Skrip Amalgam 3
Skrip Amalgam 3
MAKALAH
Oleh
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah yang berjudul Amalgam Kedokteran Gigi ini diajukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah ilmu teknologi material kedokteran gigi
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu mengenai teknologi
material dalam bidang kedokteran gigi.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………… 1
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 22
BAB I
PENDAHULUAN
Definisi Amalgam
Amalgam adalah materi yang mengandung merkuri didalamnya. Karena merkuri berbentuk
cair pada suhu ruangan, merkuri dapat dicampur dengan bahan metal padat. Amalgamasi
adalah suatu proses pencampuran merkuri ( Hg ) dengan bahan bubuk campuran khusus
dengan suatu alat yang disebut amalgamator. Proses ini berlanjut dengan penekanan segmen
segmen campuran tersebut ke dinding gigi yang telah dipreparasi, dan pita matriks apabila
diperlukan. Reaksi pengerasan akan berlanjut sampai beberapa hari namun amalgam akan
cukup keras menahan dampak dari kegiatan mengunyah atau gigitan dalam satu jam.
Cara Pembuatan
Untuk membuat bubuk campuran “lathe cut” batangan bahan campuran dimasukan ke dalam
mesin penggilingan. Potongan hasil dari proses penggilingan tersebut berbentuk seperti
jarum. Beberapa perusahaan produsen bubuk campuran ini memperkecil bubuk potongan
dengan “ball milling”.
a. Homogenizing anneal
Karena proses pendinginan yang cepat dari fase “as-cast” batang timah-perak
mengandung butir yang nonhomogenik dengan komposisi yang bervariasi.
Proses pemanasan dilakukan untuk membangun kembali hubungan fase
equilibrium. Batang ditempatkan kedalam oven dan dipanaskan untuk
memungkinkan terjadinya difusi atom dan fase untuk mencapai equilibrium.
Waktu pemanasan bervariasi bergantung pada temperature oven yang digunakan
dan besarnya batangan. Pada akhir dari proses pemanasan batangan didinginkan
pada temperature suhu ruang. Cara batangan didinginkan mempengaruhi proporsi
fase yang timbul setelah didinginkan.
γ γ γ’ γ2
Mengandung : Ag 73 %, 15 % Sn sisanya
Zn : Oxygen pemkan O2
2. Mekanisme pengerasan
Selama dan sesudah pengadukan, fase γ larut dalam Hg.
Kombinasi alloy reaksi campuran Ag3Sn (lathe cut) dan AgCu (buat) dengan
Hg terjadi 2 tahap:
1.4.3 Korosi
Korosi aktif dari bahan tambal amalgam yang baru diaplikasikan biasanya
terjadi pada bagian tambalan yang bersinggungan dengan gigi. Produk korosi yang
paling umum ditemukan adalah oksida dan klorid dari timah. Korosi dapat pula
disebabkan oleh perbedaan sifat elektromagnetik antara 2 logam yang dijadikan
tambalan, misalnya pada tambalan amalgam yang bersinggungan dengan tambalan
emas. Ini disebabkan karena terbentuknya listrik galvanis.
1. Tirturasi
Proses pembuatan bahan tambal amalgam dimulai dengan tirturasi,
yaitu mencampur logam paduan dan air raksa yang dilakukan oleh dokter gigi
atau perawat gigi. Setelah dicampur akan didapat massa plastis yang mirip
dengan kondisi logam antara temperatur cair dan padat. Pencampuran logam
paduan dan air raksa dapat dilakukan secara manual menggunakan lumping
alu atau dengan mesin yang disebut amalgator. Lumpang alu terbuat dari
gelas, bagian dalam lumping dan ujung alu dibuat kasar dengan cara
menggosoknya menggunakan pasta karborundum. Cara ini jarang digunakan
lagi sejak adanya amalgator yang bekerja dengan cara menggetarkan logam
paduan dengan air raksa di dalam suatu kapsul yang berisi logam atau plastik
yang berbentuk silinder.
Sbeleum tirturasi, terlebih dahulu dilakukan pengukuran terhadap kedua bahan
yang akan dicampur tersebut. Pengukuran logam paduan dilakukan dengan
penimbangan, sementara untuk pengukuran air raksa selain dengan
penimbangan juga dilakukan dengan menggunakan takaran volume yang
merupakan mulut dari dispenser/botol penyimpanan air raksa.
2. Kondensasi
Kondensasi adalah proses memasukkan amalgam ke dalam kavitas gigi
yang telah dipreparasi menggunakan stopper amalgam atau pistol
amalgamsehingga tercapai kepadatan maksimal dari amalgam. Pada saat
kondensasi dilakukan penekanan untuk memadatkan amalgam, besarnya
tekanan yang ideal adalah 66,7 N tetapi penelitian menunjukkan rata-rata
besarnya tekanan yang dibuat oleh tangan operator rata-rata 13,3-17,8 N.
3. Pengukiran
Setelah kavitas terisi penuh, dilakukan pembentukan dan pengukiran
dengan burnisher sampai mendekati bentuk anatomi gigi ideal
4. Reaksi Pengerasan
Pada amalagam berkandungan tembaga rendah, amalagamisasi terjadi
ketika air raksa berkontak dengan permukaan logam paduan. Proses tirturasi
menyebabkan perak dan timah di bagian luar logam paduan larut dalam air
raksa, dan pada saat yang bersamaan air raksa berdifusi ke dalam paduan
logam.
5. Pemolesan
Pemolesan dilakukan setelah 24 jam, untuk amalgam dengan Cu tinggi
diperlukan waktu lebih singkat lagi. Tujuan pemolesan adalah:
a) Mencegah menyangkutnya sisa makan
b) Mencegah infeksi gusi dan lidah
c) Untuk estetika
d) Mencegah tarnish dan korosi
Pemolesan dilakukan dengan menggunakan batu poles dan karet poles yang
umumnya terdiri dari dua macam yaitu yang berwarna merah dan hijau. Batu
digunakan untuk memoles bagian yang kasar, karet merah untuk memoles
bagian yang halus, dan karet hijau untuk mengkilapkan.
1. Toksisitas
Bagian berbahaya dari amalgam adalah air raksanya. Unsur ini akan
mengalami proses pelepasan atau penguapan pada saat tirturasi, kondensasi,
dan pemolesan. Air raksa dalam bentuk uap ini yang memiliki sifat yang
sangat toksik.
2. Kekuatan
Kekuatan merupakan salah satu karakteristik penting yang harus
dimiliki bahan tambal, termasuk amalgam. Apabila bahan tambal kurang kuat
akan mudah sekali utuk patah, terutama di daerah tepi. Patahan ini akan
mempercepat terjadinya korosi, karies sekunder, serta kegagalan klinis yang
lebih berat.
4. Perubahan Dimensi
Idealnya amalgam tidak mengalami perubahan dimensi sama sekali,
namun sayangnya hal ini terjadi pada amalgam baik yang terlihat secara visual
maupun yang berlangsug secara mikroskopis. Secara visual perubahan
dimensi dapat menyebabkan gagalnya tambalan amalgam karena karies
ekunder, patahnya tepi tambalan, atau pecahnya tambalan. Di tingkat
mikroskopis, perubahan dimensi menyebabkan korosi, tarnish, perubahan
serta tekanan yang berkaitan dengan daya kunyah.
5. Perambatan panas
Sebagai bahan logam, amalgam memiliki sifat yang baik sebagai
penghantar panas. Pada kondisi ekstrim sifat ini dapat mengganggu pulpa pada
gigi bertambalan amalgam. Penggunaan semen dasar adalah salah satu cara
agar ada isolator yang mencegah perambatan panas dari tambalan amalgam
sampai ke pulpa
Namun, ada juga anggapan yang mengatakan bahwa amalgam berbahaya bagi
kesehatan tubuh pasien yang dibuktikan dengan berbagai kasus keracunan di Minamata.
Merkuri dalam keadaan bebas sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat meracuni tubuh
oleh karena itu merkuri di dalam amalgam di anggap berbahaya. Bahaya merkuri tidak hanya
mengancam kesehatan pasien tetapi juga dokter gigi itu sendiri, uap merkuri yang terhirup
pada saat mengaduk amalgam dapat menimbulkan efek toksik kumulatif. Tentu
saja, amalgampada saat mengaduk amalgam dapat menimbulkan efek toksik kumulatif.
Tentu saja, amalgam sebagai material yang mengandung merkuri tidak lepas dari
kemungkinan untuk menimbulkan efek – efek negatif pada pasien maupun dokter gigi.
1. Kebocoran Tepi
Kebocoran tepi pada tambalan amalgam dapat terdeteksi dengan adanya parit
diantara tambalan dengan dinding kavitas yang dapat berlanjut dengan pembentukan
karies sekunder. Pembentukan karies sekunder akan semakin cepat bila kebersihan
mulut pasien tidak baik.
Penyebab pertama kebocoran tepi adalah karena bentuk preparasi yang kurang baik,
ada email yang dibiarkan menggantung tanpa tanpa dukungan di daerah tepi kavitas.
Penyebab kedua adalah kelebihan air raksa, sedangkan penyebab terakhir adaah
keroposnya tambalan amalgam.
Kebocoran awal pada bagian marginal atau tepi suatu restorasi berbanding
terbalik dengan waktu; hal ini disebabkan karena terjadinya penyumbatan
mikrofissure oleh hancuran bahan korosi
Salah satu bentuk perubahan dimensi yang sering terjadi adalah ekspansi. Ada
beberapa penyebab terjadinya ekspansi berlebih pada amalgam, yaitu rasio alloy / Hg
yang tinggi, partikel alloy yang besar, waktu tirturasi yang kurang / singkat, tekanan
kondensasi yang dilakukan tidak memadai, serta terkontaminasinya amalgam yang
mengandung seng oleh kelembaban selama proses tirturasi dan kondensasi.
Kontaminasi H2O pada amalgam yang mengandung Zn (sebelum mengeras) akan
menyebabkan reaksi elektrolitik.
Ekspansi terjadi setelah hari ke-4 atau ke-5 setelah penambalan, bila sebelum
hari itu pasien mengeluh sakit pada gigi yang ditambalnya bisa dipastikan bukan
akibat ekspansi. Pada saat ekspansi terjadi, tambalan akan menekan dinding kavitas
yang menjalar ke kamar pulpa sehingga menimbulkan rasa sakit pada pasien. Bila
dibiarkan, tambalan akan tampak menonjol keluar dari kavitas, yang akan
menyebabkan gigi sensitif setelah penumpatan.
1.8.3 Strength
Sangat dibutuhkan nilai strength yang tinggi bagi amalgam karena sering
dipakai untuk merestorasi gigi posterior Strength merupakan salah satu keraktersitik
penting yang harus dimiliki bahan tambal, termasuk amalgam. Bila bahan tambal
kurang kuat akan mudah sekali untuk patah terutama di daerah tepi dan mempercepat
terjadinya korosi, karies sekunder, serta kegagalan klinis yang lebih berat.
Tembaga merupakan salah satu unsur yang dapat memperkuat amalgam,
amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi akan lebih kuat dibandingkan
dengan yang kandungan tembaganya kecil.
1.8.4 Creep
Menurut ADAS No.1 untuk bahan amalgam dipersyaratkan mempunyai daya
alir dibawah 3%. Tingkatan daya alir menurut penelitian terbukti berhubungan dengan
kerusakan tepi amalgam, yaitu makin tinggi daya alir makin besar derajat kerusakan
tepi.
Meskipun demikian untuk amalgam berkandungan tembaga tinggi, daya alir
tidak bisa dijadikan patokan dalam menentukan perkiraan terjadinya kerusakan tepi
karena kebanyakan amalgam jenis ini memiliki daya alir dibawah 0.4% atau lebih
rendah. Sementara amalgam dengan kandungan tembaga rendah daya alirnya berkisar
antara 0.8-8%.
1.8.5 Brittleness
1.8.6 Hardness
McCabe, John F. & Angus W.G. Walls. 2008. Applied Dental Materials. 9th edition. Oxford
UK:
Blackwell Publishing Ltd.
O’Brian, William J. 2008. Dental Materials and Their Selection. 5th edition. Chicago:
Quintessence Publishing.
Craig, R. G., & Powers, J. M. (Eds.). (2002). Restorative Dental Material (7th ed.). Missouri:
Mosby.
Anusavice, Keneth J. 2004. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC.