Anda di halaman 1dari 3

Nama : Annisya Adiratna Maharani

Nim : 192010101046

Nama Kelompok : 01

HUBUNGAN ANTARA KASTRAT


DAN BERPIKIR KRITIS

Kajian Strategis atau Kastrat adalah unit pengkajian gerakan bagi


organisasi mahasiswa. Unit ini memiliki tugas utama untuk mengolah data dan
informasi yang telah dikumpulkan oleh Riset untuk kemudian disajikan sebagai
sikap dan diterjemahkan dalam bentuk aksi atau advokasi gerakan. Kekuatan
Kastrat terletak pada analisis yang tajam atas permasalahan yang dihadapi, serta
ketepatan strateginya untuk merespons permasalahan tersebut.
Kastrat memiliki beberapa fungsi mendasar yang akan menjadi kunci bagi
aktivitas mereka di organisasi. Secara umum, saya memetakan ada empat fungsi
utama yang harus dilakukan oleh Kajian Strategis:
1. Fungsi Analisis Isu
Kastrat memiliki fungsi untuk menganalisis isu kebijakan yang beredar di
masyarakat. Kastrat akan bertindak sebagai 'think tank'. Pada level ini, Kastrat
harus memiliki kompetensi untuk memilah isu media dan isu kebijakan yang lebih
substantif. Setelah isu dipilah, kastrat perlu melakukan analisis terkait kebijakan
tersebut. Analisis ini akan menjadi dasar bagi penyikapan isu gerakan.
2. Fungsi Penyikapan Isu
Kastrat juga memiliki fungsi untuk memberikan sikap atas isu yang telah
dianalisis. Setelah isu kebijakan dianalisis, Kastrat harus memberikan sikap
intelektual: apakah 'menerima', 'menolak', atau menunda penyikapan. Sikap ini
penting untuk memutuskan apa yang harus dilakukan oleh organisasi terkait
dengan isu kebijakan tersebut.
3. Fungsi Perencanaan Strategi Gerakan
Selain analisis dan penyikapan, Kastrat juga diperlukan untuk merencanakan
langkah strategis apa yang akan dilakukan sebagai tindak lanjut dari sikap
tersebut. 'Strategi' berarti rumusan desain gerakan apa yang akan dilakukan untuk
memperjuangkan kepentingan organisasi. Di sini, Kastrat perlu merumuskan
posisi organisasi, momentum-momentum, hingga langkah taktis yang akan
diambil ketika bergerak.
4. Fungsi Pengembangan Wacana Intelektual
Terakhir, Kastrat juga punya fungsi untuk mengembangkan wacana-wacana
intelektual untuk memperkaya gerakan. Pengembangan wacana ini dapat
dilakukan dengan format pengayaan pengetahuan bagi organisasi, upgrading
kapasitas intelektual, hingga pewacanaan isu gerakan secara publik dalam bentuk
diskusi dan seminar. Di sini, Kastrat akan bertindak punya peran untuk
menawarkan wacana baru sebagai alternatif dari kebijakan yang dikritik. Proses
pewacanaan tersebut dapat dilakukan melalui diskusi-diskusi publik, seminar,
kertas kerja, media, hingga penerbitan buku yang merangkum gagasan-gagasan
kritis mahasiswa.
Berdasarkan empat fungsi tersebut, Kastrat memiliki posisi penting dalam
pembuatan keputusan gerakan. Normalnya, setiap keputusan gerakan dibuat atas
dasar data yang valid, analisis yang tajam, serta sikap dan strategi yang
tepat.Keputusan gerakan yang dibuat dengan pertimbangan kuat akan
memberikan kekuatan tersendiri pada gerakan -ia tidak akan mudah diombang-
ambingkan oleh kepentingan politik praktis yang semakin lama semakin merasuk
pada gerakan mahasiswa.
Kastrat sangat berhubungan erat dengan berpikir kritis karena salahsatu
fungsi kastrat sendiri adalah untuk mengkritisi kebijakan kebijikan pemerintah
yang ada jadi berpikir kritis sangat diperlukan dalam pola piker kastrad itu sendiri
. Kastrat akan sangat diperlukan bagi organisasi yang memiliki arahan untuk
merespons kebijakan eksternal. Apapun bentuknya, setiap kebijakan eksternal
perlu didasarkan oleh analisis kondisi , berpikir kritis dan perencanaan strategi
yang tepat. Untuk itu, Kastrat akan memainkan peran yang sangat vital, terutama
ketika kondisi sosial-politik nasional berada dalam krisis, yang mengharuskan
setiap gerakan massa untuk melakukan penyikapan dan memformat agenda
perubahan sosial secara cepat.
Untuk berkecimpung di Kastrat, seorang pegiat Kastrat tentu memerlukan
beberapa kompetensi yang perlu ia kuasa untuk menjalankan Kastrat. Kompetensi
tersebut bisa dipelajari dan di-upgrade selama ia aktif melalui kaderisasi yang
spesifik. Setidaknya, ada tiga kompetensi dasar yang perlu dimiliki oleh kader
Kastrat.
1. Membaca.
Seorang kader Kastrat perlu punya bacaan yang cukup. Ia mesti
merutinkan aktivitas membaca, terutama yang berkaitan dengan isu yang
ia ampu. Kebiasaan membaca akan memberinya wawasan pengetahuan
yang luas. Selain itu, membaca juga akan merangsang otaknya untuk
berpikir serta memberinya perspektif yang bisa digunakan untuk
mengupas sebuah isu. Oleh sebab itu, membaca menjadi vital dan perlu
dimiliki oleh seorang kader Kastrat.
2. Menulis.
Setelah membaca, seorang kader Kastrat harus mampu menuliskan
gagasannya. Menulis penting sebagai alat Kastrat mewacanakan
analisisnya. Menulis akan menjadikan kekuatan bagi Kastrat, terutama jika
ia dipadukan dengan ketajaman analisis. Menulis juga bisa menjadi
strategi pengetahuan bagi Kastrat untuk membuat wacana-wacana baru
guna menandingi wacana-wacana dominan yang berada di kampus.
Dengan menulis, Kastrat akan punya sesuatu yang ditawarkan sebagai
solusi atas permasalahan.
3. Diskusi.
Setelah menuliskan gagasannya, seorang kader Kastrat harus pula piawai
dalam berdiskusi. Ia perlu punya kemampuan untuk menyampaikan
gagasannya, mempertahankannya, dan memperdebatkannya dengan orang
lain secara terbuka. Diskusi juga akan memudahkan seorang kader Kastrat
menyerap dan menggali informasi dari orang lain. Sehingga, mau tidak
mau, seorang kader Kastrat mesti punya kebiasaan berdiskusi untuk
memperkuat analisisnya di Kastrat.
Tiga kemampuan itu menjadi penting untuk dimiliki seorang kader
Kastrat. Tentu saja, untuk masuk ke Kastrat, ia tidak harus memiliki tiga
kemampuan itu. Tapi, ia harus mau berproses untuk memperkuat tiga kompetensi
itu selama berada di Kastrat.

Anda mungkin juga menyukai