KOLORIMETRI
5.1. Tujuan Praktikum
Pada akhir praktikum siswa diharapkan dapat nilai tuntas dengan indikasi:
a. Prinsip dasar penentuan kadar dengan metode kolorimetri dapat dijelaskan dengan
benar
b. Kadar larutan dalam skala ppm dapat dibuat dengan benar
c. Penentuan kadar sampel dengan metode kolorimetri dapat dilakukan dengan benar
Kolorimetri adalah suatu metode analisa kimia yang berdasarkan pada perbandingan
intensitas warna larutan dengan warna larutan standarnya. Metode ini merupakan bagian dari
analisis fotometri. Fotometri adalah bagian dari optik yang mempelajari mengenai kuat
cahaya(intensity) dan derajat penerangan(brightness).
Beberapa metode penentuan kadar dengan kolorimetri di antaranya:
1. Metode deret standar (misal tabung Nessler)
Tabung-tabung seragam yang tidak berwarna dengan dasar datar (disebut tabung Nessler)
digunakan untuk menampung larutan berwarna dengan jumlah volume tertentu. Pada dasarnya,
pengukur Nessler bekerja berdasarkan prinsip perbandingan warna
2. Metode pengenceran
Larutan sampel dan larutan standar dengan konsentrasi c x dan cy ditempatkan pada
tabung kaca dengan ukuran yang sama. Larutan yang lebih pekat diencerkan sampai warnanya
mempunyai intensitas yang sama dengan yang lebih encer.
3. Metode kesetimbangan
Metode kesetimbangan adalah metode yang paling umum digunakan pada kolorimetri
visual.
Metode Kolorimetri merupakan bagian dari metode spektroskopi sinar tampak yang
berdasarkan pada panjang sinar tampak oleh suatu larutan berwarna, hanya senyawa yang dapat
ditentukan dengan metode spektroskopi, senyawa yang tidak berwarna dapat dibuat menjadi
berwarna, seperti ion Fe3+ dan SCN- menghasilkan larutan berwarna merah.
Kolorimetri dilakukan dengan membandingkan larutan standar dengan aplikasi yang
dibuat pada keadaan yang sama dengan menggunakan tabung Nessler atau kolorimeter
Dubosque. Dengan kolorimetri elektronik, jumlah cahaya yang diserap berbanding lurus dengan
konsentrasi larutan. Metode ini sering digunakan dalam menentukan konsentrasi besi dalam air
minum.
Gambar 2 A drawing and diagram of a Duboscq colorimeter, for visually obtaining a color match between two columns of fluid to arrive at a
quantitative concentration ratio
Pada kolorimetri, suatu duplikasi warna dilakukan dengan dua larutan yang mengandung
zat yang sama pada kolom dengan kemampuan areometer penampang yang sama serta tegak
lurus dengan arah sinar atau alat visualisasi. Biasanya zat-zat yang dapat menimbulkan warna
adalah ion-ion kompleks. Warna tersebut muncul karena adanya elektron - elektron yang tidak
berpasangan.
Konsentrasi berwarna dapat diperkirakan secara visual. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara membandingkan cuplikan dengan sederet larutan yang konsentrasinya sudah diketahui
terlebih dahulu yaitu larutan standar.
5.2.2. Faktor yang mempengaruhi kolorimetri
Prinsip metode kolorimetri pada penetapan kadar asam asetilsalisilat adalah pembentukan
kompleks antara besi nitrat dengan gugus fenolik asam salisilat pada asam asetilsalisilat menjadi
kompleks besi salisilat yang berwarna ungu.
Asam asetilsalisilat mempunyai nama sinonim asetosal, asam salisilat asetat dan yang
paling terkenal adalah aspirin (brandname produk dari Bayer). Serbuk asam asetilsalisilat dari
tidak berwarna atau kristal putih atau serbuk granul kristal yang berwarna putih. Asam
asetilsalisilat stabil dalam udara kering tapi terdegradasi perlahan jika terkena uap air menjadi
asam asetat dan asam salisilat. Nilai titik lebur dari asam asetilsalisilat adalah 135 0C. Asam 4
asetilsalisilat larut dalam air (1:300), etanol (1:5), kloroform (1:17) dan eter (1:10-15), larut
dalam larutan asetat dan sitrat dan dengan adanya senyawa yang terdekomposisi, asam
asetilsalisilat larut dalam larutan hidroksida dan karbonat
Gambar 4 Reaksi pembentukan kompleks warna besi salisilat
Asetosal merupakan ester fenolik dari asam salisilat sehingga tidak dapat bereaksi dengan
Fe3+. Gugus ester tersebut harus dipecah melalui hidrolisis terlebih dahulu dengan NaOH
sehingga terbentuk Na salisilat dan Na asetat. Setelah diasamkan dengan HCl, asam salisilat
hasil hidrolisis asetosal dapat membentuk kompleks dengan pereaksi Fe 3+ yang berwarna ungu
yang dapat diukur serapannya pada panjang gelombang sinar tampak (525 nm).
5.3.1. Bahan
5.3.2. Alat
5.4. Prosedur
a. Bacalah dengan seksama teori dasar pada bagian dari bab ini!
b. Tulislah pertanyaan-pertanyaan yang tidak dimengerti dari penjelasan pada teori
dasar dan dibawa sebagai persyaratan sebelum praktikum!
c. Jelaskan pengertian singkat dari ppm!
d. Ubah satuan berikut ke dalam ppm:
1. 1 M
2. 20 % b/v
3. 2 mol NaOH dalam 1500 ml air
4. 3,65 g HCl dalam 20000 ml air
e. Bagaimana cara mengencerkan larutan berikut ini, tulis lengkap dengan prosedur
beserta alat dan bahannya:
1. 4 mg NaOH dalam 100 ml menjadi 10 ppm
2. HCl 0,1 M 10 ml menjadi 8 ppm
6.1.Tujuan Praktikum
Pada akhir praktikum siswa diharapkan dapat nilai tuntas dengan indikasi:
a. Prinsip dasar penentuan kadar dengan metode spektrofotometri dapat dijelaskan
dengan benar
b. Larutan untuk pengukuran spektrofotometri dapat dibuat dengan benar
c. Penentuan kadar sampel dengan metode spektrofotometri dapat dilakukan dengan
benar
A. Hukum Lambert-Beer
Adalah hubungan jumlah zat atau warna yang diserap oleh larutan yang disebut
absorbansi A dengan zat-zat c. di mana salah satu larutan telah diketahui konsentrasinya, untuk
kedua larutan tersebut maka :
A1 = a . b1c1 dan A2 = a . b2c2
Dengan : a = tetapan jenis zat
b = tebal ukuran yang disinari
c = konsentrasi zat
Jika kedua larutan tersebut kepekatannya sama maka :
A1 = A2
ab1c1 = ab2c2
b1c1 = b2c2
B. Hukum Boogner Lambert
Lambert menyelidiki hubungan antara intensitas mula-mula dan setelah melalui media.
Hubungan antara tebal dari suatu media dan serapan sinar dikenal sebagai :
“ Hukum Boogner Lambert”
Apabila sinar monokromatis mengenai suatu media yang transparan, maka berkurangnya
intensitas sebanding dengan bertambahnya tebal media yang dilewatinya. Maka semakin tebal
suatu media, semakin banyak pula cahaya yang hilang (intensitasnya berkurang) karena semakin
banyaknya cahaya yang diserap oleh media.
Dapat kita katakan, bahwa :
DI = K.I.dt
Dengan : I = intensitas sinar mula-mula
K = koefisien serapan
t = tebal media yang ditembus
C. spektroskopi uv-vis
Umumnya spektroskopi dengan sinar ultraviolet (UV) dan sinar tampak (VIS) dibahas
bersama karena sering kedua pengukuran dilakukan pada waktu yang sama. Berkaitan dengan
proses berenergi tinggi yakni transisi elektron dalam molekul,maka informasi yang didapat
cenderung untuk molekul keseluruhan bukan bagian-bagian molekulnya dengan kata lain setiap
molekul akan memiliki ciri masing-masing dari hasil interaksi dengan sinar uv/vis.
Metode ini sangat cocok untuk tujuan analisis karena metode ini sangat sensitif, sangat
kuantitatif dan jumlah sinar yang diserap oleh sampel diberikan oleh ungkapan hukum Lambert-
Beer. Menurut hukum Beer, absorbans larutan sampel sebanding dengan panjang lintasan cahaya
d dan konsentrasi larutannya c
di mana,
A= serapan
Io = Intensitas sinar yang datang
I = Intensitas sinar yang diteruskan
ε = absorptivitas molar
ι = panjang atau tebal larutan
c = konsentrasi larutan
a. NaOH 0,1 N
b. Parasetamol BPFI
c. Sampel serbuk parasetamol (ditentukan oleh pengawas)
6.3.2. Alat
a. Bacalah dengan seksama teori dasar pada bagian dari bab ini!
b. Tulislah pertanyaan-pertanyaan yang tidak dimengerti dari penjelasan pada teori
dasar dan dibawa sebagai persyaratan sebelum praktikum!
c. Apa yang dimaksud dengan Baku Pembanding Farmakope Indonesia?
d. Mengapa parasetamol dapat diuji dengan menggunakan spektrofotometri uv?
Mengapa tidak bisa dengan visibel?
e. Apa saja yang mempengaruhi hasil pengukuran menggunakan spektrofotometri uv-
vis?
Blaschke,Gottfried, Roth, Hermann J.1998. Analisis Farmasi edisi kedua. Yogyakarta: Gajahmada
University Press. hal.367-373.
Fessenden & Fessenden. 1982 . Kimia Organik edisi kedua. Jakarta: Erlangga. hal.436-437.
Kosasih, Satiadarma, et al. 2004. Asas Pengembangan Prosedur Analisis edisi pertama. Jakarta: Erlangga.
hal.87-97.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV 1995. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.