Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PELABUHAN MAKASSAR

Sejak abad ke-16, Makassar merupakan pusat perdagangan yang dominan di


Indonesia Timur dan kemudian menjadi salah satu kota terbesar diAsia Tenggara. Raja-raja
Makassar menerapkan kebijakan perdagangan bebas yang ketat, di mana seluruh pengunjung
ke Makassar berhak melakukan perniagaan disana dan menolak upaya VOC (Belanda) untuk
memperoleh hak monopoli di kota tersebut.
Selain itu, sikap yang toleran terhadap agama berarti bahwa meskipun Islam semakin
menjadi agama yang utama di wilayah tersebut, pemeluk agama Kristen dan kepercayaan
lainnya masih tetap dapat berdagang di Makassar. Hal ini menyebabkan Makassar menjadi
pusat yang penting bagi orang-orang Melayu yang bekerja dalam perdagangan di kepulauan
Maluku dan juga menjadi markas yang penting bagi pedagang-pedagang
dari Eropa dan Arab.Semua keistimewaan ini tidak terlepas dari kebijaksanaan Raja Gowa-
Tallo yang memerintah saat itu (Sultan Alauddin, Raja Gowa dan Sultan Awalul Islam, Raja
Tallo).
Kontrol penguasa Makassar semakin menurun seiring semakin kuatnya pengaruh
Belanda di wilayah tersebut dan menguatnya politik monopoli perdagangan rempah-
rempah yang diterapkan Belanda melalui VOC. Pada tahun 1669, Belanda, bersama dengan
La Tenri Tatta Arung Palakka dan beberapa kerajaan sekutu Belanda Melakukan
penyerangan terhadap kerajaan Islam Gowa-Tallo yang mereka anggap sebagai Batu
Penghalang terbesar untuk menguasai rempah-rempah di Indonesia timur. Setelah berperang
habis-habisan mempertahankan kerajaan melawan beberapa koalisi kerajaan yang dipimpin
oleh belanda, akhirnya Gowa-Tallo (Makassar)terdesak dan dengan terpaksa menanda
tangani perjanjian Bongaya. Makassar juga disebutkan dalam kitab Nagara Kertagama yang
di tulis oleh Mpu Prapanca pada abad ke-14.

Pelabuhan Makassar terletak di wilayah pesisiran Vlaardengen, yang terlindung oleh


gugusan pulau yang disebut Kepulauan Spermonde, sehingga sangat aman dan baik bagi
kapal−kapal yang mengunjunginya. Kota dan bandar Makassar awalnya berada dimuara
sungai Tallo dengan dibukanya sebuah pelabuhan niaga kecil diwilayah itu pada abad ke-15.
Awalnya bandar Tallo itu berada dibawah kerajaan Siang di Pangkejene, tetapi pada
pertengahan abad ke-16, Tallo bersatu dengan sebuah kerajaan kecil lokal lainnya (Gowa)
dan dimulai melepaskan diri dari penguasa Siang, bahkan menyerang dan menaklukkan
wilayah-wilayah kecil sekelilingnya (dari sumber portugis). Akibat semakin intensifnya
kegiatan pertanian di hulu sungai Tallo, mengakibatkan pendangkalan sungai Tallo, sehingga
bandarnya dipindahkan ke muara sungai Jeneberang. Disinilah terjadi pembangunan
kekuasaan kawasan istana oleh para ningrat Gowa-Tallo yang kemudian membangun
pertahanan benteng Somba Opu, yang untuk selanjutnya seratus tahun kemudian menjadi
wilayah inti Kota Makassar. Pada abad 15-16 Makassar dijadikan sebagai daerah transit bagi
saudagar-sudagar dari berbagai daerah, karena kota Makassar merupakan daerah penghasil
beras terbesar. Beras-beras ini akan ditukar dengan rempah-rempah di Maluku maupun
barang-barang manufaktur yang berasal dari Timur Tengah, India dan Cina di Nusantara
barat.
Perdagangan di Makassar periode 1800 sampai 1906, ditandai dengan melemahnya
monopoli dan berkembangnya perdagangan bebas. Ketika pemerintah Hindia Belanda
menggantikan posisi VOC, diberlakukan kembali perdagangan bebas. Situasi ini
menyebabkan Pelabuhan Makassar kembali menjadi bandar internasional dan pelabuhan
transito (singgah) terpenting di bagian timur. Perubahan tersebut disebabkan hadirnya Inggris
di Asia Tenggara, yang mengakhiri hegemoni Portugis dan menjadi pesaing berat Belanda
dalam perniagaan dengan Cina.
Pada awalnya Belanda tetap menerapkan peraturan pelayaran dan perniagaan yang
ketat dan pajak ekspor yang tinggi, maka para pedagang asing akhirnya malas berurusan
dengan Pelabuhan Makassar dan lebih memilih berurusan dengan Singapura. Kenyataan pahit
itu memaksa pemerintah Hindia Belanda benar-benar menetapkan Makassar sebagai
pelabuhan bebas pada 1847.
Kebijakan pelabuhan bebas itu membuat Makassar mengalami masa kejayaannya kembali di
paruh kedua abad ke-19. Kapal niaga asing dan bumiputera memenuhi Bandar Makassar,
bahkan pada 1847 hingga 1873 posisinya sebagai pelabuhan internasional mengalahkan
Singapura. Selama 25 tahun, volume perdagangan Makassar terus meningkat. Perkembangan
ini juga membuat peningkatan perniagaan dan tumbuhnya perwakilan serta kantor dagang di
pelabuhan itu. Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar Di Makassar, Soekarno-Hatta menjadi nama
pelabuhan, khususnya pelabuhan untuk kapal penumpang dan terminal penumpang. Pelabuhan ini
dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia IV (Pelindo IV)
Di area pelabuhan penumpang ini terdapat Masjid Babussalam. Mesjid ini diresmikan Presiden
Megawati, berbarengan dengan peresmian Terminal Petikemas Makassar, pada 21 Juli 2001.
Sementara di kawasan ujung utara pelabuhan, atau ujung jalan Nusantara, terdapat awal Jalan Tol
Reformasi (tol lingkar Makassar) yang menghubungkan kawasan pelabuhan dengan pusat kota. Jalan
tol yang hanya sepanjang 3,1 km ini dikelola oleh PT Nusantara Infrastructure Tbk. Perusahaan milik
Bosowa Group ini juga jadi pengelola jalan tol Bintaro-Bumi Serpong Damai (Jakarta/Tangerang)
FASILITAS PELABUHAN

A. PANGKALAN SOKARNO
DERMAGA I
Nama : Dermaga 100 Pangkalan Soekarno
Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum
Panjang : 100 M'
Lebar : 11 M'
Kedalaman : 12 M
Konstruksi : Caison & lantai beton
Kapasitas : 1.100 T/M2
Tahun Pembuatan : 1917
Pemilik :PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero)

DERMAGA II
Nama : Dermaga 101 Pangkalan Soekarno
Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum
Panjang : 330 M'
Lebar : 11 M'
Kedalaman : 12 M
Konstruksi : Caison & lantai beton
Kapasitas : 3.630 T/M2
Tahun Pembuatan : 1917
Pemilik : PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero)

DERMAGA III
Nama : Dermaga 102 Pangkalan Soekarno
Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum
Panjang : 230 M'
Lebar : 11 M'
Kedalaman : 12 M
Konstruksi : Caison & lantai beton
Kapasitas : 2.530 T/M2
Tahun Pembuatan : 1917
Pemilik : PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero)
DERMAGA IV
Nama : Dermaga 103 Pangkalan Soekarno
Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum
Panjang : 290 M'
Lebar : 11 M'
Kedalaman : 12 M
Konstruksi : Caison & lantai beton
Kapasitas : 3.190 T/M2
Tahun Pembuatan : 1917
Pemilik : Pelindo IV

DERMAGA V
Nama : Dermaga 104 Pangakalan Soekarno
Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum
Panjang : 180 M'
Lebar : 11 M'
Kedalaman : 12 M
Konstruksi : Caison & lantai beton
Kapasitas : 1.980 M²
Tahun Pembuatan : 1917
Pemilik : Pelindo IV

DERMAGA VI
Nama : Dermaga 105 Pangakalan Soekarno
Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum
Panjang : 180 M'
Lebar : 11 M'
Kedalaman : 12 M
Konstruksi : Caison & lantai beton
Kapasitas : 1.980 M²
Tahun Pembuatan : 1917
Pemilik : Pelindo IV

B PANGKALAN HATTA
DERMAGA V
Nama : Dermaga Container
Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum
Panjang : 850 M'
Lebar : 30 M'
Kedalaman : 12 M
Konstruksi : Caison & lantai beton
Kapasitas : 25.500 M²
Tahun Pembuatan : 1997
Pemilik : Pelindo IV

DERMAGA VI
Nama : Pangkalan Hasanuddin
Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum
Panjang : 210 M'
Lebar : 15 M'
Kedalaman : 12 M
Konstruksi : PC Block
Kapasitas : 3.150 M²
Tahun Pembuatan : 1997
Pemilik : Pelindo IV

C KAWASANA PAOTERE
DERMAGA I
Nama : Dermaga Paotere
Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum (Kapal Rakyat/kayu)
Panjang : 100 M'
Lebar : 10 M'
Kedalaman : 12 M
Konstruksi : Tiang Pancang, beton & lantai beton
Kapasitas : 1.000 M²
Tahun Pembuatan : 1980
Pemilik : Pelindo IV

DERMAGA II
Nama : Dermaga Paotere
Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum (Kapal Rakyat/kayu)
Panjang : 52,36 M'
Lebar : 10 M'
Kedalaman : 12 M
Konstruksi : Tiang Pancang, beton & lantai beton
Kapasitas : 523,60 M²
Tahun Pembuatan : 1981
Pemilik : Pelindo IV

DERMAGA III
Nama : Dermaga Paotere
Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum(Kapal Rakyat/kayu)
Panjang : 52 M'
Lebar : 10 M'
Kedalaman : 12 M
Konstruksi : Tiang Pancang, beton & lantai beton
Kapasitas : 520 M²
Tahun Pembuatan : 1986
Pemilik : Pelindo IV

DERMAGA IV
Nama : Dermaga Paotere
Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum(KapalRakyat/kayu)
Panjang : 52 M'
Lebar : 10 M'
Kedalaman : 12 M
Konstruksi : Tiang Pancang, beton & lantai beton
Kapasitas : 520 M²
Tahun Pembuatan : 1989
Pemilik : Pelindo IV

DERMAGA V
Nama : Dermaga Paotere
Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum (Kapal Rakyat/kayu)
Panjang : 33,5 M'
Lebar : 10 M'
Kedalaman : 12 M
Konstruksi : Tiang Pancang, beton & lantai beton
Kapasitas : 335 M²
Tahun Pembuatan : 1989
Pemilik : Pelindo IV

DERMAGA VI
Nama : Dermaga Paotere
Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum (Kapal Rakyat/kayu)
Panjang : 33,5 M'
Lebar : 10 M'
Kedalaman : 12 M
Konstruksi : Tiang Pancang, beton & lantai beton
Kapasitas : 335 M²
Tahun Pembuatan : 1989
Pemilik : Pelindo IV

DERMAGA VII
Nama : Dermaga Paotere
Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum (Kapal Rakyat/kayu)
Panjang : 33,33 M'
Lebar : 10 M'
Kedalaman : 12 M
Konstruksi : Tiang Pancang, beton & lantai beton
Kapasitas : 333,33 M²
Tahun Pembuatan : 1989
Pemilik : Pelindo IV

DERMAGA VIII
Nama : Dermaga Paotere
Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum (Kapal Rakyat/kayu)
Panjang : 33,33 M'
Lebar : 10 M'
Kedalaman : 12 M
Konstruksi : Tiang Pancang, beton & lantai beton
Kapasitas : 333,33 M²
Tahun Pembuatan : 1989
Pemilik : Pelindo IV

DERMAGA IX
Nama : Dermaga Paotere
Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum (Kapal Rakyat/kayu)
Panjang : 52,36 M'
Lebar : 10 M'
Kedalaman : 12 M
Konstruksi : Tiang Pancang, beton & lantai beton
Kapasitas : 523,60 M²
Tahun Pembuatan : 1991
Pemilik : Pelindo IV

DERMAGA X
Nama : Dermaga Paotere
Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum (Kapal Rakyat/kayu)
Panjang : 33,5 M'
Lebar : 10 M'
Kedalaman : 12 M
Konstruksi : Tiang Pancang, beton & lantai beton
Kapasitas : 335 M²
Tahun Pembuatan : 1991
Pemilik : Pelindo IV

DERMAGA XI
Nama : Dermaga Paotere
Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum (Kapal Rakyat/kayu)
Panjang : 50 M'
Lebar : 10 M'
Kedalaman : 12 M
Konstruksi : Tiang Pancang, beton & lantai beton
Kapasitas : 500 M²
Tahun Pembuatan : 1995
Pemilik : Pelindo IV

PINGGIRAN/TALUD
Panjang : 1.581 M'
Pembuatan tahun : 1921

ALUR PELAYARAN
Panjang : 2,5 mil
Lebar : 150 Meter
Kedalaman : 10 M
Pasang tertinggi : 1,8 M LWS
Pasang terendah : 0,9 M LWS

KOLAM PELABUHAN
Luas : 315,20 Ha
Kedalaman : 9,7 M
Pasang tertinggi : 1,8 M LWS
Pasang terendah : 0,9 M LWS

GUDANG 101
Luas : 3.800 M2
Kapasitas : 2.280 T/M2
Tahun Pembuatan : 1990
Pemilik : Pelindo
Konstruksi : Lantai Beton, ddg Tembok,
rangka baja & Atap Aluminium

GUDANG 102
Luas : 3.800 M2
Kapasitas : 2.280 T/M2
Tahun Pembuatan : 1989
Pemilik : Pelindo
Konstruksi : Lantai Beton, ddg Tembok,
rangka baja & Atap Aluminium

GUDANG 103
Luas : 4.000 M2
Kapasitas : 2.400 T/M2
Tahun Pembuatan : 1985
Pemilik : Pelindo
Konstruksi : Lantai Beton, ddg Tembok,
rangka baja & Atap Aluminium

GUDANG 104
Luas : 3.800 M2
Kapasitas : 2.280 T/M2
Tahun Pembuatan : 1991
Pemilik : Pelindo
Konstruksi : Lantai Beton, ddg Tembok,
rangka baja & Atap Aluminium

GUDANG 105
Luas : 3.800 M2
Kapasitas : 2.280 T/M2
Tahun Pembuatan : 1992
Pemilik : Pelindo
Konstruksi : Lantai Beton, ddg Tembok,
rangka baja & Atap Aluminium

GUDANG CFS
Luas : 4.000 M2
Kapasitas : 2.400 T/M2
Tahun Pembuatan : 1994
Pemilik : Pelindo
Konstruksi : Lantai Beton, ddg Tembok,
rangka baja & Atap Aluminium

GUDANG API
Luas : 600 M2
Kapasitas : 360 T/M2
Tahun Pembuatan : 1980
Pemilik : Pelindo
Konstruksi : Lantai Beton, ddg Tembok,
rangka baja & Atap Aluminium

Anda mungkin juga menyukai