Anda di halaman 1dari 21

RINGKASAN MATERI UNTUK PERTEMUAN KE-10

LOCAL BRAND VS GLOBAL BRAND

Dibuat Oleh Kelompok 8

Ayu Sepriwanti (01011381621230)

Billy Wyman Prasetyo (01011381621175)

Desy Pratiwi (01011381621231)

Farah Arista Cahya M. (01011381621232)

Lince Wulandari (01011381621174)

Putri Fernanda (01011281621066)

Dosen Pengampu :

HJ. NOFIAWATY, SE., MM

Mata Kuliah :

BRANDING KELAS A

JURUSAN MANAJEMEN S1 FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PERTEMUAN 10 :

LOCAL BRAND VS GLOBAL BRAND

1. PENGERTIAN
1.1 Pengertian Local Brand
Dalam (Winit, Gregory, Cleveland, & Verlegh, 2014), merek lokal
umumnya didefinisikan sebagai mereka yang tersedia di satu negara atau di
wilayah geografis yang sempit, meskipun merek ini dapat dimiliki oleh
perusahaan lokal, internasional, atau global (Schuiling dan Kapferer, 2004).
Local Brand atau merek lokal juga bisa diartikan sebagai nama atau simbol
yang diasosiasikan dengan produk/jasa dan menimbulkan arti
psikologis/asosiasi yang berasal dari daerah asal. Sebagai contoh merek local
Indonesia artinya adalah merek asli yang berasal dari Negara Indonesia.Dalam
menentukan suatu produk termasuk merek local atau bukan, ada empat acuan
yang bias digunakan untuk mengkategorikan produk local :
 Produk terbuat dari bahan yang berasal dari dalam negeri,
 Tenaga kerjanya berasal dari dalam negeri,
 Produk tersebut menggunakan merk lokal dan
 Kepemilikan perusahaan.

Bisa disimpulkan bahwa suatu produk dapat dikatakan produk lokal jika
memenuhi salah satu atau bahkan keempat acuan tersebut sekaligus.

1.2 Pengertian Global Brand


Dalam (Winit et al., 2014) dikatakan bahwa merek global adalah mereka
yang ditemukan di banyak negara di seluruh dunia, dengan nama yang sama
untuk produk yang sama, dan biasanya beroperasi di bawah yang sama (atau
serupa) strategi positioning.
Sementara menurut G.S. Yip, merek global adalah merek-merek yang
memiliki nama sama dan strategi pemasaran terkoordinasi yang sama di
banyak negara. Menurut Ghauri dan Philip di dalam (Kussudyarsana, 2016),
satu-satunya perbedaan dalam definisi pemasaran domestik dan pemasaran
global adalah bahwa kegiatan pemasaran global berlangsung di lebih dari satu
negara, sehingga strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan yang
memasarkan produknya secara global lebih kompleks daripada pemasaran
yang hanya dilakukan di satu negara.

2. PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP LOCAL BRAND DAN GLOBAL


BRAND
Persepsi suatu produk ,adalahpemilihan, pengorganisasian, dan
interpretasidari stimuli pemasaran dan lingkungan ke dalam suatu gambaran
bagi individu (Assael2001). Persepsi terhadap suatu produk
akanmempengaruhi sikap seseorang terhadapproduk tersebut. Persepsi
Seringkali persepsi konsumen atas citra merek global lebih baik
dibandingkan dengan citra merek local. Bahkan beberapa perusahaan atau
pemasar local menggunakan merek global untuk meningkatkan daya tarik
kepada produk yang dipasarkan dengan harapan bahwa dengan menggunakan
merek global citra mere katas produk yang dipasarkan akan meningkat.
Kebijakan menggunakan produk lokal denganmerek asing dinamakan foreign
branding.Tujuan utama dari strategi ini adalah untuk mempengaruhi image
seorang konsumen.Strategi foreign branding ini digunakanuntuk menghindari
persepsi yang negative terhadap suatu produk, atau meningkatkancitra suatu
produk.
Berbeda dengan persepsi umum yang terbentuk tentang merek
Indonesia,sebagaimana diungkapkan oleh Temporal,(2000) dalam
(Kussudyarsana, 2016)dimana memiliki citra atau persepsi yang poor dan
cheap, sementara Khasali (2003) juga menemukan bahwa ternyata eksistensi
mereklokal semakin kuat. Namun demikian MenurutKhasali (2003), pada
Negara berkembangtermasuk Indonesia merek lokal (local brand)biasanya
diidentikan dengan harga murah.
Sejumlah riset empiris melaporkan bahwa merek-merek global lebih
disukai dibandingkan merek-merek lokal, setidaknya dikalangan segmen-
segmen konsumen tertentu (Batra et al, 2001, Steenkamp et al,2003). Secara
umum preferensi terhadap merek global dikarenakan kualitas aktual dan
perseptual yang lebih unggul, kekaguman atas gaya hidup dinegara maju,
preferensi terhadap status simbolik, kosmopolitanisme,dan worlmindedness.
Dari sudut pandang perusahaan, sejumlah faktor diyakini menjadi penyebab
mengapa merek global lebih disukai: skala eknomi yang tinggi, telah
terbentuknya global village, konvergensi perilaku konsumen, persepsi kualitas
lebih unggul, dan jaringan distribusi lebih luas (Kapferer,2002). Walaupun
demikian, sebenarnya juga berkembang trend ke arah brand localization yang
dipicu oleh desentralisasi pemerintah, individualisasi, pengakuan atas
keanekaragaman budaya, dan pemberdayaan konsumen.Konsumen di
Australia dan Italia misalnya mulai mengutamakan membeli dan
mengkonsumsi produk-produk buatan dalam negeri. Beberapa faktor yang
berkontribusi pada preferensi terhadap merek lokal dari sudut pandang
perusahaan antara lain: faktor struktural, ekuitas merek, strategi korporat,
factor organisasional, dan faktor lingkungan.

3. KLASIFIKASI LOCAL BRAND


3.1 Klasifikasi Local Brand
a. Original local brand
Kategori ini mencakup merek-merekyang berasal dari negara
setempat/local dan dimiliki oleh orang/ perusahaan lokal.Contohnya antara
lain rokok Jarum Kudus,Jamu Nyonya Meneer, Kopi Kapal Api, Kompas,
KR dll.
b. Quasi Local Brand
Kategori ini terdiri dari merek-merek yang berasal dari negara lokal,
namun dimilikioleh perusahaan asing.Kategori ini terdiriatas dua
bentuk.Pertama original local brandsyang dibeli oleh perusahaan
multinasional.Contohnya Ades dibeli oleh Coca-Cola, danSari Wangi oleh
Unilever.
c. Acquired Local Brands
Kategori ini meliputi merek-merek yangberasal dari negara lain,
namun dimiliki olehbeberapa orang/ perusahaan lokal.
d. Foreign branding
Kategori ini merupakan kebalikan dari original local brands. Foreign
brands berasaldari luarnegeri dan dimiliki oleh perusahaanasing.
Contohnya adalah Levi’s, McDonal,Pepsi, Adidas, Marlboro, Coca-Cola
dan seterusnya.

4. BAURAN PEMASARAN LOCAL BRAND VS GLOBAL BRAND


4.1 Bauran Pemasaran Local Brand
Strategi local produk umumnya sama dengan strategi produk pada
umumnya dengan menggunakan strategi 4P (Product, Price, Place,
Promotion). Namun ada beberapa kiat agar produk local bias unggul bersaing :
a. Upaya Branding Melalui Logo dan Tagline
Logo dan tagline adalah salah satu kekuatan bagi bisnis, baik bisnis
baru maupun bisnis yang sudah dijalankan sejak lama.Sebab logo dan
tagline menjadi identitas yang membedakan suatu bisnis dengan bisnis
lainnya.Ketika masyarakat sudah mengenal logo atau tagline produk kita
dengan baik, maka berarti produk kita senantiasa diingat oleh masyarakat.
Lihat saja seberapa powerful-nya suatu brand mie instan sehingga
setiap mie instan dari brand lain akan tetap disebut dengan nama dari
brand tersebut. Jadi, jangan sepelekan logo dan tagline yang
mencerminkan identitas bisnis kita utama pasar target market lokal.
b. Gunakan Media Lokal Sebagai Kekuatan
Media lokal seperti surat kabar harian, buletin atau media lainnya
biasanya terbit setiap hari dan menjadi salah satu andalan masyarakat lokal
untuk memperoleh berita terbaru. Dengan memanfaatkan media lokal
sebagai salah satu sarana promosi, berarti kita sudah selangkah lebih maju
dalam hal pemasaran di kancah lokal.
Misalnya saja produk kuliner yang terbuat dari jantung pisang di
Yogyakarta.Produk kuliner khas daerah seperti ini bisa memanfaatkan
pemasangan iklan di koran-koran lokal untuk memperkenalkan produknya
secara lebih luas. Tentu saja masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya jadi
mudah tertarik karena lokasinya yang masih berada dalam satu kota dan
mudah dijangkau.
c. Pemasangan Iklan Di Papan Reklame
Meski terdengar konvensional, rupanya pemasangan iklan di papan
reklame masih menjadi salah satu strategi ampuh bagi pemasaran produk
lokal.Apalagi bila daerah lokal tersebut sering dikunjungi oleh wisatawan
domestik maupun wisatawan mancanegara.Pemasangan iklan di papan
reklame harus diletakkan di tempat yang strategis, mudah dijangkau dan
menggunakan pemilihan desain iklan yang menarik perhatian.
d. Membagikan Brosur Di Sejumlah Tempat Umum
Sejumlah tempat umum seperti halte bus, terminal, pasar atau
stasiun kereta api bisa kita manfaatkan untuk membagikan brosur atau
pamflet pada orang yang sedang berlalu lalang di sana. Buatlah brosur
yang ringkas dan informatif supaya menarik perhatian untuk dibaca.
Jangan sampai kita membuat brosur yang terlalu berlebihan
sehingga orang malas membaca dan memilih untuk
mengabaikannya.Permainan warna dan ilustrasi produk yang menarik
adalah kekuatan yang membuat brosur menjadi media informatif untuk
berpromosi.
e. Menjadi Sponsor Bagi Kegiatan Lokal
Sejumlah kegiatan lokal seperti acara halal bihalal, acara nonton
bareng atau acara tabligh akbar biasanya menjadi kesempatan yang baik
untuk memperkenalkan bisnis kita. Kita bisa memulainya dengan menjadi
sponsor untuk pendanaan maupun pelaksanaan operasional pada kegiatan
lokal tersebut.
Jangan lupa untuk menyertakan atribut bisnis yang mengundang
perhatian supaya brand bisnis kita semakin dikenal oleh masyarakat lokal
yang berpartisipasi pada kegiatan tersebut.
f. Ikut Serta Dalam Ajang Pameran
Ajang pameran yang mengusung ciri khas kebudayaan lokal juga
bisa kita manfaatkan untuk mempopulerkan bisnis kita, terutama jika kita
memproduksi produk yang erat kaitannya dengan budaya lokal.Misalnya
saja industri batik tulis di Pekalongan yang bisa mengikuti ajang pameran
batik atau event fashion untuk memperkenalkan kebudayaan batik
Pekalongan pada banyak orang.
Dukungan dari pasar di tingkat lokal akan menjadi kekuatan
dahsyat bagi bisnis kita untuk berkembang di tingkat yang lebih tinggi
lagi. Siapkan diri kita untuk menghadapi era persaingan global dengan
menyajikan produk bisnis yang unggul dan mempunyai keunikan
tersendiri.

4.2 Bauran Pemasaran Global Brand


a. Produk
Produk adalah yang barang, jasa atau ide baikdengan atribut yang
berwujud (tangible) ataupun tak berwujud (intangible) yang secara kolektif
menciptakan nilai untuk pembeli atau pengguna (Keegan dan Green, 2013).
Keegan dan Green (2013) menjelaskan bahwa dalam bauran produk
terdapat dua konsep yang utama yakni, BasicProduct Concepts dan Basic
Branding Concepts.
Basic Product Concept meliputi tipe produk, garansi, kemasan, label
produk, dan aesthetic. Aesthetics atau estetika termasuk didalamnya
perbedaan persepsi warna di berbagai belahan dunia. Unsur-unsur estetika
yang dianggap sesuai daan menarik di negara asal belum tentu dianggap
sama di tempat lain. Pemasar global harus memahami pentingnya estetika
visual yang terkandung dalam warna atau bentuk produk, label, dan
packaging.Basic Branding Concept adalah sekumpulan gambar dan
pengalaman dari dalam pikiran konsumen (Keegan dan Green, 2013).
Merek melakukan dua fungsi penting, pertama, merepresentasikan
janji perusahaan, kedua, memungkinkan pelanggan untuk lebih baik
mengatur pengalaman berbelanjanya dengan membantu mereka mencari
dan menemukan produk tertentu (Keegan dan Green, 2013).
Dalam strategi bauran pemasaran global, khususnya pada bauran
produk, perusahaan perlu memiliki strategi desain produk. Dengan kata
lain, suatu keputusan harus dibuat tentang manakah yang lebihtepat dari
kedua strategi desain produk−Standardisasi, yang berarti menawarkan
produk umum dengan dasar nasional, regional, atau seluruh dunia, atau kah
Adaptasi, yakni membuat perubahan secukupnya pada suatu produk untuk
dapat memenuhi keinginan pasar setempat (Jain, 2001).
Strategi standardisasi diterapkan atas asumsi tidak ada perbedaan dan
perubahan kondisi.Kecenderungan sangat tinggi untuk melakukan
standardisasi yakni pada merek, karakteristik fisik, dan pengemasan produk
(Jain, 2001).Argumentasi yang mendukung standardisasi adalah
penghematanbiaya.Walaupun standardisasi memiliki kelebihannya sendiri,
namun dapat pula mengakibatkan ketidakproduktifan. Lingkungan
pemasaran antar negara berbeda-beda, sehingga suatu produk standar yang
diciptakan di suatu negara mungkin tidak sepenuhnya cocok dengan
kondisi di negara lain (Jain, 2001). Suatu perusahaan multinasional yang
ingin meluncurkan produknya di pasar luar negeri harus
mempertimbangkan sifat produk, kemampuan organisasi, dan derajat
adaptasi yang dibutuhkan untuk mengakomodasi perbedaan budaya antara
negara asal dengan negara tujuan (Jain, 2001).Karena itu, adaptasi produk
memungkinkan pennyesuaian yang lebih baik terhadap kondisi lokal demi
kemampuan bersaing.
b. Harga
Penetapan harga (pricing) merupakan suatu keputusan penting dalam
bisnis domestik dan internasional, secara langsung mempengaruhi
pendapatan dan profitabilitas perusahaan (Jain, 2001).Penetapan harga
merupakan variabel strategi bagi perusahaan baik domestik maupun
global.Terdapat tiga alternatif dalam strategi penetapan harga global
menurut Keegan dan Green (2013).
Alternatif yang pertama, Extension or Ethnocentric Pricing yakni
harga suatu produk akan sama diseluruh dunia dan importir menanggung
biaya pengiriman dan bea impor. Pendekatan ini memiliki keunggulan yaitu
sangat sederhana karena implementasinya tidak membutuhkan informasi
mengenai kondisi persaingan pasar.Kelemahan pendekatan yakni
mengabaikan situasi persaingan dalam setiap pasar nasional, akibatnya
perolehan laba perusahaan di setiap pasar nasional maupun secara global
tidak maksimum. Alternatif yang kedua ini adalah Adaptation or
Polycentric Pricing, dimana perusahaan memberikan wewenang kepada
manajer kantor cabang untuk menetapkan sendiri tingkat harga yang dirasa
paling cocok dengan kondisi di lingkungannya.
Dalam pendekatan ini, tidak ada kendali atau persyarakatan
perusahaan bahwa harga harus dikoordinasikan antar negara. Bila situasi
seperti ini terjadi, maka ada peluang bagi manajer perusahaan untuk
memanfaatkan perbedaan harga dengan cara membeli produk di pasar yang
lebih murah dan menjualnya di pasar yang harganya lebih mahal. Alternatif
yang ketiga, Geocentric Pricing.Dalam pendekatan ini perusahaan tidak
menetapkan satu harga untuk diberlakukan di seluruh dunia dan juga tidak
menyerahkan keputusan penetapan harga kepada cabang perusahaan,
namun justru mengambil posisi di antara keduannya.Asumsi yang
mendasari pendekatan ini adalah bahwa terdapat faktor-faktor pasar lokal
yang unik yang harus dipahami dalam membuat keputusan harga.Faktor-
faktor tersebut meliputi biaya lokal, tingkat penghasilan, persaingan, dan
strategi pemasaran lokal. Harga harus selaras dengan unsur program
pemasaran yang lain. Penetapan harga di pasar global merupakan isu
kontroversial yang melibatkan aspek hukum, ekonomi, pemerintahan, dan
pemasaran, baik dalam penerapan diferensiasi harga maupun
penyeragaman harga (Jain, 2001).
c. Distribusi
Saluran distribusi adalah mata rantai yang menghubungkan
produsen dan konsumen (Jain, 2001). Tidak berbeda dengan pemasaran
domestik, distribusi pada pemasaran global juga melibatkan kegiatan yang
berkaitan dengan waktu, tempat, dan kepemilikan utilitas, baik untuk
konsumen industri maupun konsumen akhir.Saluran distribusi yang tersedia
di suatu negara merupakan hasil dari perkembangan budaya dan tradisi
(Jain, 2001).
Tersedianya saluran distribusi di suatu negara tergantung pada tahap
perkembangan ekonomi negara tersebut, yang dicerminkan melalui
pendapatan per kapita serta lingkungan sosiopsikologis, budaya, maupun
antropologinya (Jain, 2001). Selanjutnya Jain (2001) menyimpulkan bahwa
semakin berkembang suatu negara, semakin banyak tingkat distribusi
mereka, semakin banyak toko khusus dan supermarket, semakin banyak
department store, dan semakin banyak toko-toko di daerah pedesaan dan
pengaruh agen impor luar negeri akan menurun seiring dengan
perkembangan ekonomi suatu negara.
d. Promosi
Promosi berarti aktivitas yang meyampaikan manfaat produk dan
membujuk pelanggan membelinya (Kotler dan Armstrong, 1999).Dari
empat unsur-unsur bauran pemasaran, promosi adalah yang paling terlihat.
Orang-orang yang tidak membeli produk untuk alasan apa pun mungkin
masih dapat dipengaruhi oleh paparan iklan (Kotabe dan Helsen, 2011).
Perusahaan yang menjual produk yang sama (standardized product) di
beberapa pasar cenderung menstandardisasi strategi promosi mereka.
Standardisasi berarti menerepkan strategi promosi yang sama di seluruh
negara tujuan. Strategi promosi yang bersifat global menyeragamkan pesan
yang disampaikan, namun beberapa perlu sedikit perubahan dalam strategi
promosinya yang dibuat untuk mematuhi peraturan lokal dan memperoleh
merespon konsumen lokal (Kotabe dan Helsen, 2011).Terdapat empat jenis
promosi menurut Peter dan Olson (2000) yakni: iklan (dapat disajikan
dalam media TV, radio, atau media cetak), promosi penjualan (termasuk
didalamnya penurunan harga secara temporer melalui kupon, kontes dan
undian, pameran dagang, hadiah atau bonus), penjualan personal (salesman
/ sales promotion girl), dan publisitas (contohnya sebuah artikel di majalah
PC yang membandingkan beberapa merek).
Untuk melakukan adaptasi pada strategi promosi, perusahaan perlu
memperhatikan pesan promosi yang disampaikan, Czinkota dan Ronkainen
(2013) menyatakan bahwa bagi perusahaan yang telah sukses melakukan
pemasaran global, fleksibilitas dalam pelaksanaan promosi sangatlah
penting. Ide-ide mungkin saja bersifat global, namun pesan yang
disampaikan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku dan dapat
diterima oleh kondisi lokal.Bauran promosi tentu memiliki tujuan.
Terdapat beberapa dampak dari strategi bauran promosi menurut Peter
dan Olson (2000), diantaranya: konsumen memiliki kebutuhan yang
disadari, konsumen sadar akan produk, konsumen memiliki respon positif
akan produk, konsumen memiliki keinginan untuk membeli produk,
konsumen melakukan berbagai macam perilaku untuk membeli produk
seperti pergi ke toko, menemukan merek tertentu di toko, dan
berkomunikasi dengan pramuniaga.

5. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN LOCAL BRAND VS GLOBAL


BRAND
5.1 Kelebihan Local Brand
a. Harga lebih murah dan ramah di kantong
Local brand tentu saja lebih murah jika dibandingkan dengan global
brand, hal ini bukan karena kualitas local brand yang jelek, melainkan
perbedaan biaya produksi diantara mereka.Local brand diproduksi di
daerah asal, dengan menggunakan tenaga local, artinya bahwa dalam
memasarkannya tidak membutuhkan biaya sebanyak produk global brand.
Contoh produk makeup asli Indonesia biasanya lebih memikirkan
konsumen mereka sehingga harga yang dipatok pun disesuaikan dengan
kantong para wanita Indonesia.Di sinilah keuntungan membeli produk
lokal.Jadi, wajah cantik tanpa perlu menguras kantong.
b. Lebih mudah ditemukan
Sehingga pembelian bias dilakukan secara langsung tanpa harus
menunggu lama. Kelebihan Brand lokal adalah lebih gampang ditemukan,
karena dijual hampir di setiap toko atau bahkan warung lokal. Karena
proses distribusi yang tidak terlalu lama dan memakan waktu biasanya
produk local sangat mudah ditemukan.
c. Penyesuaian dengan kebutuhan konsumen lokal
Karena produk lokal dibuat khusus untuk menjangkau konsumen
local, maka pembuatannya sudah pasti disesuaikan dengan kebutuhan
konsumen local.Seperti contoh kosmetik, formulanya sudah disesuaikan
dengan kebutuhan kita wanita Indonesia yang beriklim tropis.Sehingga,
resiko kulit iritasi lebih bisa diminamilisir.
d. Dapat menambah devisa Negara
Jika konsumen local terus melakukan pembelian terhadap produk
local, maka akan membuka kesempatan bagi perusahaan local brand
tersebut untuk mengembangkan usahanya sampai ke pasar internasional,
melalui berbagai kegiatan pemasaran internasional. Saat perusahaan
melakukan penjualan ke Negara lain, maka pembayaran akan dilakuakn
dengan menggunakan mata uang internasional yaitu dollar. Perusahaan
akan menerima dollar dan kemudian menukarkannya ke bank, sehingga
cadangan devisa Negara terus bertambah.
e. Memperluas Lapangan Kerja
Perusahaan local umumnya memperkerjakan tenaga kerja local.
Artinya, dengan membeli produk local kita akan membantu mengurangi
pengangguran, karena kita memberikan lapangan pekerjaan.
f. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Dengan membeli produk local, dan membantu mengurangi
pengangguran, tentu saja akan berdampak pada peningkatan taraf hidup.
Angka pengangguran berbanding terbalik dengan kesejahteraan masyrakat,
semakin menurun angka pengangguran, maka akan semakin meningkat
kesejahteraan masyarakat.
g. Meningkatkan kualitas produksi
Apabila suatu industri lokal berkembang tentunya mereka akan
meningkatkan kualitas dari produk mereka, biasanya para produsen akan
berfikir ulang apabila penjualan mereka sudah baik maka tahap
selanjutnya yaitu peningkatan kualitas produk mereka. Hal ini biasanya
mereka lakukan untuk bersaing dengan produk luar yang katanya jauh
lebih baik dari produk lokal. Untuk itu mereka akan memproduksi dengan
kualitas yang lebih baik lagi agar bisa bersaing dan bisa masuk ke pasar
Internasional.

5.2 Kekurangan Local Brand


a. Mutu Produk
Dalam mutu produk yang dijual di pasar di Indonesia banyak
produsen yang menjual produknya yang mempunyai mutu kualitas nomor
2, dan mutu kualitas yang nomor 1 malah dijual dipasaran luar negeri. Hal
itu akan memicu konsumen dalam negeri enggan untuk membeli produk
dalam negeri, memang benar harganya lebih murah tetapi untuk keamanan
dan kenyamanan apalagi segi keawetan produk itu pasti rendah, padahal
masyarakat sudah pintar dalam memilih barang untuk dibelinya, tidak
mengapa lebih mahal asal kualitas lebih bagus.
b. Layanan Purna Jual
Sudah menjadi rahasia umum bila layanan purna jual produk local
tidak member services yang memuaskan kepada pelanggan atau
konsumen, apabila konsumen mempunyai keluhan terhadap produk yang
dibeli malah dibuat bingung harus menghubungi siapa, biasanya produk
lokal tidak mencantumkan nomor customer care ataupun tidak
mencantumkan garansi dalam produknya
c. Pengemasan Produk Hingga Memilih Segmentasi Pasar Yang Baik Dan
Tepat
Memang ada produk dalam negeri yang kualitasnya bagus malah
tampilan luarnya monoton atau kemasannya kurang menarik peminat
untuk membeli, biasanya konsumen terpancing oleh kemasan luar produk
jadi bisa dikatakan produk local sebagian besar kurang mempunyai variasi
variasi dalam barang barang yang dijualnya, atau modelnya pun kurang
mengikuti trend perkembangan jaman sekarang. Dan biasanya produsen
kurang jeli untuk melihat dan memilih segmentasi pasar, biasanya
produsen kurang memperhatikan apakah produknya cocok untuk kalangan
kelas ekonomi atas, menengah keatas, ataupun kalangan menengah
kebawah.
5.3 Kelebihan Global Brand
a. Kualitas Produk
Produk luar senantiasa dianggap selalu berfokus pada kualitas,
baru kemudian kuantitas.Sementara produk lokal senantiasa dianggap
berfokus pada kuantitas, baru kualitas.Hal ini mungkin tidak sepenuhnya
salah, karena banyak sekali produk asal jadi yang bahkan ketahuan
belangnya saat perusahaan pembuatnya diinspeksi mendadak.
b. Kemasan Produk
Masyarakat Indonesia berani membayar mahal untuk membeli
produk luar, namun tidak untuk produk lokal. Maka wajar perusahaan
lokal berjuang dengan berbagai cara agar harga produknya dimasyarakat
tidak terlampau mahal, setidaknya tidak lebih mahal daripada produk luar.
Salah satu caranya adalah dengan mengurangi tampilan manis pada
kemasan produk. Sementara produk luar bisa jadi lebih banyak
mengeluarkan biaya di kemasan yang manis daripada produknya sendiri.
Namun siapa sih yang lebih memilih kemasan kurang cantik jika ada
kemasan cantik, apalagi kemasan cantiknya adalah produk luar.
c. Promosi Produk
Promosi di televisi memang mahal.Tapi sesuai dengan jangkauan
penonton yang ada dari ujung timur hingga barat Indonesia. Semakin
banyak promosi produk dilakukan via televisi atau media lain, bisa jadi
alasan mengapa produk dari top brand (lokal dan non-lokal) lebih digemari
daripada produk yang dipromosikan dari mulut ke mulut, atau hanya
berupa poster. Terlebih banyak juga top brand yang melakukan promosi
via aktivitas yang melibatkan orang banyak seperti jalan sehat atau tes
darah gratis, yang kemudian pesertanya diberikan souvenir promosi
setelah mengikuti kegiatan tersebut. Ini yang masih dianggap perusahaan
lokal sebagai alokasi buang-buang uang, padahal sudah banyak perusahaan
yang melayani pembuatan souvenir promosi sesuai budget seperti
perusahaan yang satu ini.
d. Lokasi Berjualan
Kebanyakan produk luar dikemas khusus untuk dijual di gerai-
gerai tertentu, mereka biasanya tidak menjamin kualitas dari produk yang
dijual selain di gerai mereka, sehingga konsumen pun lebih senang
membeli langsung dari gerainya, meskipun harga di gerai tersebut tidak
lebih murah daripada harga di pedagang eceran. Namun banyak
perusahaan Indonesia yang lebih menjauhi kesan premium dan
menyebarkan penjualan hingga ke pelosok negeri, dan ini tidak
salah.Namun jika kemudian konsumen dihadapkan dengan produk yang
biasa ditemui di eceran dan yang dijual hanya digerai-gerai tertentu, saya
pikir lebih banyak konsumen yang lebih memilih produk premium yang
dijual di gerai tertentu.
e. Pangsa pasar spesifik.
Kebanyakan barang impor yang berkualitas bagus bisa dipastikan
memiliki harga yang tinggi.Produk-produk dengan harga yang mahal
hanya bisa dibeli oleh kalangan menengah ke atas.Artinya, penjual yang
berdagang produk impor memiliki pangsa pasar yang jelas.Ia bisa
menetapkan target pasar yang tepat dalam memasarkan produknya, yaitu
kepada kalangan menengah ke atas yang memang hanya berminat pada
produk-produk impor saja.

5.4 Kekurangan Global Brand


a. Tidak Mudah Mencari Pemasok
Sehingga bagi konsumen susah menemukan barang yang berasal
dari luar negeri. Bagi para calon penjual yang baru pertama kali berbisnis,
mencari pemasok luar negeri bukanlah sesuatu yang mudah.Ia harus
memiliki koneksi yang luas agar bisa memperoleh informasi tentang
pemasok luar negeri yang mau terlibat dalam bisnis reselling di negara
lain.
b. Biaya Operasional Tinggi.
Bagi reseller barang luar negeri tak jarang, penjual harus
mengambil sendiri produk ke luar negeri untuk mengisi stok
barang.Perjalanan ke luar negeri ini tentu saja menuntut penjual untuk
mengeluarkan biaya operasional yang tinggi.Dampaknya, penjual yang
ingin memasok barang dari supplier luar negeri harus memiliki modal
awal yang tidak sedikit.
c. Harga Jual Mahal.
Terkait poin sebelumnya, biaya operasional yang tinggi
menyebabkan penjual harus menetapkan harga jual yang tinggi pula agar
balik modal. Akibatnya, ia tidak dapat menjangkau pasar yang luas,
mengingat sebagian besar konsumen Indonesia secara umum merupakan
kalangan menegah ke bawah. Konsumen tentunya akan berfikir dua kali
untuk membeli produk luar negeri yang diinginkannya.
d. Lama Mengisi Stok Barang.
Pemasok yang berdomisili di negara lain membuat penjual tidak
dapat mengisi stok barang dalam waktu cepat. Penerbangan internasional
yang harus ditempuh penjual membuat pembeli harus menunggu sampai
stok barang terisi kembali. Pada banyak kasus, pembeli akan mencari
penjual lain yang ready stock ketimbang menunggu penjual mengisi
kembali stok barangnya.Akibatnya konsumen mudah jenuh dengan produk
yang terseida di outlet yang ada didalam negeri.
e. Kemungkinan Red Line.
Red line adalah pembatasan produk-produk luar negeri yang akan
masuk ke Indonesia. Pada banyak kasus, penjual yang memasok barang
dari luar negeri harus menghadapi red line yang dapat terjadi sewaktu-
waktu. Kondisi ini tentu saja akan menghambat penjual dalam
memasarkan produknya ke konsumen.

6. LOCAL BRAND VS GLOBAL BRAND, WHO IS THE WINNER?

Indonesia adalah negara yang menyimpan berbagai macam potensi.Baik


potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Dalam hal ini, kami
akan membahas tentang potensi sumber daya manusia. Di Indonesia, banyak
orang yang memiliki inovasi dan ide kreatif dalam menciptakan sebuah produk
baru. Namun, kurangnya permintaan pasar terhadap produk tersebut membuat
inovasi cemerlang ini melemah.

Konsumen di Indonesia, cenderung membeli dan mengkonsumsi produk dari


luar negeri. Padahal, banyak produk Indonesia yang tidak kalah bagus.Untuk
membuktikan hipotesa kami, kalian bisa melihat barang-barang yang kalian
gunakan dan kemungkinan besar banyak produk yang berasal dari luar negeri.

Indonesia mengalami kendala mengenai produk dalam negeri yang kalah saing
dengan produk luar negeri.Indonesia seharusnya bisa menjadi pusat perdagangan
di Indonesia sendiri tanpa harus membeli produk dari luar negeri.Indonesia kalah
dalam bersaing di dunia perdagangan disebabkan karena kurangnya kesadaran
masyarakat tentang pemakaian produk lokal.Karena kebanyakan dari masyarakat
Indonesia lebih banyak mengkonsumsi atau menggunakan produk luar dari pada
dalam. Serta, gaya mewah yang terjadi apabila memakai produk luar. Tingkat
gengsi yang tinggi pun merupakan faktor utama penyebab hal ini terjadi .

Padahal, apabila konsumen Indonesia lebih memilih untuk membeli dan


mengkonsumsi produk dalam negeri ,hal ini akan meningkatkan produksi unit
kecil menengah (UKM) sehinnga ukm akan berkembang dan menjadi perusahaan
besar hal ini akan meningkatkan produksi. Dalam melakukan produksi,
perusahaan pasti membutuhkan tenaga kerja.Sehingga tingkat pengangguran di
Indonesia dapat di tekan seminimal mungkin. Dengan demikian, taraf hidup
masyarakat akan meningkat. Dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang
memiliki pengangguran dan memiliki pekerjaan maka hal ini akanmeningkatkan
pajak sehingga devisa negara akan meningkat. Dengan meningkatnya devisa
negara pembangunan dan kesejaterahan akan semakin merata.

Semua produk tentu memiliki kualitas dan keunggulan masing-masing. Baik


itu produk dalam maupun luar negeri memiliki satu tujuan yang sama adalah
memperoleh laba yang sebesar-besarnya dengan memuaskan hati konsumen.
Hanya saja global brand sudah memiliki nama yang sudah terkenal dikalangan
masyarakat atau sudah menempuh tahap mature dalam Life Cycle Product.
Ekuitas merek memang sangat berpengaruh terhadap keputusan pembelian
konsumen. Untuk itu local brand harus bias terus berinovasi agar mampu bersaing
dengan produk global brand.

Selain itu konsumen juga harus dituntut cerdas dalam memilih produk apa
yang akan dibelinya, tau mana yang berkualitas dengan harga yang pantas, jangan
tertipu brand dan terlalu mengesampingkan produk local. Terus lakukan research
produk, ubah persepsi bahwa produk local adalah produk murah dengan kualitas
yang rendah.
SOAL PERTANYAAN

LOCAL BRAND VS GLOBAL BRAND

Dibuat Oleh Kelompok 8

Ayu Sepriwanti (01011381621230)

Billy Wyman Prasetyo (01011381621175)

Desy Pratiwi (01011381621231)

Farah Arista Cahya M. (01011381621232)

Lince Wulandari (01011381621174)

Putri Fernanda (01011281621066)

Dosen Pengampu :

HJ. NOFIAWATY, SE., MM

Mata Kuliah :

BRANDING KELAS A

JURUSAN MANAJEMEN S1 FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
SOAL PERTANYAAN

1. Mengapa produk local brand kurang di minati di Indonesia?


2. Indonesia seharusnya bisa menjadi pusat perdagangan di negeri sendiri
tanpa harus membeli barang dari luar negeri. Apa penyebab Indonesia
kalah dalam bersaing di dunia perdagangan?
3. Bagaimana cara membangun persepsi konsumen bahwa local brand tidak
kalah dengan global brand?
4. Apa yang harus dilakukan local brand untuk menjadi global brand?
5. Kendala apa yang dihadapi local brand sehingga sulit mengglobal?
6. Bagaimana cara perusahaan untuk membangun brand image yang kuat?
7. Sejumlah riset empiris melaporkan bahwa merek-merek global lebih
disukai dibandingkan merek-merek lokal. Mengapa demikian?
8. Faktor apa yang menentukan konsumen dalam memutuskan untuk
membeli suatu produk?
REFERENSI

 Jurnal

Kussudyarsana. (2016). Persepsi Konsumen Atas Merek Lokal Dan Asing Pada
Kategori Produk Hedonik Dan Utilitarian. Jurnal Managemen Dan Bisnis,
1(1), 48–56. Retrieved from
http://journals.ums.ac.id/index.php/benefit/article/viewFile/2365/1631

Winit, W., Gregory, G., Cleveland, M., & Verlegh, P. (2014). Global vs local
brands: How home country bias and price differences impact brand
evaluations. International Marketing Review, 31(2), 102–128.
https://doi.org/10.1108/IMR-01-2012-0001

 Internet
https://alfreysite.wordpress.com/2013/10/13/produksi-dalam-negeri-vs-luar-
negeri/
https://sbm.binus.ac.id/2016/08/02/kecenderungan-masyarakat-indonesia-
mengkonsumsi-produk-luar-negeri/
https://www.maxmanroe.com/strategi-pemasaran-yang-efektif-dengan-target-
pasar-lokal.html
https://www.its.ac.id/id/pengembangan-keberagaman/
https://jarvis-store.com/artikel/pahami-kelebihan-dan-kekurangan-memasok-
produk-dari-supplier-luar-negeri
https://marketing.co.id/merek-global-2/
https://www.katabaku.com/2016/03/merek-atau-merk-yang-benar-adalah.html
https://manfaat.co.id/manfaat-menggunakan-barang-buatan-dalam-negeri
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3777288/ini-kelemahan-
produk-ukm-ri-dibanding-luar-negeri

Anda mungkin juga menyukai