Anda di halaman 1dari 39

POTENSI GEOFISIKA DAN GEOLOGI SUMBER DAYA

ALAM DI KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN


PROVINSI SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kabupaten Banggai Kepulauan terbentuk dari hasil pemekaran
wilayah Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kabupaten
Morowali, Kabupaten Buol, dan Kabupaten Banggai Kepulauan (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3900)
sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 11Tahun 2000
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 179, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3966).
Dengan terlaksananya UU. No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, maka Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan
yang lebih luas dalam mengatur daerahnya sendiri. Dalam hal ini,
termasuk kewenangan bagaimana mengelola berbagai sumberdaya yang
dimiliki, menjaga keselamatan masyarakatnya dari bencana, atau
melestarikan hasil-hasil pembangunan dan fungsi lingkungan hidup di
daerahnya masing-masing.
Salah satu aspek penting dalam perencanaan wilayah adalah
terintegrasinya aspek kebumian dalam penyusunan konsep penataan
ruang. Aspek kebumian yang sangat terkait tersebut adalah pemanfaatan
sumber daya alam geologi melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya
bahan galian yang terkandung dan dapat dieksploitasi untuk manjadi salah
satu komoditas untuk penunjang pembangunan yang nantinya akan
bermuara pada peningkatan kesejahteran masyarakat.
Secara geologis, Kabupaten Banggai Kepulauan memiliki kondisi dan
potensi tersendiri berdasarkan peristiwa-peristiwa geologi yang telah
terjadi di wilayah ini. Diantara peristiwa tersebut akan terdapat
didalamnya potensi sumberdaya bahan galian baik berupa batuan maupun
mineralisasi yang berdaya guna untuk dieksploitasi.
Kemajuan dunia, khususnya di bidang industri dewasa ini semakin
meningkat dengan adanya penemuan – penemuan bahan tambang baik
logam maupun non logam yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan
bahan baku industri yang berada di berbagai tempat di belahan dunia
khususnya yang berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk mengikuti perkembangan tersebut, maka perlu diadakan kegiatan
penyelidikan geologi umum, baik yang sifatnya hanya peninjauan umum
maupun yang sifatnya sudah tahap penyelidikan eksplorasi dan bila
prospek menunjukkan potensi yang bisa dikembangkan, maka selanjutnya
kegiatan survey ditingkatkan lebih detail untuk mengungkap keberadaan
bahan galian di daerah yang akan dikembangkan tersebut. Dalam
menentukan objek dan lokasi penyelidikan perlu disesuaikan dengan
kebutuhan yang ada, dan kemungkinan pemanfaatannya bagi pengelola
dan masyarakat seluruhnya secara umum harus dilibatkan dan turut
merasakan kemajuan yang ada.
Dari hasil penyelidikan dalam pencarian endapan mineral tertentu,
dijumpai bahwa keterdapatan endapan mineral tertentu berada juga pada
suatu tempat dan kondisi geologi tertentu. Hal tersebut dipengaruhi oleh
genesa atau proses kejadian mineral tersebut. Proses geologi yang
berlangsung sering diikuti oleh pembentukan cebakan mineral dimana
pada kondisi dan tempat tertentu cebakan tersebut sering bersifat
ekonomis maupun tidak ekonomi.
Oleh karena itu perlu diadakan survei dan penyelidikan eksplorasi
untuk melihat kondisi tersingkapnya berbagai mineral dan kandungan
sumberdaya alam yang lain dengan pemetaan geologi di daerah setempat,
dilanjutkan dengan kegiatan survei dan pengukuran geofiiska untuk
mengetahui kandungan di bawah permukaan tanah dan hubungannya
dengan batuan sekitarnya di daerah yang berada di Kabupaten Banggai
Kepulauan.

1.2 Maksud dan Tujuan


1. Maksud kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi dan memetakan
wilayah yang berpotensi dasar sebagai sumber daya mineral tambang
dan daerah yang potensi bahaya dalam pengembangan daerah yang
terdapat di wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan.
2. Adapun tujuannya adalah dihasilkannya Data dan Peta Dasar baik
berupa Hard maupun Soft Copy, yang nantinya akan digunakan oleh
Pemerintah Kabupaten Banggai dalam menyusun program selanjutnya
terkait pemanfaatan dan optimalisasi bahan galian yang dimiliki serta
pengembangan suatu daerah.

1.3 Lingkup Kegiatan


Lingkup kegiatan Identifikasi Potensi Geofisika dan Geologi Sumber
Daya Alam tentang Komoditas Tambang dan di Kabupaten Banggai
Kepulauan ini secara garis besar akan meliputi :
1. Persiapan, pengumpulan dan evaluasi data primer/sekunder.
2. Identifikasi stratigrafi batuan, yang meliputi: formasi dan litologi.
3. Identifikasi struktur geologi, yang meliputi: lipatan, kekar dan
sesar.
4. Identifikasi potensi sumberdaya mineral dan bahan galian batuan
yang bernilai ekonomis dan potensi wilayah yang rentan bahaya
geologi menggunakan metode geofisika dan geologi.
5. Estimasi potensi sumberdaya bahan galian mineral dan batuan.
6. Pembuatan Peta Potensi Geologi untuk Bahan Galian Tambang dan
Bahaya Geologi yang ada.
7. Rekomendasi mengenai langkah-langkah berikutnya yang perlu
dilakukan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum
Sumberdaya alam adalah semua sumberdaya, baik yang bersifat
terbarukan (renewable resources) maupun sumberdaya tak
terbarukan (non-renewable resources). Adapun sumberdaya yang
akan dibahas dalam bab ini terbatas pada sumberdaya alam yang
bersifat tak terbarukan yang berasal dan diambil dari dalam atau
dekat permukaan bumi. Sumberdaya alam tak terbarukan dalam ilmu
geologi disebut juga sebagai sumberdaya geologi.

Keterdapatan dan ketersediaan sumberdaya geologi disuatu wilayah


sangat tergantung pada kondisi geologinya. Sebagaimana diketahui
bahwa persebaran sumberdaya geologi di bumi tidak merata,
dibeberapa tempat dijumpai sumberdaya geologi yang cukup
melimpah sedangkan ditempat lainnya hanya sedikit. Dewasa ini
sumberdaya geologi, seperti minyakbumi merupakan barang
komoditi yang sangat tinggi nilainya mengingat permintaan yang
cenderung meningkat sedangkan ketersediaan semakin terbatas dan
untuk menemukan sumberdaya tersebut semakin sulit dan mahal.
Oleh karena itu pemanfaatannya harus dilakukan secara hati-hati
sesuai dengan kebutuhan serta tidak berlebihan.

Sumberdaya air, sumberdaya mineral, sumberdaya energi, dan


sumberdaya lahan adalah sumberdaya geologi yang sangat penting
dan menjadi kebutuhan utama dalam kehidupan modern saat ini.
Oleh karena itu pembahasan hanya difokuskan pada keempat jenis
sumberdaya tersebut di atas dengan pertimbangan karena
sumberdaya tersebut merupakan sumberdaya yang dominan dan
dibutuhkan dalam konteks perencanaan wilayah.
Dari segi tektonik Kabupetan Banggai, Sulawesi Tengah merupakan
bagian dari kerangka sistem tektonik Indonesia. Daerah ini terletak
pada zona “triple junction”, yaitu daerah yang terletak pada
pertemuan tiga pertemuan lempeng tektonik utama dunia, yaitu
Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik.
Pertemuan ketiga lempeng utama dunia di Indonesia timur ini
bersifat konvergen, sehingga ketiganya bertumbukan secara relatif
mengakibatkan Daerah Banggai sebagai salah daerah yang memiliki
tingkat aktivitas kegempaan yang cukup tinggi di Indonesia. Oleh
karena itu, perlu dilakukan investigasi untuk mengurangi dampak
yang ditimbulkan bagi warga masyarakat serta pembangunan
wilayah Kabupaten Banggai khususnya wilayah Banggai Kepulauan.

2.2 Sumber Daya Mineral

Sumberdaya mineral telah dimanfaatkan oleh manusia sejak manusia


pertama kali menemukan bahan galian berupa bijih tembaga dan
bijih besi. Pemanfaatan bahan galian ini pada awalnya digunakan
untuk keperluan alat rumah tangga atau alat untuk mempertahankan
diri dan berburu, seperti pedang, tombak, panah, dan sebagainya.
Kemudian pada zaman revolusi industri, kebutuhan bahan galian
mineral semakin meningkat karena manfaat dari berbagai jenis
mineral tersebut, misalnya untuk keperluan membuat mesin-mesin
industri, alat transportasi, alat komunikasi, dan alat-alat rumah
tangga. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia sangat
tergantung kepada material-material yang berasal dari bumi.
Permintaan sumberdaya mineral dalam jumlah besar seringkali tidak
dapat terpenuhi karena keterbatasan persediaan sumberdaya
tersebut.
Sumberdaya mineral merupakan sumberdaya yang diperoleh dari
hasil ekstraksi batuan atau pelapukan batuan (tanah). Berdasarkan
jenisnya sumberdaya mineral dapat dikelompokan menjadi 2, yaitu:
(1). Sumberdaya mineral logam dan (2). Sumberdaya mineral non-
logam. Tembaga, besi, nikel, emas, perak, timah adalah beberapa
contoh dari material yang berasal dari mineral logam, sedangkan
kuarsa (silika), muskovit (mika), batu pasir, bentonit, lempung
adalah beberapa contoh material yang berasal dari mineral non-
logam.

2.3 Penyebaran Endapan Mineral


Keterdapatan sumberdaya mineral di bumi sangat tergantung kepada
kondisi geologinya dan tidak semua negara memiliki sumberdaya
mineral yang mereka perlukan. Ganesa / pembentukan sumberdaya
mineral ditentukan oleh asosiasi batuannya, misalnya nikel akan
berasosiasi dengan batuan beku ultrabasa, sedangkan timah
berasosiasi dengan batuan beku asam seperti granit. Tembaga dan
emas akan berasosiasi dengan batuan beku intermedier seperti
andesit dan diorit sedangkan minyakbumi terbentuk dalam batuan
sedimenter. Oleh karena kondisi geologi setiap negara tidak selalu
sama, maka keterdapatan dan penyebaran sumberdaya mineral juga
tidak merata di setiap negara.
Sebagaimana diketahui ada negara-negara yang memiliki cadangan
sumberdaya minyakbumi yang sangat besar dan ada pula negara-
negara yang tidak memilikinya. Jepang adalah salah satu contoh
negara yang tidak memiliki/miskin sumberdaya minyak dan gas
bumi, namun kebutuhan akan sumberdaya tersebut sangat besar,
terutama untuk kebutuhan energi listrik dan industri berat dan
Jepang salah satu negara pengimpor terbesar minyak dan gasbumi
yang berasal dari negara-negara penghasil minyak. Sebagaimana
diketahui bahwa untuk mendapatkan sumberdaya mineral maka
diperlukan suatu proses yaitu, mulai dari tahap penemuan
(eksplorasi), tahap pengambilan (eksploitasi) dan tahap ekstraksi dan
prosesing (pemisahan mineral-mineral dengan material yang tidak
diperlukan). Dalam setiap tahapan pada proses mendapatkan
sumberdaya mineral akan berdampak pada pencemaran lingkungan.

2.4 Tinjauan Geologi Wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan


Berdasarkan Peta geologi yang dihasilkan dari pengamatan lapangan
(Gambar 1 & Gambar 2) yang dipadukan dengan pengecekan data
lapangan yang dilakukan oleh LIPI dan Bappeda Kabupaten Banggai
Kepulauan tahun 2003. Bentang alam Pulau Banggai nampaknya
dapat dibedakan menjadi tiga satuan morfologi yaitu, perbukitan
bergelombang, kars (karst) dan dataran rendah. Pola aliran sungai
umumnya menunjukkan pola aliran sungai dendritik,. Bentuk Pulau
Labobo memanjang baratdaya-timurlaut dan nampaknya satuan
morfologi didominasi oleh perbukitan bergelombang kasar, dicirikan
dengan sudut kemiringan lebih tinggi. Bukit tertinggi terdapat di
sebelah barat dari kota Lipulango dengan arah punggungan utara-
selatan, ketinggian sekitar 535 meter di atas permukaan laut.

Peta Geologi Kabupaten Banggai Kepulauan (Sukmana, 2005)


Peta Geologi Kabupaten Banggai Kepulauan (Sukmana, 2005)

Tatanan geologi P. Banggai dan P. Labobo disusun oleh 7 satuan


batuan, mengacu pada peta geologi yang telah ada. Maka formasi
dan pola sebaran batuan dapat dikelompokkan dari
satuan tertua hingga muda sebagai berikut :
Kompleks batuan malihan adalah satuan batuan tertua yang terdiri
dari sekis, gneis dan kuarsit. berwarna kelabu dan kehijauan,
berumur Karbon. Mineral utama yang sering dijumpai adalah mika
dari jenis muskovit dan serisit sebagian terdapat klorit, ubahan
mineral dijumpai karena oksidasi seperti limonit, juga karbonat dan
serisit. Sebarannya di P. Banggai menempati bagian selatan dalam
dua jalur yaitu di barat antara Tokubet - Monsongan dan timur
antara Malino – Lambako. Satuan itu terlipat kuat dan mengalami
pengangkatan beberapa kali. Penyelidik sebelumnya menyebutnya
sebagai satuan Kompleks Batuan Malihan, (Pzm). Menindih tak
selaras di atasnya batuan gunungapi. Satuan batuan terdiri dari
riodasit, tuf lafili dan breksi, menyebar dalam 2 jalur memanjang
utara – selatan yang bagian barat menyebar dari Talambatu ke
Poisubatango dan di bagian timur memanjang dari Tolokibit ke
Banglamayu. Riodasit, berwarna kelabu hingga kecoklatan, pejal,
keras kompak, bertekstur porfiritik, fenokris umumnya dari kuarsa
dan felspar. Dalam breksi kadang dijumpai batuan malihan sebagai
fragmen. Umur batuan ini adalah Permo-Trias. Supanjono dan
Haryono (1993) serta Surono, dkk. (1993), menyebutnya sebagai
satuan batuan Gunungapi Mangole (TRPmv).
Kedua formasi batuan ini diterobos granit yang menyebar di dua
tempat, satu menempati aliran Sungai Selangat dan hulu S.
Lumaling yang kedua tersingkap di aliran Paisupuso dan tersebar
memanjang dari Pelingsulit hingga Lokotoy. Granit segar dijumpai
di Desa Pelingsulit, granit ini umumnya mempunyai kerapatan
fracture tinggi. dan banyak diantaranya telah mengalami pelapukan
kuat menjadi safrolit, Granit Selangat-Lumaling umumnya
mempunyai tingkat kekerasan cukup tinggi sehingga sulit dipecah.
Bongkah-bongkah besar pada aliran sungai ini banyak dijumpai
seperti di Paisusun, sehingga menandakan, bahwa di daerah ini
kerapatan rekahan relative jarang.
Di Pulau Labobo, batuan granit ini menyebar setempat di hulu S.
Paisulamo dan hulu S. Lipulalongo ke baratnya sampai di hulu S.
Alasan. Batuan granit yang menyebar ke arah lereng baratlaut
umumnya berwarna merah dengan kerapatan rekahan tinggi tidak
ditemukan bongkah besar. Granit Banggai secara petrologi terdiri
dari granit, granodorit, diorit kuarsa dan pegmatit. Bentang alam
satuan batuan granit ini memperlihatkan bentuk morfologi
bergelombang dengan permukaan relatif halus membulat. Mineral
ubahan umumnya terdapat lempung dan klorit berasal dari
plagioklas, biotit sebagian terubah menjadi oksida besi. Dalam
granodiorit terdapat amfibol sebagian terubah menjadi oksida besi
berbentuk bintik-bintik hitam.
Daerah sebaran granit dan pegmatite umumnya menyebar di
bagian utara dari zona terobosan Granit, sementara granodiorit dan
diorit kuarsa di bagian selatannya. Dari temuan gejala mineralisasi
di lapangan batuan diorite kuarsa dan granodiorit relatif
menunjukkan cirri batuan termineralisasi dan terubah. Hal ini
ditunjukkan oleh adanya temuan bongkah batuan granodioritik
yang mafik mineralnya dominan disusun oleh magnetit yang
permukaanya tertutup limonitisasi dan diseminasi pirit di hulu S.
Lumaling dan indikasi keterdapatan kasiterit di endapan sungai
Lipulalongo, geologi aliran sungainya ditempati dominan oleh
granodiorit.
Penarikan radiometri terhadap batuan granit dari P. Banggai dan P.
Taliabu menunjukkan umur 235 ± 10 hingga 245 ± 25 juta tahun
(Sukamto, 1975). Dan umur 221 ± 2 hingga 225 ± 2 juta tahun
(Amdel, 1984). Kedua hasil itu menunjukkan umur Trias hingga
Perm. Kompleks batuan terobosan ini disebut sebagai Granit
Banggai (TRPbg).
Satuan batuan konglomerat dan batupasir diendapkan tidak selaras
diatas Granit, berwarna putih kemerahan dan kecoklatan agak
padat dan keras, batupasir umumnya disusun oleh butiran kuarsa
yang sangat dominan kadang bersisipan serpih. Konglomerat
berkomponen batuan malihan, granit, batuan gunungapi dan
kuarsa, tebal masing-masing sangat beragam, Formasi ini diduga
berumur Jura Awal sampai Jura Tengah, satuan batuan disebut
sebagai sedimen Formasi Bobong (Jbs). Endapan satuan berikutnya
adalah Batugamping klastik, berwarna putih bersih hingga kotor
kecoklatan, ukuran butir pasiran (relatif seragam) sebagai
kalkarenit hingga kalsirudit. Dari kumpulan fosil yang
dikandungnya, berumur dari Eosen sampai Miosen Tengah,
tersebar luas dan hamper terdapat di seluruh P. Banggai, di daerah
Lalong terdapat batugamping fragmen dengan ukuran kerakal
(gravel) yang keras, batuan ini dikelompokan sebagai batugamping
Formasi Salodik (Tems).
Endapan batuan berumur kuarter adalah batugamping terumbu,
penyebaran tidak merata, sebagian berupa batugamping
konglomeratan, berwarna putih kotor hingga kecoklatan, setempat
berongga-rongga dan tidak berlapis. Tersusun dari koral, moluska
dan ganggang, singkapannya terkadang ditemukan pada endapan
batugamping hablur. Ciri utama: keras dan berukuran bongkah
tidak beraturan kadang kristalin, setempat terumbu itu masih
tumbuh, satuan batugamping disebut sebagai Formasi Peleng (QL).
Satuan batuan termuda daerah ini adalah aluvium, terdiri atas
lumpur, lempung, pasir dan kerikil, berupa endapan permukaan
sungai dan di sekitar pantai, diantaranya terdapat di pantai
Lambako–Pasir putih yang merupakan muara Sungai Selangat dan
Paisu Moute.

Struktur
Gejala struktur geologi yang berkembang di daerah P. Banggai dan
P. Labobo, tidak terlepas dari tatanan tektonik global untuk wilayah
Indonesia Timur. Dampak pergerakan lempeng dalam kurun
geologi yang panjang itu telah menimbulkan terjadinya banyak
sesar. Berdasarkan pengamatan hampir di seluruh lintasan
pengamatan lapangan terutama batuan tua, seperti komplek
batuan malihan, terobosan granit dan batuan gunungapi
berkembang kekar/retakan yang sangat intensif sehingga
mempunyai kerapatan frakture yang tinggi dan sebagian kecil diisi
pirit. Sedang dalam batugamping, tidak banyak dijumpai.
Dipadukan dengan citra satelit dan adanya lineasi morfologi dari
peta topografi dan kelurusan-kelurusan yang terekam di Pulau
Panggai dan Labobo, struktur sesar umumnya berarah utara
selatan agak ke baratlaut. Struktur sesar ini sebagian merupakan
batas antar satuan batuan, seperti yang terekam di Pulau Banggai,
dimana satuan batugamping Salodik yang menempati bagian timur
Pulau Banggai dibatasi oleh sesar lengkung yang berarah hampir
utara selatan sebagai pembatas dari satuan batuan yang berumur
Pra-Tersier. Kriteria adanya struktur sesar di lapangan selain
dicirikan dengan dengan deretan mata air di sekitar lineasi
morfologi gawir, juga dijumpai banyak retakan (fracture) yang
sangat rapat kadang Nampak seperti breksi sesar setempat
bersama lempung milonitik dan slickenside dengan arah beragam.
Gejala sesar dijumpai di Tanjung Kansim ditunjukan oleh adanya
perubahan dari struktur sekistose dan munculnya batuan malihan
sebagai formasi paling tua secara berulang. Posisinya di pinggiran
terobosan stock granit Labobo. Indikasi sesar di Pulau Banggai
dijumpai di beberapa tempat dan dapat ditarik sebagai kelurusan
sesar, maisng-masing di Tokubet-Lambako, Pelingsulit-Lokotoy
yang berarah hampir utara selatan dan Banglamayu-Banggai
dengan arah barat timur.

Topografi dan Hidrologi


Bentuk permukaan bumi ditunjukkan oleh morfologi atau topografi
tertentu, dan dikontrol oleh struktur geologi dan genesis atau asal-
usul proses pembentukannya. Ditinjau secara geomorfologi
berdasarkan morfologi, struktur, dan proses pembentukannya,
morfologi wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan dapat dibagi
menjadi 4 satuan utama, yaitu: pegunungan/perbukitan struktural,
pegunungan/perbukitan karst, perbukitan intrusif, dan dataran
rendah.
(a). Pegunungan struktural terdapat di bagian barat Pulau Peleng,
memanjang dengan pola selatan - utara dengan ketinggian antara
±700 hingga 1.000 meter lebih di atas muka air laut, lereng curam
hingga sangat curam dengan kemiringan ≥40%. Morfologi ini
terdapat di sekitar perbatasan Kecamatan Buko, Buko Selatan,
Bulagi Selatan, dan Bulagi. Perbukitan struktural terdapat hampir di
seluruh pulau, dengan ketinggian mulai ±200 hingga ±700 meter di
atas muka air laut, denganlereng relatif miring (15-30%) hingga
berbukit curam (30-40%), yang terdapat di Pulau Peleng, Banggai,
Labobo, dan Bangkurung. Puncak-puncak bukit terdapat di Bukit
Monimit (490 meter) di Pulau Banggai, dan Bukit Basasal di Pulau
Peleng bagian timur.
(b). Perbukitan dan pegunungan karst menempati sebagian besar
Pulau Peleng, dan secara lokal-lokal pada pulau-pulau lainnya. Ciri
khas morfologi ini adalah pola kerucut dan lembah karst, dolin, gua,
ponor, dan sungai bawah tanah. Puncaknya terdapat di Gunung
Tinakong (558 meter) dan Bukit Blombong di Pulau Peleng.
(c). Perbukitan intrusif merupakan perbukitan yang terbentuk
karena penerobosan batuan gunungapi granodiorit dan diorit, yang
sebagian besar terdapat di Pulau Banggai, dan sebagian kecil di
Pulau Labobo dan Bangkurung.
(d). Dataran rendah terbentang di sepanjang wilayah pesisir dan
lembah-lembah antar perbukitan atau pegunungan, yang sebagain
besar dijumpai di bagian utara Pulau Peleng, dan sebagian kecil di
selatan Pulau Peleng dan selatan Pulau Banggai.
Kabupaten Banggai Kepulauan dapat diklasifikasikan ke dalam 6
(enam) satuan geoekosistem bentang lahan asal proses, yaitu: asal
proses fluvial (aliran sungai), marin (gelombang), vulkanik
(gunungapi), solusional (pelarutan, karst), structural (tektonik), dan
organik (aktivitas organisme).
Jika ditinjau dari ketersediaan air permukaan, di Kabupaten
Banggai Kepulauan terdapat beberapa sungai, yang jika ditinjau
berdasarkan sifat pengalirannya dapat dibagi menjadi 2 (dua),
yaitu: (a) sungai perennial, sungai yang mengalir sepanjang tahun,
yang biasanya bersumber dari mataair berdebit besar dan
permanen sepanjang tahun, dan (b) sungai intermitten, sungai
yang mengalir ketika musim hujan saja. Selain sungai-sungai
tersebut, terdapat pula potensi air permukaan berupa danau yang
airnya dapat pula dimanfaatkan untuk sesuatu keperluan yang
potensial. Tabel 2.4. menyajikan sebaran sungai dan danau yang
ada di Kabupaten Banggai Kepulauan berdasarkan satuan
ekoregionnya.

2.5 Penyelidikan Metode Geofisika Wilayah Kabupaten Banggai


Kepulauan
Penyelidikan geofisika antara lain meliputi eksplorasi mineral logam
untuk berbagai tipe mineralisasi, eksplorasi batubara dalam
kaitannya dengan studi cekungan pengendapan batubara dan
beberapa penyelidikan geofisika untuk bahan galian industri.
Penerapan metoda geofisika secara terintegrasi untuk beberapa
tipe mineralisasi yang berbeda telah menunjukan hasil-hasil yang
baik dan sangat membantu para akhli eksplorasi dalam melokalisir
daerah prospek mineralisasi.
Dalam eksplorasi endapan batubara, metoda geofisika sangat
membantu terutama dalam eksplorasi yang bersifat regional sampai
semi regional dalam menentukan batas-batas suatu cekungan
sedimentasi yang berkaitan dengan pengendapan batubara,
struktur geologi yang mempengaruhi terhadap kontinuitas
penyebaran batubara dan intrusi batuan yang mempengaruhi
terhadap kualitas batubara.
Dalam disiplin lainnya, metoda geofisika sangat intensip digunakan
antara lain dalam eksplorasi minyak bumi, panas bumi,
geohidrologi, geologi teknik, antropologi dan bahkan dalam
pencarian harta karun.
Geofisika eksplorasi merupakan bagian dari bidang ilmu fisika
(kebumian) yang mempelajari sifat-sifat fisik lapisan bumi dengan
memanfaatkan parameter-parameter fisik yang dimiliki bumi itu
sendiri. Pada dasarnya pengamatan geofisika dilakukan terhadap
gejala-gejala gangguan yang terjadi pada keadaan normal
(anomali), baik secara statik maupun dinamik. Hal ini
menyebabkan berkembangnya berbagai macam metoda
pengamatan dalam geofisika eksplorasi. Salah satu metoda yang
berkembang tersebut adalah dengan memanfaatkan sifat kelistrikan
dari lapisan bumi yang dikenal dengan sebutan metoda geolistrik.
Metoda geolistrik terdiri dari beberapa jenis, di antaranya metoda
polarisasi imbas (induce polarization, ip), metoda potensial diri (self
potential, sp) dan metoda geolistrik tahanan jenis (resistivity).

Metode Geolistrik Tahanan Jenis (Resistivity)


Metoda geolistrik tahanan jenis yang dikenal juga dengan sebutan
metoda resistivitas merupakan metoda yang bersifat dinamik
(aktif), karena menggunakan gangguan aktif berupa injeksi arus
yang dipancarkan ke bawah permukaan bumi. Metoda ini sering
digunakan untuk eksplorasi air tanah karena sifat kelistrikan batuan
(lapisan bumi) sangat dipengaruhi oleh keberadaan air tanah yang
terkandung di dalamnya. Sifat kelistrikan batuan yang relatif
resistif akan menjadi relatif konduktif jika tersaturasi air. Hal ini
cukup bermanfaat dalam memprediksikan keberadaan lapisan bumi
yang tersaturasi air (akifer).
Berdasarkan pada tujuan penyelidikan, metoda ini dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu metoda resistivity mapping dan
sounding (drilling). Metoda resistivity mapping merupakan metoda
resistivitas yang bertujuan untuk mempelajari variasi tahanan jenis
lapisan bawah permukaan secara horisontal. Oleh karena itu, pada
metoda ini digunakan konfigurasi elektroda yang sama untuk setiap
titik pengamatan di permukaan bumi. Setelah itu baru dibuat
kontur isoresisitivitasnya. Sementara metoda resistivity sounding
juga dikenal sebagai resistivity drilling, resistivity probing dan lain-
lain. Hal ini disebabkan metoda ini bertujuan untuk mempelajari
variasi resistivitas batuan di bawah permukaan bumi secara
vertikal.
Metoda geolistrik tahanan jenis merupakan metoda yang bersifat
aktif dengan mengalirkan arus listrik ke dalam lapisan bumi melalui
dua elektroda arus, sedangkan potensialnya diukur melalui dua
buah elektroda potensial atau lebih. Susunan posisi elektroda arus
dan potensial pada metoda geolistrik tahanan jenis disebut sebagai
konfigurasi elektroda. Hasil perbandingan nilai potensial
pengukuran dan besarnya injeksi arus, serta nilai faktor geometri
dari susunan konfigurasi elektroda yang digunakan dapat
digunakan untuk menentukan nilai tahanan jenis (resistivitas)
batuan di bawah titik pengukuran. Nilai resistivitas inilah yang
akan dijadikan sebagai bahan untuk mempelajari sifat/karakteristik
batuan berdasarkan sifat kelistrikannya.
Alat ukur yang digunakan dalam metoda ini adalah resistivitimeter.
Satu unit resistivitimeter biasanya terdiri dari sebuah injektor arus
dan unit ukur yang dapat menampilkan nilai arus terinjeksi serta
potensial terukurnya. Selain itu alat ini dilengkapi oleh elektroda
arus dan elektroda potensial beserta kabel-kabel penghubungnya.
Berdasarkan susunan penempatan elektroda pengukuran terdapat
berbagai jenis konfigurasi pengukuran, diantaranya konfigurasi
Wenner, Schlumberger, bipol-dipol, Lee partition, rectangle line
source dan gradien 3 titik. Masing-masing konfigurasi ini memiliki
karakterisitik tersendiri, sehingga setiap konfigurasi memiliki
kelebihan dan kekurangan. Setiap konfigurasi tersebut
menghasilkan faktor geometri yang berbeda-beda, di mana faktor
geometri ini akan digunakan dalam perhitungan hasil pengukuran.
Konfigurasi pengukuran yang relatif banyak digunakan dalam
keperluan praktis di antaranya konfigurasi Schlumberger, Wenner,
Wenner-Schlumberger (gabungan) dan dipol-dipol.

Konfigurasi Schlumberger. Konfigurasi ini juga dapat


digunakan untuk resistivity mapping maupun resistivity sounding.
Cara pelaksanaan pengukuran untuk resistivity mapping jarak spasi
elektroda dibuat tetap untuk masing-masing titik amat (titik

V
A M N B
l

titik sounding

Gambar -3. Susunan Elektroda Metoda Schlumberger


sounding). Sedang untuk resistivity sounding, jarak spasi elektroda
diubah-ubah secara graduil untuk titik amat. Untuk aturan
elektroda Schlumberger, spasi elektroda arus jauh lebih lebar dari
spasi elektroda potensial seperti pada Gambar-3.

Konfigurasi Wenner. Seperti pada konfigurasi Schlumberger,


konfigurasi Wenner memiliki konfigurasi yang sama, tetapi jarak
antar elektrodanya sama. Jarak antar elektroda arus adalah sama,
seperti terlihat dalam Gambar-4.

V
A M 0 N B

a a
a

Gambar -4. Susunan Elektroda Metoda Wenner

Konfigurasi Dipol-dipol. Konfigurasi bipol-dipol memiliki


beberapa variasi berdasarkan orientasi relatif elektroda saat
pengukuran. Sumbu dipol sumber (AB) dan sumbu dipol
pengamatan (MN), serta garis penghubungnya (s) digunakan
sudut-sudut  dan . Variasi utama yang mungkin adalah azimutal,
radial, tegak, paralel, aksial dan ekuatorial (Parasnis, 1997).
Sounding dilaksanakan melalui pengukuran beda potensial antara
kedua kutub dipol-pengamatan dengan memperbesar jaraknya
terhadap pusat dipol-arus (titik 0) secara bertahap. Konfigurasi
dipol-dipol merupakan konfigurasi bipol-dipol aksial ( = 0o) di
mana seluruh posisi elektroda berada dalam sebuah garis lurus,
seperti terlihat dalam Gambar-5.

V I

0
A B M N
a a
n.a

Gambar-5. Susunan elektroda metoda dipol-dipol

Pengolahan Data. Pengukuran lapangan metoda geolistrik


tahanan jenis akan menghasilkan nilai faktor konfigurasi, beda
potensial dan arus. Seluruh data ini akan menjadi bahan untuk
menentukan besarnya nilai resistivitas terukur untuk setiap titik
pengukuran. Besarnya nilai resistivitas terukur (semu) ditentukan
menggunakan persamaan untuk setiap jenis konfigurasi
pengukuran.
Survai resisitivitas memberikan gambaran distribusi resistivitas
bawah permukaan. Untuk mengkonversi gambaran resistivitas
bawah permukaan menjadi sebuah gambaran geologi maka
pengetahuan untuk membedakan tipe dari material bawah
permukaan dan kenampakan geologinya berdasarkan nilai
resistivitasnya sangat dibutuhkan.
Penerapan. Metoda geolistrik tahanan jenis telah diterapkan
secara luas dalam berbagai bidang, misalnya dalam geoteknik,
ekplorasi panas bumi, lingkungan hidup dan eksplorasi air tanah.
Meskipun begitu metoda ini paling banyak digunakan untuk
eksplorasi air tanah. Hal ini disebabkan terdapat kaitan langsung
antara harga resistivitas listrik batuan dengan keberadaan (fluida)
air di dalamnya. Harga resistivitas listrik batuan ini akan semakin
menurun jika fluida tersebut lebih konduktif dari air tanah biasa,
misalnya air laut atau air panas (hidrotermal) dengan konsentrasi
tertentu.

Metode Magnetik
Salah satu tujuan eksplorasi menggunakan metode geofisika adalah
mendapatkan mineral ekonomis. Mineral tersebut dapat berupa
mineral logam, misalnya emas, perak, tembaga, timah, dan
sebagainya. Metode yang biasanya digunakan untuk eksplorasi
emas adalah metode magnetik. Metode magnetik adalah suatu
metode geofisika yang mengukur intensitas medan magnetik total
di suatu tempat. Analisis anomali medan magnet digunakan untuk
menginterpretasi suseptibilitas struktur geologi yang menonjol pada
daerah penelitian.
Mulyadi (2000) dapat menemukan penyebaran urat kuarsa yang
mengandung bijih emas dan mineral-mineral sulfida logam pada
daerah tersebut dengan menggunakan metode magnetik. Urat
kuarsa merupakan salah satu jenis batuan metamorf yang
terbentuk akibat adanya intrusi batuan beku yang menembus
batuan sedimen dan terjadi aliran hidrotermal yang akan
meningkatkan suhu dan tekanan pada batuan tersebut sehingga
terjadi mineralisasi [1]. Batuan intrusi (batuan beku) mempunyai
harga suseptibilitas yang sangat tinggi sedangkan batuan sedimen
mempunyai suseptibilitas rendah sehingga batuan beku yang
mengintrusi batuan sedimen akan mempunyai kontras suseptibilitas
magnetik yang tinggi dengan batuan sekitarnya. Didasarkan atas
proses
terbentuknya, maka keberadaan urat kuarsa dapat dikaitkan
dengan keberadaan batuan intrusi.
Pengukuran intensitas medan magnet total dilakukan menggunakan
peralatan PPM (Proton Precession Magnetometer) yang dilengkapi
dengan alat perekam intensitas medan magnet total. PPM ini juga
dilengkapi dengan sensor noise yang akan berbunyi jika terdapat
banyak gangguan di sekitar lokasi pengukuran, seperti pengukuran
dekat pagar kawat, jaringan listrik, rumah, dan mobil. Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan dua buah PPM. Satu unit PPM
dioperasikan di base camp secara otomatis akan merekam data
medan magnet total dengan selang waktu dua menit. Tujuan
perekaman data dengan selang dua menit ini adalah untuk
mendapatkan data variasi harian. Satu unit PPM yang dioperasikan
di lapangan akan merekam intensitas medan magnet total.
Metode magnetik merupakan metode geofisika yang bekerja
berdasarkan sifat-sifat magnetik batuan yang terdapat di bawah
permukaan bumi. Metode magnetic ini mengukur nilai anomali
medan magnet pada suatu area. Nilai anomali medan magnet yang
diperoleh kemudian dipetakan dalam kontur anomali medan
magnet. Analisis anomali medan magnet digunakan untuk
menginterpretasi suseptibilitas struktur geologi yang menonjol pada
daerah penelitian.

Metode Polarisasi Terinduksi (Induced Polaritation)


Metode Polarisasi Terinduksi adalah salah satu metode dalam
geofisika yang relatif baru dibanding dengan metode geofisika yang
lain. Sesuai dengan namanya metode IP mengukur adanya
polarisasi di dlam medium karena pengaruh arus listrik yang
melewatinya. Polarisasi banyak terjadi pada medium yang
mengandung mineral logam (misalnya senyawa sulfida logam),
sehingga metode ini lebih banyak dipakai untuk eksplorasi mineral
(base-metal), jarang dipakai untuk eksplorasi air tanah.
Metode ini menggunakan empat elektroda (standar), dalam
surveinya. Arus searah dimasukkan melalui dua elektroda arus,
kemudian beda potensila diukur pada dua elektroda potensialnya.
Bila dalam medium terjadi polarisasi karena pengaruh arus yang
dilewatkan padanya, maka beda potensial terukur pada elektroda
potensial dan beda potensial tersebut tidak segera menjadi nol
pada saat arus dimatikan, melainkan timbul potential decay yang
akan menjadi nol dalam waktu beberapa detik atau sampai menit.
Peristiwa ini bukan disebabkan oleh induksi eletromagnetik (karena
induksi elektromagnetik akan hilang hanya dalam beberapa
mikrodetik), tetapi disebabkan oleh proses elektrokimia yang terjadi
pada daerah yang banyak mengandung senyawa logam.
Pengukuran IP dilakukan dalam dua cara yaitu Time Domain
IP,yaitu pengukuran polarisai dengan menghitung harga potential
decaynya dan Frequency Domain IP, yaitu pengukuran polarisasi
dengan mengukur harga resistivitas sebagai fungsi frekuensi arus
yang dimasukkan ke dalam medium.
Survey IP biasanya menggunakan susunan elektroda Diferensial
Schlumberger dan Elektroda Dipole-Dipole untuk pemetaan ke arah
lateral dan survey dua dimensi. Susunan elektroda Diferensial
Schlumberger Elektroda dengan arus dipasang pada daerah survey
pada jarak 2L, sedangkan elektroda potensial diletakkan diantara
elektroda arus pada satu garis dengan jarak 2l, dimana 2l << 2L.
Susunan elektroda Dipole-Dipole dengan elektroda arus dan
potensial diletakkan pada suatu jarak dan diletakkan diluar
elektroda arus dalam satu garis survey dengan suatu jarak tertentu.
Selanjutnya dapat dibuat kontur yang menunjukkan variasi
resistivitas ke arah lateral dan ke arah kedalaman. Dalam survey IP
selalu dipakai elektroda “porous pot” sebagai elektroda
potensialnya, dimaksudkan untuk mengurangi polarisasi pada
elektrodanya sendiri. Sedangkan elektroda arus tetap
menggunakan elektroda baja anti karat (stainless steel ).
Alat yang digunakan terdiri dari dua bagian yaitu Transmitter dan
Receiver, yang didukung oleh peralatan lainnya berupa GPS,
Genset(Accu), Kabel, Elektroda, Multimeter, Porospot, Kompas
Geologi, HT, Palu dan perlemngkapan tulis-menulis. Alat ini
menghitung beberapa parameter-parameter untuk keperluan
interpretasi yaitu true chargeability dan constant (parameter cole-
cole).

Metode Seismik Refraksi


Lapisan batuan bawah permukaan bumi memiliki sifat fisis yang
variatif. Salah satu sifat fisis yang terdapat di bawah permukaan
adalah tingkat kekerasan batuan. Tingkat kekerasan batuan
merupakan istilah geologi yang digunakan untuk menandakan
kekompakan (cohesiveness) suatu batuan dan biasanya dinyatakan
dalam bentuk compressive fracture strength . Compressive fracture
strenght merupakan tekanan maksimum yang mampu ditahan oleh
batuan untuk mempertahankan diri dari terjadinya rekahan
(fracture). Besarnya fracture strength dipengaruhi oleh densitas
dan kekompakan batuan. Sedangkan besarnya densitas dan
kekompakan batuan juga dipengaruhi oleh elastisitas batuan. Salah
satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui elastisitas
batuan adalah metode seismik refraksi. Metode ini memanfaatkan
perambatan gelombang seismik yang merambat kedalam bumi.
Gelombang seismik tersebut berasal dari sumber seismik yang ada
di permukaan dan gelombang tersebut akan diterima oleh receiver
yang ada di permukaan juga. Dengan menggunakan metode ini
akan didapatkan kecepatan rambat gelombang P (longitudinal) dari
setiap lapisan batuan.
Besarnya cepat rambat gelombang P dalam lapisan batuan
dipengaruhi oleh elastisitas dan densitas batuan (Susilawati, 2004).
Sehingga dengan mengetahui cepat rambat gelombang P pada
lapisan batuan maka akan diketahui tingkat kekerasan lapisan
batuan tersebut. Untuk mendapatkan hubungan kecepatan
gelombang P dan tingkat kekerasan batuan secara eksperimen
digunakan buku pedoman teknik dari Departemen Pertanian
Amerika Serikat (USDA, 2002).
Data seismik refraksi yang digunakan adalah data yang digunakan
untuk melakukan penelitian seismoelektrik. Pengukuran seismik
refraksi ini menggunakan sumber seismik berupa palu dan
penerima gelombang berupa geophone.
Model perlapisan batuan bawah permukaan yang memiliki nilai
kecepatan yang diskrit dapat diubah menjadi model yang dapat
memberikan gambaran nilai kecepatan yang kontinu melalui
pemodelan tomografi.

Metode Seismik Refleksi


Metode seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika
untuk mengobservasi objek bawah permukaan bumi dengan
memanfaatkan sifat pemantulan gelombang elastik yang dihasilkan
dari sumber seismik. Sumber gelombang seismik dapat berupa
dinamit, dan vibroseis untuk survey yang dilakukan di darat dan air
gun jika survey seismik dilakukan di laut. Gelombang seismik yang
dihasilkan kemudian akan direkam oleh alat perekam berupa
geophone untuk survey darat dan hydrophone untuk survey yang
dilakukan di air.
Metode seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika
untuk mengobservasi objek bawah permukaan bumi dengan
memanfaatkan sifat pemantulan gelombang elastik yang dihasilkan
dari sumber seismik. Sumber gelombang seismik dapat berupa
dinamit, dan vibroseis untuk survey yang dilakukan di darat dan air
gun jika survey seismik dilakukan di laut. Gelombang seismik yang
dihasilkan kemudian akan direkam oleh alat perekam berupa
geophone untuk survey darat dan hydrophone untuk survey yang
dilakukan di air.

Metode Gaya Berat (Gravitasi)


Salah satu metode yang sering dipakai dalam kegiatan eksplorasi
mineral adalah metode gravitasi. Mengingat sifat metodenya yang
alamiah maka biaya yang dikeluarkan untuk metode ini relatif
murah dibandingkan dengan metode yang lain seperti seismik
(Fitriyadi, 2005). Metode gravitasi biasanya sebagai survey
pendahuluan pada setiap kegiatan eksplorasi. Sebagai contoh, pada
eksplorasi minyak yang identik dengan metode seismik tetap
memerlukan data gravitasi sebagai pembatas dalam interpretasi.
Metode gravitasi digunakan untuk mendeteksi anomali nilai
gravitasi lokal (residu). Anomali gravitasi disebabkan adanya
kontras densitas lapisan batuan secara lateral. Pemodelan gravitasi
merupakan salah satu metode penafsiran data gravitasi untuk
menggambarkan struktur geometri bawah permukaan berdasarkan
distribusi densitas batuan. Ada tiga metode yang dikenal dalam
pemodelan gravitasi yaitu pemodelan dua dimensi (2D), dua
setengah dimensi (2,5D), dan tiga dimensi.
Survey gayaberat adalah usaha untuk menggambarkan bentuk
(struktur) geologi bawah permukaan berdasarkan pada variasi
medan gravitasi bumi yang ditimbulkan oleh perbedaan rapatmassa
antar batuan. Dalam prakteknya, metoda gayaberat ini mempelari
perbedaan medan gravitasi dari satu titik terhadap titik observasi
lainnya. Dengan demikian suatu sumber yang merupakan suatu
zona massa di bawah permukaan, akan menyebabkan suatu
gangguan dalam medan gravitasi. Ganggguan medan gayaberat ini
disebut sebagai anomali gayaberat. Karena perbedaan gayaberat ini
relatif lebih kecil maka diperlukan alat ukur yang mempunyai
ketelitian yang cukup tinggi.
Pada prinsipnya metoda ini digunakan karena kemampuannya
membedakan densitas dari suatu sumber anomali terhadap
densitas lingkungan sekitarnya. Dengan demikian dari variasi
densitas dapat diketahui bentuk struktur bawah permukaan suatu
daerah. Hal ini sering diperlukan untuk tahap eksplorasi
selanjutnya. Sehingga metoda gayaberat banyak digunakan pada
tahapan penelitian pendahuluan dalam suatu eksplorasi, baik dalam
mencari minyak bumi maupun mineral.
Peralatan yang dipakai dalam survey gaya berat ini adalah
Gravitymeter La Costa & Romberg, GPS, kompas, penunjuk waktu
(jam tangan), Payung, HT dan alat tulis-menulis.
Pada tahap interprestasi, parameter benda yang diestimasi adalah
posisi, dimensi, kontras rapat massa dengan sekitar besar benda
dan lain-lain. Karena sifat ketidakunikan data grafitasi, artinya
benda dengan bentuk yang berlainnan dapat menerangkan data
yang sama, maka banyak dikembangkan berbagai metoda untuk
mendapatkan hasil yang optimum. Di samping itu juga diperlukan
kontrol-kontrol lain misalnya data geologi, data metode geofisika
yang lain dan lain-lain.

Well Logging
Dalam dunia eksplorasi, khususnya eksplorasi hidrokarbon (minyak
bumi dan gas) tahap pertama dari pencarian cadangan hidrokarbon
adalah penelitian geologi dari daerah-daerah potensial untuk
memilih lokasi yang memiliki kemungkinan besar adanya endapan
hidrokarbon. Tahap kedua adalah menyelidiki daerah terpilih
dengan metode geofisika yang biasanya meliputi penelitian
magnetic dan gravitasi yang dilakukan di darat maupun di udara.
Kemudian dilanjutkan dengan penelitian seismik yang dapat
menggambarkan adanya cadangan hidrokarbon. Tahap inilah salah
satu cara yang paling akurat dalam mencari cadangan minyak dan
gas dengan member lalu mengukur langsung daerah sekitarnya,
cara ini adalah logging. Karena dengan logging kita dapat
mengetahui gambaran yang lengkap dari lingkungan di bawah
permukaan tanah, tepatnya mengetahui dan menilai batu-batuan
yang mengelilingi lubang bor tersebut. Logging juga dapat
memberikan keterangan ke dalam lapisan yang mengandung
hidrokarbon serta sejauh mana penyebaran hidrokarbon pada suatu
lapisan.
Logging dilakukan dengan memasukkan suatu alat tertentu ke
dalam lubang bor dimana lubang bor tersebut mempunyai kondisi
yang tertentu pula. Sehingga kurva-kurva yang dihasilkan sangat
berhubungan erat dengan kondisi lubang bor tersebut.
Mikrotremor
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu
lempeng India-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Ketiga lempeng
tersebut bergerak dan saling bertumbukan membentuk zona
subduksi di beberapa tempat, seperti; di pantai barat pulau
Sumatera, pantai selatan Jawa, pantai selatan Bali dan Nusa
Tenggara, Maluku Utara, pantai utara dan timur Sulawesi dan
pantai utara Papua. Selain itu, interaksi ketiga lempeng tersebut
menyebabkan daerah di Indonesia banyak terdapat sesar besar
yang aktif, seperti; Sesar Sumatera/Semangko, Cimandiri, Baribis,
Opak, Busur Belakang Flores, Palu-Koro, Sorong, Ransiki, dan
sistem sesar aktif lainnya yang belum terungkap.
Di tinjau dari data-data tektonik kegempaan menunjukkan bahwa
potensi terjadinya gempabumi di sekitar Kabupaten Banggai
Kepulauan pada masa yang akan datang masih sangat tinggi. Hal
ini tentu sangat membahayakan bagi masyarakat dan keberlanjutan
kabupaten tersebut jika tidak disertai dengan peningkatan tingkat
kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah dalam mengantisipasi
potensi bencana tersebut. Ketika usaha memprediksi kapan,
dimana, dan berapa kekuatan gempabumi belum sepenuhnya
berhasil, maka usaha paling efektif dalam mengantisipasi bencana
gempabumi adalah melakukan mitigasi dengan cara mengetahui
zona yang sangat rawan hingga zona yang relatif aman terhadap
bahaya gempabumi di masa yang akan datang.
Salah satu usaha dalam perencanaan bangunan tahan gempa
sebaiknya mempertimbangkan adanya kemungkinan terjadinya
resonansi getaran dengan melakukan pemeriksaan frekuensi alami
gedung dan tanah dasar gedung tersebut, dengan melakukan
pengukuran mikrotremor. Selain itu percepatan tanah
maksimumnya PGA (Peak Ground Acceleration) perlu diperhatikan
agar bangunan dapat menahan percepatan tanah dasarnya sesuai
desain yang disyaratkan dalam SNI-1726-2002 dalam perencanaan
bangunan tahan gempa.
Lang dan Schwarz (2004) mendefinisikan mikrotremor sebagai
noise perioda pendek yang berasal dari sumber artifisial. Selain itu
mikrotremor dapat juga diartikan sebagai getaran harmonik alami
tanah yang terjadi secara terus menerus yang disebabkan oleh
getaran mikro di bawah permukaan tanah dan kegiatan alam
lainnya. Pengukuran mikrotremor banyak dilakukan pada penelitian
struktur tanah (soil investigation) untuk mengetahui karakteristik
dinamik tanah yang dapat digunakan dalam studi bahaya
gempabumi. Sedangkan menurut Nakamura (2008) mikrotremor
merupakan getaran alami (ambient vibration) yang berasal dari dua
sumber utama yakni alam dan manusia. Mikrotremor atau disebut
juga sebagai ambient noise merupakan getaran tanah yang
disebabkan oleh beberapa faktor akibat aktivitas manusia, seperti
lalulintas, industri, dan aktivitas manusia lainnya, selain itu sumber
mikrotremor juga disebabkan oleh faktor alam seperti interaksi
angin dan struktur bangunan, arus laut, serta gelombang laut
perioda panjang (Peck, 2008; Motamed et al., 2007).
Mikrotremor dapat digunakan dalam perancangan bangunan tahan
gempa, yakni dengan mengetahui periode natural dari tanah
setempat untuk menghindari terjadinya resonansi. Mikrotremor
juga dapat digunakan untuk mengetahui jenis tanah berdasarkan
tingkat kekerasannya (Subardjo, 2008), dimana semakin kecil
periode dominan tanah, maka tingkat kekerasannya semakin besar
atau tanah yang mempunyai periode dominan semakin besar
semakin lunak atau lembek sifatnya.
2.5 Aplikasi Metode Geofisika
Selama ini penerapan metoda geofisika secara terpadu maupun
individu untuk beberapa tipe mineralisasi yang berbeda telah
menunjukan hasil-hasil yang baik dan sangat membantu para ahli
kebumian dalam menafsirkan dan melokalisir daerah mineralisasi
logam.
Dalam eksplorasi endapan batubara, metoda geofisika sangat
membantu baik dalam survei regional sampai semi regional dalam
menentukan batas-batas suatu cekungan sedimentasi yang
berkaitan dengan pengendapan batubara, struktur geologi yang
mempengaruhi terhadap kontinuitas penyebaran batubara,
ketebalan dan intrusi batuan yang mempengaruhi terhadap kualitas
batubara (kalori).
Pada eksplorasi panas bumi , metoda geofisika berperan sangat
besar dalam menentukan keberadaan suatu sistim panas bumi
( sumber panas, reservoar, lapisan penudung), luas daerah
prospek, dan potensi sumber daya panas bumi.
Selain itu metoda geofisika juga sangat intensif digunakan pada
disiplin ilmu lainnya, seperti pada eksplorasi minyak dan gas bumi,
geologi teknik, hidrogeologi, aekeologi/kepurbakalaan dan akhir-
akhir ini.dalam pencarian harta Terpendam Peran geofisika yang
besar tersebut akan berhasil dengan baik bila penerapan metoda
geofisika dilakukan setelah penyelidikan geologi rinci dilakukan,
tidak seperti saat ini penyelidikan geologi dan geofisika dilakukan
bersamaan sehingga perencanaan dan penerapan metoda sering
kurang tepat dan hasilnya tidak memuaskan.
Penerapan metoda geofisika dalam eksplorasi sumberdaya mineral
dan energi merupakan hal yang sangat sulit, karena disatu pihak
dituntut untuk memberikan hasil yang nyata, sedangkan disisi lain
kondisi alam yang sangat tidak homogen dan kecilnya kontras sifat
fisika yang ada, serta penerapan metoda yang tidak cocok yang
kadang-kadang dipaksakan dan akurasi alat yang kurang baik
menyebabkan hasil yang diperoleh sangat sulit untuk diprediksi dan
diinterpretasi. Meskipun demikian dari sekian banyak penyelidikan
yang telah dilakukan, ada beberapa yang berhasil dan memberikan
gambaran yang cukup baik dan informatif terhadap para ahli
kebumian ataupun para pengambil keputusan.

Metoda Geofisika Pada Eksplorasi Mineral Logam


Metoda yang diterapkan adalah metoda Induced Polarisasi – time
domain dengan sistim elektroda dipole-dipole dan wenner. Alat
yang digunakan adalah IPSyscal Jr multi channel buatan Perancis
dengan merek IRISH INSTRUMENT Inc. Alat tersebut terdiri dari
transmitter dengan kemampuan mengirim arus maksimum 2.5
amper, dan alat penerima (receiver) sistim digital yang dapat
mengukur IP dengan cara time domain maupun frekuensi domain.
Metoda lain adalah penerapan metoda geomagnetik untuk
penyelidikan mineralisasi dan potensi bijih besi. Penyelidikan
geomagnet dilakukan dengan menggunakan alat Gun proton
unimag geomagnetometer tipe G.836 buatan Unimag/USA, dengan
ketelitian 10 gamma, alat ukur kerentanan magnit batuan, dan
GPS.

Metoda Geofisika Pada Eksplorasi Panas Bumi


Metoda geofisika yang diterapkan didaerah ini merupakan metoda
geofisika terpadu yang terdiri dari metoda gayaberat, geomagnetik
dan tahanan jenis. Alat yang digunakan terdiri dari : Gravitymeter,
La Coste & Romberg, model G.807 dan Proton Geomagnetometer
tipe G.856 dan alat tahanan jenis receiver EPR 121 A dan
ransmitter.
Penerapan metoda geofisika dilakukan dengan sistem terpadu yang
bertujuan untuk menentukan sumber panas, daerah reservoir
( zona rekahan dan sesar ), lapisan penudung, dan potensi panas
bumi.

Metoda Geofisika Pada Eksplorasi Batubara


Metoda geofisika untuk batubara sering dilakukan dengan memakai
metoda Well logging untuk mengetahui ketebalan lapisan batubara,
seismik refleksi untuk struktur geologi lapisan batubara dan metoda
gayaberat dan magnit untuk struktur cekungan pada endapan
batubara.
Pada penyelidikan well logging alat yang digunakan adalah OYO
3030 Mark-2 buatan Jepang lengkap dengan probe untuk
mengukur gamma ray, density, resistivity, dan self potensial.
Pada penyelidikan gayaberat magnetik digunakan alat Gravitymeter
La- Coste and Romberg tipe D-114 buatan Canada dan Proton
Magnetometer model G-856, buatan Amerika.
BAB III. METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Lokasi Kegiatan


Lokasi kegiatan identifikasi potensi geologi dan geofisika sumber
daya alam ini berada di Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi
Sulawesi Tengah yang meliputi survey pendahuluan, akuisisi data
(pengambilan data), pengolahan data dan interpretasi data.

3.2. Metode Akuisisi Data dan Penyusunan Laporan


Kegiatan identifikasi potensi geologi dan geofisika sumber daya alam
ini berada di Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi
Tengah yang meliputi beberapa tahapan kegiatan, yaitu :
a. Studi pustaka terdahulu
b. Survey pendahuluan lapangan
c. Survey potensi bahan galian secara global
d. Akuisisi (pengambilan data)
e. Pengolahan data
f. Interpretasi Data, Analisis dan Pembahasan
g. Penyusunan Laporan dan Pembuatan Peta
Mula
i

Studi Pustaka Informasi


Geologi

Survey Pendahuluan Lapangan

Survey Bahan Galian

Akuisisi Data

Pengolahan Data

Tidak
Analisis
Data
Ya

Mapping

Interpretasi Data

Penyusunan Laporan
dan Pembuatan Peta

Selesa
i
Gambar 6. Bagan Alir Rencana Pelaksanaan Pekerjaan
BAB IV. PENUTUP

Kabupaten Banggai Kepulauan yang merupakan salah satu wilayah


di Provinsi Sulawesi Tengah secara geologis dimungkinkan untuk
pengembangan komoditas pertambangan dimana potensi sumberdaya
geologi dapat dieksplorasi dan dieksploitasi untuk dijadikan sebagai salah
satu sumber devisa dan peningkatan perkonomian khususnya untuk
masyarakat di Kabupaten Banggai Kepulauan dan Sulawesi Tengah secara
umum.
Pemilihan metoda geofisika dalam penyelidikan sumber daya
mineral dan energi sangat tergantung pada tipe endapan dan lingkungan
geologinya.
Penerapan metoda geofisika pada ekplorasi sumberdaya mineral
dan energi sebaiknya dilakukan setelah penyelidikan geologi rinci agar
penentuan metoda geofisika dan lintasan ukur dapat lebih tepat sehingga
hasil yang didapatkan akan lebih akurat dan maksimal.
Penerapan metoda IP dengan kombinasi susunan ekektroda
memberikan hasil yang baik dalam penyelidikan mineral logam tipe urat
dan porpiri.
Penerapan metoda geomagnetik pada daerah mineralisasi bijih besi
memberikan hasil yang baik karena kontras anomali yang didapat cukup
besar, begitupun potensi nya dapat dihitung dengan melakukan
pemodelan.
Dalam eksplorasi batubara metoda gayaberat dapat diterapkan
guna mengkaji keberadaan struktur dan cekungan yang diperkirakan
mengandung lapisan batubara. Sedangkan metoda magnit dapat
digunakan untuk melokalisir daerah intrusi yang ada hubungannya dengan
penyebaran batubara berkalori tinggi (antrasit). Sedangkan aplikasi
metoda well logging sangat bermanfaat dalam akurasi penentuan
ketebalan lapisan batubara.
Mikrotremor dapat digunakan dalam perancangan bangunan tahan
gempa, yakni dengan mengetahui periode natural dari tanah setempat
untuk menghindari terjadinya resonansi dan juga untuk mengetahui jenis
tanah berdasarkan tingkat kekerasannya, dimana semakin kecil periode
dominan tanah, maka tingkat kekerasannya semakin besar atau tanah
yang mempunyai periode dominan semakin besar semakin lunak atau
lembek sifatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Adang, M., Imanuel, M. F., 2001. Data Geofisika Well Logging Guruh Baru
Jambi. Direktorat 9 Sumberdaya Mineral, Bandung Tidak Diterbitkan

Alanda Idral,2008. Aplikasi Metoda Geomagnetik Dalam Menentukan


Potensi Sumberdaya Bijih Besi Didaerah Bukit Bakar dan Ulu rabau,
Kec.Lembah Gumanti, Kab. Solok, Sumatra Barat . Buletin Sumber
Daya Geologi, Vol.3, No.3, H.28-35

Aissa Astrid, 2008. Prediksi Penyebaran Reservoar untuk Mendeteksi


Adanya Hidrokarbon. FMIPA Universitas Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1996. Panduan Kursus Pengukuran Geofisika Untuk Eksplorasi Air


Tanah dan Geoteknik Serta Aspek Lingkungan . Laboratorium Fisika
Bumi, Jurusan Fisika, Institut Teknologi Bandung.

Arifan Kahfi, Rian.,Yulianto Toni, 2008. Identifikasi Struktur Lapisan


Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas dengan Menggunakan
Metode Magnetik di Papandayan Garut Jawa Barat . Berkala Fisika
Universitas Diponegoro, Vol. 11, No.4, H. 127-135.

Ario Mustang, 2009. Data Geolistrik Daerah Panas Bumi Bittuang,


Sulawesi selatan. Tidak diterbitkan

Edi K., dkk, 2001. Eksplorasi Geofisika Dengan Metoda Gayaberat dan
Magnet di Daerah Tanah Abang, Kota Tengah, dan Guruhbaru,
Kecamatan Mandiangin, Kabupaten Sorolangun dan Musi Banyuasin,
Propinsi Jambi dan Sumatra Selatan . Direktorat Sumberdaya Mineral,
Bandung Tidak Diterbitkan.

Fitriyadi, 2005. Pemodelan Bawah Permukaan dengan Menggunakan


Metode Gravitasi. FMIPA Universitas Indonesia, Jakarta.

Lang, D.H., and Schwarz, J., 2004. Instrumental Subsoil Clasification of


Californian Strong Ground Motion Site Based on Single Measurments,
Volume 1,pp.6.

Motamed, R., Ghalandarzadeh, A., Tawhata, I. and Tabatabei, S.H., 2007.


Seismic Microzonation and Damage Assessment of Bam City, Southern
Iran. Journal of Earthquake Engineering, 11:110-123.
Nakamura, Y., 2008. On the H/V Spectrum. The 14th World Conference on
Earthquake Engineering, Beijing, China.

Peck, L., 2008. Overview of Seismic Noise and Its Relevance to Personal
Detection, US Army Corps of Engineer. Engineer Research and
Development.

Rosyid Syamsu, Setiawan Budi, 2008. Pemetaan Tingkat Kekerasan


Batuan Menggunakan Metode Seismik Refraksi . Jurusan Fisika
Universitas Indonesia Depok.

Subardjo, 2008, Parameter Gempabumi. Materi Diklat Teknis, BMG,


Jakarta.

Tim Dosen, Panduan Workshop Eksplorasi Geofisika (Teori dan


Aplikasinya). Laboratorium Geofisika, FMIPA Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

Tim Terpadu DIM, 2005. Laporan Hasil Penyelidikan Terpadu Geologi-


Geokimia dan Geofisika Daerah Panas Bumi Songa P. Bacan, Kab.
Halmahera Selatan Prop. Maluku Utara. Direktorat Inventarisasi
Sumberdaya Mineral Bandung. Tidak Diterbitkan.

Umar Hamid, 2012. Analisis Potensi dan Cadangan Batubara dengan


Metode Geolistrik Resistivity di Daerah Massenrengpulu, Kecamatan
Lamuru, Kabupaten Bone, Prov. Sulawesi Selatan. Fakultas Teknik,
Universitas Hasanuddin, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai