Anda di halaman 1dari 81

Praktikum ke I

PENGENALAN ALAT-ALAT, MEDIA, STERILISASI DAN

DEMONSTRASI MORFOLOGI KOLONI

Penyusun : Rina Yunita

TUJUAN :

Memperkenalkan alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi dan


bermacam-macam media perbenihan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri. Dikemukakan
sepintas tentang pembuatan serta penggunaan dari masing-masing media itu.

Membiasakan mahasiswa untuk melakukan beberapa cara sterilisasi yang biasa dilakukan
di laboratorium mikrobiologi terhadap alat-alat, media, dan lain-lain.

Memperkenalkan morfologi berbagai koloni bakteri pada bermacam-macam media


perbenihan.

DISEDIAKAN :

1. Alat-alat yang digunakan di laboratorium Mikrobiologi antara lain :

 Inkubator (lemari pengeraman)


 Inoculating cabinet (lemari penanaman)
 Hot Air Oven (Oven) = sterilisator kering
 Autoclave (Sterilisasi dengan tekanan uap air)
 Koch Stem sterilisator
 Water Bath
 Candle Jar
 Anaerobic Jar
 Sengkelit = Ose (Inoculating needle)
 Piring Petri
 Tabung kultur
 Biohazard (Biorisque Biogefa”hrding)
 dan alat-alat lainnya

2. Bermacam-macam media perbenihan:

 Agar Darah (Blood Agar)


 Agar Mc Conkey
 Agar Coklat (chocolate Agar)
 Agar Nutrient
 Agar semisolid
 Nutrient broth
 Air Peptone (Peptone water)
 dan media lainnya

MEDIA :

Media yang dipakai di Laboratorium Mikrobiologi :

I. Media Transport :

A. BGS (Buffered Glycerol Saline) D. Air Peptone Alkalis

B. Cary and Blair E. Stuart

C. Amies F. Kaldu Peptone

II. Media untuk Isolasi :

A. Kultur umum :

1. Agar Darah

2. Agar Coklat

3. DCLS (Deoxycholate Citrate Lactose Sucrose Agar)

4. Media Tellurit

5. Media untuk Pertussis (Bordet Gengou Agar)


6. Thayer Martin

7. Mc Conkey Agar

B. Penanaman M. tuberculosis → Lowenstein Jehnsen, Kudoh, Ogawa

C. Penanaman bakteri Anaerob

1. Brucella Agar Darah

2. B.A.D dengan Kanamycin / Antibiotik lain

3. Agar Darah

4. Thioglycolat

5. Thioglycolat dengan Antibiotik

D. Leptospira → Fletcher’s Medium

E. Mikologi → Sabaroud’s Dextrose Agar (SDA), Potato Dextrose Agar (PDA)

F. Enterobakteri : 1. DCLS=Desoxycholate Lactose Sucrose (Shigella, Salmonella)

2. TCBS=thiosulfate citrate bile salts sucrose (Vibrio)

3. Mc Conkey Agar

III. Enriched Media (media penyubur)

1. Selenit Cystein Broth 4. Thioglycolat

2. Lar. Alkalin Peptone 5. Gall Kultur

3. Kaldu Darah

IV. Media untuk Sensitivitas Test :

1. Mueller Hinton Agar 4. BHI (Brain Heart Infusion)

2. DST Agar 5. Agar Base


3. Supristol Agar

V. Media untuk Identifikasi :

A. Kultur Umum : 1. Media gula-gula

2. Deret media complex → K. P. Batang Gram ( –)

B. Enterobakter :

1. TSI Agar 5. Acetat Agar

2. Semi Solid Suc. Medium (SSS) 6. Urea Broth

3. Lysine Iron Agar (LIA) 7. Methyl Red (MR)

4. Motility Indol Ornithine Medium (MIO) 8. VP (Voges Proskauer)

STERILISASI

PENDAHULUAN

Sterilisasi adalah suatu usaha untuk menghapus-hamakan suatu bahan terhadap


mikroorganisme dalam bentuk vegetatif atau bentuk spora. Alat-alat, media perbenihan dan lain-
lain yang dipergunakan harus disterilkan lebih dahulu sebelum dipakai.

Sterilisasi dapat dilakukan dengan 2 cara :

1. Cara fisika :
a. Cara pemanasan b. Cara filtrasi c. Cara radiasi

2. Cara kimia

a. Desinfektan, yaitu bahan-bahan yang mempunyai kemampuan untuk membasmi


mikroorganisme, tetapi bahan ini toksis (beracun) bagi tubuh. Bahan seperti ini digunakan
untuk mensterilkan benda-benda mati : lantai dan alat-alat dari metal. Contoh : phenol,
carbol dan lain-lain.
b. Antiseptik, yaitu bahan-bahan kimia yang tidak begitu toksis yang digunakan untuk
sterilisasi jaringan hidup.

Sterilisasi dengan :

 Pemanasan  pilihan utama di rumah sakit


a. Basah / lembab.
Menggunakan : uap jenuh bertekanan, bebas udara.
Sterilisator : autoclave
Rasio standar : suhu / waktu untuk membunuh spora yang paling resisten
: 121°C, 1 atm, selama 15 menit.
b. Kering :
Menggunakan : udara panas
Sterilisator : oven (Hot Air Oven)
Rasio standar : suhu / waktu untuk membunuh spora yang paling resisten
: 160 - 170°C selama 1 – 2 jam.
 Gas Eto :
- Suhu < 10,8°C : cair > 10,8°C, menguap : gas
- Suhu pada proses sterilisasi, biasanya : 55°C
- Sterilisator : autoclave yang dimodifikasi
- Mudah terbakar → dicampur dengan karbondioksida atau freon
- Bersifat : BAKTERISIDAL dan SPORISIDAL
- Untuk alat-alat / benda-benda : tidak tahan panas tinggi

Desinfeksi dengan
 Pemanasan :

1. Di bawah suhu 100°C :

Pasteurisasi  Susu
a. Holder method : 63° - 66° C selama 30 menit

b. Flash method : 72° C selama 20 menit


untuk membasmi :

 M. tuberculosis
 M. bovis
 Brucella sp.
 C. burnetii
 L. monocytogenes
 Salmonella

c. Fudoskop speculum : 75° C selama 10 menit

2. Pada suhu 100° C


a. Air mendidih :
 Merebus pada suhu 100° C
 Tekanan 1 atm
 5 – 10 menit
 Untuk membunuh vegetatif bakteri
b. Uap bebas
 Tyndalisasi  suhu 100° C
 Tekanan 1 atm
 3 hari berturut – turut selama : 20 – 45 menit
 Untuk sterilisasi media perbenihan
Desinfeksi dengan pemanasan basah  pilihan utama di rumah sakit, kecuali terhadap jaringan
hidup.

YANG DIKERJAKAN :
Lakukan sterilisasi terhadap :
 Tabung-tabung kaca
 Alat-alat dari metal : pinset, gunting
 Larutan-larutan
 Media cair dan media agar
 Sarung tangan dari karet
 Sangkelit
 Lantai

DISEDIAKAN :
1. Autoclave 2. Koch steam sterilisasi 3. Hot Air Oven
4. Phenol 5. Formalin 4. Nyala Api Busen

BUAT LAPORAN PEKERJAAN ANDA

DEMONSTRASI MORFOLOGI KOLONI


PENDAHULUAN
Satu sel bakteri yang tumbuh akan membelah diri menjadi suatu kelompok masa sel
(multiplikasi) sehingga pada media padat akan membentuk satu koloni, sedangkan pada media
cair akan mengeruhkan media cair tersebut dan terkadang membentuk selaput pada permukaan
medium cair tersebut. Masing-masing spesies bakteri akan membentuk koloni yang berbeda-
beda bentuk, pinggir, ukuran serta sifatnya.

BAHAN PRAKTIKUM :
Disediakan beberapa biakan bakteri pada media padat, media cair dan media semisolid.

YANG DIKERJAKAN :
1. Perhatikan dan buatlah laporan tentang :
a. Bentuk koloni :
- bintik-bintik (punctiform, pinpoint) - bundar (circulair, round)
- seperti benang (filamentous) - bentuk pohon (arborescent)
b. Diameternya (dalam mm)
c. Pinggir koloni : rata atau tidak rata
d. Permukaan koloni :
- halus - kasar - rata
- cembung (convex) - cekung (concave) - umbilicated
e. Kepadatan (opacity) dan konsistensi koloni :
- kering - seperti pasta - berlendir (mucoid)
- padat - translucent
f. Pembentukan pigment : warna pigmen dan apakah pigmennya larut kedalam media atau
tidak.
g. Perubahan medium :
- penghancuran media - hemolisa atau tidak hemolisa pada agar darah
2. Gambarkan macam-macam bentuk koloni : buat laporan mengenai gambaran koloni pada
medium padat maupun gambaran pada medium semisolid dan pada medium cair.
3. Laporkan apakah biakan itu murni atau bercampur (mixed)

KEPUSTAKAAN :
1. Finegoid, S.M. Martin W.J and Scott E.G : Bailey & Scotts, Diagnostic Microbiology 5 th ed.
The C.V Mosby Company, St Louis 180-181. 1978.
2. Jawaetz E. Melnick J.L and Adelberg E.A : Rewiew of Medical Microbiology 14 th ed. Lange
Medical Publications / Maruzen Asia (Pte) Ltd. 239-241, 1980.
3. Lennette, E.H. balows A. Hausler, W.J Jr and Truant J.P. Manual of Clinical Microbiology, 3rd
ed. Amer Society for Microbiol, Washington D.C. 1980.
4. Bagian Mikrobiologi FK UGM, Dasar- dasar Pemeriksaan Mikrobiologi hal. 30-31,1986.
Praktikum ke II
PEWARNAAN
Penyusun : Dian Dwi Wahyuni

TUJUAN:
Agar mahasiswa mengenal dan dapat mengerjakan pewarnaan dengan baik sehingga
dapat mempelajari morfologi bakteri. Seperti diketahui, bakteri adalah transparan dan
morfologinya sulit dilihat. Oleh sebab itu, untuk mempelajari morfologi, struktur serta sifat –
sifat bakteri dari spesimen penderita yang telah dikultur maupun dari sediaan langsung
spesimen tersebut, maka perlu dilakukan pewarnaan bakteri kemudian dilihat dibawah
mikroskop.

Untuk menyiapkan bakteri agar dapat diwarnai maka terlebih dahulu spesimen
dilekatkan ( fiksasi) pada permukaan gelas objek yang bersih dan bebas dari lemak. Fiksasi harus
dilakukan sebaik mungkin agar hasil pewarnaan mudah diamati dengan mikroskop; yaitu bakteri
tersebar rata, tidak terlalu tebal, tidak terdapat kotoran lain yang berasal dari gelas objek dan
sediaan bakteri tidak terhapus atau terbuang prosedur pewarnaan selanjutnya.

PENDAHULUAN
Pada pewarnaan digunakan zat warna bersifat basa seperti methylen blue, methylviolet,
fuchsin air, safranin. Zat warna bersifat basa ini bermuatan listrik positif (kation) sehingga
mampu mewarnai sel kuman dikarenakan sel kuman banyak mengandung asam nukleat (nucleic
acid) dan fosfat yang bermuatan negatif (anion). Zat warna asam umumnya tidak dapat mewarnai
sel kuman. Ukuran bakteri sangat kecil sehingga setelah dilakukan pewarnaan maka untuk
pengamatan dilakukan dibawah mikroskop dengan pembesaran 1000 kali.
Adapun jenis pewarnaan adalah :
- Pewarnaan sederhana
- Pewarnaan khusus
- Pewarnaan diferensial
Prosedur Pembuatan Hapusan Bakteri :
1. Bersihkan gelas objek dengan kain bersih agar tidak berlemak, gelas objek dilayang kan
diatas nyala api
2. Setelah didinginkan, beri label dengan pensil kaca atau spidol
3. Teteskan satu tetes aquadest atau garam faal pada gelas objek
4. Pijarkan sengkelit kemudian dinginkan
5. Ambil sediaan yang hendak diwarnai dengan menggunakan sengkelit. Pada saat
mengambil sediaan, hanya ujung sengkelit yang menyentuh koloni.
6. Suspensikan sediaan tersebut pada tetesan aquadest pada gelas objek lalu sebarkan
dengan gerakan memutar agar rata. Luas sediaan 1-2 cm2 . Pijarkan kembali sengkelit
yang dipakai untuk mengambil sediaan yang mengandung bakteri tadi
7. Sediaan dibiarkan mengering di udara, kemudian lewatkan diatas nyala api sebanyak 3
kali agar sediaan melekat sempurna di atas permukaan gelas objek (sisi gelas objek yang
mengandung sediaan menghadap keatas agar tidak terkena nyala api).

A. PEWARNAAN SEDERHANA
1. Lakukan fiksasi dari koloni atau dari sediaan langsung
2. Lumuri dengan zat warna methylen blue sampai menutupi seluruh permukaan sediaan
selama 30-60 detik
3. Cuci dengan air untuk menghilangkan zat warna yang berlebihan
4. Keringkan di udara dengan bantuan nyala api dan kertas saring.
5. Sediaan siap untuk dilihat dibawah mikroskop.

B. PEWARNAAN DIFERENSIAL
I. PEWARNAAN GRAM
Pewarnaan diferensial Gram sering dipakai pada pemeriksaan rutin . Pewarnaan Gram
(Dr. Hans Christian Gram , 1884) dapat membedakan bakteri atas 2 golongan besar yaitu :
1. Bakteri Gram positif, yaitu bakteri yang berwarna ungu (oleh karena mampu menahan
zat warna ungu terhadap zat peluntur).
2. Bakteri Gram negatif, yaitu bakteri yang berwarna merah (warna counter stain) oleh
karena zat peluntur melepaskan zat warna ungu lalu mengambil warna counter stain
(fuchsin air, safranin).
Perbedaan ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel bakteri. Pada sel bakteri Gram
positif, ikatan warna violet dengan jodium tidak dapat dilepaskan oleh peluntur alkohol atau
aceton ; sedangkan pada bakteri yang Gram negatif, ikatan ini terlepas kembali sehingga
protoplasma mengambil warna kedua ( counter stain).

Teknik Pelaksanaan Pewarnaan Gram :


1. Lakukan fiksasi ( seperti cara yang sudah diterangkan)
2. Tuang zat warna ungu kristal diatas sediaan :
Jika memakai warna ungu kristal...................................................... 1 menit
Jika memakai karbol-gentian violet................................................... 5 menit
3. Cuci sediaan dengan air kran.............................................................. 5-10detik
4. Genangi dengan larutan lugol............................................................. 1 menit
5. Cuci sediaan dengan air kran............................................................. 5-10 detik
6. Celup dan goyang dalam bak berisi alkohol 96%............................... 30 detik
Jika dalam aceton alkohol....................................................................... 10 detik
Jika dalam aceton.................................................................................... 3 detik
7. Cuci sediaan dengan air kran
8. Genangi dengan fuchsin-air ( safranin) selama................................... 1-2 menit
9. Cuci kembali dengan air kran, lalu keringkan diudara
10. Setelah kering, lihat dibawah mikroskop

II . PEWARNAAN BAKTERI TAHAN ASAM


Bakteri tahan asam ( BTA ) sangat sukar diwarnai dengan zat warna anilin, akan tetapi
dengan menggunakan larutan zat warna yang keras ( misalnya yang mengandung fenol) dan
disertai pemanasan ( atau memasuki zat kimia tergitol), maka zat warna tersebut dapat masuk
kedalam sel bakteri tersebut. Dan sekali zat warna memasuki sel bakteri tersebut maka zat warna
sukar dilepaskan dengan menggunkana zat peluntur walaupun menggunakan pelarut yang kuat.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka bakteri yang termasuk BTA , diwarnai dengan zat
warna fuchsin basa ( basa fuchsin) yang mengandung fenol, kemudian dilunturkan dengan asam
keras ( H2SO4 20% atau HCl 3% dalam alkohol 95% yang disebut asam alkohol).
Hasilnya bakteri tidak tahan asam akan melepaskan zat warna lalu mengambil zat warna
kedua ( zat warna kontras), sedangkan bakteri BTA akan mempertahankan zat warna.

Pewarnaan Ziehl Neelsen (Pewarnaan BTA menurut Ziehl Neelsen)


1. Buat sediaan bakteri, lakukan fiksasi
2. Letakkan sediaan dengan hapusan menghadap keatas pada rak yang ditempatkan diatas bak
cuci. Jarak antara satu sediaan dengan satu sediaan yang lain berjarak kira-kira 1 jari.
3. Genangi seluruh permukaan sediaan dengan carbol fuchsin
4. Panaskan sediaan diatas nyala api sampai menguap (jangan sampai mendidih).......5 menit
5. Cuci sediaan dengan air mengalir dengan hati-hati, jangan sampai ada percikan kesediaan
lain
6. Miringkan sediaan dengan menggunakan penjepit kayu untuk membuang air
7. Genangi dengan asam alkohol sampai tidak tampak warna merah carbol fuchsin
8. Genangi permukaan sediaan dengan methylen blue..............................................10 detik
9. Bilas sediaan dengan air mengalir
10. Keringkan pada rak pengering. Jangan menggunakan tissue
11. Preparat siap untuk diperiksa dibawah mikroskop.

Pewarnaan BTA menurut Tan Thiam Hok-Devulder


1. Buat sediaan, fiksasi seperti biasa
2. Genangi dengan larutan Kinyoun selama...................................................... 3 menit
3. Cuci dengan air selama.................................................................................. ½ menit
4. Genangi dengan Larutan Gabbet..................................................................1-3 menit
5. Cuci dengan air dan kemudian dikeringkan

Larutan Kinyoun terdiri dari :


- Basic fuchsin....................... 4 gr
- Fenol................................... 8 cc
- Alkohol 95%....................... 20 cc
- Aquadest............................ 100cc
Larutan Gabbet terdiri dari :
- Biru metilin.............................. 1 gr
- H2SO4 96%............................ 20 cc
- Alkohol absolut....................... 30 cc
- Aquadest .................................50 cc

c. PEWARNAAN KHUSUS
Tidak semua bakteri atau bagian-bagiannya dapat diamati dengan baik dengan pewarnaan
sederhana atau pewarnaan gram. Untuk dapat mempelajari morfologi atau mengamati bagian-
bagian tertentu bakteri maka harus dilakukan pewarnaan khusus.
I . Pewarnaan spora menurut Schaefer Fulton
1. Buat sediaan dan fiksir pada gelas objek
2. Tuang dengan larutan malachite green 5%
3. Panaskan dibawah nyala api ( jangan mendidih ) selama 5 menit
4. Cuci dengan air
5. Genangi dengan safranin atau air fuchsin 0.05%... selama 30 detik
6. Cuci dengan air kran dan keringkan

II. Pewarnaan Kapsul menurut Gins-Burri ( modified)


1. Sediakan satu tetes suspensi bakteri yang akan diamati pada salah satu ujung gelas objek.
Kemudian pada kiri dan kanannya diteteskan pula satu tetes tinta India dan satu tetes
larutan glukosa 6%.
2. Campurkan ketiga tetesan tadi dengan ujung gelas objek tadi yang bersih dan dengan
bantuan gelas objek tersebut dibuat sediaan hapus (seperti membuat sediaan hapus
darah).
3. Keringkan sediaan hapus tersebut dan fiksir dengan cara menggenanginya dengan
metilalkohol lalu keringkan hati-hati diatas nyala api.
4. Genangi dengan larutan kristal violet selama 1-2 menit.
5. Cuci dengan air, lalu keringkan.
III. Pewarnaan Flagella
Dikenal beberapa cara untuk pewarnaan flagella yaitu pewarnaan menurut Gray, menurut
Leifson atau modifikasi Leifson. Agar hasil pewarnaan baik, digunakan kultur berusia 12-24
jam.
1. Buat suspensi bakteri dalam aquadest ( jangan NaCl) dari koloni hingga membentuk
campuran yang tidak terlalu tebal ( cloudy).
2. Campurkan satu tetes suspensi diatas dengan satu tetes aquadest pada gelas objek yang
bebas lemak. Gelas objek harus dibersihkan dengabn NaOH KOH agar lemak dapat
dihilangkan dan cuci dengan asam chlorida encer lalu bilas dengan aquadest.
3. Letakkan satu tetes kultur yang akan diperiksa itu diatas objek gelas dan buatlah sediaan
hapus yang tipis lalu keringkan dengan nyala api. Hati-hati sebab pemanasan dapat
menghancurkan flagella. Digunakan mordant dari Gray dan Carbofuchsin sebagai zat
warnanya.

Cara Gray
1. Sediaan pada objek gelas digenangi dengan mordant dari uan Gray selama 5-10 menit
2. Cuci dengan aquadest
3. Genangi dengan carbofuchsin selama 5-10 menit
4. Cuci dengan air kran
5. Keringkan dan periksa dibawah mikroskop

IV.Pewarnaan Giemsa Untuk Chlamydia


1. Buat sediaan pada gelas objek yang dikeringkan dalam udara ( jangan dipanaskan)
2. Fiksir sediaan tersebut dengan metanol absolut selama 5 menit
3. Genangi dengan larutan Giemsa yang dibuat baru dan biarkan selama 1 jam
4. Cuci segera dengan ethyl alkohol 95% untuk membuang kelebihan zat warna
5. Keringkan

V. Pewarnaan Gimenez Untuk Chlamydia


1. Buat sediaan hapus yang tipis pada gelas objek dan keringkan dalam udara ( jangan
dipanaskan)
2. Genangkan dengan carbol basic fuchsin yang disaring dan biarkan selama 1-2 menit
3. Cuci dengan air kran hingga bersih
4. Genangi dengan malachit green selama 6-9 detik
5. Cuci dengan air kran
6. Keringkan dengan bantuan kertas hisap
Hasil : elementary bodies berwarna merah dan warna dasar kehijauan

VI. Pewarnaan Truant Auramine-Rhodamine


Merupakan tekhnik pewarnaan mycobacteria memakai tekhnik fluorescent, jadi hasil
pewarnaan diamati dengan mikroskop fluorscent. Zat warna yang digunakan yaitu :
a. Zat warna fluorescent
 Auramine O ( C.I.41000)...... 1,50 g
 Rhodamine B ( C.I.749)...... 0,75g
 Glycerol................................ 75.00 ml
 Phenol.................................. 10.00ml
 Aquadest............................. 50.00ml
b. Decoloriser: 0.5% HCl dalam 70%ethyl alkohol
c. Counter stain : potassium permanganas 0.5% dalam air

Teknik pewarnaan :
1. Buat sediaan hapus dan fiksir dengan dipanaskan
2. Genangi dengan zat warna fluorescent selama 15 menit, suhu 370C
3. Cuci dengan aquadest
4. Lunturkan dengan decoloriser selama 2-3 menit
5. Cuci dengan aquadest
6. Genangi dengan counterstain selama 2-4 menit
7. Cuci dengan air dan keringkan
BAHAN PRAKTIKUM :

1. Biakan coccus Gram positif ( Staphylococcus sp)


2. Biakan batang Gram negatif ( Escherichia coli)
3. Biakan batang Gram positif ( Bacillus subtilis )

YANG DIKERJAKAN :

1. Pewarnaan sederhana terhadap biakan diatas


2. Pewarnaan Gram terhadap biakan diatas
3. Amati hasil pewarnaan.
4. Buat laporan praktikum. Laporkan bentuk koloni pada biakan diatas dan gambarkan
bentuk bakteri yang terlihat di bawah mikroskop.

PERTANYAAN :

1. Apa yang dimaksud dengan “Much’s granule ?


2. Bila dan dalam keadaan apaa bakteri gram (+) menjadi gram (-) ?
3. Apa yang dimaksud dengan pewarnaan differensial ?

KEPUSTAKAAN

1. Ballows A, Hausler WJ. Diagnostic Procedurs for Bacterial, Mycotic and Parasitic
Infection.6th ed. Amer Public Health Assoc. Inc. Washington DC: 808-810, 1981
2. Frankel s, reitman S and Sonnenwith,AC: Grad wohl’s Clinical Laboratory Methods and
Diagnosis. 7 th ed. The Mosby .Co.Saint Louis 2: 1068-76,1970
3. Iswara R. Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi Kedokteran, 9-13, 1987
4. Lennete EH, Balows A, Hausler WJ and Truant JP: Manual of Clinical Microbiology. 3th
ed. Amer Society for Microbiol. Washington DC.1011-1024, 1980
Praktikum III

PEMBIAKAN, FLORA NORMAL DAN KONTAMINAN

Penyusun : Maria Simatupang

I. PEMBIAKAN

TUJUAN

Agar mahasiswa terampil menanam dan melakukan isolasi bakteri pada media
perbenihan dari spesimen seperti sputum, pus, darah, cairan serebrospinal dan juga berasal dari
air, tanah dan lain-lain.

PENDAHULUAN

Sebagai makhluk hidup bakteri memerlukan makanan yang sesuai agar dapat
berkembang biak. Pembiakan mikroorganisme dalam laboratorium membutuhkan zat-zat yang
diperlukan untuk pertumbuhan sintesis sel, energi atau metabolisme. Pada umumnya media itu
terdiri dari ekstrak ragi, pepton dan agar. Untuk media khusus harus diperkaya dengan darah dan
zat-zat lain.

Menurut konsistensinya media biakan yang digunakan bisa bentuk padat, semi padat dan
cair. Pada media padat dapat dilihat bentuk koloni. Pada media semi padat dapat dilihat apakah
bakteri mempunyai pergerakan atau tidak. Pada media cair dapat dilihat pertumbuhan dan
adanya gas. Bila menanam secara anaerob permukaan atas dilapisi dengan lilin.

Bahan-bahan yang disediakan :

1. Sputum, darah, cairan serebrospinal, air, tanah, dll.


2. Beberapa spesies bakteri pada medium cair : Staphylococus sp., campuran
Staphylococcus sp. dan E. coli., Proteus sp.
3. Media lempeng agar nutrient, agar miring, medium cair dan medium cair dengan tabung
durham terbalik.
4. Sengkelit/ose ujung lurus dan ujung bulat.
5. Lampu spiritus atau lampu Bunsen.
6. Kapas lidi steril.

Cara kerja :

 Ose yang digunakan untuk menanam bakteri sebelum dan sesudahnya harus dipanaskan
hingga pijar (merah) di atas nyala api supaya ose tersebut steril dan dinginkan dahulu
sebelum digunakan menanam bakteri.
 Bukalah tutup cawan petri secukupnya saja untuk menghindari kontaminasi dari udara.
 Bila spesies bakteri akan diambil dari medium semi padat atau cair, tutup kapas dari
tabung yang berisi media harus dibuka di dekat nyala api dan sebelum menutupnya
kembali maka terlebih dahulu ujung tabung dipanaskan.
 Dengan ose atau kapas lidi steril bakteri diambil dan kemudian dilakukan penanaman
pada lempeng agar atau pada medium cair. Ose ujung lurus dipakai untuk menanam pada
agar semi padat.
 Media yang telah siap ditanam dengan bakteri lalu dieramkan dalam inkubator dengan
temperatur yang sesuai (temperatur optimum 37°C).
 Bila menginginkan suasana anaerob maka lempeng agar dimasukkan ke dalam anaerobic
jar. Ada indikator yang akan menunjukkan apakah suasana sudah anaerob atau belum.
 Candle jar diperlukan untuk menciptakan suasana mikroaerophilik.
 Biasanya setelah 18-24 jam telah dapat dilihat pertumbuhan bakteri yaitu terbentuknya
koloni bakteri pada permukaan media atau terjadi kekeruhan pada media cair. Kadang-
kadang dibutuhkan waktu penanaman yang lebih lama lagi tergantung bakteri yang
ditanam.

YANG AKAN DIKERJAKAN :

1. Penanaman pada permukaan lempeng agar


2. Penanaman pada media semi padat.
3. Penanaman pada media cair.
4. Buatlah laporan pekerjaan dan pengamatan tersebut.
1. Penanaman pada permukaan medium padat.
 Ose atau kapas lidi digunakan untuk mengambil bakteri dari bahan pemeriksaan atau dari
koloni pada medium cair yang mengandung kultur bakteri.
 Lalu ose atau kapas lidi itu dipakai untuk menyemai bakteri tersebut pada permukaan
medium padat dengan cara goresan (menstreak) secara berulang-ulang seperti gambar di
bawah ini (goresan di kwadran).

Di samping teknik goresan di atas ada lagi dikenal goresan radian dan goresan
sinambung.

 Penyentuhan tersebut dilakukan berulang-ulang sedemikian sehingga dapat diperoleh


koloni yang terpisah pada proses penyentuhan terakhir yaitu :
a. Pada proses penyentuhan pertama kali bakteri disemai masih rapat satu sama lainnya
b. Pada penyentuhan ke-2 bakteri semai semakin renggang
c. Pada penyentuhan ke -3 bakteri yang disemai semakin renggang lagi
d. Dan pada penyentuhan terakhir penyemaian bakteri sudah sedemikian renggang
sehingga diharapkan bakteri dapat tumbuh dengan membentuk koloni terpisah
(isolated colony)

Cara lain untuk mendapatkan koloni yang terpisah ialah dengan teknik :

- Agar tuang
- Agar sebar
2. Penanaman pada agar padat miring

Penanaman pada agar miring ialah dengan cara memasukkan ose dan menanam pada
permukaan agar miring tersebut seperti pada penanaman agar miring TSI (Triple Sugar Iron).
Disini digunakan ose steril berujung lurus, lalu ditusukkan tegak lurus ke dalam kira-kira 1-1 ½
cm dari dasar tabung (butt).

3. Penanaman pada medium semi padat (semi solid)


 Dengan ose ujung lurus yang steril diambil dari koloni yang terpisah.
 Tusukkan ose tersebut tegak lurus ke dalam media semi padat kira-kira 1-1 ½ cm dari
dasar.
4. Penanaman pada medium cair

Bakteri diambil dari sediaan menggunakan ose atau kapas lidi steril dan lalu dimasukkan
ke dalam medium cair dan digoyang-goyangkan dalam medium cair tersebut agar bakteri
terlepas dari ose atau kapas lidi steril. Medium cair ada yang diisi dengan tabung terbalik (tabung
Durham) yaitu untuk melihat apa ada pembentukan gas atau tidak.

II. FLORA NORMAL

TUJUAN :

Mengetahui flora normal yang terdapat pada bagian dari tubuh, misalnya yang terdapat
pada rongga mulut, saluran pencernaan, vagina, konjungtiva, kulit dan kuku jari tangan.

PENDAHULUAN

Kulit dan selaput lendir manusia didiami oleh bermacam-macam mikroorganisme atau
flora yang dapat dibagi atas 2 kelompok flora yaitu :

1. Resident flora yaitu mikroorganisme tertentu yang hidup menetap dan selalu dijumpai
pada bagian tubuh tertentu dan pada usia tertentu.
2. Transient flora yaitu mikroorganisme yang patogen atau non patogen yang menempati
kulit atau selaput lendir hanya untuk sementara (beberapa jam, beberapa hari atau
beberapa minggu). Mikroorganisme ini berasal dari sekitar tubuh kita, tidak
menimbulkan penyakit dan tidak menetap pada tempat tersebut.

YANG DIPERIKSA :

A. Sediaan dari kotoran kuku, gigi dan usapan tenggorok.


B. Agar darah atau agar nutrien yang telah berisi kultur dari kotoran kuku, rambut, gigi
atau kultur dari usapan tenggorok.

YANG DIKERJAKAN :

1. Penanaman pada agar nutrien plate (plate dibagi 4 sektor, lalu tanam dengan kotoran
gigi, sehelai rambut, usapan tenggorok dan kotoran kuku, lalu eramkan dalam
inkubator 37°c selama 24 jam, lihat hasilnya keesokan harinya.
2. Buatlah pewarnaan gram dari sediaan A dan sediaan B.
3. Lakukan pengamatan mikroskopis dari pewarnaan tersebut di atas.
4. Laporkan hasil pengamatan anda.

III. KONTAMINAN

TUJUAN :

Menunjukkan kepada mahasiswa agar mahasiswa mengetahui banyaknya kontaminan


yang ada baik di udara, lantai, dinding dan tempat lainnya.

PENDAHULUAN

Telah diketahui bahwa bakteri maupun mikroorganisme lainnya menempati sebagian


besar dari alam ini. Spesimen atau bahan pemeriksaan yang berasal dari pasien mudah dicemari
oleh mikroorganisme tersebut. Jamur nonpatogen dapat tumbuh pada media yang kita tanam.
Nanah (pus) yang berasal dari luka terbuka pada kulit, sputum atau bahan pemeriksaan lain kalau
pengambilannya atau transportasinya tidak baik, dapat tercemar dan mengganggu kita
menentukan kuman penyebab infeksi.
Untuk dapat membedakan apakah mikroorganisme yang tumbuh pada suatu kultur adalah
kuman penyebab infeksi atau hanya kontaminan yang mencemari bahan pemeriksaan, maka kita
harus mempelajari kontaminan-kontaminan itu agar tidak salah menentukannya sebagai kuman
penyebab infeksi.

Beberapa jamur di bawah ini merupakan kontaminan, antara lain :

- Penicillium sp
- Aspergillus sp
- Mucor sp
- Cephalosporium sp
- Monilia sitophila sp
- Rhizopus sp

Beberapa bakteri yang merupakan kontaminan :

- Bacillus subtilis
- Proteus sp

BAHAN PRAKTIKUM :

- Dua lempeng agar darah


- Kapas lidi

YANG DIKERJAKAN :

1. Biarkan lempeng agar darah terbuka selama 30 menit dan tutup kembali
2. Lempeng agar darah lainnya dibagi atas 4 sektor dan biakkan sampel dari keempat sudut
lantai ruang praktikum yang diambil dengan kapas steril.
3. Kedua lempeng agar darah tersebut dimasukkan ke dalam inkubator 37°c selama 24 jam
4. Perhatikan koloni yang tumbuh pada lempeng agar darah tersebut setelah pengeraman itu
dan dilakukan pewarnaan.
5. Amati hasil pewarnaan di bawah mikroskop dan dibuat laporan.
KEPUSTAKAAN :

1. Iswara R, Penuntun Praktikum Mikrobiologi FK USU, dikeluarkan oleh Bagian


Mikrobiologi FK USU, Medan, 1976.
2. Lay, Bibiana W., Analisa Mikroba di Laboratorium, Edisi I, Cetakan I, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, p. 40-41, 1994.
3. Mackie, TJ. Cartney, Handbook of Practical Bacteriology 9th ed, Livingstone Ltd, p.13-
14.
4. Timbury, Morag. C, et al, Medical Bacteriology 3rd edition, Churchil Livingstone, p.152-
153, 1990.
Praktikum ke IV

COCCUS PENYEBAB INFEKSI BERNANAH


(PYOGENIC COCCI)
Penyusun : Sri Amelia

Tujuan :

Menunjukan cara-cara pengenalan genus dan species : Staphylococcus, Streptococcus,


Pneumococcus dan Neisseria berdasarkan sifat-sifatnya.

Bahan Pemeriksaan :

Bergantung dari lokasi infeksi, misalnya : usap tenggorok, nanah, darah, air kemih, tinja,
cairan serebrospinalis, cairan pleura, dan dahak. Khusus untuk Neisseria, bahan pemeriksaan
adalah sekret dari : uretra, prostat, endocervix, anorectal, oropharynx, kelenjar Bartholini, bisa
juga dari cairan sendi dan darah, jika ada tanda-tanda infeksi sistemik.

STAPHYLOCOCCUS

PENDAHULUAN

Infeksi oleh mikroorganisme ini terutama menimbulkan penyakit pada manusia. Setiap
jaringan ataupun organ tubuh dapat diinfeksi olehnya dan menyebabkan timbulnya penyakit
dengan tanda-tanda yang khas, yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses. Infeksinya
dapat berupa furunkel yang ringan pada kulit sampai berupa suatu piema yang fatal. Kecuali
impetigo umumnya kuman ini menimbulkan penyakit yang bersifat sporadik bukan epidemik.

Staphylococcus adalah bakteri berbentuk sferis, termasuk dalam famili Micrococcaceae. Genus
Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies, dan terdapat tiga spesies yang penting secara klinik
antara lain Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis (Staphylococcus albus) dan
Staphylococcus saprophyticus (Staphylococcus citreus).
Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Gram menunjukkan bahwa Staphylococcus
sp. adalah mikroorganisme berbentuk bola (kokus), Gram positif, biasanya tersusun dalam
kelompok-kelompok tidak teratur bergerombol seperti buah anggur (staphyle = a brunch of
grapes).

Berdasarkan atas pembentukan pigmen-pigmen yang berbeda, dikenal 3 macam


Staphylococcus sp. pada media padat :

1. Staphylococcus aureus : koloni berwarna kuning emas.


2. Staphylococcus citreus : koloni berwarna kuning citrun.
3. Staphylococcus albus : koloni berwarna putih.

Morfologi

Morfologi sel :

 Berbentuk bola (kokus)


 Susunan seperti buah anggur (berkelompok)
 Gram positif (pada pewarnaan Gram)

Morfologi koloni :

 Koloni cembung
 Berwarna sesuai pigmen yang terbentuk ( kuning emas, kuning citrun, putih)
 Pada agar darah dapat terlihat adanya hemolisa atau tidak

Pada isolasi Staphylococcus aureus akan menghasilkan pigmen berwarna kuning emas
(golden-yellow). Koloni yang putih atau pucat bisa juga dijumpai pada subkultur. Koloni
Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus saphrophyticus biasanya putih tapi kadang bisa
juga kuning pucat. Pada lempeng agar darah, tampak daerah jernih (clear zone) di sekitar koloni
Staphylococcus aureus, hal ini dikarenakan bakteri ini menghasilkan hemolisin.

Semua spesies Staphylococcus dapat tumbuh pada lempeng Mannitol Salt Agar (MSA),
tapi hanya Staphylococcus aureus yang dapat memfermentasi mannitol menjadi asam, sehingga
terjadi perubahan pH media dan terlihat media di sekitar koloni itu berwarna kuning karena MSA
mengandung indikator phenol red.
Diantara ketiga spesies Staphylococcus tersebut, Staphylococcus aureus adalah yang
paling patogen pada manusia. Staphylococcus epidermidis bisa juga menimbulkan penyakit yang
serius pada penderita immunocompromissed. Sedangkan Staphylococcus saphrophyticus dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih. Perbedaan ketiga spesies tersebut dapat dilihat pada tabel I.

Genus Staphylococcus menghasilkan enzim katalase yang kuat. Tes katalase dapat
membedakan koloni Staphylococcus sp. (katalase positif) dari koloni Streptococcus sp. (katalase
negatif).

Tabel I : Karakteristik Spesies Staphylococcus

No Organisme Fermentasi Koagulase DNAse Novobiocin Hemolisa


Mannitol
1. Staphylococcus aureus + + + S Beta
2. Staphylococcus epidermidis - - - S Beta / O
3. Staphylococcus saprophyticus - - - R O

IDENTIFIKASI Staphylococcus sp. berdasarkan :

1. Melihat morfologi koloni, pigmentasi, dan hemolisa pada agar darah.


2. Melihat morfologi bakteri secara mikroskopis dari sediaan usap yang diwarnai dengan
pewarnaan Gram.
3. Tes katalase.
4. Tes koagulase.
5. Tes DNA-ase.
6. Melihat fermentasi terhadap mannitol.
7. Tes novobiosin.

Tes Katalase

1. Teteskan satu tetes hidrogen peroksida (H2O2) di atas kaca slide yang bersih.
2. Sterilkan ose/sengkelit.
3. Ambil koloni bakteri yang akan diuji.
4. Campurkan koloni yang diambil ke dalam hidrogen peroksida.
5. Interpretasi :
 Bila terbentuk gelembung udara  tes katalase positif.
 Bila tidak terbentuk gelembung udara  tes katalase negatif.

Tes Koagulase

Terdapat dua cara untuk melakukan tes koagulase yaitu Slide Tes dan Tube Tes.

A. Slide Tes :
1. Teteskan satu tetes aquadest diatas kaca slide yang bersih.
2. Emulsikan koloni bakteri Staphylococcus sp. pada tetesan aquadest itu.
3. Tambahkan satu sengkelit plasma manusia.
4. Campuran tersebut diaduk menggunakan batang pengaduk.
5. Interpretasi  Perhatikan adanya gumpalan.
 Bila terbentuk gumpalan  slide tes (+) : Staphylococcus aureus.
 Bila gumpalan tidak terbentuk  slide tes (-) : lanjutkan dengan Tube Tes.
B. Tube Tes :
1. Inokulasi 0,5 ml citrated rabbit plasma (yang telah diencerkan 1 : 4) dengan 1-2 tetes
biakan Staphylococcus sp. yang telah dieramkan satu malam.
2. Eramkan 35°C dalam water-bath.
3. Jika terjadi koagulasi sempurna ataupun sebagian (parsial) sesudah pengeraman 1-4
jam, maka tes dikatakan positif.

Kontrol :

1. Kontrol positif : Staphylococcus aureus ATCC 25923.


2. Kontrol negatif : Staphylococcus epidermidis ATCC 12228.

BAHAN PRAKTIKUM :

1. Biakan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis masing- masing pada


Agar Darah dan MSA.
2. Hidrogen peroksida (H2O2).
3. Aquadest.
4. Plasma manusia.

YANG DIKERJAKAN :

1. Perhatikan koloni biakan Staphylococcus sp. masing-masing pada lempeng Agar Darah
dan lempeng MSA (Mannitol Salt Agar).
2. Lakukan pewarnaan Gram untuk melihat morfologi Staphylococcus sp. secara
mikroskopis.
3. Lakukan tes katalase dan tes koagulase.
4. Membuat laporan praktikum.

STREPTOCOCCUS

PENDAHULUAN

Pada pemeriksaan mikroskopis dari sediaan usap yang diwarnai dengan pewarnaan
Gram, Streptococcus sp. akan terlihat berbentuk bola (kokus), Gram positif, tersusun seperti
rantai. Koloninya pada agar darah biasanya tidak berpigmen.
Berdasarkan tipe hemolisanya pada agar darah, maka Streptococcus sp. dapat dibagi atas:
1. Streptococcus alpha hemolyticus.
2. Streptococcus beta hemolyticus.
3. Streptococcus anhemolyticus (gamma hemolyticus).
Streptococcus alpha hemolyticus disebut juga Streptococcus viridans. Pada agar darah
Streptoococcus ini akan memperlihatkan hemolisa yang tidak sempurna, dimana akan tampak
warna kehijau-hijauan di sekeliling koloni (green hemolysis).
Streptococcus beta hemolyticus, pada agar darah akan menimbulkan hemolisa yang
sempurna, dimana akan terlihat zona bersih di sekeliling koloni (clear zone). Dengan tes
presipitin, Lancefield membagi Streptococcus beta hemolyticus atas beberapa sero group.
Serogroup A (SBHA/Streptococcus beta hemolyticus group A) disebut juga
Streptococcus pyogenes merupakan kelompok yang paling patogen pada manusia. Infeksi oleh
SBHA ini dapat menimbulkan sequelae non-supurative yaitu demam rematik dan
glomerulonefritis akut. Diagnosa SBHA dapat ditegakkan berdasarkan kepekaannya terhadap
basitrasin. Lebih dari 95% SBHA peka/sensitif terhadap basitrasin.
Serogroup B disebut juga Streptococcus agalactie, merupakan flora normal pada saluran
kelamin wanita dan merupakan penyebab penting pada sepsis dan meningitis neonatal. Bakteri
ini jarang peka terhadap basitrasin, dan memberikan respon positif terhadap tes CAMP.
Serogroup C dan G, kadang-kadang terdapat pada farings. Kelompok ini dapat
menyebabkan sinusitis, bakteremia dan endokarditis.
Serogroup D, termasuk Enterococcus (Streptococcus fecalis, Streptococcus faecium) dan
non-enterococcus (Streptococcus bovis, Streptococcus equinus).
Serogroup E, F, H, dan K-U jarang menimbulkan penyakit pada manusia.
Streptococcus anhemolyticus, pada agar darah tidak menunjukkan hemolisa.

Morfologi Bakteri Secara Mikroskopis :

 Bakteri berbentuk bulat (kokus).


 Susunannya seperti rantai panjang/pendek.
 Tidak memiliki spora.
 Gram positif, kecuali pada kultur tua Gram negatif.

IDENTIFIKASI Streptococcus sp. :

1. Morfologi koloni, hemolisa pada Agar Darah.


2. Morfologi bakteri secara mikroskopis dari sediaan usap yang diwarnai dengan Gram.
3. Uji kepekaan terhadap basitrasin (bacitracin susceptibility test).

Tes Basitrasin :

1. Dengan sengkelit steril, lakukan subkultur dari koloni yang diperiksa ke lempeng agar
darah .
2. Dengan forceps steril letakkan disk basitrasin (0,04 U) di perpotongan goresan pertama
dengan goresan kedua.
3. Eramkan dalam inkubator pada suhu 37°C selama 18-24 jam.
4. Adanya zona hambatan di sekeliling disk menunjukkan tes positif (peka terhadap
basitrasin).

YANG DIKERJAKAN :

1. Perhatikan biakan pada lempeng agar darah :


o Streptococcus alpha-hemolyticus
o Streptococcus beta-hemolyticus
o Streptococcus anhemolyticus
2. Lakukan pewarnaan Gram.
3. Perhatikan morfologi bakteri Streptococcus sp. di bawah mikroskop.
4. Lakukan tes katalase.
5. Lakukan tes basitrasin.
6. Buat laporan praktikum.

DIPLOCOCCUS PNEUMONIAE

= Streptococcus pneumoniae/Pneumococcus

PENDAHULUAN

Infeksi bakteri ini pada manusia yang khas adalah akan menyebabkan penyakit
pneumonia lobaris. Selain itu dapat menimbulkan sinusitis, otitis media, osteomielitis, artritis,
peritonitis, ulserasi kornea dan meningitis. Dari pneumonia lobaris dapat terjadi komplikasi
berupa septikemia, empiema, endokarditis, perikarditis, meningitis dan artritis.

Pada pemeriksaan mikroskopis dari sediaan usap yang diwarnai dengan Gram,
Diplococcus pneumoniae akan tampak berbentuk lanset, berdua-dua, Gram positif dan
mempunyai kapsul. Mikroorganisme ini sukar tumbuh pada medium sederhana, mudah larut
dalam larutan garam empedu dan sensitif terhadap optochin (ethyl-hydrocuprein).

Koloni D.pneumoniae di lempeng agar darah sukar dibedakan dengan Streptococcus


viridans, karena keduanya memberikan hemolisa yang tidak sempurna (alpha-hemolisa).
Perbedaan Diplococcus pneumoniae dan Streptococcus viridans dapat dilihat pada tabel II.
Tabel II. Perbedaan antara Diplococcus pneumoniae dan Streptococcus viridans

Perbedaan Diplococcus pneumoniae Streptococcus viridians


1. Morfologi koloni Hemolisis, draughtman koloni Hemolisis, koloni convex
2. Morfologi mikroskopis Oval  lanset Spheris  ovoid
Dua-dua, ranta pendek Berantai panjang
3. Optochin disk Peka/sensitif Tidak peka/resisten
4. Bile solubility Larut Tidak larut
5. Kapsul Berkapsul Tidak ada kapsul
6. Virulensi terhadap Tinggi Sangat rendah
manusia

IDENTIFIKASI :

1. Morfologi koloni hemolisa


2. Morfologi sel mikroskopik dari sediaan usap yang diwarnai dengan Gram
3. Reaksi Quellung
4. Tes optochin
5. Bile solubility test

Reaksi Quellung  cepat dan spesifik untuk diagnosa D.pneumoniae.

Prinsip : Reaksi pengendapan (presipitasi) antara kapsul dan antiserum.

Caranya : Sputum segar yang diemulsi dicampur dengan antiserum akan menyebabkan
pembengkakan kapsul untuk identifikasi D.pneumoniae. Eksudat peritoneal juga dapat
digunakan sebagai bahan untuk tes pembengkakan kapsul.

Tes Optochin

Prinsip : Pertumbuhan D.pneumoniae dihambat oleh optochin (ethylhydrocuprein) sedangkan


Streptococcus viridans tidak.

Prosedur :

1. Inokulasi lempeng agar darah dengan koloni yang sedang diperiksa ( yang diduga
D.pneumoniae).
2. Letakkan optochin disk (5 µg) di perpotongan streak pertama dengan streak kedua.
3. Eramkan dalam inkubator dengan atmosfir 5-10% (candle jar) 37°C selama 18-24 jam.
4. Perhatikan zona hambatan di sekeliling disk.
5. Interpretasi hasil :
 Positif : diameter zona hambatan ≥ 15 mm
 Negatif : diameter zona hambatan ≤ 6 mm
 Ragu-ragu : diameter zona hambatan 7-14

Bile Solubility Test :

1. Sediakan larutan 2% sodium, desoxychyolate pH 8,2


2. Ambil satu sengkelit larutan diatas, kemudian sentuhkan yang diduga koloni
D.pneumoniae.
3. Eramkan 35°C - 37°C selama 15 menit
4. Interpretasi hasil :
 D.pneumoniae : koloni melarut
 Strept. viridans : koloni tidak larut

BAHAN PRAKTIKUM :

a. Biakan D.pneumoniae dan Strept. viridans di lempeng agar darah.


b. Hasil uji kepekaan terhadap optochin (tes optochin) untuk membedakan D.pneumoniae
dan Strept. viridans.

YANG DIKERJAKAN :

1. Perhatikan biakan pada lempeng agar darah :


o D.pneumoniae
o Strept. viridans
2. Lakukan pewarnaan Gram.
3. Perhatikan morfologi sel bakteri dari biakan diatas di bawah mikroskop.
4. Menilai hasil uji kepekaan menggunakan optochin disk (tes optochin).
5. Buat laporan praktikum.
NEISSERIA

PENDAHULUAN

Neisseria adalah sekelompok coccus Gram negatif yang biasanya berpasangan. Ada
spesies Neisseria yang hidup sebagai flora normal di selaput lendir saluran pernapasan manusia
dan ada yang patogen. Spesies yang patogen yaitu : Neisseria meningitidis (Meningococcus) dan
Neisseria gonorrhoeae (Gonococcus).

Perbedaan antara N.gonorhoeae dan N.meningitidis biasanya didasarkan atas hasil


fermentasi gula-gula N.meningitidis membentuk asam dari glukosa dan maltosa, sedangkan
N.gonorrhoeae hanya membentuk asam dari glukosa saja. Hasil tes gula-gula ini dapat
dikacaukan oleh sifat pertumbuhan kuman-kuman ini sendiri. Misalnya pembentukan asam dari
karbohidrat dapat dikacaukan oleh produk yang bersifat alkali dari degradasi peptone secara
ensimatik. Oleh karena itu perlu dilakukan cara identifikasi tambahan.

Spesies yang patogen ini bisa dijumpai intraseluler maupun ekstraseluler. Sedangkan
spesies yang non-patogen hidupnya ekstraseluler. Semua spesies Neisseria menghasilkan
indophenol-oxidase, oleh karena itu memberikan tes oksidase positif dengan reagensia tetrametyl
para phnylenediamine dichloride atau N.N-dimethyl-paraphenylene diamine monochloride.
Neisseria yang patogen tidak dapat hidup pada media biasa akan tetapi kultur primernya harus
pada Coklat Agar atau pada media Thayer Martin yang berisi suplemen dan inhibitor. Untuk
dapat tumbuh harus dikultur pada suasana mikroaerofilik, yaitu dalam candle jar pada suhu 36,5
- 37°C selama 24 – 48 jam.

IDENTIFIKASI :

1. Pemeriksaan mikroskopis sediaan usap langsung setelah diwarnai dengan pewarnaan Gram,
akan terlihat morfologi sel berupa :
 Susunannya dua-dua (diplococcus)
 Bentuk seperti biji kopi
 Gram negatif
 Ukuran diameter 0,8 µ
 Terdapat pada intraseluler dan ekstraseluler
2. Kultur

Bahan pemeriksaan harus segera ditanam pada media Coklat Agar atau media Thayer
Martin, dieramkan dalam suasana mikroaerofilik (CO2 5-10%) pada suhu 36,5 - 37°C
selama 24 – 48 jam. Koloni yang tumbuh berbentuk bulat jernih sampai abu-abu seperti
titik-titik embun.

3. Diagnosa sementara (presumptive) ditegakkan dengan tes oksidase positif terhadap yang
diduga koloni Neisseria.
4. Diagnosa definitif dilakukan dengan melakukan reaksi fermentasi karbohidrat membentuk
asam. Reaksi fermentasi dilakukan pada medium Cystine Trypticase Agar (CTA) yang
mengandung 1% karbohidrat. Eramkan pada suhu 37°C selama 24 – 48 jam.
Perhatikan tabel di bawah ini :
Reaksi Fermentasi Spesies Neisseria
Spesies Neisseria Pembentukan Asam dari Tumbuh di Tumbuh pada suhu
Karbohidrat Nutrien Agar 22°C

Dextrosa Maltosa Sukrosa

N. meningitides + + - - -
N. gonorrhoeae + - - - -
N. catarrhalis - - - + +
N. sicca + + + + +
N. flavescens - - - + +

BAHAN PRAKTIKUM :
1. Biakan Neisseria pada Agar Coklat atau Thayer Martin.
2. Reagensia tes oksidase.
3. Pewarnaan Gram.

YANG DIKERJAKAN :

1. Melihat secara makroskopis morfologi koloni Neisseria sp.


2. Melakukan pewarnaan Gram
3. Melihat secara mikroskopis bentuk sel bakteri Neisseria sp.
4. Melakukan tes oksidase.
5. Buat laporan praktikum.

KEPUSTAKAAN

1. Forbes , BA., Sahm, DF., Weissfeld, AS., Diagnostic Microbiology : Bailey & Scott’s,
12th edition, Mosby, Missouri, 2007.
2. Brooks, G.F., Butel, J.S., Ornston, L.N., Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A.
Jawetz, Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology, 20th edition, Prentice-Hall
International Inc, USA, 2004.
3. Sitti Zuleiha, Penuntun Praktikum Mikrobiologi Kedokteran, Departemen Mikrobiologi
FK USU Medan, 2005.
4. Levinson, W., Jawetz E., Medical microbiology & immunology : examination & board
review, International Edition, 7th edition, McGraw-Hill, USA, 2003.
5. Murray R.P , Rosenthal, K.S., Kobayashi G.S., Pealler M.A.,Medical microbiology , 4th
edition, Mosby, Missouri, 2002.
6. Josodiwondo S., Kokus Negatif Gram, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta, Edisi Revisi, 1994.
7. Warsa UC, Kokus Positif Gram, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta, Edisi Revisi, 1994.
Praktikum ke V

ENTEROBACTERIACEAE

Penyusun: Evita Mayasari

TUJUAN

Memahami prosedur beberapa uji primer sederhana untuk identifikasi famili Enterobacteriaceae.

PENDAHULUAN

Famili Enterobacteriaceae terdiri dari berbagai grup bakteri batang Gram-negatif non-
spora yang habitat alamiahnya usus manusia dan hewan. Tumbuh aerob atau anaerob fakultatif.
Ada yang motile dan ada yang non-motile. Spesies yang motile memiliki flagela peritrik,
berbeda dengan Pseudomonadaceae yang memiliki flagela polar. Beberapa diantaranya seperti
E. coli, merupakan bagian dari flora normal, yang lainnya seperti Salmonella spp. dan Shigella
spp. adalah patogen bagi manusia (bakteri usus patogen).

Beberapa uji sederhana dapat digunakan untuk mengidentifikasi Enterobacteriaceae.


Anggota famili Enterobacteriaceae diklasifikasikan sebagai lactose fermenter dan non-lactose
fermenter. Kultur pada media diferensial, misalnya agar eosin-methylene blue (EMB), agar
McConkey atau agar desoxycholate dapat membedakan koloni yang lactose fermenter
(berwarna) dengan non-lactose fermenter (tak berwarna) dan dapat digunakan untuk identifikasi
presumtif cepat (rapid presumptive identification, lihat Tabel 1). Perbedaan tersebut berdasarkan
fakta bahwa organisme E. coli menghasilkan asam kuat dari fermentasi gula-gula. Asam
mengubah indikator pH yang terdapat dalam media agar, seperti agar McConkey, menjadi merah
gelap sehingga koloni bakteri beserta agar juga berubah warna menjadi merah gelap. Bakteri
yang non-lactose fermenter, seperti Shigella spp., tidak menghasilkan asam kuat sehingga warna
koloninya tidak berubah.

Tabel 1. Identifikasi presumtif cepat bakteri enterik Gram-negatif

Lactose Fermenter (cepat)


Escherichia coli: koloninya metallic sheen pada media diferensial; motile; datar;
nonviscous
Enterobacter aerogenes: koloninya timbul, non-metallic sheen; sering motile; lebih
viscous
Klebsiella pneumoniae: sangat viscous, mucoid; non-motile
Lactose Fermenter (lambat)
Edwardsiella, Serratia, Citrobacter, Arizona, Providencia, Erwinia
Non-Lactose Fermenter
Shigella sp.: non-motile; tidak menghasilkan gas dari dextrose
Salmonella sp.: motile; menghasilkan asam dan biasanya gas dari dextrose
Proteus sp.: “swarming” pada agar; urea cepat dihidrolisis (berbau amonia)
Pseudomonas sp. : pigmen hijau-biru dan berfluoresensi, larut ke dalam media, berbau
manis

IDENTIFIKASI ENTEROBACTERIACEAE

A. Uji Indol
Uji Indol dilakukan untuk melihat kemampuan suatu organisme menghasilkan indole dari
degradasi asam amino triptofan. Triptofan dihidrolisis oleh triptofanase untuk menghasilkan tiga
produk akhir, salah satunya adalah indole. Dengan kata lain dengan uji Indole dapat dideteksi
produksi enzim triptofanase. Oleh karena itu pada uji ini digunakan medium yang mengandung
Triptofan.
Prosedur :
Biakan kuman diambil menggunakan ose steril lalu ditanam pada tabung berisi medium
0
cair yang kaya akan triptofan, diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam. Kemudian
tambahkan 3-5 tetes reagensia kovac pada tabung yang mengandung biakan kuman yang
berumur 24 jam tersebut. Kocoklah tabung tersebut lalu diamkan beberapa saat. Reaksi yang
positif untuk indole ditandai oleh terbentuknya cincin merah pada permukaan biakan.
Reaksi yang terjadi pada uji Indole diantaranya:
1. Tryptophan Indole + Pyruvic acid + amonia
2. Indole + p - dimethyl amino benzaldehide cincin berwarna merah
B. Uji Methyl Red

Methyl red adalah indikator pH antara 6,0 (berwarna kuning) hingga 4,4 (merah).
Bakteri yang mampu menghasilkan asam kuat (laktat, asetat, formik) dari glukosa melalui jalur
fermentasi asam dapat dideteksi dengan uji methyl red. Sebagian besar Enterobacteriaceae
mampu menghasilkan asam selama fase awal inkubasi, namun hanya bakteri yang mampu
mempertahankan pH asam dalam jangka waktu lama (inkubasi 48-72 jam) yang dapat dikatakan
uji methyl red-nya positif.
Prosedur :
Bakteri diinokulasikan pada medium MR/VP, kemudian diinkubasi pada suhu 35°C
selama 48-72 jam. Kemudian teteskan 5 tetes reagensia methyl red ke dalam medium. Bila
terlihat warna merah pada media maka hasil dinyatakan positif.

C. Uji Voges-Proskauer
Beberapa Enterobacteriaceae, seperti Klebsiella dan Enterobacter, mampu menghasilkan
asetoin dari jalur metabolisme glukosa. Asetoin yang dikonversi menjadi diasetil, ditambah
reagensia potassium hydroxide 40% dan -naphtol sebagai katalisator, akan menghasilkan
kompleks merah.
Prosedur :
Bakteri diinokulasikan ke medium MR/VP, diinkubasi pada suhu 35°C selama 24 jam,
kemudian ke dalam medium ditambahkan 0,6 mL -naphtol 5% dan 0,2 mL KOH 40%,
dikocok beberapa saat dan didiamkan selama 10-15 menit. Hasil positif bila dihasilkan warna
merah pada medium setelah 15 menit ditetesi reagensia.

D. Uji Citrat
Uji citrat menggunakan medium padat yang mengandung garam-garam amonium,
natrium citrat, biru brom-thimol, dan agar. Citrat dalam medium ini digunakan sebagai sumber
energi. Medium ini mengandung indikator pH bromthymol blue dimana pada suasana alkali
akan berwarna biru. Citrat ini diubah menjadi Pyruvic acid dan CO2. CO2 akan diubah menjadi
Na2CO3 yang menyebabkan suasana alkalis dan medium menjadi berwarna biru.
Prosedur :
Tanamlah kuman yang berasal dari biakan TSI pada agar miring Simmon’s Citrate.
O
Inkubasi (37 C ) selama 24 jam dan periksalah ada / tidaknya pertumbuhan dan terjadinya
perubahan warna medium dari hijau menjadi warna biru tua, yang menunjukkan hasil positif.

E. Uji Urease
Enzim urease yang dimiliki oleh bakteri akan menghidrolisis urea menjadi amonia, air,
dan karbondioksida. Enzim ini dapat dideteksi dengan menginokulasikan bakteri pada medium
yang mengandung urea sebagai sumber karbon, kemudian diinkubasikan pada suhu 35ºC dan
dideteksi adanya amonia melalui perubahan pH pada indikator pH (merah fenol) yang akan
menimbulkan warna merah (suasana alkali) dalam waktu 15, 30 atau 60 menit hingga 4 jam.

F. Pergerakan Bakteri ( Motilitas)


Dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri enterik yang akan diidentifikasi tersebut
dapat aktif bergerak (motile). Biakan bakteri diambil dengan jarum penanam steril (loop)
kemudian ditusukkan tegak lurus ke dalam medium uji motilitas, yaitu media semisolid. Bila
motile, maka setelah 24 jam pengeraman pada suhu 37 OC akan terlihat adanya penyebaran
pertumbuhan bakteri ke sekitar tempat tusukan, ditandai dengan bekas tusukan yang tidak jelas,
yang berarti uji pergerakan bakteri positif. Sebaliknya apabila pertumbuhan bakteri yang terjadi
hanya terbatas pada tempat tusukan, ditandai dengan bekas tusukan yang tampak jelas, maka uji
motilitas adalah negatif.

G. Uji Triple Sugar Iron (TSI)


Uji TSI digunakan untuk membedakan bakteri enterik Gram-negatif yang memiliki
kemampuan untuk memetabolisme laktosa dan sukrosa, menghasilkan asam dari fermentasi,
memproduksi gas selama proses fermentasi dan menghasilkan H2S, dengan bakteri yang tidak
memiliki kemampuan tersebut.
Medium TSI mengandung 3 macam gula : laktosa 1%, sukrosa 1% dan glukosa 0,1%.
Jika hanya glukosa yang difermentasi, maka produksi asam hanya pada dasar tabung (butt) dan
menghasilkan warna kuning, sedang pada bagian agar miring (slant) akan berwarna merah akibat
kurangnya produksi asam. Jika laktosa dan sukrosa difermentasi maka warna kuning akan
dijumpai pada butt dan slant. Jika dihasilkan gas pada saat fermentasi maka akan terlihat adanya
gelembung gas pada butt atau agar menjadi naik dari dasar tabung. Jika tidak terjadi fermentasi
karbohidrat maka medium TSI akan terlihat merah pada butt dan slant-nya. Jika bakteri
menghasilkan H2S, maka pada dasar tabung akan terlihat warna hitam (black butt).

H. Fermentasi gula-gula
Fermentasi gula-gula dapat digunakan sebagai reaksi tambahan untuk identifikasi famili
Enterobacteriaceae. Gula yang dimaksud di sini bisa: glukosa, sukrosa, fruktosa, laktosa,
maltosa, manitol, dll. Setelah inkubasi 24 jam, dapat terjadi fermentasi gula-gula positif, ditandai
oleh perubahan warna media menjadi kuning. Bila tidak ada perubahan warna media, berarti uji
fermentasi gula-gula hasilnya negatif.

BAHAN PRAKTIKUM:
1. Biakan: E. coli, Klebsiella spp. , Proteus spp., Pseudomonas spp., pada agar McConkey
dan EMB.
2. Reagensia untuk pewarnaan Gram.
3. Reaksi biokimia beberapa spesies Enterobacteriaceae dalam media uji: IMViC, urease,
TSI, seri gula-gula, dan uji motilitas.

YANG DIKERJAKAN:
1. Perhatikan koloni yang tumbuh pada media diferensial, koloni yang berwarna adalah koloni
yang non-patogen, koloni yang tidak berwarna kemungkinan besar koloni yang patogen.
Buat laporan morfologi dan warna koloni.
2. Lakukan pewarnaan Gram atas koloni yang tumbuh pada media diferensial. Gambarkan
morfologi mikroskopik.
3. Perhatikan hasil reaksi biokimia dari uji : IMVIC, Urease, TSI, seri gula-gula, dan uji
motilitas. Gambarkan hasil reaksi biokima.
4. Identifikasi spesies bakteri dengan membaca hasil reaksi biokimia. Tuliskan hasil analisis
identifikasi.
Tabel 2. Reaksi biokimia beberapa anggota famili Enterobacteriaceae pada uji
identifikasi primer

Uji Uji TSI Fermentasi

Simmons’ Citrate
Voges-Proskauer
Produksi Indole

Methyl Red
Famili

slant/butt
Motilitas

Glukosa

Sukrosa
Laktosa
Maltosa
Manitol
Urea se
Enterobacteriace

H2 S
Gas
ae
Enterobacter spp. - - + + - + + - + + + + +

a/a
Escherichia coli + + - - - + + - + + + + +

al/a
Klebsiella spp. +/- - + + +/- - + - + + + + +

Proteus spp. +/- + - + + + a/a


al/a + + + - - - +/-

Salmonella spp. - + - +/- - + +/- +/- + - + + -


al/a

Shigella spp. -/+ + - - - - - - + - - +/- -


al/a

Keterangan: al = alkali, a = asam/acid

Pseudomonas sp. (famili Pseudomonadaceae):


- Produksi Indole = (-)
- Methyl red = (-)
- Voges-Proskauer = (-)
- Simmons’ Citrate = (+)
- Urease = (-)
- Motilitas = (+)
- TSI slant/butt = alkali/alkali atau alkali/tidak ada perubahan
- Batang Gram negatif non-fermenter
KEPUSTAKAAN :

1. Dept. Mikrobiologi FK USU. Penuntun Buku Praktikum Mikrobiologi Medik. 2006. FK


USU Medan.
2. Brooks, Carroll, Butel, Morse. Jawetz, Melnick, and Adelberg’s Medical Microbiology,
24th Ed. 2007. McGraw-Hill.
3. Health protection agency. Indole Test. 2010. National Standard Method BSOP TP 19
Issue 2.
4. Winn, Allen, Janda, Koneman, Procop, Schreckenberger, Woods. Color Atlas and
Textbook of Diagnostic Microbiology. 6th Ed. 2006. Lippincott Williams & Wilkins.
Praktikum ke VI

BAKTERI BATANG GRAM POSITIF AEROB

Penyusun : Tetty Aman Nasution

Batasan terdiri dari :

1. Bakteri batang Gram positif aerob yang membentuk spora, contoh : Bacillus anthracis
dan Bacillus subtilis.
2. Bakteri batang Gram positif aerob tang tidak membentuk spora, contoh :
Corynebacterium diphteriae.

Tujuan :

Mempelajari spesies bakteri batang Gram positif aerob berdasarkan :

1. Morfologi makroskopis : pertumbuhan koloni pada media khusus.


2. Morfologi mikroskopis : melalui pewarnaan Gram & pewarnaan khusus (seperti
pewarnaan spora).
3. Sifat-sifat biokimia : fermentasi karbohidrat.
4. Tes virulensi in vitro dan in vivo.
5. Tes immunologis.

A. BACILLUS

PENDAHULUAN

Genus Bacillus termasuk golongan-golongan bakteri batang Gram positif, tersusun


seperti rantai yang panjang, tumbuhnya dalam suasana aerob, tidak bergerak dan membentuk
spora yang tahan panas.
Kebanyakan anggota genus ini adalah saphrofit, tersebar luas di alam, terutama terdapat
pada debu-debu, sehingga merupakan kontaminan yang sangat mengganggu kemurnian kultur di
laboratorium. Yang tergolong saphrofit diantaranya adalah :

 Bacillus subtilis
 Bacillus megaterium
 Bacillus cereus
 Bacillus mesentericus
 Bacillus mycoides

Bacillus anthracis merupakan anggota dari genus Bacillus yang patogen pada manusia
dan hewan, yang dapat menyebabkan penyakit anthrax. Bacillus cereus dapat tumbuh pada
makanan dan menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan keracunan makanan.

BACILLUS ANTHRACIS

Bakteri Gram positif batang lurus, ujungnya berbentuk empat segi, tersusun seperti rantai
atau satu-satu, tidak bergerak dan hidup dalam suasana aerob. Dalam jaringan, bakteri ini dapat
membentuk kapsul dan toksin (strain yang virulen).

Pembiakan pada media agar biasa akan memperlihatkan pertumbuhan koloni dengan
pinggir berombak-ombak seperti rambut kusut (curled hair). Dalam media gelatin tumbuh khas
berupa pohon fir terbalik (inverted fir tree growth) dan pencairan gelatin terjadi secara perlahan-
lahan dimulai dari puncak. Dalam agar darah terlihat sedikit hemolisa. Secara in vitro, bila media
mengandung serum dan ion bikarbonat yang tinggi atau tekanan CO2 yang tinggi akan tumbuh
koloni smooth (S koloni) dan adanya pembentukan kapsul.

Strain yang sanggup membentuk kapsul belum tentu virulen. Strain dianggap virulen bila
mampu membentuk kapsul dan toksin di dalam jaringan tubuh.

Bahan Pemeriksaan

Bahan-bahan pemeriksaan adalah :


1. Swab dari lesi kulit (cutaneous lessions) 3. Sputum
2. Darah 4. Sediaan jaringan

Pemeriksaan Langsung :

Sediaan hapus langsung dibuat dari lesi lokal di kulit atau dari darah, kemudian dilakukan
pewarnaan dan dilihat di bawah mikroskop.

1. Pewarnaan Gram
 Batang besar dengan ujung empat segi
 Gram positif
 Ukuran : 5-10 x 1-3 micron
 Tersusun membentuk rantai pendek terdiri dari 2-3 basil ataupun satu-satu
(single)
 Kadang-kadang dijumpai ujung bakteri bulat, terutama yang berasal dari lesi di
kulit
 Dengan pewarnaan Gram, spora akan terlihat berupa refractile area pada bagian
vegetatifnya, tidak lebih besar, terletak di bagian tengah ataupun di bagian
subterminal.
2. Pewarnaan Kapsul :
 Dapat menggunakan larutan toluidine blue 0,1% dalam alkohol
 Pewarnaan lain yang sering dilakukan :
a. Mc Fadyean’s polychrome methylene blue
b. Giemsa
c. Wright
3. Pewarnaan Spora
4. Fluorescent Antibody Test (F-A Test)
KULTUR

Hasil pemeriksaan pada pengecatan sudah memberikan sugesti untuk menegakkan


diagnosis B.anthracis, namun pembiakan tetap diperlukan. Untuk pemeriksaan sangat
tercemar/terkontaminasi oleh mikroorganisme lainnya, maka dapat dipakai medium Pearce &
Powell’s yang mengandung bahan-bahan berupa haemin, lysozime, peptone, dan agar.

Gambaran kultur B. anthracis yang khas untuk diagnostik adalah sebagai berikut :

1. Koloni seperti gambaran rambut kusut


2. Pada lempeng agar darah biri-biri (sheep blood agar) tidak terjadi hemolisa
3. Motilitas (-)
4. Pada medium gelatin koloni berupa inverted fir tree dan terjadi pencairan gelatin secara
perlahan-lahan
5. Peka (susceptible) terhadap bakteriophage spesifik (gamma phage)
6. Peka terhadap penisilin
7. In vitro, jika medium mengandung serum atau konsentrasi ion bikarbonat yang tinggi
akan membentuk kapsul.

ASCOLI TEST (Ascoli’s Precipitin Reaction)

Prinsip dari Ascoli test adalah ekstrak dari jaringan tubuh yang terkena infeksi
B.anthracis akan membentuk cincin precipitat jika dicampur dengan anti serum. Ascoli test ini
tidak selalu spesifik hasilnya.

Cara mengerjakan Ascoli test :

 0.5 ml serum dimasukkan ke dalam suatu tabung reaksi yang sempit.


 Dengan hati-hati teteskan ke dalam filtrat yang telah disediakan (lihat cara pembuatan
filtrat).
 Jika pada pertemuan kedua cairan tersebut terbentuk cincin presipitasi yang putih dalam
waktu 5 menit, maka dikatakan test positif.
Cara membuat filtrat dari ekstrak jaringan :

 Kira-kira 2 gram jaringan dididihkan dengan pelarut NaCl fisiologis sebanyak 5 ml, yang
telah mengandung asam asetat (1/1000).
 Dididihkan selama 5 menit
 Dinginkan lalu saring dengan kertas saring
 Filtrat yang diperoleh dapat dipakai untuk test di atas.

Percobaan Binatang :

Identifikasi selanjutnya dapat dilakukan dengan percobaan binatang. Marmut atau tikus
putih disuntik eksudat dari lesi atau bahan dari biakan murni. Dosis kecil dari kultur murni
B.anthracis sudah cukup untuk menimbulkan efek mematikan. Pada pemeriksaan akan dijumpai
basil-basil dalam darah (jantung & limpa).

BACILLUS CEREUS

Bacillus cereus adalah organisme tanah yang sering mengkontaminasi. Bila sejumlah
besar nasi dimasak dan dibiarkan, dengan perlahan-lahan spora B.cereus bertunas dan sel
vegetatif menghasilkan toksin selama fase log pertumbuhan atau selama sporulasi.

B.cereus menyebabkan keracunan makanan dalam 2 bentuk :

1. Jenis muntah (vomiting syndrome) : berhubungan dengan emetic toxin, terdapat pada nasi
yang terkontaminasi.

2. Jenis diare (diarrhea) : berhubungan dengan enterotoxin, terdapat pada daging dan saus.

Adanya B.cereus dalam tinja penderita tidak cukup untuk menegakkan diagnosa
penyakit. Oleh karena B.cereus dapat berada dalam tinja orang normal. Kadar ≥ 105 bakteri/gram
makanan dianggap potensial bermakna.

SPORA

Spora merupakan struktur yang sangat tahan, dibentuk sebagai reaksi terhadap kondisi
yang kurang menguntungkan dari genus ini :
1. Bacillus
2. Clostridium
Pembentukan spora (sporulasi) terjadi jika zat-zat makanan seperti sumber karbon dan
nitrogen berkurang. Spora dibentuk di dalam sel dan mengandung : DNA bakteri, sitoplasma
dalam jumlah kecil, membran sel, peptidoglikan, air sedikit, dan yang paling penting suatu
dinding yang tebal seperti keratin yang sangat membantu ketahanan spora terhadap panas,
dehidrasi, radiasi dan zat-zat kimia. Ketahanan ini kemungkinan diakibatkan oleh dipikolinik
acid dan ion calcium chelator yang hanya ditemukan pada spora.
Kepentingan medis dari spora ini terletak pada kesulitan dalam mensterilisasi alat-alat
yang diduga mengandung spora bakteri ini. Sterilisasi hanya dapat dilakukan dengan autoclave
pada suhu 121°C biasanya selama 30 menit.

BACILLUS SUBTILIS

B.subtilis merupakan spesies Bacillus yang potensial sebagai oportunistik patogen.


Infeksi oportunistik yang cukup serius antara lain : septikemia, endokarditis, osteomyelitis, dan
bronchopneumonia. Infeksi ini berhubungan dengan penggunaan obat parenteral, luka traumatik,
luka bakar, hemodialisa dan pada penderita immunosupresi.

B. CORYNEBACTERIUM

Spesies Corynebacterium merupakan bakteri berbentuk batang, Gram positif, aerob, tidak
bergerak, tidak berkapsul dan tidak membentuk spora. Ciri khas sel bakteri ini adalah pada salah
satu ujung yang berbentuk batang itu terdapat pembengkakan yang tidak teratur, seperti
pentungan (club shaped). Di dalam sitoplasma sel bakteri dijumpai granula-granula yang tidak
teratur, granula metachromatik yang disebut juga Babes Ernst bodies. Granula ini terlihat dengan
jelas setelah dilakukan pewarnaan Neisser atau pewarnaan Albert.

Ciri khas lainnya adalah susunannya pleomorf, berkelompok berupa pagar (pallisade)
atau berbentuk huruf cina dan bisa pula berbentuk huruf Y, L, V. Kebanyakan spesies bakteri ini
adalah flora normal pada saluran pernafasan, saluran kemih, konjungtiva dan pada kulit yang
disebut “dipthreoid”, antara lain :
 C.pseudodiptheriticum
 C.xerosis
 C.pyogenes (C.haemolyticum)
 C.hofmanii
 C.ulcerans

Corynebacterium yang patogen pada manusia adalah C.diphteriae karena menghasilkan


eksotoksin yang kuat dan menyebabkan penyakit diphteria. Ada 3 tipe C.diphteriae yaitu tipe
Gravis, tipe Mitis dan tipe Intermedius.

C.diphteriae tumbuh lebih baik pada media yang mengandung serum. Pada media
Loeffler koloninya kecil, berwarna putih kelabu, bergranula dan pinggirnya rata. Pada media
agar darah Mc Leod yang mengandung K-tellurit koloninya berwarna abu-abu sampai hitam
sebab tellurit direduksi secara intraseluler.

Perbedaan ketiga tipe C.diphteriae

Perbedaan Tipe Gravis Tipe Mitis Tipe Intermedius


Agar darah Mc Leod Anhemolisa Hemolisa Anhemolisa
Koloni Besar, kelabu, tidak teratur Kecil, hitam, konvek, halus Kecil, abu-abu
Dalam kaldu Biakan memanjang Tumbuh difus Mengendap sebagai
sedimen granuler

Glukosa, maltosa, dan dekstrin difermentasi membentuk asam, tetapi tidak memecah
sukrosa, laktosa dan mannitol.

PEWARNAAN

1.PEWARNAAN NEISSER

1. Buatlah sediaan dan lakukan fiksasi


2. Campurkan 2 bagian Neisser A dengan 1 bagian Neisser B dan genangi sediaan di
atas dengan campuran ini selama 15 detik.
3. Lalu zat warna itu dibuang dan genangi dengan Neisser C selama 15 detik.
4. Keringkan dengan kertas saring (jangan dicuci dengan air).
5. Mikroskopis : Sitoplasma berwarna kuning (dengan Chrysoidine) dan coklat (dengan
Brismarck Brown) Babes Ernst Bodies berwarna ungu tua.

Larutan zat warna yang digunakan :

Neisser A :

 Biru metilen 0,1 gr


 Alkohol 95% 5 cc
 Asam asetat(glasial) 5 cc

Neisser B :

 Kristal violet 1 gr
 Alkohol 95% 10 cc
 Aquadest 300 cc

Neisser C :

a. Chrysoidin 1 gr
Aquadest 300 cc
b. Bismarck Brown 1 gr
Aquadest 300 cc

2.PEWARNAAN ALBERT

1. Buatlah sediaan seperti biasa pada gelas objek

2. Tuangkan larutan I (Albert 1) selama 3-5 menit

3. Zat warna dibuang dan dituangi dengan larutan II (Albert II) selama 1 menit

4. Cuci dengan air dan keringkan dengan kertas saring


5. Mikroskopis : Badan kuman (protoplasma) hijau dan Babes Ernst bodies berwarna biru
kehitaman.

Larutan zat warna yang digunakan :

Larutan I (Albert 1) Larutan II (Albert II)

Toluidine biru 0,15 gr Jodium 2 gr

Malachite hujau 0,2 gr Kalium jodida 3 gr

As. Asetat glasial 1 cc Aquadest 300 cc

Alkohol 95% 1 cc

Aquadest 100 cc

TES VIRULENSI : Dapat dilakukan secara invitro atau secara invivo

1. Invitro : Test Elek


Kertas saring yang telah dicelupkan dalam antitoksin C.diphteriae diletakkan di dalam
lempeng agar. Kuman yang akan diperiksa ditanam menyilang dengan kertas saring
tadi dan masukkan ke dalam inkubator 37°C selama 24 – 48 jam.
2. Invivo
Dengan menyuntikkan intrakutan suspensi bakteri C.diphteriae (yang berasal dari
media Loeffler) sebanyak 0,1 – 0,2 cc pada hewan percobaan (marmut).
Caranya adalah sebagai berikut :
Ambillah 2 marmut A dan B (beratnya 250 gr). Suntikkan pada A intraperitoneum 500
satuan antitoksin diphteri (ADS). Sedangkan marmut B disuntik sebanyak 30 -50
satuan ADS, yaitu 3 – 4 jam sebelumnya, agar hewan tersebut tidak mati.
Hasilnya : marmut A tidak ada perubahan apa-apa dan marmut B terjadi eritema pada
tempat penyuntikan selama 24 jam. Eritema ini akan menjadi nekrotik setelah 2 – 3
hari, menjadi ulkus.
FLUORESCENT ANTIBODY METHODE (FA)

Untuk diagnosa cepat penyakit difteria di laboratorium sudah banyak digunakan, yaitu
“immuno fluorescence methode.” Pemeriksaan ini untuk menunjukkan reaksi zat anti-antigen,
secara tes langsung dari bahan usapan tenggorokan penderita yang disangkakan difteri. Sediaan
yang telah dibuat dilihat dengan mikroskop fluorescensi.

BAHAN PRAKTIKUM :

1. Biakan C.diphteriae dalam medium Loeffler atau throat swab (usapan tenggorok pasien).
2. Biakan Bacilus subtilis.
3. Larutan zat warna : Neisser A, Neisser B, dan Neisser C
Albert I dan Albert II
4. Media Loeffler, serum McLeod, agar darah.
5. Seri uji fermentasi karbohidrat : maltosa, glukosa, sukrosa dan laktosa.
6. ADS (antitoksin difteri serum).
7. Lidi kapas.

YANG DIKERJAKAN :

1. Memperhatikan bentuk dan warna koloni C.diphteriae pada Loeffler serum atau Mc Leod
dan agar darah, dan bandingkan hasilnya.
2. Melakukan pewarnaan C.diphteriae dari biakan atau throat swab dengan pewarnaan
Neisser atau Albert.
3. Memperhatikan bentuk dan warna koloni Bacillus subtilis pada media agar darah.
4. Melakukan pewarnaan spora dari koloni Bacillus subtilis.
5. Lihat dibawah mikroskop hasil pewarnaan bakteri-bakteri diatas.
6. Periksalah seri fermentasi karbohidrat dari C.diphteriae.
7. Buat laporan praktikum.

PERTANYAAN : Tuliskan sifat dan reaksi biokimia dari kuman yang tersebut di bawah ini :

Kuman Hemolisa Toksin Glukosa Laktosa Maltosa Sukrosa Dekstrin


C.diphteriae
- Gravis
- Mitis
- Intermedius
C.pseudodiphtericum
C.xerosis
C.pyogenes
(haemolyticum)

KEPUSTAKAAN :

1. Sembiring Sampurna, Bakteri Batang Gram Positif Aerob, Penuntun Praktikum


Mikrobiologi Kedokteran, 1999.
2. Brooks, Butel, Morse. Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. (Medical
Microbiology). Ed. 22. Penerbit Salemba.
3. Winn, Allen, Koneman, Janda, Procop, Schreckenberger, Woods. Koneman’s Color
Atlas and Textbook of Diagnostic Microbiology. Lippincott Williams & Wilkins. Sixth
Edition. 2006.
4. Levinson, Jawetz E. Medical Microbiology & Immunology : Examination & Board
Review. International Edition. 7th edition. McGraw-Hill USA. 2003.
Praktikum ke VII

MYCOBACTERIACEAE

Penyusun : R. Lia Kusumawati

TUJUAN :

Melatih mahasiswa untuk mengetahui dan mengenal Bakteri Tahan Asam “BTA” (Acid
Fast Bacteriae), dengan mempelajari dan mengerjakan :

o Cara melakukan pewarnaan khusus.


o Cara mengerjakan sputum dengan metode konsentrasi.
o Memperhatikan dan mengenal media khusus yang dipergunakan untuk kultur
BTA.

PENDAHULUAN :

Mycobacteria adalah bakteri bentuk batang yang disebut Bakteri Tahan Asam yang
berarti bahwa kuman tersebut setelah mengambil (mengikat) zat warna pertama (I) sulit untuk
melepaskannya kembali walaupun dicuci dengan larutan asam atau alkohol. Hal tersebut
merupakan sifat spesifik untuk kuman yang menimbulkan penyakit kronis pada manusia.

Mycobacteriae dapat dibagi atas dua golongan besar :

I. Classified Mycrobacteriae (Typical) yaitu Mycobacteriae yang telah dipastikan


patogenitasnya. Misalnya:
a. Mycobact. tuberculosis
b. Mycobact. avium
c. Mycobact. bovis
d. Mycobact. leprae, dsb.
II. Unclassified (Atypical) yaitu jenis Mycobacterie yang tidak dapat digolongkan ke dalam
I. Ruyon (1975) menyebutnya : Anonymous Mycobacteria.
Golongan ini terdiri dari:
a. Gol. Photocromogen : yaitu bila terkena cahaya warna koloni akan menjadi lebih
tua misalnya: Mycobact. kansasi (Yellow bacillus)
b. Gol. Scotocromogen : yaitu koloninya berwarna tetapi tidak dipengaruhi oleh
cahaya, misalnya : Mycobact. scrofulaceum.
c. Gol. Nonphotocromogen : yaitu koloni tidak berwarna dan cahaya tidak dapat
merubahnya, misalnya : Mycobact. intracellulare (Battey strain)
d. Gol. Rapid Growth : yaitu koloni berwarna dan tumbuh dengan cepat pada media
sederhana (6-10 hari), misalnya : Mycobact. phlei dan Mycobact. smegmatis.

Mycobacterium tuberculosis

Mycobacterium tuberculosis mempunyai sifat-sifat sbb :

1. Tidak dapat tumbuh pada media sederhana umum.


2. Hanya dapat tumbuh pada media khusus antara lain :
a. Lowenstein Jehnsen Media.
b. Okudo.
c. Bahan dari sputum sebelum dikultur sebaiknya dikonsentrasikan terlebih dahulu.
3. Tumbuh sangat lambat, meskipun dalam kondisi yang optimal dalam waktu 2-3 minggu
baru terlihat adanya koloni.
4. Bersifat tahan asam.
5. Obligat aerob.
6. Tidak berspora dan tidak bergerak.

IDENTIFIKASI :

1. Pemeriksaan sputum dengan pewarnaan Ziehl Neelsen atau dengan Tan Thiam Hok-
Devulder.
2. Kultur sputum pada media khusus secara langsung atau setelah melakukan metode
konsentrasi antara lain pada Lowenstein Jehnsen.
3. Macam-macam test identifikasi lainnya :
a. Niacin test
b. Nitrate reduction test
c. Catalase test
d. Urease test

METODE KONSENTRASI :

 Sputum dikumpulkan selama 24 jam atau diambil sputum pagi pertama.


 Ambil sputum sebanyak a cc masukkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan a cc
KOH 4%.
 Tabung itu ditutup dengan prop lalu kocok dengan campuran di atas selama 5 menit.
 Eramkan selama 30 menit pada 37°C.
 Centrifuge selama 20 menit dengan kecepatan 2000 rpm.
 Supernatan dibuang, sedangkan endapannya diambil dan dinetralisir dengan HCL 0,1 n
(gunakan indikator Bromthymol blue).
 Endapan ini dapat dibuat sediaan untuk pewarnaan dan untuk kultur.

PEWARNAAN ZIEHL NEELSEN (lihat praktikum ke II hal 15)

PEWARNAAN TAN THIAM HOK-DEVULDER : Pewarnaan ini biasanya dilakukan untuk


pemeriksaan massal oleh karena cara pewarnaan ini lebih mudah dan tanpa pemanasan.

- Bahan yang akan diperiksa difiksasi di atas kaca objek.

- Genangi dengan larutan Kinyoun selama 5 menit.

- Cuci dengan air selama ½ menit.

- Genangi dengan larutan Gabbet selama 1-5 menit.

- Lihat di bawah mikroskop :

 Bakteri yang bukan tahan asam  biru muda


 BTA :
o Merah
o Bentuk batang tipis, ada granul (much granule)
o Lurus atau agak bengkok
o Susunan tidak teratur

INSTRUKSI KERJA PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS:

Sediaan apus harus diperiksa secara sistematis untuk memastikan bahwa hasil yang dilaporkan
telah mewakili seluruh bagian sediaan. Jangan memeriksa sediaan sebelum kering.

Letakkan sediaan di atas meja mikroskop,


permukaan sediaan menghadap ke atas. Teteskan satu tetes minyak emersi,
Gunakan lensa objektif 10 x untuk aplikator minyak emersi tidak boleh
menetapkan fokus dan menemukan lapang menyentuh kaca objek. Tetesan harus jatuh
pandang. Periksa sediaan untuk bebas ke permukaan sediaan apus agar
menentukan kualitas sediaan. Pada sediaan aplikator minyak emersi tidak
dahak umumnya ditemukan lebih banyak
terkontaminasi dengan sediaan.
sel lekosit atau sel radang

Putarlah lensa objektif 100x dengan hati-


hati ke atas sediaan apus.
Sesuaikan fokus dengan hati-hati sampai sel
Jangan sekali-kali lensa menyentuh kaca terlihat jelas
sediaan.
Lakukan pembacaan sediaan apus sepanjang garis tengah dari ujung kiri ke kanan atau
sebaliknya.

Laporkan hasil pemeriksaan mikroskopis dengan mengacu kepada skala International Union
Against To Lung Disease (IUATLD)

Apa yang terlihat Hasil Apa yang


dituliskan

tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang Negatif Neg

ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang (tuliskan Scanty* Tulis jumlah BTA
jumlah BTA yang ditemukan)

ditemukan 10 – 99 BTA dlm 100 lapang pandang 1+ 1+

ditemukan 1 – 10 BTA setiap 1 lapang pandang(periksa 2+ 2+


minimal 50 lapang pandang)

ditemukan ≥ 10 BTA dalam 1 lapang pandang(periksa minimal 3+ 3+


20 lapang pandang)

* penulisan jumlah BTA pada hasil “scanty” adalah: +1, +2, +3, dst. hingga +9 sesuai dengan
jumlah BTA yang dijumpai

BAHAN PRAKTIKUM:

1. Biakan Mycobacterium tuberculosis pada media Lowenstein Jenhsen.


2. Biakan Atypical Mycobacteria (kalau ada).
3. Sputum yang mengandung Mycobacterium tuberculosis.
YANG DIKERJAKAN :

1. Perhatikan koloni dari Mycobacterium tuberculosis.


2. Buat sediaan pada kaca objek dari bahan sputum dan/atau dari koloni yang disediakan
(hati-hati sebab bahan ini infectious).
3. Bahan sputum harus dikonsentrasikan terlebih dahulu agar lebih mudah diamati.
4. Setelah difiksasi dengan baik pada kaca objek, lalu dilakukan pewarnaan : Ziehl
Neelsen atau Tan Thiam Hok-Devulder.
5. Periksa dengan mikroskop dengan pembesaran 1000 x menggunakan minyak imersi.
6. Buat laporan tentang apa yang dikerjakan.

PERTANYAAN :

1. Apa guna penambahan KOH 4% pada sputum pada metode konsentrasi?


2. Apakan sputum dari hasil konsentrasi dapat langsung dipakai untuk biakan?
3. Bagaimana cara pewarnaan Mycobact. tuberculosis dengan Auramin?
4. Bagaimana komposisi media Lowenstein Jenhsen dan media Okuda?

Mycobacterium leprae :

Mycobacterium leprae mempunyai sifat sebagai berikut :

1. Belum dapat dibiakkan pada media buatan (pada hewan dapat dikultur)
2. Bersifat tahan asam
3. Bentuk : batang tipis, lurus atau agak bengkok
4. Susunannya : paralel (paralel bundles)

Preparat/sediaan untuk pemeriksaan : diambil Reiz serum dari pasien, fiksasi pada kaca objek
dan diwarnai dengan pewarnaan BTA.
Cara pengambilan Reiz serum :

1. Lesi pada kulit penderita (macula-papula), dijepit dengan pertolongan pinset sehingga
bagian lesi lebih menonjol.
2. Dengan scalpel dilakukan sayatan kecil dan tipis pada bagian kulit tersebut (luka
jangan terlalu dalam/tak boleh berdarah) sehingga keluar cairan jernih/serum (Reiz
serum).
3. Sentuhkan kaca objek pada cairan tersebut di atas.
4. Lakukan fiksasi dengan memanaskan secukupnya sehingga cairan mengering pada
kaca objek.
5. Sediaan siap untuk dilakukan pewarnaan BTA.

DIKERJAKAN :

1. Perhatikan perbedaan pengamatan secara mikroskopis antara Mycobact. tuberculosis


dengan Mycobact. leprae.
2. Buat daftar yang menuliskan perbedaan sifat-sifat antara Mycobact. tuberculosis dan
Mycobact. leprae.
3. Buat laporan pekerjaan dan pengamatan pada praktikum Mycobacteriaceae ini.

KEPUSTAKAAN

1. Brooks, Carroll, Butel and Stephen Morse. Jawetz, Melnick, & Adelberg's Medical
Microbiology, Twenty-Fifth Edition. Lange Basic Science. 2010.
2. George.PK., Hugo,L.D. The Mycobacteria. Gradwohl’s Clinical Laboratory Method and
Diagnosis. Sonnenwill and Yarret Editions, C.U.Mosby Co 8th Ed.1980.
3. Ramlis B. Alimin. Penuntun Praktikum Mikrobiologi FK USU 2005.

4. Forbes , BA., Sahm, DF., Weissfeld, AS., Diagnostic Microbiology : Bailey & Scott’s,
12th edition, Mosby, Missouri, 2007.
Praktikum ke VIII

PERTUMBUHAN KUMAN ANAEROB

Penyusun : Rahmat Sjah

TUJUAN :

Mengetahui tehnik isolasi kuman-kuman anaerob yang sering menyebabkan penyakit


infeksi.

PENDAHULUAN :

Hingga kini dikenal dua konsep pemikiran mengenai kuman anaerob, yang pertama
berorientasi pada adanya O2 pada lingkungan kuman baik yang berada pada perbenihan yang
terikat secara kimiawi yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan kuman anaerob
(toksisitas O2); konsep pemikiran kedua adalah yang berorientasi pada kemampuan melepas
elektron dari suatu lingkungan pertumbuhan anaerob atau yang dikenal juga dengan istilah Eh
lingkungan (=potensial oksidasi reduksi suatu lingkungan).

TOKSISITAS O2 :

Kuman aerob memerlukan O2 sebagai akseptor hidrogen dan tumbuh baik bila terdapat
udara yang mengandung O2. Kuman anaerob memerlukan bahan lain sebagai akseptor hidrogen
dan sensitif terhadap adanya O2. Toksisitas O2 disebabkan terbentuknya hidrogen peroksida
(HO2O2) dan superoksida (O2). Superoksida suatu radikal bebas yang jauh lebih toksis. Untuk
menghilangkan keadaan toksis ini diperlukan enzim superoksida –dismutase yang menyebabkan
terjadi reaksi :

O2- + O2- + 2H+  H2O2 + O2

Kemudian enzim katalase menguraikan :

2H2O2  2H2O + O2 (gelembung gas)


Kuman anaerob memiliki kedua enzim tersebut : kuman anaerob aerotolerans menghasilkan
enzim superoksida dismutase, sedangkan kuman anaerob obligat tidak memiliki kedua enzim
tersebut, karena tidak dapat hidup bila ada O2.

Konsep ini kiranya belum dapat menjawab berbagai masalah yang timbul baik dalam
penyakit infeksi maupun pada orang sehat misalnya :

 Mengapa kuman anaerob dapat hidup pada lokasi tertentu dari permukaan mukosa
saluran pernafasan, pencernaan dan genital sebagai bahan flora normal. Seperti kita
ketahui bahwa pada lokasi tersebut bukanlah yang bebas dari O2.
 Mengapa kuman anaerob dapat sebagai penyebab infeksi pada otak dan dapat pula
ditemukan pada penderita bakteremia padahal otak dan darah adalah bagian tubuh yang
terbanyak mengandung O2.

Eh (Potensial Redoks) :

Yang dilakukan dengan Eh lingkungan adalah kemampuan lingkungan tersebut untuk


melepaskan elektron. Makin rendah Eh suatu lingkungan berarti makin tinggi kemampuan
lingkungan tersebut melepaskan elektron, ini berarti pula semakin baik lingkungan tersebut
untuk pertumbuhan kuman anaerob. Eh yang baik untuk pertumbuhan kuman anaerob berkisar di
antara -120 m Volt sampai – 250 m Volt.

Penurunan Eh suatu lingkungan dapat diperoleh :

a. Secara kimiawi, dengan menambah zat-zat kimia misalnya glukosa, cystein HCl
menadion (Vit K), hemin dan lain-lain pada lingkungan tersebut, misalnya pada
perbenihan kuman invitro.
b. Secara biologis, hal ini kita temukan pada mukosa saluran pernafasan, pencernaan dan
genital. Hidup bersama antara kuman aerob dan kuman anaerob sebagai bagian dari flora
normal pada lokasi tersebut dan menurunkan Eh lingkungannya.
c. Secara biologis dan kimiawi, hal ini kita temukan apabila ada infeksi pada lokasi di mana
kuman anaerob ditemukan sebagai bagian flora normal. Pada lokasi tersebut yang
pertama-tama aktif dalam metabolismenya adalah kuman aerob yang juga terdapat
sebagai flora normal pada lokasi ini. Metabolit yang dihasilkan ini akan membantu
merusak jaringan dan akan menghasilkan zat kimia lain yang membantu terwujudnya Eh
rendah pada lingkungan tersebut.

Keterangan-keterangan ini kiranya dapat menjawab masalah yang tidak dapat dijelaskan oleh
konsep pemikiran pertama mengenai kuman anaerob (toksisitas O2).

TEKNIK ISOLASI :

Dalam garis besarnya ada tiga cara utama :

a. Sistem pengolesan tabung putar (the roll-steak tube) yang menggunakan tabung bebas
oksigen dengan procedured anaerobically sterilized media.
b. Ruangan (chamber) anaerob
Dalam hal ini semua manipulasi dilakukan dalam suasana anaerob (atmosfer tanpa O2).
c. Bejana anaerob
Ada dua cara :
1. Dalam bejana anaerob yang menggunakan gas-pak sebagai generator H2 dan CO2 dan
palladium sebagai katalisator.
2. Dengan bejana yang memiliki teknik evacuation-replacement, udara yang ada di
dalam bejana dikeluarkan dengan bantuan pompa hisap. Kemudian dimasukkan
campuran gas H2 dan CO2 dengan perbandingan 9 : 1 dan palladium sebagai
katalisator.

Penggunaan sistem pengolesan tabung putar dan ruangan anaerob membutuhkan peralatan dan
cara yang lebih rumit karenanya tidak praktis dalam pemakaian rutin.

CARA KERJA BEJANA ANAEROB MEMAKAI GAS-PAK :

1. Masukkan perbenihan yang telah ditanamkan ke dalam bejana.


2. Buka pembungkus indikator (disposible anaerobic indicator) dan letakkan dalam bejana
sedemikian rupa hingga sumbunya dapat dilihat. Indikator segera berubah menjadi biru
begitu kontak dengan udara, tetapi akan hilang warnanya dalam suasana anaerob.
3. Buka generator H2 dan CO2 (gas-pak), aktivasi (dengan penambahan 100 ml air) dan
letakkan dalam posisi tegak dalam bejana.
4. Bejana segera ditutup rapat, lalu eramkan di dalam inkubator. Pembacaan koloni
dilakukan 24 jam kemudian. Bila pertumbuhan kurang baik pengeraman ulang dilakukan
untuk 24 jam berikutnya.

CARA KERJA BEJANA ANAEROB DENGAN TEKNIK EVACUATION-


REPLACEMENT

Bejana yang telah diisi biakan bakteri ditutup rapat kemudian udara yang terdapat di
dalam bejana dihisap keluar dengan pompa hisap, sehingga manometer menunjukkan angka -660
mmHg. Ke dalam bejana kemudian dimasukkan gas CO2 sehingga manometer menunjukkan
angka 0.

Setelah 30-60 menit angka pada manometer akan menunjukkan minus (-). Hal ini
disebabkan terjadinya ikatan antara H2 dengan O2 yang terdapat di dalam perbenihan; ini dapat
diketahui dengan menghilangnya warna merah pada perbenihan yang mengandung resazurin
sebagai indikator O2. Besarnya angka minus yang terjadi tergantung dari segar tidaknya
perbenihan yang terdapat dalam bejana. Kemudian ke dalam bejana ditambahkan lagi H2,
sehingga manometer menunjukkan angka nol kembali. Kemudian hubungan bejana dengan
manometer dan pompa hisap dilepaskan, biarkan selama beberapa saat/jam, kemudian masukkan
ke dalam inkubator.

MEDIA UNTUK ISOLASI KUMAN ANAEROB

- Media padat :
o Nonselektif :
misalnya Agar Brucella diperkaya dengan :
 Darah domba defibrinated 55
 Vitamin K
 Hemin
o Selektif :
misalnya Agar Brucella ditambahkan antibiotik, seperti kanamisin, vankomisin,
dan lain-lain
- Media cair antara lain :
o Kaldu thioglycolate
o Kaldu Cook Meat Medium (CMM)
o Kaldu Brain Heart Infusion (BHI)

Kaldu thioglycolate dan cook meat medium mengandung bahan preduksi yang
mempertahankan suasana anaerob: kuman anaerob dapat tumbuh pada bagian dasar
media tersebut meskipun tanpa menggunakan bejana anaerob, karenanya di samping
untuk isolasi kuman anaerob kaldu thioglycolate dan cook meat medium bisa pula
digunakan sebagai back up media.

- Media semi solid :


o Media Cary Blair
o Media Stuart
Digunakan sebagai media transportasi spesimen (bahan pemeriksaan) anaerob.

BAHAN PRAKTIKUM

1. Biakan kuman Clostridium sp. pada Brucella agar


2. Cooked Meat Medium

YANG DIKERJAKAN

1. Memperhatikan biakan pada Cooked Meat Medium.


2. Memperhatikan koloni dari biakan pada media Brucella Agar.
3. Melakukan pewarnaan Gram dan pewarnaan spora.
4. Melihat morfologi sel bakteri di bawah mikroskop.
5. Buat laporan praktikum.
DEMONSTRASI

 Bejana anaerob dan Gas Pak

KEPUSTAKAAN :

1. A. Rahim, Suharto, Sujudi, Lina Isjah : Hasil Perkembangan Teknik Isolasi Bakteri Anaerob
dari Bahan Pemeriksaan Klinik Selama Tahun 1979 di Jakarta, MKI : vo, 3(3-4), 1981.
2. A. Rahim : Kuman Anaerob dan Beberapa permasalahannya.
Lokakarya Anaerob Pra KONAS I-IAMKI, Jakarta 13-18 Juli 1987.
3. Finegold, S.M. : Anaerob Bacteria in Human Disease. Academic Press, New York, San
Fransisco, London, 1977.
4. Iswara, R : Penuntun Praktikum Mikrobiologi Kedokteran, Jilid II. Dikeluarkan oleh Bagian
Mikrobiologi FK-USU Medan 1976.
5. Jawetz, E, Melnick, J.L., Adelberg. E.A. : Review of Medical Microbiology, 16th edition.
Lange Medical Publication, USA, Maruzen Asia, Singapore,1984.
6. Rahmat Sjah, Gerben F. Hutabarat, Ramlis B. Alimin : Bakteri-bakteri Anaerob. Naskah
Pertemuan Ilmiah Infeksi Anaerob, Medan, 1987.
7. Sutter, V.L., VargoV.L., Finegold, SM. : Wadsworth Anaerobic Bacteriology Manual. 3rd
edition. The C.V. Mosby Co. St. Louis, Toronto, London, 1980.
8. Willis, A.T. : Anaerobic Bacteriology Clinical and Laboratory Practice. 3rd edition.
Butterworths London, Boston, 1977.
9. Balows, A et al (eds) : Manual of Clinical Microbiology. 5th edition. American Society for
Microbiology Washington. D.C., 1991.
10. Mims, CA et al : Medical Microbiology, Mosvy Europe Limited, 1993.

11.Brooks, G.F., Butel, J.S., Ornston, L.N., Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A. Jawetz,
Melnick & Adelberg’s, Mikrobiolog Kedokteran (Medical Microbiology), Edisi 22, 2001,
(Terjemahan oleh Bagian Mikrobiologi FK Universitas Airlangga).
12.Levinson, W., Jawetz E., Medical microbiology & immunology : examination & board
review, International Edition, 7th edition, McGraw-Hill, USA, 2003.
Praktikum ke IX

TES KEPEKAAN ANTIMIKROBA

Penyusun : Edhie Djohan Utama

TUJUAN :

Mempelajari cara-cara uji kepekaan bakteri penyebab infeksi terhadap antimikroba.

PENDAHULUAN

Tes kepekaan (susceptibility test) atau uji kepekaan atau tes resistensi, yaitu tes untuk
mengetahui apakah bakteri peka (susceptible), kurang peka (intermidiate) atau tidak peka (resistant)
terhadap antimikroba,.

Tes Kepekaan dapat dilakukan dengan cara. yaitu :

1. Cara Difusi (Difusion Methods)

2. Cara Pengenceran (Dilution Methods)

Cara yang rutin adalah cara difusi memakai cakram kertas atau tablet berisi antimikroba tertentu

I. Tes Kepekaan Cara Difusi : (Kwalitatip)


1. Lempeng Agar : Tebal lempeng agar 4 mm.

Media harus dapat ditumbuhi oleh bakteri


yang akan di uji.
2. Diambil beberapa koloni bakteri yang akan
diuji kepekaannnya dan dimasukkan ke

medium cair, eramkan 2-5 jam pada 36o-37oC

> 25 mm
3.Cara penyemaian bakteri :

Kapas lidi steril dicelupkan kedalam medium Eramkan 20


– 24 jam
cair yang berisi bakteri (ad.2) lalu disemaikan

kepermukaan Lempeng Agar (ad.1) sehingga

tersebar merata. Biarkan 3-5 menit

(jangan lebih dari 15 menit)

4.Cakram antimikroba diletakkan pada permukaan

lempeng agar (ad.3) dengan bantuan pinset

steril dan ditekan sedikit agar melekat dengan

baik. Eramkan pada suhu 37 C selama 18-24

jam.

5. Mengukur daerah hambatan :

Daerah hambatan di sekitar cakram antimikroba

yang tidak ditumbuhi oleh koloni bakteri diukur

diameternya dengan jangka sorong (kaliper) atau

penggaris, lalu disesuaikan dengan tabel.

Pengukuran daerah hambatan dalam mm.

II. Tes Kepekaan Cara Pengenceran

• Kwantitatip
• Akurat
• Biasanya dilakukan untuk keperluan penelitian atau dilakukan di pabrik obat untuk
menentukan dosis antimikroba.
• Memakai media cair.

• KHM/Konsentrasi Hambat Minimum (MIC) adalah kadar atau pengenceran tertinggi


dimana pada kadar tersebut antimikroba masih dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
• KBM/Konsentrasi Bunuh Minimum (MBC) adalah kadar atau pengenceran tertinggi
dimana pada kadar tersebut antimikroba dapat mematikan bakteri.

A. Methode Pengenceran Cara Makro dalam seri 12 tabung (Standard Test)


Prinsip : Menggunakan 12 tabung reaksi ( 2 tabung terakhir sebagai kontrol).

Antimikroba diencerkan kelipatan 2 (Antimikroba diencerkan kelipatan dua (1ug,


0,5 ug, 0.25 ug. 0.125 ug, dst hingga tabung ke 10, tabung ke 11 kontrol negatip
dan tabung ke 12 kontrol positip).

1. Kedalam masing masing tabung dimasukkan media cair 1 cc (Mueller Hinton Broth).
2. Buatlah larutan antimikroba dari stock solution yang diketahui konsentrasinya lalu
buatlah larutan yang diinginkan konsentrasinya. (misalnya 2 ug/cc)
3. Masukkan 1 cc larutan tersebut ke dalam tabung pertama memakai pipet steril, aduklah
agar homogen, dan sedotlah 1 cc lalu pindahkanlah ke tabung kedua dan aduklah lagi
agar homogen. Demikian seterusnya hingga tabung ke 11.
4. Pindahkan 1 cc larutan dari tabung ke-2 ke tabung ke-3 dst-nya sedemikian sehingga
sampai ke tabung ke 11.
5. Jadi tabung 1 s/d dengan tabung ke 11 berisi antimikroba dengan konsentrasi kelipatan 2.
6. Lalu buanglah 1 cc dari tabung ke 11.
7. Tabung 11 ditambahkan beberapa tetes formalin (F) , sebagai kontrol negatip (K -).
8. Tabung 12 sebagai kontrol pertumbuhan (K +).
9. Kedalam setiap tabung ditambahkan 1 cc suspensi bakteri yang akan di uji kepekaannya,
sehingga kadar antibiotik menjadi separuh dari konsentrasi awalnya.

10. Eramkan rak berisi tabung-tabung tersebut dlm inkubator pada suhu 37oC selama 24 jam.
11. Setelah 24 jam keluarkan rak dan perhatikan pada tabung keberapakah cairan media menjadi
keruh (ada pertumbuhan). Bandingkan dengan tabung ke-12 (K+). Tabung yang tak ada
pertumbuhan dibandingkan dengan tabung K-.
12. Pada pengenceran tertinggi (tabung ke berapa) tidak terdapat pertumbuhan bakteri,
a. Misalnya pada tabung ke 4 (konsentrasi adalah 0,125 ug/cc)
b. Dengan demikian KHM (MIC) adalah 0,0625 ug/cc.

B. Methode Pengenceran Cara Mikro :


Menggunakan :

– Microtiter plate
– Microtiter diluter
– Microtiter dropper

Kontrol :

Untuk mengetahui apakah antimikroba itu tidak rusak dan media adalah sesuai dan bisa
ditumbuhi oleh bakteri, maka digunakan bakteri strain standard sebagai kontrol.

( Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922 )

BAHAN PRAKTIKUM :

Media Mueller Hinton agar yang telah diisi beberapa disk antimikroba dengan bakteri
sesuai strain kontrol.

YANG DIKERJAKAN :

1. Amati dan ukurlah diameter hambatan di sekitar antimikroba, sesuaikan dengan


ukuran standar inhibisi.
2. Tulis masing masing cakram yang digunakan dan laporkan sensitivitasnya.
3. Buat laporan praktikum.
Antibiotic Susceptibilities Modified Kirby Bauer Method

Antibiotic disc Against Sp Resistant Intermidiate Suscept

Amikacin (AN-30), 30ug <14 15 - 16 > 17

Amoxicillin/Clav. Acid (AMC- Staphylococcus < 19 - > 20


30)
Others < 13 14 - 17 > 18

Ampicillin (AM-10), 10ug Enterobacteriaceae <13 14 - 16 > 17

Staphylococcus <28 - > 29

Enterococcus <16 - >17

Cefotaxime (CTX-30), 30ug < 14 15 - 22 > 23

Cefotiam (CTM) 30 ug

Ceftazidime (CAZ-30), 30ug < 14 15 - 17 > 18

Cefuroxime (CXM-30) 30ug < 14 15 - 22 > 23

Cephalexin (Cl), 30ug < 14 15 - 17 > 18

Cephalothin (KF), 30ug < 14 15 - 17 > 18

Chloramphenicol (C), 30ug < 12 13 - 17 > 18

Ciprofloxacin (CIP-5), 5ug < 15 16 - 20 > 21

Doxycycline (D-30), 30ug < 12 13 - 15 > 16

Erythromycin (E-15), 15ug < 13 14 - 22 > 23

Fosfomycin (FOS) 50 ug < 13 14 - 19 > 20


Z
Gentamycin (GM-10), 10ug Except high < 12 13 - 14 > 15
O resistant
enterococcus
N
Imipenem ( IPM-10), 10ug < 13 14 - 15 > 16
E
Kanamycin (K-30), 30ug < 13 14 - 17 > 18
S
Methicillin (Met), 5ug Staphylococcus <9 10 - 13 > 14
I
Nalidixic Acid (NA-30), 30ug < 13 14 - 18 > 19
Z
Nitrofurantoin (F/M), 300ug < 14 15 - 16 > 17

Norfloxacin (NOR),10ug < 12 13 - 15 > 16

Oxacillin (OX-1), 1ug Staph.aureus < 10 11 - 12 > 13

Staph coag. < 17 - > 18


Negative

Penicillin (P-10), 10 units Staphylococcus < 28 - > 29

Enterococcus < 14 - > 15

Piperacillin (PIP), 100ug and Pseudomonas < 17 - > 18


Tazobactam+Piperacillin (TZP)
100 ug Other Gr (-) < 17 15 - 19 > 20

Rifampin < 16 17 - 19 > 20

Tetracycline (TE-30), 30ug < 14 15 - 18 > 19

Trimethoprim (TMP-5) 5ug < 10 11 - 15 > 16

Vancomycin (Va-30), 30ug 9 10-11 12


Praktikum X

JAMUR-JAMUR OPORTUNISTIK

Penyusun : Sofyan Lubis

TUJUAN :

Agar mahasiswa dapat memahami metode pemeriksaan dan mengidentifikasi


jamur-jamur opportunistik (opportunistic fungi) yang diisolasi dari spesimen klinik dan
dibiakkan di media laboratorium.

PENDAHULUAN

Jamur-jamur yang selama ini dianggap sebagai kontaminan ,sebenarnya mempunyai


latent pathologic capabilities yang akan manifest atau muncul jika ada faktor- faktor
predisposisi yang dapat menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh., misalnya pada
pasien immunocompromised.

Meskipun setiap jamur dapat menjadi opportunist, tapi yang paling sering rutine
diisolasi dari spesimen klink adalah : Aspergillus spp., Mucor spp, Rhizopus, dan Candida
spp.

Pemeriksaan Koloni Jamur yang Tumbuh di Medium

Pemeriksaan secara makroskopis :

1. Appearance of the growth


2. Rate of growth
3. Colony pigmentation
4. Growth on media containing antifungal agents
5. Dimorphic fungi
Pemeriksaan secara mikroskopis dengan cara :

1. Tease mount
2. Cellophane tape mount
3. Slide cultur

Mucor spp. dan Rhizopus spp.

Kedua jamur diatas tergolong dalam divisi Zygomycota yang menyebabkan


zygomycoses, suatu infeksi jamur oportunistik pada manusia. Infeksi terjadi jika spora-spora
dari jamur tersebut terhirup ke dalam paru-paru.

BAHAN PRAKTIKUM :

1. Biakan Mucor spp, dan Rhizopus spp, di lempeng Agar Sabouraud.


2. Biakan Mucor spp dan Rhizopus spp di potongan tempe dan roti.

YANG HARUS DIKERJAKAN :

1. Mengamati koloni-koloni jamur di lempeng Agar Sabouraud.


2. Buat sediaan basah dengan Lactophenol cotton blue sebagai mounting fluid
dengan metode cellophane tape mount.
3. Observasi struktur-struktur berikut :
a. Hifa bersepta atau tidak bersepta
b. Sporangiophora bercabang atau tidak bercabang
c. Sporangium masih utuh atau telah pecah
d. Columella
e. Rhizoid : ada atau tidak ada.
f. Buat gambar skematis dari Mucor spp dan Rhizopus spp.
Aspergillus spp. dan Penicillium spp.

Aspergillus spp. adalah penyebab dari aspergillosis, suatu infeksi jamur oportunistik pada
manusia. Infeksi terjadi jika spora-spora dari jamur tersebut terhirup ke dalam paru-paru.
Sedangkan satu-satunya spesies Penicillium yang primer patogen adalah Penicillium
marneffei.

BAHAN PRAKTIKUM :

1. Biakan Aspergillus spp. dan Penicillium spp. di lempeng Agar Sabouraud


2. Biakan Aspergillus spp. dan Penicllium spp. di potongan tempe dan roti

YANG DIKERJAKAN :

1. Mengamati koloni-koloni jamur di lempeng Agar Sabouraud


2. Buat sediaan basah dengan Lactophenol cotton blue.
3. Observasi struktur-struktur berikut :
a. Hifa bersepta atau tidak bersepta
b. Conidiophora bercabang atau tidak bercabang
c. Phialides atau sterigma dan rantaian konidia
d. Vesicle ada atau tidak
e. Foot cell : ada atau tidak .
4. Buat gambar skematis dari Aspergillus spp. dan Penicillium spp.
5. Apa beda struktur keduanya.

CANDIDA ALBICANS dan CANDIDA SPECIES

TUJUAN

Mengenal morfologi koloni Candida sp. yang merupakan bagian dari flora normal
di tubuh manusia, tapi dapat menimbulkan penyakit pada pasien - pasien immunocompromised.
Koloni Candida sp. di Agar Sabouraud:

1. Sedikit timbul di permukaan medium


2. Permukaan koloni halus, licin atau berkerut
3. Berwarna putih ke kuningan
4. Berbau manis ( bau ragi tape)

Struktur yang perlu diperhatikan secara mikroskopis dengan pewarnaan Gram :

 Sel-selnya bentuknya oval, lonjong atau bulat

 Budding sel
 Pseudohifa
 Blastospora

Diagnosis laboratorium Candida albicans :

1. Pembentukan germ tube di medium serum atau plasma


2. Pembentukan chlamydospora di medium cornmeal agar
3. Pembentukan koloni seperti kaki laba-laba ( spiderlike) di medium Levine EMB
4. Reaksi fermentasi dan assimilasi karbohidrat ,dan assimilasi nitrat.

BAHAN PRAKTIKUM :

1. Biakan Candida sp. di medium Sabouraud agar


2. Biakan Candida sp. di medium Agar Darah

YANG DIKERJAKAN :

1. Buat sediaan yang diwarnai dengan Gram


2. Periksa khlamidospora dan blastospora di slide culture
Pertanyaan :

Apa beda pseudohifa dan germ tube pada Candida albicans ?.

Germ-tube test :

1. Dengan plastic loop sterile sentuh sedikit pure colony.


2. Suspensikan sel-sel di dalam serum fetal calf, bovine, rabbit, atau manusia ( 0.3 – 0.5 ml
pada suhu kamar), dan usapkan loop ke dinding tabung ( 75 x 12 mm ).
3. Eramkan serum culture : 37°C, 2,5 – 3 jam.
4. Dengan plastic loop, ambil satu drop serum culture dan letakkan di atas kaca slide ,
kemudian tutup dengan cover slip.
5. Periksa sediaan ini, mula-mula dengan low-power objective ( 100 x ) untuk melihat lokasi
group of cells dan kemudian konfirmasikan keberadaan germ tubes dengan OIO (objective
immersion oil : 1000 x).
Praktikum XI

UJI SEROLOGI

Penyusun : Gerben F. Hutabarat

A. TUJUAN: Agar mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan serologi berdasarkan


reaksi antigen-antibodi dan interpretasi hasil pemeriksaan spesimen klinis.

B. PENDAHULUAN
Infeksi Treponema pallidum yang terjadi pada seseorang yaitu melalui hubungan seksual
atau cara lain akan menunjukkan kelainan melalui beberapa fase, dan penyakitnya disebut sifilis.
Fase pertama terjadi apa yang disebut lesi primer terlihat berupa ulkus (ulcus durum) dan disebut
juga hard chancre yang dijumpai pada alat kelamin. Pada lesi ini dijumpai T. pallidum banyak
sekali (T. pallidum +++), dijumpai pula proliferasi pembuluh darah dan bertumpuknya plasma
sel. Lesi primer akan sembuh sendiri setelah 2-10 minggu.
Dari abrasi kulit pada alat kelamin, T. pallidum juga sampai pada kelenjar lymph dan
multiplikasi di daerah tersebut. Melalui aliran darah akan sampai ke jaringan tertentu pada tubuh
dan akan terjadi lesi sekunder berupa ruam makula-papula merah dan dapat juga berupa papula
pucat-basah yang disebut kondiloma. Lesi ini dapat terjadi pada regio anogenital, axilla, mulut,
vagina dan anus, ini terjadi 6-8 minggu sesudah lesi primer. Pada lesi sekunder juga dijumpai T.
pallidum dalam jumlah banyak dan sangat menular.
Lesi sekunder juga akan sembuh sendiri. Kurun waktu 3-5 tahun kemudian akan terjadi
fase laten (fase lanjutan) yang juga menular. Walaupun fase ini tanpa gejala tetapi hasil uji
serologi adalah positif.

C. UJI SEROLOGI

Uji serologi pada penyakit sifilis selalu disebut Serology Test for Syphillis (STS), adalah
uji untuk mendeteksi antibodi.
Pada penderita sifilis terbentuk 2 jenis antibodi yaitu:
1. Reagins (antibodi non spesifik)
2. Antibodi spesifik
Uji serologi yang dilakukan untuk mendeteksi antibodi pada penderita sifilis diantaranya
adalah:

I. Uji serologi nonspesifik (tes nonspesifik = Reagins test)


Uji ini adalah untuk mendeteksi antibodi reagins dengan menggunakan cardiolipin
sebagai antigen. Reagins adalah antibodi campuran IgM dan IgA, yang ditemukan pada serum
penderita sifilis setelah 2-3 minggu penderita mendapat infeksi T. pallidum yang tidak diobati.
Antibodi ini juga ditemukan dalam cairan spinal 4-8 minggu sesudah infeksi.
Selain dijumpai pada penderita sifilis, reagins juga dijumpai pada penderita penyakit lain
yaitu malaria, lepra, mononucleosis infectiosa, measles (campak), juga pada penyakit collagen
vascular yaitu: Systemic Lupus Erythematosus, polyarthritis nodosa dan lain-lain.
Cardiolipin adalah antigen non spesifik yang terdiri dari fosfolipid yang diekstrak dari
jantung sapi yang normal dan diolah dengan lecithin dan cholesterol.
Tes Nonspesifik (Reagins Test):
a. Tes Flokulasi (flocculation test) yaitu:
- VDRL (venereal disease research laboratory) test
- RPR (rapid plasma reagin) test
- Kahn test
b. Tes Ikatan Komplemen (complement fixation test) yaitu:
- Wassermann test
- Kolmer test

II. Uji Serologi Spesifik (tes spesifik)


Pada uji (test) ini dipakai antigen dari T. pallidum. Beberapa contoh uji ini adalah:
a. TPHA (T. pallidum haemagglutination) test
b. TPI (T. pallidum immobilization) test
c. FTA-ABS (fluorescent treponemal antibody absorbed) test
D. RAPID PLASMA REAGIN (RPR) TEST

Uji rapid plasma reagin adalah salah satu uji nonspesifik yang termasuk dalam flocculation test.

Disediakan:
1. Serum penderita
2. Suspensi antigen (Ag susp) berisi cardiolipin dan partikel carbon
3. Serum kontrol positif (+ control)
4. Serum kontrol negatif (- control)
5. Kartu untuk tempat pengujian (test card) dengan ditandai 2 lingkaran
6. Batang pipet plastik dengan suction cap
7. Batang plastik pengaduk

Cara Kerja:
KEPUSTAKAAN

1. Bailey, W.R. and Scott. E.G. 1988, Diagnostic Microbiology 5th ed, Saint Louis
2. Barata Widjaja, K.G., 2000, Imunologi Dasar, 14th ed, Balai Penerbit FK UI Jakarta.
3. Finegold, S.M., Martin, W.J., 1982, Diagnostic Microbiology 6th ed, The C.V. Mosby
Company, St. Louis.
4. Kresno, S.B., 1996, Imunologi Diagnostik dan Prosedur Laboratorium, ed. 3, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
5. Roitt, I. 1997, Essential Immunology, Oxford Blackwell Science.
6. Widmann, F.K. 1995, Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium ed 9, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai