1 −6 8 24 −8 −24
* A – B = A + (– B)
Contoh :
−1 4 1 1 −4 −1 6 −6 7
1. (5 −2 8
)−( )=(
5 −2 8
)+( )=( ).
1 4 −3 8 −3 −2 1 4 −3 −8 3 2 −7 7 −1

2. (7 4
) −2(
−2 3
)=(
7 4
)−(
−4 6
)=(
11 −2
).
9 5 2 1 9 5 4 2 5 3

3. [−8 29 ] − [−9 29
]=[
1 0
].
10 −7 10 −8 0 1

Soal Latihan 1
1. Tentukanlah transpos dari matriks berikut !

2. Tentukanlah hasil penjumlahan dan/atau pengurangan matriks berikut !

4.5. Pekalian Matriks


Perhatikanlah ilustrasi berikut untuk memahami konsep perkalian matriks !
Data penjualan seorang pedagang buah dalam 3 minggu berturutan disajikan pada tabel berikut :
Banyak penjualan (dalam satuan kg)
Minggu Harga satuan Hasil penjualan
Mangga Pisang Apel
Pertama 40 78 25 Mangga Rp 15.000 Rp 2.380.000
Kedua 75 90 40 Pisang Rp 10.000 Rp 3.625.000
Ketiga 58 68 35 Apel Rp 40.000 Rp 2.950.000
Keterangan hasil penjualan pada minggu :
pertama : 40 kg x Rp 15.000/kg + 78 kg x Rp 10.000/kg + 25 kg x Rp 40.000/kg = Rp 2.380.000,
kedua : 75 kg x Rp 15.000/kg + 90 kg x Rp 10.000/kg + 40 kg x Rp 40.000/kg = Rp 3.625.000,
ketiga : 58 kg x Rp 15.000/kg + 68 kg x Rp 10.000/kg + 35 kg x Rp 40.000/kg = Rp 2.950.000.
Data pada tabel di atas dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut :
40 78 25
I. Data banyak penjualan ditulis dalam bentuk matriks : (75 90 40) ,
58 68 35
15000
II. Data harga satuan ditulis dalam bentuk matriks : (10000)
40000
2380000
III. Data hasil penjualan ditulis dalam bentuk matriks : (3625000)
2950000
Secara keseluruhan data pada tabel di atas ditulis dalam bentuk perkalian matriks :
40 78 25 15000 2380000 40 78 25
(75 90 40) (10000) = (3625000) . Pada perkalian ini : matriks (75 90 40) disebut
58 68 35 40000 2950000 58 68 35
15000
matriks yang dikalikan dari kiri (selanjutnya disebut saja matriks kiri), matriks (10000) disebut
40000
2380000
matriks yang dikalikan dari kanan (disebut saja matriks kanan), dan matriks (3625000) disebut
2950000
matriks hasil kali .
Dari ilustrasi tersebut tampak bahwa : (1). unsur baris pertama matriks hasil kali adalah hasil
penjumlahan dari perkalian unsur-unsur baris pertama matriks kiri dengan unsur-unsur kolom
bersesuaian matriks kanan; (2). unsur baris kedua matriks hasil kali adalah hasil penjumlahan dari
perkalian unsur-unsur baris kedua matriks kiri dengan unsur-unsur kolom bersesuaian matriks
kanan; (3). unsur baris ketiga matriks hasil kali adalah hasil penjumlahan dari perkalian unsur-unsur
baris ketiga matriks kiri dengan unsur-unsur kolom bersesuaian matriks kanan.
Dari ilustrasi tersebut mudah dimengerti bahwa syarat perkalian dua matriks adalah :
(1). banyak kolom matriks kiri = banyak baris matriks kanan, dan
(2). kalikan unsur-unsur baris matriks kiri dengan unsur-unsur kolom bersesuaian matriks kanan lalu
dijumlahkan kemudian hasilnya ditulis di baris dan kolom yang sesuai pada matriks hasil kali;
misalnya hasil penjumlahan dari perkalian unsur-unsur baris ke-i matriks kiri dengan unsur-
unsur berseuaian kolom ke-j matriks kanan ditulis pada baris ke-i kolom ke-j matriks hasil kali.
Misalkan A dan B dapat dikalikan, dengan A adalah matriks kiri, B adalah matriks kanan, dan
C adalah matriks hasil kali. Jika A berordo m x n, maka B harus berordo n x p ; sehingga C berordo
m x p. Unsur-unsur matriks C pada baris ke-i kolom ke-j (ditulis dengan notasi cij) diperoleh dari
penjumlahan hasil kali unsur-unsur baris ke-i matriks A dengan unsur-unsur kolom bersesuaian
matriks B, untuk i = 1, 2, 3, ... , m dan j = 1, 2, 3, ... , p. Dengan notasi sigma, ungkapan
terakhir ini ditulis sebagai berikut :
𝒏
𝒄𝒊𝒋 = ∑ 𝒂𝒊𝒌 𝒃𝒌𝒋 = 𝑎𝑖1 𝑏1𝑗 + 𝑎𝑖2 𝑏2𝑗 + 𝑎𝑖3 𝑏3𝑗 + ⋯ + 𝑎𝑖𝑛 𝑏𝑛𝑗 .
k =1
𝑏11 𝑏12
𝑎 𝑎 𝑎
Misalkan matriks A = [𝑎11 𝑎12 𝑎13 ] dan B = [𝑏21 𝑏22 ] .
21 22 23
𝑏31 𝑏32
I. Jika AB = C (A adalah matriks kiri dan B adalah matriks kanan), maka :
I.1. hasil perkalian baris ke-1 matriks A dengan kolom ke-1 matriks B adalah
𝑐11 = ∑3𝑘=1 𝑎1𝑘 𝑏𝑘1 = 𝑎11 𝑏11 + 𝑎12 𝑏21 + 𝑎13 𝑏31 .
I.2. hasil perkalian baris ke-1 matriks A dengan kolom ke-2 matriks B adalah
𝑐12 = ∑3𝑘=1 𝑎1𝑘 𝑏𝑘2 = 𝑎11 𝑏12 + 𝑎12 𝑏22 + 𝑎13 𝑏32 .
I.3. hasil perkalian baris ke-2 matriks A dengan kolom ke-1 matriks B adalah
𝑐21 = ∑3𝑘=1 𝑎2𝑘 𝑏𝑘1 = 𝑎21 𝑏11 + 𝑎22 𝑏21 + 𝑎23 𝑏31 .
I.4. hasil perkalian baris ke-2 matriks A dengan kolom ke-2 matriks B adalah
𝑐22 = ∑3𝑘=1 𝑎2𝑘 𝑏𝑘2 = 𝑎21 𝑏12 + 𝑎22 𝑏22 + 𝑎23 𝑏32 .
𝑏11 𝑏12
𝑎 𝑎 𝑎 𝑐 𝑐
Jadi AB = [𝑎11 𝑎12 𝑎13 ] [𝑏21 𝑏22 ] = [𝑐11 𝑐12 ]
21 22 23 21 22
𝑏31 𝑏32
𝑎11 𝑏11+ 𝑎12 𝑏21+ 𝑎13 𝑏31 𝑎11 𝑏12+ 𝑎12 𝑏22+ 𝑎13 𝑏32
= [ ].
𝑎21 𝑏11+ 𝑎22 𝑏21+ 𝑎23 𝑏31 𝑎21 𝑏12+ 𝑎22 𝑏22+ 𝑎23 𝑏32
II. Jika BA = P (B adalah matriks kiri dan A adalah matriks kanan), maka :
II.1. hasil perkalian baris ke-1 matriks B dengan kolom ke-1 matriks A adalah
𝑝11 = ∑2𝑘=1 𝑏1𝑘 𝑎𝑘1 = 𝑏11 𝑎11 + 𝑏12 𝑎21 .
II.2. hasil perkalian baris ke-1 matriks B dengan kolom ke-2 matriks A adalah
𝑝12 = ∑2𝑘=1 𝑏1𝑘 𝑎𝑘2 = 𝑏11 𝑎12 + 𝑏12 𝑎22 .
II.3. hasil perkalian baris ke-1 matriks B dengan kolom ke-3 matriks A adalah
𝑝13 = ∑2𝑘=1 𝑏1𝑘 𝑎𝑘3 = 𝑏11 𝑎13 + 𝑏12 𝑎23 .
II.4. hasil perkalian baris ke-2 matriks B dengan kolom ke-1 matriks A adalah
𝑝21 = ∑2𝑘=1 𝑏2𝑘 𝑎𝑘1 = 𝑏21 𝑎11 + 𝑏22 𝑎21 .
II.5. hasil perkalian baris ke-2 matriks B dengan kolom ke-2 matriks A adalah
𝑝22 = ∑2𝑘=1 𝑏2𝑘 𝑎𝑘2 = 𝑏21 𝑎12 + 𝑏22 𝑎22 .
II.6. hasil perkalian baris ke-2 matriks B dengan kolom ke-3 matriks A adalah
𝑝23 = ∑2𝑘=1 𝑏2𝑘 𝑎𝑘3 = 𝑏21 𝑎13 + 𝑏22 𝑎23 .
II.7. hasil perkalian baris ke-3 matriks B dengan kolom ke-1 matriks A adalah
𝑝31 = ∑2𝑘=1 𝑏3𝑘 𝑎𝑘1 = 𝑏31 𝑎11 + 𝑏32 𝑎21 .
II.8. hasil perkalian baris ke-3 matriks B dengan kolom ke-2 matriks A adalah
𝑝32 = ∑2𝑘=1 𝑏3𝑘 𝑎𝑘2 = 𝑏31 𝑎12 + 𝑏32 𝑎22 .
II.9. hasil perkalian baris ke-3 matriks B dengan kolom ke-3 matriks A adalah
𝑝33 = ∑2𝑘=1 𝑏3𝑘 𝑎𝑘3 = 𝑏31 𝑎13 + 𝑏32 𝑎23 .
𝑏11 𝑏12 𝑝11 𝑝12 𝑝13
𝑎 𝑎 𝑎
Jadi BA = [𝑏21 𝑏22 ] [𝑎11 𝑎12 𝑎13 ] = [𝑝21 𝑝22 𝑝23 ]
21 22 23
𝑏31 𝑏32 𝑝31 𝑝32 𝑝33
𝑏11 𝑎11 + 𝑏12 𝑎21 𝑏11 𝑎12 + 𝑏12 𝑎22 𝑏11 𝑎13 + 𝑏12 𝑎23
= [𝑏21 𝑎11 + 𝑏22 𝑎21 𝑏21 𝑎12 + 𝑏22 𝑎22 𝑏21 𝑎13 + 𝑏22 𝑎23 ].
𝑏31 𝑎11 + 𝑏32 𝑎21 𝑏31 𝑎12 + 𝑏32 𝑎22 𝑏31 𝑎13 + 𝑏32 𝑎23
Contoh :
4 7
Diketahui matriks-matriks : A = (2 −3), B = (1 −6 7
), C = [2 0] ,
4 12 4 0 9
1 9
4 8 9
dan P = [ 0 1 9] .
−1 0 1

 A . Jadi AB ada hasilkalinya.


2x 2 B2 x 3

sama

2.1 + (−3). 4 2(−6) + (−3). 0 2.7 + (−3). 9


AB = (2 −3 1
)(
−6 7
)=( )
4 12 4 0 9 4.1 + 12.4 4. (−6) + 12.0 4.7 + 12.9

AB = (2 − 12 −12 + 0 14 − 27
)= (
−10 −12 −13
).
4 + 48 −24 + 0 28 + 108 52 −24 136
4 7
4 − 12 + 7 7 − 0 + 63
 BC = (1 −6 7
) [2 0] = ( ) = (
−1 70
).
4 0 9 16 + 0 + 9 28 + 0 + 81 25 109
1 9
4 7 4 + 28 −24 + 0 28 + 63 32 −24 91
 CB = [2 0] (1 −6 7
)= [ 2+0 −12 + 0 14 + 0 ] = [ 2 −12 14].
4 0 9
1 9 1 + 36 −6 + 0 7 + 81 37 −6 88
4 8 9 4 7 16 + 16 + 9 28 + 0 + 81 41 109
 PC = [ 0 1 9] [2 0] = [ 0 + 2 + 9 0 + 0 + 81 ] = [ 11 81 ] .
−1 0 1 1 9 −4 + 0 + 1 −7 + 0 + 9 −3 2

4 8 9
 BP = (1 −6 7
)[ 0 1 9] = [
4−0−7 8−6+0 9 − 54 + 7
]
4 0 9 16 + 0 − 9 32 + 0 + 0 36 + 0 + 9
−1 0 1
−3 2 −38
=[ ].
7 32 45

 A P3x 3 . Jadi tidak ada hasilkali dari AP.


2x 2


tidak sama

4.6. Determinan Matriks


a. Determinan matriks persegi berordo 2
Determinan matriks A dinyatakan dengan notasi “det A” atau ”|A|”. Jika A = (𝒂 𝒃) ,
𝒄 𝒅
maka det A = 𝒂𝒅 − 𝒃𝒄 atau |A| = 𝒂𝒅 − 𝒃𝒄 .
Contoh :
Hitunglah nilai determinan dari matriks berikut !
A = (2 4), B = (4 14), P = ( 7 1), dan M = (−3 4) .
1 7 2 7 −6 3 −7 5
Jawab :
det A = 2.7 – 1.4 = 14 – 4 = 10. |B| = 4.7 – 2.14 = 28 – 28 = 0.
|P| = 21 – (– 6) = 21 + 6 = 27. |M| = – 15 + 28 = 13.
Catatan : Matriks yang determinannya nol disebut matriks singular.
Pada cintoh di atas, matriks B adalah matriks singular.

b. Determinan matriks persegi berordo 3 (Pengayaan)


Determinan matriks persegi berordo 3 dapat ditentukan dengan beberapa cara, antara lain :
dengan aturan atau metode Sarrus, dengan metode minor-kofaktor, dengan metode operasi baris
elementer.
b.1. Metode Sarrus
Caranya :
 Tambahkan kolom pertama dan kolom kedua di sebelah kanan kolom ketiga.
 Jumlahkan hasil kali unsur-unsur pada diagonal utama dan hasil kali unsur-unsur yang
terletak pada garis yang sejajar dengan diagonal utama, lalu dikurangi dengan hasil kali
unsur-unsur yang terletak pada dan sejajar dengan diagonal samping.
𝑎11 𝑎12 𝑎13
A = (𝑎21 𝑎22 𝑎23 )
𝑎31 𝑎32 𝑎33
– – –
𝑎11 𝑎12 𝑎13 𝑎11 𝑎12
|A| = |𝑎21 𝑎22 𝑎23 | 𝑎21 𝑎22
𝑎31 𝑎32 𝑎33 𝑎31 𝑎32

+ + +
= 𝑎11 𝑎22 𝑎33 + 𝑎12 𝑎23 𝑎31 + 𝑎13 𝑎21 𝑎32 − 𝑎31 𝑎22 𝑎13 − 𝑎32 𝑎23 𝑎11 −𝑎33 𝑎21 𝑎12 .
Contoh :
−2 0 1 1 2 1 1 2 1
Hitunglah nilai determinan dari matriks A = (−1 4 0), P = (2 1 0), dan M = (2 4 2) !
−1 1 1 1 2 4 1 2 4
Jawab :
−2 0 1 −2 0
|A| = |−1 4 0| −1 4 = – 2.4.1 + 0.0(–1) + 1(–1).1 – (–1).4.1 – 1.0(–2) – 1(–1).0
−1 1 1 −1 1
|A| = – 8 + 0 – 1 + 4 – 0 – 0 = – 5.

1 2 1 1 2
|P| = |2 1 0| 2 1 = 1.1.4 + 2.0.1 + 1.2.2 – 1.1.1 – 2.0.1 – 4.2.2
1 2 4 1 2
|P| = 4 + 0 + 4 – 1 – 0 – 16 = – 9.

1 2 1 1 2
|M| = |2 4 2| 2 4 = 1.4.4 + 2.2.1 + 1.2.2 – 1.4.1 – 2.2.1 – 4.2.2
1 2 4 1 2
|M| = 16 + 4 + 4 – 4 – 4 – 16 = 0.
Tampak bahwa baris kedua matriks M = 2 kali baris pertamanya.
Sifat-sifat Determinan Matriks
Misalkan A dan B adalah matriks persegi berordo n dengan determinan masing-masing |A|
dan |B| serta k adalah konstanta. Berlaku sifat-sifat berikut :
1. |AB| = |A||B|. 2. |AT | = |A|, dengan AT adalah tanspos matriks A.
1
3. |kA| = 𝑘 𝑛 |A| 4. |𝐴−1 | = , dengan A–1 adalah invers matriks A.
|𝐴|
5. Jika unsur-unsur suatu baris atau kolom semuanya bernilai 0, maka determinan matriks itu = 0.
6. Jika ada baris yang sama atau merupakan kelipatan dari suatu baris lain ataupun ada kolom yang
sama atau merupakan kelipatan dari suatu kolom lain, maka determinan matriks itu = 0.
Seperti halnya matriks M di atas.
b.2. Metode Minor-kofaktor
Determinan suatu matriks persegi dapat dihitung dengan metode minor-kofaktor menurut
baris atau kolom tertentu. Jika dihitung menurut baris ke-i, maka determinan matriks An x n adalah
|A| = 𝑎𝑖1 K 𝑖1 + 𝑎𝑖2 K 𝑖2 + 𝑎𝑖3 K 𝑖3 + … + 𝑎𝑖𝑛 K 𝑖𝑛 , dengan K 𝑖1 = (– 1)i+1Mi1 merupakan kofaktor baris
ke-i kolom ke-1, 𝐾𝑖2 = (– 1)i+1Mi2 merupakan kofaktor baris ke-i kolom ke-2, demikian seterusnya ;
dan M𝑖1 = minor baris ke-i kolom ke-1, M𝑖2 = minor baris ke-i kolom ke-2, demikian seterusnya ;
serta M𝑖1 = determinan matriks yang unsur-unsurnya diperoleh dari unsur-unsur matriks A yang tidak
terletak di baris ke-i kolom ke-1, M𝑖2 = determinan matriks yang unsur-unsurnya diperoleh dari
unsur-unsur matriks A yang tidak terletak di baris ke-i kolom ke-2, demikian seterusnya.
Sedangkan jika dihitung menurut kolom ke-j, maka
|A| = 𝑎1𝑗 𝐾1𝑗 + 𝑎2𝑗 𝐾2𝑗 + 𝑎3𝑗 𝐾3𝑗 + … + 𝑎𝑛𝑗 𝐾𝑛𝑗 .
Jadi jika matriks A3 x 3 dan determinannya dihitung menurut baris kedua, maka
|A| = 𝑎21 K 21 + 𝑎𝑖2 K 22 + 𝑎23 K 23
Contoh :
1 2 0 −1 3 1
Hitunglah determinan matriks berikut : A = [0 1 2] dan P = [ 0 2 2] !
2 3 4 2 1 1
Jawab :
 Deretminan matriks A dihitung menurut baris ke-1 :
M11 = |1 2| = 4 – 6 = – 2 ⇒ K11 = (– 1)1+1M11 = – 2.
3 4

M12 = |0 2| = 0 – 4 = – 4 ⇒ K12 = (– 1)1+2M12 = 4.


2 4
M13 = |0 1| = 0 – 2 = – 2 ⇒ K13 = (– 1)1+3M13 = – 2.
2 3
|A| = 1(– 2) + 2.4 + 0(– 2) = – 2 + 8 = 6.

 Jika deretminan matriks A dihitung menurut kolom ke-3 :


M13 = |0 1| = 0 – 2 = – 2 ⇒ K13 = (– 1)1+3M13 = – 2.
2 3

M23 = |1 2| = 3 – 4 = – 1 ⇒ K23 = (– 1)2+3M23 = 1.


2 3

M33 = |1 2| = 1 – 0 = 1 ⇒ K33 = (– 1)3+3M33 = 1.


0 1
|A| = 0(– 2) + 2.1 + 4.1 = 0 + 2 + 4 = 6.
−1 1 3
 Deretminan matriks P = [ 0 2] dihitung menurut baris ke-3 :
2
2 1 1
M31 = |3 1
| = 6 – 2 = 4 ⇒ K31 = (– 1)3+1M31 = 4.
2 2

M32 = |−1 1| = – 2 – 0 = – 2 ⇒ K32 = (– 1)3+2M32 = 2.


0 2

M33 = |−1 3| = – 2 – 0 = – 2 ⇒ K33 = (– 1)3+3M33 = – 2.


0 2
|P| = 2.4 + 1.2 + 1(– 2) = 8 + 2 – 2 = 8.
 Bisa juga dihitung secara langsung sebagai berikut :
|P| = 2(– 1)3+1|3 1| + 1(– 1)3+2 |−1 1| + 1(– 1)3+3 |−1 3|
2 2 0 2 0 2
|P| = 2( 6 – 2) – 1(– 2 – 0) + 1(– 2 – 0) = 8 + 2 – 2 = 8.

b.3. Metode operasi baris elementer (dipadukan dengan metode minor-kofaktor)


Unsur-unsur suatu baris boleh ditambah atau dikurangi dengan kelipatan (bulat atau
pecahan) unsur-unsur bersesuaian baris lain sedemikian hingga ada di antara hasil operasi terse-
but yang bernilai 0 (nol). Langkah seperti ini dilakukan berulang-ulang sehingga pada suatu baris
atau kolom tertentu paling banyak satu unsur saja yang tidak bernilai 0, tetapi boleh saja semua
unsur suatu baris bernilai 0. Kemudian determinan dihitung dengan metode minor-kofaktor.
Contoh :
−1 3 1 1 2 3
Hitunglah determinan matriks berikut : P = [ 0 2 2] dan M = [ 5 1 2] !
2 1 1 −2 1 4
Jawab :
 Karena unsur pertama baris kedua sudah bernilai 0, maka tinggal kita usahakan unsur pertama
baris pertama menjadi 0. Selanjutnya kita menghitung determinan matriks P dengan metode
minor-kofaktor menurut kolom pertama sebagai berikut :
−1 3 1 0 3 12 1 12
2 2 31 1 12 31 1 12
 |0 2 2| ⇒ |0 2 2 | = 0|1 | − 0| 2 |+ 2| 2 |
+ 𝟏𝟐 𝐱 1 1 1 2 2
2 1 1 2 1 1
|P| = 0 – 0 + 2(7 – 3) = 8.
Keterangan :

Tanda berarti : tiap unsur baris pertama ditambahkan dengan 𝟏𝟐 𝐱 unsur


𝟏
+ 𝐱 𝟐
bersesuaian dari baris ketiga ; dan hasilnya adalah :
(– 1 + 12 . 2 3 + 12 . 1 1 + 12 . 1) = (0 3 12 1 12 ).
1 2 3 1 2 3 −𝟓 𝐱
 M=[ 5 1 2] ⇒ | 5 1 2|
𝟏
−2 1 4 −2 1 4 +𝟐𝐱

0 2 12 5
−9 −13 21 5 21 5
 |0 −9 −13| = 0| 1 | –0| 2 | + (–2)| 2 | = –2(–32½ + 45) =– 25.
4 1 4 −9 −13
−2 1 4

4.7. Invers Matriks Persegi Berordo 2


Misalkan A, B, dan I adalah matriks berordo n x n serta I merupakan matriks identitas.
Jika berlaku AB = BA = I, maka dikatakan bahwa matriks A adalah invers dari matriks B, dan seba-
liknya matriks B adalah invers dari matriks A. Jadi berlaku juga kalau A, B, dan I berordo 2 x 2.
Contoh :
Manakah matriks yang saling invers dari matriks-matriks berikut ?
2 12 −2
A = [7 5] , B = [−2 4
], P = [ 3 −5] , M = [1 2 ] , W=[ ].
4 3 −3 5 −4 7 4 3 1 12 −1
Jawab :
 AB = [7 5] [−2 4] = [−14 − 15 28 + 25
]=[
−29 53
]. Matriks A bukan invers dari B.
4 3 −3 5 −8 − 9 16 + 15 −17 31

 AP = [7 5] [ 3 −5] = [21 − 20 −35 + 35


]=[
1 0
] = I. Matriks A dan P saling invers.
4 3 −4 7 12 − 12 −20 + 21 0 1

 BM = [−2 4 1
][
2
]=[
14 8
]. Matriks B dan M tidak saling invers.
−3 5 4 3 17 9
1
4 22 −2 −5 + 6 4−4
 BW = [−2 ][ 1 ] = [−7 1 + 7 1
1
6 − 5] = [ 0
0
]. Matriks B dan W saling invers.
−3 5 12 −1 2 2 1

 PM = [ 3 −5] [1 2] = [ 3 − 20 6 − 15
]= [
−17 −9
]. Matriks P bukan invers dari M.
−4 7 4 3 −4 + 28 −8 + 21 24 13
Lalu bagaimanakah cara menentukan invers suatu matriks persegi berordo 2 ?
𝑝 𝑞
Ambil sembarang matriks A = (𝑎 𝑏 ). Misalkan matriks B = ( 𝑟 𝑡 ) adalah invers dari matriks A,
𝑐 𝑑
sehingga AB = BA = I = (1 0).
0 1
𝑏 𝑝 𝑞 1 0 𝑎𝑝 + 𝑏𝑟 𝑎𝑞 + 𝑏𝑡 1 0
Jadi (𝑎 )( )=( ) ⇒ ( )=( ).
𝑐 𝑑 𝑟 𝑡 0 1 𝑐𝑝 + 𝑑𝑟 𝑐𝑞 + 𝑑𝑡 0 1
𝑎𝑝 + 𝑏𝑟 = 1 𝑎𝑞 + 𝑏𝑡 = 0
Dari persamaan matriks ini diperoleh dua sistem persamaan linear : { dan {
𝑐𝑝 + 𝑑𝑟 = 0 𝑐𝑞 + 𝑑𝑡 = 1
𝑑 𝑐 −𝑐
Dari sistem persamaan linear pertama diperoleh : 𝑝 = 𝑎𝑑−𝑏𝑐
𝑑𝑎𝑛 𝑟 = 𝑏𝑐−𝑎𝑑
= 𝑎𝑑−𝑏𝑐
,

−𝑏 𝑎
sedangkan dari sistem persamaan linear kedua diperoleh : 𝑞 = 𝑎𝑑−𝑏𝑐
𝑑𝑎𝑛 𝑡 = 𝑎𝑑−𝑏𝑐
.
𝑑 −𝑏
𝑝 𝑞 𝑎𝑑−𝑏𝑐 𝑎𝑑−𝑏𝑐 1 𝑑 −𝑏 1 𝑑 −𝑏
Dengan demikian B = ( 𝑟 𝑡
)= ( )= ( )= | |( ).
−𝑐 𝑎 𝑎𝑑−𝑏𝑐 −𝑐 𝑎 A −𝑐 𝑎
𝑎𝑑−𝑏𝑐 𝑎𝑑−𝑏𝑐

Invers matriks A ditulis dengan notasi : A–1 .


Jadi jika A = (𝒂 𝒃), maka A–1 = 𝒅 −𝒃
𝟏
( ).
𝒄 𝒅 |𝐀| −𝒄 𝒂

Dari rumus ini tampak bahwa matriks A memiliki invers jika dan hanya jika A non singular.
Contoh : Tentukanlah invers dari matriks berikut (bila ada) !

A = ( 9 4) , P = (−4 5
), B = (4 10), M=(9 −4
), D = (−9 4
).
7 3 −8 10 3 8 11 −5 −6 3
Jawab :
 A = (9 4) ⇒ |A| = 9.3 – 7.4 = 27 – 28 = – 1 ; 3 −4 −3 4
1
A–1 = ( )=( ).
7 3 −1 −7 9 7 −9

 P = (−4 5
) ⇒ |P| = – 4.10 – (–8).5 = – 40 + 40 = 0.
−8 10
Matriks P singular, jadi tidak memiliki invers.
4 −5
 B = (4 10) ⇒ |B| = 4.8 – 3.10 = 32 – 30 = 2 ; 8 −10
1
B–1 = ( ) = (−1 1 2) .
3 8 2 −3 4 2

M=(9 −4 −5 4 5 −4
1
 ) ⇒ |M| = 9(–5) – 11(–4) = – 1 ; M–1 = ( )=( ).
11 −5 −1 −11 9 11 −9

 D = (−9 4 3 −4
1
) ⇒ |D| = –9.3 – (–6).4 = – 3 ; D–1 = ( ).
−6 3 −3 6 −9

4.8. Persamaan Matriks


Misalkan A, B, dan P adalah matriks persegi berordo 2, dengan A dan B telah diketahui
unsur-unsurnya serta A non singular (memiliki invers).
 Penyelesaian persamaan matriks AP = B adalah P = A–1 B, dan

 Penyelesaian persamaan matriks PA = B adalah P = BA–1 .


Penyelesaian ini diperoleh sebagai berikut : PA. A–1 = BA–1 ⇒ PI = P = BA–1.
Contoh :
Tentukanlah penyelesaian dari persamaan matriks persegi berordo 2 berikut !
1. P(4 2) = ( 5 −11 ) . 2. ( 1 2) A = ( 7 5
).
1 5 14 52 −1 4 −1 7

3. M(2 3) = (0 2 ) . 4. (3 0
)W = (
3 12
).
0 1 2 7 1 5 11 −1
Jawab :
1. Misalkan (4 2) = A ⇒ A–1 = 5 −2 5 −2
1 1
( )= ( ).
1 5 20−2 −1 4 18 −1 4
25 + 11 −10 − 44
P=(5 −11 5 −2 5 −11 5 −2
1 1 1
). ( ) = ( )( )= ( )
14 52 18 −1 4 18 14 52 −1 4 18 70 − 52 −28 + 208
1 36 −54 2 −3
P= ( ) = ( ).
18 18 180 1 10

2. Misalkan ( 1 2 4 −2 4 −2
1 1
) = B ⇒ B–1 = ( )= ( ).
−1 4 4+2 1 1 6 1 1

1 4 −2 7 5 1 28 + 2 20 − 14 5 1
A= ( )( )= ( )=( ).
6 1 1 −1 7 6 7−1 5+7 1 2

3. Misalkan (2 3) = C ⇒ C–1 = 1 −3 1 −3
1 1
( )= ( ).
0 1 2−0 0 2 2 0 2

M = (0 2 1 −3 0 2 1 −3 0 4 0 2
1 1 1
). ( ) = ( )( )= ( )= ( ).
2 7 2 0 2 2 2 7 0 2 2 2 8 1 4

4. Misalkan (3 0) = D ⇒ D–1 = 5 0 5 0
1 1
( )= ( ).
1 5 15−0 −1 3 15 −1 3

1 5 0 3 12 1 15 + 0 60 − 0 1 4
W= ( )( )= ( )=( ).
15 −1 3 11 −1 15 −3 + 33 −12 − 3 2 −1
5. Penggunaan Matriks
a. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear 2 Variabel dengan Invers Matriks .
𝑎1 𝑥 + 𝑏1 𝑦 = 𝑐1
Sistem persamaan linear : { bisa ditulis dalam bentuk matriks :
𝑎2 𝑥 + 𝑏2 𝑦 = 𝑐2
𝑎 𝑏1 𝑥 𝑐1
( 1 ) (𝑦) = (𝑐 ) yang penyelesaiannya adalah
𝑎2 𝑏2 2

𝒙 𝒄𝟏 𝑎 𝑏1
(𝒚) = 𝐀−𝟏 (𝒄 ), dengan A−1 adalah invers matriks A = ( 1 ).
𝟐 𝑎2 𝑏2
Contoh :
Tentukanlah penyelesaian sistem persamaan linear berikut dengan menggunakan invers matriks !
2𝑥 − 3𝑦 = −9 𝑝+ℎ =3
1. 3𝑥 + 2𝑦 = 19
. 2. . 3. – 𝑛 + 4𝑡 = −2 .
𝑝−ℎ =5 2𝑛 − 3𝑡 = −1
Jawab :
2𝑥 − 3𝑦 = −9 𝑥 2 3
1. 3𝑥 + 2𝑦 = 19 ⇒ (2 −3) (𝑦) = (−9). Misalkan (2 −3) = A ⇒ A−1 = 1
( ).
3 2 19 3 2 13 −3 2
𝑥 1 2 3 −9 1 −18 + 57 3
(𝑦) = 13
( )( ) = 13
( )=( ).
−3 2 19 27 + 38 5
2𝑥 − 3𝑦 = −9
Penyelesaian dari sistem persamaan adalah x = 3 dan y = 5.
3𝑥 + 2𝑦 = 19

𝑝+ℎ =3 𝑝 −1 −1
2. ⇒ ( 1 1 ) ( ) = ( 3) . Misalkan (1 1
) = A ⇒ A−1 = 1
( ).
𝑝−ℎ =5 1 −1 ℎ 5 1 −1 −2 −1 1
𝑝 1 −1 −1 3 1 −3 − 5 4
( ) = −2 ( ) ( ) = −2 ( )=( ).
ℎ −1 1 5 −3 + 5 −1
𝑝+ℎ =3
Penyelesaian dari sistem persamaan adalah p = 4 dan h = – 1.
𝑝−ℎ =5

– 𝑛 + 4𝑡 = −2 4 𝑛 −3 −4
3. ⇒ (−1 −2
) ( ) = ( ). Misalkan (−1 4
) = A ⇒ A−1 = 1
( ).
2𝑛 − 3𝑡 = −1 2 −3 𝑡 −1 2 −3 −5 −2 −1
𝑛 1 −3 −4 −2 1 6 + 4 −2
( ) = −5 ( ) ( ) = −5 ( )=( ).
𝑡 −2 −1 −1 4+1 −1
– 𝑛 + 4𝑡 = −2
Penyelesaian dari sistem persamaan adalah n = – 2 dan t = – 1.
2𝑛 − 3𝑡 = −1

b. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear 2 Variabel dengan Determinan Matriks.


𝑎 𝑥 + 𝑏1 𝑦 = 𝑐1 𝐃 𝐃𝒚
Penyelesaian sistem persamaan 1 adalah 𝒙 = 𝐃𝒙 dan 𝒚 = 𝐃 ,
𝑎2 𝑥 + 𝑏2 𝑦 = 𝑐2
𝒂 𝒃𝟏 𝒄𝟏 𝒃𝟏 𝒂𝟏 𝒄𝟏
dengan 𝐃 = | 𝟏 |, 𝐃𝒙 = | | , dan 𝐃𝒚 = |𝒂 𝒄𝟐 |.
𝒂𝟐 𝒃𝟐 𝒄𝟐 𝒃𝟐 𝟐

Contoh :
Tentukanlah penyelesaian dari sistem persamaan berikut dengan menggunakan determinan matriks !
𝑥 + 2𝑦 = 6 𝑥 − 4𝑦 = 13
1. – 𝑛 + 4𝑡 = −2 2. 2𝑥 + 𝑦 = 9 3. 2𝑥 + 𝑦 = 8
2𝑛 − 3𝑡 = −1
Jawab :
1. D = |−1 4
|=3–8=–5;
−2 4
D𝑛 = |
| = 10 ; dan D𝑡 = |
−1 −2
|=5
2 −3 −1 −3 2 −1
Penyelesaian dari sistem persamaan – 𝑛 + 4𝑡 = −2 adalah 𝑛 = −5 = −2 dan 𝑡 = −5 = −1 .
10 5
2𝑛 − 3𝑡 = −1
2. D = |1 2
|=–3; D𝑥 = |
6 2
| = – 12 ; dan D𝑦 = |
1 6
| = – 3.
2 1 9 1 2 9
𝑥 + 2𝑦 = 6 −12 −3
Penyelesaian dari sistem persamaan adalah 𝑥 = = 4 dan 𝑦 = =1.
2𝑥 + 𝑦 = 9 −3 −3

3. D = |1 −4
|=9; D𝑥 = |
13 −4
| = 45 ; dan D𝑦 = |
1 13
| = – 18.
2 1 8 1 2 8
𝑥 − 4𝑦 = 13 45 −18
Penyelesaian dari sistem persamaan 2𝑥 + 𝑦 = 8 adalah 𝑥 = 9
= 5 dan 𝑦 = 9
= −2 .

c. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear 3 Variabel dengan Determinan Matriks.


𝑎1 𝑥 + 𝑏1 𝑦 + 𝑐1 𝑧 = 𝑑1
𝐃 𝐃𝒚
Penyelesaian sistem persamaan 𝑎2 𝑥 + 𝑏2 𝑦 + 𝑐2 𝑧 = 𝑑2 adalah 𝒙 = 𝐃𝒙 dan 𝒚 = 𝐃 , 𝒛 =
𝑎3 𝑥 + 𝑏3 𝑦 + 𝑐3 𝑧 = 𝑑3
𝐃𝒛
𝐃
𝒂𝟏 𝒃𝟏 𝒄𝟏 𝒅𝟏 𝒃𝟏 𝒄𝟏 𝒂𝟏 𝒅𝟏 𝒄𝟏
dengan 𝐃 = |𝒂𝟐 𝒃𝟐 𝒄𝟐 | , 𝐃𝒙 = |𝒅𝟐 𝒃𝟐 𝒄𝟐 | , 𝐃𝒚 = |𝒂𝟐 𝒅𝟐 𝒄𝟐 | , dan
𝒂𝟑 𝒃𝟑 𝒄𝟑 𝒅𝟑 𝒃𝟑 𝒄𝟑 𝒂𝟑 𝒅𝟑 𝒄𝟑
𝒂𝟏 𝒃𝟏 𝒅𝟏
𝐃𝒛 = |𝒂𝟐 𝒃𝟐 𝒅𝟐 |
𝒂𝟑 𝒃𝟑 𝒅𝟑
Contoh :
Tentukanlah penyelesaian dari sistem persamaan berikut dengan menggunakan determinan matriks !

Anda mungkin juga menyukai