Anda di halaman 1dari 5

ASKEP KERACUNAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keracunan dapat terjadi karena banyak hal, salah satunya disebabkan oleh bahan kimia. Banyak
bahan kimia yang dilarang, ditambahkan ke dalam makanan akan menyebabkan keracunan
(Yuliarti, 2007). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.1168 tahun 1999 tentang perubahan
atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 722 tahun 1988, ada beberapa bahan tambahan yang
dilarang digunakan dalam makanan antara lain Asam borat, formalin, dietilpirokarbonat, kalium
klorat (Menteri Kesehatan, 1999). Hasil uji Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM)
pada tahun 2005 terhadap makanan jajanan anak yang dijual di sekolah dasar di 18 propinsi,
menunjukkan adanya kandungan bahan kimia yang berbahaya di dalam sejumlah jajanan anak
yaitu: boraks, formalin dalam jajanan berupa kue, gorengan, bakso, kerupuk, tahu dan mi
(Rachmawati, 2006). Formalin juga ditemukan dalam ikan asin dan ebi (Pane, 2008).
Tujuan penambahan formalin pada makanan adalah sebagai pengawet sekaligus sebagai
pengenyal pada mi basah dan bakso. Penyalahgunaan formalin pada makanan ini selain
disebabkan harganya yang sangat murah dan mudah didapatkan, juga disebabkan karena
minimnya pengetahuan produsen tentang bahaya penggunaan formalin pada makanan.
Keracunan formalin dapat menyebabkan ganggua n pada pencernaan, iritasi lambung, alergi dan
formalin juga bersifat karsinogenik (Yuliarti, 2007). Menurut International Programme on
Chemical Safety (IPCS) formalin yang boleh masuk ke dalam tubuh dalam bentuk makanan
untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari (Anonima, 2006). Bila terhirup akan
segera diabsorpsi ke paru - paru dan menyebabkan paparan akut berupa pusing kepala, rhinitis ,
rasa terbakar dan lakrimasi (Widyaningsih & Murtini, 2006). Keracunan formalin dapat terjadi
melalui makanan, salah satunya adalah bakso sebagai jajanan anak- anak sekolah dasar.
Ketertarikan anak - anak sekolah dasar membeli bakso dikarenakan harganya yang murah dan
rasanya yang enak, sehingga anak -anak sekolah dasar menyukai makanan ini.

1.2. Tujuan
- Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan gawat darurat.
- Untuk mengetahui pengertian, macam-macam, tanda dan gejala keracunan.
- Untuk mengetahui penaganan gawat darurat pada kasus keracunan.

BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi, menempel pada kulit atau dihasilkan di
dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya
reaksi kimia.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang
menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan melalui inhalasi dan
menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya
kesehatan. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen kedaruratan dating karena masalah
toksik.

2.2. Macam-macam Keracunan


1. Mencerna (menelan) racun
Tindakan yang dilakukan adalah menghilangkan atau menginaktifkan racun sebelum diabsorbsi,
untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara system organ vital, menggunakan
antidote spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk mempercepat
eliminasi racun terabsorbsi.
Penatalaksanaan umum :
a. Dapatkan control jalan panas, ventilasi, dan oksigensi. Pada keadaan tidak ada kerusakan
serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada keberhasilan penatalaksanaan pernapasan
dan sisitem sirkulasi.
b. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu tertelan, gejala,
usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
c. Tangani syok yang tepat.
d. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
e. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk menurunkan efek
toksin.
f. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu system saraf pusat atau
pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak adekuat.
g. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat yang ditela, yaitu:
 Diuresis untuk agens yang dikeluarkan lewat jalur ginjal.
 Dialisis
 Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal dan cartridge
containing an adsorbent [karbon atau resin], dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan ke
pasien.
h. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
i. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
j. Menurunkan peningkatan suhu.
k. Berikan analgesic yang sesuai untuk nyeri.
l. Bantu mendapatkan specimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
m. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
n. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejang.
o. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukan tanda dan gejala masalah
potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.
 Minta konsultasi dokter jiwa jika kondisi tersebut karena usaha bunuh diri
 Pada kasus keracunan pencernaan yang tidak disengaja berikan pencegahan racun dan
instruksi pembersihan racun rumah pada pasien atau keluarga.

2. Keracunan melalui inhalasi


Penatalaksanaan umum :
a. Bawa pasien ke udara segar dengan segera; buka semua pintu dan jendela.
b. Longgarkan semua pakaian ketat.
c. Mulai resusitasi kardiopulmonal jika diperlikan.
d. Cegah menggigil; bungkus pasien dengan selimut.
e. Pertahankan pesien setenang mungkin.
f. Jangan berikan alcohol dalam bentuk apapun.

3. Keracunan makanan
Keracunan makanan adalah penyakit yang tiba-tiba dan mengejutkan yang dapat terjadi setelah
menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan:
1. Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya atau diberi susu
yang telah dicampur dengan telur mentah.
2. Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3 kali berturut-
turut dalam setia jamnya.
3. Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan garam dapat menjadi
alternative jika norit tidak tersedia.
4. Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan cara
memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari kepala untuk
memudahkan kontraksi.
5. Apabila penderita dalam keadaan p[ingsan, bawa egera ke rumah sakit atau dokter terdekat
untuk mendapatkan perawatan intensif.

4. Gigitan ular
Bisa (racun) ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik yang luas atau
bervariasi. Sisitem multiorgan, terutama neurologic, kardiovaskuler, sisitem pernapasan mungkin
terpengaruh.
Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi mengistirahatkan korban, melepaskan
benda yang mengikat seperti cincin, memberikan kehangatan, membersihkan luka, menutup luka
dengan balutan steril, dan imobilisasi bagian tubuh dibawah tinggi jantung. Es atau torniket tidak
digunakan. Evaluasi awal di departemen kedaruratn dilakukan dengan cepat meliputi :
• Menentukan apakah ular berbisa atau tidak.
• Menentukan dimana dan kapan gigitan terjadi sekitar gigitan.
• Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala (bekas gigi, nyeri, edema, dan eritema jaringan
yang digigit dan didekatnya).
• Menentukan keparahan dampak keracunan.
• Memantau tanda vital.
• Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau area pada beberapa titik.
• Dapatkan data laboratorium yang tepat (mis. HDL, urinalisi, dan pemeriksaan pembekuan).

5. Sengatan serangga
Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise, ansietas, sampai edema laring,
bronkhospasme berat, syok dan kematian. Umumnya waktu yang lebih pendek diantara sengatan
dan kejadian dari gejala yang berat merupakan prognosis yang paling buruk.
Penatalaksanaan umum:
 Berikan epineprin (cair) secara langsung. Masase daerah tersebut untuk mempercepat
absorbsi.
 Jika sengatan pada ekstermitas, berikan tornikuet dengan tekanan yang tepat untuk
membendung aliran vena dan limfatik.
 Instruksikan pasien untuk hal-hal berikut:
- Injeksi segera dengan epineprin
- Buang penyengat dengan garukan cepat kuku jari
- Bersihkan area dengan sabun air dan tempelkan es
- Pasang tornikuet proksimal terhadap sengatan
- Laporkan pada fasilitas perawatan kesehatan terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut.

2.3. Gambaran Klinik


Yang paling menonjol adalah kelainan visus, hiperaktifitas kelenjar ludah, keringat dan
gangguan saluran pencernaan, serta kesukaran bernafas.
Gejala ringan meliputi : Anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah, rasa takut, tremor pada lidah,
kelopak mata, pupil miosis.
Keracunan sedang : nausea, muntah-muntah, kejang atau kram perut, bradikardi.
Keracunan berat : diare, reaksi cahaya negatif, sesak nafas, sianosis, edema paru, inkontenesia
urine dan feces, koma

2.4. Penatalaksanaan
1. Resusitasi.
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan nadi.Infus dextrose 5 %
kec. 15- 20 tts/menit .,nafas buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-
obatan depresan saluran nafas,kalu perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari
pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni lewat mlut
penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat
bag – valve – mask.

2. Eliminasi.
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan
pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak berhasil. Katarsis,
( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan
besar. Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau
pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan
dalam 4 jam setelah keracunan.
Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang
dari 4 – 6 jam . pada koma derajat sedang hingga berat tindakan kumbah lambung sebaiknya
dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi
pnemonia.

3. Anti dotum (penawar racun)

Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada tempat
penumpukan.
a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk gejala-gejala
atropinisasi ( muka merah,mulut kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya setiap 2 – 4 –6 – 8 dan
12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian yang mendadak dapat
menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering
fatal.

2.5. Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian.
Pengkajian difokusakan padfa masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi yang
mengancam jiwa,adanya gangguan asam basa,keadaan status jantung,status kesadran.
Riwayat kesadaran : riwayat keracunan,bahan racun yang digunakan,berapa lama diketahui
setelah keracunan,ada masalah lain sebagi pencetus keracunan dan sindroma toksis yang
ditimbulkan dan kapan terjadinya.

b. Intervensi.
• Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi : tindakan umum yang bertujuan untuk
keselamatan hidup,mencegah penyerapan dan penawar racun ( antidotum ) yan meliputi
resusitasi, : Air way, breathing, circulasi eliminasi untuk menghambat absorsi melalui
pencernaaan dengan cara kumbah lambung,emesis, ata katarsis dan kerammas rambut.
• Berikan anti dotum sesuai advis dokter minimal 2 x 24 jam yaitu pemberian SA.
• Perawatan suportif; meliputi mempertahankan agar pasien tidak samapi demamatau
mengigil,monitor perubahan-perubahan fisik seperti perubahan nadi yang cepat,distress
pernafasan, sianosis, diaphoresis, dan tanda-tanda lain kolaps pembuluh darah dan kemungkinan
fatal atau kematian.Monitir vital sign setiap 15 menit untuk bebrapa jam dan laporkan perubahan
segera kepada dokter.Catat tanda-tanda seperti muntah, mual, dan nyeri abdomen serta monotor
semua muntah akan adanya darah. Observasi fese dan urine serta pertahankan cairan intravenous
sesuai pesanan dokter.
• Jika pernafasan depresi, berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator mungkin bisa
diperlukan.
• Jika keracunan sebagai uasaha untuk mebunuh diri maka lakukan safety precautions .
Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis. Pertimbangkan juga masalah kelainan
kepribadian, reaksi depresi, psikosis neurosis, mental retardasi dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
a. Pengertian
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang
menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan melalui inhalasi dan
menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya
kesehatan. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen kedaruratan dating karena masalah
toksik.
b. Gambaran Klinik
Yang paling menonjol adalah kelainan visus, hiperaktifitas kelenjar ludah, keringat dan
gangguan saluran pencernaan, serta kesukaran bernafas.
Gejala ringan meliputi : Anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah, rasa takut, tremor pada lidah,
kelopak mata, pupil miosis
Keracunan sedang : nausea, muntah-muntah, kejang atau kram perut, bradikardi.
Keracunan berat : diare, reaksi cahaya negatif, sesak nafas, sianosis, edema paru, inkontenesia
urine dan feces, koma.
c. Intervensi
• Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi : tindakan umum yang bertujuan untuk
keselamatan hidup,mencegah penyerapan dan penawar racun (antidotum) yang meliputi
resusitasi : Air way, breathing, circulasi eliminasi untuk menghambat absorsi melalui
pencernaaan dengan cara kumbah lambung, emesis, ata katarsis dan kerammas rambut.

3.2. Saran
Harapan pembuatan makalah ini bisa dijadikan bahan pembelajaran selanjutnya dan bisa
bermanfaat bagi pembuat dan pembaca.

Anda mungkin juga menyukai