Anda di halaman 1dari 5

Tingginya Angka OHI-S Dilihat dari Perilaku Cara Menggosok Gigi yang Benar

Dyah Ayu Mayang Pitaloka

STIKes Surya Mitra Husada

mayangpit@gmail.com

Abstrak

Plak bila dibiarkan akan menyebabkan kerusakan yang lebih lanjut hingga tanggalnya gigi.
Kecenderungan untuk terjadinya plak ini ada pada setiap individu pada segala umur. Untuk menilai
kebersihan gigi-mulut menurut WHO, digunakan indeks OHIS (Oral Hygiene Indeks Simplified). Penduduk
Indonesia tidak mengetahui cara menyikat gigi yang baik, yaitu setelah makan pagi atau sarapan pagi
dan sebelum tidur malam.
Perilaku merupakan salah satu yang memegang peranan penting dalam menentukan status
kesehatan gigi dan mulut pada seseorang, di samping mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut
secara langsung, perilaku dapat mempengaruhi faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan.Perilaku
untuk pemeliharaan kesehatan gigi antara lain, memilih sikat gigi, menggunakan pasta gigi, melakukan
kontrol plak, menggosok gigi dengan waktu dan teknik yang benar, mencari upaya penyembuhan apabila
ada keluhan ngilu atau sakit pada gigi, gusi mudah berdarah dan sebagainya.

Kata Kunci : OHI-S, Perilaku, Cara Menyikat Gigi yang Baik dan Benar

1. Latar Belakang Gingivitis apabila dibiarkan dapat berlanjut

Salah satu penyakit gigi dan mulut yang menjadi Periodontitis (Carranza, 2003, 2006).

banyak dijumpai di masyarakat adalah penyakit Plak bila dibiarkan akan menyebabkan

periodontal. Penyakit periodontal yang sering kerusakan yang lebih lanjut hingga tanggalnya

dijumpai adalah keradangan gusi atau gingivitis. gigi. Kecenderungan untuk terjadinya plak ini

Seperti diketahui penyebab utama gingivitis ada pada setiap individu pada segala umur

atau keradangan gusi adalah plak. Pada (Carranza, 2003, 2006). Plak yang tidak

pemeriksaan klinis, adanya gingivitis terlihat dibersihkan dari lapisan luar gigi akan menjadi

warna kemerahan pada gusi, perdarahan saat tempat berkumpulnya mikroorganisme.

probing dan biasanya tanpa adanya rasa sakit. Mikroorganisme normal yang terdapat di dalam

Penyebab gingivitis dan penyakit periodontal mulut, hidup harmonis bersama-sama dengan

adalah diabaikannya kebersihan mulut, jaringan sebagai host, untuk mempertahankan

sehingga terjadilah akumulasi plak yang keadaan sehat. Menurut Fedi, Vernino dan Gray

mengandung berbagai macam bakteri. Selain (2004), menyatakan bahwa penyebab

itu, suasana lingkungan akan menunjang timbulnya karang gigi dan gigi berlubang, serta

terjadinya plak sub gingiva (Glickmann, 1983). penyakit gigi lainnya adalah plak. Oleh karena
itu program pemeliharaan yang baik terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit
kesehatan gigi-geligi setiap dua hingga tiga penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
bulan dapat meredakan penyakit periodontal makanan dan minuman, serta lingkungan.
pada populasi dewasa. Faktor yang mempengaruhi perilaku
Untuk menilai kebersihan gigi-mulut Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
menurut WHO, digunakan indeks OHIS (Oral terhadap pemeliharaan kesehatan gigi menutut
Hygiene Indeks Simplified) (Carranza, 2003, Green (1980) dalam (Notoatmodjo, 2003)
2006). Menurut Profil Kesehatan Gigi (1999), meliputi:
61,5% penduduk Indonesia tidak mengetahui a. Faktor predisposisi Faktor yang
cara menyikat gigi yang baik, yaitu setelah melatar belakangi perubahan perilaku yang
makan pagi atau sarapan pagi dan sebelum memotivasi terbentuknya suatu perilaku. Faktor
tidur malam. Anitasari (2005) mengatakan ini meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan, dan
menurut teori Blum, perilaku merupakan salah nilai.
satu yang memegang peranan penting dalam b. Faktor pendukung Faktor
menentukan status kesehatan gigi dan mulut pendukung adalah faktor yang memfasilitasi
pada seseorang. Angela (2005) perilaku individu atau kelompok termasuk
mengungkapkan di samping mempengaruhi keterampilan. Faktor ini meliputi ketersediaan,
status kesehatan gigi dan mulut secara keterjangkauan sumber daya pelayanan
langsung, perilaku dapat mempengaruhi faktor kesehatan, prioritas dan komitmen masyarakat
lingkungan dan pelayanan kesehatan. dan pemerintah dan tindakan yang berkaitan
dengan kesehatan.
2. Kasus Masalah
c. Faktor pendorong Faktor pendorong
Mojokerto- Didapati 5 dari 10 orang siswa adalah faktor yang mendorong sehingga
memiliki angka OHI-S yang buruk. Ketika memperkuat terjadinya perilaku. Faktor
dilakukan pemeriksaan dan wawancara penguat ini terdiri dari tokoh masyarakat,
langsung dengan responden diketahui 5 orang petugas kesehatan, guru, dan keluarga.
siswa tersebut menyikat gigi saat mandi pagi Snehandu B.Karr menganalisis perilaku
dan sore, mereka tidak mengetahui cara kesehatan dengan bertitik tolak dari lima
menyikat gigi yang baik dan benar serta waktu determinan yaitu:
menyikat gigi yang dianjurkan. a. Niat seseorang untuk bertindak
sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
3. Tinjauan Pustaka
kesehatannya (behaviour intention).
Perilaku adalah respon atau reaksi individu b. Dukungan sosial dari masyarakat
terhadap stimulasi yang berasal dari luar atau sekitarnya (social support).
dari dalam dirinya (Ali, 2010). Pengertian c. Ada atau tidaknya informasi tentang
perilaku menurut Skiner dalam (Notoatmodjo, kesehatan atau fasilitas kesehatan (acessibility
2007), perilaku kesehatan secara umum adalah of information). Universitas Sumatera Utara.
suatu respon seseorang (organisme) terhadap
d. Otonomi pribadi yang a) Ambil sikat dan pasta gigi,
bersangkutan dalam hal mengambil tindakan Peganglah sikat gigi dengan cara anda sendiri
atau keputusan (personal autonomy). (yang penting nyaman untuk anda pegang)
e. Situasi yang memungkinkan untuk b) Bersihkan permukaan gigi
bertindak atau tidak bertindak (acttion bagian luar yang mengadap ke bibir dan pipi
situation) dengan cara menjalankan sikat gigi pelan-pelan
Menurut Kegeles (1961) yang dikutip dan naik turun. Mulai pada rahang atas terlebih
Budiharto (2010), ada empat faktor utama agar dahulu kemudian dilanjutkan dengan yang
seseorang mau melakukan pemeliharaan rahang bawah.
kesehatan gigi yaitu: c) Bersihkan seluruh permukaan
a. Merasa mudah terserang penyakit kunyah gigi (gigi geraham) pada lengkung gigi
gigi. sebelah kanan dan kiri dengan gerakan maju
b. Percaya bahwa penyakit gigi dapat mundur sebanyak 10-20 kali. Lakukan pada
dicegah. rahang atas terlebih dahulu kemudian
c. Pandangan bahwa penyakit gigi dilanjutkan dengan rahang bawah. Bulu sikat
dapat berakibat fatal. gigi diletakkan tegak lurus menghadap
d. Mampu menjangkau dan permukaan kunyah gigi.
memanfaatkan fasilitas kesehatan. d) Bersihkan permukaan dalam gigi
Beberapa perilaku untuk pemeliharaan yang menghadap ke lidah dan langit-langit
kesehatan gigi antara lain, memilih sikat gigi, dengan menggunakan teknik modifikasi bass
menggunakan pasta gigi, melakukan kontrol untuk lengkung gigi sebelah kanan dan kiri.
plak, menggosok gigi dengan waktu dan teknik Lengkung gigi bagian depan dapat dulakukan
yang benar, mencari upaya penyembuhan dengan cara memegang sikat gigi secara
apabila ada keluhan ngilu atau sakit pada gigi, vertikal menghadap ke depan. Menggunakan
gusi mudah berdarah dan sebagainya ujung sikat dengan gerakan menarik dari gusi
(Budiharto, 2010). ke arah mahkota gigi. Dilakukan pada rahang
atas dan dilanjutkan rahang bawah
4. Pembahasan
e) Terakhir sikat juga lidah dengan
Cara Menggosok Gigi Adapun alat yang menggunakan sikat gigi atau sikat lidah yang
harus di perlukan dalam menggosok gigi yang bertujuan untuk membersihkan permukaan
baik dan benar yaitu menggunakan sikat gigi lidah dari bakteri dan membuat nafas menjadi
yang lembut dan sesuai ukuran dan pasta gigi segar. Berkumur sebagai langkah terakhir untuk
yang mengandung flourid. Dibawah ini adalah menghilangkan bakteri-bakteri sisa dari proses
langkah – langakah penting yang harus menggosok gigi
dilakukan dalam menggosok gigi (Rahmadhan, Hal yang perlu diperhatikan dalam
2010) : menggosok gigi Hal yang harus diperhatikan
dalam menggosok gigi adalah (Rahmadhan,
2010) :
a. Waktu menggosok gigi mengandung fluoride. Penggunaan pasta gigi
Menggosok gigi minimal dua kali dalam sehari, tidak perlu berlebihan karena yang terpenting
yaitu pagi hari setelah sarapan dan malam hari dalam membersihkan gigi adalah teknik
sebelum tidur. Hal ini disebabkan karena dalam menggosok gigi. Setelah melakukan gosok gigi
waktu 4 jam, bakteri mulai bercampur dengan tapi masih terdapat kotoran maka dapat juga
makanan dan membentuk plak gigi. Menyikat dibersihkan dengan cara flosing yaitu metode
gigi setelah makan bertujuan untuk membersihkan gigi dengan menggunakan
menghambat proses tersebut. Lebih baik lagi benang gigi.
menambah waktu menyikat gigi setelah makan
5. Kesimpulan
siang atau minimal berkumur air putih setiap
habis makan. Masih banyak terdapat siswa yang belum
b. Menggosok gigi dengan lembut mengerti pentingnya akan menjaga kesehatan
Menyikat gigi yang terlalu keras dapat gigi dan mulut, dilihat dari tingginya angka OHI-
menyebabkan kerusakan gigi dan gusi. S pada siswa. Perlunya dorongan untuk
Menggosok gigi tidak diperlukan tekanan yang merubah perilaku menyikat gigi yang baik dan
kuat karena plak memiliki konsistensi yang benar serta menyikat gigi pada waktu yang
lunak, dengan tekanan yang ringan plak akan tepat dapat dibantu oleh diri sendiri dan juga
terbuang. dorongan dari orang lain atau lingkungan
c. Durasi dalam menggosok gigi sekitar.
Menggosok gigi yang terlalu cepat tidak akan
6. Daftar Pustaka
efektif membersihkan plak. Menggosok gigi
yang tepat dibutuhkan durasi minimal 2 menit. Sodik, M. A., Suprapto, S. I., & Pangesti, D.

d. Rutin mengganti sikat gigi (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Sikat gigi yang sudah berusia 3 bulan sebaiknya Dengan Pelaksanaan Pelayanan Prima

diganti karena sikat gigi tersebut akan Pegawai Di Rsui Orpeha

kehilangan kemampuannya untuk Tulungagung. STRADA Jurnal Ilmiah

membersihkan gigi dengan baik. Apabila Kesehatan, 2(1), 24-32.

kerusakan sikat gigi terjadi sebelum berusia 3


bulan merupakan tanda bahwa saat menggosok Budiharto., 2010, Pengantar Ilmu perilaku

gigi tekanannya terlalu kuat. Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Gigi.

e. Menjaga kebersihan sikat gigi EGC : Jakarta.

Kebersihan sikat gigi merupakan hal yang paling


utama karena sikat gigi adalah salah satu Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan

sumber menempelnya kuman penyakit. dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

f. Menggunakan pasta gigi yang Ali, Z. 2010, Pengantar Keperawatan

mengandung fluoride Pasta gigi berperan Keluarga. EGC. Jakarta.

penting dalam membersihkan dan melindungi


gigi dari kerusakan karena pasta gigi
Vernino AR. Etiologi penyakit periodontal.
In: Fedi PF, Vernino AR, Gray JL, eds.4th
ed. Silabus periodonti. Alih Bahasa.
Amaliya. Jakarta: EGC, 2004:13-20

Carranza, F.A., Newman, M.G., Takel, H.H.,


dan Klokkevold, P.R.. 2015. Carranza’s
Clinical Periodontology 12th Edition.
Canada: Elsevier, pp:142.
Angela, A., 2005, Pencegahan Primer pada
Anak yang Berisiko Karies Tinggi. J. Dent.,
38(3): 130-134.

Anitasari, S., Rahayu, N.E., 2005.


Hubungan Frekuensi Menyikat Gigi dengan
Tingkat Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa
Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palaran
Kota Madya Samarinda Profinsi Kalimantan
Timur. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.). 38 (2): 88.

Depkes R.I., 1999, Profil Kesehatan Gigi


dan Mulut di Indonesia pada Pelita VI,
Jakarta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan


Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta.

Ramadhan. Serba-serbi Kesehatan Gigi dan


Mulut. Jakarta : Bukune. 2010

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handl
e/123456789/65721/Chapter%20II.pdf?se
quence=3&isAllowed=y

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/144/j
tptunimus-gdl-ardikurnia-7190-3-babii.pdf

Anda mungkin juga menyukai