Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN GOOD CORPORATE

GOVERNANCE DI USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) di


KABUPATEN SLEMAN,YOGYAKARTA

“Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi”

NAMA: TRIA RAHAYU GUSTIANA

NIM:142170018

KELAS:EA-A

DOSEN: Dr. Hiras Pasaribu, M.Si., Ak

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

1
2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penyusun persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah “ Penerapan
Good Corporate Governance pada UMKM di Kabupaten Sleman Yugyakarta “. Pada makalah
ini Penyusun banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari
berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk
itu Penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata Penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.

Yogyakarta, Oktober 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
I.1 LATAR BELAKANG MASALAH ................................................................................. 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................. 7
I.3 TUJUAN MASALAH ...................................................................................................... 7
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 8
2.1 PERKEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN GCG DI UMKM KABUPATEN
SLEMAN ............................................................................................................................... 8
2.1 HAMBATAN DALAM PEMBERDAYAAN GCG DI UMKM KABUPATEN
SLEMAN ............................................................................................................................... 8
2.3 PERAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN DALAM PEMBERDAYAAN
GCG DI UMKM KABUPATEN SLEMAN ........................................................................ 10
2.4 STRATEGI GCG DI UMKM KABUPATEN SLEMAN ............................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) :

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
ini. Usaha Mikro memiliki kriteria asset maksimal sebesar 50 juta dan omzet sebesar 300 juta.

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil memiliki kriteria asset sebesar 50
juta sampai dengan 500 juta dan omzet sebesar 300 juta sampai dengan 2,5 miliar.

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah memiliki
kriteria asset sebesar 500 juta sampai dengan 10 miliar dan omzet sebesar 2,5 miliar sampai
dengan 50 miliar.

Sedangkan Good Corporate Governance" atau disingkat "GCG"), adalah prinsip-prinsip yang
mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan
perundang-undangan dan etika berusaha.

Penerapan prinsip GCG / tata kelola perusahaan yang baik dapat meningkatkan kinerja
perusahaan dan nilai ekonomi jangka panjang bagi para investor dan pemangku kepentingan
(stakeholder).Contoh dari penerapan GCG adalah sistem pengendalian dan pengawasan intern,

4
mekanisme pelaporan atas dugaan penyimpangan, tata kelola teknologi informasi, pedoman
perilaku etika, dsb.

Dalam penerapannya, penggunaan yang efektif fan efisien untuk mewujudkan


konsep Good Corporate Governance (GCG), setidaknya terdapat 5 pilar GCG yang ditetapkan
oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), yang kita biasa kita kenal dengan
konsep TARIF (Transparency, Accountability, Responsibility, Independency, and Fairness)
(dalam anonymous 2015:5), konsep inilah yang nantinya akan banyak dibahas dalam
penerapan Good Corporate Governance (GCG) dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Secara singkat, menurut pendapat dan sejauh pemahaman saya mengenai konsep TARIF
tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Transparency, konsep ini diperlukan dalam menjaga objektivitas suatu organisasi atau
perusahaan dalam menjalankan suatu bisnis dengan memberikan informasi-informasi yang
jelas, akurat, mudah diakses dan dipahami serta dapat dipertanggung jawabkan oleh semua
pemangku kepentingan dalam organisasi atau perusahaan tersebut. Dengan semakin
berkembangnya teknologi dewasa ini, tidak menjadi suatu alasan bagi suatu organisasi atau
perusahaan untuk tidak dapat melakukan inisiatif untuk mengungkapkan berbagai informasi
yang berkaitan dengan proses pegambilan keputusan atau kebijakan yang sangat diperlukan
oleh para pemangku kepentingan.

2. Accountability, konsep ini diperlukan untuk melihat sejauhmana kinerja yang telah
dihasilkan oleh suatu organisasi dan perusahaan. Dalam hal ini suatu kinerja haruslah dapat
dikelola dengan tepat dan terukur untuk melihat seberapa jauh kesinambungan antara proses
perencanaan, organisir, pelaksanaan serta evaluasi yang dilakukan dengan tujuan organisasi
atau perusahaan itu sendiri. Dalam konsep ini pula, organisasi dan perusahaan harus mampu
menjawab segala pertanyaan yang akan diajukan oleh para pemangku kepentingan atas apa
yang telah diperbuat dan hasil yang dicapai oleh organisasi atau perusahaan itu sendiri.

3. Responsibility, konsep ini merefleksikan tanggung jawab setiap individu maupun organisasi
atau perusahaan dalam mematuhi segala tugas-tugas dalam pekerjaan, aturan-aturan serta
kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kegiatan bisnis suatu organisasi atau
perusahaan. Dalam hal ini, bukan hanya terbatas pada tanggung jawab dalam melaksanakan
pekerjaan antara atasan dengan bawahan, namun tanggung jawab organisasi atau perusahaan
kepada para pemangku kepentingan hingga masyarakat sekitar. Sehingga dalam konsep ini,

5
organisasi atau perusahaan harus mampu mempertanggung jawabkan segala hal yang bekaitan
dengan aturan, hukum dan peraturan yang berlaku sebagai kontirbusi hubungan hierarki
internal perusahaan, pemangku kepentingan, masyarakat serta stakeholders lainnya.

4. Indepedency, konsep ini dapat dijadikan sebagai aktualisasi diri untuk organisasi dan
perusahaan yang dapat berdiri sendiri dan memiliki daya saing dengan lingkungan bisnisnya.
Dalam hal ini, organisasi atau perusahaan harus memiliki tata kelola yang efektif dan efisien
dan mampu melakukannya sendiri tanpa ada dominasi atau intervensi dari pihak lain, serta
mampu dalam menggunakan dan memanfaatkan nilai-nilai (values) yang ada pada organisasi
atau perusahaan itu sendiri untuk dapat dijadikan unique point diantara organisasi dan
perusahaan lainnya, sehingga mampu bersaing dalam bidang bisnis yang serupa.

5. Fairness, konsep ini diperlukan untuk menjaga stabilitas perusahaan dengan menjaga
kewajaran dan kesetaraan bagi setiap anggota, pemangku kepentingan
dan stakeholders lainnya dalam suatu organisasi atau perusahaan dengan porsinya masing-
masing. Hakikatnya setiap bagian dalam organisasi atau perusahaan memiliki kesempatan yang
sama untuk berkembang dan berkontribusi untuk organisasi atau perusahaan. Sehingga, konsep
ini menjadi sangat penting untuk mendapatkan kepercayaan atau sebagai motivasi bagi setiap
bagian dari organisasi atau perusahaan, karena mereka akan memiliki rasa dan kesempatan
yang sama dalam memberikan kontribusi kepada organisasi atau perusahaan, sehingga akan
memacu setiap individu dalam berkompetisi untuk memberikan yang terbaik kepada organisasi
atau perusahaan tersebut.

Bedasarkan penjelasan dari kelima konsep di atas, konsep ini sangat diperlukan bagi
organisasi atau perusahaan dalam menerapkan konsep Good Corporate Governance (GCG),
yang mana konsep ini dapat dijadikan sebagai standar pengukuran kesesuaian dan
peyimpangan dalam pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan. Konsep ini juga dapat
digunakan melihat sejauhmana organisasi atau perusahaan dalam mengelola sumber daya-
sumber daya yang tersedia dan dapat diinformasikan, dipertanggung jawabkan dan dapat
dipertanyakan alokasinya kepada para pemangku kepentingan. Disamping itu, melalui konsep
ini pula, dapat dilihat pula sejauhmana organisasi atau perusahaan mampu memberikan
melakukan tata kelolanya sendiri dan tetap pada jalur yang tepat dalam mencapai tujuan,
dengan memperhatikan penyerataan kesempatan yang ada kepada seluruh bagian organisasi
atau perusahaan yang disesuaikan pada porsi dan kemampuannya masing-masing.

6
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimaana Perkembangan dan Pemberdayaan GCG di UMKM Kabupaten Sleman ?


2. Apa Hambatan dalam melakukan Pemberdayaan GCG di UMKM Kabupaten Sleman
?
3. Bagaimana Peran Pemerintah Kabupaten Sleman dalam Pemberdayaan GCG di
UMKM Kabupaten Sleman ?
4. Apa Strategi Pemberdayaan GCG di UMKM ?

I.3 TUJUAN MASALAH

1. Mengetahui Perkembangan dan Pemberdayaan GCG di UMKM Kabupaten Sleman.

2. Mengetahui Hambatan dalam Pemberdayaan GCG di UMKM Kabupaten Sleman.

3. Mengetahui Peran Pemerintah Kabupaten Sleman dalam Pemberdayaan GCG di


UMKM di Kabupaten Sleman.

4. Mengetahui Strategi Pemberdayaan GCG di UMKM .

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERKEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN GCG DI UMKM KABUPATEN


SLEMAN

Saat ini di kabupaten sleman telah tumbuh dan berkembang sekitar 27.381 UMKM
dengan jumlah usaha mikro 23.275 dan usaha kecil 3.681, Beberapa kalangan
mendefisikan Good Corporate Governance sebagai seperangkat aturan yang mengatur
hubungan antara pemegang saham, pengelola (manajemen), pihak kreditur, pemerintah,
karyawan, semua pihak-pihak intern maupun ekstern perusahaan, khususnya yang berkaitan
dengan hak dan kewajiban masing-masing mereka. Dengan satu tujuan meningkatkan nilai
tambah bagi semua pihak (stakeholders).

Secara konseptual, GCG setidaknya mengandung 3 nilai luhur (value) yang


berlaku bagi pelaku bisnis manapun, tentunya bagi mereka yang masih berpegang
pada business etics, yaitu: Transparansi (Transparancy), akuntabilitas(accountability), dan
keadilan (fairness). Transparansi, mengajarkan kepada kita bagaimana berusaha secara
transparan tanpa berupaya menutup-nutupi berbagai hal yang memang semestinya menjadi hak
publik. Akuntabilitas mengajarkan kepada kita tentang bagaimana usaha itu dijalankan secara
terarah, terukur, dan terencana secara baik. Sedangkan fairness mengajarkan kepada kita
tentang bagaimana usaha itu mampu memberikan nilai tambah positif yang dapat dinikmati
oleh semua pihak secara fair dan proporsional.

Kita tentunya sepakat bahwa ketiga nilai yang terkandung dalam konsep GCG tersebut
merupakan nilai universal yang semestinya menjadi acuan dan pegangan bagi semua entitas
bisnis, baik usaha besar maupun kecil ,ada setidaknya 36 ribu UMKM yang tersebar di 86 desa
di Sleman ,semuanya memperoleh omzet rata-rata Rp 300 juta per tahun.

2.1 HAMBATAN DALAM PEMBERDAYAAN GCG DI UMKM KABUPATEN SLEMAN

Ribuan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY) belum bisa 'naik kelas' lantaran mereka belum masih bisa mengakses permodalan dari

8
perbankan. Kesalahan manajemen keuangan masih menjadi kendala perbankan memberikan
kredit ke mereka di mana salah satu penyebabnya adalah UMKM ini tidak bisa membuat
laporan keuangan seperti yang distandarkan oleh perbankan.

Ribuan UMKM ini belum memahami laporan keuangan yang baik, padahal laporan
keuangan ini menjadi salah satu tolok ukur perbankan dalam menyetujui pengajuan kredit
kalangan UMKM tersebut. Oleh karena itu, ribuan UMKM ini masih perlu pendampingan dan
peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM)nya agar bisa naik kelas.

Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bersama dengan Koperasi
Pedagang Pasar Indonesia berusaha memfasilitas UMKM tersebut agar bisa naik kelas. Melalui
program pendidikan dan pelatihan 'Achivement Motivation Training', UMKM tersebut
diberikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan. Pelatihan ini tidak hanya menyasar pada UMKM
tetapi juga kepada koperasi yang ada di wilayah DIY.

Sekretaris Deputi Bidang Pengembangan SDM Kementrian Koperasi dan UKM, Rulli
Nuryanto mengatakan, pemerintah pusat kini tengah menggalakkan upaya agar UMKM bisa
naik kelas yaitu berusaha mendorong usaha kecil mikro menjadi usaha mikro menengah.
Harapannya dengan naiknya kelas UMKM tersebut dapat lebih meningkatkan kontribusi
mereka terhadap perekonomian daerah.

Telah mengidentifikasi beberapa alasan mengapa UMKM susah naik kelas.


Permasalahan tersebut di antaranya seperti tidak ada manajemen yang baik, pengelolaan
keuangan yang masih campur dengan keuangan pribadi serta juga belum maksimalnya
pemasaran produk-produk mereka.

Pelatihan ini salah satu upaya mereka untuk mengangkat derajat UMKM yang ada di
DIY. Beberapa program telah mereka rancang di antaranya berkaitan dengan upaya
permodalan dengan memperkuat akses melalui sistem kredit seperti kredit perbankan ataupun
pembiayaan melalui kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) Badan usaha Milik
Negara (BUMN), akses pasar ataupun pendampingan pusat pelayanan usaha terpadu.

Rulli menyebutkan, kegiatan AMT ini merupakan salah satu bentuk sinergitas nyata dari
Kementrian koperasi dan UKM, Pemerintah DIY, Perbankan, Akademisi serta Koppasindo.
Sehingga kegiatan ini benar-benar bisa tepat sasaran sesuai yang dibutuhkan oleh UMKM itu
sendiri untuk berkembang.

9
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X mengatakan diklat AMT ini memberikan harapan dan peluang
kalangan UMKM untuk bisa mengembangkan diri dan usaha mereka. Sehingga melalui
pelatihan ini nantinya kalangan UMKM bisa meningkatkan kinerja mereka masing-
masing.Melalui kegiatan ini, UMKM harus belajar banyak agar mampu memberikan kontribusi
maksimal terhadap masyarakat sekitar.

Belajar untuk efektif dan efisien untuk meningkatkan kinerja sangat diperlukan.
UMKM dan koperasi harus mulai menggerakkan program reformasi total untuk merubah
kinerja mereka. Menurut Sultan, mereka harus melakukan reorientasi, rehabilitasi dan
pengembangan kemitraan melalui kemitraan dengan berbagai stake holder yang ada.
Harapannya, UMKM dan Koperasi mampu mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan
mereka untuk menuju ke perubahan yang lebih baik

2.3 PERAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN DALAM PEMBERDAYAAN GCG


DI UMKM KABUPATEN SLEMAN

Guna mendorong pembangunan ekonomi di Kabupaten Sleman, bantuan kembali


dikucurkan bagi para pengrajin batik pemula lereng Merapi. Pada Sabtu, 29 April 2012
bertempat di Pendopo Rumah Dinas Bupati Sleman dilakukan penyerahan simbolis bantuan
berupa kain bahan pembuatan batik bagi sejumlah kelompok pengrajin batik di Kabupaten
Sleman. Hadir dalam acara ini Kepala Badan pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat dr.
Rohana Dwi Astuti yang mewakili Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,
Ketua Badan KBPMPP Sleman, dr. Endang Pujiastuti, M.Kes, Ketua Dekranasda Kabupaten
Sleman, Kustini Sri Purnomo serta Ketua Yayasan Pecinta Batik Sekar jagad, Ir. Suliantoro
Sulaiman

Dalam acara ini diserahkan bantuan berupa kain bahan pembuatan kain batik sejumlah
100 potong hasil kerjasama PT Primissima dengan Pemkab Sleman. Bantuan ini ditujukan bagi
8 kelompok pengrajin batik lereng Merapi diantaranya Kelompok Kuwang, Gondang 2,
Gondang 3, Canting Sembodo, Kelompok Sekolah Jumat, Bendo Batik, Kelompok Lereng
Merapi dan Permata Bunda. Ke depannya khusus bagi para pengrajin batik pemula yang
membutuhkan kain guna proses pembelajaran batik dapat juga membeli kain dari PT
Primissima dengan harga yang lebih terjangkau, demikian ditambahkan oleh Ir. Suliantoro
Sulaiman.

10
Bantuan ini tentunya menjadi angin segar bagi para pengusaha batik di Sleman. Pasca
erupsi Merapi pada tahun 2010 yang lalu usaha UMKM di Sleman memang sempat mengalami
keterpurukan. Namun dengan kerjasama dari berbagai pihak saat ini jumlah UKM di Sleman
telah kembali meningkat dan mencapai jumlah 26.599 unit UMKM. Jumlah ini, meningkat
3,09% dari tahun 2010 yang lalu mewakili 11,24% penduduk Sleman yang bergerak di bidang
industri.

Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Sleman terus berkomitmen untuk


memberdayakan UMKM di Kabupaten Sleman melalui pemberian bantuan modal serta
pendampingan usaha. Hal ini diyakini mampu meningkatkan pembangunan perekonomian
daerah. Salah satu cara yang ditempuh Pemda Sleman untuk merangsang kreativitas pengrajin
batik adalah penyelenggaraan Lomba Desain Batik Sleman yang dimulai pada April – 31 Mei
2012 ini. Hingga saat ini sejumlah 187 karya batik telah tercatat sebagai peserta dalam lomba
yang digelar dalam rangka Hari Jadi Kabupaten Sleman ke-96 ini.

Keberadaan UMKM memiliki peran penting dalam upaya pengurangan kemiskinan,


penyerapan tenaga kerja dan meberikan sumbangan besar bagi Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). Demikian disampaikan oleh dr. Endang Pujiastuti dalam sambutannya
mewakili Bupati Sleman. Kepala Badan KBPMPP Sleman juga menyampaikan harapannya
agar melalui bantuan ini dapat mendorong tumbuhnya wirausaha-wirausaha muda di
Kabupaten Sleman sehingga berkembangnya UMKM tidak hanya meningkatkan pertumbuhan
ekonomi daerah namun juga dapat mengurangi angka pengangguran.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia mempunyai peran sangat
penting dalam perekonomian nasional.,Pemerintah telah menetapkan Rencana Pengembangan
Jangka Panjang (2005-2025) dengan salah satu program stratejiknya berupa penguatan posisi
UKM dengan memperperbaiki akses terhadap jasa keuangan, produksi, pemasaran dan
manajemen. Selain hal tersebut, penelitian yang ada menunjukkan bahwa permasalahan
sustainability UKM merupakan masalah serius, yang diyakini karena faktor ekonomi. Salah
satu faktor ekonomi adalah persoalan kritis yakni lemahnya mekanisme tata kelola
(governance) perusahaan. Permasalahan governance umumnya ada pada manajemen/pengelola
organisasi UKM. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk melakukan investigasi dalam
mengidentifikasi sebuah dasar pengetahuan (knowledge base) atas implementasi good
corporate governance pada sektor UMKM, serta mengidentifikasi aspek pengaturan yang perlu
dimodifikasi atas implementasi good corporate governance pada sektor UMKM. Survei pada

11
penelitian ini menemukan bahwa implementasi mekanisme good corporate governance pada
UKM di wilayah kabupaten sleman masih sangat terbatas. Implikasi dari penelitiaan ini adalah
perlunya melakukan eksplorasi lebih lanjut terhadap dimensi governance yang lebih cocok
untuk mendukung terciptanya mekanisme good corporate governance pada UMKM.

2.4 STRATEGI GCG DI UMKM KABUPATEN SLEMAN

Dari berbagai kendala yang ada tersebut diatas tentunya membuat banyak kalangan
merasa ragu terciptanya GCG pada sektor UMKM. Namun sebenarnya bila kita kaji lebih jauh
lagi tetap saja ada peluang untuk “melegitimasi” dimungkinkannya prinsif GCG bagi UKM.
Beberapa diantaranya, yaitu:
UMKM sangat concern dan responsif terhadap berbagai issue lingkungan yang secara
langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh keberadaan usahanya. Bagi pengusaha
UMKM, yang ditakutkan bukan sanksi hukum formal, melainkan sanksi sosial yang terkadang
justru dirasakan lebih “kejam”.
Motif UMKM lebih bersifat sosio-profit oriented, sehingga dapat mencegah terjadinya
ekses-ekses negatif akibat keserakahan “kapitalisme”. UMKM telah merasa “cukup” tatkala
mampu menghidupi beberapa karyawan lokal dan keluarganya di rumah. Walaupun untuk
usahanya sendiri, terkadang hanya sebatas “sekedar survive”.
Pada dasarnya di dalam budaya kita, terkandung nilai-nilai dan prinsif GCG,
seperti fairness, saling keterbukaan, saling peduli, jujur, dan sebagainya. UMKM memiliki
hubungan yang sangat erat dengan budaya yang dianutnya. Dengan kata lain, sebenarnya
secara tidak sadar, selama ini UMKM pun telah menjalankan sebagian dari prinsif-prinsif GCG
itu.
Ketiga hal tersebut diatas, secara philosofy sangat relevan dan mendukung
terselenggaranya prinsip good corporate governance di lingkungan UMKM.
Dengan menimbang berbagai kendala dan peluang yang ada, dapat disimpulkan
sebenarnya prinsip dan konsep GCG dapat saja diterapkan pada usaha skala kecil-menengah,
walaupun hal itu memang tidak mudah. Ada beberapa saran yang tampaknya perlu dijalankan
oleh siapapun yang menghendaki prinsip dan konsep GCG aplicable pada sektor UMKM,
yaitu:
Semua pihak terkait sebaiknya meningkatkan intensitas dan kualitas sosialisasi GCG
guna meyakinkan pada pelaku UMKM bahwa GCG akan memberikan benefit yang signifikan
bagi kemajuan usahanya.
Semua pihak terkait mampu mengadaptasi nilai-nilai GCG dengan culture UMKM secara tepat
dan komprehensif.
Penerapan GCG di sektor UMKM sebaiknya dilakukan secara bertahap, terarah, dan
profesional (tidak berbasis pada kepentingan dan tujuan jangka pendek)Dukungan semua pihak
(stakeholders), pelaku usaha, pemerintah, karyawan, LSM, asosiasi profesi, investor,

12
perbankan, perguruan tinggi, dan masyarakat pada umumnya, dalam menciptakan situasi
kondusif bagi terciptanya GCG di sektor UMKM mutlak diperlukan.
Strategi yang dilakukan pemerintah kabupaten sleman adalah meningkatkan peran serta
melalui pemberdayaan kelompok masyarakat,meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja
melalui pemberdayaan pelaku UMKM dan meningkatkan daya dukung kegiatan ekonomi
melalui peningkatan akses kepaa lembaga ekonomi dan keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.slemankab.go.id/3448/umkm-sleman-terus-mendapat-perhatian-pemerintah.slm
http://kuantannet.blogspot.com/2016/12/makalah-umkm.html
https://www.academia.edu/36258741/MAKALAH_PERAN_KOPERASI_DAN_UMKM_D
ALAM_PEREKONOMIAN_Manajemen_Umkm_dan_Koperasi_EIF6205_
https://www.cendananews.com/2018/07/puluhan-ribu-umkm-berkembang-di-sleman.html
https://journal.uii.ac.id/JSB/article/view/6419 https://iyuk.wordpress.com/2008/09/23/gcg-
for-smes/
https://iyuk.wordpress.com/2008/09/23/gcg-for-smes/
https://jogja.tribunnews.com/2018/11/05/36-ribu-umkm-di-sleman-berhasil-capai-omzet-rp-
300-juta-per-tahun

13

Anda mungkin juga menyukai