Anda di halaman 1dari 22

ARTIKEL ILMIAH

STRATA 1 (S1)

VISUALISASI ATMA PRASANGSA

DALAM KARYA SENI LUKIS

Oleh :

I Wayan Agustina

2008 04 013

Minat Seni Lukis

Program Studi Seni Rupa Murni

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

2013
VISUALISASI ATMA PRASANGSA DALAM KARYA SENI LUKIS

Oleh: I Wayan Agustina

ABSTRAK

Berawal dari pengalaman melihat dan mengamati seni lukisan tradisi tentang Atma Prasangsa
yang jika direnungkan secara mendalam semua bentuknya sangat unik dan memiliki pesan dan
nilai-nilai moral yang tinggi. Bentuk yang ditampilkan memperkaya imajinasi tentang fenomena-
fenomena kekinian dalam masyarakat seperti perselingkuhan, korupsi ,keserakahan , penipuan,
seks bebas, aborsi dan fenomena-fenomena lainya yang terjadi di masyarakat karena pengaruh
modernisasi. Bersumber dari itu pencipta mengangkat cerita Atma Prasangsa yang terdapat dalam
ajaran Agama Hindu ke dalam karya seni lukis yang bertemakan “Visualisasi Atma Prasangsa
Dalam Karya Seni Lukis “.Adapun tujuan penciptaan karya seni lukis ini yaitu ingin menyadarkan
penikmat seni akan keberadaan nialai-nilai yang terkandung dalam cerita Atma Prasangsa karena
di dalam cerita Atma Prasangsa kaya akan nilai-nilai moral dan pesan yang merupakan suatu
visualisasi daripada ajaran Agama Hindu yang dapat di jadikan suatu pedoman dalam bertingkah
laku dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini yaitu dapat
menambah wawasan pengamat atau seniman bahwa hal-hal yang terdapat dalam ajaran Agama
Hindu maupun cerita-cerita tradisional yang memiliki pesan dan nilai-nilai moral dapat
memberikan imajinasi dalam meningkatkan kreatifitas dalam berkesenian khususnya dalam seni
lukis.
Untuk membantu dalam proses penciptaan, digunakan tinjauan sumber yang berasal dari
buku-buku literatur dan seniman-seniman lain. Proses penciptaan karya seni lukis ini, diawali
dengan tahap eksplorasi yang dilakukan melalui pengamatan langsung, dokumentasi dan
kepustakaan. Tahap berikutnya merupakan eksperimen dan pembentukan. Dengan menyusun
elemen seni rupa, dan melalui tahap penjajakan, eksperimen, dan tahap pembentukan, serta
dipadukan dengan ide gagasan sehingga tercipta 12 karya yang bergaya surealis.

Dengan terciptanya karya ini diharapkan mampu menyampaikan pesan atau nilai-nilai
moral yang terdapat dalam cerita Atma Prasangsa sehingga mampu di pahami dan di jadikan suatu
pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

Kata Kunci: Seni, Atma Prasangsa , Marcapada dan Fenomena kekinian

1
VISUALITATION OF ATMA PRASANGSA IN ART CREATION OF PAINTING
By : I Wayan Agustina

ABSTRACT

Begin from experience when seeing and observing painting art about Atma Prasangsa that
deeply mused it has a unique form and has a high morall value. The form that showed enriching
the imagination about the present day phenomena of the people such as, dishonesty, coruption,
dissimulation, free sex, aboration and the other phenomenas that happen in the society wich caused
by the affect from modernitation. According by that the creator take Atma Prasangsa story that
included in the itinduism and put it in the art of painting wich as s theme “ The Visualitation of
Atma Prasangsa in Creation of Painting “. The purpose of the creator is to revive the people who
like art there is a value inculed in the Atma Prasangsa story. Because there many of morral values
in the Atma Prasangsa story as the visualitation from hiduism that can united as a catalog for the
daily activity. The benefit that excepted from this assessment is to increase the observer’s or
craftman’s or the traditional story that have many morall values can give an imagination in
increasing the creation in creating especially in the painting art.
For helping the creation process, used an observation from literature books and the other
craftmans. This painting art creation , begun with exploration step that made by direct observasing
,documentation and libraritation. The next step is experiment and establishment. With establishing
the painting elements and trough formating step, experiment and establishing step,then united with
concept idea so created 12 creation that have style surealis .

With created this creation excepted it can convey the morral messages that incluaed in
Atma Prasangsa story, so it can be known and become a catalog for the daily live.

Kye word : Art, Atma Prasangsa , Marcapada and present phenomenon

2
I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada hakekatnya seni lukis adalah pengekspresian ide-ide, emosi, dan pengalaman, yang
diwujudkan dengan menggunakan garis, warna, tekstur, ruang dan bentuk pada suatu bidang sehingga
terwujud image-image yang bernilai estetik dan artistik. Nilai-nilai estetik yang merupakan aplikasi,
pengalaman-pengalaman keindahan mendominasi dalam pembentukan ide-ide yang mengendap
dalam batin dan dengan dorongan internal menimbulkan stimulasi untuk diekspresikan ke dalam
karya seni lukis.
Hal tersebut sangat sesuai dengan ungkapan Tolstoy yang terkenal yang mengatakan bahwa karya
seni adalah suatu yang dapat membangkitkan perasaan yang merupakan pengalaman, dan
membangkitkannya adalah dengan gerakan garis, warna, suara, atau diungkapkan dengan kata-kata
untuk membangkitkan perasaan dalam pengalaman batin dengan perasaan yang sama dalam aktivitas
seni. (Herbert Read, 1972: 84)
Berkaitan dengan hal tersebut, pengalaman estetis yang menjadi sumber inspirasi dalam
penciptaan karya seni lukis yaitu pengamatan terhadap nilai-nilai tradisional yang menceritakan
tentang Atma Prasangsa. Di dalam ajaran Agama Hindhu terdapat tentang Atma Prasangsa, dimana
Atma Prasangsa menceritakan tentang perjalanan dan keadaan sang atma ketika lepas dari badan
jasmaninya dan mengalami penderitaan atau hukuman. Ada pula Atma yang berteduh di bawah pohon
ketaka, ada di bawah pohon rangre, ada di bawah pohon waduri yang berdaun hanya beberapa lembar
saja. Akibatnya tak luput dari terpaan panas yang sangat menyengat sehingga para atma sangat
gelisah. Ada pula Atma yang kurus kering sedang berteduh di bawah pohon waduri yang berdaun
hanya selembar, Di dalam cerita Atma Prasangsa, terdapat Atma yang berada di neraka mengalami
penderitaan dan menerima sangsi serta macam-macam siksaan akibat dari buah karma baik atau buruk
yang pernah dilakukan semasa hidupnya di marcapada. Kutipam dari buku” Srimad-
Bhagavatam”(skandal lima jilid 2)Atma yang berada di neraka mendapat penyiksaan pahit getirnya
siksaan dan kesengsaraan seperti, Atma perempuan yang di ikat di bawah pohon bunga banuri akibat
dari perbuatan semasa hidupnya menjadi seorang pekerja seks komersial. Ada pula Atma berada di
kawah Candra Gormuka akibat dari perbuatan semasa hidupnya tidak bisa mengendalikan
keserakahanya sehingga melakukan memalak, mencuri, dan korupsi, ketika mati Atmanya akan
berada di kawah yang sangat panas untuk menjalani penderitaan hasil buah karmanya. Itulah
penderitaan sang atman yang terdapat pada cerita Atma Prasangsa. sesuai dengan karma yang telah
di buatnya semasa hidup di marcapada. Secara umum, Atma merupakan percikan-percikan kecil dari
Atman yaitu Sang Hiyang Widhi yang berada di setiap mahkluk hidup. Atman di dalam badan
manusia di sebut: jiwatman, yaitu yang menghidupkan manusia. Demikian Atma menghidupkan
sarwa prani (mahluk) di alam semesta ini. Dimana Atma yang jatuh dari tingkat kasunyatan yang
abadi menempati badan wadah yaitu jasmani khususnya manusia adalah merupakan akibat dari ikatan
keinginan indriya. Ketika persatuan atma dengan badan jasmani menimbulkan awidya (kegelapan).
Jadi manusia lahir dalam keadaan awidya, yang menyebabkan ketidak sempurnaan. Atman itu tetap
sempurna, tetapi manusia itu tidak sempurna dan bisa mati serta setiap manusia tidak luput dari
hukum kematian. Tetapi walaupun manusianya mati namun atman itu tidak bisa mati. Hanya badan
yang mati dan hancur sedangkan atman kekal. Ketika badan berpisah dengan jiwanya pada waktu
manusia mati dan jiwatman (atma-buddhi-manas) yang tidak mati itu mengalami surga atau neraka,
sesuai dengan perbuatan baik atau buruknya (subha asubha karma). Tetapi jiwatman tidak menetap di
sana untuk selama-lamanya. Ia akan Punarbhawa atau lahir kembali mengambil wujud baru sesusai
dengan Karma Phala-nya. Terus berulang-ulang penjelmaan terus berlanjut sampai menunggal
kepada Sang Hyang Widhi.
Manusia yang lahir di Marcapada di pengaruhi oleh tri-guna.
Bagian-bagian Tri Guna itu ialah :
1. satwam : dalam keseluruhannya itu menguasai rajah dan tamah, menyebabkan orang
cendrung kepada dharma, kebaikan, menemui sifat-sifat kedewataan.
2. Rajas: rajah yang berkuasa menyebabkan orang cendrung kepada kenafsuan.
3. Tamas : tamah menguasai yang lainya menyebabkan watak cendrung kepada Adharma,
kebodohan, kejahatan.

3
Tujuan hidup di dunia selalu mengusahakan agar sattwa mengusai yang lainnya sebagai
dikatakan dalam Bhagawadgita XIV, 18:
Mereka yang menetap dalam sattwa selalu ke arah kebaikan dan menetap dalam rajah tetap
tinggal di tengah-tengah, sedangkan yang menetap dalam tamah akan terus menurun derajat jiwanya.
Tri Guna merupakan ajaran mendasar setiap laksana kita dalam berlaku susila.
Dasar-dasar ini perlu kita ketahui untuk dapat berlaksana yang baik dan menghilangkan segala
musuh yang ada di hati kita sendiri. Ada bermacam-macam musuh pada diri manusia. Ada yang
dinamai Sad-Ripu,Sad-Atatayi dan ada yang bernama Sapta-Timira.
Sad Ripu, enam keburukan yang mengakibatkan noda pada Atman.(Sad=enam; Ripu=musuh) yaitu:
1. Kama artinya hawanapsu
2. Loba artinya loba atau tamak
3. Kroda artinya kemarahan
4. Moha artinya kebingungan
5. Mada artinya kemabukan
6. Matsarya artinya iri hati
Sad-atatayi : ialah enam macam pembunuh kejam (Sad= enam,Atatayi = tiran atau pembunuh kejam)
yaitu :
1. Agnida :membakar milik orang lain
2. Atharwa :melakukan ilmu hitam (sihir)
3. Dratikrama :memperkosa
4. Rajapisuna :memfitnah (sampai mengakibatkan kematian orang)
5. Sastraghna :mengamuk
6. Wisada :meracun
Sapta-Timira ialah tujuh macam kegelapan atau kemabukan (Sapta= tujuh ; Timira= kegelapan) yaitu
:
1. Dhana : kekayaan
2. Guna :kepandaian
3. Kasuran :kemenangan
4. Kulina :keturunan, kebangsawanan
5. Sura :minuman keras
6. Surupa :rupa tampan (cantik)
7. Yowana :keremajaan
Noda yang menimpa atman akibat dari manusia tidak mampu menjauhkan diri dari bermacam-
macam musuh yang terdapat pada diri manusia (Sad Ripu ,Sad Atatayi dan SaptaTimira),
mengakibatkan atman tidak dapat mencapai kemurnian yang abadi, sehingga selalu terjadi
reinkarnasi. Reinkarnasi yang sesungguhnya mempunyai konotasi tidak baik (bagi kepercayaan
Agama Hindu), karena Sang Atman tidak dapat kembali ke asalnya, yaitu alam Kasunyatan yang
abadi, ia lahir kembali ke alam Samsara, alam yang penuh penderitaan. Menurut ajaran Agama
Hindu untuk memerangi musuh-musuh yang ada pada diri manusia telah di ajarkan yang
tersingkat ialah Tri kaya Parisudha.
Tri Kaya artinya tiga dasar prilaku manusia, Parisudha berarti yang harus disucikan. Jadi Tri
Kaya Parisudha ialah tiga dasar yang harus di sucikan yaitu:
1. Manacika : pikiran
2. Wacika : perkataan
3. Kayika : perbuatan
Dengan adanya pikiran yang baik maka akan timbul perkataan yang baik sehingga mewujudkan
perbuatan yang baik. Dengan demikian haruslah kita pupuk satunya pikiran, perkatan dan
perbuatan yang baik dan suci sebagai dasar prilaku kita menurut ajaran Agama Hindu. Ajaran
tersebut sangat penting diberikan kepada manusia dari kecil sampai dewasa agar sadar dan tidak
melakukan moral-moral yang tidak baik. Ajaran ini banyak pula memberikan pesan moral yang
baik terhadap manusia sehingga menjadi pegangan hidup umat Hindu di Bali dan merupakan
sumber pencipta dalam menciptakan karya seni lukis yang bertema tentang Atma Prasangsa dan
Pencipta terinspirasi dari lukisan Tradisi yang menggambarkan tentang Atma Prasangsa dengan
warna-warna yang kelasik dan memiliki bentuk yang bersifat primitif karena di buat pada zaman
dahulu serta memiliki pesan moral yang sangat tinggi. Bersumber dari itu pencipta

4
memvisualisasikan tentang Atma Prasangsa ke dalam seni lukis. Di sini pencipta melakukan
pengolahan bentuk, warna, komposisi, proporsi, ruang sehingga menghasilkan karya seni lukis
yang bergaya surealis simbolik, figuratif, dan surealistik agar dapat menjadi identitas pribadi.

B. Ide Penciptaan
Kutipan dari buku “Art As Image And Idea”dalam suatu penciptaan karya seni, ide
merupakan suatu hal dasar atau pokok yang menjadi pijakan dalam proses penciptaan karya seni. Ide
merupakan suatu gagasan dasar, rancangan yang tersusun di pikiran yang menjadi awal dari suatu
proses kreatif. Maka ide penciptaan adalah hasil pemikiran atau penglihatan terhadap sesuatu, hal ini
di dapat dari pengalaman-pengalaman pribadi pencipta dalam pengamatan terhadap Lukisan Tradisi
yang menceritakan tentang penyiksaan para Atma di dalam cerita Atma Prasangsa.
Dari pengalaman estetis dan pengamatan, pencipta merasa tertarik untuk mengangkat cerita
Atma Prasangsa. Ketertarikan pencipta pada cerita Atma Prasangsa berawal ketika melihat lukisan
Tradisi pada bangunan rumah Jro Bawati di Br Bukti metro. Dalam renungan yang mendalam melalui
pengamatan, pencipta menangkap semua makna-makna yang terdapat pada lukisan tradisi yang
memberikan pesan-pesan moral yang baik terhadap manusia. Selain itu Lukisan Tradisi yang
menceritakan tentang Atma Prasangsa menampilkan warna-warna yang klasik dan harmonis serta
memiliki pesan moral yang tinggi.
Berdasarkan pengalaman itulah pencipta mendapatkan ide yang kemudian dituangkan ke
dalam media seni lukis.

C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dihadapi adalah :
a. Bagaimana menggali nilai-nilai yang ada dalam ajaran atma prasangsa sebagai sumber
penciptaan yang di visualisasikan ke dalam suatu bentuk yang artistik ?
b. Bagaimana tahapan perwujudan dalam berolah teknik, bahan yang digunakan serta bentuk
agar mudah di pahami dan dapat berguna bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari ?
c. Bagaimana prinsip penyusunan elemen-elemen seni rupa agar tercipta karya-karya yang
artistik dan harmonis serta menjadi identitas kepribadian?

D. Tujuan Penciptaan
Adapun tujuan dari penciptaan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
a. Ingin menggali ninai-nilai moral yang terdapat pada cerita Atma Prasangsa agar dapat menjadi
cerminan dalam hidup.
b. Ingin mewujudkan identitas pribadi dengan melukiskan tentang ajaran moral yang terdapat
pada cerita Atma Prasangsa .
c. Ingin memvisualisasikan ajaran-ajaran yang terdapat pada cerita Atma Prasangsa ke dalam
karya seni lukis.

E. Manfaat Penciptaan
Adapun manfaat yang diperoleh dalam penciptaan tema Visualisasi Atma Prasangsa menjadi
Karya Seni Lukis adalah :
a. Dapat mengetahui lebih banyak tentang ajaran moral dari cerita Atma Prasangsa, baik secara
makna maupun pesan moral.
b. Dapat memvisualisasikan ajaran moral yang terdapat pada cerita Atma Prasangsa ke dalam
karya seni lukis.

F. Ruang Lingkup Penciptaan

Mengingat begitu luasnya permasalahan mengenai tema “ Visualisasi Atma Prasangsa”


didalam Karya Seni Lukis, maka perlu adanya pembatasan masalah. Disini pencipta mengungkap
kejadian perjalanan para Atma yang tersiksa terjadi di Akherat sesuai dengan Karma semasa
hidupnya, Cerita Atma Prasangsa sebagai sumber inspirasi dalam penciptaan karya seni lukis, untuk
fenomena-fenomena yang pencipta ungkap adalah fenomena-fenomena yang sedang banyak di
perbincangkan (trend) di masyarakat misalnya, efek modernitas terhadap pola hidup masyarakat, seks

5
bebas, perselingkuhan, korupsi, dan lain-lain. Secara visual, penciptaan karya seni lukis dengan tema
Visualisasi Atma Prasangsa Dalam Karya Seni Lukis “, merupakan bentuk figuratif dengan warna-
warna imajinatif dan bergaya surealis.

II KAJIAN SUMBER

Dalam merealisasikan penciptaan ini, maka diperlukan sumber-sumber yang mendukung serta
melandasi konsep karya. Adapun sumber ini pencipta peroleh melalui buku-buku literatur. Hal-hal
yang diuraikan dalam kajian sumber kepustakaan ini, yaitu uraian tentang tema, juga membahas
masalah-masalah seni yang berkaitan dengan judul sebagai acuan dalam berkarya.

A. Pengertian Judul
a. Visualisasi

Visualisasi adalah rekayasa dalam pembuatan gambar, diagram atau animasi untuk
penampilan suatu informasi. Secara umum, visualisasi dalam bentuk gambar baik yang bersifat
abstrak maupun nyata telah dikenal sejak awal dari peradaban manusia. Contoh dari hal ini
meliputi lukisan di dinding-dinding gua dari manusia purba, bentuk huruf Hiroglip Mesir, sistem
geometri Yunani, dan teknik pelukisan dari Leonardo Da Vinci untuk tujuan rekayasa dan ilmiah.
Dalam penciptaan ini, visualisasi yang pencipta lakukan merupakan menyampaikan, atau
melukiskan kembali suatu ajaran-ajaran menurut Agama Hindu untuk memungkinkan lahir
makna baru. Visualisasi lebih mengutamakan tujuan atau makna yang terkandung di dalam
ajaran Agama Hindu,khususnya.

b. Atma

Atma adalah merupakan percikan-percikan kecil dari Parama-Atma yaitu Sang Hyang Widhi
Wasa yang berada di dalam mahluk hidup. (kutipan dari buku Upadesa halaman 16-17) Atman di
dalam badan manusia di sebut:Jiwatman, yaitu yang menghidupkan manusia. Atma dengan
badan ini adalah sebagai kusir dengan kereta. Kusir adalah Atma yang mengemudikan dan kereta
adalah badan. Demikian Atma itu menghidupkan sarwa prani (mahluk) di alam semesta ini.
Indriya tidak dapat bekerja bila tidak ada Atman. Misalnya telinga tidak dapat mendengar bila
tidak ada atmanya, mata tidak bisa melihat bila tidak ada atmanya, kulit tidak bisa merasakan bila
tidak ada atmanya dan seterusnya. jadi kiranya Atma itu berasal dari Sang Hyang Widhi sebagai
sang Matahari dengan sinar-sinarnya. Sang Hyang Whidi sebagai Matahari dan sinar-sinarnya
yang terpencar memasuki dalam hidupnya semua makhluk.
Adapun sifat-sifat Atma itu, antara lain menurut Bhagawadgita
- acchedya (tak terlukai oleh senjata)
- adahya (tak terbakar oleh api)
- akledya (tak terkeringkan oleh angin)
- asesyah (tak terbasahkan oleh air)
- nitya (abadi)
- sarwagatah (ada dimana-mana)
- sthanu (tak berpindah-pindah)
- acala (tidak bergerak)
- Sanatana (selalu sama)
-Aweyakta (tidak dilahirkan)
- Acintya (tidak terpikirkan)
- Awikara (tidak berubah dan sempurna tidak laki-laki ataupun perempuan)

c. Prasangsa
Kutipan yang di jelaskan dari buku Atma Prasangsa. Prasangsa sebuah perjalanan yang
terdapat pada ajaran Agama Hindu di dalam buku Atma Prasangsa

6
B. Pengertian Seni
Seorang filosuf Eugene Veron berpendapat bahwa Seni adalah ekspresi emosi dan berfungsi
mengekspresikan keseluruhan emosi manusia, yang menyenangkan ataupun menyedihkan (Soedarso
Sp, 2006 : 54). Menurut Ki Hajar Dewantara, seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari
hidup perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia. (Mikke
Susanto, 2011 : 354). Seni adalah kegiatan rohani manusia yang merefleksikan realitet (kenyataan)
dalam suatu karya yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman
tertentu dalam alam rohani penerimanya (Akhdiyat Karta Miharja, 1961 : 17). Thomas Munro,
seorang filsuf dan teoritisi seni, menyatakan bahwa seni adalah alat buatan manusia yang dibuat untuk
menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya. (Thomas Munro, 1963 : 419).
Pendapat lain juga mengemukakan bahwa Seni adalah Penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam
jiwa manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat-alat ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh
indera pendengar (seni suara), penglihatan (seni rupa) atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni
tari). (Ensiklopedi Indonesia, Ichtiar Baru van Hoeve : 1992 : 11) Suzane K.lenger dalam buku
berjudul the priciples of art collingwood (1974), mengatakan seni merupakan simbol dari perasaan.
Seni adalah Berkaitan dengan nilai dan konsep keindahan (Sedyawati, 1985 : 400). Sedangkan yang
lain juga mengemukakan bahwa, seni merupakan kreasi bentuk simbolis dari perasaan manusia,
bentuk-bentuk simbolis yang mengalami transformasi yang merupakan pemaknaan dari pengalaman,
dan bukan merupakan terjemahan dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi
pangalaman emosianal yang bukan dari pikiran semata. (Dharsono, 2004:2). Seni dalam makna
merupakan sebagai kegiatan menciptakan bentuk-bentuk dapat dimengerti yang mengungkapkan
perasaan manusia.

C. Pengertian Seni Lukis

Seni Lukis merupakan bahasa ungkap dari pengalaman artistik maupun ideologis yang
menggunakan garis dan warna, guna mengungkap perasaan, mengekspresikan emosi, gerak, ilusi
maupun ilustrasi dari kondisi subjektif seseorang. (mike Susanto, 2011 : 241) Seni lukis dapat
dikatakan sebagai suatu ungkapan pengalaman estetik seseorang yang dituangkan dalam bidang dua
dimensi (dua matra), dengan menggunakan medium rupa, yaitu garis, warna, tekstur, dan sebagainya.
Medium rupa dapat dijangkau melalui berbagai macam jenis material seperti tinta, cat/pigmen, dan
berbagai aplikasi yang memberi kemungkinan untuk mewujudkan medium rupa. Secara teknik seni
lukis merupakan tebaran pigmen atau warna cair pada permukaan bidang datar (kanvas, panel,
dinding, kertas) untuk menghasilkan sensasi atau ilusi keruangan, gerakan, tekstur, bentuk sama
baiknya dengan tekanan yang dihasilkan kombinasi unsure-unsur tersebut, tentu saja hal itu dapat
dimengerti, bahwa melalui alat teknis tersebut dapat mengekspresikan emosi, ekspresi symbol,
keragaman dan nilai-nilai lain yang bersifat subjektif. (B.S. Myers, 1961)
Di dalam seni lukis, terdapat unsur bentuk dan isi yang terkandung di dalamnya. Bentuk
dalam seni lukis merupakan hal-hal yang kasat mata atau wujud visual dari sebuah lukisan, sedangkan
isi merupakan suatu hal yang terdapat dibalik wujud visual yaitu menyangkut masalah konsep atau
pesan yang ingin disampaikan dalam karya seni lukis. (Soedarso Sp., 2006 : 78).
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa, seni lukis sebagai sarana untuk
mengungkapkan pengalaman estetis maupun ideologis yang merupakan bentuk ungkapan perasaan,
emosi, ekspresi seseorang dengan berbagai pertimbangan dari unsur atau elemen-elemen seni rupa
yang bertujuan untuk menciptakan image-image tertentu. Hal tersebut meliputi dua aspek yaitu: aspek
fisikoplatis, yang menyangkut masalah tekhnik, termasuk elemen-elemen visual dan aspek idioplastis
yang menyangkut ide atau gagasan dari suatu sumber yang menginspirasikan atau mendorong
seseorang untuk memvisualisasikannya ke dalam media seni lukis.

7
D. Unsur- Unsur Seni Rupa

Kajian Sumber ini, menjelaskan tentang unsur-unsur seni rupa yang menjadi struktur sebuah karya
seni. Unsur-unsur seni rupa diantaranya garis, ruang, bentuk, warna dan tekstur. Berikut uraian
tentang penjelasan unsur-unsur tersebut.
a. Garis.

Garis adalah suatu goresan atau batas limit dari suatu bentuk, masa, dan lain-lain (Fadjar Sidik,
1979 : 6). Peranan garis dalam seni lukis sangat penting sebab garis merupakan unsur utama dalam
membuat sketsa kontur. Garis merupakan simbol perasaan tertentu bagi pengamatnya. Garis yang
kencang menimbulkan perasaan yang lain dari pada yang melengkung, yang satu memberikan kesan
kaku, keras, sedangkan yang lainnya berkesan luwes dan lemah lembut. Lain daripada itu ukuran garis
juga mengandung nilai perasaan yang berbeda.
Pada penciptaan ini, unsur garis pada karya pencipta terlihat mengikuti pola bentuk yang
ditampilkan. Sifat-sifat garis juga mengikuti karakter objek, baik itu keras, kaku, lembut, dan lain-
lainnya. Dalam hal ini, garis didapat melalui perbedaan warna pada bidang kanvas.

b. Ruang.
Ruang pada karya seni merupakan bentuk-bentuk dua dimensional atau tiga dimensional,
bidang atau keluasan baik keluasan positif atau negatif yang dibatasi oleh limit (Team Estetika
Bandung, 1971 : 57). Ruang bagi seni lukis sangat penting untuk membedakan objek-objek dan latar
belakang, menunjukkan kedalaman dan intensitas sebuah lukisan.
Pada karya pencipta, unsur ruang berasal dari ruang pada sela-sela figur atau objek , sehingga
memunculkan kesan kedalaman dan membedakan antara objek dan latar belakang.

c. Bentuk.
Bentuk terwujud dari unsur-unsur penunjang baik yang berupa garis, ruang, masa, warna, dan
lain-lainnya. Bentuk merupakan wujud yang di gambarkan dan memiliki dua sifat yaitu geometris dan
organis, bentuk geometris strukturnya terarah misalnya segitiga, segi empat, lingkaran, dan
sebagainya. Bentuk organis susunan/strukturnya bentuk-bentuk alamiah (Soedarso, 2000:14).
Penyusunan bentuk yang diterapkan lewat media yang digunakan secara tepat akan melahirkan karya
seni yang indah.
Unsur bentuk pada karya pencipta lebih dominan pada figur, sedangkan bentuk geometris
hanya terdapat pada bagian tertentu saja seperti pada ornament yang terdapat pada aksesoris pakaian.
Perubahan bentuk juga pencipta lakukan untuk menunjang pesan atau makna yang ingin disampaikan,
tetapi dalam hal ini hanya sebagian kecil pencipta lakukan agar makna yang terdapat pada cerita Atma
Prasangsa tidak hilang.

d. Warna.
Warna bisa memberikan keselarasan dan memberikan sugesti pada bentuk-bentuk padat
maupun masa, ditambah dengan tone dan dapat memberikan kesan ruang sempurna (Fadjar Sidik,
1979 : 7).
Peranan warna pada seni lukis dapat memberikan kesan kenyataan, suasana mengerikan,
menggetarkan, mempesonakan maupun memberikan penekanan atau penonjolan pada karya.
Unsur warna pada karya pencipta lebih mengarah pada warna-warna yang memberikan kesan
panas dan gelap pada latar belakang. Berbagai warna pencipta tampilkan dengan nada yang berbeda-
beda, gelap-terang, serta komposisi warna pencipta atur sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu
membuat objek yang diciptakan menjadi indah.
e. Tekstur.
Tekstur adalah nilai raba pada permukaan baik nyata maupun semu suatu permukaan mungkin
kasar mungkin halus, keras atau buruk biasanya juga licin atau kasar, (Fadjar Sidik, 1979 : 26). Di
dalam seni lukis tekstur untuk membuat tekanan dalam suatu pengekspresian.
Tekstur pada setiap karya pencipta merupakan tekstur yang bersifat semu karena sifat dari
tebing itu sendiri yang memiliki permukaan yang kasar. Tetapi dalam hal ini, tekstur yang kasar
pencipta ciptakan dari tekstur semu karena dengan tekstur semu ini pencipta lebih mendapatkan

8
kepadatan warna sehingga dapat memberikan banyak variasi warna dan mendukung kesan kasar serta
dimensi pada tebing.

D. Prinsip-Prinsip Seni Rupa


a. Komposisi.
Komposisi adalah suatu pengaturan unsur-unsur seni rupa yang meliputi elemen-elemen visual
yaitu garis, warna, tekstur, dan lain sebagainya, untuk mencapai karya yang dinamis. Karya lukisan
akan mempunyai daya tarik terhadap penikmatnya jika didukung oleh penempatn komposisi yang
menarik pula, (Susanto, 2002:43).
Dalam penciptaan ini, komposisi menjadi perhatian yang sangat penting bagi pencipta karena
cenderung mengolah komposisi untuk mewujudkan suatu karya yang harmonis, misalnya pada karya
yang menampilkan objek figur siksaan para atma.

b. Proporsi.
Proporsi adalah hubungan ukuran antara bagian dan bagian, serta bagian dan kesatuan
keseluruhannya. Proporsi berhubungan erat dengan balance (keseimbangan), rhythm (irama,
harmoni), (Jana, 2005:18). Di dalam seni lukis proporsi mengacu kepada hubungan antara bagian dari
suatu desain dan hubungan antara bagian dengan keseluruhan. Suatu ruangan yang kecil di dapat bila
diisi dengan benda yang besar, tidak akan kelihatan baik dan juga tidak bersifat fungsional. Warna,
tekstur, dan garis memainkan peranan penting dalam menentukan proporsi (Dharsono, 2004:64,65).
Maka proporsi dapat dikatakan cara pengaturan atau ukuran antara objek satu dengan yang lainnya.
Pada karya pencipta, proporsi menjadi pertimbangan antara objek yang menjadi fokus dengan
objek yang mendukung misalnya pada figur yang menjadi fokus dengan Atma-Atma yang di siksa
atau figur lainnya. Biasanya objek yang menjadi fokus pencipta buat lebih besar dari pada yang lain,
atau bisa juga objek fokus mendominasi bidang atau warna yang berbeda.

c. Keseimbangan atau balance.


Keseimbangan adalah persesuaian materi-materi dari ukuran berat dan memberi tekanan pada
stabilitas suatu kompetensi dalam karya seni.
Keseimbangan dikelompokkan menjadi:
- Hidder balance (keseimbangan tertutup).
- Symentrical balance (keseimbangan simetris).
- Asymtrical balance (keseimbangan asimetris)
- Balance by contrast (keseimbangan dalam perbedaan)
(Susanto, 2002:20).
Dalam karya pencipta, keseimbangan pencipta ciptakan dari pengkomposisian objek yang
kebanyakan merupakan keseimbangan asrimetris, terkadang komposisi fokus terletak hanya pada
suatu sisi atau sudut dan untuk menyeimbangkannya, pencipta menambahkan figur lain sedemikian
rupa di sisi lainnya, sehingga terjadi keseimbangan.

d. Irama (Rhythm).
Terapan irama dalam seni rupa sangat penting karena pengamat karya seni dengan proses
berkarya sangat membutuhkan waktu, sehingga perlu mengetahui irama dalam persoapan warna,
garis, komposisi, bentuk maupun yang lainnya, hal ini akan menunjukkan ada urutan dalam karya
lainnya (Susanto, 2002:99). Dalam seni lukis irama adalah aturan atau pengulangan yang teratur dari
suatu bentuk atau unsur-unsur.
Irama dalam karya pencipta dapat terlihat pada pigur atma ataupun objek-objek yang pencipta
komposisikan. Selain itu, warna juga menimbulkan irama seperti pada gelap dan terang yang pencipta
terapkan dalam memunculkan figur atma dan background . Garis pada bagian tertentu juga
merupakan irama, seperti garis pada senjata yama kala.

e. Kontras dan Laras.


Kontras adalah memperlihatkan, pertentangan dengan yang nyata. Jadi dengan kontras akan
dapat menghasilkan perubahan dan perbedaan dari garis, warna, bidang, dan lainnya sehingga karya

9
tidak monotune dan Laras adalah keserasian antara objek maupun susunan warna (Suharso dan Ana
Retnoningsih, 2005:264).
Kontras sangat penting dalam menciptakan objek agar objek terkesan timbul dan memiliki kedalaman.
Untuk itu, pencipta mengkomposisikan susunan warna-warna gelap dan terang sedemikian rupa agar
terkesan timbul dan laras.

f.Pusat perhatian.
Pusat perhatian merupakan fokus suatu susunan, suatu pusat perhatian di sekitar elemen-elemen
lain bertebaran dan tunduk membantunya, sehingga yang ada kita fokuskan menonjol tetapi tidak
lepas dengan yang lain, atau lingkungannya (Supono, 1983:66).
Fokus pada karya pencipta merupakan figur-figur tertentu dan yang lainnya merupakan tebing
atatu bebatuan yang mendukung keseimbangan bidang. Biasanya untuk menciptakan fokus, pencipta
membuat figur dengan proporsi yang lebih besar dari yang lain, atau bisa juga dengan pewarnaan
yang lebih kontras dari yang lain.
g. Kesatuan (Unity).
Kesatuan adalah penyusunan dari elemen-elemen seni rupa yang merupakan prinsip yang
penting dalam penyusunan unsur-unsur seni lukis. Sehingga tersusun suatu kesatuan dan
keharmonisan antara bagian-bagian dengan keseluruhan (Sidik, 1979:47). Jadi kesatuan merupakan
penyusunan keseluruhan dari elemen-elemen dalam seni lukis sebagai satu kesatuan yang dinamis dan
harmonis.
Dalam karya yang di ciptakan, kesatuan dapat terlihat mulai dari bentuk, warna, serta seluruh
elemen lainya yang saling mendukung satu sama lain untuk menciptakan suatu keharmonisan,
misalnya pada figur dengan background.

III PROSES PENCIPTAAN

Proses penciptaan adalah integrasi antara yang diperoleh dari luar, yaitu stimuli yang berasal
dari luar melalui sensasi persepsi dengan apa yang dimiliki sebelumnya, yaitu stimuli dari dalam
sebagai memory pengalamannya. (Bastomi, 1992 : 99-100). Proses penciptaan pada kenyataannya
mempunyai dorongan –dorongan jiwa yang berbeda kwalitasnya pada karya satu dengan yang
lainnya. Untuk itu, pencipta mencoba memulai dengan landasan yang sangat sederhana bahwa proses
penciptaan bertitik tolak dari aspek-aspek pengalaman seseorang baik yang diluar maupun di dalam
dirinya.
Karya seni tidak bisa dibuat tanpa adanya kenikmatan untuk berkarya tidak dapat dipaksakan
jika tidak ada ide, tetapi dapat muncul bila ada rangsangan dari pengalaman estetis. Dengan itu karya
seni bisa dibuat dalam waktu yang relatif singkat, dalam arti sudah ada ide dan menguasai teknik,
serta sudah adanya sketsa-sketsa yang mempermudah berkarya.
Pada proses ini pencipta membaginya menjadi beberapa tahapan yaitu, eksplorasi
(penjelajahan), eksperimen (percobaan) dan forming (pembentukan) diuraikan sebagai berikut.

A. Proses Penjelajahan/Eksplorasi
Proses penjelajahan atau eksplorasi merupakan tahap awal dalam penciptaan karya seni.
Dalam tahap ini pencipta melakukan pengumpulan data yang nantinya sebagai referensi pencipta
dalam penciptaan karya seni lukis. Adapun pengumpulan data yang mencipta lakukan sebagai berikut:
a. Observasi/Pengamatan Langsung
Dalam hal ini pencipta melakukan pengamatan langsung terhadap lukisan tradisi Bali yang
terdapat dibeberapa tempat yaitu, bangunan-bangunan bale dangin disekitar tempat tinggal pencipta,
rumah jero gede bawati di banjar metro. Pada tempat tersebut dapat ditemui lukisan tradisi Bali yang
terlukis pada langi-langit rumah jro gede bawati. Kesan kuno dan artistik sangat terasa pada lukisan
tersebut, dapat dilihat dari fisik lukisan dan pewarnaan yang sudah mengalami pelapukan seperti
warna yang memudar. Dilihat dari segi bentuk, figur yang ditampilkan begitu klasik dan memiliki
bentuk yang lebih primitip seperti terkesan kaku dan sangat sederhana. Sebagian besar lukisan-lukisan

10
tersebut bersifat naratif, memiliki makna moral atau pesan tentang hukum karma dari perbuat,
sehingga memiliki kesan mengerikan.
Melalui penjelajahan tersebut, dapat disimpulkan pencipta melihat banyak hal yang menarik
dari lukisan tradisi yang kemudian mengendap dalam bathin pencipta sebagai pengalaman estetis,
sehingga dapat dijadikan sebagai acuan elemen visual pada penciptaan karya seni lukis dalam
hubungan dengan tema yang pencipta angkat.

b. Dokumentasi
Untuk mengabadikan keindahan lukisan tradisi yang pencipta amati, dokumentasi juga pencipta
lakukan dengan mengambil foto dari objek yang diamati. Pengambilan foto sangat penting bagi
pencipta, karena selain untuk dokumentasi, pencipta juga menggunakan foto sebagai acuan visual
dalam proses penciptaan karya seni lukis.

c. Kepustakaan
Dalam proses ini pencipta menggunakan refrensi yang di dapat dari buku-buku, maupun
internet, untuk menunjang dalam penciptaan karya seni lukis. Referensi ini sangat membantu pencipta
dalam mendefinisikan suatu yang berhubungan dengan tema yang pencipta angkat, sehingga segala
data yang diperlukan bersifat akurat dan jelas.

Gambar 1

Gambar lukis tradisi yang menggambarkan tentang atma prasangasa di langit-langit bangunan jro
gede bawati, banjar metro.

Gambar 2

Contoh hukuman para atma dari karma pala yang dilakukan semasa hidupnya, diambil dari buku
Srimad Bhagavatam (Bagavata Purana)
Dari proses eksplorasi di atas, diharapkan pencipta memiliki referensi yang kuat, sehingga
dalam proses berikutnya pencipta dapat berekspresi berdasarkan referensi yang jelas dan mampu
menunjang karya seni lukis.

11
B. Proses Percobaan/Eksperimen
Untuk memvisualkan tema yang telah dijelajahi ke dalam bentuk karya seni lukis, diperlukan
percobaan-percobaan sebelumnya, agar ketika proses pembentukan, tidak mengalami kesulitan teknis
kerja, alat atau bahan maupun elemen visual lainnya. Intinya dalam proses percobaan ini, pencipta
mematangkan apa yang nantinya akan divisualkan ke dalam karya seni lukis.
Adapun percobaan-percobaan yang dilakukan pencipta sebelum memulai mewujudkan kedalam
media kanvas adalah sebagai berikut.
a. Membuat sketsa-sketsa
Pembuatan sketsa-sketsa sangat penting bagi pencipta, untuk mengetahui karakter dari bentuk
dalam pigur atma tersebut. Sketsa ini pencipta buat pada selembar kertas “hvs” ada juga pada buku
gambar dimana pada sketsa ini pencipta mengatur objek dengan berbagai pertimbangan diantaranya,
komposisi, proporsi, balance, dan lain-lainnya, sehingga dalam proses pembentukan nantinya sudah
ada gambaran tentang apa yang akan dilukis.

b. Penerapan Warna
Percobaan pewarnaan juga pencipta lakukan, untuk menciptakan suatu karya sesuai dengan
karakter dari pada pigur atma dan tebing-tebing yang menjadi backgroud. Disini pencipta mencoba
untuk melakukan pewarnaan sesuai karakter pigur secara umum yaitu mengkomposisikan warna
gelap dan terang, sehingga tercipta kesan dimensi atau timbul.

Gambar 3

Beberapa sketsa dalam proses percobaan pencipta.

Gambar 4

Poto proses pewarnaan


Dalam proses ini pembentukan karya seni lukis memerlukan persiapan-persiapan, baik kesiapan
diri, maupun kesiapan bahan dan alat melukis. Dilihat dari kesiapan diri, sebelum mulai melukis
kondisi pencipta sangat menentukan, baik fisik maupun mental. Keinginan (mood) untuk melukis juga
sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, maka diperlukan studio yang nyaman, jauh dari iruk pikuk
keramaian dan waktu yang tepat. Pencipta biasanya memperoleh mood yang paling baik pada pagi,
sore, dan malam hari.
Persiapan atau penyediaan alat dan bahan juga merupakan faktor yang sangat menentukan
keberhasilan dan kualitas lukisan, untuk itu pencipta menyiapkan alat dan bahan sebagai berikut:

12
C. Proses Pembentukan
A. Alat-alat Melukis
a) Kuas.
Kuas merupakan alat untuk memindahkan campuran warna dengan cara digores atau
dipoleskan ke permukaan media. Kuas yang pencipta gunakan adalah kuas merek eterna berukuran
variatif, dari yang paling kecil berukuran 0,1,2,3,…..20, hingga kuas yang paling besar seperti kuas
Georgian berukuran 12,16 Masing-masing memiliki fungsi tersendiri, yang paling kecil fungsinya
dalam mewarnai detail objek, yang lebih besar menyesuaikan dengan objek. Kuas yang paling besar
biasanya hanya pencipta gunakan saat melakukan pengeblokan.
b) Palet.
Palet adalah tempat untuk mencampur warna. Pencipta memanfaatkan piring kramik sebagai
palet, karena dengan menggunakan piring kramik, apabila warna yang pencipta campur tidak cepat
mengering dan warna tidak akan meluber kemana-mana, sebab piring memiliki permukaan yang
miring di sisinya, sehingga membatasi atau menjaga warna tidak keluar dari piring.
c) Kain.
Berfungsi sebagai lap pembersih alat dan mengeringkannya.
d) Ember berisi minyak tanah.
Fungsinya untuk membersihkan alat dari noda warna yang tersisa.
3.3.1 Bahan-Bahan Melukis
a) Kanvas.
Kanvas sebagai media dasar untuk melukis yang terdiri dari kain berserat yang direntangkan
pada spanram. Sebelum digunakan, kain yang direntangkan biasanya dicat dasar terlebih dahulu agar
warna nantinya tidak masuk ke serat kain, sehingga mempengaruhi kualitas warna yang dihasilkan.
Pencipta menggunakan kanvas dengan berbagai ukuran, agar tidak menimbulkan kebosanan dalam
berkarya, sehingga karya yang dihasilkan bervariatif.
b) Warna atau cat.
Pencipta mengaplikasikan jenis warna minyak, karena sifat warna minyak yang tidak cepat
kering dan plakat sehingga memudahkan pengaburan dan membuat lebih halus. Dalam pembentukan
lukisan figur yang lebih nyata, diperlukan warna yang tidak cepat kering kering, karena system
pewarnaan bersifat belulang-ulang. Merek warna yang pencipta gunakan variatif, sebagian besar dari
Marie’s, sedangkan lainnya dari Amsterdam, Greco, dan Rembrandt.

c) Pensil tulis.
Berfungsi sebagai alat untuk membuat sketsa pada permukaan kanvas. Disini pencipta memilih
menggunakan pensil tulis untuk mensyeket, agar mempermudah menghapus sket yang tidak
diperlukan.
d) Penghapus.
Berpungsi untuk menghapus sket yang tidak perlu atau salah.
e) Oil.
Sesuai dengan ketentuan menggunakan cat minyak, pelarutnya adalah oil. Kebersihan oil
sangat perlu dijaga karena apabila oil kotor, akan mempengaruhi kualitas cat atau warna yang
dihasilkan.
f) Vernis.
Sebagai pelapis akhir yang melindungi cat dari debu dll. Pencipta menggunakan Artists Matt
Varnish, karena tidak membuat warna mengkilat seperti kaca dan mudah digunakan pengencernya
adalah tiner.

13
Gambar 5

Beberapa contoh alat dan bahan yang pencipta gunakan yang terdiri dari, warna, kuas, palet, pensil
tulis, oil, dll.
B. Proses Melukis/Pembentukan.
Setelah persiapan alat dan bahan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan, barulah pencipta
memulai proses melukis atau pembentukan. Dalam penciptaan karya seni lukis ini, proses
pembentukan pencipta lakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut.
a) Sketsa.
Mulai menorehkan sketsa rancangan lukisan di atas kanvas dengan pensil tulis.
b) Pewarnaan,
Pencipta lakukan dengan warna yang panas dan imajinatif, dengan kata lain pencipta
menampilkan perpaduan warna sedemikian rupa dengan mengutamakan keindahan. Pada setiap tahap
proses pembentukan ini, pencipta mengontrol segala elemen visual seperti garis, warna, bentuk, ruang
dan merespon kembali setiap kemungkinan-kemungkinan yang bisa dilakukan. Dalam hal ini, lukisan
tidak bisa direncanakan sebelumnya apa yang akan dibuat, karena dia akan menuruti kata hati.
(Arsana, 1986:16). Dalam melukis, ada beberapa faktor yang menentukan antara lain bakat, kemauan,
latihan (pengalaman) dan pengetahuan dasar terutama teknis, namun yang paling menentukan adalah
adanya dorongan dari dalam diri seseorang untuk melahirkan suatu karya seni lukis.

C. Penyelesaian (finishing).
Dalam penyelesaian karya seni lukis diperlukan perenungan, mengamati, menganalisa dan
merespon kembali hal-hal yang perlu diperbaiki sampai mencapai kepuasan batin akhir, pencipta
membubuhkan nama pertanda lukisan telah selesai dan memberi lapisan vernis pada karya sebagai
pelindung lukisan dari segala kotoran, debu, dan lainnya, serta memberi bingkai pada setiap lukisan
untuk memberikan nilai seni yang lebih serta warna bingkai sesuai dengan lukisannya.

Gambar 6

Contoh tahap pembentukan dalam proses penciptaan karya seni lukis pencipta.

IV WUJUD KARYA

Wujud karya seni merupakan media visual yang menyajikan hubungan estetis antara sumber
ide dengan keindahan visual seni lukis itu sendiri yang telah dipadukan dan diolah melalui kreativitas
pencipta. Pada tahapan ini, pencipta menampilkan hasil dari pengungkapan ide atau gagasan dari

14
ajaran Atma Prasangsa terdapat pada ajaran Agama Hindu yang divisualisasikan ke dalam karya seni
lukis,terdapat di dalam ajaran agama hindhu di sebutkan tentang Atma Prasangsa sehingga pencita
terinspirasi untuk memvisualisasikan ajaran Atma prangsangsa ke dalam seni lukis dan juga pencipta
terinpirasi dari fenomena-fenomena penyimpangan norma-norma di dalam masyarakat seperti
korupsi,pelacuran,perselingkuhan,aborsi dan fenomena-fenomena. Dalam hal ini,Dalam perwujudan
karya seni lukis yang terinspirasi dari fenomena-feneomena penyimpangan norma-norma dan ajaran
Atma prasangsa ini bergaya surialis,yang telah diformulasikan dan mengalami reformasi bentuk
dengan sedemikian rupa dengan berbagai pertimbangan elemen-elemen visual sehingga ide atau
gagasan dapat dikomunikasikan melalui wujud karya seni lukis itu sendiri. Wujud karya seni lukis
pada penciptaan ini, pencipta lebih menekankan pada adegan hukuman atma saat menerima buah dari
karmanya saat hidup di dunia,yang bermaksud menyampaikan pesan tentang fenomena kekinian pada
setiap karya, sehingga wujud karya dalam hal ini adalah suatu bentuk penyajian karya seni lukis yang
mampu menciptakan image dari perwujudan ajaran agama hindhu tentang Atma Prasangsa dengan
segala keindahannya dan pesan tentang fenomena kekinian yang pencipta sampaikan. Secara umum
wujud karya pencipta dapat diuraikan menjadi dua aspek, yaitu aspek idioplastis yang menyangkut
gagasan atau ide dari pengungkapan karya dan aspek fisioplastis yang menyangkut teknik dari
penggarapan karya, maupun dari penerapan elemen-elemen visual seni rupa yang digunakan untuk
mendukung ide atau gagasan dalam karya seni lukis. Adapun penjelasan dari kedua aspek tersebut di
uraikan seperti di bawah ini.

A. Aspek Ideoplastis
Aspek ideoplastis merupakan gambaran tentang gagasan ide atau konsep dasar pemikiran
yang telah diekspresikan dalam karya. Pada karya pencipta, aspek ideoplastis terkandung pada
fenomena-fenomena yang pencipta angkat, fenomena-fenomena itu menyangkut masalah yang sedang
banyak diperbincangkan masyarakat, diantaranya seperti korupsi, seks bebas, perselingkuhan, aborsi
dan lain-lainnya. Dimana ajaran Atma Prasangsa sebagai sumber inspirasinya. Untuk itu, pencipta
memvisualisasikannya dengan beberapa usaha perwujudan yaitu:

Perwujudan Karakter
Perwujudan karakter bertujuan untuk memberikan ciri obyek, dimana pencipta menampilkan
hukuman para Atma dengan berbagai susunan bentuk figur yang unik dan menyeramkan dengan
melakukan perubahan-perubahan pada elemen tertentu terkait dengan ide isi atau pesan yang pencipta
sampaikan. Sehingga, selain mampu memberikan gambaran atau pesan moral terkait dengan ajaran
Atma Prasangsa, juga mampu mengundang imaginasi pengamat tentang isi dari karya pencipta.

Perwujudan Kesan
Dalam hal ini, perwujudan kesan yang pencipta tampilkan yaitu kesan magis, menyeramkan
dan kesan pelaksanaan hukuman untuk para atma. Kesan magis bertujuan untuk membawa imajinasi
pengamat terhadap nilai-nilai seperitual dan kebesaran tuhan tentang adanya neraka sebagai tempat
hukuman para Atma dengan segala bentuk hukumannya.Melalui visualisasi yang mengandung ajaran-
ajaran Atma Prasangsa dan memiliki nilai-nilai moral serta spriritual yang kuat misalnya, pada figur
wanita yang lidahnya di iris-iris karena suka memberikan kesaksian palsu dan suka memfitnah pada
saat hidup di Maya Pada.

B. Aspek Fisioplastis
Aspek Fisioplastis dalam seni lukis meliputi hal-hal yang menyangkut masalah tehnik,
termasuk mengorganisasikan elemen-elemen visual seni lukis. Pada karya-karya pencipta, aspek
fisioplastis terlihat dari seluruh elemen visual seni lukis antara lain sebagai berikut :

Elemen garis.
Pada karya pencipta terlihat mengikuti pola bentuk yang ditampilkan. Sifat-sifat garis juga
mengikuti karakter objek, baik itu keras, kaku, lembut, dan lain-lainnya. Dalam hal ini, garis didapat
melalui perbedaan warna pada bidang kanvas.

15
Elemen ruang.
Pada karya pencipta elemen ruang di dapat dari latar belakang dan objek figur, sehingga
memunculkan kesan kedalaman dan membedakan antara objek dan latar belakang.

Elemen bentuk.
Bentuk pada karya pencipta lebih dominan mengalami perubahan mengikuti kerakter objek.
Perubahan bentuk pencipta lakukan untuk menunjang pesan atau makna yang ingin disampaikan.

Elemen warna.
Warna pada karya pencipta lebih mengarah pada warna-warna yang memberikan kesan
keindahan pada objek. Berbagai warna pencipta padukan sedemikian rupa dengan memperhatikan
gelap-terang, serta komposisi warna sehingga diharapkan mampu membuat objek yang diciptakan
menjadi indah dan harmonis.

C. Unsur-unsur estetika
Unsur-unsur estetika yang dalam penyusunannya mendukung terwujudnya suatu karya yang
artistik dan harmonis, antara lain :

Komposisi.
Komposisi menjadi perhatian yang sangat penting bagi pencipta karena cenderung mengolah
komposisi untuk mewujudkan suatu karya yang harmoni. Komposisi juga sangat menentukan balance
atau keseimbangan pada karya pencipta.

Keseimbangan.
Keseimbangan pencipta ciptakan dari pengkomposisian objek yang kebanyakan merupakan
keseimbangan asimetri, dimana komposisi fokus terletak hanya pada suatu sisi atau sudut dan untuk
menyeimbangkannya, pencipta menambahkan ornamen atau figur lain sedemikian rupa di sisi lainnya,
sehingga terjadi keseimbangan.

Fokus
Biasanya untuk menciptakan fokus, pencipta membuat figur dengan proporsi yang lebih besar
dari yang lain, atau bisa juga dengan pewarnaan yang lebih kontras dari yang lain.
Untuk lebih jelasnya, pencipta akan memaparkan karya-karya yang dibuat, sebagai berikut:

16
D. Penjelasan Karya

Karya 1

Judul : selembar kulit kambing


Bahan : Oil on Kanvas
Ukuran : 100 x 130 Cm
Tahun : 2013

Deskripsi Karya 1
Pada karya ini, pencipta terinspirasi dari perkembangan zaman yang semakin mempengaruhi
kehidupan di Bali. Misalnya wanita Bali yang pada saat ini karena kemajuan zaman yang semakin
membuat wanita Bali semakin manja karena ke praktisan yang serba instan,sangat mempengaruhi
pola kehidupan wanita di bali sehingga melalaikan kondratnya sebagai seorang wanita sehingga
sekarang sebagian besar wanita Bali tidak bisa menenun dan menjalankan kewajibanya sebagi
seorang wanita untuk membuat pakaian agar bisa menutupi aura kewanitaanya. Menurut Jero Gede
Bawati , Br. Mukti,Bangli seorang wanita yang lahir ke dunia harus mampu menjalankan kodratnya
sebagai seorang wanita ,di dalam filosopi Hindu di Bali seorang wanita harus bisa menenun atau
membuat pakaian untuk anak ,suami dan dirinya sendiri dan apabila seorang wanita tidak mampu
menjalankan kodratnya saat dia meninggal, Sang Atma akan pergi meninggalkan badan kasar dan
akan melakukan perjalanan untuk menempuh atau mendapatkan sangsi buah pebuatanya semasa dia
hidup. Manuisia yang semasa hidupnya tidak bisa menjalankan kodratnya sebagai wanita dengan baik
akan melewati tempat di neraka yang di sebut “Marga Tiga “untuk menuju “Tegal Penagsaran”,di
dalam perjalanan Sang Atma hanya memakai kulit kambing sebagai pakaianya di dalam memasuki
Marga Tiga Sang Atma akan di kejar-kejar oleh anjing siluman yang akan merobek dan mencabik-
cabik kulit kambing yang di pakai. Sesungguhnya anjing yang mncabik-cabik kain Sang Atma adalah
jelmaan dari kemaluan sang atma karena tidak bisa membuatkanya penutup saat di Marcapada dan
jelmaan dari sifat malas yang di miliki Sang Atma saat menjalani kondratnya sebagai wanita di dunia.
Demikian hukuman yang harus di jalani sang Atma ketika dia telah meninggal menurut ajaran Agama
Hindu di Bali.
Dalam karya ini pencipta menggambarkan figur wanita yang hanya mengunakan kulit kambing
sebagi penutup kemaluanya dan sedang di kerumuni beberapa anjing yang sedang menarik-narik kulit
kambing yang di pakai figur Atma wanita itu di maksudkan untuk menggambarkan sangsi yang di
terima Sang Atma karena tidak bisa menenun semasa hidupnya di Marcapada. Anjing dengan warna-
warna yang dominan gelap ingin menggambarkan sosok anjing yang lebih seram. Komposisi yang
agak di samping/asimetris karena bermaksud bahwa seorang wanita pada era kekinian telah

17
mengesampingkan atau menyepelekan pekerjaan menenun. Proporsi pada figur manusia yang menjadi
objek utama di buat lebih besar daripada objek atau figur pendukung untuk memberikan kesan objek
utama lebih dekat atau untuk memberikan fokus pada objek utama. Di dalam karya ini tekstur yang di
gunakan pencipta adalah tekstur semu seperti pada pembuatan tebing. Kesan ruang di ciptakan dengan
perbedaan itentitas warna objek utama dengan latar belakang, yaitu dengan menerapkan warna yang
lebih cerah pada latar belakang dan sebaliknya pada objek menggunakan warna yang lebih
kontras,namun kesatuan atau balance tetap harmonis.

Karya 2

Judul : Atma yang di adili


Bahan : Oil on Kanvas
Ukuran : 150 x 110 Cm
Tahun : 2013

Deskripsi Karya 2

Karya ini, terinspirasi dari cerita Atma Prasangsa yaitu perjalanan Atma dalam menjalani buah
dari karmanya di Marcapada, dalam karya ini memvisualkan para Atma saat di adili “Sang Bhagawan
Penyarikan” yaitu yang juga sering di sebut “Sang Hyang Suratma”, di tempat ini menurut ajaran
agama hindu merupakan tempat kedua yang harus di lalui oleh para Atma setelah melewati marga tiga
atau tegal penangsaran, para atma akan di bawa oleh yama bala dan di hadapkan kepada Sang Hyang
suratma untuk di adili dan di berikan hukuman sesuai dengan karma dari perbuatan yang di lakukan
di Marcapada, sebelum para Atma di bawa oleh yamaduta ke tempat hukuman masing-masing sesuai
dengan buah karma yang harus di jalani terlebih dahulu Sang Hyang Suratma bertanya kepada para
Atma tentang nama sang Atma saat hidup di Marcapada dan bagaimana dia mati ,setelah itu barulah
Sang Hyang Suratma menanyakan tentang perbuatan yang telah di lakukannya di Marcapada
sehingga mengantarkan Atma ketempat ini,walau sang Atma tidak menjawab tentang apa yang di
tanyakan oleh Sang Hyang Suratma tapi adnyana yang di miliki masing-masing atma dan Tri Phurusa
yang selalu mendampingi dan menyertai atma saat masih di mayapada dalam melakukan apapun
adnyana itulah yang memberikan keterangan kepada Sang Hyang Suratma,beliau memiliki Dibiya
Caksu sehingga mampu membaca suratan dosa yang tertulis maupun terekam di dalamTri phurusa
sang Atma sehingga Sang Hyang Sutratma mampu memberikan hukuman dengan adil sesuai dengan
dosa yang di bawa. Setelah di adili sang Atma di bawa oleh Yamaduta dan cikrabala ke tempat
hukuman sesui dengan karma yang di perbuat.
Dalam karya ini pencipta menggambarkan figur manusia yang sedang duduk menghadap Sang
Hyang Suratma dengan tujuan ingin memvisualisasikan suasana Atma Yang sedang di adili untuk

18
menerima sangsi. Komposisi asimetris agar terlihat persefektif atau adanya ruang dengan proporsi
para Atma yang lebih besar bermaksud untuk memberikan kesan objek yang lebih dekat dan sang
suratma di buat lebih kecil agar terlihat lebih jauh daripada figur manusia yang sedang duduk atau
para Atma. Bentuk dari anak buah Yama Raja berbadan manusia berkepala binatang menggambarkan
sifat kejam, seram, dan bengis, dengan pemasangan warna yang lebih gelap daripada figur Atma
bertujuan agar terlihat lebih keras, dan menyeramkan . Pemasangan Warna backround cendrung lebih
terang bertujuan ingin menggambarkan suasana gersang dan panas, Di dalam karya ini tekstur yang di
gunakan pencipta adalah tekstur semu seperti pada pembuatan kesan bangunan. Kesan ruang di
ciptakan dengan perbedaan itentitas warna objek utama dengan latar belakang, yaitu dengan
menerapkan warna yang lebih cerah pada latar belakang dan sebaliknya pada objek menggunakan
warna yang lebih kontras,namun kesatuan atau balance tetap harmonis.

Karya 3

Judul : Kesaksian palsu


Bahan : Oil on Kanvas
Ukuran : 100 x 130 Cm
Tahun : 2013

Deskripsi Karya 3

Karya ini memvisualkan tentang hukuman terhadap Atma yang dulu semasa hidupnya suka
berbohong atau meberikan kesaksian palsu ketika melakukan bisnis seperti penipuan dan suka
mempitnah orang serta membicarakan kejelekan orang yang banyak sekali bisa di jumpai di dalam
kehidupan pada kehidupan sekarang, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan atau
kepuasan sendiri tanpa menghiraukan orang lain, berlandaskan permasalahan ini pencipta
mendapatkan insfirasi untuk membuat karya ini. Dalam karya ini memvisualkan Atma yang sedang di
hukum oleh Yamaduta karena semasa hidupnya suka memfitnah orang dan berbohong , sesuai dengan
ajaran yang terdapat dalam”Srimad-Bhagavantam “(sekandal lima ,jilid 2) halaman 553 disana di
sebutkan Atma yang semasa hidupnya memberikan kesaksian palsu atau berbohong dan memfitnah
orang lain akan dihukum oleh para pembantu Yama Raja setelah meninggal. Atma akan di bawa ke
neraka yang bernama Avicimatdan di hukum ,lidahnya akan di tarik keluar dan akan di iris-iris.
Demikian hukuman bagi atma yang suka berbohong dan memfitnah ,karena tidak mampu
mengendalikan lidah dan mulutnya maka lidahnya yang di iris-iris agar merasakan sakit atas
perbuatanya.

19
Pada karya ini pencipta memvisualkan figur Atma yang sedang di hukum oleh pembantu Yama
Raja dengan bentuk manusia berkepala binatang serta warna nuansa merah dan hijau pekat agar
terlihat lebih seram dan bengis, sedangkan figur Atma yang di hukum di gambarkan lidahnya di tarik
ke luar dan di iris-iris bermaksud memberikan kesan lebih sadis dan mengerikan. Kesan ruang di
ciptakan dengan perbedaan itentitas warna objek utama dengan latar belakang, yaitu dengan
menerapkan warna yang lebih gelap pada latar belakang agar kesanya terlihat magis dan berada dalam
goa dan sebaliknya pada objek menggunakan warna yang lebih kontras agar terlihat lebih fokus pada
objek,namun kesatuan atau balance tetap harmonis dalam karya ini.

V: PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari kesuluruhan uraian di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
a. Pencipta terinspirasi dari lukisan tradisi yang mengangkat cerita Atma Prasangsa ,yang
menceritakan tentang hukuman serta sangsi yang mesti di terima sesuai dengan buah karma
yang pernah ia perbuat di marcapada. Bersumber dari cerita itu pencipta memvisualisasikan
ide atau gagasan tentang Atma Prasangsa sesuai dengan fenomena-fenomena yang banyak
terjadi di masyarakat (fenomena kekinian) seperti perselingkuhan, korupsi, pencurian,
pembunuhan,dan kejahatan lainya.pencipta mengangkat dan memvisualisasikan Atma
Prasangsa guna dapat memberikan pendidikan moral bagi manusia dalam kehidupan sehari-
hari.
b. Cerita Atma Prasangsa merupakan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan sehari-sehari
sebagai bentuk pendidikan moral terhadap berbagai bentuk prilaku menyimpang yang terjadi
dalam masyarakat. Untuk mewujudkan visualisasi cerita Atma Prasangsa agar midah di
pahami dan berguna untuk kehidupan sehari-hari pencipta melakukan rekonstruksi atau
membangun kembali struktur bentuk, komposisi dan yang lainnya untuk melukiskan
karakter,serta ekspresi di dalam lukisan Atma Perasangsa,sehingga menghasilkan lukisan
bergaya surialis. Untuk mewujudkan atau memvisualisasikan tentang Atma Prasangsa di
lakukian empat proses yaitu : Proses penjelajahan(eksplorasi) , proses percobaan
(eksperimen) , proses pembentukan (forming) dan proses penyelesaian ( finishing )
c. Elemen-elemen Visual seperti garis,warna,bentuk,ruang serta penyusunan prinsip-prinsip seni
rupa seperti komposisi, proporsi, pusat perhatian, kontras, keseimbangan, dan harmoni.ini
merupakan faktor pendukung dalam penciptaan karya seni lukis demi terciptanya karya-karya
yang harmonis ,dinamis,dan sarat akan nilai-nilai artistik dan estetik.

B. Saran-Saran
Sebelum mengakhiri tulisan ini, kiranya perlu juga pencipta sampaikan saran-saran sebagai
berikut:

- Nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Agama Hindhu, salah satunya


tentang Atma Prasangsa, hendaknya perlu diperhatikan dan di pahami serta
di jadikan suatu pedoman dalam menjalani hidup di maya pada,agar tidak
terjerumus ke dalam perbuatan yang tidak baik, misalnya korupsi
,perslingkuhan, suka berbohong dan memberikan kesaksian palsu,aborsi
dan lain-lainya.
- Dengan mengangkat ajaran Atma Prasangsa sebagai sumber inspirasi
dalam melukis, pencipta sarankan pada penikmat bahwa hal-hal yang
bernilai moral, dapat digali atau dieksplorasi sebagai sumber inspirasi yang
memiliki potensi besar untuk menciptakan suatu karya seni lukis.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arsana, I Nyoman dan Supono, Pr.1983. Dasar – dasar Seni Lukis untuk SMSR, Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Ensiklopedi nasional Indonesia. 1992. Jakarta: PT Delta
pamungkas.

Bastomi, Suwaji.1992 Wawasan seni, Semarang : IKIP Semarang Press

Fajar, Sidik dan Aming, Prayitno.1979 Desain Elementer, Yogjakarta : STSRI “ASRI”.

Gustami. Sp . 1990, Art As Image And Idea : fakultas Seni Rupa Dan Desain Institut seni Indonesia

Ginarsa ,Ketut.2002. Atma prasangsa. CV. Kayumas Agung, Denpasar

K.Lengger Suzane.1992. the prnciples of art collingwood. Clarendom Press,Jakarta

Parmono, Kartini. 2008. Horizon Estetika. Yogyakarta: Penerbit Lima

Read, Herbert, 1972, The Meaning of Art, A true taste is never a half taste, Praeger Publishers, New
York-Washington.

Sudharta, Tjok Rai& Drs.Ida Bagus Oka Punia Atmaja. 2001. Upadesa. Paramita, Surabaya

Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupa. Yogyakarta: DictiArt
Lab & Djagad Art House.

Soedarso Sp. 2006. Trilogi Seni. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta

Srimad, Sri. 2011.Bhagavata Purana Skanda Lima –Jilid 2 . CV. Hanoman Sakti, Indonesia

Nara Sumber :
Jero Gede Bawati,2013: Perjalanan Atma prasangsa, Br mukti : Bangli
Mangku cocol, 2013 : Pengertian Atma Prasangsa,Bangli
I ketut mayun ,2013 : hukuman terhadap germo :Bangli

Website
http//www.wikipedia.com,Unsur-unsur seni lukis, di kutif 04 mei 2013
http://www.scribd.com/doc/75033366/PENGERTIAN-SENI
http://ilukmana.blogspot.com/2012/02/definisi-seni-menurut-para-ahli.html

21

Anda mungkin juga menyukai