Laporan Laparatomi Juned
Laporan Laparatomi Juned
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat melakukan operasi sterilisasi pada kucing betina
2. Melaksanakan program sterilisasi kucing liar.
3. Menekan populasi kucing liar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ovariohisterectomy
Pada rongga abdomen kucing terdapat beberapa organ yaitu gastric, hepar,
spleen, ren, lien, intestine, bladder dan organ genitalia. Hepar adalah kelenjer terbesar
di dalam tubuh yang terletak di bagian teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan
di bawah diafragma. Gastric adalah organ berfungsi untuk membantu mengolah dan
mencerna makanan. Lapisan lambung bagian dalam mengeluarkan asam dan enzim
untuk memecah makanan. Setelah proses awal pencernaan perut selesai,
keluarnya makanan yang dicerna sebagian lambung melalui
daerah sfingter pilorus dan kemudian memasuki duodenum (bagian pertama dari usus
kecil). struktur seperti tabung, yang membentang antara perut dan usus besar
merupakan bagian terpanjang saluran usus dan sekitar dua setengah kali panjang total
tubuh hewan. Usus kecil di kucing memiliki tiga bagian, bagian pertama yang
menempel pada gastric adalah duodenum, bagian terpanjang disebut jejunum dan
bagian terpendek adalah ileum, yang menghubungkan ke usus besar. Usus besar pada
kucing pada dasarnya menghubungkan usus kecil ke anus, usus besar lebih besar dari
diameter usus kecil, fungsi utamanya adalah untuk menyerap air dari tinja yang
diperlukan, sehingga menjaga tingkat hidrasi tubuh yang konstan sedangkan fungsi
lainnya adalah untuk menyimpan bagian kotoran yang akan dikeluarkan dari tubuh
(Prasetya,2012).
Pada dasarnya, fungsi sistem reproduksi hewan betina adalah memproduksi
oocyte dan menyediakan lingkungan untuk pertumbuhan serta nutrisi bagi fetus yang
berkembang setelah terjadinya fertilisasi dari oocyte (sel telur) yang matang dan
spermatozoa. Organ reproduksi utama betina terdiri dari ovarium, tuba fallopi dan
uterus yang berada dalam rongga abdominal, dimana masing-masing difiksir oleh
ligamentum. Saluran reproduksi posterior terdiri dari vagina, vestibulum, dan vulva
sebagai organ kopulatoris dan jalan kelahiran (March,2017).
1.M. psoas; 2. aorta; 3. vena cava caudal; 4,4’. ginjal kiri dan ureter; 5.
ovarium; 5’. Pembuluh darah ovarium; 6. mesovarium; 7. cornua Uterus; 8. corpus
uterus; 9. rectum; 10. vesika urinaria
2.3 Fisiologi Normal Kucing
Pemeriksaan fisik dari hewan penderita yang akan menjalani tindak
pembedahan adalah langkah awal dalam penentuan potensi resiko dalam pelaksanaan
pemberian anestesi. Sistem sirkulasi hewan terdiri dari suatu pompa empat ruang,
yaitu jantung dan sistem pembuluh yang mengedarkan darah baik dari jantung (arteri)
maupun ke jantung (vena). Jantung adalah suatu struktur muskular berongga yang
bentuknya menyerupai kerucut. Sementara itu sistem respirasi memiliki 2 fungsi
utama, yaitu sebagai penyedia oksigen bagi darah dan mengambil karbondioksida dari
dalam darah. Pusat pernafasan adalah sekelompok neuron yang tersebar luas dan
terletak bilateral medulla oblongata dan pons (Ulva,2017).
Suhu tubuh adalah suhu bagian dalam (suhu inti), bukan suhu permukaan yang
merupakan suhu kulit atau jaringan bawah kulit. Suhu inti relatif konstan kecuali bila
terjadi demam, sedangkan suhu permukaan lebih dipengaruhi lingkungan. Pada
kedokteran hewan pengukuran suhu tubuh hewan khususnya kucing dengan
menggunakan termometer yang diletakkan di rektum. Ketika melakukan pengukuran
suhu melalu rektum lakukan saat tidak ada feses di dalam, agar suhu yang muncul
melalui termometer menjadi wakil dari suhu tubuh keseluruhan. Suhu normal pada
kucing yaitu 38,00 C – 39,30 C. Pada semua hewan, suhu tubuh berubah-ubah
sepanjang hari, pada pagi hari suhu tubuh lebih rendah, tengah hari agak tinggi, dan
mencapai puncak pada sore hari jam 18.00 (rentang suhu dalam sehari adalah ± 0,80
C) (Ulva, 2017).
Menurut Ifianti frekuensi normal nafas kucing adalah berkisar antara 20-30 kali
per menit sedangkan denyut jantung normal kucing adalah berkisar antara 110-130
kali per menit. Saat hewan sakit, suhu kulit dapat tidak terbagi rata dan dapat lebih
rendah atau lebih tinggi secara lokal atau secara umum. Pembagian panas yang tidak
merata dapat terjadi pada demam tinggi, sakit umum, kedinginan, kelemahan jantung,
dan lain sebagainya. Suhu kulit pada seluruh tubuh akan menurun menjelang kematian
dan juga pada waktu kehilangan darah dalam jumlah besar.
2.4 Pramedikasi
Premedikasi prabedah merupakan komponen penting dalam pemberian anestesi
terutama pada pasien kucing. Sekitar 70% pasien kucing diperkirakan mengalami stres
dan juga kecemasan prabedah, sehingga diperlukan premedikasi yang bertujuan untuk
menurunkan serta menghilangkan kecemasan tersebut. kegunaan khusus pemberian
premedikasi melancarkan proses induksi anestesi, dan menurunkan insidensi gangguan
perilaku dan juga tidur pascabedah. Persiapan fisik dan psikologi pasien harus
diperhatikan untuk menciptakan periode perioperatif yang lancar. Obat premedikasi
dapat diberikan melalui beberapa macam rute, yaitu oral, nasal, rektal, intravena, atau
intramuskular. (Aripin,2015).
2.4.1.Analgesik
Narkotik Morfin dan petidin adalah narkotik yang paling sering digunakan
untuk premedikasi. Keuntungan penggunaan obat ini adalah memudahkan induksi,
mengurangi kebutuhan obat anestesi, dan menghasilkan anelgesia pra dan pasca
bedah. Morfin diberikan dengan dosis 0,1 – 0,2 mg/kg BB, sedangkan petidin dengan
dosis 1-2 mg/kg BB. Efek samping dari penggunaan analgesik narkotik adalah
hipotensi ortostatik dan mual muntah (Ratnasari,2016).
2.4.2.Barbiturat
Golongan barbiturat digunakan untuk premedikasi meliputi pentobarbital dan
sekobarbital. Keuntungan penggunaan obat ini ialah menimbulkan sedasi, efek
terhadap depresi pernapasan rendah, depresi sirkulasi minimal, dan tidak
menimbulkan efek mual dan muntah. Pentobarbital dan sekobarbital digunakan secara
oral atau IM dengan dosis 100-150 mg pada orang dewasa dan 1 mg/kg BB pada anak
di atas 6 bulan. Efek samping adalah tidak adanya efek analgesia (Ratnasari,2016).
2.4.3.Benzodiazepin
Golongan benzodiazepin spesifik untuk menghilangkan rasa cemas, amnesia
dan tidak menimbulkan sedasi yang berlebihan, depresi nafas, atau mual dan muntah.
Golongan benzodiazepin yang sering digunakan untuk premedikasi adalah diazepam,
lorazepam, dan midazolam. Dosis penggunaan diazepam untuk premedikasi adalah 10
mg, sedangkan pada anak kecil 0,2-0,5 mg/kg BB. Dosis dari midazolam adalah 0,1
mg/kg BB. Efek samping yang sering timbul adalah pemulihan yang lama
(Ratnasari,2016).
2.4.4.Antikholinergik
Golongan obat ini digunakan untuk mengatasi hipersekresi kelenjar ludah dan
bronkus yang ditimbulkan oleh anestetik yang dapat mengganggu pernapasan selama
anestesi. Atropin merupakan obat yang memiliki efek kompetitif inhibitor terhadap
efek muskarinik dari asetilkolin. Dosis dari atropin adalah 0,4-0,6 mg IM. Namun,
dosis ini tidak cukup untuk mengatasi perubahan kardiovaskuler akibat rangsangan
(Ratnasari,2016).
2.5 Prosedur OH
2.5 Teknik Operasi Ovariohysterectomy
A. Pra Operasi
a. Persiapan ruang operasi
Ruang operasi dibersihkan dari kotoran dengan disapu (dibersihkan dari
debu), kemudian disterilisasi dengan radiasi atau dengan desinfektan (alcohol
70%).
b. Preparasi alat
a) Sterilisasi alat-alat bedah
Sterilisasi pada alat-alat bedah bertujuan untuk menghilangkan seluruh
mikroba yang terdapat pada alat-alat bedah, agar jaringan yang steril atau
pembuluh darah pada pasien yang akan dibedah tidak terkontaminasi oleh
mikroba pathogen. Peralatan bedah minor yang dipakai dalam operasi
antara lain towel clamp, pinset anatomis dan syrurgis, scalpel dan blade
untuk menyayat kulit, gunting untuk memotong jaringan atau bagian
organ lainnya, arteri clamp untuk menghentikan perdarahan dan needle
holder.
b) Pembungkusan Alat-alat Bedah
1. Kain pembungkus dibuka di atas meja, kemudian wadah peralatan
diposisikan di bagian tengah
2. Sisi kain yang dekat dengan tubuh dilipat hingga menutupi peralatan
dan ujung lainnya dilipat mendekati tubuh
3. Sisi bagian kanan dilipat, kemudian bagian kiri
4. Disiapkan kain wadah yang telah dibungkus dengan kain pembungkus
pertama diposisikan kembali di bagian tengah pada sisi diagonal
5. Sisi bagian kanan dilipatm kemudian bagian kiri
6. Ujung lainnya dilipat mendekati tubuh dan diselipkan untuk
memudahkan pada saat membuka
7. Sterilisasi dengan oven dengan suhu 100oC selama 60 menit.
c) Pembukaan Alat Bedah yang Sudah Steril
1. Kain dibuka dari bagian yang diselipkan
2. Peralatan diletakkan di atas meja
B. Premedikasi dan anastesi
Premedikasi merupakan suatu tindakan pemberian obat sebelum
pemberian anastesi yang dapat menginduksi jalannya anastesi. Premedikasi
dilakukan beberapa saat sebelum anastesi dilakukan. Tujuan premedikasi adalah
untuk mengurangi rasa takut, amnesia, induksi anastesi lancar dan mudah
mengurangi keadaan gawat anastesi saat operasi seperti hipersalivasi, bradikardia
dan muntah.
Premidikasi yang digunakan adalah Atropin. Atropin sulfat dengan dosis
0,04 mg/kg BB secara subkutan selama 15 menit kemudian dilanjutkan dengan
pemberian ketamin dengan dosis 2 mg/kgBB, xylazine dengan dosis 2 mg/kgBB
secara intramuskular.
Anastesi berasal dari bahasa Yunani yaitu An berarti tidak dan Aesthesis
yang berarti rasa atau sensasi nyeri. Agar anestasi umum dapat berjalan dengan
sebaik mungkin, pertimbangan utamanya adalah memilih anestetika ideal.
Pemilihan ini didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu keadaan penderita,
sifat anestetika, jenis operasi yang dilakukan, dan peralatan serta obat yang
tersedia. Sifat anestetika yang ideal antara lain mudah didapat, murah, tidak
menimbulkan efek samping terhadap organ vital seperti saluran pernapasan atau
jantung, tidak mudah terbakar, stabil, cepat dieliminasi, menghasilkan relaksasi
otot yang cukup baik, kesadaran cepat kembali, tanpa efek yang tidak diingini
(Gan, 1987).
Obat anestesi umum yang ideal menurut Norsworhy (1993) mempunyai
sifat-sifat, yaitu:
1. Pada dosis yang aman mempunyai daya analgesik relaksasi otot yang
cukup,
2. Cara pemberian mudah,
3. Mulai kerja obat yang cepat dan
4. Tidak mempunyai efek samping yang merugikan.
Selain itu obat tersebut harus tidak toksik, mudah dinetralkan,
mempunyai batas keamanan yang luas, tidak dipengaruhi oleh variasi umur dan
kondisi hewan. Obat anastesi yang sering digunakan pada hewan antara lain
Ketamin dan Xylasin. Ketamin merupakan larutan yang tidak berwarna, stabil
pada suhu kamar dan relative aman dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya
sangat kuat untuk sistim somatik tetapi lemah lemah untuk sistim visceral, tidak
menyebabkan relaksasi otot lurik bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit
meninggi. Secara kimiawi, ketamin analog dengan phencyclidine. Ketamin HCl
berwarna putih dan berbentuk bubuk kristal yang mempunyai titik cair 258-
261ºC. Satu gram ketamin dilarutkan dalam 5 ml aquades dan 14 ml alkohol.
Ketamin yang digunakan sebagai agen anestesi untuk injeksi dipasaran biasanya
mempunyai pH antara 3,5-5,5
Ketamin HCl bekerja dengan memutus syaraf asosiasi serta korteks otak
dan thalamus optikus dihentikan sementara, sedangkan sistem limbik sedikit
dipengaruhi. Ketamin HCl merupakan analgesia yang tidak menyebabkan depresi
dan hipnotika pada syaraf pusat tetapi berperan sebagai kataleptika. Setelah
pemberian ketamin, refleks mulut dan menelan tetap ada dan mata masih terbuka.
Ketamin dapat dipakai oleh hampir semua spesies hewan. Ketamin
bersama xylazine dapat dipakai untuk anastesi pada kucing. Ketamin dengan
pemberian tunggal bukan anastetik yang bagus. Dosis pada kucing 10-30 mg/kg
secara intra muskuler, mula kerja obat 1-5 menit, lama kerja obat 30-40 jam dan
recoverinya 100-150 menit. Menurut Kumar (1997) dosis ketamin pada anjing
dan kucing ialah 10-20 mg/kg diberikan secara intra muskuler.
C. Perawatan Post Operasi
Perawatan post operasi meliputi pemberian nutrisi yang cukup, obat-
obatan untuk membantu proses persembuhan luka, dan obat-obat untuk mencegah
munculnya infeksi sekunder seperti antibiotic. Selain itu kebersihan terhadap
hewan harus tetap dijaga, menginngat luka operasi sangat mudah untuk dimasuki
oleh agen infeksi. Perawatan post operasi dilakukan selama 14 hari untuk dapat
maximal sampai proses penutupan luka secara sempurna.
2.6 Stadium Anastesi
Anestesi berarti suatu keadaan dengan tidak ada rasa nyeri. Anestesi umum
ialah suatu keadaan yang ditandai dengan hilangnya persepsi terhadap semua
sensasi akibat induksi obat. Dalam hal ini, selain hilangnya rasa nyeri, kesadaran
juga hilang. Obat anestesi umum terdiri atas golongan senyawa kimia yang
heterogen, yang mendepresi SSP secara reversibel dengan spektrum yang hampir
sama dan dapat dikontrol. Obat anastesi umum dapat diberikan secara inhalasi dan
secara intravena. Obat anastesi umum yang diberikan secara inhalasi (gas dan
cairan yang mudah menguap) yang terpenting di antaranya adalah N2O, halotan,
enfluran, metoksifluran, dan isofluran. Obat anastesi umum yang digunakan secara
intravena, yaitu tiobarbiturat, narkotik-analgesik, senyawa alkaloid lain dan
molekul sejenis, dan beberapa obat khusus seperti ketamin. (Munaf, 2008).
Menurut Ratnasari (2016), stadium anestesi umum dibagi menjadi empat tingkatan
di antaranya :
a. Stadium I (analgesik)
Stadium analgesia dimulai sejak saat pemberian anestetik sampai hilangnya
kesadaran. Pada stadium ini pasien tidak lagi merasakan nyeri (analgesia), tetapi masih
tetap sadar dan dapat mengikuti perintah. Pada stadium ini dapat dilakukan tindakan
pembedahan ringan seperti mencabut gigi dan biopsi kelenjar Stadium II (delirium)
(Ratnasari,2016)
b. Stadium II (Eksitasi)
Stadium ini dimulai sejak hilangnya kesadaran sampai munculnya pernapasan
yang teratur yang merupakan tanda dimulainya stadium pembedahan. Pada stadium ini
pasien tampak mengalami delirium dan eksitasi dengan gerakan-gerakan diluar
kehendak. Pernapasan tidak teratur baik iramanya maupun amplitudonya, kadan-
kadang cepat, pelan atau berhenti sebentar, kadang-kadang apnea dan hiperapnea,
tonus otot rangka meninggi, bola mata masih bergerak, pupil melebar, pasien meronta-
ronta, kadang sampai mengalami inkontinesia, dan muntah. Hal ini terjadi karena
hambatan pada pusat inhibisi. Pada stadium ini dapat terjadi kematian, maka stadium
ini harus diusahakan cepat dilalui (Ratnasari,2016).
c. Stadium III (Pembedahan)
Stadium III dimulai dengan timbulnya kembali pernapasan yang teratur dan
berlangsung sampai pernapasan spontan hilang.
Ciri umum dari tahap III ini ialah:
1.Napas jadi teratur
2.Reflek bulu mata negatif
3.Otot-otot jadi lemas
Keempat tingkat dalam stadium pembedahan ini dibedakan dari perubahan
pada gerakan bola mata, refleks bulu mata dan konjungtiva, tonus otot, dan lebar pupil
yang menggambarkan semakin dalamnya pembiusan.
1.Plane I
Pernapasan teratur, spontan, dan seimbang, antara pernapasan dada dan perut,
gerakan bola mata terjadi diluar kehendak, miosis, sedangkan tonus otot rangka masih
ada.
2.Plane II
Pernapasan teratur tetapi frekuensinya lebih kecil, bola mata tidak bergerak,
pupil mata melebar, otot rangka mulai melemas, dan refleks laring hilang sehingga
pada tingkat ini dapat dilakukan inkubasi.
3.Plane III
Pernapasan perut lebih nyata daripada pernapasan dada karena otot interkostal
mulai lumpuh, relaksasi otot rangka sempurna, pupil lebih lebar tetapi belum
maksimal.
4.Plane IV
Pernapasan perut sempurna karena otot interkostal lumpuh total, tekanan darah
mulai menurun, pupil sangat lebar dan refleks cahaya hilang. Pembiusan hendaknya
jangan sampai ke tingkat IV ini karena pasien akan mudah sekali masuk ke dalam
stadium IV yaitu ketika pernapasan spontan melemah. Untuk mencegah ini, harus
diperhatikan benar sifat dan dalamnya pernapasan, lebar pupil dibandingkan dengan
keadaan normal, dan turunnya tekanan darah (Ratnasari,2016).
d. Stadium IV (Paralisis)
Stadium IV (paralisis medula oblongata), dimulai dengan melemahnya
pernafasan perut dibanding stadium III, tekanan darah tidak dapat Jurnal Medika
Veterinaria Chairul Fadhli, dkk 95 diukur karena kolaps pembuluh darah, berhentinya
denyut jantung dan dapat disusul kematian. Pada stadium ini kelumpuhan pernafasan
tidak dapat diatasi dengan pernafasan buatan (Ratnasari,2016).
Alat-alat bedah
Hasil
Hewan
- Dipuasakan hewan selama 6-12 jam tanpa makan dan 2-6 jam tanpa
minum sebelum operasi
- Dilakukan pemeriksaan fisik terhadap hewan berupa sinyalmen,
anamnesa dan pemeriksaan primer dan sekunder, serta dibersihkan
rambut sekitar area abdomen yaitu area yang akan dilakukan laparatomi
menggunakan silet dan sabun
- Dilakukan prosedur anesthesia dengan memberukan atropine sulfat
(0,04 mg/kgBB ) secara injesksi terlebih dahulu secara subcutan, dan
ditunggu selama 15 menit
- Diinjeksikan ketamine + xylazin (10 mg/kgBB + 2 mg/kgBB ) secara
intramuscular
- Diletakan hewan diatas meja operasi yang telah di sterilisasi dengan
alcohol dan telah dialasi dengan alas operasi segera setelah hewan
mulai kehilangan kesadaran
- Diikat extremitas hewan menggunakan tali dengan posisi hewan
terlentang dimana dorsal menghadap meja operasi
- Dibersihkan area yang akan dilaparatomi menggunakan tampon yang
diberi iodin dengan arah memutar dari dalam ke luar
- Ditutup dengan duk steril tanpa menyentuh bagian tubuh hewan dan di
fiksasi dengan towl clamp oada keempat ujung lubang dari duk
Hasil
3.2.3 Persiapan Operator
Operator
- Dipasang baju bedah atau jas laboratorium yang telah steril atau bersih
- Dipakai nursecap dan masker
- Dicuci tangan dan disikat kuku tangan operator dan asisten operator
menggunakan sabun yang mengandung antiseptic dibawah air mengalir
hingga bersih
- Dikeringkan dengan handuk steril atau dibiarkan air mengalir kearah
siku, artinya tangan dibiarkan tegak serta berada didepan dada
- Dipasang glove steril dengan bantuan asisten atau glove yang telah
dipasang diberi larutan alcohol 70% agar terjaga kesterilannya
Hasil
Hewan
Hewan
Hasil
BAB IV
HASIL
Pemeriksaan Hewan
Kelas:A Kelompok: 3
Nama Nim
1.
2.
3.
4.
SIGNALEMENT
Nama : Popi
Kelamin : Betina
Ras/breed : Domestik
Umur : 1 tahun
Tanda kusus :
ACC ASISTEN
( )
Pemeriksaan Hewan
City : MALANG
Tanggal :
Temp:
Pulse: Respirasi:
System Review
Deskripsi Abnormal
Vaksinasi Ya Tidak
Ctt: -
Disease Record:-
ACC ASISTEN
( )
4.2 Form Laparotomy
DOSIS Volume
KOSENTRASI
Obat GolonganObat (mg/Kg Obat Rute Waktu
(mg/ml)
BB) (ml)
IM
(ext.
Amoxicilin ANTIBIOTIK 10 mg/kg 100 mg/ml 0,33 ml 12:55
Caudal
kiri)
Atropin 0,04
PREMEDIKASI 0,25 mg/ml 0,52 ml SC 13:29
sulfat mg/kg
IM
(ext.
Ketamin ANASTHESI 0,33ml 13:49
Caudal
kanan)
Xylazine ANASTESI 2 mg/kg 20 mg/ml 0,33ml IM 13:49
ANTI
Tolfenamic 4 mg/kg 40 mg/ml 0,33ml SC 17:47
INFLAMASI
Amoxicilim ANTIBIOTIK 20 mg/kg 25 mg/ml 2,6 ml PO
KONTROL PEMERIKSAAN
( )
( ) ( )
Amoxicilin Injeksi :
Dosis = BB X Dosis Obat
Konsentrasi Obat
= 3,3 kg x 10 mg/kg
100 mg/ml
= 0,33 ml
Atropin sulfat :
Dosis = 3,3 kg x 0,04 mg/kg
0,25 mg/ml
= 0, 52 ml
Ketamine :
3,3 kg x 10 mg/kg
Dosis = \
100 mg/ml
= 0,33 ml
Xylazine :
Dosis = 3,3 kg x 2 mg/kg
20 mg/ml
= 0,33ml
Tolfenamic acid :
3,3 kg x 4 mg/kg
Dosis =
40 mg/ml
= 0,33 ml
Amoxicilin (PO) :
Dosis = 3,3 kg x 20 mg/kg
25 mg/ml
= 2,6 ml
Pada minggu pertama hewan nampak tidak menunjukan gejala kesakitan yang
berlebihan nafsu makan teratur dan minum lancar, tetapi pada 1 minggu pertama
menunjukan tanda tanda inflamasi yang tidak kunjung menghilang. Pada minggu ke 2
kucing sudah mulai menutup lukanya tetapi pada ujung bawah incisi masih terbuka.
BAB V
PEMBAHASAN
6.1 Kesimpulan
Laparatomi adalah sebuah tindakan medis yang bertujuan untuk menemukan
dan mengetahui keadaan organ visceral yang ada di dalam ruang abdominal secara
langsung serta bertujuan untuk menegakan suatu diagnose. Sebelum dilakukan
laparatomi dilakukan persiapan operator, alat dan instrument bedah serta persiapan
pasien dengan tujuan untuk mempermudah jalannya laparatomi. Sebelum itu juga alat
dan pasien harus dalam keadaan steril untuk itu perlu ada sterilisasi. Obat yang
digunakan dalam laparatomi yaitu obat anestesi, pramedikasi, sedative dan antibiotic.
Pramedikasi yang digunakan yaitu atropine sulfat secara subkutan. Setelah dilakukan
laparatomi kucing dirawat pasca operasi untuk mempercepat proses kesembuhan dan
mengembalikan kondisi pasien ke kondisi awal.
6.2 Saran
Dalam praktikum kali ini praktikan telah cukup memahami konsep laparatomi
dengan baik, namun terdapat kendala pasca operasi yaitu ketika ingin melakukan
control terhadap hewan di RSHP, praktikan tidak di arahkan dan dibantu dengan baik
sehingga praktikan kesuliatan dalam hal bertemu dengan dokter maupun kakak koas
untuk memeriksa keadaan hewan.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, R.H., 2001. Veterinary Pharmacology and Therapeutics. 8 nd edition. IOWA State:
University Press Ames.
Baxter C. 1990. The normal healing process. In: New Directions in Wound Healing. Wound
care manual; February. Princeton, NJ: E.R. Squlbb & Sons, Inc.
Gunawan, S. 2009. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI.
Guyton, AC. 1994. Textbook of Medical Physiology, Edisi ke-7. Missoury: WB Saunders Co
Guyton, A. Kompartemen Cairan Tubuh: Cairan Ekstraseluler dan Intraseluler. Dalam:
Buku ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9. Jakarta: EGC; 1997. hal 375-7.
Ifianti, M. 2001. Durasi dan Beberapa Aspek Fisiologi Pemakaian Anaestetikum Xylazine
dan Ketmine Untuk Ovariohisterektomi Pada Kucing Lokal [skripsi]. Bogor:
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Lyon Lee. 2006. Resuscitation Fluids, Disorder of Fluid and Electrolyte Balance. Oklahoma
State University – Center for Veterinary Health. Tersedia dari ;
http://member.tripod.com/-lyser/ivfs.htm
March.2017.Diagnosa Ultrasonografi Untuk Mendeteksi Gangguan Pada Uterus
Kucing.Bogor:IPB
Plumb, Donald C. 2013. Plumb’s Veterinary Drug Handbook : Fifth Edition. PharmaVet.Inc
Stockholm, Wisconsin. United States of America
Potter dan Perry, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2, EGC, Jakarta.
Silverstein, D. 2006. The use of vasopressors in shock patients. In Proccedings of the
International Congress of the Italian Association of Companion Animal
Veterinarians. Rimini, Italy.
Smeltzer, Suzanna C .2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart,
Alih bahasa
Sudisma, I Gusti Ngurah., Widodo,Setyo, Dondin Sajuthi, Harry Soehartono,. Anestesi Infus
Gravimetrik Ketamin dan Propofol pada Anjing. [jurnal] Juni 2006 Vol. 13 No. 2:
189-198 ;ISS N : 1411 - 8327).
Tranquilli WJ et al. 2007. Veterinary Anesthesia and Analgesia, Edisi ke-4. Ames: Blackwell.
Ulva.2017.Gambaran Histologis Ovarium Kucing Domestik Yang Disimpan pada Suhu 4oC
Selama Tujuh Hari.Bogor:IPB