Anda di halaman 1dari 27

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

Pada umumnya, kami melakukan praktik hanya sebatas membantu para


mekanik dan engineer yang ada di Base Maintenance, Quality Assurance dalam
melaksanakan suatu pekerjaan pada bidangnya masing-masing. Rangkaian
pekerjaan yang disebutkan merupakan rangkaian pekerjaan yang sudah
terjadwalkan.

2.1 Quality Assurance


Merupakan suatu bidang pekerjaan dalam perusahaan penerbangan yang
memiliki tanggung jawab terhadap perusahaan penerbangan tersebut dan
memiliki akses langsung kepada DKUPPU.
Tugas dari Quality Assurance itu sendiri, terbagi menjadi 2 bagian yaitu
Quaility standard, dan Inspection, yang mana dari 2 bagian tersebut dapat
menjabarkan tugas dari Quality Assurance.

2.1.1 Quality Standard


Quality Standard memiliki tugas yaitu, melaporkan langsung
kepada Quality Assurance Manager untuk diberikan arahan, serta
berkoordinasi dalam melaksanakan tugasnya.
Selama kami OJT di Quality Assurance, kami membantu beberapa
pekerjaan yang dilakukan oleh Quality Standard tersebut, dalam
pembuatan dokumen CMM, MEL, dan CAMP.
2.1.2 Inspection
Inspector memiliki tugas yaitu melaporkan kepada Quality
Assurace Manager mengenai tanggung jawabnya untuk memastikan
pelaksanaan yang tepat pada Airworthiness of Aircraft, engines, dan
components.

II-1
Pada bagian ini selama kami OJT kami tidak ikut andil dalam
melaksanakan tugas Inspector.

2.2 Perawatan atau Maintenance

2.2.1 Definisi Maintenance

Maintenance adalah merupakan suatu fungsi dalam suatu industry


manufaktur yang sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain seperti
produksi. Hal ini karena apa bila kita mempunyai mesin/peralatan,
maka biasanya kita selalu berusaha untuk tetap dapat mempergunakan
mesin/peralatan sehingga kegiatan produksi dapat berjalan lancer.
Dalam usaha untuk dapat menggunakan terus mesin/peralatan agar
kontinuitas produksi dapat terjamin, maka dibutuhkan kegiatan-
kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang meliputi :

1. Kegiatan pengecekan.

2. Melumasi (Lubrication).

3. Perbaikan/reparasi atas kerusakan-kerusakan yang ada.

4. Penyesuaian/penggantian spare part atau komponen.

2.2.2 Konsep Maintenance

Maintenance adalah suatu konsepsi dari semua aktivitas yang


diperlukan untuk menjaga atau mempertahankan kualitas peralatan
agar tetap dapat berfungsi dengan baik seperti kondisi awal.
Dibentuknya bagian pemeliharaan dalam suatu perusahaan industri
dengan tujuan agar mesin-mesin pesawat selalu dalam keadaan siap
pakai secara optimal. Dari pengertian diatas maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan bahwa:

II-2
1. Fungsi pemeliharaan sangat berhubungan erat dengan
proses produksi.

2. Peralatan produksi yang slalu dapat digunakan untuk


berproduksi adalah suatu indikai bahwa adanya hasil dari
usaha pemeliharaan.

3. Aktivitas pemeliharaan harus mampu dikontrol berdasarkan


kepada kondisi yang terjaga.

2.2.3 Tujuan dan Sasaran Maintenance

Maintenance adalah kegiatan pendukung bagi kegiatan komersil,


maka seperti kegiatan lainnya, maintenance harus efektif, efisien dan
berbiaya rendah. Dengan adanya kegiatan maintenance ini, maka
mesin/peralatan produksi dapat digunakan sesuai dengan rencana
dan tidak mengalami kerusakan selama jangka waktu tertentu yang
telah direncanakan tercapai. Beberapa tujuan Maintenance yang
utama antara lain:

1. Kemampuan berproduksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai


dengan rencana produksi.

2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi


apa yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan
produksi yang tidak terganggu.

3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan


yang diluar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan
dalam perusahaan selama waktu yang ditentukan sesuai
dengan kebijakan perusahaan mengenai investasi tersebut.

4. Untuk mencapai tingkat biaya maintenance secara efektif dan


efisien keseluruhannya.

II-3
5. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan
sarana tersebut.

2.3 Pengenalan Pesawat B737-500

Series adalah sebuah nama yang di berikan kepada 400/500 dari Boeing
737 mengikuti perkenalan dari seri -600/-700/-800/-900. Pesawat ini adalah
penumpang sipil (airline) berjangkauan pendek hingga medium dan
berbadan sempit yang diproduksi oleh Boeing Commercial Airplanes.

Diproduksi dari 1984 sampai 2000, 1988 unit pesawat telah dikirim.

Gambar 2.1. Pesawat B737-500

2.3.1 Spesifikasi B737-500 Series

Jenis Pesawat Boeing 737-500


Armada 1 A/C
Tipe Mesin CFM56-3C1
Kecepatan 840 kph
Lange 31,1 m
Wing Span 28,88 m

II-4
Jarak Maksimum 3.515 km
Kapasitas Penumpang 12 + 84 = 96 penumpang
Awak Pesawat 2 (krew cockpit) + 5 (awak kabin)
Konfigurasi ULD Massa barang dagangan (bulk)
Kapasitas Kargo 3.180 kg
Standard Fuel Capacity (litres) 23.830 L
Maximum Takeoff Weight (kg) 52.400 – 60.500
Maximum Landing Weight (kg) 49.900
Tabel 2.1. Spesifikasi B737-500

2.4 Uraian Umum

Didalam dunia penerbangan banyak sekali istilah-istilah yang masih


dalam format bahasa asing (Bahasa Inggris) yang mana sebenarnya istilah
tersebut sudah baku. Disini akan sedikit mengulas istilah-istilah tersebut.
Semoga saja tidak ada pemahaman yang keliru dan bisa bermanfaat.

Istilah Keterangan
Ilmu penerbangan atau informasi
Aeronautica
tentang penerbangan.
Bandara alternatip yaitu bandara lain
yang akan dipilih jika tidak bisa
Alternate Aerodrome
mendarat dibandara tujuan
Apron Tempat Parkir Pesawat
Arrival Bagian kedatangan
Institusi atau suatu lembaga
Aviation
penerbangan
Baggage Bagasi yaitu barang-barang bawaan

II-5
Boarding Naik kepesawat
Penjaga cabin atau lebih dikenal
Cabin Attendant
dengan Pramugari atau Pramugara
Cabin Crew Pramugari atau Pramugara
Climbing Saat pesawat sedang terbang naik
Pergantian pesawat lain atau
Connecting Flight menggunakan airline lain biasanya
saat transit
Crash Kecelakaan
Cruising Pesawat sedang terbang datar
Barang-barang yang termasuk dalam
Dangerous Good daftar membahayakan keselamatan
penerbangan
Departure Bagian keberangkatan
Descending Pesawat sedang terbang turun
Destination Tujuan akhir suatu penerbangan
Ditching Mendarat darurat di air
Mendarat dibandara yang bukan
Divert
tujuan – dialihkan ke bandara lain
Pendaratan darurat yang dilakukan
Emergency Landing
di bandara
Flight Penerbangan (adjective)
Force Landing Pendaratan dilakukan diluar bandara
Tempat pesawat menunggu di udara,
Holding Area dengan cara berputar-putar biasanya
menunggu antrian untuk landing
Tempat pesawat menunggu didarat
Holding Bay biasanya menunggu antrian untuk
takeoff
Leaving for Akan berangkat ke

II-6
Pax (passenger) Penumpang pesawat udara
RON (Remain Over Night) Pesawat tinggal untuk bermalam
Tempat pesawat ngambil ancang-
Runway ancang dalam takeoff atau juga
sebagai tempat landing
Tabel 2.2. Istilah dalam penerbangan

2.5 Line Maintenance


Line Maintenance merupakan bidang pekerjaan dalam penerbangan
yang mana memiliki jenis perawatan pada pesawat yang dilakukan sebelum
pesawat terbang, untuk memastikan bahwa pesawat laik untuk terbang.
Kegiatan di line maintenance terbagi menjadi 2, yaitu pekerjaan yang sudah
terjadwal (schedule maintenance) dan tidak terjadwal (unscheduled
maintenance) yaitu dimana pekerjaan yang dilakukan pada saat pesawat
terjadi kerusakan atau ada sesuatu yang harus di perbaiki atau diganti.
Berikut ini adalah beberapa kegiatan yang penulis lakukan selama
melaksanakan Kerja Praktik di Line Maintenance PT. Nam Air.

2.5.1 Schedule Maintenance


2.5.1.1 Transit check
Transit check adalah prosedur perawatan yang
dilakukan ketika pesawat sedang melakukan turn around,
kegiatan ini dibimbing oleh seorang engineer dan
mekanik pesawat.
a. Aircraft Arrival Procedure
Tujuannya adalah untuk memandu pesawat saat datang dan untuk
mencegah kerusakan pada pesawat, peralatan atau kecelakaan
personal. Hal yang dilakukan saat aircraft arrival adalah sebagai
berikut:
1. Kita harus dating 15-20 menit sebelum ETA (estimated time

II-7
arrival).
2. Melakukan visual inspection pada parking bay pesawat dan
pastikan area Tersebut bebas dari Foreign Object Damage (FOD).
3. Memandu pesawat untuk parkir dengan posisi yang benar atau
marshaling (dilakukan oleh airport service).
4. Setelah pesawat berhenti pasang chock wheel dan pastikan posisi
benar.
5. Memasangkan headset kepesawat untuk berkomunikasi dengan
flight crew.
6. Komunikasi dengan flight crew bahwa “chock wheel in position,
realese brake” maka lampu indikator brake akan mati.
b. Before departure Procedure
Tujuannya adalah untuk memastikan semua persyaratan terpenuhi
sebelum pesawat kembali terbang. Hal yang dilakukan saat before
departure procedure adalah:
1. Melakukan visual insperction/walk around untuk menjamin kondisi
external pesawat bebas dari cacat dan FOD.

Gambar 2.2.walkarround check route

II-8
Hal yang harus dilakukan pada pelaksanaan visual insperction/walk
around adalah sebagai berikut:
a) Nose section
1) Pengecekan nose gear strut, tire dan wheel well component.
2) Pengecekan total air temperature (TAT), pitot dan static
probes, sensor angle of attack untuk keseluruhan reduced
vertical separation minimum (RVSM operation).

Gambar 2.3. Nose Section

b) Fuselage
1) Pengecekan Radome, Akses panel pada fuselage, jendela
cabin, dan semua antena dari ground.

II-9
2) Pengecekan drain masts untuk setiap kebocoran cairan.
3) Wing dan Main Landing gear (MLG).
4) Pengecekan area Wing, Flight control surfaces dan kondisi
static discharge , serta bila ada kebocoran hydraulic fluids.
5) Pengecekan area MLG dan Whell well bila ada komponen
yang terlepas/hilang.
6) Pengecekan MLG shock Strut.
7) Pengecekan wheels, tire dan kondisi pins break.

Gambar 2.4. Wing and Main Landing Gear

c) Engines
1) Pengecekan engine dan jumlah oil constan speed driven
(CSD).

II-10
2) Pengecekan thrust reverse, exhaust tail flug, exhaust case
strut, visible Turbine Blades.
3) Pengecekan udara yang masuk ke engine, nose cowl, visible
fan blades dari kotoran atau benda asing yang masuk
(FOD).
4) Pengecekan daerah engine untuk tanda-tanda bahan bakar
atau kebocoran hydraulic.

Gambar 2.5. Fan Blade Engine

d) Tail section
1) Pengecekan vertical fin, Rudder, horizontal stabilizer,
elevator, static discharge untuk setiap kerusakan dan bagian
komponen yang lepas atau hilang serta untuk mengetahui
bila ada kebocoran hydraulic fluids pada flight control.

Gambar 2.6. Tail Section

II-11
e) Cockpit and Cabin
1) Pengecekan kelengkapan dan jumlah Boom set.
2) Pengecekan kondisi cockpit pada jendela dan semua
tampilan untuk kondisi umum dan bersih.
3) Pengecekan semua kelengkapan semua dokumen untuk
kelengkapan dan validitas.
4) Pengecekan keseluruhan cabin lavatory supaya dalam
keadaan selalu bersih.

2. Kita harus menemui Flightcrew untuk mendiskusikan apakah ada


kegagalan system atau hal yang tidak normal selama penerbangan.
Jika saat pergantian flightcrew, pilot akan mencatat apabila pesawat
mengalami gangguan saat terbang dan menulisnya di AML
(Aircraft Maintenance Log) dan apabila ada masalah terkait kondisi
cabin maka pramugari akan menulisnya di cabin condition report.

Gambar 2.7. Contoh AML (Aircraft Maintenance Log)

3. Fueling or Refueling
Refueling adalah kegiatan pengisian fuel atau bahan bakar
pada pesawat sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penerbangan

II-12
selanjutnya. Kegiatan ini tidak selalu dilaksanakan karena
tergantung dari jumlah fuel yang masih ada pada pesawat. Pada
saat akan melakukan refueling jumlah fuel sisa di tank dan jumlah
fuel yang diisi pada tank harus dicatat, kita dapat melihat pada fuel
control panel lalu mencatatnya pada pada Fuel Up lift Record. Dan
pada saat sebelum proses refueling dilakukan, harus meminta fuel
sample yaitu untuk mengetahui kadar air pada fuel yang akan diisi.
Prosedur-prosedur yang harus dilakukan dalam refueling adalah :
a) Mendapatkan sample air bahan bakar tertentu dari truk bahan
bakar.
b) Mengisi bahan bakar pesawat sebagai untuk penerbangan, dan
catatan pada urutan pengisian bahan bakar.
c) Setelah mengisi bahan bakar tutup dengan baik.

Gambar 2.8. Contoh display refueling

II-13
c. Departure Procedure (Pushback)

Gambar 2.9. Contoh Pushback

1. Mintalah pilot untuk memasang brake lalu melepaskan chock


wheel.
2. Memasang connector towbar (dilakukan oleh airport service).
3. Setelah towbar terpasang mintalah pilot untuk melepaskan
brake.
4. Melakukan prosedur pushback sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
5. Memastikan area aman saat engine mulai dinyalakan.
6. Mintalah pilot untuk memasang brake lalu kita melepaskan
connector.

d. After Departure Procedure


Hal-hal yang dilakukan adalah:
1. Memastikan area parking bay bebas dari FOD.
2. Memastikan semua fuel dan oli yang tumpah ke apron sudah
dibersihkan.

II-14
2.5.1.2 Daily Check
Daily Check adalah pengecekan atau pemerikasaan
terhadap pesawat pada saat pesawat telah melakukan
penerbangan selama 36 hours. (pengecekan dilakukan tidak
boleh melebihi dari 36 hours), ini di lakukan karena pada
persyaratan fuel water drains setiap 36 jam. Biasanya Daily
Check dilakukan pada saat malam hari setelah pesawat tidak ada
jadwal untuk terbang.
Tujuan Daily check adalah untuk melaksanakan persyaratan
pemeliharaan pesawat terbang dan langkah – langkah umum setiap
kurun waktu 36 hours. Secara umum kegiatan yang dilakukan pada
saat Daily Check adalah :
a. Arrival
1. Persiapan daerah/bay untuk kedatangan pesawat.
2. Persiapan peralatan dan pastikan semua area aman.
3. Menghubungkan interphone Ground ke cockpit komunikasi.
4. Release parking breake setelah roda tepat di plade.
5. Mematikan lampu emergency di dalam cockpit.
6. Pengecekan Radome, akses panel pada fuselage, jendela cabin,
dan semua antena dari ground.
7. Pengecekan drain masts untuk setiap kebocoran cairan.
8. Pengecekan TAT, pitot dan static port probes, sensor angle of
attack untuk keseluruhan.
9. Pengecekan seluruh lampu eksternal.
b. Landing Gear and Wheel Well
1. Pengecekan area MLG (Main Landing Gear) dan Wheel well bila
ada komponen yang terlepas dan hilang.
2. Pengecekan nose dan main gears tires dan wheel dari kerusakan.
3. Pengecekan nose dan MLG (Main Landing Gear) wheel well
termasuk juga komponen hydraulic untuk kondisi dan tanda-tanda
kebocoran.

II-15
4. Pengecekan semua lampu pada wheel well.
5. Visual check pada bagian nose dan MLG(Main Landing Gear),
bagian jendela dan bersihkan sesuai prosedur.
6. Pengecekan kebocoran dan ekstensi pada shock struts nose
landing gear (NLG) & MLG(Main Landing Gear).
7. Pengecekan brake system dan pressure system hydraulic.
8. Pengecekan Pressure NLG dan MLG dan isi dengan nitrogen.

c. Wing
1. Pengecekan wing pada bagian bawah di area fuel tank vents, wing
leading edges dan static discharge.
2. Pengecekan pada bagian flight control surface untuk mengetahui
bila ada kebocoran hydraulic fluids.
3. Pengecekan bagian bawah pada pressure relief valve.
4. Pengecekan body fairing dari kerusakan dan pengecekan bila ada
komponen yang lepas .
5. Pengecekan wing bagian atas dari kerusakan dan cek bila ada
komponen yang lepas.

d. Flaps
1. Pengecekan bagian dalam dan luar flap.
2. Pengecekan pada bagian leading edge.
3. Pengecekan pada area flap.
4. Pengecekan pergerakan flap.

e. Engine
1. Pengecekan pada bagian engine dan fan blade.
2. Pengecekan exhaust tail plug, exhaust case strut.
3. Pengecekan area engine dari cairan fuel atau oil.
4. Pengecekan oil engine setelah 5 menit ketika engine dimatikan.
5. Pengecekan kuantitas engine oil di cockpit.

II-16
6. Pengecekan CSD oil level.
7. Pengecekan engine starter oil level.

Gambar 2.10. Replace Oil

II-17
f. Tail Section
1. Pengecekan pada APU inlet dan exhaust.
2. Pengecekan pada vertikal stabilizer dan horizontal stabilizer,
serta untuk mengetahui bila ada kebocoran hydraulics fluids
pada flight control
3. Pengecekan pada tail skid.
4. Pengecekan pada toilet, water, water control service.

g. Cockpit
1. Pengecekan windshield, sliding windows, wiper.
2. Pengecekan emergency exit.
3. Pengecekan kondisi seats captain, dan observer.
4. Pengecekan semua display unit pada cockpit.
5. Pengecekan hydraulic brake accumulator.
6. Melakukan pengoperasian komunikasi pesawat dan interphone
system.
7. Melakukan pengecekan pada engine, APU dan fire
extinguisher/smoke detection system test.
8. Pengecekan system pengoprasian standby power.

Gambar 2.11. Cockpit

II-18
h. Cabin
1. Pengecekan cabin bagian dalam termasuk pada bagian dinding,
pada bagian langit-langit, tempat pembuangan sampah, dan tirai.
2. Membersihkan karpet dan bagian galley pada kondisi yang
bersih.
3. Pengecekan seluruh seat penumpang harus pada kondisi yang
bersih.
4. Pengecekan bagian seat pramugari harus pada kondisi yang
bersih.
5. Pengecekan bagian lavatory harus pada keadaan bersih.
6. Pengecekan semua peralatan emergency harus pada kondisi
bekerja dengan baik.
7. Pengecekan pintu emergency harus pada kondisi yang baik.
8. Pengecekan semua lampu emergency.

Gambar 2.12. Cabin

Gambar 2.13. Lavatory

II-19
i. Fuel Drain for water Contamination
1. Pengambilan sample pada fuel untuk menghindari air yang
berada dalam fuel tank, setelah pesawat berhenti lebih dari 4
jam.

Semua prosedur dalam melakukan Daily check ada pada Daily


Check Sheet.

2.5.1.3 Pre Flight Check


Tujuan Pre Flight check adalah untuk melaksanakan
persyaratan dan langkah – langkah umum pada saat
pesawat pada saat akan memulai penerbangan. Kegiatan
yang dilakukan pada saat Pre Flight check adalah :
a. Melepaskan Groundlock pin di NLG (Nose Landing Gear) dan
MLG(Main Landing Gear) lalu di simpan pada tempatnya.
b. Menyalakan APU.
c. Melakukan visual inspection dicabin.
d. Melakukan walk around.
e. Melakukan refueling jika dibutuhkan.
f. Melakukan prosedur pushback seperti yang dijelaskan di transit
check.
g. Melakukan pembersihan cockpit dan display.
h. Pengecekan pintu penumpang dan crew apakah berfungsi
dengan baik.

2.6 Unschedule Maintenance


2.6.1 Repair and alteration
Repair and alteration atau perbaikan dan penggantian komponen
akan dilakukan jika pesawat mengalami kegagalan sistem, kerusakan
komponen atau sudah masuk schedule repair. Jika selama terbang
pesawat mengalami kejanggalan system maka pilot akan mencatat di

II-20
AML (Aircraft Maintenance Log) adalah laporan dari pilot mengenai
kondisi pesawat saat terbang jika menemui kejanggalan, pengerjaan
biasanya dilakukan saat malam hari ketika pesawat berhenti turn
around, namun bisa saja dilakukan saat transit karena keadaan yang
memaksa pesawat harus di maintenance jika termasuk kategori
essential component. Jika pada malam hari tidak bisa diselesaikan
maka akan ditulis di Log Book, dan DMI Log dengan kata yang lebih
sederhana pengerjaan di “pending” terlebih dulu asalkan system /
komponen tersebut rusak masih masuk dalam kategori go item.

2.7 Pelaksanaan Kegiatan Locking Wire

2.7.1 Pengertian dan Cara Kerja Locking Wire

Karena kekuatan getaran dapat melonggarkan bolts maka


diperlukan cara untuk memastikan keamanan bolts dengan cara
menggunakan lock wire. Hal ini dilakukan dengan memasang lock
wire pada bolts dengan menggunakan wire untuk mencegah
terjadinya kelonggaran pada bolts yang disebabkan oleh getaran
maupun gangguan lain.

Pada lock wire terdapat 2 metode yang sering digunakan yaitu


single wire methode dan double twist method. Methode double twist
merupakan metode yang paling sering digunakan namun methode
single wire dapat digunakan dalam jarak dekat tetapi ditutup
menggunakan pola geometris (segitiga,persegi atau persegi
panjang). Methode single wire sering digunakan dalam sistem
kelistrikan.

II-21
2.7.2 Peralatan Lock Wiring

1. Twister

2. Diagonal Cutter

3. Wire

Gambar 2.14. Twister

Sumber : https://technologymechanic/main.com

Gambar 2.15. Diagonal Cutter

Sumber : https://technologymechanic/main.com

II-22
Gambar 2.16. Wire

Sumber : https://technologymechanic/main.com

2.7.3 Persyaratan Umum Lock Wiring

Terdapat beberapa persyaratan umum dari locking wire yaitu :

1. Lock wire harus baru untuk setiap pemasangan

2. Pemilihan lock wire harus dilakukan sesuai dengan


suhu, atmosfer dan service limitations seperti yang ada
di dalam applicable specification

3. Ketika pengerjaan lock wiring memiliki jarak yang


lebar dengan bolts maka dapat menggunakan double
twist method.

4. ketika pengerjaan lock wiring memiliki jarak yang


sempit maka panjang wire maksimal yang dapat
digunakan adalah 24 inch.

5. Bolts harus di lock wire sehingga ketika terjadi getaran


lock wire akan melindungi sehingga tidak terjadi
kelonggaran pada bolts.

II-23
6. lock wire seharusnya selalu terpasang dan memutar
pada kepala bolts sehingga saat terjadi getaran, lock
wire tidak kendur dan tidak lepas dari kepala bolts.
CATATAN: ini tidak selalu berlaku untuk castellated
ketika wire terlalu dekat dengan ujung kepala bolts
karena wire akan lebih aman jika selalu terpasang pada
sisi bolts dan pada saat memasang lock wire pastikan
lock wire tetap ketat tetapi tidak terlalu tegang.

7. Ujung wire harus di akhiri dengan pig tail sepanjang


12-14 inch (3-6 putaran) dan harus ditekuk kedalam
untuk mencegah ujung wire tersangkut.

CATATAN : jangan pernah memutar ujung wire


menggunakan pliers, remove dan potong ujung wire,
jangan biarkan potongan dari ujung wire jatuh ke
bagian yang telah di lock wire untuk mencegah
terjadinya gesekan dan menyebabkan lock wire putus
pada saat pesawat beroperasi, tekuk pig tail ke suatu
arah yang tidak akan menyebabkan kemungkinan
mencederai tangan mekanik.

8. Ketika castellated nuts yang harus di lock wire maka


kencangkan bolts ke sisi terendah dari kisaran torsi
yang dipilih kemudian lanjutkan pengecangan bolts
dengan wrenches sampai bertemu dengan lubang yang
ada di castellated nuts.

9. Untuk kepala bolts dan screws yang dibor, ketika


dipasang dengan lock washers biasa nya tidak terdapat
spesifikasi lock wire atau tidak di lock wire.

II-24
10. Dalam pemasangan kepala bolts yang tidak ada
lubangnya, lock wiring sama seperti diuraikan dalam
general instruction.

11. Untuk hollow head bolts, pemasangan lock wire sama


dengan bolts biasa.

12. Drain plugs dan cocks dapat dipasang lock wire, yang
dikaitkan ke free safety hole, lihat kembali di general
instruction.

13. Eksternal snaprings jika perlu dapat di lock wire.


CATATAN : internal snaprings tidak dapat di lock
wire.

14. Electrical plugs yang membutuhkan untuk di lock


wiring yang mengikat semua bagian plug seperti screws
atau coupling rings seperti pada intruksi general
instruction.

15. Sebagian besar lock wiring diperlukan , tapi tidak


ditentukan, biasanya lock wire ditentukan oleh general
instruction.

2.7.4 Prosedur Melaksanakan Lock wiring Pada Bolt

Ada beberapa prosedur dalam melaksanakan Locking wire


pada bolt langkah-langkah standart double twist locking wire untuk
right-hand threads adalah sebagai berikut:

1. Kencangkang bolts yang akan di locking wire. (selama


pengencangan bolts pastikan lubang head bolts mengarah
pada bolts yang lain sehingga memudahkan dalam lockwire.

2. Pilih ukuran wire yang sesuai dengan lubang bolts pertama.

II-25
3. Tekuk ujung wire bagian kiri searah jarum jam memutari
kepala bolts dan ujung lainnya kearah bawah.

4. Tarik wire dengan kencang pada head bolts dengan


menggunakan pliers atau twister. Tarik kedua ujung wire
kemudian anyam wire searah jarum jam sampai mendekati
bolts ke 2.

5. periksa wire yang melingkar pada head bolts. Putar wire


dengan menggunakan pliers atau twister dan di akhir
anyaman, tahan wire dengan kencang, lalu putar kembali
wire searah jarum jam hingga anyaman kaku.

CATATAN: Anyaman lock wire harus cukup ketat untuk


menahan gesekan dan getaran, tetapi hindari wire terlalu
ketat karena bila terlalu ketat lock wire akan putus saat
terjadi gesekan atau getaran.

6. Masukan ujung lock wire melalui lubang dihead bolts kedua.


Tarik sampai anyaman wire kencang.

7. Tarik ujung wire berlawanan disekitar head bolts.

8. Kencangkan wire pada head bolts dan anyaman wire.


Pegang ujung wire menggunakan pliers atau twister dan
putar ujung wire searah jarum jam sampai kencang sekaligus
menjaga wire tidak kendur.

9. Dengan gerakan akhir memutar kemudian bengkok kan


ujung wire ke kanan sehingga menghadap head bolts.

10. Untuk menghindari ujung wire tajam potong sedikit ujung


anyaman wire sekitar 3 atau 4 liku anyaman.

11. Contoh dari langkah-langkah melakukan lock wire :

II-26
a. Contoh 1, 2, dan 5 menggambarkan metode yang tepat
untuk bolts, screw, square head plug dan similar.

b. Contoh 6 dan 7 menggambarkan komponen single-


threaded untuk housing atau lug.

c. Contoh 3 menggambarkan beberapa komponen wire


secara seri.

d. Contoh 4 mengilustrasikan metode yang tepat dari


wiring castellated nuts dan studs. Catatan bahwa wire
tidak diputar pada head bolts.

e. Contoh 8 menggambarkan beberapa bolts dalam jarak


dekat, pola geometris ditutup menggunakan single wire
method

Gambar 2.17. Lock wire Bolt and Nut


Sumber : https://technologymechanic/main.com

II-27

Anda mungkin juga menyukai