Anda di halaman 1dari 5

KEMARAU

Di Perut Kami
Adaptasi Naskah: “Sajak Orang Lapar” W.S. Rendra

Adegan 1
 Musik terdengar mengalun lirih.
 Lampu di Panggung mendadak menyala fokus pada sebuah tempat disana.
 Tiba-tiba, datang beberapa orang dari arah belakang penonton. Terlihat dari depan, seseorang berjalan
seraya menebar-nebar bebungaan, dialah Landu. Lantas diikuti dua orang dibelakangnya: yang satu
lemas dalam gendongan (Laut), yang satu lagi berjalan tertatih menanggung beratnya gendongan
(Padu). Mereka terus berjalan menuju tempat yang bercahaya di Panggung itu.

Adegan 2
 Sesampainya ditempat itu, tepatnya Landu yang sudah berada diatas podium, sedangkan dua
temannya masih didasar tangga dan jatuh. Tampaknya, mereka tak sanggup melanjutkan perjalanan.
 Padu berlutut, menurunkan Laut yang masih lemas dari gendongannya, kemudian bersimpuh peluh.
01. Landu : Kelaparan adalah burung gagak.
Kelaparan adalah burung gagak (dengan nada yang semakin meninggi dan cepat)
yang licik dan hitam
Jutaan burung-burung gagak
bagai awan yang hitam.
Kelaparan bagai awan yang hitam
Jutaan burung-burung gagak
yang licik dan hitam
Kelaparan adalah burung gagak
02. Padu : Allaah ! (suaranya lirih dengan nada terpekik)
Burung gagak menakutkan
Burung gagak yang menakutkan (begitu terus menerus ia meracau ketakutan)
03. Landu : dan kelaparan adalah burung gagak
selalu menakutkan! (pungkasnya membuat Padu diam statis)
 Musik meninggi, lalu kembali pelan.

Adegan 3
 Padu memegangi perut. Bersama saudara-saudaranya ia melantunkan lagu-lagu dengan nada sendu.
Lapar... Lapar...
Lapar tidak tertahankan
Kuingin makan
 Landu yang semula berada didekat Padu, ia kemudian menebar-nebar bebungaan ke tempat lain.
04. Padu : Sudah berhari-hari perut ini tak makan
dari pagi, siang, petang, malam, subuh
kembali pagi lalu petang lagi
begitu terus menerus kita lalui.
hingga pada hari/malam ini
secuil roti dan setetes air pun belum lewat ditenggorokan ini
 Padu menelan ludah. Seperti ia membayangkan betapa nikmatnya makanan lewat tenggorokannya.
05. Padu : Tak adakah sesuatu yang dapat kita makan, Landu?
Kulit dari buah semangka, kulit kacang, atau juga
sisa-sisa nasi bungkus dari pejalan kaki yang lewat pun tak ada?
 Landu tak bergeming.
06. Padu : Lihatlah saudara kita ini (sambil mengusap-usap rambut dan beberapa bagian tubuh Laut)
tubuhnya lemas, nyaris tak bernyawa.
Oh, tidak. (lalu mendekap erat tubuh Laut dipangkuannya)
mengapa kelaparan begitu menakutkan seperti halnya burung gagak dimalam hari?
 Padu larut dalam kesedihan bersama saudaranya yang ia dekap. Sesekali terisak tangis.

Adegan 4
 Padu tiba-tiba bangkit. Membiarkan begitu saja Laut yang masih lemas menahan lapar.
07. Padu : Landu! (menyusul ke dekat Landu)
Apa tidak lebih baik jika kita
meminta bantuan kepada pemerintah kota
agar kiranya mereka memperhatikan orang macam kita
lalu kita akan menerima sumbangan
dan kita akan menikmati banyak makanan... (ujarnya penuh semangat)
08. Landu : Tak semudah itu, Padu. Tak semudah itu. (sahutnya dengan bergeleng kepala)
 Padu pun muram. Terbesit rasa kecewa dihatinya. Muncul sebuah tanda tanya dibenaknya.
 Kemudian Landu berpindah meninggalkan Padu dari tempatnya.
09. Landu : Jika memang mereka perhatian kepada orang macam kita
tanpa kita minta pun mereka akan peduli pada kita.
tapi coba kau rasakan saja, Padu!
justru, mereka dengan asiknya menikmati kemegahan yang mereka punya
tanpa sedikitpun memikirkan orang lain disekitar mereka.
 Padu tampak berpikir lagi ditengah-tengah kediaman Landu.
10. Padu : atau begini saja, Landu. (seperti telah menemukan ide baru, ia menambahkan)
kita datangi saja rumah-rumah warga
kita ketuk-ketuk pintu rumah mereka
kita katakan saja pada mereka
bahwa kita, sudah lama tak makan
yaa.. tentunya mereka tak akan tega bukan?
11. Landu : Aaah, apalah yang kau tawarkan itu Padu!
Sudah berkali-kali kita lakukan itu
namun apa?
apa yang kita dapat? (tegasnya)
dari seluruh perjalanan yang kita lakukan,
sampai ditempat ini sekalipun
kita masih saja tetap kelaparan !
Bahkan,
bukan makanan, bukan pula rejeki
justru wajah kita, terhujani caci maki. (ada kekesalan menyelimuti wajahnya)
 Keduanya tampak diam, berkisar rasa sedih dan pencarian solusi tentang kelaparan itu.
12. Padu : Lantas apa yang harus kita lakukan, Landu? (rengeknya putus asa)
Bukankah, kau sendiri yang mengatakan:
bahwa kelaparan adalah burung gagak;
burung gagak yang selalu menakutkan
Apakah kita harus saling bertikai?
memakan daging dari tubuh saudara kita sendiri
agar kita tak mati kelaparan? (tangisnya menyelimuti kegundahannya)
Adegan 5
 Tiba-tiba, Padu reda dari tangis. Tangannya mengusap air mata yang di pipi dan matanya.
13. Padu : Baiklah. (mendadak berdiri)
Landu ! (Landu merespon)
biar kubawa alat ini
ke rumah-rumah mereka.
lalu kutunjukkan ini (mengeluarkan senjata)
di hadapan mereka.
kutusukkan senjata ini (dengan gaya menusuk)
tepat diulu hati,
kucacah-cacah daging beserta tulang mereka (dengan kuat ia memotong-motong)
lalu dengan lahap, (dengan buasnya ia melahap)
daging busuk itu kusantap (mukanya geram)
biar mereka tau, bahwa kelaparan
adalah Pemberontakan
adalah penggerak gaib
dari pisau-pisau pembunuhan
yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin
 Padu dengan sigap meraih Kendil itu, namun dengan kuat pula dipertahankan oleh Landu. Sehingga
terjadilah adegan saling berebut antara Padu dan Landu untuk memperoleh Kendil itu.
14. Laut : Allaaaaaah ! (teriaknya keras terbangun dari berbaring, kendil pun seketika itu jatuh)
 Kendil yang terjatuh itu kini berlalu-lantah didasar tanah. Landu dan Padu pun hanya terdiam disana.

Adegan 6
 Laut terlihat duduk. Dari mulutnya yang rapuh, keluar ucapan yang lirih.
15. Laut : Kelaparan adalah batu-batu karang
dibawah wajah laut yang tidur
 Mendengar itu, lantas berkali-kali Landu dan Padu mengikutinya.
Kelaparan adalah batu-batu karang
Dibawah wajah laut yang tidur
 Selesai mengucapkan itu, dengan lirih kemudian Laut bergeming lagu kelaparan.
Lapar... Lapar...
Lapar tidak tertahankan
Kuingin makan
 Tiba-tiba, Wajahnya mendongak, dengan bola mata yang memandang tajam ke sudut-sudut ruang.
16. Laut : (dengan berwibawa ia berbicara)
Kelaparan adalah batu-batu karang
dibawah wajah laut yang tidur.
Dibawah wajah laut yang tidur
adalah batu-batu karang kelaparan
Batu-batu karang dibawah wajah laut yang tidur
adalah kelaparan
adalah mata air penipuan (dengan tegas)
adalah penghianatan kehormatan (dengan lantang berteriak kencang)
 Padu bertekuk lutut. Lalu bersimpuh lemas dan tersedu tangis.
17. Laut : Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu
melihat bagaimana tangannya sendiri
meletakkan kehormatannya ditanah
karena kelaparan
 Dengan penuh rasa kesal, Padu pun menyela:
18. Padu : Kelaparan adalah iblis (sampil melempar-lempar benda / memukul-mukul tanah)
Kelaparan adalah iblis !
Kelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran
 Padu berakhir lemas dalam sujudnya.
 Tangisnya semakin mendera. Disela-sela musik yang bertambah membayang duka.

Adegan 7
 Lampu semakin redup, menampakkan langit-langit sedang berduka.
19. Landu : Allah ! (lututnya menjatuh)
kami berlutut (tangis menyela)
(seraya meraba bagian yang dikatakan)
mata kami adalah mata Mu
ini juga mulut Mu
ini juga hati Mu
dan ini juga perut Mu
perut Mu lapar, ya Allah
perut Mu menggenggam tawas (memegangi perut)
dan pecahan-pecahan gelas kaca
 Landu statis.
20. Laut : Allah ! (sambil terbayang-bayang)
betapa indahnya sepiring nasi panas
semangkuk sop dan segelas kopi hitam
Allah ! (sambil menengadahkan tangan)
berilah kami seteguk air
agar perut kami
tak lagi kemarau
Kemarau diperut kami
sudah berada dipuncak ajal
ampunilah kami, Tuhan !
 Dengan berbaring lesu, Landu pun memandang langit-langit.
21. Landu : Allah !
Kelaparan adalah burung gagak
yang licik dan hitam
jutaan burung gagak (menunjuk ke langit-langit)
bagai awan yang hitam
menghalang pandangku
ke sorga Mu
 Musik terdengar semakin pelan bersamaan dengan lampu yang semakin meredup.

SELESAI
Kelaparan adalah burung gagak
yang licik dan hitam
jutaan burung-burung gagak
bagai awan yang hitam

Allah !
burung gagak menakutkan
dan kelaparan adalah burung gagak
selalu menakutkan
kelaparan adalah pemberontakan
adalah penggerak gaib
dari pisau-pisau pembunuhan
yang diayunkan tangan-tangan orang miskin

Kelaparan adalah batu-batu karang


dibawah wajah laut yang tidur
adalah mata air penipuan
adalah penghianatan kehormatan

Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu


melihat bagaimana tangannya sendiri
meletakkan kehormatannya ditanah
karena kelaparan
kelaparan adalah iblis
kelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran

Allah !
kami berlutut
mata kami adalah mata Mu
ini juga mulut Mu
ini juga hati Mu
dan ini juga perut Mu
perut Mu lapar, ya Allah
perut Mu menggenggam tawas
dan pecahan-pecahan gelas kaca

Allah !
betapa indahnya sepiring nasi panas
semangkuk sop dan segelas kopi hitam

Allah !
kelaparan adalah burung gagak
jutaan burung gagak
bagai awan yang hitam
menghalang pandangku
ke sorga Mu

Anda mungkin juga menyukai