Buku Penuntun Praktikum BBS-Mikrobiologi 2019
Buku Penuntun Praktikum BBS-Mikrobiologi 2019
TUJUAN :
Membiasakan mahasiswa untuk melakukan beberapa cara sterilisasi yang biasa dilakukan
di laboratorium mikrobiologi terhadap alat-alat, media, dan lain-lain.
DISEDIAKAN :
MEDIA :
I. Media Transport :
A. Kultur umum :
1. Agar Darah
2. Agar Coklat
4. Media Tellurit
7. Mc Conkey Agar
3. Agar Darah
4. Thioglycolat
3. Mc Conkey Agar
3. Kaldu Darah
B. Enterobakter :
STERILISASI
PENDAHULUAN
1. Cara fisika :
a. Cara pemanasan b. Cara filtrasi c. Cara radiasi
2. Cara kimia
Sterilisasi dengan :
Desinfeksi dengan
Pemanasan :
Pasteurisasi Susu
a. Holder method : 63° - 66° C selama 30 menit
M. tuberculosis
M. bovis
Brucella sp.
C. burnetii
L. monocytogenes
Salmonella
YANG DIKERJAKAN :
Lakukan sterilisasi terhadap :
Tabung-tabung kaca
Alat-alat dari metal : pinset, gunting
Larutan-larutan
Media cair dan media agar
Sarung tangan dari karet
Sangkelit
Lantai
DISEDIAKAN :
1. Autoclave 2. Koch steam sterilisasi 3. Hot Air Oven
4. Phenol 5. Formalin 4. Nyala Api Busen
BAHAN PRAKTIKUM :
Disediakan beberapa biakan bakteri pada media padat, media cair dan media semisolid.
YANG DIKERJAKAN :
1. Perhatikan dan buatlah laporan tentang :
a. Bentuk koloni :
- bintik-bintik (punctiform, pinpoint) - bundar (circulair, round)
- seperti benang (filamentous) - bentuk pohon (arborescent)
b. Diameternya (dalam mm)
c. Pinggir koloni : rata atau tidak rata
d. Permukaan koloni :
- halus - kasar - rata
- cembung (convex) - cekung (concave) - umbilicated
e. Kepadatan (opacity) dan konsistensi koloni :
- kering - seperti pasta - berlendir (mucoid)
- padat - translucent
f. Pembentukan pigment : warna pigmen dan apakah pigmennya larut kedalam media atau
tidak.
g. Perubahan medium :
- penghancuran media - hemolisa atau tidak hemolisa pada agar darah
2. Gambarkan macam-macam bentuk koloni : buat laporan mengenai gambaran koloni pada
medium padat maupun gambaran pada medium semisolid dan pada medium cair.
3. Laporkan apakah biakan itu murni atau bercampur (mixed)
KEPUSTAKAAN :
1. Finegoid, S.M. Martin W.J and Scott E.G : Bailey & Scotts, Diagnostic Microbiology 5 th ed.
The C.V Mosby Company, St Louis 180-181. 1978.
2. Jawaetz E. Melnick J.L and Adelberg E.A : Rewiew of Medical Microbiology 14 th ed. Lange
Medical Publications / Maruzen Asia (Pte) Ltd. 239-241, 1980.
3. Lennette, E.H. balows A. Hausler, W.J Jr and Truant J.P. Manual of Clinical Microbiology, 3rd
ed. Amer Society for Microbiol, Washington D.C. 1980.
4. Bagian Mikrobiologi FK UGM, Dasar- dasar Pemeriksaan Mikrobiologi hal. 30-31,1986.
Praktikum ke II
PEWARNAAN
Penyusun : Dian Dwi Wahyuni
TUJUAN:
Agar mahasiswa mengenal dan dapat mengerjakan pewarnaan dengan baik sehingga
dapat mempelajari morfologi bakteri. Seperti diketahui, bakteri adalah transparan dan
morfologinya sulit dilihat. Oleh sebab itu, untuk mempelajari morfologi, struktur serta sifat –
sifat bakteri dari spesimen penderita yang telah dikultur maupun dari sediaan langsung
spesimen tersebut, maka perlu dilakukan pewarnaan bakteri kemudian dilihat dibawah
mikroskop.
Untuk menyiapkan bakteri agar dapat diwarnai maka terlebih dahulu spesimen
dilekatkan ( fiksasi) pada permukaan gelas objek yang bersih dan bebas dari lemak. Fiksasi harus
dilakukan sebaik mungkin agar hasil pewarnaan mudah diamati dengan mikroskop; yaitu bakteri
tersebar rata, tidak terlalu tebal, tidak terdapat kotoran lain yang berasal dari gelas objek dan
sediaan bakteri tidak terhapus atau terbuang prosedur pewarnaan selanjutnya.
PENDAHULUAN
Pada pewarnaan digunakan zat warna bersifat basa seperti methylen blue, methylviolet,
fuchsin air, safranin. Zat warna bersifat basa ini bermuatan listrik positif (kation) sehingga
mampu mewarnai sel kuman dikarenakan sel kuman banyak mengandung asam nukleat (nucleic
acid) dan fosfat yang bermuatan negatif (anion). Zat warna asam umumnya tidak dapat mewarnai
sel kuman. Ukuran bakteri sangat kecil sehingga setelah dilakukan pewarnaan maka untuk
pengamatan dilakukan dibawah mikroskop dengan pembesaran 1000 kali.
Adapun jenis pewarnaan adalah :
- Pewarnaan sederhana
- Pewarnaan khusus
- Pewarnaan diferensial
Prosedur Pembuatan Hapusan Bakteri :
1. Bersihkan gelas objek dengan kain bersih agar tidak berlemak, gelas objek dilayang kan
diatas nyala api
2. Setelah didinginkan, beri label dengan pensil kaca atau spidol
3. Teteskan satu tetes aquadest atau garam faal pada gelas objek
4. Pijarkan sengkelit kemudian dinginkan
5. Ambil sediaan yang hendak diwarnai dengan menggunakan sengkelit. Pada saat
mengambil sediaan, hanya ujung sengkelit yang menyentuh koloni.
6. Suspensikan sediaan tersebut pada tetesan aquadest pada gelas objek lalu sebarkan
dengan gerakan memutar agar rata. Luas sediaan 1-2 cm2 . Pijarkan kembali sengkelit
yang dipakai untuk mengambil sediaan yang mengandung bakteri tadi
7. Sediaan dibiarkan mengering di udara, kemudian lewatkan diatas nyala api sebanyak 3
kali agar sediaan melekat sempurna di atas permukaan gelas objek (sisi gelas objek yang
mengandung sediaan menghadap keatas agar tidak terkena nyala api).
A. PEWARNAAN SEDERHANA
1. Lakukan fiksasi dari koloni atau dari sediaan langsung
2. Lumuri dengan zat warna methylen blue sampai menutupi seluruh permukaan sediaan
selama 30-60 detik
3. Cuci dengan air untuk menghilangkan zat warna yang berlebihan
4. Keringkan di udara dengan bantuan nyala api dan kertas saring.
5. Sediaan siap untuk dilihat dibawah mikroskop.
B. PEWARNAAN DIFERENSIAL
I. PEWARNAAN GRAM
Pewarnaan diferensial Gram sering dipakai pada pemeriksaan rutin . Pewarnaan Gram
(Dr. Hans Christian Gram , 1884) dapat membedakan bakteri atas 2 golongan besar yaitu :
1. Bakteri Gram positif, yaitu bakteri yang berwarna ungu (oleh karena mampu menahan
zat warna ungu terhadap zat peluntur).
2. Bakteri Gram negatif, yaitu bakteri yang berwarna merah (warna counter stain) oleh
karena zat peluntur melepaskan zat warna ungu lalu mengambil warna counter stain
(fuchsin air, safranin).
Perbedaan ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel bakteri. Pada sel bakteri Gram
positif, ikatan warna violet dengan jodium tidak dapat dilepaskan oleh peluntur alkohol atau
aceton ; sedangkan pada bakteri yang Gram negatif, ikatan ini terlepas kembali sehingga
protoplasma mengambil warna kedua ( counter stain).
c. PEWARNAAN KHUSUS
Tidak semua bakteri atau bagian-bagiannya dapat diamati dengan baik dengan pewarnaan
sederhana atau pewarnaan gram. Untuk dapat mempelajari morfologi atau mengamati bagian-
bagian tertentu bakteri maka harus dilakukan pewarnaan khusus.
I . Pewarnaan spora menurut Schaefer Fulton
1. Buat sediaan dan fiksir pada gelas objek
2. Tuang dengan larutan malachite green 5%
3. Panaskan dibawah nyala api ( jangan mendidih ) selama 5 menit
4. Cuci dengan air
5. Genangi dengan safranin atau air fuchsin 0.05%... selama 30 detik
6. Cuci dengan air kran dan keringkan
Cara Gray
1. Sediaan pada objek gelas digenangi dengan mordant dari uan Gray selama 5-10 menit
2. Cuci dengan aquadest
3. Genangi dengan carbofuchsin selama 5-10 menit
4. Cuci dengan air kran
5. Keringkan dan periksa dibawah mikroskop
Teknik pewarnaan :
1. Buat sediaan hapus dan fiksir dengan dipanaskan
2. Genangi dengan zat warna fluorescent selama 15 menit, suhu 370C
3. Cuci dengan aquadest
4. Lunturkan dengan decoloriser selama 2-3 menit
5. Cuci dengan aquadest
6. Genangi dengan counterstain selama 2-4 menit
7. Cuci dengan air dan keringkan
BAHAN PRAKTIKUM :
YANG DIKERJAKAN :
PERTANYAAN :
KEPUSTAKAAN
1. Ballows A, Hausler WJ. Diagnostic Procedurs for Bacterial, Mycotic and Parasitic
Infection.6th ed. Amer Public Health Assoc. Inc. Washington DC: 808-810, 1981
2. Frankel s, reitman S and Sonnenwith,AC: Grad wohl’s Clinical Laboratory Methods and
Diagnosis. 7 th ed. The Mosby .Co.Saint Louis 2: 1068-76,1970
3. Iswara R. Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi Kedokteran, 9-13, 1987
4. Lennete EH, Balows A, Hausler WJ and Truant JP: Manual of Clinical Microbiology. 3th
ed. Amer Society for Microbiol. Washington DC.1011-1024, 1980
Praktikum III
I. PEMBIAKAN
TUJUAN
Agar mahasiswa terampil menanam dan melakukan isolasi bakteri pada media
perbenihan dari spesimen seperti sputum, pus, darah, cairan serebrospinal dan juga berasal dari
air, tanah dan lain-lain.
PENDAHULUAN
Sebagai makhluk hidup bakteri memerlukan makanan yang sesuai agar dapat
berkembang biak. Pembiakan mikroorganisme dalam laboratorium membutuhkan zat-zat yang
diperlukan untuk pertumbuhan sintesis sel, energi atau metabolisme. Pada umumnya media itu
terdiri dari ekstrak ragi, pepton dan agar. Untuk media khusus harus diperkaya dengan darah dan
zat-zat lain.
Menurut konsistensinya media biakan yang digunakan bisa bentuk padat, semi padat dan
cair. Pada media padat dapat dilihat bentuk koloni. Pada media semi padat dapat dilihat apakah
bakteri mempunyai pergerakan atau tidak. Pada media cair dapat dilihat pertumbuhan dan
adanya gas. Bila menanam secara anaerob permukaan atas dilapisi dengan lilin.
Cara kerja :
Ose yang digunakan untuk menanam bakteri sebelum dan sesudahnya harus dipanaskan
hingga pijar (merah) di atas nyala api supaya ose tersebut steril dan dinginkan dahulu
sebelum digunakan menanam bakteri.
Bukalah tutup cawan petri secukupnya saja untuk menghindari kontaminasi dari udara.
Bila spesies bakteri akan diambil dari medium semi padat atau cair, tutup kapas dari
tabung yang berisi media harus dibuka di dekat nyala api dan sebelum menutupnya
kembali maka terlebih dahulu ujung tabung dipanaskan.
Dengan ose atau kapas lidi steril bakteri diambil dan kemudian dilakukan penanaman
pada lempeng agar atau pada medium cair. Ose ujung lurus dipakai untuk menanam pada
agar semi padat.
Media yang telah siap ditanam dengan bakteri lalu dieramkan dalam inkubator dengan
temperatur yang sesuai (temperatur optimum 37°C).
Bila menginginkan suasana anaerob maka lempeng agar dimasukkan ke dalam anaerobic
jar. Ada indikator yang akan menunjukkan apakah suasana sudah anaerob atau belum.
Candle jar diperlukan untuk menciptakan suasana mikroaerophilik.
Biasanya setelah 18-24 jam telah dapat dilihat pertumbuhan bakteri yaitu terbentuknya
koloni bakteri pada permukaan media atau terjadi kekeruhan pada media cair. Kadang-
kadang dibutuhkan waktu penanaman yang lebih lama lagi tergantung bakteri yang
ditanam.
Di samping teknik goresan di atas ada lagi dikenal goresan radian dan goresan
sinambung.
Cara lain untuk mendapatkan koloni yang terpisah ialah dengan teknik :
- Agar tuang
- Agar sebar
2. Penanaman pada agar padat miring
Penanaman pada agar miring ialah dengan cara memasukkan ose dan menanam pada
permukaan agar miring tersebut seperti pada penanaman agar miring TSI (Triple Sugar Iron).
Disini digunakan ose steril berujung lurus, lalu ditusukkan tegak lurus ke dalam kira-kira 1-1 ½
cm dari dasar tabung (butt).
Bakteri diambil dari sediaan menggunakan ose atau kapas lidi steril dan lalu dimasukkan
ke dalam medium cair dan digoyang-goyangkan dalam medium cair tersebut agar bakteri
terlepas dari ose atau kapas lidi steril. Medium cair ada yang diisi dengan tabung terbalik (tabung
Durham) yaitu untuk melihat apa ada pembentukan gas atau tidak.
TUJUAN :
Mengetahui flora normal yang terdapat pada bagian dari tubuh, misalnya yang terdapat
pada rongga mulut, saluran pencernaan, vagina, konjungtiva, kulit dan kuku jari tangan.
PENDAHULUAN
Kulit dan selaput lendir manusia didiami oleh bermacam-macam mikroorganisme atau
flora yang dapat dibagi atas 2 kelompok flora yaitu :
1. Resident flora yaitu mikroorganisme tertentu yang hidup menetap dan selalu dijumpai
pada bagian tubuh tertentu dan pada usia tertentu.
2. Transient flora yaitu mikroorganisme yang patogen atau non patogen yang menempati
kulit atau selaput lendir hanya untuk sementara (beberapa jam, beberapa hari atau
beberapa minggu). Mikroorganisme ini berasal dari sekitar tubuh kita, tidak
menimbulkan penyakit dan tidak menetap pada tempat tersebut.
YANG DIPERIKSA :
YANG DIKERJAKAN :
1. Penanaman pada agar nutrien plate (plate dibagi 4 sektor, lalu tanam dengan kotoran
gigi, sehelai rambut, usapan tenggorok dan kotoran kuku, lalu eramkan dalam
inkubator 37°c selama 24 jam, lihat hasilnya keesokan harinya.
2. Buatlah pewarnaan gram dari sediaan A dan sediaan B.
3. Lakukan pengamatan mikroskopis dari pewarnaan tersebut di atas.
4. Laporkan hasil pengamatan anda.
III. KONTAMINAN
TUJUAN :
PENDAHULUAN
- Penicillium sp
- Aspergillus sp
- Mucor sp
- Cephalosporium sp
- Monilia sitophila sp
- Rhizopus sp
- Bacillus subtilis
- Proteus sp
BAHAN PRAKTIKUM :
YANG DIKERJAKAN :
1. Biarkan lempeng agar darah terbuka selama 30 menit dan tutup kembali
2. Lempeng agar darah lainnya dibagi atas 4 sektor dan biakkan sampel dari keempat sudut
lantai ruang praktikum yang diambil dengan kapas steril.
3. Kedua lempeng agar darah tersebut dimasukkan ke dalam inkubator 37°c selama 24 jam
4. Perhatikan koloni yang tumbuh pada lempeng agar darah tersebut setelah pengeraman itu
dan dilakukan pewarnaan.
5. Amati hasil pewarnaan di bawah mikroskop dan dibuat laporan.
KEPUSTAKAAN :
Tujuan :
Bahan Pemeriksaan :
Bergantung dari lokasi infeksi, misalnya : usap tenggorok, nanah, darah, air kemih, tinja,
cairan serebrospinalis, cairan pleura, dan dahak. Khusus untuk Neisseria, bahan pemeriksaan
adalah sekret dari : uretra, prostat, endocervix, anorectal, oropharynx, kelenjar Bartholini, bisa
juga dari cairan sendi dan darah, jika ada tanda-tanda infeksi sistemik.
STAPHYLOCOCCUS
PENDAHULUAN
Infeksi oleh mikroorganisme ini terutama menimbulkan penyakit pada manusia. Setiap
jaringan ataupun organ tubuh dapat diinfeksi olehnya dan menyebabkan timbulnya penyakit
dengan tanda-tanda yang khas, yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses. Infeksinya
dapat berupa furunkel yang ringan pada kulit sampai berupa suatu piema yang fatal. Kecuali
impetigo umumnya kuman ini menimbulkan penyakit yang bersifat sporadik bukan epidemik.
Staphylococcus adalah bakteri berbentuk sferis, termasuk dalam famili Micrococcaceae. Genus
Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies, dan terdapat tiga spesies yang penting secara klinik
antara lain Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis (Staphylococcus albus) dan
Staphylococcus saprophyticus (Staphylococcus citreus).
Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Gram menunjukkan bahwa Staphylococcus
sp. adalah mikroorganisme berbentuk bola (kokus), Gram positif, biasanya tersusun dalam
kelompok-kelompok tidak teratur bergerombol seperti buah anggur (staphyle = a brunch of
grapes).
Morfologi
Morfologi sel :
Morfologi koloni :
Koloni cembung
Berwarna sesuai pigmen yang terbentuk ( kuning emas, kuning citrun, putih)
Pada agar darah dapat terlihat adanya hemolisa atau tidak
Pada isolasi Staphylococcus aureus akan menghasilkan pigmen berwarna kuning emas
(golden-yellow). Koloni yang putih atau pucat bisa juga dijumpai pada subkultur. Koloni
Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus saphrophyticus biasanya putih tapi kadang bisa
juga kuning pucat. Pada lempeng agar darah, tampak daerah jernih (clear zone) di sekitar koloni
Staphylococcus aureus, hal ini dikarenakan bakteri ini menghasilkan hemolisin.
Semua spesies Staphylococcus dapat tumbuh pada lempeng Mannitol Salt Agar (MSA),
tapi hanya Staphylococcus aureus yang dapat memfermentasi mannitol menjadi asam, sehingga
terjadi perubahan pH media dan terlihat media di sekitar koloni itu berwarna kuning karena MSA
mengandung indikator phenol red.
Diantara ketiga spesies Staphylococcus tersebut, Staphylococcus aureus adalah yang
paling patogen pada manusia. Staphylococcus epidermidis bisa juga menimbulkan penyakit yang
serius pada penderita immunocompromissed. Sedangkan Staphylococcus saphrophyticus dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih. Perbedaan ketiga spesies tersebut dapat dilihat pada tabel I.
Genus Staphylococcus menghasilkan enzim katalase yang kuat. Tes katalase dapat
membedakan koloni Staphylococcus sp. (katalase positif) dari koloni Streptococcus sp. (katalase
negatif).
Tes Katalase
1. Teteskan satu tetes hidrogen peroksida (H2O2) di atas kaca slide yang bersih.
2. Sterilkan ose/sengkelit.
3. Ambil koloni bakteri yang akan diuji.
4. Campurkan koloni yang diambil ke dalam hidrogen peroksida.
5. Interpretasi :
Bila terbentuk gelembung udara tes katalase positif.
Bila tidak terbentuk gelembung udara tes katalase negatif.
Tes Koagulase
Terdapat dua cara untuk melakukan tes koagulase yaitu Slide Tes dan Tube Tes.
A. Slide Tes :
1. Teteskan satu tetes aquadest diatas kaca slide yang bersih.
2. Emulsikan koloni bakteri Staphylococcus sp. pada tetesan aquadest itu.
3. Tambahkan satu sengkelit plasma manusia.
4. Campuran tersebut diaduk menggunakan batang pengaduk.
5. Interpretasi Perhatikan adanya gumpalan.
Bila terbentuk gumpalan slide tes (+) : Staphylococcus aureus.
Bila gumpalan tidak terbentuk slide tes (-) : lanjutkan dengan Tube Tes.
B. Tube Tes :
1. Inokulasi 0,5 ml citrated rabbit plasma (yang telah diencerkan 1 : 4) dengan 1-2 tetes
biakan Staphylococcus sp. yang telah dieramkan satu malam.
2. Eramkan 35°C dalam water-bath.
3. Jika terjadi koagulasi sempurna ataupun sebagian (parsial) sesudah pengeraman 1-4
jam, maka tes dikatakan positif.
Kontrol :
BAHAN PRAKTIKUM :
YANG DIKERJAKAN :
1. Perhatikan koloni biakan Staphylococcus sp. masing-masing pada lempeng Agar Darah
dan lempeng MSA (Mannitol Salt Agar).
2. Lakukan pewarnaan Gram untuk melihat morfologi Staphylococcus sp. secara
mikroskopis.
3. Lakukan tes katalase dan tes koagulase.
4. Membuat laporan praktikum.
STREPTOCOCCUS
PENDAHULUAN
Pada pemeriksaan mikroskopis dari sediaan usap yang diwarnai dengan pewarnaan
Gram, Streptococcus sp. akan terlihat berbentuk bola (kokus), Gram positif, tersusun seperti
rantai. Koloninya pada agar darah biasanya tidak berpigmen.
Berdasarkan tipe hemolisanya pada agar darah, maka Streptococcus sp. dapat dibagi atas:
1. Streptococcus alpha hemolyticus.
2. Streptococcus beta hemolyticus.
3. Streptococcus anhemolyticus (gamma hemolyticus).
Streptococcus alpha hemolyticus disebut juga Streptococcus viridans. Pada agar darah
Streptoococcus ini akan memperlihatkan hemolisa yang tidak sempurna, dimana akan tampak
warna kehijau-hijauan di sekeliling koloni (green hemolysis).
Streptococcus beta hemolyticus, pada agar darah akan menimbulkan hemolisa yang
sempurna, dimana akan terlihat zona bersih di sekeliling koloni (clear zone). Dengan tes
presipitin, Lancefield membagi Streptococcus beta hemolyticus atas beberapa sero group.
Serogroup A (SBHA/Streptococcus beta hemolyticus group A) disebut juga
Streptococcus pyogenes merupakan kelompok yang paling patogen pada manusia. Infeksi oleh
SBHA ini dapat menimbulkan sequelae non-supurative yaitu demam rematik dan
glomerulonefritis akut. Diagnosa SBHA dapat ditegakkan berdasarkan kepekaannya terhadap
basitrasin. Lebih dari 95% SBHA peka/sensitif terhadap basitrasin.
Serogroup B disebut juga Streptococcus agalactie, merupakan flora normal pada saluran
kelamin wanita dan merupakan penyebab penting pada sepsis dan meningitis neonatal. Bakteri
ini jarang peka terhadap basitrasin, dan memberikan respon positif terhadap tes CAMP.
Serogroup C dan G, kadang-kadang terdapat pada farings. Kelompok ini dapat
menyebabkan sinusitis, bakteremia dan endokarditis.
Serogroup D, termasuk Enterococcus (Streptococcus fecalis, Streptococcus faecium) dan
non-enterococcus (Streptococcus bovis, Streptococcus equinus).
Serogroup E, F, H, dan K-U jarang menimbulkan penyakit pada manusia.
Streptococcus anhemolyticus, pada agar darah tidak menunjukkan hemolisa.
Tes Basitrasin :
1. Dengan sengkelit steril, lakukan subkultur dari koloni yang diperiksa ke lempeng agar
darah .
2. Dengan forceps steril letakkan disk basitrasin (0,04 U) di perpotongan goresan pertama
dengan goresan kedua.
3. Eramkan dalam inkubator pada suhu 37°C selama 18-24 jam.
4. Adanya zona hambatan di sekeliling disk menunjukkan tes positif (peka terhadap
basitrasin).
YANG DIKERJAKAN :
DIPLOCOCCUS PNEUMONIAE
= Streptococcus pneumoniae/Pneumococcus
PENDAHULUAN
Infeksi bakteri ini pada manusia yang khas adalah akan menyebabkan penyakit
pneumonia lobaris. Selain itu dapat menimbulkan sinusitis, otitis media, osteomielitis, artritis,
peritonitis, ulserasi kornea dan meningitis. Dari pneumonia lobaris dapat terjadi komplikasi
berupa septikemia, empiema, endokarditis, perikarditis, meningitis dan artritis.
Pada pemeriksaan mikroskopis dari sediaan usap yang diwarnai dengan Gram,
Diplococcus pneumoniae akan tampak berbentuk lanset, berdua-dua, Gram positif dan
mempunyai kapsul. Mikroorganisme ini sukar tumbuh pada medium sederhana, mudah larut
dalam larutan garam empedu dan sensitif terhadap optochin (ethyl-hydrocuprein).
IDENTIFIKASI :
Caranya : Sputum segar yang diemulsi dicampur dengan antiserum akan menyebabkan
pembengkakan kapsul untuk identifikasi D.pneumoniae. Eksudat peritoneal juga dapat
digunakan sebagai bahan untuk tes pembengkakan kapsul.
Tes Optochin
Prosedur :
1. Inokulasi lempeng agar darah dengan koloni yang sedang diperiksa ( yang diduga
D.pneumoniae).
2. Letakkan optochin disk (5 µg) di perpotongan streak pertama dengan streak kedua.
3. Eramkan dalam inkubator dengan atmosfir 5-10% (candle jar) 37°C selama 18-24 jam.
4. Perhatikan zona hambatan di sekeliling disk.
5. Interpretasi hasil :
Positif : diameter zona hambatan ≥ 15 mm
Negatif : diameter zona hambatan ≤ 6 mm
Ragu-ragu : diameter zona hambatan 7-14
BAHAN PRAKTIKUM :
YANG DIKERJAKAN :
PENDAHULUAN
Neisseria adalah sekelompok coccus Gram negatif yang biasanya berpasangan. Ada
spesies Neisseria yang hidup sebagai flora normal di selaput lendir saluran pernapasan manusia
dan ada yang patogen. Spesies yang patogen yaitu : Neisseria meningitidis (Meningococcus) dan
Neisseria gonorrhoeae (Gonococcus).
Spesies yang patogen ini bisa dijumpai intraseluler maupun ekstraseluler. Sedangkan
spesies yang non-patogen hidupnya ekstraseluler. Semua spesies Neisseria menghasilkan
indophenol-oxidase, oleh karena itu memberikan tes oksidase positif dengan reagensia tetrametyl
para phnylenediamine dichloride atau N.N-dimethyl-paraphenylene diamine monochloride.
Neisseria yang patogen tidak dapat hidup pada media biasa akan tetapi kultur primernya harus
pada Coklat Agar atau pada media Thayer Martin yang berisi suplemen dan inhibitor. Untuk
dapat tumbuh harus dikultur pada suasana mikroaerofilik, yaitu dalam candle jar pada suhu 36,5
- 37°C selama 24 – 48 jam.
IDENTIFIKASI :
1. Pemeriksaan mikroskopis sediaan usap langsung setelah diwarnai dengan pewarnaan Gram,
akan terlihat morfologi sel berupa :
Susunannya dua-dua (diplococcus)
Bentuk seperti biji kopi
Gram negatif
Ukuran diameter 0,8 µ
Terdapat pada intraseluler dan ekstraseluler
2. Kultur
Bahan pemeriksaan harus segera ditanam pada media Coklat Agar atau media Thayer
Martin, dieramkan dalam suasana mikroaerofilik (CO2 5-10%) pada suhu 36,5 - 37°C
selama 24 – 48 jam. Koloni yang tumbuh berbentuk bulat jernih sampai abu-abu seperti
titik-titik embun.
3. Diagnosa sementara (presumptive) ditegakkan dengan tes oksidase positif terhadap yang
diduga koloni Neisseria.
4. Diagnosa definitif dilakukan dengan melakukan reaksi fermentasi karbohidrat membentuk
asam. Reaksi fermentasi dilakukan pada medium Cystine Trypticase Agar (CTA) yang
mengandung 1% karbohidrat. Eramkan pada suhu 37°C selama 24 – 48 jam.
Perhatikan tabel di bawah ini :
Reaksi Fermentasi Spesies Neisseria
Spesies Neisseria Pembentukan Asam dari Tumbuh di Tumbuh pada suhu
Karbohidrat Nutrien Agar 22°C
N. meningitides + + - - -
N. gonorrhoeae + - - - -
N. catarrhalis - - - + +
N. sicca + + + + +
N. flavescens - - - + +
BAHAN PRAKTIKUM :
1. Biakan Neisseria pada Agar Coklat atau Thayer Martin.
2. Reagensia tes oksidase.
3. Pewarnaan Gram.
YANG DIKERJAKAN :
KEPUSTAKAAN
1. Forbes , BA., Sahm, DF., Weissfeld, AS., Diagnostic Microbiology : Bailey & Scott’s,
12th edition, Mosby, Missouri, 2007.
2. Brooks, G.F., Butel, J.S., Ornston, L.N., Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A.
Jawetz, Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology, 20th edition, Prentice-Hall
International Inc, USA, 2004.
3. Sitti Zuleiha, Penuntun Praktikum Mikrobiologi Kedokteran, Departemen Mikrobiologi
FK USU Medan, 2005.
4. Levinson, W., Jawetz E., Medical microbiology & immunology : examination & board
review, International Edition, 7th edition, McGraw-Hill, USA, 2003.
5. Murray R.P , Rosenthal, K.S., Kobayashi G.S., Pealler M.A.,Medical microbiology , 4th
edition, Mosby, Missouri, 2002.
6. Josodiwondo S., Kokus Negatif Gram, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta, Edisi Revisi, 1994.
7. Warsa UC, Kokus Positif Gram, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta, Edisi Revisi, 1994.
Praktikum ke V
ENTEROBACTERIACEAE
TUJUAN
Memahami prosedur beberapa uji primer sederhana untuk identifikasi famili Enterobacteriaceae.
PENDAHULUAN
Famili Enterobacteriaceae terdiri dari berbagai grup bakteri batang Gram-negatif non-
spora yang habitat alamiahnya usus manusia dan hewan. Tumbuh aerob atau anaerob fakultatif.
Ada yang motile dan ada yang non-motile. Spesies yang motile memiliki flagela peritrik,
berbeda dengan Pseudomonadaceae yang memiliki flagela polar. Beberapa diantaranya seperti
E. coli, merupakan bagian dari flora normal, yang lainnya seperti Salmonella spp. dan Shigella
spp. adalah patogen bagi manusia (bakteri usus patogen).
IDENTIFIKASI ENTEROBACTERIACEAE
A. Uji Indol
Uji Indol dilakukan untuk melihat kemampuan suatu organisme menghasilkan indole dari
degradasi asam amino triptofan. Triptofan dihidrolisis oleh triptofanase untuk menghasilkan tiga
produk akhir, salah satunya adalah indole. Dengan kata lain dengan uji Indole dapat dideteksi
produksi enzim triptofanase. Oleh karena itu pada uji ini digunakan medium yang mengandung
Triptofan.
Prosedur :
Biakan kuman diambil menggunakan ose steril lalu ditanam pada tabung berisi medium
0
cair yang kaya akan triptofan, diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam. Kemudian
tambahkan 3-5 tetes reagensia kovac pada tabung yang mengandung biakan kuman yang
berumur 24 jam tersebut. Kocoklah tabung tersebut lalu diamkan beberapa saat. Reaksi yang
positif untuk indole ditandai oleh terbentuknya cincin merah pada permukaan biakan.
Reaksi yang terjadi pada uji Indole diantaranya:
1. Tryptophan Indole + Pyruvic acid + amonia
2. Indole + p - dimethyl amino benzaldehide cincin berwarna merah
B. Uji Methyl Red
Methyl red adalah indikator pH antara 6,0 (berwarna kuning) hingga 4,4 (merah).
Bakteri yang mampu menghasilkan asam kuat (laktat, asetat, formik) dari glukosa melalui jalur
fermentasi asam dapat dideteksi dengan uji methyl red. Sebagian besar Enterobacteriaceae
mampu menghasilkan asam selama fase awal inkubasi, namun hanya bakteri yang mampu
mempertahankan pH asam dalam jangka waktu lama (inkubasi 48-72 jam) yang dapat dikatakan
uji methyl red-nya positif.
Prosedur :
Bakteri diinokulasikan pada medium MR/VP, kemudian diinkubasi pada suhu 35°C
selama 48-72 jam. Kemudian teteskan 5 tetes reagensia methyl red ke dalam medium. Bila
terlihat warna merah pada media maka hasil dinyatakan positif.
C. Uji Voges-Proskauer
Beberapa Enterobacteriaceae, seperti Klebsiella dan Enterobacter, mampu menghasilkan
asetoin dari jalur metabolisme glukosa. Asetoin yang dikonversi menjadi diasetil, ditambah
reagensia potassium hydroxide 40% dan -naphtol sebagai katalisator, akan menghasilkan
kompleks merah.
Prosedur :
Bakteri diinokulasikan ke medium MR/VP, diinkubasi pada suhu 35°C selama 24 jam,
kemudian ke dalam medium ditambahkan 0,6 mL -naphtol 5% dan 0,2 mL KOH 40%,
dikocok beberapa saat dan didiamkan selama 10-15 menit. Hasil positif bila dihasilkan warna
merah pada medium setelah 15 menit ditetesi reagensia.
D. Uji Citrat
Uji citrat menggunakan medium padat yang mengandung garam-garam amonium,
natrium citrat, biru brom-thimol, dan agar. Citrat dalam medium ini digunakan sebagai sumber
energi. Medium ini mengandung indikator pH bromthymol blue dimana pada suasana alkali
akan berwarna biru. Citrat ini diubah menjadi Pyruvic acid dan CO2. CO2 akan diubah menjadi
Na2CO3 yang menyebabkan suasana alkalis dan medium menjadi berwarna biru.
Prosedur :
Tanamlah kuman yang berasal dari biakan TSI pada agar miring Simmon’s Citrate.
O
Inkubasi (37 C ) selama 24 jam dan periksalah ada / tidaknya pertumbuhan dan terjadinya
perubahan warna medium dari hijau menjadi warna biru tua, yang menunjukkan hasil positif.
E. Uji Urease
Enzim urease yang dimiliki oleh bakteri akan menghidrolisis urea menjadi amonia, air,
dan karbondioksida. Enzim ini dapat dideteksi dengan menginokulasikan bakteri pada medium
yang mengandung urea sebagai sumber karbon, kemudian diinkubasikan pada suhu 35ºC dan
dideteksi adanya amonia melalui perubahan pH pada indikator pH (merah fenol) yang akan
menimbulkan warna merah (suasana alkali) dalam waktu 15, 30 atau 60 menit hingga 4 jam.
H. Fermentasi gula-gula
Fermentasi gula-gula dapat digunakan sebagai reaksi tambahan untuk identifikasi famili
Enterobacteriaceae. Gula yang dimaksud di sini bisa: glukosa, sukrosa, fruktosa, laktosa,
maltosa, manitol, dll. Setelah inkubasi 24 jam, dapat terjadi fermentasi gula-gula positif, ditandai
oleh perubahan warna media menjadi kuning. Bila tidak ada perubahan warna media, berarti uji
fermentasi gula-gula hasilnya negatif.
BAHAN PRAKTIKUM:
1. Biakan: E. coli, Klebsiella spp. , Proteus spp., Pseudomonas spp., pada agar McConkey
dan EMB.
2. Reagensia untuk pewarnaan Gram.
3. Reaksi biokimia beberapa spesies Enterobacteriaceae dalam media uji: IMViC, urease,
TSI, seri gula-gula, dan uji motilitas.
YANG DIKERJAKAN:
1. Perhatikan koloni yang tumbuh pada media diferensial, koloni yang berwarna adalah koloni
yang non-patogen, koloni yang tidak berwarna kemungkinan besar koloni yang patogen.
Buat laporan morfologi dan warna koloni.
2. Lakukan pewarnaan Gram atas koloni yang tumbuh pada media diferensial. Gambarkan
morfologi mikroskopik.
3. Perhatikan hasil reaksi biokimia dari uji : IMVIC, Urease, TSI, seri gula-gula, dan uji
motilitas. Gambarkan hasil reaksi biokima.
4. Identifikasi spesies bakteri dengan membaca hasil reaksi biokimia. Tuliskan hasil analisis
identifikasi.
Tabel 2. Reaksi biokimia beberapa anggota famili Enterobacteriaceae pada uji
identifikasi primer
Simmons’ Citrate
Voges-Proskauer
Produksi Indole
Methyl Red
Famili
slant/butt
Motilitas
Glukosa
Sukrosa
Laktosa
Maltosa
Manitol
Urea se
Enterobacteriace
H2 S
Gas
ae
Enterobacter spp. - - + + - + + - + + + + +
a/a
Escherichia coli + + - - - + + - + + + + +
al/a
Klebsiella spp. +/- - + + +/- - + - + + + + +
1. Bakteri batang Gram positif aerob yang membentuk spora, contoh : Bacillus anthracis
dan Bacillus subtilis.
2. Bakteri batang Gram positif aerob tang tidak membentuk spora, contoh :
Corynebacterium diphteriae.
Tujuan :
A. BACILLUS
PENDAHULUAN
Bacillus subtilis
Bacillus megaterium
Bacillus cereus
Bacillus mesentericus
Bacillus mycoides
Bacillus anthracis merupakan anggota dari genus Bacillus yang patogen pada manusia
dan hewan, yang dapat menyebabkan penyakit anthrax. Bacillus cereus dapat tumbuh pada
makanan dan menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan keracunan makanan.
BACILLUS ANTHRACIS
Bakteri Gram positif batang lurus, ujungnya berbentuk empat segi, tersusun seperti rantai
atau satu-satu, tidak bergerak dan hidup dalam suasana aerob. Dalam jaringan, bakteri ini dapat
membentuk kapsul dan toksin (strain yang virulen).
Pembiakan pada media agar biasa akan memperlihatkan pertumbuhan koloni dengan
pinggir berombak-ombak seperti rambut kusut (curled hair). Dalam media gelatin tumbuh khas
berupa pohon fir terbalik (inverted fir tree growth) dan pencairan gelatin terjadi secara perlahan-
lahan dimulai dari puncak. Dalam agar darah terlihat sedikit hemolisa. Secara in vitro, bila media
mengandung serum dan ion bikarbonat yang tinggi atau tekanan CO2 yang tinggi akan tumbuh
koloni smooth (S koloni) dan adanya pembentukan kapsul.
Strain yang sanggup membentuk kapsul belum tentu virulen. Strain dianggap virulen bila
mampu membentuk kapsul dan toksin di dalam jaringan tubuh.
Bahan Pemeriksaan
Pemeriksaan Langsung :
Sediaan hapus langsung dibuat dari lesi lokal di kulit atau dari darah, kemudian dilakukan
pewarnaan dan dilihat di bawah mikroskop.
1. Pewarnaan Gram
Batang besar dengan ujung empat segi
Gram positif
Ukuran : 5-10 x 1-3 micron
Tersusun membentuk rantai pendek terdiri dari 2-3 basil ataupun satu-satu
(single)
Kadang-kadang dijumpai ujung bakteri bulat, terutama yang berasal dari lesi di
kulit
Dengan pewarnaan Gram, spora akan terlihat berupa refractile area pada bagian
vegetatifnya, tidak lebih besar, terletak di bagian tengah ataupun di bagian
subterminal.
2. Pewarnaan Kapsul :
Dapat menggunakan larutan toluidine blue 0,1% dalam alkohol
Pewarnaan lain yang sering dilakukan :
a. Mc Fadyean’s polychrome methylene blue
b. Giemsa
c. Wright
3. Pewarnaan Spora
4. Fluorescent Antibody Test (F-A Test)
KULTUR
Gambaran kultur B. anthracis yang khas untuk diagnostik adalah sebagai berikut :
Prinsip dari Ascoli test adalah ekstrak dari jaringan tubuh yang terkena infeksi
B.anthracis akan membentuk cincin precipitat jika dicampur dengan anti serum. Ascoli test ini
tidak selalu spesifik hasilnya.
Kira-kira 2 gram jaringan dididihkan dengan pelarut NaCl fisiologis sebanyak 5 ml, yang
telah mengandung asam asetat (1/1000).
Dididihkan selama 5 menit
Dinginkan lalu saring dengan kertas saring
Filtrat yang diperoleh dapat dipakai untuk test di atas.
Percobaan Binatang :
Identifikasi selanjutnya dapat dilakukan dengan percobaan binatang. Marmut atau tikus
putih disuntik eksudat dari lesi atau bahan dari biakan murni. Dosis kecil dari kultur murni
B.anthracis sudah cukup untuk menimbulkan efek mematikan. Pada pemeriksaan akan dijumpai
basil-basil dalam darah (jantung & limpa).
BACILLUS CEREUS
Bacillus cereus adalah organisme tanah yang sering mengkontaminasi. Bila sejumlah
besar nasi dimasak dan dibiarkan, dengan perlahan-lahan spora B.cereus bertunas dan sel
vegetatif menghasilkan toksin selama fase log pertumbuhan atau selama sporulasi.
1. Jenis muntah (vomiting syndrome) : berhubungan dengan emetic toxin, terdapat pada nasi
yang terkontaminasi.
2. Jenis diare (diarrhea) : berhubungan dengan enterotoxin, terdapat pada daging dan saus.
Adanya B.cereus dalam tinja penderita tidak cukup untuk menegakkan diagnosa
penyakit. Oleh karena B.cereus dapat berada dalam tinja orang normal. Kadar ≥ 105 bakteri/gram
makanan dianggap potensial bermakna.
SPORA
Spora merupakan struktur yang sangat tahan, dibentuk sebagai reaksi terhadap kondisi
yang kurang menguntungkan dari genus ini :
1. Bacillus
2. Clostridium
Pembentukan spora (sporulasi) terjadi jika zat-zat makanan seperti sumber karbon dan
nitrogen berkurang. Spora dibentuk di dalam sel dan mengandung : DNA bakteri, sitoplasma
dalam jumlah kecil, membran sel, peptidoglikan, air sedikit, dan yang paling penting suatu
dinding yang tebal seperti keratin yang sangat membantu ketahanan spora terhadap panas,
dehidrasi, radiasi dan zat-zat kimia. Ketahanan ini kemungkinan diakibatkan oleh dipikolinik
acid dan ion calcium chelator yang hanya ditemukan pada spora.
Kepentingan medis dari spora ini terletak pada kesulitan dalam mensterilisasi alat-alat
yang diduga mengandung spora bakteri ini. Sterilisasi hanya dapat dilakukan dengan autoclave
pada suhu 121°C biasanya selama 30 menit.
BACILLUS SUBTILIS
B. CORYNEBACTERIUM
Spesies Corynebacterium merupakan bakteri berbentuk batang, Gram positif, aerob, tidak
bergerak, tidak berkapsul dan tidak membentuk spora. Ciri khas sel bakteri ini adalah pada salah
satu ujung yang berbentuk batang itu terdapat pembengkakan yang tidak teratur, seperti
pentungan (club shaped). Di dalam sitoplasma sel bakteri dijumpai granula-granula yang tidak
teratur, granula metachromatik yang disebut juga Babes Ernst bodies. Granula ini terlihat dengan
jelas setelah dilakukan pewarnaan Neisser atau pewarnaan Albert.
Ciri khas lainnya adalah susunannya pleomorf, berkelompok berupa pagar (pallisade)
atau berbentuk huruf cina dan bisa pula berbentuk huruf Y, L, V. Kebanyakan spesies bakteri ini
adalah flora normal pada saluran pernafasan, saluran kemih, konjungtiva dan pada kulit yang
disebut “dipthreoid”, antara lain :
C.pseudodiptheriticum
C.xerosis
C.pyogenes (C.haemolyticum)
C.hofmanii
C.ulcerans
C.diphteriae tumbuh lebih baik pada media yang mengandung serum. Pada media
Loeffler koloninya kecil, berwarna putih kelabu, bergranula dan pinggirnya rata. Pada media
agar darah Mc Leod yang mengandung K-tellurit koloninya berwarna abu-abu sampai hitam
sebab tellurit direduksi secara intraseluler.
Glukosa, maltosa, dan dekstrin difermentasi membentuk asam, tetapi tidak memecah
sukrosa, laktosa dan mannitol.
PEWARNAAN
1.PEWARNAAN NEISSER
Neisser A :
Neisser B :
Kristal violet 1 gr
Alkohol 95% 10 cc
Aquadest 300 cc
Neisser C :
a. Chrysoidin 1 gr
Aquadest 300 cc
b. Bismarck Brown 1 gr
Aquadest 300 cc
2.PEWARNAAN ALBERT
3. Zat warna dibuang dan dituangi dengan larutan II (Albert II) selama 1 menit
Alkohol 95% 1 cc
Aquadest 100 cc
Untuk diagnosa cepat penyakit difteria di laboratorium sudah banyak digunakan, yaitu
“immuno fluorescence methode.” Pemeriksaan ini untuk menunjukkan reaksi zat anti-antigen,
secara tes langsung dari bahan usapan tenggorokan penderita yang disangkakan difteri. Sediaan
yang telah dibuat dilihat dengan mikroskop fluorescensi.
BAHAN PRAKTIKUM :
1. Biakan C.diphteriae dalam medium Loeffler atau throat swab (usapan tenggorok pasien).
2. Biakan Bacilus subtilis.
3. Larutan zat warna : Neisser A, Neisser B, dan Neisser C
Albert I dan Albert II
4. Media Loeffler, serum McLeod, agar darah.
5. Seri uji fermentasi karbohidrat : maltosa, glukosa, sukrosa dan laktosa.
6. ADS (antitoksin difteri serum).
7. Lidi kapas.
YANG DIKERJAKAN :
1. Memperhatikan bentuk dan warna koloni C.diphteriae pada Loeffler serum atau Mc Leod
dan agar darah, dan bandingkan hasilnya.
2. Melakukan pewarnaan C.diphteriae dari biakan atau throat swab dengan pewarnaan
Neisser atau Albert.
3. Memperhatikan bentuk dan warna koloni Bacillus subtilis pada media agar darah.
4. Melakukan pewarnaan spora dari koloni Bacillus subtilis.
5. Lihat dibawah mikroskop hasil pewarnaan bakteri-bakteri diatas.
6. Periksalah seri fermentasi karbohidrat dari C.diphteriae.
7. Buat laporan praktikum.
PERTANYAAN : Tuliskan sifat dan reaksi biokimia dari kuman yang tersebut di bawah ini :
KEPUSTAKAAN :
MYCOBACTERIACEAE
TUJUAN :
Melatih mahasiswa untuk mengetahui dan mengenal Bakteri Tahan Asam “BTA” (Acid
Fast Bacteriae), dengan mempelajari dan mengerjakan :
PENDAHULUAN :
Mycobacteria adalah bakteri bentuk batang yang disebut Bakteri Tahan Asam yang
berarti bahwa kuman tersebut setelah mengambil (mengikat) zat warna pertama (I) sulit untuk
melepaskannya kembali walaupun dicuci dengan larutan asam atau alkohol. Hal tersebut
merupakan sifat spesifik untuk kuman yang menimbulkan penyakit kronis pada manusia.
Mycobacterium tuberculosis
IDENTIFIKASI :
1. Pemeriksaan sputum dengan pewarnaan Ziehl Neelsen atau dengan Tan Thiam Hok-
Devulder.
2. Kultur sputum pada media khusus secara langsung atau setelah melakukan metode
konsentrasi antara lain pada Lowenstein Jehnsen.
3. Macam-macam test identifikasi lainnya :
a. Niacin test
b. Nitrate reduction test
c. Catalase test
d. Urease test
METODE KONSENTRASI :
Sediaan apus harus diperiksa secara sistematis untuk memastikan bahwa hasil yang dilaporkan
telah mewakili seluruh bagian sediaan. Jangan memeriksa sediaan sebelum kering.
Laporkan hasil pemeriksaan mikroskopis dengan mengacu kepada skala International Union
Against To Lung Disease (IUATLD)
ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang (tuliskan Scanty* Tulis jumlah BTA
jumlah BTA yang ditemukan)
* penulisan jumlah BTA pada hasil “scanty” adalah: +1, +2, +3, dst. hingga +9 sesuai dengan
jumlah BTA yang dijumpai
BAHAN PRAKTIKUM:
PERTANYAAN :
Mycobacterium leprae :
1. Belum dapat dibiakkan pada media buatan (pada hewan dapat dikultur)
2. Bersifat tahan asam
3. Bentuk : batang tipis, lurus atau agak bengkok
4. Susunannya : paralel (paralel bundles)
Preparat/sediaan untuk pemeriksaan : diambil Reiz serum dari pasien, fiksasi pada kaca objek
dan diwarnai dengan pewarnaan BTA.
Cara pengambilan Reiz serum :
1. Lesi pada kulit penderita (macula-papula), dijepit dengan pertolongan pinset sehingga
bagian lesi lebih menonjol.
2. Dengan scalpel dilakukan sayatan kecil dan tipis pada bagian kulit tersebut (luka
jangan terlalu dalam/tak boleh berdarah) sehingga keluar cairan jernih/serum (Reiz
serum).
3. Sentuhkan kaca objek pada cairan tersebut di atas.
4. Lakukan fiksasi dengan memanaskan secukupnya sehingga cairan mengering pada
kaca objek.
5. Sediaan siap untuk dilakukan pewarnaan BTA.
DIKERJAKAN :
KEPUSTAKAAN
1. Brooks, Carroll, Butel and Stephen Morse. Jawetz, Melnick, & Adelberg's Medical
Microbiology, Twenty-Fifth Edition. Lange Basic Science. 2010.
2. George.PK., Hugo,L.D. The Mycobacteria. Gradwohl’s Clinical Laboratory Method and
Diagnosis. Sonnenwill and Yarret Editions, C.U.Mosby Co 8th Ed.1980.
3. Ramlis B. Alimin. Penuntun Praktikum Mikrobiologi FK USU 2005.
4. Forbes , BA., Sahm, DF., Weissfeld, AS., Diagnostic Microbiology : Bailey & Scott’s,
12th edition, Mosby, Missouri, 2007.
Praktikum ke VIII
TUJUAN :
PENDAHULUAN :
Hingga kini dikenal dua konsep pemikiran mengenai kuman anaerob, yang pertama
berorientasi pada adanya O2 pada lingkungan kuman baik yang berada pada perbenihan yang
terikat secara kimiawi yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan kuman anaerob
(toksisitas O2); konsep pemikiran kedua adalah yang berorientasi pada kemampuan melepas
elektron dari suatu lingkungan pertumbuhan anaerob atau yang dikenal juga dengan istilah Eh
lingkungan (=potensial oksidasi reduksi suatu lingkungan).
TOKSISITAS O2 :
Kuman aerob memerlukan O2 sebagai akseptor hidrogen dan tumbuh baik bila terdapat
udara yang mengandung O2. Kuman anaerob memerlukan bahan lain sebagai akseptor hidrogen
dan sensitif terhadap adanya O2. Toksisitas O2 disebabkan terbentuknya hidrogen peroksida
(HO2O2) dan superoksida (O2). Superoksida suatu radikal bebas yang jauh lebih toksis. Untuk
menghilangkan keadaan toksis ini diperlukan enzim superoksida –dismutase yang menyebabkan
terjadi reaksi :
Konsep ini kiranya belum dapat menjawab berbagai masalah yang timbul baik dalam
penyakit infeksi maupun pada orang sehat misalnya :
Mengapa kuman anaerob dapat hidup pada lokasi tertentu dari permukaan mukosa
saluran pernafasan, pencernaan dan genital sebagai bahan flora normal. Seperti kita
ketahui bahwa pada lokasi tersebut bukanlah yang bebas dari O2.
Mengapa kuman anaerob dapat sebagai penyebab infeksi pada otak dan dapat pula
ditemukan pada penderita bakteremia padahal otak dan darah adalah bagian tubuh yang
terbanyak mengandung O2.
Eh (Potensial Redoks) :
a. Secara kimiawi, dengan menambah zat-zat kimia misalnya glukosa, cystein HCl
menadion (Vit K), hemin dan lain-lain pada lingkungan tersebut, misalnya pada
perbenihan kuman invitro.
b. Secara biologis, hal ini kita temukan pada mukosa saluran pernafasan, pencernaan dan
genital. Hidup bersama antara kuman aerob dan kuman anaerob sebagai bagian dari flora
normal pada lokasi tersebut dan menurunkan Eh lingkungannya.
c. Secara biologis dan kimiawi, hal ini kita temukan apabila ada infeksi pada lokasi di mana
kuman anaerob ditemukan sebagai bagian flora normal. Pada lokasi tersebut yang
pertama-tama aktif dalam metabolismenya adalah kuman aerob yang juga terdapat
sebagai flora normal pada lokasi ini. Metabolit yang dihasilkan ini akan membantu
merusak jaringan dan akan menghasilkan zat kimia lain yang membantu terwujudnya Eh
rendah pada lingkungan tersebut.
Keterangan-keterangan ini kiranya dapat menjawab masalah yang tidak dapat dijelaskan oleh
konsep pemikiran pertama mengenai kuman anaerob (toksisitas O2).
TEKNIK ISOLASI :
a. Sistem pengolesan tabung putar (the roll-steak tube) yang menggunakan tabung bebas
oksigen dengan procedured anaerobically sterilized media.
b. Ruangan (chamber) anaerob
Dalam hal ini semua manipulasi dilakukan dalam suasana anaerob (atmosfer tanpa O2).
c. Bejana anaerob
Ada dua cara :
1. Dalam bejana anaerob yang menggunakan gas-pak sebagai generator H2 dan CO2 dan
palladium sebagai katalisator.
2. Dengan bejana yang memiliki teknik evacuation-replacement, udara yang ada di
dalam bejana dikeluarkan dengan bantuan pompa hisap. Kemudian dimasukkan
campuran gas H2 dan CO2 dengan perbandingan 9 : 1 dan palladium sebagai
katalisator.
Penggunaan sistem pengolesan tabung putar dan ruangan anaerob membutuhkan peralatan dan
cara yang lebih rumit karenanya tidak praktis dalam pemakaian rutin.
Bejana yang telah diisi biakan bakteri ditutup rapat kemudian udara yang terdapat di
dalam bejana dihisap keluar dengan pompa hisap, sehingga manometer menunjukkan angka -660
mmHg. Ke dalam bejana kemudian dimasukkan gas CO2 sehingga manometer menunjukkan
angka 0.
Setelah 30-60 menit angka pada manometer akan menunjukkan minus (-). Hal ini
disebabkan terjadinya ikatan antara H2 dengan O2 yang terdapat di dalam perbenihan; ini dapat
diketahui dengan menghilangnya warna merah pada perbenihan yang mengandung resazurin
sebagai indikator O2. Besarnya angka minus yang terjadi tergantung dari segar tidaknya
perbenihan yang terdapat dalam bejana. Kemudian ke dalam bejana ditambahkan lagi H2,
sehingga manometer menunjukkan angka nol kembali. Kemudian hubungan bejana dengan
manometer dan pompa hisap dilepaskan, biarkan selama beberapa saat/jam, kemudian masukkan
ke dalam inkubator.
- Media padat :
o Nonselektif :
misalnya Agar Brucella diperkaya dengan :
Darah domba defibrinated 55
Vitamin K
Hemin
o Selektif :
misalnya Agar Brucella ditambahkan antibiotik, seperti kanamisin, vankomisin,
dan lain-lain
- Media cair antara lain :
o Kaldu thioglycolate
o Kaldu Cook Meat Medium (CMM)
o Kaldu Brain Heart Infusion (BHI)
Kaldu thioglycolate dan cook meat medium mengandung bahan preduksi yang
mempertahankan suasana anaerob: kuman anaerob dapat tumbuh pada bagian dasar
media tersebut meskipun tanpa menggunakan bejana anaerob, karenanya di samping
untuk isolasi kuman anaerob kaldu thioglycolate dan cook meat medium bisa pula
digunakan sebagai back up media.
BAHAN PRAKTIKUM
YANG DIKERJAKAN
KEPUSTAKAAN :
1. A. Rahim, Suharto, Sujudi, Lina Isjah : Hasil Perkembangan Teknik Isolasi Bakteri Anaerob
dari Bahan Pemeriksaan Klinik Selama Tahun 1979 di Jakarta, MKI : vo, 3(3-4), 1981.
2. A. Rahim : Kuman Anaerob dan Beberapa permasalahannya.
Lokakarya Anaerob Pra KONAS I-IAMKI, Jakarta 13-18 Juli 1987.
3. Finegold, S.M. : Anaerob Bacteria in Human Disease. Academic Press, New York, San
Fransisco, London, 1977.
4. Iswara, R : Penuntun Praktikum Mikrobiologi Kedokteran, Jilid II. Dikeluarkan oleh Bagian
Mikrobiologi FK-USU Medan 1976.
5. Jawetz, E, Melnick, J.L., Adelberg. E.A. : Review of Medical Microbiology, 16th edition.
Lange Medical Publication, USA, Maruzen Asia, Singapore,1984.
6. Rahmat Sjah, Gerben F. Hutabarat, Ramlis B. Alimin : Bakteri-bakteri Anaerob. Naskah
Pertemuan Ilmiah Infeksi Anaerob, Medan, 1987.
7. Sutter, V.L., VargoV.L., Finegold, SM. : Wadsworth Anaerobic Bacteriology Manual. 3rd
edition. The C.V. Mosby Co. St. Louis, Toronto, London, 1980.
8. Willis, A.T. : Anaerobic Bacteriology Clinical and Laboratory Practice. 3rd edition.
Butterworths London, Boston, 1977.
9. Balows, A et al (eds) : Manual of Clinical Microbiology. 5th edition. American Society for
Microbiology Washington. D.C., 1991.
10. Mims, CA et al : Medical Microbiology, Mosvy Europe Limited, 1993.
11.Brooks, G.F., Butel, J.S., Ornston, L.N., Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A. Jawetz,
Melnick & Adelberg’s, Mikrobiolog Kedokteran (Medical Microbiology), Edisi 22, 2001,
(Terjemahan oleh Bagian Mikrobiologi FK Universitas Airlangga).
12.Levinson, W., Jawetz E., Medical microbiology & immunology : examination & board
review, International Edition, 7th edition, McGraw-Hill, USA, 2003.
Praktikum ke IX
TUJUAN :
PENDAHULUAN
Tes kepekaan (susceptibility test) atau uji kepekaan atau tes resistensi, yaitu tes untuk
mengetahui apakah bakteri peka (susceptible), kurang peka (intermidiate) atau tidak peka (resistant)
terhadap antimikroba,.
Cara yang rutin adalah cara difusi memakai cakram kertas atau tablet berisi antimikroba tertentu
> 25 mm
3.Cara penyemaian bakteri :
jam.
• Kwantitatip
• Akurat
• Biasanya dilakukan untuk keperluan penelitian atau dilakukan di pabrik obat untuk
menentukan dosis antimikroba.
• Memakai media cair.
1. Kedalam masing masing tabung dimasukkan media cair 1 cc (Mueller Hinton Broth).
2. Buatlah larutan antimikroba dari stock solution yang diketahui konsentrasinya lalu
buatlah larutan yang diinginkan konsentrasinya. (misalnya 2 ug/cc)
3. Masukkan 1 cc larutan tersebut ke dalam tabung pertama memakai pipet steril, aduklah
agar homogen, dan sedotlah 1 cc lalu pindahkanlah ke tabung kedua dan aduklah lagi
agar homogen. Demikian seterusnya hingga tabung ke 11.
4. Pindahkan 1 cc larutan dari tabung ke-2 ke tabung ke-3 dst-nya sedemikian sehingga
sampai ke tabung ke 11.
5. Jadi tabung 1 s/d dengan tabung ke 11 berisi antimikroba dengan konsentrasi kelipatan 2.
6. Lalu buanglah 1 cc dari tabung ke 11.
7. Tabung 11 ditambahkan beberapa tetes formalin (F) , sebagai kontrol negatip (K -).
8. Tabung 12 sebagai kontrol pertumbuhan (K +).
9. Kedalam setiap tabung ditambahkan 1 cc suspensi bakteri yang akan di uji kepekaannya,
sehingga kadar antibiotik menjadi separuh dari konsentrasi awalnya.
10. Eramkan rak berisi tabung-tabung tersebut dlm inkubator pada suhu 37oC selama 24 jam.
11. Setelah 24 jam keluarkan rak dan perhatikan pada tabung keberapakah cairan media menjadi
keruh (ada pertumbuhan). Bandingkan dengan tabung ke-12 (K+). Tabung yang tak ada
pertumbuhan dibandingkan dengan tabung K-.
12. Pada pengenceran tertinggi (tabung ke berapa) tidak terdapat pertumbuhan bakteri,
a. Misalnya pada tabung ke 4 (konsentrasi adalah 0,125 ug/cc)
b. Dengan demikian KHM (MIC) adalah 0,0625 ug/cc.
– Microtiter plate
– Microtiter diluter
– Microtiter dropper
Kontrol :
Untuk mengetahui apakah antimikroba itu tidak rusak dan media adalah sesuai dan bisa
ditumbuhi oleh bakteri, maka digunakan bakteri strain standard sebagai kontrol.
BAHAN PRAKTIKUM :
Media Mueller Hinton agar yang telah diisi beberapa disk antimikroba dengan bakteri
sesuai strain kontrol.
YANG DIKERJAKAN :
Cefotiam (CTM) 30 ug
JAMUR-JAMUR OPORTUNISTIK
TUJUAN :
PENDAHULUAN
Meskipun setiap jamur dapat menjadi opportunist, tapi yang paling sering rutine
diisolasi dari spesimen klink adalah : Aspergillus spp., Mucor spp, Rhizopus, dan Candida
spp.
1. Tease mount
2. Cellophane tape mount
3. Slide cultur
BAHAN PRAKTIKUM :
Aspergillus spp. adalah penyebab dari aspergillosis, suatu infeksi jamur oportunistik pada
manusia. Infeksi terjadi jika spora-spora dari jamur tersebut terhirup ke dalam paru-paru.
Sedangkan satu-satunya spesies Penicillium yang primer patogen adalah Penicillium
marneffei.
BAHAN PRAKTIKUM :
YANG DIKERJAKAN :
TUJUAN
Mengenal morfologi koloni Candida sp. yang merupakan bagian dari flora normal
di tubuh manusia, tapi dapat menimbulkan penyakit pada pasien - pasien immunocompromised.
Koloni Candida sp. di Agar Sabouraud:
Budding sel
Pseudohifa
Blastospora
BAHAN PRAKTIKUM :
YANG DIKERJAKAN :
Germ-tube test :
UJI SEROLOGI
B. PENDAHULUAN
Infeksi Treponema pallidum yang terjadi pada seseorang yaitu melalui hubungan seksual
atau cara lain akan menunjukkan kelainan melalui beberapa fase, dan penyakitnya disebut sifilis.
Fase pertama terjadi apa yang disebut lesi primer terlihat berupa ulkus (ulcus durum) dan disebut
juga hard chancre yang dijumpai pada alat kelamin. Pada lesi ini dijumpai T. pallidum banyak
sekali (T. pallidum +++), dijumpai pula proliferasi pembuluh darah dan bertumpuknya plasma
sel. Lesi primer akan sembuh sendiri setelah 2-10 minggu.
Dari abrasi kulit pada alat kelamin, T. pallidum juga sampai pada kelenjar lymph dan
multiplikasi di daerah tersebut. Melalui aliran darah akan sampai ke jaringan tertentu pada tubuh
dan akan terjadi lesi sekunder berupa ruam makula-papula merah dan dapat juga berupa papula
pucat-basah yang disebut kondiloma. Lesi ini dapat terjadi pada regio anogenital, axilla, mulut,
vagina dan anus, ini terjadi 6-8 minggu sesudah lesi primer. Pada lesi sekunder juga dijumpai T.
pallidum dalam jumlah banyak dan sangat menular.
Lesi sekunder juga akan sembuh sendiri. Kurun waktu 3-5 tahun kemudian akan terjadi
fase laten (fase lanjutan) yang juga menular. Walaupun fase ini tanpa gejala tetapi hasil uji
serologi adalah positif.
C. UJI SEROLOGI
Uji serologi pada penyakit sifilis selalu disebut Serology Test for Syphillis (STS), adalah
uji untuk mendeteksi antibodi.
Pada penderita sifilis terbentuk 2 jenis antibodi yaitu:
1. Reagins (antibodi non spesifik)
2. Antibodi spesifik
Uji serologi yang dilakukan untuk mendeteksi antibodi pada penderita sifilis diantaranya
adalah:
Uji rapid plasma reagin adalah salah satu uji nonspesifik yang termasuk dalam flocculation test.
Disediakan:
1. Serum penderita
2. Suspensi antigen (Ag susp) berisi cardiolipin dan partikel carbon
3. Serum kontrol positif (+ control)
4. Serum kontrol negatif (- control)
5. Kartu untuk tempat pengujian (test card) dengan ditandai 2 lingkaran
6. Batang pipet plastik dengan suction cap
7. Batang plastik pengaduk
Cara Kerja:
KEPUSTAKAAN
1. Bailey, W.R. and Scott. E.G. 1988, Diagnostic Microbiology 5th ed, Saint Louis
2. Barata Widjaja, K.G., 2000, Imunologi Dasar, 14th ed, Balai Penerbit FK UI Jakarta.
3. Finegold, S.M., Martin, W.J., 1982, Diagnostic Microbiology 6th ed, The C.V. Mosby
Company, St. Louis.
4. Kresno, S.B., 1996, Imunologi Diagnostik dan Prosedur Laboratorium, ed. 3, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
5. Roitt, I. 1997, Essential Immunology, Oxford Blackwell Science.
6. Widmann, F.K. 1995, Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium ed 9, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.