Anda di halaman 1dari 25

MEMAHAMI KOMPONEN DAN CARA KERJA SISTIM

KELISTRIKAN ALAT BERAT

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Teknologi Alat Berat
yang dibina oleh bapak Drs. Agus Sholah M.Pd.

Oleh
Dimas Taufik Hidayat 180513626503
Dymas Syahkhuriyan Putra 180513626587
Ekky Redy Prasetyo 180513626535
Eko Mardiawan 180513626521
Firda Amalia Anggraeni 180513626595
Fransisco Siga Domaking 180513626557
Hengki Am Syaifudin 180513626523
Zaki Anang Zubaidi 180513626543

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF
Februari 2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
panyayang, segala puji bagi Allah tuhan semesta-alam. Sehingga makalah yang kami
buat ini dapat selesai tanpa halangan yang berarti. Makalah ini kami beri judul
“MEMAHAMI KOMPONEN DAN CARA KERJA SISTIM KELISTRIKAN ALAT
BERAT”.
Makalah ini kami buat dan susun dengan usaha maksimal juga atas bantuan
dari berbagai pihak yang berkenan meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya untuk
menyelesaikan makalah ini. Oleh karenanya kami sampaikan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada segenap pihak yang telah ikut serta dalam menyelesaikan
makalah ini.
Terlepas dari itu semua kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
makalah yang kami buat. Mungkin dari segi bahasa, susunan kalimat atau hal lain
yang tidak kami sadari. Oleh karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan saran
sebagai sarana perbaikan makalah yang lebih baik. Demikian, semoga makalah ini
dapat bermanfaat. Terima kasih.

Malang, 17 Februari 2021

Kelompok 5

DAFTAR ISI

ii
Halaman
HALAMAN COVER....................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................1
1.4 Manfaat.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Dasar-dasar Kelistrikan.................................................................................3
2.1 Komponen-komponen Kelistrikan Alat Berat...............................................4
2.3 Cara Kerja Sistim Kelistrikan Alat Berat....................................................13
2.3.1 Sistem Pengisian Baterai (Charging System)......................................13
2.3.2 Sistem Starter (Starting System)..........................................................16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................20
3.2 Saran............................................................................................................20
DAFTAR RUJUKAN.................................................................................................21

iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Battery.........................................................................................................4
Gambar 2. Harnes.........................................................................................................5
Gambar 3. Konstruksi Battery Relay Switch................................................................6
Gambar 4. Skematik Diagram Battery Relay Awitch 3 Terminal................................6
Gambar 5. Konstruksi Relay Switch 4 Terminal..........................................................7
Gambar 6. Skematik Diagram Battery Relay Switch 4 Terminal.................................7
Gambar 7. Battery Relay Positif...................................................................................8
Gambar 8. Safety Relay................................................................................................9
Gambar 9. Alternator....................................................................................................9
Gambar 10. Starting Motor.........................................................................................10
Gambar 11. Glow Plug...............................................................................................12
Gambar 12. Sistem Pengisian dengan Alternator dan Semi Conductor Regulator.....13
Gambar 13. Rangkaian alternator dan regulator.........................................................14
Gambar 14. Konstruksi Alterator................................................................................14
Gambar 15. Konstruksi Alternator..............................................................................14
Gambar 16. Semikonduktor Regulator.......................................................................15
Gambar 17. Rangkaian Regulator...............................................................................16
Gambar 18. Sistem Starter pada saat Stand By...........................................................16
Gambar 19. Sistem Starter pada saat Key Start..........................................................17
Gambar 20. Sistem Starter pada saat Cranking..........................................................17
Gambar 21. Sistem Starter pada saat Key Off............................................................18

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia Otomotif mengalami perkembangan yang begitu
cepat,dan hal yang paling menonjol perkembangannya adalah bagian sistem yang
berkaitan dengan kelistrikan. Hal ini terjadi karena bagian ini mudah untuk
dilakukan inovasi.Namun kemudhan ini bukan berarti bahwa mempelajari sistem
ini mudah ,tapi justru sebaliknya .Karena kelistrikan itu sesuatu yang tidak
terlihat,sehingga dalam mempelajarinya memerlukan riset terlebih dahulu,dan jika
tidak melakukan riset setidaknya pernah melakukan uji coba sederhana.
Diberbagai perusahaan,biasanya akan memberikan gaji yang lebih pada mereka
yang mampu dibidang yang berhubungan dengan kelistrikan khusus pada alat
berat. Karena orang-orang yang mampu dan ahli di bidang ini masih jarang.
Seorang sarjana teknik mesin khususnya konsentrasi otomotif , harus memilik
kemampuan dibidang ini. Karena mereka kedepannya merupakan calon – calon
pendidik dan bahkan tidak menutup kemungkinan akan bekerja di perusahaan –
perusahaan otomotif dan apabila kemampuan ini tidak dimliki maka kita akan
tersingkirkan oleh lulusan-lulusan perguruan tinggi yang lain. Dalam makalah ini
akan dibahas mengenai sistem kelistrikan alat berat,dimana sistem ini merupakan
sistem yang sangat penting ,karena tanpa sistem ini alat berat tidak akan dapat
dihidupkan.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang akan di bahas dalam pembuatan makalah ini yaitu sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dari dasar-dasar kelistrikan
2. Apa saja komponen-komponen dari sistem kelistrikan alat berat.
3. Bagaimana cara kerja dari sistem kelistrikan alat berat.
1.3 Tujuan
Tujuan utama dari pembuatan makalah ini antara lain :

1
1. Dapat mengetahui dasar-dasar kelistrikan.
2. Dapat mengatahui komponen-komponen dari sistem kelistrikan alat berat.
3. Dapat memahami cara kerja dari sistem kelistrikan alat berat.
1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah yang kami buat adalah
1. Diharapkan makalah ini bisa menjadi bahan belajar bagi mahasiswa .
2. Diharapkan dengan makalah ini bisa menjadi rujukan belajar bagi mahasiswa
teknik mesin.
3. Dengan makalah ini diharapkan mampu menambah wawasan ilmu tentang
system kelistrikan alat berat.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dasar-dasar Kelistrikan
Listrik merupakan salah satu energy yang banyak digunakan untuk
menggerakkan berbagai peralatan atau mesin. Energi listrik tidak dapat dilihat secara
langsung, namun dampak atau akibat dari energi listrik dapat dilihat seperti sinar
atau cahaya dari bola lampu. Listrik merupakan sumber energy yang paling mudah
dikonversi menjadi energy lain, sehingga sebagian besar komponen sistem kelistrikan
otomotif merupakan konversi energy listrik menjadi energi lain.
Listrik dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu listrik statis dan listrik
dinamis.
1. Listrik Statis
Listrik statis adalah suatu kkeadaan dimana elektron bebas sudah terpisah dari
atomnya masing-masing, tidak bergerak hanya berkumpul dipermukaan benda
tersebut. Listri statis dapat dibangkitkan dengan cara menggosokkan sebuah gelas
kaca dengan kain sutra, setelah digosok gelas kaca akan bermuatan positif dan kain
sutra akan bermuatan negatif.
2. Listrik Dinamis
Listrik dinamis adalah suatu keadaan terjadinya aliran elektron bebas dimana
elektron ini berasal dari elektron yang sudah terpisah dari inti masing-masing
elektron bebas tersebut bergerak melewati suatu penghantar.
Listrik dinamis sendiri dikelompokkan menjadi dua, yaitu listrik arus searah
(DC) dan arus bolak-balik (AC). Listrik arus searah elektron bebas bergerak dengan
arah tetap, sedangkan listri arus bolak-balik elektron bergerak bolak-balik bervariasi
secara periodic terhadap waktu. Baterai merupakan sumber listrik arus searah,
sedangkan alternator merupakan sumber arus.
Terdapat dua teori yang menjelaskan bagaiaman listrik mengalir, yaitu teori
elektron dan teori konvensional.
a. Teori Elektron

3
Teori ini menyatakan listrik mengalir dari negatif baterai ke positif baterai.
Aliran listrik merupakan perpindahan elektron bebas dari atom satu ke atom lain.
b. Teori Konvensional
Teori ini menyatakan listrik mengalir dari positif baterai ke negative baterai.
Teori ini banyak digunakan untuk kepentingan praktis.

2.2 Komponen Kelistrikan Alat Berat


Dalam mendukung sistem kerjanya, alat berat menggunakan sistem kelistrikan
yang berkaitan dengan mesin pada alat berat. Berikut koomponen-komponen
kelistrikan pada alat berat.
1. Battery
Berfungsi sebagai sumber tenaga atau tegangan,untuk mensuplay arus listrik
ke sistem kelistrikan unit.Battery mampu mengubah reaksi kimia menjadi energi
listrik.

Gambar 1. Battery
2. Wiring Harnes
Rangkaian kabel yang digunakan untuk menghubungkan komponen dalam
sistem elektrik, yang meliputi starting system, charging system, monitor panel, dan
control system, lightning system, dsb, sehingga arus dari battery dapat mengalir dan
sistem dapat bekerja sesuai dengan fungsi masing-masing. Diameter kabel yang
digunakan sesuai dengan besar arus yang mengalir,sedangkan untuk mempermudah
menelusuri jalur kabel, maka warna kabel di bedakan atau di beri nomer angka
sesuai sistemnya masing-masing.

4
Gambar 2. Harnes
3. Starting switch
Suatu komponen electrik berupa switch dan digerakan secara manual dengan
cara memutar kuncinya, untuk memposisikan ON, START, Preheating, atau OFF
dengan cara menghubungkan terminal di dalamnya sesuai posisi switchnya. Pada
dasarnya starting switch berfungsi untuk mengalirkan arus listrik penggerak relay
utama (battery relay, safety relay) sehingga tegangan dari battery dapat mengalir ke
sistem kelistrikan di unit.
4. Battery Relay
Suatu komponent elektrik yang berupa relay yang mempunyai main coil untuk
menimbulkan medan magnet, pada saat starting switch di posisikan ON. Medan
magnet tersebut di gunakan untuk menarik kontaktor dan menghubungkan salah satu
terminal battery (+) atau (-), dengan starting motor atau chasis (tergantung type
battery relaynya positif atau negatif). Sehingga pada dasarnya battery relay berfungsi
menghubungkan atau memutus battery (sumber tenaga listrik) dengan sistem
kelistrikan pada unit.
Battery relay switch berfungsi untuk memutuskan atau menghubungkan
positif battery dengan starting motor. Terdapat 2 jenis battery switch negatif yaitu:
 Battery relay switch 3 terminal
Konstruksi battery relay switch 3 terminal adalah sebagai berikut.

5
Gambar 3. Konstruksi Battery Relay Switch
Prinsip kerja battery relay switch 3 terminal adalah sebagai berikut:

Gambar 4. Skematik Diagram Battery Relay Awitch 3 Terminal


Pada saat starting posisi ON, maka jalannya arus adalah sebagai berikut:

Arus melewati C1 diperlukan untuk menarik kontraktor P1 – P2, sedangkan


arus melewati C1 dan C2 diperlukan untuk menahan kontraktor P1 dan P2.

6
 Battery relay switch 4 terminal
Konstruksi Relay Switch 4 terminal adalah sebagai berikut:

Gambar 5. Konstruksi Relay Switch 4 Terminal


Keterangan:
1. Case
2. Terminal
3. Base
4. Plate
5. Sub Switch
Prinsip kerja battery relay switch 4 terminal adalah sebagai berikut:

Gambar 6. Skematik Diagram Battery Relay Switch 4 Terminal


Pada saat starting switch posisi ON, maka jalannya arus adalah:

Bila engine sudah hidup dan tegangan pengisian battery mencapai 28 – 29


volt, arus dari alterntor ke: R – D3 – Sub switch – C – (-) b.

7
Dengan demikian, jika engine hidup dan starting switch di-OFF-kan, P1 – P2
dan sub switch tidak terbuka secara mengejutkan hingga tegangan dari
alternator turun menjadi 9 volt.
- D1 yang dihubungkan parallel dengan coil C adalah flywheel diode yang
digunakan untuk mengalirkan tegangan yang timbul pada coil C adalah
flywheel diode yang digunakan untuk mengalirkan tegangan yang timbul
pada coil C ketika sirkuit ground terputus.
- D2 untuk mencegah terbaliknya polaritas terminal BR dan (-) b.
- D3 untuk mencegah arus menuju alternator ketika sub switch terhubung.
Battery relay Positif yang menghubungkan terminal positif battery dengan
starting motor.

Gambar 7. Battery Relay Positif


5. Safety Relay
Suatu komponen elektrik (built in type) yang mempunyai 5 terminal (B, C, A,
dan E). Safety relay di dalam sistem di pasang (optional untuk non komatsu) di
antara starting switch dan starting motor. Saat starting switch di posisikan start akan
menghububgkan terminal B battery dan terminal C starting motor, jika engine sudah
hidup dan alternator bekerja, maka akan secara otomatis memutus hubungan terminal
B dan C, akibatnya meskipun starting switch di posisikan start, starting motor tidak
bekerja.
Safety relay adalah sebagai penghubung antara switch dengan starting switch
dengan starting motor.

8
Gambar 8. Safety Relay
Safety relay berfungsi untuk:
 Mencegah mengalirkan arus ke starting motor jika starting switch diputar ke
posisi start.
 Secara otomatis memutus arus ke starting motor, sehingga pinion gear starting
motor lepas dari ring gear (setelah engine hidup) walaupun starting switch
masih berada pada posisi start.
 Mencegah arus mengalir ke starting motor jika starting switch diputar ke
posisi start pada saat starting motor masih berputar karena gagal
menghidupkan engine (safety relay old model).
6. Alternator
Suatu komponen elektrik yang mempunyai 3 terminal (B, R, E) dan di pasang
pada bagian depan cover engine dan di hubungkan dengan drive pully dengan
menggunakan V-Belt, sehingga saat engine hidup alternator langsung ikut berputar.
Putaran atau tenaga mekanis tersebut akan di rubah menjadi tenaga listrik untuk
mengisi tegangan (charging) battery, Arus yang di hasilkan adalah Arus DC (direct
current), sehingga tegangan battery dapat selalu di pertahankan performanya saat
unit beroperasi.

Gambar 9. Alternator

9
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut:
 Field coil (rotor coil) mendapat arus penguat sehingga pada rotor coil
timbul medan magnet.
 Bila alternator diputar oleh engine, maka medan magnet pada rotor coil
akan dipotong oleh konduktor pada stator coil sehingga pada stator coil
akan timbul arus listrik.
 Tegangan bolak balik yang keluar dari stator kemudian diserahkan oleh
diode sehingga menjadi arus searah.
7. Starting Motor
Suatu komponen elektrik yang mempunyai 3 terminal yaitu B, M, C. Starting
motor berfungsi merubah tenaga listrik menjadi tenaga mekanis (putar) untuk
memutarkan flywheel dan menghidupkan engine.

Gambar 10. Starting Motor


8. Fusible Link
Sebuah fuse dengan kapasitas arus yang besarnya (30-100A) dan dalam
sirkuit di pasang antara terminal B (+) output battery relay dengan fuse box, dan
fusible link ini berfungsi sebagai pengaman battery supaya tidak meledak, dan jika
terjadi short circuit (kongslet) pada sistem secara menyeluruh karena suatu kasus
besar terjadi,miss disconnect, harnes kejepit.
9. Speed Sensor
Suatu sensor yang di pasang pada housing flywheel atau tansmisi dan terdapat
dua buah kabel sebagai outputnya. Di dalam speed sensor terdapat satu magnet tetap
sehingga ketika ujung teeth gear melintas di depannya, akan memotong medan
magnet, akibatnya timbul garis gaya listrik yang akan di alirkan melalui kedua kabel

10
outputnya.Arus yang mengalir adalah Alternating Current (AC), dan frekuensinya
akan bervariasi sesuai dengan kecepatan lintas teeth gear (putaran shaft).
10. Selenoid Valve
Suatu komponen elektrik yang merupakan aktuator dan akan bekerja saat arus
listrik mengalir ke coil di dalam selenoid valve,sehingga akan timbul medan magnet
yang digunakan untuk menggerakan push pin (plunger) tergantung konstruksinya.
Pada selenoid type plunger biasanya juga berfungsi sebagai switch valve, yang
bekerja dengan menghubungkan dan memutuskan aliran dari port input ke port
outputnya.
11. Controller (engine, transmisi, hydraulic)
Suatu komponen elektrik yang bekerja berdasarkan input sinyal dari berbagai
macam sensor dan switch yang terpasang pada engine, transmisi dll, sedangkan
output sinyalnya (command current) akan di kirimkan ke selenoid valve yang
mengatur fuel system engine. Pada dasarnya engine controller mengatur jumlah fuel
yang akan di injeksikan (quantity fuel injection) dan ketepatan waktu penyemprotan
(timing injection).
12. Monitor Panel
Monitor panel di pasang di dalam kabin dan bekerja berdasarkan input signal
dari sensor dan switch, Monitor panel meliputi fungsi monitor display, switch mode
selector dan komponen elektrik di dalamnya, juga memiliki CPU (central processing
unit) built in yang memproses ,menampilkan semua informasi pada dusplay monitor
panel dengan menggunakan liquid cyrstal display (LCD). Disamping itu jika terjadi
keabnormalan pada unit, akan memberikan tanda bahaya atau alarm. Mode switch
bertipe switch datar berlapis (flat sheet switch).
13. Pressure Switch
Suatu komponen elektrik yang bekerja berdasarkan tekanan (Pressure) angin
atau oli sehingga kontaktor akan menghubungkan atau memutus hubungan kedua pin
terminal (tergantung konstruksinya), saat pressure menekan diaphragmanya maka
input sinyal akan di kirim ke controller ataupun ke monitor panel,agar kerja sistem
dapat di monitor dan di atur.

11
14. Converter
Suatu komponen elektrik yang di gunakan untuk menurunkan voltage dari
power supply battery 24V DC menjadi 12V DC yang di gunakan untuk power
supply radio, cigar lighter.
15. Level Sensor
Terdapat beberapa tipe level sensor yang di gunakan dalam sistem monitoring
unit, antara lain level sensor resistance tipe yang antara lain di gunakan pada fuel
gauge dan level sensor switch tipe yang digunakan antara lain pada radiator coolant
level atau engine oil level.
16. Fuse (sikring)
Suatu komponent elektrik yang mempunyai kapasitas arus kuat tertentu 5-30
Ampere dan di dalam sirkuit di pasang antara fusible link dan sistem.Fuse akan putus
saat arus yang melewati melebihi kapasitasnya, saat terjadi short circuit ataupun
overload sehingga berfungsi sebagai pengaman sistem.
17. Glow Plug

Gambar 11. Glow Plug

Glow plug berfungsi sebagai pemanas agar campuran bahan bakar udara lebih
mudah diledakkan, dapat mengurangi bahkan menghilangkan asap putih atau hitam
dan mengurangi knocking saat kondisi engine masih dingin. Seluruh permukaan coil
ditutup dengan insulator listrik ceramic (magnesium oxide) dengan konduktifitas
panas yang sangat tinggi. Coil dipadatkan didalam bubuk sehingga coil tersebut
duduk dengan kuat. Hal ni menyebabkan heating dan control coil tahan terhadap
vibrasi.

12
Prinsip dasar dari glow plug adalah kombinasi dari heating dan control coil
yang membentuk joint resistance element. Heating dan control coil dihubungkan
secara seri. Kedua coil tersebut mendapat kutub positif, tapi memiliki perbedaan
resistansi temperatur tinggi.

2.3 Cara Kerja Sistem Kelistrikan Alat Berat


2.3.1 Sistem Pengisian Baterai (Charging System)
Secara umum sistem pengisian berfungsi untuk menghasilkan energi listrik
supaya bisa mengisi kembali dan mempertahankan kondisi baterai. Disamping itu,
sistem pengisian juga berfungsi untuk menyuplai energi listrik secara langsung ke
sistem-sistem kelistrikan yang membutuhkan.
Sistem pengisian (charging system), pada alat berat diklasikasikan menjadi 4
empat, yaitu:
 Sistem pengisian dengan DC Generator dan Tirril Regulator.
 Sistem pengisian dengan Alternator dan Tirril Regulator.
 Sistem pengisian dengan Alternator dan Semi Conductor.
 Sistem pengisian dengan Alternator Brushless dan Semi Conductor.
Sistem pengisian dengan DC Generator dan Tirril Regulator serta Alternator
dan Tirril Regulator, keduanya sudah tidak digunakan lagi. Sistem tersebut hanya
digunakan pada unit terdahulu yang sekarang populasinya sudah hampir habis.

Sistem Pengisian dengan Alternator dan Semi Conductor Regulator

Gambar 12. Sistem Pengisian dengan Alternator dan Semi Conductor Regulator
Tegangan yang dihasilkan alternator diatur oleh regulator, disesuaikan dengan
karakteristik sistem kelistrikan pada unitnya. Adapun arus yang masuk ke battery

13
(sebagai arus pengisian) dapat dimonitor melalui ammeter atau charging lamp yang
dihubungkan seri dengan terminal R alternator dan terminal ACC starting switch.

Gambar 13. Rangkaian alternator dan regulator


Konstruksi dan prinsip kerja alternator adalah sebagai berikut:

Gambar 14. Konstruksi Alterator

Gambar 15. Konstruksi Alternator

 Field coil (rotor coil) mendapat arus penguat sehingga pada rotor coil timbul
medan magnet.
 Bila alternator diputar oleh engine, maka medan magnet pada rotor coil akan
dipotong oleh konduktor pada stator coil, sehingga pada stator akan timbul
arus listrik.
 Tegangan bolak-balik yang keluar dari stator disearahkan oleh diode sehingga
menjadi arus searah.

14
Semikonductor Regulator
Fungsi semi konductor regulator adalah mengontrol arus penguat ke field coil
(rotor coil) sehingga didapatkan tegangan yang dihasilkan alternator antara 27,5 –
29,5 volt. Prinsip kerja regulator adalah:

Gambar 16. Semikonduktor Regulator

 Bila starting switch posisi ON, maka arus dari battery akan mengalir ke rotor.
Jalannya arus penguat adalah: Battery – B – R – Rotor coil – F – T1 – E.
 Setelah rotor coil menjadi magnet dan alternator diputar oleh engine, maka
alternator akan menghasilkan tegangan.
 Bila output voltage dari alternator masih kecil, maka arus yang keluar dari
alternator akan memperkuat medan magnet pada rotor coil, sehingga output
voltage dari alternator naik. Output voltage dari alternator adalah sebanding
dengan putaran dan kekuatan medan magnetnya.
 Jika  tegangan  sudah  mencapai  29,5  V,  maka  akan  mengakibatkan
hambatan pada thermistor semakin kecil sehingga voltage pada R3 (yang
diparalel dengan zener) akan tinggi dan mampu menembus diode zener
sehingga Tr 2 ON yang mengaibatkan Tr 1 akan OFF. Dengan demikian, arus
penguat ke rotor coil tidak mendapat ground dan kemagnetan akan berkurang
sehingga tegangan dan arus yang dihasilkan alternator akan turun.

15
Gambar 17. Rangkaian Regulator

 Bila output voltage turun mencapai 27,5 volt, maka  akan  mengakibatkan
hambatan pada thermistor semakin besar sehingga voltage pada R3 (yang
diparalel dengan zener) akan rendah dan tidak mampu menembus diode zener
sehingga Tr2 akan OFF dan Tr1 kembali ON dan rotor coil mendapat arus
penguat kembali sehingga output voltage alternator naik kembali.
 Hal tersebut diatas terjadi berulang-ulang sehingga mengatur output voltage
sebesar 27,5-29,5 volt.

2.3.2 Sistem Starter (Starting System)


1. Pada saat Stand By

Gambar 18. Sistem Starter pada saat Stand By


Saat disconnect switch pada posisi close, rangkaian dari baterai tidak
mengaktifkan relay.
2. Pada saat Key Start

16
Gambar 19. Sistem Starter pada saat Key Start
Pada saat start switch diposisikan ke start, maka arus akan mengalir dari
supply baterai di teminal B ke terminal S pada start switch menuju salah satu
terminal koil pada start relay. Pada saat yang sama arus yang lebih besar mengalir
dari baterai ke terminal S pada Starter motor melalui kontak start relay yang sudah
close, dan membuat pull-up winding dan hold-in winding di- energized, kedua pull-
in dan hold-in winding aktif, yang menyebabkan tuas mendorong pinion sambil
overrunning clutch-nya bersentuhan dengan flywheel.
3. Pada saat Cranking

Gambar 20. Sistem Starter pada saat Cranking


Gaya magnet menarik plunger ke arah kanan, yang akan menggerakkan
overrunning clutch dan pinion ke arah flywheel ring gear. Pada saat plunger ditarik
ke kanan dan terminal BAT dan M terhubungkan oleh plat kontaktor, pada tahap ini
pinion mulai engage dengan flywheel ring gear dan pull-in winding menjadi tidak
aktif yang dikarenakan tidak ada arus yang mengalir padanya karena di-bypass oleh
plat kontaktor. Pada saat ini plunger dipertahankan dalam posisi tertarik hanya oleh
gaya magnet dari hold-in winding. Starter motor kemudian dialiri arus besar, pinion
akan engage dengan flywheel ring gear dan engine akan mulai berputar.

17
Solenoid melakukan dua fungsi, yaitu menghubungkan pinion dengan
flywheel dan menghubungkan arus yang tinggi dari baterai ke starter motor. Starter
motor mengambil energi listrik dari baterai dan merubahnya menjadi energi mekanik
yang berputar untuk menghidupkan mesin. Cara kerja ini serupa dengan motor listrik
pada umumnya.
4. Pada saat Key Off

Gambar 21. Sistem Starter pada saat Key Off


Posisi starter motor berhenti (key start switch kembali pada posisi on). Pada
saat ignition switch diputus, arus yang mengalir melalui hold-in winding dan pull-in
winding berhenti, yang menyebabkan gaya magnet pada hold-in winding hilang.
Kontak pada solenoid kemudian terbuka. Plunger dan overrunnning clutch didorong
kembali ke posisi awal oleh spring, dan motor akan berhenti berputar.

SISTEM SERI-PARALEL
Mesin dengan engine diesel yang lebih besar memerlukan kekuatan starter
yang tinggi untuk dapat menyediakan putaran untuk menghidupkan engine. Untuk
memperoleh kekuatan ini, beberapa mesin menggunakan starter 24V. Menggunakan
tegangan 24V, membuat starter menghasilkan daya yang sama dengan aliran arus
yang lebih sedikit. Dalam sistem seri-paralel, starter beroperasi pada 24V tetapi
sistem listrik mesin beroperasi pada 12V. Sebuah switch seri- paralel khusus
dipergunakan untuk menghubungkan dua atau lebih baterai secara paralel untuk
aksesori dan operasi charging, dan kemudian menghubungkan secara seri pada starter
ketika cranking. Aksesori 12V dipilih karena jauh lebih murah daripada lampu dan
aksesori 24V.

18
SISTEM LISTRIK 12V / 24V
Pada jenis lain dari sistem ini, starter motor dihubungkan secara seri dengan
dua buah baterai 12V dan alternator mengisi kedua baterai tersebut dengan tegangan
28 ± 1V.

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Listrik merupakan salah satu energy yang banyak digunakan untuk
menggerakkan berbagai peralatan atau mesin. Energi listrik tidak dapat dilihat
secara langsung, namun dampak atau akibat dari energi listrik dapat dilihat
seperti sinar atau cahaya dari bola lampu. Sistem kelistrikan alat berat memiliki
beberapa kmponen penting antara lain battery, wiring harnes, starting switch,
battrey Relay, safety relay, alternator, starting motor, speed sensor, dan lainya
yang mendukung kenerja dari sistem kelistrikan yang ada pada alat berat. Cara
kerja sistem kelistrikan dibagi 2 yaitu sistem pengisian baterei dan sistem stater.
3.2 Saran
Pelajarilah sistem kelistrikan alat berat lebih dalam karena sistem ini
perkembangannya sangat pesat di bandingkan dengan sistem yang lain pada
kendaraan. Pada makalah ini masa banyak kekurangan karena sistem kelistikan
alat berat yang dibahas masih dalam lingkup kecil.

20
DAFTAR RUJUKAN
Budi Tri Siswanto. 2008. Teknik Alat Berat Jilid I. Jakarta : Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan.
Budi Tri Siswanto. 2008. Teknik Alat Berat Jilid II. Jakarta : Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan.
Budi Tri Siswanto. 2008. Teknik Alat Berat Jilid III. Jakarta : Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Anonim. 2019. Komponen eletirical sytem alat berat ,(online),
(https://www.autoexpose.org/2018/01/pengertian-sistem-pengapian.html),
diakses 9 Mei 2020

21

Anda mungkin juga menyukai