Anda di halaman 1dari 24

TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH GEOWISATA


MEMADU HARMONI ALAM DAN BUDAYA NUSANTARA

Oleh:
KELOMPOK 6 :
1. WILSON CHANI S. (H1F008004)
2. AGUNG GUFRONILLAH (H1F008008)
3. YOGA PRASETYO A.N (H1F008013)
4. DESI LUSIANINGTYAS (H1F008017)
5. RENGGA BIMA (H1F008031)
6. ARIF HANIF HIDAYAT (H1F008049)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURBALINGGA
2011
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Geowisata/geotourism merupakan istilah yang belum lama terdengar dalam


kepariwisataan nasional. Istilah geotourism muncul tak lebih tua dari pertengahan 1990-an.
Seorang ahli Geologi dari Buckinghamshire Chilterns University di Inggris bernama Tom Hose
diperkirakan menjadi orang yang pertama aktif memperkenalkan istilah itu. Ia misalnya menulis
di Geological Society pada 1996 suatu makalah berjudul “Geotourism, or can tourists become
casual rock hounds: Geology on your doorstep”.

Inti dari kegiatan geowisata ini sebenarnya adalah menggabungkan antara dua akar kata
“geo” yang berarti bumi dan kata “tourism” yang merupakan pengertian dari wisata itu sendiri.
Dalam ekskursi geologi ke lapangan, para geologist telah terbiasa menikmati indahnya
pemandangan, keunikan bentang alam dan batuan, asyiknya menyusuri sungai dan pantai, atau
mendaki perbukitan, di samping pekerjaan utamanya mencatat proses-proses geologis.
Sementara itu, dalam kegiatan geowisata dapat dikatakan tidak perlu menjadi seorang geologis
untuk melaksanakan kegiatan ini, namun inti dari kegiatan ini adalah pemahaman terhadap
proses-proses geologis yang dikemas dalam suatu kegiatan wisata.

Maksud dan tujuan disusunnya makalah bertema “Memadu Harmoni Alam Dan Budaya
Nusantara ” ini adalah selain untuk memenuhi rangkaian tugas terstruktur mata kuliah Geowisata
yaitu memperkenalkan geologi yang dikemas dalam suatu paket wisata kepada masyarakat
umum sehingga tercapai suatu kegiatan wisata yang bersifat pembelajaran geologi kepada
masyarakat dan memberikan kesan tersendiri dibandingkan dengan kegiatan wisata pada
umumnya.

Kegiatan geowisata yang Kami susun dalam format makalah ini bertema “Memadu
Harmoni Alam Dan Budaya Nusantara” yang mengambil tiga lokasi utama di sekitar wilayah
Mandiraja di Kabupaten Purbalingga dan wilayah Gombong Selatan di Kabupaten Kebumen
yaitu : Deret Pegunungan Serayu Selatan yang berujung di Waduk Sempor, Gua Jatijajar, dan
Pantai Menganti. Latar belakang Kami dalam mengambil ketiga lokasi ini antara lain :
meningkatkan pemahaman tentang alam dan budaya lokasi setempat dan juga berupaya
memberikan keuntungan bagi masyarakat setempat yang akhirnya akan menjaga kawasan alami
dan budayanya, dan diharapkan akan memberi kesan dan pengalaman khusus kepada setiap
wisatawan.
BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Pencapaian Lokasi

OBJEK WISATA 1

1. Owabong

OWABONG HISTORY

Owabong pertama kali dikenal oleh masyarakat sekitar bernama Pemandian Bodjongsari.
Kolam ini pertama kali dibangun tahun 1946 oleh seorang warga Negara Belanda, dengan nama
Pemandian Bodjongsari. Mereka membangun kolam tersebut sebagai sarana rekreasi dan
pemandian khusus bagi keluarga dan keturunan orang Belanda, karena mereka senang dengan
kejernihan airnya yang dialiri oleh tiga tuk (mata air) yaitu tuk Cipawon, Cikupel, dan tuk
Cidandang.

Luas awal kolam pemandian Bodjongsari pada waktu dibangun kurang lebih 1 hektar.
Dimensi kolam pertama kali adalah panjang kolam 33 m dan lebar 17 m, serta kedalaman kolam
3,5 m (terdalam) dan 75 cm (terdangkal). Konstruksi bangunan kolam Bodjongsari pertama kali
dibuat dari batu kali yang ditata rapi, sehingga bentuk kolam terkesan alami dan indah. Kolam
pemandian Bodjongsari juga dikenal memiliki keajaiban dan manfaat sabagai sarana untuk
enteng jodoh, enteng rezeki dan memperlancar segala urusan, tentunya semua itu bagi orang
yang percaya.
Kolam pemandian Bodjongsari pertama kali direhabilitasi pada tahun 1956, hal ini
disebabkan karena pada tahun 1948 kolam ini dihancurkan oleh tentara Belanda pada masa
setelah kemerdekaan Indonesia. Kolam ini akhirnya berhasil dimiliki oleh seorang keturunan
Tionghoa bernama Kwi Sing dari Purbalingga (Yayasan Bina Kasih). Selama berada ditangan
Kwi Sing kolam pemandian Bodjongsari banyak mengalami perubahan, diantaranya konstruksi
bangunan kolam yang semula dibuat dari batu kali diganti dengan konstruksi beton, sehingga
terlihat lebih rapi. Di sekitar kolam pemandian Bodjongsari juga dibuat taman-taman yang indah,
sehingga kolam terlihat indah dan asri.

Kolam pemandian Bodjongsari selama dimiliki oleh Kwi Sing ternyata banyak yang
berkunjung untuk berenang dan refresing, sehingga Kwi Sing membuka kolam pemandian
Bodjongsari untuk umum dan mulai dikelola untuk bisnis keluarga Kwi Sing. Setelah berpuluh-
puluh tahun kolam pemandian bodjongsari kurang berkembang karena mendapat saingan dari
kolam renang Tirto Asri Walik, yang letaknya tidak jauh dari lokasi kolam pemandian
Bodjongsari tepatnya 1 km disebelah barat desa Bodjongsari.

Pada bulan Juni 2004 merupakan awal perkembangan kolam pemandian Bodjongsari,
kolam pemandian ini diambil alih kepemilikannya olah PEMDA Purbalingga untuk direhabilitasi
dan dikembangkan menjadi salah satu aset objek wisata air terbesar di Jawa Tengah dengan luas
4,8 hektar. Pihak PEMDA bekerjasama dengan kontraktor Waskita Karya dari Semarang. Dengan
berbagai macam penambahan lahan, fasilitas dan jumlah kolamnya yang bervariasi maka kolam
pemandian Bodjongsari berganti nama menjadi Owabong (Obyek Wisata Air Bojongsari).
Owabong diresmikan secara soft opening oleh Bapak Triyono Budi Sasongko sebagai Bupati
Purbalingga. Pada tanggal 1 Maret 2005 dan Grand Opening oleh Bapak Mardiyanto selaku
Gubernur Jawa Tengah pada tanggal 18 Maret 2005.

Owabong (Obyek Wisata Air Bojongsari) adalah salah satu Obyek Wisata yang ada di
Purbalingga. Yang terletak di desa Bojongsari, Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga,
Provinsi Jawa Tengah. Bagi warga kota purbalingga, Owabong ini adalah obyek wisata yang
paling di andalkan dan menjadi kewajiban berkunjung setiap tahun saat liburan.
Tapi bagi anda warga luar kota Purbalingga dan apalagi belum pernah ke Owabong. Obyek
wisata di Purbalingga ini harus ikut di perhitungkan untuk di kunjungi.
Disamping airnya yang dingin dan segar, karena airnya berasal dari mata air pegunungan.
Harga tiket masuknya juga terbilang murah dibanding obyek serupa di daerah-daerah lain. Belum
lagi Owabong mentargetkan setiap tahun membuka 2 wahana baru.

Berikut Wahana yang ada di Owabong :

 Kolam Renang taraf internasional seluas 50 x 21 m dengan kedalaman 1.725 m.


 Kolam renang anak seluas 188,5 meter2

 Kolam arus (kelen) sepanjang 220 meter (berputar-putar) dengan lebar 3 meter.

 Kolam pesta air

 Water slide/water boom 2 track

 Tribune seluas 252 m2

 Lapangan tenis

 Cottage

 Arena sirkuit balap motor Go Kart

 Resto Caffe

 Ajang Pesta terbuka

 Taman
Terapi Ikan TERBESAR di Indonesia

Mari nikmati terapi ikan (fish spa) di area kolam air hangat

Hanya dengan Rp. 15.000

Rasakan manfaatnya, antara lain :

1. Memperlancar peredaran darah

2. Mengganti sel kulit mati.

3. Menghaluskan kulit.
Flying Fox

Berani dengan tantangan ini??


Pacu adrenalin Anda dengan terbang melintasi pantai bebas tsunami..
Rasakan sensasinya!! Hanya di Waterpark Owabong Purbalingga!!
Setiap hari Minggu, nikmati juga sebar hadiah di kawasan ini..

Kolam SESAT

Kolam untuk bermain jungkat-jungkit air (Sea Saw) dan Water Ball.
Pantai BEBAS TSUNAMI

Sesuai dengan namanya Pantai Bebas Tsunami jadi ngga perlu khawatir dengan datangnya
tsunami yang tiba-tiba, karena pantai ini benar-benar BEBAS dari TSUNAMI. Nikmati
keindahan pantai dengan pasir putihnya yang alami.

Kolam Pesta Air

Istana air yang dipadukan dengan arena bermain anak-anak, hujan-hujanan, luncuran, dan dapat
dipakai untuk therapy air.
Kanal ARUS

Berpetualangan melintasi kanal arus sepanjang 200 meter merupakan pilihan yang menarik
menggunakan Perahu Kayak, Banana Boat, dan Pelampung.

Arena Gokart

Rp 50.000

Ajang buat kamu-kamu yang suka banget sama tantangan. Berani coba???
Wahana Bioskop Empat Dimensi.

Obyek wisata air Bojongsari (Owabong) Purbalingga menyempurnakan wahana bioskop


empat dimensi. Film 4 dimensi Owabong memadukan teknologi empat dimensi sistem Amerika.
Disebut lebih sempurna karena memadukan kemampuan bioskop empat dimensi di gelanggang
Samudera Ancol dari sisi filmnya, dan bioskop empat dimensi di Dunia fantasi Ancol yang
dilengkapi simulator movie.

“Kelebihan 4 dimensi Owabong, penonton menggunakan kacamata dan kursi simulator


yang bergoyang-goyang enam arah mengikuti adegan film,”kata Humas Owabon, Agus
Dwiyantoro, Rabu (23/03/2011). Dikatakan Agus, jika dibanding bioskop 4 dimensi lainnya
seperti di gelanggan Samudera Ancol dan di Duvan Ancol, bioskop Owabong lebih lengkap.
Untuk menyaksikan bioskop ini, pengunjung cukup membayar Rp 20 ribu. Film yang diputar
selama 20 menyuguhkan dua judul film yakni ‘Galaxi War’ dan Alibaba. Sedang kapasitas
tempat duduk sebanyak 24 buah. “Judul film yang ada akan terus kami tambah sehingga dapat
memberikan kepuasan terhadap penonton,” kata Agus.

Untuk menikmati film ini, pengunjung yang mempunyai gejala penyakit jantung disarankan
tidak menonton. Begitu juga dengan anak-anak. Minimal telah sekolah di TK. Efek yang
dirasakanakan sangat terasa akibat kaca mata empat dimensi dan goncangan kursi
simulator.Penonton seolah-olah terlibat langsung dalam adegan di film tersebut. (Humas/y)
OBYEK WISATA 2

2. Wisata Curug dan Situs Sejarah di Desa Cipaku

Pada masa liburan kita cenderung ingin berwisata. Rasanya wisata alam akan memberikan
sensasi yang lebih menyentuh nurani daripada wisata modern. Ada tempat yang cukup
mengesankan untuk mengisi hari libur, khususnya bagi remaja Purbalingga, tempat yang sejuk,
teduh, dan berlatar belakang air. Ada lima tempat yang memiliki keunikan masing-masing dan
berada pada satu jalur. Semua masih berada di wilayah Desa Cipaku, Kecamatan Mrebet,
Purbalingga. Berminat?
Pertama. Curug Nini

Kini air terjun nan sejuk ini disebut dengan sebutan yang keliru Curug Mini, menurut penduduk
Cipaku, yang benar adalah “Curug Nini”. Air terjun pada sebuah kolam yang cukup luas, ada
mata air besar di dasar tebing, sehingga kolam ini belum pernah kering. Tinggi air terjun hanya
sekitar 10 meter, bagian dari hulu sungai Pingen. Air dibendung untuk irigasi. Berada di
perbatasan Desa Pagerandong dan Desa Cipaku. Dapat ditempuh dari dua arah. Namun untuk
kelancaran wisata selanjutnya sebaiknya ke Curug Nini lewat Pasar Karangnangka ke arah barat,
sekitar tiga kilometer. Jika telah sampai di Balai Desa Cipaku, ada dua obyek yang cukup
berdekatan. Lewat jalan tanah, kalau ke kanan, berarti ke Curug Nini, hanya sekitar 200 meter.
Kolam Curug Nini dikelilingi banyak pohon pandan, dan di apit oleh bukit-bukit yang berpohon
rindang. Tiap bukit terdapat jalan setapak yang berliku-liku. Pengunjung dapat bercengkerama di
tengah dan di tepian sungai yang permukaannya kering. Bagi anak-anak bisa bermain air yang
sejuk dan bening. Anak desa biasa terjun dari tebing curug ke kolam utama.

Kedua. Batu Lingga dan Yoni

Spoiler for lingga yoni:

Dari sekitar Balai Desa Cipaku tadi kalau ke kiri berarti ke selatan, lewat jalan desa dapat
mengunjungi situs sejarah. Di dukuh Bataputih ini terdapat dua buah Batu Lingga dan Yoni.
Batunya bulat lonjong bagai telur. Situs ini berada di atas sebuah kolam penampungan air,
masyarakat setempat menyebutnya Telaga Bataputih. Mata-airnya cukup besar. Jernih dan sejuk.
Di samping situs ada dua buah pohon besar. Pohon yang satu karena usianya sampai berlubang,
mirip pintu, dan dapat dimasuki orang dewasa.
Ketiga. Telaga Bolangirit

Spoiler for telaga bolangirit:

Dari situs Lingga dan Yoni, dapat melanjutkan ke Dusun Pengebonan hanya sekitar satu
kilometer. Teruslah ke arah barat, belok kiri, lalu ke arah barat lagi, ada sebuah telaga. Diberi
nama Telaga Bolangirit. Telaga ini di jaman dahulu tentu sangat layak untuk tempat mandi para
putri kerajaan, minimal putri-putri padepokan setempat. Airnya bening dan melimpah. Di sebelah
utara dihiasi dengan beberapa pohan beringin yang besar-besar. Inilah wajah khas sebuah kolam
air di pegunungan.
Keempat. Curug Singongah

Spoiler for curug singongah:

Hanya dua ratus meter dari Telaga Bolangirit, terdapat sebuah air terjun yang cukup
tinggi, bagian dari Sungai Lembarang. Masyarakat setempat menyebutnya Curug Singongah.
Curug ini dikelilingi tebing dengan tanaman liar yang seperti ditata rapi. Ada tiga air terjun, di
tengah sungai, kiri, dan kanan. Anak desa cenderung bermain dari tebing sebelah kiri terjun ke
kolam yang luas. Untuk menuju ke pusat curug pengunjung harus melalui jalan setapak di tebing
sungai. Curug Singongah dapat ditempuh dari dua arah. Yang pertama dari Telaga Bolangirit,
Dusun Pengebonan. Dan yang kedua dari Desa Bumisari. Bagi remaja menuju Curug Singongah
adalah hal yang mengasyikkan. Jalannya masih cukup sulit, benar-benar jalan setapak di tebing
sungai dan cukup curam, cenderung berair karena di dinding tebing banyak keluar mata air.
Mengesankan! Hindari berkunjung di saat hari mendung. Atau bertanyalah kepada penduduk
setempat. Sebab situasi curug sangat rawan, jika sungai di atas kebetulan banjir, tidak tampak
dari pusat curug. Mirip situasi di Curug Ceheng, Sumbang, Banyumas. Air di sekitar Curug
Singongah benar-benar melimpah, bagi yang suka kecehan, di curug ini bisa terpuaskan.
Kelima. Watulis

Hanya dua ratus meter dari Telaga Bolangirit ke arah barat ada sebuah prasasti tulis
berhuruf Jawa Kuno. Watulis. Sebuah peninggalan sejarah, sebuah prasasti, batunya sebesar
gajah gemuk. Bagi pelajar dan guru sejarah -syukur dengan membawa para siswanya, kiranya
sangat layak mengunjungi tempat ini. Sudah bertahun-tahun tulisan di Watutulis ini belum
terterjemahkan. Namun tahun 1983, Drs. Kusen dari Fakultas Sastra UGM Jurusan Arkeologi,
berhasil membaca tulisan di Watutulis. Bunyinya “Indra Wardana Wikrama Deva”. Menurut
dugaannya, kalimat ini adalah nama seorang raja jaman dahulu yang kekuasaannya sampai di
wilayah Watutulis, Dusun Pengebonan. Namun siapa raja ini dan dari negeri mana, ternyata
belum dapat dipastikan. Prasasti batu ini konon mengandung daya magnet yang paling kuat se
Nusantara. Jarum kompas petunjuk arah jika didekatkan ke Watutulis bisa membalik arahnya 180
derajat. Kemungkinan batu ini berasal dari pecahan meteor.

Nah, kenapa harus rekreasi ke luar daerah Purbalingga. Ke Cipaku saja! Di jalan raya
Bobotsari-Purbalingga, perempatan Pasar Karangnangka, berbeloklah menuju ke barat, hanya
sekitar empat kilometer. Curug Nini, Bataputih, Telaga Bolangirit, Curug Singongah, dan
Watutulis. Tiga tempat wisata air dan dua tempat wisata sejarah.
OBYEK WISATA 3

3. SITUS CIPAKU

Dukuh Pangebonan Desa Cipaku Kec. Mrebet Purbalingga

1. Cipaku Sebagai Pusat Penyebaran Agama Hindu-Budha di Purbalingga.

Telah kita ketahui bersama di Desa Cipaku banyak ditemukan peninggalan-peninggalan Hindu-
Budha yang diperkirakan dibuat abad ke 5 M sampai 6 M. Diantaranya Lingga-Yoni, arca
Ganesha, Batu Tulis dan sebagainnya. Di Situs Cipaku paling banyak dan paling lengkap
daripada tempat-tempat yang lain yaitu tiga buah lingga, empat buah yoni dan dua buah Arca
Ganesha serta satu buah Prasasati Batu Tulis. Berdasarkan Prasasti Batu Tulis yang ditemukan di
Desa Cipaku telah terbaca

bahwa barisan pertama berbunyi “Indrawardhaya Wikramadewa“. Secara sepintas nama-nama


tersebut mirip nama raja-raja dari kerajaan Hindu-Budha. Sampai dengan saat ini belum
diketahui dengan pasti tentang siapa yang menulis batu tulis tersebut dan untuk apa batu ini
dibuat. Namun, berdasarkan informasi ternyata di Purbalingga pernah berdiri sebuah kerajaan
Hindu bernama “ Kerajaan Galuh Purba “ pada sekitar abad ke 3 M.

2. Arti Penting Situs Cipaku bagi Purbalingga


Situs Batu Tulis Cipaku merupakan hal yang penting bagi Purbalingga pada khususnya karena
dari temuan-temuan di Situs Batu Tulis Cipaku terkandung informasi yang sangat banyak tentang
agama Hindu diantaranya :

1. Batu Tulis menjadi informasi yang sangat penting bahwa di Purbalingga pernah berdiri
kerajaan Galuh Purba yang bercorak Hindu.
2. Arca Ganesha menunjukkan bahwa agama Hindu berkembang di daerah tersebut.

3. Banyaknya Lingga-Yoni mengindikasikan bahwa Cipaku pada saat itu dijadikan sebagai
pusat penyebaran agama Hindu di Purbalingga.

4. Dengan terlebih dahulu dilakukan upacara keagamaan.

Situs Cipaku merupakan aset penting kota Purbalingga terutama tentang agama Hindu-Budha.
Namun,kondisi terkini seiring bertambahnya usia peninggalan-peninggalan tersebut mulai lapuk
dan kurangnya perhatian terhadap situs tersebut. Oleh karena itu,perlu diwujudkannya rasa
kecintaannya terhadap situs-situs budaya terutama dari generasi muda agar situs batu tulis desa
Cipaku terjaga keberadaannya. Sehingga situs ini tetap mampu memberikan Informasi-Informasi
kepada peneliti untuk terus menguak misteri yang tersimpan di situs Batu Tulis Cipaku tersebut.

II. 3. Transportasi
Dalam perjalanan menuju ketiga lokasi para wisatawan dapat menggunakan kendaraan
umum darat maupun kendaraan pribadi karena medan yang relatif mudah dicapai. Pada
paket wisata penunjung akan menggunakan bus yang disediakan panitia. Baik dari lokasi
awal yaitu Alun-alun Purbalingga ke Waduk Sempor sampai ke Pantai Menganti maupun
perjalanan pulang menuju Alun-alun Purbalingga.

II. 4. Jarak

Perjalanan dari Alun-alun Purbalingga ke Waduk Sempor menempuh jarak + 50 km.


Dari Waduk Sempor ke Gua Jatijajar berjarak + 25 km. Perjalanan dari gua jatijajar ke
Pantai Menganti menempuh jarak 15 km. Perjalanan pulang ke Alun-alun Purbalingga
berjarak + 75 km.

II. 5. Lunch Time, Toilet time, dan Pray Time

Para peserta mendapatkan paket 3 kali makan. Pada pagi hari sebelum
pemberangkatan dan siang hari pada saat beristirahat di Gua Jatijajar. Pada sore hari
ditambah dengan acara barbeque dan bakar ikan di Pantai Menganti. diakhiri dengan
makan malam di rumah Makan Pringsewu.

Toilet time yang disediakan panitia kepada para peserta dilaksanakan di setiap objek
wisata yang menjadi tujuan wisata. Hal ini karena untuk menempuh pada tiap lokasi tidak
terlalu berjauhan sehingga cukup untuk toilet time. Untuk yang beragama Islam
disediakan tempat Shalat Dhuhur di dalam kompleks objek wisata Gua Jatijajar. Shalat
Ashar dan Maghrib dilaksanakan di Masjid Pantai Ayah saat perjalanan berangkat dan
pulang dari pantai Menganti.

II. 6. Jumlah Peserta


Peserta untuk geowisata ini dibatasi sebanyak 30 orang dengan 2 orang interpreter
sehingga pemberian materi dapat dilakukan secara maksimal.

II. 7. Persyaratan Geowisatawan

Wisatawan yang dapat mengikuti kegiatan ini dibatasi dari umur 10 – 60 tahun. Hal ini
dilakukan untuk dapat mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Di mana wisatawan
yang akan mengikuti kegiatan ini juga diminta untuk menuliskan riwayat penyakit yang
pernah diderita sehingga panitia dapat melakukan tindakan secepat mungkin jika terjadi
sesuatu pada wisatawan yang bersangkutan.

II. 8. Persiapan

Sebelum kegiatan geowisata berlangsung, para wisatawan yang akan ikut diminta
membawa peralatan pribadi yang diperlukan selama perjalanan geowisata ini. Hal-hal
tersebut antara lain :

 Pakaian ganti
 Sepatu
 Tas ransel
 Peralatan pribadi ( obat-obatan dan perlengkapan pribadi )
 Kamera
 Makanan ringan

II. 9. Waktu Geowisata

Geowisata ini dirancang dalam paket 1 hari wisata (one day tour) dan hanya dapat
dilaksanakan di musim kemarau mengingat aksesibilitas menuju objek wisata yang
memiliki area rawan longsor, objek wisata gua yang rawan jika terjadi hujan serta bahaya
berada di pantai di waktu hujan. Waktu berkumpul peserta tepat pukul 06.00 WIB di
Alun-alun Purbalingga. Keberangkatan dimulai pukul 07.00 dengan kata lain pelaksanaan
geowisata dari start hingga kembali ke tempat keberangkatan mulai pukul 07.00 - 20.00.
Dan setiap objek ada toilet time.

II.9. Jadwal

Waktu Acara
06.00-06.30 Kumpul dan check in peserta
06.30-07.00 Sarapan peserta
07.00-08.30 Perjalanan menuju Waduk Sempor
08.30-10.00 Geowisata Lokasi 1 : Waduk Sempor
10.00-11.00 Perjalanan menuju Gua Jatijajar
11.00-13.00 Geowisata Lokasi 2 : Gua Jatijajar
13.00-14.00 Ishoma di Kompleks Gua Jatijajar
14.00-15.00 Perjalanan menuju Pantai Menganti
15.00-16.00 Isho di Masjid Pantai Ayah
16.00-18.00 Geowisata Lokasi 3 : Pantai Menganti
18.00-20.00 Perjalanan Pulang

II.10. Biaya

Pembiayaan kegiatan geowisata ini berasal dari kontribusi peserta masing-masing sebesar
Rp.100.000,00 dengan rincian kasar sebagai berikut :

 Pemasukan
o Kontribusi peserta : 30 x Rp.100.000,00 = Rp.3.000.000,00
 Pengeluaran
o Sewa bus : 2 x Rp 600.000,00 = Rp.1.200.000,00
o Konsumsi : 3 x 40 x Rp.10.000,00 = Rp.1.200.000,00
o Air minum : 4 dus x Rp.15.000 = Rp. 60.000,00
o Acara barbeque = Rp. 270.000,00
o Tiket masuk objek wisata
 Waduk Sempor : 30 x Rp.3.000 = Rp.90.000,00
 Gua Jatijajar : 30 x Rp.3.000 = Rp.90.000,00
 Pantai Menganti : 30 x Rp.3.000 = Rp.90.000,00 +
Total pengeluaran : Rp. 3.000.000,00

Catatan : Pemasukan dan pengeluaran bisa berubah sewaktu-waktu, tergantung akan ada
atau tidaknya sponsor tambahan atau hal lain yang tidak terduga yang kemudian terkait dengan
pengeluaran dan fasilitas yang didapat oleh peserta geowisata.

BAB III

PENUTUP
Geowisata ” Memadu Harmoni Alam Dan Budaya Nusantara” mempunyai potensi
geowisata dengan prinsip-prinsip sesuai dengan Deklarasi Quebec 2002 yang meliputi :

a. Pelestarian alam dan lingkungan


b. Penduduk lokal mendapatkan keuntungan dari pariwisata
c. Pendidikan dan pengetahuan lingkungan yang didapat oleh wisatawan
d. Kunjungan terbatas (terkendali, bukan kunjungan massal)
Dalam aspek wisata, ketiga lokasi di Kabupaten Kebumen ini cukup dikenal oleh
masyarakat luas, namun dalam ruang lingkup geowisata atau wisata yang berbasis kebumian
dirasa masih belum dikembangkan secara luas, diharapkan dengan disusunnya makalah ini
dapat membuka wacana baru tentang konsep geowisata yang sesuai dengan prinsip-prinsip
Deklarasi Quebec, mengingat di Kabupaten Kebumen terdapat potensi geowisata yang cukup
besar dilihat dari keterdapatan fenomena geologi yang bersatu dengan keindahan alam yang
menjadikannya layak sebagai lokasi wisata.

DAFTAR PUSTAKA

http://sites.google.com/site/wisataairterjun/jawa-tengah/curug-singongah
http://travel.okezone.com/read/2011/04/13/407/445692/wisata-curug-dan-situs-sejarah-di-desa-cipaku

http://disbudparpora.purbalinggakab.go.id/situs-purbakala/budaya

http://www.pkplk-plb.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=8101

Anda mungkin juga menyukai