Anda di halaman 1dari 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/332858042

Sex Bebas & Distribusi HIV/AIDS

Article · May 2019

CITATIONS READS

0 113

2 authors, including:

Rachmat Ramdani
Universitas Singaperbangsa Karawang
7 PUBLICATIONS   4 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Distribusi Sex Dan HIV/AIDS View project

Kepemimpinan Transformasional View project

All content following this page was uploaded by Rachmat Ramdani on 04 May 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Sex Bebas & Distribusi HIV/AIDS
Teza Yudha 1, Rachmat Ramdani2,
1
Program Studi Ilmu Pemerintahan, FISIP Universitas Singaperbangsa Karawang
teza.yudha@staff.unsika.ac.id
2
Program Studi Ilmu Pemerintahan, FISIP Universitas Singaperbangsa Karawang
rahmatramdani014@gmail.com

ABSTRAK

Kegiatan perekonomian nasional serta tingginya arus globalisasi memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap pembentukan pola perubahan perilaku masyarakat. Perilaku masyarakat
modern yang serba kompleks sebagai dari produk dari kemajuan teknologi, industrialisasi dan
urbanisasi sehingga memunculkan permasalahan sosial. Salah satu dari masalah sosial yang
menjadi perhatian pemerintah saat ini adalah sex bebas dan distribusi penyebaran penyakit
HIV/AIDS sebagai gejala sosial masyarakat moderen yang semakin memprihatikan. Penelitian ini
dilatarbelakangi munculnya epidemi HIV/AIDS di Indonesia salah satunya di Kabupaten
Karawang. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karawang untuk menganalisis implementasi
program penanggulangan Sex bebas dan distribusi HIV/AIDS. Tujuan dari penelitian ini untuk
mendeskripsikan dan menganalisis impelementasi program penanggulangan sex bebas &
distribusi HIV/AIDS di Kabupaten Karawang kaitannya dengan kebijakan pemerintah. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa ada dua kelemahan dalam penanggulangan distribusi HIV/AIDS
di Kabupaten Karawang: tidak adanya peraturan daerah yang khusus untuk penanggulangan
HIV/AIDS, selanjutnya faktor penghambat yang sangat dominan program penanggulangan
minimnya dukungan publik dalam pelaksaan program penanggulangan distribusi HIV/AIDS
belum mengoptimalkan keterlibatan masyarakat. Di harapkan adanya keterlibatan berbagai pihak
baik itu pemerintah, swasta dan masyarakat dalam upaya penanggulangan distribusi HIV/AIDS
dapat terlaksana secara komprehensif.
PENDAHULUAN

Menghadapi tantangan di era globalisasi dan kemajuan teknologi yang


bekerjasama dengan kapitalisme menjadikan masyarakat moderen yang begitu
kompleks menjadi tidak mudah untuk menghindar dari arus pembangunan. Oleh
karenanya, perlu adanya adaptasi diri terhadap masyarakat moderen yang begitu
komplek, sama hal yang diungkapkan oleh Kartono (2003:5) mengemukakan
bahwa kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan kebingungan, kecemasan
dan konplik-konplik, baik yang terbuka dan ekternal sifatnya, maupun yang
tersembunyi dan internal dalam batin sendiri, sehingga banyak orang berbuat
semau sendiri, demi kepentingan sendiri dan menggangu merugikan orang lain.
Perkembangan pembangunan di suatu daerah merupakan cerminan dari
pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Dampak dari pembangunan di daerah
tersebut akan bermunculan berbagai pusat untuk memenuhi kebutuhan dari
masyarakat moderen tersebut seperti halnya tempat pembelajaan yang bernuasa
moderen untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sarana hiburan yang akan menjadi
daya tarik bagi masyarakat untuk mengaktulisasikan dirinya. Selain itu,
perkembangan pembangunan akan melahirkan berbagai persoalan baru yang
dihadapi oleh masyarakat sebagai dampak dari pesatnya pembangunan-
pembangunan sebagai sarana untuk memenuhi aktulisasi diri dan akan
meningkatkan pengaruh negatif seperti tumbuhnya gaya hidup “bebas” seperti
berhubungan sexs di luar nikah, perilaku sexs berganti-ganti pasangan, serta
terjadinya komersialisasi seks di kalangan remaja dan penyalahgunaan narkotika.
Dengan kondisi demikian, diperkirakan akan menambah daftar faktor
pendorong meningkatnya jumlah masyarakat berperilaku berisiko tinggi terhadap
distribusi HIV/AIDS. Fenomena tersebut akan berdampak pada persoalan
distribusi penyakit HIV/AIDS yang akan mengancam masyarakat, apabila hal ini
tidak segera ditanggani oleh keterlibatan pemerintah akan berdampak negatif pada
kehidupan sosial masyarakat di era moderen ini. Industri seks di Indonesia mampu
meraup US$ 3,3 Milyar, atau sekitar Rp 42,9 Triliun per tahun (estimasi US$ 1
/Rp 13 Ribu, tahun 2016), sesuatu yang cukup mengejutkan untuk sebuah industri
bawah tanah (Lim, 2005:233). Di Indonesia sendiri fenomena ini bisa kita lihat
data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang mencatat sampai akhir
tahun 2012 saja ada 6,7 juta pria Indonesia yang menjadi pelanggan pekerja seks
komersial (PSK) sehingga menjadi kelompok paling berisiko tinggi untuk
menyebarkan penyakit maut HIV-AIDS. Di lain pihak, ada sekitar 230.000 PSK
yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan jumlah setiap tahunnya yang terus
meningkat.1 Kemudian apriori itu semakin kuat ketika Kementerian Sosial
menunjukkan adanya 168 lokasi prostitusi yang tercatat di tengah-tengah
masyarakat di seluruh wilayah Indonesia, tetapi hanya 39 lokasi yang mampu
dibereskan pemerintah selama 70 tahun Indonesia merdeka.2
Kabupaten Karawang telah mengalami perkembangan pembangunan yang
signifikan dahulu kala terkenal sebagai Kabupaten lumbung padi nasional, saat ini
Kabupaten Karawang telah berubah menjadi Kabupaten industri dengan geliat
pembangunan yang masif. Pembangunan secara fisik yang sedang berjalan di
Kabupaten lumbung padi ini menghancurkan eksistensi dari lahan padi produktif
berubah menjadi bangunan-bangunan perhotelan, pembelanjaan dan perumahan.
Dampak dari geliatnya pembangunan di Kabupaten Karawang memicu tingginya
anggka urbanisasi untuk mengadu nasib mencari pekerjaan di kabupaten
Karawang ini. Kabupaten Karawang sebagai daerah industri terbesar menjadi
daya tarik investor untuk menanamkan modalnya untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam mengaktulisasikan diri. Dengan kondisi demikian, Kabupaten
Karawang ini akses untuk pemenuhan kebutuhan seksual dengan mudah bisa di
dapatkan sehingga akan melahirkan perubahan masyarakat yang berperilaku seks
bebas dengan maraknya sarana yang menyediakan. Fasilitas tersebut tersebar di
setiap sudut kota Karawang dengan berbagai bentuk kegiatan hiburan yang
menunjang dan tumbuh berkembang dalam kreasi yang gemerlap dan penuh
kenikmatan.
Pemerintah Kabupaten Karawang hingga saat ini belum mampu menangani
fenomena pelacuran yang semakin hari semakin meluas dengan berbagai motif
praktek dan transaksi yang beragam dan nyaris tidak terkendalikan secara

1
Pikiran Rakyat, 10 April 2013:8.
2
Kompas, 2 Januari 2016:7.
struktural. Pemerintah daerah Kabupaten Karawang berdasarkan hasil penelitian
menunjukan belum memiliki peraturan daerah yang secara khusus mengatur
tentang fenomena sexs bebas & distribusi HIV/AIDS cara penanggulanganya, saat
ini yang menjadi acuan pelaksanaan program dari penanggulangan distribusi
HIV/AIDS berpedoman pada Keputusan Gubernur Jabar No. 441/Kep.21-
Yansos/2005 Tentang KPA, Surat keputusan Bupati Karawang Nomor:
443.2/Kep.78-Huk/2010 Tentang Komisi Penangulangan AIDS Kabupaten
Karawang dan Program Kerja Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten
Karawang.
Pemerintah Kabupaten Karawang belum memiliki perangkat kebijakan yang
serius untuk menanggapi perkembangan perubahan perilaku masyarakat atas
dampak dari geliat dari pembangunan yang masif. Penelitian ini untuk
mendeskripsikan dan menganalisis mengenai fenomena sexs bebas dan distribusi
HIV/AIDS di Kabupaten Karawang dengan perspektif pemerintah melihat
bagaimana kebijakan pemerintah dalam program penanggulangan HIV/AIDS
tersebut. Perspektif yang di gunakan oleh peneliti kerangka menganalisis
fenomena tersebut dengan menggunakan analisis implementasi kebijakan yang
ditawarkan oleh Mazmanian dan Sabatier untuk mengetahui kebijakan pemerintah
dalam penanggulangan distribusi HIV/AIDS di Kabupaten Karawang. Dengan
demikian sesungguhnya negara dapat intervensi terhadap perilaku masyarakatnya.
Namun, sejauhmana intervensi yang boleh dilakukan Negara itu dibatasi dengan
tidak menciderai hak-hak individu serta keadilan sosial.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah


menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan desain penelitian deskriptif.
Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif yang digunakan oleh peneliti
di harapkan dapat melihat fenomena-fenomena yang ada tentang sexs bebas dan
distribusi HIV/AIDS, serta bagaimana kebijakan pemerintah dalam
penangulanggan distribusi HIV/AIDS. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan melalui wawancara, observasi partisipan, dan studi dokumentasi yakni
menelusuri informasi-informasi melalui Komisi Penanggulangan AIDS
Kabupaten sebagai leading sektor pemerintahan dalam penanggulangan
HIV/AIDS.

HASIL DAN PEMBAHASAN


SEX BEBAS & DISTRIBUSI HIV/AIDS
Kartono (2003), menyatakan bahwa salah satu bentuk perilaku seks bebas
adalah hubungan seks kelamin yang dilakukan dengan berganti-ganti pasangan
yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman seksual secara berlebihan.
Sementara itu, Desmita (2012) mendefinisikan perilaku seks bebas adalah segala
cara mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual yang berasal dari
kematangan organ seksual, seperti berkencan intim, bercumbu sampai melakukan
kontak seksual yang dinilai tidak sesuai dengan norma. Berdasarkan pengertian di
atas dapat tarik kesimpulan bahwa seks bebas adalah hubungan seks untuk
mendapatkan kenikmatan atas dorongan seksual dari kematangan organ seksual.
Perilaku seks bebas sebagai aktivititas seksual yang dilakukan dua lawan jenis
maupun sesama jenis sebelum ada ikatan resmi pernikanan.
Selanjutnya, Sylvia & Wilson (dalam Hutapea, Ronald.2011) AIDS adalah
singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome suatu kumpulan gejala
penyakit yang didapat akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh virus HIV. HIV/AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis
tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV. Acquired
Immunodeficiency Syndrome atau disingkat AIDS merupakan sekumpulan gejala
dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi virus HIV atau Human Immunodeficiency Virus.Virus AIDS menyerang
sel darah putih khusus yang disebut dengan T-lymphocytes. HIV yaitu virus yang
memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan
menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.
Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
AIDS merupakan penyakit yang paling ditakuti pada saat ini, AIDS selama virus
tersebut secara serius merusak sistem kekebalan sehingga membuat mereka lemah
dan mudah terserang terinfeksi beberapa diantaranya menyebabkan kematian.
HIV ditularkan melalui cairan tubuh kebanyakan dalam darah, sperma, cairan
vagina dan ASI.
Dengan demikian, menjadi suatu kebutuhan yang cukup fundamental bagi
peneliti untuk membuat suatu kerangka yang menganalisis dari pengaturan
tingkah laku masyarakat sexs bebas & distribusi HIV/AIDS di Kabupaten
Karawang dengan melakukan analisis secara komprehensif implementasi
kebijakan melalui metode yang ditawarkan oleh Mazmanian dan Sabatier untuk
meninjau kembali kebijakan program penanggulangan distribusi HIV/AIDS yang
sudah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang yang tertuang dalam
Keputusan Gubernur Jabar No. 441/Kep.21-Yansos/2005 Tentang KPA, Surat
keputusan Bupati Karawang Nomor: 443.2/Kep.78-Huk/2010 Tentang Komisi
Penangulangan AIDS Kabupaten Karawang dan Program Kerja Komisi
Penanggulangan AIDS Kabupaten Karawang.
Selanjutnya, Mazmanian dan Sabatier (1983:81) menyebut bahwa konsep
atau pemikiran implementasi sebagai “frame work, for implementation Analysis”.
Dalam rangka analisis itu menekankan bahwa peran penting dari analisis
implementasi kebijakan pemerintah adalah mengidentifikasi variabel-variabel
yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan institusi dalam proses pelaksanaan
kebijakan. Sabatier dan Mazmanian (dalam Agustino, 2006: 163-167) variabel
yang dimaksud adalah Struktur manajemen program yang mengoperasionalkan
kebijakan menstrukturkan secara tepat proses implementasi dan faktor-faktor di
luar peraturan, yaitu pengaruh langsung berbagai variabel politik terhadap
keseimbangan dukungan bagi tujuan yang termuat dalam keputusan kebijakan
tersebut.
Berdasarkan pengertian dari implementasi yang dikemukakan diatas, maka
dapat dikatakan bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan
pihak-pihak yang berwenang atau kepentingan baik pemerintah yang bertujuan
untuk mewujudkan cita-cita atau tujuan yang telah ditetapkan. Implementasi
dengan berbagai tindakan yang dilakukan tersebut untuk melaksanakan atau
merealisasikan kebijakan yang telah disusun demi tercapainya tujuan dari
kebijakan yang telah direncanakan, karena pada dasarnya setiaprencana yang
ditetapkan memiliki tujuan atau target yang hendak dicapai.
Selanjutnya, implementasi kebijakan merupakan aspek yang paling penting
dari keseluruhan proses kebijakan, dan bahkan mungkin jauh lebih penting dari
pada pembuatan kebijakan itu sendiri. Dalam hal ini adalah bagaimana program
penanggulangan distribusi HIV/AIDS di Kabupaten Karawang. Tingginya
fenomena sex bebas di kalangan pelajar di Kabupaten Karawang termasuk jumlah
anak perempuan di usia muda yang sudah tidak lagi perawan. Berdasarkan
informasi melalui media online memberitakan kasus yang menghebohkan
masyarakat karawang dengan beredarnya album foto bugil salah satu pelajar putri
di dunia maya, selain itu juga beredarnya foto ciuman mesra remaja baru gede di
jejaring sosial facebook3.
Menurut KPA Kabupaten Karawang dalam laporan Tri Wulan 7 GF SSF
(diakses pada www.kpan.or.id), bahwa Kabupaten Karawang sebagai salah satu
wilayah yang menjadi pintu gerbang mobilitas masyarakat selain itu didukung
oleh letak georgrafis yang strategis berdekatan dengan Ibu Kota Negara Jakarta
yang mendorong percepatan perkembangan Kabupaten Karawang menjadi kota
industri. Berdasarkan data akumulatif kasus HIV/AIDS di Kabupaten Karawang
menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang dari tahun 1992 sampai dengan
desember 2010 terlaporkan sebanyak 244 orang, dengan angka kematian 162
orang. Berdasarkan faktor resiko mayoritas melalui transmisi seksual 50%.
Sedangkan berdasarkan kelompok umur, umur 16-30 tahun sebanyak 178 orang
atau sama dengan 72,9% (KPA Karawang dalam laporan Tri Wulan 7 GF SSF
diakses pada www.kpan.or.id)4.

3
https://www.sidaknews.com/fenomena-sex-bebas-di-kalangan-pelajar-karawang/ di akses pada
tanggal 10 November 2017
4
www.kpan.or.id di akses pada tanggal 10 November 2017
Tabel 1.1
Kasus HIV Dan AIDS Di Kabupaten Karawang5

HIV/AIDS Sex Narkoba Homosex Waria Perempuan Pria

50,2 % 56 % 24% 6% 2% 36% 64%

Sumber: Laporan Tahunan Komisi Penanggulangan AIDS

Berdasarkan data tabel diatas dari Laporan tahunan komisi penanggulangan


AIDS Kabupaten Karawang ditemukan kasus HIV dan AIDS kasus HIV/AIDS
sudah meningkat mencapai 34,4 % kasus. Jika melihat faktor penularan Kasus
HIV dan AIDS di Kabupaten Karawang tidak jauh berbeda dengan kasus di
daerah lainnya yaitu faktor penularan melalui hubungan seks bebas.
Pelaksanaan program penanggulangan HIV/AIDS tentu harus memiliki
landasan atau pelaksanaan program. Adapun penyedian landasan pelaksanaan
program (dokumen) telah dikeluarkan pemerintah dan merupakan dasar dari
pelaksanaan program penanggulangan HIV/AIDS antara lain sebagai berikut: 1).
Kesepakatan International terutama deklarasi dari UNGASS HIV/AIDS Tahun
2001 (United Nation General Assembly Special Session on HIV/AIDS) 2). UU
Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan 3). Peraturan Presiden RI No. 75 Tahun
2006 tentang KPA Nasional 4). Per-Menko Kesra
No.03/Per/Menko/Kesra/III/2007 Tentang susunan, Tugas dan fungsi
Keanggotan KPA Nasional. 5). Per-Mendagri No. 20 tahun 2007 tentang
Pedoman Umum Pembentukan KPA dan Pemberdayaan Masyarakat dalam
rangka penangulangan HIV dan AIDS di daerah.
Peraturan-peraturan yang telah disebutkan di atas merupakan dasar atau
acuang-acuan dalam pelaksaan penanggulangan AIDS/HIV di Kabupaten
Karawang. Hal ini tentu memudahkan KPA Kabupaten Karawang dalam
melakukan penentuan tujuan. Namun, menurut pandangan peneliti masih terdapat
kekurangan dalam KPA Kabupaten Karawang yaitu belum memiliki Peraturan
daerah yang mengatur tentang secara spesifik penanggulangan AIDS/HIV di
Kabupaten Karawang, yang ada hanya keputusan Bupati Karawang dan itu pun
5
Laporan Tahunan Komisi Penanggulangan AIDS
sifatnya umum. Sehingga landasan dalam penanggulangan HIV/AIDS di
Kabupaten Karawang belum diatur secara terperinci.
Pemerintah pusat pun belum menunjukan keseriusan cara penaggulangan
perilaku sexs bebas dan distribusi HIV/AIDS, hal ini dapat dilihat dari pelaksaan
program dari KPA nasional masih mengacu kepada peraturan presiden Nomor 97
Tahun 2006 dari KPA Nasional pun belum memiliki Undang-undang tentang
penanggulangan HIV/AIDS. Kondisi ini pun sama dengan KPA Kabuapaten
Karawang belum memiliki peraturan daerah sebagai acuan yang lebih spesifik
untuk mengatur penanggulangan KPA hal ini menjadi kelemahan dari KPA
Kabupaten Karawang dalam melaksanakan tugas koordinator dengan SKPD dan
pelaksanaan dilapangan hanya mengandalkan keputusan Bupati Karawang yang
menjadi landasan hukumnya.
Selanjutnya, terdapat peningkatan anggaran untuk KPA dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah Kabupaten Karawang di tahun 2016 dan
optimalisasi pemanfaatan anggaran yang tersedia agar seluruh elemen masyarakat
di Kabupaten Karawang dapat terjangkau oleh program penanggulangan
HIV/AIDS yang dilakukan oleh KPA Kabupaten Karawang. Menurut peneliti
perlu disadari bahwa fenomena penyebaran kasus HIV/AIDS ini seperti suatu
gunung es, sebagian kecil puncaknya terlihat diatas permukaan air, tetapi lebih
banyak bagian yang tak terlihat karena berada di bawah permukaan air. Artinya
istilah dari fenomena gunung es tersebut terkait HIV/AIDS bahwa orang yang
terinfeksi HIV/AIDS yang terlaporkan hanyalah sebagian kecil dari jumlah yang
sebenarnya, kemungkinan bagian yang lebih besar biasanya tersembunyi dan tidak
diketahui jumlahnya secara pasti. Berkaitan dengan sumber dana dalam
pelaksaanan dari program penanggulangan AIDS/HIV sebagai penentu dari
keberhasilan dari program tersebut, sumber dana yang dimiliki oleh KPA
Kabupaten Karawang mesti sampai pada program pencegahan dan
mengindetifikasi kesemua lapisan masyarakat bukan hanya terfokus pada potensi
yang memiliki ketularan penyakit tersebut.
Kabupaten Karawang sendiri memiliki organisasi KPA organisasi yang
menjalankan kegiatan sehari-hari yang disebut sekretariat tetap. Sektap KPA
Kabupaten Karawang secara hierarkhis dipimpin oleh seorang ketua pelaksana
dalam hal ini adalah Dr. Cellica Nurrachadiana yang kemudian mendelegasikan
wewenang penyelenggaraan kegiatan KPA Kabupaten Karawang kepada staf
penuh waktu yang dipimpin oleh seorang sekretaris atau disebut juga koordinator
SSR KPA Kabupaten Karawang dan membawahi beberapa bidang yaitu
pengelolaan program, pengelolaan monev dan penggelolaan logistik dan
penggelolaan admnistrasi.
Berkaitan dengan program penanggulangan AIDS/HIV di Kabupaten
Karawang, terdapat aturan yang digunakan adalah peraturan perundang-undangan
serta peraturan-peraturan terkait yang menjadi acuan dalam penyelenggaraan
penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Karawang dasar hukum yang jelas
tertuang dalam kebijakan-kebijakan tersebut diantara lain: Kesepakatan
International terutama deklarasi dari UNGASS HIV/AIDS Tahun 2001 (United
Nation General Assembly Special Session on HIV/AIDS), UU Nomor 36 tahun
2009 tentang kesehatan, Peraturan Presiden RI No. 75 Tahun 2006 tentang KPA
Nasional, Per-Menko Kesra No.03/Per/Menko/Kesra/III/2007 Tentang susunan,
Tugas dan fungsi Keanggotan KPA Nasional. Per-Mendagri No. 20 tahun 2007
tentang Pedoman Umum Pembentukan KPA dan Pemberdayaan Masyarakat
dalam rangka penangulangan HIV dan AIDS di daerah. Keputusan Gubernur
Jabar No. 441/Kep.21-Yansos/2005 Tentang KPA. Surat keputusan Bupati
Karawang Nomor: 443.2/Kep.78 Huk/2010 Tentang Komisi Penangulangan
AIDS Kabupaten Karawang Program Kerja Komisi Penanggulangan AIDS
Kabupaten Karawang.
Menurut peneliti KPA Kabupaten Karawang dalam melaksanakan program
penanggulangan HIV/AIDS peraturan menjadi dasar hukum yang jelas yang
penting di koordinasikan dengan baik. Namun, dasar hukum yang jelas hanya
sebatas aturan secara umum yang mengatur pelaksanaan dari KPA dengan
mengacu pada peraturan yang diatasnya, sedangkan secara terperinci KPA
Kabupaten Karawang belum memiliki peraturan daerah yang lebih spesifik
tentang penanggulangan HIV/AIDS. Kabupaten Karawang mesti segera membuat
peraturan daerah yang berkaitan dengan KPA dalam penanggulangan HIV/AIDS
yang mengatur yang lebih terperinci.
Dalam rangka menyelamatkan generasi muda dan masyarakat Kabupaten
Karawang, KPA Kabupaten Karawang terus meningkatkan sosialisasi di populasi
umum (pelajar, ibu rumah tangga, pemuda dan lain-lain) dan populasi kunci
(Penasun, WPS, Pelanggan, Waria, LSL) Dengan melibatkan banyak pihak baik
dari sektor pemerintah, masyarakat, LSM, swasta dan lain-lain6. Keterbukaan
pelaksanaan program penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Karawang
melakukan strategi ditunjukan untuk mencegah dan mengurangi risiko penularan
HIV/AIDS serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV/AIDS pada
individu, keluarga dan masyarakat, agar individu dan masyarakat menjadi
produktif dan bermanfaat untuk menjalankan aktivitas dengan pola hidup sehat.
Program penanggulangan HIV/AIDS pencegahan terbagi kepada populasi
tinggi (populasi kunci) dan populasi rendah (populasi umum). Program
pencegahan pada populasi tinggi antara lain pencegahan HIV melalui transmisi
seksual (PMTS) dan Harm Reduction. Berdasarkan program PMTS ini merupakan
program akselerasi yang bersifat komprehensif yang terdiri dari 4 komponen
utama, yaitu penguatan pemangku kepentingan di lokasi, komunikasi perubahan
perilaku manajemen pasokan kondom dan pelicin serta pengobatan IMS di
Puskesmas. Selain itu monitoring insentif pada setiap komponen dan evaluasi
perubahan perilaku sasaran dari program ini terutatam adalah WPS dan pelanggan
di lokasi.
Hakikat perhatian publik yang bersifat sesat menimbulkan kesukaran-
kesukaran tertentu karena untuk mendorong tingkat keberhasilan suatu
implementasi kebijakan sangat dibutuhkan adanya sentuhan dari dukungan
masyarakat. Pelaksaan program penaggulangan HIV/AIDS di KPA Kabupaten
Karawang memang belum melibatkan masyarakat secara terbuka langsung,
namun dukungan masyarakaat tetap ada dalam bentuk masukan, saran, pemberian
informasi maupun keterlibatan dan lain-lain yang membantu dalam upaya
penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Karawang

6
Laporan KPA Kabupaten Karawang 2011
Keikutsertaan masyarakat dapat mempengaruhi keberhasilan kebijakan
program tersebut. Berkenaan dengan sikap masyarakat merupakan salah satu
kunci penting keberhasilan dari program penanggulangan HIV/AIDS yang
dilaksanakan oleh KPA Kabupaten Karawang. Sejak Perpres Nomor 75 Tahun
2006 untuk pengembangan program, pelaksaan, pemantauan dan evaluasi mesti
adanya dialog dan kerja sama dengan berbagai pihak seperti orang-orang atau
kelompok penduduk yang terdampak dari populasi kunci, masyarakat sipil
termasuk organisasi keagamaan, sektor pemerintahan, sektor swasta dan media
untuk mengetahui bagaimana sikap mereka terhadap program penanggulangan
HIV/AIDS yang dilaksanakan oleh KPA Kabupaten Karawang.
Berkaitan dengan hal ini KPA Kabupaten Karawang dalam menjalankan
kerjasama dan koordinasi dengan civil society LSM dianggap masih kurang
maksimal, koordinasi yang terselenggara dianggap hanya bersifat rutinitas belaka
tanpa ada tindak lanjut dan kerjasama yang kongkrit sebagaimana LSM yang
bergerak dalam penanggulangan HIV/AIDS. Menurut pendangan peneliti
keterlibatan berbagai pihak dengan diiring penguatan sistem komunitas. Selain itu
sikap masyarakat pun harus dilibatkan secara penuh dalam penanggulangan
HIV/AIDS yang dilakukan oleh KPA Kabupaten Karawang bukan hanya semata
dengan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak dalam penanggulangan
HIV/AIDS. Jadi, keterlibatan masyarakat dalam program penanggulangan
HIV/AIDS belum berjalan dengan optimal hanya sebatas koordinasi semata.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Impelementasi program


penanggulangan HIV/AIDS Kabupaten Karawang belum berjalan dengan efektif.
Fenomena sexs bebas & distribusi hiv/aids di Kabupaten Karawang tidak mudah
untuk di penanggulangan oleh dominasi pemerintah tanpa adanya kerjasama
dengan berbagai pihak. Pemerintah Kabupaten Karawang mesti segera membuat
kebijakan peraturan daerah mengenai fenomena sexs bebas dan distribusi
HIV/AIDS, selain itu Kabupaten Karawang Program penanggulangan distribusi
HIV/AIDS dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara lebih paling baik,
yaitu: Penanganan secara preventif dengan pendekatan humanis yang sosiologis.
Daftar Pustaka

Agustino. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung. Alpabeta

Creswell. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Hutapea, Ronald. 2011. AIDS & PMS dan Pemerkosaan. Jakarta: Rineka Cipta
Kartono, Kartini. 2003. Patologi sosial. Jakarta: Raja Grapindo Persada
Moelong. Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernologi (Ilmu pemerintahan baru). Jakarta:


Rineka Cipta

Riant Nugroho,2008, Public Policy, Jakarta, PT Elex Media Komputindo

Tachjan, 2006, Implementasi Kebijakan Publik, Bandung, Asosiasi Ilmu


Politik Indonesia (AIPI)

Syarbaini, Syahrial. dkk. 2004. Sosiologi dan Politik. Bogor: Gralia Indonesia.

Soekanto Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grapindo
Persada

Sopiah, Pipih. 2009. Lindungi Pelajar Dari Serangan Virus HIV/AIDS. Bandung:
Elisa Surya Dwitama

Sumber lainnya:

Pikiran Rakyat, 10 April 2013:8.

Kompas, 2 Januari 2016:7

https://www.sidaknews.com/fenomena-sex-bebas-di-kalangan-pelajar-karawang/ di akses pada


tanggal 10 November 2017

www.kpan.or.id di akses pada tanggal 10 November 2017

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai