Anda di halaman 1dari 30

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.

com/

KUMPULAN METODE ANALISIS DALAM STRATEGI PEMASARAN


SCP (STRUCTURE, CONDUCT, PERFORMANCE)

TUGAS INDIVIDU

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemasaran Agribisnis pada


Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ir. Rudi Wibowo, M.S

Disusun Oleh:
Muhammad Malik Muqtadir
NIM. 1815020201007

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
STRUCTURE, CONDUCT, PERFORMANCE
/ Analisis elastisitas, indeks
herfindal, Analisis perilaku
Jumlah Penjual Dan Pembeli
pasar, dan Analisis konsentrasi
pasar
Besaran Pangsa Pasar Market Share
Hambatan Masuk Pasar Analisis Mes
STRUCTURE (Structur)
Analisis Product Differentiation,
Diferensiasi Produk
Analisa Koefisien Korelasi
Struktur Biaya Analisis Input Komprehensive
Integrasi Vertikal Indeks Lerner (L1)
Konglomerasi Analisis Drajat Integrasi CR4 /CR8  HHI
Elastisitas integrasi
Analisis price policy, Willingnes
Prilaku Penentuan Harga
to pay,
STP; Speed Delevery; IT Tool,
Strategi Produk
QA, Service improvement
CONDUCT (Prilaku) Analisis CLR (Capital to Labor
Riset Dan Inovasi Ratio = capital cost share / labor
cost share
Advertising STP, EPIC Model

Prifitabilitas
Solvabilitas Analisis L/R, Rasio Akutansi
Likuiditas (Kinerja Keuangan),
Efisiensi Marginshare, Analisis Transmisi
Economic Value Added Harga (Elastisitas Transmisi
PERFORMANCE (Kinerja) Efisiensi Harga) , SCM
Pertumbuhan
Force Field Analisi (FFA),
Efektifitas
SWOT, TWOS
Analisis Merit, Kompetisi,
Employment
Produktivitas kerja
Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

BAGIAN I. STRUCTURE (Struktur)

A. KONSENTRASI INDUSTRI
Douglas F. Greer pada tahun 1984 dalam Hasibuan 1993, menjelaskan
bahwa terdapat empat sebab pokok terjadinya konsentrasi industri yang meningkat
atau menurun, yakni pertama, nasib baik (luck); kedua, karena adanya sebab teknis
(luasnya pasar, skala ekonomi, kelangkaan sumber daya, dan pertumbuhan pasar
serta yang terpenting adalah kemajuan teknologi); ketiga, karena kebijaksanaan
pemerintah (adanya undang-undang antimonopoli, patent, lisensi, dan berbagai
regulasi); dan keempat, kebutuhan bisnis sehingga ada kebijaksanaan perusahaan
untuk mengambil keputusan tertentu (merjer, diferensiasi produk, dan praktek-
praktek bisnis yang membatasi perusahaan lain untuk beroperasi.
Menurut Prasetyo (2010).Konsentrasi dari beberapa perusahaan dalam
suatu industri sering menjadi perhatian para ekonom, ahli strategi bisnis, dan agen-
agen pemerintah. Tujuan industri dalam bisnis adalah untuk mencapai keuntungan
maksimum, dan agar keuntungan maksimum dapat tercapai, maka struktur industri
yang tercermin dalam struktur pasar harus kuat. Semakin elastisnya permintaan,
maka ada kecenderungan struktur pasar yang akan semakin terkonsentrasi.
Konsentrasi industri merupakan sebagai suatu ukuran relatif yang memperhatikan
derajat penguasaan pasar oleh beberapa perusahaan dalam suatu industri yang
berada dalam pasar.
Tingkat konsentrasi industri merupakan suatu variabel dalam struktur
industri yang dapat diukur. Konsentrasi industri ini menginformasikan ukuran
relatif dari perusahaan-perusahaan yang ada pada suatu pasar industri. Ada
beberapa ukuran dari konsentrasi industri, salah satunya adalah Andil Perusahaan.
Hasil dari berbagai ukuran konsentrasi ada yang meningkat dan ada yang menurun.
Jika tingkat konsentrasi dalam keadaan meningkat, maka tingkat persaingan di
pasar antar industri menurun, dan jika tingkat konsentrasi dalam keadaan menurun,
maka kondisi tingkat persaingan meningkat
Tujuan dari pengukuran konsentrasi adalah untuk mengetahui ciri-ciri
struktur pasar dalam suatu variabel dalam industri. Rasio konsentrasi atau

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

concentration ratio (CR) atau sering disingkat dengan CRN merupakan cara yang
paling sering digunakan untuk mengetahui ukuran suatu industri. Di mana N
menunjukkan jumlah andil perusahaan yang biasanya digunakan sebagai ukuran,
misalkan sejumlah 1-10 andil perusahaan dalam industri.
Tipe-Tipe Pasar dalam Industri
Struktur Pasar Kondisi Utama
Monopoli Murni Jika suatu perusahaan mampu memiliki
100% pangsa pasar industri yang ada
Perusahaan yang dominan Suatu perusahaan yang memiliki 50-
100% pangsa pasar dan tanpa persaingan
yang kuat diantara industri
yang ada
Oligopoli Ketat Jumlah perusahaan sedikit dan CR4 atau
penggabungan 4 perusahaan terbesar
yang memiliki pangsa pasar 60-100%,
dan kesepakatan diantara mereka dalam
menetapkan harga relatif mudah
Oligopoli Longgar Jumlah perusahaan banyak dan CR4
yang memiliki 40-60% pangsa pasar,
kesepakatan diantara mereka untuk
menentukan harga sebenarnya sangat
sulit namun tetap saja dapat terjadi
Persaingan Monopolistik Banyak persaingan efektif, tetapi tidak
satupun memiliki lebih dari 100%
pangsa pasar, termasuk banyak
perusahaan dan produk diferensiasi
Sumber : Disarikan dari berbagai sumber, dalam Prasetyo,2010

Satuan ukur dari rasio konsentrasi (concentration ratio) adalah persentase


dari suatu variabel dalam industri yang digunakan. Beberapa variabel yang dapat
digunakan untuk mengukur konsentarsi industri misalkan, pangsa pasar (market

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

share) atau penjualan, nilai tambah, keuntungan, besarnya modal, besarnya tenaga
kerja, dan sebagainya tergantung dari konsentrasi apa yang ingin dilihat dalam
suatu industri.
Berdasarkan pada Tabel diatas dapat dinyatakan hingga saat ini tidak ada
ukuran konsentrasi yang baku, karena pada dasarnya nilai konsentrasi ini memang
ukuran relatif, sehingga yang lebih penting adalah ukuran konsistensinya serta perlu
diperhatikan perilaku industrinya.
Tabel 2.3 Dimensi Batasan Nilai Rasio Konsentrasi Suatu Industri
Dimensi Ukur Menurut Nilai CR-4 Nilai CR-8 Struktur Industri
Stigler - 60% Oligopoli

Joe S.Bain :
Kelompok I (IA & IB) 87% 99% Oligopoli penuh
Kelompok II 72% 88% Oligopoli tipe 2
Kelompok III 61% 77% Oligopoli tipe 3
Kelompok IV 38% 45% Oligopoli tipe 4
Kelompok V 22% 32% Oligopoli tipe 5
<32% Tak terkonsentrasi

Keysan dan Turner : CR-8=100% CR-20=75% Oligopoli penuh


Kelompok I - 33% Oligopoli
Kelompok II <33% Tak terkonsentrasi
Hasibuan & Machlup <3% - Poli-poli
Kuncoro 40% - Oligopoli
Prasetyo >70% >86% Oligopoli
<25% <35% Tidak terkonsentrasi
Sumber : (Martin, 1994; Hasibuan, 1994; Kuncoro, 1997; Prasetyo, 2010)
Adanya berbagai ukuran yang digunakan untuk mengetahui ukuran
konsentrasi suatu industri seperti rasio konsentrasi (concentration ratio) ataupun
berbagai ukuran indeks dalam konsentrasi industri, mempunyai kelebihan dan

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

kekurangan nya tersendiri. Adapun beberapa macam ukuran yang digunakan dalam
mengukur konsentrasi suatu industri adalah sebagai berikut :
1. Rasio Konsentrasi (Concentration Ratio)
Rasio konsentrasi (concentration ratio) atau sering dikenal dengan istilah
CR merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi industri
dengan menggunakan teknik andil setiap perusahaan yang ada dalam industri yang
ingin diamati. Variabel-variabel yang ingin digunakan tergantung dari tujuan
pengamatan yang diinginkan, misalkan dapat berdasarkan pada variabel ; market
share, output, nilai tambah, nilai penjualan, nilai investasi, profit, tenaga kerja,
modal dan sebagainya (Prasetyo,2010).
𝑛
𝑋𝑖
𝐶𝑅𝑛 = ∑
𝑇𝑗
𝑖=1

Keterangan :
n = jumlah perusahaan industri yang dapat diukur.
X = besarnya nilai absolut dari dari variabel yang sedang diamati pada sejumlah
perusahaan ke-i.
T = mewakili jumlah keseluruhan nilai absolut dari variabel yang diukur atau
diamati dalam industri tersebut.
Hasil penghitungan CR yang sederhana dan bermanfaat untuk mengetahui
bentuk struktur industri juga memiliki kelemahan yaitu ukuran CR kurang mampu
menggambarkan struktur suatu industri secara lengkap. Hal ini dikarenakan
penghitungan CR hanya menggunakan satu variabel saja, dimana nilai rasio
konsentrasi ini kurang mampu memberikan informasi yang lengkap tentang struktur
industri.
2. Indeks Lerner (IL)
Pasar Monopoli menggunakan Indeks Lerner (IL) untuk menentukan derajat
kekuatan monopoli. Indeks Lerner secara tidak langsung mengukur laba yang
diperoleh dalam suatu industri. IL membandingkan antara perbedaan harga yang
berlaku dangan biaya marjinal terhadap harga tersebut. IL cenderung mengukur
kinerja industri, bukan struktur pasar industri. Menurut perhitungan Indeks Lerner,
semakin tinggi IL semakin kuat derajat monopolinya. Atau dengan kata lain, Daya

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

monopoli dikatakan makin besar bila keputusan harga dan output perusahaan makin
sulit dilawan oleh pasar. Menurut Rahardja (2004), Abba Lerner mengukur
kemampuan perusahaan berlandaskan permintaan yang dihadapi perusahaan
dengan menghitung angka indeks, yang dikenal sebagai indeks Lerner (Lerner
Index).

di mana: L = indeks Lerner; P = harga output; MC = biaya marjinal

Berdasarkan persamaan di atas, daya monopoli makin besar bila nilai L makin
besar. Indeks Lerner mempunyai nilai antara 0 dan 1. Dalam pasar persaingan
sempurna daya monopoli adalah nol (L=0) karena dalam keseimbangan harga sama
dengan biaya marjinal (P=MC). Besarnya indeks Lerner dipengaruhi oleh beberapa
faktor:
a. Elastisitas Harga
Permintaan Dalam pasar persaingan sempurna, elastisitas permintaan tak
terhingga. Laba maksimum tercapai bila P=MC. Karena itu, dalam pasar persaingan
sempurnal nilai L sama dengan nol. Perusahaan tidak mempunyai daya monopoli
(price taker). Makin in-elastis permintaan, makin besar nilai L atau daya monopoli.
b. Jumlah Perusahaan
Dalam Pasar Makin sedikit jumlah perusahaan, daya monopoli makin besar.
Dalam pasar persaingan sempurna, jumlah perusahaan banyak sekali, sehingga
konsumen leluasa memilih produsen. Permintan elastis sempurna, sehingga nilai L
sama dengan nol.
c. Interaksi Antar
Perusahaan Makin solid interaksi antar perusahaan, makin besar daya
monopoli. Dalam pasar persaingan sempurna, karena jumlah perusahaan sangat
banyak, amat sulit melakukan konsolidasi untuk mencapai kekuatan monopoli.
Makin sedikit jumlan perusahaan, makin mudah melakukan konsolidasi (interaksi).
Karena itu, struktur pasar yang berpotensi besar untuk memiliki daya monopoli
besar adalah oligopoli.

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

Indeks Lerner bukanlah indeks laba (profit index). Sebab laba berkaitan
dengan biaya rata-rata. Walaupun memiliki daya monopoli yang besar (nilai L
besar), tanpa efisiensi perusahaan bahkan akan mengalami kerugian.
3. Indeks Hirscman-Herfindahl
Indeks Herfindahl (HI) merupakan ukuran konsentrasi suatu industri yang mampu
menggambarkan konsentrasi industri yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan
Rasio Konsentrasi (Concentration Ratio). Namun Indeks Herfindahl ini juga
mempunyai kelemahan pada saat pemberian bobot. Nilai Hi sangat sensitif terhadap
andil perusahaan yang terbesar dalam industri. Karena semakin besar andil
perusahaan akan semakin berarti dalam nilai HI.
Indeks Hirscman-Herfindahl melakukan pendekatan dengan menghitung
pangsa penjualan (sales) perusahaan-perusahaan besar relatif terhadap total
penjualan pasar. Seperti hanya dalam perhitungan IL dan IB, dihitung untuk
mengkaji kinerja industri tertentu. HHI ini sangat sensitif terhadap perusahaan yang
mempunyai pangsa pasar cukup besar. Perusahaan yang mempunyai pangsa pasar
kecil akan memberikan kontribusi yang juga kecil terhadap HHI dan konsentrasi
industri.
H = S12 + S22 + ..... +Sn2
S1 = Pangsa pasar perusahaan terbesar disektor tersebut
S2 = Pangsa pasar perusahaan kedua terbesar disektor tersebut
Sn = Pangsa pasar perusahaan ke n terbesar disektor tersebut.
Semakin terkonsentrasi suatu industri, kekuatan pasar (market power;
kemampuan untuk menentukan harga) dari suatu perusahaan dalam suatu industri
juga akan meningkat.
Monopoly adalah bentuk konsentrasi industri yang paling tinggi
Analisis dari nilai HHI adalah sebagai berikut:
HHI < 1000, struktur pasar dalam industry tersebut cenderung kearah persaingan
bebas (open market).
1000 < HHI < 1800, cenderung kearah
1800 < HHI, struktur pasar cenderung kearah Monopoli.

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

4. Kurva Lorenz dan Koefisien Gini


Pendekatan lain untuk melihat konsentrasi industri adalah dengan
menggunakan pemetaan Kurva Lorenz dan penghitungan Koefisien Gini (Adelaja,
dkk. 1998, Wang 2004). Kurva Lorenz dan Koefisien Gini dipergunakan untuk
mengukur dan membandingkan inequality dari perusahaan-perusahaan di dalam
industri. Kurva Lorenz dan Koefisien Gini mengindikasikan tingkat kompetisi
dalam suatu pasar dengan mengukur inequality dalam distribusi ukuran dari
perusahaan-perusahaan (Hart and Prais 1956).
Koefisien Gini adalah ukuran statistik yang diperoleh dari Kurva Lorenz,
yang terkait dengan pangsa kumulatif dari total nilai suatu variabel (output,
revenue, jumlah pekerja, dsb.) terhadap angka atau persentase dari perusahaan-
perusahaan yang ada dalam suatu industri yang diurutkan meningkat sesuai
ukurannya. Jika kurva berbentuk lurus, seluruh perusahaan memiliki ukuran yang
sama, dan industri dapat dipandang sebagai completely unconcentrated,
mengindikasikan tingkat kompetisi yang tinggi di pasar. Secara umum, perusahaan-
perusahaan tidak mempunyai ukuran yang sama dalam suatu industri, dan semakin
besar deviasi dari garis diagonal terhadap Kurva Lorenz, semakin besar inequality
dari ukuran perusahaan dan semakin besar konsentrasi pasar. Sebaliknya, semakin
dekat kepada garis diagonal, semakin terdistribusi dan perusahaan-perusahaan
semakin tidak terkonsentrasi.

Sumber: Wikipedia Gambar: Kurva Lorenz

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

Koefisien Gini didefinisikan sebagai sebagai rasio dari luasan yang terletak
di antara garis diagonal dan Kurva Lorenz dibagi dengan luasan segitiga di bawah
garis diagonal. Nilai maksimum dan minimum adalah satu dan nol, berturut-turut
mewakili total inequality dan total equality.
Jika luasan di antara garis diagonal (perfect equality) dan Kurva Lorenz
adalah A, dan luasan di bawah Kurva Lorenz adalah B, maka Koefisien Gini adalah
A / (A+B). Karena A+B = 0.5, maka Koefisien Gini, G = A/(0.5) = 2A = 1-2B. Jika
Kurva Lorenz merupakan fungsi Y = L(X), nilai dari B dapat dicari dengan fungsi
integral, sehingga:
G = 1 – 2*(integral 0-1 dari L(X)dX)
Kurva Lorenz dapat dituliskan sebagai fungsi L(F), dalam hal mana F
adalah sumbu horizontal, dan L adalah sumbu vertikal. Untuk populasi berukuran
n, dengan urutan nilai yi i=1 hingga n yang diurutkan meningkat (yi <= yi+1), maka
Kurva Lorenz adalah fungsi linier yang menghubungkan titik-titik (Fi, Li), i = 0
hingga n, dalam hal mana F0 = 0, L0 = 0, dan untuk i = 0 hingga n:
Fi = i/n
Si = Yj1 + Yj2 + … + Yji
Li = Si/Sn

B. HAMBATAN UNTUK MASUK (BARRIER TO ENTRY)


Hambatan masuk pasar dapat dilihat dari mudah atau tidaknya
pesaingpesaing potensial untuk masuk ke pasar. Semakin tinggi barrier to entry
maka akan semakin lemah ancaman dari pendatang baru yang hendak masuk ke
dalam suatu industri. Cara yang digunakan untuk melihat hambatan masuk adalah
dengan menggunakan skala ekonomis yang didekati melalui output perusahaan
yang menguasai pasar lebih dari 50 persen. Nilai output tersebut kemudian dibagi
dengan total output industri. Data ini disebut sebagai Minimum Efficiency Scale
(MES), (Jaya, 2001)
𝑂𝑢𝑝𝑢𝑡 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑠𝑎𝑟
𝑀𝐸𝑆 = 𝑥 100%
𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

MES (Minimum Efficient Scale) merupakan indikator yang digunakan


untuk menggambarkan hambatan masuk pasar (entry barriers). MES didapatkan
dari rata-rata output perusahaan terbesar (yang menghasilkan 50% output industri)
dibagi output industri. MES ini adalah interval tingkat produksi di mana
penambahan output akan menurunkan biaya produksi jangka panjang per unit.
Dalam penelitian Maioli, MES didekati dengan rasio antara rata-rata nilai tambah
4 perusahaan terbesar (yang menghasilkan 50% atau lebih output industri) dengan
nilai tambah industri tersebut.( Diana Yoseva,2009)
Hubungan MES dan PCM adalah berbanding lurus. Jika MES meningkat,
maka PCM juga meningkat. MES ini memungkinkan perusahaan berproduksi
dengan struktur biaya yang rendah. Hal itu menjadikan penghalang bagi masuknya
saingan baru di pasar sehingga PCM pun ikut meningkat. Terdapat beberapa ukuran
yang dapat digunakan sebagai proksi dari MES yaitu:
 Output dari pabrik terbesar
 Ukuran rata-rata dari seluruh pabrik yang berada pada kelas distribusi
tertinggi
 Ukuran rata-rata dari seluruh pabrik yang ada di suatu industri
 Titik tengah dari industri pabrik-pabrik yang ada di pasar
 Ukuran rata-rata dari pabrik-pabrik terbesar yang menguasai 50% output
industri. (Alfarisi, 2009)
Produsen yang efisien dalam berproduksi pada dasarnya memiliki kekuatan
alamiah untuk menghambat para pesaing potensial untuk memasuki pasar. Harga
jual produk yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen dapat diatur pihak
produsen yang mapan menurut selera yang diinginkan. Produsen yang mapan dapat
menentukan tingkat harga dan output yang diinginkan untuk menentukan
keuntungan. Sebaliknya pada produsen yang memiliki keputusan yang lemah dalam
memasuki pasar akan sulit menentukan tingkat harga dan output, hal ini pula yang
menyebabkan produsen lemah akan sering gagal melakukan penetrasi pasar dan
menguasai keadaan pasar.

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

C. DIFERENSIASI PRODUK
Dalam pemasaran diferensiasi produk adalah kegitan modifikasi produk
agar menjadi lebih menarik. Diferensiasi ini merupakan penelitian pasar yang
cukup serius karena agar bisa benar-benar berbeda, diperlukan pengetahuan produk
pesaing. Diferensiasi produk ini biasanya mengubah sedikit karekter produk, antara
lain kemasan dan tema promosi tanpa mengubah spesifikasi fisik produk, meskipun
itu diperbolehkan. Diferensiasi produk mencakup ( Philip Kotler, 2005 : 350 ) :
1. Bentuk Banyak produk dapat dideferensiasikan berdasarkan bentuk,
ukuran, model, atau struktur fisik produk.
2. Keistimewaan Produk dapat ditawarkan dengan berbagai keistimewaan,
yakni karekteristik yang melengkapi fungsi dasar produk. Upaya untuk
menjadi yang pertama dalam memperkenalkan keistimewaan baru yang
berharga merupakan salah satu dari cara yang paling efektif untuk bersaing.
3. Mutu kerja Mutu kinerja mengacu pada tingkat dimana karakteristik dasar
produk itu beropersi.
4. Mutu kesesuain Kualitas kesesuain adalah tingkat dimana semua unit yang
berproduksi adalah identik dan memenuhi spesifikasi sasaran yang
dijanjikan oleh sebuah produk.
5. Daya tahan Suatu ukuran usia opersi produk yang diharapkan dalam kondisi
normal.
6. Keandalan Ukuran kemungkinan suatu produk tidak akan rusak atau gagal
dalam suatu periode tertentu.
7. Gaya Dimana digambarkan penampilan dan persaman yang ditimbulkan
oleh produk bagi pembeli.
8. Rancangan Salah satu cara yang paling ampuh untuk mendeferensiasikan
dan memposisikan produk dan jasa perusahaan.
9. Mudah diperbaiki Sutu ukuran kemudahan untuk memperbaiki suatu
produk yang rusak atau gagal.

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

BAGIAN II. CONDUCT (Prilaku)

A. PRILAKU PENENTUAN HARGA


1. Analisis Willingnes To Pay
Menurut Rondhi, ( 2016), Willingnes to pay adalah konsep yang digunakan
untuk mengetahui kesediaan konsumen untuk membayar suatu barang (produk dan
jasa). Konsep ini banyak digunakan untuk mengetahui nilai suatu barang, baik
barang publik, maupun barang sumberdaya bersama dan eksternalitas adanya suatu
barang. Dewasa ini konsep WTP diaplikasikan juga pada manajemen pemasaran
baik untuk strategi penentuan harga maupun pengembangan produk. Secara historis
konsep awal willingness to pay mulai diperkenalkan pada tahun 1902 oleh
Davenport 1902 (Gall-Elly). Pada saat itu konsep tersebut digunakan untuk menilai
secara ekonomi (termasuk penetapan harga) barang sumberdaya publik, beberapa
penelitian yang mendukung pendapat tersebut antara lain Burnel (1998), Brasington
(1999), Hite (2001), dan Weimwee dan Wolkoff (2001), yang meneliti tentang
dampak barang publik pada keamanan, sekolah dan kualitas lingkungan. Selain
untuk mengkur secara ekonomi barang publik konsep willingness to pay juga
digunakan untuk mengukur eksternalitas. Tujuan penggunaan metode ini adalah
untuk melakukan segmentasi pasar dan strategi penentuan harga pada
produkproduk yang baru dikeluarkan.
Terdapat dua ciri utama yang melekat pada barang yang digunakan untuk
mengkategorikan barang, yaitu kerivalan dan eksludabilitas. Kerivalan ini terjadi
pada saat seseorang mengkonsumsi barang tersebut mengurangi penggunaan orang
lain, sedangkan eksludabilitas adalah kepemilikan barang yang dengannya orang
lain dapat dicegah untuk menggunakannya. Berdasarkan dua ciri tersebut, barang
dapat dikategorikan menjadi barang pribadi, barang sumberdaya bersama, barang
publik dan barang semi publik. Dalam ilmu ekonomi, pendekatan pengukuran
barang tersebut berbeda – beda. Pendekatan pasar sangat cocok untuk pendekatan
barang – barang privat, sedangkan pendekatan nonpasar sangat cocok untuk barang
publik dan barang sumberdaya bersama. Non pasar berarti bahwa perlakuan barang
bukan berdasarkan penetuan pasar (Rondhi, 2016).

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

Pendekatan pasar merupakan cara yang digunakan untuk menentukan harga


suatu barang pada pasar kompetitif. Pasar kompetitif dicirikan dengan (1) adanya
informasi yang sempurna antara pembeli dan penjual, (2) jumlah pembeli dan
penjual yang relatif besar, (3) bebas keluar masuknya pembeli dan penjual dalam
pasar, dan (4) jenis barang yang relatif sama. Pendekatan pasar sangat sesuai
digunakan pada barang privat. Hal ini karena adanya insentif (keuntungan) bagi
pelaku ekonomi untuk menyediakan barang tersebut. Jika konsdisi pasar tidak
memenuhi syarat diatas, maka pendekatan pasar dianggap tidak sesuai. Tidak
semua barang bersifat privat, contohnya sumberdaya air dan ikan di laut lepas.
Barang-barang tersebut tidak sesuai jika diukur dengan pendekatan pasar.
Pendekatan non-pasar merupakan cara untuk memperlakukan barang sumberdaya
bersama, barang publik, dan barang semi publik. Salah satu pendekatan ekonomi
yang digunakan terkait barang-barang tersebut adalah pendekatan willingness to
pay atau kesediaan membayar (Rondhi, 2016).
Secara umum terdapat dua metode pengukuran WTP, yaitu revealed
preference dan stated preference. Revealed preference merupakan metode
pengkuran yang dilakukan dengan menggunakan data-data yang telah ada (lebih
banyak data sekunder), sedangkan stated preference merupakan metode
pengukuran yang dilakukan pada konsumen yang diinginkan. Stated preference
dipisahkan menjadi dua yaitu pertanyaan langsung dan pertanyaan tidak langsung.
Pertanyaan langsung dilakukan dengan menanyakan langsung tentang kesanggupan
konsumen dalam membayar suatu produk, sedangkan pernyataan tidak langsung
dilakukan dengan menanyakan dengan pertanyaan yang tidak langsung tentang
kesanggupan konsumen.
Kesediaan untuk membayar (WTP) merupakan sebuah pengukuran untuk
mengetahui kesediaan konsumen (pengguna) dalam membayar barang dan jasa
yang dikonsumsinya. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengukur WTP
adalah dengan survei langsung kepada konsumen. Survei ini dapat digunakan untuk
mengetahui permintaan potensial sebuah produk (barang dan jasa) dengan
menanyakan secara langsung. Untuk mendapatkan data akurat, survei langsung

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

tersebut dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut (Foreit dan
James, 2004) :
1. Tahap awal
Sebelum membuat pernyataan kepada konsumen mengenai berapa besarnya harga
barang dalam metode survei langsung, ada pertanyaan dasar yang harus dijawab
terlebih dahulu yaitu berapa seharusnya kita menetapkan harga barang ini. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, ada beberapa hal perlu dipertimbangkan yaitu :
a. Tujuan utama perusahaan adalah mendapatkan keuntungan yang
maksimal (profit maximization). Untuk mendapatkan keuntungan
tersebut, perlu dipertimbangkan biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan baik biaya tetap maupun biaya variabel. Hal ini penting
untuk menentukan berapa besarnya haga yang akan ditetapkan pada
barang tesebut.
b. Siapa target populasi (kosumen), target populasi konsumen merupakan
hal penting karena terkait nilai barang yang akan dijual. Barang yang
sama dapat dinilai berbeda jika konsumen berasal dari kalangan yang
berbeda. Dalam strategi pemasaran, barang yang asalnya sama dapat
dikemas dengan kemasan yang berbeda (diversifikasi) dengan tujuan
konsumen yang berbeda.
c. Tentukan strategi sampling, metode penarikan sampel dan besarnya
sampel akan berpengaruh pada survei WTP. Sampel yang tepat akan
dapat merepresentasikan konsumen.
2. Mendesain kuisioner
Kuisioner merupakan alat utama dalam survei langsung ini. Kuisioner yang tepat
akan dapat mencerminkan kondisi sebernarnya kesediaan konsumen dalam
membayar dan sebaliknya. Kuisioner yang tepat harus berpedoman pada hasil
observasi tahap awal. Hal penting yang perlu ada dalam kuisioner tersebut adalah
kondisi demografis seorang konsumen meliputi umur, jenis kelamin, tingkat
pendapatan, pekerjaan, selera pada barang berkaitan dengan barang tersebut.
Kuisioner ini dapat disusun baik terbuka maupun tertutup. Pertanyaan utama dalam
kuisioner adalah berapa harga tertinggi yang bersedia anda bayarkan untuk

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

mengkonsumsi barang tersebut, pertanyaan ini akan ditanyakan kepada responden


dalam survei langsung.
3. Analisis data
Tahap selanjutnya adalah menganalisis data, dalam tahap ini tahapan yang harus
dilakukan antara lain :
a. Ambil data terkait kemampuan membayar tertinggi produk tersebut.
b. Keluarkan jawaban – jawaban dari responden yang meragukan.
c. Lakukan distribusi frekuensi pada data tersebut. Distribusi frekuensi
tersebut paling tidak memberikan gambaran harga barang maksimum
yang dibayarkan masing-masing konsumen, jumlah konsumen pada
masing-masing kesediaan untuk membayar, dan frekuensi kumulatif
(persentase) jumlah konsumen.
d. Buatlah kurva permintaan berdasarkan data yang didapatkan diatas
dengan fungsi sebagai berikut :
Y = a + bx
Keterangan : Y = WTP X = jumlah konsumen (jumlah barang yang
diminta)
4. Mengestimasi permintaan pada tingkat harga yang berbeda
Berdasarkan kurva permintaan diatas, pada tahap ini dapat diestimasikan
permintaan konsumen terhadap barang tersebut pada tingkat harga yang berbeda.
Pembahasan pada tahap ini tergantung pada kurva permintaan yang dihasilkan pada
tahap sebelumnya, apabila terdapat permintaan barang yang berbeda pada berbagai
tingkat harga maka pembahasan ini memberikan justifikasi bahwa perlu adanya
segmentasi pasar berdasarkan kemampuan untuk membeli.

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

B. STRATEGI PODUK
1. Analisis Segmenting
Menurut Kasali segmentasi pasar adalah proses mengkotak-kotakkan pasar
(heterogen) kedalam kelompok-kelompok pelanggan potensial (potential customer)
yang memiliki kesamaan kebutuhan dan kesamaan karakter yang memiliki respon
yang sama dalam membelanjakan uangnya (Mutmainna, 2017) .Dengan penerapan
segmentasi pasar, perusahaan yang memproduksi dan memasarkan suatu produk
dapat melakukannya dalam jangka waktu yang panjang dengan biaya per unit yang
lebih rendah serta usaha penyimpanan dan pengankutannya lebih efisien. Selain itu,
biaya periklanan per unitnya juga lebih rendah untuk satu macam produk dibanding
bila mempromosikan beberapa macam produk. Segmentasi pasar sangat
bermanfaat bagi setiap perusahaan yang menerapkannya, karena segmentasi pasar
dapat membuat kinerja suatu pemasaran lebih efektif dan efisien.
Philip Kotler menyatakan bahwa ada 4 dasar dalam menentukan segmentasi
pasar konsumen, yaitu
1. Segmentasi geografis :
Segmentasi geografis memerlukan pembagian pasar menjadi berbagai unit
geografis seperti negara, negara bagian, wilayah, kabupaten, kota atau lingkungan
sekitar. Perusahaan dapat beroperasi disatu atau beberapa daerah, atau beroperasi
di seluruh daerah, sambil tetap memberikan perhatian pada variasi lokal.
Segmentasi ini dilakukan dengan mengelompokkan konsumen menjadi bagian
pasar menurut skala wilayah / letak geografis yang dapat dibedakan berdasarkan :
a. Wilayah
Dapat diperoleh segmen pasar yang berupa pasar local, pasar
regional, pasar nasional, dan pasar luar negeri atau ekspor. Masing-
masing pasar berdasarkan wilayah ini berbeda-beda potensi dan cara
menanganinya.
b. Iklim
Dengan dasar ini diperoleh segmen pasar yang berupa pasar daerah
pegunungan dan dataran tinggi serta pasar daerah pantai dataran

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

rendah. Masing- masing pasar berdasarkan iklim ini berbeda


kebutuhan, keinginan, dan preferensinya.
c. Kota atau desa
Dapat diperoleh segmen pasar yang berupa pasar daerah perkotaan
dan pasar daerah desa atau pertanian. Masing-masing segmen pasar
ini berbeda potensi serta motif, perilaku, dan kebiasaan
pembeliannya sehingga membutuhkan cara penanganan pemasaran
berbeda
2. Segmentasi demografis
Dalam segmentasi demografis, kita membagi pasar menjadi kelompok-
kelompok berdasarkan variabel seperti usia, ukuran keluarga, sikluk
hidup keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, pendidikan,
agama, ras, generasi, kebangsaan, dan kelas sosial.
3. Segmentasi psikogafis
Psikografis adalah ilmu untuk menggunakan psikologi dan demografi
guna lebih memahami konsumen. Dalam segmentasi ini, pembeli dibagi
menjadi berbagai kelompok berdasarkan sifat psikologis/kepribadian,
gaya hidup atau nilai.
4. Segmentasi perilaku
Dalam segmentasi perilaku, pemasar membagi pembeli menjadi
beberapa kelompok berdasarkan pengatahuan, sikap, penggunaan, atau
respons terhadap sebuah produk.
2. Analisis Targeting
Menurut Keegan dan Green targeting adalah proses pengevaluasian
segmentasi dan pemfokusan strategi pemasaran kepada sebuah negara, propinsi,
atau sekelompok orang yang memiliki potensi untuk memberikan respon. Target
pasar juga diartikan sebagai kegiatan yang berisi dan menilai serta memilih satu
atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki oleh suatu perusahaan.

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

1. Faktor-faktor penetapan target pasar Menurut Rismiati dan Suratno, ada


lima faktor yang perlu diperhatikan sebelum menetapkan target pasar,
yaitu
a. Ukuran segmen : Perkiraan besarnya ukuran segmen yang akan
dituju merupakan factor penting untuk memutuskan apakah
segmen tersebut cukup berharga untuk ditindak lanjuti.
b. Pertumbuhan segmen : Walaupun ukuran segmen saat ini kecil
bukan tidak mungkin akan berkembang atau diharapkan dapat
berkembang untuk masa mendatang.
c. Biaya yang harus dikeluarkan untuk mencapai segmen Suatu
segmen yang baik adalah segmen yang mempunyai biasa
standard dan masih sesuai untuk kegiatan pemasaran.
d. Kesesuaian dengan tujuan dan sumber-sumber atau kemampuan
perusahaan Target yang dituju haruslah sesuai dengan tujuan dan
sumber-sumber atau kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan.
e. Posisi persaingan : Suatu segmen mungkin mempunyai ukuran
dan pertumbuhan yang baik tetapi mempunyai potensi lemah
dalam hal laba. Lebih sedikit persaingan lebih atraktif atau
menarik segmen tersebut untuk dimasuki.
2. Mengevaluasi dan memilih segmen pasar
Dalam mengevaluasi segmen pasar yang berbeda, perusahaan harus melihat
dua faktor diantaranya: daya tarik keseluruhan segmen serta tujuan dan sumber
daya perusahaan. Seberapa baik nilai segmen potensial terhadap kriteria diatas?
Apakah suatu segmen potensial mempunyai karakteristik yang membuat menarik
secara umum, seperti ukuran, pertumbuhan, profitabilitas, skala ekonomi, dan
risiko rendah? Apakah investasi pada segmen tersebut masuk akal berdasarkan
tujuan, kompetensi, dan sumber daya perusahaan? Beberapa segmen menarik
mungkin tidak sesuai dengan tujuan jangka panjang perusahaan, atau perusahaan
mungkin tidak mempunyai satu atau lebih potensi yang di perlukan untuk
menawarkan nilai yang unggul .

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

Setelah melakukan pengevaluasian perusahaan kemudian harus memilih


segmen mana yang akan dituju dimana segmen yang dipilih haruslah sesuai dengan
faktor-faktor yang terdapat dalam proses pengevaluasian, agar tidak terjadi
kesalahan dalam pengimplementasian. Sehingga potensi-potensi dari segmen yang
telah dipilih dapat dimaksimalkan dan biaya-biaya tak terduga juga dapat
diminimalisir.
3. Strategi Positioning
Penempatan produk (positioning) mencakup kegiatan merumuskan
penempatan produk dalam persaingan dan menetapkan bauran pemasaran yang
terperinci.Menurut lubis penempatan produk adalah tindakan merancang produk
dan bauran pemasaran agar tercipta kesan tertentu diingatan konsumen . Kotler
menjelaskan beberapa caraproduct positioning yang dapat dilakukan oleh pemasar
dalam memasarkan produk kepada konsumen yang dituju, antara lain
a. Penentuan posisi menurut atribut Ini terjadi bila suatu peusahaan
memposisikan dengan menonjolkan atribut produk yang lebih unggul
dibanding pesaingnya, seperti ukuran, lama keberadaannya, dan
seterusnya.
b. Penetuan posisi menurut manfaat Dalam pengertian ini produk
diposisikan sebagai pemimpin dalam suatu manfaat tertentu.
c. Penentuan posisi menurut penggunaan atau penerapan Seperangkat
nilai-nilai penggunaan atau penerapan inilah yang digunakan sebagai
unsur yang ditonjolkan dibandingkan pesaingnya.
d. Penentuan posisi menurut pemakai Ini berarti memposisikan produk
sebagai yang terbaik untuk sejumlah kelompok pemakai. Dengan kata
lain pasar sasaran lebih ditujukan pada sebuah atau lebih komunitas,
baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas.
e. Penentuan posisi menurut pesaing Disini produk secara keseluruha
menonjolkan nama mereknya secara utuh dan diposisikan lebih baik
daripada pesaing.
f. Penentuan posisi menurut kategori produk Disini produk diposisikan
sebagai pemimpin dalam suatu kategoti produk.

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

g. Penentuan posisi harga atau kualitas Disini produk diposisikan sebagai


penawar nilai terbaik.

C. ADVERTISING
1. Analisis EPIC Model
EPIC (Empathy, Persuasion, Impact, Communication) Model, metode
pengukuran efektivitas iklan ini ditemukan oleh lembaga riset dan penelitian The
Nielsen Company, dan terdiri dari empat dimensi yang saling melengkapi. The
Nielsen Company menyarankan bahwa konsep yang sukses akan :
 Memacu respon empati, membuat konsumen merasa terikat secara
personal.
 Mempersuasikan konsumen untuk mengambil tindakan atau setidaknya
ingin untuk menginvestigasi konsep secara lebih mendalam.
 Memiliki dampak atau setidaknya tingkat keunikan.
 Mengartikulasisecara jelas, setidaknya satu kelebihan produk yang
relevan dan diharapkan.
Berbagai model diciptakan untuk mengukur efektivitas iklan. Efektivitas
iklan dapat diukur dengan menggunakan model EPIC Model yang dikembangkan
oleh The Nielsen Company. Model ini mengukur efektivitas iklan terhadap dampak
komunikasi, mencakup empat dimensi kritis, yaitu: empati, persuasi, dampak dan
komunikasi (Empathy, Persuasion, Impact, and, Communication). Untuk
kampanye periklanan yang berbeda, dimensi-dimensi ini memiliki tingkat
kepentingan yang berbeda pula, tergantung pada tujuan pemasaran. Pendekatan
EPIC Model ini penting, karena bisa menampilkan kemampuan konsep dalam
sebuah basis multidimensional, menafsirkan, misalnya apakah konsep yang dinilai
buruk, terhanya hanya gagal di satu dimensi. Model merupakan penyederhanaan
dari sesuatu yang mampu mewakili sejumlah objek atau aktivitas.

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

Menurut Durianto et. al, (2003) bahwa dimensi-dimensi yang ada pada
EPIC Model adalah:
a. Dimensi empati (empathy),
Dimensi empati menginformasikan apakah konsumen menyukai promosi,
dan bagaimana konsumen melihat hubungan promosi tersebut dengan pribadi
mereka. Empati merupakan keadaan mental yang yang membuat seseorang
mengidentifikasi dirinya atau merasa dirinya pada keadaan perasaan atau keadaan
yang sama dengan orang atau kelompok lain. Dimensi empati melibatkan afeksi
dan kognisi konsumen. Afeksi melibatkan perasaan, sementara kognisi melibatkan
pemikiran. Dimensi empati dapat menggambarkan keadaan positif maupun negatif
dari suatu kegiatan promosi. Konsumen melihat yang melihat bahwa suatu produk
memiliki konsukuensi yang relevan secara pribadi, maka konsumen dikatan terlibat
dengan produk tersebut dan memiliki hubungan dengan produk tersebut.
Keterlibatan mengacu pada persepsi konsumen tentang pentingnya atau relevansi
personal suatu objek, kejadian, atau aktivitas. Konsumen memiliki tiga jenis
pengetahuan produk. Konsumen memiliki tiga jenis pengetahuan produk, yaitu:
1. Pengetahuan tentang atribut atau karakteristik produk.
2. Konsekuensi positif atau keuntungan penggunaan produk berupa
konsekuensi fungsional dan konsekuensi emosional.
3. Nilai produk yang membuat konsumen puas.

b. Dimensi persuasi (persuasion),


dimensi persuasi menginformasikan apa yang dapat diberikan suatu
promosi untuk peningkatan atau penguatan karakter suatu merek, sehingga pemasar
dapat memperoleh pemahaman tentang dampak promosi terhadap keinginan

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

konsumen untuk membeli suatu produk yang ditawarkan. Persuasi adalah


perubahan kepercayaan, sikap dan keinginan yang disebabkan oleh komunikasi
promosi dan sesuatu yang dapat menarik seseorang untuk melakukan suatu hal
tertentu. Memahami bahwa konsumen dapat terlibat dengan produk dikarenakan
adanya pembelian yang berisiko dan penggunaanya merefleksikan atau
mempengaruhi diri, mereka menyarankan pengembangan dari sebuah profil
keterlibatan yang meliputi lima komponen yaitu :
1. Ketertarikan pribadi yang dimiliki konsumen terhadap kategori produk,
arti dan kepentingan pribadi.
2. Kepentingan yang dipersepsikan dari konsekuensi negative yang
potensial, diasosiasikan dengan pilihan produk.
3. Kemungkinan melakukan pembelian yang buruk.
4. Nilai tambah dari kategori produk.
5. Nilai tanda dari kategori produk (berhubungan dengan diri).

c. Dimensi dampak (impact),


dimensi dampak menunjukkan apakah suatu produk bisa terlihat lebih
menonjol daripada produk lain, dan apakah suatu promosi dapat mengikutsertakan
konsumen dalam pesan yang disampaikan. Tujuan dari dimensi dampak adalah
peningkatan product knowledge (pengetahuan produk). Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam menciptakan dampak melalui periklanan, yaitu :
1. Penciptaan dan penggunaan slogan, diferensiasi, dan asosiasi.
2. Repetisi atau iklan yang harus disiarkan berulang-ulang.

d. Dimensi komunikasi (communication),


dimensi komunikasi memberikan informasi tentang kemampuan konsumen
dalam mengingat pesan utama yang disampaikan, pemahaman konsumen, kekuatan
kesan yang ditinggalkan dan kejelasan promosi. Secara murni dan sederhana, tugas
periklanan adalah untuk mengkomunikasikan suatu informasi dan kerangka pikir
yang merangsang tindakan kepada audiens tertentu.

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

BAGIAN III. PERFORMANCE (Kinerja)

A. Analisis Kinerja Keuangan


Rasio keuangan adalah suatu alat untuk menganalisis dan mengukur kinerja
perusahaan dengan menggunakan data-data keuangan perusahaan tersebut. Data-
data keuangan dapat diambil dari laporan keuangan seperti laporan laba rugi,
neraca, laporan arus kas, dan laporan lainnya. Berdasarkan tujuannya, rasio
keuangan dibagi menjadi empat yaitu.
1) Rasio Likuiditas
Menurut Hanafi dan Halim (2012), Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan
hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Rasio ini
digunakan pada posisi jangka pendek yaitu untuk mengetahui kemampuan
perusahaan menyediakan alat-alat yang paling likuid guna menjamin pengembalian
hutang jangka pendek yang telah jatuh tempo dengan mengetahui angka
perbandingan dari rasio ini, maka akan diketahui sejauh mana kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini tidak bicara
masalah solvabilitas (kewajiban jangka panjang), dan biasanya relatif tidak penting
dibandingkan rasio solvabilitas, tatapi rasio likuiditas yang jelek dalam jangka
panjang juga akan mempengaruhi solvabilitas perusahaan.
Berikut ini adalah yang termasuk kedalam rasio likuiditas.
a) Rasio Lancar (Current Ratio)
Current Ratio yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar
yang tersedia. Current Ratio biasa disebut dengan modal kerja (Working Capital
Ratio). Rasio ini mencoba memperlihatkan kemampuan klaim pemberi hutang jika
ada kegagalan.
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥 100%
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
b) Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio)
Quick Ratio merupakan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi
dengan aktiva lancar yang lebih liquid. Rasio ini adalah ukuran kemampuan

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

perusahaan dalam memenuhi kewajiban dengan tidak memperhitungkan


persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif untuk direalisasikan
menjadi uang kas.
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥 100%
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
c) Rasio Kas (Cash Ratio)
Cash Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendek yang akan segera atau harus dilunasi
dengan uang kas yang tersedia dengan uang kas yang tersedia dalam perusahaan.
𝐾𝑎𝑠 + 𝑆𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝐾𝑎𝑠
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
d) Working Capital to Total Assets
Rasio ini merupakan perbandingan antara modal kerja (aktiva lancar dikurangi
hutang lancar) dengan total aktiva. Working Capital to Total Assets yang semakin
tinggi menunujukan modal operasional perusahaan lebih besar bila di bandingkan
dengan total aktiva. Modal kerja yang besar akan memperlancar kegiatan operasi
perusahaan sehingga perusahaan mampu membayar hutang, dengan dimikian
pendapatan yang diperoleh meningkat. Semakin tinggi nilai rasio Working Capital
to Assets, makan akan semakin baik
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

2) Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
membayar semua hutang-hutangnya dengan aktiva yang dimilikinya jika
perusahaan tersebut dilikuidasi”. Rasio ini mengukur perbandingan dan yang
disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan
tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan
dibiayai oleh hutang. Rasio ini juga menunjukkan indikasi keamanan dari pemberi
pinjaman atau bank, bisa juga rasio ini menghitung seberapa besar laba sebelum
bunga dan pajak yang tersedia untuk menutup beban tetap bunga. Rasio yang
tergabung dalam rasio solvabilitas adalah sebagai berikut:

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

a) Rasio Hutang Atas Aktiva (Debt to Asset Ratio)


Debt to Asset Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan total aktiva, dengan kata lain seberapa besar
aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
b) Rasio Hutang Atas Modal (Debt to Equity )
Debt to Equity Ratio rasio ini menggambarkan sejauh mana modal pemilik dapat
menutupi hutang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini akan menjadi semakin
baik.Maksudnya, semakin kecil jumlah hutang terhadap modal maka akan semakin
aman.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 = 𝑥 100%
𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙

3) Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas disebut juga dengan rasio efektivitas yang memperlihatkan
pemakaian dana perusahaan. Rasio ini berkaitan dengan kegiatan perusahaan yang
di ukur dengan kegiatan penjualan dan pendapatan perusahaan dalam operasinya.
Rasio aktivitas adalah rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa
besar keefektifan perusahaan dalam menggunakan sumber-sumber dananya. Rasio
ini melihat pada beberapa aset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas
aktiva tersebut pada kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan
tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada
aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada
aktiva lain yang lebih produktif.
a) Total Assets Turnover
Total Assets Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam
dalam keseluruhan aktiva yang berputar dalam satu periode tertentu atau
kemampuan dari modal yang diinvestasikan utuk menghasilkan penjualan.
Rumus :

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
b) Receivable Turnover
Receivable Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam
berputar dalam satu periode tertentu.
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑅𝑒𝑐𝑖𝑒𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 =
𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔
c) Working Capital Turnover
Working Capital Turnover merupakan perbandingan antara penjualan bersih
dengan aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Rasio ini menunjukkan banyaknya
penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap – tiap modal kerja.
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑊𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 =
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
d) Inventory Turnover
Inventory Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam
dalam satu periode tertentu atau mengkur likuiditas dari inventori dan tendensi
untuk adanya overstock.
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Inventory Turnover =
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

4) Rasio Rentabilitas
Rasio Rentabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan,
kas, modal, jumlah karyawan dan sebagainya. Profitabilitas suatu perusahaan
menunjukkan perbandingan laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba
tersebut. Profitabilitas sangat penting untuk menguatkan kondisi perusahaan.
a) Rasio Margin Laba (Profit Margin Ratio)
Rasio ini menunjukan seberapa besar presentase pendapatan bersih yang diperoleh
dari setiap penjualan. Semakin besar rasionya maka akan semakin baik dianggap
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba adalah cukup tinggi Rumus :
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Profit Margin Ratio = 𝑥 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

b) Return on Invesment (ROI)


Retun on investment (ROI) digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal
sendiri yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bersih.
Rumus :
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Retun on investment = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
c) Return on Equity (ROE)
Return on equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri
untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Rasio ini adalah
perbandingan keuntungan bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Semakin
tinggi rasio ini, semakin baik keadaan perusahaan.
Rumus :
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Return on equity = 𝑥 100%
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

DAFTAR PUSTAKA

Mutmainna jafar.2017. “analisis pengaruh segmentasi pasar terhadap peningkatan


penjualan pipa pada PT. Rajawali Jaya Sakti”, h. 14. (28 Juni 2017). 8

Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2012. Analisis Laporan Keuangan. UPP-
AMP YKPN, Yogyakarta

Alfarisi, Dicky Ade, 2009. “Analisa Struktur Dan Kinerja Industri Pulp Dan
Kertas Indonesia”. Jurnal Persaingan Usaha : Jurnal Komisi Pengawas
Persaingan Usaha, Edisi 1 Tahun 2009, hal 61-92

Prathama Rahardja & Mandala Manurung. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi:


Mikroekonomi Edisi Revisi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Prasetyo, P. Eko. 2009. Fundamental Makro Ekonomi. Beta Offset. Yogyakarta
Prasetyo, P. Eko. 2010. Ekonomi Industri. Beta Offset. Yogyakarta
Kuncoro, M. 2007. Ekonomika Industri Indonesia – Menuju Negara Industri baru
2030?. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Adelaja, A., Menzo, J., and McCay, B. 1998. Market Power, Industrial
Organization and Tradeable Quotas. Review of Industrial Organization,
13, 1998, 589-601
Wang, D. 2004. The Chinese Construction Industry from the Perspective of
Industrial Organization, PhD Dissertation, Northwertern University,
Evanston, Illinois.
Kotler, Philip, 2005, Manajemen pemasaran, edisi II, PT. Indeks Kelompok
Gramedia. Jakarta.
Hari Wijaya dan hani sirine, 2017 “Strategi Segmenting, targeting, positioning,
serta strategi harga pada perusahaan Kecap Blekok ”, h. 5 (23 April
2017).
Hasibuan, N. 1993. Ekonomi Industri: Persaingan, Monopoli dan Regulasi. LP3ES,
Jakarta.

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/


Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

Mutmainna jafar. 2017 .“analisis pengaruh segmentasi pasar terhadap peningkatan


penjualan pipa pada PT. Rajawali Jaya Sakti”, h. 14. (28 Juni 2017).
Jaya, W.K. 2001. Ekonomi Industri. BPFE, Yogyakarta
Foreit, K.G.F. dan J.R. Foreit. 2004. Willingness to Pay Surveys for Setting Price
For Reproductive Health Product and Services, A User’s Manual. The
Project between with Population Council’s Frontiers in Reproductive
Health Program and International Devlopment. The Futures Group
International Policy Project.
Rondhi, M. 2016. Sekilas Pengertian Willingness To Pay dan Pengukurannya
dalam modul kebijakan dan peraturan bidang pertanian. Jember :
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember.
Durianto, D., et. al. 2003. Invasi Pasar Dengan Iklan Yang Efektif. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Indonesia.

Ditulis oleh admin https://www.kudupinter.com/

Anda mungkin juga menyukai