Dasar Dasar Manajemen
Dasar Dasar Manajemen
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas selesainya
makalah yang berjudul "Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran". Atas semua dukungan moral
dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat secara langsung maupun tidak langsung.
Seperti yang telah kita ketahui, pemasaran adalah salah satu bagian penting dalam
menjalankan bisnis. Pemasaran akan mempengaruhi jumlah permintaan yang dilakukan
konsumen terhadap produk yang kita tawarkan, yang pada akhirnya akan berdampak kepada
jumlah pendapatan yang diterima produsen atau pelaku bisnis. Maka dari itu, makalah ini
dibuat untuk mengantar kita memahami dasar-dasar dari manajemen pemasaran.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang bersifat membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
PRAKATA ii
DAFTAR ISI iv
Bab I 1
PENDAHULUAN 1
2.1 Pemasaran 4
2.1.2 Utilitas 9
3.1 Kesimpulan 26
DAFTAR PUSTAKA 27
Bab I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan dan keinginan serta nilai kualitas jasa sangat ditentukan oleh
tingkat kepentingan maupun kepuasan pelanggan sebagai pemakainya. Pelayanan yang
kurang memuaskan akan menyebabkan berkurangnya konsumen atau bahkan hilang karena
konsumen berpindah ke jasa layanan lain. Hal ini merupakan tantangan besar bagi
perusahaan dalam membangun citra perusahaan yang tidak hanya mampu membuat dan
membangun tapi juga dapat memberikan pelayanan yang memuaskan. Oleh sebab itu
perusahaan perlu mengetahui perilaku pelanggan dalam membeli, menggunakan dan
mengevaluasi jasa dalam rangka pemenuhan dan pemuasan kebutuhan.
Setiap perusahaan memiliki tantangan untuk tetap mempertahankan usahanya antara lain
bagaimana menjaga kualitas pelayanan agar dapat bersaing dengan produk serupa dan juga
produk pengganti lainnya yang saat ini semakin banyak bermunculan. Salah satu faktor yang
harus diperhatikan dalam menjaga kualitas pelayanan yaitu dengan memberikan pelayanan
yang memuaskan, sesuai dengan atau melebihi harapan pelanggan. Sehingga dirasakan sangat
penting untuk mengetahui pelayanan yang diharapkan oleh pelanggan.
Bila ditinjau dari sudut pandang perusahaan, salah satu cara yang efektif dalam
melakukan diferensiasi adalah melalui jasa atau pelayanan yang diberikan. Hal ini membawa
perubahan yang cukup mendasar dalam bisnis utama suatu perusahaan. Sebagai contoh,
semakin banyaknya bisnis utama restoran bergeser dari sekedar menyediakan segala macam
makanan untuk dijual, menjadi usaha melayani dan memuaskan rasa lapar pelanggan dengan
disertai usaha menyediakan suasana yang kondusif bagi pelanggan untuk menikmati
hidangan. Bahkan tidak jarang pula di restoran disajikan pula hiburan musik.
Analisis mengenai tingkat kepuasan pelanggan ini nantinya dapat dijadikan sebagai dasar
untuk menentukan strategi dan program pemasaran yang relevan pada situasi dan kondisi saat
ini. Konsep strategi yang baik membutuhkan perumusan masalah yang berlandaskan kepada
wawasan yang lebih luas.
Manajemen pemasaran mengenal konsep bauran pemasaran (Marketing Mix) sebagai
variabel-variabel keputusan yang dapat dikendalikan oleh manajemen untuk mencapai tujuan
perusahaan. Di dalam konsep bauran pemasaran (Marketing Mix) terdapat 7 variabel yaitu
produk (product), harga (price), promosi (promotion) dan tempat (place), proses
(process),personil (personil), dan fasilitas fisik (physical facility).
Analisis tingkat kepuasan pelanggan memberikan landasan yang baik untuk memahami
dan memanfaatkan lebih efektif lagi konsep dan metode-metode pemasaran produk bagi
strategi dan program pemasaran. Strategi dan program pemasaran diperlukan untuk
mengatasi permasalahan pemasaran yang kompleks melalui pendekatan terhadap sistem
nyata di dalam perusahaan.
2. Rumusan Masalah
Dalam memberikan pelayanan seringkali terjadi perbedaan kualitas antara yang diberikan
suatu perusahaan yang diharapkan oleh pelanggan. Besarnya perbedaan kualitas tersebut
tergantung dari seberapa besar perusahaan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan
pelanggannya serta tergantung pada perilaku pelanggan dalam membeli, menggunakan dan
mengevaluasi jasa yang diberikan.
1. Pemasaran
2. Konsep Pemasaran
3. Strategi Pemasaran
4. Turbo Marketing
5. Kebijaksanaan harga
6. Promotion atau Komunikasi Bisnis
Bab II
DASAR-DASAR PEMASARAN
1. Pemasaran
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Pemasaran
Hal utama yang menjadi dasar perlu adanya pemasaran bagi perusahaan adalah
karena produk yang dihasilkannya tidak bisa mencari konsumennya sendiri. Oleh karena
itu, di setiap koorporat selalu terdapat bidang khusus yang menangani distribusi produk
mereka agar sampai ke tangan konsumen. Divisi tersebut dinamakan divisi pemasaran,
yang di dalamnya termasuk bagian penjualan.
Semakin ketatnya kompetisi di antara perusahaan, menjadikan bidang pemasaran ini
mendapat perhatian sangat serius para ahli, karena ia menjadi semacam roh bagi sebuah
koorporat. Betapa pun bagusnya sebuah produk, tanpa didukung pemasaran yang
memadai, akan menjadi sia-sia. Kualitas sebuah produk memang menentukan daya tarik
bagi konsumen, tetapi tanpa didukung model pemasaran yang memadai, akan sulit
sampai ke tangan konsumen.
Sebuah produk barang atau jasa tidak akan dibeli apabila konsumen tidak
mengetahui kegunaannya, keunggulannya, dimana produk dapat diperoleh dan berapa
harganya. Untuk itulah konsumen yang menjadi sasaran produk perlu diberikan
informasi yang jelas mengenai:
Kedua poin pertama dilakukan oleh bagian promosi. Setelah sebuah produk, baik
berupa barang mau pun jasa cukup dikenal oleh konsumen, barulah sarana distribusi agar
produk tersebut sampai di tangan konsumen ditentukan strateginya. Ini dilakukan oleh
bidang penjualan. Kedua bidang tersebut merupakan bagian dari divisi pemasaran.
Terdapat 3 tahap perkembangan, dan tahap yang keempat sekarang sedang muncul.
Meskipun demikian, banyak perusahaan masih berada pada tingkat awal dalam
menerapkan konsep pemasaran. Hanya beberapa perusahaan saja yang telah menerapkan
tahap-tahap mutakhir dari perkembangan filsafat dan praktek pemasaran.
Ada pun tahap-tahap perkembangan atau evolusi manajemen pemasaran adalah
sebagai berikut :
Pada tahap awal ini, sebuah perusahaan biasanya berorientasi ke bidang produksi.
Perencanaan perusahaan dibuat oleh eksekutif produksi dan departemen tehnik. Peran
dari bidang atau departemen penjualan hanyalah sekadar menjual produk yang dihasilkan
oleh bagian produksi dan keuangan. Tahap ini sering disebut sebagai tahap “perangkap
tikus” yang lebih baik. Asumsi yang mendasari ialah asal produk bermutu baik dan harga
yang wajar, produk pasti laku dijual. Tidak dibutuhkan upaya pemasaran untuk
membujuk orang membeli produk yang ditawarkan.
Dalam tahap ini, perusahaan belum mengakui departemen pemasaran. Yang ada
adalah departemen penjualan yang dipimpin oleh manajer penjualan yang bertugas
mengelola tenaga penjualan. Hal semacam ini mendominasi berbagai perusahaan di
dunia hingga tahun 1930-an.
Akan tetapi, di samping memperoleh pengakuan yang tinggi, pada tahap ini
penjualan memperoleh reputasi yang buruk. Jaman ini dikenal sebagai jaman “menjual
keras”. Hal ini digambarkan dengan para sales yang mendatangi rumah ke rumah ( door
to door ). Dengan perilaku ini menyebabkan calon konsumen “terpaksa harus membeli”
produk yang ditawarkan para sales tersebut. Konsep “menjual keras” ini tidak hanya
dilakukan oleh bisnis korporat saja, tetapi organisasi-organisasi non bisnis juga
menggunakan konsep ini. Akibatnya, konsep “penjualan keras” ini banyak menuai kritik
dan kecaman. Bahkan pekerjaan sebagai sales banyak mendapat pandangan negatif.
Pada tahap penjualan ini, terjadi dua perubahan penting dalam pengelolaan
organisasi bisnis. Pertama, semua aktivitas pemasaran seperti periklanan dan riset
pemasaran biasanya dipimpin oleh manajer penjualan atau wakil direktur bidang
penjualan. Kedua, kegiatan seperti pelatihan dan analisis penjualan yang sebelumnya
ditangani oleh departemen lain sekarang dikelola oleh departemen penjualan. Secara
umum tahap ini berjalan dari tahun 1930-an sampai tahun 1950-an.
Penerapan konsep pemasaran ini akan berhasil hanya bila mendapat dukungan dari
manajemen puncak. Pasalnya, “hanya manajemen puncaklah yang bisa menyediakan
iklim, disiplin, dan kepemimpinan yang dibutuhkan untuk sebuah program pemasaran
yang berhasil,” demikian ungkap seorang eksekutif Chase Bank. Bahkan, seorang
eksekutif puncak pemasaran di International Mineral and Chemical Coorporation
memperingatkan :”Sebuah perusahaan tidak dapat menjadi sadar konsumen hanya karena
keputusan dan perintah. Karena semua organisasi cenderung mencontoh pemimpinnya,
sehingga penting untuk seorang pemimpin bisnis menjadi sadar-konsumen....Dia akan
dapat mengembangkan suasana, atmosfir dan semangat kesatuan yang memantulkan
citra bahwa konsumen adalah raja di perusahaan kami, dan gagasan ini meresap ke
seluruh bagian dalam perusahaan”.
Dewasa ini sebagian besar perusahaan besar, terutama perusahaan multi nasional,
berada pada tahap ini. Mereka telah mengadopsi konsep pemasaran untuk menjalankan
usaha bisnisnya. Burouhgs Coorporation menunjukkan citra perusahaan yang telah
sepenuhnya menerapkan konsep pemasaran. Dia berkata,”Setiap perusahaan yang bukan
merupakan organisasi pemasaran tidak dapat dikatakan sebagai perusahaan.” Presiden
Direktur Pepsi Cola berkata,”Bisnis kita adalah bisnis pemasaran”.
Kondisi sosial dan ekonomi pada tahun 1970-an mendorong munculnya tahap ke
empat dalam evolusi manajemen pemasaran, tahapan yang banyak diwarnai oleh
orientasi sosial kemasyarakatannya. Di sini eksekutif pemasaran harus bertindak
berdasarkan sikap dan tanggung-jawab sosial jika mereka ingin berhasil, atau selamat.
Tekanan-tekanan dari luar – tekanan-tekanan dari luar – ketidakpuasan konsumen,
perhatian pada masalah-maslah lingkungan, dan kekuatan-kekuatan politik yang legal –
mempengaruhi program pemasaran perusahaan-perusahaan.
Yang perlu diperhatikan adalah meskipun di atas diuraikan pembagian tahun untuk
masing-masing tahapan, sesungguhnya pembagian di atas hanyalah pembagian secara
umum saja. Pada kenyataannya, tidak ada waktu yang pasti yang membatasi masing-
masing dari keempat tahapan evolusi manajemen pemasaran di atas.
2. Utilitas
Utilitas adalah hubungan antara keinginan konsumen dengan nilai atau kegunaan
barang/jasa yang dijual. Empat tipe utilitas adalah sebagai berikut:
1. Utilitas bentuk: nilai tambah suatu produk karena perubahan bentuknya. Contoh:
mobil minivan, dengan bentuknya dapat dipakai sebagai mobil penumpang ataupun
truk pengangkut.
2. Utilitas tempat: nilai tambah karena barang atau jasa tersedia pada tempat yang
diinginkan konsumen. Contoh: restoran fast-food yang menyediakan paket layanan
antar.
3. Utilitas waktu: nilai tambah barang atau jasa karena lebih cepat atau ada ketika
dibutuhkan. Contoh: mesin ATM, karena lebih cepat dibanding ke teller bank.
4. Utility kepemilikan: nilai tambah pada produk sehingga pembeli berhak memakai
atau mengkonsumsi.
Dalam ekonomi, utilitas adalah jumlah dari kesenangan atau kepuasan relatif
(gratifikasi) yang dicapai. Dengan jumlah ini, seseorang bisa menentukan meningkat atau
menurunnya utilitas, dan kemudian menjelaskan kebiasaan ekonomis dalam koridor dari
usaha untuk meningkatkan kepuasan seseorang. Unit teoritikal untuk penjumlahan utilitas
adalah util.
Doktrin dari utilitarianisme, melihat maksimalisasi dari utilitas sebagai kriteria moral
untuk organisasi dalam masyarakat. Menurut para utilitarian, seperti Jeremy Bentham (1748-
1832) dan John Stuart Mill (1806-1876), masyarakat harus bertujuan untuk
memaksimalisasikan jumlah utilitas dari individual, bertujuan untuk "kebahagiaan terbesar
untuk jumlah terbesar".
Dalam ekonomi neoklasik, rasionalitas didefinisikan secara tepat dalam istilah dari
kebiasaan maksimalisasi utilitas dibawah keadaan ekonomi tertentu. Sebagai kebiasaan usaha
hipotetikal, utilitas tidak membutuhkan adanya keadaan mental seperti "kebahagiaan",
"kepuasan", dll.
Utilitas digunakan oleh ekonom dalam konstruksi sebagai kurva indiferen, yang
berperan sebagai kombinasi dari komoditas yang dibutuhkan oleh individu atau masyarakat
untuk mempertahankan tingkat kepuasan. Utilitas individu dan utilitas masyarakat bisa dibuat
sebagai variabel tetap dari fungsi utilitas (contohnya seperti peta kurva indiferen) dan fungsi
kesejahteraan sosial. Ketika dipasangkan dengan komoditas atau produksi, fungsi ini bisa
mewakilkan efisiensi Pareto, yang digambarkan oleh kotak Edgeworth dan kurva kontrak.
Efisiensi ini merupakan konsep utama ekonomi kesejahteraan.
3. Fungsi Pemasaran
Dengan adanya pemasaran konsumen tidak perlu lagi memenuhi kebutuhan pribadi
secara sendiri-sendiri dengan melakukan pertukaran antara konsumen dengan pelaku
pemasaran sehingga akan ada banyak waktu konsumen untuk kegiatan yang dikuasai atau
disukai.
Fungsi-Fungsi Pemasaran :
1. Fungsi Pertukaran
Dengan pemasaran pembeli dapat membeli produk dari produsen baik dengan menukar
uang dengan produk maupun pertukaran produk dengan produk (barter) untuk dipakai sendiri
atau untuk dijual kembali.
2. Fungsi Distribusi Fisik
Distribusi fisik suatu produk dilakukan dengan cara mengangkut serta menyimpan
produk. Produk diangkut dari produsen mendekati kebutuhan konsumen dengan banyak cara
baik melalui air, darat, udara, dsb. Penyimpanan produk mengedepankan menjaga pasokan
produk agar tidak kekurangan saat dibutuhkan.
3. Fungsi Perantara
Untuk menyampaikan produk dari tangan produsen ke tangan konsumen dapat
dilakukan pelalui perantara pemasaran yang menghubungkan aktivitas pertukaran dengan
distribusi fisik. Aktivitas fungsi perantara antara lain seperti pengurangan resiko,
pembiayaan, pencarian informasi serta standarisasi / penggolongan produk.
2. Konsep Pemasaran
Pemasaran adalah keinginan manusia dalam hubungannya dengan pasar. Pemasaran
maksudnya bekerja dengan pasar untuk mewujudkan transaksi yang mungkin terjadi dalam
memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Pemasar adalah orang yang mencari
sumberdaya dari orang lain dan mau menawarkan sesuatu yang bernilai untuk itu. Kalau
salah satu pihak lebih aktif mencari pertukaran daripada pihak lain, maka pihak pertama
adalah pemasar dan pihak kedua adalah calon pembeli.
Dari konsep inti pemasaran maka, ada lima konsep pemasaran yang mendasari cara
organisasi melakukan kegiatan pemasarannya.
Konsep ini adalah salah satu konsep tertua, yaitu akan memilih produk yang mullah
didapat dan murah harganya. Dalam hal ini memusatkan perhatiannya untuk mencapai
efisiensi produksi yang tinggi serta cakupan distribusi yang luas. Konsep ini dapat dijalankan
apabila permintaan produk melebihi penawarannya dan dimana biaya produk tersebut sangat
tingi. Kelemahan konsep pemasaran ini adalah pelayanan tidak ramah dan buruk.
Konsep ini berpendapat bahwa pelanggan akan memilih produk yang menawarkan mutu,
kinerja terbaik dan inovatif dalam hal ini memuaskan perhatian untuk membuat produk yang
lebih baik dan terus menyempurnakannya. Industri yang berwawasan ini cenderung tidak
memperhatikan keinginan dan kebutuhan dari pelanggan, sehingga divisi pemasaran akan
mengalami kesulitan dalam pemasaran.
Konsep ini berpendapat bahwa kalau pelanggan dibiarkan saja, pelanggan tidak akan
membeli produk industri dalam jumlah cukup sehingga harus melakukan usaha penjualan dan
promosi yang agresif. Konsep ini beranggapan bahwa pelanggan enggan membeli dan harus
didorong supaya membeli. Konsep ini sering digunakan pada " Produk yang tidak dicari" atau
tidak terpikir untuk dibeli serta pada industri yang mengalami kelebihan kapasitas produksi.
Konsep ini berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan industri terdiri dari
penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang
diinginkan secara lebih efektif dan efisien daripada saingannya. Konsep berwawasan
pemasaran bersandar pada empat pilar utama, yaitu :
1. pasar sasaran,
2. kebutuhan pelanggan,
3. pemasaran yang terkoordinir serta
4. keuntungan.
Konsep ini beranggapan bahwa tugas industri adalah menentukan kebutuhkan, keinginan
serta kepentingan pasar sasaran dan memenuhi dengan lebih efektif serta lebih efisien
daripada saingannya dengan cara mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan
pelanggan dan masyarakat. Konsep pemasaran bermasyarakat meminta pemasar untuk
menyeimbangkan tiga faktor dalam menentukan kebijaksanaan pemasaran, yaitu
Dalam sejarah, konsep pemasaran ada 3 era yang dapat dijelaskan berikut ini :
3. Strategi Pemasaran
1. Pengertian Strategi Pemasaran
Jika kita menengok literatur asing, makna yang terkandung pada konsep strategi
pemasaran adalah sepadan maknanya dengan konsep marketing strategy dalam bahasa
Inggris. Kebanyakan para penulis memaknai konsep tersebut dengan pernyataan yang agak
meluas. Chang and Campo (1980) melihat marketing strategy sebagai suatu isu sentral dan
krusial dalam fungsi pemasaran. Guiltiman dan Paul (1985) melihat strategi pemasaran
sebagai "a broad means of achieving given aims." Kotler (1976) mengartikan strategi
pemasaran sebagai "the grand design to achieve an objective." McCarthy dkk. (1998,p.41)
mendefinisikan marketing strategy sebagai "the specification of target market and related
marketing mix." Rao dan Steckel (1995, p.3) menemukan bahwa kebanyakan para menejer
mendefinisikan strategi pemasaran sebagai "…the way you go about accomplishing your
objectives." Dan terakhir pengertian yang lebih spesipik disampaikan oleh Zikmund dan
D’Amico (1989, p.669) yang menyatakan bahwa:
Dari pengertian strategi pemasaran yang dikemukakan oleh para penulis di atas, didapat
gambaran bahwa strategi pemasaran pada hakikatnya merupakan serangkaian upaya yang
ditempuh dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Untuk kepentingan kita dalam merancang
strategi pemasaran, kita akan berpijak pada pengertian strategi pemasaran yang disampaikan
oleh William Zikmund dan Michael D’Amico.
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa aktivitas pemasaran merupakan jantung dari sebuah
usaha bisnis. Mengingat pentingnya aktivitas pemasaran ini bagi kelangsungan usaha suatu
usaha bisnis, maka pengusaha harus memiliki perencanaan yang strategis, pengawasan yang
matang serta tindakan-tindakan yang konkrit dan terprogram dalam mempengaruhi
konsumen. Dalam ilmu manajemen pemasaran, hal ini dinamakan dengan marketing mix atau
bauran pemasaran.
1. Produk (Product)
a. Konsep Produk
Dalam arti sempit, produk merupakan sekumpulan atribut fisik yang terakit dalam
sebuah bentuk yang dapat diidentifikasikan. Setiap produk pasti memiliki nama generik di
samping nama brand. Misalnya deterjen, sabun mandi, paracetamol atau sepatu. Sebaliknya,
dalam artik yang luas setiap brand ( merk ) dipandang sebagai produk yang terpisah dari
produk lainnya yang semacam. Televisi merk Sony dengan televisi merk Sharp merupakan
produk yang berbeda, meski sama-sama televisinya. Merk ini menjadi alat pembeda bagi
konsumen. Dan justru oleh karena nama merk inilah keinginan konsumen lebih dipuaskan.
Mengapa ? Karena dari sebuah merk tergambar di belakangnya warna, harga, kemasan,
model, bonafiditas pabrik bahkan komunitas konsumen dari merk tersebut.
Jadi, perusahaan menjual produk sekaligus citra. Orang membeli suatu produk tidak
hanya untuk fungsinya, tetapi juga makna produk itu bagi pribadinya. Barang yang dibeli
merupakan cermin atribut pribadi, citra diri, kelas sosial dan hal-hal lain yang bersifat
pribadi. Seseorang akan memilih sebuah produk yang dapat memperkuat citra pribadinya.
Karena itu, Mc Donald tidak hanya menjual ayam goreng, lebih dari itu, mereka menjual
suasana makan yang nyaman, modern dan relatif bergengsi.
Seperti halnya mahluk hidup, produk juga mengalami daur hidup. Dilihat dari sudut
volume penjualan, mereka juga mengalami lahir (perkenalan), tumbuh, puncak penjualan
(kedewasaan), merosot sampai akhirnya hilang dari peredaran. Daur hidup ini harus benar-
benar menjadi perhatian, karena berguna untuk menentukan strategi perusahaan secara
kesuluruhan.
c. Jenis-Jenis Produk
2. Harga (Price)
Jika dilihat sejarahnya, harga ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui mekanisme
tawar menawar di antara mereka. Penjual menetapkan harga yang tinngi untuk produk
mereka, sedangkan pembeli menawar dengan harga serendah mungkin. Dengan tawar
menawar akhirnya dicapai kesepakatan harga yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.
Menurut Philip Kotler bahwa harga untuk semua merupakan gagasan idea. Hal ini
memperoleh dorongan dari berkembangnya penjualan eceran berskala global pada akhir abad
1900-an.
Penentuan harga yang rendah, discount, harga obral serta cuci gudang. Dengan cara ini
penetapan harga semacam ini akan menarik perhatian konsumen untuk memborong.
Keempat bentuk promosi ini harus dikonmbinasikan agar efektif untuk mempengaruhi
konsumen. Kombinasi ini disebut “Promotional Mix”
4. Distribusi (Placement)
Cari distribusi yang memenuhi kebutuhan konsumen dapat juga diterapkan agar
menarik para konsumen. Untuk barang kebutuhan sehari-hari distribusi dibuat sedekat
mungkin dengan konsumen.
Continuity Marketing
Ini berguna membangun pemasaran interaktif dan program pasca pemasaran. Pihak
manajemen selalu member pelayanan berkelanjutan kepada para pelanggan, agar loyalitas
pelanggan ini tetap terjaga. Misalnya pihak perusahaan membentuk memberclub, dilengkapi
dengan membership card dan memperoleh diskon khusus bagi anggota.
Kegiatan ini lebih bersifat individual, one to one marketing, guna pemenuhan
pemenuhan kebutuhan yang dimiliki oleh pelanggan yang bersifat baik. Untuk itu dilakukan
penyapaan yang sopan santun, penanganan keluhan secara individual, undangan atau kartu
ucapan ualang tahun.
Yaitu hubangan antara pelanggan dengan pemasar. Dalam hal ini ada hubungan
kemitraan antar pelanggan dengan pemasar untuk melayani kebutuhan konsumen akhir.
Sebuah perusahaan dapat mengadakan kerjasama dengan perusahaan lain misalnya untuk
kebutuhan kantor dilakukan kerjasama dengan rumah makan, café, biro perjalanan, bank,
pengelola lahan parker, took, dan sebagainya. Kerjasama ini bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen yang berhubungan dengan perusahaan.
Keterikatan yang sukarela menandakan adanya rasa puas, tapi bila terpaksa maka
perusahaan menghadapi tantangan untuk menumbuhkan dalam diri pelanggan perasaan yang
tulus terhadap hubungan mereka. Pada bank: keterikatan nasabah dipengaruhi oleh kedekatan
karyawan bank dengan nasabahnya, dan ketersediaan akses. Pada pusat belanja: para
pedagang merasa terikat karena program bauran pemasaran, CRM, dan nilai pelanggan.
4. Turbo Marketing
Setelah kita melihat orientasi perusahaan dalam menghadapi saingan melalui evaluasi
konsep maka ada pembaharuan terakhir usaha perusahaan mengatasi saingan melalui strategi
turbo marketing.
1. Perang harga, dengan cara meningkatkan efisiensi, harga murah, produksi besar-besaran
2. Perang dessain, produk perusahaan tampil beda dari perusahaan lain. Orang berlomba
dalam membuat desain, style, rasa, bentuk, dan sebagainya
3. Perang kualitas, produk perusahaan diusahakan makin baik, berkualitas dengan
menerapkan Total Quality Control
4. Perusahaan menerapkan strategi turbo marketing, dengan berusaha menekan waktu
sehingga perusahaan lebih unggul dalam hal:
Proses produksi lebih cepat sehingga konsumen tidak menunggu lama.
Contoh: KA Ekspres, surat kilat khusus, produk mobil terbaru tidak perlu
inden.
Pelayanan lebih cepat sehingga konsumen lebih cepat melihat hasilnya.
Contoh: cetak foto kilat, fast food, dll.
5. Kebijaksanaan Harga
Kebijaksanaan harga adalah keputusan mengenai harga-harga yang akan diikuti untuk
jangka waktu tertentu. Kebijaksanaan harga dapat ditentukan oleh beberapa lembaga seperti:
Produsen
Grosir
Retailer
Pemerintah
Kebijaksanaan harga oleh retailer, lebih banyak variasinya, yang tujuannya adalah
untuk menarik konsumen.
Price Discount
Kadang-kadang toko eceran menjual barang lebih murah, ini dimugkinkan karena
adanya discount. Discount ini dapat diberikan berdasarkan jumlah pembelian, karena musim,
ada tujuan tertentu perusahaan dan karena sistem pembayaran.
Promotional Discount
Ada dua tipe promotional discount, yaitu markdowns dan loss leaders. Markdown
discount berarti discount yang diadakan untuk memberanikan konsumen membeli barang
yang sebenarnya tidak ia perlukan.
A loss leader
Ini berarti usaha untuk menjual barang dibawah harga pokoknya. Agar denagn
demikian merangsang orang untuk membeli barang lain. Pengusaha akan rugi besar bila
konsumen yang datang hanya membeli barang loss leadersaja. Akan tetapi dalam kenyataan
konsumen yang datang, juga membeli barang lain untuk kebutuhan rumah tangga.
Penetapan harga barang baru
Price skimming. Dalam hal ini pengusaha menetapkan harga setinggi mungkin. Hal iini
dimungkinkan karena belum ada barang saingan, dal barang ditujukan untuk golongan kaya.
Barang ini harus mempunya keistimewaan, dan menimbulkan prestise bagi para
konsumennya. Setelah barsng laku, kemudian harganya berangsur diturunkan, dan
keuntungan pengusaha makin berlipat ganda
Promosi adalah elemen ke empat dalam marketing mix. Promosi didefinisikan sebagai
komunikasi yang memberi informasi kepada calon konsumen mengenai suatu produk, yang
dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dan mendorong mereka untuk membeli.
Ada beberapa elemen promosi yang dikenal sebagai promotional mix, yaitu:
Advertising
Merupakan alat komunikasi yang sangan ampuh, dapat mencapai daerah yang sangat
jauh, dan sulit dimasuki. Advertising dapat masuk ke rumah-rumah penduduk tidak mengenal
waktu siang atau malam.
Personal selling
Adalah promosi yang dilakukan oleh orang. Misalnya para penjual di toko, atau penjual
dari rumah ke rumah. Jangkauan operasionalnya sangat terbatas dan biayanya mahal. Akan
tetapi personal selling memiliki keunggulan, yaitu dapat mengetahui keberatan-keberatan
yang diajukan oleh konsumen, mereka dapat berdialog dengan konsumen.
Public relation
Merupakan bagian dari perusahaan yang memberi informasi pada publik tentang
perusahaan dan produk yang dihasilkannya.
Sales promotion
Adalah memberi intensif atau hadiah kepada konsumen, agar mereka tertarik untuk
membeli. Sales promotion mengajak mereka agar mau membeli sekarang juga.
Bab III
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Pemasaran adalah sebuah proses dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.
Jadi, segala kegiatan dalam hubungannya dalam pemuasan kebutuhan dan keinginan manusia
merupakan bagian dari konsep pemasaran.
1. Pemasaran
2. Konsep Pemasaran
3. Strategi Pemasaran
4. Turbo Marketing
5. Kebijaksanaan harga
6. Promotion atau Komunikasi Bisnis
Oleh karena itu dengan adanya konsep pemasaran yang baik dan benar, diharapkan dapat
diaplikasikan ke dalam kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi yang sebenarnya.
Sehingga kegiatan perusahaan berjalan dengan baik dan semakin baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Fleschuer, Malcolm, and Gschwandtner, Gerhard. The Marriott Miracle. Personal
Selling Power, September 1994.
Mayros, Van, and Dolan, Dennis J. How to Design the MKIS that work for your
Business Marketing, January 1986.