Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Metallography


Metallography adalah ilmu yang mempelajari tentang pemeriksaan logam
untuk mengetahui sifat, struktur, temperatur dan persentase campuran dari logam
tersebut. Metallography juga merupakan pengamatan struktur logam baik secara
makro maupun mikro. Struktur makro itu sendiri adalah pengamatan yang mampu
dilakukan tanpa alat bantu. Sedangkan struktur mikro adalah pengamatan yang
harus dilakukan dengan alat bantu. Pengamatan mikro biasanya untuk mengetahui
fase-fase pada logam dengan paduan tertentu. Secara garis besar langkah-langkah
yang dilakukan pada metalografi adalah:
1. Pemotongan spesimen (sectioning)
2. Pembikaian (mounting)
3. Penggerindaan, abrasi dan pemolesan (grinding, abrasion and polishing)
4. Pengetsaan (etching)
5. Observasi pada mikroskop optik
Pada metalografi, secara umum yang akan diamati adalah dua hal yaitu
pengamatan macrostructure (stuktur makro) dan microstructure (struktur mikro).
Struktur makro adalah struktur dari logam yang terlihat secara makro pada
permukaan yang dietsa dari spesimen yang telah dipoles. Sedangkan struktur
mikro adalah struktur dari sebuah permukaan logam yang telah disiapkan secara
khusus yang terlihat dengan menggunakan perbesaran minimum dengan nilai
perbesaran tertentu.

2.2 Proses Pengujian Metalografi


2.2.1 Pemotongan (Sectioning)
Proses pemotongan merupakan pemindahan material dari sampel yang
besar menjadi spesimen dengan ukuran yang lebih kecil. Pemotongan yang salah
akan berpengaruh pada struktur mikro material telah mengalami perubahan.
Kerusakan struktur mikro material pada saat proses pemotongan
tergantung pada material yang dipotong, alat yang digunakan untuk memotong,
serta kecepatan potong

2.2.2 Pembingkaian (Mounting)


Pembingkaian diperlukan pada persiapan spesimen metalografi, meskipun
pada beberapa spesimen dengan ukuran yang agak besar, hal ini tidaklah mutlak.
Akan tetapi untuk bentuk yang kecil atau tidak beraturan sebaiknya dibingkai
untuk memudahkan dalam memegang spesimen pada proses pengamplasan dan

pemolesan.
Gambar 2.1 Contoh bahan untuk proses mounting (rubber molds)

Sebelum melakukan pembingkaian, spesimen harus dibersihkan dulu.


Sebuah perbedaan akan tampak antara bentuk permukaan fisik dan kimia yang
bersih. Kebersihan fisik diantaranya spesimen bersih dari kotoran padat, minyak
pelumas dan kotoran lainnya. Sedangkan kebersihan kimia berarti spesimen bebas
dari segala macam kontaminasi secara kimia. Pembersihan ini bertujuan agar hasil
pembingkaian tidak retak atau pecah akibat pengaruh kotoran yang ada.
Pemilihan material untuk pembingkaian, yang perlu diperhatikan adalah
perlindungan dan pemeliharaan terhadap spesimen. Bingkai harus memiliki
kekerasan yang cukup, meskipun kekerasan bukan merupakan suatu indikasi dari
karakteristik abrasif. Material bingkai juga harus tahan terhadap distorsi fisik yang
disebabkan oleh panas selama pengamplasan, selain itu juga harus dapat
melakukan penetrasi ke dalam lubang yang kecil dan bentuk permukaan yang
tidak beraturan.

2.2.3 Pengerindaan, Pengamplasan dan Pemolesan


Pada proses ini dilakukan penggunaan partikel abrasif tertentu yang
berperan sebagai alat pemotongan secara berulang-ulang. Pada beberapa proses,
partikel-partikel tersebut dsisatukan sehingga berbentuk blok dimana permukaan
yang ditonjolkan adalah permukan kerja. Partikel itu dilengkapi dengan partikel
abrasif yang menonjol untuk membentuk titik tajam yang sangat banyak.

Gambar 2.2 Proses gerinda

Perbedaan antara pengerindaan dan pengamplasan terletak pada batasan


kecepatan dari kedua cara tersebut. Pengerindaan adalah suatu proses yang
memerlukan pergerakan permukaan abrasif yang sangat cepat, sehingga
menyebabkan timbulnya panas pada permukaan spesimen. Sedangkan
pengamplasan adalah proses untuk mereduksi suatu permukaan dengan
pergerakan permukaan abrasif yang bergerak relatif lambat sehingga panas yang
dihasilkan tidak terlalu besar.
Dari proses pengamplasan bertujuan untuk mendapatkan permukaan
spesimen yang relatif lebih halus atau goresan yang seragam pada permukaan
spesimen. Pengamplasan juga menghasilkan deformasi plastis lapisan permukaan
spesimen yang cukup dalam.
Proses pemolesan bertujuannya untuk menciptakan permukaan
yang sangat halus sehingga dapat memantulkan cahaya dengan baik. Pemolesan
biasanya menggunakan pasta gigi, karena mengandung Zn dan Ca yang akan
dapat mengasilkan permukaan yang sangat halus. Proses pemolesan hampir sama
dengan pengamplasan, tetapi pemolesan hanya menggunakan gaya yang kecil,
karena tekanan yang didapat diredam oleh serat-serat kain yang menyangga
partikel.

2.2 Etching/mengetsa
Etching dilakukan untuk mendapatkan permukaan yang dapat diamati
dengan mikroskop optis, pada dasarnya mengetsa adalah proses korosi yang
dikendalikan sehingga menghasilkan kontur permukaan yang bervariasi juga.
Kondisi tersebut terjadi karena adanya variasi struktur metal, karena variasi
struktur adalah variasi potensial untuk terkorosi juga akan bervariasi. Potential
tersebut akan dibantu oleh lingkungan (dalam hal ini larutan etsa). Variasi laju
korosi tersebut akan menghasilkan variasi permukaan pada satu spesimen,
misalnya batas butir terlihat karena adanya variasi orientasi, phase akan terlihat
karena adanya perbedaan masing-masing fase terkorosi. Pada prinsipnya metode
etching dibagi dua metode antara lain secara kimia (etching reagent) dimana
pelarutan phase dalam specimen dipicu oleh reaksi kimiawi, dan secara
elektrolitik dimana diberikan potensial untuk mempercepat laju.

Secara kimia terdiri dari 3 (tiga) komponen antara lain :

1. Corrosion agent : hydrocloric, sulphuric, phospore, acelin asice.


2. Modifier agent.
3. Oxydizer, (hidrogen peroxide, Fe3+ Cu2+ ) korosi harus dikontrol dengan
mengikat elektron.
Secara elektrolitik, memanfaatkan prinsip elektro kimia, dimana benda
kerja dikorosikan dengan menggunakan arus dari energi listrik dimana specimen
adalah anoda. Selain kedua metode yang digunakan tersebut ada beberapa metode
antara lain, potensiostatic, dan anodizing.
Sinar Datang

Gambar 2.3. Kontur permukaan yang menghasilkan


pantulan cahaya dengan intensitas berbeda

No. Nama Komposisi Cara Penggunaan


Mikro
1. Nital HNO3 : 1-5 ml Beberapa detik Baja karbon
Alkohol : 100 ml s/d 1 menit
(95 %)
2. Picral Picric acid : 4 g Beberapa detik Baja karbon dan
Alkohol 95% : s/d 1 menit low alloy hasil
100 ml heat treatment.

3. Aqua Regia HNO3 : 20 ml Beberapa detik Stainless Steel


HCl : 60 ml

Makro
1. Hydrochloric HCl : 50 ml 1-60 menit pada Crack, porosity,
Acid H2O : 50 ml temperatur 75C dan depth of
hardness.
30-60 detik Struktur las-
2. Nitric Acid HNO3 : 0,5 – 1 % setelah di- lasan
Dalam H2O grinding baja.
Al Alloy
1. Sodium NaOH : 1 gr 10 detik Umum (mikro)
Hydroxide H2O : 99 ml
2. Nitric Acid HNO3 : 25 ml beberapa puluh Al-Fe-Si (mikro)
detik
3. Tuckar’s HF : 15 ml 15 detik Makro
HCP : 45 ml
HNO3 : 15 ml
H2O : 25 ml
Cu Alloy
1. Alumium Diluted solution Beberapa detik Brass, Bronze
Hydroxide 25 % NHuOH
(dengan beberapa
H2O2)
2. Chromic Acid Saturated Beberapa detik Copper
Aqueous solution
(Cr2O3)

Pengamatan dengan mikroskop Optis, dan pengambilan gambar


memanfaatkan pantulan cahaya dari benda kerja, dimana kontur yang bervariasi
akan memantulkan intensitas yang berbeda juga. Seperti pada gambar 2.3.
sehingga akan menghasilkan gelap terang yang mampu ditangkap oleh mata.
Untuk mendapatkan gambar tersebut dapat menggunakan kamera manual namun
dapat juga menggunakan kamera otomatis yang dihubungkan dengan computer
yang mampu menangkap gambar secara digital. Gambar yang dihasilkan dapat
divariasikan pembesarannya, tergantung dari kebutuhan pengamatan struktur
mikro yang diinginkan umumnya terletak antara tentang 50 x – 1000 x.

2.3 Diagram Fase Fe-Fe3C


Diagram Fase Fe-Fe3C berguna sebagai penggambaran dari hubungan
antara fase, komposisi dan temperatur pada kondisi ekuilibrium. Salah satu sifat
yang dimiliki oleh besi adalah sifat allotropik. Besi cair yang didinginkan akan
mulai membeku pada suhu 1535 OC menjadi besi delta, () dengan struktur kristal
BCC. Kemudian akan berubah lagi di suhu 1400 OC menjadi besi gamma () FCC
yang akan terus stabil hingga suhu 910 OC, dimana kemudian terjadi kembali
Gambar 2.4 Diagram Kesetimbangan Besi-Karbida

perubahan menjadi besi  non magnetik, diikuti dengan perubahan menjadi besi 
magnetik di suhu 768 OC.
Dari gambar tersebut dapat dilihat ada 3 jenis garis mendatar yang
menandakan terjadinya reaksi isothermal yaitu :

 Pada 1496 OC kadar karbon antara 0.1%-0.5% terjadi reaksi peritektik,


yaitu liquid dan besi delta menjadi besi gamma,
 Pada 1130 OC kadar karbon antara 2,0%-6.67% terjadi reaksi eutektik,
yaitu liquid menjadi besi gamma ditambah sementit,
 Dan pada 723 OC kadar karbon antara 0.025%-6.67% berlangsung reaksi
dengan penjelasan sebagai berikut :
 Sementit adalah senyawa interstisial yang mengandung 6,67% C. Sangat
keras,getas dan kekuatan rendah.
 Austenit adalah larutan padat karbon dalam besi . Kelarutan maksimum
2,0%C pada 1130 OC.
 Ledeburit adalah campuran eutektik dari austenit dan sementit.
 Ferrit adalah larutan padat karbon dalam besi , dengan kekuatan rendah
namun keuletan tinggi.
 Perlit adalah campuran eutektoid yang terdiri atas sementit dan ferrit.
 A1 adalah lower critical temperature dimana ini juga disebut sebagai
temperatur eutektoid.
 A2 adalah temperatur dimana terjadi transformasi magnetik pada ferrit.
 A3 disebut sebagai upper critical temperature dimana terjadi awal
perubahan allotropik dari  ke  pada pendinginan atau sebaliknya.
 Garis Acm adalah batas kelarutan karbon dalam austenit.

Gambar 2.5 Daerah Lingkup Ukuran Mikro Struktur

Pengamatan struktur logam pada intinya adalah pengamatan struktur dan


pengenalan yang meliputi tipe, ukuran, distribusi, orientasi, kuantitas. Tipe
mewakili nama khas pada logam tertentu misalnya besi bisa berupa ferrit,
pearlite, eutectoid dan sebagainya. Ukuran mewakili dimensi darifase
dibandigkan dengan dimensi yang lain, misalnya ukuran grafit, ukuran grafit flake
dan ukuran butir. Distribusi mewakili daerah penyebaran masing-masing fase
diantara luasan yang menjadi pengamatan dalam sampel tersebut. Bentuk dan
orientasi mewakili pengambilan ruang atau arah antara satu fase dengan fase lain.
Sedangkan kuantitas mewakili jumlah masing-masing fase.

2.4 Tahap-Tahap dalam Metallography


2.4.1 Persiapan Spesimen
Pertama adalah pengambilan sampel dari benda kerja. Yang terpenting
dalam hal ini adalah pengambilan spesimen dilakukan dengan hati-hati dan
menggunakan peralatan yang sesuai, agar tidak terjadi perubahan struktur mikro
pada spesimen akibat operasi pemotongan.
Alat yang digunakan misalnya gergaji atau wire cut. Ukuran dalam tahap
ini juga harus diperhatikan, untuk memudahkan langkah selanjutnya. Hendaknya
ukuran diambil sesuai kebutuhan dan ketersediaan benda kerja. Jika ukuran terlalu
besar maka akan mengalami kesulitan dipegang dalam proses grinding dan
polishing. Jika ukuran terlalu kecil umumnya dilakukan mounting dengan bakelite
moulding.

Gambar 2.6 Sampel Mounting

Pada intinya Bakelite molding adalah proses mounting dengan


menggunakan bubuk resin yang didalamnya dimasukkan benda kerja, kemudian
diproses dan dipanaskan. Sehingga didapatkan mesin yang keras dan didalamnya
terdapat benda kerja yang akan diperlakukan metallography. Bakelite moulding
ini sangat diperlukan jika proses grinding dan polishing menggunakan alat-alat
otomatis.

2.4.2 Grinding
Grinding pada prinsipnya menghaluskan permukaan sampai kehalusan
tertentu dengan memanfaatkan gesekan permukaan dengan permukaan spesimen.
Kertas gosok yang digunakan merupakan permukaan kasar yang bervariasi, yang
dihasilkan dari variasi butiran silicon karbid (SiC) atau kertas gosok dengan
butiran Al2O3.
Tabel 2.6 Ukuran Grit pada Pengamplasan yang Pertama

Di pasaran nilai kekasaran (grid) kertas gosok dinyatakan dengan angka,


missal 120, 200, 400 dan sterusnya. Angka 80 adalah paling kasar, dan 2000
adalah yang paling halus. Kemudian dilakukan polishing dengan aluminia yang
berupa bubuk atau pasta dengan ukuran butiran tertentu. Semua proses grinding
dan polishing dilakukan dengan menggunakan air untuk menghindari panas.

2.4.3 Etching (Mengetsa/Etsa)


Etching dilakukan untuk mendapatkan permukaan yang dapat diamati
dengan mikroskop optis. Pada dasarnya mengetsa (etching) adalah proses korosi
yang dikendalikan sehingga menghasilkan kontur permukaan yang bervariasi
juga. Kondisi tersebut terjadi karena adanya variasi struktur metal, karena variasi
struktur adalah variasi potensial untuk terkorosi. Potensial tersebut akan dibantu
oleh lingkungan. Variasi laju korosi tersebut akan menghasilkan variasi
permukaan pada spesimen, misalnya batas butir terlihat adanya variasi orientasi,
fase akan terlihat karena adanya perbedaan fase-fase terkorosi.
Pada prinsipnya metode etching dibagi menjadi 2, yaitu secara kimia
(etching reagent) yang merupakan pelarutan fase dalam spesimen dipicu oleh
reaksi kimiawi. Secara kimia terdiri dari 3 komponen, yaitu :
1. Corrosion agent (hidrocloric, sulphuric, phrospore, acelin asice)
2. Modifier agent
3. Oxider (hydrogen peroxide, Fe3+ Cu2+) korosi harus dikontrol dengan
mengikat electron.
Metede selanjutnya adalah secara elektrolisis yang merupakan pemberian
potensial untuk mempercepat laju. Secara elektrolisis memanfaatkan prinsip
elektrokimia, dimana benda kerja dikorosi dengan menggunkan arus dari energy
listrik dimana spesimen adalah anoda. Selain kedua metode tersebut ada juga
metode potensiostatic dan anodizing.

Etsa Material Waktu


Nitrid acid/natal : asam Khusus untuk baja 5-10 detik
nitrit + alcohol 95% karbon, mendapatkan
fasa pearlite, ferrite, dan
ferrite dari martensit
Picral (asam picric + Khusus untuk baja, 5-10 detik
alcohol) mendapatkan fasa
pearlite, ferrite, dan
ferrite dari martensit
Ferric chloride (ferric Untuk stainless steel, 10-15 detik
chloride + HCL + air) nikel austenitic dan
paduan tembaga
Hydrofluoric acid (HF + Untuk alumunium dan < 5 detik
air) paduannya

Tabel 2.7 Tabel Etching (Etsa)


2.4.3.1 Bahan Larutan Etsa Mikro
1. Asam Nital
Komposisinya asam nital 2ml, alkohol (95%) 98 ml. Pemakaiannya
untuk baja karbon, baja paduan rendah dan baja paduan sedang. Waktu
sampai 1 menit.
2. Asam pikral
Komposisinya asam pikral 4 gram, alkohol 98 ml. Pemakaiannya
untuk baja karbon dalam keadaan normal, dilunakan, dikeraskan dan
ditemper. Waktu pengetsaan beberapa detik sampai 1 menit.
2.4.3.2 Pengaruh Etsa
Pengaruh reaksi dari larutan kimia terhadap permkaan benda uji ialah
seluruh permukaan akan nampak seperti garis-garis tidak teratur yang
menunjukkan munculnya atau adanya batas-batas antara butir-butir kristal logam
tersebut.

2.4.4 Pengamatan dengan Mikroskop Optis dan Pengambilan Gambar


Dalam tahap ini memanfaatkan pantulan cahaya dari benda kerja . dimana
kontur yang bervariasi akan memantulkan intensitas yang berbeda juga. Seperti
Gambar 2.8 Sehingga akan menghasilkan gelap terang yang mampu ditangkap
oleh mata. Untuk mendapatkan gambar tersebut dapat menggunakan kamera
otomatis yang dihubungkan dengan computer yang mampu menangkap gambar
secara digital. Gambar yang dihasilkan dapat divariasikan perbesarannya,
tergantung dari kebutuhan pengamatan. Struktur mikro yang diinginkan umumnya
terletak antara 50x sampai 100x.

Gambar 2.8 Jalan Sinar Pada Pengamatan Metallography

2.4.5 Pengamatan Metallography dan Pengambilan Foto


Spesimen yang telah di etsa selanjutnya diamati dibawah mikroskop
dengan perbesaran 100x dan 400x. kemudian dilakukan pengambilan gambar.
Gambar yang diambil adalah struktur mikro dari spesimen. Diamati pula tipe,
bentuk dan ukuran.

Anda mungkin juga menyukai