Anda di halaman 1dari 3

Rehabilitasi Rongga Mulut secara Lengkap Pada Anak dengan ECC: Laporan Kasus dari Tiga

Kasus
Divya Doneria, Seema Thakur, Parul Singhal, Deepak Chauhan
Department of Pedodontics, H. P. Government Dental College, Shimla, Himachal Pradesh, India

ABSTRAK

Karies anak usia dini/Early Childhood Caries (ECC) adalah masalah utama kesehatan yang mempengaruhi
kesehatan rongga mulut bayi dan anak-anak secara negatif. Kehilangan dini gigi sulung anterior karena
trauma atau karies dapat menyebabkan hilangnya efisiensi pengunyahan, gangguan estetik, kesalahan
pengucapan suara labiodental, dan perkembangan kebiasaan mulut yang abnormal. Pemulihan gigi
sulung yang terkena karies terutama gigi depan merupakan tantangan utama bagi dokter gigi, terutama
pada anak-anak yang tidak kooperatif. Laporan kasus berikut dari kasus karies anak usia dini (ECC)
mendokumentasikan pemulihan gigi desidui yang karies untuk meningkatkan kesehatan mulut dan
umum mereka dan membantu mereka untuk mendapatkan kepercayaan diri.

Kata kunci: Rehabilitasi mulut lengkap, karies anak usia dini, manajemen estetik

INTRODUCTION

Karies anak usia dini/Early Childhood Caries (ECC) menunjukkan satu atau lebih lesi karies, gigi yang
hilang (akibat karies), atau gigi sulung yang direstorasi pada anak yang berusia dibawah 71 bulan 1. Pada
anak-anak usia 3-5 tahun, Severe Early Childhood Caries (S-ECC) didefinisikan sebagai: Terdapat satu
atau lebih kavitas, gigi hilang (akibat karies), atau restorasi pada permukaan gigi sulung anterior maksila,
atau nilai DMFS ≥4 (usia 3 tahun), ≥5 (usia 4 tahun), atau ≥6 (usia 5 tahun)2. Hal tersebut mengikuti pola
karakteristik perkembangan: gigi insisive rahang atas terpengaruh pertama diikuti oleh gigi molar rahang
atas kemudian gigi molar rahang bawah, dan karena terdapat lidah, gigi insisive rahang bawah sering
terhindar3.

ECC memiliki etiologi multifaktorial. Salah satu alasannya adalah penerapan pemberian makan yang
tidak benar dan lebih banyak mengkonsumsi makanan kariogenik dengan penyapihan susu selama usia
ini. Hilangnya gigi anterior pada anak dapat menyebabkan berkurangnya dimensi vertikal dan senyum
tidak estetis yang dapat mempengaruhi anak secara psikologis. Hal tersebut dapat mengganggu
kepribadian dan perkembangan perilaku anak4. Ketika gigi ini hilang, lalu diganti, dan manajemen
prostetik sangat penting untuk mengembalikan semua fungsi termasuk estetika dari anak. Perawatan S-
ECC adalah kompleks dan mahal, sering membutuhkan perawatan restoratif dan ekstraksi gigi pada anak
usia dini.

Hal yang paling menantang dalam perawatan ECC adalah anak-anak dengan kelompok usia 2–5 tahun
merupakan kelompok pasien yang paling sulit dapat ditangani. Laporan kasus ini menggambarkan
penanganan terhadap tiga pasien yang dilaporkan ke Departemen Pedodontik dan Pencegahan
kedokteran gigi, H. P. Governmental Dental College and Hospital, Shimla yang menderita ECC dengan
beberapa gigi yang karies.
LAPORAN KASUS

Kasus 1

Seorang anak perempuan berusia 4 tahun dengan keluhan utama gigi anterior karies dan terdapat
nanah di daerah gigi depan. Pada kunjungan pertama pasien tidak terbiasa dengan lingkungan dokter
gigi. Namun ketika sosialisasi dilakukan, pasien menunjukkan perilaku klasifikasi Frankel dengan
penilaian positif. Pemeriksaan intraoral terdapat abses pada gigi 51 dan 61 dan karies gigi 52, 62, 71, 72,
81, 54, dan 64. Terjadi kerusakan berat mahkota rahang atas anterior [Gambar 1].

Pulpektomi direncanakan pada 51, 61 diikuti oleh restorasi komposit (strip crown) dan restorasi w.r.t.
71, 81, 54 dan 64. Perawatan dilakukan dalam beberapa kunjungan. Pada gigi 51 dan 61 dilakukan
pulpektomi. Kemudian, keempat gigi insisive rahang atas juga direstorasi komposit menggunakan strip
mahkota [Gambar 2]. Radiografi ditunjukkan pada Gambar 3. Selain itu juga dilaukan tindakan aplikasi
fluoride dilakukan. Kebersihan rongga mulut dijaga dan dan diet konseling diberikan kepada orang tua.
Kontrol kembali dijadwalkan setiap 6 bulan.

Kasus 2

Pasien kedua adalah anak perempuan berusia 5 tahun yang memiliki keluhan nyeri di daerah gigi
belakang bawah kanan dan beberapa gignya karies. Pasien memiliki klasifikasi perilaku menurut Frankl
adalah negatif. Dalam kunjungan pertama, pasien tidak kooperatif dan dokter gigi hanya melakukan
manajemen perilaku. Pemeriksaan intraoral didapatkan terdapat karies gigi 51, 52, 55, 61, 63, 74, 75,
keterlibatan pulpa di gigi 54, 62, 64, 65, 84, dan sisa akar 85 [Gambar 4-6]. Radiografi sebelum
perawatan terdapat pada Gambar 7.

Rencana perawatannya adalah perawatan endodontik gigi 54, 84, pulp capping indirek gigi 74 dan
sterilisasi lesi dan perbaikan jaringan gigi 64, 65 diikuti oleh mahkota stainless steel (SSC), ekstraksi gigi
75 dan 85 lalu pemberian space maintainer band and loop . Restorasi komposit di gigi 51, 52, 61 dan 62.
Radiografi setelah perawatan terdapat pada Gambar 8. Perawatan dilakukan secara kunjungan berkali-
kali lebih dari 6 bulan karena pasien tidak teratur dalam jadwal kunungan perawatan. Rehabilitasi mulut
penuh dilakukan (Gambar 9]. Orang tua diberikan edukasi tentang langkah-langkah menjaga kebersihan
mulut dan konseling diet. Peninjauan ulang telah dijadwalkan untuk setiap 3 bulan.

Kasus 3

Pasien ketiga anak laki-laki berusia 30 bulan laki-laki dengan rating Frankl negatif. Pasien mengeluhkan
rasa sakit pada gigi depannya. Pada pemeriksaan intraoral, terdapat karies dan keterlibatan pulpa yang
dalam pada gigi 51 dan 61 [Gambar 10]. Pada kunjungan pertama dokter gigi melakukan manajemen
perilaku. Orang tua diberikan edukasi tentang langkah-langkah menjaga kebersihan mulut dan konseling
diet. Sedangkan di kunjungan kedua, dilakukan pengambilan foto radiograf dan aplikasi fluoride selesai.
Dalam kunjungan berikutnya, kerjasama pasien meningkat sehingga pulpektomi dilakukan pada gigi 51
dan 61 diikuti dengan restorasi GIC. Setelah 6 bulan, pasien menjadi kooperatif kemudian dilakukan
restorasi komposit (strip crown) gigi 61 dan restorasi komposit gigi 51 [Gambar 11]. Radiografi
ditunjukkan pada Gambar 12. Evaluasi dijadwalkan setiap 6 bulan.
Diskusi

Manajemen anak-anak dengan usia dini yang tidak kooperatif selalu menjadi tantangan bagi dokter gigi
anak. Anestesi umum dapat digunakan untuk anak-anak seperti itu, tetapi merupakan alternatif yang
mahal. Hal itu juga terkait dengan efek samping yang tidak menyenangkan. Pertimbangan yang penting
pada anak-anak yang tidak kooperatif karena takut, cemas, atau usia dini adalah perawatan berikutnya
dengan menggunakan metode lain dengan risiko rendah dan dampak rendah. Pasien ketiga di antara
tiga kasus yang disajikan usianya terlalu muda untuk dilakukan prosedur sedasi dan kemauan orang tua
juga diperlukan untuk hal yang sama. Sebagai tambahan untuk rehabilitasi fungsional, rehabilitasi estetik
pada anak-anak usia dini juga penting untuk perkembangan kepribadian dan kepercayaan diri mereka.
Oleh karena itu, diputuskan untuk melakukan perawatan pasien-pasien ini dengan pengaturan
perawatan rawat jalan yang jadwalnya disesuaikan dengan mereka.

Bagian manajemen termasuk modifikasi perilaku, pekerjaan restoratif, endodontik, manajemen ruang,
prostetik, dan rehabilitasi estetik dan kontrol perkembangan karies lebih lanjut.

Para pasien sangat senang dan puas dengan fungsionalnya dan hasil restorasi estetik. Ketiga pasien telah
meningkatkan kebersihan mulut dan perilaku yang meningkat dalam setiap kunjungan. SSC digunakan
pada gigi yang telah dilakukan perawatan endodontik, selain itu juga digunakan sebagai sebuah
abutment untuk pengelola ruang seperti yang dianjurkan oleh beberapa orang penulis5.

KESIMPULAN

Rehabilitasi mulut penuh tanpa anestesi umum bisa memungkinkan anak-anak untuk melakukan
perawatan gigi masa depan dan mereka lebih bisa menerima perawatan gigi. Anak memperoleh
manfaat dari rehabilitasi oral lebih dari satu arah. Terlepas dari manfaat gigi, rehabilitasi mulut juga
berkontribusi terhadap peningkatan kesehatan umum dan kesejahteraan psikologis pasien. Tidak
terdapat permasalahan dalam kasus yang dilaporkan.

Anda mungkin juga menyukai