Disusun oleh :
Retno Raras
294021
PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH KLATEN
2014 / 2015
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
Disusun oleh :
Ebta Yunianti
294009
PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH KLATEN
2014 / 2015
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
Disusun oleh :
Dwi Risnawati
294008
PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH KLATEN
2014 / 2015
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
Disusun oleh :
Uswah Mufidah T
294033
PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH KLATEN
2014 / 2015
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
Disusun oleh :
Andri Saiful Sujatmiko
294036
PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH KLATEN
2014 / 2015
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
Disusun oleh :
Dwi Purwanti
294046
PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH KLATEN
2014 / 2015
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
Disusun oleh :
Siti Nur Haryati
294066
PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH KLATEN
2014 / 2015
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
Disusun oleh :
Isti Dwi H
294054
PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH KLATEN
2014
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
1. Pengertian
Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal
terjadi pada keadaan kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya
kemampuan menilai realitas (Depkes. RI. 2000)
Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman
persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat, 2006).
Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya
padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2005).
Halusinasi
merupakan
gangguan
persepsi
dimana
klien
respon
maladatif
- Pikiran logis
- Persepsi akurat
- Emosi konsisten dgn
pengalaman
- Perilaku sesuai
- Hubungan postifi
- Pikiran kadang-kadang
menyimpang
- Ilusi
- Reaksi emosional
- Perilaku ganjil
- Menarik diri
- Gangguan pikiran/waham
- Halusinasi
- Kesulitan untuk memproses
emosi
- Isolasi sosial
- Perilaku tidak teroganisir
( Keliat, 2006)
4. Faktor Predisposisi
a. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak dan susunan saraf pusat dapat
menimbulkan abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurologik
yang maladaptif yang baru mulai dipahami termaksuk hal-hal berikut:
1) Penelitian penalaran sudah mulai menunjukan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia pada area temporal dan
limbik paling berhubungan dengan perilaku psikososial.
2) Beberapa kimia otak dikaitakan dengan skizofrenia.
b. Psikologis
Pengelihatan
Data Objektif
Bicara / tertawa sendiri
Marah-marah
tanpa
sebab
Mendekatkan
kearah tertentu
Menutup telinga
Penciuman
Menunjuk
Data Subyektif
Mendengarkan
suara/kegaduhan
Mendengarkan suara yang
mengajak bercakap-cakap
Mendengarkan
suara
telinga
ke
menyuruh
melakukan
sesuatu berbahaya
arah Melihat
bayangan,
sinar,
tertentu
bentuk
geometris,
kartun,
Ketakutan pada sesuatu
meliat hantu / monster
yang tidak jelas
Mengendus-endus
Membaui bau-bauan seperti
bau-bauan tertentu
Menutup hidung
Pengecapan
Sering meludah
Muntah
Perabaan
Menggaruk-garuk
permukaan kulit
-
di permukaan kulit
Merasa seperti tersengat
listrik
(Keliat, 2006)
7. Psikodinamika
a. Etiologi
Gangguan otak karena kerusakan otak, keracunan, obat halusiogenik,
gangguan jiwa seperti emosi tertentu, yang dapat mengakibatkan ilusi
pskiosis yang dapat menimbulkan halusinasi dan pengaruh lingkungan
sosio-budaya. Sosio-budaya yang berbeda menimbulkan persepsi yang
berbeda pula.
b. Proses terjadinya halusinasi
Individu yang mengalami halusinasi sering kali bersumber atau
penyebab halusinasi berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan
primer dari halusinasi adalah perubahan perlindungan diri secara
psikologis terhadap kejadian traumatik. Sehubungan rasa bersalah, rasa
sepi, marah, takut ditinggalkan orang tua yang dicintai tidak biasa
mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaan.
Pengalaman traumatik tersebut menimbulkan respon sosial
membatasi diri ari linkungan luar. Individu cenderung menghindar dari
interaksi agar dirinya terhindar dari stresor-stresor tang mengancam.
Pada akhirnya individu merasa sangat nyaman dengan kondisi
menyendiri sehingga dapa mengganggu metabolisme neurokimia seperti
bufotamin dan dimetil transferase ( DM). Hal ini yang merangsang
c.
timbulnya halusinasi.
Tahap terjadinya halusinasi
1) Fase I Conforting ( ansietas sedang, Halusinasi menyenangkan )
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa
bersalah, dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
ada
Memberi aktifitas klien
Melibatkan keluarga dan petugas dalam proses keperawatan
Keperawataan
Gangguan persepsi Setelah dilakuka tindakan
sensori : halusinasi
Intervensi
( SP )
SP I :
1. Identifikasi halusinasi : isi,
frekuensi, waktu terjadi situasi
pencetus, perasaan dan respon.
2. Jelaskan cra mengontrol
halusinasi : hardik, obat,
bercakap-cakap, melakukan
kegiatan.
3. Latih cara mengontrol halusinasi
dengan menghardik
4. Masukkan pada jaduwal
kegiatan untuk latihan
menghardik.
Sp II :
1. Evaluasi kegiatan menghardik.
melakukan kegiatan
3. Berlatih cara menghardik
4. Berlatih cara minum obat
yang benar
5. Berlatih cara bercakapcakap saat halusinasi tiba.
Berikan pujian
2. Latih cara mengontrol halusinasi
dengan obat ( 6 benar : jenis,
guna, dosis, cara, kontinuitas
minum obat )
3. Masukkan pada jadwal kegiatan