Anda di halaman 1dari 12

Upaya pencegahan dan Penyembuhan...

(Kasnodihardjo & Tri Juni Angkasawati)

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENYEMBUHAN PENYAKIT PADA BAYI DAN


ANAK BERDASARKAN KONSEPSI BUDAYA

HEALING AND DISEASE PREVENTION EFFORTS IN INFANTS AND


CHILDREN UNDER THE CONCEPTION OF CULTURE

Kasnodihardjo1 dan Tri Juni Angkasawati2


1
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat. Balitbangkes, Kementrian Kesehatan RI
2
Pusat Humaniora, Kebijakkan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementrian Kesehatan RI

Email: kasnodihardjo@litbang.depkes.go.id

Diterima: 3 April 2013; Disetujui: 30 Mei 2012

ABSTRAK
Kabupaten Bantul Yogyakarta dapat dikatakan tingkat ekonomi masyarakatnya tergolong masih.rendah
namun Indek Pembangunan Kesehatan Masyarakat ( IPKM) relatif cukup tinggi. Membalikkan suatu
asumsi bahwa status kesehatan suatu masyarakat yang cukup tinggi terkait erat dengan kemajuan ekonomi
masyarakat yang bersangkutan. Ada dugaan faktor sosial budaya masyarakat setempat ikut menentukan
tingginya status kesehatan di daerah tersebut. Untuk itu telah dilakukan studi menggunakan pendekatan
etnografi untuk mengungkap berbagai faktor sosial budaya yang terkait dengan KIA. lPenelitian
dikonsentrasikan di desa Gadingsari Kecamatan Sanden Bantul berdasarkan pertimbangan kasus kematian
pada ibu dan bayi/anak relatih rendah. Jenis data bersifat kualitatif maka dilakukan wawancara mendalam
terhadap beberapa orang yang terdiri dari ibu-ibu yang sedang hamil, dan atau mempunyai bayi atau anak
balita serta orang-orang kunci yang dipilih sebagai informan sebagai sumber informasi terkait dengan
kesehatan ibu dan anak. Tulisan ini merupakan bagian dari hasil studi tersebut yang lebih menekankan pada
pembahasan tentang konsepsi budaya yang mendasari upaya pencegahan dan penyembuhan penyakit pada
bayi atau anak yang dilakukan masyarakat terkait dengan tinggingginya status kesehatan masyarakat.
Masih adanya pehatian secara khusus masyarakat setempat terhadap kejadian sakit pada bayi dan anak
balita yang dipercaya karena mahluk halus yang diungkapkan dengan istilah “sawan”. Secara nalar
ugkapan kejadian sakit pada bayi karena “sawan” kurang sesuai dengan konsepsi-konsepsi kesehatan bio
medikal. Akan tetapi dari sisi lain ada hal yang positip yaitu mencermikan adanya kesadaran yang tinggi
untuk memberi perhatian khusus terhadap anak yang masih bayi atau balita untuk dijaga keselamatan dan
kesehatannya dari gangguan yang tidak diinginkan.. Berbagai ritual khusus dilakukan oleh orang tua untuk
mencegah dan mengobati terjadinya bayi atau anaknya yang masih balita sakit yang dipercaya karena
“sawan”. Konsep anak sebagai momongan yang semula berkaitan dengan kebahagiaan batiniah dari
keluarga telah berkembang menjadi tidak hanya terbatas pada kepuasan ekonomi dan sosial tetapi anak
merupakan investasi bagi orang tua yang diharapkan dapat mengangkat derajat orang tua baik mengenai
status sosial maupun ekonominya. Dengan demikian anak harus dijaga kesehatannya. Anak jika sakit akan
segera diobati dengan mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan yang ada tidak menunda-nunda lagi dengan
hanya diobati sendiri atau dibawa ke pengobat tradisional, walaupun masih memanfaatkan jasa tenaga
kesehatan tradisional (dukun bayi). untuk pemeliharaan kesehatan dan kebugaran bayi atau anak. Orientasi
nilai terhadap anak tersebut membawa konsekwensi logis bahwa setiap keluarga yang mempunyai bayi
atau anak balita harus siap dengan dana kesehatan digunakan untuk memelihara kesehatan anak-anaknya.

Kata kunci : Pencegahan Penyakit, Konsepsi Budaya

ABSTRACT
Bantul Regency Yogyakarta economic level of society can be said to belong low but Public Health
Development Index (IPKM) is quite high. Reversing an assumption that the health status of a community
that is closely related to a high enough economic progress of the peoples concerned. There are allegations
of local socio-cultural factors in determining the high health status in the area. For studies that have been
conducted using an ethnographic approach to unravel the various socio-cultural factors associated with the
KIA. lPenelitian concentrated in the village Gadingsari Sanden Bantul district based on the consideration of
cases of maternal mortality and infant / child relatih low. The type of data that is qualitative in-depth
interviews were conducted against several people including mothers who are pregnant and or have babies
or toddlers as well as those selected as key informants as sources of information related to maternal and
child health. This article is part of the study results with emphasis on the discussion of the cultural
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 2, Juni 2013 : 140 – 151

conception underlying the prevention and cure of disease in infants or children who do tinggingginya
communities associated with health status. Still the local communities of attention specifically on the
incidence of illness in infants and young children because it believed spirits were expressed by the term
"convulsions". By reason ugkapan event of sickness in infants because of "convulsions" less according to
the conceptions of bio-medical health. But from the other hand there are positive things that reflect a
heightened awareness to give special attention to children who are infants or toddlers to be taken care of
safety and health from unwanted interference .. Various special ritual performed by parents to prevent and
treat the infant or toddler children were sick trusted because "convulsions". The concept of the child as a
baby who was originally associated with the inner happiness of the family has grown to become not only
limited to the economic and social satisfaction but the child is an investment for parents who are expected
to raise the degree of either parent of the social and economic status. Thus, children should be kept healthy.
Child if the pain will soon come to be treated with the existing health care facilities do not procrastinate
anymore to just be treated or taken to traditional healers, while still utilizing the services of traditional
health workers (TBAs). for the maintenance of health and the baby or child. Value orientation of the child
to bring a logical consequence that every family who had a baby or toddler should be ready by the health
funds are used to maintain the health of their children.

Keywords: Disease Prevention, Culture Conception.

PENDAHULUAN antropolog dan sosiolog di bidang kesehatan


semakin dirasakan penting. Sebagaimana
Masalah kesehatan bayi dan anak
halnya upaya peningkatan kesehatan bayi
pada suatu daerah tidak terlepas dari faktor-
atau anak balita di setiap daerah dengan etnis
faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam
tertentu, menjadi permasalahan yang
masyarakat di mana mereka berada. Disadari
memerlukan suatu kajian lebih mendalam
atau tidak, faktor-faktor sosial budaya yang
dan spesifik menyangkut aspek sosial budaya
meliputi kepercayaan dan pengetahuan
masyarakat yang bersangkutan.
tradisional seperti konsepsi-konsepsi
mengenai berbagai penyakit, persepsi Kabupaten Bantul merupakan salah
terhadap sakit, nilai budaya termasuk satu wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta
pantangan-pantangan, hubungan sebab akibat (DIY), jumlah keluarga Pra-Sejahtera atau
tentang sehat dan sakit, serta kebiasaan- keluarga miskin relative masih cukup tinggi
kebiasaan, ada kalanya mempunyai dampak (http://bantulkab.go.id/pemerintahan/sekilas_
positif atau negatif terhadap kesehatan bayi kabupaten_bantul.html). Walaupun demikian
dan anak balita. Bisa jadi berbagai komponen Kabupaten Bantul termasuk dalam 10 besar
budaya tersebut merupakan salah satu sebab Indeks Pembangunan Kesehatan
yang mendasari tinggi rendahnya status Masyarakatnya (IPKM) terbaik di Indonesia.
kesehatan bayi atau anak balita di suatu Hasil analisis Riskesdas 2010
daerah, selain faktor kondisi geografis, menggambarkan nilai IPKM di Kabupaten
penyebaran penduduk atau kondisi sosial tersebut sebesar 0,91480, salah indikatornya
ekonomi keluarga yang bersangkutan atau Angka Kematian Bayinya (AKB) relatif
masyarakat setempat. rendah. Hal ini menimbulkan berbagai
pertanyaan. Asumsi yang mendasari adalah
Di Indonesia para ahli kedokteran
ada hubungan yang signifikan antara
menghadapi kenyataan dan telah menyadari
kemajuan ekonomi masyarakat dengan
bahwa usaha peningkatan kesehatan
tingginya status kesehatan masyarakat yang
masyarakat yang dilakukan tidak mencapai
bersangkutan salah satu indikatornya AKB
sasaran sebagaimana`diharapkan. Analisa
rendah.
kedokteran tentang sakit pada bayi dan anak
tidak sepenuhnya diterima secara memuaskan Tinggi rendahnya AKB bukanlah
oleh masyarakat terutama oleh orang tua hasil dari upaya seperti perbaikan ekonomi
yang mempunyai bayi atau anak balita. atau faktor medis saja, tetapi merupakan hasil
Menurut Purwanto Iskandar, (1981) hal dari berbagai faktor termasuk faktor-faktor
demikian disebabkan adanya perbedaan sosial budaya. Dalam pada itu pemahaman
pengertian (konsep) sakit antara masyarakat tentang kearifan budaya masyarakat setempat
dan tenaga kedokteran). Untuk itu terkait dengan masalah kesehatan bayi dan
keterlibatan para ilmuwan sosial terutama anak balita perlu diperhatikan. Bisa jadi
Upaya pencegahan dan Penyembuhan...(Kasnodihardjo & Tri Juni Angkasawati)

budaya masyarakat setempat merupakan Jumlah informan dibatasi dengan


salah satu faktor yang ikut menentukan maksud agar data yang diperoleh lebih fokus
keberhasilan dalam menekan angka kesakitan dan tidak melebar. Selanjutnya sumber
dan kematian bayi dan anak. informasi tersebut diharapkan dapat
memberikan informasi dan merekomedasikan
Tulisan ini merupakan bagian dari
tentang siapa di antara warga masyarakat di
hasil penelitian etnografi terkait dengan
daerah penelitian yang dapat dijadikan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang lebih
informan-informan berikutnya dengan
menekankan pembahasan pada aspek sosial
harapan dapat memberikan informasi yang
budaya menyangkut konsep-konsep budaya
berkaitan dengan masalah KIA di daerah
kaitannya dengan sehat dan sakit pada bayi
penelitian. Adapun yang digunakan untuk
dan atau anak balita yang secara tradisi masih
memilih informan-informan yang
dianut dan melekat pada kehidupan
direkomendasikan mengacu pada kriteria
masyarakat di desa Gading Sari Kabupaten
menurut Spradley antara lain : Pertama,
Bantul Yogyakarta.
informan-informan tersebut harus berasal
dari kebudayaan yang menjadi setting
BAHAN DAN CARA penelitian. Kedua, informan-informan
tersebut pada saat penelitian dilakukan
Lokasi penelitian yang sedang terlibat langsung dalam kebudayaan
dikonsentrasikan di Desa Gadingsari, yang sedang diteliti. Ketiga, informan
Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul. mempunyai waktu yang memadai untuk
Sedang lokasi penelitian atas saran Kepala diwawancarai. Khusus untuk informan ibu
Sub Bidang (Kasubbid KIA) Dinas hamil dan ibu yang pernah melahirkan
Kesehatan Kabupaten Bantul dengan terpilih 6 orang.
pertimbangan kasus kematian pada ibu relatif
rendah. Data meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer didapat dari beberapa
Penelitian bersifat kualitaif, maka informan melalui wawancara mendalam.
sesuai dengan sifatnya tersebut salah satu hal Sedang data sekunder meliputi profil Desa
yang terpenting adalah pemilihan informan Gadingsari, profil Kecamatan Sanden, profil
sebagai sumber data. Pemilihan informan kesehatan yang diperoleh dari Puskesmas
menggunakan teknik snow ball yang Sanden dan profil kesehatan Kabupaten
merupakan teknik pengambilan informan Bantul yang diperoleh dari Dinas Kesehatan
bermula pada salah seorang atau beberapa Kabupaten setempat.
informan yang dapat dijadikan sebagai
sumber informasi. Selanjutnya sumber Semua data yang dikumpulkan
tersebut merekomendasikan untuk pemilihan dianggap mempunyai nilai penting. Oleh
informan-informan berikut atau informan karena itu pencatatan data dilakukan dengan
lainnya. Penelitian diawali dengan mencari sistematis menggunakan buku tulis, alat
informasi melalui aparat desa setempat yang perekam hasil wawancara dan kamera untuk
diharapkan dapat memberikan rekomendasi mendokumentasikan informasi yang berupa
tentang beberapa orang yang dapat dijadikan gambar.
sebagai informan awal. Beberapa informan Seringkali dalam pelaksanaan
terpilih meliputi: aparat pemerintah desa, penelitian mendapat informasi yang kurang
tokoh masyarakat, ibu hamil atau ibu yang jelas. Namun hal tersebut dapat diatasi
pernah hamil dan pernah melahirkan beserta dengan sering mengobrol atau diskusi dengan
keluarganya, petugas kesehatan beserta informan. Untuk menggali informasi dari
jaringannya, dukun bayi dan warga informan dilakukan dengan wawancara
masyarakat biasa. Beberapa informan mendalam. Untuk mendapatkan informasi
tersebut adalah orang-orang yang dipilih yang terkait dengan topik penelitian
karena berasal dari kebudayaan yang menjadi menggunakan panduan wawancara yang
setting penelitian dan pada saat penelitian telah disusun secara matang terutama
mereka sedang terlibat langsung dalam menyangkut masalah KIA.
kebudayaan masyarakat setempat.
Hasil wawancara mendalam
selanjutnya diolah dengan cara ditranslate
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 2, Juni 2013 : 140 – 151

untuk dimasukan ke dalam tabel matrik Persepsi sakit demikian sering bertentangan
esensial untuk mendapatkan informasi dengan konsep sakit dari kalangan tenaga
penting yang terkait dengan masalah KIA kesehatan modern. Oleh karena itu,
untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptip berdasarkan pendapat yang ada di
kualitatif. masyarakat, bayi benar-benar dikatakan sakit,
tergantung persepsi orang tua bayi terhadap
seberapa jauh keparahan gejala yang dialami
HASIL oleh anaknya yang masih bayi tersebut.
Konsep Sakit Dalam kehidupan masyarakat di desa
Di kalangan masyarakat perdesaan di Gadingsari ada konsep tentang penyakit yang
Jawa walaupun sifat dan tatanan disebut sawan. Menurut beberapa informan,
kehidupannya sangat sederhana memilki jika ditarik kesimpulan pada prinsipnya
konsep-konsep tentang sakit dan sehat sawan, yaitu merupakan gejala sakit pada
termasuk cara penyembuhannya. Kosep- seseorang terutama bayi dan anak-anak
konsep yang dimaksud mengenai perihal disebabkan gangguan mahkluk halus.
bagaimana memelihara dan menjaga Rangkaian berberapa jawaban yang diberikan
kesehatan bayi baik yang baru lahir maupun oleh beberapa informan tentang sawan
anak yang menginjak usia balita, walaupun bahwa sawan dipercaya menyebabkan sakit
mungkin dari segi kesehatan modern konsep- dan kematian pada bayi. Berbagai macam
konsep yang ada dan dianut terlihat kurang sawan yang masih dipercaya dalam
sempurna bahkan kadang bertentangan kehidupan masyarakat desa Gadingsari, yaitu
dengan konsep-konsep kesehatan modern :
(konvensional). Sawan wangke. Sawan jenis ini
Dalam kehidupan masyarakat di desa biasanya terjadi pada bayi dan atau anak
Gadingsari, menurut konsep sehat dan sakit balita setelah dibawa oleh orang tuanya
yang ada, seorang bayi dikatakan sakit menghadiri orang meninggal (Jawa: sripah).
apabila suhu badannya panas, tetapi jika Ciri-ciri bayi atau anak yang terkena sawan
hanya hangat (Jawa “anget”) maka orang tua wangke adalah lemas, ngantuk dan pusing.
bayi belum melihat bahwa anaknya yang Oleh karena itu ada semacam larangan dalam
masih bayi itu sakit tetapi hanya dianggap masyarakat setempat walau larangan tersebut
sebagai masuk angin biasa dan cara tidak tertulis, bayi dan atau anak balita
penyembuhannya cukup diobati dengan dilarang dibawa ke tempat orang meninggal
kerokan menggunakan bawang merah atau di atau sripah. Untuk mengobati atau
olesi parutan bawang merah. Menurut konsep menghilangkan sawan tersebut pada bayi
yang ada di masyarakat desa tersebut tentang atau anak balita cukup dengan minum jamu
sakit karena masuk angin, masuk angin jenis sripahan atau jamu sawan wangke.
apapun tetap dapat diobati dengan berbagai Sawan klengkeng. Jenis sawan ini
cara. Namun apabila bayi atau seorang anak terjadi pada bayi dan atau anak balita yang
yang semula hanya hangat kemudian suhu ditandai tiba-tiba rewel atau menangis tanpa
badannya naik menjadi panas tinggi, maka henti, walaupun dalam keadaan kenyang.
orang tua bayi akan mengusahakan bayinya Klengkeng bukan nama buah, namun sebuah
dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan istilah yang berasal dari kata dasar lengkeng
seperti Puskesmas, dokter praktek, klinik atau klengkengan yaitu si anak menangis
bahkan rumah sakit terdekat. Apabila orang terus menerus tanpa mengeluarkan air mata.
tua bayi tidak mampu, maka bayi yang sakit Menurut kepercayaan masyarakat, sawan
akan dibawa ke dukun atau orang yang klengkeng bukan disebabkan penyakit dengan
dianggap pintar untuk menyembuhkan gejala panas misalnya flu atau pilek,
penyakit yang dialami bayinya tersebut. melainkan dipercaya oleh karena hal-hal
Demikan pula jika bayi yang sakit sudah gaib, yaitu gangguan mahkluk halus. Bayi
dibawa ke fasilitas kesehatan belum juga atau balita yang terkena sawan selain
kunjung sembuh maka orang tuanya akan menangis terus menerus (rewel),
mencari alternatif pengobatan lain seperti pandangannya tertuju pada sesuatu hal dan
pengobatan tradisional, atau sebaliknya. mata tidak berkedip, ekspresi wajah tampak
Upaya pencegahan dan Penyembuhan...(Kasnodihardjo & Tri Juni Angkasawati)

ketakutan. Diyakini oleh masyarakat itu paginya gejala mirip keringat buntet pada
diganggu oleh makhluk halus berwujud anak- kulit bayi yang dipercaya terkena sawan
anak kecil yang bersemayam di rimbunnya langsung hilang. Jika yang terkena sawan
pohon bambu di depan rumah mereka. Anak- kikir adalah anak yang masih minum ASI
anak kecil tersebut sering diajak main pasar- dari ibunya, maka yang minum jamu tetap
pasaran, tentunya ini ada di alam bawah ibunya sehingga khasiat jamu tersebut
sadar sehingga waktu tidur RK mengigau dan diberikan kepada anak lewat ASI. Beda
menangis. sawan kikir dengan kringet buntet adalah
sebagai berikut: “kringet buntet pada kulit
Sawan manten. Sawan jenis ini
bayi atau anak diolesi sejenis bedak bayi
menyerang bayi dan anak balita. Sebabnya
langsung kering dan tidak terlalu merah,
adalah bayi atau anak balita diajak oleh orang
tetapi bayi atau anak yang terkena sawan
tuanya ke tempat mantenan yaitu pesta
kikir kulit yang kemerah-merahan jika diolesi
pernikahan. Untuk mengobati sawan jenis
bedak justru menjadi mirip jerawat, tetep
ini, dahi bayi atau anak yang terkena sawan
basah dan kondisinya tidak kering.”
cukup diolesi kunyahan kembang atau bunga
bekas hiasan pasangan pengantin yang Selain penyakit yang dipersepsikan
dihadiri. Biasanya yang mengunyah karena sawan, terdapat penyakit lain yang
orangtuanya. Namun ada cara untuk dapat menyerang bayi atau anak yang
menangkal agar anak atau bayi tidak terkena dianggap tidak berhubungan dengan hal-hal
sawan manten. Pada pesta pernikahan yang bersifat gaib, karena mudah
masyarakat Jawa, ada semacam pagar disembuhkan dan biasa dialami oleh bayi dan
berbentuk anyaman yang terbuat dari janur, anak balita, misalnya batuk pilek, panas
yaitu daun muda dari pohon kelapa. Janur (Jawa : sumeng). Penjelasan dari beberapa
tersebut juga sebagai hiasan yang dipasang informan jika dirangkai, pada prinsipnya bayi
memutar di sekeliling bagian depan rumah atau anak yang terserang batuk, pilek, panas
dan pintu-pintu masuk ke rumah yang disebut (sumeng) disebabkan karena pergantian
tarub. Janur tersebut ditumbuk kemudian musim, udara panas atau anak kehujanan.
ditempelkan pada dahi bayi atau anak yang Dinyatakan pula bahwa mencret, muntaber
terkena sawan. Walaupun sawan jenis ini (diare), merupakan penyakit bukan karena
dikatakan sering terjadi pada anak-anak dan gangguan roh halus tetapi karena banyak
ada kesan atau rasa was-was, anak-anak lebih makan buah-buahan tertentu seperti buah
baik tidak dibawa pada pesta pernikahan, mangga, durian, rambutan.
namun dalam kenyataannya beberapa ibu
Menurut jawaban atau penuturan
membawa anaknya pada suatu pesta
yang disampaikan oleh beberapa ibu-ibu,
perkawinan. Kenyataan yang diperlihatkan
bagi mereka seorang anak bukan hanya
ibu-ibu membawa anaknya ke pesta
berharga sebagai sekedar momongan tetapi ia
perkawinan bukan berarti kepercayaan
adalah momongan istimewa dalam arti
terhadap akan terjadinya sawan manten di
bahwa ia adalah merupakan suatu wahana
dalam kehidupan masyarakat Desa
perubahan status sosial orang tuanya
Gadingsari sudah memudar. Ketika pesta
(keluarga). Apabila dahulu mereka sudah
usai, janur yang terpasang sebagai hiasan di
merasa bahagia kalau anaknya menjadi
sekitar rumah dan tempat duduk mempelai
seorang petani yang baik, maka pada saat ini
langsung ludes diambil oleh ibu-ibu yang
orang tua (keluarga) di desa ini akan menjadi
membawa anak kecil.
terpandang apabila ia dapat menyekolahkan
Sawan kikir. Sawan ini menyerang anak-anaknya setinggi mungkin. Pendidikan
anak kecil atau bayi. Bayi atau anak yang oleh penduduk desa Gadingsari telah
terkena sawan kikir gejalanya kulit kemerah- diterima sebagai cara terbaik untuk merubah
merahan seperti atau mirip kringet buntet. nasib anak-anak mereka. Persepsi yang
Buntet artinya buntu. Untuk sawan jenis ini, demikian ini menimbulkan nilai baru
informan yang diwawancarai kurang yakin terhadap anak dikalangan orang tua terhadap
dalam menjelaskan tentang cara anak-anak mereka jika anak dapat mencapai
mengobatinya. Jamunya mirip ramuan untuk pendidikan yang tinggi. Anak untuk dapat
menyusui tapi ditambah sesuatu, hal ini yang mencapai pendidikan tinggi harus sehat,
kurang dimengerti informan. Dengan ramuan maka dari itu permasalahan kesehatan anak
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 2, Juni 2013 : 140 – 151

harus diutamakan dan diperhatikan oleh Nilai Anak


orang tuanya di desa ini.
Menurut jawaban atau penuturan
Ada tiga cara yang ditempuh para yang disampaikan oleh beberapa ibu-ibu
orang tua di desa Gadingsari untuk menjaga yang terpilih sebagai informan, seorang anak
kesehatan anak mereka. Pertama, orang tua bukan hanya berharga sebagai sekedar
tidak akan menunda-nunda untuk membawa momongan tetapi ia adalah momongan
ke Puskesmas atau ke dokter apabila bayi istimewa dalam arti bahwa ia adalah
atau anak yang balita sakit. Dari para merupakan suatu wahana perubahan status
informan ibu-ibu yang diwawancarai sosial orang tuanya (keluarga). Apabila
diperoleh keterangan bahwa, semula memang dahulu mereka sudah merasa bahagia kalau
sebelum ada Puskesmas apabila seorang anak anaknya menjadi seorang petani yang baik,
menderita sakit maka anaknya akan diberi maka pada saat ini orang tua (keluarga) di
obat ramuan tradisional yang telah dikenal desa ini akan menjadi terpandang apabila ia
oleh orang tuanya ataupun yang diberi obat dapat menyekolahkan anak-anaknya setinggi
ramuan tradisional yang telah diketahuinya mungkin. Pendidikan oleh penduduk desa
ataupun yang diberikan oleh seorang dukun. Gadingsari telah diterima sebagai cara
Apabila obat yang diberikan oleh dukun itu terbaik untuk merubah nasib anak-anak
telah diberikan pada anaknya yanbg sakit mereka. Anak agar dapat mencapai
tetapi tidak kunjung sembuh maka obat itu pendidikan tinggi harus sehat, maka dari itu
dianggap tidak jodo, maka anak akan dibawa kesehatan anak harus diutamakan dan
ke dukun lainnya sampai mendapatkan obat diperhatikan oleh orang tuanya di desa ini,
yang dapat menyembuhkan, jika anak demikiann yang dikemukakan oleh salah
sembuh berarti ini jodo obatnya. seorang informan.
Obat tradisional masih sering Hal ini sering menjadi permasalahan
digunakan oleh para ibu untuk bagi keluarga yang kurang mampu. Dalam
menanggulangi penyakit yang diderita pada itu juga terjadi perubahan dalam sistem
anaknya yang masih bayi atau balita, hanya pembagian makanan antar anggota keluarga.
saja cara penggunaannya berbeda. Tetapi Dulunya kedudukan seorang ayah adalah
segera para ibu melihat bahwa anak balita dominan dalam keluarga. Dominasi seorang
belum sembuh juga meskipun sudah berganti ayah tidak terbatas hanya pada proses
dukun, mereka segera akan membawa pengambilan keputusan dalam keluarga,
anaknya yang sakit tersebut ke Puskesmas, tetapi seorang ayah di masyarakat Jawa
dokter praktek atau bidan praktek, dan tidak selalu memperoleh porsi makanan yang
ke dukun lagi. Alasan yang diberikan oleh terbaik kualitasnya dari makanan yang
informan ibu-ibu mengapa mereka cepat- disajikan setiap harinya untuk keluarga.
cepat membawa anak mereka yang sakit ke Ternyata di desa Gadingsari gambaran
Puskesmas, dokter atau Mantri Kesehatan, seperti itu tidak ditemukan lagi. Seorang
adalah bahwa mereka ingin anaknya cepat ayah kadang harus berkorban demi anak-
sembuh sehingga mereka dapat bekerja anaknya agar anak sejahtera dan sehat.
kembali jika orang tuanya terutama ibu-ibu Seorang ayah sewaktu berangkat bekerja pagi
yang membantu suami bekerja baik di sawah hari kadang tidak sarapan pagi, tetapi
atau ditempat orang lain. Apabila anaknya anaknya yang sekolah selalu diusahakan oleh
yang masih bayi atau balita menderita sakit orang tuanya yakni ibunya untuk makan pagi
terlalu lama ibu-ibu tersebut akan merugi sebelum berangkat ke`sekolah agar tidak
karena tidak dapat mencari tambahan untuk kelaparan sehingga dapat konsentrasi untuk
membantu suami menafkahi keluarganya, berfikir dan dapat menelaah pelajaran
atau tidak dapat nyambi atau mencari kerja sekolah. Jika anak sekolah kelaparan akan
sampingan untuk membantu suami. kurang gizi sehingga ngantuk di kelas. Pada
Disamping itu bagi anak-anaknya yang sudah umumnya seorang ayah hanya minum kopi
bersekolah apabila terlalu lama sakit akan atau teh sebelum berangkat bekerja baik ke`
membuat anak tertinggal pelajaran mereka sawah atau ketempat kerja lainnya, siang hari
dan inilah yang diaggap merugikan anak itu saat makan siang dia baru makan makanan
sendiri yang akan menjadi bodo karena sudah yang dibawa sebagai bekal atau jajan di
dibiayai sekolahnya. warung.
Upaya pencegahan dan Penyembuhan...(Kasnodihardjo & Tri Juni Angkasawati)

Di kalangan keluarga yang mampu, Sawan adalah penyakit yang rentan


anak balita selalu memperoleh makanan yang menyerang anak2 di bawah umur atau balita
terbaik mutunya dari makanan yang dimakan .Jika anak terserang penyakit sawan, maka ia
sehari-hari oleh keluarga yang bersangkutan. akan menjadi sangat rewel, Ia akan selalu
Menurut pengakuan ibu-ibu, meskipun dalam menangis (Jawa : rewel). Dalam kehidupan
kesehariannya orang tua makan seadanya masyarakat kejadian sakit yang dipercaya
akan tetapi jika ada anak kecil (balita) dalam disebabkan karena sawan ada berbagai versi
keluarga walaupun termasuk miskin (kurang atau macam dengan penyebab yang berbeda,
mampu), maka si anak tetap akan diberi nasi. di antara penyebabnya mengarah pada hal
Demikian pula apabila ayah atau ibunya yang bersifat mitos sehingga penanganannya
memperoleh rejeki, maka anak akan diberi baik dalam upaya pencegahan dan
makanan yang bermutu seperti telur, daging penyembuhan berbeda-beda tergantung
sedang orang tuanya mengalah hanya dengan macam sawan. Upaya pencegahan dan
jenis makanan biasa kecuali ada kelebihan penyembuhan berbentuk larangan-laraangan
untuk yang diberikan pada anaknya yang atau tabu kadang berupa ritual.
balita. Demi kesejahteraan dan kesehatan
Sawan bagi orang yang masih awam
anaknya, orang tua mengalah (berkorban).
mungkin terdengar sebagai suatu hal yang
Bahkan ada istilah prihatin hanya dengan
aneh atau tidak masuk akal. Bisa jadi
makan seadanya tetapi anak-anaknya
beberapa pihak yang masih awam tersebut
terutama yang masih kecil harus sejahtera
justru dapat menarik suatu kesimpulan
dan sehat.
berdasarkan logika manusia yang terlepas
dari unsur mistis. Purwanto Iskandar (1981)
yang pernah melakukan riset tentang
PEMBAHASAN
antropologi kesehatan di desa Sumarah
Masuknya konsep-konsep kesehatan Kabupaten Purworejo Jawa Tenga di Jawa
atau pengetahuan kedokteran ke pedesaan Tengah menyebut peristiwa terkena sawan
melalui penyuluhan-penyuluhan baik melalui sebagai kesawanen. Kesawanen adalah suatu
media masa maupun program kader belum kejadian yang timbul karena pelanggaran
dapat menghilangkan faham tentang konsep- manusia terhadap aturan-aturan hidup,
konsep sakit yang disangkutpautkan dengan sehingga menyebabkan bayi atau anak si
masalah gaib atau moral. Dalam pola pikir pelanggar yang belum kemirab sawan (bebas
masyarakat di pedesaan seperti halnya di dari sawan) diganggu badan alus. Sanksinya
desa Gadingsari, keberadaan tenaga medis berupa sakit dengan gejala-gejala tertentu
(dokter) telah dimanfaatkan dalam sesuai dengan jenis sawan yang
penyembuhan penyakit-penyakit tertentu atau menyerangnya.
biasa, tetapi tidak dapat mengobati penyakit
Konsep sawan yang ada di daerah
yang disebabkan oleh hal-hal gaib atan
Bantul rupanya ada kesamaan dengan hasil
mistik. Ada kejadian sakit pada bayi atau
penelitian yang dilakukan oleh Purwanto
anak yang dianggap sebagai peringatan
Iskandar tersebut di atas bahwa istilah
terhadap suatu penyimpangan dari
“sawan”, a) merupakan penyebab sakit pada
keteraturan. Penyimpangan yang menunjuk
bayi dan anak-anak, b) merupakan sanksi
pada adanya suatu perubahan yang
terhadap tindakan orang tua yang kurang
mengganggu keseimbangan. Prinsip
memperhatikan keselamatan bayi dan
keseimbangan memperlihatkan bahwa ada
anaknya, c) berhubungan dengan suatu
hubungan sebab akibat antara kejadian sakit
kejadian sosial yang istimewa, d) tergolong
pada anak dengan orang tua yang
penyebab sakit yang menakutkan dan
menyimpang. Sanksi terhadap penyimpangan
berhubungan dengan badan halus.
tersebut berupa gejala atau kejadian sakit dan
tergantung pada jenis pelanggaran atau Sawan bagi beberapa pihak yang
penyimpangan terhadap keteraturan yang masih awam mungkin terdengar sebagai
dilakukan orang tua. Kejadian sakit yang suatu hal yang aneh atau tidak masuk akal.
disangkutpautkan dengan hal-hal gaib Namun jika ditelaah lebih dalam dan
sebagaimana telah diuraikan di hasil yaitu dimaknai konsep sakit yang ada di
yang diungkapkan dalam istilah sawan. masyarakat Jawa pada umumnya dengan
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 2, Juni 2013 : 140 – 151

istilah “sawan” merupakan suatu upaya warga masyarakat tidak boleh melanggar
pencegahan (preventif) yang dilakukan orang akan aturan-aturan atau tatanan hidup yang
tua untuk menghindarkan dari kejadian sakit dianut oleh sebagian besar warga masyarakat
atau penularan suatu penyakit pada bayi atau di desa itu. Dapat diberikan contoh, seperti
anaknya yang masih balita. Dengan masih pada kejadian orang meninggal (sripahan)
munculnya jawaban sawan dari beberapa adalah suatu peristiwa yang bernuansa duka
informan yang dikaitkan dengan kejadian dan berkabung. Selain itu seseorang
sakit pada bayi dan atau anak balita meninggal bisa jadi karena suatu penyakit
menunjukkan adanya perhatian khusus serta menular. Logikanya jika anak yang masih
kesadaran yang tinggi dari orang tua bayi kecil dibawa ke tempat orang meninggal,
untuk memberi perhatian yang lebih terhadap selain kurang etis karena anak-anak sering
bayi dan anak-anaknya yang masih balita. menimbulkan kegaduhan dalam suasana duka
Bisa jadi ini merupakan upaya perlindungan juga potensi untuk tertular penyakit menular
terhadap anak yang masih sangat rentan sangat besar.
terhadap cuaca dan lingkungan alam sekitar
Dengan masih adanya keyakinan
dimana mereka hidup. Anak yang masih
terhadap munculnya gejala sakit pada anak
kecil apalagi bayi akan mudah sekali tertular
yang disebut sawan yang dikaitkan dengan
penyakit yang mungkin diderita oleh orang-
kejadian sakit pada bayi atau anak balita
orang disekitarnya yang penularannya
yang bersangkutan, menunjukkan adanya
melalui udara atau sentuhan.
perhatian khusus serta kesadaran yang tinggi
Nampaknya orang-orang tua yang terhadap bayi dan anak balita akan
merupakan generasi terdahulu dalam kesehatannya. Konsep sawan jika didasarkan
menyikapi suatu gejala atau tanda-tanda akan logika terlepas dari unsur mistis merupakan
adanya penyakit dan melakukan upaya ungkapan manusia tentang gejala sakit pada
pencegahan (preventif) akan terjadinya suatu bayi maupun anak balita. Dengan ungkapan
penyakit dilandasi berbagai konsepsi budaya demikian orangtua terutama ibu-ibu akan
tentang sehat dan sakit yang diperoleh secara berupaya melakukan perlindungan terhadap
turun-temurun. Menurut Koentjaraningart anak yang mereka miliki yang masih sangat
(1981), sikap adalah suatu disposisi atau rentan terhadap cuaca dan lingkungan alam
keadaan mental di dalam jiwa dan diri sekitarnya. Anak yang masih kecil apalagi
seorang individu untuk bereaksi terhadap bayi akan mudah sekali tertular penyakit
lingkungannya baik lingkungan manusia atau orang-orang disekitarnya, baik melalui udara
masyarakatan, lingkungan alamiah atau ataupun sentuhan orang-orang yang ada
lingkungan phisik. Sikap ini walaupun berada berdekatan dengan bayi atau anak balita.
di dalam diri seorang individu, sikap itu
Orang-orang tua sebagai generasi
biasanya juga dipengaruhi oleh nilai budaya,
pendahulu di dalam melakukan upaya
dan sering juga bersumber pada sistem nilai
preventif akan terjadinya penularan suatu
budaya.
penyakit didasarkan berbagai konsep sehat
Nilai budaya yang perlu disampaikan dan sakit, juga adanya suatu upaya
oleh generasi terdahulu terhadap generasi mentransfer nilai budaya yang perlu
muda terutama anak cucunya berupa etika disampaikan terhadap generasi berikutnya
atau norma sosial yang tidak boleh dilanggar yaitu anak cucu berupa etika atau norma
atau menyimpang dari nilai-nilai kepatutan. sosial yang dilanggar menyimpang dari nilai-
Dalam pada itu konsep sakit yang ada di nilai kepatutan. Berdasarkan ungkapan
masyarakat desa Gadingsari khususnya dan sawan maka orang tua akan melaksanakan
masyarakat Jawa pada umumnya, istilah upaya yang termanifestasikan dalam bentuk
“sawan” merupakan suatu ungkapan tentang ritual tertentu agar anak yang dimiliki
suatu gejala atau kejadian agar adanya upaya terhindar dari kejadian sakit. Ini merupakan
pencegahan (preventif) yang dilakukan orang suatu bentuk upaya pencegahan (preventif)
tua untuk menghindarkan dari kejadian sakit yang dilakukan orang tua untuk
atau penularan suatu penyakit pada bayi atau menghindarkan dari kejadian sakit atau
anaknya yang masih balita. Dalam ungkapan penularan suatu penyakit pada bayi atau anak
sawan mengandung suatu nilai-nilai sosial yang masih balita. Pada peristiwa
dan budaya bagi setiap individu sebagai meninggalnya seseorang (Jawa disebut
Upaya pencegahan dan Penyembuhan...(Kasnodihardjo & Tri Juni Angkasawati)

sripah) adalah suatu peristiwa yang masyarakat. Anak merupakan aset bagi setiap
bernuansa duka dan berkabung. Selain itu keluarga dan merupakan generasi penerus
seseorang meninggal bisa jadi karena suatu bangsa maka perlu dijaga baik kesehatan,
penyakit menular. Ada suatu larangan atau keselamatan maupun keberadaannya.
tabu jika ditelaah dan dimaknai lebih dalam Berbagai upaya akan dilakukan oleh orang
mengandung nilai budaya, yang diberlakukan tua untuk menjaga anaknya terhadap
bagi anak-anak atau bayi untuk tidak dibawa gangguan yang menerpa diri anak yang
ke tempat orang yang meninggal. Secara dimiliki, tidak terlepas juga gangguan
logika, jika anak yang masih kecil dibawa ke kesehatan. Adanya nilai yang dipertaruhkan
tempat orang meninggal, selain kurang etis pada si anak akan mempengaruhi sikap dan
karena anak-anak sering menimbulkan perilaku ke dua orang tua terhadap anaknya.
kegaduhan dalam suasana duka juga potensi
Menurut konsep Jawa, anak adalah
untuk tertular penyakit menular sangat besar.
seorang momongan atau anak asuh yang
Masyarakat khususnya di pedesaan dititipkan oleh Tuhan Yang Maha Pencipta
sering menganjurkan agar anak kecil tak dan Maha Kuasa pada suatu keluarga,
diajak pergi melayat orang meninggal. Kalau sehingga adalah kewajiban orang tua untuk
dilanggar, si anak bisa mengalami kejang- memelihara anak itu sebaik-baiknya. Orang
kejang, demam atau mengalami perubahan tua akan berusaha sekuat tenaga untuk
perilaku misalnya mendadak deman, membesarkannya. Nampaknya seiring
pendiam dengan mata melotot. Masyarakat dengan berjalannya waktu dan perkembangan
Jawa menyebut gangguan seperti itu karena serta kemajuan masyarakat, terjadi
kena sawan. Dipercaya ada unsur mistis yang pergeseran dalam persepsi para orang tua
mewarnai, maka gangguan seperti itu khususnya di daerah pedesaan terhadap anak.
ditangkal secara spiritual misalnya dengan Konsep anak sebagai momongan yang
ritual tertentu atau sekedar didoakan sesuai semula berkaitan dengan
dengan ajaran dan kepercayaan masing- kebahagiaanbatiniah dari keluarga telah
masing. berkembang maknanya tidah hanya terbatas
pada kepuasan batiniah seja tetapi juga
Dengan masih adanya keyakinan
menjadi kepuasan ekonomis dan sosial.
terhadap munculnya gejala sakit pada anak
Seorang anak bukannya hanya mempunyai
yang disebut “sawan” yang dikaitkan dengan
nilai sekedar momongan tetapi merupakan
kejadian sakit pada bayi atau anak balita
suatu wahana perubahan status sosial orang
yang bersangkutan, menunjukkan adanya
tuanya. Apabila dahulu suatu keluarga di
perhatian khusus serta kesadaran yang tinggi
daerah pedesaan di Jawa sudah merasa
terhadap bayi dan anak balita akan
bahagia kalau anaknya menjadi seorang
kesehatannya. Konsep “sawan” jika
petani yang baik, maka pada saat ke dua
didasarkan logika terlepas dari unsur mistis
orang tua di desa akan menjadi terpandang
merupakan ungkapan manusia tentang gejala
apabila dapat menyekolahkan anak-anak
sakit pada bayi maupun anak balita. Dengan
mereka setinggi mungkin hingga meraih
ungkapan demikian orangtua terutama ibu-
gelar kesarjanaan. Pendidikan oleh
ibu akan berupaya melakukan perlindungan
masyarakat desa di daerah Yogyakarta pada
terhadap anak yang mereka miliki yang
umumnya telah diterima sebagai caaa terbaik
masih sangat rentan terhadap cuaca dan
untuk merubah nasib anak-anak yang mereka
lingkungan alam sekitarnya. Anak yang
miliki tidak hanya sekedar menjadi petani
masih kecil apalagi bayi akan mudah sekali
tetapi menjadi pegawai yang masih
tertular penyakit orang-orang disekitarnya,
mempunyai nilai sosial budaya yang tinggi di
baik melalui udara ataupun sentuhan orang-
masyarakat. Perubahan persepsi seperti itu
orang yang ada berdekatan dengan bayi atau
menimbulkan nilai baru di kalangan orang
anak balita.
tua terhadap anak-anak mereka. Untuk
Pada setiap suku bangsa, tentu mencapai mencapai pendidikan yang tinggi
mempunyai nilai-nilai tertentu terhadap anak, seorang anak harus sehat, maka kondisi
baik di mata orang tua atau masyarakat yang kesehatan anak harus diperhatikan dan dijaga
bersangkutan, tergantung bagaimana sedemikian rupa oleh orang tuanya.
menempatkan anak dalam kedudukan di
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 2, Juni 2013 : 140 – 151

Bagi orang Jawa baik yang tinggal di harus siap dengan dana kesehatan yang
daerah perkotaan maupun yang tinggal di sewaktu-waktu dapat digunakan untuk
daerah pedesaan, anak adalah seorang memelihara kesehatan anak-anaknya. Hal ini
momongan atau anak asuh yang dititipkan sering menjadi permasalahan bagi keluarga
oleh Tuhan kepada suatu keluarga. Karena yang kurang mampu.
anak adalah titipan dari Tuhan maka adalah
Anak bagi orang tua (keluarga)
merupakan kewajiban orang tua untuk
mempunyai nilai ekonomis yang
memelihara anak itu sebaik-baiknya. Para
dipertaruhkannya merupakan salah satu
orang tua yang terpilih oleh Tuhan untuk
faktor penting dalam usaha-usaha orang tua
diberikan momongan seorang anak dengan
dalam memelihara kesehatan anak. Hanya
demikian akan berusaha sekuat tenaga untuk
saja ekonomi keluarga akan terganggu
menjaga kesehatan dan membesarkan anak
apabila orangtua terutama ibunya yang
itu hingga dewasa dapat mencapai cita-cita
mempunyai pekerjaan sampingan atau yang
yang diharapkan. Bahkan ada ungkapan anak
bekerja karena menunggui dan menjaga
diharapkan dapat “mikul duwur mendem jero
anaknya sakit sehingga tambahan anggaran
“ kedua orang tuanya. Apa ini artinya, anak
untuk belanja keluarga bahkan biaya untuk
nantinya semasa hidupnya kelak diharapkan
penyembuhan penyakit anaknya bertambah.
dapat berbakti kepada orang tuanya. Untuk
Sakitnya seorang anak adalah merupakan
itu tanpa dijaga kesehatannya tentunya anak
risiko yang harus dicegah untuk keberhasilan
akan mengalami penderitaan yang
kehidupan sosial ekonomi mereka. Nilai
disebabkan oleh berbagai penyakit sehingga
ekonomis yang diberikan orang tua kepada
tidak dapat memenuhi apa yang
anak merupakan salah satu faktor penting
diharapankan oleh orang tuanya.
dalam usaha-usaha orang tua dalam
Hasil penelitian yang dilakukan oleh memelihara kesehatan anak. Hanya saja
Loekman Soetrisno dan kawan-kawan pada ekonomi keluarga akan terganggu apabila
tahun 1988, bagi masyarakat di daerah orangtua terutama ibunya yang mempunyai
pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pekerjaan sampingan atau yang bekerja
(DIY), seorang anak adalah momongan karena menunggui dan menjaga anaknya
istimewa dalam arti bahwa ia adalah sakit sehingga tambahan anggaran untuk
merupakan suatu wahana perubahan status belanja keluarga bahkan biaya untuk
sosial orang tuanya (keluarga). Apabila penyembuhan penyakit anaknya bertambah.
dahulu masyarakat desa sudah merasa Sakitnya seorang anak adalah merupakan
bahagia kalau anaknya menjadi seorang risiko yang harus dicegah untuk keberhasilan
petani yang baik, maka pada saat ini orang kehidupan ekonomi mereka.
tua (keluarga) di desa akan menjadi
Dilihat dari hasil penelitian ini
terpandang apabila ia dapat menyekolahkan
ternyata telah ada suatu pergeseran nilai
anak-anaknya setinggi mungkin. Pendidikan
terhadap anak dari orang tua. Konsep anak
oleh penduduk desa di DIY telah diterima
sebagai momongan yang semula berkaitan
sebagai cara terbaik untuk merubah nasib
dengan kebahagiaan batiniah dari keluarga
anak-anak mereka. Persepsi yang demikian
telah berkembang menjadi tidak hanya
ini menimbulkan nilai baru dikalangan orang
terbatas pada kepuasan ekonomi dan sosial
tua terhadap anak-anak mereka. Anak dapat
tetapi anak merupakan investasi bagi orang
mencapai pendidikan yang tinggi adalah
tua. Persepsi yang demikian ini menimbulkan
merupakan harapan orang tua dan di
nilai baru terhadap anak dikalangan orang tua
masyarakat akan menjadi pembicaran positip
terhadap anak-anak mereka jika anak dapat
dan mempunya nilai sosial dan budaya yang
mencapai pendidikan yang tinggi.
tinggi dari warga masyarakat yang. Agar
anak dapat mencapai pendidikan tinggi harus Bagi orang Jawa pada umumnya baik
sehat, maka dari itu kesehatan anak harus yang tinggal di daerah perkotaan maupun
diperhatikan oleh orang tuanya.. yang tinggal di daerah pedesaan, anak adalah
seorang momongan atau anak asuh yang
Dengan perubahan nilai terhadap
dititipkan oleh Tuhan kepada suatu keluarga.
anak agar anak terjaga kesehatannya,
Karena anak adalah titipan dari Tuhan maka
membawa konsekwensi bahwa setiap
adalah merupakan kewajiban orang tua untuk
keluarga yang mempunyai anak pada saat ini
Upaya pencegahan dan Penyembuhan...(Kasnodihardjo & Tri Juni Angkasawati)

memelihara anak itu sebaik-baiknya. Para kehidupan masyarakat desa Gadingsari. Ada
orang tua yang terpilih oleh Tuhan untuk sebagian kejadian sakit yang dikaitkan
diberikan momongan seorang anak dengan dengan penyebab sakit yang bersifat gaib
demikian akan berusaha sekuat tenaga untuk yang diungkapkan dengan istilah “sawan”.
menjaga kesehatan dan membesarkan anak Konsep sawan jika didasarkan logika terlepas
itu hingga dewasa dapat mencapai cita-cita dari unsur mistis merupakan ungkapan
yang diharapkan. Dampak ekstrim dari pada manusia tentang gejala sakit pada bayi
sikap protektif orang tua terhadap anak, maupun anak balita. Dengan ungkapan
kadang anak dibikin senyaman mungkin, demikian orangtua akan berupaya melakukan
sewaktu masih bayi ia tidak petlu merayap perlindungan terhadap anak yang mereka
atau berjalan tetapi selalu dalam dekapan miliki. Sebagai konsekwensinya orang tua
ibunya atau digendong kemana saja. Jika akan menjaga keselamatan anaknya dari
anak bergerak dan merayap sendiri ia gangguan yang tidak diinginkan baik dari sisi
dikhawatirkan kotor dan ini mengganggu. Ia bencana maupun kesehatan. Jika anaknya
dimanjakan dalam lingkungannya dan jarang sakit yang dipercaya karena sawan, maka
diperlakukan dengan cara kasar akan diusahakan untuk disembuhkan dengan
dikhawatirkan akan mencederai kondisi cara-cara penyembuhan tergantung dari jenis
phisik anak. Jika anak jatuh waktu belajar sawan yang dipercaya menyebabkan anak
berjalan dan menangis akan segera ditolong menjadi sakit. Sedangkan jika anak sakit
oleh orang tuanya tanpa diberi kesempatan yang dipercaya bukan karena gangguan roh
untuk membela diri atau inisiatif bediri halus (gaib) maka orang tua tidak menunda-
sendiri. nunda lagi dan segera anak yang sakit
tersebut dibawa ke fasilitas pelayanan
Ada ungkapan anak diharapkan dapat
kesehatan. Sikap dan perilaku dari orang tua
“mikul duwur mendem jero “ kedua orang
demikian menunjukkan adanya kesadaran
tuanya. Apa ini artinya, anak nantinya
yang tinggi untuk memberi perhatian khusus
semasa hidupnya kelak diharapkan dapat
terhadap bayi dan atau anaknya yang masih
berbakti kepada ke dua orang tuanya. Untuk
balita agar tetap sehat. Sistem kesehatan
itu tanpa dijaga kesehatannya tentunya anak
berdasarkan konsepsi-konsepsi budaya secara
akan mengalami penderitaan yang
tradisional seperti halnya sistem kesehatan
disebabkan oleh berbagai penyakit sehingga
modern (kedokteran) mengandung dua
tidak dapat memenuhi apa yang diharapkan
tindakan pokok dalam menghadapi kejadian
oleh orang tuanya. Hanya saja ekonomi
sakit (penyakit), yakni tindakan pencegahan
keluarga akan terganggu apabila orangtua
(preventip) dan tindakan penyembuhan
terutama ibunya yang mempunyai pekerjaan
(kuratip). Seperti halnya kepercayan terhadap
sampingan atau yang bekerja karena harus
kejadian sakit pada bayi atau anak diyakini
selalu menunggui dan menjaga anaknya yang
karena sawan, tindakan pencegahan
sakit sehingga tambahan anggaran untuk
diwujudkan dalam bentuk larangan-larangan,
belanja keluarga bahkan biaya untuk
tabu-tabu, penyelenggaraan berbagai ritual,
penyembuhan penyakit anaknya bertambah.
sedang tindakan penyembuhan diwujudkan
Sakitnya seorang anak adalah merupakan
dalam bentuk praktek pengobatan baik
risiko yang harus dicegah untuk keberhasilan
diobati sendiri dengan minum ramuan,
kehidupan sosial ekonomi mereka nantinya.
minum jamu atau upaya pencarian
pertolongan kepada seseorang yang dianggap
dan dipercaya dapat menyembuhkan penyakit
KESIMPULAN
yang diderita oleh bayi atau anak.
Dari hasil dan pembahasan dalam
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
tingginya status kesehatan masyarakat UCAPAN TERIMA KASIH
Kabupaten Bantul termasuk masyarakat desa
Ucapan terima kasih ini kami
Gadingsari yang tercermin pada IPKM yang
sampaikan kepada Dinas Kesehatan
relatif cukup tinggi tidak terlepas dari
Kabupaten Bantul terutama Bidang KIA, dr.
berbagai faktor sosial budaya masyarakat
Budhi selaku Kepala Puskesmas Kecamatan
setempat terutama menyangkut nilai-nilai
Sanden beserta stafnya yang telah
budaya yang ada dan masih melekat dalam
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 2, Juni 2013 : 140 – 151

memfasilitasi dan memberikan bantuan DAFTAR PUSTAKA


tenaga serta sarana sehingga Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul,. Profil Kesehatan
terselenggaranya penelitian tersebut di atas. Kabupaten Bantul Tahun 2011
Tidak kalah pentingnya juga kami ucapkan http://bantulkab.go.id/pemerintahan/sekilas_kabupaten
kepada Kepala Pusat Humaniora Dan _bantul.html
Iskandar, Purwanta ., 1981. Perilaku Pencegahan dan
Pemberdayaan Masyarakat Drg Agus Penyembuhan Penyakit Pada Bayi dan Anak.
Soeprapto M.Kes yang memberikan Laporan HEDERA 4. Yogyakarta: PPSPK,
dukungan moril sehingga tumbuh semangat Universitas Gadjah Mada, 1981.
yang besar untuk melakukan dan Kementrian Kesehatan RI., 2010. Indek Pembangunan
menyelesaikan penelitian dengan pendekatan Kesehatan Masyarakat (IPKM).
Koentjaraningrat., 1981, Kebudayaan Mentalitas dan
etnografi yang mungkin dapat dikatakan baru Pembangunan, Bunga Rampai,
pertama kali dilakukan di tingkat Badan Jakarta.Penerbit. PT Gramedia,
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. Soetrisno, Loekman.dkk, 1981. Faktor-Faktor Non
Juga ucapan terima kasih kami sampaikan Medis Serta Pengaruhnya Terhadap Status
Kesehatan Anak Di Propinsi Daerah
kepada rekan sejawat anggota tim peneliti Istimewa Yogyakarta, hasil kerjasama
terutama yang telah terjun di lapangan Departemen Kesehatan RI dengan Pusat
pengumpulan data selama kurang lebih 50 Penelitian Pembangunan Pedesaan Dan
hari yaitu Drs. Harumanto Sapardi dan Dra Kawasan Universitas Gadjah Mada,
Shanti Dwiningsih telah dapat menyelesaikan Yogyakarta.
Spradley, James 1979, Dalam Artikel Pengumpulan
baik kerja dilapangan maupun pembuatan Dan Analisis Data Dalam Penelitian
laporan akhir. Khusus untuk rekan sejawat Etnografi., Bambang Hudayana, Jurnal
kami tercinta almarhum Drs Tony Murwanto, Penelitian Agama, Media Penelitian dan
kami ucapkan selamat jalan dan akan selalu Pengembangan Ilmu-Ilmu Agama, Nomor 2,
September-Desember, Balai Penelitian P3M
mengenang jasa-jasa anda dalam penelitian IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
ini. Untuk yang terakhir kami ucapkan terima
kasih kepada Bapak Drg Agus Suprapto
M.Kes selaku Kepala Pusat Humaniora,
Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat, Bapak DR. dr. Trihono M.Sc
selaku Kepala Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan yang telah memberikan dorongan
sejak mulai awal penelitian ini dimulai
hingga terselesaikannya penelitian dan
menjadi buku Laporan Etnografi Kaitannya
dengan KIA yang mungkin baru pertamakali
ini dilakukan oleh peneliti Badan Penelitian
Dan Pengembangan Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai