Makalah Electrik Power Steering
Makalah Electrik Power Steering
Saya menyadari bahwa Makalah ini tidak dapat tersusun dengan baik
tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini Penulis
dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Tawardjono Us., M. Pd., selaku Dosen Mata Kuliah Kemudi, Rem,
Suspensi.
2. Teman-teman Penulis mahasiswa Pendidikan Teknik Otomotif yang telah
mendukung selama proses pengerjaan makalah ini
3. Dan Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah ini.
Semoga makalah tentang Kemudi, Rem, Suspensi ini bermanfaat bagi siapa
saja yang membacanya.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2
1.4 Metode Penulisan ..................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori .............................................................................................. 4
2.2 Pengertian Electrik Power Steering ......................................................... 16
2.3 Komponen dan Fungsi Electrik Power Steering...................................... 18
2.4 Cara Kerja Electrik Power Steering......................................................... 22
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Manfaat Pembahasan Electrik Power Steering ....................................... 24
3.2 Perkembangan Teknologi Electrik Power Steering Sekarang ................ 24
3.3 Trouble Shooting Electrik Power Steering ............................................. 25
3.4 Cara Mendiagnosis Kerusakan pada Electrik Power Steering ................. 26
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ............................................................................................... 31
4.2 Saran .......................................................................................................... 31
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem Kemudi adalah suatu system yang berada di dalam mobi yang memiliki
fungsi untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda depan.
Cara kerjanya bila steering wheel (roda kemudi) diputar, steering coulomn
(batang kemudi) akan meneruskan tenaga putarnya ke steering gear (roda gigi
kemudi).
Steering gear memperbesar tenaga putar ini sehingga dihasilkan momen puntir
yang lebih besar untuk diteruskan ke steering lingkage.
Steering lingkage akan meneruskan gerakan steering gear ke roda-roda depan.
Jenis sistem kemudi pada kendaraan menengah sampai besar yang banyak
digunakan adalah model recirculating ball dan pada kendaraan ringan yang
banyak digunakan adalah model rack dan pinion.
Seiring dengan perkembangan teknologi yang digunakan pada kendaraan
khususnya pada system kemudi kini kita mengenal teknologi Power steering
konvensional ataupun yang menggunakan pompa yang digerakkan engine
melalui pully dianggap terlalu boros dalam menggunakan energi, karena setiap
saat engine berputar maka pompa juga aktif, walaupun tekanan pompa. Jenis
konvensional ini kemudian disempurnakan dengan jenis Semi Electronic Power
Steering (SEPS) disebut juga motor drive power steering (MDPS) atau disebut
1
juga Electronic Hidraulic Power Steering (EHPS). Jenis ini, pompa digerakkan
oleh motor listrik, yang hanya berputar saat dibutuhkan saja.
Komponen pada EHPS termasuk di dalamnya komponen yang sama seperti
pada sistem power steering konvensional, sebagai tambahannya adalah sebuah
solenoid valve pada power steering gear box, dan satu control unit. Untuk
mengontrol aliran oli pada steeringgear box, disediakan satu solenoid yang
bekerja berdasarkan arus dari control module yang menerima sinyal dari VSS
(Vehicle Speed Sensor) dan TPS.
Sistem ini dianggap masih kurang sempurna karena masih menggunakan
fluida, maka dikembangkan lagi menjadi electronic power steering, dan motor
digunakan langsung untuk menggerakkan poros kemudi untuk membantu
meringankan kemudi saat dibelokkan.
1.2 Perumusan Masalah
Masalah – masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah tentang
pengertian EPS, model, komponen, cara kerja Elektric Power Steering,
trouble shooting pada Elektric Power Steering. Karena banyak mobil yang
menggunakan EPS. Dalam makalah ini, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut.
1. Apa yang dimaksud Elektrik Power Steering ?
2. Apa saja model EPS ?
3. Apa saja komponen di dalam sistem Elektrik Power Steering?
4. Bagaimana cara kerja dari Elektrik Power Steering?
5. Apa saja kerusakan yang terjadi pada Elektrik Power Steering dan
bagaimana cara memperbaikinya?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini berdasarkan rumusan diatas adalah:
1. Memahami apa itu Elektrik Power Steering
2. Memahami komponen serta fungsi komponen pada Elektrik Power
Steering.
3. Mengetahui cara kerja Elektrik Power Steering.
2
4. Mengetahui bagaimana cara mendeteksi kerusakan Elektrik Power
Steering serta cara mengatasinya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
a. Fungsi Sistem Kemudi
Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan
dengan cara membelokkan roda depan. Cara kerjanya bila steering wheel
(roda kemudi) diputar, steering coulomn (batang kemudi) akan
meneruskan tenaga putarnya ke steering gear (roda gigi kemudi).
Steering gear memperbesar tenaga putar ini sehingga dihasilkan momen
puntir yang lebih besar untuk diteruskan ke steering lingkage. Steering
lingkage akan meneruskan gerakan steering gear ke roda-roda depan.
Jenis sistem kemudi pada kendaraan menengah sampai besar yang
banyak digunakan adalah model recirculating ball dan pada kendaraan
ringan yang banyak digunakan adalah model rack dan pinion.
b. Syarat – Syarat Sistem Kemudi
Agar sistem kemudi sesuai dengan fungsinya maka harus memenuhi
persyaratan seperti berikut:
a) Kelincahannya baik.
b) Usaha pengemudian yang baik.
c) Recovery ( pengembalian ) yang halus.
d) Pemindahan kejutan dari permukaan jalan harus seminimal
mungkin
4
Gambar .1. Konstruksi Sistem Kemudi
c. Komponen – Komponen pada Sistem Kemudi
1. Steering Column
Steering column atau batang kemudi merupakan tempat poros
utama. Steering column terdiri dari main shaft yang meneruskan
putaran roda kemudi ke steering gear, dan column tube yang
mengikat main shaft ke body. Ujung atas dari main shaft dibuat
meruncing dan bergerigi, dan roda kemudi diikatkan ditempat
tersebut dengan sebuah mur. Steering column juga merupakan
mekanisme penyerap energi yang menyerap gaya dorong dari
pengemudi pada saat tabrakan.
5
Gambar. 2 . Konstruksi Steering Column
Model Collapsible
Model ini mempunyai keuntungan : Apabila kendaraan
berbenturan / bertabrakan dan steering gear box mendapat tekanan
yang kuat, maka main shaft column atau bracket akan runtuh
sehingga pengemudi terhindar dari bahaya. Kerugiannya adalah :
Main shaft nya kurang kuat, sehingga hanya digunakan pada mobil
penumpang atau mobil ukuran kecil. Konstruksinya lebih rumit
6
Gambar. 3. Konstruksi sistem Kemudi Collapsible
7
Gambar. 4. Konstruksi sistem Kemudi Non Collapsible
2. Steering Gear
Steering Gear berfungsi untuk mengarahkan roda depan dan
dalam waktu yang bersamaan juga berfungsi sebagai gigi reduksi
untuk meningkatkan momen agar kemudi menjadi ringan.
Steering gear ada beberapa type dan yang banyak di gunakan
adalah type recirculating ball dan rack and pinion.
Berat ringannya kemudi ditentukan oleh besar kecilnya
perbandingan steering gear dan umumnya berkisar antara 18
sampai 20:1. Perbandingan steering gear yang semakin besar
akan menyebabkan kemudi semakin ringan akan tetapi jumlah
putarannya semakin banyak, untuk sudut belok yang sama.
8
Gambar.5. Recirculating ball Gambar.6. Rack and pinion.
9
4. Model Screw Dan Nut
Model ini di bagian bawah main
shaft terdapat ulir dan
sebuah nut terpasang padanya.
Pada nut terdapat bagian yang
menonjol dan dipasang kan
tuas yang terpasang pada
rumahnya.
5. Model Recirculating Ball
Pada model ini, peluru-peluru
terdapat dalam lubang-lubang nut
untuk membentuk hubungan yang
menggelinding antara nut dan worm
gear.Mempunyai sifat tahan aus dan
tahan goncangan yang baik
6. Model Rack And Pinion
Gerakan putar pinion diubah
langsung oleh rack menjadi gerakan
mendatar. Model rack and pinion
mempunyai konstruksi sederhana,
sudut belok yang tajam dan ringan,
tetapi goncangan yang diterima dari
permukaan jalan mudah diteruskan
ke roda depan.
1. Steering Linkage
Steering linkage terdiri dari rod dan arm yang meneruskan tenaga
gerak dari steering gear ke roda depan. Walaupun mobil bergerak naik
dan turun, gerakan roda kemudi harus diteruskan ke roda- roda depan
dengan sangat tepat setiap saat. Ada beberapa tipe steering linkage dan
konstruksi joint yang dirancang untuk tujuan tersebut. Bentuk yang tepat
sangat mempengaruhi kestabilan pengendaraan.
10
1. Steering linkage untuk suspensi rigid
11
a. Roda kemudi besar
bentuk ini mempunyai
keuntungan, yaitu mendapatkan
momen yang besar sehingga pada
waktu membelokkan kendaraan ,
akan terasa ringan dan lebih stabil
b. Roda kemudi kecil Gambar. 10. Steering Wheel
Mempunyai keuntungan tidak
memakan tempat dan peka
terhadap setiap gerakan yang
diberikan pada saat jalan lurus,
akan tetapi dibutuhkan tenaga
besar untuk membelokkan
kendaraan karena mempunyai
momen kecil
c. Roda kemudi ellips
Model ini dapat mengatasi kedua-
duanya karena merupakan
gabungan roda kemudi besar dan
kecil.
2. Steering Main Shaft
Steering main shaft atau Poros
Utama Kemudi berfungsi untuk
menghubungkan atau sebagai
tempat roda kemudi dengan
steering gear.
a. Pitman Arm
Pitman arm meneruskan
gerakan gigi kemudi ke
relay rod atau drag link.
Berfungsi untuk merubah
12
gerakan putar steering
column menjadi gerakan
maju mundur.
b. Relay Rod
Relay rod dihubungkan
dengan pitman arm dan tie
rod end kiri serta kanan.
Relay rod ini meneruskan
gerakan pitman arm ke tie
rod
c. Tie Rod
Ujung tie rod yang
berulir dipasang pada
ujung rack pada kemudi
rack end pinion, atau ke
dalam pipa penyetelan
pada recirculating ball,
dengan demikian jarak
antara joint- joint dapat
disetel.
13
Knuckle arm meneruskan
gerakan tie rod atau drag
link ke roda depan melalui
steering knuckle.
14
Gambar.11. Konstruksi Sistem Kemudi Jenis Recirculating Ball
Lengan-lengan penghubung (linkage), batang penghubung ( relay rod ),
tie rod, lengan idler ( idler arm ) dan lengan nakel arm dihubungkan
dengan ujung pitman arm. Mereka memindahkan gaya putar dari kemudi
ke roda-roda depan dengan memutar ball joint pada lengan bawah ( lower
arm ) dan bantalan atas untuk peredam kejut. Jenis ini biasanya digunakan
pada mobil penumpang atau komersial.
Keuntungan :
o Komponen gigi kemudi relative besar, bisa digunakan untuk mobil
ukuran sedang, mobil besar dan kendaraan komersial
o Keausan relative kecil dan pemutaran roda kemudi relative ringan
Kerugian :
o Konstruksi rumit karena hubungan antara gigi sector dan gigi pinion
tidak langsung
o Biaya perbaikan lebih mahal
2) Rack And Pinion
Cara kerja :Pada waktu roda kemudi diputar, pinion pun ikut
berputar. Gerakan ini akan menggerakkan rack dari samping ke samping
15
dan dilanjutkan melalui tie rod ke lengan nakel pada roda-roda depan
sehingga satu roda depan didorong, sedangkan satu roda tertarik, hal ini
menyebabkan roda-roda berputar pada arah yang sama.
16
dalam pengemudian terutama pada perjalanan yang jauh, dan pada
kecepatan rendah sehingga membuat pengemudi cepat lelah. Disamping
itu kekakuan pada kemudi manual turut mempengaruhi pengembangan
sistem kemudi kendaraan. Pengembangan sistem kemudi saat ini sudah
menjangkau pada sistem pengontrolan secara otomatis.
Pada umumnya sistem kemudi daya dibagi atas 2 tipe, yaitu :
1) Hydraulic Powersteering (HPS)
Sistem kemudi ini memiliki sebuah booster hidraulis dibagian
tengah mekanisme kemudi agar kemudi menjadi lebih ringan. Dalam
keadaan normal beratnya putaran roda kemudi adalah 2-4 kg. Sistem
power steering direncanakan untuk mengurangi usaha pengemudian
bila kendaraan bergerak pada putaran rendah dan menyesuaikan
pada tingkat tertentu bila kendaraan bergerak, mulai kecepatan
medium sampai kecepatan tinggi. Penggunaan power steering
memberikan keuntungan seperti :
o Mengurangi daya pengemudian ( steering effort )
o Kestabilan yang tinggi selama pengemudian
2) Electric Power Steering (EPS)
Tujuan dari pengembangan EPS adalah meningkatkan efisiensi
kerja kendaraan dengan melakukan perubahan proses kerja power
steering. Perubahan ini mengalihkan sistem hidraulis ke elektrik.
Power steering yang proses kerjanya dibantu arus listrik ini dapat
mereduksi pemakaian energi kendaraan yang tidak perlu.
2.2 Elektric Power Steering ( EPS )
ElectricPower Steering atau yang biasa disingkat EPS ini merupakan
salah satu teknologi dibidang otomotif yang sangat memberikan kemudahan
bagi para pengguna kendaraan. Teknologi ini membantu meringankan
putaran kemudi yang bertujuan meningkatkan efisiensi kerja kendaraan
dengan melakukan perubahan proses kerja power steering. Perubahan ini
mengalihkan sistem hidraulis ke elektrik.
EPS mempunyai 2 jenis yaitu :
17
1. Fully Electric, secara langsung gerakan kemudi dibantu oleh motor
elektrik, yang letaknya tidak menempel pada mesin melainkan
pada steering colum sinyal dari VSS (Vehicle Speed Sensor) dan TPS.
Sebutan fully electric power steering artinya motor listrik bekerja
langsung dalam membantu gerakan kemudi. Baik yang letaknya
menempel pada batang kemudi, seperti pada Toyota Yaris dan Vios. Juga
yang letaknya menempel pada rack steer seperti Honda Jazz, Suzuki
Karimun dan Swift. Pada generasi awal yang diterapkan pada Mazda
Vantrend tahun 1995 ataupun Toyota Crown keluaran 2005, di
tempatkan pada gearbox steering.
Fully Electricatau disebut Electric Power Steering (EPS) adalah
sistem terbaru di mana motor listrik yang melekat langsung gearbox
kemudi tanpa sistem hidrolik. Sensormendeteksi gerakan kolom kemudi
dan kontrol modul memerintahkan sebuah motor listrik. Hal ini
memungkinkan berbagai jumlah bantuan tenaga tergantung pada kondisi
mengemudi.
18
Gambar. 14 . Layout electronic hydraulic poweer steering
Semi Electronic Power Steering (SEPS) disebut juga motor drive
power steering(MDPS) atau disebut juga Electronic Hidraulic Power
Steering (EHPS). Komponen pada EHPS termasuk di dalamnya
komponen yang sama seperti pada sistem power steering konvensional,
sebagai tambahannya adalah sebuah solenoid valve
pada power steering gear box, dan satu control unit. Untuk mengontrol
aliran oli pada steering gear box, disediakan satu solenoid yang bekerja
berdasarkan arus dari control module yang menerima sinyal dari VSS
(Vehicle Speed Sensor) dan TPS.
Pada gambar di atas terlihat bahwa sekilas seperti power steering hidrolik
atau konvensional, namun sesungguhnya pada system ini sudah dilengkapi
dengan control aliran dan tekanan hidrolik secara elekrtonik.
2.3 Komponen dan Fungsi Electrik Power Steering
Tekanan yang dibutuhkan untuk mengarahkan bantuan tenaga kemudi,
dihasilkan oleh pompa hidrolik . Pompa digerakkan secara langsung oleh
mesin kendaraan, ini adalah system power steering konvensional. Hal ini
berarti sebagian tenaga dari mesin dipergunakan untuk memutar pompa,
padahal bantuan tenaga kemudi terbesar diperlukan saat parkir atau belok
diam, sementara kondisi ini putaran mesin berada pada titik terendah.
19
Semakin cepat putaran mesin semakin tinggi volume fluida yang mengalir,
sementara kecepatan kendaraan semakin tinggi kebutuhan bantuan kemudi
semakin kecil, sehingga ini merupakan kapasitas yang tidak diperlukan dan
dikembalikan ke reservoirmelalui bypass.
Dalam sistem kemudi yang baru, mengupayakan memperbaiki kelemahan
tersebut dengan motor listrik sebagai pemutar pompa. Sistem ini adalah
bantuan kemudi yang didasarkan pada sudut belok kemudi (steering angle
rate) dan kecepatan kendaraan.
20
Gambar 16.Warning lamp pada dushboard
2. Power Steering Sensor
Sensor power steering terletak menyatu dalam rumah katup rotari
pengatur arah aliran. Sensor ini berfungsi mendeteksi sudut belok kemudi
dan menghitung tingkat kecepatan sudut kemudi. Jika sensor gagal
mendeteksi, fungsi kemudi tetap terjamin, karena power steering beralih
ke mode program berjalan darurat namun tenaga kemudi yang diperlukan
lebih besar. Gangguan yang timbu disimpan dalam unit
kontrol power steering
21
dikirim melalui CAN databus , untuk mendeteksi sudut belok kolom
kemudi.
22
6. Power Steering Unit Control
Unit kontrol power steering terintegrasi dalam unit pompa. Berfungsi
mengkonversi sinyal untuk mengendalika putaran pompa sesuai dengan
tingkat sudut kemudi dan kecepatan kendaraan. Unit control mendeteksi
dan menyimpan gangguan selama operasional.
23
Begitu mesin hidup, maka Noise Suppressor segera menginformasikan
pada Control Module untuk mengaktifkan motor listrik dan clutch pun
langsung menghubungkan motor dengan batang setir.
Torque Sensor Salah satu sensor yang terletak pada steering rack bertugas
memberi informasi pada Control Module ketika setir mulai diputar. Dan
mengirimkan informasi tentang sejauh apa setir diputar dan seberapa cepat
putarannya.
Dengan dua informasi itu, Control Module segera mengirim arus listrik
sesuai yang dibutuhkan ke motor listrik untuk memutar gigi kemudi.
Dengan begitu proses memutar setir menjadi ringan.
Vehicle Speed Sensor bertugas menyediakan informasi bagi control
module tentang kecepatan kendaraan. Pada kecepatan tinggi, umumnya
dimulai sejak 80 km/jam, motor elektrik akan dinonaktifkan oleh Control
Module. Dengan begitu setir menjadi lebih berat sehingga meningkatkan
safety. Jadi sistem EPS ini mengatur besarnya arus listrik yang dialirkan
ke motor listrik hanya sesuai kebutuhan saja.
Selain mengatur kerja motor elektrik berdasarkan informasi dari
sensor, Control Module juga mendeteksi jika ada malfungsi pada sistem
EPS. Lampu indikator EPS pada panel instrumen akan menyala berkedip
tertentu andai terjadi kerusakan.
Selanjutnya ia juga menonaktifkan motor elektrik dan clutch
akan melepas hubungan motor dengan batang setir. Namun karena sistem
kemudi yang dilengkapi EPS ini masih terhubung dengan setir via batang
baja, maka mobil masih dimungkinkan untuk dikemudikan. Walau
memutar setir akan terasa berat seperti kemudi tanpa power steering.
24
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Manfaat Pembahasan Electrik Power Steering
Manfaat dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan kita tentang Sistem Kemudi khususnya pada sistem kemudi
yang menggunakan teknologi Elektric Power Steering ( EPS ). Oleh
karena itu penulis menyusun makalah ini untuk menambah agar
pengetahuan kita lebih luas tentang teknologi Elektric Power Steering (
EPS ) yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi para
pengemudi.
3.2 Perkembangan dan Pengembangan Sistem Kemudi pada Kendaraan
25
telah mengemukakan produk mobil tanpa sopirnya. Bahkan beberapa
diantaranya telah melakukan uji coba.
Salah satunya yang paling terbaru saat ini adalah pabrikan mobil
asal negeri Sakura atau Jepang yakni Honda. Di tahun 2015 ini pabrikan
mobil yang memiliki semboyan “The Power of Dream” tersebut segera
mengumumkan mobil otonom atau Autonomous Car andalan mereka.
Diketahui mobil Honda tersebut merupakan mobil sedan yang memiliki
nama Honda Acura RLX. Mobil otonom buatan Honda tersebut akan
bekerja dengan sensor dan kamera agar memberikan kemudi yang baik.
Honda akan meneliti tingkat keamanan kendaraan dengan melihat
kesalahan-kesalahan program mobil otonom tersebut. Selain akan
melakukan uji coba pada mobil otonom tersebut, diketahui Honda juga
bakal melakukan uji coba pada mobil semi-otonom terbaru mereka.
Menariknya memang mobil semi-otonom Honda akan lebih dahulu
diperkenalkan. Karena sebagai transisi para pengguna sebelum melompat
pada teknologi otonom sepenuhnya yang diperkirakan akan digunakan
dalam jangka waktu 10 sampa 15 tahun mendatang.
26
Memeriksa sensor
kecepatan dengan
multimeter
Saat mengemudi dengan
Control module Periksa arus solenoid
kecepatan sedang atau
sehubungan dengan
tinggi, kemudi tetap
perubahan kecepatan
ringan
kendaraan
Steering gear and Kontinuitas katup
linkages solenoid by-pass valve
27
Pump
TPS (XG)
VEHICLE
VEHICLE TARGET
SPEED
SPEED SENSOR CURENT SOLENOID
CALCULATIO
CALCULATION VALVE
TPS (XG)
DIAGNOSIS
28
3) LETAK EPSCM & LAYOUT PIN
Tabel berikut adalah penunjukan pin yang ada pada main connector. Pin terminal
no.1 dipakai atau tidak tergantung dari model kendaraannya. Khusus untuk XG,
sinyal TPS dipakai untuk fungsi failsafe yang memberikan steering effort lebih
berat pada range kecepatan tinggi dibandingkan dengan sistem EPS tanpa sinyal
TPS.
1 TPS (XG)
2 Solenoid(+)
3 Solenoid(-)
4 Ground
5 IG2
8 -
29
4) EPS SOLENOID VALVE
2. Besarnya arus pada kecepatan 0 km/h harus berada antara 0.9 ~ 1.1 A.
V E H IC L E S P E E D CURRENT
0 km /h 1A
Ketika kendaraan berhenti atau melaju pelan, EPSCM mengontrol arus pressure
control solenoid valve menjadi 1 amper. Pada saat tersebut, reaction plunger
yang ada pada solenoid valve bergerak ke atas untuk menutup aliran oli.
Reaction plunger tidak mempunyai gaya untuk mendorong input shaft, oleh
karena itulah pengemudi bisa memutar kemudi dengan mudah.
30
b. Pada kecepatan sedang-cepat
40 km /h 0.76A
80 km /h 0.6A
120 km /h 0.4A
240 km /h 0.2A
Pada saat arus pada pressure control solenoid valve berkurang, satu plunger
yang ada pada solenoid valve bergerak ke bawah sehingga tekanan tinggi
dapat diberikan ke bagian belakang plunger. Input shaft ditahan oleh plunger,
torsion spring dan pinion gear bergerak bersama menghasilkan steering effort
yang berat sama seperti kemudi tanpa power steering.
31
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Electronic Power Steering (EPS) merupakan perangkat yang digunakan
untuk membantu meringankan beban pengemudian. EPS terbagi menjadi 2
tipe, yaitu tipe Semi Electronic Power Steering dan tipe Full Electronic Power
Steering. Pada tipe Semi Electronic Power Steering, tenaga listrik digunakan
untuk membangkitkan tenaga hidrolik. Kemudian tenaga hidrolik tersebut
digunakan untuk mengerakkan rack untuk meringankan beban pengemudian.
Sedangkan pada Full Electronic Power Steering, tenaga motor listrik
langsung menggerakkan poros kemudi. Penggunaan electronic Power
Steering mempunyai banyak kelebihan dibanding Power Steerig
konvensional, seperti : mengurangi penggunaan energi, ramah lingkungan,
dan bebas perawatan.
4.2 Saran
Lebih baik menggunakan sistem EPS, karena sistem ini tidak
menggunakan putaran mesin sebagai sumber penggeraknya. Jadi sistem ini
lebih efisien untuk pemakaian bahan bakar.
Tetap melakukan pengecekan dan perawatan secara berkala, walaupun
sistem ini lebih bebas perawatan.
32
DAFTAR PUSTAKA
32