Anda di halaman 1dari 7

MEMBEDAH BUKU FILSAFAT SENI (III, IV, V)

Diususun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Estetika dan Filsafat Seni

Dosen Pengampu :
Dr. Tuti Rahayu, M.Si.

Disusun Oleh :

YUYUN ASRIATIK GEA


(2232441016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TARI


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2024
Bagian III ( Seni Sebagai Ekspresi)

1. Ekspresi Dalam Seni

Kita sering mendengar ucapan bahwa seni itu ekspresi. Ekpresi seolah identic dengan seni.
Ekspresi adalah sesuatu yang dikeluarkan seperti tindakan mengamuk yang dikeluarkan manusia
saat ia ditekan perasaan marah. Ia dikuasi perasaan dam melakukan sesuatu untuk menyalurkan
gejolak perasaannya itu dengan memeluk, membanting piring , menangis, melonjak lonjak.
Dalam seni, perasaan harus dikuasai lebih dahulu, harus dijadikan objek, dan harus diatur, dikelola
dan diwujudkan atau diekspresikan dalam karya seni.
Dengan sendirinya tindakan mewujudkan ekspresi dalam seni iitu dilakukan dengan spotanitas
perasaan pula, yakni perasaaan sekarang selama proses penciptaan, yang dapat beberapa menit
samapai beberapa tahun. Jadi, ekspresi dalam seni adalah mencurahkan perasaan tertentu dalam
suasana perasaan gembira.

2. Representasi Seni

Representasi seni adalah upaya mengungkapkan kebenaran atau kenyataan semesta sebagaimana
ditemukan oleh senimannya. Tugas demikian juga di jalankan oleh lembaga keilmuan, filsafat, dan
agama. Tugas seniman adalah menggugah kesadaran masyarakat terhadap realita. Pengamut cara
pandang imajinasi ini menolak keterlibatan sosial, moral dan politik dalam masyarakat. Karya seni
adalah kerja yang serius, sama seriusnya dengan ilmuan mencari kenyataan baru dari gejala alam.
Perlu ada kerja keras, perlu ada pengamatan data, perlu ada ketajaman intuisi dalam melihat
kebenaran di balik permukaan, perlu penguasaaan teknik seni yang tinggi dan cerdas, agar lahir
sebuah karya seni berarti dalam modus tertentu, baik mimesis maupun imajinatif-idealis.

3. Memahami Kreatifitas.

Kreativitas adalah suatu kondisi , suatu sikap atau keadaan mental yang sangat khusus sifatnya dan
tak mungkin dirumuskan.
Kreativitas mencuat obsesi dalam diri manusia kreatif. Obsesi muncul kalau yang diinginkan
individu tak sesuai dengan kenyataaan di luar dirinya. Manusia kreatif adalah manusia yang
memiliki gambaran suatu sikap baru, pandapat baru, konsep baru, sesuatu yang bersifat esensial.
Begitulah catatan kecil tentang maksna kreativitas yang memang merupakan suatu misteri jiwa
manusia. Batasan yang telah dibuat tentu melahirkan batasan penantang karena jiwa manusia tak
bias dirumuskan. Kreativitas merupakan rahasia seperti rahasia jiwa manusia itu sendiri. Batasan
yang telah dibuat tentu akan melahirkan batasan penantangnya. Karena jiwa manusia tak bisa
dirumuskan.

4. Kreatifitas Dalam Seni

Wujud seni mencakup dua aspek, yakni nilai intristik dan nilai ekstrinsik seni, maka segi
kreativitas dalam seni harus ditinjau dari dua sudut tersebut.
Dalam kesenian, kreativitas dapat ditujukan pada kenyataan factual yang diungkapkan karya seni
lewat aspek ekstrinsiknya (moral, politik,ekonomi, teknologi, kejiwaan, dll). Kreativitas dalam
seni, seperti halnya kreativitas dalam bidang apa pun, adalah sikap baru yang mendalam terdahap
kenyataan kehidupan ini. Seni kreatif adalah seni yang menemukan sesuatu yang sama sekali baru
yang belum pernah dikenal, tetapi secara intuitif dirasakan sebagai telah dikenal oleh seluruh
sejarah umat manusia.
5. Tradisi Seni

Sebelum seorang seniman dilahirkan, di lingkungannya telah hidup budaya di dalamnya terdapat
apa yang dinamai seni. Tradisi ini berupa kumpulan warisan mengenai apa bagaimana seni itu
berdasarkan pemahaman masyarakat. Kumpulan seni dapat dipelajari lewat pemahaman sejarah
seni dan penghayatan langsung berbagai karya warisan tersebut.
Berdasarkan kaitan antara tradisi seni dan karya seni ciptaan baru dapat dilihat adanya tiga
jenis karya seni.
- Karya seni yang setia pada nilai-nilai tradisi. Karya yang demikian ini tentu terlalu banyak
mengutip tradisi seni masyarakat.
- Karya seni yang bersifat tradisi tetapi sudah muncul sikap kritis. Karya - karya ini
mendasarkan pada tradisi.
- Karya yang sama sekali menolak tradisi. Karya-karya ini mengenalkan nilai-nilai yang
sama sekali baru bagi masyarakat nya, Karya semacam ini bahkan mungkin dalam banyak
hal bertolak belakang dengan tradisi dan nilai-nilai seni yang selama ini dijunjung tinggi.

6. Tujuan Seni

Seni hanyalah alat untuk mencapai atau menyampaian sesuatu. Seni adalah sebuah empati,
keterleburan pribadi ke dalam sesuatu yang kita sebut seni. Seni suatu kualitas yang hanya dapat
dialami, dihayati. Seni itu imajinasi, di luar realita emperis manusia di sin dan masa sekarang. Dan
imajinasi adalah moralitas manusia secara alamiah. Dalam hubungsn dengan moralitas, seni
bertujuan menemukan dan mengungkapkan keindandahan semesta, karena adanya sesuatu yang
agung dan mulia sesuai dengan apresiasi terhadap kosmos

7. Teknik Seni

Dalam cabang seni yang lain memang penguasaan teknis seni tak begitu rumit. Seni sastra,
misalnya, jelas hanya menggunakan materi bahasa yang sudah dipelajari sejak masa kanak-kanak.
Si seniman tinggal mempelajari teknik menulis sajak, menulis fiksi, menulis drama, dll.
Demikian juga dalam cabang seni rupa, seni patung. Tetapi seni arsitektur jelas memelurkan
keterampilan dan penguasaan teknik yang khusus. Seniman cenderung mempergunakan teknik
seni yanh sudah membaku untunk menuangkan gagasan nilai – nilai seninya. Tetapi harus
diingatkan bahwa teknik mempunyai keterbatasan dalam kaitan dengan material seninya. Karena
terikat oleh teknik seninya, seniman hanya dapat berkutat dengan gagasan yang terbatas pula.Tidak
ada karya seni yang sifatnya kebetulan. Semua seni amat serius. Memang, seni bukan soal teknis,
tetapi segi teknis menjadi begitu penting ketika gagasan seni orisinl menuntutnya.

8. Moralitas Seniman.

Dipandang dari sudut ini tidaklah relevan untuk menghubung-hubungkan sifat seniman yang jahat
dengan karya seninya, dengan mengatakan bahwa seninya itu tidak ada nilainya. Begitu pula
seniman yang hidupnya suci dan saleh tak akan bisa mendongkrak suatu karya seninya.
Seniman itu adalah saksi kebenaran. Kalau di jujur dengan kesaksian itu, dia bias disebut seniman
otentik. Tetapi kalau dia tidak jujur pada dirinya, dan juga pada orang lain dia telah melakukan
korupsi kebenaran. Dia tidak otentik menipu orang lain dengan menyebunyikan kebenaran.
Dalam kesenian setiap petualangan, cepat atau lambat akan ketahuan. Modal seniman yang utama
adalah keotentikannya baik seniman besar ataupun kecil.
BAGIAN IV (Seni Sebagai Benda)

1. Penggolongan Seni

Penggolongan seni berdasarkan material juga membedakan antara material seni yang mengikat
kreativitas seniman dan yang lebih membebaskan seniman. Seni artsitektur amat berbeda dengans
seni music. Seni arsitektur amat terikat dan dibatas oleh materialnya seni bangunannya. Begitu
pula seni patung dan seni lukis kedua jenis ini sedikit banyak membatasi senimannya karena
material di gunakan. Yang lebih bebas adalah seni drama dan tari. Materialnya adalah tubuh si
dramawan dan penari itu sendiri. Seni yang lebih merdeka adalah seni puisi yang bermaterial nada
dan kata, seta seni musi yang materialnya suara atau bunyi.

2. Benda Seni

Benda seni adalah titik pertemuan komunikasi antra seniman dan publikasinya. Denda seni adalah
yang berwujud, dan dengan demikian dapat dilihat atau didengar atau dilihat dan didengar
sekaligus oleh penikmat seni. Dan benda seni hanya dapat menampung kerja indera pelihat( visual)
serta mndengar (audio).

Virgil C aldrich menysun bagan mengenai bagaimana benda seni dapa terwujud dari tangan
seniman. Yaitu :
1. Produksi bahan seni, yang dapat dikerjakan oleh tukang, yakni pembuat bahan cat,
pembuat alat musik, pembuat kanvas, penyedia balok kayu,dsb.
2. Pemanfaatan bahan seni oleh seniman
3. Penguraian mediun seni dengan berbagai aspek mdiun seni yang ditemukan
4. Perwujudan bentuk seni dengan berbagai aspek mediun seni yang ditemukan
5. Terciptanya bentuk seni berdasarkan kelebihan dan keterbatasan bahan seni
6. Isi seni yang berupa gagasan seniman terkandung dalam bentuk seni
7. Seluruh kegiatan mengungkapkn gagasan seni

3. Bentuk Dan Isi

Segi bentuk, struktur, dan intrintik dalam seni hanya dapat dibedakan dengan segi isi, bahan, dan
ekstrinsik seni, tapi kedua bagian itu tidak dapat dipisahkan. Nilai yang biasa ditemukan dalam
sebuah karya seni ada 2, yakni: Nilai bentuk (inderawi) dan nilai isi (dibalik yang inderawi). Nilai
bentuk inilah yang pertama-tama tertangkap oleh penerima atau penikmat seni. Nilai bentuk
tersbut terdiri atas nilai bahan seni atau disebut medium suatu bentuk seni.
Dilihat dari sudut senimannya, benda seni bermula dari ‘isi’ budi seniman dalam mengahadapi
lingkungannya tanggapan atau respons inilah yang kemudian diwujudkan dalam suatu ‘bentuk’.
Sementara itu, jika ditinjau dari aspek isi seni, nilai-nilai di dalamnya juga dapat kontekstual dan
universal. Struktur jiwa manusia dari dulu sampai sekarang tetap sama, punya perasaan, intuisi,
pikiran, kemauan, kesadaran dan bawah sadar.Tinjauan ‘isi’ dan ‘bentuk’ seni dapat dijadikan
pegangan untuk menganalisis sejauh mana sebuah karya seni menekankan kedua aspek tersebut.
Ada penekanan pada bentuk tanpa menetapkan isi yang tegas. Isi seni terserah kepada subyek
penikmat, mau ditafsirkan apa saja
4. Pemuja Bentuk, Pemuja Isi

Kaum pemuja isi dalam seni sering dinamai sebagai kaum philistine, sedangkan kaum pemuja
bentuk (estetik) dinamai kaum formalis. Seorang philistine akan mencari karya seni dengan sesuai
minat praktisnya, misalnya sosial politik. Maka, setiap karya seni yang mengandung nilai sosial
politik berbobot dalam isinya akan nilai tinggi sebagai karya seni. Sementara itu, kaum formalis
tidak pernah peduli pada apa yang dibicarakan oleh sebuah karya seni, yang dipedulikan hanyalah
bagaimana si seniman berhasil menghadirkan bentuk seni baru yang menarik dan mengagumkan.

5. Seni Sebagai Bbentuk Bermakna

Seni musik agak mudah (relatif) mencapai bentuk bermakna dalam seni. Penginderaan atas suatu
karya musik dapat membawa langsung si penerima seni kedalam berbagai emosi asing, khas, dan
unik yang tak dapat ditemukan dalam pengalaman emosi sehaari-hari, inilah sebabnya orang sering
mendengarkan musik berulang kali, bukan karena ingn lebih jelas dan lebih mengerti, tetapi agar
mengalami perasaan serupa yang unik dan asing itu berkali-kali.

6. Mimesis Dan Imajinasi

Pandangan kaum mimesis yang ekstream dalam aliran realism dan naturalism abad ke-19 ini
kemudian dibelokkan kembali pada gagasan mimesis semula, yakni pentingnya struktur mental
seniman dalam melihat dan menghadapi kenyataan objektif.
Adanya 6 pandangan tentang apa yang seharusnya diwujudkan dalam benda seni, yakni:
1. Seni itu representasi sikap ilmiah atas kenyataan alam dan kenyataan sosial.
2. Seni adalah representasi karakteristik general dari alam dan emosi manusia umumnya.
3. Seni adalah representasi karakteristik general dalam alam dan manusia yang dilihat
secara subjektif oleh senimannya.
4. Seni adalah representasi bentuk ideal yang melekat pada alam kenyataan alam pikiran
seniman.
5. Seni adalah representasi bentuk ideal yang transcendental.
6. Seni adalah representasi dunia seni tiu sendiri (seni demi seni)
BAB V ( Seni Sebagai Nilai )

1. Seni Sebagai Nilai

Nilai lain dalam karya seni adalah nilai kognitif atau pengetahuan, nilai in terbatas atas beberapa
cabang seni saja. Cabang seni yang kurang mengandung nilai kognitif. Musik, misalnya musik
bermaterial bunyi, dan bunyi ini dimanapun sama kedengarannya.
Nilai seni yang terakhir adalah nilai hidup. Karya seni bukan semata mata demi artistic, meskipun
ada aliran yang demikian. Musik itu bunyi dan tak perlu mewakili kognisi dan nilai apapun kecuali
murni harmoni komposisinya warna, irama, dan nada bunyi-bunyian itu sendiri.Maka tidaklah
mungkin sebuah artefak seni menjadi karya seni kalau si pemilik nilai (penikmat) tak
berpendidikan.

2. Sedikit Tentang Nilai Seni

Nilai dasar dalam seni apapun dapat disimak sebagai berikut:


 Seni adalah nilai penampilan (appearatnce) atau nilai wujud yang melahirkan benda
seni
 Nilai isi (konten) yang dapat terdiri atas pengetahuan (kognisi), nilai rasa, intuisis
atau bawa sadar manusia, nilai gagasan, dan nilai pesan atau nilai hidup (values)
yang dapat terdiri atas nilai moral, nilai sosial, nilai religi, dsb
 Nilai pengungkapan (presentation) yang dapat menunjukkan adanya nilai bakat
pribadi seseorang, nilai keterampilan, dan nilai medium yang dipakainya.
Semua dasar-dasar nilai itu menyatu padu dalam wujud seni yang tak terpisahkan, hanya dapat
dibedakan bagi kepentingan analisis seni oleh para kritikus. Dengan demikian, setiap cabang seni
berdasarkan bahannya akan memiliki kelebihannya sendiri yang tak mungkin dicapai oleh material
seni yang lain.

3. Sekali Lagi Tentang Nilai-Nilai Seni

Kiranya perlu pembahasan khusus mengenai hal itu, sebab seni adalah soal nilai. Dan nilai adalah
masalah mendasar yang biasa ditemukan dalam bidang etika (kebaikan), kebenaran (logika), dan
estetika (keindahan), di samping keadilan, kebahagian, kegembiaraaan. Nilai dapat diartikan
esensi, pokok yang mendasar, yang akhirnya dapat menjadi dasar dasar normative.
Nilai sebagai esensi, nili sebagai kepentingan subjektif, dan seni sebgai kualitas, merupakan nilai
nilai pokok dalam seni. Nilai nilai itu diwujudkan dalam seni lewat aspek intrinsic maupun
ekstrinsik. Begitulah nilai nilai seni kalau ditelusuri lewat makna nilai secara falsafi.

4. Kosmos dan Chaos

Seni adalah sebuah kosmos, seni itu sebuah bentuk yang mengandung keteraturan dalam keutuhan
dirinya. Seni, dengan demikian, juga mampu memberikan penilaian terhadap hidup yang chaos
ini. Seni dapat memberikan arti, memberikan harga, terhadap hidup ini. Pengalaman seni yang
terbatas dalam kosmosnya tadi dapat memberikan beberapa pengalaman nilai kepada kita.

 Yang pertama, dengan sendirinya, nilai indradewi. Dalam pengalaman seni rupa, nilai ini
dapat berwujud warna, tekstur warna, goresan, garis, bentuk, arah sapuan warna dll.
 Yang kedua, pengalaman organisasi bentuk dan warna yang terkandung dalam dunia
lukisan tadi. Inilah struktur bentuk.
 Nilai yang ketiga adalah milai nilai pragmatis kehidupan. Di sinilah kita bicara soal isi
sebua karya seni. Hubungan seni dengan kehidupan langsung

5. Universalitas Seni

Seni itu mengandung nilai nilai universal yang berlaku untuk semua tempat dan semua zaman.
Dalam hal tentu hanya berlaku untuk karya seni yang memang bermutu. Nilai universal dalam seni
bermutu mengakibatkan karya itu tak putus putusnya diberi makna sesuai dengan persoalan nilai
kontekstual. Sebuah karya seni mengandung nilai universal kalau karya itu berhasil menemukan
nilai esensi, nilai mendasar yang berifat abstrak. Jadi, nilai nilai esensi yang terdapat dalam aspek
intinsik dan ekstrinsik karya senilah yang bersifat universal, sedangkan subject matter seni boleh
kontekstual, karena seniaman memang hanya mengalami apa yang nyata dalam masyarakatnya.

6. Seni dan Keindahan

Apakah indah itu? Menurut kamus, indah adalah suatu kualitas yang membuat senang
penginderaan dan kegimbiraan batin. Sesuatu yang indah dapat memberikan perasaan senang
inderawi dan kegembiraan jiwa. Nilai intrinsic adalah nilai bentuk seni yang dapat diindera dengan
mata, telinga, atau keduanya. Dalam sebuah cerita, nilai isi atau nilai ekstrinsik atau nilai bahannya
berupa rangkaian peristiwa. Karya seni harus tetao mengandung keindahan dalam pengertian
menyenangkan inderawi dan menggembirakan batin seperti pemandangan alam. Hanya saja,
dalam karya seni masih ditambah dengan penyampaian makna. Makna ekstrinsik itulah yang
menyebabkan sebuah karya seni dikatakan indah, menyenangkan inderawi dan menggembirakan
batin.

-selesai-

Anda mungkin juga menyukai