Anda di halaman 1dari 19

AMALGAM KEDOKTERAN GIGI

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

ilmu teknologi material kedokteran gigi (itmkg)

Oleh

Michael Bing 160110110083

Husna Nuridia Utami 160110110084

Muhammad Faisyal A’lauddin M 160110110085

Gina Drismayasari 160110110086

Detin Nitami 160110110087

Carolina Saputra 160110110088

Nona Viona 160110110089

Dhio Adhinugera Marendra 160110110090

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Makalah yang berjudul Amalgam Kedokteran Gigi ini diajukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah ilmu teknologi material kedokteran gigi

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu mengenai teknologi
material dalam bidang kedokteran gigi.

Jatinangor, Maret 2012

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………… 1

1.1 Syarat Umum Bahan Cetak


1.1.1 Definisi dan Indikasi
1.1.2 Komposisi dan Fungsi Masing-masing Komponen
1.2 Alloy Amalgam…………………………….. 1
1.2.1 Definisi
1.2.2 Prosedur Pembuatan
1.3 Klasifikasi …………………………………………… 3
1.4 Reaksi Kimia Amalgam………………………………………………. 5
1.5 Tahapan Manipulasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
1.6 Macam Hg dan Higiene Hg
1.7 Macam-macam Kegagalan Amalgam
1.8 Sifat Fisis, Mekanis, dan Klinis yang Penting
1.8.1 Perubahan Dimensi
1.8.2 Termal Ekspansi dan Termal Kontraksi
1.8.3 Strength
1.8.4 Creep
1.8.5 Brittleness
1.8.6 Hardness

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 AMALGAM KEDOKTERAN GIGI (DENTAL AMALGAM)


1.1.1 Definisi dan Indikasi
Amalgam kedokteran gigi (dental amalgam) dibuat dengan cara
mencampurkan merkuri cair dengan zat-zat padat yang merupakan perpaduan dari
perak, timah, tembaha, dan kadang seng, paladium, indium, dan selenium. Kombinasi
dari logam padat tersebut disebut dengan amalgam alloy. Sangat oenting untuk dapat
membedakan antara amalgam kedokteran gigi dan amalgam alloy (Restorative Dental
Materials).
Amalgam kedokteran gigi merupakan alloy yang terdiri dari merkuri, perak,
tembaga, dan timah,dan mungkin juga bisa mengandung palladium, zinc, dan elemen-
elemen lain untuk meningkatkan karakteristik dan kinerja klinis amalgam itu sendiri.
(Phillips’ Science of Dental Materials)
Indikasi utama bahan restorasi amalgam adalah sebagai bahan tambal
posterior. Restorasi dental amalgam ini sangat baik karena secara teknik tidak sensitif,
dapat mempertahankan bentuk anatomi dari gigi, tidak mudah fraktur, dan tahan lama.
Bahan tambal amalgam dipergunakan sejak awal abad 19 dibuat dari
campuran koin perak spanyol/meksiko degan air raksa. Standardisasi amalgam
merupakan standardisasi pertama yang dibuat American Dental Association (ADA)
tahun 1919, sehingga disebut ADA Spefications No.1.

1.1.2 Komposisi dan Fungsi Masing-Masing Komponen


Perak (Ag) 67-74%
a. Elemen utama dalam reaksi
b. Menaikkan setting expansion
c. Menaikkan tarnish resistance dalam memproduksi amalgam
d. Memperputih alloy
e. Menaikkan strength
f. menurunkan creep

Timah (Sn) 25-28%


a. Mengontrol reaksi antara silver&mercury
b. Mengurangi strength & hardness
c. Mengurangi resistance terhadap tarnish & korosi

Tembaga (Cu) 0-6%


a. Menaikkan hardness & strength
b. Menaikkan setting expansion

Seng (Zn) 0-2%


a. Dalam jumlah kecil, tidak memengaruhi setting reaction & sifat
amalgam
b. Zinc menyebabkan tertundanya ekspansi jika campuran amalgam
terkontaminasi oleh uap lembab selama manipulasi
c. Mencegah masuknya O2 ketika terjadi fusi logam paduan

Air raksa (Hg) 0-3%


Kadang-kadang ditambahkan untuk menciptakan kondisi pre-
amalgamisasi pada logam paduan.

1.2 Alloy Amalgam

Definisi Amalgam

Amalgam adalah materi yang mengandung merkuri didalamnya. Karena merkuri berbentuk
cair pada suhu ruangan, merkuri dapat dicampur dengan bahan metal padat. Amalgamasi
adalah suatu proses pencampuran merkuri ( Hg ) dengan bahan bubuk campuran khusus
dengan suatu alat yang disebut amalgamator. Proses ini berlanjut dengan penekanan segmen
segmen campuran tersebut ke dinding gigi yang telah dipreparasi, dan pita matriks apabila
diperlukan. Reaksi pengerasan akan berlanjut sampai beberapa hari namun amalgam akan
cukup keras menahan dampak dari kegiatan mengunyah atau gigitan dalam satu jam.
Cara Pembuatan

Untuk membuat bubuk campuran “lathe cut” batangan bahan campuran dimasukan ke dalam
mesin penggilingan. Potongan hasil dari proses penggilingan tersebut berbentuk seperti
jarum. Beberapa perusahaan produsen bubuk campuran ini memperkecil bubuk potongan
dengan “ball milling”.

a. Homogenizing anneal
Karena proses pendinginan yang cepat dari fase “as-cast” batang timah-perak
mengandung butir yang nonhomogenik dengan komposisi yang bervariasi.
Proses pemanasan dilakukan untuk membangun kembali hubungan fase
equilibrium. Batang ditempatkan kedalam oven dan dipanaskan untuk
memungkinkan terjadinya difusi atom dan fase untuk mencapai equilibrium.
Waktu pemanasan bervariasi bergantung pada temperature oven yang digunakan
dan besarnya batangan. Pada akhir dari proses pemanasan batangan didinginkan
pada temperature suhu ruang. Cara batangan didinginkan mempengaruhi proporsi
fase yang timbul setelah didinginkan.

b. Perlakuan terhadap partikel


Setelah batangan digilign menjadi butiran butiran beberapa produsen melakukan
memproses permukaan dari partikel dengan merendamnya didalam asam. Proses
ini tidak secara penuh dimengerti tujuannya, diduga proses ini brtujuan untuk
meleburkan komponen tertentu dari bubuk campuran. Amalgam yang terbuat dari
bubuk yang telah direndam asam akan bersifat lebih reaktif dibandingkan dengan
amalgam yang tidak direndam dengan asam.

c. Bubuk yang di Atomisasi.


Bubuk yang diatomisasi dibuat dengan mencairkan bahan bahan yang didinginkan
bersama-sama. Logam cair ini dapat diatomisasi menjadi potongan potongan
yang berbentuk “spherical” atau seperti mata tombak. Butiran butiran ini
dipanaskan untuk mengasarkan permukaannya dan memperlambat reaksinya
dengan merkuri. Bubuk ini juga direndam menggunakan asam.

d. Ukuran Maximum Partikel


Ukuran maksimum dari partikel ditentukan oleh produsen. Ukuran rata rata yang
digunakan pada amalgam modern adalah 15-35 mikrometer. Hal yang paling
penting berkaitan dengan bear partikel adalal distribusi ukuran yang merata antara
butiran yang besar dan kecil. Karena ukuran ukuran partikel tersebut mempunyai
fungsi yang mempengaruhi kualitas amalgam. Ukuran partikel yang umumnya
digunakan pada kedokteran gigi saat ini adalah partikel berukuran kecil-sedang.
Ukuran partikel seperti ini cenderung menghasilkan amalgam yang cepat
mengeras dengan kekuatan yang lebih baik pada masa pengerasan awal.

e. Perbandingan bubuk yang diproduksi dengan cara penggilingan dan atomisasi


Amalgam yang dibentuk dari bubuk yang diproduksi dengan cara penggilingan
dan amlgam yang dibentuk dari campuran bubuk tersebut dengan bbuk yang
diproduksi dengan cara atomisasi cenderung lebih baik menahan kondensasi
dibandingkan dengan amalgam yang seluruhnya dibuat dari bubuk yang di
atomisasi. Namun bubuk yang dibuat denan car atomisasi memerlukan lebih
sedikit merkuri karena ia memiliki luas permukaan yang lebih sedikit disbanding
bubuk yang dibuat dengan cara digiling. Amalgam yang dibuat dengan sedikit
merkuri bniasanya memilikiproperti yang lebih baik.

1.3 Klasifikasi Alloy Amalgam


Berdasarkan kandungan komponen alloy, amalgam dibedakan menjadi tiga, yaitu
Biner, Terner, dan Kuarterner. Biner menggunakan alloy dengan dua logam, terner
menggunakan tiga logam, dan kuarterner menggunakan alloy dengan empat logam.
Berdasarkan bentuk partikel alloy, amlgam dibedakan menjadi dua, yaitu Lathe cut
dan Spherical. Lathe cut memiliki bentuk partikel alloy tidak teratur. Batangan logam perak-
timah yang keras diletakkan di mesin giling. Hasilnya adalah serpihan-serpihan logam yang
bentuknya seperti jarum tidak teratur. Sedangkan spherical memiliki bentuk partikel alloy
bulat-bulat seperti bola. Dibentuk berdasarkan proses anatomisasi. Alloy cair dipercikkan
pada temperatur ruangan dengan gas inert. Jika droplet mengeras sebelum mengenai
permukaan, maka bentuk partikel spherical pun terbentuk.

1.4 Reaksi Kimia Amalgam


Reaksi amalgamasi (reaksi permukaan):

Hg + Ag3Sn  Ag3Sn + Ag2Hg3 + Sn7 .8Hg

γ γ γ’ γ2

tidak bereaksi BCC Heksagonal


Ketika bubuk dibasahi oleh Hg maka terjadi absorbsi, difusi Hg dalam partikal alloy
terbentuk fase γ’ dan γ2 yang terjadi pada daerah permukaan. Kristalisasi fase γ’ dan γ2
maka pertumbuhannya bertambah dan amalgam mengeras.

Peranan unsur amalgam terhadap reaksi pengerasan dan struktur amalgam:


1. Alloy konvensional
Ag dan Sn  Ag3Sn (fase ikatan intermetalik)

Mengandung : Ag 73 %, 15 % Sn sisanya

Ag : Ketahanan terhadap tranish, mempermudah amalgam

Sn : Mempermudah amalgamasi  bila berlebihan  kontraksi amalgam,


menurunkan kekuatan dan kekerasan

Cu : Kekuatan dan kekerasan dalam jumlah sedikit  menggantikan Ag

Zn : Oxygen  pemkan O2

2. Mekanisme pengerasan
Selama dan sesudah pengadukan, fase γ larut dalam Hg.

Struktur massa mengeras terdiri dari:

- inti γ yang tidak bereasi


- matrik terdiri dari γ2 dan γ’
Proses tersebut membentuk jaringan yang kontinu setelah mengras, rekasi
selanjutnya adalah terjadinya dengan proses difusi.

3. High cooper Alloy


Telah mengeras dan benar” bebas dari komponen γ2

Kombinasi alloy  reaksi campuran Ag3Sn (lathe cut) dan AgCu (buat) dengan
Hg terjadi 2 tahap:

- Seperti reaksi pada alloy konvesional. AgCu tidak ambil bagian Zn


- Reaksi antara γ2 & AgCu (buat)  pembentukan gabungan CuSn dan γ’
besar
Sn7.8Hg (γ2 ) + AgCu  Cu6Sn5 + Ag2Hg3 (γ’)

Cu6Sn5 berada mengelilingi partikel AgCu

Pada pengerasan akhir:

Ag3Sn & AgCu (inti) dikelilingi Cu6Sn5 & γ’ (matrik)

Pada alloy dengan komposisi tunggal Cu6Sn5 berada dalam γ’ (tidak


mengelilingi)

10% Au menggantikan sedikit Ag pada Alloy amalgam  amalgam bebas fase


γ2

Jika fase γ2 tidak ada maka, maka:

- Tidak ada korosi


- Kekuatan meningkat
- Sifat alir / creep menurun
- Kekuatan pinggiran amalgam pada restorasi bertambah

1.4.1 Setting Reaction (Reaksi Pengerasan)\

a. Pada logam berkandungan tembaga rendah, amalgamasi terjasi ketika


raksa berkontak dengan permukaan logam paduan
b. Triturasi menyebabkan perak dan timah di bagian luar logam paduan
larut dalam raksa
c. Raksa berdifusi ke dalam paduan logam
d. Raksa memiliki daya larut terbatas untuk perak dan timah, bila batas
daya larut terlampaui, kristal” dari 2 senyawa logam biner akan
berpresipitasi dalam raksa
e. Kedua senyawa itu (Ag2Hg3  fase γ’ dan Sn7 .8Hg heksagonal 
fase γ2 ) tersusun rapat
f. Karena kelarutan perak dalam raksa lebih rendah daripada timah, maka
fase γ1 akan berpresipitasi terlebih dahulu daripada γ2
g. Kristal γ2 dan γ’ akan bertumbuhan sehingga amalgam menjadi keras
h. Kontraksi selanjutnya diabsorbsi Hg oleh sisa partikel amalgam
i. Tidak ada Hg yang bebas saat final setting pada amalgam
Perubahan dimensi amalgam selama pengerasan:
- Total perubahan dimensi setelah 24 jam hasilnya berkurang 20 mm (± 0.20 %)
- Klinis  loss anatomi, postoperative pain (karena ekspansi), microleakage
(karena kontraksi)
- Proses pengerasan: kombinasi dari larutan dan kristalisasi (presipitasi)
- Iritasi kontraksi dari absorb hg (difusi) oleh partikel alloy amalgam
- Ekspansi berhubungan dengan pembentukan dan pertumbuhan γ1, γ2 dan fase
cusn (matrik)
- Kontraksi selanjutnya dari absorbsi hg oleh sisa pertikel alloy amalgam
- Hg organometalik yang mengeras mengakibatkan bahaya dari uapnya

1.4.2 Delayed Expantion

Ekspansi tertunda terkait dengan seng dalam amalgam. Efeknya disebabkan


oleh reaksi seng dengan air dan yang tidak ada dalam amalgam nonzinc. Hal ini sudah
jelas didemonstrasikan bahwa zat pencemar adalah air. Hidrogen diproduksi oleh aksi
elektrolitik yang melibatkan seng dan air. Hidrogen tidak bergabung
dengan amalgam, melainkan berkumpul dalam restorasi, meningkatkan tekanan
internal ke tingkat yang cukup tinggi untuk menyebabkan amalgam creep, sehingga
menghasilkan perluasan yang sedang diamati. Kontaminasi amalgam dapat terjadi
pada hampir setiap saat selama manipulasi dan dimasukkan ke dalam rongga. Jika
daerah operasi tidak kering, amalgam dapat menjadi terkontaminasi oleh uap air dari
jarum suntik udara-air, dari kontak langsung dengan tangan, atau dengan air liur
selama kondensasi. Singkatnya, setiap kontaminasi dari seng yang mengandung
amalgam dengan kelembaban, apa pun sumbernya, menyebabkan ekspansi
tertunda. Perlu dicatat bahwa kontaminasi pasti terjadi selama triturasi atau
kondensasi. Setelah amalgam mengental, permukaan eksternal mungkin berkontak
dengan air liur tanpa terjadinya ekspansi tertunda.

1.4.3 Korosi

Korosi adalah penurunan kualitas permukaan / subsurface restorasi karena


reaksi kimia/elektrokimia. Fase 2 mudah mengalami korosi. Restorasi amalgam jika
kontak dengan restorasi emas akan menyebabkan amalgam korosi dan Hg akan masuk
kedalam restorasi emas. Daya tahan terhadap korosi akan meningkat bila amalgam
dipoles benar-benar mengkilap, hindari kontak dengan tambalan emas,karena akan
terjadi korosi akibat akumulasi air raksa pada restorasi emas.
Bila 2 mengalami korosi, akan terbentuk 2 produk :
1. Terbentuk ion Sn2+ dengan adanya saliva  didapat produk korosi
SnO2 & Sn(OH)2Cl
2. Terbentuk Hg  dapat bereaksi dengan sisa Ag yang sebelumnya tidak
bereaksi.

Korosi pada amalgam High Copper


- Tidak terdapat fase 2
- Yang paling rentan terhadap korosi adalah Cu6Sn5
- Volume korosi lebih kecil dari amalgam konvensional
- Tidak terbentuk Hg sebagai hasil korosi

Korosi aktif dari bahan tambal amalgam yang baru diaplikasikan biasanya
terjadi pada bagian tambalan yang bersinggungan dengan gigi. Produk korosi yang
paling umum ditemukan adalah oksida dan klorid dari timah. Korosi dapat pula
disebabkan oleh perbedaan sifat elektromagnetik antara 2 logam yang dijadikan
tambalan, misalnya pada tambalan amalgam yang bersinggungan dengan tambalan
emas. Ini disebabkan karena terbentuknya listrik galvanis.

1.5 Tahapan Manipulasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

1.5.1 Tahapan Manipulasi

1. Tirturasi
Proses pembuatan bahan tambal amalgam dimulai dengan tirturasi,
yaitu mencampur logam paduan dan air raksa yang dilakukan oleh dokter gigi
atau perawat gigi. Setelah dicampur akan didapat massa plastis yang mirip
dengan kondisi logam antara temperatur cair dan padat. Pencampuran logam
paduan dan air raksa dapat dilakukan secara manual menggunakan lumping
alu atau dengan mesin yang disebut amalgator. Lumpang alu terbuat dari
gelas, bagian dalam lumping dan ujung alu dibuat kasar dengan cara
menggosoknya menggunakan pasta karborundum. Cara ini jarang digunakan
lagi sejak adanya amalgator yang bekerja dengan cara menggetarkan logam
paduan dengan air raksa di dalam suatu kapsul yang berisi logam atau plastik
yang berbentuk silinder.
Sbeleum tirturasi, terlebih dahulu dilakukan pengukuran terhadap kedua bahan
yang akan dicampur tersebut. Pengukuran logam paduan dilakukan dengan
penimbangan, sementara untuk pengukuran air raksa selain dengan
penimbangan juga dilakukan dengan menggunakan takaran volume yang
merupakan mulut dari dispenser/botol penyimpanan air raksa.

2. Kondensasi
Kondensasi adalah proses memasukkan amalgam ke dalam kavitas gigi
yang telah dipreparasi menggunakan stopper amalgam atau pistol
amalgamsehingga tercapai kepadatan maksimal dari amalgam. Pada saat
kondensasi dilakukan penekanan untuk memadatkan amalgam, besarnya
tekanan yang ideal adalah 66,7 N tetapi penelitian menunjukkan rata-rata
besarnya tekanan yang dibuat oleh tangan operator rata-rata 13,3-17,8 N.

3. Pengukiran
Setelah kavitas terisi penuh, dilakukan pembentukan dan pengukiran
dengan burnisher sampai mendekati bentuk anatomi gigi ideal

4. Reaksi Pengerasan
Pada amalagam berkandungan tembaga rendah, amalagamisasi terjadi
ketika air raksa berkontak dengan permukaan logam paduan. Proses tirturasi
menyebabkan perak dan timah di bagian luar logam paduan larut dalam air
raksa, dan pada saat yang bersamaan air raksa berdifusi ke dalam paduan
logam.

5. Pemolesan
Pemolesan dilakukan setelah 24 jam, untuk amalgam dengan Cu tinggi
diperlukan waktu lebih singkat lagi. Tujuan pemolesan adalah:
a) Mencegah menyangkutnya sisa makan
b) Mencegah infeksi gusi dan lidah
c) Untuk estetika
d) Mencegah tarnish dan korosi

Pemolesan dilakukan dengan menggunakan batu poles dan karet poles yang
umumnya terdiri dari dua macam yaitu yang berwarna merah dan hijau. Batu
digunakan untuk memoles bagian yang kasar, karet merah untuk memoles
bagian yang halus, dan karet hijau untuk mengkilapkan.

1.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi

1. Toksisitas
Bagian berbahaya dari amalgam adalah air raksanya. Unsur ini akan
mengalami proses pelepasan atau penguapan pada saat tirturasi, kondensasi,
dan pemolesan. Air raksa dalam bentuk uap ini yang memiliki sifat yang
sangat toksik.

2. Kekuatan
Kekuatan merupakan salah satu karakteristik penting yang harus
dimiliki bahan tambal, termasuk amalgam. Apabila bahan tambal kurang kuat
akan mudah sekali utuk patah, terutama di daerah tepi. Patahan ini akan
mempercepat terjadinya korosi, karies sekunder, serta kegagalan klinis yang
lebih berat.

3. Daya alir atau creep


Menurut ADAS no.1 untuk bahan tambal amalgam dipersyaratkan
mempunyai daya alir dibawah 3%. Tingkatan daya alir menurut penelitian
terbukti berhubungan dengan kerusakan tepi amalgam, yaitu makin tinggi
daya alir makin besar tingkat kerusakan tepinya.

4. Perubahan Dimensi
Idealnya amalgam tidak mengalami perubahan dimensi sama sekali,
namun sayangnya hal ini terjadi pada amalgam baik yang terlihat secara visual
maupun yang berlangsug secara mikroskopis. Secara visual perubahan
dimensi dapat menyebabkan gagalnya tambalan amalgam karena karies
ekunder, patahnya tepi tambalan, atau pecahnya tambalan. Di tingkat
mikroskopis, perubahan dimensi menyebabkan korosi, tarnish, perubahan
serta tekanan yang berkaitan dengan daya kunyah.

5. Perambatan panas
Sebagai bahan logam, amalgam memiliki sifat yang baik sebagai
penghantar panas. Pada kondisi ekstrim sifat ini dapat mengganggu pulpa pada
gigi bertambalan amalgam. Penggunaan semen dasar adalah salah satu cara
agar ada isolator yang mencegah perambatan panas dari tambalan amalgam
sampai ke pulpa

1.6 Macam Hg dan Higiene Hg (Biokompabilitas Hg)

Biokompatibilitas menjadi salah satu factor pertimbangan dalam pemilihan material


bahan kedokteran gigi karena bahan-bahan tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap pasien
tetapi juga berpengaruh terhadap dokter gigi itu sendiri. Air raksa atau merkuri dipakai
sebagai bahan campuran tumpatan gigi geligi terutama gigi posterior yaitu amalgam.
Amalgam masih banyak dipergunakan, baik di dalam maupun diluar negri karena
kelebihannya jika dibandingkan dengan bahan tumpatan lain seperti : kekuatan menahan daya
kunyah, ekonomis, masa kadaluarsa yang panjang, dan teknik manipulasi yang mudah.

Namun, ada juga anggapan yang mengatakan bahwa amalgam berbahaya bagi
kesehatan tubuh pasien yang dibuktikan dengan berbagai kasus keracunan di Minamata.
Merkuri dalam keadaan bebas sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat meracuni tubuh
oleh karena itu merkuri di dalam amalgam di anggap berbahaya. Bahaya merkuri tidak hanya
mengancam kesehatan pasien tetapi juga dokter gigi itu sendiri, uap merkuri yang terhirup
pada saat mengaduk amalgam dapat menimbulkan efek toksik kumulatif. Tentu
saja, amalgampada saat mengaduk amalgam dapat menimbulkan efek toksik kumulatif.
Tentu saja, amalgam sebagai material yang mengandung merkuri tidak lepas dari
kemungkinan untuk menimbulkan efek – efek negatif pada pasien maupun dokter gigi.

1.7 Macam-macam Kegagalan Amalgam


Bentuk kegagalan tambalan amalgam diantaranya adalah karies sekunder, pecahnya
tepi tambalan, tarnish, serta kebocoran tepi. Kebocoran tepi adalah kegagalan yang paling
sering terjadi.

1. Kebocoran Tepi
Kebocoran tepi pada tambalan amalgam dapat terdeteksi dengan adanya parit
diantara tambalan dengan dinding kavitas yang dapat berlanjut dengan pembentukan
karies sekunder. Pembentukan karies sekunder akan semakin cepat bila kebersihan
mulut pasien tidak baik.
Penyebab pertama kebocoran tepi adalah karena bentuk preparasi yang kurang baik,
ada email yang dibiarkan menggantung tanpa tanpa dukungan di daerah tepi kavitas.
Penyebab kedua adalah kelebihan air raksa, sedangkan penyebab terakhir adaah
keroposnya tambalan amalgam.
Kebocoran awal pada bagian marginal atau tepi suatu restorasi berbanding
terbalik dengan waktu; hal ini disebabkan karena terjadinya penyumbatan
mikrofissure oleh hancuran bahan korosi

2. Tarnish dan Korosi


Terbetuknya tarnish dan korosi, oleh sebagian peneliti dianggap sebagai
pengaruh lingkungan rongga mulut. Amalgam konvensional yang telah mengeras
susunan heterogennya mengundang korosi. Korosi pada amalgam konvensional
menurunkan sifat mekanik 30%. Korosi aktif dari bahan tambal amalgam yang baru
diaplikasikan biasanya terjadi pada bagian tambalan yang bersinggungan dengan gigi.
Produk korosi yang paling umum ditemukan pada amalgam adalah oksida dan klorid
dari timah, pada amalgam yang banyak mengandung tembaga produk korosinya
dalam bentuk tembaga.
Korosi dapat pula disebabkan oleh perbedaan sifat eektromagnetik antara 2
logam yang dijadikan tambalan, misalnya pada tambalan amalgam yang
bersinggungan dengan tambalan emas. Ini disebabkan karena terbantuknya listrik
galvanis.
Daya tahan terhadap korosi akan meningkat bila amalgam dipoles benar-benar
mengkilap hindari kontak degan tambalan emas, terjadi korosi akibat air raksa pada
restorasi emas.
Korosi pada amalgam konvensional : bahan yang telah set adalah heterogen
sehingga dapat mengundang terjadinya korosi. Dari ketiga fase yang ada, fase γ2
adalah yang paling aktif secara elektrokimia dan bertindak sebagai anodik terhadap
fase γ dan γ1. Begitu γ2 mengalami korosi, terbentuk dua produk sebagai berikut :
1. Terbentuk ion Sn 2+ : dengan adanya saliva ditemui produk korosi seperti SnO2
dan Sn(OH)5Cl
2. Terbentuh Hg yang dapat bereaksi dengan sisa fase γ yang sebelumnya bereaksi.
Daya tahan terhadap korosi meningkat apabila amalgam dipoles. Pemolesan
menghilangkan lubang-lubang kecil dan menghaluskan permukaan yang kasar yang
membantu konsentrasi sel korosi. Bila amalgam berkontak dengan suatu restorasi
yang terbuat dari emas, dapat terbentuk suatu sel elektrolit yang cenderung
mendorong terjadinya korosi bahan amalgam dan penumpukan mercury pada restorasi
emas. Korosi yang terjadi pada amalgam konvensional dalam jangka lama dapat
berpengaruh terhadap sifat-sifat mekanisnya.

1.8 Sifat Fisis, Mekanis, dn Klinis yang Penting

1.8.1 Perubahan Dimensi

Amalgam dapat berkembang atau menyusut tergantung pada cara


manipulasinya. Idealnya, perubahan dimensi pada amalgam seharusnya kecil sekali
atau tidak sama sekali. Perubahan dimensi amalgam tergantung pada seberapa banyak
amalgam yang tertekan selama pengerasan dan waktu pengukuran dimulai.

ANSI/ADA Specification no. 1 menyebutkan bahwa amalgam tidak akan


berkontraksi dan berekspansi melebihi 20m/cm, diukur pada suhu 37oC, antara 5
menit sampai 24 jam setelah dimulainya triturasi, dengan alat-alat yang akurat sampai
0.5m.

Secara visual, perubahan dimensi menyebabkan gagalnya tambalan amalgam


karena karies sekunder, patahnya tepi tambalan, atau pecahnya tambalan. Di tingkat
struktur mikro, perubahan dimensi yang terjadi adalah korosi, tarnish, perubahan γ1
menjadi β1 serta tekanan yang berhubungan dengan daya kunyah.
1.8.2 Termal Ekspansi dan Termal Kontraksi

Salah satu bentuk perubahan dimensi yang sering terjadi adalah ekspansi. Ada
beberapa penyebab terjadinya ekspansi berlebih pada amalgam, yaitu rasio alloy / Hg
yang tinggi, partikel alloy yang besar, waktu tirturasi yang kurang / singkat, tekanan
kondensasi yang dilakukan tidak memadai, serta terkontaminasinya amalgam yang
mengandung seng oleh kelembaban selama proses tirturasi dan kondensasi.
Kontaminasi H2O pada amalgam yang mengandung Zn (sebelum mengeras) akan
menyebabkan reaksi elektrolitik.

Ekspansi terjadi setelah hari ke-4 atau ke-5 setelah penambalan, bila sebelum
hari itu pasien mengeluh sakit pada gigi yang ditambalnya bisa dipastikan bukan
akibat ekspansi. Pada saat ekspansi terjadi, tambalan akan menekan dinding kavitas
yang menjalar ke kamar pulpa sehingga menimbulkan rasa sakit pada pasien. Bila
dibiarkan, tambalan akan tampak menonjol keluar dari kavitas, yang akan
menyebabkan gigi sensitif setelah penumpatan.

Kontraksi akan menyebabkan terjadinya celah antara tumpatan dengan dinding


kavitas. Hal ini dapat menyebabkan kebocoran mikro dan karies sekunder.

1.8.3 Strength

Sangat dibutuhkan nilai strength yang tinggi bagi amalgam karena sering
dipakai untuk merestorasi gigi posterior Strength merupakan salah satu keraktersitik
penting yang harus dimiliki bahan tambal, termasuk amalgam. Bila bahan tambal
kurang kuat akan mudah sekali untuk patah terutama di daerah tepi dan mempercepat
terjadinya korosi, karies sekunder, serta kegagalan klinis yang lebih berat.
Tembaga merupakan salah satu unsur yang dapat memperkuat amalgam,
amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi akan lebih kuat dibandingkan
dengan yang kandungan tembaganya kecil.

1.8.4 Creep
Menurut ADAS No.1 untuk bahan amalgam dipersyaratkan mempunyai daya
alir dibawah 3%. Tingkatan daya alir menurut penelitian terbukti berhubungan dengan
kerusakan tepi amalgam, yaitu makin tinggi daya alir makin besar derajat kerusakan
tepi.
Meskipun demikian untuk amalgam berkandungan tembaga tinggi, daya alir
tidak bisa dijadikan patokan dalam menentukan perkiraan terjadinya kerusakan tepi
karena kebanyakan amalgam jenis ini memiliki daya alir dibawah 0.4% atau lebih
rendah. Sementara amalgam dengan kandungan tembaga rendah daya alirnya berkisar
antara 0.8-8%.

1.8.5 Brittleness

Dikarenakan amalgam sering digunakan untuk merestorasi bagian posterior


maka dipastikan bahwa amalgam ini akan sering mendapatan tekanan. Oleh karena itu
amalgam yang baik adalah amalgam yang mempunnyai tingkat brittleness yang
rendah, atau tidak rapuh.

1.8.6 Hardness

Hardness dapat pula didefinisikan sbagai banyaknya energi deformasi elastik


atau plastis yang diperlukan untuk memeatahkan suatu bahan dan merupakan ukuran
dari ketahanan terhadap fraktur atau kepatahan. Oleh karena itu diperlukan hardness
yang tinggi bagi amalgam agar tidak mudah patah jika diberikan tekanan.
DAFTAR PUSTAKA

McCabe, John F. & Angus W.G. Walls. 2008. Applied Dental Materials. 9th edition. Oxford
UK:
Blackwell Publishing Ltd.
O’Brian, William J. 2008. Dental Materials and Their Selection. 5th edition. Chicago:
Quintessence Publishing.

Craig, R. G., & Powers, J. M. (Eds.). (2002). Restorative Dental Material (7th ed.). Missouri:
Mosby.

Anusavice, Keneth J. 2004. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai