Anda di halaman 1dari 9

Identifikasi Senyawa Marker Aktif serta Penetapan Kadar Senyawa Marker Piperin

dalam Simplisia

A. TUJUAN
B. TEORI DASAR
Salah satu jenis senyawa metabolit sekunder adalah alkaloid. Alkaloid
adalah salah satu golongan senyawa organik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Ada sekitar 40 famili tumbuh-
tumbuhan atau sekitar 14% dari jumlah famili tumbuhan yang diketahui
mengandung alkaloid. Hampir semua alkaloid yang ditemukan di alam mempunyai
keaktifan fisiologis tertentu. Alkaloid memberikan kontribusi terbesar pada bidang
farmasi. Senyawa ini mengandung satu atau lebih atom nitrogen heterosiklik yang
bersifat basa (Harborne, 1996).
Piperin berupa Kristal berbentuk jarum berwarna kuning, tidak berbau, tidak
berasa lama-lama pedas, larut dalam etanol, benzene, kloroform dengan titik lebur
125-126oC. Piperin termasuk golongan alkaloid yang merupakan senyawa amida
basa lemah yang dapat membentuk garam dengan asam mineral kuat. Piperin bila
dihidrolisis dengan KOH-etanolik yang berlebihan dan dalam keadaan panas
menyebabkan piperin terhidrolisis dan membentuk kalium piperinat dan piperidin.
(Septiatin,2008).

Klasifikasi Lada Hitam

Divisi : Magnoliophyta.
Kelas : Magnoliopsida.
Anak Kelas : Magnolidae.
Bangsa : Piperales.
Suku : Piperaceae.
Marga : Piper.
Spesies : Piper nigrum L.
Piperin (1–piperilpiperidin ) C17H19O3N merupakan alkaloid dengan inti
piperidin. Piperin berbentuk kristal berwarna kuning dengan titik leleh 127-129,50C,
merupakan basa yang tidak optis aktif, dapat larut dalam alkohol, benzena, eter, dan
sedikit larut dalam air (Anwar,dkk.1994).
Piperin terdapat dalam beberapa spesies piper dan dapat dipisahkan baik dari
lada hitam maupun lada putih perdagangan piperin juga dapat ditemukan pada cabe
jawa. Kandungan piperin biasanya berkisar antara 5-92% (Anwar,dkk.1994).
Spektrofotometri serapan (meliputi spektro UV-VIS, IR, dan serapan atom)
merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan
molekul atau atom dari suatu zat kimia. Molekul selalu mengabsorbsi radiasi
elektromagnetik jika frekuensi radiasi ini sama dengan frekuensi getaran molekul
tersebut. Elektron yang terikat maupun tidak terikat akan tereksitasi pada suatu
daerah frekuensi, yang sesuai dengan radiasi UV/VIS (Wiryowidagdo, 2007).
Bagian molekul yang mengabsorbsi dalam daerah UV-VIS dinyatakan
sebagai kromofor. Suatu molekul dapat mempunyai beberapa kromofor. Untuk
berbagai bahan farmasi, pengukuran spektrum dalam daerah UV dan visible dapat
dilakukan dengan ketelitian dan kepekaan yang lebih baik daripada dalam daerah
IR-dekat dan IR. Panjang gelombang daerah spektrum UV adalah 190-380 nm,
sedangkan spektrum visible adalh 380-780 nm. Spektrofotometer yang sesuai untuk
pengukuran di daerah spektrum UV-VIS terdiri dari suatu sistem optik dengan
kemampuan menghasilkan cahaya monokromatik dalam jangkauan 200-800 nm dan
suatu alat yang sesuai untuk menetapkan serapan (Wiryowidagdo, 2007).
Kromatografi lapis tipis merupakan bentuk kromatografi planar yang pada
umumnya dihentikan sebelum semua fase gerak melewati seluruh permukaan fase
diamnya. Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih
murah dibandingkan kromatografi kolom. Hasil pemisahan dengan teknik
kromatografi lapis tipis dikarakterisasi dengan nilai Rf (Gandjar, 2007).
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑜𝑡
Rf =𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

Nilai maksimum Rf adalah 1 yang berarti sampel bermigrasi dengan


kecepatan yang sama dengan fase gerak. Nilai minimum Rf adalah 0 yang berarti
sampel tertahan pada posisi titik awal di permukaan fase diam (Gandjar, 2007).
(tazkia, annisa)
C. ALAT DAN BAHAN
- Labu erlenmeyer 100 mL, 50 mL
- Labu takar 10 mL dan 25 mL
- Gelas ukur 50 mL
- Spektrofotometer UV-Vis
- Kertas saring
- Etanol
- NaOH
- Serbuk simplisia : lada hitam
(annisa)
D. PROSEDUR
a. Ekstraksi piperin
Simplisia ditimbang sebanyak 2 gram, dimasukkan kedalma erlenmeyer
100ml, kemudian ditambahkan 50 ml etanol. Dipanaskan dan diaduk selama 30
menit, campuran yang telah dipanaskan disaring kemudian filtratnya ditampung
pada erlenmeyer sebagai sampel uji
b. Analisis marker dengan KLT
Disiapkan larutan pengembang yang brupa matanol : etil asetat,
disiapkan plat KLT yang tealh diberi tanda batas 1 cm dari ujung atas dan 1 cm
dari ujung bawah, ditotolkan sampel ekstrak dan pembanding ke plat KLT
yanhg telah disiapkan, di elusi dengan pengembang hingga tanda batas,
dikeringkan dan diamati secara visual dibawah sinar UV 254 nm- 365 nm.
c. Persiapan larutan standar
Ditimbang piperin sebanyak 25mg, ditambahkan 25ml etanol. Kemudian
dipipet 1 ml dan di encerkan hingga 25 ml dengan etanol, dicari panjang
gelombang maksimum pengukuran dengan cara scaining larutan standar dengan
menggunakan spektrofotometer uv. Filtrat diukur dan standar pada panjang
absorbansi hasil scaining, dibuat pengenceran seperlunya hingga diperoleh
absorbansi antara 0,2 hingga 0,8
d. Penetapan kadar piperin dengan metode spektrofotometer uv
5ml filtrat sampel uji dimasukkan ke dalam labu ukur 100ml. Kemudian
volume digenapkan dengan penambahan etanol hingga 100ml, dikocok hingga
homogen. Diukur besarnya absorbaNSI larutan sampel pada panjang gelombang
maksimum pengukuran, dihitung kadar piperin dengan membandingkan
absorbansi larutan sampel dengan larutan pembanding, digunakan etanol sebagai
blanko.
(mugia)
E. HASIL PENGAMATAN
Nama simplisia : Buah Lada Hitam
Nama latin simplisia : Piperis nigri fructus
Nama latin tanaman : Piper nigrum
a. Bobot simplisia : 2.0061 mg
b. Jumlah pelarut (etanol) : 50 mL
Pengenceran Piperin pembanding
25 mg piperin dilarutkan dalam 25 mL etanol
25 mg
Konsentrasi piperin = 25 mL = 1 mg/mL = 1x10-3 mg/L = 1000 ppm (M1)

Diambil 2 mL (V1) lalu ditambahkan etanol hingga 50 mL (V2)


Konsentrasi piperin pengenceran 1 (M2)  M1 ∙V1 =M2 ∙V2
M1 ∙V1 1000 ppm∙2 mL
M2 = = =40 ppm (M1`)
V2 50 mL

Diambil 5 mL (V1`) lalu ditambahkan etanol hingga 50 mL (V2`)


Konsentrasi piperin pengenceran 2 (M2`)  M1 `∙V1 `=M2 `∙V2 `
M1 `∙V1 ` 40 ppm∙5 mL
M2`= = =4 ppm
V2 ` 50 mL

Konsentrasi piperin pembanding (Cp) = 4 ppm = 4 mg/L = 4x10-3 mg/mL


Absorbansi piperin pembanding (Ap) = 0.462
Absorbansi simplisia (As) = 0.695
𝐴
Konsentrasi simplisia (Cs) = 𝐴 𝑠 × 𝐶𝑝
𝑝

0.695 mg
Cs = 0.462 ×4∙10-3 ⁄mL =6.01∙10-3 mg/mL

Faktor Pengenceran Simplisia


Ekstraksi simplisia dalam 50 mL etanol
Pengenceran 1 : diambil 5 mL ditambahkan etanol hingga 50 mL = 10x
Pengenceran 2 : diambil 1 mL ditambahkan etanol hingga 25 mL = 25x
Kadar Piperin dalam Simplisia
Σ piperin = Cs ∙faktor pengenceran
Σ piperin = 6.01 ∙ 10−3 × 50 × 10 × 25 = 75.125 mg
Σ piperin (mg)
% piperin = bobot simplisia (mg) × 100%
75.125 mg
% piperin = × 100% = 3.74%
2006.1mg

Profil KLT piperin


jarak tempuh solut
Rf = jarak tempuh fase gerak
5.5
Rf pembanding = = 0.6875
8
5.5
Rf simplisia = = 0.6875
8
(irena)
F. PEMBAHASAN
Piperin merupakan kandungan utama yang terdapat dalam simplisia famili
piperaceae. Piperin sering digunakan sebagai insektisida, juga bermanfaat bagi
manusia. Secara kimia piperin termasuk golongan alkaloid yang memiliki kerangka
piperidina. Piperin juga memiliki gugus kromofor yang cukup panjang sehingga
dapat memberikan serapan maksimum pada spektrofotometri uv pada panjang
gelombang maksimum 345 nm. Sehingga penentuan kandungan piperin dalam
ekstrak dapat diperkirakan dengan mengukur serapan pada panjang gelombang
maksimum piperin.
Pada praktikum kali ini sampel yang akan diuji kandungan piperinnya adalah
buah lada hitam. Percobaan pertama dilakukan ekstraksi 2 g buah lada hitam
dilarutkan dalam 50 mL etanol. Memakai etanol sebagai pelarut bertujuan untuk
memperoleh senyawa yang polar maupun non polar. Kemudian setelah itu dilakukan
pemanasan untuk mempercepat reaksi dan wadah tempat dilakukan pemanasannya
ditutup agar etanol tidak mudah menguap. Kemudian disaring dan filtratnya diambil
5 mL kemudian diencerkan dalam 50 mL etanol. Kemudian diukur absorbansinya
dan ternyata absorbansinya > 0,8. Maka dilakukan pengenceran kembali dengan
cara diambil 1 mL sampel dari pengenceran pertama kemudian diencerkan lagi
dalam 25 mL. Kemudian diukur kembali absorbansinya didapatkan absorbansi
sebesar 0,695. Didapat konsentrasi simplisia sebesar 0,00601 mg/mL. Maka dengan
demikian kadar piperin dalam simplisia sebesar 3.74%.
Percobaan selanjutnya membuat larutan standar dengan cara melarutkan 25
mg piperin dalam 25 mL etanol. Kemudian pipet 1 mL diencerkan dengan 25 mL
etanol. Kemudian diukur absorbansinya didapatkan absorbansinya sebesar 0,462
(Ap).
Uji KLT memiliki prinsip kerja yaitu pemisahan komponen berdasarkan
distribusinya pada fase diam dan fase gerak. Sebagai fase diam, disiapkan plat KLT
silika bersih yang telah ditandai bagian atas dan bawahnya. Lalu disiapkan pula
eluen dalam beakerglass sebagai fase gerak yaitu n-heksan:etilasetat dengan
perbandingan 5:5. Perbandingan yang dibuat bisa berbeda-beda. Sebaiknya sebelum
ditetapkan penggunaan perbandingan eluen, dibuat beberapa perbandingan agar
eluen yang digunakan benar-benar baik untuk melakukan elusi pada uji KLT.
Eluen dijenuhkan terlebih dahulu agar dapat dipastikan bahwa larutan
pengembang telah homogen. Untuk mengetahui apakah larutan telah jenuh dengan
maka dimasukkan kertas saring pada beakerglass hingga larutan terserap ke kertas
saring dengan baik dan ditutup dengan plastik pembungkus. Kemudian sampel dari
simplisia buah lada hitam ditotolkan pada permukaan plat KLT. Ditotolkan pula
pembanding berupa piperin murni. Penotolan dilakukan dengan ukuran bercak
sekecil dan sesempit mungkin. Penotolan yang tidak tepat akan menyebabkan
bercak menyebar dan puncak berganda.
Plat KLT dimasukkan ke dalam beakerglass dan dielusi. Diharapkan tinggi
eluen tidak melampaui daerah penotolan sampel namun dapat mengelusi plat KLT.
Elusidasi plat KLT dilakukan kuran lebih 30 menit atau hingga eluen telah mencapai
batas atas plat KLT. Saat elusidasi, beakerglass harus tertutup rapat agar migrasi
sampel hanya dipengaruhi oleh kapilaritas fase diam.
Setelah eluen naik hingga batas atas pada plat KLT, plat dikeluarkan dari
beakerglass dan diangin-anginkan. Bercak pada plat dilihat dibawah sinar UV.
Terlihat bahwa tiga bercak pada plat KLT yaitu simplisia dan piperin murni berada
pada spot yang sama. Dengan demikian, Rf pada simplisia dan piperin murni pun
sama yaitu 0.6875. Dapat disimpulkan bahwa dalam simplisia mengandung piperin.
(mugia, nidya, irena)
G. KESIMPULAN
Pada uji KLT, buah lada hitam terbukti mengandung piperin. Dengan
menggunakan spektrofotometri UV-Vis, dicari konsentrasi dan kadarnya. Didapat
konsentrasi simplisia yang telah dilarutkan dan diencerkan adalah 6.01x10-3. Kadar
piperin yang terdapat dalam simplisia buah lada hitam sebesar 3.74%.
(semua)
H. DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Chairil. Dkk, 1996. “Pengantar Praktikum Kimia Organik”. Jakarta:
Depdikbud.
Bernasconi. 1995. “Teknik Kimia II”. Jakarta: Pradya Paramitha.
Gandjar, Ibnu Gholib. 2007. “Kimia Farmasi Analisis”. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Harborne, J. B. 1996. “Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan”. Bandung: ITB.
Septiatin, Eatin. 2008. “Apotek Hidup dari Rempah-Rempah, Tanaman Hias, dan
Tanaman Liar”. Bandung: Yrama Widya.
Wiryowidagdo, Suma Ali. 2007. “Kimia dan Farmakologi Bahan Alam”. Jakarta:
EGC.
(tazkia, annisa)
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM STANDARDISASI BAHAN ALAM
Percobaan 9
IDENTIFIKASI SENYAWA MARKER AKTIF SERTA PENETAPAN KADAR
SENYAWA MARKER PIPERIN DALAM SIMPLISIA

disusun oleh
Mugia Kurniawan 10060312000
Annisa Rian Octa 10060312001
Nidya Zulfa K. 10060312002
Kuntum Khaera U. 10060312110
Tazkia Ulfa 10060312111
Irena Ulya 10060312112

Tanggal Praktikum : 21 Mei 2014


Tanggal Laporan Akhir : 28 Mei 2014
Asisten : Irwan Kurniawan, S.Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2014

Anda mungkin juga menyukai