Kelompok 4
Kelompok 4
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
i
KATA PENGANTAR
Alhmadulillah, Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Makalah ini berjudul “ Sejarah Dan Permasalahan Ibu Dan Anak ”.
makalah ini disusun dengan tujuan untuk menambah pengetahuan dalam
pembuatan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah manajemen pemasaran.
Dalam mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah ini, kami tidak
terlepas dari berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapi, baik dari
penyusunan kalimat maupun sistematikanya, namun akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan.
Oleh karena itu kami berharap kritik dan saran utuk menyempurnakan
makalah ini. Kami juga menyadari bahwa makalah ini ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan berbagai masukkan yang bersifat
membangun dari semua pihak, guna kelengkapan dan kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam kelancaran tahap demi tahap dalam penyusunan hingga
menyelesaikan makalah ini.
Kendari, September 2019
Penyusun
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, bayi, anak balita, serta anak prasekolah.
Layanan tersebut perlu ada di dalam suatu negara atas dasar keutamaan hak asasi
kependudukan Belanda maupun Jepang juga tak luput dari upaya tersebut
diperuntukkan bagi kalangan militer maupun kalangan elit kolonial Belanda. Satu
tahun berikutnya yaitu 1809, layanan kesehatan sipil didirkan di tiga kota besar
masyarakat pribumi baru tergambar pada tahun 1851 dengan dibukanya Sekolah
Kesehatan RI, 2009b, hlm. 29-46). Namun kenyataanya, subsidi dari pemerintah
Belanda terhadap rumah sakit Hindia Belanda, rumah sakit swasta, rumah sakit
pembantu, rumah sakit daerah tidak memperoleh subsidi yang merata. Maka,
1
Sementara pada masa pendudukan Jepang berita-berita mengenai layanan
banyak terjadi busung lapar dibeberapa daerah. Jepang sama sekali tidak
Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1945 ialah Dr. Boentaran
Setiawan, dr. Darma Setiawan juga tidak lama menjabat sebagai Menteri
sebelumnya menjabat sebagai Menteri Muda Kesehatan pada tahun 1946 dan
2
1.2 Rumusan Masalah
leimena 1946-1956) ?
1.3 Tujuan
dan anak
II PEMBAHASAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
Leimena 1946-1956)
Dr. Johannes Leimena lahir di Ambon pada tanggal 6 Maret 1905. Pada
tahun 1922, Dr.Johannes Leimena menjadi mahasiswa STOVIA dan pada tahun
Mangunkusumo (Panitia Buku Kenangan Dr. J. Leimena, 1980, hlm. 36). Dr.
tahun 1946 sebagai Menteri Muda Kesehatan di bawah Menteri Kesehatan dr.
Kesehatan maupun setelah menjadi Menteri Kesehatan RI, Dr. Johannes Leimena
ialah permasalahan angka kematian ibu dan anak yang cukup tinggi di Indonesia.
Pada tahun 1951-an untuk rumah sakit besar yaitu angka kematian ibu hamil
Ibu per 1000 Ibu yang melahirkan, dan angka kematian bayi (infant mortality rate)
mencapai 115-300‰ yang berarti terdapat 115-300 kematian bayi per 1000
kelahiran bayi (Leimena, 1955, hlm. 14). Tingginya angka kematian ibu dan anak
di Indonesia pada tahun 1951 dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama,
wilayah pelosok. Kedua, upaya meningkatkan kesehatan ibu dan anak juga perlu
4
ditinjau dari sudut sosial budaya. Ketiga, kondisi pangan di Indonesia juga
BKIA (Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak) pada tahun 1951. Latar belakang
berbagai faktor. Faktor revolusi yang berpengaruh kepada stabilitas politik dan
1949.
Pada awalnya BKIA dirancang untuk memberi pelatihan formal kepada para
(Kasmiyati, 2017). Pelaksanaan peningkatan kesehatan ibu dan anak ini pun
402.000 dolar disumbangkan dari UNICEF untuk kesehatan ibu dan anak,
dana dari UNICEF sebesar 24.000 dolar untuk beasiswa bagi para tenaga
5
kesehatan ibu dan anak (De Locomotief, 10 Juni 1950). Sehingga diharapkan
kesehatan ibu dan anak semakin bertambah. Permasalahan selanjutnya yang harus
segera dituntaskan oleh Dr. Johannes Leimena ialah masalah kekurangan gizi dan
kalori yang dialami masyarakat Indonesia khususnya para ibu dan anak.
(Neelakantan, 2013, hlm. 81). Saat itu, Indonesia hanya mampu memenuhi
budidaya padi di Jawa, dan perluasan lahan tani diluar pulau Jawa. Selain itu, juga
Indonesia aktif ikut serta dalam konferensi di Rangoon, Myanmar yang membahas
metode yang baik dalam bertani (Java kursus pediatri (De Locomotief, 22 Juli
953).
kesehatan ibu dan anak diawali dengan penyelenggaraan pendidikan para tenaga
Johannes Leimena kembali mendapat bantuan dana dari UNICEF sebesar 24.000
dolar untuk beasiswa bagi para tenaga kesehatan ibu dan anak (De Locomotief, 10
Juni 1950). Sehingga diharapkan dengan bertambahnya tenaga kesehatan ibu dan
6
anak kader-kader penyuluhan kesehatan di Indonesia semakin tersebar dan
Rakyat yang diketuai oleh Poorwo Soedarmo pada tahun 1951. Lembaga
(Departemen Kesehatan RI, 2009b, hlm. 34). Pada tahun 1952, Poerwo Soedarmo
membuat slogan ‘empat sehat lima sempurna’ yang diadopsi dari slogan AS yaitu
‘eat the basic seven everyday’. Kampanye makanan ‘empat sehat lima sempurna’
ini meliputi karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur-buah, dan susu.
hlm. 56). Setelah Dr. Johannes Leimena berupaya untuk meningkatkan kesehatan
ibu dan anak melalui program BKIA, penyuluhan kesehatan, dan peningkatan gizi
Tabel 1 Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia Tahun 1951dan 1955
7
Sumber: Kementerian Kesehatan (dalam Biro Perantjang Negara, 1958,
hlm. 201).
tahun 1954 mengalami kemajuan pesat salah satunya jumlah BKIA (Balai
Kesejahteraan Ibu dan Anak) yang hanya 387 buah bertambah menjadi 1100 unit.
Jumlah bidan pun bertambah yaitu pada tahun 1950 sebanyak 1.446 maka pada
tahun 1954 menjadi 1.838 (Departemen Kesehatan RI, 2009b, hlm. 21-22). Dari
data tersebut maka peningkatan jumlah bidan dari tahun 1950-1954 berkisar 21%.
merata di Indonesia. Seperti di Bandung pada tahun 1954 yang belum bisa
menurunkan angka kematian ibu dan anak disebabkan karena kurangnya tenaga
dokter yang memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak (Neelakantan, 2014a,
hlm. 85).
dimanfaatkan untuk mengatasi kurangnya tenaga dokter dan bidan dengan cara
memberikan pelatihan yang juga dilakukan oleh BKIA. Namun begitu masih ada
dukun bayi yang enggan untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh
modern (Neelakantan, 2013, hlm. 84). Inovasi tersebut tentu akan menimbulkan
culture shock bagi mereka yang berpegang teguh kepada tradisi. Namun,
keberadaan BKIA ternyata memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat desa
sebab BKIA seringkali membagikan sabun, susu, dan vitamin secara gratis yang
8
garda terdepan dalam melayani kesehatan masyarakat pedesaan (Baha’Uddin,
Hal ini disebabkan karena pertama, koordinasi yang tidak baik antara
mana setiap tahunnya meningkat sebanyak 2%. Upaya swasembada beras yang
meskipun gagal pada tahun 1951, namun upaya ini pada awalnya dapat membantu
mengurangi angka mortalitas ibu dan anak hingga penduduk Indonesia bertambah
beras kepada masyarakat miskin. Hal ini didasarkan pada pernyataan dari Dr.
untuk mencapai peningkatan gizi masyarakat. Oleh karena itu, perlu terlebih
9
memenuhi gizi harian yang seimbang. Sehingga masyarakat Indonesia meningkat
para ibu, dan organisasi wanita. Dalam kursus tersebut pemerintah juga
yaitu dengan mengikutsertakan para tenaga pendidik atau guru. Hal ini didasarkan
pada pertimbangan bahwa sebetulnya peran guru sama dengan bidan yang
merupakan kerangka kerja terpenting dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan
anak di Indonesia.
strategi KIA yaitu program safe matherhood yang kemudian program ini diadopsi
desa di seluruh Indonesia dengan sistem kontrak yang dikenal dengan bidan
pegawai tidak tetap (PTT). Pada akhir tahun 1996, dikembangkan program
Gerakan Sayang Ibu (GSI), program ini lebih ditonjolkan pada peran ,masyarakat
Pregnancy Safer (MPS) dengan 3 pesan kunci sebagai upaya penurunan angka
10
2. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pertolongan yang cukup
dan professional.
keguguran.
Indonesia.
bahwa upaya kesehatan ibu harus ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu
mengurangi angka kematian ibu. Upaya ini meliputi promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif.
11
pengetahuan responden tentang kesehatan ibu, serta sikap ibu terhadap
nilai kesehatan, terutama terhadap aspek KIA. Sebanyak 274 orang yang
didapatkan data bahwa ada 124 (45,26%) yang memiliki kepercayaan yang
terkait aspek gizi pada bayi dan balita atau tidak mendukung air susu ibu
12
pendidikan minimal diploma 3 (D3) kebidanan sudah memenuhi demand
bidan di Provinsi Riau. Namun, berdasarkan rasio tenaga bidan dan jumlah
terutama pada kategori desa sangat terpencil. Beberapa desa justru berlebih
tenaga bidan, tetapi di beberapa desa jumlah tersebut tidak sesuai dengan
sudah mengikuti pelatihan kurang dari 50%). Begitu juga terhadap jenis
pelayanan KIA lainnya seperti ahli gizi juga masih belum memadai. Tidak
dan Anak
13
ini terutama untuk daerah yang jauh, di puskesmas pembantu (pustu) maupun
pondok bersalin desa (polindes). Banyak hal yang menyebabkan sarana ini
masih kurang, antara lain keterbatasan dana karena ada pengembangan atau
termanfaatkan. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh tidak ada pelatihan
pengoperasian alat, tidak ada tenaga teknisi/analis yang kompeten atau tidak
terkait SPM yang sudah ada. Namun untuk hal-hal teknis lain, seperti
kategori memadai. Beberapa hal yang dianggap sudah baik adalah kebijakan
yang jelas terhadap pelayanan KIA, khusus untuk masyarakat miskin tersedia
mencukupi.
14
Kecukupan dana untuk mendukung pelayanan KIA ada yang merasa
sudah memadai, namun ada juga yang mengatakan belum memadai. Dana
untuk kegiatan rutin/kegiatan tugas pokok dan fungsi dari tenaga kesehatan
posyandu; bina keluarga balita, BKB; tanaman obat keluarga, toga; dan lain-
sekolah, UKS; pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat, PHBS; serta bulan
imunisasi anak sekolah) serta dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
secara umum tidak bermasalah. Namun, jumlah kegiatan lintas sektoral masih
banyak yang belum terealisasi sehingga kegiatan ini hanya dilakukan oleh
masih dihadapi antara lain pola koordinasi kegiatan belum dirumuskan dan
PENUTUP
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pada masa Dr. Johannes Leimena menjabat sebagai Menteri Muda Kesehatan
satunya ialah permasalahan angka kematian ibu dan anak yang cukup tinggi
di Indonesia. Tingginya angka kematian ibu dan anak di Indonesia pada tahun
Kedua, upaya meningkatkan kesehatan ibu dan anak juga perlu ditinjau dari
16
DAFTAR PUSTAKA
Zahtamal, Restuastuti, T., & Chandra, F. (2007). Kesehatan Ibu dan Anak
yusran s, akifah, wa ode sitti nur zalmaryah A. (2017). Sejarah dan Permasalahan
Kesehatan Ibu dan Anak (1st ed.; S. Yusran, ed.). kendari: cv.metro graphia
kendari.
17