Anda di halaman 1dari 13

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI DINIYAH TAKMILIYAH

A. Pendahuluan
Pelajaran Bahasa Arab di Diniyah Takmiliyah memiliki tujuan; Mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik lisan maupun tulis, yang mencakup empat keterampilan
berbahasa, menyimak (istima’), berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah).
Disamping itu juga bertujuan menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya bahasa Arab sebagai
salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar, khususnya dalam mengkaji sumber-
sumber ajaran Islam, dan mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antara bahasa
dan budaya.
Oleh karena itu, bahasa Arab di Diniyah Takmiliyah dipersiapkan untuk pencapaian kompetensi
dasar berbahasa, yang mencakup empat keterampilan berbahasa yang diajarkan secara integral,
(Istima’, Kalam, Qira’ah, dan Kitabah). Namun demikian, pada tingkat pendidikan dasar
(Ibtida’) pengajarannya dititikberatkan pada kecakapan menyimak dan berbicara sebagai
landasan berbahasa. Dan pada tingkat pendidikan menengah (Mutawassid), keempat
keterampilan berbahasa diajarkan secara seimbang. Sedangkan pada tingkat pendidikan lanjut
(mutaqoddim) difokuskan pada keterampilan membaca dan menulis, sehingga peserta didik
diharapkan mampu mengakses berbagai referensi berbahasa Arab2. Demikian cita-cita ideal
kurikulum bahasa Arab yang dirumuskan oleh Kementrian Agama

B. Kurikulum Bahasa Arab di Madrasah


Apabila kita melihat kembali perkembangan kurikulum pembelajaran bahasa Arab di Indonesia,
maka setidaknya kita akan temuka kurikulum tahun 1964, 1974, 1984, 1994, dan 2004.
Kemudian kurikulum tahun 2004 disempurnakan dengan diterbitkannya permendiknas No 22,
23, 24, tentang
Standar Isi (SI) satuan pendidikan, Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan pelaksanaan SI dan
SKL, dan juga didukung dengan semangat otonomi daerah3 sehingga lahirlah Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sedangkan untuk pelajaran bahasa Arab merujuk pada
Permenag No: 2 Tahun 2008. Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk mata
pelajaran agama. Pada kurikulum 1964, 1974, dan 1984 dapat kita lihat bahwa, bahasa Arab
diajarkan dengan pendekatan parsial (nadhoriatul furu’), baik ilmu bahasa, unsur bahasa bahkan
keterampilan bahasa, artinya dalam kurikulum tersebut antara unsur bahasa dan keterampilan
bahasa masing-masing menjadi mata pelajaran tersendiri, seperti; Nahwu, Shorof, balaghoh,
adab, Muhadatsah, Muthola’ah, Insyak, Imla’, Khot, Mahfudhot, dan bahasa Arab itu sendiri,
dan masing-masing memiliki tema yang berbeda-beda. Sedangkan dalam kurikulum Tahun 1994,
bahasa Arab sudah mulai nampak diajarkan dengan pendekatan satu kesatuan (Nadhoriyatul
Wahdhah) antara unsur bahasa (Ashwat, Mufrodat, dan Qowaid) dengan keterampilan berbahasa
(Istima’, Kalam, Qiro’ah, dan Kitabah), dengan satu tema, dan lebih tampak lagi pada kurikulum
tahun 2004, dimana pembelajaran bahasa Arab diarahkan pada penguasan keempat keterampilan
bebahasa tersebut.
Dari sisi lain, pada kurikulum 1964, 1974, dan 1984, waktu untuk membelajarka materi bahasa
Arab tersedia sangat banyak, sehingga muatan materi lebih banyak tersampaikan, sehingga
output memiliki penguasaan dan wawasan ilmu kebahasaan dan unsur bahasa sangat kuat dan
luas. Berbeda dengan kurikulum tahun 1994 dan 2004, dimana waktu yang tersedia untuk
membelajarkan bahasa Arab sangat singkat hanya 3 - 4 kali pertemuan kali 45 menit dalam satu
minggu, maka secara otomatis materi akan berkurang dan wawasan serta kemampuan berbahasa
juga berkurang. Bahkan lebih ironis lagi apabila kita lihat pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi pada Permenag No: 2 Tahun
2008, maka waktu pembelajaran bahasa Arab hanya memperoleh 2 kali pertemuan dalam satu
minggu dengan durasi 45 menit. Waktu yang sangat singkat untuk mengajarkan keempat
keterampilan berbahasa, sehingga kemungkinan kecil siswa dapat menguasai keterampilan
tersebut dengan baik. Pembelajaran bahasa Arab di madrasah selama ini hanya mampu
mengantarkan siswa menjawab pertayaan-pertayaan dalam ujian semester. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) Sesungguhnya memberikan peluang besar dalam mengembangkan
dan mengimplementasikan kurikulum khususnya pelajaran bahasa Arab. Keberhasilan
pembelajaran bahasa Arab tergantung pada keberanian lembaga penyelenggara madrasah. KTSP
sebaiknya disusun dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan madrasah tersebut,
dan dikembangkan secara beragam, bukan seragam.

C. Desain Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah


1. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu
yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar
kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Maka dengan kata lain silabus adalah
rancangan tertulis yang dikembangkan guru sebagai rencana pembelajaran untuk satu semester.
Yang berfungsi sebagai bentuk pertanggungjawaban profesional pendidik terhadap lembaga,
sejawat, peserta didik, dan masyarakat.
Prinsip Pengembangan Silabus
Dalam mengembangkan silabus mata pelajaran kita sebagai guru harus memperhatian prinsip-
prinsip sebagai berikut:
a. Ilmiah; Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan
b. Relevan, Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus
sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta
didik.
c. Sistematis, Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam
mencapai kompetensi.
d. Konsisten, Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar,
indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem
penilaian.
e. Memadahi, Cakupan indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber
belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
f. Aktual dan Kontektual, Cakupan indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu,
teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
g. Fleksibel, Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik,
pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
h. Menyeluruh, Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif,
psikomotor).
Demikian beberapa prinsip yang perlu diperhatikan ketika menyusun dan mengembangkan
silabus untuk mata pelajaran kurikulum nasional atau muatan lokal. Kecermatan kita dalam
mengaplikasikan prinsip-prinsip pengembangan akan tercermin dalam silibus yang kita tulis.
Langkah-Langkah Pengembangan Silabus
Selain prinsip-prinsip pengembangan tersebut di atas, Ada beberapa langkah yang harus
ditempuh oleh guru dalam mengembangkan silabus sebagai berikut6:
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum pada
Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus
selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI;
keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran.
2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar
dengan mempertimbangkan:
potensi peserta didik;
relevansi dengan karakteristik daerah,
tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik;
kebermanfaatan bagi peserta didik;
struktur keilmuan;
aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
alokasi waktu.
3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses
mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan
sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang
dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan
berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai
peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai
berikut.
Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya
guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik
secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi
pembelajaran.
Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri
yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan
perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan
pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau
dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
5. Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian
dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan
kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk,
penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan
data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta
didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang
terhadap kelompoknya.
Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam
arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar
yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan
proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian
kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang
telah memenuhi kriteria ketuntasan.
Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses
pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan
maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik
wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang
dibutuhkan.
6. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif
dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi
dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar.
Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk
menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
7. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam,
sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
Komponen Siabus
Dalam menyusun silabus untuk mata pelajaran, setidaknya mengadung sembilan komponen
sebagaimana berikut ini;
1. Identitas
Berisi identitas sekolah, mata pelajaran, kelas/ semester, standar kompetensi, durasi
pembelajaran, Contoh :
Nama Diniyah : DT Al Ma’arif
Mata Pelajaran : Bahasa Arab
Kelas / Semester : VIII / 2 (Genap)
Standar Kompetensi : Memahami wacana dan ungkapan berbahasa Arab dalam bentuk dialog
dan teks bacaan dan mengungkapkannya dalam bentuk lisan atau tulis.
Alokasi Waktu : 3 x 40 menit
2. Standar Kompetensi
Standar kompetensi merupakan uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan yang mendukung
tercapainya kualifikasi peserta didik, sebagaimana contoh tersebut di atas.
3. Kompetensi Dasar
Sejumlah tugas atau kemampuan untuk mendukung ketercapaian standar kompetensi dan
merupakan aktivitas yang dapat diamati, contoh;
Bercakap, membaca, dan menulis dalam bahasa Arab tentang ‫المهنة‬
dengan struktur kalimat dasar yang meliputi :‫خبر و مبتداء‬
4. Materi Pokok/Materi Pembelajaran
Merupakan substansi pembelajaran utama yang berfungsi menunjang pencapaian kompetensi
dasar/subkompetensi, mencakup keseluruhan ranah kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan
sikap), contoh;
Teks Hiwar tentang ‫ الحساب نتعلم‬dengan menggunakan 20-25 mufradat baru seperti: ‫ أحد‬،‫انثا عشر‬
،‫ عشر‬،‫ثالثىن عشرون‬.... dan struktur kalimat dasar
yang meliputi : ‫ األعداد‬untuk menunjukkan Jumlah seperti ‫ تسعة‬،‫خمسة عشر‬
‫وأربعىن‬.... dan juga : ‫ والمعدود األعداد‬Seperti :‫ستتة اإليمان أركان‬
5. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran adalah kegiatan fisik dan atau mental yang dilakukan peserta didik dalam
berinteraksi dengan sumber belajar, contoh; Menyimak dan menirukan kosa kata dan kalimat dan
ungkapan-ungkapan
6. Indikator
Pernyataan yang mengindikasikan ketercapaian kompetensi dasar yang dipersyaratkan, dapat
diukur, dan dirumuskan dalam kata kerja operasional, contoh;
- Siswa dapat mengucapkan mufrodat baru dengan lafal yang baik dan benar
- Siswa dapat mengucapkan materi hiwar dengan lafal dan intonasi yang baik dan benar…….
7. Penilaian
Proses membandingkan capaian hasil belajar peserta didik dengan indikator pencapaian
kompetensi/kriteria kinerja. Dalam bentuk tes dan non tes sesuai dengan karakteristik indikator
pencapaian kompetensi/kriteria kinerja dan pengalaman belajar yang ditempuh, contoh;
Pertanyaan lisan, ulangan praktik, penugasan
8. Alokasi Waktu.
Alokasi waktu adalah estimasi jumlah jam pembelajaran yang diperlukan untuk mencapai
kompetensi dasaryang dirinci ke dalam jumlah jam pembelajaran untuk tatap muka (teori),
contoh; 3 jam, 2 jam (1 JTM = 45 Menit)
9. Sumber Belajar
Rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, dapat berupa
media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar/subkompetensi serta materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi/kriteria kinerja, contoh; Buku Bahasa Arab PT. Toha Putra H.D. Hidayat, Kamus
Arab –Indonesia Prof. Mahmud Yunus, Kamus Indonesia Arab, Al Kalaly
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup
1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa indikator untuk 1
(satu) kali pertemuan atau lebih. Rencana pelaksanaan pembelajaran memuat sekurang-
kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian
hasil belajar.
RPP sebaiknya disusun selengkap mungkin dan sistematis sehingga mudah dipahami dan
dilaksanakan oleh guru lain.

D. PERENCANAAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB


Perencanaan atau rencana (planning) adalah menyusun langkah-langkah yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Harjanto 2006:1). Sedangkan
pengajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam
membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar.
Pada konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi
pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan
penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai
tujuan yang telah ditentuakan.
Perencanaan pengajaran memainkan peranan penting dalam memandu guru untuk
melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan
pengajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Adapun manfaat perencanaan pengajaran dalam proses belajar mengajar yaitu (Majid
2006:22) : 1) Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan, 2) Sebagai pola dasar
dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan, 3) Sebagai
pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid, 4) Sebagai alat ukur
efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan keterlambatan
kerja, 5) Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja, dan 6) untuk
menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema
tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar.
Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya berisikan Identitas Mata Pelajaran,
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), Materi Pokok/Pembelajaran, Kegiatan
Pembelajaran, Indikator, Penilaian, Alokasi Waktu, dan Sumber Belajar.
Ada delapan prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan silabus, yaitu : (1) ilmiah, (2)
relevan, (3) sistematis, (4) konsisten, (5) memadai, (6) aktual dan kontekstual, (7) fleksibel, dan
(8) menyeluruh
Pengembangan silabus dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) Mengisi
identitas Silabus, (2) Menuliskan Standar Kompetensi, (3) Menuliskan Kompetensi Dasar, (4)
Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran, (5) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran, (6)
Merumuskan Indikator, (7) Penilaian, (8) Menentukan Alokasi Waktu, dan (9) Menentukan
Sumber Belajar
Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup
1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa indikator untuk 1
(satu) kali pertemuan atau lebih. Rencana pelaksanaan pembelajaran memuat sekurang-
kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian
hasil belajar.
RPP sebaiknya disusun selengkap mungkin dan sistematis sehingga mudah dipahami dan
dilaksanakan oleh guru lain.
Terutama ketika guru yang bersangkutan tidak hadir, guru lain dari mata pelajaran serumpun
dapat menggantikan langsung, tanpa harus merasa kebingungan ketika hendak melaksanakannya.
Pengembangan RPP dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1)
Mengisi kolom identifikasi, 2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan
yang telah ditetapkan, 3) Menetukan SK, KD, dan indikator yang akan digunakan yang terdapat
pada silabus yang telah disusun, 4) Merumuskan tujuan pemberlajarab berdasarkan SK, KD,
danindikator yang telah ditentukan, 5) Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi
pokok/pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi
pokok/pembelajaran, 6) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan, 7)
Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir, dan
8) Menentukan alat/bahan/sumber belajar yang akan digunakan
Pendidikan karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup,
seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian, tanggung jawab, kebenaran, keindahan, kebaikan, dan
keimanan. Dengan demikian, pendidikan berbasis karakter dapat mengintegrasikan informasi
yang diperolehnya selama dalam pendidikan untuk dijadikan pandangan hidup yang berguna
bagi upaya penanggulangan persoalan hidupnya (http://edukasi.kompas.com/2011/11/25)
Menurut UU no 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter bangsa yang bermartabat (Mulyasa 2009:
195-196). Ada 9 pilar pendidikan berkarakter, adalah: 1) Cinta tuhan dan segenap ciptaannya, 2)
Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian, 3) Kejujuran /amanah dan kearifan, 4) Hormat
dan santun, 5) Dermawan, suka menolong dan gotong royong/ kerjasama, 6) Percaya diri, kreatif
dan bekerja keras, 7) Kepemimpinan dan keadilan, 8) Baik dan rendah hati, dan 9) Toleransi
kedamaian dan kesatuan.
Pilar pendidikan berkarakter tersebut dijabarkan dalam delapan belas nilai pendidikan budaya
dan karakter bangsa sebagai berikut berikut : 1) Religius, 2) Jujur, 3) Toleransi, 4) Disiplin, 5)
Kerja Keras, 6) Kreatif, 7) Mandiri, 8) Demokratis, 9) Rasa Ingin Tahu, 10) Semangat
Kebangsaan, 11) Cinta Tanah Air, 12) Menghargai Prestasi, 13) Bersahabat/Komunikatif, 14)
Cinta Damai, 15) Gemar Membaca, 16) Peduli Lingkungan, 17) Pedul;i Sosial, dan 18)
Tanggung Jawab
E. EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
Adapun tes obyektif itu ada beberapa macam, antara lain :
Tes Pilihan Ganda (1) Multiple Choice Test
Multiple Choice Test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian
yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan
jawaban yang telah disediakan. Atau multiple choice test terdiri atas bagian keterangan (item)
dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (options). Kemungkinan jawaban (options)
terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).43
Tes bentuk pilihan ganda ini merupakan bentuk tes obyektif yang paling banyak digunakan
karena banyak sekali materi yang dapat dicakup. Bentuk-bentuk soal yang digunakan dalam soal
pilihan ganda ada beberapa variasi, antara lain :
Pilihan ganda biasa, contohnya :a)
Pilihlah satu jawaban yang tepat antara A, B, C atau D. ......... ‫اذه باتك‬
41 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan., h. 163-1634
42 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, h. 164
43 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, h. 168
Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab | 37
Vol. 20, No. 01 (2018) An-Nabighoh
‫ باتك ليمجال‬-‫ باتكال ليمج ج‬-‫ باتكال ليمجال ب‬-‫باتك أليمج‬-‫د‬
Hubungan antar hal (pernyataan – sebab – b) pernyataan), contohnya :
Petunjuk pilihan :
Jika penyataan benar, alasan benar, dan keduanya merupakan 1. hubungan sebab akibat.
Jika pernyataan benar, alasan benar, dan keduanya bukan 2. merupakan hubungan sebab akibat.
Jika pernyataan benar, alasan salah, atau jika pernyataan salah, 3. alasan benar.
Jika pernyataan dan alasan keduanya salah.4.
Tulisan Tsanawiyah yang benar adalah : 5. ‫ةيوانث‬
Sebab berasal dari kata ‫نينثا‬
Asosiasi, contohnya :c)
Petunjuk Pilihan
Jika (1), (2), dan (3) betul1.
Jika (1), dan (3) betul2.
Jika (2), dan (4) betul3.
Jika hanya (4) yang betul4.
Jika semuanya betul5.
soal : ‫قوف ةدضنمال حابصم‬
1- ‫ "قوف "أدتبم‬2- ‫"قوف ةدضنمال "ربخ مدقم‬
3- ‫ "حابصم "ربخ أدتبم‬4- ‫"حابصم "أدتبم رخؤم‬
Kedua model terakhir (b dan c di atas) saat ini sangat sulit diterapkan untuk tes bahasa, bahkan
kini sudah tidak lagi digunakan karena kurang efektif selain juga kerap kali hanya
membingungkan siswa.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tes pilihan ganda antara lain;
Instruksi pengerjaannya harus jelas, dan bila dipandang perlu 1. disertai contoh mengerjakannya.
Dalam tes pilihan ganda hanya ada satu jawaban yang benar. Jadi 2. tidak mengenal tingkatan-
tingkatan benar, misalnya benar nomor satu, benar nomor dua, dan sebagainya.
38 | Ubaid Ridho
An-Nabighoh Vol. 20, No. 01 (2018)
Kalimat pokoknya hendaknya mencakup dan sesuai dengan 3. rangkaian manapun yang dapat
dipilih.
Kalimat pada tiap butir soal hendaknya sesingkat mungkin.4.
Kalimat pokok dalam setiap butir soal hendaknya tidak tergantung 5. pada butir-butir soal lain.
Gunakan kata-kata: "manakah jawaban paling baik, "pilihlah satu 6. yang pasti lebih baik dari
yang lain", bilamana terdapat lebih dari satu jawaban yang benar.
Dilihat dari segi bahasanya, butir-butir soal jangan terlalu sukar.7.
Tiap butir soal hendaknya hanya mengandung satu ide, meskipun 8. ide tersebut dapat bersifat
kompleks.
Bila dapat disusun urutan logis antar pilihan-pilihan, urutkanlah 9. (misalnya; urutan tahun,
urutan alphabet dan sebagainya).
Susunlah agar jawaban manapun mempunyai kesesuaian tata 10. bahasa dengan kalimat
pokoknya.
Alternatif yang disajikan hendaknya agak seragam dalam 11. panjangnya, sifat uraiannya
maupun taraf tehnisnya.
Alternatif-alternatif yang disajikan hendaknya agak bersifat 12. homogen mengenai isi dan
bentuknya.
Buatlah alternatif pilihan ganda sebanyak empat. Bilamana terdapat 13. kesukaran, buatlah
pilihan-pilihan tambahan untuk mencapai jumlah empat tersebut. Pilihan-pilihan tambahan
hendaknya jangan terlalu gampang diterka karena isinya atau bentuknya.
Hindarkan pengulangan suara atau pengulangan kata pada kalimat 14. pokok di alternative-
alternatifnya, karena siswa akan cenderung memilih alternatif yang mengandung pengulangan
tersebut. Hal ini disebabkan karena dapat diduga itulah jawabannya yang benar.
Hindarkan menggunakan susunan kalimat dalam buku pelajaran. 15. Karena yang terungkap
mengkin bukan pengertiannya melainkan hafalannya.
Alternatif-alternatif hendaknya jangan tumpang tindih, jangan 16. inklusif dan jangan sinonim.
Jangan gunakan kata-kata indikator seperti selalu, kadang-kadang, 17. pada umumnya.44
44 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, h. 170-172. lihat juga Muhammad
Ridla al-Bagdadi, Al-Ahdaf wa al-Ikhtibarat Baina al-Nadhariyyat wa al-Tathbiq fi al-Manahij
wa Thuruq al-Tadris, (Kuwait: Maktabah al-Falah, 1984), cet. Ke-2, h. 141-158
Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab | 39
Vol. 20, No. 01 (2018) An-Nabighoh
Untuk mengolah skor bentuk tes pilihan ganda digunakan dua rumus, yaitu dengan rumus denda,
dan rumus tanpa denda. Bila menggunakan rumus denda, rumusnya adalah
S = skor yang diperoleh (Raw score)
R = jawaban yang betul
W = jawaban yang salah
0 = banyaknya option
1 = bilangan tetap.
Sedangkan untuk yang tanpa denda mengguakan rumus
Tes Benar Salah (True-False Test/2) ‫)رايتخا باوصال أطخالو‬
Tes benar-salah soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statement tersebut ada
yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing
pernyataan dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan
melingkari S jika pernyataannya salah.45 Contohnya: ‫ ةساركال دالخ ةديدج‬: ‫ ص – خ‬-1 ‫ةسردمال ةبيرق‬
‫ ةبتكم‬: ‫ ص – خ‬-2
Dalam menyusun tes benar-salah perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :
Tulisan B-S (a) ‫خ‬-‫ ) ص‬pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk
mempermudah mengerjakan dan menilai.
Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama b) dengan jumlah butir soal yang
harus dijawab S. dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur, misalnya : B-S-B-
S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.
Hindari item yang masih bisa diperdebatkan, contohnya :c)
Hindari pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.d)
45 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidika, h. 166-167
S=R- W 0-1S=R
40 | Ubaid Ridho
An-Nabighoh Vol. 20, No. 01 (2018)
Hindarilah kata-kata yang menunjukkan kecendrungan e) memberi saran seperti yang
dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya: semuanya, tidak selalu, tidak pernah, dan
sebagainya.46
Adapun cara mengolah skor untuk tes benar-salah ada dua cara, yaitu : dengan teknik denda dan
tanpa denda. Khusus untuk teknik menskor dengan denda digunakan rumus S = R – W, di mana
S = skor yang diperoleh
R = right (jawaban yang benar)
W = wrong (jawaban yang salah).
Sedangkan teknik menskor yang tanpa denda digunakan rumus S = R, dimana yang dihitung
hanya yang betul. Untuk soal yang tidak dikerjakan dinilai nol.
Menjodohkan (Matching Test/3) ‫)ةلباقمالرابتخا ةجوازمالو‬
Matching test dapat disebut juga dengan mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan.
Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan
mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid ialah mencari dan
menempatkan jawaban-jawaban sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.47
Contohnya : "Pasangkanlah pertanyaan yang ada pada lajur kanan dengan cara menempatkan
huruf yang terdapat di muka pernyataan lajur kiri pada titik-titik yang disediakan di lajur kanan".
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes bentuk matching antara lain :
Seri pertanyaan-pertanyaan dalam matching test hendaknya a) tidak lebih dari 10 soal (item).
Sebab, pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu akan membingungkan murid. Juga kemungkinan
akan mengurangi homogenitas antara item-item itu. Jika itemnya cukup banyak lebih baik
dijadikan dua seri.
Jumlah jawaban yang harus dipilih harus lebih banyak dari b) pada jumlah soalnya (kurang lebih
1½ kali). Dengan demikian murid dihadapakan kepada banyak pilihan, yang semuanya
46 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidika, h. 166-167
47 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, h. 172-3
Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab | 41
Vol. 20, No. 01 (2018) An-Nabighoh
mempunyai kemungkinan benarnya, sehingga murid terpaksa lebih mempergunakan pikirannya.
Antara item-item yang tergabung dalam satu seri c) matching test harus merupakan pengertian-
pengertian yang benar-benar homongen.48 Misalnya : ‫نيأ تدجو الك نم ءالؤه دارفألا ؟‬
1- ‫ بتكلما‬- ‫سردم‬
2- ‫ ةسردلما‬- ‫ينمأ ةبتكلما‬
3- ‫ ةبتكلما‬- ‫فظوم‬
4- ‫ ةقيدلحا‬- ‫رجات‬
5- ‫ يفشتسلما‬- ‫نياتسب‬
6- ‫ ةيلديصال‬- ‫بيبط‬
- ‫ليديص‬
- ‫مداخ‬
- ‫لماع‬
Cara mengolah skor soal ini dengan rumus S = R, artinya skor terakhir dihitung jawaban yang
benar saja.
Tes Isian (Completion Test/ 4) (‫)رابتخإلا ةباجإلاب ةزجومال‬
Completion test biasa juga disebut tes isian, tes menyempurnakan, atau tes melengkapi.
Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagain-bagiannya yang dihilangkan.
Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh siswa ini adalah merupakan pengertian yang
kita minta dari murid.
Contoh soal :. ‫عض ىف غارفال ةملك ةبسانم‬
‫ىف حابصال ركابال‬............ ‫موقأ نم‬1)
‫ايشم ىلع مادقألا‬............ ‫يبأ بهذي ىإل‬2)
‫ءاقلإل ةبطخال‬......... ‫دعص بيطخال ىلع‬3)
Selain seperti contoh tersebut, dapat pula dibuat dengan kalimat-kalimat berangkai dan memuat
banyak isian, contohnya :
48 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, h. 174
42 | Ubaid Ridho
An-Nabighoh Vol. 20, No. 01 (2018)
‫ دعبو كلذ بهذأ‬, ‫) يف مامحال‬2(............... ‫) اركبم مث‬1(.......... ‫ ىفو ةعاسال ةسداسال فصنالو احابص موقأ نم‬.‫ةعامج‬
‫) ةالصل حبصال‬3(............. ‫ىال‬.‫) باهذلل ىال ةسردمال‬5(................ ‫) روطفال و‬4(.............
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan tes isian antara lain :
Perlu selalu diingat bahwa kita dapat merencanakan lebih dari a. satu jawaban yang kelihatan
logis.
Jangan mengutip kalimat/pernyataan yang tertera pada buku b. catatan.
Diusahaan semua tempat kosong hendaknya sama panjang.c.
Diusahakan hendaknya setiap pernyataan jangan mempunyai d. lebih dari satu tempat kosong.49
Cara mengolah skornya adalah dengan rumus S = R (sama dengan bentuk matching test.

Daftar Pustaka
Abdullah, Abdul hamid dan Ghaly, Nasr Abdullah, Usus I’dad Kutub al- Ta’limiyyah li Ghairi
an-Nathiqin bi al-Arabiyyah, (Kairo: al-I’tisaham, tt)
49 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, h. 176
Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab | 43
Vol. 20, No. 01 (2018) An-Nabighoh
Abdul Aziz, Musthafa, al-Al’ab al-Lughawiiyah fi Ta’limil Lughat al-Ajnabiyyah ma’a Amtsilat
li Ta’limil ‘Arabiyyah li Ghairi al;-Natiqina biha, (ar-Riyah: al-mamlakah al-‘Arabiyyah as-
Su’udiyah, t,th).
Ahmann, J. Stanley and Glock, Marvin D., Evaluating Pupil Principles of Test and
Measurement, (Boston: Allyn and Bacon Growth, 1971)
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009),
cetakan ketiga
--------, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineke Cipta, 2012), cetakan
keduabelas
al-Baghdadi, Muhammad Ridla, Al-Ahdaf wa al-Ikhtibarat Baina al-Nadhariyyat wa al-Tathbiq
fi al-Manahij wa Thuruq al-Tadrisi, (Kuwait: Maktabah al-Falah, tt),
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001).
E. Grounlund, Norman, Measurement and Evaluation in Teaching, (New York: Mac Millan
Publishing Co., 1981).
Hindam, Yahya dan Jabir Abdullah Jabir, Al-Manahij: Asasuha, Takhthituha,
Hidayat, H.D., “Pengajaran Bahasa Arab di Indonesia, Masalah dan Cara Mengatasinya”,
Makalah, (Jakarta: Seminar Pengembangan Pengajaran Bahasa Arab di Indonesia, 1986)
Madkur, Ali Ahmad, Tadrisu Fununil Lughah al-‘Arabiyyah, (Kuwait: Maktabul falah, t.th)
Matsna, Muhammad, Tehnik Evaluasi Pengajaran Bahasa Arab: Buku Panduan Penataran
Instruktur/Pembina Guru MTs. 1991.
Muhammad, Abdul Khalik Muhammad, Ikhtibarat al-Lugah, (Riyadh: Jami’atu al-Malik Su’ud,
1989)
Muhammad Thobroni, Arif Mustofa, Belajar Dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruz Media,
2013)
Nurgiyantoro, Burhan, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Saastra, (Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta, 1987), cetakan pertama
Nurkacana, Wayan dan PPN. Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: PT. Usaha Nasional,
1996).
Purwanto, M. Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT.
Rosdakarya, 2004), cetakan keduabelas
44 |

Anda mungkin juga menyukai