Anda di halaman 1dari 323

E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 1- 53.

docvisikom Page 1
8/19/2010

TITIHAN- SUKU PODICIPEDIDAE

Suku burung air mirip bebek yang berukuran kecil sampai sedang, hidup tersebar luas di dunia. Mempunyai paruh
runcing, sayap pendek, ekor sangat pendek, leher tegak, jari kaki lebih berdaun daripada berselaput, serta bulu yang
panjang seperti sutera.
Penyelam yang pandai, sekali menyelam bisa bertahan selama beberapa menit. Makanannya ikan dan serangga air.
Membuat sarang di atas rakit dengan menggunakan tumbuhan terapung.
Di Sunda Besar ada dua jenis yaitu Titihan telaga dan Titihan Australia.

1. TITIHAN TELAGA Tachybaptus ruficollis Lembar Gambar 26


(I: Little Grebe; M: Grebe kecil)
Deskripsi: Berukuran kecil (25 cm), berwarna gelap, bertubuh pendek dan gemuk. Mirip bebek, berenang dengan
badan tegak dan menyelam berulang-ulang dalam waktu yang cukup lama. Pada masa berbiak, bulu di sekitar
tenggorokan dan leher bagian pinggir berwarna kemerahan. Mahkota dan tengkuk coklat gelap. Tubuh bagian atas
coklat, tubuh bagian bawah keabuan. Pangkal paruh berbercak kuning. Di luar masa berbiak, bulu bagian atas coklat
keabuan.
Iris kuning sampai merah tua, paruh hitam, kaki abu-abu kebiruan
Suara: Tinggi, berulang-ulang "wi-i-i-i-i", terutama pada masa bercumbu.
Penyebaran global: Afrika, Erasia, India, Cina, Asia tenggara, Filipina, Sunda Besar, Sulawesi, dan sepanjang
Indonesia bagian timur sampai P. Irian bagian utara.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Sumatera (hanya di bagian utara) dan Kalimantan (tercatat hanya satu
kali). Penetap yang jarang terdapat di danau-danau dataran rendah dan pegunungan di Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Sering mengunjungi danau, rawa, atau sawah yang berair bersih dan banyak ditumbuhi tumbuhan air.
Menyelam untuk mendapatkan makanan atau bila merasa terganggu. Biasanya hidup sendirian atau dalam
kelompok kecil yang terpisah secara individual. Pada masa berbiak, saling berkejaran dan saling memanggil di air.

2. TITIHAN AUSTRALIA Tachybaptus novaehollandiae Lembar Gambar 26


(I: Australasian Grebe)
Deskripsi: Berukuran kecil (24 cm), bertubuh pendek dan gemuk. Senang menyelam. Sangat mirip Titihan telaga.
Perbedaannya adalah tubuh bagian bawah putih, sayap lebih banyak berwarna putih, serta tenggorokannya hitam
(bukan merah) pada masa berbiak. Terdapat garis keputih-putihan pada sayap ketika terbang. Garis coklat buah
berangan di belakang mata memisahkan mahkota dan tengkuknya yang hitam dengan dagu dan tenggorokan yang
hitam keabuan.
Iris putih sampai kuning, paruh hitam dengan warna putih pada ujungnya, kaki hijau zaitun sampai hitam.
Suara: Kicauan melengking, seperti Titihan telaga.
Penyebaran global: Dari Jawa dan Bali melalui Nusa Tenggara ke P. Irian, Australia, dan Selandia Baru.
Penyebaran lokal dan status: Suatu catatan yang belum pasti dari Banjarmasin, Kalimantan, pada akhir abad yang
lalu. Penetap yang jarang dijumpai di danau-danau dataran rendah dan pegunungan di Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Seperti Titihan telaga.

PENGGUNTING-LAUT DAN PETREL - SUKU PROCELLARIIDAE

Suku yang cukup banyak jenisnya. Burung laut yang menyerupai camar dengan paruh berbentuk aneh seperti
hidung pipa dan berkait pada ujungnya, serta hidung terbuka seperti pipa ganda pada paruh atasnya. Nama
penggunting-laut (Shearwater dalam bahasa Inggris) diberikan karena kebiasaan terbangnya yang sangat dekat
dengan permukaan air, bahkan kadang-kadang menyinggung air. Menyelam untuk mendapatkan ikan, cumi-cumi,
plankton, dan krustasea. Bersarang pada lereng karang atau lubang di pulau karang. Tidak pernah bersuara ketika
terbang di atas laut. Terutama terdapat di daerah beriklim sedang.
Ada delapan jenis di perairan Sunda Besar.

3. PETREL BARAU Pterodroma baraui Lembar Gambar 1


(I: Barau’s Petrel)
Deskripsi: Berukuran sedang (38 cm). Tubuh ramping, perut putih, sayap panjang, ekor pendek-bulat. Tubuh
bagian atas coklat hitam dengan dahi putih, sedangkan bagian belakang mahkota, ekor, bulu terbang, dan sisi depan
sayap berwarna hitam. Tubuh bagian bawah putih dengan sisi sayap kehitaman.
Iris coklat, paruh hitam, kaki kuning dengan jari hitam.
Penyebaran global: Berbiak di Kep. Reunion dan menyebar sampai ke timur melewati Samudera Indonesia.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat terdapat di lepas pantai P. Enggano, Sumatera bagian barat daya.
Kebiasaan: Terbang cepat di atas permukaan air, meliuk-liuk, dan menukik dengan ringan.
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 1- 53.docvisikom Page 2
8/19/2010

[4. PETREL PARUH-KECIL Pachyptila belcheri Lembar Gambar 1


(I: Slender-billed Prion)
Deskripsi: Berukuran kecil (26 cm), berwarna abu-abu, hitam, dan putih. Mirip Petrel Antartika tetapi paruhnya
lebih ramping.
Penyebaran lokal dan status: Di lautan Subantartika dan laut selatan, termasuk Australia selatan dan Selandia
Baru.
Kebiasaan: Sama dengan Petrel Antartika.
Catatan: Beberapa pakar taksonomi memperkirakan bahwa Petrel Antartika yang ditemukan di Jawa termasuk
jenis ini, tetapi spesimennya hilang dan tidak ada kesempatan lain untuk mengidentifikasinya kembali.]

5. PETREL ANTARTIKA Pachyptila desolata Lembar Gambar 1


(I: Antarctic Prion)
Deskripsi: Berukuran kecil (27 cm), berwarna abu-abu, hitam, dan putih. Ekor berbentuk baji dengan warna hitam
pada ujungnya. Tubuh bagian atas abu-abu kebiruan dengan tanda hitam berbentuk W karena perpaduan bulu-bulu
primer terluar, skapular, dan sebuah pita gelap melintang pada punggung bawah. Sebuah garis kehitaman
membentang di bawah mata. Tubuh bagian bawah putih.
Iris gelap, paruh abu-abu, kaki biru keabuan.
Penyebaran global: Berbiak di Antartika dan Kep. Subantartika. Pada masa tidak berbiak, menyebar ke utara, ke
daerah subtropis di Samudera Atlantik dan Samudera Indonesia.
Penyebaran lokal dan status: Pada bulan Juli 1938, pernah ditemukan satu ekor terdampar di pantai selatan Jawa.
Kebiasaan: Terbang cepat, berzigzag, terbang rendah tidak teratur di atas laut. Biasanya terbang dalam kelompok,
meliuk-liuk.

6. PETREL BULWER Bulweria bulweri Lembar Gambar 1


(I: Bulwer’s Petrel)
Deskripsi: Berukuran kecil (27 cm), berwarna coklat jelaga dengan tubuh bagian bawah lebih pucat. Biasanya
terlihat garis pucat pada penutup sayap atas. Perbedaannya dengan Petrel-badai Swinhoe adalah ukuran tubuh lebih
besar dan panjang serta ekor seperti baji (terlihat panjang dan runcing ketika terbang).
Iris coklat, paruh hitam, kaki kemerahmudaan.
Penyebaran global: Berbiak di pulau-pulau di Samudera Atlantik dan Samudera Pasifik.
Penyebaran lokal dan status: Beberapa penghuni Pasifik barat secara teratur terbang ke selatan, yaitu ke perairan
Indonesia dan Samudera Indonesia.
Kebiasaan: Terbang lebih kuat dari Petrel-badai, terbang menukik sambil mengibas-ibaskan sayap secara tidak
teratur dan berputar-putar tinggi.

7. PETREL PALSU Bulweria fallax Lembar Gambar 1


(I: Jouanin’s Petrel)
Deskripsi: Berukuran sedang (31 cm), berwarna coklat gelap, bersayap panjang. Ekor panjang, seperti baji dan
sedikit bertakik. Penutup sayap atas berwarna pucat, paruh pendek. Mirip Petrel bulwer, tetapi ukuran lebih besar
dan biasanya ditemukan di lautan yang berbeda. Perbedaannya dengan bentuk gelap Penggunting-laut Pasifik adalah
ukuran lebih kecil, paruh lebih pendek, tebal, mengarah ke bawah dan membentuk sudut 45 derajat, serta terbang
anggun dan cepat.
Iris coklat, paruh hitam, kaki merah jambu.
Penyebaran global: Berbiak di kepulauan di sekitar L. Arab dan Teluk Aden.
Penyebaran lokal dan status: Tersebar sampai Samudera Indonesia dan satu kali terlihat di lepas pantai P.
Enggano, Sumatera bagian barat daya.
Kebiasaan: Terbang sangat cepat dan tangkas, naik dan turun dengan elok, paruh sering mengarah ke bawah untuk
mengamati laut.

8. PENGGUNTING-LAUT BELANG Calonectris leucomelas Lembar Gambar 1


(I: Streaked Shearwater)
Deskripsi: Berukuran besar (48 cm). Bagian atas coklat gelap. Bagian bawah dan muka berwarna putih, dengan
coretan gelap pada kepala dan sisi tubuh. Perbedaan dengan bentuk pucat Penggunting-laut Pasifik adalah mukanya
putih dan warna paruhnya.
Iris coklat, paruh gading, kaki merah muda.
Penyebaran global: Berbiak di pulau-pulau di Pasifik bagian barat laut, pada musim dingin terbang ke selatan ke
garis khatulistiwa.
Penyebaran lokal dan status: Tidak terlalu umum di perairan Indonesia, lebih umum terlihat di timur. Tersebar
secara sporadis ke barat, yaitu ke Sumatera dan Samudera Indonesia bagian barat laut.
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 1- 53.docvisikom Page 3
8/19/2010

Kebiasaan: Mirip Penggunting-laut Pasifik.

9. PENGGUNTING-LAUT KAKI-MERAH Puffinus carneipes Lembar Gambar 1


(I: Flesh-footed Shearwater)
Deskripsi: Berukuran agak besar (43 cm), berbadan kukuh, berwarna coklat dengan sayap panjang dan ekor
pendek-bulat. Sering tertukar dengan Penggunting-laut Pasifik. Perbedaannya adalah paruh tebal, berwarna pucat,
berujung gelap, serta bulu primer bagian bawah pada pangkal keputih-putihan.
Iris coklat, paruh berwarna jerami dengan ujung coklat, kaki kuning kemerahjambuan.
Penyebaran global: Berbiak di pulau-pulau sekitar Australia dan Selandia Baru.
Penyebaran lokal dan status: Populasi di Samudera Indonesia menyebar ke utara pada musim dingin dan tercatat
beberapa kali di lepas pantai Sumatera bagian barat dan utara.
Kebiasaan: Terbang rendah di atas permukaan air dengan kepakan sayap yang tenang dan luwes, lebih anggun
dibandingkan dengan Penggunting-laut Pasifik.

10. PENGGUNTING-LAUT PASIFIK Puffinus pacificus Lembar Gambar 1


(I: Wedge-tailed Shearwater)
Deskripsi: Berukuran sedang (43 cm). Sayap panjang, ekor seperti baji. Memiliki fase gelap dan terang/pucat. Fase
gelap: seluruh bulu coklat gelap. Fase pucat: bagian atas coklat, bagian bawah keputih-putihan, sayap bawah
memperlihatkan batas, penutup ekor bawah berwarna gelap. Paruh abu-abu gelap, kaki merah muda.
Penyebaran global: Berbiak di pulau-pulau tropis di Samudera Indonesia dan Pasifik.
Penyebaran lokal dan status: Bersifat pengembara, terdapat di mana-mana di perairan Asia tenggara. Biasanya
tercatat di lepas pantai Sumatera dan Jawa. Pernah tercatat di lepas pantai Kalimantan.
Kebiasaan: Terbang rendah di atas laut, meliuk-liuk, kadang-kadang menukik. Sering melayang sangat rendah di
atas permukaan air sehingga ujung sayapnya pada waktu mengepak dapat menyentuh permukaan air.

PETREL-BADAI - SUKU HYDROBATIDAE

Suku burung laut ini mirip suku Procellariidae, tetapi ukuran tubuh lebih kecil, gaya terbang lebih menggelepar,
serta tabung lubang hidung bersatu dalam satu lubang. Merupakan burung laut terkecil. Cara terbang lemah seperti
kupu-kupu. Memiliki kebiasaan terbang diam sambil mengepak-ngepakkan sayap di atas air, kemudian
menyentuhkan sayap pada kakinya yang berselaput. Ciri-ciri ini membuat suku ini mudah dikenali dan dibedakan
dari burung laut lainnya. Memakan krustasea kecil atau sampah organik yang terapung. Bersarang pada celah-celah
atau lubang-lubang karang, di pantai dan pulau-pulau yang berbatu.
Hanya tiga jenis yang tercatat di perairan Sunda Besar, tetapi sering sukar untuk dibedakan. Jenis keempat
diharapkan ada di kawasan ini, tetapi belum ada yang dapat membuktikannya.

11. PETREL-BADAI COKLAT Oceanites oceanicus Lembar Gambar 1


(I: Wilson’s Storm-petrel; M: Stom-petrel Wilson)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (17 cm), berwarna hitam dan putih. Tubuh bagian atas coklat jelaga dengan garis
sayap sempit keabuan dan garis tungging putih mencolok (yang dibentuk oleh penutup ekor atas yang putih). Tubuh
bagian bawah coklat jelaga. Kaki menonjol sedikit dari bawah ekornya yang pendek persegi ketika terbang.
Iris gelap, paruh hitam, kaki hitam dengan selaput kuning (sulit dilihat di laut).
Suara: Panggilan mencicit dan bersiul di tempat berbiak. Ketika makan di laut, hanya terdengar cicitan lemah.
Penyebaran global: Berbiak di pulau-pulau di lautan selatan, tetapi menyebar ke utara, ke hampir seluruh lautan.
Penyebaran lokal dan status: Biasa terlihat di atas perairan Sumatera, Jawa, dan Bali.
Kebiasaan: Terbang sendirian atau dalam kelompok kecil, rendah di atas air dengan cara melayang pendek,
diselingi kepakan sayap yang gemulai dan meliuk-liuk. Ketika mendapatkan makanan, terbang diam di atas udara
sambil mengepak-ngepakkan sayap dan mendayungkan kakinya yang panjang di atas air. Sering terbang mengikuti
kapal.

12. PETREL-BADAI SWINHOE Oceanodroma monorhis Lembar Gambar 1


(I: Swinhoe’s Storm-petrel; M: Stom-petrel Swinhoe)
Deskripsi: Berukuran kecil (20 cm), berwarna gelap. Bulu utama coklat gelap dengan garis sayap abu-abu samar
dan ekor sedikit bercabang.
Iris gelap, paruh dan kaki hitam.
Penyebaran global: Berbiak di pulau-pulau lepas pantai Jepang, Korea, dan Cina. Diperkirakan bermigrasi ke
daerah barat melalui perairan Indonesia, menuju ke Samudera Indonesia sebelah utara.
Penyebaran lokal dan status: Pada bulan September, tercatat beberapa ekor di luar jalur utama melewati Selat
Sunda.
Kebiasaan: Terbangnya khas seperti dara-laut, tetapi lebih banyak melompat dan menukik di atas air, tidak pernah
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 1- 53.docvisikom Page 4
8/19/2010

mengecipakkan kaki di permukaan air. Kadang-kadang terbang mengikuti kapal.


Catatan: Mungkin agak sulit dibedakan dengan Petrel-badai O. leucorhoa.

[13. PETREL-BADAI MATSUDAIRA Oceanodroma matsudairae Lembar Gambar 1


(I: Matsudaira’s Storm-petrel)
Deskripsi: Bertubuh kecil (25 cm), berwarna gelap. Ekor seperti garpu (mirip Petrel-badai Swinhoe), tetapi
berukuran lebih besar dengan bercak keputih-putihan dekat ujung sayap yang dibentuk dari tangkai bulu primer
yang putih, serta terbang lebih lamban.
Iris gelap, paruh dan kaki hitam.
Penyebaran lokal dan status: Berbiak di Jepang selatan. Pada musim dingin, bermigrasi ke L. Cina selatan,
Filipina, dan Samudera Indonesia bagian utara. Mestinya melewati Sunda Besar, tetapi belum ada konfirmasi.
Kebiasaan: Terbang lebih sulit dibandingkan dengan Petrel-badai Swinhoe.
Catatan: Mungkin sejenis dengan Petrel-badai hitam O. melania.]

14. PETREL-BADAI MUKA-PUTIH Pelagodroma marina Lembar Gambar 1


(I: White-faced Storm-petrel)
Deskripsi: Berukuran kecil (20 cm), jenis petrel yang anggun, berwarna hitam, abu-abu, dan putih. Tubuh bagian
atas keabuan dengan mahkota abu-abu kecoklatan gelap, dahi dan alis putih; penutup telinga dan bulu terbang
hitam. Tenggorokan, dada, perut, dan garis sayap putih. Ekor pendek dan agak persegi.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Penyebaran global: Samudera Atlantik, Samudera Indonesia, dan Samudera Pasifik. Berbiak di belahan bumi
selatan, tetapi bermigrasi ke utara pada waktu di utara sedang musim panas.
Penyebaran lokal dan status: Jarang mengunjungi Sunda Besar, tetapi pernah tercatat sekali di lepas pantai barat
Aceh pada tahun 1930.
Kebiasaan: Terbang cepat tidak teratur, melompat-lompat di atas permukaan air dengan kaki berayun-ayun,
berpindah tempat secara tiba-tiba dari satu sisi ke sisi yang lain.

BURUNG BUNTUT-SATE - SUKU PHAETONTIDAE

Suku yang hanya beranggotakan tiga jenis burung laut yang putih dan indah, ekornya berbentuk baji. Ciri utamanya
adalah bulu ekor tengah memanjang. Tersebar jauh sampai ke tengah laut, merupakan penyelam yang ulung.
Makanannya terutama cumi-cumi sehingga lebih aktif bergerak pada malam hari. Berenang dengan ekor ditekuk ke
atas.
Di perairan Sunda Besar terdapat dua jenis.

15. BUNTUT-SATE MERAH Phaeton rubricauda Lembar Gambar 2


(I: Red-tailed Tropicbird)
Deskripsi: Berukuran agak besar (46 cm, tidak termasuk bulu ekornya yang panjang), berwarna putih atau
kemerahmudaan. Pada waktu berbulu baru, warnanya merah muda, tetapi cepat lusuh dan berubah menjadi putih.
Perbedaan antara burung dewasa dengan Buntut-sate putih adalah paruhnya merah, bulu utama kurang hitam, dan
bulu ekor tengah merah (sangat sulit dilihat dari kapal yang bergerak). Remaja: paruh biasanya kehitaman dan tubuh
bagian atas bergaris hitam.
Iris gelap, paruh merah, kaki biru dengan selaput hitam.
Suara: Seperti suara roda gigi: "pirr-igh" ketika terbang. Juga teriakan keras ketika berada di sarang.
Penyebaran global: Samudera Indonesia serta Samudera Pasifik tropis dan subtropis.
Penyebaran lokal dan status: Tidak pernah diketahui berbiak di Sunda Besar, tetapi membentuk koloni di Kep.
Cocos Keeling dan P. Christmas (Samudera Indonesia), di P. Manuk, dan G. Api (L. Banda). Tercatat di lepas
pantai barat Sumatera dan di laut selatan Jawa, tetapi jarang dijumpai di L. Jawa.
Kebiasaan: Selalu berada di laut. Terbang mirip Buntut-sate putih.

16. BUNTUT-SATE PUTIH Phaeton lepturus Lembar Gambar 2


(I: White-tailed Tropicbird)
Deskripsi: Berukuran sedang (39 cm, tidak termasuk bulu ekor tengahnya yang panjang), berwarna putih atau
kekuningan dengan bulu ekor tengah putih panjang. Dewasa: umumnya putih, alis dan ujung sayap hitam, sayap
atas bergaris hitam. Ras P. Christmas fulvus (yang juga terlihat di lepas pantai Sumatera): berwarna buah aprikot
keemasan. Remaja: tidak ada bulu ekor tengah yang panjang, ada garis-garis hitam pada tubuh bagian atas, bulu
primer lebih hitam (dibandingkan dengan remaja Buntut-sate merah).
Iris gelap, paruh jingga atau kuning, kaki keabuan dengan selaput hitam.
Suara: Bergemerincing "tetetete" dan "tik" pada waktu terbang, dan teriakan keras sewaktu berada di sarang.
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 1- 53.docvisikom Page 5
8/19/2010

Penyebaran global: Samudera Atlantik, Samudera Indonesia, serta Samudera Pasifik tropis dan subtropis.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di lepas pantai Sumatera (fulvus) dari P. Christmas. Ada kemungkinan
membentuk koloni dan berbiak pada karang-karang di pantai selatan Jawa, Bali (Ulu Watu), dan P. Nusa Penida.
Kebiasaan: Terbang tinggi melingkar di atas laut dengan kepakan sayap yang cepat atau berputar dan berbelok
tajam, kemudian terjun menyelam untuk menyambar makanan di laut.

UNDAN - SUKU PELECANIDAE

Suku kecil yang terdiri dari delapan jenis burung air khas yang berukuran besar. Memiliki paruh sangat besar dan
kantung makanan yang bisa menggembung di sepanjang paruh. Umumnya hidup berkelompok, bersama-sama
mencari ikan dengan cara menyeruakkan paruhnya ke kiri dan ke kanan. Juga dapat menangkap ikan dengan
menyelam sesudah menerjunkan diri ketika terbang. Terbang dengan leher membengkok, terlihat sangat
melelahkan, tetapi sangat kuat, bahkan beberapa jenis melakukan migrasi yang jauh.
Tiga jenis tercatat sebagai pengunjung di Sunda Besar, tetapi tidak bisa dipastikan ada yang berbiak.
Sebagian dari salah satu jenis mungkin menjadi penetap di Sumatera.

17. UNDAN PUTIH Pelecanus onocrotalus Lembar Gambar 3


(I: Great White Pelican)
Deskripsi: Berukuran sangat besar (157 cm). Bulu putih, kecuali bulu terbang primer dan sekunder hitam. Terdapat
jambul kecil pada bagian belakang kepala dan seberkas bulu kuning pada bagian dada. Remaja berwarna coklat.
Iris merah, paruh keunguan, kantung makanan kuning, kulit muka dan kaki merah muda.
Suara: Umumnya tidak bersuara, tetapi dapat mengeluarkan erangan dari tenggorokan.
Penyebaran global: Berbiak di Afrika, Erasia selatan tengah, dan Asia selatan. Bermigrasi ke selatan.
Penyebaran lokal dan status: Ada satu catatan dari Sumatera, tetapi disangsikan. Mengembara sampai ke rawa-
rawa di Jawa bagian barat laut.
Kebiasaan: Ciri khasnya adalah menangkap ikan bersama-sama, terbang dalam formasi, dan terjun menyelam.
Sering mendatangi danau dan sungai besar.

18. UNDAN PARUH-TOTOL Pelecanus philippensis Lembar Gambar 3


(I: Spot-brilled Pelican)
Deskripsi: Berukuran sangat besar (140 cm), berwarna abu-abu. Paruh khas, merah jambu berbintik-bintik biru.
Sayap abu-abu gelap, kantung paruh ungu.
Iris coklat pucat, kulit muka tidak berbulu dan paruh berwarna merah jambu, kaki coklat.
Suara: Suitan serak hanya pada masa berbiak.
Penyebaran global: Berbiak di India barat daya, Sri Langka, Burma, dan Cina tenggara. Juga diperkirakan di Asia
tenggara dan Filipina. Bermigrasi ke selatan.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Pada musim dingin ke Sumatera utara. Tercatat di
Sumatera selatan, kemungkinan berbiak di sana. Pada abad yang lalu, Spenser St John pernah menemukan burung
(yang kemungkinan besar adalah jenis ini) di P. Blambangan, lepas pantai Sabah. Hanya sedikit catatan dari Jawa.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok besar. Mendiami teluk, muara, danau, dan sungai besar.

19. UNDAN KACAMATA Pelecanus conspicilllatus Lembar Gambar 3


(I: Australian Pelican)
Deskripsi: Berukuran sangat besar (150 cm), berwarna hitam dan putih. Perbedaannya dengan Undan putih adalah
bulu sekunder hitam, penutup sayap dalam lebih luas, penutup ekor atas dan hampir seluruh ekor hitam, kantung
paruh kemerahjambuan, dan kulit muka berbulu.
Iris coklat, paruh merah muda atau kuning, kaki biru redup.
Suara: Pada masa berbiak: nada tinggi "pip-pi-pi" atau nada rendah "pep-pep-perr". Di luar masa itu, pada
umumnya diam.
Penyebaran global: Berbiak di Australia. Meluas ke utara, dan P. Irian, dan kadang-kadang ke Indonesia bagian
barat dan Pasifik bagian barat daya.
Penyebaran lokal dan status: Kemungkinan tidak teratur. Pada tahun 1978, mencapai Sumatera (kemungkinan)
dan Jawa. Beberapa catatan selanjutnya tidak dapat dipastikan.
Kebiasaan: Biasanya dalam kelompok, tetapi tidak jarang juga terlihat sendirian.

ANGSA-BATU - SUKU SULIDAE

Suku kecil yang tersebar luas di dunia, merupakan burung penyelam. Ciri khasnya adalah ukuran tubuh besar serta
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 1- 53.docvisikom Page 6
8/19/2010

sayap runcing, sempit, dan panjang. Bentuk tubuh seperti cerutu, dengan paruh tajam dan kuat. Menjelajah jauh
sampai ke tengah laut secara berkelompok, terjun vertikal secara mengagumkan, dan menyelam untuk memangsa
ikan.
Di perairan Sunda Besar tercatat empat jenis.

20. ANGSA-BATU KAKI-MERAH Sula sula Lembar Gambar 2


(I: Red-footed Booby)
Deskripsi: Berukuran besar (72 cm), berwarna hitam dan putih atau coklat seperti abu. Ciri khasnya adalah kaki
merah dan ekor putih. Memiliki fase terang, gelap, dan peralihan. Fase terang: bulu umumnya putih kecuali bulu
primer dan bulu sekunder hitam. Fase gelap: kepala, punggung, dan dada coklat keabuan, ekor tetap putih. Remaja:
coklat abu-abu polos.
Iris coklat, paruh keabuan dengan pangkal merah jambu, kulit pada pangkal paruh biru tidak berbulu, kulit di
bawah paruh hitam tidak berbulu. Kaki merah terang (khas) atau abu-abu kekuningan pada semua fase (anaknya).
Suara: Selama di laut tidak bersuara. Hanya bersuara pada musim bersarang.
Penyebaran global: Lautan tropis. Tempat berbiak yang terdekat adalah P. Christmas di Samudera Indonesia,
Bankoran dan Tubbutaha Reef di L. Sulu, serta P. Manuk dan G. Api di L. Banda.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di lepas pantai Sumatera barat, Kalimantan bagian utara, dan Jawa.
Kebiasaan: Seperti Angsa-batu topeng.

21. ANGSA-BATU TOPENG Sula dactylatra Lembar Gambar 2


(I: Masked Booby)
Deskripsi: Berukuran sangat besar (85 cm), berwarna hitam dan putih. Bulu umumnya putih, kecuali ekor, bulu
primer, bulu sekunder, dan muka topengnya yang rapi berwarna hitam. Kulit muka hitam-biru. Remaja: kepala dan
tubuh bagian atas coklat, kerah putih, tubuh bagian bawah putih dengan pola garis hitam pada sayap bawah.
Iris kuning, paruh dan kaki kuning atau kehijauan.
Suara: Tidak bersuara selama di laut. Bersuara hanya pada waktu berbiak.
Penyebaran global: Di lautan tropis dan subtropis. Tempat berbiak terdekat adalah Cocos Keeling di Samudera
Indonesia, Tubbataha Reef di L. Sulu, dan G. Api di L. Banda.
Penyebaran lokal dan status: Kemungkinan merupakan angsa-batu yang paling tidak umum di perairan Sunda
Besar. Tercatat di Sumatera (Selat Malaka dan Selat Sunda), Kalimantan bagian utara, serta lepas pantai Jawa
bagian selatan.
Kebiasaan: Terbang rendah di atas laut dengan kepakan sayap yang lurus dan kuat, biasanya membentuk formasi
acak. Terbang dalam kelompok, membentuk awan, berputar bila menemukan mangsa. Kadang-kadang
menggunakan kapal untuk beristirahat.

22. ANGSA-BATU CHRISTMAS Papasula abbotti Lembar Gambar 2


(I: Abbott’s Booby)
Deskripsi: Berukuran besar (71 cm), berwarna hitam dan putih. Sayap dan ekor hitam pada bagian atas, tetapi sayap
bawah putih kecuali ujungnya hitam. Kulit tanpa bulu di sekitar mata hitam-biru. Bulu lainnya putih, dengan
beberapa bintik hitam pada tungging dan sisi lambung. Paruh betina merah jambu. Remaja: seperti dewasa tetapi
paruh abu-abu.
Iris coklat, paruh abu-abu kebiruan (jantan) atau merah jambu (betina) dan abu-abu dengan ujung hitam (anak), kaki
abu-abu.
Suara: Tidak bersuara selama di laut.
Penyebaran global: Berbiak di P. Christmas (dulu juga berbiak di pulau lain di Samudera Indonesia). Mencari
makan pada daerah yang luas di Samudera Indonesia.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Sering sampai di utara, mencari air dingin yang naik ke
permukaan laut, di lepas pantai Sumatera bagian barat daya dan Jawa bagian barat daya. Pernah tercatat satu kali di
Selat Sunda.
Kebiasaan: Seperti angsa lain.

23. ANGSA-BATU COKLAT Sula leucogaster Lembar Gambar 2


(I: Brown Booby; M: Dendang Laut)
Deskripsi: Berukuran besar (72 cm), berwarna coklat gelap dan putih. Kepala dan ekor berwarna gelap. Dewasa:
coklat jelaga gelap dengan perut putih. Remaja: warna putih berganti dengan coklat abu-abu terang. Kulit muka
tanpa bulu kuning-merah (betina) atau kebiruan (jantan).
Iris abu-abu, paruh kuning (dewasa) dan abu-abu (remaja), kaki hijau kekuningan.
Suara: Diam ketika berada di laut. Bersuara hanya pada waktu bersarang, berupa kokokan, kuakan, dan desisan.
Penyebaran global: Di lautan tropis dan subtropis. Tempat koloni berbiak yang paling dekat adalah P. Christmas di
Samudera Indonesia, Bankoran di L. Sulu, dan G. Api di L. Banda.
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 1- 53.docvisikom Page 7
8/19/2010

Penyebaran lokal dan status: Paling umum hidup di Sunda Besar, satu-satunya jenis yang umum tercatat di lepas
pantai. Kemungkinan berbiak di pulau-pulau di sekitar Selat Malaka. Umumnya tercatat di lepas pantai Jawa,
terutama di Selat Sunda yang kemungkinan menjadi tempat berbiak. Kadang-kadang tercatat di lepas pantai
Sumatera.
Kebiasaan: Seperti Angsa-batu topeng, tetapi lebih sering terlihat di pantai.

PECUK - SUKU PHALACROCORACIDAE

Berukuran sedang, tersebar luas, pemakan ikan dengan paruh tajam berkait pada ujungnya. Biasanya mencari
mangsa dengan cara berenang untuk waktu yang lama di dalam air. Hal ini mudah karena bulu mengandung minyak
tahan air sehingga cepat menyerap air dan tidak mudah mengapung. Setelah berenang, burung berjemur dalam
waktu yang lama sambil membentangkan sayap di bawah sinar matahari.
Di Sunda Besar dua jenis penetap dan dua jenis pendatang terdapat.

24. PECUK-PADI HITAM Phalacrocorax sulcirostris Lembar Gambar 3


(I: Little Black Cormorant)
Deskripsi: Berukuran sedang (61 cm), berwarna hitam dengan kilau hijau atau ungu. Pada masa berbiak, terdapat
bercak putih pada sisi kepala dan di belakang mata. Penutup sayap abu-abu, sisi sayap hitam dan terlihat bersisik.
Remaja: berwarna lebih suram dan berbintik kecoklatan. Kulit muka dan kantung paruh abu-abu-biru.
Iris hijau, paruh keabuan, kaki hitam.
Suara: Ketika di sarang bersuara parau, pecah dari tenggorokan.
Penyebaran global: Australia, P. Irian, dan Indonesia ke barat sampai Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Pernah tercatat di Sumatera selatan, mungkin merupakan pengunjung dari Jawa. Di
Kalimantan selatan dikenal dari empat burung yang dikumpulkan pada akhir abad lalu. Berbiak di Jawa (catatan
pertama dipublikasikan pada tahun 1947, publikasi pertama tentang perbiakan pada tahun 1954), sekarang
merupakan pecuk yang paling umum di P. Rambut, Jawa barat.
Kebiasaan: Sering mengunjungi danau, kolam, dan muara. Kadang-kadang hidup di tepi laut dan tambak.
Umumnya hidup dalam kelompok kecil, tetapi sering juga terlihat sendirian.

25. PECUK-PADI BESAR Phalacrocorax carbo Lembar Gambar 3


(I: Great Cormorant; M: Pependang Air)
Deskripsi: Berukuran besar (90 cm), berwarna kehitaman dengan paruh besar, pipi dan tenggorokan putih. Pada
masa berbiak: bulu kepala dan leher putih seperti sutera, serta sisi lambung putih. Remaja: coklat gelap dengan
bagian bawah keputih-putihan kotor.
Iris biru, paruh dan kaki hitam.
Suara: Erangan yang keluar dari tenggorokan ketika berbiak, tetapi biasanya diam-diam saja.
Penyebaran global: Tersebar luas di dunia. Di Asia timur, pada musim dingin sampai Malaysia selatan.
Penyebaran lokal dan status: Dulu berbiak di Sumatera (D. Tawar, D. Singkarak, dan mungkin di danau besar
lainnya), tetapi sekarang tampaknya tidak lagi. Beberapa di antaranya dapat mencapai Sumatera utara, tetapi tidak
ada catatan baru. Selain itu, tercatat juga di pantai Kalimantan bagian utara (kemungkinan menetap). Tidak tercatat
di Jawa.
Kebiasaan: Mencari ikan di dalam air. Berenang setengah badan seperti pecuk lain, sering berjemur di atas batu
atau cabang pohon sambil mengembangkan sayap. Terbang dalam bentuk V atau garis.

26. PECUK-PADI BELANG Phalacrocorax melanoleucos Lembar Gambar 3


(I: Little Pied Cormorant)
Deskripsi: Berukuran sedang (60 cm), berwarna hitam dan putih. Perbedaannya dengan pecuk lainnya adalah
seluruh tubuh bagian bawah putih. Ciri khasnya adalah paruh dan kulit mukanya kuning. Remaja: garis mata,
mahkota, dan bercak sisi lambung hitam.
Iris hijau-biru, paruh kuning dengan garis hitam di atasnya, kaki hitam.
Suara: Dekuran ketika di sarang, tetapi biasanya diam ketika tidak berbiak.
Penyebaran global: Penetap di Selandia Baru, Australia, P. Irian, dan Indonesia bagian timur.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung yang jarang datang ke Jawa timur dan Bali, biasanya terlihat di daerah
pantai.
Kebiasaan: Sering mengunjungi kolam, saluran air, muara, laguna, dan pantai. Kebiasaan sama dengan pecuk-padi
lainnya.

27. PECUK-PADI KECIL Phalacrocorax niger Lembar Gambar 3


(I: Little Cormorant)
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 1- 53.docvisikom Page 8
8/19/2010

Deskripsi: Berukuran kecil (56 cm), berwarna hitam. Pada masa berbiak: bulu hijau kehitaman dengan beberapa
bulu putih kecil pada sisi kepala, di atas mata, dan pada bagian sisi leher. Pada masa tidak berbiak: tidak ada bulu-
bulu kecil, tetapi dagu (dan kadang-kadang tenggorokan) putih. Perbedaannya dengan Pecuk-padi hitam: ukuran
tubuh lebih kecil, penutup sayap seragam, paruh lebih padat. Remaja: bulu dada lebih putih, tubuh bagian atas lebih
coklat.
Iris hijau-biru, paruh coklat dengan ujung hitam dan pangkal keunguan, kaki hitam.
Suara: Panggilan yang panjang "keh-eh-eh-eh-eh-e" di tempat berbiak.
Penyebaran global: India, Cina bagian barat daya, Asia tenggara, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat terlihat di Sumatera, kemungkinan merupakan pendatang dari Jawa.
Diketahui terdapat di Kalimantan selatan dari spesimen-spesimen yang dikoleksi pada abad yang lalu. Di Jawa pada
saat ini (atau dulu), agak umum terdapat di tepi pantai dan dataran rendah. Kerapatan relatif dari jenis ini dan Pecuk-
padi hitam tidak pasti.
Kebiasaan: Mendiami hutan mangrove, danau, rawa tergenang, dan muara sungai. Biasanya tinggal dalam
kelompok kecil. Ketika berenang, hanya kepala yang terlihat. Menyelam berulang-ulang untuk mencari ikan.
Catatan: Beberapa pakar menganggap pecuk-padi ini sejenis dengan Pecuk-padi P. pygmaeus dari Erasia.

PECUK-ULAR - SUKU ANHINGIDAE

Jenis suku ini sedikit, hanya empat jenis burung mirip pecuk-padi. Satu jenis hidup di daerah Neotropis, satu di
Afrika, satu di Asia, dan satu lagi di Australia.
Memburu ikan di bawah air dan dapat menyelam untuk waktu yang lama. Leher sangat panjang, berbentuk
ular. Perbedaannya dengan pecuk-padi adalah paruh lurus, berbentuk seperti pisau belati. Persamaannya adalah bulu
dapat menyerap air dan menghabiskan waktu yang lama untuk berjemur sambil membentangkan sayap.
Hanya ada satu jenis yang menetap di Sunda Besar.

28. PECUK-ULAR ASIA Anhinga melanogaster Lembar Gambar 3


(I: Oriental Darter; M: Pependang Timur)
Deskripsi: Mudah dikenali, berukuran besar (84 cm). Burung air seperti pecuk dengan leher ramping dan sangat
panjang, serta kepala sempit-kecil. Kepala dan leher coklat, ada setrip dagu putih sepanjang leher. Bulu pada bagian
lainnya kehitaman, bulu penutup putih halus dengan pinggir hitam.
Iris coklat, paruh coklat kekuningan, garis punggung hitam, kaki keabuan.
Suara: Suara bergemerincing dan berdeklik, suara seperti menjerit ketika bercumbu.
Penyebaran global: India, Asia tenggara, Filipina, Sulawesi, Sunda Besar, dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera bagian selatan tercatat sebagai pengunjung (atau mungkin penetap) dari
Jawa. Di Kalimantan, ditemukan sebagai penetap di sungai-sungai, tetapi kelihatannya sudah hilang dari
kebanyakan daerah pantai. Pernah umum terlihat di Jawa (tercatat sampai ketinggian 1.400 m), tetapi sekarang
penyebarannya terbatas. Ada beberapa catatan terbaru dari Bali.
Kebiasaan: Hidup pada genangan air yang luas dan bersih, seperti danau dan sungai besar. Menyelam secara
menakjubkan dan tinggal di bawah air untuk waktu yang lama. Mampu mereduksi daya apung sehingga hanya
kepalanya saja yang terlihat pada waktu berenang, tetapi bulunya yang dapat menyerap air menyulitkan untuk
mengepakkan sayap dan berlari di atas air ketika akan terbang. Menghabiskan waktu lama untuk mengeringkan
bulu di tempat bertengger. Berkumpul dalam kelompok di atas pohon yang gundul.

BURUNG CIKALANG - SUKU FREGATIDAE

Suku burung ini terdiri dari lima jenis. Burung laut tropis yang berukuran besar. Cirinya adalah terbang melayang,
membentuk siluet khas dengan sayap yang runcing, panjang, dan berbentuk seperti busur, serta ekor yang panjang
menggarpu (sering ditutup dan kelihatan meruncing). Tangkas melayang, membubung tinggi, dan berputar seperti
spiral. Mengikuti udara panas, naik atau berputar-putar, dan menyelam mengejar kawanan ikan. Sering menyerang
burung laut lain untuk merampas makanan yang dimuntahkan.
Di perairan Sunda Besar ada tiga jenis.

29. CIKALANG CHRISTMAS Fregata andrewsi Lembar Gambar 4


(I: Christmas Frigatebird)
Deskripsi: Berukuran besar (95 cm), berwarna gelap. Jantan: hitam-hijau berkilat dengan kantung paruh merah dan
perut putih. Betina: dada dan perut putih, 'taji' putih meluas sampai sayap bawah, kerah putih, lingkar mata merah
jambu. Remaja: lebih coklat, kepala coklat karat pucat, ada garis lebar gelap melintang pada dada.
Iris coklat gelap, paruh hitam (jantan) atau kemerahjambuan (betina dan remaja), kaki abu-abu keunguan dengan
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 1- 53.docvisikom Page 9
8/19/2010

telapak kaki merah muda.


Suara: Diam ketika di laut. Bernyanyi dengan nada naik turun dan berbunyi seperti tepukan hanya pada waktu
berada di sarang.
Penyebaran global: Berbiak di P. Christmas, Samudera Indonesia. Tercatat di utara sampai ke Malaysia.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Secara teratur tercatat di pesisir Sumatera dan
Kalimantan. Tidak jarang ditemukan di L. Jawa dan lebih umum terlihat di pesisir selatan Jawa, khususnya Jawa
bagian barat daya.
Kebiasaan: Hidup di laut, membubung tinggi di atas permukaannya, mengikuti udara panas atau berputar-putar di
atas ikan. Menangkap makanan dari permukaan laut tanpa mendarat atau memburu burung laut lain untuk
merampas makanan. Bertengger atau beristirahat pada bagan ikan dan di atas pepohonan di pulau-pulau kecil.

30. CIKALANG BESAR Fregata minor Lembar Gambar 4


(I: Great Frigatebird)
Deskripsi: Berukuran besar (95 cm), berbulu gelap. Bulu jantan hitam, kecuali garis pucat melintang pada penutup
sayap atas dan kantung paruh merah padam. Betina: hitam khas, dagu dan tenggorokan putih keabuan, dada bagian
atas putih, sedikit warna putih pada pangkal sayap bawah, lingkar mata merah kemerahjambuan. Remaja: tubuh
bagian atas coklat gelap dengan kepala dan leher keputih-putihan, tubuh bagian bawah bernoda merah karat.
Perbedaannya dengan Cikalang kecil adalah ukuran lebih besar, ada bercak putih cembung pada perut bagian
belakang, dan lebih sedikit warna putih pada pangkal sayap bawah.
Iris coklat, paruh biru suram (jantan) atau kemerahjambuan (betina), kaki kemerahan (dewasa) atau biru (remaja).
Suara: Berbunyi seperti kedelai, mengeluarkan suara gemerincing dan panggilan bernada naik turun di tempat
bersarang, tetapi diam ketika berada di laut.
Penyebaran global: Di lautan daerah tropis. Tempat koloni berbiak paling dekat yang diketahui adalah P.
Christmas di Samudera Indonesia, P. Manuk, dan G. Api di L. Banda.
Penyebaran lokal dan status: Di seluruh Sunda Besar, tetapi tidak seumum Cikalang kecil.
Kebiasaan: Hidup di laut bebas seperti Cikalang Christmas, tetapi juga sering terlihat di sepanjang tepi pantai.

31. CIKALANG KECIL Fregata ariel Lembar Gambar 4


(I: Lesser Frigatebird; M: Simbang Kecil)
Deskripsi: Berukuran besar (76 cm), berwarna gelap. Jantan: seluruh bulu kehitaman, kecuali bercak-bercak putih
pada sisi lambung dan di bawah pangkal sayap serta kantung paruh merah. Betina: juga hitam dengan kepala
kecoklatan, dada putih, bercak putih cekung pada perut, sedikit warna putih pada pangkal sayap bawah, lingkar mata
merah muda atau abu-abu kebiruan, serta dagu hitam. Remaja: tubuh bagian atas hitam kecoklatan, tetapi kepala,
leher, dada, serta sisi lambung keputih-putihan dan merah sawo matang. Perbedaannya dengan Cikalang besar:
ukuran lebih kecil, bercak putih pada bagian bawah berbentuk cekung, dan lebih banyak warna putih pada pangkal
sayap bawah.
Suara: Tepukan ketika berbiak.
Penyebaran global: Lautan di daerah tropis. Tempat berbiak paling dekat yang diketahui adalah Cocos Keeling, P.
Christmas di Samudera Indonesia, dan pulau-pulau di sekitar Australia utara. Diperkirakan berbiak di Indonesia,
tetapi masih belum dapat dibuktikan.
Penyebaran lokal dan status: Di seluruh Sunda Besar, kadang-kadang terlihat dalam jumlah besar (diperkirakan
dalam perjalanan migrasi dari Pasifik barat).
Kebiasaan: Hidup di laut bebas. Terbang tinggi mengikuti aliran udara atau terbang berputar di atas kelompok ikan
yang mencari makan di permukaan air. Kadang-kadang terbang cepat dan rendah di atas permukaan laut dengan
kepakan sayap yang berat. Menangkap makanan dari permukaan laut, tanpa mendarat atau mengganggu koloni
burung laut yang lain. Kadang-kadang bertengger atau beristirahat di atas bagan bambu atau pepohonan di pulau-
pulau kecil.

BURUNG CANGAK - SUKU ARDEIDAE

Suku besar, tersebar luas di dunia, terdiri dari burung berkaki panjang. Leher panjang, paruh panjang-lurus yang
digunakan untuk mencotok ikan, vertebrata kecil, atau invertebrata. Pada masa berbiak, beberapa jenis memamerkan
bulu-bulu halus panjang yang bisa ditegakkan. Sarang biasanya terbuat dari tumpukan ranting di atas pohon.
Di Sunda Besar ada 22 jenis, umumnya dapat dibedakan satu sama lain, tetapi harus hati-hati dalam
membedakannya dengan kuntul putih.

32. CANGAK LAUT Ardea sumatrana Lembar Gambar 5


(I: Great-billed Heron; M: Pucung Lembu)
Deskripsi: Berukuran sangat besar (115 cm), berwarna abu-abu gelap (abu-abu kecoklatan). Beruban dan berjambul
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 1- 53.docvisikom Page 10
8/19/2010

pendek.
Iris kuning, paruh kehitaman, kaki abu-abu.
Suara: Parau, serak, atau raungan marah yang diulangi.
Penyebaran global: Di pesisir Asia tenggara, Filipina, dan Indonesia sampai Australia.
Penyebaran lokal dan status: Tidak umum dijumpai, tetapi tersebar luas di sekitar pesisir Sunda Besar. Menghuni
hutan mangrove dan rawa. Biasa terlihat di sekitar karang pantai terutama di pulau-pulau kecil, tetapi jarang
ditemukan di sungai besar (Kalimantan).
Kebiasaan: Menghuni pesisir, batu karang, dan hutan mangrove. Biasanya terlihat berjalan sendirian di sepanjang
pantai (memburu ikan terumbu karang) atau di tepian sungai.

33. CANGAK ABU Ardea cinerea Lembar Gambar 5


(I: Grey Heron; M: Pucung Seriap)
Deskripsi: Berukuran besar (92 cm), berwarna putih, abu-abu, dan hitam. Dewasa: garis mata, jambul, bulu
terbang, bahu, dan dua buah garis pada dada hitam; kepala, leher, dada, dan punggung putih, dengan beberapa
coretan ke bawah, bagian yang lain abu-abu. Kepala burung muda lebih abu-abu dan tidak ada warna hitam.
Iris kuning, paruh kuning kehijauan, kaki kehitaman.
Suara: "Krook" yang parau dan suara seperti angsa.
Penyebaran global: Afrika, Erasia, sampai Filipina dan Sunda.
Penyebaran lokal dan status: Pada habitat lahan basah di seluruh Sunda Besar. Umumnya tersebar di dekat laut,
tetapi kadang-kadang ditemukan juga di danau-danau di pedalaman sampai ketinggian 900 m. Di Kalimantan
diduga hanya sebagai pengunjung.
Kebiasaan: Pemburu yang hidup menyendiri di air dangkal, mencari ikan dengan cara menyusurkan kepala dan
paruh. Berdiri dengan satu kaki menunggu ikan lewat. Kepakan sayap berat. Beristirahat di atas pohon.

34. CANGAK MERAH Ardea purpurea Lembar Gambar 6


(I: Purple Heron)
Deskripsi: Berukuran besar (80 cm), berwarna abu-abu, coklat berangan, dan hitam. Topi hitam dengan jambul
menjuntai. Terdapat setrip hitam menurun sepanjang leher yang merah-karat khas. Punggung dan penutup sayap
abu-abu, bulu terbang hitam. Bulu lainnya coklat kemerahan.
Iris kuning, paruh coklat, kaki coklat kemerahan.
Suara: "Uak" yang keras.
Penyebaran global: Afrika, Erasia sampai Filipina, Sulawesi, Sunda Besar dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Tersebar di lahan basah di seluruh Sunda Besar, khususnya pada habitat air tawar
dataran rendah, kadang-kadang juga ditemukan di bukit sampai ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Sering mengunjungi hutan mangrove, sawah, danau, dan aliran air. Tidak terbatas di daerah pesisir
seperti Cangak abu. Suka mengendap-endap sendirian di sepanjang perairan dangkal yang penuh gulma, dengan
kepala merendah ke bawah dan ke samping untuk menangkap ikan dan makanan lain. Terbang dengan kepakan
sayap yang berat perlahan. Bersarang dalam koloni besar.

35. CANGAK AUSTRALIA Ardea novaehollandiae Lembar Gambar 5


(I: White-faced Heron)
Deskripsi: Berukuran besar (68 cm), berwarna keabuan. Perbedaannya dengan Cangak merah dan Kuntul karang
adalah muka putih dan bulu terbang hitam. Tubuh bagian atas abu-abu, tubuh bagian bawah abu kemerahmudaan.
Iris kuning, paruh abu-abu gelap, kaki kuning kehijauan.
Suara: Uakan yang parau keras.
Penyebaran global: Di kawasan Australasia dan Indonesia bagian timur. Populasi penetap di Nusa Tenggara,
kemungkinan ditambah dengan pendatang yang tidak berbiak.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung tidak teratur, tercatat di pesisir Bali dan Nusa Penida.
Kebiasaan: Memburu ikan di perairan dangkal, sendirian atau dalam kelompok kecil.
Catatan: Kadang-kadang ditempatkan ke dalam marga Egretta.

36. KOKOKAN LAUT Butorides striatus Lembar Gambar 6


(I: Striated Heron; M: Pucung Keladi)
Deskripsi: Berukuran kecil (45 cm), berwarna abu-abu gelap. Dewasa: mahkota hitam kehijauan mengilap, jambul
panjang berjuntai, ada garis hitam mulai dari pangkal paruh ke bawah sampai mata dan pipi. Sayap dan ekor biru
kehitaman, mengilap kehijauan, dan berpinggir kuning tua. Perut abu-abu kemerahmudaan, dagu putih. Betina
sedikit lebih kecil daripada jantan. Burung muda: coklat bercoret-coret dengan bintik-bintik putih.
Iris kuning, paruh hitam, kaki kehijauan.
Suara: Keras “kwok” bila terganggu, juga derikan “ki-ki-ki-ki”
Penyebaran global: Tersebar sangat luas di dunia.
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 1- 53.docvisikom Page 11
8/19/2010

Penyebaran lokal dan status: Di seluruh Sunda Besar, menetap di daerah pantai, muara, karang, dan pada
tumbuhan rapat di sepanjang sungai dan danau. Populasi di Sumatera utara dan Kalimantan bagian utara ditambah
dengan burung migran dari utara pada musim dingin.

37. BLEKOK CINA Ardeola bacchus Lembar Gambar 6


(I: Chinese Pond-heron; M: Pucung Cina)
Deskripsi: Berukuran kecil (45 cm), bersayap putih, coklat bercoret-coret. Mirip Blekok sawah, tetapi pada masa
berbiak: kepala dan leher coklat berangan gelap, dada merah. Pada musim dingin tidak dapat dibedakan dengan
Blekok sawah, kelihatan coklat bercoret-coret sewaktu berdiri atau putih dengan punggung coklat sewaktu terbang.
Iris coklat, paruh kuning (pada musim dingin), kaki dan tungkai abu-abu kehijauan.
Suara: Biasanya diam, kerukan rendah pada waktu bertengkar.
Penyebaran global: Dari Bangladesh sampai Cina dan Asia tenggara. Selama musim dingin di Semenanjung
Malaka, Indocina, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang tidak umum di Sumatera utara (termasuk pulau-
pulau lepas pantai Sumatera barat dan Kep. Lingga) dan Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Seperti Blekok sawah. Pengunjung sewaktu-waktu ke sawah dan tambak ikan.

38. BLEKOK SAWAH Ardeola speciosa Lembar Gambar 6


(I: Javan Pond-heron)
Deskripsi: Berukuran kecil (45 cm), bersayap putih, coklat bercoret-coret. Pada masa berbiak: kepala dan dada
kuning tua, punggung nyaris hitam, tubuh bagian atas lainnya coklat bercoret-coret, tubuh bagian bawah putih.
Ketika terbang, sayap terlihat sangat kontras dengan punggung yang gelap. Dewasa tidak berbiak dan burung muda
sangat mirip Blekok cina tidak berbiak.
Iris kuning, paruh kuning berujung hitam, kaki hijau buram.
Suara: "Krak" yang menguak jika terganggu.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Indocina, Sulawesi, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Sumatera selatan sebagai pengunjung tidak berbiak dari Jawa. Berbiak di
Kalimantan tenggara, tetapi jarang mengunjungi Kalimantan bagian utara. Di Jawa dan Bali masih agak umum
dijumpai di daerah rawa tawar.
Kebiasaan: Hidup di sawah atau daerah lain yang berair, sendirian atau dalam kelompok tersebar. Berdiri diam-
diam dengan tubuh pada posisi rendah dan kepala ditarik kembali, sambil menunggu mangsa. Setiap sore terbang
dengan kepakan sayap perlahan-lahan, berpasangan atau bertigaan, beramai-ramai menuju tempat istirahat.
Bersarang dalam koloni bersama dengan burung air lain.

39. KUNTUL KERBAU Bubulcus ibis Lembar Gambar 5


(I: Cattle Egret; M: Bangau Kendi)
Deskripsi: Berukuran kecil (50 cm), berwarna putih. Pada masa berbiak: putih, dengan kepala, leher, dan dada
jingga pupus; iris, kaki, dan kekang merah terang. Pada masa tidak berbiak: putih, kecuali sapuan jingga pada dahi
sebagian burung. Dapat dibedakan dari kuntul lainnya karena tubuh lebih tegap, leher lebih pendek, kepala lebih
bulat, serta paruh lebih pendek dan tebal.
Suara: Pendiam, terdengar kuakan di koloni sarang.
Penyebaran global: Tersebar sangat luas di seluruh dunia.
Penyebaran lokal dan status: Di seluruh Sunda Besar. Penetap di Sumatera dan Jawa (mungkin juga pengunjung
pada musim dingin). Pengunjung pada musim dingin di Kalimantan, tetapi kapan bersarangnya tidak diketahui.
Umum di daerah rawa tawar dan padang rumput.
Kebiasaan: Suka bergabung di padang rumput dengan sapi, kerbau, atau banteng, tempat mereka menangkap lalat.
Setiap sore, kelompok-kelompok kecil terbang rendah dalam barisan di atas perairan, menuju tempat istirahat.
Bersarang dalam koloni di atas air.

40. KUNTUL KARANG Egretta sacra Lembar Gambar 5


(I: Pacific Reef-egret; M: Bangan Batu)
Deskripsi: Berukuran agak besar (58 cm), berwarna putih atau abu-abu arang. Dijumpai dalam dua bentuk warna.
Warna yang lebih umum adalah abu-abu merata, dengan jambul pendek dan dagu keputihan (sering tidak terlihat di
lapangan). Perbedaannya dengan Kuntul kerbau: ukuran lebih besar, kepala dan leher lebih langsing; dengan kuntul
lainnya: tungkai kehijauan dan relatif lebih pendek, paruh pucat.
Iris kuning, paruh kuning pucat, kaki hijau.
Suara: Kuakan mendengkur parau sewaktu makan dan "arrk" ketika terkejut.
Penyebaran global: Kawasan pesisir Asia timur, Pasifik barat, dan Indonesia sampai P. Irian, Australia, dan
Selandia Baru.
Penyebaran lokal dan status: Terdapat di seluruh Sunda Besar. Umumnya terdapat di terumbu karang (bila air
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 1- 53.docvisikom Page 12
8/19/2010

surut) dan pantai pasir di pulau-pulau lepas pantai.


Kebiasaan: Hampir selalu ditemukan di sepanjang pantai. Beristirahat pada karang atau pada pinggirnya yang
curam. Berburu di tepi air, memangsa ikan kecil sambil berdiri diam atau berjalan-jalan di air dangkal. Jarang
ditemukan pada gosong pasir di muara sungai. Bersarang di atas tanah pada tumpukan karang, di atas semak, atau
pada pohon pendek.

41. KUNTUL CINA Egretta eulophotes Lembar Gambar 5


(I: Chinese Egret)
Deskripsi: Berukuran sedang (68 cm), berwarna putih dengan kaki kehijauan. Paruh hitam dengan pangkal bawah
kuning. Pada musim dingin, perbedaannya dengan Kuntul kecil adalah pada ukuran (besar) dan pada warna kaki.
Perbedaan dengan bentuk putih dari Kuntul karang adalah kaki panjang serta paruh lebih runcing dan berwarna lebih
gelap. Pada masa berbiak: paruh kuning dan kaki hitam.
Iris kuning coklat, paruh hitam dengan pangkal bawah kuning, kaki kuning hijau sampai abu-abu- biru.
Suara: Umumnya pendiam. Erangan rendah ketika merasa terganggu.
Penyebaran global: Berbiak di pulau-pulau lepas pantai barat Korea utara dan pulau-pulau lepas pantai Shanghai,
Cina. Pada musim dingin kebanyakan terlihat berada di Filipina.
Penyebaran lokal dan status: Genting (Collar dkk. 1994). Pernah terlihat di Berbak, Sumatera (dan satu ekor
pernah dikoleksi di Mentawai, tetapi sekarang hilang). Pada awal abad ini ditemukan di Kalimantan bagian utara.
Masih secara teratur dilaporkan dari Kalimantan, termasuk dari belahan selatan (muara Mahakam). Pernah sekali
terlihat di Jawa (Pangandaran). Kecuali pada masa berbiak, pengamatan harus dilakukan agak hati-hati.
Kebiasaan: Seperti Kuntul kecil, aktif mencari mangsa di air dangkal.
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 1- 53.docvisikom Page 13
8/19/2010

42. KUNTUL BESAR Egretta alba Lembar Gambar 5


(I: Great Egret; M: Bangau Besar)
Deskripsi: Berukuran besar (95 cm), berbulu putih. Jauh lebih besar daripada kuntul putih lain, dengan paruh lebih
berat dan leher bersimpul khas. Pada masa tidak berbiak: kulit muka biru-hijau tidak berbulu, paruh hitam, bagian
paha merah tidak berbulu, dan kaki hitam. Pada masa tidak berbiak: kulit muka kekuningan, paruh kuning dan
biasanya berujung hitam, kaki dan tungkai hitam.
Iris kuning.
Suara: "Kraa-a" rendah pada situasi bahaya.
Penyebaran global: Tersebar hampir di seluruh dunia.
Penyebaran lokal dan status: Terdapat di seluruh Sunda Besar. Mungkin pengunjung yang tidak berbiak di
Sumatera dan Kalimantan, tetapi mungkin juga menetap. Berbiak di P. Jawa. Tidak umum dijumpai di rawa-rawa
pesisir, hutan mangrove, dan gosong lumpur.
Kebiasaan: Hidup sendirian atau dalam kelompok kecil, di hutan mangrove, sepanjang gosong lumpur dan pasir,
atau di sawah dan laguna. Berdiri agak tegak, mematuk mangsa dari atas. Pada waktu bercumbu, kedua pasangan
menari dan saling mengejar dengan gaya yang anggun. Terbang dengan kepakan pelan yang anggun, tetapi penuh
tenaga.

43. KUNTUL PERAK Egretta intermedia Lembar Gambar 5


(I: Intermediate Egret)
Deskripsi: Berukuran besar (69 cm), berbulu putih. Ukurannya di antara Kuntul besar dan Kuntul kecil. Ciri
utamanya adalah paruh agak pendek dan leher berbentuk S tanpa simpul. Pada masa berbiak: ada berkas bulu putih
panjang pada punggung dan dada, paruh dan paha merah muda, kulit muka abu-abu.
Iris kuning, paruh kuning berujung coklat, tungkai dan kaki hitam.
Suara: Agak diam. Bila terganggu: "kroaa-kr" sambil lepas landas.
Penyebaran global: Afrika, India, Asia timur sampai Australasia.
Penyebaran lokal dan status: Ditemukan di seluruh Sunda Besar. Penetap umum di Sumatera (termasuk Nias dan
Belitung) dan Jawa, di dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m. Pengunjung tidak berbiak (kadang-kadang
tinggal sepanjang tahun) di Kalimantan.
Kebiasaan: Kadang-kadang hidup sendirian, tetapi biasanya dalam kelompok kecil, di sawah, pinggir danau, daerah
berawa, hutan mangrove, dan gosong lumpur. Kelompok akan menyebar untuk mencari makan, tetapi berkumpul
jika terganggu atau saat terbang pergi dan pulang dari tempat mencari makan. Bersarang beramai-ramai dalam
koloni, bersama dengan burung air lain. Seperti Kuntul kerbau, kadang-kadang mencari makan berdekatan dengan
ternak.

44. KUNTUL KECIL Egretta garzetta Lembar Gambar 5


(I: Little Egret)
Deskripsi: Berukuran sedang (60 cm), berbulu putih. Perbedaannya dengan
Kuntul kerbau adalah ukuran lebih besar, badan lebih ramping, paruh hitam,
dan kaki hitam (dengan atau tanpa jarik kuning). Perbedaan lainnya adalah
pada masa berbiak: bulu putih bersih, tengkuk berbulu tipis panjang, bulu
pada punggung dan dada berjuntai.
Iris kuning, kulit muka kuning kehijauan (kemerahjambuan pada masa berbiak), paruh selalu hitam, tungkai dan
kaki hitam (dengan jari kuning pada ras pendatang migrasi).
Suara: Pendiam, kecuali kuakan parau pada tempat bersarang.
Penyebaran global: Afrika, Eropa, Asia, dan Australasia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung tidak berbiak ke Sumatera dan Kalimantan (terutama ras berjari kuning
dari Asia), tetapi ras penetap berjari hitam nigripes dari Jawa sampai di kedua pulau tersebut. Tidak jarang
ditemukan di daerah pesisir (sampai ketinggian 900 m di sekitar D. Toba di Sumatera).
Kebiasaan: Mengunjungi sawah, tepi sungai, gosong pasir dan lumpur, dan sungai kecil di pesisir. Mencari makan
dalam kelompok yang tersebar, sering berbaur dengan jenis lain. Kadang-kadang menyambar mangsanya di pinggir
air dangkal di pantai. Terbang membentuk huruf V ketika kembali ke tempat beristirahat pada malam hari.
Bersarang dalam koloni bersama dengan burung air lain.

45. KOWAK-MALAM ABU Nycticorax nycticorax Lembar Gambar 6


(I: Black-crowned Night-heron)
Deskripsi: Berukuran sedang (61 cm), berkepala besar, bertubuh kekar, berwarna hitam dan putih. Dewasa:
mahkota hitam, leher dan dada putih, dua bulu panjang tipis terjuntai dari tengkuk yang putih, punggung hitam,
sayap dan ekor abu-abu. Betina lebih kecil daripada jantan. Selama masa berbiak: kaki dan kekang menjadi merah.
Remaja: tubuh coklat bercoretan dan berbintik-bintik, harus ditangkap dulu jika hendak membedakannya dengan
remaja Kowak-malam merah.
Iris kuning (remaja) atau merah terang (dewasa), paruh hitam (dewasa: merah), kaki kuning- kotor.
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 1- 53.docvisikom Page 14
8/19/2010

Suara: "Wok" atau "kowak" yang parau sewaktu terbang, dan uakan serak jika terganggu.
Penyebaran global: Terdapat hampir di seluruh dunia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung di luar masa berbiak ke Sumatera dan Kalimantan bagian utara. Penetap
di Kalimantan dan Jawa. Di Jawa, Kowak-malam merah kadang-kadang ikut bersarang dalam koloni.
Kebiasaan: Beristirahat di atas pohon pada siang hari. Sebelum keluar mencari makan pada waktu senja, berputar-
putar di atas tempat istirahat sambil mengeluarkan suara kuakan parau. Pada malam hari, mencari makan di sawah,
padang rumput, dan pinggir sungai. Bersarang di dalam koloni yang ribut di pohon, biasanya di atas air. Cara
terbang agak mirip kalong.

46. KOWAK-MALAM MERAH Nycticorax caledonicus Lembar Gambar 6


(I: Rufous Night-heron)
Deskripsi: Berukuran sedang (59 cm), kepala besar, bulu coklat-merah. Dewasa: mahkota hitam, ada dua bulu
putih tipis panjang terjuntai dari tengkuk, tubuh bagian atas coklat berangan gelap, tubuh bagian bawah merah
kuning tua. Remaja: coklat, bercoretan tebal dan berbintik-bintik, dengan sapuan merah jambu pada ekor dan sayap.
Iris kuning, paruh bagian atas hitam, paruh bagian bawah kekuningan, kaki kehijauan.
Suara: Keras "kyok" sewaktu meninggalkan tempat istirahat pada sore hari.
Penyebaran global: Filipina, Indonesia bagian timur, dan Australasia.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan bagian utara, merupakan pengunjung dari Filipina (kadang-kadang
berbiak di Sabah dan Brunei). Di Jawa pernah berbiak di P. Dua, tetapi baru-baru ini hanya ditemukan satu dua ekor
di muara S. Brantas (Jawa timur). Mungkin ada di Bali, tetapi tidak tercatat.
Kebiasaan: Pada siang hari, bersembunyi di tempat beristirahat atau berkoloni di pohon yang rimbun. Pada waktu
senja, keluar untuk mencari makan di sawah, sepanjang sungai, padang penggembalaan, atau padang rumput.
Terbang perlahan dengan sayap pendek-bulat. Kadang-kadang bermalam dan bersarang dengan Kowak-malam abu.
Terdapat persilangan di antara kedua jenis kowak tersebut.

47. KOWAK MELAYU Gorsachius melanolophus Lembar Gambar 6


(I: Malayan Night-heron)
Deskripsi: Berukuran sedang (49 cm), bertubuh kekar. Bulu coklat kemerahan gelap dan hitam. Paruh pendek
melengkung khas. Dewasa: mahkota dan jambul pendek-hitam, tubuh bagian atas coklat berangan dan berbintik-
bintik hitam halus, tubuh bagian bawah merah kekuningan tua dan bergaris-garis hitam putih, dagu putih dengan
baris tengah coretan hitam. Pada waktu terbang, bulu terbang hitam dengan ujung putih (membedakannya dengan
Bambangan merah). Remaja: tubuh bagian atas coklat gelap, berbintik-bintik putih dan bergaris-garis kuning tua;
tubuh bagian bawah keputih-putihan, bertotol-totol, dan bergaris-garis coklat. Mirip remaja Kowak-malam abu,
tetapi paruh lebih pendek dan tegap.
Iris kuning, lingkaran di sekitar mata berwarna zaitun dan tanpa bulu, paruh dan kaki berwarna zaitun.
Suara: Seri nada "uu" yang dalam, berselang 1,5 detik. Pada sore dan dini hari mengeluarkan suara tinggi dari tajuk
pohon. Juga kuakan parau mengeruk "arh, arh, arh".
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, dan Filipina. Pada musim dingin, bermigrasi ke selatan
sampai Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang tidak umum ditemukan di rawa atau hutan rawa di
Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya), Kalimantan bagian utara, dan Jawa (jarang).
Kebiasaan: Penyendiri, pemalu, aktif pada malam hari. Bersembunyi pada gelagah, rumpun bambu, atau semak
belukar lain yang rimbun pada siang hari. Mencari makan pada malam hari. Lebih banyak hidup di daerah terbuka
daripada di perairan. Ketika membela diri, jambul ditegakkan, sayap dibuka, dan paruhnya yang tajam dipatukkan.
Mencari makan di sepanjang jalan setapak di hutan pada siang hari, terbang ke pohon terdekat ketika terganggu.

48. KOWAK JEPANG Gorsachius goisagi Lembar Gambar 6


(I: Japanese Night-heron)
Deskripsi: Berukuran sedang (49 cm), bertubuh tegap, berwarna coklat. Mirip Kowak Melayu. Perbedaannya:
paruh dan mahkota lebih kecil, tengkuk coklat batu sampai coklat berangan (tidak hitam), ujung sayap tidak putih.
Ada bercak hitam dan putih yang khas pada pundak. Tubuh bagian atas coklat gelap dengan coretan lebih halus dan
pucat, tubuh bagian bawah kuning tua dengan garis tengah berupa coretan coklat gelap. Bulu terbang abu-abu,
sangat kontras dengan penutup sayap yang coklat.
Iris dan kulit muka kuning, paruh berwarna tanduk, kaki hijau gelap.
Suara: Diam pada musim dingin.
Penyebaran global: Berbiak di Jepang. Di Filipina pada musim dingin.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Brunei pada tahun 1988.
Kebiasaan: Menyukai daerah berhutan tetapi mencari makan di padang rumput terbuka pada pagi dan sore hari.
Agak jinak.
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 1- 53.docvisikom Page 15
8/19/2010

49. BAMBANGAN COKLAT Ixobrychus eurhythmus Lembar Gambar 6


(I: Schrenk’s Bittern)
Deskripsi: Berukuran kecil (34 cm), berwarna coklat gelap. Jantan: mahkota hitam, tubuh bagian atas coklat
berangan keunguan, tubuh bagian bawah berbercak coklat dengan garis gelap ke bawah tenggorokan dan dada.
Betina dan remaja: lebih coklat, dengan bintik-bintik putih, hitam, dan coklat pada bagian atas serta garis-garis pada
bagian bawah. Ciri khas sewaktu terbang adalah sayap bawah abu-abu.
Iris kuning, paruh kuning kehijauan, kaki hijau.
Suara: Dengkingan rendah ketika terbang.
Penyebaran global: Berbiak di Siberia tenggara, Cina timur, Korea, dan Jepang. Pada musim dingin, bermigrasi ke
selatan yaitu ke Asia tenggara, Filipina, dan Indonesia.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat (tetapi jarang) di seluruh Sunda Besar, khususnya ke selatan Jawa. Tidak
tercatat di Bali.
Kebiasaan: Hidup menyendiri, bersifat pemalu. Mendiami rumpun buluh, sawah, dan rawa-rawa berumput. Jika
terganggu, akan diam tidak bergerak dengan paruh ditengadahkan.

50. BAMBANGAN KUNING Ixobrychus sinensis Lembar Gambar 6


(I: Yellow Bittern; M: Pucung Merah)
Deskripsi: Berukuran kecil (38 cm), berwarna kuning tua dan hitam. Dewasa: topi hitam, bagian atas coklat
kemerahan pucat, bagian bawah kuning tua. Bulu terbang hitam, sangat kontras dengan bulu penutup sayap yang
kuning tua. Remaja: seperti dewasa, tetapi lebih coklat dan keseluruhannya bercoretan tebal serta sayap dan ekor
hitam.
Iris kuning, lingkaran tanpa bulu di sekitar mata kuning kehijauan, paruh coklat kehijauan, kaki kuning kehijauan.
Suara: Biasanya diam. Ketika terbang, pekikan ringan dan lunak "kakak kakak" yang terputus.
Penyebaran global: India, Asia timur sampai Filipina, Mikronesia, dan Sumatera. Pada musim dingin sampai
Indonesia dan P. Irian.
Penyebaran lokal dan status: Penetap tidak umum sampai ketinggian 1.200 m (dan mungkin juga pengunjung
musim dingin di Sumatera). Pengunjung musim dingin yang umum di Kalimantan, Jawa, dan Bali.
Kebiasaan: Menyukai rumpun Pandanus, buluh di sepanjang sungai, serta saluran di daerah rawa-rawa dan sawah.
Pemburu yang lincah, memanjat di antara buluh rintangan lain, menjentikkan ekor, menegakkan jambul sambil
mengepakkan salah satu sayapnya. Pada saat berbahaya, diam tidak bergerak dengan paruh ditegakkan dan mata
melotot aneh ke depan sambil mengamati sumber bahaya tersebut.

51. BAMBANGAN MERAH Ixobrychus cinnamomeus Lembar Gambar 6


(I: Cinnamon Bittern; M: Pucung Bendang)
Deskripsi: Berukuran kecil (41 cm), berwarna jingga kayu manis. Jantan dewasa: tubuh bagian atas coklat
berangan, tubuh bagian bawah jingga kuning tua dengan garis tengah berupa coretan hitam, ada coretan hitam pada
sisi tubuh dan coretan keputih-putihan pada sisi leher. Betina: lebih suram dan coklat, topi hitam, tubuh bagian
bawah bercoret-coret, tubuh bagian atas bergaris-garis dan berbintik.
Iris kuning, sera jingga, paruh kuning, kaki hijau.
Suara: "Uak" jika terganggu, pada waktu bercumbu, bunyi rendah "kokokokokoko" dan "geg-geg".
Penyebaran global: India, Cina, Asia tenggara, Sulawesi, Sunda Besar dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Penetap yang umum di rawa-rawa air tawar dan sawah di seluruh Sunda Besar.
Kebiasaan: Bersifat pemalu, hidup menyendiri. Pada siang hari, memburu mangsa pada rumpun padi atau rumput.
Lebih aktif pada malam hari. Bila terganggu, melompat ke atas dan terbang rendah dengan kepakan perlahan, tetapi
kuat. Bersarang pada rumpun gelagah atau rumput yang tinggi.

52. BAMBANGAN HITAM Dupetor flavicollis Lembar Gambar 6


(I: Black Bittern)
Deskripsi: Berukuran sedang (58 cm), berwarna kehitaman. Jantan dewasa: umumnya abu-abu (terlihat hitam di
lapangan), dengan warna kuning pada bagian leher serta bercak hitam dan kuning pada bagian tenggorokan. Betina:
lebih coklat dan keputih-putihan pada bagian bawah. Remaja: mahkota hitam, bersisik coklat pada punggung dan
sayap karena ujung bulu merah kekuningan. Paruh panjang berbentuk pisau, membedakannya dengan burung
lainnya yang berwarna sama.
Iris merah atau coklat, paruh kuning coklat, kaki hitam-coklat, bervariasi.
Suara: Kuakan keras dan serak sewaktu terbang, dan "uum" yang dalam pada masa berbiak.
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, Filipina, dan Indonesia sampai Australasia.
Penyebaran lokal dan status: Status tidak jelas. Penetap yang jarang di Sumatera (termasuk Mentawai dan
Belitung) dan pengunjung tidak umum pada musim dingin. Di luar masa berbiak, pengunjung di Kalimantan, Jawa,
dan Bali (mungkin dari Asia tenggara). Umum ditemukan di Kalimantan bagian utara, tetapi di tempat lain lebih
jarang.
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 1- 53.docvisikom Page 16
8/19/2010

Kebiasaan: Bersifat pemalu. Pada siang hari, menyukai rawa-rawa dan hutan lebat. Pada malam hari, memanjat
pohon yang tinggi dan terbang ke tempat lain untuk mencari makan. Bersarang di semak yang rimbun di atas rawa-
rawa.

53. BAMBANGAN BINTANG Botaurus stellaris


(I: Great Bittern)
Deskripsi: Berukuran besar (76 cm), berwarna coklat emas dan hitam. Topi hitam, dagu dan tenggorokan putih
(dibatasi setrip kumis hitam). Sisi kepala keemasan, bulu pada bagian lainnya bergaris-garis dan berbintik-bintik
hitam. Sewaktu terbang, bulu terbang yang berbaris coklat kontras dengan warna emas pada bulu penutup dan
punggung.
Iris dan paruh kuning, kaki kuning kehijauan.
Suara: "Buum" nyaring yang sangat terkenal hanya terdengar di daerah berbiak. Pada musim dingin, biasanya diam.
Penyebaran global: Afrika dan Erasia. Pengembara di Asia tenggara, jarang ditemukan di Semenanjung Malaka
dan Filipina.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Sabah pada tahun 1966 dan di Brunei pada tahun 1987. Laporan dari
Way Kambas (Sumatera selatan) tidak dapat dikonfirmasikan.
Kebiasaan: Suka bersembunyi di antara rumpun gelagah tinggi. "Membeku" jika terganggu, dengan paruh
ditengadahkan. Kadang-kadang terusir dan terlihat terbang rendah di atas rumpun gelagah.
17
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 54- 79.docvisikom
8/19/2010

BANGAU - SUKU CICONIIDAE

Suku ini memiliki jenis sedikit, tetapi tersebar luas. Berukuran tubuh sangat besar dengan paruh besar, panjang, dan
kuat. Kaki panjang, sayap lebar, dan ekor pendek. Makanannya kebanyakan ikan atau binatang kecil, yang ditangkap
sambil berjalan perlahan di daerah terbuka yang berair.
Penerbang yang kuat, beberapa jenis dapat bermigrasi untuk jarak yang jauh. Pelayang yang tangkas ini mengikuti
aliran udara panas naik, dan terbang tinggi berputar-putar, memanfaatkannya sebagai perjalanan yang mudah atau
mencari tempat makan yang disukai.
Di Sunda Besar ada empat jenis yang menetap dan tiga jenis lainnya sebagai pengunjung yang belum dapat
dipastikan.

54. BANGAU BLUWOK Mycteria cinerea Lembar Gambar 7


(I: Milky Stork; M: Burung Upeh)
Deskripsi: Berukuran sangat besar (92 cm). Berbulu putih, kecuali bulu terbang dan sayap hitam. Kulit muka tanpa
bulu berwarna merah jambu sampai merah. Remaja: coklat keabuan dengan tungging putih dan bulu terbang hitam.
Iris coklat, paruh kekuningan dan panjang melengkung, kaki abu-abu.
Suara: Umumnya diam, kecuali suara serak pada burung muda dan tepukan paruh.
Penyebaran global: Indocina, Malaysia, Sulawesi, Sumatera, Jawa, dan Sumbawa.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Koloni-koloni tempat berbiak diketahui di Propinsi Riau,
pesisir timur Sumatera selatan, dan P. Rambut di Jawa barat. Tercatat sejumlah burung di beberapa tempat yang
sesuai di Jawa tengah bagian selatan dan Jawa timur, tetapi tidak dipastikan berbiak. Mencari makan di tempat yang
luas. Akhir-akhir ini ditambahkan dalam daftar burung di Bali.
Kebiasaan: Sering mengunjungi daerah berlumpur dan daerah tergenang termasuk rawa, gosong lumpur di pantai,
dan sawah. Biasanya hidup sendirian atau dalam kelompok kecil dan agak besar, di dekat pantai. Tetapi di Sumatera
menyebar sampai ketinggian 900 m. Bergabung dengan cangak dan bangau lain, kadang-kadang melayang tinggi
di angkasa. Ketika makan, katupan paruhnya bisa terdengar dari kejauhan. Bersarang dalam koloni campuran
dengan burung air lain.

[55. BANGAU NGANGA Anastomus oscitans Lembar Gambar 7


(I: Asian Openbill)
Deskripsi: Berukuran cukup besar (81 cm), berwarna abu-abu dengan sela yang khas pada paruhnya dalam keadaan
tertutup. Pada musim dingin, bulu utama abu-abu dengan sayap dan ekor hitam.
Iris coklat keputih-putihan, paruh kehijauan atau abu-abu krem, tungkai dan kaki kemerahjambuan.
Suara: Biasanya diam, tetapi kadang-kadang berupa erangan rendah dan geretakan paruh.
Penyebaran global: India dan Asia tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Terlihat terbang berkelompok di sepanjang pesisir Sumatera sebelah utara pada
tahun 1977 dan 1979, tetapi catatan ini tidak bisa disepakati.
Kebiasaan: Berdiri di atas pesisir berpaya atau berlumpur, mencari moluska.]

56. BANGAU SANDANG-LAWE Ciconia episcopus Lembar Gambar 7


(I: Woolly-necked Stork)
Deskripsi: Berukuran sangat besar (86 cm), berwarna hitam dan putih. Mahkota hitam berkilat dengan dahi dan alis
yang kecil berwarna putih. Seluruh leher putih seperti kapas, sayap dan ekor hitam berkilau. Dada bergaris dan paha
hitam; perut bawah dan ekor bawah putih, kulit muka abu-abu.
Iris coklat-merah, paruh hitam dengan ujung merah (di Jawa lebih merah), kaki merah buram.
Suara: Umumnya diam, kecuali katupan paruh yang keras.
Penyebaran global: Afrika, India, Asia tenggara, Filipina, Sulawesi, Sumatera, Jawa, dan Nusa tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung tidak berbiak dari Asia tenggara di Sumatera utara. Yang terlihat di
Sumatera selatan merupakan pengunjung (atau mungkin penetap) dari Jawa. Di Jawa dan Bali tidak umum terdapat
di dataran rendah dan bukit, barangkali lebih umum di Jawa timur.
Kebiasaan: Sering mengunjungi sawah dan padang rumput dalam kelompok kecil. Bertengger pada pohon yang
tinggi, sering bersama bangau lain atau jika ada, bersama merak. Sering melayang tinggi di angkasa, mengikuti
aliran udara panas yang naik. Berbiak tidak dalam koloni.

57. BANGAU STORM Ciconia stormi Lembar Gambar 7


(I: Storm’s Stork)
Deskripsi: Berukuran besar (80 cm), berwarna hitam dan putih dengan paruh merah yang melengkung sedikit ke
atas. Sayap, punggung, mahkota, dan dada hitam; tenggorokan, tengkuk, perut, dan ekor putih. Kulit muka merah
kemerahjambuan, terutama pada masa berbiak. Lingkar mata kuning. Perbedaannya dengan Bangau sandang-lawe
adalah sisi leher hitam, lingkar mata kuning, dahi sedikit putih, dan paruh lebih merah. Tetapi Bangau sandang-lawe
18
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 54- 79.docvisikom
8/19/2010

dari Jawa mempunyai paruh kemerahan, tersebar sampai Sumatera selatan. Remaja: bulu hitam diganti dengan
coklat.
Iris dan paruh merah, tungkai dan kaki merah muda.
Suara: Bunyi paruh.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kalimantan, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Genting (Collar dkk. 1994). Tersebar jarang di rawa air tawar dan hutan rawa di
dataran rendah Sumatera (termasuk Mentawai) dan Kalimantan. Tercatat satu kali di Jawa barat pada tahun 1920
(spesimennya disimpan di Museum Zoologi Bogor).
Kebiasaan: Hidup di hutan rawa rapat dan bersarang dalam kelompok.

[58. BANGAU LEHER-HITAM Ephippiorhynchus asiaticus


(I: Black-necked Stork)
Deskripsi: Sangat tinggi (130 cm), berwarna hitam dan putih. Kepala dan leher hitam mengilap, khas. Remaja
berwarna coklat.
Iris kuning, paruh hitam, tungkai dan kaki jingga.
Suara: Tepukan paruh.
Penyebaran global: India, Asia tenggara, Irian Jaya, dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Tidak tercatat selama bertahun-tahun di Sunda Besar, tetapi pernah ditemukan satu
tengkorak di Jawa pada tahun 1908. Dulu kelihatannya ada di daerah tersebut, tetapi sekarang pasti telah punah.
Kebiasaan: Tinggal di daerah terbuka dan sedikit berpohon, biasanya dekat dengan air, tetapi kadang-kadang juga
di daerah kering.]

[59. BANGAU BESAR Leptoptilos dubius Lembar Gambar 7


(I: Greater Adjutant)
Deskripsi: Sangat besar (142 cm), berwarna hitam dan putih dengan paruh yang besar dan kuat. Perbedaannya
dengan Bangau tongtong adalah ukuran besar, ada kantung tenggorokan kuning atau merah jambu dan warna abu-
abu lebar pada sayap yang hitam.
Iris coklat, paruh abu-abu, kaki dan tungkai merah jambu.
Suara: Tepukan paruh.
Penyebaran global: India dan Asia tenggara
Penyebaran lokal dan status: Kemungkinan merupakan pengembara ke Sumatera. Pernah tercatat terdapat di
gosong lumpur dan rawa-rawa di Sumatera utara pada tahun 1979, tetapi tidak bisa dikonfirmasikan.
Kebiasaan: Sama dengan Bangau tongtong.]

60. BANGAU TONGTONG Leptoptilos javanicus Lembar Gambar 7


(I: Lesser Adjutant; M: Botak Kecil)
Deskripsi: Sangat besar (110 cm), berwarna hitam dan putih dengan paruh yang besar. Sayap, punggung, dan ekor
hitam; tubuh bagian bawah dan kalung leher putih. Kepala botak, leher dan tenggorokan merah jambu dengan bulu
kapas putih halus pada mahkota. Perbedaannya dengan Bangau besar adalah ukuran lebih kecil, sayap seragam, dan
tidak ada kantung tenggorokan.
Suara: Diam, selain desisan di sarang, kepakan sayap, dan tepukan paruh.
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Tidak jarang di Sumatera timur. Di Sumatera selatan
dilaporkan adanya kelompok ini antara 40-50 ekor. Di Kalimantan, agak jarang dan terdapat setempat, tetapi
sarangnya tercatat di Kalimantan tengah bagian selatan. Di Jawa dan Bali pernah umum, tetapi sekarang jarang
terdapat di daerah terbuka.
Kebiasaan: Mengunjungi sawah, padang rumput terbuka yang terbakar atau kebanjiran, gosong lumpur, dan
mangrove. Sering kelihatan melayang-layang di udara panas yang naik, atau dalam kelompok kecil dengan bangau
lain atau malah dengan elang. Bersarang dalam kelompok di daerah berhutan.

IBIS - SUKU THRESKIORNITHIDAE

Suku ini jumlah jenisnya sedikit, tersebar terutama di seluruh daerah tropis. Mirip dan mempunyai hubungan yang
dekat dengan bangau, tetapi ukuran badan sedikit lebih kecil dan paruh lebih sesuai untuk menusuk makanan dalam
air atau lumpur daripada untuk mencotok mangsa. Mendeteksi mangsa lebih banyak dengan menggunakan sentuhan
daripada dengan penglihatan. Kaki sebagian berselaput. Hampir semua jenis terbang dengan kepakan sayap perlahan
diselingi dengan melayang pendek.
Di Sunda Besar ada lima jenis.
19
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 54- 79.docvisikom
8/19/2010

61. IBIS CUCUK-BESI Threskiornis melanocephalus Lembar Gambar 7


(I: Black-headed Ibis; M: Sekendi Kepala Hitam)
Deskripsi: Berukuran besar (80 cm), mudah dikenali, berwarna putih. Kepala hitam, paruh panjang dan melengkung
ke bawah. Ekor lebat karena bulu terbang tersier yang memanjang abu-abu.
Iris coklat merah, paruh dan kaki hitam.
Suara: Biasanya diam, kecuali dengungan aneh pada masa berbiak.
Penyebaran global: India, Cina selatan, Cina timur, Jepang, Asia tenggara, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Jarang, pengunjung tidak berbiak ke Sumatera dan Kalimantan bagian utara.
Beberapa koloni biak ditemukan di Jawa pada awal abad ini. Sekarang koloni utama terbatas di P. Dua (Jawa barat)
dan di delta Brantas (Jawa timur).
Kebiasaan: Sering mengunjungi rawa payau berumput, pinggiran danau atau waduk, dan padang rumput tergenang.
Biasanya hidup dalam kelompok kecil, aktif bergerak untuk mencari makan atau terbang dalam formasi. Sebagian
bersifat nokturnal, sering beristirahat di atas pohon pada siang hari. Bersarang dalam koloni, bersama dengan bangau
dan burung air lain.

62. IBIS KARAU Pseudibis davisoni Lembar Gambar 7


(I: White-shouldered Ibis)
Deskripsi: Berukuran sedang (75 cm), berwarna hitam. Kepala botak, terdapat tanda putih pada sayap. Tungkai
merah, tengkuk berbercak biru atau putih. Sebagian besar bulu coklat gelap dengan sayap dan ekor hitam mengilap.
Pada bagian bawah terdapat sedikit warna coklat berangan.
Iris gelap, paruh hitam, kaki merah.
Suara: "Kyii-akh" tinggi.
Penyebaran global: Dulu terdapat di Cina bagian barat daya dan Asia tenggara, tetapi sekarang terbatas di Indocina
dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Genting (Collar dkk. 1994). Ditemukan satu kali di Kuching. Terbatas di Kalimantan
tenggara pada badan air, rawa, dan hutan sungai di perairan S. Seruyan, S. Mahakam, dan S. Barito.
Kebiasaan: Seperti Ibis roko-roko, tetapi lebih suka tinggal di hutan rawa dan aliran air berhutan.
Catatan: Menurut beberapa penulis, jenis ini merupakan ras dari Ibis hitam P. papillosa dari subbenua India.

63. IBIS ROKOROKO Plegadis falcinellus Lembar Gambar 7


(I: Glossy Ibis)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (60 cm), berwarna merah coklat kehitaman mengilap, terlihat seperti gajahan yang
besar dan gelap. Tubuh bagian atas hitam dan ungu berkilau.
Iris coklat, paruh kehitaman, kaki coklat kehijauan.
Suara: Dengungan sengau serta suara mendengkur dan seperti mengembik ketika di sarang.
Penyebaran global: Tersebar secara luas.
Penyebaran lokal dan status: Diragukan ada di Sumatera, tercatat sekali di Kalimantan selatan (1851). Tidak
umum dan terbatas di dataran rendah di Jawa. Koloni yang tersisa hanya ada di P. Dua, Jawa barat.
Kebiasaan: Menghuni rawa-rawa, sawah, pinggiran danau, dan padang rumput tergenang. Biasanya hidup dalam
kelompok kecil, bergerak maju perlahan-lahan, menusuk-nusuk lumpur dengan paruhnya yang panjang. Pada waktu
malam, terbang berjajar atau dalam formasi, menuju tempat bertengger. Bersarang dalam koloni bersama kuntul dan
cangak.

64. IBIS-SENDOK KECIL Platalea minor Lembar Gambar 7


(I: Black-faced Spoonbill)
Deskripsi: Berukuran besar (75 cm), berwarna putih. Paruh abu-abu kehitaman, berbentuk seperti sendok panjang.
Pada musim dingin, mirip Ibis-sendok raja. Perbedaannya adalah paruh abu-abu seluruhnya, kulit muka hitam
sedikit melebar, dan mahkota sedikit berbintik merah. Perbedaan lainnya adalah Ibis-sendok raja memiliki bintik
mata kuning.
Iris coklat, paruh abu-abu gelap, tungkai dan kaki hitam.
Suara: Di luar masa berbiak diam.
Penyebaran global: Berbiak di Cina timur dan Kep. di Korea utara. Tercatat di Filipina selatan, Filipina timur, dan
Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Brunei, kemungkinan tersebar secara teratur dalam kelompok kecil.
Kebiasaan: Seperti Ibis-sendok raja.

65. IBIS-SENDOK RAJA Platalea regia Lembar Gambar 7


(I: Royal Spoonbill)
Deskripsi: Berukuran besar (80 cm), berwarna putih dengan paruh panjang seperti sendok berwarna abu-abu. Kulit
kepala yang botak berwarna hitam dengan bercak kemerahan pada dahi. Walaupun agak sulit, dapat dibedakan
20
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 54- 79.docvisikom
8/19/2010

dengan Ibis-sendok kecil pada musim dingin. Perbedaannya adalah lebih banyak warna hitam pada wajah, terdapat
bintik merah pada dahi dan bintik kuning pada mata, serta pada warna paruh.
Iris merah atau kuning, paruh abu-abu dengan sendok kekuningan, kaki hitam.
Suara: Diam pada masa tidak berbiak.
Penyebaran global: Australia dan Selandia Baru. Mungkin merupakan pengunjung tidak berbiak ke Indonesia,
tetapi mungkin berbiak di Irian Jaya.
Penyebaran lokal dan status: Populasi berbiak yang kecil di P. Dua, Jawa barat, tetapi sekarang tidak ada lagi.
Sekarang merupakan pengunjung yang jarang di Jawa timur dan Bali. Catatan dari Kalimantan bagian utara
mungkin adalah Ibis-sendok kecil.
Kebiasaan: Sering mengunjungi kolam dan danau berlumpur, atau gosong lumpur. Mengarunginya perlahan-lahan,
menggerakkan paruh dari sisi ke sisi lainnya dalam air, dan menyaring makanan. Biasanya terlihat sendirian atau
dalam kelompok kecil, dan sebagian bersifat nokturnal.

BELIBIS, ITIK, MENTOK - SUKU ANATIDAE

Suku yang tersebar luas, jumlah jenisnya banyak dan sangat dikenal. Burung perenang dengan kaki berselaput dan
paruh yang khas, lebar dan pipih. Tungkai pendek, sayap sempit-runcing dan terletak agak ke belakang, ekor
umumnya pendek. Terbang cepat dengan kepakan terus menerus. Mengeluarkan suara berupa siulan.
Secara taksonomis dibagi dalam beberapa kelompok. Empat kelompok terdapat di Sunda Besar yaitu Itik
pohon atau belibis Dendrocygna yang mempunyai siulan yang jelas, Itik biasa Anas yang berenang tegak di atas air,
Itik penyelam Aythya yang menyelam untuk mencari makan atau untuk melarikan diri bila terancam, serta Angsa-
kerdil Nettapus dan Mentok Cairina.
Di Sunda Besar ada empat belas jenis belibis dan itik, tujuh di antaranya merupakan pengunjung musim
dingin.

66. BELIBIS BATU Dendrocygna javanica Lembar Gambar 8


(I: Lesser Whistling-Duck; M: Belibis)
Deskripsi: Berukuran sedang (41 cm), berwarna coklat kemerahan. Sangat mirip Belibis kembang: mahkota gelap,
kepala dan leher kuning kebo, punggung coklat, tubuh bagian bawah coklat kemerahan. Perbedaannya: ukuran
lebih kecil, tidak ada warna hitam dan putih pada bulu-bulu tepi.
Iris coklat, paruh hitam, kaki kelabu gelap.
Suara: Melengking, siulan berirama "sisik, sisik" sewaktu terbang.
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Penetap dan cukup umum di beberapa tempat di Sumatera, Kalimantan selatan, dan
Jawa barat.
Kebiasaan: Ditemukan dalam kelompok kecil di danau, rawa, hutan mangrove, dan sawah.

67. BELIBIS KEMBANG Dendrocygna arcuata Lembar Gambar 8


(I: Wandering Whistling-Duck)
Deskripsi: Berukuran sedang (45 cm), berbulu coklat merah. Kepala atas dan leher belakang coklat gelap, bagian
lainnya lebih pucat. Punggung dan ekor coklat, dada coklat berangan. Bulu putih dengan warna hitam pada sisi
menonjol dari bawah sayap, tungging dan ekor bawah putih.
Iris coklat, paruh hitam, kaki coklat abu-abu.
Suara: Siulan mencicit bernada tinggi yang dikeluarkan sewaktu terbang.
Penyebaran global: Filipina, Sulawesi, Sunda Besar, Nusa Tenggara sampai P. Irian bagian selatan, Australia, dan
Fiji.
Penyebaran lokal dan status: Umumnya secara lokal di Sumatera, Jawa, dan Bali. Kemungkinan penetap di
Kalimantan selatan, tetapi tidak banyak tercatat.
Kebiasaan: Ditemukan dalam kelompok, di danau dan rawa air tawar. Beristirahat di tepian air yang terbuka atau
berumput, tetapi biasanya mencari makan dalam air, menyelam berulang-ulang.
21
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 54- 79.docvisikom
8/19/2010

68. ITIK EKOR-PENITI Anas acuta Lembar Gambar 8


(I: Northern Pintail)
Deskripsi: Berukuran sedang (55 cm), ekor panjang meruncing. Jantan: kepala coklat, tenggorokan putih, sisi
lambung abu-abu, ekor hitam dengan bulu tengah sangat panjang, sayap abu-abu, spekulum berwarna tembaga
berkilap, dan bagian bawah putih. Betina: coklat lebih suram, tubuh bagian atas hitam, bagian bawah kuning kebo
dengan bintik hitam di dada, dan sayap abu-abu dengan spekulum coklat.
Iris coklat, paruh abu-abu biru, kaki abu-abu.
Suara: Lebih banyak diam. Suara betina dari dalam tenggorokan "kwak-kwak".
Penyebaran global: Berbiak di seluruh daerah Holarktik, pada musim dingin bermigrasi ke selatan. Pengunjung
yang jarang di Malaysia.
Penyebaran lokal dan status: Diragukan ada di Sumatera. Pengembara yang jarang ke Kalimantan bagian utara
dan Jawa.
Kebiasaan: Mengunjungi rawa-rawa, danau, sungai, dan pantai. Makan pada permukaan air, tetapi kadang-kadang
mencelupkan kepala ke dalam sungai yang dangkal untuk mencari makan di dasarnya yang berlumpur.

69. ITIK SAYAP-HIJAU Anas crecca Lembar Gambar 8


(I: Green-winged Teal)
Deskripsi: Berukuran kecil (37 cm), dapat terbang cepat, spekulum hijau mencolok. Jantan: hijau metalik khas,
setrip mata berpinggir kuning kebo, kepala coklat berangan, skapular bersetrip panjang putih, ada bercak kuning
kebo pada sisi tungging, bagian bawah ekor gelap, bulu utama yang lain keabuan. Betina: berbintik coklat pada
perut yang keputih-putihan. Perbedaannya dengan betina Itik alis-putih adalah spekulum hijau terang.
Iris coklat, paruh dan kaki abu-abu.
Suara: Jantan: seperti gemeretak logam "kirrik"; betina: pendek "kuak", tinggi kecil.
Penyebaran global: Berbiak di seluruh daerah Paleartik, pada musim dingin lebih ke selatan. Pengembara yang
jarang di Semenanjung Malaysia.
Penyebaran lokal dan status: Pada musim dingin pengunjung teratur ke Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Berpasangan atau dalam kelompok, hidup di danau kecil atau kolam, sering berbaur dengan burung
air lainnya. Terbang dengan cara mengepakkan sayap dengan cepat.

70. ITIK BENJUT Anas gibberifrons Lembar Gambar 8


(I: Sunda Teal)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (42 cm), berwarna coklat abu-abu. Mahkota coklat gelap kemerahan. Muka dan
leher kekuningan, kadang-kadang hampir putih. Bagian sisi dan punggung coklat kemerahan, sayap berspekulum
kehitaman berbaur hijau-biru mengilap. Sewaktu terbang, bulu ketiak putih dan terlihat bercak putih di depan
spekulum. Jantan: sedikit lebih besar dari betina, ada tonjolan tulang pada dahi.
Iris coklat-merah, paruh abu-abu kebiruan dengan bercak kuning dekat ujungnya, kaki dan tungkai abu-abu.
Suara: Jantan: "pip" jelas; betina: seperti tawa terkekeh-kekeh (sering pada waktu malam).
Penyebaran global: Andaman, Sulawesi, Sunda Besar dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Biasa terdapat di Sumatera selatan, tetapi tidak ada catatan perkembangbiakan.
Baru-baru ini tercatat di Kalimantan selatan dan Kalimantan timur. Tampaknya, merupakan itik yang paling umum
terdapat di Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Ditemukan berpasangan atau dalam kelompok kecil di daerah rawa mangrove, rawa payau, kolam,
dan sungai. Sering sampai jauh ke pedalaman.
Catatan: A. gracilis dari Australia dulu dimasukkan ke dalam jenis ini. Pernah tercatat di Maluku bahkan dapat
mencapai Sunda Besar (tetapi tidak mempunyai tonjolan pada dahi).

71. ITIK KALUNG Anas platyrhynchos Lembar Gambar 8


(I: Mallard)
Deskripsi: Berukuran sedang (58 cm), bentuk liar dari itik domestik. Jantan: kepala dan leher hijau bercahaya
gelap dan khas. Kepala dan dada yang coklat berangan dibatasi oleh semacam kalung putih. Betina: berbintik
coklat dengan garis mata gelap dan spekulum biru. Perbedaannya dengan betina Itik ekor-lonjong adalah ekor lebih
pendek dan lebih tumpul.
Iris coklat, paruh kuning, kaki jingga.
Suara: Mirip suara itik domestik.
Penyebaran global: Di daerah Holarktik, pada musim dingin bermigrasi ke selatan.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang jarang ke Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Mengunjungi danau, kolam, dan muara sungai.
22
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 54- 79.docvisikom
8/19/2010

72. ITIK PENELOPE Anas penelope Lembar Gambar 8


(I: Eurasian Wigeon)
Deskripsi: Berukuran sedang (47 cm), bertubuh agak gemuk, berkepala besar. Jantan: kepala coklat berangan
dengan dahi dan topi kuning tua. Bulu utama yang lain abu-abu dengan bercak putih pada sisi lambung. Perut
putih, penutup ekor bawah hitam. Pada waktu terbang, penutup sayap yang putih terlihat sangat kontras dengan
bulu terbang yang gelap dan spekulum yang hijau. Betina: coklat kemerahan dengan perut putih. Pada waktu
terbang, terlihat kontras antara penutup sayap yang abu-abu pucat dengan bulu terbang yang gelap.
Iris coklat, paruh biru abu-abu, kaki abu-abu.
Suara: Jantan: seperti suling berirama "whii-uu", betina: geraman pendek "kuak".
Penyebaran global: Di daerah Paleartik, pada musim dingin bermigrasi ke selatan.
Penyebaran lokal dan status: Pengembara ke Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Berbaur dengan burung air lain di danau, rawa, dan habitat mangrove lainnya.

73. ITIK GUNUNG Anas superciliosa Lembar Gambar 8


(I: Pacific Black Duck)
Deskripsi: Berukuran besar (55 cm), berwarna coklat gelap, mencari makan di permukaan air. Mudah dikenali
karena ada setrip hitam di kepala. Spekulum hijau sampai ungu. Saat terbang, sayap bawah yang putih terlihat
sangat kontras dengan bulu tubuh yang gelap.
Iris coklat, paruh abu-abu gelap, kaki kuning suram atau coklat.
Suara: Jantan: seperti itik peliharaan "raab raaraab", atau ketika terusir, terbang dan berdesis parau "freng freng".
Betina: dalam dan rendah "kwark kwark".
Penyebaran global: Sumatera dan Jawa sampai Australia dan Polinesia.
Penyebaran lokal dan status: Status di Sumatera tidak pasti. Dulu biasa didapatkan di danau-danau pegunungan,
tetapi sekarang hanya tercatat beberapa saja. Berbiak di danau-danau pegunungan di Jawa timur dan Bali.
Kebiasaan: Ditemukan di danau dan rawa yang ditumbuhi buluh. Mencari makan di permukaan air dangkal atau
di daratan.

74. ITIK ALIS-PUTIH Anas querquedula Lembar Gambar 8


(I: Garganey)
Deskripsi: Berukuran sedang (40 cm), mencari makan di permukaan air. Jantan: kepala coklat, alis putih lebar,
punggung dan dada coklat (sangat kontras dengan perut yang putih). Skapular panjang hitam dan putih, spekulum
hijau menyala dengan sisi putih. Betina: coklat, dengan setrip-setrip hitam pada kepala dan spekulum hijau zaitun.
Jantan peralihan: mirip betina, kecuali sewaktu terbang, penutup sayapnya abu-abu biru (ciri yang bagus).
Iris merah tua, paruh hitam, kaki abu-abu kebiruan.
Suara: Biasanya diam. Jantan: seperti menguik gemeretak, betina: "kwak" ringan.
Penyebaran global: Berbiak di seluruh Palaeartik, pada musim dingin bergerak ke selatan.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Sumatera utara, Kalimantan, tetapi jarang sampai pantai utara Jawa.
Kebiasaan: Sering mengunjungi laguna di pantai. Tidur dalam air sepanjang siang, terbang ke daratan pada malam
hari untuk mencari makan.

75. ITIK SENDOK Anas clypeata Lembar Gambar 8


(I: Northern Shoveler)
Deskripsi: Mudah dikenali, berukuran besar (50 cm), paruh panjang dan lebar seperti sendok. Jantan: perut coklat
berangan, dada putih, kepala hijau gelap mengilap (sangat khas). Betina: bulu berbintik-bintik coklat, ekor keputih-
putihan, garis mata gelap. Corak warna mirip betina Itik kalung, tetapi paruhnya sangat khas. Pada waktu terbang,
dapat dikenali dari penutup sayap yang pucat, terlihat kontras dengan bulu terbang yang gelap dan spekulum yang
hijau.
Iris coklat, paruh gelap (jantan) atau coklat jingga (betina), kaki jingga.
Suara: Mirip suara Itik kalung, tetapi lebih lembut dan rendah. Juga tertawa “kuak".
Penyebaran global: Berbiak di seluruh kawasan Holarktik, pada musim dingin bermigrasi ke selatan.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin ke Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Menyukai daerah laguna pantai, kolam, danau, dan rawa hutan mangrove.

76. ITIK RUMBAI Aythya fuligula Lembar Gambar 8


(I: Tufted Duck)
Deskripsi: Berukuran sedang (42 cm), tubuh pendek dan gemuk, jambul panjang khas. Jantan: bulu hitam dengan
perut dan bagian sisi putih, betina: coklat gelap dengan sisi lambung coklat dan jambul pendek. Pada waktu
terbang, terlihat garis putih lebar pada bulu sekunder.
Iris kuning, paruh dan kaki hitam.
Suara: Biasanya diam pada musim dingin, "ker-r-r, ker-r-r" rendah dan parau sewaktu terbang.
23
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 54- 79.docvisikom
8/19/2010

Penyebaran global: Berbiak di seluruh daerah Paleartik utara, pada musim dingin menyebar ke selatan.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung di Kalimantan. Menurut catatan lama, pernah ke Sumatera.
Kebiasaan: Mengunjungi danau atau kolam yang dalam, menyelam untuk mencari makan, terbang cepat.

77. ITIK MATA-PUTIH Aythya australis Lembar Gambar 8


(I: Australian White-eyed Pochard)
Deskripsi: Berukuran sedang (50 cm), berwarna coklat, itik penyelam. Jantan: berwarna coklat mahoni dengan
mata putih, betina: coklat lebih muda dengan mata coklat. Perut putih. Keduanya mempunyai garis putih yang jelas
pada sayap atas. Saat terbang, sayap bawah terlihat putih.
Iris putih (jantan) atau coklat (betina), paruh hitam dengan garis putih dekat ujungnya, kaki abu-abu.
Suara: Jarang terdengar. Jantan: siulan mendesis lembut, betina: kerukan parau lembut.
Penyebaran global: Australia dan P. Irian. Pengunjung yang jarang di Indonesia bagian barat.
Penyebaran lokal dan status: Di Jawa dikenal sebagai burung yang berbiak di pegunungan Jawa timur. Tidak ada
catatan terbaru, sehingga status sekarang tidak pasti.
Kebiasaan: Menghuni danau pegunungan dengan vegetasi yang tinggi. Menyelam ke bawah air untuk mencari
makan, bisa selama 30 detik sekali menyelam. Terbang cepat dengan sayap belang berkilat-kilat yang dikepakkan
dangkal.

78. ANGSA-KERDIL KAPAS Nettapus coromandelianus Lembar Gambar 8


(I: Cotton Pygmy-Goose; M: Itik Kapas)
Deskripsi: Berukuran kecil (30 cm), berwarna hitam dan putih. Jantan: mahkota hitam berkilat, ada pita hitam
pada leher. Punggung, sayap, dan ekornya hitam, dengan bulu hijau bercahaya, bagian lainnya putih. Sewaktu
terbang bercak putih terlihat jelas. Betina: berwarna lebih suram (warna hitam berkilat pada jantan berganti coklat,
warna putih menjadi kuning kebo), setrip mata coklat, tidak ada bercak putih pada sayap.
Iris kemerahan, paruh abu-abu (bagian atas) dan kuning (bagian bawah), kaki abu-abu.
Suara: Sewaktu terbang mengeluarkan suara yang lembut, berirama seperti tertawa "kar-kar-kar-wark" beberapa
kali berturut-turut, juga suara lembut "kwak".
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, dan secara terbatas di P. Irian dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Status tidak pasti, kadang-kadang mengunjungi rawa dan danau di Sumatera
selatan dan Kalimantan. Di Jawa biasanya terlihat secara teratur di daerah Jakarta. Catatan baru hanya diperoleh
dari P. Dua.
Kebiasaan: Berenang dalam air di kolam, saluran, padang rumput tergenang, atau sawah. Bersarang dalam lubang
pohon. Bertengger di atas pohon.

79. MENTOK RIMBA Cairina scutulata Lembar Gambar 8


(I: White-winged Duck)
Deskripsi: Berukuran besar (75 cm), berwarna hitam dan putih. Kepala dan leher keputih-putihan. Penutup sayap
kecil putih, penutup sayap tengah dan spekulum abu-abu biru. Punggung hitam berbaur hijau mengilap, bagian
bawah coklat gelap. Sewaktu terbang, dari bawah terlihat sangat kontras antara garis sayap yang putih dengan bulu
terbang yang hitam. Ras dari Sumatera sering sebagian albino.
Iris coklat, paruh kuning dengan ujung hitam, kaki kuning atau jingga.
Suara: Biasanya bersuara sambil terbang. Jantan bersuara seperti angsa, diiringi dengan siulan aneh dari betina.
Suara khas (DAH). Jika berada di sarang, bersuara seperti kambing mengembik.
Penyebaran global: Terbatas di Assam, Asia tenggara, Sumatera, dan dulu di Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Genting (Collar dkk. 1994). Sekarang sangat jarang dan sudah punah di banyak
tempat. Masih tersebar luas di hutan dataran rendah di Sumatera timur dan Sumatera bagian barat laut. Tidak ada
catatan baru lagi dari Jawa barat walaupun dulu pernah ditemukan beberapa sarang.
Kebiasaan: Hidup di hutan rawa, tetapi keluar pada waktu malam untuk mencari makan di sawah-sawah.
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des
24 80-122.docvisikom
8/19/2010

ELANG TIRAM - SUKU PANDIONIDAE

Suku ini hanya beranggotakan satu jenis. Elang tiram ini memiliki ciri khas sayap panjang, langsing, dan menyudut.
Bentuk sayap ini cocok untuk menyelam ke dalam air dan menangkap ikan. Ciri lainnya seperti jenis elang lain.
Laporan terbaru dari Sibley dan Monroe (1990) mengubah pengelompokan suku ini menjadi subsuku Accipitridae.

80. ELANG TIRAM Pandion haliaetus Lembar Gambar 9


(I: Osprey; M: Lang Tiram)
Deskripsi: Berukuran sedang (55 cm). Berwarna coklat, hitam, dan putih. Kepala putih dan garis mata hitam khas,
bagian atas sebagian besar coklat suram. Jambul pendek berwarna gelap, bisa ditegakkan. Ras-ras berbeda dalam
penampakan kepala dan perluasan garis pada bagian bawah.
Iris kuning, paruh hitam dengan abu, tarsus telanjang, kaki abu-abu.
Suara: Siulan nyaring mendayu pada masa berbiak. Burung muda di sarang berteriak nyaring bila melihat induknya.
Penyebaran global: Tersebar di seluruh dunia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung teratur dan tersebar luas pada musim dingin di Sumatera dan
Kalimantan. Tidak umum menetap di sepanjang pesisir Jawa dan Bali. Pada musim dingin pengunjung yang tidak
teratur lebih jauh ke pedalaman.
Kebiasaan: Pemangsa ikan yang dahsyat, menyelam dalam ke air untuk menangkap mangsa, kadang-kadang
tinggal berendam sampai beberapa detik. Berburu mangsa dari pohon, bertengger ke arah laut atau danau, berputar-
putar perlahan di atas air, melayang-layang atau meluncur dengan kecepatan rendah, menantang angin haluan. Ikan
dibawa ke tempat bertengger, baru kemudian dimakan.

BURUNG ELANG - SUKU ACCIPITRIDAE

Berukuran agak besar sampai sangat besar, burung pemangsa. Paruh berkait dengan taji atau cakar yang kuat,
berguna untuk membunuh dan mencabik-cabik vertebrata. Suku ini berbeda dengan suku alap-alap (Falconidae),
karena secara umum bersayap lebih bulat dan tumpul serta mata lebih pucat (kuning atau merah).
Rajawali dan nasar mempunyai kemampuan terbang melayang, mengikuti aliran udara. Kedua jenis ini
umumnya berburu dari udara, sedangkan jenis lain berburu dari cabang pohon, tetapi kadang-kadang juga terbang
melayang. Beberapa jenis malah melayang diam sambil mengepak-ngepakkan sayap di atas calon mangsanya.
Sebagian besar nasar makan bangkai dan mempunyai leher bersetrip melintang untuk memeriksa bangkai.
Anggota suku ini membuat sarang besar dari batang kayu yang menempel dan menjulang di pohon atau batu karang.
Burung muda mempunyai suara teriakan khas.
Di Sunda Besar ada 34 jenis, termasuk beberapa burung migran.

81. BAZA JERDON Aviceda jerdoni Lembar Gambar 9


(I: Jerdon’s Baza)
Deskripsi: Berukuran sedang (45 cm), berwarna coklat dengan jambul panjang yang sering terangkat naik. Bagian
atas coklat, bagian bawah putih dengan setrip mesial hitam. Dada bercorak merah gelap, perut bergaris datar merah
gelap. Ras Kalimantan: kepala dan sisi leher merah karat. Perbedaannya dengan Elang-alap jambul: jambul jauh
lebih panjang dan ujung sayap nyaris mencapai ujung ekor; dengan Elang gunung dan Elang Wallace remaja:
ukuran lebih kecil, sayap relatif lebih panjang, tarsus tanpa bulu. Ciri ketika terbang adalah sayap lebar, sangat
panjang, dan melebar di ujung, serta ekor terpotong lurus.
Iris merah-kuning, paruh hitam dengan sera abu-abu-biru pucat, kaki dan tungkai kuning.
Suara: Seperti suara kucing mengeluh "pii-wiioh", nada kedua berangsur-angsur hilang, mirip suara Elang-ular
bido.
Penyebaran global: Himalaya, India, Cina selatan, Asia tenggara, dan Sulawesi. Pengembara di Semenanjung
Malaysia.
Penyebaran lokal dan status: Beberapa catatan dari Sumatera sebagai penetap dan pengunjung musim dingin.
Penetap di beberapa tempat di Kalimantan.
Kebiasaan: Berburu dari atas cabang pohon, menyukai pinggir hutan dan hutan pantai.

82. BAZA HITAM Aviceda leuphotes Lembar Gambar 9


(I: Black Baza)
Deskripsi: Berukuran kecil (32 cm), mudah dikenali, berwarna hitam dan putih. Jambul hitam panjang dan sering
terangkat naik. Sebagian besar bulu hitam, dengan garis lebar putih pada dada, sayap berbercak putih, dan perut
bergaris pita gelap. Pada waktu terbang, sayap yang pendek membulat berpola garis-garis hitam dan bulu sekunder
abu-abu (kontras dengan bulu primer yang pucat berujung hitam). Kepakan sayap seperti gagak, sayap datar sewaktu
meluncur.
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des
25 80-122.docvisikom
8/19/2010

Iris coklat gelap, paruh berwarna tanduk dengan sera abu-abu, kaki abu-abu gelap.
Suara: Lemah, satu sampai tiga nada teriakan tipis, seperti suara camar.
Penyebaran global: Himalaya, India selatan, Cina selatan, Asia tenggara. Pada musim dingin ke Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin ke Sumatera, jarang ke Jawa barat.
Kebiasaan: Tinggal berpasangan atau dalam kelompok kecil. Terbang pada jarak pendek, berkelepak menyambar
serangga-serangga besar di udara atau di atas tanah. Agak jinak. Sering ditemukan di sepanjang aliran air atau di
hutan terbuka dan desa-desa. Waktu bermigrasi melayang tinggi di angkasa.

83. SIKEP-MADU ASIA Pernis ptilorhynchus Lembar Gambar 9


(I: Oriental Honey-buzzard; M: Lang Lebah)
Deskripsi: Berukuran sedang (50 cm), berwarna hitam dengan jambul kecil. Warna sangat bervariasi dalam bentuk
terang, normal, dan gelap dari dua ras yang sangat berbeda. Masing-masing meniru jenis elang lainnya dalam pola
warna bulu. Terdapat garis-garis yang tidak teratur pada ekor. Semua bentuk mempunyai tenggorokan berbercak
pucat kontras, dibatasi oleh garis tebal hitam, sering dengan garis hitam mesial. Ciri khas ketika terbang: kepala
relatif kecil, leher agak panjang, sayap panjang menyempit, ekor berpola.
Iris jingga, paruh abu-abu, kaki kuning, bulu berbentuk sisik (terlihat jelas pada jarak dekat).
Suara: Keras, tingkatan nada meninggi seperti bunyi lonceng dengan empat tingkatan nada "wii-wiy-uho" atau
"wiihiy-wiihiy".
Penyebaran global: Palearktika timur, India, dan Asia tenggara sampai Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Menetap (ras yang berjambul panjang torquatus dan ptilorhynchus), tersebar jarang
di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa barat. Ras Palearktika timur yang berjambul pendek orientalis muncul sebagai
pengunjung musim dingin di seluruh Sunda Besar sampai ketinggian 1.200 m.
Kebiasaan: Sering mengunjungi hutan pegunungan. Ciri sewaktu terbang adalah beberapa kepakan dalam yang
diikuti luncuran panjang. Melayang tinggi di udara dengan sayap datar. Mempunyai kebiasaan aneh yaitu merampas
sarang tawon dan lebah.

84. ELANG KELELAWAR Macheiramphus alcinus Lembar Gambar 9


(I: Bat Hawk; M: Lang Malam)
Deskripsi: Berukuran sedang (45 cm), berbulu hitam. Jambul pendek menjuntai, tenggorokan putih, setrip mesial
hitam. Pada waktu terbang, terlihat seperti alap-alap dengan sayap panjang runcing dan berpangkal agak lebar, tetapi
ekor pendek dan berpotongan lurus. Terbang lebih perlahan dibandingkan Alap-alap kawah.
Iris kuning, paruh hitam, kaki abu-abu.
Suara: Teriakan serak seperti alap-alap berupa tujuh siulan tajam menusuk, pada siang hari di atas pohon tempat
beristirahat.
Penyebaran global: Afrika, Semenanjung Malaysia, Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, dan P. Irian.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk Bangka) dan Kalimantan, langka terdapat di dataran rendah
sampai ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: Mengunjungi daerah terbuka yang berpohon dan tanah berkapur, dekat gua kelelawar. Kebanyakan
aktif pada senja hari, menyerang kelompok-kelompok kelelawar yang keluar masuk gua. Terbang dengan kepakan
sayap yang cepat.

85. ELANG TIKUS Elanus caeruleus Lembar Gambar 9


(I: Black-winged Kite; M: Lang Bahu Hitam)
Deskripsi: Berukuran kecil (30 cm). Berwarna putih, abu-abu, dan hitam. Berbercak hitam pada bahu, bulu primer
hitam panjang khas. Dewasa: mahkota, punggung, sayap pelindung, dan bagian pangkal ekor abu-abu; muka, leher,
dan bagian bawah putih. Pada waktu mencari mangsa, suka melayang-layang diam sambil mengepak-ngepakkan
sayap. Remaja: sama dengan dewasa, tetapi bercorak warna coklat.
Iris merah, paruh hitam dengan sera kuning, kaki kuning.
Suara: Siulan lembut "whiip, whiip".
Penyebaran global: Afrika, Erasia selatan, India, Filipina, Indonesia sampai P. Irian.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, Jawa, dan Bali, kadang-kadang terdapat sebagai penetap di dataran
rendah terbuka dan habitat perbukitan sampai ketinggian 2.000 m. Tercatat sebagai pengembara secara lokal di
Kalimantan.
Kebiasaan: Bertengger pada pohon mati atau tiang telepon. Melayang-layang di atas mangsanya seperti diuraikan
di atas. Suka berburu di daerah kering yang terbuka dan dengan pohon-pohon terpencar.

86. ELANG PARIA Milvus migrans Lembar Gambar 9


(I: Black Kite; M: Lang Hitam)
Deskripsi: Berukuran agak besar (65 cm), berbulu coklat gelap dengan ekor menggarpu yang khas. Pada waktu
terbang, bercak pucat pada pangkal bulu primer terlihat kontras dengan ujung sayap yang hitam. Kepala kadang-
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des
26 80-122.docvisikom
8/19/2010

kadang berwarna lebih pucat dibandingkan dengan punggung. Remaja: kepala dan tubuh bagian bawah bergaris-
garis kuning tua.
Iris coklat, paruh abu-abu, sera dan kaki abu-abu biru.
Suara: Jeritan, meringkik “iiuw-wir-r-r-r-r”.
Penyebaran global: Afrika, Erasia, sampai Australia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang langka dari Asia timur, sampai Sumatera utara dan
Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Mengunjungi daerah terbuka, pantai, pelabuhan, dan kota. Terbang melingkar anggun dengan kepakan
perlahan. Bertengger pada tiang, kawat, pohon, bangunan, atau tanah.

87. ELANG BONDOL Haliastur indus Lembar Gambar 9


(I: Brahminy Kite; M: Lang Merah)
Deskripsi: Berukuran sedang (45 cm), berwarna putih dan coklat pirang. Dewasa: kepala, leher, dan dada putih;
sayap, punggung, ekor, dan perut coklat terang, terlihat kontras dengan bulu primer yang hitam. Seluruh tubuh
remaja kecoklatan dengan coretan pada dada. Warna berubah menjadi putih keabuan pada tahun kedua, dan
mencapai bulu dewasa sepenuhnya pada tahun ketiga. Perbedaan antara burung muda dengan Elang kekepa adalah
ujung ekornya bundar, bukan menggarpu.
Iris coklat, paruh dan sera abu-abu kehijauan, tungkai dan kaki kuning suram
Suara: Pekikan mengeluh dan mengeong-ngeong "syii-ii-ii" atau "kwiiaa".
Penyebaran global: India, Cina selatan sampai Australia.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di seluruh Sumatera dan Kalimantan. Di Jawa dan Bali sudah jarang.
Kebiasaan: Ditemukan di seluruh daerah, berputar-putar sendirian atau bersama-sama beberapa temannya di atas
perairan. Mengunjungi pesisir, sungai, rawa-rawa, dan danau sampai ketinggian 3.000 m.

88. ELANG-LAUT PERUT-PUTIH Haliaeetus leucogaster Lembar Gambar 9


(I: White-bellied Fish-eagle; M: Lang Siput)
Deskripsi: Berukuran besar (70 cm). Berwarna putih, abu-abu, dan hitam. Dewasa: kepala, leher, dan bagian bawah
putih; sayap, punggung, dan ekor abu-abu, bulu primer hitam. Remaja: warna putih pada dewasa diganti dengan
warna coklat pucat dan warna abu-abu diganti warna coklat gelap. Bentuk ekor yang menyerupai baji merupakan
ciri khasnya.
Iris coklat, paruh dan sera abu-abu, tungkai tanpa bulu dan kaki: abu-abu coklat.
Suara: Teriakan nyaring seperti rangkong "ah-ah-ah-...".
Penyebaran global: India, Asia tenggara, Filipina, Indonesia sampai Australia.
Penyebaran lokal dan status: Penetap yang umum di sekitar daerah pantai, danau besar, dan sungai dekat pantai, di
seluruh kawasan Sunda Besar.
Kebiasaan: Elang yang indah ini sering terlihat bertengger dengan sangat tegak pada pohon di pinggir perairan, di
daerah karang, atau di atas bagan-bagan. Melayang-layang dan meluncur dengan indah dan anggun, dengan sayap
terangkat membentuk huruf V. Terbang dengan kepakan sayap yang pelan, tetapi kuat. Menangkap ikan pada
permukaan laut dengan tukikan yang menakjubkan, tubuh hampir-hampir tidak basah saat ikan ditangkap dengan
cakarnya. Membangun sarang yang kokoh pada pohon tinggi, terbuat dari cabang dan ranting. Sarang digunakan
selama bertahun-tahun.

89. ELANG-IKAN KECIL Ichthyophaga humilis Lembar Gambar 9


(I: Lesser Fish-eagle)
Deskripsi: Berukuran sedang (60 cm), berbulu kecoklatan. Kepala dan leher abu-abu, perut putih. Perbedaannya
dengan Elang-ikan kepala kelabu adalah ukuran lebih kecil dan ekor gelap. Remaja: warna coklatnya lebih pucat dan
tubuh bagian bawah kuning tua polos.
Iris kuning atau coklat, paruh abu-abu gelap, kaki abu-abu.
Suara: Kadang-kadang bersuara meratap dalam seri “haak-haak- ....”
Penyebaran global: Himalaya, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Kalimantan, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan, tidak biasa terdapat di sungai-sungai dataran rendah
dan perbukitan sampai ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: Ditemukan di hutan-hutan pinggir sungai dan hutan-hutan rawa. Menangkap ikan dari dekat permukaan
air.

90. ELANG-IKAN KEPALA-KELABU Ichthyophaga ichthyaetus Lembar Gambar 9


(I: Grey-headed Fish-eagle)
Deskripsi: Berukuran besar (70 cm), berwarna abu-abu, coklat, dan putih. Dewasa: kepala dan leher abu-abu, dada
coklat. Sayap dan punggung coklat gelap; perut, paha, dan pangkal ekor putih, ujung ekor bergaris lebar hitam.
Remaja: bagian atas coklat kekuningan, bagian bawah bercoret coklat dan putih, ekor coklat mengilap dengan ujung
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des
27 80-122.docvisikom
8/19/2010

bergaris hitam.
Iris coklat sampai kuning, paruh dan sera abu-abu, tungkai tanpa bulu dan kaki: putih sampai kuning.
Suara: Teriakan nyaring sengau "awh-awhrr" dalam seri yang khas.
Penyebaran global: India, Asia tenggara, Filipina, Sulawesi, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Tidak umum, tetapi penyebarannya luas di sepanjang sungai di Sumatera dan
Kalimantan. Sekarang jarang ditemukan di Jawa barat. Pernah ditemukan di Jawa timur, tetapi sekarang tidak ada
catatan terbaru. Tidak ada catatan pasti di Bali.
Kebiasaan: Mengunjungi perairan, danau, sungai, dan rawa di hutan. Menukik menerkam ikan ketika terbang atau
dari posisi bertengger di pohon. Jarang melayang-layang.

91. NASAR BENGGALA Gyps bengalensis


(I: White-rumped Vulture; M: Hereng Tongkeng Putih)
Deskripsi: Berukuran sangat besar (87 cm), pemangsa dengan ekor pendek membulat dan leher panjang tanpa bulu
yang khas. Satu-satunya burung bangkai yang ditemukan di daerah ini. Jika dilihat dari bawah sewaktu terbang,
penutup sayap bawah yang keputih-putihan dan kerah leher yang putih terlihat kontras dengan bulu terbang yang
kehitaman dan bagian bawah yang coklat gelap. Jika dilihat dari atas, hampir semua bulu hitam dengan bulu
sekunder abu-abu gelap dan tungging keputih-putihan. Remaja: bulu abu-abu kecoklatan, tidak ada warna putih.
Melayang-layang, dengan sayap membentuk huruf V yang agak datar.
Iris coklat kemerahan, paruh dan kaki abu-abu.
Suara: Dengungan dan pekikan keras sewaktu berkumpul di atas bangkai.
Penyebaran global: India, Cina bagian barat daya, dan Asia tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat satu kali di Brunei.
Kebiasaan: Terbang melingkar tinggi di angkasa mencari bangkai. Berkumpul di pohon sehabis makan atau minum
di pinggir badan air.

92. ELANG-ULAR JARI-PENDEK Circaetus gallicus Lembar Gambar 10


(I: Short-toed Eagle)
Deskripsi: Berukuran besar (65 cm), berwarna pucat. Tubuh kekar, bagian atas coklat keabuan, bagian bawah putih
dengan coretan gelap, tenggorokan dan dada coklat. Terdapat garis-garis melintang yang samar pada perut dan
empat garis melintang yang samar pada ekor. Remaja berwarna lebih pucat daripada dewasa. Pada waktu terbang,
sayap terlihat lebar dan panjang, dengan garis panjang mencolok pada penutup sayap dan bulu terbang.
Iris kuning, paruh hitam, sera abu-abu, kaki kehijauan.
Suara: Biasanya diam pada musim dingin, kadang-kadang mengeong meratap.
Penyebaran global: Afrika, Erasia, India, Cina utara, dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Jawa timur (biasanya di Baluran) dan Bali. Asalnya tidak diketahui
dengan pasti, mungkin pengembara dari populasi penetap di Nusa Tenggara. Migran dari Asia dapat mencapai
Sunda Besar dan Nusa Tenggara secara teratur.
Kebiasaan: Menghuni pinggir hutan dan semak sekunder. Terbang melingkar dan meluncur dengan sayap yang
dibentangkan lurus dan datar. Seperti alap-alap raksasa, sering melayang-layang diam sambil mengepak-ngepakkan
sayap.

93. ELANG-ULAR BIDO Spilornis cheela Lembar Gambar 11


(I: Crested Serpent-eagle; M: Lang Berjambul)
Deskripsi: Berukuran sedang (50 cm), berwarna gelap. Sayap sangat lebar membulat, ekor pendek. Dewasa: tubuh
bagian atas coklat abu-abu gelap, tubuh bagian bawah coklat. Perut, sisi tubuh, dan lambungnya berbintik-bintik
putih, terdapat garis abu-abu lebar di tengah garis-garis hitam pada ekor. Jambulnya pendek dan lebar, berwarna
hitam dan putih. Ciri khasnya adalah kulit kuning tanpa bulu di antara mata dan paruh. Pada waktu terbang, terlihat
garis putih lebar pada ekor dan garis putih pada pinggir belakang sayap. Ras Kalimantan berwarna lebih pucat dan
coklat. Remaja: mirip dewasa, tetapi lebih coklat dan lebih banyak warna putih pada bulu.
Iris kuning, paruh coklat-abu-abu, kaki kuning
Suara: Sangat ribut, melayang-layang di atas hutan, mengeluarkan suara nyaring dan lengking "kiu-liu", "kwiiik-
kwi", atau "ke-liik-liik" yang khas, dengan tekanan pada dua nada terakhir, dan "kokokoko" yang lembut.
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, Palawan, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Terdapat di seluruh Sunda Besar dan mungkin merupakan elang yang paling umum
di daerah berhutan sampai pada ketinggian 1.900 m.
Kebiasaan: Sering terlihat terbang melingkar di atas hutan dan perkebunan, antar pasangan sering saling
memanggil. Pada saat bercumbu, pasangan memperlihatkan gerakan aerobatik yang menakjubkan walaupun
biasanya tidak terlalu gesit. Sering bertengger pada dahan yang besar di hutan yang teduh sambil mengamati
permukaan tanah di bawahnya.
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des
28 80-122.docvisikom
8/19/2010

94. ELANG-ULAR KINABALU Spilornis kinabaluensis Lembar Gambar 11


(I: Mountain Serpent-eagle)
Deskripsi: Berukuran cukup besar (55 cm), berwarna gelap dengan jambul pendek lebat dan garis berwarna pucat
pada ekor. Perbedaannya dengan Elang-ular bido: sayap lebih panjang, warna lebih gelap, bintik-bintik lebih
kecil, garis tengkuk coklat amber terang, tenggorokan hitam, garis ekor lebih terang.
Iris kuning sitrun, sera kuning, paruh putih krem, kaki kuning.
Suara: Khas dan jelas berbeda dengan Elang-ular bido. Terdiri dari satu seri nada yang sangat pendek, diakhiri nada
panjang yang mendapat tekanan.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di G. Kinabalu, G. Murud, dan G. Mulu di Kalimantan bagian utara.
Kadang-kadang terdapat di Gunung Kinabalu di atas ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: Mirip Elang-ular bido, tetapi menyukai hutan pegunungan.

95. ELANG-RAWA TIMUR Circus spilonotus Lembar Gambar 10, 13


(I: Eastern Marsh Harrier)
Deskripsi: Berukuran sedang (50 cm), berwarna gelap. Jantan (jarang terdapat di Sunda Besar): mirip jantan Elang-
rawa tangling, tetapi dada hitam dan terdapat coretan putih tebal di atas tenggorokan. Kecuali dengan Elang-rawa
katak, betina berbeda dengan semua betina elang lainnya. Perbedaannya adalah penutup ekor atas coklat, bulu utama
coklat tua, serta mahkota, tengkuk, tenggorokan, dan pinggir depan sayap kuning tua. Mahkota dan tengkuk
bercoret-coret coklat tua, ekor bergaris-garis. Bercak keputihan pada pangkal bulu primer berbintik-bintik tebal
gelap jika dilihat dari bawah. Pada beberapa burung, kepala kuning tua seluruhnya dan terdapat bercak-bercak
kuning tua pada dada. Remaja: seperti betina tetapi berwarna lebih gelap serta mahkota dan tengkuk kuning tua.
Iris kuning (jantan) atau coklat muda (betina), paruh abu-abu, kaki kuning.
Suara: Biasanya diam.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur. Pada musim dingin bermigrasi ke selatan ke Asia tenggara dan Filipina.
Terdapat juga populasi penetap di P. Irian.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang tidak umum ke Sumatera dan Kalimantan bagian
utara.
Kebiasaan: Mengunjungi daerah terbuka, terutama rawa rumput atau gelagah. Ketika berburu, meluncur dengan
anggun, rendah di atas vegetasi. Kadang-kadang melayang-layang diam sambil mengepak-ngepakkan sayap.
Terbang lebih berat, tidak seringan Elang-rawa tangling.
Catatan: Menurut beberapa pakar, jenis ini merupakan ras dari Elang-rawa katak.

96. ELANG-RAWA KATAK Circus aeruginosus Lembar Gambar, 10, 13.


(I: Western Marsh Harrier)
Deskripsi: Berukuran sedang (50 cm), berwarna gelap. Jantan: seperti jantan Elang-rawa timur yang hampir
dewasa, tetapi kepala lebih kuning tua dan kurang coretan gelap. Betina dan remaja: mirip Elang-rawa timur, tetapi
warna punggung coklat lebih gelap, ekor tidak bergaris-garis, dan mahkota tanpa garis tebal gelap. Bercak putih
(jika ada) pada bawah bulu primer, tanpa bintik-bintik gelap.
Iris kuning (jantan) atau coklat muda (betina), paruh abu-abu, kaki kuning.
Suara: Biasanya diam.
Penyebaran global: Berbiak di Palearktik barat dan Palearktik tengah sampai Cina barat. Pada musim dingin
bermigrasi ke selatan sampai di Afrika, India, dan Semenanjung Malaysia.
Penyebaran lokal dan status: Satu ekor pernah dikoleksi di Sumatera utara. Jumlah relatif dari kedua jenis Elang-
rawa tersebut tidak diketahui di Sunda Besar, tetapi besar kemungkinan keduanya dapat ditemukan.
Kebiasaan: Seperti Elang-rawa timur.

97. ELANG-RAWA KELABU Circus cyaneus Lembar Gambar 10, 13


(I: Northern Harrier)
Deskripsi: Berukuran sedang (45 cm), berwarna abu-abu pucat atau coklat. Jantan: tubuh bagian atas abu-abu,
tungging putih, bulu primer hitam, tubuh bagian bawah kebanyakan putih. Betina dan remaja: bagian atas coklat
dengan tunggir putih mencolok, terdapat sapuan abu-abu di atas ekor yang bergaris-garis. Bagian bawah kuning tua
sampai merah karat, bercoretan coklat tua. Ujung ekor berwarna pucat.
Iris coklat pucat, paruh abu-abu, kaki kuning.
Suara: Biasanya diam.
Penyebaran global: Berbiak di kawasan Holarktik. Pada musim dingin bermigrasi ke selatan ke Cina selatan, Asia
tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung yang jarang pada musim dingin ke Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Seperti Elang-rawa timur.
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des
29 80-122.docvisikom
8/19/2010

98. ELANG-RAWA TANGLING Circus melanoleucos Lembar Gambar 10,13,


(I: Pied Harrier; M: Lang Tangling)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (42 cm), sayap ramping. Jantan: bulu utama hitam, putih, dan abu-abu; kepala,
tenggorokan, dan dada hitam polos. Betina: bagian atas coklat bercoretan tersapu abu-abu, tunggir putih, ekor
bergaris-garis, tubuh bagian bawah kuning tua bercoretan merah karat. Bagian bawah sayap terbang bergaris-garis
kehitaman. Remaja: tubuh bagian atas coklat gelap dengan garis pita putih di atas penutup ekor atas, tubuh bagian
bawah coklat berangan bercoretan kuning tua merah karat.
Iris coklat pucat, paruh warna tanduk, kaki kuning.
Suara: Biasanya diam
Penyebaran global: Berbiak di Asia bagian timur laut. Bermigrasi ke Asia tenggara, Filipina, dan Kalimantan
bagian utara pada musim dingin.
Penyebaran lokal dan status: Di beberapa tempat biasa ditemukan sebagai pengunjung pada musim dingin,
misalnya di Kalimantan bagian utara, ke arah selatan Dataran Tinggi Kelabit, dan kadang-kadang mencapai bagian
lain Kalimantan.
Kebiasaan: Meluncur rendah di atas daerah terbuka, rawa, padang gelagah, dan sawah.

99. ELANG-ALAP NIPON Accipiter gularis Lembar Gambar 10,13


(I: Japanese Sparrowhawk; M: Lang Sewah)
Deskripsi: Berukuran kecil (27 cm), sangat mirip Elang-alap garis-dagu dan Elang-alap jambul, tetapi terlihat lebih
kecil dan gesit. Jantan dewasa: tubuh bagian atas abu-abu, ekor abu-abu dengan beberapa garis melintang gelap,
dada dan perut merah karat pucat dengan setrip hitam sangat tipis di tengah dagu, setrip kumis tidak jelas. Betina:
tubuh bagian atas coklat (bukan abu-abu), bagian bawah tanpa warna karat, bergaris-garis coklat melintang rapat.
Dada remaja: lebih banyak coretan daripada garis-garis melintang dan lebih merah karat.
Iris kuning sampai merah, paruh biru abu-abu dengan ujung hitam, sera dan kaki kuning-hijau.
Suara: Pekikan keras (kadang-kadang).
Penyebaran global: Berbiak di Palearktik Asia timur, pada musim dingin menyebar ke selatan sampai Sunda
Besar.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung pada musim dingin di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali. Setiap
bulan Oktober, dalam jumlah besar melewati Puncak (Bogor) dan Bali Barat. Cukup umum di daerah terbuka di
dataran rendah.
Kebiasaan: Berburu di sepanjang pinggir hutan, di atas hutan sekunder, dan daerah terbuka. Biasanya berburu dari
tenggeran di pohon, tetapi kadang-kadang terbang berputar-putar untuk mengamati tanah di bawahnya dengan cara
terbang "kepak-kepak-luncur" yang khas.

100. ELANG-ALAP GARIS-DAGU Accipiter virgatus Lembar Gambar 10,13


(I: Besra)
Deskripsi: Berukuran sedang (33 cm), berwarna gelap. Mirip Elang-alap jambul, tetapi lebih kecil dan tanpa jambul.
Jantan dewasa: tubuh bagian atas abu-abu gelap dengan ekor bergaris tebal, tubuh bagian bawah putih dengan garis
melintang coklat dan sisi tubuh merah karat, tenggorokan putih dengan setrip hitam di tengah, setrip kumis hitam.
Ras Kalimantan: dada merah karat dan paha lebih keunguan. Ras Sumatera: lebih merah karat dan garis-garis agak
samar. Betina dan remaja: sisi tubuh kurang merah dan garis-garis kurang jelas, tubuh bawah coklat kemerahan,
punggung coklat, ekor coklat dengan garis gelap. Dada remaja bercoretan.
Iris kuning, paruh hitam dengan sera abu-abu, kaki dan tungkai kuning.
Suara: Burung muda: "syiuw-syiuw-syiuw" berulang-ulang jika kelaparan. Pada masa berbiak: "kwii-kikiki".
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, Filipina, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Penetap di Sumatera, Kalimantan bagian utara, Jawa, dan Bali. Tersebar luas di
hutan perbukitan dan pegunungan, kebanyakan antara ketinggian 300-1.200 m (sampai ketinggian 3.000 m di G.
Kerinci), tetapi jenis yang jarang di tempat lain.
Kebiasaan: Duduk tenang di hutan menunggu mangsanya (reptilia dan burung).
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des
30 80-122.docvisikom
8/19/2010

101. ELANG-ALAP ERASIA Accipiter nisus Lembar Gambar 10, 13


(I: Eurasian Sparrowhawk)
Deskripsi: Berukuran sedang (jantan 32 cm, betina 38 cm), sayap pendek. Jantan: tubuh bagian atas abu-abu
kecoklatan, tubuh bagian bawah putih bergaris-garis halus merah karat, ekor bergaris gelap, pipi berwarna merah
karat khas. Betina: ukuran lebih besar, bagian bawah putih. Dada, perut, dan pahanya bergaris-garis sempit coklat-
abu-abu, alis putih mencolok, bercak pipi tidak terlalu merah. Remaja: tidak ada coretan, garis-garis melintang
coklat pada dada membedakannya dengan semua remaja Accipiter.
Iris kuning terang, paruh warna tanduk dengan ujung hitam, kaki kuning.
Suara: Pekikan lengking (kadang-kadang).
Penyebaran global: Berbiak di daerah Palearktik. Bermigrasi sampai di Afrika, India, Asia tenggara, tetapi jarang
sampai Kalimantan bagian utara.
Penyebaran lokal dan status: Pernah diamati di Kuching (Kalimantan bagian utara) pada tahun 1985.
Kebiasaan: Berburu dari tenggeran di pohon, atau sambil terbang dengan taktik "terbang menghadang", di
sepanjang pinggir hutan atau daerah berpohon yang terbuka.

102. ELANG-ALAP JAMBUL Accipiter trivirgatus Lembar Gambar 10, 13


(I: Crested Goshawk)
Deskripsi: Elang Accipiter berukuran besar (40 cm), tubuh tegap dengan jambul yang jelas. Jantan dewasa: tubuh
bagian atas coklat abu-abu dengan garis-garis pada sayap dan ekor, tubuh bagian bawah merah karat, dada
bercoretan hitam, ada garis-garis tebal hitam melintang pada perut dan paha yang putih. Lehernya putih dengan
setrip hitam menurun ke arah tenggorokan dan ada dua setrip kumis. Remaja dan betina: seperti jantan dewasa,
tetapi coretan dan garis-garis melintang pada tubuh bagian bawah berwarna coklat serta tubuh bagian atas coklat
lebih pucat.
Suara: Pekikan lengking “hi-hi-hi-hi-hi” dan lolongan panjang. Pada masa berbiak terdengar suara yang agak
lemah, tetapi mantap "wliík wliík wliík ciwliík cíwlik (cíwlik)".
Penyebaran global: Asia selatan, Asia tenggara, Filipina, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Tidak jarang di hutan dataran rendah Sumatera (termasuk Nias) dan Kalimantan
(termasuk Kep. Natuna), sampai ketinggian 1.000 m. Di Jawa dan Bali dulu tersebar luas di hutan dataran rendah
dan perbukitan, tetapi sekarang langka.
Kebiasaan: Berburu dari tenggeran yang rendah di hutan. Selalu tinggal di hutan lebat. Pada masa berbiak kadang-
kadang memperlihatkan cara terbang yang khas, yaitu getaran sayap (bulu putih pada sisi tubuhnya terlihat jelas),
berselang dengan luncuran pendek dalam lingkaran yang sempit.

103. ELANG-ALAP CINA Accipiter soloensis Lembar Gambar 10, 13


(I: Chinese Goshawk)
Deskripsi: Berukuran sedang (33 cm), tubuh bagian bawah berwarna sangat pucat. Dewasa: tubuh bagian atas abu-
abu-biru, dengan ujung putih yang jarang pada bulu punggung dan garis-garis melintang samar pada bulu ekor
terluar. Tubuh bagian bawahnya putih, terdapat sapuan merah karat yang samar pada dada dan sisi tubuh, dengan
sedikit garis abu-abu pada paha. Sayap bawahnya sangat khas, seluruhnya terlihat putih, kecuali ujung bulu primer
yang hitam. Remaja: tubuh bagian atas coklat, tubuh bagian bawah putih, terdapat garis-garis gelap pada ekor,
coretan pada tenggorokan, serta garis-garis coklat pada dada dan paha.
Iris merah atau coklat, paruh abu-abu dengan ujung hitam, sera dan kaki jingga.
Penyebaran global: Berbiak di Asia bagian timur laut dan Cina. Mengembara pada musim dingin ke selatan sampai
Asia tenggara, Filipina, Indonesia, dan P. Irian.
Penyebaran lokal dan status: Pada musim dingin tïdak jarang terdapat di seluruh Sunda Besar sampai ketinggian
900 m. Setiap bulan Oktober, bermigrasi dalam jumlah besar melewati Puncak (Bogor) dan Bali Barat.
Kebiasaan: Memangsa kodok, belalang, kadal, dan burung kecil di daerah terbuka. Biasanya berburu dari
tenggeran, tetapi kadang-kadang terbang melingkar di atas, dan menerkam mangsanya dari tanah.

104. ELANG-ALAP SHIKRA Accipiter badius Lembar Gambar 10, 13


(I: Shikra)
Deskripsi: Elang Accipiter berukuran sedang (32 cm), berwarna pucat. Jantan: bagian atas abu-abu pucat dengan
bulu primer hitam kontras, tenggorokan putih dengan setrip abu-abu samar di tengah tenggorokan, dada dan perut
bergaris-garis merah karat dan putih sempit melintang. Betina: seperti jantan, tetapi punggung coklat dan
tenggorokan abu-abu. Remaja: coklat abu-abu bersisik merah karat, bagian bawah bergaris-garis coklat, ada setrip
hitam di tengah tenggorokan. Umumnya sukar sekali untuk dibedakan dengan remaja Accipiter lain di lapangan.
Iris kuning sampai coklat, paruh coklat, kaki kuning.
Suara: Biasanya diam, siulan “kyiuw” di daerah berbiak.
Penyebaran global: India, Cina selatan, dan Asia tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang tidak umum di dataran rendah Sumatera, hanya
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des
31 80-122.docvisikom
8/19/2010

sedikit catatannya, tetapi kemungkinan jarang dikenali.


Kebiasaan: Berburu dari tenggeran pohon di pinggir hutan, daerah hutan terbuka, dan daerah pertanian. Mengejar
burung, kadang-kadang terbang melingkar tinggi di angkasa.

105. ELANG SAYAP-COKLAT Butastur liventer Lembar Gambar 11


(I: Rufous-winged Buzzard)
Deskripsi: Berukuran sedang (40 cm). Sayap dan ekor coklat berangan, tubuh bagian bawah berwarna pucat.
Kepala dan tengkuk abu-abu kecoklatan; tubuh bagian atas coklat, berbercak, dan bercoret hitam. Dagu,
tenggorokan, dan dada abu-abu; perut dan tungging putih. Sayap panjang dan agak runcing. Ekor panjang, ramping,
dan berpotongan lurus.
Iris kuning, paruh kuning dengan ujung hitam, sera dan kaki kuning.
Suara: Diam, kecuali pada masa berbiak biasanya bersuara berulang-ulang "piit-piu", lengking mengeong yang
panjang, dengan nada pertama lebih tinggi.
Penyebaran global: Cina, Asia tenggara, Sulawesi, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Penetap yang jarang di Jawa, terdapat di hutan dataran rendah, kebanyakan di bawah
ketinggian 800 m.
Kebiasaan: Menghuni hutan kering yang terbuka di pinggir sungai atau rawa. Biasanya berburu dari tenggeran
cabang pohon dekat perairan terbuka atau lahan pertanian yang terbuka.

106. ELANG KELABU Butastur indicus Lembar Gambar 11


(I: Grey-faced Buzzard)
Deskripsi: Berukuran sedang (45 cm), berwarna kecoklatan dengan dagu putih yang nyata, garis hitam di tengah
kerongkongan, dan kumis hitam. Bagian sisi kepala kehitaman, bagian atas coklat, bercoret dan bergaris-garis
kehitaman. Bagian dada coklat bercoret hitam, bagian lain dari tubuh bagian bawah bergaris-garis coklat kemerahan.
Terdapat garis lebar tebal pada ekor.
Iris kuning, paruh abu-abu, sera dan kaki kuning.
Suara: Getaran “cit-kwii” dengan nada kedua meninggi.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut. Pada musim dingin ke selatan sampai Asia tenggara, Filipina, dan
Indonesia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin atau pengembara sampai Sunda Besar. Tidak jarang di
Kalimantan bagian utara dan Sumatera, tetapi jarang lebih selatan sampai Jawa. Tidak ada catatan di Bali.
Kebiasaan: Mendiami daerah berhutan sampai ketinggian 1.500 m. Terbang agak pelan dan susah payah. Suka
berburu dari tempat bertengger di pohon.

107. ELANG-KELABU BUTEO Buteo buteo Lembar Gambar 11


(I: Common Buzzard)
Deskripsi: Berukuran besar (55 cm), berwarna coklat kemerahan. Tubuh bagian atas coklat kemerahan gelap. Sisi
muka kuning tua, bercoret kemerahan dengan garis kumis coklat berangan yang terlihat jelas. Tubuh bagian bawah
keputih-putihan dengan coretan-coretan tebal kemerahan dan sapuan kemerahan pada bagian sisi dan paha. Ketika
terbang, sayap yang bulat-lebar dan bercak putih pada bagian pangkal bulu-bulu primer terlihat jelas. Biasanya
terdapat garis-garis melintang lebar sebelum ujung ekor. Terbang membubung tinggi dengan sayap membentuk
huruf V.
Iris kuning sampai coklat, paruh abu-abu dengan ujung hitam, sera dan kaki kuning.
Suara: Rintihan "piiyu" mengeong keras.
Penyebaran global: Berbiak di Paleartik, pada musim dingin menyebar ke selatan sampai Afrika, India, dan Asia
tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Hanya sedikit catatan di Jawa dan Bali. Tidak tercatat secara pasti di Sumatera,
tetapi diperkirakan sebagai pengembara atau pengunjung musim dingin.
Kebiasaan: Menyukai daerah pedesaan yang terbuka, terbang tinggi berputar-putar mengikuti udara panas, atau
beristirahat pada cabang-cabang pohon yang mencolok. Salah satu elang yang secara teratur melayang-layang diam
sambil mengepak-ngepakkan sayapnya.

108. ELANG HITAM Ictinaetus malayensis Lembar Gambar 11


(I: Black Eagle; M: Lang Hitam)
Deskripsi: Berukuran besar (70 cm), berwarna hitam. Sayap dan ekor panjang, tampak sangat besar pada waktu
terbang. Terdapat bercak berwarna pucat pada bagian pangkal bulu primer dan garis-garis samar pada ekor. Tetapi
pada waktu terbang atau beristirahat, penampakan umum tubuh seluruhnya hitam. Remaja: berwarna pucat, dengan
coretan kuning tua pucat pada bulu dan paha.
Iris coklat, paruh hitam dengan ujung abu-abu, sera dan kaki kuning.
Suara: Ratapan berulang-ulang “klii-ki” atau “hi-liliuw”, biasanya dikeluarkan dalam seri nada yang melemah.
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des
32 80-122.docvisikom
8/19/2010

Penyebaran global: India, Cina tenggara, Asia tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Terpencar, tetapi tersebar luas di seluruh Sunda Besar, di dataran rendah dan hutan
perbukitan sampai ketinggian 1.400 m (di Jawa sampai ketinggian 3.000 m).
Kebiasaan: Mendiami kawasan hutan, biasanya terlihat berputar-putar rendah di atas tajuk pohon. Meluncur dengan
indah dan mudah di sisi-sisi bukit berhutan, sering berpasangan. Suka merampok sarang burung lain.

109. ELANG SETIWEL Hieraaetus pennatus Lembar Gambar 11


(I: Booted Eagle)
Deskripsi: Rajawali berukuran tubuh agak kecil (50 cm), dengan dada coklat kemerahan (fase gelap) atau putih
agak kuning tua (fase terang). Tidak berjambul, kaki berbulu. Adanya dua fase tersebut terlihat pada tubuh bagian
bawah yaitu dagu, pipi, dan bulu penutup bawah ekor kuning tua sampai coklat. Tubuh bagian atas coklat berbintik-
bintik hitam dan kuning tua, sayap dan ekor coklat lebih gelap. Pada waktu terbang, bulu-bulu primer yang berwarna
gelap terlihat sangat kontras dengan bagian bawah bulu penutup sayap yang kuning tua (fase terang) atau coklat
kemerahan (fase gelap). Bulu penutup ekor berwarna pucat.
Iris coklat, paruh kehitaman, sera dan kaki kuning.
Suara: Lemah, tinggi “kiii”.
Penyebaran global: Berbiak di Afrika, Erasia barat daya, India barat laut, dan Cina utara. Pada musim dingin
bermigrasi ke selatan sampai ke Afrika, India, dan Semenanjung Malaysia.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat sebagai pengembara di Bali.
Kebiasaan: Seperti Elang perut-karat.

110. ELANG PERUT-KARAT Hieraaetus kienerii Lembar Gambar 11


(I: Rufous-bellied Eagle)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (50 cm), berwarna coklat kemerahan, hitam, dan putih, dengan jambul pendek.
Dewasa: mahkota, pipi dan tubuh bagian bawah kehitaman; ekor coklat dengan garis hitam tebal dan ujung putih.
Dagu, tenggorokan, dan dadanya putih, bercoret-coret hitam; sisi tubuh, perut, paha, dan bagian bawah ekor coklat
kemerahan dengan coretan hitam pada perut. Pada waktu terbang terlihat bercak bulat yang pucat pada pangkal bulu
primer. Remaja: tubuh bagian atas coklat kehitaman dengan bercak kehitaman pada mata, alis keputih-putihan, dan
tubuh bagian bawah keputih-putihan.
Iris merah, paruh kehitaman, sera dan kaki kuning.
Suara: Pekikan tinggi “cirrep”, didahului dengan nada-nada awal yang tinggi. Juga teriakan tinggi “kliu” (M&V).
Penyebaran global: India selatan, Himalaya, Asia tenggara, Filipina, Sulawesi, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni yang tidak umum pada kawasan hutan (sampai ketinggian 1.500 m) di
Sunda Besar.
Kebiasaan: Mendiami kawasan hutan dan pinggir hutan, terlihat berputar-putar atau meluncur rendah di atas pohon.

111. ELANG BRONTOK Spizaetus cirrhatus Lembar Gambar 11


(I: Changeable Hawk-eagle; M: Lang Hindek)
Deskripsi: Berukuran besar (70 cm), bertubuh ramping. Sayap sangat lebar, ekor panjang berbentuk bulat, jambul
sangat pendek. Terdapat fase gelap, pucat, dan peralihan. Fase gelap: seluruh tubuh coklat gelap dengan garis hitam
pada ujung ekor, terlihat kontras dengan bagian ekor lain yang coklat dan lebih terang. Burung muda juga berwarna
gelap. Fase terang: tubuh bagian atas coklat abu-abu gelap, tubuh bagian bawah putih bercoret-coret coklat
kehitaman memanjang, setrip mata dan kumis kehitaman. Burung muda: tubuh bagian atas coklat keabuan, kepala
dan tubuh bagian bawah keputih-putihan. Bentuk peralihan di antara kedua fase tadi terutama terlihat pada pola
warna coretan dan garis (tetapi lebih mirip bentuk terang): garis-garis hitam pada ekor dan sayap tidak teratur serta
garis-garis coklat kemerahan melintang pada perut bagian bawah, paha, dan ekor bagian bawah.
Iris kuning sampai coklat, paruh kehitaman, sera kuning kehitaman, kaki kuning kehijauan
Suara: Pekikan panjang “kwip-kwip-kwip-kwip-kwiiah” meninggi atau “klii-liiuw” tajam.
Penyebaran global: India, Asia tenggara, Filipina, Sunda Besar dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Terdapat di seluruh dataran Sunda Besar, tidak umum ditemukan di bawah
ketinggian 2.000 m.
Kebiasaan: Mengunjungi hutan dan daerah berhutan yang terbuka, menyergap ayam kampung. Berburu dari udara
atau dari tempat bertengger di pohon kering. Umumnya berburu di hutan yang baru ditebang.
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des
33 80-122.docvisikom
8/19/2010

112. ELANG JAWA Spizaetus bartelsi Lembar Gambar 11


(I: Javan Hawk-eagle)
Deskripsi: Berukuran besar (60 cm), dengan jambul menonjol. Dewasa: jambul, mahkota dan garis kumis hitam;
bagian sisi kepala dan tengkuk coklat berangan. Punggung dan sayapnya coklat gelap, ekor coklat bergaris-garis
hitam, tenggorokan putih dengan setrip hitam di tengahnya. Bagian bawah yang lain keputih-putihan, bercoretan
coklat gelap pada dada dan bergaris tebal coklat gelap pada perut. Burung muda: kepala dan bagian bawah kuning
tua kemerahan. Terdapat burung dengan bulu peralihan antara muda dan dewasa.
Iris biru-abu-abu (muda) dan kuning mas (dewasa), paruh kehitaman, sera gelap, kaki kuning, tungkai berbulu dan
bergaris-garis melintang.
Suara: Nyaring, pekikan khas: "hi-hiíiw", lebih tinggi dan parau daripada Elang brontok, atau "hihi-hiíiw" sering
dalam seri yang pendek.
Penyebaran global: Endemik di Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Genting (Collar dkk. 1994). Penghuni yang tidak umum di sebagian besar
pegunungan di Jawa sampai ketinggian 3.000 m, tetapi di Jawa timur (Meru Betiri) dijumpai di dekat laut.
Kebiasaan: Menghuni hutan dan daerah berhutan terbuka, di perbukitan dan pegunungan.

113. ELANG GUNUNG Spizaetus alboniger Lembar Gambar 11


(I: Blyth’s Hawk-eagle)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (52 cm), berwarna hitam dan putih. Jambul panjang, ekor bergaris lebar. Dada
bercoret-coret memanjang, perut bergaris melintang rapat, nyaris hitam pada beberapa individu. Tenggorokan putih
dengan setrip hitam di tengahnya. Bagian bawah bergaris tebal, terdapat satu garis putih lebar pada ekor yang hitam.
Remaja: bagian atas coklat dan bersisik kuning tua, kepala berwarna pucat, bagian bawah kuning tua bergaris coklat,
ekor bergaris-garis. Burung yang hampir dewasa: seperti dewasa, tetapi warna coklat diganti dengan hitam.
Iris kuning, paruh abu-abu, kaki kuning.
Suara: Siulan nyaring, sangat mirip Elang Jawa.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Kemungkinan tersebar luas di Sumatera dan Kalimantan. Spesimen diketahui
dengan pasti dari daratan Sumatera, Simeulue, Nias, Mentawai, dan Belitung; semua spesimen dari Kalimantan
berasal dari Sabah dan Sarawak, tetapi juga ada catatan terpercaya tentang keberadaan burung ini di bagian lain
Kalimantan. Tidak umum terdapat di hutan primer, hutan tebangan, pinggir hutan, bukit-bukit, dan pegunungan
antara ketinggian 300-1.200 m.
Kebiasaan: Beristirahat di pohon yang tinggi, kadang-kadang dikejar srigunting dan burung kecil lain. Terbang
melingkar di atas hutan saat berburu.
Catatan: Beberapa pakar memasukkannya ke dalam elang S. nipalensis.

114. ELANG WALLACE Spizaetus nanus Lembar Gambar 11


(I: Wallace’s Hawk-eagle)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (45 cm), berwarna coklat dan putih, berjambul, dan ada tiga garis hitam pada ekor.
Kepala dan bagian bawah kuning tua kemerahjambuan, ada coretan memanjang pada dada dan garis sempit hitam
pada perut. Remaja: mirip remaja Elang gunung, tetapi ukuran lebih kecil.
Iris kuning, paruh abu-abu, kaki kuning.
Suara: Lengkingan tinggi "yik-yiii" yang naik pada nada kedua (P.R), "hiík tunggal", atau seri "hiík, hiík, ..", satu
nada per detik.
Penyebaran global: Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Genting (Collar dkk. 1994). Tidak biasa ditemukan di hutan dataran rendah di
Sumatera, tetapi tersebar luas (termasuk di Nias dan Bangka) dan Kalimantan, bisa mencapai ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: Mirip elang Spizaetus lain.

ALAP-ALAP - SUKU FALCONIDAE

Berukuran sedang, tersebar luas di dunia. Burung pemangsa yang terbang cepat. Sayap panjang- runcing dan
berbentuk sabit, ekor panjang-sempit. Dijuluki “pesawat pemburu”, karena menyerang mangsa dengan kecepatan
yang luar biasa dibandingkan dengan burung pemangsa lainnya. Paruh kuat karena kait pada ujungnya dan
tambahan dua “gigi kait” yang kecil pada lateral paruh bagian atas.
Di Sunda Besar ada delapan jenis, lima di antaranya adalah penghuni tetap.
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des
34 80-122.docvisikom
8/19/2010

115. ALAP-ALAP CAPUNG Microhierax fringillarius Lembar Gambar 12


(I: Black-thighed Falconet; M: Falco Rajawali)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna hitam dan putih. Tubuh bagian atas hitam, dengan bintik-bintik putih
pada bulu sekunder paling dalam dan pada ekor. Dada putih, perut merah karat, paha hitam. Bagian sisi muka dan
penutup telinga hitam, dikelilingi garis atau bercak putih. Muka remaja tersapu warna kemerahan.
Iris coklat gelap, paruh keabuan, kaki abu-abu.
Suara: Keras, teriakan tinggi "syiiw" dan cepat berulang-ulang "kli-kli-kli-kli".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan (kecuali di bagian utara) umumnya dijumpai di hutan
dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m. Sekarang jarang ditemukan di Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Duduk bertengger di daerah terbuka di tepi hutan atau desa terbuka, termasuk di daerah persawahan.
Menangkap capung dan serangga lainnya secara ganas dan mendadak, kadang-kadang berani menyerang burung-
burung kecil dan mangsa lainnya. Bersarang pada lubang-lubang pohon.
Catatan: Beberapa pakar menganggap alap-alap ini sejenis dengan Alap-alap kalung M. caerulescens.

116. ALAP-ALAP DAHI-PUTIH Microhierax latifrons Lembar Gambar 12


(I: White-fronted Falconet)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (15 cm), berwarna hitam dan putih. Mirip Alap-alap capung, tetapi muka lebih
putih dan warna putih pada dahi melebar ke belakang sampai mata. Pada sayap dan ekor tidak terdapat bintik putih.
Betina: dahi berwarna coklat buah berangan. Remaja: pipi dan mahkota merah kecoklatan.
Iris coklat, paruh keabuan, kaki abu-abu.
Suara: Seperti Alap-alap capung.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di Kalimantan bagian utara, di sebelah selatan S. Lawas di barat dan Teluk
Darvel di timur. Biasanya terlihat di pinggir hutan dan lahan pertanian, sampai ketinggian 1.200 m.
Kebiasaan: Biasa bertengger pada cabang pohon mati yang tinggi dan mudah terlihat, lalu melakukan pemburuan
serangga atau burung. Terbang dengan kepakan sayap yang cepat. Bersarang dalam lubang pohon.

117. ALAP-ALAP ERASIA Falco tinnunculus Lembar Gambar 12,13


(I: Common Kestrel)
Deskripsi: Berukuran kecil (33 cm), berwarna coklat. Jantan: mahkota dan tengkuk abu-abu, ekor abu-abu kebiruan
tanpa garis. Tubuh bagian atasnya merah karat dan sedikit bergaris hitam, tubuh bagian bawah kuning kebo
bercoretkan hitam. Betina: ukuran lebih besar, tubuh bagian atas seluruhnya coklat, kurang merah dengan garis-garis
yang lebih tebal. Remaja: seperti betina tetapi coretan lebih rapat. Perbedaannya dengan Alap-alap sapi adalah topi
abu-abu pada jantan dan ekor coklat pada betina. Dibandingkan dengan Alap-alap layang, warnanya lebih gelap dan
tanda hitamnya lebih tebal.
Iris coklat, paruh abu-abu dengan ujung hitam, kaki kuning.
Suara: Teriakan menusuk "yak yak yak yak yak".
Penyebaran global: Afrika, Erasia, India, dan Cina. Pada musim dingin menyebar ke selatan sampai ke Filipina dan
Asia tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Pengembara yang jarang sampai ke Sumatera (tercatat satu kali di P. Nias) dan
secara teratur mengunjungi Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Penerbang yang sangat anggun, terbang melingkar perlahan, atau melayang-layang diam sambil
mengepakkan sayap ketika berburu. Menukik ketika memangsa, sering mengambil mangsa dari atas tanah.
Bertengger pada tiang atau di atas pohon mati. Lebih menyukai daerah terbuka.

118. ALAP-ALAP SAPI Falco moluccensis Lembar Gambar 12


(I: Spotted Kestrel)
Deskripsi: Berukuran kecil (30 cm), duduk tegak, berwarna coklat gelap. Jantan: mahkota dan tubuh bagian atas
coklat kekuningan, bergaris dan berbintik hitam tebal, tubuh bagian bawah kuning suram, bercoret hitam tebal.
Ekornya abu kebiruan dengan ujung putih dan garis lebar hitam pada bagian subterminal. Betina: ukuran lebih besar,
dengan garis tebal pada ekor. Remaja: mirip dewasa, tetapi berwarna lebih pucat dan ekor coklat dengan garis-garis
gelap.
Iris coklat, paruh abu-abu kebiruan dengan ujung hitam dan sera kuning, tungkai dan kaki kuning.
Suara: Burung muda berteriak berulang-ulang:"kiri kiri kiri" ketika bertemu induknya, atau "kekekeke"' yang
kencang ketika panas hati. Suara tersebut juga dikeluarkan burung dewasa untuk menunjukkan wilayah teritorialnya.
Penyebaran global: Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Satu kali tercatat di Kalimantan selatan. Penghuni tetap di habitat terbuka pada
semua ketinggian di Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Seperti Alap-alap Erasia F. tinnunculus.
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des
35 80-122.docvisikom
8/19/2010

119. ALAP-ALAP LAYANG Falco cenchroides Lembar Gambar 12,13


(I: Australian Kestrel)
Deskripsi: Berukuran kecil (30 cm), duduk tegak, berwarna coklat, berekor panjang. Mirip Alap-alap Erasia, tetapi
berwarna lebih pucat dan tanda hitam kurang tebal. Jantan: dahi abu-abu dan tengkuk coklat. Remaja: mirip betina,
tetapi lebih suram, bagian bawah merah karat lebih keabuan, dan bagian atas bergaris-garis hitam lebih tebal.
Iris coklat, paruh abu-abu dengan ujung hitam dan sera kuning, tungkai dan kaki kuning.
Suara: Mirip Alap-alap Erasia.
Penyebaran global: Penetap di Australia dan P. Irian bagian selatan, bermigrasi ke utara pada musim panas sampai
ke Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Kadang-kadang ditemukan tersesat sampai Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Mirip Alap-alap Erasia.

120. ALAP-ALAP WALET Falco subbuteo Lembar Gambar 12,13


(I: Eurasian Hobby)
Deskripsi: Berukuran kecil (30 cm), berwarna hitam dan putih. Sayap panjang, paha dan tungging merah karat.
Tubuh bagian atas abu-abu gelap, dada putih susu bercoret hitam. Betina: ukuran lebih besar, lebih coklat, lebih
bercoret pada paha dan bulu penutup ekor bagian bawah. Segera dapat dibedakan dengan Alap-alap macan dari dada
yang keputih-putihan.
Iris coklat, paruh abu-abu dengan sera kuning, kaki kuning.
Suara: Pekikan berulang-ulang "kik".
Penyebaran global: Afrika, Erasia, India, Cina, dan Burma. Bermigrasi ke selatan pada musim dingin.
Penyebaran lokal dan status: Pengembara yang jarang tercatat di Jawa.
Kebiasaan: Menangkap serangga dan burung sambil terbang cepat di atas daerah terbuka dan berhutan.

121. ALAP-ALAP MACAN Falco severus Lembar Gambar 12


(I: Oriental Hobby)
Deskripsi: Berukuran kecil (25 cm), berwarna merah karat dan hitam, bersayap panjang. Kepala dan tubuh bagian
atas abu-abu gelap dengan corak kebiru-biruan, tubuh bagian bawah coklat berangan, dagu kuning kebo. Remaja:
dada merah karat bercoret hitam.
Iris coklat, paruh abu-abu dengan sera kuning, tungkai dan kaki kuning.
Suara: Teriakan "kekekeke" mirip Alap-alap sapi.
Penyebaran global: Tersebar luas di Asia tropis sampai Indonesia, P. Irian, dan Kep. Solomon.
Penyebaran lokal dan status: Keberadaan di Sumatera belum pasti, kemungkinan penghuni tetap, tetapi hanya
berdasarkan beberapa catatan. Di Kalimantan tersebar tidak teratur. Di Jawa dan Bali, penghuni tetap yang agak
jarang di hutan dataran rendah.
Kebiasaan: Terbang sangat cepat di atas hutan, memburu serangga. Lebih menyerupai walet besar. Lebih sering
beristirahat di pohon dibandingkan dengan pada batu cadas.

122. ALAP-ALAP KAWAH Falco peregrinus Lembar Gambar 12


(I: Peregrine Falcon)
Deskripsi: Berukuran besar (45 cm), bertubuh kekar, berwarna gelap. Dewasa: mahkota dan pipi kehitaman atau
dengan garis hitam; tubuh bagian atas abu-abu gelap, berbintik, dan bergaris hitam. Tubuh bagian bawahnya putih,
dengan coretan hitam pada dada serta garis-garis halus hitam menyilang pada perut, paha, dan ekor bagian bawah.
Betina: ukuran lebih besar, remaja: lebih coklat dan ada coretan pada perut. Perbedaan ras didasarkan pada
kegelapan warna. Perbedaan dengan Elang kelalawar ketika terbang adalah warna tubuh bagian bawah lebih pucat
dan sayap kurang runcing.
Iris hitam, paruh abu-abu dengan sera kuning, tungkai dan kaki kuning.
Suara: Pekikan "kek-kek-kek-kek" pada masa berbiak .
Penyebaran global: Tersebar luas di dunia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung pada musim dingin dari Asia utara ke daerah pesisir dan dataran rendah
di seluruh Sunda Besar. Ras penetap ernesti berwarna lebih gelap dan jarang terdapat di pegunungan di Sumatera
utara dan Sumatera barat, Kalimantan bagian utara, Jawa, dan Bali.
Kebiasaan: Hidup berpasangan. Terbang sangat cepat sambil menukik dari tempat yang sangat tinggi, berputar-
putar secara dahsyat di atas mangsanya. Burung tercepat di dunia. Kadang-kadang berakrobat. Bersarang di tebing-
batu cadas.
36
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 123-148.docvisikom
8/19/2010

BURUNG GOSONG DAN MALEO - SUKU MEGAPODIIDAE

Keluarga burung dari Australasia yang hidup di permukaan tanah. Menggunakan kakinya yang kuat dan besar
untuk mengais, mengupas, serta menggali lubang dan tanggul untuk meletakkan telur. Telur tidak dierami
induknya, tetapi diinkubasi secara pasif, dengan kehangatan alami dari panas matahari dan panas bumi atau dari
pembusukan daun mati. Ketika menetas, burung muda sudah berbulu dan segera dapat terbang. Dewasa
mengeluarkan suara menggeram sedih dan bertengger di pohon.
Ada dua jenis burung gosong di Sunda Besar.

123. GOSONG KAKI-MERAH Megapodius reinwardt Lembar Gambar 14


(I: Orange-footed Scrubfowl)
Deskripsi: Berukuran sedang (35 cm), hidup di atas tanah, berwarna coklat keabuan dengan muka kemerahan dan
jambul pendek. Tubuh bagian atas coklat berangan, tubuh bagian bawah keabuan dengan leher dan dada berwarna
gelap. Burung muda belang-belang, bergaris coklat gelap.
Iris coklat, paruh kuning dengan bagian gelap, kaki jingga.
Suara: Ratapan aneh pada malam hari dan kadang-kadang cegukan rendah.
Penyebaran global: Jawa, Flores, L. Banda, Nusa Tenggara, P. Irian, dan Australia utara.
Penyebaran lokal dan status: Di Sunda Besar hanya ditemukan di P. Kangean (Jawa timur), tetapi sekarang agak
jarang.
Kebiasaan: Hidup sendirian atau berpasangan, berjalan cepat di lantai hutan, semak-semak, dan hutan mangrove.
Mengais untuk mendapatkan serangga di permukaan tanah. Bila terganggu, akan lari atau terbang rendah di atas
tanah. Bertengger di pohon-pohon rendah pada malam hari. Telur diinkubasi pada tanggul-tanggul kokoh yang
terbuat dari vegetasi kering yang membusuk. Sarang dibuat untuk bertahun-tahun. Kadang-kadang beberapa
pasangan menggunakan tanggul yang sama, saling membantu untuk mengais dan mengumpulkan daun baru,
ranting, dan kayu kering dengan kakinya. Betina membuat terowongan ke dalam puncak tanggul dan meletakkan
telurnya yang besar dan berwarna agak merah muda (telur berubah menjadi merah muda pucat sesuai umurnya).
Babi, biawak dan manusia sering merampok sarang burung ini untuk mengambil telurnya. Sesudah 70 hari, burung
muda yang lengkap bulunya akan menetas dan langsung dapat terbang.

124. GOSONG FILIPINA Megapodius cumingii Lembar Gambar 14


(I: Tabon Scrubfowl)
Deskripsi: Berukuran sedang (35 cm), berwarna coklat dan abu-abu dengan muka merah tua. Tubuh bagian atas
coklat, tubuh bagian bawah abu-abu. Hampir tidak berjambul, ekor pendek. Kedua jenis kelamin mirip. Remaja:
coklat, bergaris melintang, dan berbintik hitam.
Iris coklat, paruh kekuningan, kaki kehitaman dengan bagian belakang kemerahan.
Suara: Ratapan berulang-ulang "miaouw' seperti kucing ketakutan, pada malam hari.
Penyebaran global: Filipina, Sulawesi, dan Kalimantan bagian utara.
Penyebaran lokal dan status: Dulu banyak terdapat di pulau-pulau kecil di sekitar Kalimantan (seperti Labuan,
Tiga, Mengalum, Mantanani, Balambangan, Banggi, Malawali, dan Maratuas), dan di beberapa tempat di pantai
Sabah. Sekarang mulai jarang ditemukan karena pengambilan telurnya dilakukan secara berlebihan.
Kebiasaan: Seperti Gosong kaki-merah.
Catatan: Kadang-kadang dimasukkan ke dalam super-jenis Gosong kelam M. freycinet.

PUYUH, SEMPIDAN, KUAU DAN MERAK - SUKU PHASIANIDAE

Suku burung yang tersebar luas di seluruh dunia, hidup di permukaan tanah. Sayap pendek membulat, ekor
umumnya panjang. Jantan biasanya sangat indah, sedangkan betina berwarna suram (untuk menyamar). Bersarang
di tanah, tetapi tidur di pohon. Beberapa jenis mempunyai suara nyaring bersih. Banyak jenis yang menggunakan
sayap untuk membuat bunyi mendengung atau menunjukkan gerakan bergoyang. Kebanyakan jantannya
mempunyai taji pada kaki. Terbang seperti ragu-ragu dan biasanya hanya untuk jarak pendek, tetapi dapat berlari
dengan baik.
Di Sunda Besar ada 22 jenis, tetapi tidak satu pun bersifat migran.

125. PUYUH SIUL-SELANTING Rhizothera longirostris Lembar Gambar 14


(I: Long-billed partridge; M: Siul Selanting)
Deskripsi: Berukuran besar (30 cm), berwarna coklat dengan paruh hitam panjang melengkung. Jantan dewasa:
kepala coklat berangan khas, dada abu-abu, punggung coklat, taji ganda. Betina: berwarna lebih pucat, lebih merah
karat, tidak ada warna abu-abu pada dada, taji tunggal. Ras pegunungan di G. Dulit lebih abu-abu dibandingkan
dengan ras dataran rendah.
37
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 123-148.docvisikom
8/19/2010

Iris coklat muda, paruh abu-abu, kaki kuning.


Suara: Siulan mendenging "kang-king" diikuti nada tunggal pasangannya dalam duet seperti bel.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Beberapa catatan dari Sumatera, tetapi hanya sedikit informasi tentang habitatnya.
Kemungkinan hidup di hutan dataran rendah dan perbukitan sampai ketinggian 1.000 m. Di Kalimantan,
penyebarannya terpecah-pecah, yaitu jarang di Peg. Dulit dan Batu Song (pada ketinggian 1.000 m) serta di dataran
rendah Sarawak barat daya dan hulu S. Barito.
Kebiasan: Tinggal di lantai hutan primer dan hutan di bukit kapur. Hinggap di pohon jika terusir.

126. PUYUH HITAM Melanoperdix nigra Lembar Gambar 14


(I: Black Partridge)
Deskripsi: Berukuran sedang (25 cm), bulu gelap, dan paruh tebal. Jantan dan betina berbeda. Jantan: hampir
seluruhnya hitam, betina: coklat, dengan dada pucat serta sisik hitam tebal pada penutup sayap dan tenggorokan.
Iris coklat tua, paruh hitam (jantan) atau coklat (betina), kaki biru pupus.
Suara: Siulan ganda, seperti Puyuh sengayan.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Beberapa catatan dari hutan dataran rendah di Sumatera. Tidak jarang terlihat di
dataran rendah Kalimantan selatan dan Kalimantan barat, ke utara sampai Mulu. Tidak tercatat di Kalimantan timur.
Kebiasaan: Pendiam. Hidup di lantai hutan primer dan hutan rawa air tawar.

127. PUYUH BATU Coturnix chinensis Lembar Gambar 15


(I: Blue-breasted Quail)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (15 cm), bertubuh montok. Jantan: berwarna gelap dengan tanda putih pada
bercak tenggorokan yang hitam. Bagian sisi kepala, dada, dan bagian sisi tubuh biru tua; perut dan bagian bawah
ekor coklat berangan. Betina berwarna lebih pucat. Bagian atas bercoret coklat, bagian bawah kuning kebo dengan
garis-garis pada dada, bagian sisi tubuh dan alis kuning kebo.
Iris coklat, paruh hitam, kaki kuning.
Suara: Biasanya diam, kecuali siulan manis yang sedih: "ti-ti-yiw" dan "tir-tir-tir-tir" lembut.
Penyebaran global: India, Cina, Asia tenggara, Filipina, dan Indonesia, sampai P. Irian, dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Di Sunda Besar, tidak jarang dijumpai di dataran rendah yang cocok sampai
ketinggian 1.300 m.
Kebiasaan: Mengunjungi daerah padang rumput kering yang terbuka, daerah sawah yang sudah dituai, daerah
alang-alang, dan daerah pertanian yang kosong. Sebagian bersifat nokturnal, dan biasa terlihat pada siang hari ketika
terusir dari tempatnya bersembunyi.

128. PUYUH-GONGGONG BIASA Arborophila orientalis Lembar Gambar 14


(I: Grey-breasted Partridge)
Deskripsi: Berukuran sedang (25 cm), mempunyai tanda yang jelas. Mahkota, tengkuk, dan garis mata sampai sisi
bawah leher berwarna coklat gelap; alis mata, dagu, dan penutup telinga putih. Punggung coklat bergaris-garis
hitam, sayap coklat dengan bintik-bintik hitam dan garis jingga. Dada coklat keabuan, pantat dan perut keputih-
putihan. Bagian sisi tubuh belang hitam-putih dengan suatu pola yang sangat jelas. Ras di Jawa: warna kepala lebih
putih, ras Sumatera: garis hitam dan putih pada bagian sisi tubuh lebih lebar.
Iris kuning, paruh coklat kemerahan, kaki kuning.
Suara: Siulan mencicit ganda "wut-wut, wut-wut" dengan volume meninggi. Suara jantan yang lengkap didahului
dengan siulan tunggal yang berselang.
Penyebaran global: Cina barat daya, Asia tenggara, Sumatera, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Jenis yang umum antara ketinggian 500-2.000 m di sepanjang hutan Bukit Barisan di
Sumatera. Di Jawa terbatas di Jawa timur, penghuni tetap yang tidak umum di daerah pegunungan, tercatat di
dataran tinggi Yang dan Ijen.
Kebiasaan: Mirip Puyuh-gonggong Jawa.
Catatan: Ke dalam jenis ini termasuk A. o. cambelli dan dapat disatukan dengan A. javanica. Semuanya dapat
disatukan dalam A. brunneopectus dari Asia tenggara, tetapi nama javanica lebih diutamakan.

129. PUYUH-GONGGONG JAWA Arborophila javanica Lembar Gambar 14


(I: Chestnut-bellied Partridge)
Deskripsi: Berukuran sedang (25 cm), ditandai warna suram. Tiga ras dibedakan menurut perbedaan pola kepala.
Semuanya mempunyai warna jingga kemerahan dan tanda hitam pada kepala serta warna kehitaman pada kalung
leher. Dada, punggung, dan ekor keabuan bergaris-garis hitam. Sayap kecoklatan dengan garis-garis hitam dan
bintik-bintik. Tubuh bagian bawah coklat kemerahan.
Iris abu-abu, paruh hitam, kaki merah.
38
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 123-148.docvisikom
8/19/2010

Suara: Seperti mandar, seekor burung atau lebih mengeluarkan serentetan teriakan ganda lembut monoton yang
makin keras dan cepat, mirip Puyuh-gonggong biasa.
Penyebaran global: Endemik di Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di Jawa barat dan Jawa tengah (dipastikan sampai G. Lawu), dikenal tiga
ras lokal. Tidak jarang ditemukan di hutan pegunungan antara ketinggian 1.000-3.000 m.
Kebiasaan: Menghuni hutan pegunungan dan tempat terbuka. Umumnya hidup berpasangan atau dalam kelompok
kecil. Sering dijumpai melintasi jalur hutan bila mencari makan di atas daun-daun mati di tanah.
Catatan: Mungkin sejenis A. brunneopectus.

130. PUYUH-GONGGONG SUMATERA Arborophila rubrirostris Lembar Gambar 14


(I: Red-billed Partridge)
Deskripsi: Berukuran sedang (30 cm), berwarna coklat, kepala berwarna belang. Mahkota dan sisi kepala hitam
dengan bintik-bintik putih kecil, tenggorokan putih dengan bintik-bintik hitam. Luas warna putih pada kepala sangat
bervariasi, semakin ke utara akan semakin putih. Bagian atas coklat, bergaris melintang hitam sempit. Terdapat
bercak hitam besar pada sayap, dada coklat pucat dengan bintik-bintik putih kecil, perut abu-abu berbintik hitam.
Iris coklat, paruh merah, kulit lingkar mata merah, kaki merah.
Suara: Siulan keras bersama "kioow" dengan nada meninggi.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Biasa terlihat di Bukit Barisan, Sumatera, di hutan pegunungan antara ketinggian
900-2.500 m.
Kebiasaan: Pemalu dan tinggal di atas tanah dalam kelompok kecil. Lebih menyukai parit berlumut dan tumbuhan
bawah yang rapat di punggung bukit.

131. PUYUH-GONGGONG KALIMANTAN Arborophila hyperythra Lembar Gambar 14


(I: Red-breasted Partridge)
Deskripsi: Berukuran sedang (32 cm), berwarna coklat dengan pola hitam putih tebal pada sisi lambung. Mahkota
dan tengkuk kehitaman, bercoret coklat. Alis dan pipi coklat berangan pucat. Beberapa burung dari Sarawak: alis
dan pipi abu-abu, dada berwarna lebih gelap. Bagian atas coklat, bergaris melintang coklat sempit, terdapat tanda
hitam tebal pada bulu tersier. Dada kuning, pantat putih (betina: dada lebih coklat dan bintik putih lebih kecil).
Iris coklat, paruh abu-abu, kulit lingkar mata merah padam, kaki kemerahmudaan.
Suara: Deringan berulang semakin tinggi: "kuwar", dalam tiga deringan per detik, dijawab dengan nada ganda
keras: "ku-ku" yang menurun, tiga kali per detik.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di perbukitan Kalimantan bagian utara, dari G. Kinabalu ke selatan sampai
Usun Apau, Kayan atas, dan G. Mulu. Tidak jarang dijumpai di hutan submontan antara ketinggian 600-1.200 m,
terutama di dataran tinggi Kelabit, dan juga dilaporkan dari Ulu Barito.
Kebiasaan: Pemalu. Kelompok biasa hidup dalam belukar dan rumpun bambu di hutan.

132. PUYUH-GONGGONG KALUNG Arborophila charltonii Lembar Gambar 14


(I: Chestnut-necklaced Partridge)
Deskripsi: Berukuran sedang (32 cm), berwarna coklat. Mahkota coklat, alis dan tenggorokan keputih-putihan,
berbintik-bintik dengan ujung bulu hitam putih. Tubuh bagian atas coklat, seluruhnya bergaris melintang hitam.
Kekang dan garis mata kehitaman. Tubuh bagian bawah kuning kecoklatan. Terdapat bintik-bintik hitam pada dada
atas, garis melintang pada sisi lambung, dan garis coklat khas melintang pada dada bawah. Penutup ekor bawah
putih kekuningan.
Iris coklat, paruh kuning kehijauan dengan pangkal merah, kaki kuning kehijauan.
Suara: Merdu, siulan jelas rangkap dua atau tiga dengan nada mantap dan dalam duet ganti-berganti.
Penyebaran global: Vietnam utara, Semenanjung Malaysia, Sumatera dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Beberapa catatan dari dataran rendah Sumatera timur. Di
Kalimantan terbatas di Sabah, biasa terlihat di hutan dataran rendah dan semak-semak.
Kebiasaan: Pemalu. Hidup dalam kelompok serta lebih menyukai pinggiran hutan dan semak sekunder.
Catatan: Sekarang populasi burung dengan dada coklat berangan bergaris dipisahkan dengan A. chloropus dari
Cina selatan dan Asia tenggara; A. merlini dulu juga dimasukkan.

133. PUYUH TARUN-TARUN Caloperdix oculea Lembar Gambar 15


(I: Ferruginous Partridge)
Deskripsi: Berukuran sedang (26 cm), berwarna merah karat. Punggung hitam, pinggiran dada bersisik khas putih
atau kuning kebo. Di belakang mata bergaris kehitaman. Sayap dan sisi lambung berbintik tebal dengan tanda
melingkar hitam.
Iris coklat zaitun, paruh hitam, kaki hijau zaitun.
39
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 123-148.docvisikom
8/19/2010

Suara: Nada panggilan jantan meningkat, makin cepat dan diulang-ulang delapan atau sembilan kali sebelum
terputus menjadi panggilan dua-empat: "ii-trang". Nada panggilan betina meningkat berupa siulan cepat berjumlah
dua puluh (T.H.).
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, langka di dataran rendah, semak bukit, dan hutan sampai ketinggian
1.000 m. Sepertinya tersebar luas, tetapi hanya tercatat beberapa. Di Kalimantan, penghuni tetap di pegunungan, dari
Dataran Tinggi Kelabit sampai ke dataran Usun Apau dan Dulit, juga ditemukan di G. Magdalena, tetapi tidak
terdapat di G. Kinabalu.
Kebiasaan: Sedikit sekali diketahui. Di Kalimantan, tinggal di pinggiran bukit berhutan tinggi dan di lantai lembah
dataran tinggi berpasir. Ras Sumatera lebih menyukai semak sekunder.

134. PUYUH KEPALA-MERAH Haematortyx sanguiniceps Lembar Gambar 14


(I: Crimson-headed Partridge)
Deskripsi: Berukuran sedang (25 cm), gemuk. Kepala, dada, dan tungging berwarna merah padam khas. Warna lain
coklat kehitaman (jantan) atau coklat hijau zaitun (betina).
Iris coklat, paruh kuning (jantan) atau coklat (betina), kaki dan tungkai abu-abu, jantan: dua taji dan betina: satu taji.
Suara: Nada tinggi teriakan berkokok "kak kak kak. Pam prang, pam prang" berulang beberapa kali dengan suara
kecil yang metalik.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Tersebar luas di bukit dan pegunungan Kalimantan. Dulu biasa ditemukan
(Smythies, 1981), tetapi sekarang agak sulit ditemukan antara ketinggian 500-1.700 m. Kadang-kadang ditemukan
pada ketinggian sampai 200 m.
Kebiasaan: Umumnya terbatas di hutan kerangas dan hutan kering berpasir di dasar lembah pegunungan.

135. PUYUH SENGAYAN Rollulus rouloul Lembar Gambar 15


(I: Crested Partridge; M: Siul Jambul)
Deskripsi: Berbadan gemuk (25 cm), berjambul, hidup di atas tanah. Jantan: jambul merah padam menyebar khas,
mahkota putih berbercak, sayap merah gelap (kontras dengan tubuh yang biru keunguan metalik). Betina: kepala dan
jambul abu-abu, sayap coklat berangan, tubuh hijau.
Iris merah, kulit lingkar mata merah, paruh hitam dengan pangkal merah (jantan) atau hitam (betina), kaki merah.
Suara: Jeritan, siulan meratap "si-il", berulang dalam seri yang mantap, biasanya terdengar pada dini hari.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni hutan di dataran rendah Sumatera, mudah ditemukan sampai ketinggian
800 m (dulu juga terdapat di Bangka dan Belitung). Juga mudah ditemukan di Kalimantan sampai ketinggian 1.200
m.
Kebiasaan: Bergabung dalam kelompok sebanyak 5-15 ekor. Menggaruk-garuk serasah untuk mencari makan,
sering di bawah pohon berbuah, tempat primata dan burung makan. Jika terganggu, kelompok akan berpencar tidak
menentu.

136. SEMPIDAN MERAH Lophura erythrophthalma Lembar Gambar 16


(I: Crestless Fireback)
Deskripsi: Berukuran besar (49 cm), tanpa jambul. Jantan di Kalimantan: mantel, sayap, tenggorokan, dan dada
keabuan bercoret putih. Tubuh bagian bawah dan penutup ekornya hitam-biru gemerlap, tunggir merah padam, ekor
kuning kebo. Tidak ada coretan putih pada jantan di Sumatera. Mantel, sayap, dan tenggorokan hitam kebiruan
gemerlap. Betina: punggung hitam-biru bersinar, kepala coklat keabuan, tenggorokan kuning kebo. Jantan dan
betina: kulit muka merah tua.
Iris coklat, paruh keabuan, kaki abu-abu.
Suara: Kerukan rendah "tuuk-taruu", berulang (Medway). Jantan: bunyi menderu-deru dari sayap.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Penghuni yang jarang di hutan dataran rendah. Terdapat
beberapa catatan dari Sumatera. Tersebar secara terbatas di Kalimantan, yaitu di bagian barat dan bagian selatan
(sampai ke Brunei utara).
Kebiasaan: Pemalu, hidup di lantai hutan primer yang rapat. Kebiasaan diperkirakan sama dengan Sempidan biru.
40
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 123-148.docvisikom
8/19/2010

137. SEMPIDAN BIRU Lophura ignita Lembar Gambar 16


(I: Crested Fireback; M: Ayam Pegar)
Deskripsi: Jantan (55 cm): bulu utama biru keunguan gelap (terlihat hitam dalam hutan), jambul hitam tebal, bulu
tengah ekor putih (Sumatera, Malaysia) atau kuning (Kalimantan). Punggung bawah merah tua. Jantan dari
Kalimantan: perut coklat berangan. Jantan di Sumatera: hitam-biru dengan coretan putih. Betina (40 cm): bulu
kecoklatan, jambul coklat dan tebal, tubuh bagian bawah bersisik dengan garis-garis putih.
Iris merah, paruh gading, kulit muka gundul dan biru, kaki dan tungkai kemerahan atau kehijauan, taji panjang
(jantan).
Suara: Panggilan berkokok dari jantan, diikuti oleh siulan pekik dan deruan sayap "wuung-k(wir), wuung-k(wir)"
(Beebe). Jantan dan betina: panggilan bahaya yang tajam "caken, caken".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Tercatat di seluruh dataran rendah Sumatera (dulu
tercatat juga di Bangka) dan Kalimantan. Dulu biasa terlihat di lantai hutan, tetapi sekarang terpecah-pecah dan
jarang, karena perburuan dan kerusakan habitat.
Kebiasaan: Berkelompok sebanyak 5-6 ekor dengan satu jantan. Tinggal di hutan yang gelap. Mencari makan di
sekitar pohon rubuh atau di bawah pohon buah-buahan, dengan cara mengais seperti ayam. Pelari cepat, kadang-
kadang terbang ribut untuk jarak yang pendek.

138. SEMPIDAN KALIMANTAN Lophura bulweri Lembar Gambar 16


(I: Bulwer’s Pheasant)
Deskripsi: Berukuran besar dan indah (jantan 77 cm, betina 50 cm). Jantan (mudah dikenali): pial muka biru dan
panjang, ekor putih melengkung berkembang. Tubuh umumnya hitam kebiruan dengan pinggiran bulu biru.
Tenggorokan dan bagian atas keunguan. Betina: coklat suram berbintik-bintik, kulit muka biru.
Iris merah, paruh berwarna tanduk gelap, kaki dan tungkai merah, taji kecil (jantan).
Suara: Pada musim bercumbu, dengingan dan ratapan menusuk (Heinroth). Kedua jenis kelamin: "kuk kuk" metalik
dan menusuk. Suara tajam gugup: "kak kak" (Beebe) bila terganggu,
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Dapat ditemukan di hutan perbukitan sampai ketinggian
1.600 m di semua kawasan. Ditemukan umum setempat, tetapi mulai jarang.
Kebiasaan: Mirip ayam-hutan (yang tidak terdapat di Kalimantan). Tinggal di hutan primer atau hutan sekunder.
Sewaktu mengigal, jantan memperagakan pial yang membesar dan ekornya.

139. SEMPIDAN SUMATERA Lophura inornata Lembar Gambar 16


(I: Salvadori’s Pheasant)
Deskripsi: Jantan (50 cm): bulu hitam kebiruan bersinar, sempidan tanpa jambul, ekor pendek, kulit muka merah
padam. Betina (42 cm): berbintik coklat kemerahan dengan ekor coklat gelap dan kulit muka merah.
Iris coklat, paruh putih kehijauan, kaki dan tungkai abu-abu kehijauan, taji panjang (jantan).
Suara: Suara tanda bahaya yang tenang.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Terbatas di hutan pegunungan bawah di Bukit Barisan
tengah dan selatan (di selatan kawasan Ophir), antara ketinggian 1.000-1.800 m, di G. Kerinci sampai ketinggian
2.200 m. Keberadaan tidak umum sampai jarang.
Kebiasaan: Hidup di lantai hutan pegunungan yang rapat, berpasangan atau dalam kelompok kecil. Kebiasaan mirip
sempidan lain.

140. SEMPIDAN ACEH Lophura hoogerwerfi Lembar Gambar 17


(I: Hoogerwerf’s Pheasant)
Deskripsi: Berukuran besar (40-50 cm), berwarna gelap. Jantan belum pernah dikoleksi, tetapi pernah diambil
gambarnya di Lembah Mamas, Taman Nasional G. Leuser. Pada gambar, terlihat seperti Sempidan Sumatera, hitam
kebiruan mengilap dan tanpa jambul. Betina: mirip sekali dengan Sempidan Sumatera, tetapi punggung lebih coklat,
tubuh bagian bawah kurang coklat dan seluruhnya bercoretkan hitam. Terlihat lebih seragam tanpa pola sisik pada
bulu tengah yang berwarna pucat yang terdapat pada Sempidan Sumatera. Tubuh bagian bawah coklat kekuningan,
tenggorokan keputih-putihan, ekor hitam.
Suara: Tidak ada informasi.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Dikenal dari Sumatera utara di hutan pegunungan antara
ketinggian 1.200-2.000 m. Ada sedikit catatan dari Dataran Tinggi Gayo (termasuk Taman Nasional G. Leuser).
Kebiasaan: Hidup di lantai hutan pegunungan, dalam kelompok kecil dengan satu jantan dan beberapa betina.
Catatan: Status taksonomi tidak pasti. Hanya diketahui dari dua betina. Oleh beberapa pakar mungkin dimasukkan
sebagai ras dari Sempidan Sumatera.
41
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 123-148.docvisikom
8/19/2010

141. AYAM-HUTAN MERAH Gallus gallus Lembar Gambar 17


(I: Red Junglefowl; M: Ayam Hutan)
Deskripsi: Berukuran agak besar (jantan 70 cm, betina 42 cm). Nenek moyang ayam peliharaan. Jantan: jengger,
gelambir, dan muka merah; bulu tengkuk, penutup ekor dan bulu primer biru perunggu. Mantel coklat berangan,
bulu ekor panjang, penutup sayap hitam kehijauan berkilau. Tubuh bagian bawah hijau gelap. Betina: coklat suram,
dengan coretan hitam pada leher dan tengkuk. Ras dari Sumatera utara: bulu tengkuk lebih panjang.
Iris merah, paruh warna tanduk, kaki abu-abu kebiruan.
Suara: Jantan bersuara pada dini hari: "buu-ki-kooh", sama seperti ayam peliharaan, tetapi lebih tajam dan lebih
singkat. Suara ras di Sumatera selatan dan Jawa lebih serak. Cicitan burung muda seperti anak ayam peliharaan.
Berketuk bila terganggu.
Penyebaran global: Himalaya, Cina selatan, Asia tenggara, Sumatera, dan Jawa. Diintroduksi ke Filipina, Sulawesi,
Nusa Tenggara, dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Umum dijumpai di Sumatera sampai ketinggian 900 m. Di Jawa pada mulanya
tersebar luas, tetapi sekarang jarang di beberapa daerah dataran rendah. Kebanyakan catatan terbaru dari pegunungan
di Jawa barat .
Kebiasaan: Lebih menyukai habitat semak-semak yang setengah terbuka. Jantan mungkin bersifat soliter,
berkumpul dengan selir-selir betina atau kadang-kadang dengan jantan lainnya. Mencari makan di tanah tetapi dapat
terbang dengan baik. Bertengger di pohon.

142. AYAM-HUTAN HIJAU Gallus varius Lembar Gambar 17


(I: Green Junglefowl)
Deskripsi: Berukuran besar (jantan 60 cm, betina 42 cm), berwarna hitam kehijauan. Mirip Ayam-hutan merah,
tetapi jengger tidak seperti gergaji dan corak warna agak keunguan. Tengkuk, leher, dan mantel hijau berkilau.
Penutup ekor berwarna emas, bulu tengkuk hijau mengilap, bulu-bulu sayap terbang hitam, tubuh bagian bawah
hitam. Betina: coklat kuning kebo, dengan garis-garis tidak beraturan dan bintik-bintik hitam.
Iris merah, paruh abu-abu putih susu, kaki kemerahmudaan.
Suara: Keras, sengau "kuk-roh", berulang-ulang dan berselang teratur.
Penyebaran global: Jawa dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Di Jawa dan Bali umumnya ditemukan di habitat terbuka yang sesuai, sampai
ketinggian 1.500 m (di Jawa barat ) atau 3.000 m (di Jawa timur ).
Kebiasaan: Mirip Ayam-hutan merah, tetapi lebih menyukai daerah berumput yang terbuka. Jarang atau tidak
pernah ditemukan di hutan lebat. Sering makan dekat ternak yang merumput, sambil menangkap serangga yang
tertarik pada ternak atau kotorannya atau serangga yang terhalau waktu ternak itu lewat.

143. KUAU-KERDIL SUMATERA Polyplectron chalcurum Lembar Gambar 17


(I: Sumatran Peacock-pheasant)
Deskripsi: Berukuran sedang (jantan 50 cm, betina 35 cm), berwarna coklat pirang dengan ekor panjang runcing.
Jantan: coklat, berbintik-bintik dan bergaris-garis kemerahan. Ekor panjang runcing, bergaris, bertitik hitam dan
merah kekuningan, dengan bercak subterminal ungu metalik gelap. Hampir tidak berjambul. Betina: ukuran lebih
kecil, warna lebih suram, ekor lebih pendek.
Iris kuning, paruh coklat, kaki dan tungkai hitam (jantan dengan dua taji).
Suara: Keras, jernih, bergema jauh "karau karau karau" dengan penekanan dan sedikit lebih tinggi pada nada kedua,
berulang dalam seri yang pendek. Juga kokokan dan suara berdengung.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni hutan primer dan hutan bekas tebangan yang tidak jarang dijumpai di
Bukit Barisan, Sumatera, antara ketinggian 800-1.700 m.
Kebiasaan: Pemalu. Mencuri-curi di hutan primer, hutan bekas tebangan, dan hutan pegunungan bawah.

144. KUAU-KERDIL KALIMANTAN Polyplectron schleiermacheri Lembar Gambar 17


(I: Bornean Peacock-pheasant)
Deskripsi: Berukuran sedang (jantan 42 cm, betina 38 cm). Pada sayap dan ekor, terdapat tanda bintik metalik
berbentuk seperti mata (hijau pada jantan, biru pada betina). Jantan: jambul hijau metalik, dada hijau keunguan
mengilap, tenggorokan dan bercak dada putih. Betina: lebih suram dan lebih biru. Keduanya: pipi dan tenggorokan
kuning pucat, kontras dengan bulu lainnya.
Iris kuning, paruh kehijauan gelap, kulit muka gundul dan merah, tungkai dan kaki hitam (jantan dengan dua taji).
Suara: Siulan ganda yang murung "hor-hor".
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Kritis (Collar dkk. 1994). Catatan tempat terlihatnya di Sumatera diperkirakan keliru
karena tidak pernah ada spesimen yang dikoleksi di sana. Di Kalimantan, burung yang jarang ini hanya diketahui di
42
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 123-148.docvisikom
8/19/2010

tempat-tempat yang terpencar di hutan dataran rendah sampai ketinggian 1.100 m.


Kebiasaan: Pemalu, hidup di hutan primer. Bertengger di pohon, tetapi berjalan diam-diam di lantai hutan
sepanjang siang. Jantan bersuara serta memainkan sayap dan ekornya, tetapi tidak punya tempat mengigal.
Catatan: Kemungkinan merupakan ras Kuau-kerdil Malaya P. malacense

145. KUAU RAJA Argusianus argus Lembar Gambar 15


(I: Great Argus; M: Kuang Raya)
Deskripsi: Berukuran sangat besar. Jantan (120 cm): bulu sekunder dan bulu tengah ekor sangat panjang. Bulu
sayap dihiasi dengan bintik besar berbentuk mata. Bulu utama umumnya coklat karat dengan bintik kuning kebo dan
hitam yang berpola rumit. Tubuh bagian bawah merah karat lebih gelap. Betina: lebih kecil (60 cm), ekor dan bulu
sayap lebih pendek, berwarna lebih gelap, tidak ada bintik mata seperti jantan. Keduanya: kulit gundul pada kepala
dan leher yang biru, jambul pendek gelap.
Iris merah coklat, paruh kuning, kaki merah.
Suara: Jantan: meledak-ledak, dengan nada ganda nyaring "ku-wau", sering merupakan sahutan terhadap pohon
runtuh, suara petir, atau suara jantan lainnya. Suara lain pada kedua jenis kelamin: seri nada "wau", dua puluh kali
atau lebih, sangat jelas dengan nada sama, mulai dengan nada “wau” yang turun, berangsur-angsur menjadi nada
“wau” yang naik.
Penyebaran global: Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan, umum ditemukan di hutan primer dataran rendah dan
hutan bekas tebangan yang kering sampai ketinggian 1.200 m. Sekarang mulai jarang (hilang di tempat tertentu)
karena dijaring dan kerusakan habitat. Catatan terlihatnya Kuau jambul Rheinartia ocellata di Sumatera
kemungkinan merupakan salah identifikasi dengan jenis ini.
Kebiasaan: Di lantai hutan, jantan mengigal berupa lingkaran, tempat dibuangnya semua daun, anak pohon, dan
batu. Bersuara dari tempat mengigal ini pada pagi hari. Dengan gaya merak, memperagakan sayap dan ekor kepada
betina yang berkunjung. Tidur di atas pohon pada malam hari. Kadang-kadang beristirahat dan memanggil dari atas
pohon pada siang hari.
Catatan: Kuau garis-ganda A. bipunctatus diketahui dari satu helai bulu primer jantan. Dulu diperkirakan berasal
dari Jawa walaupun ada beberapa alasan untuk menduga bahwa burung ini berasal dari P. Tioman, lepas pantai
timur Malaysia.

146. MERAK HIJAU Pavo muticus Lembar Gambar 15


(I: Green Peafowl; M: Merak)
Deskripsi: Khas, berukuran sangat besar (jantan 210 cm, betina 120 cm), dengan penutup ekor yang sangat panjang
(jantan saja), dan jambul tegak di atas kepala. Jantan: mantel, leher, dan dada hijau mengilap, "ekor" kipas terdiri
dari bulu mengilap dengan bintik berbentuk mata. Warna bulu kurang bagus, keputih-putihan pada bagian
bawahnya. Tidak mempunyai "ekor" panjang.
Iris dan paruh coklat, kaki hitam keabuan.
Suara: "Kay-yaw" nyaring seperti terompet, pada senja dan dini hari.
Penyebaran global: Assam, Cina bagian barat daya, Indocina, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Di Jawa sekarang umumnya terbatas di pinggir hutan
Taman Nasional Ujung Kulon (Jawa barat) dan hutan savana di Taman Nasional Baluran (Jawa timur). Di tempat
lain sudah punah atau sangat terpencar.
Kebiasaan: Mengunjungi hutan terbuka dengan padang rumput, perkebunan teh atau kopi, berjalan-jalan di tanah.
Jantan memperagakan penutup ekornya yang dikembangkan atau bergantian mengusir jantan lain pada musim
berbiak. Tidur di atas pohon gundul yang tinggi pada malam hari.

GEMAK - SUKU TURNICIDAE

Berukuran mungil, berekor pendek. Umumnya bertubuh gempal. Tampak mirip puyuh dari suku Phasianidae, tetapi
tidak mempunyai jari belakang. Mempunyai peranan berbiak terbalik untuk kedua jenis kelamin. Dibandingkan
dengan jantan, betina berwarna lebih terang dan lebih agresif dalam mempertahankan daerah kekuasaannya. Betina
sering kawin dengan beberapa jantan, kemudian meninggalkannya untuk mengerami telur dan mengasuh anaknya.
Hanya ada dua jenis di Sunda Besar.
43
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 123-148.docvisikom
8/19/2010

147. GEMAK TEGALAN Turnix sylvatica Lembar Gambar 15


(I: Small Buttonquail)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (14 cm), berwarna coklat merah karat. Mirip puyuh, perbedaannya: dada merah
karat tanpa garis, ada coretan putih pada tubuh bagian atas, warna kemerahan dan bintik-bintik hitam pada sisi
tubuh. Betina: lebih besar, berwarna lebih gelap dan lebih merah.
Iris kuning, paruh abu-abu, kaki keputih-putihan.
Suara: "Kruuuh" yang menguak dan senandung.
Penyebaran global: Afrika, Erasia selatan, India, Cina tenggara, Asia tenggara, Filipina, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Di Jawa dan Bali, tidak umum di daerah dataran rendah.
Kebiasaan: Mirip Gemak loreng.

148. GEMAK LORENG Turnix suscitator Lembar Gambar 15


(I: Barred Buttonquail; M: Puyuh Tanah)
Deskripsi: Berukuran kecil (16 cm), mirip puyuh berwarna coklat pirang. Betina: ukuran lebih besar, dagu dan
tenggorokan hitam. Mahkota kehitaman dengan bintik abu-abu dan putih pada kepala. Jantan: mahkota berbintik
coklat, dagu dan muka bercoret coklat dan putih. Terdapat garis-garis hitam di dada dan bagian sisi tubuh. Tubuh
bagian atas pada kedua jenis kelamin berbintik-bintik coklat, serta di dada dan bagian sisi tubuh merah karat.
Iris coklat, paruh dan kaki abu-abu.
Suara: Pada waktu peminangan, betina berdengung "krrrr" untuk beberapa detik, sering pada malam hari, juga suara
"uuum" yang diulangi.
Penyebaran global: India, Jepang, Asia tenggara, Cina selatan, Filipina, Sulawesi, Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa
Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, Jawa, dan Bali, puyuh ini paling umum ditemukan di habitat yang
sesuai, yaitu dari permukaan laut sampai ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Hidup sendirian atau berpasangan di habitat berumput terbuka. Bila dihalau, akan melompat, terbang
rendah di atas tanah sejauh kira-kira 20 m, kemudian jatuh masuk rumput untuk bersembunyi.
AYAM-AYAMAN (TIKUSAN, KAREO DAN MANDAR) - SUKU RALLIDAE

Berukuran sedang dan tersebar luas di dunia, hidup di daerah rawa. Bersifat pemalu. Paruh lurus dan kuat, kaki
panjang dengan jari-jari sangat panjang. Sayap pendek, terbang lemah dan mengepak. Lebih suka berjalan. Pelari
yang baik, tetapi menyusup untuk berlindung dan bersembunyi di dalam rumpun bambu yang lebat daripada
mencoba lari dari pemangsa. Kebanyakan jenis dapat berenang, sebagian melakukannya sebagai kebiasaan.
Mandar hitam mempunyai kaki yang melebar untuk tujuan ini.
Kebanyakan mempunyai suara keras dan hiruk pikuk. Kadang-kadang lebih dari satu ekor berkumpul.
Sering menempati habitat seperti rawa-rawa, tepi danau, rumpun bambu dan tebu, padang rumput, sawah, dan
hutan sekunder. Beberapa jenis hidup di hutan. Bersarang di tanah dan memakan campuran pucuk tanaman, biji-
bijian, dan invertebrata.
Ada 14 jenis yang tercatat hidup di Sunda Besar, empat di antaranya merupakan pengunjung.

149. MANDAR-PADI ERASIA Rallus aquaticus Lembar Gambar 18


(I: Water Rail)
Deskripsi: Berukuran sedang (31 cm), berwarna gelap dengan tubuh bagian atas bercoretan. Mahkota coklat, muka
abu-abu dengan alis abu-abu pucat dan garis mata gelap. Pipi putih, leher dan dada abu-abu. Sisi lambung dan
tubuh bagian bawah bergaris hitam dan putih. Remaja: ada beberapa garis putih khas pada penutup sayap atas.
Iris merah, paruh merah kehitaman, kaki merah.
Suara: Panggilan lembut "cip cip cip", dengkuran, dan erangan aneh.
Penyebaran global: Paleartik, migran sampai Asia tenggara dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang jarang ke Kalimantan bagian utara. Tercatat tiga
kali dari Brunei dan Sarawak.
Kebiasaan: Pemalu. Hidup pada tumbuhan air yang lebat di pinggir danau, rawa, dan hutan mangrove.

150. MANDAR-PADI SINTAR Gallirallus striatus Lembar Gambar 18


(I: Slaty-breasted Rail; M: Sintar)
Deskripsi: Berukuran sedang (24 cm). Mahkota merah karat, ada garis putih halus pada punggung. Mahkota coklat
berangan, dagu putih, dada dan punggung abu-abu, sayap dan ekor bergaris putih halus. Bagian sisi tubuh dan ekor
bagian bawah bergaris hitam-putih lebih kasar.
Iris merah, paruh hitam (bagian atas) dan kemerahan (bagian bawah), kaki abu-abu.
Suara: Keras, tajam, nada ganda "terrek" atau dengungan "kekh, kekh, kekh" berulang 10-15 kali, mula-mula
lemah, kemudian meninggi, dan akhirnya menghilang.
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, Filipina, Sulawesi, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Terdapat di seluruh Sumatera dan pulau sekitarnya, Kalimantan, Jawa, dan Bali.
Umum di habitatnya sampai ketinggian 1.000 m, tetapi jarang ditemukan pada ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Hidup di hutan mangrove, rawa-rawa, sawah, padang alang-alang, dan pulau karang yang kering.
Bersifat pemalu sehingga jarang terlihat. Sebagian aktif pada malam hari. Umumnya hidup sendirian.

151. TIKUSAN CERULING Rallina fasciata Lembar Gambar 18.


(I: Red-legged Crake)
Deskripsi: Berukuran sedang (23 cm), berwarna coklat kemerahan. Paruh pendek, kaki merah. Kepala, punggung,
dan jambul coklat berangan; sayap dan ekor coklat kemerahan. Perut dan ekor bagian bawah hitam dengan garis-
garis putih, dagu putih. Bercak-bercak putih mencolok pada penutup sayap dan garis-garis putih pada bulu sayap
terbang terlihat jelas. Mirip Tikusan kaki-merah, tetapi garis putih pada bagian sisi tubuh dan perut lebih tebal.
Iris merah, paruh coklat, kaki merah.
Suara: Pada masa berbiak, rentetan nyaring suara sengau "pek" berselang setengah detik, pada dini dan petang
hari. Juga sebuah nada pelan bergetar menurun.
Penyebaran global: India, Asia tenggara, Filipina, dan Indonesia.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni tetap di Sunda Besar, bertambah jumlahnya dengan burung-burung yang
datang dari benua Asia pada musim dingin.
Kebiasaan: Jarang terlihat mendiami rawa-rawa terbuka di dataran rendah. Pemalu dan kurang dikenal.

152. TIKUSAN KAKI-KELABU Rallina eurizonoides Lembar Gambar 18


(I: Slaty-legged Crake)
Deskripsi: Berukuran sedang (25 cm), berwarna kecoklatan. Kepala dan dada coklat berangan, dagu keputih-
putihan. Terdapat garis-garis putih tipis pada perut dan ekor bagian bawah yang kehitaman. Pada sayap, bulu
sekunder putih dan ada garis-garis jarang pada bulu primer.
Iris merah, paruh kuning kehijauan, kaki abu-abu.
44
Suara: Ganda "kek-kek" pada malam hari.
Penyebaran global: India, Cina tenggara, Asia tenggara, Filipina, dan Sulawesi. Pada musim dingin menuju
Sumatera dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung yang tidak umum di Sumatera. Pengembara sampai ke Jawa barat,
tetapi tidak ada catatan terbaru.
Kebiasaan: Pemalu. Menghuni hutan mangrove, hutan semak, dan semak-semak yang lebat.

153. TIKUSAN KERDIL Porzana pusilla Lembar Gambar 18


(I: Baillon’s Crake)
Deskripsi: Berukuran kecil (18 cm), berparuh pendek. Tubuh coklat keabuan, dengan coretan putih pada
punggung serta garis putih halus pada sisi tubuh dan ekor bagian bawah. Mahkota dan tubuh bagian atas coklat,
bercoret hitam dan putih. Dagu putih, dada dan muka abu-abu, garis mata gelap.
Iris merah, paruh kuning, tungkai kuning kehijauan.
Suara: Teriakan bergetar yang menurun, mirip suara titihan.
Penyebaran global: Afrika, Erasia, Indonesia, dan Filipina, sampai P. Irian, dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Keberadaannya tidak pasti. Terdapat ras penetap di Sumatera (Belitung) dan
Kalimantan selatan, tetapi masih diragukan. Kebanyakan merupakan pengunjung musim dingin yang jarang ke
daerah dataran rendah dan berbukit, jarang ke selatan sampai Jawa.Tidak tercatat di Bali
Kebiasaan: Menghuni rawa-rawa di pinggir danau dan paya berumput. Jika terancam, akan berjalan dengan cepat,
tetapi secara halus, masuk ke rumpun buluh. Jarang terbang.

154. TIKUSAN MERAH Porzana fusca Lembar Gambar 18


(I: Ruddy-breasted Crake)
Deskripsi: Berukuran kecil (21 cm), tubuh coklat kemerahan. Paruh pendek, kepala dan dada coklat berangan tua,
dagu putih. Mahkota bagian belakang dan tengkuk coklat, perut dan ekor bagian bawah kehitaman dengan garis
putih halus. Mirip Tikusan ceruling dan Tikusan kaki-merah, tetapi lebih kecil dan tidak ada warna putih pada
sayap.
Iris merah, paruh coklat, kaki merah.
Suara: Pada masa berbiak agak pendiam, derakan halus "tiiwk" atau "kiik" setiap dua atau tiga detik, diikuti
dengan gumaman.
Penyebaran global: India, Cina, Asia tenggara, Filipina, Sulawesi, Sunda Besar dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Umum di beberapa tempat dan kadang-kadang berlimpah di Sumatera, Jawa, dan
Bali, pada habitat yang sesuai sampai ketinggian 1.000 m. Terdapat sedikit catatan di Kalimantan, kemungkinan
merupakan pengunjung musim dingin yang jarang.
Kebiasaan: Menghuni rumpun buluh, sawah, atau daerah belukar kering di pinggir danau. Pemalu dan jarang
terlihat. Kadang-kadang mencari makan di tepi rumpun buluh. Sebagian aktif pada malam hari. Bersuara pada dini
dan petang hari.
Catatan: Kadang-kadang digolongkan ke dalam marga Amaurornis.

155. TIKUSAN SIBERIA Porzana paykullii Lembar Gambar 18


(I: Band-bellied Crake)
Deskripsi: Berukuran sedang (22 cm), berparuh pendek. Tubuh coklat kemerahan dengan tungkai merah. Mahkota
dan tubuh bagian atas coklat kemerahan, dagu putih. Bagian sisi kepala dan dada coklat berangan; bagian sisi
tubuh dan ekor bagian bawah kehitaman dengan garis-garis putih halus. Perbedaannya dengan Tikusan merah: ada
garis-garis putih pada sayap; dengan Tikusan ceruling: garis putih pada tubuh bagian bawah lebih halus, warna
penutup sayap kurang putih, tidak ada warna putih pada bulu-bulu terbang, tengkuk dan leher berwarna gelap.
Iris merah, paruh kekuningan, kaki merah.
Suara: Suara aneh yang dikeluarkan pada malam hari, seperti suara gendang dan derakan kayu.
Penyebaran global: Berkembang biak di Asia timur. Pada musim dingin bermigrasi ke Filipina dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang jarang ke Sunda Besar. Tercatat di Sumatera utara,
Kalimantan bagian utara, dan Jawa.
Kebiasaan: Mendiami sawah dan daerah padang rumput yang basah.
Catatan: Kadang-kadang digolongkan ke dalam marga Rallina.

45
156. TIKUSAN ALIS-PUTIH Porzana cinerea Lembar Gambar 18
(I: White-browed Crake)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (20 cm), berparuh pendek. Tubuh coklat keabuan. Terdapat pola setrip putih pada
bagian atas kepala (terlihat jelas) dan di bawah garis mata yang hitam. Mahkota, punggung, dan dada abu-abu;
sayap dan ekor coklat keabuan. Perut keputih-putihan, bagian sisi tubuh dan ekor bagian bawah coklat
kekuningtuaan.
Iris merah, paruh kehitaman, kaki kuning kehijauan.
Suara: Nada lengking yang ribut, seperti bebek mainan yang dipencet "cutci cutci cutci", dua atau lebih burung
bersuara sekaligus.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Filipina, dan Sunda Besar, sampai P. Irian, dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni setempat dan tersebar luas di daerah dataran rendah di Sumatera (sampai
ketinggian 1.200 m), Kalimantan, dan Jawa. Umum secara setempat di daerah pantai utara Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Pemalu, menghuni daerah padang rumput yang tergenang, paya-paya, dan sawah. Hidup berpasangan.
Pada masa berbiak mengeluarkan suara yang tidak putus-putus pada siang dan malam hari. Sering berjalan keluar,
pada tumbuhan terapung dengan gaya burung sepatu, tetapi cepat masuk semak ketika diganggu sedikit.

157. KAREO PADI Amaurornis phoenicurus Lembar Gambar 18


(I: White-breasted Waterhen; M: Ruak-Ruak; Uwak-Uwak)
Deskripsi: Berukuran besar (30 cm), berwarna abu dan putih mencolok. Mahkota dan tubuh bagian atas abu-abu;
muka, dahi, dada, dan bagian atas perut putih; bagian bawah perut dan ekor bagian bawah merah karat.
Iris merah, paruh kehijauan dengan pangkal merah, kaki kuning.
Suara: Monoton "uwok-uwok". Ribut, beberapa ekor berdendang bersama, berupa dengkuran, kuikan, dan
ketukan “turr-kruwak, per-per-a-wak-wak-wak", dengan suara lain sampai lima belas menit pada siang dan malam
hari.
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, Filipina, Sulawesi, dan Sunda Besar dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Penetap yang umum setempat dan pengunjung musim dingin pada habitat yang
sesuai dari dataran rendah sampai ketinggian 1.600 m di seluruh Sunda Besar.
Kebiasaan: Umumnya hidup sendirian, kadang-kadang berdua atau bertiga. Mengendap-endap dalam semak yang
lembab. Tinggal di pinggir danau, tepi sungai, hutan mangrove, dan sawah bila tempat itu cukup rapat untuk
bersembunyi. Keluar ke tempat terbuka untuk makan sehingga lebih terlihat daripada ayam-ayaman lainnya. Juga
suka memanjat-manjat semak dan pohon kecil.

158. MANDAR BONTOD Gallicrex cinerea Lembar Gambar 19


(I: Watercock; M: Ayam-Ayam)
Deskripsi: Berukuran besar (40 cm), berwarna hitam atau coklat kekuningkeboan dengan paruh hijau pendek.
Betina: coklat, dengan garis-garis halus pada tubuh bagian bawah. Jantan masa berbiak: bulu tubuh hitam dengan
benjolan merah pada dahi (ciri ini hanya dapat dilihat di Sumatera).
Iris coklat, paruh hijau-kuning, kaki hijau.
Suara: Suara keras dan dalam di tempat bersarang pada musim panas, tetapi umumnya diam pada musim dingin.
Penyebaran global: India, Cina, Asia tenggara, dan Filipina, bermigrasi sampai Sulawesi, Sunda Besar dan Nusa
Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat berbiak di Sumatera. Pengunjung musim dingin yang tidak umum di
habitat dataran rendah yang cocok di seluruh Sunda Besar.
Kebiasaan: Pemalu, berjalan mengendap-endap. Kebanyakan aktif pada malam hari, di rawa-rawa yang berbuluh.
Kadang-kadang datang ke sawah yang berdekatan untuk memakan padi.

159. MANDAR BATU Gallinula chloropus Lembar Gambar 19


(I: Common Moorhen; M: Tiong Ayer)
Deskripsi: Berukuran sedang (31 cm), burung air berwarna hitam dan putih. Paruh pendek, terdapat perisai merah
terang pada dahi. Bulu seluruhnya hitam suram, kecuali coretan garis putih pada sepanjang bagian sisi dan dua
bercak putih pada bagian bawah ekor (tampak nyata saat ekor diangkat).
Iris merah, paruh hijau buram dengan pangkal merah, kaki hijau.
Suara: Kokokan keras parau "pruruk-pruuk-pruuk".
Penyebaran global: Hampir di seluruh dunia, kecuali di Australia.
Penyebaran lokal, dan status: Di Sumatera, Jawa, dan Bali, penghuni setempat yang umum di daerah lahan basah
sampai ketinggian 1.200 m. Tercatat berkembang biak di Kalimantan selatan. Catatan lain menunjukkan
kemungkinan merupakan migran musim dingin di Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Lebih sering dijumpai di danau, kolam, atau parit. Kebanyakan hidup di air, berenang perlahan-lahan.
Mematuk-matuk serangga dan permukaan tumbuhan. Berlari di atas air atau berenang ke tempat berlindung bila
46
terganggu. Menyelam untuk menyelamatkan diri dan tinggal di bawah air untuk waktu yang lama bila dikejar
elang. Pada pagi dan sore hari datang ke daerah terbuka untuk mencari makan. Memanjat-manjat di semak kecil.
Selalu menjentikkan ekor, baik ketika berada di tanah maupun di air. Setelah berlari di atas air, terbang agak lemah
untuk lepas landas.

160. MANDAR KELAM Gallinula tenebrosa Lembar Gambar 19


(I: Dusky Moorhen)
Deskripsi: Berukuran sedang (30 cm), burung air berwarna hitam. Mirip Mandar batu. Perbedaannya: tidak ada
coretan putih pada sisi lambung, kaki dan tungkai bawah merah. Persamaannya: kedua jenis kadang-kadang
mempunyai betis merah.
Iris coklat, perisai dahi merah, paruh kuning kehijauan, kaki dan tungkai merah.
Suara: Mirip Mandar batu: nada ganda yang mengeruk.
Penyebaran global: Australia, P. Irian, Wallacea, dan Kalimantan selatan.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan tercatat hanya dari D. Bangkau di selatan, tetapi sejak lama tidak
pernah tercatat lagi.
Kebiasaan: Seperti Mandar batu.

161. MANDAR BESAR Porphyrio porphyrio Lembar Gambar 19


(I: Purple Swamphen; M: Pangling)
Deskripsi: Berukuran besar (42 cm). Tubuh pendek gemuk berwarna biru keunguan. Paruh besar padat berwarna
merah. Seluruh bulu biru hitam dengan kilatan ungu dan hijau, kecuali bulu penutup ekor bawah yang putih.
Perisai dahi merah.
Iris, paruh, dan kaki merah.
Suara: Dengkuran berketuk dan berteriak-teriak, suara sengau terompet "wak".
Penyebaran global: Australia, P. Irian, dan Indonesia bagian timur.
Penyebaran lokal dan status: Tidak jarang di habitat lahan basah yang sesuai di Sumatera, Kalimantan bagian
selatan, Jawa, dan Bali.
Kebiasaan: Penghuni rawa-rawa dan danau dengan rumpun buluh di pinggirnya. Berjalan di atas tumbuhan
terapung melalui rumpun buluh. Dalam kelompok kecil, kadang-kadang keluar ke padang rumput terbuka yang
tergenang, sawah, atau bahkan ke padang rumput yang pernah terbakar. Selalu menjentikkan ekor.

162. MANDAR HITAM Fulica atra Lembar Gambar 19


(I: Common Coot)
Deskripsi: Berukuran besar (40 cm), berwarna hitam. Hidup di air. Paruh dan perisai dahi putih mencolok. Seluruh
bulu hitam suram kecuali pinggir sayap tipis keputih-putihan (terlihat saat terbang).
Iris merah, paruh putih, kaki hijau.
Suara: Bermacam bunyi keras tajam "kik kik".
Penyebaran global: Paleartik, pada musim dingin berada di daerah selatan tetapi jarang mencapai Indonesia. Juga
dijumpai di P. Irian dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Tidak tercatat di Sumatera. Pengunjung yang jarang di Kalimantan, Jawa, dan Bali.
Dulu diketahui merupakan populasi berbiak di danau-danau daerah pegunungan seperti Dataran tinggi Yang (Jawa
timur) tetapi sekarang tidak ditemukan lagi.
Kebiasaan: Selalu hidup di dalam atau dekat air dalam kelompok. Sering menyelam untuk mengambil gulma air
dari dasar danau. Berkelahi dan saling mengejar pada masa berbiak. Berlari panjang di atas air sebelum lepas
landas.

BURUNG PEDENDANG - SUKU HELIORNITHIDAE

Suku burung tropis yang hanya terdiri dari tiga jenis, masing-masing satu jenis di Amerika, Afrika, dan Asia.
Burung air ini berparuh kokoh. Mirip titihan, hidup di daerah rawa-rawa yang penutupan pohonnya rapat,
perbedaannya adalah tinggal di pohon. Kaki lebar berbentuk dayung tanpa selaput di antara jarinya. Seperti titihan
dan pecuk, berenang dengan sebagian tubuh terendam di air, tetapi tidak begitu tangkas dalam menyelam. Semua
jenis mengeluarkan suara dalam yang aneh.

47
163. PEDENDANG TOPENG Heliopais personata Lembar Gambar 19
(I: Masked Finfoot; M: Pedendang)
Deskripsi: Berukuran besar (52 cm), berwarna coklat zaitun, seperti titihan yang berparuh kuat. Berenang rendah di
air. Jantan: muka dan tenggorokan putih dan berkelim garis putih. Betina: di tengah tenggorokan putih. Pada waktu
terbang, ekor terlihat lebih lebar dan bulat.
Iris coklat, paruh kuning, kaki hijau dan melebar.
Suara: Derukan dan dengkingan aneh.
Penyebaran global: Assam dan Asia tenggara. Pada musim dingin ditemukan di Sumatera dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Keberadaan jenis ini di Sumatera belum diketahui secara
pasti. Hanya terdapat sedikit catatan, tetapi hampir semuanya menunjukkan burung ini sebagai pengunjung musim
dingin. Pada tahun 1984, satu ekor ditemukan tersesat di hutan mangrove di P. Rambut, Jawa barat.
Kebiasaan: Pemalu dan suka bersembunyi. Umumnya ditemukan berenang sepanjang sungai, teluk, atau tepi
danau, di bawah vegetasi mangrove yang menggantung, rawa air tawar, dan kolam yang telah tertutup tumbuhan.
Mengangguk-anggukkan kepala ke depan dan ke belakang sewaktu berenang, dengan sebagian tubuh terendam di
air. Mirip titihan, lari menerjang air sebelum menghilang menuju tumbuhan bawah. Terbang rendah di atas air
dengan kepakan sayap yang dangkal.

BURUNG-SEPATU - SUKU JACANIDAE

Suku burung air yang kecil, tersebar di seluruh kawasan tropis. Ukuran tubuh sedang, mirip ayam-ayaman dalam
penampakan secara umum, tetapi jari kakinya sangat panjang. Jari kaki ini digunakan untuk berjalan di atas daun
teratai dan tumbuhan terapung lainnya, di danau atau kolam air tawar. Sesuatu yang jarang terjadi pada burung
umumnya, beberapa jenis bersifat poliandri (satu ekor betina kawin dengan lebih dari satu ekor jantan).
Di Sunda Besar ada tiga jenis, satu di antaranya hanya sebagai pendatang.

164. BURUNG-SEPATU JENGGER Irediparra gallinacea Lembar Gambar 19


(I: Comb-crested Jacana)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (23 cm), berwarna hitam dan putih. Jengger merah khas, mantel coklat dengan
warna perunggu mengilap. Mahkota, punggung atas, tungging, ekor, dada, dan sisi lambung hitam. Tenggorokan
putih, sisi muka dan leher kuning emas, perut putih.
Iris coklat, paruh merah dengan ujung hitam, kaki abu-abu.
Suara: Panggilan memekik seperti suara seruling.
Penyebaran global: Australia, P. Irian, Wallacea, dan Kalimantan tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Sunda Besar, yaitu di hilir Barito, Kalimantan tenggara. Masih umum
terdapat di Rawa Negara dan daerah Binuang pada tahun 1980-an.
Kebiasaan: Seperti burung-sepatu lain.

165. BURUNG-SEPATU TERATAI Hydrophasianus chirurgus Lembar Gambar 19


(I: Pheasant-tailed Jacana)
Deskripsi: Berukuran agak besar (33 cm), berwarna hitam dan putih, berekor panjang. Pada waktu terbang, sayap
putih mencolok. Pada masa tidak berbiak: bulu mahkota, punggung, dan dada bergaris-garis coklat keabuan; alis,
dagu, tenggorokan, dan perut putih, sayap keputih-putihan. Terdapat setrip hitam pada mata dan bagian sisi bawah
leher serta bercak emas pada tengkuk bagian bawah.
Iris kuning, paruh kuning abu, kaki abu-abu coklat.
Suara: Sengau mengeong nyaring dalam keadaan bahaya.
Penyebaran global: India, Cina, Asia tenggara, Filipina, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung tetap yang jarang pada musim dingin ke Sumatera serta pantai utara
Jawa barat dan Jawa tengah. Tercatat satu kali di Bali. Kemungkinan penghuni setempat di hilir Barito, Kalimantan
tenggara, tetapi tidak ada catatan tentang berbiaknya.
Kebiasaan: Berjalan di atas tumbuhan air terapung seperti daun padma dan teratai, di kolam atau danau kecil.
Mematuk-matuk mencari makan dan terbang mengirap dalam jarak pendek ke tempat mencari makan yang baru.

166. BURUNG-SEPATU PICISAN Metopidius indicus Lembar Gambar 19


(I: Bronze-winged Jacana; M: Teratai Kecil)
Deskripsi: Berukuran sedang (29 cm), berwarna coklat dan hitam dengan alis putih tebal. Kepala, leher, dan tubuh
bagian bawah hitam dengan kilauan hijau. Tubuh bagian atas berwarna perunggu zaitun, ekor dan dahi coklat
berangan, alis putih. Burung muda: mahkota coklat, ada sedikit warna putih pada dada.
Iris coklat, paruh hijau dengan pangkal merah dan ujung kuning, kaki hijau suram.
48
Suara: Suara seruling keras sebagai tanda bahaya dan nada suara kerongkongan dalam.
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, Sumatera, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni setempat yang umum di Sumatera selatan, di daerah lahan basah dataran
rendah. Dulu biasa ditemukan di Jawa, tetapi sekarang menjadi penghuni setempat yang jarang di rawa-rawa dataran
rendah.
Kebiasaan: Seperti burung-sepatu lain. Pemalu dan jarang terlihat.

BERKIK-KEMBANG - SUKU ROSTRATULIDAE

Suku ini terdiri dari dua jenis. Burung perancah yang agak istimewa, mirip berkik. Memiliki tanda jelas berupa setrip
menyala pada kepala dan bahu. Sayap terhias ramai dengan garis-garis, setrip, dan bentuk seperti bulatan mata.
Paruh panjang dan sedikit melengkung. Betina: lebih besar dan lebih berwarna daripada jantan, sangat aktif dalam
mempertahankan wilayahnya, kawin dengan beberapa jantan. Perilaku berbiak terbalik di antara kedua jenis kelamin
ini hanya dimiliki oleh gemak, burung sepatu, dan sedikit burung lain. Bersarang di dasar rumpun-rumpun buluh.
Jantan mengerami telurnya.
Hanya satu jenis yang ada di Sunda Besar.

167. BERKIK-KEMBANG BESAR Rostratula benghalensis Lembar Gambar 24


(I: Greater Painted Snipe; M: Meragi)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (25 cm), berwarna-warni, mirip berkik, bertubuh montok dengan ekor pendek.
Betina: kepala dan dada berwarna coklat berangan gelap, dengan bulatan putih berbentuk mata dan setrip kuning di
tengah mahkota. Punggung dan sayapnya kehijauan, dengan tanda putih berbentuk huruf V di atas punggung serta
garis putih tebal di sekitar bahu sampai tubuh bagian bawah. Jantan: lebih kecil dan lebih suram, lebih banyak
bercak dan sedikit warna kuning kebo, bulu penutup sayap berbintik-bintik emas, bercak pada mata berwarna
kuning.
Iris merah, paruh kuning, kaki abu-abu.
Suara: Umumnya pendiam. Tetapi sewaktu bercumbu, betina mengeluarkan suara bernada rendah dalam dan
dengkuran lembut.
Penyebaran global: Afrika, India, Cina, Jepang, Asia tenggara, Filipina, Sunda Besar dan Nusa Tenggara, dan
Australia.
Penyebaran lokal dan status: Umum di beberapa tempat di Sumatera sampai ketinggian 900 m. Hanya beberapa
catatan dari Kalimantan, tetapi mungkin tersebar luas. Dulu sangat umum dijumpai di Jawa, tetapi sekarang menjadi
penghuni yang jarang di dataran rendah.
Kebiasaan: Mendiami padang rumput, rawa-rawa, dan sawah. Menggerakkan ekor ke atas dan ke bawah ketika
berjalan. Sewaktu terbang, tungkai diayunkan seperti ayam-ayaman.

TRULEK DAN CEREK - SUKU CHARADRIIDAE

Burung perancah yang berjenis banyak dan tersebar luas. Ciri khasnya adalah paruh lurus, dengan penebalan keras
pada ujungnya. Tungkai panjang dan kuat, kebanyakan tidak mempunyai jari belakang. Sayap agak panjang, ekor
pendek. Kebanyakan berpola warna coklat, hitam, dan putih. Burung pinggir air atau daerah terbuka.
Ada 16 jenis di Sunda Besar. Kebanyakan merupakan pengunjung musim dingin, hanya tiga jenis
merupakan penghuni setempat, satu di antaranya mungkin sudah punah.

168. TRULEK ERASIA Vanellus vanellus Lembar Gambar 20


(I: Northern Lapwing)
Deskripsi: Bertubuh agak besar (30 cm), berwarna hitam dan putih. Jambul hitam, panjang-sempit, dan melengkung
ke atas. Tubuh bagian atas hitam hijau mengilap. Ekor putih, dengan garis subterminal hitam dan lebar. Kepala
bermahkota hitam. Penutup telinga hitam, pinggir kepala dan tenggorokan putih-kotor. Dada kehitaman, perut putih.
Iris coklat, paruh kehitaman, kaki dan tungkai coklat jingga.
Suara: Nada sengau "pii-wit".
Penyebaran global: Paleartik, ke selatan sewaktu musim dingin sampai India dan Asia tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat dua kali di Brunei.
Kebiasaan: Menyukai ladang, jerami padi, atau rumput pendek.

169. TRULEK KELABU Vanellus cinereus Lembar Gambar 20


(I: Grey-headed Lapwing)
49
Deskripsi: Trulek yang ribut, berukuran besar (35 cm), berwarna hitam, putih dan abu-abu. Kepala dan dada abu-
abu; mantel dan punggung coklat. Ujung sayap hitam, ada garis melintang hitam pada dada dan ekor tengah.
Sebagian kecil sayap belakang, tungging, ekor, dan perut putih. Remaja: seperti dewasa, tetapi lebih coklat dan tanpa
garis hitam pada dada.
Iris coklat, paruh kuning dengan ujung hitam, kaki kuning.
Suara: Nada ratapan keras "cii-it, cii-it" sebagai tanda bahaya dan suara tajam "ping" pada waktu terbang
(Smythies).
Penyebaran global: Berbiak di Paleartik timur, bermigrasi pada musim dingin ke India, Asia tenggara, dan Filipina.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung yang jarang di Brunei dan Sarawak.
Kebiasaan: Menghuni daerah terbuka di dekat air, sungai dangkal, sawah, dan rawa-rawa.

170. TRULEK JAWA Vanellus macropterus Lembar Gambar 20


(I: Javanese Lapwing)
Deskripsi: Berukuran sedang (28 cm), berwarna coklat keabuan dengan kepala hitam. Punggung dan dada coklat
keabuan, perut hitam, tungging putih. Bulu-bulu sayap terbang hitam, ekor putih dengan garis subterminal hitam
lebar. Terdapat taji hitam pada bagian lengkung sayap.
Iris coklat, paruh hitam dengan gelambir putih kemerahan, tungkai hijau kekuningan atau jingga.
Suara: Tidak diketahui.
Penyebaran global: Endemik di Jawa. Catatan dari Sumatera selatan diragukan.
Penyebaran lokal dan status: Dulu tercatat hidup di rawa-rawa di bagian barat laut Jawa (tahun 1930) dan di
daerah muara sungai di bagian tenggara Jawa (sampai 1940). Tetapi sekarang tidak ada catatan lagi sehingga diduga
punah.
Kebiasaan: Hidup berpasangan di padang rumput terbuka sepanjang pantai utara Jawa barat dan pantai selatan Jawa
timur.

171. TRULEK GELAMBIR-MERAH Vanellus indicus Lembar Gambar 20


(I: Red-wattled Lapwing; M: Rapang Duit)
Deskripsi: Berukuran besar (35 cm), berwarna hitam, putih, dan coklat. Kepala, tenggorokan dan dada tengah
hitam. Terdapat bercak putih di atas penutup telinga. Mantel, penutup sayap, dan punggung coklat pucat; ujung
sayap, bagian belakang sisi ekor, dan garis subterminal pada ekor hitam. Bercak sayap, pangkal, ujung ekor, dan
bagian bawah lainnya putih. Pial merah kecil di atas pangkal paruh menyebabkan jenis ini dinamai Trulek gelambir-
merah.
Iris coklat, paruh merah dengan ujung hitam, kaki kuning.
Suara: Suara tanda bahaya keras dan memekik "dit-yi-du-it" atau "piti-tu-du-it" dan nada "ping" (Smythies, 1981).
Penyebaran global: India sampai Cina barat daya dan Asia tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin ke Sumatera utara (kadang-kadang).
Kebiasaan: Menghuni ruang terbuka, lahan pertanian, sawah, rawa-rawa, dan gosong di sungai. Pada waktu terbang
menunjukkan bahaya dengan mengepakkan sayap (sangat menarik perhatian).

172. CEREK BESAR Pluvialis squatarola Lembar Gambar 20


(I: Grey Plover)
Deskripsi: Berukuran sedang (28 cm), burung air bertubuh gemuk dengan paruh pendek yang kuat. Perbedaannya
dengan Cerek kernyut: ukuran tubuh dan paruh lebih besar serta pada warna (tubuh bagian atas abu-abu kecoklatan,
tubuh bagian bawah keputih-putihan). Perbedaan lainnya: sewaktu terbang, tungging dan bagian sisi atas ekor putih,
ada garis putih pada sayap serta bercak ketiak hitam pada pangkal sayap bawah yang putih.
Iris coklat, paruh hitam, tungkai abu-abu.
Suara: Siulan meratap dengan tiga nada yang menyambung "kwii-u-ii", menurun, kemudian meninggi lagi.
Penyebaran global: Seluruh dunia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang umum di daerah pesisir Sunda Besar.
Kebiasaan: Mencari makan dalam kelompok kecil di gosong lumpur dan pasir di daerah pasang surut.

50
173. CEREK KERNYUT Pluvialis fulva Lembar Gambar 20
(I: Pacific Golden-plover; M: Rapang Kerinyut)
Deskripsi: Berukuran sedang (25 cm), bertubuh kekar dengan kepala besar dan paruh pendek besar. Berwarna
kuning coklat keemasan dengan garis mata, sisi muka, dan tubuh bagian bawah pucat. Tidak ada warna kontras pada
garis sayap sewaktu terbang.
Iris coklat, paruh hitam, tungkai abu-abu.
Suara: Siulan nyaring, nada tunggal atau ganda "tu-ii".
Penyebaran global: Seluruh dunia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang umum ke daerah pesisir Sunda Besar dan Nusa
Tenggara, sampai ketinggian 1.000 m di Sumatera.
Kebiasaan: Mencari makan sendirian atau dalam kelompok, di gosong lumpur, gosong pasir, padang rumput
terbuka, lapangan, lapangan golf, atau lapangan terbang dekat pantai.
Catatan: Kadang-kadang dimasukkan ke dalam P. dominica.

174. CEREK-KALUNG BESAR Charadrius hiaticula Lembar Gambar 21


(I: Common Ringed Plover)
Deskripsi: Berukuran sedang (19 cm), berwarna hitam, coklat, dan putih, berbadan agak gemuk. Perbedaannya
dengan Cerek-kalung kecil: ukuran lebih besar, tanpa warna putih pada mahkota, tungkai jingga dan garis putih pada
sayap tampak jelas sewaktu terbang. Remaja: ada tanda hitam (pada dewasa berubah menjadi coklat). Tungkai
kuning.
Iris coklat, paruh hitam dengan pangkal kuning, kaki jingga.
Suara: Siulan merdu "tu-wiit", nada kedua lebih tinggi.
Penyebaran global: Afrika, Erasia, dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Burung migran yang jarang datang ke Semenanjung Malaysia dan Kalimantan
bagian utara. Tidak tercatat di Sumatera, tetapi kemungkinan terdapat di sana.
Kebiasaan: Seperti cerek lain.

175. CEREK-KALUNG KECIL Charadrius dubius Lembar Gambar 21


(I: Little Ringed Plover)
Deskripsi: Berukuran kecil (16 cm), berwarna abu-abu, hitam, dan putih, berparuh pendek. Perbedaannya dengan
Cerek tilil, Cerek Jawa, dan Cerek Melayu: kaki kuning dan ada garis hitam atau coklat yang menyambung pada
dada; dengan Cerek-kalung besar: lingkar mata kuning dan lebih menonjol, tidak ada garis sayap. Remaja: warna
hitam pada dewasa diganti oleh warna coklat. Sewaktu terbang, garis sayap yang putih tidak terlihat.
Iris coklat, paruh abu-abu, kaki kuning.
Suara: Siulan lembut memanjang dan menurun "pii-uu".
Penyebaran global: Tersebar luas dari Afrika, Erasia, Asia tenggara sampai P. Irian.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung tetap musim dingin sampai ke Sunda Besar. Ditemukan sampai
ketinggian 1.000 m di D. Toba, Sumatera.
Kebiasaan: Biasanya dijumpai di sepanjang beting pasir, di tepi sungai dekat pantai, juga di paya-paya dan lumpur.
Kadang-kadang ditemukan jauh di pedalaman.

176. CEREK TILIL Charadrius alexandrinus Lembar Gambar 21


(I: Kentish Plover)
Deskripsi: Bertubuh kecil (15 cm), berwarna coklat dan putih, berparuh pendek. Perbedaannya dengan Cerek-
kalung kecil: kaki hitam, ada garis putih jelas pada sayap sewaktu terbang, warna lebih putih pada ekor terluar. Pada
sisi dada, terdapat bercak hitam (jantan) atau coklat (betina).
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Nada tunggal yang lembut meninggi "prwit", berulang-ulang.
Penyebaran global: Afrika dan Erasia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang tidak umum di Sunda Besar. Tercatat di Sumatera,
Kalimantan bagian utara, Jawa, dan Bali.
Kebiasaan: Mencari makan sendirian atau dalam kelompok kecil, sering berbaur dengan burung perancah lain.
Hidup di pantai atau padang rumput berpasir dekat pantai, di sungai dan paya-paya.

177. CEREK JAWA Charadrius javanicus Lembar Gambar 21


(I: Javan Plover)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berparuh pendek, berwarna coklat dan putih. Warna jantan dan betina sama.
Mirip Cerek tilil (dulu dianggap sejenis), tetapi kepala lebih coklat kemerahan, kaki pucat, dan garis pada dada tanpa
warna hitam. Warna putih pada kerah belakang biasanya tidak menyambung.
51
Iris coklat, paruh hitam, tungkai abu-abu hijau zaitun atau coklat pucat.
Suara: Lembut, berulang, nada tunggal menaik "kwiik". "Tidip", "tik", atau "cik" sewaktu terbang atau berjalan
cepat.
Penyebaran global: Endemik di Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni tetap di pesisir Jawa (termasuk Kangean dan Madura), mungkin juga
terdapat di Bali.
Kebiasaan: Seperti Cerek tilil.
Catatan: Oleh beberapa pakar, dulu dimasukkan ke dalam ras Cerek tilil atau Cerek Melayu, tetapi sekarang sudah
dianggap sebagai jenis sendiri.

178. CEREK TOPI-MERAH Charadrius ruficapillus Lembar Gambar 21


(I: Red-capped Plover)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berparuh pendek, berwarna coklat dan putih. Seperti Cerek tilil dan Cerek Jawa
dengan garis dada dan kerah putih yang tidak lengkap, tetapi warna bulu utama lebih seragam dan dada lebih krem.
Topi berwarna seragam merah karat atau coklat dengan pinggir garis kehitaman. Paruh sangat sempit.
Suara: "Wit" yang tajam atau getaran "prrrt" sewaktu terbang.
Penyebaran global: Australia. Migran tidak tetap ke P. Irian dan Indonesia bagian timur.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Jawa timur.
Kebiasaan: Seperti Cerek tilil.
Catatan: Dulu dimasukkan ke dalam ras Cerek tilil, tetapi sekarang merupakan jenis sendiri.

179. CEREK MELAYU Charadrius peronii Lembar Gambar 21


(I: Malaysian Plover; M: Rapang Pasir)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berparuh pendek. Berwarna hitam, coklat, dan putih. Perbedaannya dengan
Cerek-pasir Mongolia atau Cerek-pasir besar: ukuran kecil, kerah sempit hitam (jantan) atau merah karat (betina);
dengan Cerek tilil: kerah pada punggung seluruhnya putih, bercak telinga terpisah, tidak bersambung sampai ke
mata.
Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu.
Suara: Lembut, tenang "kwik", mirip suara Cerek tilil.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Indocina, Filipina, Sulawesi, Sunda Besar dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas. Kebanyakan di pantai berpasir di sekitar Sumatera (termasuk beberapa
pulau) dan Kalimantan. Status di Jawa tidak pasti, berbiak di Kangean dan Bali, terdapat beberapa catatan dari
daratan Jawa (seperti Ujung Kulon), tetapi diragukan.
Kebiasaan: Hidup berpasangan di pantai berpasir. Lebih menyukai pantai kecil dengan pasir koral murni. Tidak
membentuk kelompok atau berbaur dengan burung perancah lain, dan biasanya agak jinak.

180. CEREK PARUH-PANJANG Charadrius placidus Lembar Gambar 21


(I: Long-billed Plover)
Deskripsi: Berukuran agak besar (22 cm), berbadan tegap. Berwarna hitam, coklat, dan putih. Paruh panjang, hitam
seluruhnya. Ekor lebih panjang daripada Cerek-kalung besar. Bulu pada masa berbiak berbeda nyata, garis dahi
hitam, garis pada dada lengkap, tidak ada warna hitam pada pipi. Remaja seperti Cerek-kalung besar dan Cerek-
kalung kecil. Tidak pernah mempunyai garis mata hitam yang jelas.
Iris coklat, paruh hitam, tungkai dan kaki kuning suram.
Suara: Nyaring, seperti bunyi seruling bernada dua atau tiga.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut, Cina timur, dan Cina selatan. Pada musim dingin lebih ke selatan
sampai Asia tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat sebagai pengembara yang jarang ke Kalimantan bagian utara dan Bali.
Kebiasaan: Mirip cerek lain, tetapi lebih menyukai daerah berkerikil di sepanjang pinggir sungai dan gosong
lumpur.

181. CEREK-PASIR MONGOLIA Charadrius mongolus Lembar Gambar 21


(I: Mongolian Plover)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm), berparuh pendek, berwarna abu-abu, coklat, dan putih. Sangat mirip Cerek-
pasir besar dan sering berbaur. Perbedaannya: ukuran tubuh kecil dan lebih pendek, paruh halus, garis putih pada
sayap terlihat samar sewaktu terbang. Burung pengunjung awal (yang masih dalam masa berbiak ) terlihat berbeda
jelas, karena terdapat garis dada merah tua lebar dan topeng hitam dengan dahi seluruhnya hitam pada ras atrifrons
yang merupakan ras paling umum.
Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu gelap.
Suara: Getaran tenang pendek atau suara "kip-ip" tajam.
52
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut. Bermigrasi ke Afrika, Asia tenggara, Australia, dan Selandia Baru.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung tetap musim dingin ke daerah pesisir Sunda Besar, sering sangat umum.
Kebiasaan: Ditemukan berbaur dengan burung perancah lain di daerah berlumpur dan berpasir di tepi pantai,
kadang-kadang dalam kelompok besar berjumlah ratusan ekor.

182. CEREK-PASIR BESAR Charadrius leschenaultii Lembar Gambar 21


(I: Greater Sand-plover)
Deskripsi: Berukuran sedang (22 cm). Berwarna abu-abu, coklat, dan putih. Perbedaannya dengan Cerek-pasir
Mongolia: ukuran besar dan lebih panjang, paruh lebih tebal; dengan Cerek pendatang lain (kecuali Cerek-pasir
Mongolia): tidak ada garis dada atau garis kerah. Pengunjung awal masih memperlihatkan bulu biak yang khas yaitu
garis dada merah tua, topeng hitam, dan dahi putih.
Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu kehijauan.
Suara: Umumnya diam pada musim dingin. Suara rendah "trrrt" sewaktu tinggal landas.
Penyebaran global: Tersebar luas dari Afrika dan Asia sampai ke Australia dan Selandia Baru.
Penyebaran lokal dan status: Migran musim dingin yang umum terlihat di pesisir Sunda Besar.
Kebiasaan: Sering mengunjungi daerah berlumpur dan beting pasir di pantai, berbaur dengan burung perancah
lainnya, terutama Cerek-pasir Mongolia.

183. CEREK ASIA Charadrius veredus Lembar Gambar 21


(I: Oriental Plover)
Deskripsi: Berukuran sedang (23 cm), berwarna coklat dan putih, berparuh pendek. Bulu pada musim dingin: paruh
sempit, muka keputih-putihan, bagian atas coklat polos tanpa garis pada sayap, ada pita lebar coklat pada dada. Pada
musim panas: pita pada dada berubah menjadi jingga dengan garis bawah hitam. Perbedaan dengan Cerek kernyut,
Cerek-pasir Mongolia, dan Cerek-pasir besar adalah kakinya kuning. Sewaktu terbang, sayap bawah (termasuk
ketiaknya) terlihat putih.
Iris merah tua, paruh coklat-hijau zaitun, kaki kuning sampai jingga.
Suara: Siulan seperti suling "kwink" dan suara keras berulang "cip-cip-cip" sewaktu terbang.
Penyebaran global: Berbiak di Mongolia dan Cina utara, kadang-kadang mengunjungi Sunda Besar pada musim
dingin.
Penyebaran lokal dan status: Jarang di Sunda Besar.
Kebiasaan: Mencari makan di daerah berumput dekat pesisir, pinggir sungai, dan paya.
Catatan: Kemungkinan sejenis dengan Cerek Kaspia C. asiaticus.

53
TRINIL-TRINILAN - SUKU SCOLOPACIDAE

Suku ini jumlah jenisnya banyak dan tersebar luas. Umumnya ditemukan di pantai atau di daerah basah terbuka,
sering dekat laut. Beberapa jenis menyebar sampai ke pedalaman di tempat-tempat tinggi, tetapi di antara jenis yang
ada di Sunda Besar, hanya Berkik-hutan merah yang tinggal di hutan.
Semua anggota suku ini mempunyai kaki panjang, sayap meruncing panjang, dan paruh ramping
memanjang. Pada beberapa jenis, paruh sangat panjang. Paruh tersebut digunakan untuk mengais dalam ke lumpur,
mencari cacing dan udang-udangan yang tersembunyi. Kebanyakan jenis merupakan pengembara, hanya Berkik-
hutan merah yang merupakan penetap berbiak.
Burung perancah pengembara ini dapat melewati Kawasan Sunda dalam perjalanan ke dan dari tempat
makan ke selatan dan timur pada musim dingin. Pada sebagian musim, dapat menjadi pengunjung musim dingin
yang tetap, mampir di sepanjang pesisir kawasan ini. Kadang-kadang terlihat dalam kelompok besar.
Uraian berikut mengkhususkan pada bulu musim dingin yang biasa terlihat di Sunda Besar, tetapi beberapa
burung dapat ditemukan dalam keadaan bulu berbiak. Kedua bentuk diperlihatkan. Burung perancah sering sulit
diidentifikasi karena banyak yang mirip, dan biasanya terlihat dari jarak yang jauh. Penampakan umumnya perlu
diperhatikan, yaitu terlihat atau tidaknya garis sayap sewaktu terbang. Suara sangat berguna dalam mengidentifikasi
karena kebanyakan jenis mempunyai suara yang khas sewaktu terbang.
Ada 35 jenis burung ini yang sudah pasti tercatat di Sunda Besar dan dua jenis lain masih diragukan.

184. GAJAHAN BESAR Numenius arquata Lembar Gambar 22


(I: Eurasian Curlew; M: Kedidi Kendi)
Deskripsi: Berukuran sangat besar (55 cm), berwarna coklat bercoret. Kaki panjang, paruh sangat panjang dan
melengkung ke bawah. Tunggir putih berubah menjadi putih dan bergaris coklat pada ekor. Perbedaannya dengan
Gajahan timur: tunggir dan ekor lebih putih, sayap bawah putih; dengan Gajahan pengala: ukuran lebih besar, tidak
ada garis-garis pada kepala, dan secara proporsional paruh lebih panjang.
Iris coklat, paruh coklat, kaki biru keabuan.
Suara: Keras merengek, teriakan meninggi "ker-luw".
Penyebaran global: Berbiak di Erasia utara, tetapi bermigrasi ke selatan pada waktu musim dingin sampai
Indonesia dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung tetap ke Sunda Besar, tetapi tidak pernah dalam jumlah besar. Lebih
umum daripada Gajahan timur.
Kebiasaan: Sering mengunjungi muara dan gosong lumpur pasang surut, tetapi jarang pergi jauh dari laut. Sering
terlihat sendirian, tetapi kadang-kadang juga dalam kelompok kecil, atau berbaur dengan jenis Gajahan lain.

185. GAJAHAN PENGALA Numenius phaeopus Lembar Gambar 22


(I: Whimbrel; M: Kedidi Pisau Raut)
Deskripsi: Berukuran besar (43 cm), berwarna coklat bercoret dengan alis pucat. Garis mahkota hitam, kaki
panjang, dan paruh melengkung ke bawah. Mirip Gajahan besar, tetapi jauh lebih kecil dan secara proporsional
paruh lebih pendek. Tunggir kecoklatan pada ras yang lebih umum variegatus, tetapi beberapa individu mempunyai
tunggir putih dan sayap bawah mendekati ras phaeopus.
Iris coklat, paruh hitam, kaki coklat kehitaman.
Suara: Siulan meringkik keras "ti-ti-ti-ti-ti-ti".
Penyebaran global: Berbiak di Eropa utara dan Asia. Pada musim dingin bermigrasi ke selatan sampai ke Asia
tenggara, Australia, dan Selandia Baru.
Penyebaran lokal dan status: Di Sunda Besar tersebar luas sebagai pengunjung biasa. Beberapa burung yang tidak
berbiak dapat ditemukan pada musim panas.
Kebiasaan: Menyukai gosong lumpur, muara pasang surut, daerah berumput dekat pantai, paya, dan pantai berbatu.
Biasanya hidup dalam kelompok kecil sampai besar, dan sering berbaur dengan burung perancah lain.

186. GAJAHAN KECIL Numenius minutus Lembar Gambar 22


(I: Little Curlew)
Deskripsi: Berukuran sedang (30 cm), berwarna coklat bercoret. Kaki panjang, paruh berukuran sedang dan
melengkung ke bawah, alis kuning kebo. Dibandingkan dengan Gajahan pengala, ukurannya lebih kecil dan pendek
serta paruh lebih lurus. Tunggir tidak pernah putih.
Iris coklat, paruh coklat dengan pangkal merah muda, kaki abu-abu-biru.
Suara: Ocehan "te-te-te" ketika kelompok sedang makan dan suara keras tajam "chiy-chiy-chiy" sewaktu terancam.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut. Pada musim dingin bermigrasi ke selatan, ke Australia dan Selandia
Baru.
Penyebaran lokal dan status: Jalur migrasi biasanya di Indonesia bagian timur, tetapi pernah tercatat di
54
Kalimantan bagian utara dan Jawa.
Kebiasaan: Menyukai daerah kering terbuka dan berumput di dekat pantai, seperti lapangan terbang dan gosong
lumpur di tepi pantai.

187. GAJAHAN TIMUR Numenius madagascariensis Lembar Gambar 22


(I: Far-eastern Curlew)
Deskripsi: Berukuran sangat besar (57 cm), berwarna coklat bercoret. Kaki panjang, paruh sangat panjang dan
melengkung ke bawah. Perbedaannya dengan Gajahan besar: berwarna lebih gelap dan coklat, tunggir dan ekor
coklat, bagian bawah kuning kebo. Ketika terbang, sayap bawah bergaris (Gajahan besar: sayap bawah putih).
Iris coklat, paruh hitam dengan dasar merah muda, kaki abu-abu.
Suara: Mirip Gajahan besar.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut, tetapi pada musim dingin bermigrasi ke selatan sampai Australasia.
Penyebaran lokal dan status: Biasa mengunjungi Sunda Besar, tetapi tidak umum.
Kebiasaan: Seperti Gajahan besar, sangat pemalu.

188. BIRU-LAUT EKOR-HITAM Limosa limosa Lembar Gambar 22


(I: Black-tailed Godwit)
Deskripsi: Berukuran besar (40 cm), kaki dan paruh panjang. Mirip Biru-laut ekor-blorok, tetapi ukuran lebih besar,
paruh hanya sedikit melengkung ke atas, garis mata lebih jelas, bagian atas kurang berbintik, sebagian ekor terminal
kehitaman, tunggir dan pangkal ekor putih. Garis putih pada sayap terlihat jelas, sempit (ras melanuroides) atau lebih
lebar (bentuk limosa).
Iris coklat, paruh: pangkal merah muda dan ujung hitam, kaki abu-abu kehijauan.
Suara: Umumnya diam tetapi sewaktu terbang, kadang-kadang bersuara keras "wikka wikka wikka" atau "kip-kip-
kip".
Penyebaran global: Berbiak di Eropa utara dan Asia, tetapi pada musim dingin bermigrasi ke selatan sampai
Australia dan Selandia Baru.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung biasa yang terbatas di Sumatera dan Kalimantan. Dalam kelompok besar
(bisa mencapai ribuan ekor) di pesisir timur Sumatera. Pengunjung yang jarang lewat di Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Sering mengunjungi daerah lumpur pantai, pinggiran sungai, dan danau. Mencari makan seperti Biru-
laut ekor-blorok, tetapi di tempat yang lebih berlumpur.

189. BIRU-LAUT EKOR-BLOROK Limosa lapponica Lembar Gambar 22


(I: Bar-tailed Godwit)
Deskripsi: Berukuran besar (37 cm). Kaki panjang, paruh sedikit melengkung ke atas. Bagian atas berbintik abu-abu
dan coklat. Alis putih jelas, pada dada terdapat sedikit warna abu-abu. Ciri khas: garis sayap sempit berwarna pucat,
garis-garis coklat sempit di atas tunggir dan ekor yang putih. Ras biasa baueri: punggung bawah kecoklatan, ras
yang lebih jarang lapponica: punggung bawah dan tunggir putih.
Iris coklat, paruh: pangkal merah muda dan ujung hitam, kaki hijau gelap atau abu-abu.
Suara: Pendiam. Tetapi kadang-kadang mengeluarkan suara rendah dari tenggorokan "karrank", atau nada ganda
jelas "kiu-kiu", dan suara lembut sewaktu terbang "kit-kit-kit-kit".
Penyebaran global: Berbiak di Eropa utara dan Asia. Pada musim dingin bermigrasi ke selatan sampai Australia
dan Selandia Baru.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan kadang-kadang agak umum secara lokal. Pengunjung
tetap di Jawa dan Bali, tetapi bukan pengunjung yang umum.
Kebiasaan: Sering mengunjungi perairan pasang surut, muara, beting pasir, dan perairan dangkal.

190. TRINIL TUTUL Tringa erythropus Lembar Gambar 23


(I: Spotted Redshank)
Deskripsi: Berukuran sedang (30 cm), berwarna abu-abu. Kaki merah, paruh panjang lurus. Warna bulu biaknya
yang hitam sangat khas. Pada musim dingin, mirip Trinil kaki-merah. Perbedaannya: ukuran lebih besar dan lebih
abu-abu, paruh lebih panjang, bintik-bintik putih pada sayap yang gelap dan garis mata lebih jelas. Perbedaannya
sewaktu terbang: tidak ada garis putih pada pinggir sayap dan kaki lebih menonjol dari bawah ekor.
Iris coklat, paruh hitam dengan dasar merah, kaki jingga.
Suara: Tajam sangat khas, siulan meledak "tu-it" ketika terbang dan beristirahat.
Penyebaran global: Berbiak di Eropa. Bermigrasi ke Afrika, India, dan Asia tenggara pada musim dingin.
Penyebaran lokal dan status: Beberapa burung mengembara sampai Kalimantan bagian utara dan Sumatera.
Kebiasaan: Mirip Trinil kaki-merah. Menyukai gosong lumpur dan paya.

191. TRINIL KAKI-MERAH Tringa totanus Lembar Gambar 23


55
(I: Common Redshank; M: Kedidi Kaki Merah)
Deskripsi: Berukuran sedang (28 cm). Kaki jingga kemerahan dan bagian pangkal paruh merah. Bagian atas abu-
abu kecoklatan, bagian bawah putih, dada bercoretan coklat. Sewaktu terbang, tunggir yang putih terlihat jelas dan
bulu sekunder yang putih memberikan kesan yang jelas di pinggir sayap. Ekor seluruhnya bergaris-garis halus hitam
dan putih.
Iris coklat, paruh: pangkal merah dan ujung hitam, kaki jingga merah.
Suara: Siulan indah "tiu-hiu-hiu" dengan nada menurun, atau suara tunggal "tiyuu".
Penyebaran global: Berbiak di Afrika dan Erasia. Pada musim dingin bermigrasi ke selatan sampai Sulawesi,
Timor, dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung yang umum di Sunda Besar, dalam kelompok yang mencapai jumlah
10.000 di pesisir timur Sumatera.
Kebiasaan: Mengunjungi beting lumpur, pantai, rawa dan tambak yang dikeringkan, sawah di dekat laut, atau
kadang-kadang jauh ke pedalaman. Umumnya hidup dalam kelompok kecil, bergabung dengan burung perancah
lain.

192. TRINIL RAWA Tringa stagnatilis Lembar Gambar 23


(I: Marsh Sandpiper)
Deskripsi: Berukuran sedang (23 cm), bersifat rapuh. Dahi putih, paruh lurus dan sangat tipis. Bagian atas coklat
keabuan, tunggir dan punggung bawah putih, bagian bawah putih. Perbedaannya dengan Trinil kaki-hijau adalah
ukuran lebih kecil, dahi lebih pucat, kaki lebih panjang secara proporsional, serta paruh lebih lurus dan halus.
Iris coklat, paruh hitam, kaki kehijauan.
Suara: Suara tenang "chiw" atau suara khas, tajam, tipis "chiwp" atau "cip".
Penyebaran global: Berbiak di Erasia. Tetapi bermigrasi ke selatan sampai Afrika, Asia selatan dan tenggara,
bahkan sampai Australia dan Selandia Baru.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung tidak biasa di Jawa dan Bali. Pengunjung yang tetap dan umum di
beberapa tempat di Kalimantan dan Sumatera.
Kebiasaan: Sering mengunjungi gosong lumpur, rawa payau, dan kolam-kolam. Umumnya hidup sendirian, berdua
atau bertiga.

193. TRINIL KAKI-HIJAU Tringa nebularia Lembar Gambar 23


(I: Common Greenshank)
Deskripsi: Berukuran agak besar (32 cm). Tubuh keabuan dengan tungging putih, kaki hijau. Paruh panjang,
ringan, dan sedikit melengkung ke atas. Bagian atas keabuan, bagian bawah putih. Sewaktu terbang, terlihat sayap
kehitaman, tunggir dan punggung bawah putih, ekor bergaris-garis, dan kaki panjang.
Iris coklat, paruh hitam, kaki hijau.
Suara: Keras seperti bel "tiuw tiuw tiuw".
Penyebaran global: Berbiak di Erasia utara, tetapi pada musim dingin bermigrasi ke selatan Australia dan Selandia
Baru.
Penyebaran lokal dan status: Dalam jumlah kecil, biasa mengunjungi Sunda Besar.
Kebiasaan: Mengunjungi rawa dan gosong lumpur di daratan dan pesisir. Biasanya sendirian, berdua atau bertiga.
Mencari makan sambil menyusurkan paruh ke kiri dan ke kanan di dalam air.

194. TRINIL NORDMANN Tringa guttifer Lembar Gambar 23


(I: Nordmann’s Greenshank)
Deskripsi: Berukuran sedang (31 cm), berwarna abu-abu dengan kaki kekuningan. Paruh berwarna dua. Sangat
mirip Trinil kaki-hijau. Perbedaannya: pangkal kuning pada paruh lebih padat, bagian atas lebih pucat, lebih bersisik,
dan kurang bercoretan (pada musim dingin). Di samping itu, garis pada ekor lebih pucat serta kaki lebih pendek,
lebih kuning, dan kurang menonjol dari bawah ekor saat terbang. Juga terdapat perbedaan pada suara. Tiga jari kaki
terlihat berselaput (Trinil kaki-hijau: hanya dua jari kaki yang berselaput).
Iris coklat, paruh hitam dangan dasar kuning, tungkai dan kaki hijau kuning.
Suara: Keras, berulang, teriakan menembus "kiyiuw".
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut. Bermigrasi pada musim dingin ke Jepang, Cina, Asia tenggara, dan
Filipina.
Penyebaran lokal dan status: Genting (Collar dkk. 1994). Sangat jarang yang dapat mencapai pesisir Sumatera
utara dan Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Seperti Trinil kaki-hijau. Menyukai gosong lumpur.

195. TRINIL KAKI-KUNING Tringa flavipes Lembar Gambar 23


(I: Lesser Yellowlegs)
56
Deskripsi: Berukuran sedang (23 cm), berwarna keabuan. Punggung coklat, paruh lurus, kaki kuning mencolok.
Berukuran lebih kecil dan lebih ramping daripada Trinil kaki-hijau. Bercak putih pada tunggir yang terlihat sewaktu
terbang, terpotong persegi di atas penutup ekor, tidak berbentuk baji seperti pada kebanyakan trinil
Iris coklat, paruh hitam, kaki dan tungkai kuning.
Suara: Nada tunggal atau ganda seperti Trinil kaki-hijau tetapi lebih tenang. Juga suara peringatan "tuk tuk tuk" ,
dan sambil terbang: "pill-i-wii, pill-i-wii" yang nadanya turun-naik.
Penyebaran global: Berbiak di Alaska dan Kanada, bermigrasi ke selatan pada musim dingin ke Amerika selatan.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat sebagai pengunjung yang jarang (hanya satu kali) ke Sumatera utara pada
tahun 1983.
Kebiasaan: Burung perancah yang lincah dan anggun, berjalan dengan kaki bengkok.

196. TRINIL HIJAU Tringa ochropus Lembar Gambar 23


(I: Green Sandpiper)
Deskripsi: Berukuran sedang (23 cm), berwarna coklat kehijauan dengan tungging putih yang mencolok. Ciri khas
sewaktu terbang adalah sayap bawah hitam, tungging putih, dan ekor bergaris. Bagian atas coklat kehijauan dengan
noda-noda putih. Sayap dan punggung bawah hampir seluruhnya hitam, ekor putih dengan ujung bergaris hitam,
bagian bawah keputih-putihan. Kaki menjulur dari bawah ekor ketika terbang. Terlihat sangat hitam dan putih di
lapangan.
Iris coklat, paruh hijau zaitun buram, kaki hijau zaitun.
Suara: Nyaring, encer "uit-tluit" dengan nada kedua lebih panjang.
Penyebaran global: Berbiak di Erasia utara, tetapi pada musim dingin bermigrasi ke selatan sampai ke Kalimantan
bagian utara, Sumatera, dan Filipina.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung yang sangat jarang ke Jawa tetapi tidak ada informasi baru.
Kebiasaan: Biasanya sendirian, sering mengunjungi kolam kecil, rawa, dan parit. Jika dikejutkan, terbang berkelok-
kelok seperti berkik.

197. TRINIL SEMAK Tringa glareola Lembar Gambar 23


(I: Wood Sandpiper; M: Kedidi Kayu)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm), berwarna abu-abu kecoklatan dengan tungging putih. Bagian atas coklat
kehijauan dan berbintik-bintik. Alis putih, ekor putih bergaris coklat, bagian bawah putih. Ciri khas sewaktu terbang
adalah ekor bergaris, tunggir dan sayap bawah putih, dan tidak ada garis pada sayap. Sewaktu terbang, kaki
menjulur dari bawah ekor.
Iris coklat, paruh hitam, kaki kekuningan sampai hijau zaitun.
Suara: Siulan bernada tinggi "cii-cii-cii" suara tanda bahaya "cif-cif-cif", tetapi tidak senyaring Trinil kaki-hijau.
Penyebaran global: Berbiak di Erasia utara, tetapi bermigrasi ke selatan pada musim dingin sejauh Australia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung yang umum dan tersebar luas di Sunda Besar.
Kebiasaan: Menyukai habitat pantai yang berlumpur. Juga terdapat jauh di daratan, sawah, dan rawa air tawar
sampai ketinggian 750 m. Umumnya hidup dalam kelompok kecil sampai jumlah dua puluh ekor, dan sering
berbaur dengan burung perancah lain.

198. TRINIL BEDARAN Tringa cinereus Lembar Gambar 23


(I: Terek Sandpiper)
Deskripsi: Berukuran sedang (23 cm), berwarna abu-abu. Paruh panjang dan sedikit melengkung ke atas. Bagian
atas abu-abu, alis putih, bulu primer hitam mencolok. Bagian bawah putih, kaki relatif pendek. Pinggir belakang
yang putih dan sempit pada sayap terlihat mencolok sewaktu terbang.
Iris coklat, paruh hitam dengan dasar kuning, kaki jingga.
Suara: Nyaring, bernada tinggi, bergetar merdu "tii-tii-tii" atau "tit-ter-tii".
Penyebaran global: Berbiak di Erasia utara, tetapi bermigrasi ke selatan pada musim dingin sejauh Australia dan
Selandia Baru.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung umum di pesisir di Sunda Besar. Bisa mencapai lebih dari 6.000 ekor di
sepanjang pesisir timur Sumatera.
Kebiasaan: Sering mengunjungi gosong lumpur di pantai, teluk, dan muara sungai. Berbaur dengan burung
perancah lain sewaktu makan, tetapi terpisah sewaktu terbang. Umumnya hidup menyendiri atau berdua, jarang
berkelompok.

199. TRINIL PANTAI Tringa hypoleucos Lembar Gambar 23


(I: Common Sandpiper; M: Kedidi Pasir)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (20 cm), berwarna coklat dan putih, paruh pendek. Bersifat tidak kenal lelah.
Bagian atas coklat, bulu terbang kehitaman. Bagian bawah putih dengan bercak abu-abu coklat pada sisi dada. Ciri
57
khas sewaktu terbang adalah garis sayap putih, tunggir tidak putih, ada garis putih pada bulu ekor terluar.
Iris coklat, paruh abu-abu gelap, kaki hijau zaitun pucat.
Suara: Tipis, seperti seruling bernada tinggi "twii-wii-wii-wii".
Penyebaran global: Berbiak di Afrika dan Erasia, tetapi bermigrasi ke selatan pada musim gugur sampai Australia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung yang sangat umum, dapat dilihat hampir sepanjang tahun.
Kebiasaan: Sering mengunjungi habitat yang sangat luas, dari gosong lumpur pantai dan beting pasir sampai ke
sawah di dataran tinggi (sampai ketinggian 1.500 m), sepanjang aliran, dan pinggir sungai. Berjalan dengan cara
menyentak tanpa berhenti. Terbang dengan pola yang khas, melayang dengan sayap yang kaku.

200. TRINIL EKOR-KELABU Tringa brevipes Lembar Gambar 22


(I: Grey-tailed Tattler)
Deskripsi: Berukuran sedang (25 cm), berwarna abu-abu dengan garis mata hitam dan alis putih mencolok. Kaki
kuning pendek, dagu keputih-putihan. Bulu utama polos, bagian atas abu-abu. Dada abu-abu pucat, perut putih,
tunggir bergaris halus. Sayap bawah terlihat gelap sewaktu terbang.
Iris coklat, paruh hitam, kaki kekuningan.
Suara: Siulan ganda tajam "tu-wiit" atau getaran lembut.
Penyebaran global: Berbiak di Siberia, tetapi bermigrasi ke selatan pada musim dingin, sampai Australia dan
Selandia Baru.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung (yang tidak umum sampai jarang) ke pesisir di Sunda Besar. Di Jawa
lebih banyak ditemukan di pesisir selatan.
Kebiasaan: lebih menyukai pantai berbatu daripada gosong lumpur, beting koral, dan pantai berpasir atau
berkerikil. Biasanya hidup sendirian atau dalam kelompok kecil. Tidak berbaur dengan wader lain. Berlari dengan
cara yang khas, mengendap-endap dengan ekor agak tinggi.
Catatan: Mungkin sejenis dengan T. incana.

201. TRINIL PEMBALIK-BATU Arenaria interpres Lembar Gambar 22


(I: Ruddy Turnstone)
Deskripsi: Berukuran sedang (23 cm), mudah dikenali. Paruh pendek, kaki dan tungkai jingga terang. Pada kepala
dan dada terlihat suatu pola yang rumit dan khas dari warna-warna hitam, coklat dan putih. Bentuk paruh merupakan
ciri khas. Sewaktu terbang dilihat dari atas, berpola hitam dan putih tebal.
Iris coklat, paruh hitam, kaki jingga.
Suara: Getaran tersendat metalik "ktititit" atau "kii-uu" yang bertalun.
Penyebaran global: Tersebar luas. Berbiak di belahan utara, bermigrasi ke selatan pada musim dingin melalui
Indonesia ke Australia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung yang cukup umum ke pesisir di Sunda. Beberapa burung yang tidak
berbiak dapat terlihat pada musim panas.
Kebiasaan: Mengunjungi gosong lumpur, pantai berpasir, dan rangkaian karang berbatu dalam kelompok kecil.
Kadang-kadang mencari makan di daratan atau di daerah terbuka yang dekat dengan laut. Umumnya hidup tidak
berbaur dengan jenis lain. Jenis ini mendapatkan nama dari kebiasaannya yang menarik, yaitu mendorong atau
membalikkan batu di pantai untuk mencari udang-udangan di bawahnya.

202. TRINIL-LUMPUR ASIA Limnodromus semipalmatus Lembar Gambar 22


(I: Asian Dowitcher)
Deskripsi: Berukuran besar (35 cm), berwarna abu-abu. Paruh panjang lurus. Punggung abu-abu. Tungging,
punggung bawah, dan ekor putih, seluruhnya bergaris hitam. Bagian bawah pucat dengan dada coklat
kekuningtuaan. Kadang-kadang terdapat garis sayap putih pada bulu primer. Perbedaannya dengan burung biru-laut
adalah ukuran lebih kecil serta paruh hitam lurus dan membesar pada ujungnya.
Iris coklat, paruh hitam, kaki kehitaman.
Suara: Umumnya diam tetapi kadang-kadang bersuara mengeluh lembut "miauw".
Penyebaran global: Berbiak di Asia utara. Bermigrasi ke India timur, Asia tenggara, dan Filipina, serta melalui
Indonesia ke Australia utara.
Penyebaran lokal dan status: Tujuan kunjungan utama pada musim dingin adalah gosong lumpur di pesisir Sunda
Besar. Tercatat sampai 4.000 ekor di Sumatera bagian tenggara (Jambi dan Sumatera selatan) dan sampai 1.000 ekor
di Jawa bagian timur laut. Kemungkinan sebagian besar luput teramati di Kalimantan, hanya ada beberapa catatan.
Kebiasaan: Menghuni gosong lumpur, dapat dikenali dari caranya mencari makan yang khas, berjalan maju dengan
kaku, mengayun sambil mencemplungkan paruh dalam-dalam ke lumpur pada setiap langkahnya (seperti mainan
mekanis).

203. TRINIL-LUMPUR PARUH-PANJANG Limnodromus scolopaceus Lembar Gambar 22


58
(I: Long-billed Dowitcher)
Deskripsi: Berukuran agak besar (30 cm), berwarna abu-abu dengan paruh panjang lurus. Mirip Trinil-lumpur Asia,
tetapi ukuran lebih kecil serta kaki dan paruh lebih pucat. Perbedaan lainnya yaitu sewaktu terbang: punggung putih
polos berbentuk baji tanpa garis, bulu primer tanpa garis putih, pinggir belakang putih pada bulu sekunder lebih
mencolok, garis sayap keputih-putihan bergaris hitam.
Iris coklat, paruh kekuningan dengan ujung gelap, kaki abu-abu kehijauan.
Suara: Tinggi, tipis "kiik" kadang-kadang berulang. Mirip Trinil semak.
Penyebaran global: Berbiak di Siberia timur dan Kawasan Neartik barat.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Brunei dan Bali.
Kebiasaan: Biasa terdapat di paya-paya dan gosong lumpur pesisir.

204. BERKIK EKOR-LIDI Gallinago stenura Lembar Gambar 24


(I: Pintail Snipe; M: Berkek Berbintik)
Deskripsi: Berukuran sedang (24 cm), bertubuh gemuk. Kaki pendek, paruh sangat panjang dan lurus. Bagian atas
coklat serta bercoret putih halus, kuning dan hitam. Bagian bawah putih, tersapu merah karat pada dada dan bergaris
hitam halus. Kepala berwarna pucat dengan tiga setrip coklat gelap di atas, di bawah, dan memotong mata. Sulit
dibedakan dari Berkik rawa dan Berkik ekor-kipas. Perbedaannya: ukuran lebih kecil, ekor lebih pendek, kaki
kuning menjulur lebih jauh dari bawah ekor sewaktu terbang, dan pada suara. Perbedaan lainnya dengan Berkik
ekor-kipas: tidak ada kesan pinggir putih pada sayap.
Iris coklat, paruh coklat dengan ujung gelap, kaki kekuningan.
Suara: Seperti parut "skuak skuak" dengan bunyi sengau sewaktu terancam.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut, tetapi bermigrasi ke selatan pada musim dingin, yaitu ke Maluku
dan Nusa tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di Sumatera, Kalimantan barat, dan dataran tinggi Kelabit. Di tempat
lain di Kalimantan tidak umum. Pengunjung yang umum di Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Mengunjungi sawah, daerah payau di hutan, dan hutan bakau, tetapi biasanya ke tempat yang lebih
kering daripada Berkik ekor-kipas. Kebiasaan mirip berkik lain, termasuk melompat cepat, terbang berkelak-kelok,
dan bersuara ketika terganggu.

205. BERKIK RAWA Gallinago megala Lembar Gambar 24


(I: Swinhoe’s Snipe; M: Berkek Tirok)
Deskripsi: Berukuran sedang (28 cm), gemuk, berkaki pendek. Paruh sangat panjang dan lurus. Agak sulit untuk
membedakannya di lapangan dengan Berkik ekor-lidi. Perbedaannya: ekor lebih panjang, kaki tidak begitu jauh
menjulur dari bawah ekor sewaktu terbang. Perbedaannya dengan Berkik ekor-kipas: lebih banyak warna putih pada
ujung ekor dan tidak ada kesan pinggir putih pada sayap sewaktu terbang.
Iris dan paruh coklat, kaki abu-abu zaitun.
Suara: Suara keras memarut, mirip suara Berkik ekor-kipas, tetapi dalam nada lebih tinggi.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut, bermigrasi ke selatan pada musim dingin sampai sejauh Australia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung tetap ke Sunda Besar tetapi jumlahnya tidak sebanyak Berkik ekor-lidi.
Diragukan tercatat di Sumatera, tetapi mungkin luput dari pengamatan.
Kebiasaan: Menghuni paya-paya dan padang rumput tergenang, termasuk sawah. Kebiasaannya seperti berkik lain,
tetapi terbang lebih lambat dan lebih lurus dibandingkan dengan kedua jenis lain.

206. BERKIK EKOR-KIPAS Gallinago gallinago Lembar Gambar 24


(I: Common Snipe; M: Berkek Ekor Kipas)
Deskripsi: Berukuran sedang (27 cm), bertubuh gemuk. Kaki pendek, paruh sangat panjang dan lurus. Kepala
kuning tua dengan setrip gelap di atas, di bawah, dan melalui mata. Bagian atas coklat gelap, bergaris putih dan
hitam; bagian bawah kekuningtuaan, bercoret coklat. Sulit dibedakan dengan berkik lain. Perbedaannya: ada kesan
pinggir putih pada bulu sekunder, terbang lebih cepat dan berkelak-kelok.
Iris dan paruh coklat, kaki warna zaitun.
Suara: Tangisan keras "snaip-snaip", nadanya meninggi ketika terusir.
Penyebaran global: Berbiak di daerah Palaeartik, ke selatan pada musim dingin sampai ke Filipina dan Asia
tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang jarang ke Sunda Besar. Diragukan tercatat di
Sumatera, tetapi mungkin karena luput dari pengamatan.
Kebiasaan: Ditemukan di paya-paya dan sawah. Umumnya selalu berada di balik buluh dan rerumputan. Jika
terganggu, melompat kemudian terbang berkelok-kelok tidak tentu arah dan mengeluarkan suara alarm.

207. BERKIK-GUNUNG ERASIA Scolopax rusticola Lembar Gambar 24


59
(I: Eurasian Woodcock)
Deskripsi: Berukuran besar (35 cm), bertubuh gemuk. Kaki pendek, paruh panjang lurus. Perbedaannya dengan
berkik lain adalah ukuran tubuh jauh lebih besar dan ada garis-garis di atas kepala. Lebih besar dan lebih pucat
daripada Berkik-hutan merah.
Iris coklat, paruh: pangkal kemerahmudaan dan ujung hitam, kaki merah muda keabuan.
Suara: Biasanya diam saat terusir.
Penyebaran global: Erasia, bermigrasi ke Asia tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Kadang-kadang sebagai pengunjung musim dingin ke Brunei.
Kebiasaan: Burung hutan yang aktif pada malam hari. Bersembunyi pada siang hari, duduk diam di tanah, dan
terbang pada malam hari untuk mencari makan di daerah terbuka. Gemeretak sayap terdengar jelas sewaktu terusir.

208. BERKIK-GUNUNG MERAH Scolopax saturata Lembar Gambar 24


(I: Rufous Woodcock)
Deskripsi: Berukuran agak besar (30 cm), bertubuh gemuk gelap. Kaki pendek, paruh sangat panjang dan lurus.
Menyerupai berkik. Perbedaannya: bulu lebih gelap, ukuran lebih besar, ada garis melintang pada kepala, dan
tinggal di hutan pegunungan. Dibandingkan dengan Berkik-hutan Erasia: tubuh lebih kecil, lebih gelap, dan lebih
merah karat.
Iris coklat, paruh: pangkal merah muda dan ujung hitam, kaki keabuan.
Suara: Pekikan keras, diulangi tanpa henti: "du-du-du-du-du" juga "krrr-krrr-krrr".
Penyebaran global: Endemik di Sumatera, Jawa, dan P. Irian.
Penyebaran lokal dan status: Pegunungan di Sumatera, tercatat di G. Leuser dan G. Kerinci antara ketinggian
1.900-2.400 m. Di Jawa barat pernah tercatat di G. Salak, G. Tangkuban Perahu, dan G. Pangrango antara
ketinggian 1.200-2.800 m.
Kebiasaan: Hidup di hutan pegunungan, sering di dekat danau. Bersembunyi pada siang hari, duduk diam di atas
tanah. Terbang pada malam hari untuk mencari makan di tempat terbuka.

209. KEDIDI MERAH Calidris canutus Lembar Gambar 25


(I: Red Knot)
Deskripsi: Berukuran sedang (24 cm), gemuk. Kaki pendek dan keabuan, paruh gelap-tebal dan agak pendek, setrip
alis pucat. Bagian atas abu-abu bersisik-sisik samar, bagian bawah keputih-putihan. Leher, dada, dan sisi lambung
sedikit kuning kebo. Sewaktu terbang terlihat garis sayap putih sempit dan tunggir abu-abu pucat. Pada musim
panas, bagian bawah merah karat.
Iris coklat gelap, paruh hitam, kaki hijau kekuningan.
Suara: Suara dari tenggorokan bernada rendah "cat-cat" dan menaik "ii-yik", juga semacam kicauan sewaktu
makan.
Penyebaran global: Berbiak di daerah Arktik, dan bermigrasi ke selatan pada musim dingin sejauh Australia.
Penyebaran lokal dan status: Burung migran yang jarang lewat di Kalimantan bagian utara, Sumatera, dan Jawa.
Beberapa burung yang tidak berbiak dapat terlihat pada musim panas.
Kebiasaan: Mengunjungi gosong pasir dan lumpur serta muara sungai. Umumnya sangat sosial, hidup dalam
kelompok besar. Tinggal berbaur dengan burung perancah lain. Makan dengan cara tusukan paruh yang cepat,
kadang-kadang kepala tenggelam seluruhnya untuk menggapai makanan.

60
210. KEDIDI BESAR Calidris tenuirostris Lembar Gambar 25
(I: Great Knot)
Deskripsi: Berukuran agak besar (27 cm), berwarna keabuan dengan paruh panjang. Mirip Kedidi merah.
Perbedaannya: ukuran lebih besar, paruh lebih panjang, lebih tebal, dan ujungnya sedikit melengkung ke bawah.
Bagian atas lebih gelap dengan coretan samar. Mahkota bercoret, dada dan sisi tubuh berbintik hitam (dalam masa
berbiak tidak terlihat). Tungging dan sayap bergaris putih. Pada musim panas dada terlihat kehitaman dan sayap
bergaris merah karat.
Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu kehijauan.
Suara: Suara rendah "caker-caker-caker", atau siulan ganda "nyat-nyat".
Penyebaran global: Berbiak di Siberia timur, tetapi bermigrasi ke selatan pada musim dingin sejauh Australia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung tidak umum di Sunda Besar. Beberapa burung tidak berbiak kadang-
kadang terlihat pada musim panas.
Kebiasaan: Sering mengunjungi gosong lumpur pasang surut, beting pasir, dan kadang-kadang padang rumput di
pantai.

211. KEDIDI LEHER-MERAH Calidris ruficollis Lembar Gambar 25


(I: Rufous-necked Stint)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna coklat keabuan dengan kaki hitam dan bagian atas pucat bercoret.
Bagian atas coklat keabuan, berbintik, dan bercoret. Alis mata putih. Pusat tungging dan ekor coklat gelap; sisi ekor
dan bagian bawah putih. Perbedaannya dengan Kedidi jari-panjang adalah warna lebih abu-abu, bulu lebih seragam,
dan kaki hitam. Pada musim panas: bulu leher, mahkota, dan penutup sayap merah karat.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Siulan lemah "cit-cit-cit".
Penyebaran global: Berbiak di Siberia dan Alaska, bermigrasi ke selatan pada musim dingin sampai Australia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung umum dan tetap di pesisir.
Kebiasaan: Mengunjungi gosong lumpur di pantai dalam jumlah besar, aktif, berjalan atau berlari dengan sibuk,
mengambil makanan kecil. Ketika merasa senang, menyentakkan kepala ke belakang. Lebih umum terdapat di
pesisir dibandingkan dengan Kedidi jari-panjang.

212. KEDIDI TEMMINCK Calidris temminckii Lembar Gambar 25


(I: Temminck’s Stint)
Deskripsi: Berukuran kecil (14 cm), berwarna abu-abu. Bagian atas abu-abu suram seragam. Dada abu-abu menjadi
putih tanpa kontras pada perut. Perbedaannya dengan kedidi (Kedidi leher-merah, Kedidi Temminck, Kedidi jari-
panjang) lain: bulu ekor terluar putih bersih (sangat mudah terlihat sewaktu mendarat), suara jelas, kaki kekuningan
atau kehijauan. Bulu musim panas: dada coklat dan penutup sayap merah karat.
Iris coklat, paruh hitam, kaki dan tungkai kehijauan atau kekuningan.
Suara: Getaran cepat pendek khas "titititititi".
Penyebaran global: Berbiak di Erasia. Bermigrasi pada musim dingin ke Afrika, India, Asia tenggara, Filipina, dan
P. Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang tetap ke Kalimantan bagian utara dalam kelompok
kecil, tercatat satu kali di Kalimantan bagian tenggara.
Kebiasaan: Seperti kedidi lain, menyukai gosong lumpur dan daerah payau. Lebih menyukai air tawar, tetapi juga
mengunjungi anak sungai di daerah pasang surut.

213. KEDIDI JARI-PANJANG Calidris subminuta Lembar Gambar 25


(I: Long-toed Stint)
Deskripsi: Berukuran kecil (14 cm), berwarna coklat kelabu, dengan bagian atas lurik hitam jelas dan kaki
kuning kehijauan. Mahkota coklat, alis putih, dada kelabu pucat kecoklatan, perut putih. Bagian tengah tunggir
dan ekor coklat tua, ekor sisi luar coklat pucat. Burung musim panas lebih kecoklatan.
Iris coklat tua, paruh hitam, kaki kuning kehijauan
Suara: Tinggi melengking “syu-syu-syu“ sebagai tanda bahaya, dan seperti mendengus “crrep“.
Penyebaran global: Berbiak di Siberia, tetapi bermigrasi ke selatan pada musim dingin sejauh Australia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung tetap di Sunda Besar, kadang-kadang dalam jumlah banyak sekali,
sampai ketinggian 1.200 m di pegunungan Kelabit. Beberapa burung tinggal sampai dengan musim panas.
Kebiasaan: Mendatangi beting pantai berlumpur, daerah pedalaman, sawah, dan lahan berlumpur.
Berkelompok atau sendirian, biasa berbaur dengan burung perancah lain. Tidak terlalu penakut seperti jenis lain,
dan biasanya paling akhir terbang bila didekati.
Catatan: Mungkin sejenis dengan Kedidi kecil C. minutilla.

61
214. KEDIDI EKOR-TAJAM Calidris acuminata Lembar Gambar 25
(I: Sharp-tailed Sandpiper)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (19 cm), paruh pendek. Tudung kepala merah kecoklatan, alis pucat, dada
kekuningan. Ciri khasnya adalah setrip-setrip hitam yang nyata pada bagian bawah tubuh. Perut putih, ekor
bagian tengah hitam dan tepinya putih. Terdapat palang putih sempit pada sayap. Pada musim panas, berwarna
lebih kemerahan.
Iris coklat, paruh hitam, kaki kekuningan sampai hijau.
Suara: Seperti ratapan “ciuw“ atau “whiip”, suara tajam “whit-whit whit-it-it”, dan rajukan lunak.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut, tetapi bermigrasi pada musim dingin ke selatan sampai
Australia dan Selandia Baru.
Penyebaran lokal dan status: Lebih sebagai pengunjung agak langka di Kalimantan bagian utara, Jawa, dan
Bali.
Kebiasaan: Mendatangi rawa-rawa, beting lumpur, paya-paya, danau, dan sawah. Berbaur bebas dengan
perancah lain.

[215. KEDIDI BELANG Calidris alpina Lembar Gambar 25


(I: Dunlin)
Deskripsi: Berukuran kecil (19 cm), berwarna kelabu, paruh sedang, ujung agak melengkung ke atas. Alis
putih.. Ekor bagian ujung hitam di tengahnya, putih di sampingnya. Perbedaannya dengan Trinil golgol (C.
ferruginea): tunggir gelap, kaki lebih pendek, dan dada lebih gelap; dengan Trinil paruh lebar (Limicola
falcinellus): kaki lebih panjang, kepala lebih polos, alis tunggal. Pada musim panas: dada hitam.
Iris coklat, paruh hitam, kaki kelabu kehijauan.
Suara: Siulan sengau yang keras “dwii” waktu terbang.
Penyebaran global: Berbiak di Holartik. Burung migrasi langka ke Asia tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Agak meragukan tercatat di Jawa dan Kalimantan. Tidak ada spesimen dari
Indonesia secara pasti, sedangkan catatan terlihatnya burung ini di Semenanjung Malaysia sampai ke Australia
perlu dipelajari.
Kebiasaan: Mendatangi beting lumpur di pantai dan pedalaman. Hidup sendirian atau dalam kelompok kecil,
sering berbaur dengan perancah lain. Makan dengan sibuk dan posisi membungkuk.]

216. KEDIDI GOLGOL Calidris ferruginea Lembar Gambar 25


(I: Curlew Sandpiper)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (21 cm). Tungging putih, paruh hitam panjang, melengkung ke atas. Bagian
atas umumnya kelabu, bagian bawah putih. Alis, setrip sayap, dan palang pada bulu atas penutup ekor putih.
Pada musim panas: dada dan bulu-bulu umumnya merah kecoklatan.
Iris coklat, paruh hitam, kaki kekuningan sampai hijau.
Suara: Cicitan. Seperti keluhan “ciuw” atau “whiip”, suara tajam “whit-whit, whit-it-it”, dan rajukan lunak.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut. Bermigrasi ke selatan pada musim dingin sampai Australia dan
Selandia Baru.
Penyebaran lokal dan status: Sebagai pendatang agak langka di Jawa dan Bali, tetapi lebih umum di
Kalimantan dan Sumatera. Beberapa burung tidak berbiak dapat terlihat pada musim panas.
Kebiasaan: Mendatangi beting lumpur di pantai-pantai dekat laut atau sawah dan tambak. Biasanya berbaur
dengan jenis-jenis kedidi dan trinil lain. Berlarian di permukaan lumpur bila air laut surut, menyosor dan
memungut makanan. Beristirahat pada gundukan pasir dengan kaki sebelah, dan terbang dalam kelompok
dengan cepat.

217. KEDIDI PUTIH Calidris alba Lembar Gambar 25


(I: Sanderling)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (20 cm), berwarna kelabu dengan pundak hitam mencolok. Tampak lebih putih
daripada jenis kedidi lain, dengan palang putih pada sayap sewaktu terbang. Bagian tengah ekor gelap, sisi-
sisinya putih. Ciri khasnya: tidak ada jari belakang.
Iris coklat tua, paruh dan kaki hitam.
Suara: Teriakan sewaktu terbang “ciip ciip chiip”.
Penyebaran global: Holartik. Berbiak di wilayah utara dan bermigrasi ke selatan pada musim dingin sampai
Australia dan Selandia Baru.
Penyebaran lokal dan status: Pendatang yang agak jarang di Sunda Besar (sedikit yang melewatkan musim
panas). Di Jawa lebih sering terdapat di pesisir selatan.
Kebiasaan: Mendatangi pantai laut berpasir, jarang di beting lumpur. Biasanya berlarian sepanjang batas air
mengikuti surutnya ombak, mematuk organisme kecil yang terbawa ombak ke pantai. Kadang-kadang sendirian,
62
tetapi biasanya berkelompok banyak.
Catatan: Mungkin harus ditempatkan ke dalam marga Crocethia.

218. KEDIDI PARUH-LEBAR Limicola falcinellus Lembar Gambar 25


(I: Broad-billed Sandpiper)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (17 cm) dengan paruh yang membengkok ke bawah. Sering tampak nyata
berbercak karpal hitam, dengan alis ganda putih yang jelas. Bagian atas blorok kelabu coklat, bagian bawah
putih berlorek pada dada. Tunggir dan ekor hitam di tengahnya dan putih di sisinya. Perbedaan dengan Kedidi
belang (C. alpina) pada musim dingin adalah garis alis bercabang dan kaki pendek.
Iris coklat, paruh hitam, kaki coklat kehijauan.
Suara: Getaran kering “ch-r-r-riip”.
Penyebaran global: Berbiak di Siberia, tetapi bermigrasi ke selatan pada musim dingin sejauh Australia dan
Selandia Baru.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung pesisir yang jarang di Sunda Besar.
Kebiasaan: Sering datang pada beting lumpur, pantai pasir, dan daerah rawa sebagai burung penyendiri dan
pendiam. Membungkuk jika terganggu.

[219. KEDIDI PARUH-SENDOK Eurynorhynchus pygmaeus Lembar Gambar 25


(I: Spoon-billed Sandpiper)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna coklat kelabu. Kaki pendek, bagian atas blorok, alis putih
mencolok. Paruh sendok yang khas tidak terlalu mudah terlihat di lapangan. Mirip Trinil leher-merah pada
musim dingin, tetapi lebih kelabu, dahi dan dada lebih putih. Pada masa berbiak: bagian atas dan dada coklat
kemerahan.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Lengkingan lemah “priip–priip” sewaktu lepas landas.
Penyebaran global: Berbiak di Eropa utara dan Asia, tetapi bermigrasi ke Cina dan Hainan pada musim dingin,
dan mengembara sampai ke Asia tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Seekor burung tunggal (yang cocok dengan uraian jenis ini) terlihat di Sabah
pada tahun 1967 tetapi belum dikonfirmasikan.
Kebiasaan: Burung beting lumpur yang mencari makan dengan paruh hampir vertikal ke bawah, dengan
gerakan aktif ke samping seperti alat penyedot debu.]

220. TRINIL RUMBAI Philomachus pugnax Lembar Gambar 25


(I: Ruff)
Deskripsi: Berukuran agak besar (jantan 28 cm, betina 23 cm), berwarna kecoklatan buram. Kaki panjang,
kepala kecil, leher panjang, paruh pendek lurus. Bagian atas coklat tua dengan sisik pucat, tenggorokan kuning
pucat, kepala dan leher kuning tua. Bagian bawah putih, kadang-kadang berpalang tipis pada sisinya. Sewaktu
terbang, tampak jelas palang putih sempit pada sayap serta petak-petak lonjong putih pada sisi-sisi pangkal
ekor yang gelap. Betina lebih kecil daripada jantan.
Iris coklat, paruh coklat dengan pangkal kekuningan. Kaki bervariasi antara kuning, hijau, sampai coklat kelabu.
Suara: ”Cak-cak” yang rendah, tetapi biasanya diam pada musim dingin.
Penyebaran global: Berbiak di Eropa utara dan Asia. Bermigrasi ke selatan pada musim dingin, yaitu ke Asia
tenggara dan Indonesia. Juga sebagai pengembara yang jarang di Australia.
Penyebaran lokal dan status: Sebagai pengunjung yang jarang di Sunda Besar. Baru-baru ini terlihat di Jawa
dan Bali. Jarang terlihat di pesisir maupun pedalaman Kalimantan atau Sumatera sampai ketinggian 900 m.
Kebiasaan: Mendatangi daerah berawa dan beting lumpur. Berbaur dengan burung perancah lain.

63
GAGANG-BAYAM - SUKU RECURVIROSTRIDAE

Suku yang tersebar di dunia, terdiri dari tujuh jenis. Berkaki sangat panjang.Mudah dikenal karena hanya
ada dua jenis di Sunda Besar.

221. GAGANG-BAYAM TIMUR Himantopus leucocephalus Lembar Gambar 26


(I: White-headed Stilt)
Deskripsi: Perancah yang mencolok, berukuran panjang (37 cm), berwarna hitam dan putih. Kaki merah
muda, sangat panjang. Kepala dan tubuh putih, kecuali sayap, tengkuk, dan leher belakang hitam. Burung
muda: kepala kelabu, punggung agak kecoklatan. Perbedaannya dengan Gagang-bayem belang: ada petak
hitam pada leher bagian belakang.
Iris merah muda, paruh panjang, tajam, dan hitam, kaki merah muda.
Suara: Pekikan tinggi “kik-kik-kik” dan lengkingan tanda bahaya yang keras.
Penyebaran global: Jawa dan Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku sampai P. Irian, Australia, dan Selandia
Baru.
Penyebaran lokal dan status: Jarang berbiak dan pengunjung yang jarang di pesisir Jawa dan Bali.
Pengunjung tidak umum ke Sumatera selatan dan Kalimantan pada musim panas.
Kebiasaan: Mendatangi rawa-rawa payau atau tawar, danau dangkal, tepian sungai, sawah, tebing lumpur,
dan tambak garam. Biasanya hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil.
Catatan: Beberapa pakar beranggapan bahwa jenis ini adalah ras dari Gagang-bayem belang.

222. GAGANG-BAYAM BELANG Himantopus himantopus Lembar Gambar 26


(I: Black-winged Stilt)
Deskripsi: Perancah bertubuh tinggi memanjang (37 cm). Paruh dan sayap hitam, kaki merah panjang,
bulu-bulu putih. Perbedaannya dengan Gagang-bayem timur adalah leher belakang tidak hitam.
Iris merah muda, paruh hitam, kaki merah muda.
Suara: Ciap yang tinggi nadanya dan seperti suara camar: “kik-kik-kik”.
Penyebaran global: India, Cina, dan Asia tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Mengembara sampai ke Filipina dan Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Mendatangi rawa-rawa di pantai dan air tawar.

KAKI-RUMBAI - SUKU PHALAROPIDAE

Suku yang terdiri dari tiga jenis perancah pelagik khusus. Tubuh ramping dan anggun, paruh sempit dan
tajam. Bulu-bulu lebat dan halus seperti pada itik, membuat tubuhnya mudah mengapung. Jari kaki
bercuping, tidak berselaput renang. Di luar masa berbiak, menghabiskan hampir seluruh waktunya di laut,
hidup dalam kelompok, menyelisir dan mencari makan berdekatan. Semua berbiak di bagian dunia sebelah
utara, datang ke kawasan tropis hanya pada musim dingin. Sibley dan Monroe (1990) menempatkan
kembali kelompok ini di dalam suku Scolopacidae.
Di Sunda Besar ada dua jenis.

223. KAKI-RUMBAI MERAH Phalaropus fulicaria Lembar Gambar 26


(I: Red Phalarope)
Deskripsi: Berukuran kecil (21 cm), berwarna kelabu, berparuh panjang. Sangat mirip Kaki-rumbai leher-
merah, tetapi mahkota depan lebih putih, bagian atas lebih pucat dan polos, serta paruh lebih tinggi dan
lebar (kadang-kadang dengan pangkal kuning). Cuping-cuping pada jari kuning.
Iris coklat, paruh hitam dengan dasar kuning, kaki kelabu.
Suara: Seperti Kaki-rumbai leher-merah.
Penyebaran global: Berbiak di Artik. Pada musim dingin umumnya menyebar di lautan lepas pantai
Afrika barat dan Chili.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat satu kali di pesisir Serawak.
Kebiasaan: Seperti Kaki-rumbai leher-merah, tetapi belum tercatat di pedalaman.

224. KAKI-RUMBAI KECIL Phalaropus lobatus Lembar Gambar 26


(I: Red-necked Phalarope)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (18 cm), berwarna kelabu dan putih, sering tampak berenang di laut.
Paruh kecil, mahkota dan bagian mata hitam. Bagian atas kelabu dengan tengah bulu gelap, bagian bawah
tubuh keputih-putihan. Pada waktu terbang, terlihat palang putih pada sayap. Perbedaannya dengan kedidi
adalah paruh kecil dan bagian sekeliling mata hitam.

64
Iris coklat, paruh hitam, kaki kelabu.
Suara: Tunggal atau berulang: ”cek”.
Penyebaran global: Berbiak di Holartik, pada musim dingin menyebar ke semua lautan.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung pada musim dingin yang tidak jarang dan migran lewat di
lautan sekitar Sunda Besar. Kadang-kadang melewati pedalaman Kalimantan.
Kebiasaan: Pada musim dingin, datang ke laut dalam kelompok, mencari makan berupa plankton di
permukaan laut. Agak jinak dan mudah didekati. Kadang-kadang datang ke pedalaman, makan di kolam
atau beting lumpur. Suatu kelompok kecil pernah terlihat sampai ketinggian 1.200 m di dataran tinggi
Kelabit, Kalimantan.

WILI-WILI – SUKU BURHINIDAE

Suku kecil dari perancah yang khusus. Cirinya adalah kaki panjang dan kuat, tidak ada jari belakang, lutut
membesar (karena itu nama Inggrisnya Thick-knee). Paruh lurus, agak pendek, dan kuat. Mata besar dan
kuning bening, sayap biasanya ditandai oleh warna hitam dan putih. Hidup di daerah berpasir di pantai atau
hutan kerangas.
Hanya satu jenis di Sunda Besar.

225. WILI-WILI BESAR Burhinus giganteus Lembar Gambar 26


Deskripsi: Berukuran besar (55 cm), paruh kekar. Mahkota dan bagian atas coklat kelabu, sisi kepala
ditandai setrip-setrip hitam dan putih. Sayap dengan gambaran-gambaran kelabu, hitam, dan putih. Bulu
primer bagian dalam putih, sewaktu terbang kontras dengan bulu primer bagian luar yang hitam. Bagian
bawah keputih-putihan, terdapat sedikit kelabu pada dada.
Iris kuning, paruh hitam dengan pangkal kuning, kaki kuning.
Suara: Siulan sedih yang bernada rendah: “wii-lu”, kadang-kadang seri panjang terdiri dari nada siulan,
terdengar pada siang dan malam hari.
Penyebaran global: Asia tenggara, Filipina, seluruh Indonesia, dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Cukup sering terdapat dalam jumlah kecil di pesisir Sunda Besar.
Kebiasaan: Menghuni pantai pasir dan kerikil. Umumnya berpasangan, memburu kepiting dan mangsa
lain. Takut terhadap manusia yang sedang berjalan, tetapi akan mendekat seperti akan menyelidik
seseorang yang duduk diam. Bila berdiri, membuat gerakan mengangguk-angguk yang lucu. Sarang berupa
serpah di pasir.
Catatan: Sebelumnya ditempatkan dalam marga Esacus yang terpisah, yang berlaku adalah nama E.
magnirostris. Mungkin sejenis dengan B. recurvirostris.

TERIK - SUKU GLAREOLIDAE

Suatu suku kecil. Sayap panjang. Paruh kuat, membengkok, dan meruncing. Terdapat dari Afrika sampai
Australia. Pemakan serangga, yang ditangkapnya selagi terbang (seperti kepinis) atau sewaktu lari di tanah.
Kebanyakan merupakan burung migran.
Di Sunda Besar ada dua jenis.

226. TERIK ASIA Glareola maldivarum Lembar Gambar 26


(I: Oriental Pratincole; M: Lelayang Padang)
Deskripsi: Berukuran sedang (23 cm), bersayap panjang. Seperti cerek, dengan ekor menggarpu dan
sekeliling tenggorokan kuning, bertepi hitam (kurang jelas pada migran musim dingin). Bagian atas coklat
dengan kilap hijau zaitun. Bawah sayap berupa bulu primer kehitaman, penutup sayap coklat berangan,
bulu penutup ekor bagian atas berwarna putih. Perut kelabu, bagian bawah ekor putih, ekor hitam
menggarpu dengan pangkal dan sisi luar putih.
Iris coklat tua, paruh hitam dengan pangkal kemerahan, kaki coklat tua.
Suara: Teriakan tajam dan parau: ”rak-rak”.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur, bermigrasi ke selatan pada musim dingin melewati Indonesia
dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung yang jarang di Sumatera (termasuk pulau-pulau kecil) dan
Kalimantan (dilaporkan berbiak). Pengunjung dalam jumlah banyak di beberapa tempat di pesisir utara
Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Perancah yang anggun tetapi gaduh. Hidup dalam kelompok kecil atau besar, berbaur dengan
perancah lain di daerah terbuka, rawa-rawa, dan sawah kering. Berlarian dengan cekatan dan kepala

65
bergoyang, tetapi juga terbang menangkap serangga di udara (seperti kepinis). Sering terlihat di lapangan
udara.

227. TERIK AUSTRALIA Stiltia isabella Lembar Gambar 25


(I: Australian Pratincole)
Deskripsi: Berukuran sedang (23 cm), seperti cerek, kaki dan sayap panjang. Bagian atas kemerahan,
sayap panjang melewati ujung ekor. Dada bagian atas putih kekuningan, terdapat bercak pada bagian
bawahnya, perut coklat berangan. Penutup bulu ekor atas, perut, dan bagian bawah ekor putih, sayap
bagian bawah hitam. Ekor pendek, berwarna hitam dengan ujung putih.
Iris coklat kemerahan, paruh merah dengan ujung hitam, kaki kemerahan.
Suara: Getaran “kwirrii-piit”.
Penyebaran global: Berbiak di Australia, bermigrasi ke barat laut pada musim panas, yaitu ke P. Irian dan
Indonesia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung yang tidak menentu ke Sunda Besar, tercatat sekali di Belitung
(Sumatera) pada tahun 1888. Beberapa laporan tercatat tersebar dari Kalimantan bagian utara, Jawa, dan
Bali.
Kebiasaan: Mirip Terik Asia, tetapi lebih sering sebagai pelari di tanah. Hidup dalam kelompok yang
tidak rapat. Suka menggoyangkan kepala dan tubuh. Pada petang hari terbang dalam kelompok seperti
camar mengejar serangga.

CAMAR-KEJAR DAN SKUA - SUKU STERCORARIIDAE

Suku kecil burung laut berpunggung gelap, tersebar luas di dunia. Penampilan hampir mirip camar, tetapi
beberapa di antaranya mempunyai bulu ekor bagian tengah yang memanjang. Dikenali karena secara
agresif menyerang burung laut lain, dan memaksa untuk melepaskan atau memuntahkan kembali
makanannya. Sibley dan Monroe (1990) menempatkan kembali jenis-jenis ini sebagai tribus di bawah suku
Laridae.
Empat jenis (semuanya langka) terdapat di lautan sekitar Sunda Besar.

228. CAMAR-KEJAR POMARIN Stercorarius pomarinus Lembar Gambar 27


(I: Pomarine Jaeger)
Deskripsi: Berukuran agak besar (55 cm). Bulu ekor tengah memanjang dengan ujung berbentuk sendok.
Terdapat dalam dua fase, yaitu fase terang dan fase gelap. Fase terang: bagian atas kepala hitam, sisi kepala
dan kuduk kekuningan, bagian bawah tubuh putih, sisi dan palang dada hitam, bagian atas coklat
kehitaman dengan pangkal bulu primer kelabu keputih-putihan lebih pucat. Dua bulu tengah ekornya
memanjang sampai 5 cm, tumpul, melebar, dan terputar. Fase gelap: tidak terdapat warna putih ataupun
kuning. Dewasa tidak berbiak: menyerupai burung muda, tetapi lebih pucat, lebih banyak berbintik, dan
ada tudung kelabu.
Iris gelap, paruh dan kaki hitam.
Suara: Biasanya diam di laut.
Penyebaran global: Berbiak di Arktik, pada musim dingin bermigrasi ke lautan sebelah selatan.
Penyebaran lokal dan status: Camar-kejar yang paling umum di lautan Indonesia. Secara teratur
dilaporkan terlihat di Selat Sunda, Sumatera barat, dan Jawa barat bagian selatan. Sewaktu migrasi
melewati seluruh wilayah ini.
Kebiasaan: Seperti Camar-kejar Arktika, tetapi terdapat lebih jauh di tengah laut. Suka merebut makanan
dari burung laut lain.

229. CAMAR-KEJAR ARKTIKA Stercorarius parasiticus Lembar Gambar 27


(I: Parasitic Jaeger)
Deskripsi: Berukuran besar (45 cm), berwarna gelap, dengan bulu tengah ekor memanjang. Terdapat
dalam dua fase, yaitu fase terang dan fase gelap. Fase terang: bagian atas kepala hitam, sisi kepala dan leher
belakang kuning, bagian bawah putih dengan atau tanpa palang dada kelabu. Bagian atas gelap dan coklat
kehitaman, kecuali pangkal bulu primer agak putih (tampak pada kepakan sayap bila terbang). Fase gelap:
seluruh tubuh coklat kehitaman, kecuali kepakan sayap terlihat pucat. Bulu ekor bagian tengah memanjang
berupa pita panjang runcing (terlihat berbeda jelas dengan bulu ekor yang lebih pendek dan tumpul seperti
pada Camar-kejar pomarin). Dewasa tidak berbiak: lebih pucat, lebih banyak berbintik, dan ada tudung
kelabu.
Iris gelap, paruh dan kaki hitam.
Suara: Biasanya diam di laut.

66
Penyebaran global: Berbiak di Arktik, bermigrasi pada musim dingin ke lautan belahan selatan.
Penyebaran lokal dan status: Lebih jarang daripada Camar-kejar pomarin. Dilaporkan terlihat di Bali,
tetapi banyak pengamatan yang belum dapat dikonfirmasikan.
Kebiasaan: Terbang rendah di atas permukaan laut. Menyerang burung laut lain, berputar, dan mengejar
sampai mereka menjatuhkan atau memuntahkan makanannya. Kadang-kadang mengikuti kapal dan
memakan sampah yang dibuang.

[230. CAMAR-KEJAR KECIL Stercorarius longicaudus Lembar Gambar 27


(I: Long-tailed Jaeger)
Deskripsi: Berukuran besar (50 cm), berwarna gelap, dengan bulu ekor tengah memanjang. Mirip Camar-
kejar Arktik (baik pada fase terang maupun fase gelap). Perbedaannya: lebih kecil, lebih langsing, lebih
ringan terapung, dan bulu ekor tengah lebih panjang (14-20 cm sampai ujung bulu). Fase terang: tidak ada
pita kelabu pada dada. Fase gelap jarang terjadi. Dewasa tidak berbiak: lebih pucat, panjang bulu tengah
berkurang. Burung muda: palang hitam dan putih pada dubur berwarna lebih jelas daripada jenis-jenis lain.
Iris gelap, paruh dan kaki hitam.
Suara: Biasanya diam jika berada di laut.
Penyebaran global: Berbiak di Arktik, bermigrasi pada musim dingin ke lautan belahan selatan.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung langka di lautan Sunda Besar. Juga tercatat dari lepas pantai
Jawa barat dan Bali.
Kebiasaan: Seperti jenis Camar-kejar lain.]

231. SKUA KUTUB Catharacta maccormicki Lembar Gambar 27


(I: South Polar Skua)
Deskripsi: Berukuran besar (53 cm), berwarna gelap kecoklatan, dengan bulu tengah ekor runcing dan
kecil. Kepala, dada, dan perut lebih pucat daripada sayap yang coklat. Pangkal bulu primer tampak putih,
baik dari atas maupun dari bawah. Lebih besar dan gemuk daripada jenis yang lain, dengan sayap lebar
membulat dan tubuh lebih berat. Fase terang: tidak ada tudung hitam. Fase gelap: setidaknya ada warna
putih pada muka. Burung muda dan Dewasa tidak berbiak: lebih gelap dan setrip lebih banyak.
Iris coklat tua, paruh dan kaki hitam.
Suara: Biasanya diam jika berada di laut.
Penyebaran global: Berbiak di Antartika.
Penyebaran lokal dan status: Pada musim panas, pengunjung pengembara yang langka di Sunda Besar.
Mungkin kadang-kadang tidak terlihat, tetapi tercatat dari waktu ke waktu di Sumatera.
Kebiasaan: Seperti jenis lain, penjarah makanan yang dimuntahkan burung laut lain. Terbang kuat seperti
elang. Mengikuti kapal dan hinggap pada tiang layar.

CAMAR - SUKU LARIDAE

Suku besar burung laut yang tersebar luas di dunia. Pemakan ikan dan bangkai. Kebanyakan jenis berwarna
putih dengan ujung sayap yang hitam serta perbedaan tingkat warna hitam, kelabu, dan coklat pada kepala
dan bagian atas tubuh. Burung muda berbintik coklat, dan memerlukan waktu beberapa tahun untuk
mempunyai bulu-bulu dewasa secara penuh. Dibandingkan dengan dara laut: tubuh lebih besar, sayap lebih
membulat, dan terbang lebih berat. Paling umum terdapat di kawasan beriklim sedang, tempat arus naik di
laut yang dalam (upwellings), yang mendukung melimpahnya ikan pelagik.
Tidak ada jenis penetap di Sunda Besar, yang tercatat hanya tiga jenis sebagai pengunjung.

232. CAMAR KEPALA-HITAM Larus ridibundus Lembar Gambar 27


(I: Common Black-headed Gull; M: Camar Kepala Hitam)
Deskripsi: Berukuran sedang (40 cm), berwarna kelabu dan putih. Ada bercak hitam di belakang mata
(pada musim dingin), paruh dan kaki merah. Tepi sayap bagian depan putih, ujung hitam dari sayap tidak
banyak atau bertitik putih. Burung muda: ada pita hitam di depan ujung ekor, tepi sayap di belakang hitam,
bulu tubuh berbintik coklat. Perbedaannya dengan Camar kepala-coklat: ukuran lebih kecil, sayap tepi
lebih putih, tidak ada bercak-bercak putih pada ujung sayap yang hitam.
Iris coklat, paruh merah (burung muda: ujung hitam), kaki merah (burung muda: lebih pucat).
Suara: Serak “kwar”.
Penyebaran global: Berbiak di Palaeartik, pada musim dingin bermigrasi ke India, Asia tenggara sampai
Filipina.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung tetap musim dingin dalam jumlah kecil di pesisir Kalimantan
bagian utara.

67
Kebiasaan: Di Sunda Besar umumnya terbang di tengah laut. Hinggap pada permukaan air, benda
terapung, tiang perangkap ikan, atau terbang berkeliling dalam kelompok bersama jenis camar lain di atas
kawanan ikan.

233. CAMAR SABINE Xema sabini Lembar Gambar 27


(I: Sabine’s Gull)
Deskripsi: Berukuran kecil (34 cm), berwarna hitam, putih, dan kelabu. Sayap triwarna yang kontras
antara segitiga hitam pada sayap luar dengan segitiga putih pada bulu sekunder. Bulu penutup sayap dan
mantel kelabu merata atau kuning (burung muda: dengan lengkung-lengkung coklat). Tunggir, bagian
bawah tubuh, dan sayap bagian bawah putih. Dewasa: ekor sedikit menggarpu, putih (burung muda:
dengan bintik hitam), ada kerah separuh pada tengkuk. Perbedaannya dengan Camar kepala-hitam: ekor
menggarpu, ada pola khusus pada sayap, dan terbang mengapung seperti dara laut.
Iris coklat, cincin mata merah, paruh hitam dengan ujung kuning (dewasa) atau hitam (burung muda), kaki
kelabu tua (dewasa) atau kemerahan (burung muda).
Suara: Serak menggeretak seperti Dara-laut Kutub Sterna paradisaea.
Penyebaran global: Berbiak di Artik, pada musim dingin bermigrasi ke Atlantik dan Pasifik sebelah
timur. Tercatat sebagai pengembara ke berbagai wilayah laut di dunia.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat satu kali di Sunda Besar, kurang lebih 10 km lepas pantai
Sumatera barat (1984).
Kebiasaan: Pengembara yang biasa berbaur dengan kelompok burung laut lain. Lebih pelagik daripada
camar lain, umumnya hidup jauh di lepas pantai.

234. CAMAR KEPALA-COKLAT Larus brunnicephalus Lembar Gambar 27


(I: Brown-headed Gull)
Deskripsi: Berkuran sedang (42 cm), berwarna putih. Punggung kelabu, ada bercak putih lebar pada
pangkal bulu primer dan bintik putih khas pada ujung sayap yang hitam. Pada musim dingin, di belakang
mata terdapat bintik coklat tua. Pada musim panas, seluruh kepala dan leher coklat. Perbedaannya dengan
Camar kepala-hitam adalah iris pucat, paruh lebih besar, ukuran lebih besar, dan pola pada sayap. Burung
muda: tidak ada bintik-bintik putih pada ujung sayap, tetapi ada pita hitam pada ujung ekor.
Iris kuning keputih-putihan atau kelabu, cincin mata merah, paruh merah muda, kaki merah oranye.
Suara: Serak ”gek, gek” dan ratapan keras “ko-yek, ko-yek” (Smythies).
Penyebaran global: Berbiak di Asia tengah, pada musim dingin bermigrasi ke India, Cina, dan Asia
tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat sekali di pesisir Sumatera timur.
Kebiasaan: Berbaur dengan camar lain dalam kelompok, hidup di laut, pantai, dan muara sungai.

DARA-LAUT - SUKU STERNIDAE

Suku burung laut yang anggun dan tersebar luas di dunia. Kaki pendek, sayap menajam panjang, ekor
menggarpu, paruh halus tajam. Terbang dengan bingkas, dan sering terbang diam di atas air sambil
mengepak-ngepakkan sayap sebelum menyelam untuk menangkap ikan kecil. Berkumpul dalam kelompok
besar yang berputar-putar di tempat yang banyak ikannya. Sering ditemukan di pesisir, atau bahkan di
laguna dan sungai yang jauh di pedalaman. Beberapa jenis bersifat migran, berbiak di belahan bumi paling
utara atau selatan, dan hanya datang ke kawasan tropis pada musim dingin.
Dari 16 jenis yang ada, tujuh menetap di Sunda Besar dan berbiak dalam koloni di pantai atau di
atas batu karang. Sarang berupa kikisan sederhana pada pasir atau kerikil.

235. DARA-LAUT KUMIS Chlidonias hybridus Lembar Gambar 28


(I: Whiskered Tern)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (25 cm), berwarna pucat dengan dahi putih (pada musim dingin) dan ekor
sedikit menggarpu. Dewasa tidak berbiak: dahi putih, mahkota bergores hitam, mahkota belakang dan
tengkuk hitam. Tubuh bagian bawah putih. Sayap, punggung, dan penutup ekor atas abu-abu. Burung
muda: mirip dewasa, tetapi berbintik coklat. Perbedaannya dengan Dara-laut sayap-putih tidak berbiak:
mahkota lebih hitam, tunggir abu-abu, dan tidak ada bercak hitam yang terpisah pada pipi. Pada masa
berbiak: dahi hitam, dada dan perut abu-abu.
Iris coklat gelap, paruh dan kaki merah.
Suara: Serak, menyentak-nyentak: "kitt" atau "ki-kitt".
Penyebaran global: Berbiak di Afrika selatan, Eropa selatan, Asia, dan Australia.

68
Penyebaran lokal dan status: Pergerakannya tidak teratur melalui Indonesia, tercatat dari Sumatera,
Kalimantan, Jawa, Bali, Maluku, dan P. Irian. Pengunjung tetap musim dingin di Sumatera, Jawa, dan Bali,
tetapi beberapa di antaranya juga sering terlihat pada musim panas.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil atau kadang-kadang dalam kelompok besar. Sering terbang
sampai sejauh 20 km ke daratan, untuk mencari makan di tanah yang tergenang dan di sawah. Mengambil
makanan dengan cara menyambar atau terbang rendah di atas perairan.

236. DARA-LAUT SAYAP-PUTIH Chlidonias leucopterus Lembar Gambar 28


(I: White-winged Tern; Camar Kepak Putih)
Deskripsi: Berukuran kecil (23 cm), ekor sedikit menggarpu. Dewasa tidak berbiak: tubuh bagian atas
keabuan pucat, belakang kepala hitam berbintik keabu-abuan, tubuh bagian bawah putih. Perbedaannya
dengan Dara-laut kumis tidak berbiak: kerah tengkuk putih lebih lengkap, mahkota tidak terlalu hitam dan
lebih banyak bintik, penutup telinga hitam (terpisah dari mahkota), tunggir lebih pucat. Dewasa berbiak:
mudah dibedakan karena kepala, punggung, dan dada hitam, sangat kontras dengan ekor yang putih dan
sayap abu-abu pucat. Sayap atas keputih-putihan, penutup sayap bawah hitam.
Iris coklat gelap, paruh merah (masa berbiak) dan hitam (masa tidak berbiak), kaki jingga-merah.
Suara: Berulang: "kwiik" atau tajam: "kwek-kwek".
Penyebaran global: Berbiak di Eropa selatan melalui Asia, ke Rusia tengah dan Cina. Pada musim dingin
bermigrasi ke Afrika selatan, melalui Indonesia ke Australia, kadang-kadang sampai Selandia Baru.
Penyebaran lokal dan status: Migran dan pengunjung musim dingin yang umum di seluruh Sunda Besar.
Umumnya hidup di pantai, tetapi juga jauh ke pedalaman di sawah sampai ketinggian 400 m. Beberapa
ekor tinggal selama musim panas.
Kebiasaan: Sering mengunjungi pesisir dan muara sungai dalam kelompok kecil. Terbang jauh masuk ke
pedalaman untuk mencari makan di sawah dan rawa-rawa. Mencari makan dengan cara terbang rendah di
atas air dan melawan angin, menyambar serangga. Umumnya hinggap pada tiang-tiang.

237. DARA-LAUT TIRAM Sterna nilotica Lembar Gambar 28


(I: Gull-billed Tern)
Deskripsi: Berukuran sedang (39 cm), berwarna pucat. Ekor sedikit menggarpu, paruh hitam besar.
Dewasa pada musim dingin: tubuh bagian bawah putih, bagian atas abu-abu, kepala putih dengan tengkuk
berbintik abu-abu, ada bercak hitam melalui mata. Pada musim panas: seluruh topi hitam.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Berulang: "kuwk-wik" atau "kik-hik, hik-hik-hik".
Penyebaran global: Tersebar luas di seluruh dunia. Berbiak di Amerika, Eropa, Afrika, Asia, dan
Australia. Melewati Indonesia dan P. Irian sebagai burung migran.
Penyebaran lokal dan status: Agak umum terlihat di perairan Sumatera dan Kalimantan. Pengunjung
musim dingin yang tidak umum di Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Mengunjungi muara sungai, laguna, dan perairan tawar di pedalaman. Sering terbang diam
sambil mengepak-ngepakkan sayap. Umumnya mencari makan dengan cara terbang rendah di atas air atau
lumpur, jarang menjatuhkan diri ke dalam air.

238. DARA-LAUT KASPIA Sterna caspia Lembar Gambar 28


(I: Caspian Tern)
Deskripsi: Berukuran sangat besar (49 cm), berparuh merah besar khas. Topi hitam pada musim panas
menjadi bercoret putih pada musim dingin. Bagian bawah bulu primer berwarna hitam. Remaja: tubuh
bagian atas bergaris-garis coklat.
Iris coklat, paruh merah, kaki hitam.
Suara: Keras, serak: "kraaah".
Penyebaran global: Tersebar luas di seluruh dunia.
Penyebaran lokal dan status: Pengembara di Sunda Besar, pernah tercatat satu kali di pesisir Sumatera
timur dan satu kali di Brunei.
Kebiasaan: Menyukai pesisir, danau, hutan mangrove, dan muara sungai.

239. DARA-LAUT BIASA Sterna hirundo Lembar Gambar 29


(I: Common Tern)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (35 cm). Tengkuk hitam (pada musim dingin), ekor menggarpu dalam.
Dewasa tidak berbiak: sayap atas dan punggung abu-abu; penutup ekor atas, tungging, dan ekor putih. Ciri
lainnya: dahi putih, mahkota berbintik hitam putih, tengkuk hitam, tubuh bagian bawah putih. Pada masa
berbiak: topi hitam, dada abu-abu. Sewaktu terbang, dewasa tidak berbiak dan remaja: ada garis kehitaman

69
pada sayap depan dan warna kehitaman pada pinggir bulu ekor terluar. Remaja: tubuh bagian atas lebih
coklat dan mantel bersisik.
Iris coklat, pangkal paruh hitam (musim dingin) dan merah (musim panas), kaki kemerahan (lebih gelap
pada musim dingin).
Suara: Keras: "kiir-ar" menurun, dengan penekanan pada nada pertama.
Penyebaran global: Berbiak di Amerika utara, Eropa, dan Asia. Pada musim dingin mengembara ke
selatan, yaitu ke Amerika selatan, Afrika, Indonesia, dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Pada musim dingin bermigrasi tidak teratur di Sunda Besar. Kadang-
kadang terlihat dalam kelompok yang sangat besar dengan beberapa burung yang masih dalam bulu tidak
berbiak musim panas.
Kebiasaan: Mengunjungi perairan pantai dan kadang-kadang perairan daratan. Beristirahat pada tenggeran
tinggi seperti panggungan pemancingan dan batu-batu. Penerbang tangguh, mencari makan dengan cara
menjatuhkan diri untuk menyelam ke dalam laut.

240. DARA-LAUT JAMBU Sterna dougallii Lembar Gambar 29


(I: Roseate Tern; M: Camar Berjalur)
Deskripsi: Berukuran sedang (39 cm). Mahkota hitam, ekor putih, panjang dan menggarpu dalam. Dewasa
pada musim panas: mahkota hitam, sayap atas dan punggung abu-abu pucat, tubuh bagian bawah putih,
dada kemerahmudaan. Pada musim dingin: dahi putih, mahkota berbintik, sapuan warna merah muda
hilang. Bagian luar pada bulu primer terluar berwarna kehitaman. Burung anak: paruh dan tungkai hitam;
mahkota, tengkuk, dan penutup telinga coklat kehitaman. Ciri lainnya: mantel coklat (lebih gelap daripada
Dara-laut biasa), ekor putih, tidak ada bulu ekor berbentuk pita panjang.
Iris coklat, paruh hitam dengan pangkal merah (pada masa berbiak), kaki kemerahan (masa berbiak) dan
hitam (masa lain).
Suara: Musikal: "ciuw-it" ketika memancing, atau keras: "aaak" sebagai tanda bahaya.
Penyebaran global: Tersebar luas di dunia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang langka dilaporkan di seluruh Sunda Besar.
Diperkirakan berbiak di Sumatera (pulau-pulau di Selat Malaka). Diketahui tersebar di pulau-pulau kecil di
Brunei serta di beberapa tempat di sekitar pesisir Jawa dan pulau-pulau di L. Jawa. Koloni terlihat pada
punggung karang dan karang batu di pantai berpasir serta pulau-pulau kecil lepas pantai.
Kebiasaan: Menghuni formasi karang, pulau karang, dan pantai berpasir, tetapi biasanya tidak umum.
Sering bergabung dengan dara laut jenis lainnya. Terbang dengan anggun. Menceburkan diri ke laut untuk
menangkap ikan-ikan kecil.

241. DARA-LAUT TENGKUK-HITAM Sterna sumatrana Lembar Gambar 29


(I: Black-naped Tern; M: Camar Topi Hitam)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (31 cm), berwarna sangat putih. Ekor menggarpu sangat panjang, terdapat
garis hitam yang jelas pada tengkuk, paruh sempit. Tubuh bagian atas abu-abu pucat, tubuh bagian bawah
putih. Kepala putih, kecuali bintik hitam di depan mata dan garis lebar hitam pada tengkuk. Burung muda:
mahkota berbintik coklat, ada bintik coklat pada tengkuk. Burung anak: sisi kepala dan tengkuk coklat
keabuan, tubuh bagian atas kecoklatan, bersisik kuning dan abu-abu. Ciri lainnya: tunggir keputih-putihan
dan ekor membulat tidak menggarpu.
Iris coklat, paruh hitam dengan ujung kuning (dewasa) atau kuning kotor (anak), kaki hitam (dewasa) atau
kuning (anak).
Suara: Tajam: "tsii-cii-ci-cip" atau "cit-cit-citrer" sebagai tanda bahaya.
Penyebaran global: Pulau-pulau tropis dan pantai di Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik sampai
Australia utara.
Penyebaran lokal dan status: Salah satu jenis dara laut yang paling umum di Sunda Besar, berbiak di
karang-karang dan pulau-pulau kecil lepas pantai.
Kebiasaan: Senang berbaur dengan dara-laut jenis lain di sepanjang pantai-pantai berkarang dan berpasir,
jarang di atas lumpur, tidak pernah terlihat di daratan.

242. DARA-LAUT BATU Sterna anaethetus Lembar Gambar 29


(I: Bridled Tern; M: Camar Batu)
Deskripsi: Berukuran sedang (37 cm). Punggung gelap, ekor panjang menggarpu. Dewasa: sayap atas,
punggung, dan ekor abu-abu kecoklatan gelap, kecuali pinggir depan sayap dan bulu ekor terluar putih;
tubuh bagian bawah putih. Dahi putih, alis mata sempit membentang ke belakang mata, kerah putih.
Burung muda: lebih coklat, mahkota berbintik coklat, dada abu-abu, punggung bergaris kuning.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Berkecek menyentak: "wep-wep" dan keras bergetar: "kii-errr-krr" sebagai tanda bahaya.

70
Penyebaran global: Tersebar luas di Samudera Atlantik, Samudera Indonesia, dan Samudera Pasifik
sampai ke Australia.
Penyebaran lokal dan status: Penetap di lepas pantai Sunda Besar, terlihat dekat pantai. Kebanyakan
tinggal sepanjang pergantian bulu musim panas.
Kebiasaan: Berdiam jauh di tengah laut, mendatangi tepi pantai hanya pada cuaca buruk atau pada masa
berbiak. Kurang bersifat sosial, hidup sendirian atau dalam kelompok kecil. Terbang dengan anggun dan
membingkas. Mencari makan dengan mengeduk serangga atau ikan di permukaan air, tidak menyelam.
Sering beristirahat pada bangkai kapal atau di atas tiang kapal pada waktu malam. Berbiak dalam
kelompok, berbaur dengan Dara-laut tengkuk-hitam.

243. DARA-LAUT SAYAP-HITAM Sterna fuscata Lembar Gambar 29


(I: Sooty Tern)
Deskripsi: Berukuran sedang (44 cm). Punggung hitam, ekor menggarpu dalam. Mirip Dara-laut batu.
Perbedaannya: sayap atas dan punggung coklat jelaga gelap, tidak ada lingkaran kerah putih, dahi putih
tidak melebar ke alis mata. Remaja: berwarna coklat jelaga, pantat putih, ada bintik putih pada punggung
dan sayap atas.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Sengau: "ker-wiki-wek, widi-wik".
Penyebaran global: Tersebar luas di seluruh Samudera Atlantik, Samudera Indonesia, dan Samudera
Pasifik.
Penyebaran lokal dan status: Kebanyakan tercatat jauh di tengah laut di perairan Jawa dan Sumatera.
Kebiasaan: Penghuni samudera sejati, berdiam jauh di tengah laut, pada pulau-pulau kecil berkarang atau
berpasir. Mengikuti kapal pada malam hari. Terbang ringan dan membingkas, melayang mengikuti arus
panas naik.

244. DARA-LAUT KECIL Sterna albifrons Lembar Gambar 29


(I: Little Tern; M: Camar Kecil)
Deskripsi: Berukuran kecil (24 cm), berwarna pucat dengan ekor sedikit menggarpu. Pada musim panas:
dahi putih, mahkota, tengkuk, dan garis mata hitam. Pada musim dingin: mahkota dan tengkuk hitam
mengecil membentuk bulan sabit. Pinggir depan sayap lebih gelap dan pinggir belakang sayap putih.
Burung anak: mirip dewasa tidak berbiak, tetapi mahkota dan mantel berbintik-bintik coklat, ekor putih
dengan ujung coklat, dan paruh suram.
Iris coklat, paruh kuning dengan ujung hitam, kaki kuning.
Suara: Pekikan parau bernada tinggi.
Penyebaran global: Penetap yang umum di sepanjang pesisir kawasan beriklim sedang dan tropis.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang cukup umum di Sumatera dan Kalimantan.
Di Jawa dan Bali, terdapat populasi kecil yang jumlahnya membesar pada musim dingin karena ditambah
dengan burung migran ras lain.
Kebiasaan: Menghuni pantai berpasir, berbaur dengan dara laut jenis lain. Kepakan sayap cepat, sering
terbang di tempat dengan mengepak-ngepakkan sayap. Cara menyelam khas, lepas landas begitu selesai
menyelam.

245. DARA-LAUT JAMBUL Sterna bergii Lembar Gambar 30


(I: Great Crested-Tern; M: Camar Besar Berjambul)
Deskripsi: Berukuran besar (45 cm), berjambul. Pada musim panas: mahkota dan jambul hitam, berubah
menjadi berbintik putih pada saat peralihan ke musim dingin. Pada musim dingin: mahkota menjadi putih
dan jambul berbintik abu-abu. Tubuh bagian atas abu-abu, tubuh bagian bawah putih. Burung muda: abu-
abu lebih gelap daripada burung dewasa, bagian atas berbintik coklat dan putih, ekor abu-abu. Warna paruh
adalah ciri terbaik untuk membedakannya dengan dara-laut berjambul lainnya.
Iris coklat, paruh kuning, kaki hitam.
Suara: Tajam, serak "kirrik" atau "ciuw" yang nyaring.
Penyebaran global: Tersebar merata di seluruh pantai dan pulau-pulau di Samudera Pasifik, Tanjung
Persia, L. Pasifik tropis, pantai-pantai Australia, dan Afrika selatan.
Penyebaran lokal dan status: Salah satu dara-laut yang paling umum di perairan dekat pantai dan di
sekitar pulau-pulau karang kecil di Sunda Besar. Berbiak di P. Karimun Jawa, diperkirakan juga berbiak di
pulau-pulau kecil di lepas pantai Sumatera.
Kebiasaan: Mencari ikan dalam kelompok kecil, terdiri dari dua atau tiga ekor, kadang-kadang bersama
dara-laut jenis lain. Penyelam yang agak kikuk. Beristirahat di pantai, pelampung, dan bagan pemancingan,
atau pada benda terapung di air. Sering terbang sampai agak jauh ke tengah laut.

71
246. DARA-LAUT BENGGALA Sterna bengalensis Lembar Gambar 30
(I: Lesser Crested-Tern; M: Camar Kecil Berjambul)
Deskripsi: Berukuran sedang (40 cm), berjambul. Mirip Dara-laut jambul, tetapi berukuran lebih kecil,
dahi hitam pada saat bulu biak, paruh jingga khas. Pada musim dingin: dahi dan mahkota berubah menjadi
putih, jambul tetap hitam. Burung anak: mirip dewasa tidak berbiak, tetapi berbintik kecoklatan pada tubuh
bagian atas dan bulu terbang abu-abu gelap.
Iris coklat, paruh jingga, kaki hitam.
Suara: Teriakan parau "kirrik".
Penyebaran global: Berbiak di sepanjang L. Merah, Teluk Persia, India, Asia tenggara, Kalimantan,
Filipina, P. Irian, dan Australia utara.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung tetap di perairan Sumatera dan Kalimantan, tetapi jauh lebih
jarang daripada Dara-laut berjambul. Pengunjung musim dingin yang tetap di Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Sangat sosial. Hidup dalam kelompok besar, sering berbaur dengan jenis lain, terutama Dara-
laut jambul. Mengunjungi perairan pantai dan pantai pasir, lumpur, atau karang. Sering mencari makan
sampai ke tengah laut, beristirahat dalam kelompok yang ribut pada bagan pemancingan dan pelampung.
Menceburkan diri secara vertikal untuk menyelamkan seluruh tubuhnya.

247. DARA-LAUT CINA Sterna bernsteini Lembar Gambar 30


(I: Cxhinese Crested-tern)
Deskripsi: Berukuran sedang (38 cm), berjambul. Paruh kuning, berujung hitam khas. Pada musim dingin:
dahi putih, topi hitam, ada garis tengah putih membentuk bercak hitam huruf U di seputar tengkuk.
Perbedaannya dengan Dara-laut jambul dan Dara-laut Benggala adalah paruh kuning berujung hitam.
Remaja: seperti Dara-laut jambul remaja, tetapi lebih coklat, bagian dalam dari bulu ketiak lebih pucat, ada
dua garis gelap pada sayap dalam, punggung dan ekor berbintik keputih-putihan dan coklat.
Iris coklat, paruh kuning dengan ujung hitam, kaki hitam.
Suara: Keras, teriakan bernada tinggi.
Penyebaran global: Berbiak di Cina timur, migrasi ke selatan pada musim dingin, yaitu ke Cina selatan,
Filipina, dan kadang-kadang ke Kalimantan bagian utara.
Penyebaran lokal dan status: Pada beberapa tahun terakhir, menjadi sangat langka dan mendekati
kepunahan (di Sunda Besar tidak pernah tercatat lagi).
Kebiasaan: Mirip dara-laut berjambul lainnya. Menyukai laut terbuka dan pulau-pulau kecil.

248. CAMAR-ANGGUK COKLAT Anous stolidus Lembar Gambar 30


(I: Brown Noddy; M: Camar Anggok)
Deskripsi: Berukuran sedang (42 cm), berwarna coklat jelaga gelap. Mahkota dan lingkar mata keputih-
putihan, ekor bertakik. Burung anak: dahi dan mahkota gelap, lingkar mata putih, ujung keputih-putihan
pada bulu punggung dan penutup sayap.
Iris coklat, paruh hitam, kaki coklat kehitaman.
Suara: Parau "karrk" dan "kwok-kwok".
Penyebaran global: Di seluruh lautan tropis dan subtropis serta Australia utara. Berbiak di seluruh daerah
penyebaran.
Penyebaran lokal dan status: Di perairan Sunda Besar, tidak jarang terdapat di tengah laut, tetapi tidak
umum di sekitar pantai.
Kebiasaan: Terbang perlahan, malas, dan berputar-putar. Jarang menyelam seperti dara laut lain.
Mengambil anak-anak ikan yang melompat keluar dari air karena dikejar ikan pemangsa. Kadang-kadang
turun ke atas permukaan air untuk mencari makanan. Pada saat bercumbu, pasangan menganggukkan
kepala (ciri ini yang menunjukkan namanya).

72
249. CAMAR-ANGGUK HITAM Anous minutus Lembar Gambar 30
(I: Black Noddy)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (31 cm), berwarna coklat kehitaman. Mahkota keputih-putihan, ekor
bertakik. Sangat mirip Camar-angguk coklat. Perbedaannya: ukuran lebih kecil dan lebih langsing,
mahkota putih bersih, memanjang ke belakang sampai menutupi tengkuk, paruh lebih ramping dan
panjang. Di bawah mata ada lengkung putih yang jelas. Burung anak: mahkota kurang putih, ujung
penutup sayap atas dan bulu sekunder kuning.
Iris coklat, paruh hitam, kaki coklat kehitaman.
Suara: Keras, parau: "kik-kirrik" dan getaran "carr".
Penyebaran global: Ditemukan di seluruh lautan tropis dan subtropis Pasifik dan Atlantik. Keberadaannya
di Samudera Indonesia digantikan oleh Camar-angguk kecil A. tenuirostris yang berkerabat dekat.
Penyebaran lokal dan status: Pengembara yang jarang terlihat di pesisir barat Kalimantan. Pengunjung
berbiak di sepanjang pesisir timur Sumatera. Tidak umum di sepanjang pesisir utara Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Seperti Camar-angguk coklat.
Catatan: Mungkin sejenis dengan A. tenuirostris, dalam hal ini nama Camar-angguk topi-putih menjadi
lebih diterima.

250. DARA-LAUT PUTIH Gygis alba Lembar Gambar 28


(I: Common White Tern)
Deskripsi: Berukuran kecil (30 cm), berwarna putih bersih dengan lingkar mata hitam. Seluruh bulu
burung dewasa keputih-putihan, kecuali lingkar mata hitam. Ekor sedikit menggarpu dengan bulu terluar
lebih pendek daripada bulu kedua dan ketiga. Paruh tidak biasa, sangat ramping, tajam, dan sedikit
melengkung ke atas. Burung anak: bercak gelap pada telinga, mantel dan sayap atas berbintik coklat
keabuan, bagian tengah pada bulu hitam, sayap lebih membulat.
Iris coklat, paruh kehitaman dengan dasar biru, kaki hitam kebiruan dengan selaput kaki keputih-putihan.
Suara: Panggilan berdesis lembut.
Penyebaran global: Tersebar luas di seluruh lautan tropis dan subtropis.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung yang jarang di perairan Sumatera dan Jawa. Tempat berbiak
yang paling dekat adalah P. Christmas, Kep. Cocos Keeling, dan Palau.
Kebiasaan: Terbang dengan gaya sedikit menaik dan menurun. Kadang-kadang menukik ke air untuk
mencari makanan, tetapi tidak pernah sampai menyelam.

73
MERPATI-MERPATIAN – SUKU COLUMBIDAE

Suku ini tersebar sangat luas di dunia. Makanan utamanya adalah buah-buahan dan biji-bijian.
Hampir semua jenis memiliki tubuh yang padat gemuk dengan paruh yang pendek, tetapi kuat.
Sarang terbuat dari ranting-ranting yang tampak rapuh, tempat meletakan telurnya yang putih di
dalamnya. Kicauan berupa suara berirama yang diulang-ulang. Ketika terbang, kepakan sayapnya
berbunyi khas. Di Sunda Besar ada 30 jenis, yang dibagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut:
1. Punai/walik (Treron, Ptilinopus): ukuran tubuh relatif kecil, dengan bulu-bulu tubuh yang
umumnya berwarna cerah, tetapi tanpa warna-warna metalik, bersifat arboreal.
2. Pergam (Ducula, Columba): ukuran tubuh besar, dengan bulu-bulu tubuh yang mengilap, bulu-
bulu tubuh bagian bawah biasanya keputih-putihan atau abu-abu, umumnya bersifat arboreal.
3. Merpati tanah (Macropygia, Streptopelia, Geopelia, Caloenas): meliputi jenis-jenis burung
yang sering berada di permukaan tanah, warna bulu tubuh bagian atas kehijauan mengilap atau
coklat kemerah-merahan buram/pucat.

Punai dan Walik

251. PUNAI SALUNG Treron oxyura Lembar Gambar 31


(I: Sumatran green-pigeon)
Deskripsi: Berukuran sedang (34 cm, termasuk ekornya yang panjang dan runcing). Jantan: tubuh
bagian atas hijau gelap dengan kalung biru-abu-abu. Bulu sayap primer kehitaman (tanpa warna
kuning pada ujung bulu), ekor yang panjang dan runcing berwarna abu-abu, tubuh bagian bawah
hijau dengan perut dan dada kekuningan, bulu penutup ekor bagian bawah yang panjang berwarna
kemerahmudaan. Betina: tanpa warna kuning pada perut, bulu penutup ekor bawah hijau bercoret.
Iris hijau kebiruan, paruh hijau-biru, kaki merah.
Suara: Berdentang: “u-uwao-uwao” atau variasi lainnya.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Termasuk jarang di Sumatera, ditemukan terutama di hutan-hutan
pegunungan dan perbukitan di Bukit Barisan, antara ketinggian 350-1.800 m. Juga termasuk jarang
di Jawa, bahkan terbatas di pegunungan-pegunungan Jawa barat (sampai G. Papandayan) sampai
ketinggian 3.000 m.
Kebiasaan: Terdapat dalam kelompok-kelompok yang berpindah-pindah dari satu tempat ke
tempat lain, tetapi hidup tidak pernah jauh dari hutan bukit yang rapat.

252. PUNAI GAGAK Treron sphenura Lembar Gambar 31


(I: Wedge-tailed Green-Pigeon; M: Punai Bukit)
Deskripsi: Berukuran sedang (30 cm), berwarna hijau. Jantan: kepala hijau, dada jingga (tidak ada
pada ras Sumatera), mantel keunguan, bahu sayap abu-abu. Punggung bagian atas coklat
keunguan, sisa bagian sayap dan ekor hijau gelap, penutup sayap besar dan bulu sayap primer
lebih gelap bertepi kuning. Perut kekuningan bercoretan gelap, bagian sisi bertepi kuning, ekor
bagian bawah tertutup coklat kemerahan. Betina: penutup ekor bawah kuning pucat dengan
coretan gelap, tidak ada warna emas dan coklat kemerahan seperti pada jantan.
Iris biru muda sampai merah, paruh berpangkal hijau dan berujung kuning, kaki merah.
Suara: Siulan panjang turun-naik dengan kecepatan yang tetap.
Penyebaran global: Himalaya, Cina barat daya, Asia tenggara, Sumatera, Jawa, dan Lombok.
Penyebaran lokal dan Status: Di Sumatera (Bukit Barisan dari Sibayak hingga G. Dempu) dan
Jawa, umum setempat di gunung-gunung yang tinggi, antara 1.400-3.000 m. Biasanya berada pada
daerah yang lebih tinggi daripada Punai salung. Di Bali tidak tercatat, tetapi kemungkinan terdapat
di sana.
Kebiasaan: Ditemukan di hutan pasang-berangan dan hutan kerangas pegunungan. Agak jinak
dan mudah didekati.

74
253. PUNAI LENGGUAK Treron curvirostra Lembar Gambar 31
(I: Thick-billed Green-Pigeon; M: Punai Lengguak)
Deskripsi: Berukuran sedang (27 cm), berwarna hijau, bertubuh tegap. Jantan: punggung dan
penutup atas sayap merah-coklat (betina: hijau gelap). Dahi dan mahkota abu-abu, leher hijau.
Tubuh bagian bawah hijau kekuningan, sayap kehitaman dengan garis kuning tebal dan bulu tepi
kuning, bulu ekor tengah hijau. Bagian lainnya abu-abu dengan garis hitam pada bagian tengah,
bagian sisi hijau bergaris-garis putih, penutup bawah ekor coklat kemerahan. Perbedaannya
dengan Punai penganten: warna hijau pada tubuh bagian sisi sampai muka.
Iris kuning, kulit di sekeliling mata hijau kebiruan terang, paruh hijau dengan pangkal merah atau
warna zaitun (di Jawa barat, Mentawai, dan Enggano), kaki merah padam.
Suara: Mirip Punai kecil, tetapi kurang meratap dan lebih terpotong-potong.
Penyebaran global: India barat daya dan Nepal, Asia tenggara, Filipina, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk ras-ras endemik di pulau-pulau kecil di
sekitarnya) dan Kalimantan, termasuk umum ditemukan di hutan-hutan dataran rendah sampai
ketinggian 200 m, tetapi kadang-kadang di Kalimantan lebih tinggi lagi. Di Jawa, hanya tercatat
di P. Deli dan P. Tinjil, lepas pantai barat daya Jawa.
Kebiasaan: Ramai. Bersama-sama makan dalam kelompok. Sering terlihat terbang ke sana ke
mari pada tajuk pohon yang rendah.

254. PUNAI PENGANTEN Treron griseicauda Lembar Gambar 31


(I: Grey-cheeked Green-Pigeon)
Deskripsi: Berukuran sedang (25 cm), berwarna hijau kekuningan. Dahi abu-abu kebiruan, kulit
tidak berbulu di sekitar mata berwarna hijau. Penutup sayap, bahu, dan bagian atas punggung
hijau (betina) atau merah tua (jantan), bulu sayap primer kehitaman dengan tepi kuning terang,
terdapat bercak jingga pada pundak. Tubuh bagian bawah dan punggung bagian bawah umumnya
hijau, dengan bulu penutup ekor bawah berwarna coklat berangan (jantan). Bulu ekor hijau dengan
garis terminal abu-abu muda, bulu penutup ekor bawah kemerahan. Ras yang jarang di P.
Kangean: leher kekuningan, dan bulu dada jantan tersapu keunguan.
Iris merah, paruh kuning dengan sera hijau gelap (jantan) atau seluruhnya hijau (betina), kaki
merah.
Suara: Berdentang perlahan dan dalam: “haaaw-haw...”, mirip Punai lengguak.
Penyebaran global: Sulawesi, Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Cukup umum dijumpai di Jawa dan Bali sampai ketinggian 1.200
m (di Jawa timur sampai 2.500 m).
Kebiasaan: Sering ditemukan di hutan dataran rendah dan kebun-kebun. Hidup berpasangan,
tetapi berkumpul di atas pohon buah-buahan. Kadang-kadang tercatat ratusan burung makan
bersama-sama di atas tajuk pohon. Kadang-kadang juga berbaur dengan jenis lain.
Catatan: Mungkin sejenis dengan Punai lengguak.

255. PUNAI BAKAU Treron fulvicollis Lembar Gambar 31


(I: Cinnamon-Headed Green-Pigeon; M: Punai Bakau)
Deskripsi: Berukuran sedang (27 cm). Kepala hijau (betina) dan coklat kemerah-merahan (jantan).
Dada kuning kecoklatan-jingga, perut hijau keabuan, paha kuning, bulu penutup ekor bawah coklat
kemerahan. Jantan ras Kalimantan bagian utara: kepala dan dada kecoklatan, perut abu-abu, hanya
sedikit saja tercampur warna hijau. Jantan: kepala kecoklatan, ekor hijau tua (ciri yang mudah
diingat). Perbedaan betina dengan Punai lengguak: paha kekuningan, paruh lebih tipis, mahkota
lebih hijau. Perbedaan dengan punai-punai jenis lainnya: paruh putih kehijauan dengan pangkal
merah. Ketika terbang, ekor bagian bawah tampak kehitaman dengan garis terminal lebar
berwarna abu-abu.
Iris coklat, paruh kehijauan dengan pangkal merah, kaki merah.
Suara: Mirip Punai lengguak dan Punai penganten.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Tidak umum dijumpai di pesisir sampai ketinggian 200 m. Tetapi
lebih umum dijumpai di Kalimantan selatan dan Kalimantan tengah.
Kebiasaan: Menyukai hutan pantai, hutan mangrove, hutan rawa, dan semak belukar terbuka.
Makan dan bersarang pada pohon-pohon kecil.

75
256. PUNAI KECIL Treron olax Lembar Gambar 31
(I: Little Green-Pigeon; M: Punai Daun)
Deskripsi: Berukuran paling kecil (22 cm), berwarna hijau. Jantan: bulu penutup sayap,
punggung, dan mantel coklat-merah tua, kepala abu-abu, dada jingga, perut hijau, bagian penutup
bawah ekor coklat kemerahan. Betina: mahkota keabuan, dagu putih, dada dan perut hijau,
punggung hijau gelap, penutup bawah ekor kuning.
Iris putih, paruh putih sampai hijau kebiruan, kaki merah.
Suara: Siulan panjang, melengking, meninggi, dan menurun (D.A.H), sampai enam detik.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatera, dan Jawa barat.
Penyebaran dan status: Di Kalimantan dan Sumatera, umum dijumpai sampai ketinggian 1.400
m. Sangat jarang di hutan dataran rendah di Jawa barat.
Kebiasaan: Mendiami hutan, taman, dan pekarangan, tetapi lebih menyukai habitat-habitat di
hutan submontan. Ditemukan berpasangan atau dalam kelompok kecil.

257. PUNAI GADING Treron vernans Lembar Gambar 32


(I: Pink-necked Green-Pigeon; M: Punai Gading)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (29 cm), berwarna hijau. Jantan: kepala abu-abu kebiruan, sisi
leher, tengkuk bawah, dan garis melintang pada dada berwarna merah jambu. Dada bagian bawah
jingga, perut hijau dengan bagian bawah kuning, sisi-sisi rusuk dan paha bertepi putih, penutup
bagian bawah ekor coklat kemerahan. Punggung hijau, bulu penutup ekor atas perunggu. Sayap
gelap dengan tepi kuning yang kontras pada bulu-bulu penutup sayap besar. Ekor abu-abu dengan
garis hitam pada bagian subterminal dan tepi abu-abu pucat. Betina: hijau, tanpa warna merah
jambu, abu-abu, dan jingga seperti pada jantan.
Iris merah jambu, paruh abu-abu-biru dengan pangkal hijau, kaki merah.
Suara: Siulan mendekur aneh dengan ratapan: “ancang-ancang” pada awalnya (D.A.H.). “Oooo-
ooo, cheweeo-cheweeo-cheweeo”, juga “krrak, krrak” yang serak ketika makan berkelompok.
Penyebaran global: Indocina, Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Filipina, Sulawesi, Sumatera,
Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di hutan pantai, hutan sekunder, dan tempat-tempat
terbuka. Lebih jarang ditemukan pada hutan yang tinggi sampai ketinggian 900 m.
Kebiasaan: Dalam kelompok kecil, berkumpul di hutan yang rendah, hinggap pada pohon buah-
buahan untuk mencari makan. Bila terganggu, terbang berdua atau bertiga dengan kepakan sayap
yang keras. Pada malam dan pagi hari, mengeluarkan suara mendekur lembut yang rendah dari
tempat bertengger.

258. PUNAI SIAM Treron bicincta Lembar Gambar 32


(I: Orange-breasted Green-Pigeon; M: Punai Siam)
Deskripsi: Berukuran sedang (29 cm), berwarna hijau. Garis kuning tampak nyata dan tepi-tepi
kuning pada bulu sayap yang hitam. Muka hijau, tengkuk dan punggung atas abu-abu. Jantan:
dada merah jambu dengan garis jingga tua pada bagian bawahnya. Betina: dada hijau. Ekor abu-
abu tua dengan garis subterminal hitam, sering terputus pada bagian tengahnya oleh bulu abu-abu.
Iris biru dan merah, paruh biru kehijauan, kaki merah tua.
Suara: Mirip Punai gading. Siulan yang berirama menarik diikuti gumaman “ko-wrrrook, ko-
wrrrook, ko-wrrrook”. Bila dalam bahaya, bersuara parau keras seperti tertawa “kreeew-kreeew-
kreeew” (van Balen 1991).
Penyebaran global: India, Asia tenggara, Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Dulu pernah dijumpai di dataran rendah pesisir Jawa barat. Catatan
baru ditemukan di Baluran (Jawa timur) dan Bali Barat.
Kebiasaan: Khas punai. Hidup berpasangan atau kadang-kadang dalam kelompok kecil. Mencari
makan berupa buah-buahan kecil pada semak dan pohon-pohon. Mempertunjukkan ekornya
dengan menjentik-jentikkannya khas punai. Memilih dataran rendah berhutan dan perkebunan.

259. PUNAI BESAR Treron capellei Lembar Gambar 32


(I: Large Green-Pigeon; M: Punai Bakok)
Deskripsi: Berukuran besar (36 cm). Dada jingga, punggung hijau keabuan, sayap abu-abu tua
dengan tepi kuning sempit pada bagian penutup. Tubuh bagian bawah hijau pucat, ada garis jingga
kekuningan yang jelas pada dada (tetapi kurang jelas pada betina), ekor hijau pucat dengan garis

76
kehitaman terputus dan ujung putih yang tersembunyi oleh bulu-bulu hijau pada bagian tengah,
sisi perut dan pantat bertepi putih, bulu penutup ekor bawah coklat tua.
Iris coklat, paruh hijau pucat, kaki kuning.
Suara: Seperti rangkong atau angsa, menderuk dalam: “ku”. Suara ketika makan: cegukan dan
berparut: “kak-kak kak, kwok-kwok-kwok”.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Jawa, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan, tidak jarang di hutan dataran rendah
sampai ketinggian 1.300 m. Jarang ditemukan di Jawa, hanya ada satu catatan baru.
Kebiasaan: Hidup sendirian atau berpasangan, berkumpul pada pohon buah-buahan. Menyukai
hutan primer dan tempat-tempat terbuka di dalam hutan.

260. WALIK JAMBU Ptilinopus jambu Lembar Gambar 32


(I: Jambu Fruit-Dove; M: Punai Jambu)
Deskripsi: Berukuran sedang (28 cm), berwarna hijau, merah tua, dan putih. Jantan: muka merah
tua, tenggorokan berbercak hitam, tengkuk dan punggung atas hijau, perut putih, dada putih
dengan bercak-bercak merah jambu, bulu penutup bawah ekor berwarna coklat berangan. Betina:
muka ungu pucat, dada hijau, perut putih, bulu penutup bawah ekor kecoklatan.
Iris coklat, paruh kuning atau jingga, kaki merah tua.
Suara: Derukan “hu” lembut yang diulangi dalam interval pendek, jarang terdengar.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatera, dan Jawa barat.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan dan Sumatera, umum dijumpai sampai ketinggian
1.500 m. Di Jawa barat, pendatang yang sangat jarang dijumpai.
Kebiasaan: Memakan buah-buahan di atas pohon, juga buah-buahan yang jatuh di atas tanah.
Umumnya tinggal di pesisir (termasuk hutan mangrove) dan tempat-tempat terbuka yang berhutan.
Menyukai pulau kecil, terbang dari satu pulau ke pulau lainnya. Sering tidak teramati.

261. WALIK KEPALA-UNGU Ptilinopus porphyreus Lembar Gambar 32


(I: Pink-headed Fruit-Dove)
Deskripsi: Berukuran agak besar (29 cm), berkepala merah jambu. Seluruh bagian kepala, leher,
dan kerongkongan merah jambu keunguan, dibatasi oleh pita putih bertepi hitam kehijauan pada
dada. Tubuh bagian atas hijau, tubuh bagian bawah abu-abu dengan penutup ekor bagian bawah
kuning. Betina: hanya muka yang berwarna merah jambu buram, garis dada kurang jelas.
Iris merah jingga, paruh kehijauan, kaki merah jambu.
Suara: “Hu”berdentang dalam interval satu detik, kadang-kadang berakhir dengan seri “hu” cepat
yang menurun.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera, Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Diketahui terdapat di Bukit Barisan (Peg. Kerinci dan G. Dempu)
serta di daerah-daerah pegunungan di Jawa dan Bali, antara ketinggian 1.400-2.200 m.
Kebiasaan: Biasanya terlihat sendirian atau berpasang-pasangan, menyukai hutan pasang-
berangan dan hutan kerangas pegunungan. Pemalu dan berperilaku tidak mencolok.

262. WALIK KEMBANG Ptilinopus melanospila Lembar Gambar 32


(I: Black-naped Fruit-Dove)
Deskripsi: Berukuran sedang (27 cm), berwarna hijau. Jantan: kepala abu-abu perak, tengkuk
hitam, kerongkongan berbercak kuning, bawah dada dan tubuh bagian atas hijau, bulu penutup
ekor kuning-merah. Betina: seluruh tubuh hijau, kecuali bulu penutup ekor merah dan sisi-sisi bulu
sayap dan perut bawah kuning.
Iris kuning, paruh kuning kehijauan, kaki merah.
Suara: Berdentang keras monoton: “uwuk-wuk .... uwuk-wuk”.
Penyebaran global: Filipina selatan, Sulawesi, Maluku, Sunda Besar dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat sekali di Sumatera (P. Tegal di Teluk Lampung, mungkin
tersesat dari Jawa). Menghuni pulau-pulau kecil di lepas pantai Kalimantan (P. Burung,
Balambang, Banggi, dan Maratua). Di Jawa (termasuk Matasiri dan Kangean) dan Bali, umum
ditemukan setempat di dataran rendah dan hutan-hutan bukit, sampai ketinggian 800 m.
Kebiasaan: Pemalu, hidup berpasangan, lebih sering terdengar daripada terlihat. Kadang-kadang
kelompok yang cukup besar berkumpul pada pohon buah-buahan dan tempat bertengger.

77
263. WALIK PUTIH Ptilinopus cinctus Lembar Gambar 32
(I: Black-backed Fruit-Dove)
Deskripsi: Berukuran sedang (34 cm), mudah dikenali dari warnanya yang hitam dan putih.
Kepala dan leher putih-abu-abu, menjadi putih bersih ke arah dada, ada garis hitam melintang pada
dada bagian bawah. Punggung hitam kehijauan gelap, bagian ujung ekor bergaris abu-abu, perut
dan tunggir abu-abu.
Iris coklat, paruh abu-abu, kaki merah.
Suara: Derukan yang dalam: “whu”, dalam seri empat-delapan nada dan interval dua sampai tiga
detik.
Penyebaran: Bali dan Nusa Tenggara sampai Timor.
Penyebaran lokal dan status: Jarang terdapat di hutan-hutan yang kering di Bali.
Kebiasaan: Hidup sendirian atau dalam kelompok kecil. Terbang cepat dengan kepakan sayap
berbunyi seperti siulan. Berjemur di bawah sinar matahari di tempat bertengger yang terbuka.

Pergam

264. PERGAM HIJAU Ducula aenea Lembar Gambar 33


(I: Green Imperial-Pigeon; M: Pergam Besar)
Deskripsi: Berukuran besar (45 cm), berwarna hijau dan abu-abu. Kepala, leher, dan tubuh bagian
bawah abu-abu agak merah jambu pucat. Penutup ekor bagian bawah merah-coklat. Tubuh bagian
atas hijau gelap dengan warna pelangi perunggu mengilap.
Iris coklat kemerahan, paruh biru-abu-abu, kaki merah gelap.
Suara: “Um” tunggal yang keras, “kruk-kroorr” bergaung, dan suara panggilan keras yang terdiri
dari beberapa nada cekikik dan berakhir dengan nada berombak.
Penyebaran global: India ke Cina selatan, Asia tenggara, Filipina, Sunda Besar dan Nusa
Tenggara, dan Sulawesi.
Penyebaran lokal dan status: Di Sunda Besar, merupakan burung pergam besar yang umum
dijumpai di hutan dataran rendah dan hutan mangrove, sampai ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: Berpasangan atau dalam kelompok kecil terlihat terbang melintasi hutan untuk
bertengger di atas pohon pada sore hari. Pada pagi hari menyebar kembali untuk mencari makan.
Menyukai tajuk pohon tinggi. Pada masa bercumbu, terbang vertikal secara luar biasa, sampai ke
titik tertentu berhenti, kemudian tiba-tiba meluncur kembali mendatar.

265. PERGAM LAUT Ducula bicolor Lembar Gambar 33


(I: Pied Imperial-Pigeon; M: Pergam Rawa)
Deskripsi: Berukuran besar (35 cm), berwarna hitam-putih. Tubuh seluruhnya putih-krem, kecuali
bulu-bulu sayap primer dan ekor hitam. Perbedaannya dengan Merpati-hutan perak: warna lebih
putih atau lebih krem.
Iris coklat, paruh abu-abu, kaki abu-abu-biru.
Suara: Derukan menggema keras dan dalam: “hu-hu-hu-hu-hu”, “cek” tajam sewaktu berkelahi,
dan “kru-kruuuu” yang keras.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Asia tenggara, Kalimantan, Sumatera, Jawa,
Filipina, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku sampai Irian Jaya.
Penyebaran lokal dan status: Umum dijumpai di pulau-pulau kecil di lepas pantai Kalimantan
dan Sumatera, terutama di hutan mangrove dan pantai pulau-pulau kecil. Di daratan dalam
populasi yang kecil. Akibat perburuan yang berlebihan, sekarang mulai jarang ditemukan di Jawa
dan Bali.
Kebiasaan: Menetap di tempat bertengger komunal dan mencari makan dalam kelompok-
kelompok kecil. Terbang sangat kuat, sering terbang di antara pulau-pulau kecil. Mencari makan
pada pohon yang tinggi. Terlihat jelas sewaktu bertengger atau ketika mencari makan pada pohon
yang tinggi.

266. PERGAM GUNUNG Ducula badia Lembar Gambar 33


(I: Mountain Imperial-Pigeon; M: Pergam Gunung)
Deskripsi: Berukuran besar (45 cm), berwarna gelap. Kepala, leher, dada, dan perut abu-abu
keunguan; dagu dan kerongkongan putih. Mantel dan penutup sayap merah tua; punggung dan
pinggul coklat tua keabu-abuan. Ekor hitam kecoklatan dengan garis abu-abu lebar pada ujungnya

78
dan penutup bawah kuning tua. Perbedaannya dengan Pergam punggung-hitam: dagu putih,
punggung keunguan, pantat kuning tua; dengan Pergam hijau: ekor berwarna ganda.
Iris putih atau abu-abu, paruh merah padam dengan ujung putih, kaki merah padam.
Suara: “Klik” yang diikuti derukan melankolis dan menggema: “klik-bruum-bruum”.
Penyebaran global: India, Asia tenggara, Kalimantan, Sumatera, dan Jawa barat.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan dan Sumatera merupakan pergam yang paling
umum ditemukan di hutan-hutan pegunungan, antara ketinggian 400-2.200 m, tetapi sering juga
mendatangi hutan mangrove. Di Jawa, sangat jarang ditemukan di bukit dan pegunungan, sering
tertukar dengan Pergam punggung-hitam yang lebih umum ditemukan. Terdapat catatan baru di
Jawa, misalnya di G. Halimun.
Kebiasaan: Burung di daerah pantai suka mandi di air hutan mangrove dan melakukan perjalanan
harian ke daratan. Populasi di pegunungan melakukan perjalanan harian menuju daerah-daerah
dataran rendah tempat mencari makan. Lebih pemalu dibandingkan Pergam hijau.

267. PERGAM PUNGGUNG-HITAM Ducula lacernulata Lembar Gambar 33


(I: Dark-backed Imperial-Pigeon/Black-backed Imperial-Pigeon)
Deskripsi: Berukuran besar (45 cm), berwarna sangat gelap. Kepala, leher, dan tubuh bagian
bawah abu-abu kemerahjambuan. Terdapat variasi warna pada kepala: abu-abu di Jawa barat dan
merah jambu di Jawa timur dan Bali. Tubuh bagian atas abu-abu tua kecoklatan dengan garis lebar
abu-abu pada ujung ekor. Perbedaannya dengan Pergam gunung: punggung lebih gelap dan bulu
penutup ekor kuning kayu manis.
Iris coklat kemerahan, paruh abu-abu gelap, kaki merah-ungu.
Suara: Mirip Pergam gunung. Suara dalam yang khas, berdering keras: “hooh oo” dengan tekanan
pada nada kedua, dan beberapa variasi lainnya (D.A.H.).
Penyebaran global: Endemik di Jawa, Bali, Lombok, dan Flores.
Penyebaran lokal dan status: Di Jawa dan Bali, pergam paling besar ini umum ditemukan di
hutan pegunungan, antara ketinggian 400-1.500 m.
Kebiasaan: Hidup di hutan pegunungan. Pada siang hari, duduk diam di bagian bawah
pepohonan. Aktif pada pagi dan sore hari.

268. PERGAM KELABU Ducula pickeringii Lembar Gambar 33


(I: Grey Imperial-Pigeon)
Deskripsi: Berukuran besar (40 cm), berwarna abu-abu kecoklatan dengan sedikit kilapan hijau
pada mantel. Mirip Pergam hijau. Perbedaannya: ukuran lebih kecil, bulu lebih abu-abu, tidak
memiliki bulu penutup ekor bagian bawah yang coklat berangan.
Iris merah tua, paruh abu-abu kebiruan dengan pangkal gelap, kaki merah tua.
Suara: Tidak ada informasi.
Penyebaran global: Ditemukan di pulau-pulau kecil di sekitar pesisir utara dan timur Kalimantan,
Filipina selatan, dan Sulawesi utara.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Umum setempat di hutan-hutan di
pesisir.
Kebiasaan: Mirip pergam-pergam lainnya, tetapi lebih terbatas di pulau-pulau kecil saja.

269. PERGAM KATANJAR Ducula rosacea Lembar Gambar 33


(I: Pink-headed Imperial-Pigeon)
Deskripsi: Berukuran besar (44 cm), berwarna abu-abu-merah jambu. Kepala merah jambu, ada
lingkaran putih di sekeliling mata dan garis putih pada pangkal paruh. Tubuh bagian bawah abu-
abu dengan sapuan merah jambu pada perut. Tubuh bagian atas hijau kebiruan gelap sedikit
berkilau pelangi, penutup bawah ekor merah-coklat.
Iris coklat, paruh abu-abu-biru dengan sera merah gelap, kaki merah keunguan.
Suara: Serangkaian nada “owu” dengan nada yang menurun (F.G.R.).
Penyebaran global: Terbatas di pulau-pulau kecil di L. Jawa, Sulawesi selatan, Maluku, dan Nusa
Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Umum di beberapa tempat.
Kebiasaan: Mirip pergam-pergam lainnya.

270. MERPATI-HUTAN METALIK Columba vitiensis Lembar Gambar 33

79
(I: Metallic Pigeon)
Deskripsi: Berukuran besar (42 cm), berwarna gelap tetapi mengilap. Tenggorokan putih.
Tengkuk, punggung, sayap, dan ekor abu-abu tua, berbaur dengan ujung-ujung bulu yang hijau
metalik mengilap. Kepala bagian atas, mantel, dan tubuh bagian bawah abu-abu keunguan dengan
kilapan ungu muda. Sekeliling mata merah tua.
Iris coklat dengan lingkaran kuning, paruh kuning berpangkal merah, kaki merah tua.
Suara: Nada “hooo ooo ooo” yang menggema, dengan tekanan pada nada kedua terakhir. Juga
derukan yang lemah.
Penyebaran global: Filipina sampai Nusa Tenggara dan Pasifik barat.
Penyebaran lokal dan status: Mendiami pulau-pulau kecil serta pulau-pulau lepas pantai
Kalimantan timur, seperti P. Tiga, P. Mantanani, dan P. Maratua, mudah dijumpai di beberapa
tempat.
Kebiasaan: Mendiami hutan pantai yang tinggi di pulau-pulau kecil.

271. MERPATI-HUTAN PERAK Columba argentina Lembar Gambar 33


(I: Silvery Wood-Pigeon)
Deskripsi: Berukuran besar (40 cm), berwarna abu-abu pucat. Sayap hitam, ekor dan tubuh bagian
bawah keabuan. Perbedaannya dengan Pergam laut: tubuh bagian atas abu-abu (bukan putih),
warna hitam pada separuh ekor, dan lingkaran mata merah.
Iris coklat, keliling mata yang gundul merah, paruh hijau-pucat dengan pangkal merah, kaki
merah.
Suara: Tidak ada informasi.
Penyebaran global: Sumatera timur, Kep. Riau, dan Kalimantan bagian utara.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Burung yang termasuk jarang ini
mendiami pulau-pulau kecil di Selat Malaka, tetapi kadang-kadang dijumpai di pesisir Sumatera
dan Kalimantan di bawah ketinggian 100 m.
Kebiasaan: Mendiami pulau-pulau kecil, tetapi jarang ditemukan karena adanya penebangan
hutan. Kadang-kadang berbaur dengan Pergam laut.

272. MERPATI BATU Columba livia Lembar Gambar 33


(I: Rock Pigeon)
Deskripsi: Merpati pedesaan yang berukuran sedang (32 cm), berwarna abu-abu kebiruan. Ada
garis-garis hitam pada sayap dan ujung ekor serta kilapan ungu kehijauan pada kepala dan dada.
Merupakan jenis dari merpati piaraan yang menjadi liar.
Iris coklat, paruh warna tanduk, kaki abu-abu.
Suara: Mirip suara merpati piaraan yang terkenal: “oo-roo-coo”.
Penyebaran global: Palaeartik, tetapi diintroduksi ke hampir seluruh penjuru dunia. Populasi liar
terbentuk dengan sendirinya di kota-kota besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan, koloninya terdapat di Banjarmasin, Kuching, Kota
Kinabalu, dan Samarinda.
Kebiasaan: Asalnya burung penghuni tebing, tetapi kemudian beradaptasi dengan kondisi
perkotaan. Hidup berkelompok, sering bertengger pada bangunan atau bertebaran di permukaan
tanah. Mencari makan di taman, pekarangan, dan daerah terbuka. Cara terbang berputar-putar
(khas).

80
Merpati tanah

273. UNCAL LORENG Macropygia unchall Lembar Gambar 34


(I: Barred Cuckoo-Dove; M: Tekukur Api Gunung)
Deskripsi: Berukuran besar (38 cm), berwarna coklat, berekor panjang. Punggung dan ekor
bergaris hitam atau coklat. Kepala abu-abu dengan tengkuk hijau-biru mengilap. Dada merah
jambu, tetapi memutih pada perut bawah. Betina: tidak ada kilapan hijau. Garis-garis lebih tebal
pada punggung dan garis-garis pada ekor membedakan burung ini dengan uncal lainnya.
Iris kuning sampai coklat pucat, paruh hitam, kaki merah.
Suara: Satu seri dengungan keras terdiri dari sejumlah “kru-uum” atau “u-wa”, dengan nada
kedua lebih keras dan tinggi lebih daripada nada pertama, hanya terdengar pada jarak dekat.
Penyebaran global: Tersebar luas, mulai dari Peg. Himalaya sampai Jawa dan Bali. Tidak
ditemukan di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Terdapat di hutan-hutan submontan Sumatera, Jawa, dan Bali,
antara ketinggian 800-3.000 m. Umumnya lebih jarang dijumpai daripada Uncal Kouran.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil. Mencari makan pada pohon-pohon di pegunungan,
kadang-kadang ke permukaan tanah untuk makan atau minum. Cukup jinak, tetapi dalam keadaan
bahaya, terbang dan mengepak-ngepakkan sayapnya dengan ribut. Terbang sangat cepat melalui
puncak pohon. Ekor terangkat ketika berada di atas tanah

274. UNCAL BUAU Macropygia emiliana Lembar Gambar 34


(I: Ruddy Cuckoo-Dove)
Deskripsi: Berukuran sedang (30 cm), berwarna coklat kemerahan. Ekor panjang. Dada coklat
agak keunguan, bergaris-garis hitam tidak terlalu jelas. Jantan: leher dan dada merah jambu
mengilap. Betina: ada garis-garis gelap pada mantel. Terdapat variasi antara ras dari pulau-pulau
yang berbeda.
Iris: lingkaran dalam kebiruan dan lingkaran luar merah, paruh abu-abu-krem, kaki merah
keunguan.
Suara: Satu seri terdiri dari sejumlah nada “poh-ku wauw-wao” yang keras.
Penyebaran global: Sunda Besar, Lombok, Sumbawa, dan Flores.
Penyebaran lokal dan status: Status di Sumatera masih belum jelas, ras-ras endemik di
Simeuleu, Nias, Mentawai, dan Enggano (tampaknya umum dijumpai). Juga umum dijumpai di
pulau-pulau kecil di lepas pantai Teluk Lampung. Sebuah catatan diperoleh dari Sumatera
(mungkin burung yang tersesat). Di Kalimantan, Jawa, dan Bali, burung yang umum ditemukan di
hutan-hutan perbukitan. Terdapat juga catatan dari dataran rendah Kalimantan. Tercatat di Jawa
sampai ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Menetap di hutan primer atau tempat-tempat terbuka di hutan. Tidak datang ke lahan
garapan seperti Uncal kouran. Terbang berkepak menembus bagian bawah hutan, tetapi terbang
cepat dan kuat ketika berada di bagian atas pohon. Turun ke permukaan tanah untuk makan dan
minum. Sewaktu makan di atas pohon, menggunakan ekornya yang panjang sebagai alat
keseimbangan
Catatan: Beberapa pakar memasukkan burung ini ke dalam jenis Uncal merah M. phasianella.
Ras endemik Enggano cinnamomea kadang-kadang diperlakukan sebagai jenis tersendiri.

275. UNCAL KOURAN Macropygia ruficeps Lembar Gambar 34


(I: Little Cuckoo-Dove; M: Tekukur Api)
Deskripsi: Berukuran sedang (30 cm), berekor panjang, berwarna kemerahan. Perbedaannya
dengan Uncal buau: tubuh lebih kecil, dada kuning tua, tubuh bagian atas bergaris-garis hitam, ada
garis subterminal gelap pada bulu-bulu terluar ekor. Jantan: tengkuk hijau dan ungu mengilap.
Betina: tidak memiliki bulu yang mengilap, ada bercak-bercak gelap pada dada.
Iris abu-abu-putih, paruh coklat dengan ujung hitam, kaki merah koral.
Suara: “Kru-wuk” cepat, dengan tekanan pada nada kedua, diulang-ulang sekitar tiga puluh kali.
Setelah beristirahat sebentar, diulang kembali.
Penyebaran global: Tersebar luas dan umum pada hutan submontan di Asia tenggara, Sumatera,
Jawa, Kalimantan, dan Nusa Tenggara.

81
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan dan Sumatera, umum di hutan-hutan perbukitan dan
pegunungan bawah. Sering terdapat di pegunungan di Jawa dan Bali (kadang-kadang dalam
jumlah besar), antara ketinggian 300-2.000 m.
Kebiasaan: Menyukai tepi hutan. Dalam kelompok, sering menyerang sawah yang berdekatan
secara musiman.

276. DEDERUK JAWA Streptopelia bitorquata Lembar Gambar 34


(I: Island Collared-Dove)
Deskripsi: Berukuran sedang (30 cm), berekor panjang, berwarna coklat kemerahjambuan. Mirip
Tekukur biasa yang lebih umum ditemukan. Perbedaannya: warna kepala lebih abu-abu, bercak
hitam pada sisi leher bertepi putih, tidak berbintik putih. Bagian tengah membujur dari bulu ekor
coklat, kedua sisi bulu ekor abu-abu dengan tepi agak putih.
Iris jingga, paruh hitam dengan pangkal merah, kaki merah agak ungu.
Suara: Suara tenggorokan dalam yang khas: “kru-kruuu” dan variasinya (D.A.H.).
Penyebaran global: Filipina, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Catatan-catatan dari Sumatera mungkin bersumber dari burung
yang lepas dari sangkar. Catatan dari Kalimantan mungkin berasal dari burung yang tersesat dari
Filipina. Di Jawa dan Bali, kadang-kadang ditemukan di dataran rendah, tetapi jarang di atas
ketinggian 600 m.
Kebiasaan: Mengunjungi tempat-tempat terbuka, pedesaan dekat hutan, tetapi terutama di hutan
mangrove. Beristirahat pada pohon-pohon kecil, makan di daerah terbuka di atas permukaan tanah,
berpasangan atau dalam kelompok-kelompok kecil.

277. TEKUKUR BIASA Streptopelia chinensis Lembar Gambar 34


(I: Spotted-Dove; M: Tekukur, Merbok Balam)
Deskripsi: Berukuran sedang (30 cm), berwarna coklat kemerahjambuan. Ekor tampak panjang.
Bulu ekor terluar memiliki tepi putih tebal. Bulu sayap lebih gelap daripada bulu tubuh, terdapat
garis-garis hitam khas pada sisi-sisi leher (jelas terlihat), berbintik-bintik putih halus. Iris jingga,
paruh hitam, kaki merah.
Suara: Nada merdu yang diulang-ulang: “te-kuk-kurr”, dengan nada terakhir memanjang
(berdasarkan bunyi inilah asal nama Indonesianya).
Penyebaran global: Tersebar luas dan umum terdapat di Asia tenggara sampai di Nusa Tenggara.
Diintroduksi ke tempat lain sampai Australia.
Penyebaran lokal dan status: Umum ditemukan di seluruh Sunda Besar, terutama di daerah
terbuka dan perkampungan. Sering dipelihara sebagai burung hias.
Kebiasaan: Hidup bersama manusia di sekitar desa dan sawah. Mencari makan di atas permukaan
tanah. Sering duduk berpasangan di jalan yang terbuka. Bila terganggu, terbang rendah di atas
tanah dengan kepakan sayap pelan yang khas.

278. PERKUTUT KETITIR Geopelia striata Lembar Gambar 34


(I: Zebra-Dove; M: Merbok Aman)
Deskripsi: Berukuran kecil (21 cm), berwarna coklat. Tubuh ramping, ekor panjang. Kepala abu-
abu, leher dan bagian sisi bergaris halus, punggung coklat dengan tepi hitam. Bulu sisi terluar dari
ekor kehitaman dengan ujung putih.
Iris dan paruh abu-abu-biru, kaki merah jambu tua.
Suara: Berirama merdu, halus, mengalir seperti siulan: “per-ku-tu-tut”, seperti tergesa-gesa
diulang-ulang sebanyak enam-delapan kali.
Penyebaran global: Filipina, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Bali, dan Lombok.
Diintroduksi ke seluruh Asia tenggara, Sulawesi, dan pulau-pulau lain di Indonesia.
Penyebaran lokal dan status: Umum dijumpai di dataran rendah Sumatera timur dan Sumatera
selatan, sampai ketinggian 900 m (termasuk Bangka dan Belitung). Di Jawa dan Bali, sekarang
ini jarang ditemukan karena perburuan yang berlebihan. Diintroduksi ke Kalimantan, populasi
lokal ternyata berkembang dengan baik. Umum dipelihara sebagai burung hias.
Kebiasaan: Menyukai ladang dan hutan terbuka dekat desa. Berpasangan atau dalam kelompok
kecil, makan di atas permukaan tanah, kadang-kadang berkumpul untuk minum di sumber air.

279. DELIMUKAN ZAMRUD Chalcophaps indica Lembar Gambar 34

82
(I: Emerald Dove; M: Punai Tanah, Punai Dekut)
Deskripsi: Berukuran sedang (25 cm), berekor agak pendek. Sisi tubuh bagian bawah jingga
kemerahan. Mahkota abu-abu, dahi putih, tungging abu-abu, sayap hijau mengilap. Betina: tidak
memiliki mahkota abu-abu. Pada waktu terbang, terlihat dua buah garis putih dan hitam pada
bagian punggung.
Iris coklat, paruh merah dengan ujung jingga, kaki merah.
Suara: Dua nada yang dalam dan halus, meratap lepas: “tek-huup”, dengan penekanan pada nada
kedua.
Penyebaran global: Umum dan tersebar luas di dataran rendah hutan primer dan hutan sekunder
submontan dari India hingga Australia.
Penyebaran lokal dan status: Umum dijumpai di Kalimantan dan Sumatera. Di Jawa dan Bali,
sudah mulai jarang ditemukan.
Kebiasaan: Biasanya sendirian atau berpasangan. Menghabiskan sebagian besar waktunya di
lantai hutan yang tertutup rapat. Terbang sangat cepat dan rendah di hutan dengan mengepakkan
sayapnya. Minum di aliran sungai dan genangan air.

280. JUNAI MAS Caloenas nicobarica Lembar Gambar 34


(I: Nicobar Pigeon)
Deskripsi: Berukuran besar (40 cm), berkaki panjang, tampak seperti tidak berekor. Bulu tengkuk
panjang, berwarna abu-abu gelap mengilap. Bagian punggung dan sayap hijau mengilap dengan
kilapan kuningan. Ekor putih pendek.
Iris coklat, paruh hitam dengan sera yang menonjol, kaki merah keunguan gelap.
Suara: Parau-dalam, tetapi jarang terdengar.
Penyebaran global: Andaman, Nikobar, seluruh penjuru Indonesia, Filipina, sampai ke P. Irian
dan Melanesia utara.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di pulau-pulau kecil lepas pantai dan umumnya jarang
ditemukan. Berbiak di Kangean, Karimun Jawa, pulau-pulau kecil lainnya di L. Jawa, Kep.
Lingga, Kep. Mentaur (kecuali Mentawai), serta pulau-pulau kecil di lepas pantai utara dan timur
Kalimantan.
Kebiasaan: Hidup dan makan di atas permukaan tanah, di pulau-pulau kecil yang bebas dari
pemangsa. Dapat terbang dari satu pulau ke pulau lain yang jauh jaraknya. Beristirahat pada
tempat bertengger yang rendah hampir sepanjang hari. Aktif pada senja hari. Pada siang hari,
hanya aktif di tempat-tempat gelap yang terlindung.

83
BURUNG PARUH BENGKOK (NURI DAN KAKATUA) – SUKU PSITTACIDAE

Suku besar yang beranekaragam dengan bulu berwarna-warni. Ditemukan di seluruh kawasan tropis dan
Australia. Kepala besar, paruh bengkok (tetapi kuat). Kaki kuat dan lincah, dengan dua jari menghadap ke
belakang. Bersarang pada lubang pohon. Kebanyakan memakan buah-buahan, biji-bijian, dan tepung sari.
Terbang cepat. Suara berupa panggilan keras dan tajam.
Di Sunda Besar ada sembilan jenis.

281. BETET BIASA Psittacula alexandri Lembar Gambar 35


(I: Red-breasted Parakeet)
Deskripsi: Berukuran sedang (34 cm), berwarna-warni dengan dada merah-jambu khas. Dewasa: mahkota dan
pipi abu-abu-ungu dengan kekang hitam, tengkuk, punggung, sayap, dan ekor hijau. Kumis hitam jelas, dada
merah jambu, paha dan perut hijau pucat. Burung muda: kepala coklat-kuning tua, kumis hitam terlihat kurang
jelas.
Iris kuning, paruh merah, kaki abu-abu.
Suara: Seruan tajam berulang-ulang: “kekekek” (terutama pada burung muda) dan teriakan parau seperti
terompet.
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera tidak tercatat, meskipun ada catatan ras-ras endemik dari P.
Simeuleu, Kep. Banyak, dan Nias. Masih sering terlihat di pesisir Kalimantan tenggara, terutama di Barito. Dulu
umum terdapat di Jawa dan Bali, tetapi kini jumlahnya berkurang karena diperdagangkan untuk peliharaan.
Sekarang hanya terdapat di daerah-daerah hutan yang lebih terpencil, kecuali koloni besar yang liar di sekitar
Kebun Binatang Ragunan, Jakarta.
Kebiasaan: Hidup bersama-sama. Terbang, beristirahat dan bersarang dalam kelompok. Terbang bising dan
mencolok atau terbang rendah dan cepat melalui tempat terbuka. Hinggap dengan kepakan sayap yang ribut,
untuk makan atau beristirahat sambil berteriak-teriak.

282. BETET EKOR-PANJANG Psittacula longicauda Lembar Gambar 34


(I: Long-tailed Parakeet; M: Bayan Nuri)
Deskripsi: Berukuran besar (40 cm). Dada hijau, ekor panjang bertahap. Jantan: mahkota hijau, sisi-sisi kepala
merah, ada garis hitam tebal mirip kumis, mantel biru pucat, ekor berujung kuning, dan sayap kebiruan. Betina:
lebih buram, kumis kehijauan, tidak ada warna biru pada punggung. Saat terbang, terlihat penutup sayap bawah
yang kuning. Perbedaannya dengan Betet biasa: tubuh bagian bawah hijau dan sisi-sisi kepala merah.
Iris kuning kehijauan, paruh merah dengan ujung seperti tanduk, kaki abu-abu.
Suara: Seruan tajam yang keras, terdengar dari atas pohon dan sewaktu terbang.
Penyebaran global: Andaman, Nikobar, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Riau, Natuna, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Secara lokal umum terdapat di daerah pesisir dan dataran rendah, terutama di
hutan terbuka, perkebunan, hutan rawa, dan hutan sekunder, sampai ketinggian 300 m.
Kebiasaan: Terbang cepat dalam kelompok yang besar, antara tempat makan dan tempat istirahat. Berkumpul
dalam jumlah yang sangat besar, di tenggeran pinggir pantai tempat istirahat.

283. PERKICI PELANGI Trichoglossus haematodus Lembar Gambar 35


(I: Rainbow Lorikeet)
Deskripsi: Nuri berukuran sedang (24 cm), berwarna-warni. Dewasa: kepala coklat kehitaman dengan coretan
abu-abu, kerah leher kuning, punggung hijau, dada dan bawah sayap merah, perut hitam keunguan, paha
bergaris hijau-kuning, bagian bawah sayap bergaris kuning (tampak nyata ketika terbang).
Iris dan paruh merah, kaki abu-abu.
Suara: Sewaktu terbang: teriakan keras “ii ii ii ii” berulang-ulang. Ketika beristirahat: ocehan dan cicitan.
Penyebaran global: Australia, Kep. Pasifik, P. Irian, Maluku, Nusa Tenggara, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Di Bali jarang terdapat, kemungkinan ada pendatang dari Lombok yang
mencoba menetap. Burung piaraan yang lepas kadang-kadang terlihat di Bali dan Jawa, kadang-kadang juga
berbiak. Sangat banyak diperdagangkan sebagai burung peliharaan.
Kebiasaan: Berkelompok terbang di atas hutan sambil berteriak ribut. Dulu umum ditemukan di hutan-hutan
submontan dekat D. Bratan di Bali, karena tertarik pada perkebunan kopi dan Erythrina sebagai tempat
berteduh.

84
284. KAKATUA JAMBUL-KUNING Cacatua sulphurea Lembar Gambar 35
(I: Yellow-crested Cockatoo)
Deskripsi: Berukuran besar (33 cm), ribut, mencolok, berwarna putih. Jambul kuning, panjang-tegak, pipi
kuning.
Iris coklat gelap, paruh hitam, kaki abu-abu gelap.
Suara: Teriakan keras dan kasar: “kerk-kerk-kerk” serta siulan-siulan.
Penyebaran global: Endemik di Sulawesi dan Nusa Tenggara. Diintroduksi ke Singapura dan Hongkong.
Penyebaran lokal dan status: Genting (Collar dkk. 1994). Terdapat di P. Nusa Penida, lepas pantai P. Bali.
Ras abbotti yang sangat jarang terdapat di P. Masalembu Besar, L. Jawa. Kadang-kadang terlihat di Jawa dan
Bali, kemungkinan burung yang lepas dari peliharaan.
Kebiasaan: Hidup berpasangan atau berkelompok dalam jumlah kecil. Sangat mencolok ketika terbang, dengan
kepakan sayap yang cepat dan kuat diselingi gerakan melayang serta saling meneriaki. Bila sedang bersuara dari
tempat bertengger, jambul ditegakkan lalu diturunkan.

285. NURI TANAU Psittinus cyanurus Lembar Gambar 35


(I: Blue-rumped Parrot; M: Bayan Puting)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (18 cm), berwarna hijau dengan ekor membulat. Perbedaannya dengan
Serindit: ukuran lebih besar; dengan perkici: ekor pendek. Jantan: kepala biru yang jelas, punggung kehitaman,
bercak pundak merah, punggung bagian bawah dan tunggir biru, paruh merah. Betina: kepala coklat, punggung
tidak begitu biru, paruh coklat. Anak burung: hijau. Ketika terbang, sayap bagian bawah tampak kehitaman
dengan bulu penutup sayap bagian bawah merah.
Iris kuning, paruh merah (jantan) atau coklat (betina), kaki abu-abu kebiruan.
Suara: Biasanya berkicau sambil terbang, suara lengking melodius: “ci-ci-ci” atau “ciw-ii”.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, Riau, Lingga, Bangka, Simeuleu, Mentawai, dan
Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Umum dijumpai di hutan dataran rendah, hutan rawa, hutan mangrove, dan
lahan garapan, sampai ketinggian 700 m.
Kebiasaan: Terbang cepat persis di atas tajuk pohon. Hidup berkelompok dalam jumlah kecil. Menyukai tajuk-
tajuk pohon terbuka.

[286. BETET-KELAPA PARUH-BESAR Tanygnathus megalorhynchos


(I: Great-billed Parrot) Lembar Gambar 35
Deskripsi: Berukuran besar (40 cm), ribut. Paruh merah besar. Warna tubuh umumnya hijau, kecuali sayap
bergaris-garis kuning berbaur biru, punggung biru pucat, ekor kuning dan sedikit menajam, sisi-sisi tubuh hijau
kekuningan.
Iris kuning, paruh merah-jingga, kaki abu-abu.
Suara: Pekikan “kaw kaw” yang keras sewaktu terbang.
Penyebaran global: P. Balut (Filipina), Wallacea, dan pulau-pulau lepas pantai barat laut P. Irian.
Penyebaran lokal dan status: Pernah tercatat di Bali dan Nusa Penida, tetapi diragukan kebenarannya.
Kadang-kadang masih terlihat di Jawa dan Bali (hampir pasti peliharaan yang lepas).
Kebiasaan: Kepulauan Sunda Besar bukan merupakan daerah sebaran jenis ini. Jika terlihat di kawasan ini,
kemungkinan besar adalah burung yang tersesat. Di daerah sebaran aslinya, menyukai daerah terbuka di
sepanjang pesisir, dapat ditemukan secara umum. Terbang berpasangan, dengan kepakan sayap yang cepat dan
khas.]

287. BETET-KELAPA FILIPINA Tanygnathus lucionensis Lembar Gambar 35


(I: Blue-naped Parrot)
Deskripsi: Berukuran besar (30 cm), berwarna hijau. Paruh merah besar, ekor bulat, mahkota biru. Tengkuk dan
punggung biru, ada garis kecoklatan pada pundak.
Iris kuning, paruh merah, kaki abu-abu.
Suara: Teriakan-teriakan kasar dan keras.
Penyebaran global: Palawan dan Filipina.
Penyebaran lokal dan status: Genting (Collar dkk. 1994). Populasi lokal sudah berkembang di Maratua,
Mantanani, dan Siamil di timur laut Kalimantan. Populasi lepasan yang liar ditemukan di Kota Kinabalu.
Kebiasaan: Berpasangan dan kelompok-kelompok kecil, makan di atas pohon di hutan-hutan pantai. Bersarang
pada lubang-lubang pepohonan, kadang-kadang pada pohon kelapa.

85
288. SERINDIT MELAYU Loriculus galgulus Lembar Gambar 35
(I: Blue-crowned Hanging-Parrot; M: Bayan Kecil, Serindit)
Deskripsi: Berukuran kecil (12 cm), bertunggir merah. Satu-satunya Serindit yang ada di Kalimantan dan
Sumatera. Jantan: hijau, tunggir dan ekor merah, serta ada bercak merah pada tenggorokan, bercak biru pada
mahkota, dan bercak keemasan pada mantel. Betina: tenggorokannya tidak merah.
Iris coklat, paruh hitam, kaki jingga atau coklat.
Suara: Siulan bernada sangat tinggi: “dzi” yang disuarakan pada waktu terbang.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni hutan dataran rendah yang umum ditemukan di seluruh Sumatera
(termasuk pulau-pulau kecil di sekitarnya) dan Kalimantan, sampai ketinggian 500 m. Tercatat di pesisir barat
Jawa, mungkin tersesat dari Sumatera, tetapi kemudian menetap.
Kebiasaan: Terbang cepat di atas hutan dalam kelompok kecil, dengan kepakan sayap yang menderu sambil
berteriak-teriak. Memakan bunga-bungaan, kuncup bunga, dan buah-buahan kecil. Merayap dan merangkak
pada dahan-dahan pohon dengan gaya yang lucu. Sulit dilihat karena ukurannya kecil dan warna hijaunya.
Memiliki kebiasaan aneh, yaitu tidur bergantung dengan kepala di bawah. Betina sering tampak membawa
bahan-bahan sarang yang diselipkan di antara bulu-bulu tunggirnya.

289. SERINDIT JAWA Loriculus pusillus Lembar Gambar 35


(I: Yellow-throated Hanging-Parrot)
Deskripsi: Nuri berukuran sangat kecil (12 cm), berwarna hijau dengan tunggir merah. Tubuh bagian atas hijau
terang. Tubuh bagian bawah hijau-kuning, tungging dan penutup ekor merah membara, ada bercak kuning pada
tenggorokan (betina dan burung muda: bercak jauh lebih kecil).
Iris dan paruh kuning, kaki jingga.
Suara: Dentangan berdesir: “srii-ii” pada waktu terbang.
Penyebaran global: Endemik di Jawa dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Di Jawa dan Bali, umum ditemukan di hutan hujan, dari ketinggian permukaan
laut sampai 2.000 m, mungkin nomaden (sering berpindah-pindah) dan mudah terlewatkan (tidak teramati).
Kebiasaan: Seperti Serindit Melayu.
Catatan: Beberapa penulis menempatkan jenis ini ke dalam Serindit Loriculus vernalis, tetapi perbedaan warna
dan penyebarannya yang terputus merupakan bukti keabsahan sebagai jenis tersendiri.

KANGKOK – SUKU CUCULIDAE

Suku burung pemakan serangga. Tubuh ramping memanjang, sayap dan ekor panjang. Termasuk kerabat burung
yang tersebar luas di dunia. Dua jari kaki bagian dalam menghadap ke depan dan dua jari kaki bagian luar
menghadap ke belakang. Paruh melengkung dan kuat, digunakan untuk menangkap serangga besar. Beberapa
jenis mengutamakan ulat kupu-kupu (termasuk yang berbulu) sebagai makanannya.
Ada empat kelompok utama suku ini yang terdapat di Sunda Besar, yakni:
1. Burung Kangkok sejati (kangkok, wiwik, dan kedasi): hidup di pohon, sayap runcing, bulu sering bercoret-
coret atau bergaris-garis, berbiak secara parasit yaitu, dengan meletakkan telur pada sarang burung jenis lain,
yang selanjutnya ditetaskan dan dipelihara oleh burung tersebut.
2. Burung Kadalan: paruh berwarna-warni, ekor sangat panjang, kaki panjang-kuat. Suka merayap-rayap di
antara semak belukar yang sangat rimbun, mengeluarkan suara derukan yang rendah.
3. Tokhtor: burung besar dengan ekor panjang, hidup di tanah.
4. Bubut: warna tubuh hitam dan coklat, ekor panjang, hidup di habitat belukar dan rerumputan. Terbang
kurang cekatan, bergerak dengan gaya melompat-lompat yang khas.

Di Sunda Besar dan Nusa Tenggara ada 28 jenis, beberapa di antaranya sangat sulit untuk
diidentifikasi. Kebanyakan jenis sebaiknya diidentifikasi melalui suaranya.

290. BUBUT-PACAR JAMBUL Clamator coromandus Lembar Gambar 36


(I: Chestnut-winged Cuckoo)
Deskripsi: Berukuran besar (45 cm), berwarna hitam, putih dan coklat kemerahan. Ekor panjang, jambul tegak
mencolok. Kepala bagian atas dan jambul hitam; punggung dan ekor hitam-biru mengilap, sayap coklat
berangan, tenggorokan dan dada coklat-jingga, kerah putih, perut keputih-putihan. Burung muda: tubuh bagian
atas berpola warna seperti sisik-sisik coklat, tenggorokan dan dada keputih-putihan.
Iris coklat-merah, paruh dan kaki hitam.
Suara: Teriakan keras kasar: ‘cii-ke-kek’ dan siulan parau.
Penyebaran global: Berbiak di India, Cina selatan, dan Asia tenggara. Bermigrasi selama musim dingin ke
Filipina, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Lingga, Bangka, Mentawai, dan Jawa.

86
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan dan Sumatera, kadang-kadang saja ditemukan sampai ketinggian
1.500 m. Di Jawa jarang terdapat.
Kebiasaan: Pemalu, tinggal pada vegetasi yang rendah di hutan semak, hutan mangrove, lahan pertanian, dan
pekarangan. Kebiasaan sama dengan kadalan, yaitu hinggap dan memanjat di sekitar vegetasi yang rendah untuk
berburu serangga. Pada waktu terbang, mengepak-ngepakkan sayap seperti bubut dengan jambul direndahkan.

291. KANGKOK BESAR Cuculus sparverioides Lembar Gambar 36


(I: Large Hawk Cuckoo; M: Sewah Tekukur Besar)
Deskripsi: Kangkok mirip alap-alap yang berukuran besar (40 cm), berwarna keabuan. Ujung ekor putih
dengan palang subterminal kemerahan. Dada merah karat berbercak-bercak putih dan abu-abu, perut bergaris-
garis putih dan coklat tersapu merah-sawo matang. Dagu hitam, tenggorokan putih. Burung muda: tubuh bagian
atas coklat dengan garis-garis kemerahan, tubuh bagian bawah kuning tua dengan garis kehitaman. Bentuk
tubuh dan paruh membedakannya dengan alap-alap.
Iris jingga dengan lingkaran kuning tebal pada mata, paruh atas hitam, paruh bawah hijau, kaki kuning pucat.
Suara: Pada masa berbiak: “pi-piia” atau brain-fever (dalam bahasa Inggris), dengan kecepatan dan nada yang
meninggi sampai pada klimaks yang menggila.
Penyebaran global: Penetap di Himalaya, Cina selatan, Filipina, Kalimantan, dan Sumatera. Pada musim
dingin mengunjungi Sulawesi, Jawa barat, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, penghuni yang jarang dan pengunjung selama musim dingin di
hutan-hutan pegunungan, termasuk hutan cemara, antara ketinggian 900-1.600 m. Di Kalimantan, pengunjung
musim dingin yang jarang di dataran rendah, kecuali ras penghuni hutan-hutan pegunungan yang umum
dijumpai mulai pada ketinggian 1.000 m. Di Jawa juga merupakan pengunjung yang jarang. Burung migran
yang masih muda pernah tercatat mengunjungi Bali pada tahun 1990.
Kebiasaan: Menyukai daerah-daerah berhutan. Kebiasaan khas kerabat kangkok, yaitu suka bersembunyi di
atas pohon.

292. KANGKOK KUMIS Cuculus vagans Lembar Gambar 36


(I: Moustached Hawk-Cuckoo)
Deskripsi: Berukuran sedang (30 cm), berwarna abu-abu dan coklat. Mahkota dan tengkuk abu-abu, punggung
coklat, sayap dan ekor coklat keabuan dengan garis- garis lebar, ujung ekor putih. Tubuh bagian bawah keputih-
putihan dengan coretan hitam. Garis seperti kumis kehitam-hitaman adalah ciri khasnya. Kulit tidak berbulu di
sekitar mata berwarna kuning terang.
Iris coklat, paruh atas kehitaman, paruh bawah kehijauan, kaki kuning.
Suara: Suara monoton bernada dua: “kang koh” yang diulang-ulang setiap dua detik. Siulan ratapan panjang:
“peu peu” yang meningkat kecepatannya kemudian berhenti tiba-tiba.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kalimantan, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan dan Sumatera, tampaknya termasuk jarang dijumpai. Burung
yang tersesat pernah mencapai Jawa barat, tetapi tidak ada catatan baru.
Kebiasaan: Menyukai tepi hutan dan hutan sekunder.

293. KANGKOK MELAYU Cuculus fugax Lembar Gambar 36


(I: Hodgson's Hawk-Cuckoo)
Deskripsi: Berukuran sedang (29 cm), berwarna coklat dan keabuan. Dewasa: kepala dan mantel abu-abu,
punggung lebih coklat, ekor coklat dengan garis-garis lebar gelap dan garis kemerahan lebar pada ujungnya (ciri
khas). Tubuh bagian bawah keputih-putihan bercoret nyata kemerahan pada dada. Burung muda: tubuh bagian
atas seluruhnya coklat.
Iris kuning pucat dengan lingkar mata kuning, paruh hijau dan hitam, kaki kuning.
Suara: Siulan “pii-wiit” berdesir yang diulang-ulang setiap satu detik. Siulan bernada dua: “pii-pii” yang
diulang-ulang makin cepat sampai puncak kemudian menurun kembali dan mulai diulangi lagi.
Penyebaran global: Asia timur, Cina selatan, Asia tenggara, Filipina, Kalimantan, Karimata, Sumatera, dan
Jawa barat. Pengunjung ke Sulawesi dan P. Buru.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan dan Sumatera, penghuni yang jarang dan pengunjung selama
musim dingin, sampai ketinggian 1.400 m. Di Jawa, penghuni sekaligus pengunjung yang jarang di dataran
rendah. Baru-baru ini tercatat di Bali.
Kebiasaan: Sedikit diketahui, bersembunyi di hutan, tumbuhan sekunder, hutan bambu, dan perkebunan.

294. KANGKOK INDIA Cuculus micropterus Lembar Gambar 36


(I: Indian Cuckoo; M: Sewah India)
Deskripsi: Berukuran sedang (30 cm), berwarna coklat keabuan. Mirip Kangkok Erasia. Perbedaannya (sulit
terlihat): ujung ekor bergaris hitam subterminal dan cincin mata abu-abu suram. Kepala yang abu-abu kontras

87
dengan punggung yang coklat. Betina: lebih coklat daripada jantan. Burung muda: ada garis-garis kuning tua
pada bagian kepala dan bagian atas punggung.
Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah kehijauan, kaki kuning.
Suara: Siulan empat nada yang ditekan dengan lancar, jelas, dan keras seperti bunyi “blan da ma bok”, diulang
terus menerus, sering pada malam hari. Nada keempat lebih rendah (D.A.H.).
Penyebaran global: Asia selatan, Asia tenggara, Filipina, Kalimantan, Sumatera (termasuk pulau-pulau kecil di
sekitarnya), dan Jawa barat.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan terdapat ras-ras penetap dan pengunjung musim
dingin. Tidak begitu umum dijumpai di hutan-hutan sampai ketinggian 1.000 m. Di Jawa terdapat ras penetap
yang kecil dan ras migran yang lebih besar, tetapi keduanya jarang ditemukan.
Kebiasaan: Umumnya tingal pada tajuk pohon yang tinggi di dalam hutan. Lebih sering terdengar daripada
terlihat.

295. KANGKOK ERASIA Cuculus canorus Lembar Gambar 36


(I: Common Cuckoo)
Deskripsi: Berukuran sedang (32 cm). Tubuh bagian atas abu-abu dengan ekor kehitaman dan perut keputih-
putihan bergaris-garis hitam. Betina bentuk hepatik: tubuh-merah sawo matang, ada garis-garis hitam pada
punggung. Perbedaannya dengan Kangkok India: lingkaran mata kuning dan tanpa garis subterminal ekor;
dengan Kangkok ranting: garis-garis dada lebih tipis, penutup bulu ekor bawah putih, tunggir betina tidak
bergaris-garis. Anak burung: tengkuk berbercak putih.
Iris kuning dengan lingkaran mata kuning, paruh atas coklat, paruh bawah kuning, kaki kuning.
Suara: Bunyi klasik keras jernih: “kuk-ku”, umumnya terdengar hanya pada musim berbiak.
Penyebaran global: Berbiak di Erasia, bermigrasi ke Afrika dan Asia tenggara.
Penyebaran dan status: Burung pengembara pernah singgah di Jawa barat, dan mungkin juga ke Sumatera.
Kebiasaan: Menyukai daerah hutan terbuka.

296. KANGKOK RANTING Cuculus saturatus Lembar Gambar 36


(I: Oriental Cuckoo; M: Sewah Ranting)
Deskripsi: Berukuran kecil (26 cm), berwarna abu-abu dengan garis-garis hitam lebar pada perut dan sisi perut.
Jantan dan betina: perut dan tubuh bagian atas abu-abu, ekor abu-abu kehitaman tidak bergaris-garis, tubuh
bagian bawah kuning tua bergaris-garis hitam. Anak burung dan betina bentuk hepatik: tubuh bagian atas coklat
kemerahan, bergaris-garis hitam tebal, tubuh bagian bawah keputih-putihan, bergaris-garis hitam sampai ke
dagu. Ras penetap lepidus di Sumatera dan Jawa: ukuran kecil. Ras penetap insulindae di Kalimantan: lebih
gelap dan lebih kecil daripada ras migran. Perbedaannya dengan Kangkok India dan Kangkok Erasia: garis-garis
dada lebih lebar dan lebih hitam, penutup ekor bawah kuning tua, dan suara yang khas. Betina hepatik berbeda
dengan Kangkok Erasia pada tunggirnya yang bergaris-garis.
Iris kuning, lingkaran mata kuning, paruh keabuan, kaki kuning kejinggaan.
Suara: Ras penetap Kalimantan insulindae: suara merdu terdiri dari nada lembut diikuti dua nada datar: “hoop
hoop-hoop”. Ras di Sumatera dan Jawa: juga bernada tiga yang sama. Ras migran: sebenarnya suara bernada
empat sebab nada merdunya tidak ada, tetapi suara tidak terdengar selama berada di daerah kunjungannya pada
musim dingin.
Penyebaran global: Ras migran berbiak di Erasia utara dan Himalaya, bermigrasi pada musim dingin ke Asia
tenggara dan Sunda Besar. Ras penetap hanya terdapat di Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Ras penetap Kalimantan umum ditemukan di pegunungan antara ketinggian
1.300-2.700 m. Ras Jawa dan Sumatera lepidus sesekali ditemukan pada semua ketinggian. Ras-ras migran
musim dingin saturatus dan horsfieldi sering ditemukan di dataran rendah.
Kebiasaan: Bersembunyi pada tajuk-tajuk hutan. Jarang terlihat, kecuali terdengar setiap saat pada masa
berbiak (Februari-Maret).

297. WIWIK LURIK Cacomantis sonneratii Lembar Gambar 37


(I: Banded Bay Cuckoo; M: Sewah Takuweh)
Deskripsi: Berukuran kecil (22 cm), berwarna coklat, bergaris-garis halus. Dewasa: tubuh bagian atas coklat
terang, tubuh bagian bawah seluruhnya keputih-putihan bergaris-garis hitam halus, alis bergaris pucat dan
tampak nyata. Burung muda: coklat bercoret dan berbercak hitam, tidak bergaris-garis halus seperti dewasa.
Iris kuning, paruh atas kehitaman, paruh bawah kekuningan, kaki abu-abu.
Suara: Empat nada yang resik: “smok-yer-nepper” yang dapat dibedakan dengan empat nada dari Kangkok
India karena nadanya lebih cepat, lebih meratap, dan masing-masing kurang ditekan (D.A.H.). “Tay-ta-tee”
berulang-ulang yang menyambung dan meninggi.
Penyebaran global: India, Cina, Kalimantan, Sumatera (termasuk pulau-pulau lepas pantai di sekitarnya), Jawa
dan Filipina.

88
Penyebaran lokal dan status: Burung ini umum dijumpai di daerah dataran rendah, sampai ketinggian 900 m
dan jarang ditemukan di pegunungan sampai ketinggian 1.500 m. Baru-baru ini terlihat di Bali.
Kebiasaan: Menyukai hutan terbuka, tepi hutan, semak sekunder dan lahan garapan. Burung ini sering
terdengar, tetapi jarang terlihat.

298. WIWIK KELABU Cacomantis merulinus Lembar Gambar 37


(I: Plaintive Cuckoo; M: Sewah Mati Anak)
Deskripsi: Berukuran kecil (21 cm), berwarna coklat keabuan. Dewasa: kepala abu-abu, punggung coklat, perut
dan ekor merah-sawo matang. Mirip Wiwik uncuing, tetapi lebih pucat dan kicauannya sangat berbeda. Burung
muda: tubuh bagian atas coklat bergaris-garis hitam, tubuh bagian bawah keputih-putihan dengan garis-garis
halus, menyerupai Wiwik lurik dewasa, tetapi tanpa garis mata.
Iris merah padam, paruh atas kehitaman, paruh bawah kuning, kaki kuning.
Suara: Kicauan “te-ta-tii te-ta-tii te-ta-tii” meratap, bertambah cepat dengan nada yang makin lama makin
tinggi (kadang-kadang terdengar pada malam hari). Nada khas terdiri dari dua atau tiga siulan yang memecah
menjadi nada-nada menurun: “pwee, pwee, pwee, pee-pee-pee-pee” (DAH).
Penyebaran global: India timur, Cina selatan, Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, dan Filipina.
Penyebaran lokal dan status: Umum ditemukan di dataran rendah sampai ketinggian 1.300 m.
Kebiasaan: Memilih hutan terbuka, hutan sekunder dan lahan garapan, juga kota dan desa. Sering diganggu
oleh burung-burung kecil. Suara panggilannya mudah dikenali, tetapi sukar dilihat.

299. WIWIK UNCUING Cacomantis sepulcralis Lembar Gambar 37


(I: Rusty-breasted Cuckoo; M: Sewah Gila)
Deskripsi: Berukuran kecil (23 cm), berwarna coklat keabuan. Dewasa: kepala abu-abu, bagian punggung,
sayap, dan ekor coklat keabuan, tubuh bagian bawah merah karat. Mirip Wiwik kelabu, tetapi lebih gelap.
Burung muda: punggung coklat terang, tubuh bagian bawah keputih-putihan dengan garis-garis hitam yang
cukup lebar dan jelas pada seluruh bulunya.
Iris coklat, lingkaran mata kuning, paruh hitam dengan bintik jingga, kaki abu-abu.
Suara: Siulan sedih: “wiit” atau “pii-wiit”, diulang sepuluh sampai dua puluh lima kali, dengan nada yang
makin merendah. Bunyi meninggi, lebih cepat, dan “liar” daripada kicauan yang mirip kicauan Wiwik kelabu
(D.A.H).
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatera, Belitung, Enggano, Simeuleu, Jawa, Bali,
Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Filipina.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni dataran rendah di perbukitan sampai ketinggian 1.600 m.
Kebiasaan: Menyukai hutan, tepi hutan, tumbuhan sekunder, perkebunan, dan kebun-kebun di pedesaan.
Catatan: Kadang-kadang disamakan dengan jenis Wiwik belukar C. variolosus, tetapi mungkin berkerabat
lebih dekat dengan C. merulinus.

300. KEDASI ZAMRUD Chrysococcyx maculatus Lembar Gambar 37


(I:Asian Emerald Cuckoo)
Deskripsi: Berukuran kecil (17 cm), berwarna hijau mengilap. Jantan: kepala, tubuh bagian atas, dan dada hijau
mengilap, perut putih dengan garis-garis hijau tebal. Betina: mahkota dan tengkuk coklat karat, tubuh bagian
atas hijau tembaga, tubuh bagian bawah putih berbercak-bercak kuning tua. Perbedaannya dengan tiga jenis
berikutnya: pada warna mahkota, tengkuk yang merah karat dan berbercak-bercak kuning tua. Burung muda:
kepala merah karat dan mahkota bercoret-coret. Sewaktu terbang, tampak garis putih tebal pada pangkal bulu
sayap.
Iris coklat kemerahan, lingkar mata yang gundul berwarna jingga, paruh kuning kejinggaan, kaki hitam.
Suara: Siulan mencicit keras dan kencang.
Penyebaran global: Berbiak di Asia tenggara bagian utara. Bermigrasi ke selatan selama musim dingin sampai
ke Semenanjung Malaysia dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Jarang di hutan dataran rendah dan vegetasi sekunder sampai ketinggian 900 m.
Kebiasaan: Sering tidak teramati, dikenali melalui suaranya. Mencari makan pada tajuk-tajuk pepohonan.

301. KEDASI UNGU Chrysococcyx xanthorhynchus Lembar Gambar 37


(I: Violet Cuckoo; M: Sewah Rembah)
Deskripsi: Berukuran kecil (16 cm), berwarna ungu (jantan) atau hijau perunggu (betina). Jantan: kepala, dada,
dan tubuh bagian atas ungu, perut putih dengan garis-garis ungu. Betina: alis, pipi, dan tubuh bagian bawah
putih bergaris-garis perunggu, mahkota kecoklatan, tubuh bagian atas hijau perunggu, ada garis-garis kemerahan
pada bulu-bulu ekor terluar (ciri yang membedakan dengan Kedasi Australia dan Kedasi laut).
Iris merah, paruh kuning berpangkal merah (jantan) atau paruh atas hitam dengan pangkal merah (betina), kaki
abu-abu.

89
Suara: Nada tinggi: “ki-vik, ki-vik”, biasanya pada waktu menukik. Juga getaran makin cepat yang merdu,
berdesik menurun.
Penyebaran global: Asia timur, Asia tenggara, Kalimantan, Sumatera (termasuk pulau-pulau kecil di lepas
pantai), Jawa, dan Filipina.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan dan Sumatera, agak mudah ditemukan sampai ketinggian 700
m. Di Jawa, penghuni yang jarang di dataran rendah.
Kebiasaan: Daripada hutan primer, lebih menyukai tepi hutan, pekarangan, hutan mangrove, dan perkebunan.
Umumnya bersembunyi, mengendap-endap di dahan-dahan, menangkap serangga atau bertengger tidak
bergerak pada bagian pucuk pohon yang tinggi sambil mengeluarkan suara panggilan.

302. KEDASI AUSTRALIA Chrysococcyx basalis Lembar Gambar 37


(I: Horsfield's Bronze Cuckoo)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna perunggu kehijauan. Mirip Kedasi laut dan Kedasi Gould.
Perbedaannya: alis putih, ada bercak coklat pada telinga dan lingkaran mata abu-abu yang tampak jelas, bulu
ekor luar coklat kemerahan pada pangkalnya, tubuh bagian bawah bergaris-garis hanya pada dada dan sisi perut.
Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu.
Suara: Siulan nada tinggi menurun ke bawah: “fiiooo-fiiooo-fiiooo” yang berulang-ulang tidak berhenti.
Penyebaran global: Berbiak di Australia, bermigrasi ke Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat beberapa kali ditemukan di Kalimantan dan Sumatera. Tidak begitu
umum dijumpai di Jawa (secara lokal mudah ditemukan di belukar pesisir barat laut) dan Bali, tetapi mungkin
saja terlewatkan.
Kebiasaan: Pemalu. Tinggal di daerah terbuka, terutama di sepanjang tepi pantai.

303. KEDASI LAUT Chrysococcyx minutillus Lembar Gambar 37


(I: Little Bronze-Cuckoo)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna hijau perunggu. Tubuh bagian atas hijau perunggu, tubuh bagian
bawah putih bergaris-garis hijau. Perbedaannya dengan betina Kedasi ungu: paruh seluruhnya hitam, bulu-bulu
terluar ekor kurang merah karat. Burung muda: putih pada penutup bagian bawah sayap. Perbedaannya dengan
Kedasi Gould (sulit terlihat): mahkota hijau lebih gelap, garis-garis pada tubuh bagian bawah lebih jelas dan
lebih hijau, warna putih pada dahi lebih banyak. Di bawah bulu ekor terluar, ada garis-garis hitam dan putih
tanpa warna coklat tua.
Iris merah (jantan) atau coklat (betina), paruh hitam, kaki abu-abu.
Suara: Siukan tiga-lima nada (biasanya empat nada) tipis bergetar melankolis, menurun dan agak panjang: “tiu
tiu tiu tiu”, juga nada-nada tinggi dalam getaran yang menurun.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sunda Besar, pulau-pulau di Wallacea, Australia utara, dan
Australia timur.
Penyebaran lokal dan status: Spesimen diketahui dari Sumatera utara (catatan dari Sumatera selatan), juga
dari pesisir barat daya P. Jawa (catatan di daratan Jawa: dari G. Salak), serta beberapa catatan dari Kalimantan
bagian utara dan Kalimantan timur. Jarang sampai ketinggian 800 m.
Kebiasaan: Menyukai tumbuhan sekunder, pekarangan, dan perkebunan. Sewaktu bersuara, bertengger pada
puncak pohon besar, tetapi lebih sering bersembunyi. Kadang-kadang bergabung dengan kelompok-kelompok
campuran.

304. KEDASI GOULD Chrysococcyx russatus Lembar Gambar 37


(I: Gould’s Bronze-Cuckoo)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna hijau perunggu, dengan tubuh bagian bawah bergaris-garis.
Mirip Kedasi laut. Perbedaannya: kilapan warna lebih ungu, mahkota tidak begitu hijau gelap, dahi yang putih
tidak begitu kentara, garis-garis pada tubuh bagian bawah berwarna perunggu (bukan hijau), dan kurang
mencolok. Betina: mirip, tetapi lebih buram. Perbedaannya dengan Kedasi laut: pada pola bulu ekor bagian
bawah, daun luar dari bulu-bulu ekor terluar berwarna kehijauan, tersapu merah karat (tidak hitam dan tidak
putih), daun pada bulu-bulu ekor bergaris hitam dan putih, tetapi bagian putih menjadi merah karat di dekat
tungkai.
Iris merah (jantan) atau coklat (betina), paruh kehitaman, kaki abu-abu.
Suara: Nada tinggi: “sii-sii-sii” yang cepat dan menurun temponya.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia (tercatat sekali), Filipina selatan, Kalimantan, Sulawesi, Nusa
Tenggara, P. Irian, dan Australia timur laut.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Kalimantan timur dan Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Menyukai hutan-hutan terbuka, hutan rawa, dan hutan mangrove.
Catatan: Beberapa pakar menempatkan jenis ini ke dalam Kedasi laut Chrysococcyx minutillus, tetapi
keduanya merupakan jenis simpatrik di Kalimantan bagian utara. Batas-batas jenis kelompok Chrysococcyx

90
‘malayanus’ sangat rumit dan belum terpecahkan. Penyebaran tersebut di atas hanya berdasarkan spesimen,
masih diperlukan catatan yang rinci untuk mendukung kebenarannya.

305. KEDASI HITAM Surniculus lugubris Lembar Gambar 37


(I: Drongo-Cuckoo; M: Sewah Sawai)
Deskripsi: Berukuran sedang (23 cm), berwarna hitam mengilap. Bulu seluruhnya hitam mengilap, kecuali paha
putih dan garis-garis pada bulu penutup ekor bawah dan sisi bawah dari bulu terluar ekor berwarna putih.
Bercak pada tengkuk yang putih jarang kelihatan. Burung muda: berbintik-bintik putih tidak merata.
Iris coklat (jantan) atau kuning (betina), paruh hitam, kaki abu-abu-biru.
Suara: Keras dan jernih: “pi”, dalam empat-tujuh nada yang teratur dan makin tinggi. Juga suatu seri terdiri dari
nada getaran yang meninggi dan diakhiri tiga nada yang menurun.
Penyebaran global: India, Cina, Kalimantan, Sumatera serta pulau-pulau kecil di lepas pantainya, Jawa, Bali,
Sulawesi, Maluku utara, dan Filipina.
Penyebaran lokal dan status: Burung dataran rendah yang jarang ditemukan (baik populasi migran maupun
penetapnya), sampai ketinggian 900 m.
Kebiasaan: Hidup di hutan, tepi hutan, dan belukar sekunder. Suka bersembunyi. Penampilan mirip srigunting,
tetapi bentuk tubuh, gerakan, dan cara terbangnya berbeda.

306. TUWUR ASIA Eudynamys scolopacea Lembar Gambar 36


(I: Asian Koel; M: Serwah Tahu)
Deskripsi: Berukuran besar (42 cm), berwarna hitam (jantan) atau coklat abu-abu berbintik-bintik putih
(betina).
Iris merah, paruh hijau pucat, kaki biru-abu-abu.
Suara: Jantan: “kawaoo” yang keras, diulangi sampai dua belas kali dengan tempo yang bertambah dan
meninggi, dikeluarkan pada siang hari malam hari. Betina: lebih berdesik dan cepat: “kuil, kuil, kuil, kuil”.
Penyebaran global: India, Cina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali,
Nusa Tenggara, dan Maluku.
Penyebaran lokal dan status: Tersebar luas, tetapi jarang ditemukan (baik penetap maupun migrannya), di
daerah-daerah pesisir dan dataran rendah, khususnya di pulau-pulau kecil.
Kebiasaan: Suka ‘menjengkelkan’ pengamat burung. Suara kerasnya seakan-akan mengejek. Pemalu, suka
bersembunyi di dalam hutan sekunder yang rapat, hutan, taman, dan perkebunan, sehingga sulit dilihat
pengamat. Secara parasit meletakkan tiga butir telur yang berbintik kebiruan pada sarang gagak, srigunting, atau
kepodang.

307. KADALAN BERUANG Phaenicophaeus diardi Lembar Gambar 38


(I: Black-bellied Malkoha; M: Cenok Perut Hitam)
Deskripsi: Berukuran cukup besar (34 cm) berwarna abu-abu. Perbedaannya dengan Kadalan saweh: perut abu-
abu tua. Seluruh tubuh keabuan, sayap hijau kebiruan mengilap. Terdapat ujung putih tebal pada bagian bawah
bulu ekor.
Iris putih kebiruan, kulit sekitar mata merah tua, paruh hijau, kaki abu-abu-biru.
Suara: “Pwew-pwew” yang keras (M.M.N.) dan sebuah nada lembut “taup” (M dan W).
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni yang umum sampai ketinggian 900 m.
Kebiasaan: Merayap-rayap di dalam vegetasi yang rimbun di atas tajuk pohon. Menyukai hutan primer yang
kering, hutan rawa, dan vegetasi sekunder.

308. KADALAN SAWEH Phaenicophaeus sumatranus Lembar Gambar 38


(I: Chestnut-bellied Malkoha; M: Cenok Kecil)
Deskripsi: Berukuran besar (40 cm), berwarna abu-abu. Perut coklat tua, ekor sangat panjang. Kepala, tengkuk,
dada, dan sisi perut abu-abu, sayap biru kehijauan mengilap. Ekor bertahap, berwarna abu-abu kebiruan pada
bagian atas dan berujung putih pada bagian bawahnya.
Iris putih-biru pucat, kulit gundul di keliling mata berwarna merah, paruh hijau, kaki abu-abu.
Suara: “Tok-tok” atau “ci-ci” (T.H.).
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, Natuna utara, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni tetap yang banyak dijumpai di dataran rendah sampai ketinggian
1.000 m.
Kebiasaan: Bersembunyi pada tajuk rapat pohon yang kecil, sendirian atau berpasangan, sambil mencari
makanannya. Mendiami hutan primer dan hutan sekunder.

309. KADALAN KERA Phaenicophaeus tristis Lembar Gambar 38

91
(I: Green-billed Malkoha; M: Cenok Kera)
Deskripsi: Berukuran besar (55 cm). Paruh hijau, ekor sangat panjang. Kepala dan mantel abu-abu, tubuh
bagian bawah abu-abu kecoklatan, ada tangkai bulu bergaris gelap jelas pada kerongkongan dan dada, punggung
sayap dan ekor hijau metalik gelap, bulu ekor berujung putih.
Iris coklat, bagian yang tidak berbulu di sekeliling mata berwarna merah, paruh hijau, kaki hitam.
Suara: Suara mengotek dan mengorek seperti suara katak.
Penyebaran global: Himalaya, Cina, Asia tenggara, Sumatera, dan P. Kangean.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, sering dijumpai di hutan perbukitan dan hutan dataran rendah di
sepanjang Peg. Bukit Barisan, antara ketinggian 500-1.500 m. Umum dijumpai di P. Kangean.
Kebiasaan: Tingkah laku khas seperti bubut lainnya. Menyukai lapisan tengah tajuk hutan primer, hutan
sekunder, dan perkebunan.
Catatan: Ras di P. Kangean kadang-kadang dianggap sebagai jenis tersendiri P. kangeangensis.

310. KADALAN SELAYA Phaenicophaeus chlorophaeus Lembar Gambar 38


(I: Raffles’s Malkoha; M: Cenok Kerak)
Deskripsi: Berukuran kecil (30 cm), dengan mantel khas coklat berangan. Jantan: kepala dan dada merah karat,
tunggir abu-abu. Betina: kepala, tengkuk, dan dada abu-abu, pantat merah karat. Ekor bertahap panjangnya,
berwarna coklat berangan pada bagian atas dan berujung putih pada bagian bawahnya.
Iris coklat tua, paruh hijau berpangkal biru, kaki biru buram.
Suara: Mirip kucing: “meong”, serangkaian nada “meong” yang menurun temponya (M.M.N.), dan suara
mengorek yang kasar.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, Bangka, Batu, dan Kalimantan beserta pulau-pulau
kecil di lepas pantainya.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni yang sering dijumpai di hutan primer, hutan sekunder, hutan kerangas,
dan pekarangan, sampai ketinggian 900 m.
Kebiasaan: Melakukan perjalanan dalam kelompok kecil, terbang dari pohon ke pohon sambil mencari
mangsanya.

311. KADALAN KEMBANG Phaenicophaeus javanicus Lembar Gambar 38


(I: Red-billed Malkoha; M: Cenok Api)
Deskripsi: Berukuran besar (46 cm). Paruh merah, ekor panjang. Tubuh bagian atas abu-abu mengilap hijau
kebiruan, dagu dan tenggorokan merah karat, dada abu-abu-kuning tua, perut berwarna coklat berangan, ujung
bulu ekor putih.
Iris coklat, kulit di sekeliling mata berwarna biru, paruh merah koral, kaki abu-abu.
Suara: Panggilan meratap yang menarik perhatian, tetapi tidak keras dan suara “tok....” lembut yang diulangi.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatera, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Ditemukan di beberapa tempat di dataran rendah dan daerah berbukit sampai
ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Mirip jenis kadalan lainnya. Sering mengunjungi hutan yang agak kering, tepi hutan, dan belukar
sekunder.

312. KADALAN BIRAH Phaenicophaeus curvirostris Lembar Gambar 38


(I: Chestnut-breasted Malkoha; M: Cenok Birah)
Deskripsi: Berukuran besar (49 cm). Paruh hijau, ekor panjang dengan ujung merah karat yang jelas. Mahkota
dan tengkuk abu-abu, tubuh bagian atas hijau pucat, kulit muka di sekitar mata berwarna merah, tubuh bagian
bawah merah karat, tidak ada warna putih pada ekor yang berujung merah karat. Ras-ras penghuni pulau
berbeda-beda. Ras Sumatera: tenggorokan dan pipi abu-abu, perut hitam. Ras Kalimantan: kerongkongan, pipi,
dan perut coklat berangan, ekor lebih pendek dan terpotong lebih lurus.
Iris biru (jantan) atau kuning (betina), paruh hijau berpangkal merah (jantan) atau berpangkal coklat (betina),
kaki coklat-abu-abu.
Suara: “Tok-tok-tok” yang dalam, seperti kotekan ayam, kadang-kadang dengan “tok-tok-trok”. Sewaktu
terbang: “tok, tok, tok, tok”, diulang-ulang lebih cepat dari biasanya.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatera, Bangka, Mentawai, Jawa, Bali, dan
Palawan.
Penyebaran lokal dan status: Umum dijumpai di beberapa tempat di dataran rendah, sampai ketinggian 1.100
m (kadang-kadang lebih tinggi).
Kebiasaan: Sering mengunjungi belukar di hutan-hutan. Kadang-kadang berpasangan atau dalam kelompok
keluarga kecil. Bertengger diam untuk waktu yang lama pada tajuk pohon kecil. Kadang-kadang datang ke
padang alang-alang.

92
313. TOKHTOR SUNDA Carpococcyx radiceus Lembar Gambar 38
(I: Sunda Ground-Cuckoo)
Deskripsi: Berukuran sangat besar (60 cm), menyukai hutan dan hidup terestrial. Kepala dewasa: hitam
(menjadi ciri khas), mantel abu-abu tersapu hijau metalik, ekor dan sayap ungu metalik, tubuh bagian bawah
bergaris-garis hitam dan putih. Burung muda: tubuh bagian bawah merah karat seragam. Ras Sumatera: lebih
hijau dan lebih kecil, kepala kurang hitam, tubuh bagian bawah lebih kuning tua daripada ras Kalimantan.
Iris coklat atau abu-abu, kulit gundul di sekitar mata berwarna hijau, paruh dan kaki hijau.
Suara: Seperti batuk: “heh heh heh”. Suara keras bernada dua “tock-tor”, nada pertama naik temponya, nada
kedua temponya turun, semerdu suara tekukur atau takur (D.A.H.).
Penyebaran global: Endemik di Sumatera dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Ada beberapa catatan dari Sumatera, antara
ketinggian 300-1.700 m di daerah Bukit Barisan dari Singgalang menuju selatan ke G. Dempu. Di Kalimantan
termasuk jarang dan tersebar tidak merata, meskipun tercatat di semua tempat.
Kebiasaan: Pemalu, hidup terestrial di hutan.

314. BUBUT TERAGOP Centropus rectunguis Lembar Gambar 38


(I: Short-toed Coucal)
Deskripsi: Berukuran besar (30 cm), berwarna hitam. Sayap coklat tua. Perbedaannya dengan Bubut besar: ekor
lebih pendek, kilapan lebih biru pada kepala, dada, dan mantel, dan pada suara.
Iris merah, paruh dan kaki hitam.
Suara: Empat sampai lima nada: “bup” yang menggema dengan tempo menurun (M & W). Suara seperti Bubut
besar, tetapi lebih lambat dan lebih serak (Fogden), menggema dan sangat cepat temponya pada dini hari.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Jarang ditemukan karena populasinya sangat terpecah-pecah, tetapi mungkin
saja terlihat dan diidentifikasi sebagai Bubut besar, (kadang-kadang memang tinggal bersama). Tercatat sampai
ketinggian 1.700 m di Dataran Tinggi Padang. Lebih merupakan burung hutan dibandingkan bubut lain.
Kebiasaan: Menyukai semak pantai, rerumputan hutan primer dan hutan sekunder.

315. BUBUT BESAR Centropus sinensis Lembar Gambar 38


(I: Greater Coucal; M: Butbut Carik Anak)
Deskripsi: Berukuran besar (52 cm), berekor panjang. Bulu seluruhnya hitam, kecuali sayap, mantel, dan bulu
penutup sayap berwarna coklat berangan jelas. Burung di Kangean: tampak coklat pucat dengan sayap merah
karat.
Iris merah, paruh dan kaki hitam.
Suara: Serangkaian nada “bup” yang dalam, dimulai dengan perlahan-lahan, lalu temponya meningkat dan
menurun. Nada meninggi dan tempo memanjang menjadi serangkaian nada yang tetap. Seri pendek terdiri dari
empat bunyi: “bup” yang senada. Juga bunyi “plang” yang tiba-tiba dan suara desut mirip ban kempes.
Penyebaran global: India, Cina, Asia tenggara, Filipina, Kalimantan, Sumatera, Nias, Mentawai, Jawa, dan
Bali.
Penyebaran lokal dan status: Sering ditemukan di dataran rendah, sampai ketinggian 800 m, tetapi jauh lebih
jarang daripada Bubut alang-alang.
Kebiasaan: Sering mengunjungi tepi hutan, belukar sekunder, semak tepi sungai, dan hutan mangrove. Sering
hinggap di atas tanah, atau pada semak-semak kecil dan pohon-pohonan. Lebih menyukai vegetasi yang rapat,
berbeda dengan Bubut alang-alang yang lebih umum.

316. BUBUT ALANG-ALANG Centropus bengalensis Lembar Gambar 38


(I: Lesser Coucal; M: Butbut Kecil)
Deskripsi: Berukuran agak besar (42 cm), berwarna coklat kemerahan dan hitam, ekor panjang. Mirip Bubut
besar, tetapi lebih kecil dan warna lebih suram, hampir kotor. Mantel berwarna coklat berangan pucat, tersapu
hitam. Anak burung: bergaris-garis coklat. Bulu-bulu dengan pola warna peralihan umum ditemukan.
Iris merah, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Beberapa nada “hup” rendah yang meningkat temponya, tetapi menurun ketinggiannya seperti bunyi air
tertuang dari botol. Lebih cepat dari suara Bubut besar. Bunyi selanjutnya berupa tiga bunyi “hup” yang
terpecah menjadi rangkaian “logokok, logokok, logokok” (D.A.H.).
Penyebaran global: India, Cina, Asia tenggara, Filipina, Kalimantan, Sumatera dengan pulau-pulau kecil di
bagian timurnya, Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Umum ditemukan di dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m, jarang di
pegunungan sampai ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Memilih belukar, payau, dan daerah berumput terbuka termasuk padang alang-alang. Sering
mencari makan di tanah atau terbang jarak pendek mengepak-ngepak rendah di atas vegetasi.

93
317. BUBUT JAWA Centropus nigrorufus Lembar Gambar 38
(I: Sunda Coucal)
Deskripsi: Berukuran besar (46 cm), berwarna hitam dan coklat kemerahan, berekor panjang. Bulu hitam
mengilap ungu, kecuali sayap yang merah karat. Perbedaannya dengan bubut lain: punggung, penutup sayap,
dan bulu sekunder dalam hitam.
Iris merah, paruh dan kaki hitam.
Suara: Seri panjang terdiri dari nada “bup” mirip Bubut besar dan suara mirip ayam berkotek.
Penyebaran global: Endemik di Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Terbatas di hutan mangrove dan vegetasi rawa di
pesisir Jawa. Dulu banyak ditemukan di rawa-rawa air tawar, tetapi sekarang sangat terbatas, dan hanya tercatat
di Ujung Kulon, Karawang, Indramayu, Segara Anakan, dan Muara Brantas. Satu catatan dari Sumatera (tahun
1902) dianggap sebagai kesalahan. Mungkin terancam disaingi Bubut alang-alang karena habitatnya diganti
tambak ikan dan udang.
Kebiasaan: Terdapat di payau dekat pantai, semak-semak Acrosticum yang rapat, dan alang-alang dekat hutan
mangrove. Perilakunya sama dengan bubut lain.

94
BURUNG HANTU - SUKU STRIGIFORMES

Burung hantu sangat dikenal, tersebar di seluruh dunia. Ciri khasnya adalah bermata besar. Burung malam
pemangsa dengan suara yang angker. Kepala besar dan bulat, muka rata, dan mata mengawasi ke depan.
Kebanyakan jenis ini mempunyai bentuk piringan muka yang khas di seputar mata. Ada dua suku, yaitu Serak dan
Burung Hantu asli.
Semua jenis mengerami telurnya yang putih. Kebanyakan sarang berupa lubang pada pohon, bahkan
kadang-kadang lubang pada bangunan. Aktif pada malam hari, tetapi sulit dilihat. Identifikasi yang paling baik
adalah melalui suara.

Serak - Suku Tytonidae


Burung malam pemangsa, dengan muka berbentuk hati dan sangat bulat serta mata gelap. Piringan muka lebar,
berfungsi untuk membesarkan suara ke telinga. Berburu terutama dengan bantuan telinga. Bulu sayap lembut
sehingga tidak terdengar ketika terbang. Suara berupa pekikan parau. Ada dua jenis di Sunda Besar, keduanya
tersebar luas.

318. SERAK JAWA Tyto alba Lembar Gambar 39


(I: Barn Owl; M: Jampok Kubur)
Deskripsi: Berukuran besar (34 cm), mudah dikenali sebagai burung hantu putih. Muka putih, berbentuk hati dan
lebar. Tubuh bagian atas kuning bertanda merata, tubuh bagian bawah putih dengan bintik-bintik hitam keseluruhan.
Warna umumnya bervariasi. Remaja: kuning lebih gelap.
Iris coklat gelap, paruh dan kaki kuning kotor.
Suara: Keras, parau, teriakan bernada tinggi: "whiiikh" atau "se-rak". Juga suara tinggi: "ke ke ke ke ke" (D.A.H.).
Penyebaran global: Tersebar luas di dunia.
Penyebaran lokal dan status: Tidak umum di dataran rendah Sumatera, Jawa, dan Bali, sampai ketinggian 800 m.
Tidak tercatat di Kalimantan, tetapi tersebar di Sumatera tengah dan Sumatera selatan (mungkin akibat penebangan
hutan), dan ada kemungkinan masuk ke Kalimantan selatan.
Kebiasaan: Sepanjang hari bersembunyi dalam lubang yang gelap di rumah, pohon, gua, karang, atau vegetasi yang
rapat (termasuk hutan mangrove). Muncul pada sore hari melewati daerah terbuka, terbang rendah dengan kepakan
tanpa suara. Bersarang di lubang-lubang pohon atau di gedung.

319. SERAK BUKIT Phodilus badius Lembar Gambar 39


(I: Oriental Bay Owl)
Deskripsi: Berukuran sedang (27 cm), berwarna coklat kemerahan. Agak mirip Serak Jawa, dengan bentuk muka
seperti hati dan kadang-kadang "telinga" tegak. Tubuh bagian atas coklat kemerahan dengan bintik-bintik hitam dan
putih. Tubuh bagian bawah kuning kemerahmudaan dengan bintik hitam, muka kemerahmudaan.
Iris gelap, paruh coklat, kaki coklat kotor.
Suara: Lembut dan berdering: "huuh-wiiyuu", juga siulan merdu mengharukan: "kwankwit-kwankwit-kek-kek-
kek", dikeluarkan sewaktu terbang pada malam hari.
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, Filipina, Kalimantan, Sumatera, Belitung, Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Burung hutan yang jarang terdapat sampai ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Kebiasaan sedikit diketahui. Pemalu, burung hutan malam. Biasa duduk merebah pada siang hari,
seperti paruh-kodok.

Burung Hantu asli - Suku Strigidae


Mirip serak, tetapi umumnya kaki lebih pendek dan piringan muka lebih kecil. Beberapa jenis memiliki berkas
"telinga" yang tegak. Pada semua jenis, bulu dipolakan dengan warna abu-abu, coklat, putih, dan hitam (berguna
untuk menyamarkan diri ketika beristirahat pada siang hari).
Ada 20 jenis di Sunda Besar, termasuk beberapa bentuk khas pulau yang penyebarannya terbatas.

320. CELEPUK BESAR Otus sagittatus Lembar Gambar 40


(I: White-fronted Scops-owl)
Deskripsi: Berukuran sedang (26 cm), berwarna merah bata. Berkas telinga mencolok, mata gelap, dahi putih.
Berukuran lebih besar dibandingkan dengan celepuk lain. Perbedaannya adalah mata coklat dan paruh keputih-
putihan. Tidak berkerah seperti Celepuk reban. Punggung merah bata coklat, dada kuning kayu manis,
bersisikan kepala panah kehitaman. Ekor relatif lebih panjang daripada celepuk lain.
Iris coklat, paruh abu-abu pucat, kaki abu-abu.
Suara: Siulan monoton "huuu" mirip Celepuk merah, tetapi saat mulai dan berhentinya lebih mendadak.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sumatera.
95
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Sangat jarang (atau terlewatkan) di hutan dataran
rendah Sumatera, hanya sekali ditemukan di sebelah utara.
Kebiasaan: Seperti celepuk lain.

321. CELEPUK MERAH Otus rufescens Lembar Gambar 40


(I: Reddish Scops-owl)
Deskripsi: Berukuran kecil (19 cm), berwarna kemerahan dengan berkas telinga mencolok. Tubuh bagian atas
coklat kemerahan, bercoretan hitam dan putih. Tubuh bagian bawah kuning kemerahan, bercoretan hitam.
Berkas telinga kuning tua.
Iris coklat, paruh krem, kaki kekuningan.
Suara: Bergaung, siulan bernada tinggi: "huuuw", diulang dalam interval yang tetap. Penyebaran global:
Semenanjung Malaysia, Filipina, Kalimantan, Sumatera, Bangka, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Burung dataran rendah yang tidak umum, kemungkinan tidak ada di Jawa timur.
Kebiasaan: Sering mengunjungi vegetasi bawah di hutan dataran rendah, kebiasaannya sedikit diketahui.

322. CELEPUK GUNUNG Otus spilocephalus Lembar Gambar 40


(I: Mountain Scops-owl; M: Burung Hantu Gunung)
Deskripsi: Berukuran kecil (18 cm), berwarna merah bata coklat. Berkas telinga kecil, mata kuning, paruh
krem. Tidak ada coretan atau garis tebal pada dada. Ciri khasnya adalah baris yang terdiri dari bercak segitiga
putih pada skapular. Burung Kalimantan: tidak berkerah, burung Sumatera: kerah berbulu putih dengan ujung
hitam. Burung Kalimantan: umumnya lebih kuning tua dengan tanda hitam tebal.
Iris kuning kehijauan, paruh krem, kaki abu-abu keputih-putihan.
Suara: Lembut, tetapi terdengar dari jauh, dalam dua nada berupa siulan metalik "pliuw-pliuw" yang
dikeluarkan pada interval ± dua belas detik. Bersuara hampir sepanjang tahun.
Penyebaran global: Himalaya, Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan
bagian utara.
Penyebaran lokal dan status: Tidak umum, terdapat pada ketinggian antara 1.000-2.500 m, di hutan basah di
pegunungan.
Kebiasaan: Seperti celepuk lain. Bereaksi terhadap tiruan suaranya.
Catatan: Beberapa penulis menganggap ras Sumatera vandewateri sejenis dengan O. angelinae.

323. CELEPUK KERINCI Otus stresemanni Lembar Gambar 40.


(I: Stresemann’s Scops-owl)
Deskripsi: Berukuran kecil (18 cm), berwarna coklat merah bata. Mata gelap, berkas telinga mencolok.
Berwarna lebih pucat dibandingkan dengan Celepuk gunung. Tubuh bagian atas merah kecoklatan, tubuh bagian
bawah lebih pucat dengan bintik hitam dan putih.
Iris kuning kehijauan, paruh putih, kaki abu-abu keputih-putihan.
Suara: Tidak diketahui.
Penyebaran global: Endemik di Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Hanya dikenal satu ekor yang didapat pada ketinggian 920 m di Lembah
Kerinci, Sumatera.
Kebiasaan: Seperti celepuk lain.
Catatan: Mungkin merupakan ras setempat atau bentuk terang dari Celepuk gunung O. spilocephalus
vandewateri.

324. CELEPUK JAWA Otus angelinae Lembar Gambar 40


(I: Javan Scops-owl)
Deskripsi: Berukuran kecil (20 cm), berwarna gelap. Berkas telinga mencolok, alis putih. Tubuh bagian atas
coklat keabuan, bercoret rapat, dan berbercak-bercak hitam. Tubuh bagian bawah bergaris dan bercoret hitam
pada dada, keputih-putihan pada perut.
Iris kuning emas, paruh kuning, kaki kuning kotor.
Suara: Burung muda yang sedang belajar terbang: keras "tch-tschschsch", diulang setiap enam detik, mengin-
gatkan pada Celepuk reban muda (Andrew dan Milton). Suara dewasa mirip Celepuk raja, tetapi sangat jarang
terdengar.
Penyebaran global: Endemik di Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Diketahui dari berbagai tempat di Jawa, tercatat dari
G. Salak, G. Pangrango, G. Tangkuban Perahu, G. Ciremai, dan Dataran Tinggi Ijen. Sangat sedikit catatan
lapangan, akan tetapi karena menggunakan jala kabut, diperoleh kesan bahwa jenis ini tidak terlalu jarang, tetapi
sering terlewat.
96
Kebiasaan: Sedikit sekali diketahui, terdapat di hutan pegunungan antara ketinggian 1.500-2.500 m.

325. CELEPUK ASIA Otus sunia Lembar Gambar 40


(I: Oriental Scops-owl)
Deskripsi: Berukuran kecil (18 cm), berwarna coklat berbintik-bintik. Berkas telinga pendek, mata kuning, dada
bercoret hitam rapat. Perbedaannya dengan Celepuk reban: tidak ada kerah berwarna pucat; dengan Celepuk
besar dan Celepuk gunung: dada bercoretkan hitam. Terdapat dalam bentuk abu-abu maupun kemerahan.
Iris kuning jingga, paruh dan kaki abu-abu.
Suara: Suara kasar dari tenggorokan: "toik-toitoink" atau "toik toik totoink" dengan penekanan pada nada
terakhir.
Penyebaran global: Asia timur, India, dan Asia tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung yang jarang ke Sumatera utara.
Kebiasaan: Berburu pada pohon-pohon kecil di pinggir hutan, tempat terbuka, dan tumbuhan sekunder.

326. CELEPUK MANTANANI Otus mantananensis Lembar Gambar 40


(I: Mantanani Scops-owl)
Deskripsi: Berukuran kecil (18 cm), berwarna coklat gelap berbintik-bintik. Berkas telinga pendek, mata
kuning. Perut pucat dan berbintik-bintik hitam halus. Terdapat pula burung yang lebih pucat, berwarna coklat
keabuan.
Iris kuning, paruh dan kaki abu-abu.
Suara: Nada tunggal, mirip suara angsa atau bunyi klakson, disusul tiga nada kasar yang bernada lebih rendah.
Penyebaran global: Filipina dan Mantanani.
Penyebaran lokal dan status: Menetap di Mantanani, Kalimantan barat laut. Umum terdapat di hutan, kebun
kelapa, dan hutan cemara.
Kebiasaan : Berburu pada pohon-pohon kecil di pinggir hutan, tempat terbuka, dan tumbuhan sekunder.

327. CELEPUK SIMALUR Otus umbra Lembar Gambar 40


(I: Simeulue Scops-owl)
Deskripsi: Berukuran kecil (18 cm), berwarna coklat kemerahan gelap, berbintik-bintik. Berkas telinga
mencolok, mata kuning. Tidak berkerah seperti Celepuk reban. Tubuh bagian atas merah bata, kadang-kadang
dengan garis-garis merah bata dan putih sempit serta pinggiran hitam.
Iris kuning kehijauan, paruh dan kaki abu-abu.
Suara: Duet sinkope sewaktu terbang. Nyanyian teritorial dari jantan berupa dua nada mantap yang dengan
cepat diikuti nada tunggal yang meninggi. Suara betina lebih tinggi. Kadang-kadang mengeluarkan suara terus-
menerus, berupa dengkingan panjang.
Penyebaran global: Endemik di P. Simalur, lepas pantai Sumatera barat laut.
Penyebaran lokal dan status: Tidak jarang.
Kebiasaan: Seperti celepuk lain, menyukai pinggir hutan, hutan terbuka, dan kebun cengkeh.

328. CELEPUK ENGGANO Otus enganensis Lembar Gambar 40


(I: Enggano Scops-owl)
Deskripsi: Berukuran kecil (20 cm), berwarna coklat berbintik-bintik. Berkas telinga mencolok, mata kuning.
Mirip Celepuk Simalur. Warna punggung bervariasi, dari coklat berangan sampai hijau zaitun kecoklatan.
Iris kuning, paruh dan kaki abu-abu.
Suara: King melaporkan bahwa suara burung ini berbeda dengan Celepuk Simalur.
Penyebaran global: Endemik di P. Enggano, sebelah barat daya Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Cukup umum.
Kebiasaan: Seperti celepuk lain.

329. CELEPUK RAJA Otus brookii Lembar Gambar 40


(I: Rajah Scops-owl)
Deskripsi: Berukuran sedang (23 cm), berwarna kecoklatan dengan berkas telinga mencolok. Mirip Celepuk
reban, tetapi sedikit lebih besar, kerah kuning tua lebar, dan mata kuning.
Iris kuning, paruh kekuningan, kaki kuning kotor.
Suara: Diulang secara monoton, meledak-ledak, berupa nada yang nyaring dan mantap. Agak mirip suara
Celepuk reban, sering diawali lenguhan yang hampir tidak terdengar.
Penyebaran global: Endemik di Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera mungkin tersebar di sepanjang Bukit Barisan, antara ketinggian
1.200-2.400 m. Di Kalimantan diketahui hanya dari G. Dulit. Satu ekor yang ditemukan di Dataran Tinggi Ijen
97
kemungkinan besar adalah Otus angelinae.
Kebiasaan: Diperkirakan sama dengan celepuk lain.
Catatan: Mungkin Celepuk Jawa Otus angelinae harus dimasukkan ke dalam jenis ini.

330. CELEPUK REBAN Otus lempiji Lembar Gambar 40


(I: Collared Scopsowl; M: Burung Hantu Reban)
Deskripsi: Berukuran kecil (20 cm), berwarna keabuan atau kecoklatan. Berkas telinga mencolok, kerah khas
pucat pirang. Tubuh bagian atas keabuan atau coklat pirang, berbintik serta berbintil hitam dan kuning tua.
Tubuh bagian bawah kuning tua, bercoretan hitam.
Iris coklat gelap, paruh kuning, kaki kuning-kotor.
Suara: Jantan: lembut "wuup" sedikit meninggi, juga seri mantap terdiri dari nada kasar dengan interval satu
detik. Betina: bernada lebih tinggi, bergetar berubah menurun: "whiio" atau "pwok" sekitar lima kali per menit,
juga cicitan lembut. Pasangan sering melakukan duet.
Penyebaran global: Asia tenggara, Filipina, Kalimantan, Sumatera, Bangka, Belitung, Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Celepuk yang cukup umum sampai ketinggian 1.600 m, termasuk pada
jalan-jalan berpohon di kota besar.
Kebiasaan: Pada kebanyakan malam, duduk pada tenggeran rendah, mengeluarkan suara memilukan.
Sewaktu-waktu berburu dari tenggeran dan menyambar mangsa yang ada di tanah.

331. CELEPUK MENTAWAI Otus mentawi Lembar Gambar 40


(I: Mentawai Scops-owl)
Deskripsi: Berukuran kecil (20 cm), berwarna coklat gelap berbintik. Berkas telinga mencolok, mata kuning,
tidak ada kerah. Kebanyakan berwarna coklat kemerahan tetapi ada juga yang berwarna coklat gelap kehitaman.
Bagian bawah bercoretan hitam pada batang bulu.
Iris kuning, paruh berwarna gading, kaki abu-abu.
Suara: Tidak mantap, nada kasar seperti bunyi klakson dengan perubahan dan nada yang bervariasi. Sewaktu
duet, betina bernada lebih tinggi dan gemetar, diikuti "po po" dari jantan. Jika sendirian, jantan mengeluarkan
seri dari nada "po po", yang berakhir dalam seri menurun, terdiri dari tujuh atau delapan nada "po" (Marshall
1978).
Penyebaran global: Endemik di pulau-pulau yang lebih besar di Mentawai, sebelah barat Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Tidak umum di dataran rendah dan tumbuhan sekunder.
Kebiasaan : Seperti celepuk lain. Dapat dipancing dengan membunyikan rekaman suaranya sendiri.
Catatan: Beberapa penulis memperlakukan burung ini sebagai jenis dari Celepuk reban, walaupun suaranya
sangat berbeda (Marshall 1978).

332. BELUK JAMPUK Bubo sumatranus Lembar Gambar 39


(I: Barred Eagle-owl; M: Burung Hantu Bubu)
Deskripsi: Berukuran besar (45 cm), bergaris-garis tebal. Bulu abu-abu tua dengan berkas telinga horisontal
mencolok. Tubuh bagian atas coklat kehitaman, bergaris kuning tua halus seluruhnya, alis putih. Tubuh bagian
bawah abu-abu keputih-putihan, bergaris hitam tebal.
Iris coklat tua, paruh kuning, kaki kuning pucat.
Suara: Sewaktu terbang, suara keras dalam: "wuuh" atau "hua-wuh", diakhiri erangan dalam. Suara ketawa:
"kakakaka". Dalam cerita rakyat setempat, berbagai suara keras aneh lain dianggap berasal dari jin.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatera, Bangka, Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Tidak jarang, walaupun jarang terlihat, di hutan dataran rendah sampai
ketinggian 1.000 m (lebih tinggi lagi di beberapa pegunungan di Sumatera).
Kebiasaan: Gemar mandi-mandi di kolam atau sungai. Pada senja hari, terbang cepat dan rendah, keluar dari
tempat persembunyian siang hari. Berburu dari tenggeran dan melompat-lompat dengan cekatan di tanah.

333. BELUK KETUPA Ketupa ketupu Lembar Gambar 39


(I: Buffy Fish-owl; M: Burung Hantu Kuning)
Deskripsi: Berukuran besar (45 cm), berwarna coklat kekuningan dengan berkas telinga mencolok. Tubuh
bagian atas coklat, bercoretan hitam, pinggiran kuning tua. Tubuh bagian bawah kuning-merah bata dengan
coretan hitam tebal.
Iris kuning terang, paruh abu-abu, kaki kuning.
Suara: Aneka suara nyaring "kutukukutuk", berdering "pof-pof-pof" (mirip mesin kapal), dan juga suara
"hi-i-i-ik-kik" yang lengking.
Penyebaran global: Asia tenggara, Kalimantan, Sumatera dan pulau-pulau di sebelah timurnya, Nias, Jawa,
dan Bali.
98
Penyebaran lokal dan status: Tidak jarang terdapat di hutan dataran rendah sampai ketinggian 1.100 m.
Kebiasaan: Umumnya aktif pada malam hari, tetapi sebagian aktif pada siang hari di tempat berteduh. Pada
malam hari lebih menyukai daerah terbuka di luar hutan, lahan berhutan, pekarangan, sawah, atau pinggiran
sungai. Gemar mandi dan berdiri diam lama di air, menangkap kebanyakan makanan dalam air.

334. BELUK-WATU GUNUNG Glaucidium brodiei Lembar Gambar 39


(I: Collared Owlet; M: Burung Hantu Kecil)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (16 cm), tubuh bergaris-garis. Mata kuning, kerah pucat, tidak ada cuping
telinga. Tubuh bagian atas coklat muda, bergaris kuning kemerahan. Mahkota abu-abu, bintik mata kecil putih
atau kemerahan, ada garis coklat melintang pada tenggorokan yang putih. Dada dan perut kuning bergaris hitam;
paha dan tungging putih bercoretan coklat.
Iris kuning, paruh berwarna gading, kaki abu-abu.
Suara: Merdu, siulan monoton mirip sandi Morse:"pu, pupu, pu, pupupu" (burung Sumatera), atau "................
...................." (burung Kalimantan). Bersuara pada malam hari, tetapi sering juga pada siang hari. Tiruan suara
sangat efektif untuk menariknya dari kerumunan kecil burung berkicau.
Penyebaran global: Himalaya, Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Agak umum di hutan pegunungan antara ketinggian 800-3.500 m di Sumatera
dan Kalimantan.
Kebiasaan: Terlihat pada siang hari di pohon-pohon yang tinggi, ketika bersuara atau dikerumuni oleh
burung-burung lain. Pada malam hari, berburu dari tenggeran yang mencolok, berdiam di pohon-pohon yang
lebih tinggi, terbang dengan mengepakkan sayap secara sangat cepat.

335. BELUK-WATU JAWA Glaucidium castanopterum Lembar Gambar 39


(I: Javan Barred Owlet)
Deskripsi: Berukuran kecil (24 cm), berwarna coklat merah bata. Seluruh tubuh bergaris-garis, tanpa berkas
telinga. Tubuh bagian atas coklat berangan-merah bata, bergaris kuning tua dengan garis putih terputus pada
pinggir skapular. Tubuh bagian bawah sebagian besar coklat, bergaris kuning tua, keputih-putihan dengan sisi
tubuh coklat berangan. Garis tenggorokan putih dengan bercak coklat dan kuning di bawahnya (ciri yang
mencolok).
Iris coklat kuning, paruh kehijauan dengan ujung kuning, kaki kuning kehijauan.
Suara: Tidak seperti kebanyakan burung hantu, suara dikeluarkan pada waktu dini dan petang hari. Ada dua
jenis seri suara. Seri pertama terdiri dari nada ganda "kúw-kuw", yang makin cepat dan tinggi nadanya, diakhiri
dengan cicitan aneh. Seri kedua panjang, terdiri dari nada "ku" yang mirip suara salah satu bultok, yang makin
cepat, tetapi diakhiri dengan tiba-tiba.
Penyebaran global: Endemik di Jawa dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Cukup umum di kantung-kantung hutan di dataran rendah dan perbukitan di
Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Sering mengunjungi pekarangan, desa, hutan primer, dan hutan sekunder. Umumnya aktif pada
malam hari, tetapi kadang-kadang aktif juga pada siang hari. Kebanyakan bersuara pada malam dan dini hari.
Catatan: Dulu dimasukkan ke dalam Beluk-watu Asia G. cuculoides.

336. PUNGGOK COKLAT Ninox scutulata Lembar Gambar 39


(I: Brown Hawk-owl; M: Burung Hantu Bertemak)
Deskripsi: Mirip elang, berukuran sedang (30 cm), berwarna gelap, dan bermata besar. Ciri khasnya adalah
tidak ada piringan muka. Tubuh bagian atas coklat tua. Tubuh bagian bawah kuning tua, bercoretan coklat
kemerahan secara luas. Tungging, dagu, dan bintik pada pangkal paruh berwarna putih.
Iris kuning terang, paruh abu-abu kebiruan dengan sera hijau, kaki kuning.
Suara: Merdu, siulan tinggi: "pung-ok", nada kedua pendek meninggi, diulang setiap satu atau dua detik.
Kadang-kadang bersuara untuk waktu yang lama, terutama pada waktu subuh dan petang.
Penyebaran global: India, Asia timur, Asia tenggara, Filipina, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan
Bali.
Penyebaran lokal dan status: Terdapat dua ras dari jenis ini, yaitu penetap dan pengembara musim dingin.
Keduanya tidak umum terdapat pada dataran rendah sampai sedang (sampai ketinggian 1.500 m). Umumnya
terdapat di Kalimantan dan Sumatera, hanya sedikit pengamatan di Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Menjadi aktif segera sebelum petang di pinggir hutan atau di lahan pertanian. Terbang mengejar
capung dan serangga lain di udara. Kadang-kadang satu kelompok keluarga berburu bersama di sekitar lahan
terbuka. Bersuara tidak teratur, terutama saat bulan terang.

337. KUKUK SELOPUTU Strix seloputo Lembar Gambar 39


99
(I: Spotted Wood-owl; M: Hantu Carek Kafan)
Deskripsi: Berukuran besar (47 cm), berwarna coklat berbintik-bintik putih, tanpa berkas telinga. Piringan
muka merah bata pucat. Tubuh bagian atas coklat merah bata, bertanda tebal dengan bintik putih dan pinggiran
hitam. Tubuh bagian bawah putih, tersapu merah bata dan bergaris-garis coklat tua, dengan garis dagu keputih-
putihan.
Iris coklat tua, paruh hitam kehijauan, kaki abu-abu.
Suara: Suara dalam bergaung meninggi: "belup" atau "hup-hung", suara "huwkkukukuku" diikuti sejumlah
"huwk", dan suara geraman dalam.
Penyebaran global: Asia tenggara, Palawan, Sumatera, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Untuk sementara ditambahkan dalam daftar burung Sumatera (berdasarkan
beberapa pengamatan/penemuan yang belum dapat dikonfirmasikan), tetapi mungkin sejak dulu terlewatkan. Di
Jawa, tidak umum terdapat di hutan mangrove dan dataran rendah. Bentuk yang pucat dan lebih kecil terdapat di
Bawean.
Kebiasaan: Sering mengunjungi hutan dataran rendah dan kelompok pepohonan dekat kampung,
kadang-kadang malah hidup di kota-kota. Kebiasaan mirip Kukuk beluk.

338. KUKUK BELUK Strix leptogrammica Lembar Gambar 39


(I: Brown Wood-owl)
Deskripsi: Berukuran besar (47 cm), bergaris-garis rapat, berwarna coklat kemerahan tanpa berkas telinga.
Piringan muka mencolok dengan "kacamata" merah bata, lingkar mata hitam, alis putih. Tubuh bagian bawah
kuning tua, bergaris-garis halus coklat tua, tersapu coklat pada dada. Tubuh bagian atas coklat tua, bergaris-garis
rapat putih dan kuning tua.
Iris coklat tua, paruh keputih-putihan, kaki abu-abu kebiruan.
Suara: Suara dalam khas: "buuu", atau empat suku kata "goke- galuu, huhu-huuu", dan suara lain.
Penyebaran global: India selatan, Cina, Asia tenggara, Sumatera, Kalimantan, Belitung, Mentawai, Nias, dan
Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan dan Sumatera, tidak umum di dataran rendah. Jarang di daerah
pegunungan di Jawa.
Kebiasaan: Burung hantu hutan yang aktif pada malam hari, jarang terlihat. Jika terganggu pada siang hari,
akan memadatkan bulu sehingga terlihat seperti batang mati, mengamati dengan mata setengah terbuka.
Pasangan sering memanggil pada petang hari sebelum berburu.

339. BELUK PADANG Asio flammeus Lembar Gambar 39


(I: Short-eared Owl)
Deskripsi: Berukuran sedang (37 cm), berwarna coklat, sayap panjang. Piringan muka mencolok dengan berkas
telinga pendek (tidak terlihat di lapangan). Mata kuning terang, melotot, dengan lingkaran mata gelap. Tubuh
bagian atas kuning kecoklatan, bercoretan rapat hitam dan kuning tua. Tubuh bagian bawah kuning tua,
bercoretan coklat tua. Bercak karpal hitam terlihat mencolok sewaktu terbang.
Iris kuning, paruh abu-abu tua, kaki keputih-putihan.
Suara: Salakan seperti bersin: "kii-aw" sewaktu terbang.
Penyebaran global: Holartik, pengunjung musim dingin di Asia tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Pengembara ke Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Lebih menyukai daerah terbuka yang berumput.

BURUNG PARUH-KODOK - SUKU PODARGIDAE

Suku burung malam yang kelihatan sangat aneh, berkerabat dengan cabak, tetapi lebih mampu beradaptasi
hidup dalam hutan. Paruh-kodok merupakan nama yang tepat karena bukaan mulutnya luar biasa lebar, berguna
untuk menangkap serangga di lantai hutan dan di antara cabang-cabang. Ditemukan mulai dari Asia tenggara
sampai P. Irian dan Australia. Semua jenis memiliki bulu berbintik, berguna untuk menyamarkan diri. Duduk
tegak lurus sepanjang hari pada tenggeran yang rendah. Bertelur satu butir pada sarang yang berbentuk
mangkuk, terimbangkan di posisi genting pada ranting mendatar.
Ada enam jenis di Sunda Besar.

340. PARUH-KODOK BESAR Batrachostomus auritus Lembar Gambar 41


(I: Large Frogmouth)
Deskripsi: Berukuran sangat besar (40 cm), berwarna coklat berangan. Kerah tengkuk putih, terdapat bintik
putih mencolok pada sayap dan bintik-bintik lebih kecil pada dada. Jantan berwarna coklat berangan terang,
100
betina lebih suram dan pucat. Tenggorokan dan dada pucat merah bata, menjadi kuning pada perut (krem pada
beberapa betina dari Kalimantan). Kelopak mata jingga menonjol.
Iris putih atau coklat, paruh coklat tanduk, kaki kekuningan.
Suara: Menciut keras, seri terdiri dari sejumlah nada nyaring: "rrrruu".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, Natuna, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Data kurang (Collar dkk. 1994; Shannaz dkk. 1995). Tidak umum terdapat di
hutan dataran rendah.
Kebiasaan: Jarang terlihat, sepanjang hari diam tidak bergerak di tajuk pohon. Pemburu serangga pada malam
hari. Serangga biasanya disambar dari atas tanah atau dipetik dari cabang pohon. Kadang-kadang ditemukan
pada semak-semak rendah sepanjang aliran air.

341. PARUH-KODOK DULIT Batrachostomus harterti Lembar Gambar 41


(I: Dulit Frogmouth)
Deskripsi: Berukuran besar (37 cm). Perbedaannya dengan Paruh-kodok besar: ukuran tubuh sedikit lebih kecil,
jantan coklat keunguan, betina berwarna coklat berangan dengan kerah tengkuk lebih putih.
Iris coklat tua, kelopak mata kuning, paruh warna tanduk, kaki warna tanduk krem.
Suara: Tidak ada informasi.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan
Penyebaran lokal dan status: Data kurang (Collar dkk. 1994; Shannaz dkk. 1995). Terbatas di pegunungan
Kalimantan sebelah utara, tidak umum terdapat pada ketinggian antara 300-1.500 m.
Kebiasaan: Seperti paruh-kodok lain.

342. PARUH-KODOK BINTANG Batrachostomus stellatus Lembar Gambar 41


(I: Gould’s Frogmouth)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (25 cm), berwarna coklat kemerahan. Dibandingkan dengan betina, jantan
cenderung lebih merah. Kedua jenis kelamin memiliki dua bentuk. Bentuk umum berwarna karat terang. Bentuk
yang lebih jarang berwarna coklat merah bata tua. Tubuh bagian bawah krem, bersisik merah bata khas.
Iris kuning (jantan) dan coklat (betina), paruh berwarna gading, kaki merah muda (jantan) dan kuning (betina).
Suara: Suara jantan berupa dua nada bening, yang kedua lebih tinggi, dengan nada penyambung yang
menggetar bergelombang, dikeluarkan dengan selang waktu tujuh detik.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, Natuna utara, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Tidak umum di bawah ketinggian 500 m.
Kebiasaan: Seperti paruh-kodok lain, lebih menyukai hutan hujan dataran rendah.

101
343. PARUH-KODOK KEPALA-PUCAT Batrachostomus poliolophus Lembar Gambar 41
(I: Short-tailed Frogmouth)
Deskripsi: Berukuran sedang (30 cm), berwarna coklat keabuan (jantan) atau kerah merah kecoklatan (betina).
Berkas telinga panjang dan bercoretan halus hitam. Mirip bentuk abu-abu dan merah bata Paruh-kodok tanduk,
tetapi ekor lebih pendek dan tidak ada garis-garis pucat.
Iris kuning, paruh tanduk, kaki merah muda keputih-putihan.
Suara: Siulan yang diulangi: "waa-didididididi" meratap, nada pertama pendek naik, selanjutnya menurun.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Data kurang (Collar dkk. 1994; Shannaz dkk. 1995). Penetap yang tidak umum
di perbukitan Bukit Barisan (Sumatera), antara ketinggian 600-1300 m (tetapi hanya sedikit catatan). Di
Kalimantan, spesimen kebanyakan diambil dari G. Dulit dan dataran tinggi Kelabit, tetapi mungkin tersebar
luas.
Kebiasaan: Seperti paruh kodok lain.
Catatan: Populasi di Kalimantan kadang-kadang diperlakukan sebagai jenis endemik B. mixtus.

344. PARUH-KODOK JAWA Batrachostomus javensis Lembar Gambar 41


(I: Javan Frogmouth; M: Segan Jawa)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (25 cm), berwarna gelap. Jantan: keabuan dan berbintik-bintik. Betina: coklat
merah bata dengan kepala dan mulut sangat besar, dilingkari rambut-rambut panjang. Berkas telinga panjang
khas.
Iris kuning, paruh atas coklat dan bawah keabuan, kaki coklat.
Suara: Bermacam-macam suara diketahui dari Jawa: siulan panjang yang menurun "iiuuuu", suara tanda
bahaya "truitt, truitt, truitt", "cêrrr, cêrrr" gemetar yang diulang, dan kombinasi dua suara pertama "cêrrrwi,
iuwi, iuwi". Terdapat variasi suara antar ras.
Penyebaran global: Asia tenggara, Palawan, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Jarang ditemukan di Sumatera (misalnya di Way Kambas). Di Kalimantan
tercatat hampir di seluruh dataran rendah. Tidak umum terdapat di hutan dataran rendah basah dan hutan
perbukitan di Jawa. Di Bali tidak ada.
Kebiasaan: Pada siang hari duduk tegak lurus dengan paruh mengarah ke atas dan mata tertutup,
kadang-kadang dua burung duduk berdekatan. Umumnya berada tidak jauh dari atas tanah.
Catatan: Taksonomi javensis membingungkan, kadang-kadang diperlakukan sebagai dua jenis, yaitu javensis
endemik di Jawa dan affinis di daerah lain di Asia tenggara. Populasi yang terdapat di P. Palawan
kadang-kadang dimasukkan ke dalam affinis, kadang-kadang ke dalam javensis, dan kadang-kadang ke dalam
cornutus.

345. PARUH-KODOK TANDUK Batrachostomus cornutus Lembar Gambar 41


(I: Sunda Frogmouth)
Deskripsi: Berukuran sedang (28 cm), memiliki dua bentuk. Warna bervariasi, dari yang bercoretan hitam halus
dan berbulu putih sampai yang hampir seluruhnya coklat atau merah bata suram. Dugaan bahwa semua jantan
berwarna abu-abu dan semua betina berwarna merah sudah terbukti benar.
Iris kuning, paruh atas coklat tua dan bawah kehijauan, kaki coklat.
Suara: Seri suara menurun terdiri dari nada "gwaa", semua dimulai dengan nada yang sama.
Penyebaran global: Endemik di Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat dari Sumatera timur (termasuk Bangka dan Belitung), Kalimantan, dan
Kangean. Tidak umum terdapat di daerah dataran rendah dan pantai.
Kebiasaan: Menyukai hutan sekunder dan pinggir hutan. Beristirahat pada cabang-cabang rendah pada siang
hari, kadang-kadang dengan paruh terbuka lebar.

BURUNG CABAK - SUKU CAPRIMULGIDAE

Berkaki pendek, pemakan serangga, aktif pada malam hari. Mempunyai jaring rambut di sekitar paruh, untuk
menangkap serangga sewaktu terbang. Pada siang hari beristirahat di atas tanah. Terbang secara tidak menentu,
perlahan sambil mengepak-gepakkan sayap. Suara dikeluarkan secara monoton. Telur diletakkan di dalam korekan
di atas tanah, tanpa bahan sarang apa pun.
Di Sunda Besar ada dua jenis yang ber"telinga" dan lima jenis tanpa "telinga".

346. TAKTARAU MELAYU Eurostopodus temminckii Lembar Gambar 41


(I: Malaysian Eared-nightjar; M: Teptibau/Tukang Malaysia)
102
Deskripsi: Berukuran sedang (27 cm). Berwarna coklat tua, bergaris-garis hitam dengan berkas telinga mencolok.
Kerah pucat dan sempit, tubuh bagian bawah bergaris-garis, tidak ada bercak putih pada sayap dan ekor. Mahkota
seragam, warna sama dengan warna sisi kepala, tanpa alis pucat.
Iris coklat, paruh warna tanduk, kaki coklat.
Suara: Siulan tiga nada nyaring. Nada pertama rendah, diikuti dengan dua nada yang lebih panjang. Masing-masing
meninggi, lalu turun dan patah di tengah-tengah: "tap-tip-bau". Penekanan pada nada pertama dan terakhir.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di pinggir hutan dan hutan kerangas di bawah ketinggian 1.200 m.
Kebiasaan: Seperti cabak lain, tetapi terbang lebih cepat dan tidak menentu dibandingkan dengan Taktarau besar.
Menyukai semak-semak dekat hutan. Bersuara ketika makan sambil terbang tinggi-tinggi pada malam hari.

347. TAKTARAU BESAR Eurostopodus macrotis Lembar Gambar 41


(I: Great Eared-Nightjar; M: Burung Tukang Telinga Besar)
Deskripsi: Berukuran besar (41 cm), berwarna coklat tua bergaris-garis dengan berkas telinga mencolok. Mirip
Taktarau Melayu. Perbedaannya: ukuran jauh lebih besar, mahkota kuning tua, lebih pucat daripada bagian kepala
lainnya, serta pada suara dan cara terbang. Dua jenis ini tidak tumpang tindih di Sunda Besar.
Iris coklat, paruh warna tanduk, kaki coklat.
Suara: Keras bergema: "pip piu-iu", dalam siulan tiga nada. Nada pertama pendek dan kadang-kadang tidak
terdengar, nada kedua lebih panjang dalam nada menurun, nada ketiga panjang meninggi lalu berhenti. Suara
lainnya adalah siulan terus menerus.
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, Filipina, Sulawesi, dan Simeulue.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di Simeulue.
Kebiasaan: Mirip cabak lain. Melayang seperti Elang-rawa. Terbang lebih perlahan dan teratur dibandingkan
dengan Taktarau Melayu. Menyukai pinggir hutan dan semak-semak terbuka. Sering terlihat pada waktu petang di
atas hutan.

103
348. CABAK KELABU Caprimulgus indicus Lembar Gambar 41
(I: Grey Nightjar; M: Tukang Kelabu)
Deskripsi: Berukuran agak besar (28 cm), berwarna keabuan. Jantan: tidak ada kerah tengkuk merah karat seperti
Cabak maling, terdapat tanda putih pada empat pasang bulu ekor terluar dan bercak putih pada pangkal bulu primer.
Betina mirip jantan, tetapi ekor berbercak kuning tua.
Iris coklat, paruh kehitaman, kaki coklat.
Suara: Keras, tajam: "cak", diulangi secara cepat dalam kisaran yang mantap sekitar enam kali per detik, kemudian
berakhir dengan "crrrr". Jarang mengeluarkan suara pada musim dingin.
Penyebaran global: Penetap di India, Cina, Asia tenggara, dan Filipina. Mengembara ke Kalimantan, Sumatera,
Jawa, dan P. Irian.
Penyebaran lokal dan status: Jarang di Sumatera, tetapi ditemukan di dataran rendah dan perbukitan di hampir
seluruh Kalimantan. Kebanyakan ditemukan di pegunungan. Tidak tercatat di Bali.
Kebiasaan: Lebih menyukai hutan pegunungan terbuka dan semak-semak. Terbang khas cabak. Pada siang hari,
berdiam di tanah atau pada cabang horisontal.

349. CABAK MALING Caprimulgus macrurus Lembar Gambar 41


(I: Large-tailed Nightjar; M: Tukang Kubur)
Deskripsi: Berukuran agak besar (30 cm), berwarna coklat keabuan. Ciri khasnya: bercak putih mencolok pada
tengah-tengah empat bulu primer terluar, warna putih lebar mencolok pada dua pasang bulu ekor terluar. Betina: ada
bercak kuning tua dan garis putih pada tenggorokan.
Iris coklat, paruh dan kaki coklat keabuan.
Suara: Nyaring, menggema: "coink" seperti suara dua batu dibenturkan, dikeluarkan sekitar dua atau tiga kali per
detik setelah suara mendengkur sebagai pemanasan. Suara lainnya berupa geraman rendah.
Penyebaran global: India, Asia tenggara, Filipina, Indonesia sampai P. Irian dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Ditemukan umum di berbagai tempat, di pinggir hutan dan daerah berhutan,
termasuk hutan mangrove, sampai ketinggian 1.200 m. Status di Kalimantan tidak jelas.
Kebiasaan: Pada siang hari, beristirahat di tanah, di tempat teduh di pinggir hutan atau daerah dengan banyak
pepohonan. Bersuara sekitar 30 menit pada petang dan dini hari, dari tempat tenggeran atau ketika terbang. Kegiatan
berburu diselingi dengan beristirahat di atas tanah. Sering berada di jalan-jalan sehingga mati tertabrak mobil.

350. CABAK KOTA Caprimulgus affinis Lembar Gambar 41


(I: Savannah Nightjar)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (22 cm), berwarna seragam. Jantan mempunyai bulu ekor terluar putih yang khas.
Garis putih pada tenggorokan terbagi dua menjadi dua bercak di samping. Betina: lebih merah bata, tanpa tanda
putih pada ekor.
Iris coklat, paruh berwarna tanduk, kaki merah buram.
Suara: Menusuk, sendu: "cwuirp", dikeluarkan sambil terus-menerus terbang sampai tiga puluh menit lamanya,
pada petang dan dini hari.
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, Sulawesi, Filipina, Sunda Besar dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di dataran rendah, di daerah pesisir kering terbuka, serta di kota
besar, seperti Jakarta, Bandung, dan Denpasar.
Kebiasaan: Khas cabak, pada siang hari duduk di tanah atau di atas atap bangunan tinggi yang datar di kota-kota.
Menyambar serangga sambil terbang, tertarik oleh cahaya lampu-lampu di kota besar.

351. CABAK KOLONG Caprimulgus concretus Lembar Gambar 41


(I: Bonaparte’s Nightjar)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (22 cm), berwarna coklat tua dengan bercak putih besar pada tenggorokan. Tubuh
bagian atas berbintik hitam. Tubuh bagian bawah kuning tua, bergaris-garis rapat hitam. Ada bercak putih pada dua
bulu ekor terluar, tetapi tidak ada bercak putih pada sayap.
Iris coklat; paruh berwarna tanduk, kaki abu-abu.
Suara: Suara aneh, menggema: "uu-wuuuu" dengan nada kedua sekitar lima nada lebih rendah.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Hanya sedikit catatan dari Sumatera, di hutan dataran rendah. dan di Belitung. Di
Kalimantan jarang, tetapi tersebar luas di hutan dataran rendah terbuka, termasuk hutan kerangas, sampai ketinggian
500 m.
Kebiasaan: Cabak hutan yang sangat kurang dikenali.

352. CABAK GUNUNG Caprimulgus pulchellus Lembar Gambar 41


(I: Salvadori’s Nightjar)
104
Deskripsi: Berukuran sedang (24 cm), dengan garis putih lebar pada tenggorokan. Terdapat garis-garis putih sempit
meluas pada tubuh bagian bawah. Juga bintik putih pada dua pasang bulu ekor terluar dan pada dua pasang bulu
primer terluar.
Iris coklat tua, paruh dan kaki coklat.
Suara : Seri terdiri dari sejumlah "tok" dengan irama tidak teratur, seperti suara "kwow-kwow" dari penjual bakmi.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Data kurang (Collar dkk. 1994; Shannaz dkk. 1995). Di Sumatera dikenal lewat
satu ekor yang diambil dari G. Singgalang pada tahun 1878. Di Jawa tercatat dari puncak-puncak gunung dari
barat sampai timur.
Kebiasaan: Cabak hitam di habitat hutan submontan.

BURUNG WALET - SUKU APODIDAE

Suku burung pemakan serangga, terbang cepat, dan tersebar luas di dunia. Sepintas seperti burung layang-
layang, tetapi lebih dekat kekerabatannya dengan kolibri di Amerika.
Ciri khas: sayap panjang dan runcing, menunjuk ke belakang saat terbang, ekor pendek persegi atau
panjang menajam, kaki sangat kecil. Jarang bertengger di pohon, biasanya beristirahat dengan cara
bergantungan pada dinding karang dengan kukunya yang tajam. Bersarang di gua, lubang pohon, atau di bawah
langit-langit rumah. Sarang berbentuk mangkuk, terbuat dari lumpur atau air ludahnya (pada beberapa jenis).
Walet mencari makan sambil terbang, dengan menggunakan mulut yang lebar untuk menangkap
serangga. Beberapa walet yang bersarang di gua menggunakan sejenis sistem sonar (“ekholokasi”) dengan suara
ceklekan untuk menemukan jalan di kegelapan.
Ada 16 jenis walet di Sunda Besar, beberapa di antaranya sulit dikenali sewaktu terbang. Walet sarang-
putih, Walet sarang-hitam, Walet sarang-lumut, dan Walet gunung kadang-kadang dimasukkan ke dalam marga
Aerodramus.

353. WALET RAKSASA Hydrochous gigas Lembar Gambar 42


(I: Giant Swiftlet)
Deskripsi: Berukuran besar (16 cm). Tubuh bagian atas hitam jelaga, tunggir berwarna gelap, tubuh bagian
bawah coklat tua, ekor sedikit menggarpu.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Bercicit-cicit tajam.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dikenal dari dua ekor yang dikoleksi pada ketinggian 480 m di
Dataran Tinggi Padang. Terlihat di Kalimantan bagian utara. Di Jawa terbatas di daerah Jawa barat: di G. Salak,
Pelabuhan Ratu, G. Pangrango, G. Patuha, dan G. Halimun.
Kebiasaan: Umumnya hidup di atas hutan, di daerah berbukit-bukit dan bergunung-gunung. Cenderung terbang
lebih tinggi dan lebih cepat dibandingkan dengan walet lain. Tidak menggunakan sistem ekholokasi. Bersarang
di belakang air terjun dan retakan-retakan batu. Sarang terbuat dari akar, lumut, dan bahan lain yang direkatkan
dengan air ludah. Sarang tidak bisa diambil untuk dimakan manusia.

354. WALET SARANG-PUTIH Collocalia fuciphaga Lembar Gambar 42


(I: Edible-nest Swiftlet; M: Layang-layang Gua)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (12 cm). Tubuh bagian atas coklat kehitaman. Tunggir coklat atau keabuan
lebih pucat (di Jawa) atau coklat tua (di Sumatera dan Kalimantan: ras vestita). Ekor sedikit menggarpu, tubuh
bagian bawah coklat. Di lapangan, umumnya sulit dibedakan dengan Walet sarang-hitam, Walet sarang-lumut,
dan Walet gunung, kecuali jika berada di sarang.
Iris coklat tua, paruh dan kaki hitam.
Suara: Nada tinggi: “tsyiirrr” biasa dikeluarkan di dekat daerah bersarang.
Penyebaran global: Cina selatan, Asia tenggara, Filipina, dan Sunda.
Penyebaran lokal dan status: Di seluruh Sunda Besar. Umum terdapat pada ketinggian sampai 2.800 m di
Sumatera dan Kalimantan. Terbatas keberadaannya di Jawa dan Bali, tergantung dari ketersediaan tempat untuk
bersarang.
Kebiasaan: Dibandingkan dengan Walet sapi dan Walet linci, umumnya mencari makan di tempat yang lebih
tinggi. Terbang lebih kuat, dengan sayap kaku, dan tidak begitu menggelepar. Menggunakan ekholokasi dalam
gua yang gelap dengan suara berderik-derik nyaring. Sering mencari makan di hutan, pada pohon tinggi (seperti
pohon beringin yang sedang berbuah) dan terdapat banyak tawon. Mandi dan minum di atas air tawar dengan
cara menukik dan menceburkan diri. Berbiak di retakan batu pantai atau di dalam gua kapur. Di Jawa juga
bersarang di rumah tua atau gudang yang sengaja dibuat untuk burung ini. Sarang seluruhnya terbuat dari air
105
ludah yang telah menjadi keras. “Sarang putih" yang bersih tersebut sangat berharga, dikumpulkan dan dijual,
untuk dibuat sop sarang burung walet.
Catatan: Berdasarkan penyebaran simpatris, beberapa penulis memisahkan walet C. f. germani sebagai jenis
tersendiri. Tetapi isolasi ekologis dari kedua ras ini menunjukkan bahwa keduanya dapat diperlakukan sebagai
jenis yang sama. Dapat ditempatkan ke dalam marga Aerodramus.

355. WALET SARANG-HITAM Collocalia maxima Lembar Gambar 42


(I: Black-nest Swiftlet; M: Layang-layang Padi)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (13 cm), berwarna coklat kehitaman. Tunggir bergradasi, dari keabuan
menjadi berwarna sama dengan punggung. Sulit dibedakan dengan Walet sarang-putih di lapangan, tetapi
kelihatan lebih gemuk dan ekor terpotong agak lurus. Kaki berbulu lebat.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Melengking.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di seluruh Sunda Besar. Kebanyakan berbiak di dekat pantai Sumatera dan
pulau-pulau di sekitarnya. Merupakan walet yang paling umum di daerah pegunungan kapur di Kalimantan. Di
Jawa, tidak umum di pulau-pulau kecil dan daerah pesisir, tetapi umum di daerah pegunungan kapur.
Kebiasaan: Membuat sarang dari air ludah putih yang berbaur bulu, melekat di gua kapur (disebut "sarang
hitam"). Diambil untuk dijual, tetapi tidak semahal sarang putih, karena memerlukan lebih banyak waktu untuk
menghilangkan bulu dan tempayaknya. Mengeluarkan suara berderik-derik untuk ekholokasi.

356. WALET SARANG-LUMUT Collocalia salangana Lembar Gambar 42


(I: Mossy-nest Swiftlet)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (12 cm). Hampir tidak bisa dibedakan dengan Walet sarang-putih di lapangan.
Perbedaannya adalah tunggir lebih gelap, ekor tidak menggarpu, dan hanya sedikit bertakik. Dapat diidentifikasi
dari sarang yang berlumut atau dari duri yang tersembunyi pada pangkal bulu punggung.
Iris hitam, paruh dan kaki hitam.
Suara: Mirip suara Walet sarang-putih, termasuk suara ekholokasi yang berderik-derik.
Penyebaran global: Sunda Besar dan Sulawesi.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, hanya diketahui berbiak di daerah Bukit Barisan (Dataran Tinggi
Padang). Tercatat di Kalimantan bagian utara (termasuk Kep. Natuna). Di Jawa tampaknya sudah tidak umum,
mungkin karena sukar dikenali.
Kebiasaan: Mirip Walet sarang-putih, termasuk ekholokasi. Sarang khas, lebih bulat, lebih lembut, dan
berlumut daripada sarang Walet sapi dan Walet linci. Sarang juga dibuat lebih dalam di gua, menjadikan jenis
ini sebagai ekholokasi sejati.
Catatan: Mungkin sejenis dengan walet C. vanikorensis di Indonesia bagian timur.

357. WALET GUNUNG Collocalia vulcanorum Lembar Gambar 42


(I: Volcano Swiftlet)
Deskripsi: Berukuran agak besar (14 cm), berwarna kehitaman. Sayap panjang, ekor sedikit menggarpu. Warna
tunggir bervariasi, dari keabuan sampai segelap punggungnya. Kaki tidak atau hanya sedikit berbulu.
Iris gelap, paruh dan kaki hitam.
Suara: Menusuk; “tiirii-tiirii-tiirii”, mirip suara Kepinis rumah.
Penyebaran global: Endemik di Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Diketahui hanya dari G. Gede, G. Tangkuban
Perahu, G. Papandayan, dan mungkin juga di beberapa gunung di Jawa tengah dan Jawa timur. Bersarang pada
rekahan kawah yang aktif, sehingga sewaktu-waktu koloni dapat mengalami kepunahan sementara.
Kebiasaan: Terbang cepat, berkelompok di sekitar puncak terbuka dan punggung pegunungan tertinggi. Sangat
mencolok di kawah G. Gede. Menggunakan ekholokasi. Bersarang pada rekahan batu dan membuat sarang
berlumut yang tidak bisa dimakan manusia.
Catatan: Kadang-kadang diperlakukan sebagai ras penetap dari Walet Himalaya C. brevirostris. Akan tetapi
Walet Himalaya pada musim dingin tidak bermigrasi ke selatan (ke Sunda Besar) dan vulcanorum benar-benar
terisolasi. Walet Himalaya pada musim dingin mungkin dapat mencapai Sumatera utara, namun sampai
sekarang belum ada konfirmasi.

358. WALET SAPI Collocalia esculenta Lembar Gambar 42


(I: Glossy Swiftlet; M: Layang-layang Perut Putih)
106
Deskripsi: Berukuran kecil (9 cm), berwarna hitam-biru mengilap. Ekor sedikit bertakik, dagu abu-abu, perut
putih mencolok. Merupakan walet yang paling kecil dan paling umum di seluruh Sunda Besar dan Nusa
Tenggara.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Melengking dan mencicit.
Penyebaran global: Kepulauan Andaman dan Nikobar, Semenanjung Malaysia melalui Filipina dan Indonesia
ke P. Irian dan Pasifik barat daya.
Penyebaran lokal dan status: Umum di seluruh Sumatera dan Kalimantan, dari permukaan laut sampai puncak
tertinggi.
Kebiasaan: Ada di mana-mana, terbang di semua tipe hutan dan lahan pertanian. Menukik untuk minum di
sungai atau kolam pada sore hari. Bersarang di mulut gua, tidak menggunakan ekholokasi.
Catatan: Beberapa penulis memasukkan bentuk yang lebih hijau C. linchi di Sumatera tenggara, Kalimantan
bagian utara, Jawa, dan Bali, ke dalam jenis ini.

359. WALET LINCI Collocalia linchi


(I: Cave-Swiftlet)
Deskripsi: Berukuran kecil (10 cm). Tubuh bagian atas hitam kehijauan buram, tubuh bagian bawah abu-abu
jelaga, perut keputih-putihan, ekor sedikit bertakik.
Iris coklat tua, paruh dan kaki hitam.
Suara: Nada tinggi: “ciir-ciir”.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sunda Besar, dan Lombok.
Penyebaran lokal dan status: Terdapat di beberapa tempat di Sumatera (mungkin di sepanjang Bukit Barisan,
tetapi spesimen museum hanya dari Pegunungan Leuser dan Lampung) dan Kalimantan (G. Kinabalu). Di Jawa
(termasuk pulau-pulau di L. Jawa) dan Bali, walet yang paling umum terdapat di semua ketinggian.
Kebiasaan: Seperti Walet sapi. Sarang berupa mangkuk tidak rapih, terbuat dari lumut, rumput atau bahan
nabati lain, direkatkan dengan air ludah. Sarang dibangun di tempat yang lebih terang, di dekat mulut gua,
rekahan batu, atau bangunan. Terbang lemah dan menggelepar.
Catatan: Dulu termasuk ke dalam Walet sapi, tetapi bagian penyebarannya simpatris sehingga memberikan
kesan sebagai jenis tersendiri.

360. KEPINIS-JARUM ASIA Hirundapus caudacutus Lembar Gambar 42


(I: White-throated Needletail)
Deskripsi: Berukuran besar (20 cm), berwarna kehitaman. Dagu, kerongkongan, dan penutup ekor bawah
berwarna putih. Terdapat bintik putih pada sisi leher dan bercak putih kecil pada bulu tersier. Punggung coklat
dengan "pelana" keputih-putihan perak. Perbedaan dengan kepinis-jarum lain adalah tenggorokannya putih.
Iris coklat tua, paruh dan kaki hitam.
Suara: Cicitan bernada tinggi ketika saling mengejar.
Penyebaran global: Berbiak di Asia utara, Cina, dan Himalaya, tetapi mengembara pada musim dingin ke
Australia dan Selandia Baru.
Penyebaran lokal dan status: Pendatang jarang di Kalimantan dan Jawa pada musim migrasi.
Kebiasaan: Mirip Kepinis-jarum gedang.

361. KEPINIS-JARUM PANTAT-PUTIH Hirundapus cochinchinensis Lembar Gambar 42


(I: Silver-backed Needletail)
Deskripsi: Berukuran agak besar (18 cm), berwarna kehitaman dengan "pelana" keputih-putihan (Sumatera),
atau coklat pucat pada punggung dan tunggir. Ekor pendek dan terpotong lurus, dagu dan kerongkongan
keabuan, penutup ekor bawah putih. Bentuk hitam yang jarang (dulu diketahui sebagai H. c. ernesti) pernah
tercatat di Jawa barat. Perbedaannya dengan Kepinis-jarum Asia adalah kerongkongan keabuan dan bulu tersier
tanpa warna putih. Kekang tidak pernah putih.
Iris coklat tua, paruh hitam, kaki ungu tua.
Suara: Tidak ada deskripsi yang tersedia.
Penyebaran global: India barat laut, Asia tenggara, Sumatera, dan Jawa barat.
Penyebaran lokal dan status: Tidak umum di Sumatera, merupakan pengembara dan pengunjung musim
dingin (diperkirakan dari Peg. Himalaya). Di Jawa barat sangat jarang terlihat, diketahui hanya dari beberapa
catatan. Mungkin berbiak di Jawa, tetapi tidak pernah ada konfirmasi.
Kebiasaan: Mirip Kepinis-jarum gedang.

362. KEPINIS-JARUM GEDANG Hirundapus giganteus Lembar Gambar 42


(I: Brown-backed Needletail; M: Layang-layang Besar)
107
Deskripsi: Berukuran besar (24 cm), berwarna hitam mengilap. Ekor membulat, penutup ekor bawah dan sisi
tubuh putih. Tubuh bagian atas biru tua dengan kilapan hitam, kecuali punggung dan tunggir yang coklat. Tubuh
bagian bawah coklat, kecuali tungging dan sisi tubuh yang putih. Perbedaannya dengan kepinis-jarum lainnya
adalah punggung coklat dan kekang putih (tidak ada pada ras penetap).
Iris coklat tua, paruh hitam, kaki keunguan.
Suara: Suara rapuh, mencicit: “ciik” atau “cirrwiit”.
Penyebaran global: India, Asia tenggara, Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, dan Filipina.
Penyebaran lokal dan status: Penetap kadang-kadang di Kalimantan dan Sumatera. Tidak umum di semua
ketinggian di Jawa dan Bali. Beberapa pengembara musim dingin dari ras di Benua Asia mencapai Kalimantan
dan mungkin Sumatera.
Kebiasaan: Terbang sangat cepat, lewat sambil mengeluarkan suara gaung di udara. Secara umum diakui
sebagai burung tercepat di dunia. Biasanya berburu dalam kelompok kecil, sering di atas puncak punggung
gunung, menggunakan aliran udara untuk terbang. Juga terbang rendah di atas air, membuat tiga atau empat
kepakan sayap keras ketika menukik untuk menyelam ke air, untuk mandi atau minum.

363. KEPINIS-JARUM KECIL Raphidura leucopygialis Lembar Gambar 42


(I: Silver-rumped Swift; M: Layang-layang Kecil)
Deskripsi: Berukuran kecil (11 cm), ekor membulat. Tunggir dan penutup ekor (yang mencapai ujungnya)
berwarna abu-abu keperakan, membedakannya dengan walet lain. Ciri khasnya ketika terbang adalah bentuk
pisau roti dari sayap yang lebar.
Iris coklat tua, paruh dan kaki hitam.
Suara: Nada tinggi “tirrr-tirrr”.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatera dan pulau-pulau lepas pantainya, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di Kalimantan dan Sumatera, tetapi tidak umum di Jawa sampai
ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Terbang rendah di atas hutan atau hutan terbuka, sering di dekat aliran air, menggelepar seperti
kelelawar. Biasanya hidup dalam kelompok kecil.

364. KEPINIS LAUT Apus pacificus Lembar Gambar 42


(I: Fork-tailed Swift; M: Layang-layang Ekor Cabang)
Deskripsi: Mudah dikenali, berukuran agak besar (18 cm). Ekor coklat buram, panjang, dan menggarpu dalam.
Dagu keputih-putihan, terdapat bercak putih pada tungging. Perbedaannya dengan Kepinis-jarum kecil: ukuran
lebih besar, warna lebih pucat, tenggorokan lebih gelap, sadel tunggir yang putih lebih sempit, bentuk lebih
langsing, dan ekor menggarpu.
Iris coklat gelap, paruh hitam, kaki keunguan.
Suara: Dengungan dan kicauan serta cicitan panjang bernada tinggi “skrii-i-i”.
Penyebaran global: Berbiak di Siberia dan Asia timur laut, tetapi pada musim dingin, bermigrasi ke selatan
melalui Asia tenggara dan Indonesia ke P. Irian dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Pengembara yang lewat secara teratur, keberadaan sporadis, tetapi kadang-
kadang bermigrasi dalam jumlah besar, sampai ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Biasanya ditemukan berkelompok di atas daerah terbuka, sering berbaur dengan walet dan kepinis
jenis lain. Terbang lebih tenang dibandingkan kepinis-jarum. Membuat geleparan dan putaran yang tidak
menentu sewaktu mencari makan .

365. KEPINIS RUMAH Apus affinis Lembar Gambar 42


(I: Little Swift; M: Layang-layang Rumah)
Deskripsi: Berukuran sedang (15 cm), berwarna kehitaman dengan tenggorokan dan tunggir putih. Ekor
bertakik, bukan menggarpu. Perbedaannya dengan Kepinis laut yang lebih besar: warna lebih gelap,
kerongkongan dan tunggir lebih putih, ekor terpotong agak lurus.
Iris coklat tua, paruh hitam, kaki coklat.
Suara: Getaran berulang cepat, keras, nyaring, dan teriakan bercicit-cicit dikeluarkan sewaktu terbang, terutama
sebelum berkumpul pada sore hari.
Penyebaran global: Afrika, Timur Tengah, India, Asia tenggara, Filipina, Sulawesi, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Penetap yang umum di Sumatera (termasuk Riau, Kep. Lingga, dan Belitung).
Umum secara lokal di Kalimantan, Jawa, dan Bali, yaitu di kota-kota pesisir, kadang-kadang sampai ketinggian
1.500 m.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok besar, berburu dengan cara terbang yang mantap di atas daerah terbuka.
Bersarang di bawah atap rumah, di tebing-tebing, atau pada mulut gua.

108
366. WALET-PALEM ASIA Cypsiurus balasiensis Lembar Gambar 42
(I: Asian Palm-swift; M: Layang-layang Asia)
Deskripsi: Berukuran kecil (11 cm), tubuh ramping, berwarna coklat tua seluruhnya. Perbedaannya dengan
walet lain: sayap lebih sempit dan panjang, ekor menggarpu sangat dalam.
Iris coklat tua, paruh hitam, kaki keunguan.
Suara: Kicauan bernada tinggi: “ci-ci-ce-riit” yang dikeluarkan secara teratur.
Penyebaran global: India, Cina, Asia tenggara, Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, dan Filipina.
Penyebaran lokal dan status: Terdapat secara lokal di Kalimantan. Cukup umum terdapat di Sumatera, Jawa,
dan Bali, sampai ketinggian 1.500 m di habitat yang sesuai.
Kebiasaan: Penyebaran ditentukan oleh keberadaan palem dengan daun berbentuk kipas seperti palem kipas
Livistona, lontar Borassus, pinang Areca atau gebang Corypha, yang digunakan sebagai tempat bersarang dan
beristirahat. Sarang direkatkan di bawah daun palem.

TEPEKONG - SUKU HEMIPROCNIDAE

Suku kecil dan penyebarannya terbatas di Asia tenggara. Sangat mirip burung layang-layang sejati. Perbedaannya:
biasa bertengger di pohon-pohon, sayap dan ekor lebih memanjang. Melakukan putaran terbang untuk mencari
serangga dari tenggeran tinggi di pohon. Sering terlihat dalam kelompok yang saling memanggil dengan suara
melengking. Sarang kecil, menempel pada batang-batang pohon tempat menempelkan sebutir telur putih.
Hanya ada dua jenis di Sunda Besar.

367. TEPEKONG JAMBUL Hemiprocne longipennis Lembar Gambar 42


(I: Grey-rumped Treeswift; M: Layang-layang Jambul Kelabu)
Deskripsi: Berukuran agak besar (20 cm), burung layang-layang petengger. Ekor dan sayap sangat panjang, terdapat
bercak abu pada bulu tersier. Pipi coklat berangan (jantan) atau hijau (betina). Ciri lainnya sama. Terdapat jambul
pendek pada mahkota depan. Mahkota, tengkuk, punggung, dan penutup sayap abu kehijauan mengilap. Tunggir
abu-abu, sayap dan ekor hitam. Tenggorokan, dada, dan sisi tubuh abu-abu; perut dan penutup ekor bawah putih.
Remaja: coklat, bersisik dan berbintik putih.
Iris coklat gelap, paruh dan kaki hitam.
Suara: Keras, parau, teriakan bernada tinggi: "cer tii tuu, cer tii tuu, cer tii tuu", dan variasinya.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali, dan Sulawesi.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di Kalimantan dan Sumatera. Jarang terdapat dalam jumlah besar,
tetapi tersebar luas di Jawa dan Bali sampai ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Lebih menyukai pinggir hutan atau hutan terbuka dengan pohon yang menjulang tinggi, menggunakan
batang pohon tersebut untuk menukik mengejar serangga. Terbang melingkarnya lebih mirip kirik-kirik atau kekep
daripada kepinis lain.

368. TEPEKONG RANGKANG Hemiprocne comata Lembar Gambar 42


(I: Whiskered Treeswift; M: Layang-layang Jambul Kecil)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), kepinis petengger. Sayap dan ekor menggarpu dan sangat panjang, jambang
putih mencolok, ada bercak putih pada bulu tersier. Bulu kepala, sayap, dan ekor hitam kebiruan; punggung, tunggir,
dan dada coklat kekuningan dan mengilap kehijauan. Pipi coklat berangan (jantan). Remaja: coklat berbintik putih.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Keras, bening, teriakan bernada tinggi: "ciir-ter, ciir-ter".
Penyebaran global: India sampai Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, pulau-pulau di lepas pantai
Sumatera barat, Kalimantan, dan Filipina.
Penyebaran lokal dan status: Umum di Sumatera dan Kalimantan, sampai ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Biasanya hidup dalam kelompok kecil, bertengger pada dahan yang mencolok di pohon tinggi sehingga
dapat melakukan tukikan sewaktu mengejar serangga.

LUNTUR – SUKU TROGONIDAE

Suku burung bertubuh sedang yang berbulu mencolok. Paruh, kaki, dan sayap pendek. Ekor lebar-panjang, bulu-
bulu lunak dan halus. Terdapat di seluruh kawasan tropis. Dua jari kaki mengarah ke belakang. Telur-telur yang
kuning tua diletakkan di sarang dalam lubang pohon. Pemakan serangga, memburu mangsa kadang-kadang dari
cabang yang rendah di hutan lebat. Mempunyai suara serak yang khas.
Ada delapan jenis di Sunda Besar.
109
369. LUNTUR GUNTUNG Harpactes reinwardtii Lembar Gambar 43
(I: Blue-tailed Trogon)
Deskripsi: Berukuran besar (34 cm), berwarna hijau dan kuning. Dewasa: tubuh bagian atas hijau mengilap
kebiruan, kulit sekitar mata biru. Ekor biru mengilap kehijauan, dengan tiga bulu samping bertepi putih dan
ujung lebar putih. Bulu primer hitam bertepi putih, penutup sayap hijau bergaris-garis halus kuning (jantan) atau
coklat (betina). Tubuh bagian bawah kuning, dengan pita hijau kelabu pada dada atas. Ras di Sumatera: ukuran
lebih kecil, tunggir merah tua (jantan), bercak kuning pada tenggorokan lebih kecil. Burung muda: umumnya
kecoklatan dengan punggung sedikit biru kehijauan.
Iris coklat, paruh merah oranye (dewasa) dan coklat (burung muda), kaki oranye.
Suara: Parau menusuk: “ciirr, ciirr” atau “turr” yang keras, sambil menggerak-gerakkan ekor naik turun, ekor
lalu dikembangkan dan dilipat.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera (sepanjang Bukit Barisan) dan Jawa barat (sebelah timur G.
Papandayan).
Penyebaran lokal dan status: Walau agak jarang, menghuni hutan pegunungan antara ketinggian 1.000-2.500
m.
Kebiasaan: Hinggap tegak pada ranting datar di tempat teduh sambil menunggu serangga atau bersuara keras.
Terbang dari tenggeran yang satu ke tenggeran lainnya dengan kepakan sayap yang gaduh.

370. LUNTUR KASUMBA Harpactes kasumba Lembar Gambar 43


(I: Red-naped Trogon; M: Burung Kasumba Batang)
Deskripsi: Berukuran besar (33 cm), berkepala hitam. Jantan: terdapat kalung merah khas yang lebar dan bentuk
bulan sabit putih pada dada. Betina: berbeda dengan betina jenis lain karena tenggorokan dan dada kelabu
kecoklatan, perut coklat muda.
Iris coklat, kulit sekitar mata biru, paruh kebiruan, kaki merah jingga.
Suara: Jantan: suara murung pendek berturut-turut “kur, kur, kur, kur” keras dan makin lemah di ujungnya.
Betina: seperti dengusan lemah (M&W).
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Agak jarang di hutan primer dan hutan bekas tebangan dataran rendah di
beberapa tempat sampai ketinggian 600 m.
Kebiasaan: Berburu mangsa dari tempat tenggeran yang rendah di hutan.

371. LUNTUR DIARD Harpactes diardii Lembar Gambar 43


(I: Diard’s Trogon; M: Burung Kasumba Bukit)
Deskripsi: Berukuran besar (30 cm), berkepala hitam. Jantan: terdapat bentuk sabit merah muda sempit dan
kalung merah muda pada dada. Petak sawo matang pada mahkota terlihat kurang jelas di lapangan. Betina: dada
coklat dan perut jingga, berbeda dengan betina Luntur. Tungging -Merah Tua pada tunggir yang coklat (bukan
merah muda).
Iris coklat, kulit sekitar mata biru kehijauan, paruh biru, kaki kelabu.
Suara: Suatu seri sepuluh sampai dua belas kali “kau” dengan nada kedua lebih tinggi, kemudian makin
menurun.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Agak jarang di hutan dataran rendah dan hutan bekas tebangan di bawah
ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: Perilaku khas seperti luntur lain.

372. LUNTUR WHITEHEAD Harpactes whiteheadi Lembar Gambar 43


(I: Whitehead’s Trogon)
Deskripsi: Berukuran besar (33 cm), berwarna kemerahan atau coklat muda, tenggorokan hitam. Jantan mirip
Luntur kasumba tetapi dadanya kelabu muda. Dahi, mahkota, tengkuk, dan penutup telinga merah tua. Betina:
coklat muda dengan dada kelabu seperti pada jantan, berbeda dengan Luntur harimau betina pada perut dan
mahkota yang coklat muda.
Iris coklat, kulit sekeliling mata biru, paruh kebiruan dengan ujung hitam, kaki kelabu muda.
Suara: Geraman “rrrr”.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan bagian utara. Baru-baru ini juga ditemukan di Taman Nasional
Kayan Mentarang, Kalimantan timur.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di pegunungan di atas ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: Memilih tempat yang lembab di hutan tua, bertengger pada ranting yang agak tinggi sambil
mengincar serangga mangsanya.
110
373. LUNTUR TUNGGIR-COKLAT Harpactes orrhophaeus Lembar Gambar 43
(I: Cinnamon-rumped Trogon)
Deskripsi: Berukuran sedang (25 cm), berwarna merah dan hitam. Jantan: kepala hitam, dada merah tua,
punggung coklat muda, tanpa kalung atau sabit pada dada. Perbedaannya dengan jantan Luntur putri adalah
tunggir coklat muda. Betina berbeda dengan jenis betina lainnya karena sekitar matanya merah karat dan tanpa
warna merah muda pada perut.
Iris coklat, sekitar mata biru, paruh biru, kaki kelabu.
Suara: Serak eksplosif: “purr” atau tiga-empat nada “taup” yang menurun.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni yang langka di pegunungan, tidak terdapat di banyak wilayah
Kalimantan. Tercatat pada ketinggian antara 1.000-1.500 m. Kadang-kadang terlihat di dataran rendah, misalnya
di Lembah Danum.
Kebiasaan: Seperti luntur lain. Lebih menyukai hutan primer tinggi di pegunungan.

374. LUNTUR PUTRI Harpactes duvaucelii Lembar Gambar 43


(I: Scarlet-rumped Trogon; M: Burung Kasumba Puteri)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (23 cm), berwarna merah dan hitam. Jantan: kepala hitam, perut merah tua,
punggung coklat muda, tungging merah tua khas, tidak ada kalung atau sabit pada dada. Betina: dada coklat,
perut jingga. Perbedaannya dengan betina Luntur Diard yang lebih besar maupun Luntur tungging -coklat
adalah tunggir kemerahmudaan.
Iris coklat, kulit sekitar mata biru, paruh biru, kaki kebiruan.
Suara: Nyanyian jantan: terdiri dari dua belas nada yang tenang dan menurun “yau, yau, yau..... “, dengan ritme
makin cepat dan diulang berkali-kali. Betina: seperti dengusan yang kalem (M&W).
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di hutan primer dataran rendah di bawah ketinggian 600 meter.
Kebiasaan: Seperti jenis luntur lain.

375. LUNTUR HARIMAU Harpactes oreskios Lembar Gambar 43


(I: Orange-breasted Trogon; M: Burung Kasumba Harimau)
Deskripsi: Bertubuh sedang (25 cm), berwarna coklat dan jingga. Kepala, leher, dan dada kelabu kehijauan
(betina: lebih banyak kelabu, burung muda: kecoklatan). Punggung dan ekor coklat kemerahan. Bulu
primer hitam, penutup sayap berpalang hitam. Dada bawah dan perut kekuningan sampai jingga. Bagian tepi
dan bawah bulu ekor yang bertingkat berwarna putih.
Iris berwarna zaitun, paruh hitam kebiruan, kaki kelabu.
Suara: Nyanyian jantan terdiri dari lima nada berirama “kek tau-tau-tau-tau” (M&W) dan suara keras “kek-
kek” yang berulang-ulang.
Penyebaran global: Cina selatan, Asia tenggara, Kalimantan, Sumatera, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan dan Sumatera, tidak jarang di hutan dengan ketinggian antara
300-1.500 m. Di Jawa agak jarang di hutan dataran rendah sampai ketinggian 1.200 m, di beberapa tempat
sampai di atas ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Penyendiri tetapi gaduh dan mencolok di hutan. Berburu mangsa dari tempat tenggernya, tidak
takut oleh manusia.

376. LUNTUR KEPALA-MERAH Harpactes erythrocephalus Lembar Gambar 43


(I: Red-headed Trogon; M: Kasumba Gunung)
Deskripsi: Berukuran besar (30 cm), berkepala merah (ciri khusus jantan). Tidak mempunyai kalung, tetapi ada
bentuk sabit putih yang sempit pada dada yang merah. Betina berbeda dengan betina jenis lain karena perut
merah dan bentuk sabit putih pada dada. Jantan berbeda dengan jantan jenis lain karena kepala coklat muda.
Iris coklat, kulit sekitar mata biru, paruh kebiruan, kaki kemerahmudaan.
Suara: Merdu dan berulang: “tiaup”, dan nada yang bergetar: “tewirrr”.
Penyebaran global: Himalaya sampai Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Agak langka di hutan Sumatera di atas ketinggian 700 m.
Kebiasaan: Berburu mangsa dari ranting rendah di hutan.

111
RAJA-UDANG - SUKU ALCEDINIDAE

Kelompok burung berwarna terang (banyak jenis berbulu biru metalik). Kaki dan ekor pendek, kepala besar,
paruh panjang kuat. Pemakan serangga atau vertebrata kecil, beberapa jenis memangsa ikan. Bersarang dalam
lubang di tanah, batang pohon, tebing sungai, atau sarang rayap. Telur keputih-putihan, berbentuk bola.
Tersebar luas di seluruh dunia. Beberapa jenis mengeluarkan suara keras kasar. Tiga jari depan sebagian
bergabung pada pangkal.
Ada 15 jenis di Sunda Besar.

377. RAJA-UDANG ERASIA Alcedo atthis Lembar Gambar 44


(I: Common Kingfisher; M: Pekaka Citcit Kecil)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna biru menyala dan merah bata. Tubuh bagian atas bersinar biru
kehijauan pucat, tubuh bagian bawah jingga merah bata dengan dagu putih. Terdapat bintik putih pada sisi leher
serta setrip jingga yang melewati mata dan meliputi penutup telinga yang mencolok. Ciri tersebut
membedakannya dengan Raja-udang meninting yang berwarna lebih gelap.
Iris coklat, paruh hitam, kaki merah.
Suara: Cicitan bernada tinggi: “piip-piip” sewaktu terbang dan suara klik lembut ketika bertengger.
Penyebaran global: Tersebar luas di Erasia, Asia tenggara, Indonesia, dan P. Irian.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung yang umum sampai ketinggian 1.500 m di Sumatera. Di
Kalimantan, Jawa, dan Bali terdapat hanya sebagai pengunjung musim dingin yang jarang.
Kebiasaan: Sering mengunjungi habitat air tawar dan hutan mangrove di desa-desa terbuka. Bertengger pada
batu atau cabang yang menggantung, menyambar ke air untuk menangkap ikan.

378. RAJA-UDANG MENINTING Alcedo meninting Lembar Gambar 42


(I: Blue-eared Kingfisher; M: Pekaka Bintik-Bintik)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), punggung biru terang/metalik. Punggung lebih gelap daripada Raja-udang
Erasia. Tubuh bagian bawah merah-jingga terang, penutup telinga biru mencolok. Iris coklat, paruh kehitaman,
kaki merah.
Suara: Nada tinggi: “criit-tit” biasa dikeluarkan sewaktu terbang dan cicitan cepat sewaktu bertengger.
Penyebaran global: India sampai Cina dan Asia tenggara, Filipina, Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, Jawa,
Bali, dan Lombok.
Penyebaran lokal dan status: Sering terlihat di dekat aliran air tawar, seperti sungai dan danau, kadang-kadang
juga terlihat di atas air payau sampai ketinggian 1.000 m. Dibandingkan dengan Raja-udang Erasia, lebih
menyukai daerah dengan pepohonan.
Kebiasaan: Terbang sangat cepat dari satu tenggeran ke tenggeran lain, membuat gerakan kepala turun-naik
yang aneh ketika mencari makan. Menyelam secepat kilat untuk menangkap mangsa. Mangsa kemudian dibawa
ke tenggeran, dibunuh, baru dimakan.

379. RAJA-UDANG KALUNG-BIRU Alcedo euryzona Lembar Gambar 44


(I: Blue-banded Kingfisher)
Deskripsi: Berukuran sedang (18 cm), berwarna biru tua dan putih. Mahkota, sisi kepala, dan sayap hitam
kebiruan gelap; garis dada, punggung, dan ekor biru muda. Kekang, tutup telinga, tenggorokan, dan perut
keputih-putihan, tersapu merah karat. Betina: perut jingga- merah karat, tenggorokan krem. Ras Kalimantan dan
Sumatera: ada garis dada, ras Jawa: tidak ada.
Iris coklat, paruh hitam (bawah kemerahan pada betina), kaki merah terang.
Suara: Cicitan seperti Raja-udang Erasia.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Penetap di daratan Sumatera (tidak umum), Kalimantan (tidak umum), dan Jawa
(jarang). Hidup di dekat sungai kecil, di dataran rendah yang berhutan atau perbukitan sampai ketinggian 1.500
m (kemungkinan lebih menyukai daerah perbukitan).
Kebiasaan: Burung hutan yang pemalu, biasa terlihat di dekat aliran air. Berburu dari tenggeran yang rendah.
Kebiasaan mirip Raja-udang meninting.

380. RAJA-UDANG BIRU Alcedo coerulescens Lembar Gambar 44


(I: Small Blue Kingfisher)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (18 cm), berwarna biru dan putih. Tubuh bagian atas dan garis dada biru
kehijauan mengilap; mahkota dan penutup sayap bergaris hitam kebiruan; kekang, tenggorokan, dan perut putih.
Iris coklat, paruh hitam, kaki merah.
Suara: Nada cukup tinggi, cicitan dua nada “tiiw-tiiw” yang dikeluarkan sewaktu terbang.
113
Penyebaran global: Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumbawa.
Penyebaran lokal dan status: Penetap yang umum di Sumatera selatan (mungkin pendatang baru dari Jawa),
Jawa, dan Bali. Umum terdapat di rawa pesisir, hutan mangrove, dan muara sungai.
Kebiasaan: Bertengger pada pohon di pinggir aliran air kecil, tambak, dan hutan mangrove.

381. UDANG-MERAH API Ceyx erithacus Lembar Gambar 44


(I: Black-backed Kingfisher; M: Binti-binti/Pekaka Rimba)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (14 cm), berwarna merah dan kuning. Ciri khasnya: tubuh bagian bawah
kuning terang, punggung dan penutup sayap hitam kebiruan mencolok. Kekang dan penutup telinga biru.
Iris coklat, paruh dan kaki merah.
Suara: Siulan nada tinggi sewaktu terbang: "tsiit-tsiit".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Filipina, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Tidak umum di hutan dataran rendah sampai ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Biasanya terbatas di hutan, tetapi tidak selalu dekat sungai atau rawa. Terbang dengan kecepatan
tinggi dari satu tenggeran rendah ke tenggeran lainnya, lalu berburu serangga atau mangsa lain dari
tenggerannya. Sambil terbang, memangsa laba-laba dari jaringnya.

382. UDANG PUNGGUNG-MERAH Ceyx rufidorsa Lembar Gambar 44


(I: Rufous-backed Kingfisher; M: Binti-binti/Pekaka Api)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (14 cm), berwarna kemerahan. Tubuh bagian bawah kuning, Tubuh bagian
atas merah karat tua, dengan pantulan ungu dan setrip ungu pada punggung sampai ke bawah mencapai penutup
ekor atas. Perbedaannya dengan Udang punggung-hitam adalah warna merah karat dibandingkan mantel hitam,
tidak ada bintik biru pada dahi dan di belakang mata.
Iris coklat, paruh dan kaki merah.
Suara: Siulan mencicit bernada tinggi yang dikeluarkan sewaktu terbang.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, pulau-pulau lepas pantai Sumatera barat, Kalimantan,
Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Tidak umum di hutan primer dan hutan sekunder dataran rendah serta hutan
mangrove.
Kebiasaan: Pemalu. Tinggal di lantai bawah hutan lebat, di dekat sungai kecil. Terbang sangat cepat sambil
bersuara.
Catatan: Peralihan antara jenis ini dan Udang punggung-hitam biasa terjadi, karenanya, beberapa pakar
mengikuti Simms (1959), menempatkan kedua jenis ini ke dalam satu jenis yang banyak bentuk yaitu Udang-
merah api Ceyx erithacus.

383. PEKAKA EMAS Pelargopsis capensis Lembar Gambar 44


(I: Stork-billed Kingfisher; M: Pekaka Paruh Besar)
Deskripsi: Berukuran sangat besar (35 cm). Ciri khasnya adalah punggung biru dengan paruh merah mencolok.
Mahkota, sisi muka, dan tengkuk coklat abu-abu. Tubuh bagian bawah jingga kemerahmudaan.
Iris coklat, paruh dan kaki merah.
Suara: Suara kontak di antara anggota pasangan. Suara tanda bahaya ketika terganggu: sangat keras, tajam,
teriakan tertawa: “wiak-wiak”. Juga suara tertawa "kak, kak, kak, kak, kak, ...", dimulai sangat keras, kemudian
melembut (D.A.H).
Penyebaran global: India, Asia tenggara, Filipina, Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan sebagian Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Umum terlihat di sungai-sungai besar di Kalimantan, tetapi kurang umum di
Sumatera. Keberadaannya tidak tetap di daerah pantai dan sungai besar dataran rendah di Jawa. Mulai jarang di
Jawa timur. Dulu pernah ada di Bali, tetapi sekarang tidak ada catatan baru.
Kebiasaan: Hidup berpasangan tetapi berburu sendirian. Mengunjungi sungai besar, hutan mangrove, dan
pantai. Duduk pada batang mati, memantau perairan dan melakukan penyelaman menakjubkan untuk
menangkap ikan. Ketika terganggu, akan terbang sambil mengeluarkan suara tanda bahaya yang ribut.

384. CEKAKAK BATU Lacedo pulchella Lembar Gambar 44


(I: Banded Kingfisher; M: Pekaka Riang Rimba)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm), tubuh bergaris-garis mencolok. Jantan: mahkota dan tubuh bagian atas
biru dengan garis-garis hitam putih. Tubuh bagian bawah keputih-putihan, sisi dada kemerahan. Ras pulchella:
dahi merah karat, ras Kalimantan dan ras Bangka: setrip kumis dan pipi hitam. Betina: tubuh bagian atas merah
karat bergaris hitam, tubuh bagian bawah putih, terdapat garis hitam pada dada dan sisi tubuh.
Iris abu keunguan, paruh merah, kaki hijau pucat.
Suara: Satu atau dua nada keras yang panjang: "wiiioo", diikuti satu seri mantap dari siulan "wiwo" yang
114
sedikit demi sedikit menghilang (D.A.H).
Penyebaran global: Asia tenggara, Kalimantan, pulau-pulau di sebelah timur Sumatera, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Umum secara lokal sampai ketinggian 1.000 m di Sumatera. Tidak umum di
hulu sungai sampai ketinggian 1.300 m di Kalimantan. Agak jarang di Jawa, di Bali tidak ada.
Kebiasaan: Cukup aktif. Hidup di hutan dan hutan perbukitan, bahkan di hutan submontan. Lebih sering
terdengar daripada terlihat. Berburu dari tenggeran tinggi dan rendah.

385. CEKAKAK MERAH Halcyon coromanda Lembar Gambar 45


(I: Ruddy Kingfisher)
Deskripsi: Berukuran sedang (25 cm), berwarna merah karat dan lembayung. Tubuh bagian atas merah karat-
lembayung terang, kecuali tungging biru pucat (terlihat kontras). Tubuh bagian bawah merah karat.
Iris coklat, paruh dan kaki jingga-merah.
Suara: Cepat, merdu, nada bersuku dua atau tiga, melambat, sering terdengar segera setelah petang atau
sebelum fajar.
Penyebaran global: Tersebar luas dari India sampai Jepang, Cina, Asia tenggara, Filipina, Sulawesi,
Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Ras penetap di Sunda Besar dan Nusa Tenggara merupakan burung pantai yang
tidak umum. Di Kalimantan timur laut lebih umum dibandingkan dengan daerah lain di pulau tersebut. Catatan
terbaru dari Jawa adalah dari Jawa barat. Tidak ada di Bali. Ras pengunjung musim dingin mengunjungi pesisir
timur Sumatera, kadang-kadang juga sampai ke Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Menghuni hutan pantai, hutan rawa, dan hutan mangrove. Menangkap kebanyakan makanannya di
laut, sehingga jarang ditemukan jauh dari laut

386. CEKAKAK BELUKAR Halcyon smyrnensis Lembar Gambar 45


(I: White-throated Kingfisher; M: Pekaka Belukar)
Deskripsi: Berukuran agak besar (27 cm), berwarna biru dan coklat. Dagu, tenggorokan, dan dada putih;
kepala, leher, dan sisa tubuh bagian bawah coklat. Mantel, sayap, dan ekor biru terang berkilau; penutup sayap
atas dan ujung sayap coklat tua.
Iris coklat tua, paruh dan kaki merah.
Suara: Teriakan keras yang mirip Cekakak Jawa, terkekek-kekek “kii-kii-kii-kii”, dikeluarkan sewaktu terbang
atau dari tenggeran, serta suara parau “cewer- cewer-cewer”.
Penyebaran global: Timur Tengah, India, Cina, Asia tenggara, Filipina, Kep. Andaman, Semenanjung
Malaysia, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera mengunjungi lahan terbuka di dekat air, sampai ketinggian 900 m.
Di Jawa barat hanya tercatat beberapa kali, termasuk catatan sebuah sarang. Di Sumatera, menggantikan
Cekakak sungai sebagai raja-udang yang umum di lahan pertanian.
Kebiasaan: Lincah. Pemburu yang ribut di lahan terbuka, sungai, kolam, dan pantai.

387. CEKAKAK JAWA Halcyon cyanoventris Lembar Gambar 45


(I: Javan Kingfisher)
Deskripsi: Berukuran sedang (25 cm), berwarna sangat gelap. Dewasa: kepala coklat tua, tenggorokan dan
kerah coklat. Perut dan punggungnya biru ungu, penutup sayap hitam, bulu terbang biru terang. Bercak putih
pada sayap terlihat sewaktu terbang. Remaja: tenggorokan keputih-putihan.
Iris coklat tua, paruh dan kaki merah.
Suara: Jernih berdering: “cii-rii-rii-rii” atau “crii- crii-crii”, dan suara lain yang mirip Cekakak belukar.
Penyebaran global: Endemik di Jawa dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Tersebar luas dan tidak jarang di lahan terbuka di dekat air bersih, sampai
ketinggian 1.000 m di Jawa dan Bali. Telah hilang dari beberapa tempat yang dulu sering dikunjungi.
Kebiasaan: Bertengger pada cabang rendah pohon yang terisolasi atau pada tiang di lahan rumput terbuka.
Memburu serangga dan mangsa lain. Jarang sekali berburu di atas air. Lebih pendiam dibandingkan Cekakak
sungai, tetapi suaranya sering terdengar.
388. CEKAKAK CINA Halcyon pileata Lembar Gambar 45
(I: Black-capped Kingfisher; M: Pekaka Kopiah Hitam)
Deskripsi: Berukuran besar (30 cm). Berwarna biru, putih, dan hitam. Kepala hitam adalah ciri khasnya.
Penutup sayap hitam, sisa tubuh bagian atas biru metalik terang. Sisi tubuh dan tungging tersapu merah karat.
Bercak putih pada sayap terlihat jelas sewaktu terbang.
Iris coklat tua, paruh dan kaki merah.
Suara: Lengkingan keras ketika memberi tanda bahaya.
Penyebaran global: Berbiak di Cina dan Korea, bermigrasi ke selatan pada musim dingin.
115
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung yang umum di Kalimantan bagian utara, tetapi jarang di Kalimantan
selatan. Tidak umum di Sumatera dan Jawa, pengunjung yang sangat jarang di pesisir sampai ketinggian 500
m. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Lebih menyukai hutan mangrove, muara, dan tepi sungai besar. Bertengger pada cabang pohon
yang menjulur ke sungai. Kadang-kadang berburu di atas padang rumput berawa.

389. CEKAKAK SUNGAI Todirhamphus chloris Lembar Gambar 45


(I: Collared Kingfisher; M: Pekaka Sungai)
Deskripsi: Berukuran sedang (24 cm), berwarna biru dan putih. Mahkota, sayap, punggung, dan ekor biru
kehijauan berkilau terang, ada setrip hitam melewati mata. Kekang putih, kerah dan tubuh bagian bawah putih
bersih (membedakannya dengan Cekakak suci yang putih kotor).
Iris coklat, paruh atas abu tua, paruh bawah berwarna lebih pucat, kaki abu-abu.
Suara: Teriakan parau “ciuw ciuw ciuw ciuw ciuw” atau nada ganda “ges-ngek, ges-ngek, ges-ngek”. Pada
masa biak, terdapat berbagai variasi suara.
Penyebaran global: Asia selatan dan Asia tenggara, Indonesia, sampai P. Irian dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Raja-udang paling umum di Sumatera, Jawa, dan Bali, sampai ketinggian 1.200
m. Umum di pesisir di Kalimantan, tetapi jarang masuk ke daratan.
Kebiasaan: Sering ditemukan di daerah terbuka, terutama di daerah pantai. Bertengger pada batu atau pohon.
Berburu di sepanjang pantai atau di daerah terbuka dekat perairan, termasuk kebun, kota, dan perkebunan.
Mangsa besar dibanting-bantingkan dulu pada tenggeran sebelum dimakan. Sangat ribut, suaranya yang keras
dapat didengar sepanjang hari.

390. CEKAKAK SUCI Todirhamphus sanctus Lembar Gambar 45


(I: Sacred Kingfisher)
Deskripsi: Berukuran sedang (22 cm), berwarna biru putih. Mirip Cekakak sungai (terlihat seperti versi
kotornya). Perbedaannya: ukuran tubuh sedikit kecil, bagian yang berwarna biru lebih kehijauan, dada tersapu
kuning atau merah karat (bukan putih bersih).
Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu terang.
Suara: Mirip Cekakak sungai tetapi jarang terdengar. Suara nyaring khas, terdiri dari empat nada: “kii-kii-kii-
kii, kii-kii-kii-kii”.
Penyebaran global: Penetap di Australia, tetapi pengunjung tetap ke P. Irian dan Indonesia pada musim dingin
di selatan.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung yang agak jarang ke Kalimantan dan Sumatera, lebih umum di
bagian selatan. Di Jawa dan Bali paling umum terlihat dekat laut, lebih umum di bagian timur.
Kebiasaan: Duduk pada tiang, pohon di hutan mangrove, atau bahkan turun ke pasir atau lumpur. Berburu di
sepanjang pantai, menyambar serangga, kepiting, dan udang-udangan di tanah. Lebih jinak, tetapi tidak
semenonjol Cekakak sungai.
391. CEKAKAK-HUTAN MELAYU Actenoides concretus Lembar Gambar 45
(I: Rufous-collared Kingfisher; M: Pekaka Rimba Besar)
Deskripsi: Berukuran sedang (23 cm), berwarna biru dan merah karat dengan mahkota kehijauan khas. Jantan:
kerah leher dan tubuh bagian bawah jingga merah karat, setrip mata hitam, setrip kumis dan tubuh bagian atas
biru gelap. Betina: mantel dan sayap hijau tua berbintik kuning tua.
Iris coklat, paruh kuning dengan culmen gelap, kaki kuning pucat.
Suara: Keras, siulan meninggi: “kwii-kwii...”, sekitar satu nada per detik. Atau suara tunggal sekitar satu nada
per menit.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Tidak umum di hutan dataran rendah dan perbukitan sampai ketinggian 1.500
m di Sumatera (termasuk Mentawai, Bangka, dan Belitung) dan Kalimantan.
Kebiasaan: Tinggal di hutan, biasanya jauh dari perairan. Berburu dari tenggeran rendah, mengambil
kebanyakan makanan di atas tanah. Agak pemalu dan tidak menonjol.

KIRIK-KIRIK - SUKU MEROPIDAE

Suku yang anggotanya sedikit dan ditemukan di seluruh Dunia Lama. Berwarna-warni dengan warna utama
hijau. Kaki pendek, bentuk badan anggun dengan paruh ramping panjang dan sedikit melengkung. Sayap
panjang-tajam, pada kebanyakan jenis terdapat bulu ekor tengah berbentuk pita. Kebanyakan jenis berkelompok
dan lebih menyukai daerah terbuka. Kelompok duduk pada cabang terbuka, terbang menyapu serangga yang
kemudian dibawanya kembali ke tenggeran. Mangsa dibanting-bantingkan ke benda keras untuk dipecahkan dan
116
dilunakkan sebelum dimakan. Tiga jari depan sebagian bersatu. Bersarang di lubang di tanah untuk meletakkan
telurnya.
Ada lima jenis di Sunda Besar, satu di antaranya merupakan pengunjung pada musim dingin di utara.

392. KIRIK-KIRIK SENJA Merops leschenaulti Lembar Gambar 46


(I: Chestnut-headed Bee-eater; M: Berek-berek Senja)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (20 cm), berwarna coklat dan hijau tanpa perpanjangan pita pada ekor.
Mahkota, tengkuk, dan mantel coklat berangan terang; sayap dan ekor hijau. Tungging biru terang,
kerongkongan kuning dibatasi oleh warna coklat berangan. Pada dada atas terdapat garis hitam sempit. Perut
hijau pucat, setrip mata hitam. Sayap bawah jingga, baru terlihat saat terbang. Ras Jawa dan Bali: ekor biru dan
garis dada tipis.
Iris coklat kemerahan, paruh hitam, kaki coklat tua.
Suara: Getaran berdering sewaktu terbang: “kri-kri- wit-wit-wit’, dan variasinya.
Penyebaran global: Asia selatan dan Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, Jawa, dan Bali tersebar merata dan umum di beberapa tempat (baik
di tempat terbuka maupun dengan pepohonan) sampai ketinggian 1.200 m. Di Kalimantan tidak ada.
Kebiasaan: Khas sukunya. Kelompok terlihat berkeliling dari satu tempat ke tempat lain.

393. KIRIK-KIRIK LAUT Merops philippinus Lembar Gambar 46


(I: Blue-tailed Bee-eater; M: Berek-berek Carik Dada)
Deskripsi: Berukuran agak besar (30 cm, termasuk perpanjangan pita pada ekor), anggun. Setrip hitam melalui
mata dibatasi oleh garis biru di bawah dan di atasnya. Kepala dan mantel hijau; tunggir dan ekor biru. Dagu
kuning, tenggorokan coklat berangan, dada dan perut hijau pucat. Sayap bawah jingga, terlihat sewaktu terbang.
Suara: Getaran mengharukan: “kwink-kwink, kwink-kwink, kwink-kwink-kwink” yang dikeluarkan sewaktu
terbang.
Penyebaran global: Berbiak di Asia selatan, Filipina, Sulawesi, dan P. Irian. Mengunjungi Sunda Besar dan
Nusa Tenggara pada musim dingin.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di habitat terbuka sampai ketinggian 1.200 m di Sumatera,
Jawa, dan Bali. Umum di Kalimantan selatan, tetapi lebih jarang di Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Berkelompok di daerah terbuka untuk berburu. Berdiam pada cabang pohon terbuka dan kabel
telepon. Terbang santai, melingkar, melayang seperti burung layang-layang, mengejar serangga. Paruh
mengatup sampai berbunyi ketika menangkap mangsa. Dibandingkan dengan kirik-kirik lain, lebih sering
mencari makan sambil terbang. Kelompok yang saling memanggil kadang-kadang lewat tinggi di atas kepala.

394. KIRIK-KIRIK BIRU Merops viridis Lembar Gambar 46


(I: Blue-throated Bee-eater; M: Berek-berek Tadah Hujan)
Deskripsi: Berukuran sedang (28 cm, termasuk perpanjangan pita pada ekor tengah). Dewasa: mahkota dan
mantel coklat, setrip mata hitam, sayap hijau kebiruan, tunggir dan ekor berpita biru pucat. Tubuh bagian bawah
hijau pucat dengan tenggorokan biru mencolok. Remaja: tidak ada perpanjangan bulu ekor, kepala dan mantel
hijau.
Iris merah atau biru, paruh hitam, kaki abu-abu atau coklat.
Suara: Nada getaran cepat: “kerik-kerik-kerik”sewaktu terbang.
Penyebaran global: Cina selatan, Asia tenggara, Filipina, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Kep.
Natuna utara, Karimata, dan Jawa barat. Tidak diketahui di Bali.
Penyebaran lokal dan status: Penetap umum di beberapa tempat di Sumatera dan Kalimantan. Tidak umum di
Jawa. Diperkirakan terjadi migrasi sebatas wilayah ini.
Kebiasaan: Menyukai lapangan terbuka dan pepohonan di daerah yang rendah, biasanya di dekat laut.
Berkelompok pada tempat berbiak di daerah berpasir. Dibandingkan dengan Kirik-kirik laut, kurang melayang
dan jarang terbang. Lebih menyukai berburu serangga terbang dengan cara menunggu di tenggeran. Kadang-
kadang menyambar serangga dari permukaan air atau tanah.

395. KIRIK-KIRIK AUSTRALIA Merops ornatus Lembar Gambar 46


(I: Rainbow Bee-eater)
Ukuran: Berukuran sedang (25 cm, termasuk perpanjangan pita pada ekor tengah). Berwarna kehijauan, garis
hitam melalui mata dibatasi oleh garis biru di atas dan di bawahnya. Mirip Kirik-kirik laut. Perbedaannya: ada
garis hitam pada tenggorokan, ekor hitam, sayap bawah yang jingga terlihat mencolok sewaktu terbang. Remaja:
tidak ada warna hitam pada tenggorokan dan tanpa pita ekor.
Iris merah, paruh hitam, kaki abu-abu.
Suara: Ringan, berdering: “pirr pirr pirr”, biasanya dikeluarkan sewaktu terbang.
117
Penyebaran global: Berbiak di Australia, bermigrasi ke P. Irian dan Indonesia bagian timur.
Penyebaran lokal dan status: Pada musim panas pengembara yang jarang di Bali.
Kebiasaan: Khas sukunya, berburu dari tenggeran di padang rumput terbuka.

396. CIRIK-CIRIK KUMBANG Nyctyornis amictus Lembar Gambar 46


(I: Red-bearded Bee-eater; M: Berek-berek Janggut Merah)
Deskripsi: Berukuran sedang (30 cm), berwarna hijau. Hidup dalam hutan dengan dada gembung berwarna
merah muda yang mudah dikenal. Dewasa: mahkota ungu (dengan dahi merah pada betina), dada merah.
Remaja: seluruhnya hijau.
Iris jingga, paruh kehitaman, kaki hijau suram.
Suara: Duet musikal yang menarik, biasanya keras, kasar, dan menurun: “kwa-kwa-kwa-kwa”. Juga suara
ketawa-ketawa kecil dan geraman tanda bahaya: “krer krer”.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Cukup umum di hutan primer dan hutan bekas tebangan, sampai ketinggian
1.200 m.
Kebiasaan: Hidup pada tajuk tengah dan tajuk atas di hutan tinggi. Berburu diam-diam dari tenggeran yang
tinggi. Mengipas dan mengibaskan ekor secara teratur. Lebih banyak hidup di hutan dibandingkan dengan kirik-
kirik lain.

TIONG-LAMPU - SUKU CORACIIDAE

Berukuran sedang, berwarna terang. Burung bersayap panjang ini ditemukan di Eropa, Asia, Afrika, dan
Australia. Paruh kuat dan tajam. Makanan kebanyakan berupa serangga besar. Seperti raja-udang dan kirik-
kirik, tiga jari depan bergabung pada pangkalnya dan meletakkan telur yang putih pada lubang di tanah dan
pohon. Burung muda mempertahankan sarung penutup bulunya sampai bulu hampir tumbuh sepenuhnya.
Hanya satu jenis terdapat di Sunda Besar, dengan ciri khas paruh yang luar biasa lebar.

397. TIONG-LAMPU BIASA Eurystomus orientalis Lembar Gambar 46


(I: Dollarbird; M: Tiong Batu)
Deskripsi: Berukuran sedang (30 cm), berwarna gelap. Paruh merah lebar (remaja: hitam). Warna bulu
keseluruhan adalah abu-abu kebiruan gelap, kecuali kerongkongan biru terang. Sewaktu terbang, terlihat bercak
bulat biru muda yang kontras di tengah sayap, sehingga jenis ini dikenal dengan "burung dollar" (nama
Inggrisnya).
Iris coklat, paruh merah dengan ujung hitam, kaki merah-jingga.
Suara: Kuakan parau “krek-krek” sewaktu terbang atau dari tenggeran.
Penyebaran global: Tersebar luas dari Asia timur, Asia tenggara, Jepang, Filipina, Indonesia, sampai P. Irian
dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Ras penetap dan migran terdapat di seluruh Sunda Besar. Tersebar merata tetapi
tidak pernah umum, di daerah setengah terbuka di pinggir hutan sampai ketinggian 1.200 m.
Kebiasaan: Biasanya terlihat duduk pada pohon mati di daerah terbuka. Kadang-kadang terbang mengejar
serangga atau menukik mengejar serangga di tanah. Cara terbang aneh, mirip cabak, mengepak-ngepak berat.
Kadang-kadang dua atau tiga ekor terbang dan menukik bersama pada senja hari, terutama saat bercumbu.
Kadang-kadang dikerubuti burung-burung kecil karena kepala dan paruhnya terlihat seperti burung pemangsa.

HUPO - SUKU UPUPIDAE

Suku kecil, hanya terdapat dua jenis yang tersebar di Eropa, Afrika termasuk Madagaskar, dan Asia. Dicirikan
oleh bulu yang mencolok, jambul yang dapat digerakkan, serta paruh panjang yang membengkok.
Di Sunda Besar hanya ada satu jenis.

398. HUPO TUNGGAL Upupa epops Lembar Gambar 46


(I: Eurasian Hoopoe; M: Hupo Tunggal)
Deskripsi: Mudah dikenali, berukuran sedang (30 cm), berwarna mencolok. Jambul merah muda dan berujung
hitam, bisa digerakkan. Kepala, mantel, bahu, dan bagian bawah tubuh merah muda kecoklatan; sayap dan ekor
bersetrip hitam putih. Paruh panjang dan melengkung.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Rendah dan lunak: “hup-hup hup” secara monoton, disertai gerakan kepala mengangguk-angguk.
118
Penyebaran global: Afrika, Erasia, dan Indocina.
Penyebaran lokal dan status: Pengembara yang langka di Sumatera dan Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Aktif di lahan terbuka dan lembab, mencari makan dengan menusuk-nusukkan paruh yang panjang
pada tanah. Jambul menegak bila merasa ada bahaya dan bila akan hinggap.
Catatan: Beberapa pakar memasukkan Hupu Afrika U. africana ke dalam jenis ini.
ENGGANG - SUKU BUCEROTIDAE

Rangkong adalah burung berukuran besar, berwarna hitam atau coklat dan putih. Umumnya burung arboreal,
dengan paruh panjang dan besar. Beberapa jenis mempunyai tanduk (casque) yang menonjol di atas paruh yang
kadang-kadang berwarna mencolok. Rangkong terdapat di seluruh Afrika dan Asia tropis serta di seluruh
Indonesia sampai Papua Nugini. Memakan buah-buahan dan serangga. Suara kasar dan menusuk.
Tingkah laku bersarangnya sangat menarik. Burung betina yang sedang mengerami telurnya biasanya
dikurung di dalam lubang pohon yang ditutup dengan lumpur, hanya disisakan sedikit lubang yang cukup untuk
melewatkan makanan oleh jantan. Sewaktu telur menetas, betina memecahkan penutup sarang, lalu menutupnya
sampai saat burung muda siap untuk terbang.
Sepuluh jenis rangkong terdapat di Sumatera dan Kalimantan, tetapi hanya tiga jenis terdapat di Jawa.

399. ENGGANG KLIHINGAN Anorrhinus galeritus Lembar Gambar 47


(I: Bushy-crested Hornbill; M: Enggang Belukar)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (70 cm), dengan jambul terkulai. Tidak ada warna putih pada bulu. Ekor coklat
keabuan dengan garis lebar hitam pada ujungnya. Kulit tidak berbulu di sekitar mata dan tenggorokan berwarna
biru.
Iris merah (jantan) atau hitam (betina) dan biru (remaja), paruh hitam (jantan) atau keputih-putihan (betina),
kaki hitam.
Suara: Lengkingan bernada tinggi, salakan ocehan yang dikeluarkan beberapa burung bersama-sama.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, Natuna utara, dan Kalimantan.
Penyebaran dan status: Enggang yang berlimpah di hutan dataran rendah dan perbukitan, sampai Dataran
Tinggi Kelabit di Kalimantan dan sampai ketinggian 1.800 m di G. Kerinci, Sumatera.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok yang ribut antara 5-15 ekor. Umumnya mencari makan pada tajuk tengah di
hutan lebat.

400. ENGGANG JAMBUL Aceros comatus Lembar Gambar 47


(I: White-crowned Hornbill; M: Enggang Jambul Putih)
Deskripsi: Berukuran besar (85 cm), berwarna hitam dan putih. Ekor panjang, mahkota berbulu putih halus.
Kedua jenis kelamin: mahkota, ekor, dan pinggiran belakang sayap putih. Tenggorokan dan leher putih (jantan)
atau hitam (betina).
Iris kuning, paruh abu-abu, kaki hitam.
Suara: Nyaring bergaung, seperti burung merpati: “kuk-kuk”, “kuk-kuk-kuk” atau lembut tunggal “hao”. Nada
pertama yang terpanjang.
Penyebaran global: India timur laut, pesisir Burma, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Burung hutan yang terdapat di beberapa tempat di perbukitan, di dua pertiga
bagian utara Sumatera dan setengah bagian utara Kalimantan.
Kebiasaan: Hidup pada tajuk tengah dan tajuk bawah di hutan.

401. JULANG JAMBUL-HITAM Aceros corrugatus Lembar Gambar 47


(I: Wrinkled Hornbill)
Deskripsi: Berukuran sedang (75 cm), berwarna hitam dan putih. Tanduk pendek, merah kerenyut, dan
melengkung. Jantan: hitam dengan sisi kepala, leher, dan dua pertiga ujung ekor putih. Betina: seperti jantan,
tetapi leher dan kepala hitam, kulit tidak berbulu pada tenggorokan kebiruan.
Iris merah, kulit di sekitar mata biru, paruh kuning dan merah, kaki warna tanduk.
Suara: Suara bergema dalam: “rowwow” atau “wakowwakowkow” (disuarakan dari puncak pohon atau
sewaktu terbang) dan suara kontak kasar: “kak kak”.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kep. Batu, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Kadang-kadang ditemukan di hutan dataran rendah
dan hutan rawa, sampai ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: Hidup sendirian atau dalam kelompok. Kebanyakan mencari makan pada tajuk atas pohon ara.
Terbang tinggi di atas hutan, menuju pohon tempat bertengger pada malam hari. Agak pemalu.

402. JULANG EMAS Aceros undulatus Lembar Gambar 47


119
(I: Wreathed Hornbill; M: Enggang Gunung)
Deskripsi: Berukuran besar (100 cm), berekor putih. Kedua jenis kelamin: punggung, sayap, dan perut hitam.
Jantan: kepala krem, bulu halus kemerahan bergantung dari tengkuk, kantung leher kuning tidak berbulu dengan
setrip hitam khas. Betina: kepala dan leher hitam, kantung leher biru.
Iris merah, paruh kuning dengan tanduk kecil kerenyut, kaki hitam.
Suara: Salakan ganda seperti anjing: “ku-guk” diulang-ulang, pendek, parau.
Penyebaran global: India timur, Cina barat daya, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Kalimantan,
Sumatera, Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan dan Sumatera, cukup umum di hutan dataran rendah dan
perbukitan sampai ketinggian 2.000 m. Di Jawa dan Bali, hanya terdapat di beberapa tempat.
Kebiasaan: Terbang berpasangan atau dalam kelompok kecil di atas hutan, dengan kepakan sayap yang berat
sambil mencari pohon buah-buahan. Sering berbaur dengan rangkong lain di pohon yang berbuah.

403. JULANG DOMPET Aceros subruficollis Lembar Gambar 47


(I: Plain-pouched Hornbill)
Deskripsi: Berukuran besar (90 cm), berekor putih. Kedua jenis kelamin: mirip Julang emas. Perbedaannya:
ukuran lebih kecil, tanpa garis gelap pada kantung leher, dan tanpa kerenyut pada paruh bawah.
Iris merah, paruh coklat tersapu krem pada pangkal, dengan penonjolan tanduk yang datar, kaki kehitaman.
Suara: “Kek-kek-kek” kasar dalam nada lebih tinggi daripada suara Julang emas.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sumatera, tetapi hanya sedikit yang diketahui. Mungkin
terdapat di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Status tidak jelas, kemungkinan karena tertukar dengan Julang emas, tetapi
sepertinya jarang.
Kebiasaan: Kebiasaan khas julang dataran rendah.
Catatan: Para pakar menempatkan jenis ini ke dalam Julang Irian A. plicatus atau memperlakukannya sebagai
remaja Julang emas. Sekarang umumnya sudah dikenal sebagai jenis tersendiri.

404. KANGKARENG HITAM Anthracoceros malayanus Lembar Gambar 47


(I: Asian Black Hornbill; M: Enggang Gatal Birah)
Deskripsi: Berukuran sedang (75 cm), berwarna hitam. Bulu ekor terluar berujung putih, tanduk besar secara
proporsional. Jantan: kadang-kadang ada setrip putih yang melewati mata sampai tengkuk.
Iris coklat kemerahan, paruh dan tanduk putih (jantan) atau kehitaman (betina), kaki hitam.
Suara: Geraman yang serak.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, Lingga, Belitung, Bangka, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Kangkareng yang agak tidak umum di hutan primer dataran rendah, hutan bekas
tebangan, dan hutan rawa di bawah ketinggian 500 m.
Kebiasaan: Biasanya mencari makan berpasangan pada tajuk atas dan tajuk tengah di hutan lebat.

405. KANGKARENG PERUT-PUTIH Anthracoceros albirostris Lembar Gambar 47


(I: Oriental Pied Hornbill; M: Enggang Kelingking)
Deskripsi: Berukuran kecil (45 cm), berwarna hitam dan putih. Tanduk besar, berwarna putih- kuning. Bulu
hitam seluruhnya, kecuali bercak di bawah mata, perut bawah, paha, dan penutup ekor bawah putih serta ujung
putih pada bulu terbang dan bulu ekor terluar.
Iris coklat tua, kulit tidak berbulu di sekitar mata dan tenggorokan berwarna putih, paruh dan tanduk putih-
kuning dengan bintik putih pada pangkal rahang bawah dan tanduk bagian depan, kaki hitam.
Suara: Ringkikan berkotek-kotek: "ayak-yak-yak-yak" yang tidak putus-putus.
Penyebaran global: India utara, Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Burung yang mencolok di hutan primer dan hutan sekunder dataran rendah di
seluruh Sunda Besar.
Kebiasaan: Dibandingkan dengan enggang lain, lebih menyukai habitat yang lebih terbuka seperti pinggir
hutan, hutan bekas tebangan, dan hutan sekunder. Ditemukan berpasangan atau dalam gerombolan yang ribut,
mengepak-ngepak atau meluncur di antara pepohonan.
Catatan: Ke dalam jenis ini termasuk Kangkareng utara A. albirostris dan Kangkareng selatan A. convexus,
tetapi Kangkareng Malabar A. coronatus tidak termasuk. Akan tetapi, kalau semua jenis tersebut digabungkan,
nama A. coronatus harus dipakai sebagai nama jenis.

406. RANGKONG BADAK Buceros rhinoceros Lembar Gambar 47


(I: Rhinoceros Hornbill; M: Enggang Badak)
120
Deskripsi: Berukuran sangat besar (110 cm), berwarna hitam dan putih. Paruh dan tanduk besar di atas paruh
berwarna merah-kuning. Ekor putih mencolok dengan garis hitam lebar melintang. Kepala, punggung, sayap,
dan dada hitam; perut dan paha putih.
Iris putih sampai biru (betina) atau merah (jantan), kulit di sekitar mata abu-abu gelap, paruh kuning berpangkal
merah dengan tanduk melengkung ke atas, kaki abu-abu kehijauan.
Suara: Raungan “honk” kasar, diulangi oleh jantan dan betina dalam nada yang berbeda. Sering disuarakan dalam
bentuk duet, tetapi yang satu sedikit terlambat dari yang lain, sehingga terdengar seperti "honk-hank,...". Juga suara
tajam: “gak” sewaktu akan terbang.
Penyebaran global: Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Di Bali tidak ada.
Penyebaran lokal dan status: Ditemukan dalam kepadatan rendah di kebanyakan blok hutan dataran rendah dan
perbukitan. Amat mencolok karena berukuran sangat besar serta kebiasaan dan suaranya yang khas. Pada umumnya
berada dalam jumlah kecil.
Kebiasaan: Pasangan menempati tajuk pohon tertinggi. Pengunjung tetap pada pohon ara raksasa yang sedang
berbuah. Mengeluarkan suara deruan dahsyat ketika terbang mengepakkan sayap.

407. RANGKONG PAPAN Buceros bicornis Lembar Gambar 47


(I: Great Hornbill; Enggang Papan)
Deskripsi: Berukuran sangat besar (125 cm), berwarna hitam dan krem. Ada garis hitam lebar melintang pada ekor
yang putih dan garis putih kekuningan pada sayap yang hitam. Paruh dan tanduk kuning, tanduk gepeng dan cekung
ke atas. Muka hitam, leher dan dada yang berbulu putih kadang-kadang dikotori warna kuning. Enggang berleher
hitam dan bertanduk lebih besar, dengan asal-usul yang tidak diketahui, kadang-kadang muncul dalam koleksi
burung sangkar, (diduga kuat merupakan hasil persilangan antara jenis ini dan Rangkok badak).
Iris merah (jantan) atau keputih-putihan (betina), paruh kuning, kaki hitam.
Suara: Keras, menyalak: "gok" atau "wer-gok", lebih kasar daripada Rangkong badak.
Penyebaran global: India, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, tidak umum di hutan dataran rendah dan perbukitan.
Kebiasaan: Umumnya berpasangan. Terbang ribut di atas hutan. Makan dan istirahat pada tajuk hutan primer, hutan
bekas tebangan, dan hutan rawa.

408. RANGKONG GADING Buceros vigil Lembar Gambar 47


(I: Helmeted Hornbill; M: Enggang Tebang Mertua)
Deskripsi: Enggang yang mudah dikenali, berukuran sangat besar (120 cm, ditambah 50 cm pita pada ekor tengah),
berwarna coklat dan putih. Ada pita yang sangat panjang pada ekor. Ciri khasnya: ekor putih dengan garis hitam
melintang dan garis putih lebar pada sayap. Tanduk kuning-merah padam, tinggi, berbentuk kotak (digunakan
sebagai “gading enggang” untuk membuat ukiran). Leher: kulit merah tanpa bulu pada jantan, biru pucat pada
betina.
Iris merah, paruh kuning dan merah, kaki coklat.
Suara: Satu seri nada "tuk" yang mantap, dipercepat menjadi suara "tii-pup" sebelum mencapai puncaknya,
kedengaran seperti tertawa maniakal yang menyeramkan. Juga suara mirip terompet: “tuut, tuut, ...” yang sangat
keras dan diulangi.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Banyak dikenal, tetapi tidak umum, di hutan dataran rendah dengan pepohonan
tinggi, sampai ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan : Pasangan hidup pada tajuk atas, berbaur dengan enggang lain punai, pergam, dan monyet, pada pohon
besar yang sedang berbuah.

BURUNG TAKUR - SUKU CAPITONIDAE

Burung yang kecil, berwarna-warni dengan paruh yang besar dan kuat. Sekerabat dekat dengan pelatuk, mempunyai
kebiasaan sama, yaitu membuat lubang pada pohon untuk sarang. Kedua jenis ini juga mempunyai susunan jari yang
janggal: dua jari ke depan dan dua ke belakang, berguna untuk bergantung pada batang pohon vertikal.
Perbedaannya: takur memakan buah-buahan, biji, dan bunga, terutama menyukai buah ara kecil. Hampir semua jenis
takur mempunyai kebiasaan duduk diam untuk waktu yang lama di puncak pohon, mengeluarkan suara monoton
yang keras dan berulang. Karena warna utamanya hijau terang, takur sangat tersamar di lingkungannya. Identifikasi
lebih baik dilakukan melalui suaranya.
Di Sunda Besar ada 16 jenis.

409. TAKUR API Psilopogon pyrolophus Lembar Gambar 48


121
(I: Fire-tufted Barbet; M: Takor Api)
Deskripsi: Berukuran sedang (26 cm), berwarna hijau. Paruh krem, pita kuning pada dada dibatasi oleh garis hitam
di bawahnya. Terdapat seikat rambut jingga terang di atas paruh. Kepala berhiaskan warna hitam, hijau, abu-abu,
dan ungu muda. Remaja: berwarna lebih buram dengan mahkota zaitun.
Iris coklat, paruh hijau-krem dengan garis tengah hitam, kaki hijau kekuningan.
Suara: Keras seperti tonggeret berdengung dalam nada yang meninggi dan dipercepat sebelum berhenti mendadak.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni hutan yang umum pada ketinggian antara 500-1.500 m.
Kebiasaan: Mencari makan di antara mahkota tajuk pohon, lebih menyukai hutan dengan pohon yang tinggi.

410. TAKUR BULTOK Megalaima lineata Lembar Gambar 48


(I: Lineated Barbet; M: Takor Kukup)
Deskripsi: Berukuran agak besar (29 cm). Kepala pucat, bercoret. Bulu utama umumnya hijau, kecuali kepala dan
leher coklat kekuningan pucat serta coretan putih khas pada kepala dan tubuh bagian bawah putih.
Iris kuning tua, paruh merah muda pucat, kaki kuning.
Suara: Suara bernada rendah, deringan tidak tetap: "bul-tok ... bul-tok", dalam interval sekitar satu detik. Juga suara
keras "kuerr, kuerr" dan "suara menghitung" yang jarang berupa getaran panjang yang diikuti serangkaian empat
getaran nada (D.A.H).
Penyebaran global: Himalaya barat, Asia tenggara, Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Cukup umum terdapat di hutan terbuka, pinggir hutan, dan hutan sekunder di daerah
yang terpencil.
Kebiasaan: Mirip takur lain, tetapi lebih umum terlihat di habitat hutan yang relatif lebih kering dan terbuka serta di
hutan-hutan di pesisir.

411. TAKUR BUTUTUT Megalaima corvina Lembar Gambar 49


(I: Brown-throated Barbet)
Deskripsi: Berukuran agak besar (26 cm), berwarna suram. Warna tubuh hijau polos dengan kepala, leher, dan dada
atas coklat gelap berbintik emas.
Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu.
Suara: Deringan "hu-tu tu-tu" atau "bu, tut-bu, tut-bututut". Juga getaran nada cepat sebagai peringatan.
Penyebaran global: Endemik di Jawa. Di Bali tidak ada.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di hutan pegunungan yang lembab di Jawa bagian barat. Cukup umum
terdapat di habitat yang terbatas ini.
Kebiasaan: Biasanya terlihat pada tajuk pohon yang cukup tinggi, bernyanyi atau mencari makan. Umumnya hidup
sendirian, tetapi kadang-kadang juga ditemukan dalam kelompok kecil atau berbaur dengan burung jenis lain.

412. TAKUR GEDANG Megalaima chrysopogon Lembar Gambar 48


(I: Gold-whiskered Barbet; M: Takor Jambang Emas)
Deskripsi: Berukuran besar (30 cm), berwarna hijau. Dahi dan mahkota belakang merah, mahkota depan coklat-
kuning kotor, bercak pipi kuning emas. Burung di Kalimantan: pipi dan alis hitam, burung Sumatera: coklat
kotor. Dagu abu-abu kotor, dibatasi warna biru dan lembayung. Remaja: berwarna lebih suram.
Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu.
Suara: Keras, merdu: "kutak-kutak-kutak..." sekitar 70 nada per menit. Juga getaran bernada tunggal rendah,
berulang setiap 20-40 detik, dimulai dengan perlahan lalu lebih cepat pada akhir nyanyian.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Umum di hutan yang tinggi sampai ketinggian 1.500 m, tetapi lebih sering
terdengar daripada terlihat.
Kebiasaan: Takur yang khas terdapat pada tajuk atas, di hutan-bukit di Kalimantan dan hutan dataran rendah di
Sumatera.

413. TAKUR TUTUT Megalaima rafflesii Lembar Gambar 48


(I: Red-crowned Barbet; M: Takor Kepala Merah)
Deskripsi: Berukuran sedang (25 cm), berwarna hijau. Kepala memiliki campuran warna biru, merah, hitam, dan
kuning, seluruh mahkota merah. Ciri khasnya: tenggorokan biru dan bercak kuning pada pipi. Remaja: berwarna
lebih suram.
Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu.
Suara: Ketukan dua nada "tuk-tuk" yang dalam, diikuti selang waktu, kemudian disusul sepuluh-dua puluh ketukan
"tuk" yang cepat sekitar tiga kali per detik.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
122
Penyebaran dan status: Umum di hutan dataran rendah di bawah ketinggian 800 m.
Kebiasaan: Takur yang khas pada tajuk atas.

414. TAKUR WARNA-WARNI Megalaima mystacophanos Lembar Gambar 48


(I: Red-throated Barbet; M: Takor Raya)
Deskripsi: Berukuran sedang (23 cm), berwarna hijau dengan kepala berhiaskan warna merah, kuning, biru, dan
hitam. Berbeda dengan takur lain, jantan: dahi kuning, tenggorokan merah, betina: kekang dan mahkota bagian
belakang merah, tanpa warna hitam pada kepala. Remaja: seperti betina, tetapi berwarna lebih suram.
Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu.
Suara: Serangkaian nada tidak tetap: "tok" dalam satu sampai empat nada, satu kali per detik. Juga getaran bernada
tinggi yang memendek ketika diulang.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kep. Tana, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Umum di hutan dataran rendah di bawah ketinggian 800 m, lebih jarang di hutan
rawa dan hutan gambut.
Kebiasaan: Hidup pada tajuk atas dan tajuk tengah, menyukai hutan primer dan hutan bekas tebangan yang tinggi.

415. TAKUR TULUNGTUMPUK Megalaima javensis Lembar Gambar 49


(I: Black-banded Barbet)
Deskripsi: Berukuran agak besar (26 cm), berwarna-warni. Bulu dewasa biasanya hijau polos. Mahkota kuning dan
bintik kuning di bawah mata, tenggorokan merah. Ada bercak merah pada sisi dada dan kerah lebar hitam melewati
dada atas dan sisi kepala sampai mata. Setrip hitam yang kedua melewati mata.
Iris coklat, paruh hitam, kaki hijau-zaitun suram.
Suara: Deringan "tulung tumpuk" berulang.
Penyebaran global: Endemik di Jawa dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Tidak umum di hutan dataran rendah dan pegunungan sampai ketinggian 1.500 m, di
seluruh daratan Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Mirip bultok lain. Umumnya ditemukan di tempat yang lebih terang dan terbuka di hutan.

416. TAKUR BUKIT Megalaima oorti Lembar Gambar 48


(I: Black-browed Barbet; M: Takor Bukit)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (20 cm), berwarna hijau dengan kepala berhiaskan warna biru, merah, kuning, dan
hitam. Perbedaannya dengan Takur gedang: ukuran lebih kecil, alis hitam, pipi biru, tenggorokan kuning, dan bintik
merah di atas bahu. Remaja: berwarna lebih suram.
Iris coklat, paruh hitam, kaki abu kehijauan.
Suara: Suara kosong: "tok-tr-trrrrrrt", sekitar 20 kali per menit, dengan tekanan pada nada ketiga.
Penyebaran global: Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, umum terdapat di hutan pegunungan dan subpegunungan di Peg. Bukit
Barisan, antara ketinggian 1.000-2.000 m.
Kebiasaan: Takur yang khas pada tajuk atas dan tengah.

417. TAKUR GUNUNG Megalaima monticola Lembar Gambar 49


(I: Mountain Barbet)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (20 cm), bultok berwarna hijau dengan tanda-tanda biru, kuning,, dan merah. Dahi
hijau, mahkota bercoret coklat dan kuning pucat. Tengkuk biru berbercak merah, penutup telinga hijau kebiruan,
tenggorokan coklat kekuningan. Bulu biru belang dengan ujung abu-abu, ada dua bintik merah pada sisi dada.
Remaja: berwarna lebih buram.
Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu.
Suara: Suara dempang, cepat, berulang: "tuk-tuk-tuk-tuk- (bersedu) tuk-tuk-tuk-tuk- (bersedu) ....".
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di pegunungan di Kalimantan bagian utara, tercatat hampir di seluruh
puncak gunung, dari Kinabalu ke selatan sampai dataran tinggi Kapuas dan Kayan. Mengunjungi hutan antara
ketinggian 600-1.200 m.
Kebiasaan: Seperti takur lain. Menyukai hutan dan perkebunan buah di desa.

418. TAKUR TOPI-EMAS Megalaima henricii Lembar Gambar 48


(I: Yellow-crowned Barbet; M: Takor Mahkota Kuning)
Deskripsi: Berukuran sedang (21 cm), berwarna hijau dengan dahi dan alis kuning serta tenggorokan biru khas.
Mahkota bagian belakang biru, ada dua bintik merah pada tengkuk dan pada sisi leher. Remaja: berwarna lebih
123
buram.
Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu.
Suara: Dempang, getaran gemeretak: "trrrt-tok-tok-tok-tok", sekitar 30 frase per menit, setiap frase terdiri atas
empat sampai enam nada "tok".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Tidak umum di hutan dataran rendah di bawah ketinggian 700 m.
Kebiasaan: Takur yang menghuni tajuk atas hutan primer dan hutan rawa.

419. TAKUR TOHTOR Megalaima armillaris Lembar Gambar 49


(I: Orange-fronted Barbet)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm). Seluruh bulu hijau, kecuali garis kuning-jingga yang melintang pada
dada, dahi kuning-jingga, dan mahkota bagian belakang biru. Kadang-kadang garis pada dada mengecil menjadi
dua bercak bulat.
Iris coklat, paruh hitam, kaki biru.
Suara: Monoton, berulang: "trrrk trrrk trrrk trrrrrk" dan variasinya.
Penyebaran global: Endemik di Jawa dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni yang tidak jarang di hutan primer dan pinggir hutan di daratan Jawa dan
Bali, terdapat dari ketinggian permukaan laut sampai 2.500 m, tetapi lebih umum terlihat di atas ketinggian 900 m.
Kebiasaan: Berbaur dengan burung lain pada pohon buah-buahan. Mungkin merupakan takur yang paling umum
di Jawa.

420. TAKUR KINABALU Megalaima pulcherrima Lembar Gambar 49


(I: Golden-naped Barbet)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (20 cm), berwarna hijau dengan kepala kebiruan. Dahi, mahkota, tengkuk atas, dan
tenggorokan biru, sisi kepala hijau kekuningan, kerah tengkuk kuning-jingga. Remaja: berwarna lebih buram.
Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu.
Suara: Suara kosong "tuk tuk tarrruk" berulang. Juga getaran panjang melingkar: "rrrrr, rrrrr, rrrr, rrrr...", berangsur-
angsur menurun pada setiap pengulangan.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di pegunungan di Kalimantan bagian utara, dari G. Kinabalu dan Trus
Madi, ke selatan sampai G. Murud dan G. Mulu. Agak lokal antara ketinggian 1.500-3.100 m, kadang-kadang turun
sampai 1.000 m.
Kebiasaan: Seperti takur lain.

421. TAKUR TENGGERET Megalaima australis Lembar Gambar 49


(I: Blue-eared Barbet; M: Takor Akar)
Deskripsi: Berukuran kecil (18 cm). Mahkota dan dagu biru; setrip malar dan garis pada tenggorokan hitam. Ras
Jawa australis: pipi dan dada atas kuning, bentuk Kalimantan dan Sumatera duvauceli: pipi dan sisi kepala merah
(tanpa warna kuning).
Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu kehijauan.
Suara: Suara gemeretak cepat: "ta-trrak", berulang-ulang seakan-akan tanpa berhenti, dikeluarkan sekitar seratus
kali per menit sambil terus-menerus membalikkan kepalanya. Juga getaran mendenging, berulang lebih perlahan
(seperti siulan kacang polong), dengan kepala tidak bergerak.
Penyebaran global: India timur sampai Cina barat daya, Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di hutan primer, perkebunan, dan hutan sekunder, dari ketinggian
permukaan laut sampai ketinggian 2.000 m.
Kebiasaan: Sering terdengar di hutan kayu, walaupun sulit dilihat. Hidup sendirian atau berpasangan, dengan
tenang bergabung dengan punai dan burung lain untuk mencari makan di atas pohon ara. Bersarang pada lubang
kecil di pohon, sering di bawah cabang.

422. TAKUR LEHER-HITAM Megalaima eximia Lembar Gambar 48


(I: Black-throated Barbet)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna hijau dengan dahi dan tenggorokan hitam atau biru tua. Alis dan dua
bercak kecil pada penutup telinga berwarna biru, bercak pipi kuning. Dada bagian atas, mahkota, dan dua bercak di
bawah pipi merah padam. Burung dari ras Kinabalu cyanea: tenggorokan biru (tetapi burung biasa juga dapat
ditemukan di Kinabalu).
Iris coklat, paruh hitam, kaki hijau-zaitun.
Suara: Suara kosong: "tuk-tuk-tuk..." berulang dan suara getaran.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
124
Penyebaran lokal dan status: Ditemukan di gunung-gunung di Kalimantan bagian utara, dari Kinabalu ke selatan
sampai Kapuas Hulu. Tidak umum antara ketinggian 400-1.200 m.
Kebiasaan: Seperti takur lain, tetapi lebih menyukai hutan pegunungan.

423. TAKUR UNGKUT-UNGKUT Megalaima haemacephala Lembar Gambar 49


(I: Coppersmith Barbet; M: Takor Tembaga)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), bermahkota merah. Ras-ras bervariasi. Dewasa dari Sumatera delica: mahkota
dan dada merah; tenggorokan, pipi, dan alis kuning, setrip hitam yang melewati mahkota memisahkan muka yang
merah-kuning dengan tengkuk yang hijau kebiruan. Ras Jawa dan Bali rosea: mahkota, alis, pipi, tenggorokan, dan
dada atas merah padam. Punggung, sayap, dan ekor hijau kebiruan. Tubuh bagian bawah putih kotor, penuh dengan
coretan hitam. Remaja: kepala tanpa warna merah dan hitam, berbercak kuning di bawah mata dan dagu.
Iris coklat, paruh hitam, kaki merah.
Suara: Suara monoton, bergaung metalik: "tuk, tuk, tuk...", berlangsung selama beberapa menit dengan tempo yang
tetap sekitar 110 nada per menit. Ekor menjentik ke depan setiap mengeluarkan suara "tuk". Suara lain lebih lambat,
tidak semantap yang pertama, dilakukan dengan kepala menyentak dan ekor diam.
Penyebaran global: Dari Pakistan barat sampai ke Cina barat daya, Filipina, Sumatera, Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Penetap yang tersebar luas di hutan dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: Mirip takur lain, tetapi lebih menyukai habitat yang lebih terbuka seperti hutan terbuka, kebun, taman
kota, dan perkebunan. Pada pagi hari beberapa burung dapat berkumpul untuk bersuara bersama dari atas sebuah
batang kering.

424. TAKUR AMPIS Calorhamphus fuliginosus Lembar Gambar 49


(I: Brown Barbet; M: Takor Dahan)
Deskripsi: Berukuran kecil (17 cm). Tubuh bagian atas coklat gelap, tubuh bagian bawah kuning karat dengan
kaki merah-jingga khas. Ras Kalimantan: tenggorokan jingga. Paruh sangat besar.
Iris merah, paruh coklat gelap (jantan) atau lebih pucat (betina), kaki merah-jingga.
Suara: Siulan mencicit, terengah, dan frase bernada enam yang berbeda dengan suara takur lain.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di hutan tinggi di dataran rendah dan hutan rawa, sampai ketinggian
1.000 m.
Kebiasaan: Bultok yang sangat berbeda, baik dalam penampilan maupun tingkah laku. Hidup berkelompok, aktif
mencari makan pada mahkota pohon beringin dan pohon buah-buahan lain.

PEMANDU-LEBAH - SUKU INDICATORIDAE

Suku yang anggotanya sedikit ini kebanyakan tersebar di Afrika. Hanya dua jenis yang jarang terlihat di Asia dan
satu jenis yang terdapat di Sunda Besar.
Mempunyai dua jari ke belakang seperti takur, tetapi lebih menyerupai pipit dalam ukuran dan warna.
Paruh pendek dan kuat, tanpa bulu kumis. Bersarang pada lubang pohon, terutama memakan lebah dan tawon.
Dinamakan demikian karena beberapa jenis di Afrika diketahui dapat menuntun manusia dan teledu ke sarang
lebah di alam dan mengajak mereka untuk membukanya.

425. PEMANDU-LEBAH ASIA Indicator archipelagicus Lembar Gambar 49


(I: Malaysian Honeyguide)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (16 cm), menyerupai pipit berwarna abu-abu kecoklatan dengan bercak kuning
terang kecil pada bahu. Tubuh bagian bawah keputih-putihan dengan warna abu-abu pupus pada dada. Betina:
bercak pada bahu hanya tampak dari dekat. Remaja: bercoret pada bagian bawah.
Iris merah (coklat pada burung muda), paruh dan kaki hitam.
Suara: Jantan: suara keras seperti kucing diikuti dengungan: "miaow-krrruuu" atau "miaw-miaw-krruuu",
bagian kedua berupa suara menderik yang makin cepat dan meninggi nadanya, seperti kapal terbang mainan.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Hidup di hutan dataran rendah yang jarang, sampai ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: Sedikit diketahui.

BURUNG PELATUK - SUKU PICIDAE

Suku yang beranggota banyak dan dikenal baik. Berukuran sedang dengan paruh yang panjang dan kuat untuk
125
melubangi kayu. Terdapat hampir di seluruh dunia, kecuali Australia. Semua jenis menggunakan batang dan cabang
pohon. Mengebor atau mencolok kulit batang untuk mencari serangga dan tempayak yang dijilat dengan lidahnya
yang panjang, menjulang, dan lengket. Kaki beradaptasi untuk bergayut pada pohon dengan hanya dua jari ke depan
dan satu atau dua jari ke belakang. Bulu ekornya yang kaku digunakan sebagai penopang keseimbangan ketika
mengebor kayu dan melubangi pohon untuk sarang. Terbang dengan gerakan membungkuk yang tidak tetap,
bersuara keras tidak selaras. Biasanya menggunakan suara bergenderang untuk komunikasi.
Di Sunda Besar terdapat 23 jenis, hanya enam jenis di antaranya menyebar sampai Bali. Ukuran beragam,
mulai dari Tukik tikus yang sangat kecil (10 cm) sampai Pelatuk kelabu yang besar (50 cm).

426. TUKIK BELANG Picumnus innominatus Lembar Gambar 50


(I: Speckled Piculet; M: Belatok Belang)
Deskripsi: Berukuran kecil (10 cm). Punggung warna zaitun, ekor pendek. Menyerupai pipit, dengan bintik tebal
khas pada tubuh bagian bawah serta setrip hitam dan putih pada muka dan ekor. Jantan: dahi jingga.
Iris merah, paruh atas hitam, paruh bawah kuning, kaki abu-abu.
Suara: Nada tajam: "tsit" berulang atau getaran jika dalam bahaya.
Penyebaran global: Asia tenggara, Kalimantan, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan, merupakan misteri yang hanya diketahui dari tiga spesimen. Di
Sumatera, penghuni yang tidak umum pada ketinggian antara 100-1.800 m, mungkin sekali-sekali turun sampai ke
permukaan laut.
Kebiasaan: Ditemukan di hutan campuran pegunungan bawah, pada pohon atau cabang mati, terutama di daerah
rumpun bambu. Ketika mencari makan, mengeluarkan suara ringan, tetapi berketuk-ketuk.

427. TUKIK TIKUS Sasia abnormis Lembar Gambar 50


(I: Rufous Piculet; M: Belatok Kecil)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (10 cm), berwarna hijau dan jingga, berekor pendek, menyerupai pipit. Dahi
jantan kuning emas, sama dengan warna bulu dada pada betina. Tubuh bagian atas hijau-zaitun, tubuh bagian bawah
kuning kemerahan tua dengan dada jingga, jari hanya tiga.
Iris merah, paruh atas hitam, paruh bawah kuning, kaki kuning.
Suara: Nada tunggal, tajam: "tsit" berulang beberapa kali. Sewaktu terganggu: "kih-kih-kih-kih-kih" keras yang
terus menerus.
Penyebaran global: Asia tenggara, Kalimantan, Sumatera, Belitung, Nias, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan dan Sumatera, cukup umum di dataran rendah dan pegunungan
sampai ketinggian 800 m. Di Jawa, terbatas di dataran rendah di bagian barat dan tengah.
Kebiasaan: Ditemukan pada tajuk bawah dan tajuk tengah di hutan sekunder dan sedikit di luar hutan primer, pada
pohon atau cabang mati, khususnya di rumpun bambu. Mengeluarkan suara ringan, berketuk terus menerus, ketika
mencari makan pada batang atau cabang pohon.

428. PELATUK KIJANG Celeus brachyurus Lembar Gambar 50


(I: Rufous Woodpecker; M: Belatok Biji Nangka)
Deskripsi: Berukuran sedang (21 cm), berwarna coklat kemerahan gelap. Seluruh tubuh coklat kemerahan dengan
garis-garis hitam pada sayap dan bagian atas sedikit melebar ke bagian bawah. Jantan: bercak merah pada pipi.
Iris merah, paruh hitam, kaki coklat.
Suara: Suara seperti tertawa pendek cepat bernada tinggi: "kwi-kwi-kwi-kwi-kwi...", terdiri dari lima-sepuluh nada
yang menurun. Bergenderang dalam ledakan pendek dan semakin lambat.
Penyebaran global: Asia selatan, Asia tenggara, Kalimantan, Sumatera, Bangka, Belitung, Nias, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan dan Sumatera, umum terdapat sampai ketinggian 1.500 m. Di Jawa,
terbatas di hutan dataran rendah di Jawa barat dan Jawa tengah (tidak begitu umum).
Kebiasaan: Lebih menyukai hutan terbuka, hutan sekunder, pinggir hutan, kebun, dan perkebunan pada ketinggian
rendah. Patukan jarang terdengar.

429. PELATUK HIJAU Picus vittatus Lembar Gambar 51


(I: Laced Woodpecker; M: Belatok Hijau)
Deskripsi: Berukuran sedang (30 cm) berwarna hijau. Mahkota jantan: merah, betina: hitam. Punggung hijau,
tunggir kuning, ekor hitam, bulu primer hitam dengan setrip putih. Tenggorokan kuning tua, dada kuning tua dengan
"anyaman" hijau tebal pada sisi-sisi bulu yang gelap. Garis mata dan setrip malar hitam bernoda putih, pipi kebiruan.
Iris merah, paruh hitam, kaki kehijauan.
Suara: Dengingan "kwip" mendayu dengan nada jatuh.
Penyebaran global: Bangladesh, Asia tenggara, Sumatera, Kep. Lingga, Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Umum, tetapi terbatas di habitat yang sesuai sampai ketinggian 200 m. Di Sumatera
126
tercatat hanya dari bagian timur, tetapi sekarang tampaknya mulai jarang.
Kebiasaan: Menghuni hutan di pesisir terbuka termasuk hutan mangrove dan perkebunan. Mencari makan di atas
tanah, pada pohon yang rubuh, atau di antara rumpun bambu dan pohon kelapa.

430. PELATUK MUKA-KELABU Picus canus Lembar Gambar 51


(I: Grey-headed Woodpecker)
Deskripsi: Berukuran agak besar (32 cm), berwarna kemerahan. Mahkota jantan: merah padam, betina: hitam.
Tengkuk, ekor, dan setrip malar hitam; tenggorokan dan pipi abu-abu khas. Tubuh bagian atas kemerahan, tubuh
bagian bawah merah kekuningtuaan terang, tunggir jingga. Bulu primer hitam seluruhnya, bergaris putih.
Burung ini merupakan ras merah yang menyimpang dari ras hijau yang ditemukan di daratan Asia.
Iris coklat, paruh hijau gelap seperti batu, kaki abu-abu.
Suara: Di Malaysia, siulan berirama bening: "piuw, piuw, piuw...", terdiri dari empat-delapan nada menurun. Ras
Sumatera: suara lain, sering bergenderang.
Penyebaran global: Eropa, India, Cina selatan, Asia tenggara, Malaysia, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Jarang sampai ketinggian antara 1.000-2.000 m di Sumatera.
Kebiasaan: Tingkah laku khas. Kadang-kadang turun ke bawah untuk mendapatkan semut.

431. PELATUK KUDUK-KUNING Picus flavinucha Lembar Gambar 51


(I: Greater Yellownape; M: Belatok Besar Tengkok Kuning)
Deskripsi: Berukuran besar (34 cm), berwarna hijau dengan tenggorokan kuning dan jambul kuning panjang. Ekor
hitam, bulu terbang bergaris-garis hitam dan coklat, bulu lain hijau. Betina: tenggorokan coklat-merah.
Perbedaannya dengan Pelatuk jambul-kuning: tanpa warna merah pada kepala.
Iris kemerahan, paruh dan kaki abu-abu kehijauan.
Suara: "Cap" atau "cap-cap" perlahan, diikuti dengan getaran tersendat-sendat (Smythies).
Penyebaran global: Himalaya, Cina selatan, Asia tenggara, Malaysia, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, cukup umum di hutan pegunungan campuran, hutan pinus, dan
tumbuhan sekunder, antara ketinggian 800-2.000 m.
Kebiasaan: Ceria dan ribut, sering terlihat dalam kelompok kecil.

432. PELATUK SAYAP-MERAH Picus puniceus Lembar Gambar 51


(I: Crimson-winged Woodpecker; M: Belatok Mas)
Deskripsi: Berukuran sedang (25 cm), berwarna hijau dan merah. Dewasa: jambul merah panjang dengan ujung
kuning, tubuh hijau dengan sayap merah dan ekor hitam, tenggorokan kuning. Jantan: setrip malar merah, bergaris
krem pada sisi lambung dan perut (betina: lebih tebal). Daun bulu primer bagian dalam berbintik putih. Burung
muda: mahkota tanpa warna merah.
Iris coklat kemerahan, paruh atas coklat, paruh bawah kuning, kaki hijau.
Suara: Ratapan "tiuik", tidak seperti pelatuk lain. Suatu seri suara yang terdiri atas lima-tujuh nada "kwii" yang
menurun.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatera, Bangka, Nias, dan Jawa. Di Bali tidak ada.
Penyebaran lokal dan status: Agak umum sampai ketinggian 900 m.
Kebiasaan: Tinggal pada tajuk hutan primer dan hutan sekunder, kebun, dan semak-semak pantai. Suka
berketuk pendek.

433. PELATUK JAMBUL-KUNING Picus chlorolophus Lembar Gambar 51


(I: Lesser Yellownape; M: Belatok Kecil Tengkok Kuning)
Deskripsi: Berukuran sedang (26 cm), berwarna hijau terang dengan sisi jambul kuning halus dan tanda-tanda
merah pada muka. Jantan: alis dan setrip malar merah jelas dengan sisi atas putih. Betina: warna merah hanya pada
sisi mahkota. Sisi lambung bergaris putih, bulu terbang hitam. Perbedaannya dengan Pelatuk kuduk-kuning: ada
warna merah pada kepala dan warna putih pada sisi setrip malar. Perbedaannya dengan Pelatuk sayap-merah dan
Pelatuk kumis-kelabu: tanpa warna merah pada sayap, ada warna putih pada setrip malar.
Iris merah, paruh abu-abu, kaki abu-abu kehijauan.
Suara: Suara tanda bahaya: dengingan keras "kwii-kwii-kwii" yang menurun atau suara tunggal "pii-ui".
Penyebaran global: Himalaya, Cina selatan, Asia tenggara, Malaysia, Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, tidak jarang terdapat di hutan pegunungan pada ketinggian antara 800-
1.400 m, di sepanjang Peg. Bukit Barisan.
Kebiasaan: Ribut dan mencolok, kadang-kadang terbang dalam kelompok kecil atau mengikuti kelompok burung
campuran lain.

434. PELATUK KUMIS-KELABU Picus mentalis Lembar Gambar 51


127
(I: Checker-throated Woodpecker; M: Belatok Ranting)
Deskripsi: Berukuran sedang (27 cm), berwarna hijau dengan sayap merah dan ekor hitam. Jambul panjang,
berujung kuning, tetapi tanpa warna merah. Kerah jingga dan tenggorokan berpola belang hitam dan putih khas.
Daerah malar pada jantan: berpola belang; pada betina: berwarna coklat berangan.
Iris merah, paruh atas hitam, paruh bawah abu-abu, kaki hijau.
Suara: Suara halus yang menaik ke atas: "kwii" atau "cok", tidak seperti suara pelatuk lain.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatera, Bangka, dan Jawa bagian barat.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan, cukup umum di hutan dataran rendah dan pegunungan
sampai ketinggian 1.600 m. Di Jawa agak jarang.
Kebiasaan: Lebih menyukai lapisan tengah hutan, kadang-kadang juga terlihat di pinggir hutan atau mendatangi
lahan pertanian.

435. PELATUK MERAH Picus miniaceus Lembar Gambar 51


(I: Banded Woodpecker; M: Belatok Merah)
Deskripsi: Berukuran sedang (23 cm), berjambul panjang. Dewasa: jambul merah berujung kuning, sayap merah,
tubuh bagian atas bergaris hijau dan kuning dengan tunggir kuning, tubuh bagian bawah kuning tua bergaris coklat,
dada tersapu kemerahan, ekor hitam. Pipi jantan: merah, betina: berbintik putih. Remaja: jambul dan tubuh bagian
atas tanpa warna merah, mahkota berbercak-bercak merah.
Iris coklat kemerahan, paruh atas hitam, paruh bawah abu-abu, kaki abu-abu kehijauan.
Suara: Ratapan sedih: "cewerk, cewerk, cewerk" yang meninggi, jeritan kasar "kwii-kwii-kwii" yang bernada sama,
dan ratapan tunggal: “kwiii”.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatera, Bangka, Belitung, Nias, dan Jawa. Di Bali
tidak ada.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di Kalimantan dan Sumatera, di hutan dataran rendah dan
pegunungan sampai pada ketinggian 1.400 m. Jarang terdapat di Jawa.
Kebiasaan: Lebih menyukai hutan sekunder, pinggir hutan, dan hutan terbuka, termasuk kebun. Mencari makan di
antara tumbuhan merambat dan pohon tumbang pada bagian bawah hutan, sendirian atau dalam kelompok kecil

436. PELATUK BESI Dinopium javanense Lembar Gambar 50


(I: Common Goldenback; M: Belatok Pinang Muda)
Deskripsi: Berukuran sedang (30 cm), berwarna-warni. Muka bersetrip hitam dan putih. Mahkota dan jambul
jantan: merah, mahkota betina: hitam bercoretkan putih. Punggung dan tunggir merah; mantel dan penutup sayap
keemasan. Dada terlihat berbelang, berbulu putih dengan warna putih pada pinggir. Perbedaannya dengan Pelatuk
tungging-emas: hanya satu setrip malar hitam lebar, tidak ada bercak putih pada leher belakang, hanya satu jari
belakang.
Iris merah, paruh hitam, kaki hitam dengan tiga jari.
Suara: Getaran panjang keras: "carrrr" antarpasangan. Sewaktu terbang: "chii, chii" lembut atau "kiik-kiik-kiik..."
keras.
Penyebaran global: India, Asia tenggara, Filipina, Kalimantan, Sumatera, Kep. Riau, Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Cukup umum terdapat di hutan dataran rendah yang agak terbuka dan lahan
pertanian, sampai ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: Hidup berpasangan, saling memanggil secara teratur. Lebih menyukai hutan sekunder, hutan terbuka,
hutan mangrove, perkebunan, dan pekarangan.

437. PELATUK RAFFLES Dinopium rafflesii Lembar Gambar 50


(I: Olive-backed Woodpecker)
Deskripsi: Berukuran sedang (25 cm), berwarna hijau. Ekor hitam, jambul panjang, ada setrip hitam dan putih pada
muka. Jambul jantan: merah, betina: hitam. Bulu terbang hitam dan sisi lambung berbintik putih mencolok.
Perbedaannya dengan Pelatuk besi dan Pelatuk tungging-emas: punggung hijau-zaitun, tunggir tanpa warna merah.
Perbedaannya dengan pelatuk berpunggung hijau lainnya: ada setrip hitam dan putih pada muka.
Iris merah, paruh hitam, kaki abu-abu.
Suara: Suara tertawa, cepat, keras terputus-putus "cakcakcakcak-cak” menurun, kadang-kadang diakhiri dengan
satu atau dua nada terpisah. Juga nada tunggal "cak".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni yang tidak umum di Sumatera (termasuk Bangka) dan Kalimantan.
Ditemukan di hutan mangrove, dataran rendah, dan bukit sampai ketinggian 1.100 m (di Kalimantan sampai 1.600
m).
Kebiasan: Seperti pelatuk lain. Menyukai tajuk bawah dan tajuk tengah di hutan rawa dan hutan basah, termasuk
hutan mangrove. Biasanya tidak terdapat di hutan sekunder. Mencari makan pada batang kayu mati yang lapuk.
128
438. CALADI BATU Meiglyptes tristis Lembar Gambar 50
(I: Buff-rumped Woodpecker; M: Belatok Awan)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm). Seluruh tubuh hitam bergariskan putih rapat, kecuali tunggir putih
kekuningtuaan. Jantan: kepala bernuansa merah tua, daerah malar kemerahan. Bulu mahkota kadang-kadang
diangkat seperti jambul.
Iris coklat merah, paruh hitam, kaki kehijauan.
Suara: Cicitan "cit-cit-cit-tii".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatera, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Umum di Kalimantan dan Sumatera, tetapi jarang terlihat di Jawa barat.
Kebiasaan: Lebih menyukai habitat terbuka di pesisir. Secara diam-diam mencari makan pada tajuk pohon dan
cabang kecil, di hutan primer, hutan sekunder, dan pinggir hutan. Bergabung dalam kelompok campuran dengan
jenis burung lain.

439. CALADI BADOK Meiglyptes tukki Lembar Gambar 50


(I: Buff-necked Woodpecker; M: Belatok Tuki-tuki)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (21 cm), berwarna coklat tua dengan bercak kuning tua lebar dan khas pada leher
dan garis kekuningtuaan pada punggung. Jantan dewasa: setrip malar merah, ada garis kehitaman pada tenggorokan.
Burung muda: seperti dewasa, tetapi dengan garis kuning tua yang lebih tebal.
Iris merah padam, paruh kehitaman, kaki hijau keabuan.
Suara: Suara berputar: "kirr-r-r", dengungan keras bernada tinggi, dan suara bergenderang keras.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera (termasuk pulau-pulau di lepas pantai), Natuna utara,
Bangka, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di hutan primer dan hutan sekunder di bawah ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: Menyukai lapisan tengah dan bawah di hutan. Kadang-kadang bergabung dengan kelompok burung
campuran lain.

440. PELATUK KELABU-BESAR Mulleripicus pulverulentus Lembar Gambar 51


(I: Great Slaty Woodpecker; M: Belatok Berjalur)
Deskripsi: Mudah dikenali, berukuran sangat besar (50 cm), bertubuh kurus semampai. Seluruh bulu berwarna abu-
abu dengan kerongkongan kuning tua. Jantan: pipi berbercak merah, tenggorokan dan leher tersapu kemerahan.
Iris coklat gelap, paruh putih kotor dengan dasar dan ujung abu-abu, kaki abu-abu gelap.
Suara: Nada tunggal: "woik" dan ringkikan "woik-woik...".
Penyebaran global: Di hutan dataran rendah di bawah ketinggian 1.000 m, di Malaysia, Kalimantan, Natuna,
Sumatera, Riau, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Sekarang sudah jarang di Sumatera dan Jawa. Di Kalimantan tidak sejarang di
Sumatera dan Jawa, sering terlihat di dataran tinggi.
Kebiasaan: Sangat ribut dan mencolok ketika terlihat. Lebih menyukai habitat daerah rendah dan setengah terbuka.
Kadang-kadang terbang dalam kelompok yang ribut. Mencari makan pada pohon baru. Kadang-kadang mengetuk-
ngetuk sangat keras.

441. PELATUK AYAM Dryocopus javensis Lembar Gambar 50


(I: White-bellied Woodpecker; M: Belatok Gajah)
Deskripsi: Mudah dikenali, berukuran besar (42 cm), berwarna hitam dan putih. Tubuh bagian atas dan dada hitam,
perut putih. Jantan: jambul dan bercak pada pipi merah. Betina: hitam seluruhnya dengan perut putih.
Iris kuning, paruh hitam, kaki biru-abu-abu.
Suara: Suara keras tajam, lolongan meninggi: "kiyow", juga suara tertawa keras sewaktu terbang: "kiau, kiau, kiau,
..." (M&W). Bergenderang keras.
Penyebaran global: India, Cina, Asia tenggara, Filipina, Kalimantan, Natuna utara, Sumatera, Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan dan Sumatera, tidak umum sampai ketinggian 1.000 m. Di Jawa dan
Bali jarang terlihat.
Kebiasaan: Menyukai hutan dataran rendah yang terbuka, termasuk hutan mangrove. Jika terlihat, ribut dan
mencolok. Biasanya hidup menyendiri. Mencari makan pada semua lapisan di hutan.

442. CALADI ULAM Dendrocopos macei Lembar Gambar 50


(I: Fulvous-breasted Woodpecker)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (18 cm), berwarna hitam dan putih, bergaris-garis. Mahkota jantan: merah, betina:
hitam. Sisi muka putih dengan setrip malar dan kerah hitam. Tubuh bagian atas bergaris-garis hitam dan putih.
Tubuh bagian bawah kuning tua dengan coretan hitam, penutup ekor bawah merah.
129
Iris coklat, paruh atas hitam kebiruan, paruh bawah abu-abu kebiruan, kaki warna zaitun.
Suara: "Tak-tak" yang bertalun dan getaran "tirri-tiirriiir-tiirriirii".
Penyebaran global: Himalaya, India, Asia tenggara (kecuali Malaysia), Sumatera, Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Status di Sumatera tidak jelas, hanya diketahui dari satu spesimen dan catatan terbaru
dari Sumatera selatan. Umum di Jawa dan Bali, terdapat sampai ketinggian 2.000 m.
Kebiasaan: Lebih menyukai hutan terbuka, hutan sekunder, perkebunan, dan pekarangan. Agak jinak, mudah
didekati.

443. CALADI BELACAN Dendrocopos canicapillus Lembar Gambar 50


(I: Grey-capped Woodpecker; M: Belatok Belacan)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), bersetrip hitam dan putih. Tanpa warna merah pada bagian bawah, mahkota
abu-abu. Jantan: coretan merah di atas dan di belakang mata. Tersapu jingga kuning pada dada, perut bercoretkan
kehitaman.
Iris coklat keputih-putihan, paruh abu-abu, kaki abu-abu kehijauan.
Suara: Dengingan dan getaran mencicit: "ki-ki-ki-ki-rrr...".
Penyebaran global: Pakistan, Cina, Asia tenggara, Kalimantan, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk Kep. Nias dan Riau), ditemukan di Peg. Bukit Barisan antara
ketinggian 1.000 – 2.800 m. Di Kalimantan terdapat di hutan dataran rendah.
Kebiasaan: Seperti pelatuk kecil lainnya.

444. CALADI TILIK Dendrocopos moluccensis Lembar Gambar 50


(I: Sunda Woodpecker; M: Belatok Belacan Kecil)
Deskripsi: Berukuran kecil (13 cm), berwarna hitam dan putih. Topi coklat gelap. Tubuh bagian atas coklat gelap
berbintik putih. Tubuh bagian bawah putih kotor bercoretkan hitam. Sisi muka putih dengan bercak pipi abu-abu,
setrip malar hitam lebar. Jantan: ada garis merah tipis di belakang mata.
Iris merah, paruh atas hitam, paruh bawah abu-abu, kaki hijau.
Suara: "Kikikikikiki" yang bergetar pendek, tajam terengah-engah, atau dengungan "trrrrrr-i-i".
Penyebaran global: India, Asia tenggara, Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Dulu agak jarang di Sumatera, tetapi sekarang lebih umum terdapat dan tersebar luas
di hutan yang cukup terbuka. Di Kalimantan, kebanyakan hidup di daerah pantai. Di Jawa dan Bali, umum terdapat
di ketinggian rendah.
Kebiasaan: Khas pelatuk kecil, bergerak perlahan-lahan pada batang pohon atau pohon mati untuk mencari makan,
biasanya menyendiri. Tinggal di hutan sekunder, lahan terbuka, dan hutan mangrove.

445. CALADI TIKOTOK Hemicircus concretus Lembar Gambar 50


(I: Grey-and-buff Woodpecker; M: Belatok Punggoh)
Deskripsi: Berukuran kecil (14 cm), berjambul. Punggung bersisik, kepala dan dada abu-abu. Jantan: jambul
panjang, dahi merah. Betina dan remaja: dahi abu-abu. Perut kekuningtuaan, tunggir putih. Punggung dan penutup
sayap hitam dengan warna putih-kuning tua pada sisi sayap.
Iris coklat, paruh abu-abu gelap, kaki abu-abu.
Suara: Berbagai suara pelatuk yang khas. Suara bergetar sewaktu terbang, "wikawik" yang nyaring, dan getaran "ci-
ci-ci-ci-ci".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatera, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Banyak terdapat secara lokal di Kalimantan dan Sumatera, tetapi tidak umum
terdapat di Jawa.
Kebiasaan: Menyukai daerah terbuka, hutan sekunder, pekarangan, dan perkebunan. Hidup pada lapisan tajuk.
Kadang-kadang seperti gelatik, bergantungan mencari serangga.

446. PELATUK PANGKAS Blythipicus rubiginosus Lembar Gambar 50


(I: Maroon Woodpecker; M: Belatok Punggor)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (23 cm), berwarna coklat kemerahan dengan paruh kuning- gading. Tubuh bagian
atas merah tua, tanpa garis-garis hitam. Jantan: tengkuk merah. Betina: pangkal paruh hitam, bergaris keabuan pucat
pada sayap. Tubuh bagian bawah hitam kecoklatan.
Iris merah kecoklatan, paruh putih kekuningan, kaki biru-hitam.
Suara: Nada tunggal "cikik" yang tajam dan nada tinggi keras mengakak: "cai-cai-cai-cai..." Kedua suara itu
dianggap sebagai tanda faal oleh Suku Dayak.
Penyebaran global: India, Asia tenggara, Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di hutan primer, hutan sekunder, dan perkebunan karet sampai
ketinggian 2.200 m.
130
Kebisaan: Menyukai lapisan bawah di hutan. Diam-diam mencari makan pada kayu mati yang lapuk.

447. PELATUK KUNDANG Reinwardtipicus validus Lembar Gambar 51


(I: Orange-backed Woodpecker; M: Belatok Ranum)
Deskripsi: Berukuran agak besar (30 cm), berwarna warni. Terlihat semampai, leher panjang. Sayap dan ekor hitam,
kontras dengan tubuh yang pucat. Jantan: jambul dan kerongkongan merah, tersapu jingga pada punggung dan
tunggir, tubuh bagian bawah kemerahan. Betina: jambul coklat gelap, punggung putih, tubuh bagian bawah abu-abu.
Keduanya: bulu sayap primer dan sekunder bergaris-garis coklat berangan.
Iris kuning-jingga, paruh kekuningan, kaki abu-abu kemerahan.
Suara: Berbagai dengungan yang khas pelatuk. Getaran "ca-ca-ca", "whit-whit-whit-whit-whiiow" yang cepat
keras, nada tinggi berulang: "pit" atau "pelliit", dan teriakan peringatan: "tuwiitit-tuwiitit".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatera, dan Jawa. Di Bali tidak ada.
Penyebaran lokal dan status: Cukup umum di Kalimantan dan Sumatera. Di Jawa, tidak umum di dataran rendah,
kadang-kadang terdapat di hutan hujan primer atau hutan hujan sekunder pegunungan sampai ketinggian 2.200 m.
Terutama terdapat di Jawa barat.
Kebiasaan: Bertingkah-laku khas pelatuk. Hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil. Ribut dan mematuk
bergema ketika mencari makan pada semua tingkatan di hutan.

131
448. PELATUK TUNGGIR-EMAS Chrysocolaptes lucidus Lembar Gambar 51
(I: Greater Goldenback)
Deskripsi: Berukuran agak besar (31 cm), berwarna-warni. Sangat mirip Pelatuk besi. Perbedaannya: sedikit lebih
besar, ada dua setrip malar hitam yang bersatu pada pipi dan bercak putih di belakang leher, jari empat (bukan tiga).
Di Jawa timur dan Bali, mahkota betina kekuningan, yaitu pada ras C.l. strictus (di tempat lain hitam berbintik
putih).
Iris kuning pucat, paruh abu-abu, kaki hitam.
Suara: Lengkingan keras dan nyaring, suara gagap meledak-ledak, mirip suara tonggeret besar.
Penyebaran global: India, Cina, Filipina, Kalimantan timur laut, Sumatera (termasuk kepulauan di sebelah
timur), Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Tidak jarang di beberapa daerah dataran rendah. Di Sumatera, kebanyakan terbatas
di hutan mangrove.
Kebiasaan: Lebih menyukai hutan terbuka, pinggir hutan, dan hutan mangrove. Hidup berpasangan, kadang-kadang
bergenderang keras.

132
BURUNG MADI - SUKU EURYLAIMIDAE

Suku burung Asia dan Afrika yang sedikit anggotanya. Kepala besar, paruh berat dan lebar, kaki pendek, ekor
memanjang. Kebanyakan jenis berwarna-warni.
Burung hutan pengejar serangga. Terbang dari tempatnya bertengger sambil mengatupkan paruh keras-
keras. Beberapa jenis juga memakan buah-buahan. Sarang berbentuk seperti pundi-pundi, menggantung dan rapi.
Di Sunda Besar terdapat sembilan jenis.

449. MADI KELAM Corydon sumatranus Lembar Gambar 52


(I: Dusky Broadbill; M: Takau Rimba Hujan)
Deskripsi: Berukuran besar (27 cm). Paruh merah muda, khas, dan sangat besar. Bulu utama buram, terdapat garis
melintang putih sempit pada subterminal ekor. Tenggorokan dan dada atas berwarna lebih pucat, berbintik
kemerahan. Sewaktu terbang, terlihat setrip putih pada sayap dan bercak kuning-jingga pada punggung. Remaja:
tenggorokan hitam, tidak ada bercak pada punggung.
Iris coklat, paruh merah muda, kaki coklat.
Suara: "Ki-ip, ki-ip" (TH). Juga serangkaian teriakan meninggi (8 nada): "hi-cu-uii, cu-uii, cu-uii ...", dengan
tekanan pada nada "cu", suara tertawa gemerincing dan suara bernada tinggi "tsiu" (M.&W.).
Penyebaran global: Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Cukup banyak terdapat di hutan-hutan Sumatera dan Kalimantan (termasuk Kep.
Natuna), di dataran rendah dan bukit sampai ketinggian 800 m (di Kalimantan bisa sampai ketinggian 1.200 m).
Kebiasaan: Bertengger pada tajuk tertinggi. Menangkap serangga sambil terbang di antara dedaunan. Sering hidup
dalam kelompok kecil.

450. SEMPUR-HUJAN SUNGAI Cymbirhynchus macrorhynchos Lembar Gambar 52


(I: Black-and-red Broadbill; M: Takau Rakit)
Deskripsi: Berukuran besar (23 cm). Tubuh bagian bawah merah tua, dada berpita hitam, paruh besar berwarna
kuning dan biru. Tubuh bagian atas hitam, terdapat setrip putih khas pada sayap. Tunggir merah padam,
membedakannya dengan Sempur-hujan darat. Remaja: tenggorokan lebih abu-abu, perut kekuningtuaan dan tersapu
merah.
Iris hijau, paruh atas biru, paruh bawah kuning, kaki biru keunguan.
Suara: Suara tidak enak monoton: "wiark" dan getaran meninggi, lebih lembut dan singkat dibandingkan suara
Sempur-hujan darat.
Penyebaran global: Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di hutan dataran rendah sampai ketinggian 900 m di Sumatera
(termasuk Bangka dan Belitung) dan Kalimantan.
Kebiasaan: Memburu serangga dari tenggeran yang terbuka pada tajuk atas atau tajuk bawah. Biasanya ditemukan
di pinggir hutan, di sepanjang sungai, aliran air, atau di jalan.

451. SEMPUR-HUJAN RIMBA Eurylaimus javanicus Lembar Gambar 52


(I: Banded Broadbill; M: Takau Rimba)
Deskripsi: Berukuran sedang (21 cm), berwarna keunguan. Kepala besar, paruh biru, kokoh dan sangat lebar.
Kepala dan kerongkongan merah muda keabuan, garis dada sempit. Punggung dan sayap kehitaman, ditandai oleh
bulu kuning yang panjang dan rapat, garis melintang kuning, serta bintik putih pada sisi depannya. Pangkal ekor
tertutup bulu kuning yang panjang besar. Tubuh bagian bawah keunguan, dada jantan bergaris abu-abu gelap,
tunggir kuning.
Iris biru, paruh biru kehijauan dengan ujung hitam, kaki kemerahmudaan.
Suara: Siulan berdenging memelas. Nyanyian terdiri dari deretan nada nyaring yang dimulai dengan nada tunggal
"yeow", meninggi, lalu menurun.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk Kep.
Natuna), tidak umum sampai ketinggian 1.000 m. Biasa terdapat di Jawa sampai ketinggian 1.500 m. Di Bali tidak
tercatat.
Kebiasaan: Sering mengunjungi tingkatan atas dan bawah dari hutan primer, hutan sekunder, hutan kerangas, dan
perkebunan. Bertengger diam-diam di hutan, sering di tempat yang terbuka, berburu dari tenggerannya.

452. SEMPUR-HUJAN DARAT Eurylaimus ochromalus Lembar Gambar 52


(I: Black-and-yellow Broadbill; M: Takau Hitam Kuning)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna-warni. Paruh biru, kepala hitam, kerah putih khas. Tubuh bagian atas
umumnya hitam, tungging kuning, sayap burik, ada bintik putih pada terminal ekor. Tubuh bagian bawah merah
133
muda bergradasi ke kuning pada tunggir, terdapat pita hitam melintang pada dada atas (sebagian pada betina), paha
hitam. Remaja: berwarna lebih suram, dahi kuning.
Iris kuning, paruh kebiruan, kaki merah muda.
Suara: Sangat mencolok dan sering terdengar. Suara sangat mirip Sempur-hujan rimba, berupa deretan nada
monoton selama kira-kira tujuh detik, tetapi tanpa siulan pendahuluan atau nada akhir yang perlahan menghilang.
Suara lainnya yaitu sorak tinggi yang memelas.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Biasa terdapat di hutan primer dan hutan sekunder, sampai ketinggian 900 m di
Sumatera (termasuk kepulauan di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk Kep. Natuna).
Kebiasaan: Memburu serangga dari tenggeran rendah di hutan. Berdiam pada tajuk bawah dan tajuk tengah.

453. MADI DADA-PERAK Serilophus lunatus Lembar Gambar 52


(I: Silver-breasted Broadbill; M: Takau Tanda Hujan)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna abu-abu kemerahmudaan. Paruh ramping, alis hitam seperti busur,
sayap berbercak biru. Skapular, punggung, dan tungging berwarna buah berangan, ekor hitam berujung putih-
sempit. Betina: ada pita putih sempit melintasi dada yang keabuan.
Iris coklat dan hijau, paruh kuning atau biru dengan pangkal kuning, kaki hijau kekuningan.
Suara: Siulan jelas "piu".
Penyebaran global: Nepal sampai Cina barat daya, Asia tenggara, Malaysia, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera kadang-kadang terdapat di hutan perbukitan antara ketinggian 800-
1.500 m.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil pada tajuk bawah dan lapisan bawah di hutan-hutan terbuka, sepanjang
aliran air, dan sisi sungai. Berkelompok dengan jenis lain. Menangkap serangga pada dedaunan sambil terbang.

454. MADI INJAP Psarisomus dalhousiae Lembar Gambar 52


(I: Long-tailed Broadbill; M: Takau Injap)
Deskripsi: Sangat mudah dikenali, tubuh memanjang (25 cm), berwarna hijau dengan ekor biru panjang bertingkat.
Tenggorokan dan muka kuning; topi dan tengkuk hitam. Sayap hitam, dengan bercak biru bersinar. Terdapat bintik
biru kecil pada puncak kepala dan bintik kuning di belakang mata. Burung yang belum dewasa umumnya hijau.
Iris hijau dan abu-abu, paruh hijau dengan ujung atas biru dan bagian bawah kuning, kaki hijau.
Suara: Siulan nyaring dan halus, terdiri dari lima sampai delapan nada dengan tingkatan nada yang sama.
Penyebaran global: Himalaya, Cina selatan, Asia tenggara, Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, biasa terdapat di hutan primer dan hutan sekunder dewasa, di
pegunungan antara ketinggian 700-1.500 m, tetapi bisa juga sampai ketinggian 2.000 m (seperti di G. Kerinci). Di
Kalimantan, terbatas di daerah pegunungan, dari G. Kinabalu dan Trus Madi sampai Tama Abo, dan yang terluar G.
Dulit dan G. Mulu.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok yang ribut, beterbangan pada tajuk tengah, kadang-kadang berbaur dengan jenis
lain.

455. MADI-HIJAU KECIL Calyptomena viridis Lembar Gambar 52


(I: Green Broadbill; M: Takau Selawit)
Deskripsi: Berukuran kecil (18 cm), berbentuk bulat, berwarna hijau terang. Jantan: hijau rumput mengkilat, garis
hitam pada sayap, dua bintik hitam di atas dan di belakang mata. Betina: lebih suram dan tanpa tanda hitam. Jambul
depan menutupi kepala.
Iris coklat, paruh hijau dan hitam, kaki hijau.
Suara: Satu atau dua nada lembut diikuti oleh getaran singkat, meninggi dalam tingkatan nada yang rendah: "tii-tit-
trrrrr", juga suara keras "oink".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat (tetapi sering terlewat) di hutan primer dan hutan sekunder dewasa,
dataran rendah, dan perbukitan sampai ketinggian 1.000 m, jarang sampai ketinggian 1.700 m di Sumatera
(termasuk pulau-pulau di sekitarnya) atau sampai ketinggian 1.200 di Kalimantan (termasuk Kep. Natuna).
Kebiasaan: Biasanya hidup sendirian. Ditemukan pada tajuk tengah dan tajuk tinggi, jika diam sering tidak terlihat.
Mudah dikenali dari suaranya.

456. MADI-HIJAU PERUT-BIRU Calyptomena hosii Lembar Gambar 52


(I: Hose’s Broadbill)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm), berbentuk bulat, berwarna hijau dengan dada biru khas. Mirip Madi-hijau
kecil, tetapi dada biru terang (jantan) atau biru muda (betina). Pada sayap terdapat bintik hitam membulat (bukan
garis).
134
Iris coklat gelap, paruh hijau kehitaman, kaki hijau zaitun.
Suara: Lembut seperti suara punai, diikuti dengan anggukan kepala (T.H.).
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Terdapat di hutan pegunungan sampai ketinggian 1.000 m, penyebaran terpencar.
Cukup umum terdapat di DAS Baram (tercatat pada ketinggian permukaan laut di G. Dulit). Sangat umum terdapat
di Liang Kubung dan Telen Atas, tetapi tampaknya tidak ada atau jarang terdapat di gunung-gunung di antaranya.
Kebiasaan: Mirip Madi-hijau kecil, tetapi hidup di tempat yang lebih tinggi.

457. MADI-HIJAU WHITEHEAD Calyptomena whiteheadi Lembar Gambar 52


(I: Whitehead’s Broadbill)
Deskripsi: Berukuran besar (25 cm), berbentuk bulat, berwarna hijau dengan kerongkongan hitam. Mirip Madi-
hijau kecil, tetapi tenggorokan hitam dan terlihat lebih banyak belang karena pangkal bulu tubuh yang hitam.
Iris coklat, paruh dan kaki hijau.
Suara: Umumnya diam, tetapi kadang-kadang mengeluarkan suara berdenging "saat" diikuti dengkuran terengah-
engah. Juga suara berkocek seperti pelatuk.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di Kalimantan bagian utara, biasanya terdapat di antara ketinggian 1.000-
1.500 m, di sepanjang G. Kinabalu sampai Batu Tibang, yang terluar adalah G. Mulu dan G. Dulit.
Kebiasaan: Seperti Madi-hijau lain, tetapi hidup pada tajuk rendah di hutan ngarai pada daerah yang lebih tinggi.

BURUNG PAOK - SUKU PITTIDAE

Suku berwarna-warni, hidup di atas tanah, ditemukan mulai dari Afrika sampai Australia. Tubuh gemuk, ekor
pendek, kaki panjang. Berlompatan di atas lantai hutan atau pada vegetasi bawah, sambil mencari invertebrata. Suara
berupa panggilan atau siulan sederhana dan memelas. Beberapa jenis bersuara dari ketinggian di tajuk pohon.
Sarang berbentuk bola berlubang, terbuat dari bahan tumbuhan, sering dekat tanah. Terbang dengan
kepakan sayap yang cepat ketika terganggu. Tinggal di lantai hutan. Sewaktu terbang, beberapa jenis menampakkan
kilatan putih yang jelas pada sayapnya. Beberapa jenis merupakan burung migran. Hampir semua jenis berwarna
indah, berpola campuran warna biru, kuning emas, merah, atau hijau.
Di Sunda Besar ada sembilan jenis penetap dan dua jenis migran.

458. PAOK SCHNEIDER Pitta schneideri Lembar Gambar 53


(I: Schneider’s Pitta)
Deskripsi: Berukuran agak besar (22 cm), berwarna coklat dan biru, berkepala besar. Jantan: mahkota dan tengkuk
berwarna coklat berangan, tubuh bagian atas biru terang, bulu terbang coklat kehitaman. Tubuh bagian bawah
kuning-jingga, tenggorokan keputih-putihan, ada garis hitam sempit terputus melintasi dada atas. Dibandingkan
dengan jantan: betina biru gelap dan lebih suram, mahkota lebih pucat dan kurang jingga, bulu terbang lebih coklat.
Selain itu, perut lebih merah dan pita hitam pada dada lebih menonjol. Burung yang belum dewasa: berbercak-
bercak coklat dengan bintik-bintik putih.
Iris coklat kemerahan, paruh coklat, kaki abu-abu kemerahmudaan.
Suara: Siulan lembut, rendah memanjang dan bergetar, meninggi pada nada pertama dan merendah pada nada
kedua, diulang-ulang dengan interval lima sampai enam detik (Hurrell).
Penyebaran global: Endemik di Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Terbatas di Peg. Bukit Barisan (G. Sibayak, G. Kerinci,
G. Kaba, dan G. Dempu). Menghuni lantai hutan pegunungan pada ketinggian antara 900-2.400 m. Dulu umum
terdapat di lembah Kerinci, tetapi baru-baru ini ditemukan di tempat yang lebih tinggi di G. Kerinci.
Kebiasaan: Seperti paok lain, tetapi lebih menyukai hutan pegunungan yang tinggi. Menjelajahi lantai hutan dengan
mantap sambil membalikkan daun kering untuk mencari serangga dan siput.

459. PAOK SINTAU Pitta caerulea Lembar Gambar 53


(I: Giant Pitta)
Deskripsi: Berukuran sangat besar (27 cm). Paruh tebal, punggung biru atau coklat kemerahan. Kedua jenis kelamin
berbeda cirinya. Jantan: kepala abu-abu kekuningan dengan alis, mahkota, tengkuk, dan kerah hitam halus. Tubuh
bagian atas biru, tubuh bagian bawah abu-abu kuning. Betina: tubuh bagian atas coklat kemerahan, warna biru hanya
pada tunggir dan ekor. Remaja: coklat gelap, berbintik burik, dan bersisik kuning tua.
Iris abu-abu gelap, paruh hitam, kaki merah muda.
Suara: Jantan berbiak: siulan perlahan meratap, dengan nada menurun dan modulasi suara menurun. Suara yang
mirip dikeluarkan oleh betina dan anak ketika meninggalkan sarang.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
135
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan, jarang terdapat di hutan dataran rendah, pernah
tercatat sampai ketinggian 1.200 m. Tetapi pada abad ini tidak ada catatan lagi dari Sumatera.
Kebiasaan: Hidup sendirian atau berpasangan, pada lantai hutan yang gelap lembab di pinggir hutan dan hutan
sekunder. Membelah siput pada landasan batu. Dibandingkan dengan paok lain, lebih pemalu dan terbang lebih jauh
bila terganggu.

460. PAOK KALUNG-BIRU Pitta arquata Lembar Gambar 53


(I: Blue-banded Pitta)
Deskripsi: Berukuran kecil (17 cm), berwarna-warni: merah, hijau, dan biru. Kepala coklat berangan dengan setrip
mata biru gemerlap sempit. Tubuh bagian atas hijau kebiruan suram. Tubuh bagian bawah merah terang, dengan pita
bersinar melintasi dada berupa bulu runcing berwarna biru. Remaja: coklat dan berbintik-bintik.
Iris abu-abu, paruh hitam kemerahan, kaki abu-abu coklat seperti batu.
Suara: Siulan murung,
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan
Penyebaran lokal dan status: Tidak jarang terdapat di hutan primer perbukitan pada ketinggian antara 700-1.600
m. Tetapi juga diketahui terdapat di dataran rendah.
Kebiasaan: Seperti paok kecil lainnya.
Catatan: Nama asli Gould's arquata diubah oleh Salvadori pada tahun 1874 menjadi arcuata. Nama yang kedua ini
masih dipakai in lit.

461. PAOK KEPALA-BIRU Pitta baudii Lembar Gambar 53


(I: Blue-headed Pitta)
Deskripsi: Berukuran kecil (17 cm), punggung merah-sawo matang, ada garis putih mencolok pada sayap yang
hitam. Jantan dan betina berbeda. Jantan: punggung merah padam, mahkota dan ekor biru terang; dada atas dan garis
mata hitam (kontras dengan tenggorokan yang putih); dada bawah dan perut biru ungu gelap (terlihat hitam di
lapangan). Betina: berwarna lebih suram, tubuh bagian atas merah-sawo matang, ekor biru, tubuh bagian bawah
coklat pucat, tenggorokan abu-abu pucat. Iris abu-abu, paruh hitam, kaki gading.
Suara: Lembut, menurun: "porr-y-or" atau "porr-or". Juga suara tanda bahaya dari betina: "hwii-ouu" (Lambert)
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan
Penyebaran lokal dan status: Terdapat di seluruh hutan dataran rendah di Kalimantan sampai ketinggian 600 m.
Cukup umum terdapat secara lokal.
Kebiasaan: Seperti paok lain, mencari serangga di balik dedaunan yang gugur pada lantai hutan.

462. PAOK HUJAN Pitta moluccensis Lembar Gambar 53


(I: Blue-winged Pitta; M: Burung Pacat Sayap Biru)
Deskripsi: Berukuran sedang (18 cm), bertubuh gemuk, berwarna-warni. Dada merah karat, kepala hitam, alis
coklat pucat, punggung hijau. Sayap biru terang dengan bercak putih, tenggorokan putih, tunggir merah.
Iris coklat, paruh kehitaman, kaki coklat pucat.
Suara: Siulan keras: "pu-wiu, pu-wiu" dengan nada kedua lebih tinggi. Di Kalimantan, suaranya dipercaya
merupakan pertanda datangnya hujan.
Penyebaran global: India tenggara, Cina barat daya, dan Asia tenggara. Pada musim dingin ke Malaysia, Sumatera,
dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk Kep.
Natuna), burung migran dan pengunjung musim dingin yang cukup umum terdapat sampai ketinggian 1.000 m.
Tercatat di kebanyakan habitat hutan, termasuk kebun. Pengembara kadang-kadang dapat mencapai Sulawesi dan
Filipina. Terdapat catatan dari Jawa dan Australia, tetapi diragukan.
Kebiasaan: Sering mengunjungi semak-semak, hutan sekunder, dan hutan mangrove. Tidak pernah jauh dari pantai.
Berjalan diam-diam, berlompatan di atas tanah seperti anis. Pada malam hari, beristirahat pada semak yang rendah,
hanya satu meter di atas tanah. Sering berburu di sepanjang badan air.
Catatan: Mungkin sejenis dengan Paok India P. brachyura.

463. PAOK BIDADARI Pitta nympha Lembar Gambar 53


(I: Fairy Pitta)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm), berwarna-warni. Seperti Paok hujan. Perbedaannya: tubuh bagian bawah
lebih pucat dan lebih abu-abu, ada bercak biru langit pada sayap dan tungging.
Iris coklat, paruh dan kaki kehitaman.
Suara: Mirip Paok hujan.
Penyebaran global: Berbiak di Jepang, Korea, dan Cina timur. Pada musim dingin pindah ke selatan sampai Cina
selatan, Indocina, dan Kalimantan.
136
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Tercatat ke selatan pada bulan Oktober sampai Maret,
melewati Kalimantan. Umum terdapat sampai ketinggian 1.000 m, terutama di bagian utara.
Kebiasaan: Seperti Paok hujan.
Catatan: Mungkin sejenis dengan Paok India P. brachyura

464. PAOK BAKAU Pitta megarhyncha Lembar Gambar 53


(I: Mangrove Pitta; M: Burung Pacat Bakau)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm), berwarna-warni. Seperti Paok hujan. Perbedaannya: hampir seluruh mahkota
coklat polos, tunggir dan bercak sayap biru terang, paruh lebih besar.
Iris coklat, paruh dan kaki kehitaman.
Suara: Seperti Paok hujan, tetapi lebih menyeret dengan interval antar nada lebih pendek. Penyebaran global:
Pesisir barat Malaysia, dari Sunderbans sampai Singapura.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni hutan mangrove, ke selatan melewati Kep. Riau, dataran rendah Sumatera
sebelah timur, dan Bangka. Tercatat satu kali di Kalimantan bagian utara (Baram).
Kebiasaan: Seperti Paok hujan, tetapi lebih menyukai hutan mangrove dan hutan pantai.
Catatan: Mungkin sejenis dengan Paok India P. brachyura

465. PAOK LA'US Pitta elegans Lembar Gambar 53


(I: Elegant Pitta)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm), berwarna-warni. Mahkota dan tenggorokan hitam. Alis kuning tua,
memanjang dari paruh sampai ke tengkuk, warna berubah menjadi biru. Tubuh bagian atas hijau, tungging dan
penutup sayap biru terang gemerlap, bulu primer hitam dengan garis putih. Sebagian besar tubuh bagian bawah
kuning tua, dengan bercak hitam dan merah padam pada perut dan tunggir.
Iris coklat, paruh kehitaman, kaki coklat.
Suara: Tidak ada informasi
Penyebaran global: Pulau-pulau di L. Flores dan Banda serta Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Ditemukan sekali di Nusa Penida, mungkin migran dari Lombok.
Kebiasaan: Menyukai pinggir hutan, lahan berhutan, dan semak belukar.

466. PAOK DELIMA Pitta granatina Lembar Gambar 53


(I: Garnet Pitta; M: Burung Pacat Kepala Merah)
Deskripsi: Berukuran kecil (17 cm), berwarna keunguan. Mahkota merah (atau hitam), perut merah, sayap
berbercak biru terang. Garis alis biru pucat dan sempit, bersinar di belakang mata. Remaja: coklat, mahkota dan
bagian bawah merah karat, sisi kepala kehitaman. Rasnya bervariasi. Ras Sumatera timur coccinea: dahi hitam, ada
bintik hitam pada perut yang merah. Ras Kalimantan: bentuk topi merah granatina digantikan oleh bentuk topi
hitam usheri di antara S. Lawas dan Merapok.
Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu kemerahmudaan.
Suara: Siulan memanjang, monoton, dan bergetar. Bisa dipanggil dengan rekaman kaset atau siulan tiruan.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Kadang-kadang ditemukan di hutan dataran rendah Sumatera timur sampai Medan
sebelah selatan. Di Kalimantan, sering ditemukan di hutan dataran rendah.
Kebiasaan: Berlompatan di lantai hutan yang gelap, basah, dan sering berawa, kadang-kadang pada batang rubuh
dan onggokan belukar. Cukup jinak bila pengamat berdiam diri.
Catatan: Bentuk mahkota hitam dari Kalimantan P. g. usheri kadang-kadang dimasukkan ke dalam P. venusta dan
kadang-kadang diperlakukan sebagai jenis tersendiri P. usheri, tetapi hibrida granatina x usheri cukup dikenal dan
dimasukkan ke dalam granatina.

467. PAOK TOPI-HITAM Pitta venusta Lembar Gambar 53


(I: Black-crowned Pitta)
Deskripsi: Berukuran kecil (16 cm), berwarna ungu. Kepala hitam, perut merah. Ada bercak biru pucat pada sayap
dan garis alis biru pendek di belakang mata. Remaja: seluruh bulu coklat gelap, garis alis biru. Iris coklat, paruh
hitam, kaki kemerahmudaan.
Suara: Siulan merdu, mirip Paok delima.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Ditemukan di Peg. Bukit Barisan, dari Ophir ke selatan sampai Dempu. Jarang
terdapat di hutan perbukitan antara ketinggian 400-1.400 m. Catatan publikasi yang terakhir adalah pada tahun 1918.
Kebiasaan: Seperti Paok delima.
Catatan: Beberapa pakar memperlakukan jenis ini sebagai bentuk dari Paok delima. Pakar lain menggabungkannya
dengan bentuk Kalimantan bertopi hitam dari Paok delima. Pendapat yang kedua ini tidak benar (lihat deskripsi
137
Paok delima).

468. PAOK HIJAU Pitta sordida Lembar Gambar 53


(I: Hooded Pitta; M: Burung Pacat Gembala Pelanduk)
Deskripsi: Sangat mudah dikenali, berukuran sedang (18 cm), bertubuh gemuk. Kaki panjang, ekor pendek, bulu
hijau dengan kepala hitam. Tubuh bagian atas hijau, penutup sayap biru dengan bercak sayap putih. Kepala hitam,
dada dan perut hijau, tunggir merah terang. Topi ras migrasi kecoklatan, topi burung penetap hitam, tetapi keduanya
terlihat hitam di hutan.
Iris coklat, paruh hitam, kaki berwarna seperti daging.
Suara: Siulan ganda: "pih-pih" berulang dalam interval pendek.
Penyebaran global: India sampai Cina barat daya, Asia tenggara, Filipina, Sulawesi, Sunda Besar, dan P. Irian.
Penyebaran lokal dan status: Populasi utara pada musim dingin pindah ke Malaysia, Sumatera (termasuk Nias,
kepulauan di Selat Malaka, dan Bangka), serta Jawa. Populasi penetap menghuni Sumatera (termasuk Bangka dan
Belitung), Kalimantan, dan Jawa barat. Mengunjungi hutan yang agak basah, kebanyakan di dataran rendah sampai
ketinggian 800 m. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Berlompatan di lantai hutan. Membalikkan dedaunan dan mematuki kayu mati untuk mencari
invertebrata. Terlihat mencolok sewaktu terbang karena ada bercak putih besar pada sayap yang gelap. Pada malam
hari, tidur pada cabang terbuka atau pohon merambat yang rendah. Sangat jinak, mudah didekati dengan cahaya
senter.

469. PAOK PANCAWARNA Pitta guajana Lembar Gambar 53


(I: Banded Pitta; M: Burung Pacat Bukit)
Deskripsi: Mudah dikenali, berukuran sedang (22 cm), bertubuh gemuk, berwarna keemasan bergaris-garis. Kepala
hitam dengan alis lebar kuning mencolok dan khas. Punggung dan sayap coklat dengan garis sayap putih, ekor biru,
dagu putih. Ras pada masing-masing pulau memiliki ciri masing-masing. Ras Kalimantan dan Jawa: dada dan sisi
lambung bergaris-garis hitam dan kuning, ras Sumatera: bergaris-garis biru dan jingga. Jantan di Jawa: ada garis biru
pada dada atas, ras Kalimantan: bercak biru pada dada bawah. Ras Sumatera: perut biru dan tengkuk jingga, garis
sayap putih lebih lebar. Betina: lebih suram dan lebih merah.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: a) Agak keras “pa-oh” suara tinggi “pieuw” atau b) suara lembut “parrrr”.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, kebanyakan ditemukan di dataran rendah sampai ketinggian 500 m. Di
Kalimantan, tercatat di dataran rendah, tetapi kebanyakan di perbukitan pada ketinggian antara 500-1.500 m.
Penyebaran di kedua pulau ini agak terbatas. Di Jawa dan Bali, tidak umum terdapat di hutan sampai ketinggian
1.500 m, tetapi sangat banyak terlihat di tempat-tempat tertentu. Populasi yang tersisa di hutan-hutan masih bertahan
terhadap tekanan penangkapan besar-besaran, paling sedikit dalam jangka pendek.
Kebiasaan: Menyukai hutan primer dan hutan sekunder tertutup, berlompatan cepat di sepanjang lantai atau di
sepanjang batang mati. Kadang-kadang ditemukan di semak rendah, pada pohon salak atau rotan. Bersifat pemalu,
kadang-kadang terlihat melompat melewati jalan setapak di hutan, tetapi lebih sering hanya terdengar suaranya.
Pada malam hari bertengger pada vegetasi rendah, hanya setinggi 1-3 m dari atas tanah.

BRANJANGAN - SUKU ALAUDIDAE

Suku burung berukuran sedang, tersebar di seluruh dunia. Kaki pendek. Kebanyakan hidup di atas tanah di daerah
terbuka. Secara sepintas terlihat seperti burung apung. Perbedaannya adalah terbang lebih lemah, ekor lebih pendek,
paruh lebih tebal, dan jambul pendek tegak pada beberapa jenis.
Bernyanyi ketika terbang. Beberapa jenis terbang tinggi sambil diam di udara dengan gaya menggelepar,
bernyanyi penuh irama dan terdengar indah. Makan dan bersarang di atas tanah.
Di Sunda Besar hanya ada dua jenis.

470. BRANJANGAN JAWA Mirafra javanica Lembar Gambar 54


(I: Australian Lark)
Deskripsi: Berukuran kecil (14 cm), berwarna coklat kemerahan, berbintik hitam rapat. Hidup di atas tanah. Tubuh
bagian bawah kuning kebo burik hitam, bulu ekor luar hitam. Sepintas seperti burung apung, tetapi paruh lebih tebal
serta ekor dan tungkai lebih pendek. Perbedaannya dengan Branjangan-langit kecil adalah sayap merah karat.
Iris coklat gelap, paruh atas coklat, paruh bawah kekuningan, kaki kemerahmudaan dengan taji sangat panjang.
Suara: Getaran nada mendengking yang lembut dan jelas. "Cirrap" pada saat terancam.
138
Penyebaran global: Afrika, India, Cina tenggara, Asia tenggara, Filipina, Kalimantan selatan, Jawa, Bali, dan
sepanjang Indonesia bagian timur sampai ke P. Irian dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan hanya diketahui dari Banjarmasin. Cukup umum terdapat di daerah
terbuka sampai ketinggian 800 m di Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Hidup sendirian atau dalam kelompok yang tidak rapat, mengunjungi daerah terbuka yang berumput
pendek dan padang yang berjerami. Biasanya berjalan di tanah atau terbang perlahan menggelepar bergelombang.
Bernyanyi di atas tanah atau di udara, selama terbang atau melayang pada saat turun secara tegak lurus. Kadang-
kadang berbunyi pada malam hari. Beristirahat pada kawat telepon atau di semak-semak. Sering mandi debu.

471. BRANJANGAN-LANGIT KECIL Alauda gulgula Lembar Gambar 54


(I: Oriental Skylark)
Deskripsi: Berukuran kecil (19 cm), berwarna coklat berbintik-bintik. Seperti burung apung dengan alis pucat yang
samar dan sedikit jambul. Dibandingkan dengan burung apung: paruh lebih berat, terbang lebih lemah, dan postur
berbeda. Perbedaannya dengan Branjangan Jawa: tanpa warna merah karat pada sayap dan tingkah laku berbeda.
Iris coklat, paruh berwarna gading, kaki abu-abu.
Suara: Nyanyian yang indah, mengalir, dan nyaring, sewaktu terbang, sering tinggi di udara. Burung pengembara
tidak bernyanyi.
Penyebaran global: Berbiak di daerah Palaeartik dan bermigrasi ke selatan pada musim dingin.
Penyebaran lokal dan status: Pengembara yang jarang mencapai Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Lebih menyukai tanah terbuka dengan rerumputan pendek. Berbeda dengan branjangan karena tidak
pernah bertengger di pepohonan.

BURUNG LAYANG-LAYANG - SUKU HIRUNDINIDAE

Suku yang dikenal baik di seluruh dunia. Anggun, badan ramping, dan sayap panjang meruncing. Hidup
berkelompok dan menangkap serangga di udara, berburu ke sana kemari di sepanjang sungai, atau terbang
melingkar di udara. Sepintas seperti walet, tetapi terbang lebih lamban. Melayang dengan sayap setengah tertutup,
tidak seperti walet yang terbang melayang dengan sayap terbentang penuh. Kedua jenis kelamin mirip.
Berbeda dengan walet, sering bertengger pada pohon, kawat telepon, antena televisi, tiang, atau rumah.
Berdiam di tanah untuk minum dari kolam air, mengumpulkan lumpur untuk sarang, kadang-kadang menangkap
semut dan serangga lain. Sarang terbuat dari lumpur dan berbentuk seperti cangkir, dibangun di bawah langit-langit
rumah atau menggantung di tebing. Beberapa jenis menggali lubang di tepi sungai. Terkenal karena kemampuannya
bermigrasi.
Di Sunda Besar ada enam jenis, empat di antaranya merupakan pengunjung.

472. LAYANG-LAYANG PASIR Riparia riparia Lembar Gambar 54


(I: Sand-martin)
Deskripsi: Berukuran kecil (12 cm), berwarna coklat. Tubuh bagian bawah putih, ada pita coklat khas pada dada.
Remaja: tenggorokan kuning tua.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Mencicit resik.
Penyebaran global: Tersebar luas di dunia (kecuali Australia). Pada musim dingin, burung Erasia bermigrasi ke
selatan sampai Asia tenggara dan Filipina.
Penyebaran lokal dan status: Secara teratur dalam jumlah kecil mencapai Kalimantan bagian utara. Pernah sekali
tercatat di Kalimantan (daerah Kapuas).
Kebiasaan: Tinggal di paya-paya dan sungai. Terbang menyapu di atas air atau hinggap pada cabang pohon mati
yang mencolok.

473. LAYANG-LAYANG API Hirundo rustica Lembar Gambar 54


(I: Barn Swallow; M: Sualo Api)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm termasuk bulu ekor yang memanjang), berwarna biru mengilap dan putih.
Tubuh bagian atas berwarna biru baja, pinggir tenggorokan kemerahan, perut putih, ada garis biru pada dada atas.
Ekor sangat panjang, dengan bintik putih dekat ujung bulu. Perbedaannya dengan Layang-layang batu: perut putih
bersih, ekor lebih memanjang, garis dada biru. Remaja: bulu lebih suram, tanpa pita panjang pada ekor, lebih sulit
dibedakan dengan Layang-layang batu.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Nada tinggi "twit" dan panggilan mencicit.
139
Penyebaran global: Hampir ada di seluruh dunia. Berbiak di belahan utara. Pada musim dingin, bermigrasi ke
selatan melalui Afrika, Asia, Asia tenggara, Filipina, dan Indonesia, menuju P. Irian dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang umum pada semua ketinggian di Sunda Besar
(termasuk pulau-pulau di sekitarnya).
Kebiasaan: Melayang dan melingkar di udara atau terbang rendah di atas tanah atau air untuk menangkap serangga
kecil. Hinggap pada cabang pohon yang mati, tiang, atau kawat telepon. Mencari makan sendiri-sendiri tetapi dalam
jumlah besar di satu tempat. Kadang-kadang bergabung dalam kelompok besar, bahkan ketika berada di dalam kota.

474. LAYANG-LAYANG BATU Hirundo tahitica Lembar Gambar 54


(I: Pacific Swallow; M: Sualo Batu)
Deskripsi: Berukuran kecil (14 cm), berwarna kuning tua, merah, dan biru. Tubuh bagian atas berwarna biru baja,
dahi berwarna coklat berangan. Perbedaannya dengan Layang-layang api: bagian bawah putih kotor, ekor kurang
memanjang dan tanpa pita panjang, tanpa garis biru pada dada, ukuran sedikit lebih kecil, dan terlihat kurang
menarik.
Iris coklat, paruh hitam, kaki coklat.
Suara: Cicitan menyenangkan dan suara tanda bahaya bernada tinggi "twit".
Penyebaran global: India selatan, Asia tenggara, Filipina, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar, sampai P.
Irian dan Tahiti.
Penyebaran lokal dan status: Di Sunda Besar (termasuk pulau-pulau di sekitarnya), banyak terdapat di daerah
terbuka terutama di atas air sampai ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Biasanya ditemukan dalam kelompok kecil yang terpisah-pisah. Mencari makan sendiri-sendiri dalam
lingkaran atau melayang rendah di atas air. Pada musim dingin sering bergabung dengan walet, tetapi tidak
berkumpul dalam kelompok besar untuk bermalam. Sarang berupa cangkir dari gumpalan lumpur, menempel di
bawah langit-langit, jembatan atau bergantung di bebatuan. Sarang ini mempunyai jalan masuk berupa lubang
terbuka di bagian atasnya.

[475. LAYANG-LAYANG GUA Hirundo daurica Lembar Gambar 54


(I: Red-rumped Swallow; M: Sualo Gua)
Deskripsi: Berukuran besar (18 cm). Tunggir berwarna coklat berangan pucat, kontras dengan tubuh bagian atas
yang biru gelap baja. Tubuh bagian bawah putih, seluruhnya burik hitam. Ekor panjang dan terbelah dalam. Di
lapangan tidak dapat dibedakan secara pasti dengan Layang-layang loreng.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Suara resik sewaktu terbang.
Penyebaran global: Berbiak di Erasia, bermigrasi ke selatan pada musim dingin ke Afrika, India, dan Asia
tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Sumatera utara dan kemungkinan di Kalimantan bagian utara. Tidak ada
contoh spesimen, besar kemungkinan tertukar dengan Layang-layang loreng.
Kebiasaan: Seperti Layang-layang loreng.
Catatan: Beberapa pakar memasukkan Layang-layang loreng ke dalam jenis ini, tetapi lihat Vauri (1951).]

476. LAYANG-LAYANG LORENG Hirundo striolata Lembar Gambar 54


(I: Striated Swallow)
Deskripsi: Berukuran besar (20 cm). Dada burik, tunggir merah. Tubuh bagian atas biru seperti baja, tubuh bagian
bawah putih kotor dengan burik hitam, ekor terbelah dalam.
Iris coklat, paruh hitam, kaki keabuan.
Suara: Biasanya diam, tetapi kadang-kadang bersuara keras "ciuw-ciuw" atau getaran "sywirrr".
Penyebaran global: India timur laut, Asia tenggara, Filipina, Semenanjung Malaysia, Jawa, Bali, dan Nusa
Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat dari Sumatera selatan (kemungkinan merupakan burung tidak berbiak dari
Jawa) dan Kalimantan bagian utara (mungkin penetap atau pengunjung dari Filipina). Di Jawa dan Bali tidak umum
terdapat sampai ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Mirip layang-layang lain, tetapi lebih sering terdapat di dataran rendah dekat daerah pertanian. Hidup
berpasangan atau dalam kelompok kecil. Dibandingkan dengan layang-layang lain, terbang dengan kepakan yang
lebih perlahan dan lebih sering terbang melayang. Sarang berbentuk cangkir dari gumpalan lumpur, dengan
terowongan keluar ditempelkan pada langit-langit atau tembok.

477. LAYANG-LAYANG RUMAH Delichon dasypus Lembar Gambar 54


(I: Asian House-martin)
Deskripsi: Berukuran kecil (13 cm), gemuk, berwarna hitam dan putih. Tungging putih dan ekor membelah ringan
140
khas. Tubuh bagian atas biru seperti baja, tunggir putih, dada putih keabuan.
Iris coklat, paruh hitam, kaki kemerahmudaan.
Suara: Gemerincing yang gembira.
Penyebaran global: Berbiak di India utara sampai Jepang. Pada musim dingin bermigrasi ke selatan sampai Asia
tenggara, Filipina (jarang), dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Cukup umum terdapat di Sumatera utara (termasuk Kep. Riau). Terpencar-pencar di
Kalimantan, Jawa, dan Bali, kebanyakan tercatat di perbukitan sampai ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Hidup sendirian, berbaur dengan layang-layang lain atau dengan walet. Lebih banyak di udara
dibandingkan layang-layang lain. Umumnya terlihat sewaktu terbang melayang.

BURUNG BENTET-KEDASI - SUKU CAMPEPHAGIDAE

Suku burung dari Dunia Lama. Walaupun namanya mirip, sebenarnya tidak ada hubungan dekat, baik dengan
burung kedasi maupun dengan bentet. Beberapa jenis sepintas terlihat mirip kedasi dalam bentuk dan bulu,
sedangkan jenis-jenis lain mirip dengan bentet pada paruhnya yang berkait dan kuat, untuk menangkap serangga.
Burung Bentet-kedasi mempunyai bulu yang halus dan lembut serta kaki pendek. Kebanyakan jenis sangat
ribut, mencolok, hidup berkelompok pada tajuk pohon. Kebanyakan mempunyai warna yang buram, hitam-putih,
atau abu-abu. Kecuali burung sepah, bulunya sangat berwarna-warni, dengan warna utama merah terang dan kuning.
Semuanya memakan serangga, beberapa jenis juga pemakan buah-buahan. Terkecuali burung kapasan, tidak pernah
turun ke tanah. Burung Bentet-kedasi membuat sarang yang berbentuk mangkuk pada tajuk pohon. Dari penelitian
yang didasarkan pada hibridisasi DNA, Sibley dan Monroe (1990) menggabungkan Bentet-kedasi dengan Kepudang
sebagai salah satu suku di antara Corvidae (Gagak-gagakan).
Di Sunda Besar terdapat 15 jenis.

478. JINGJING BUKIT Hemipus picatus Lembar Gambar 55


(I: Bar-winged Flycatcher-shrike; M: Rembah Bukit)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna hitam dan putih. Sepintas seperti Jingjing batu tetapi memiliki garis
sayap yang putih lebar. Dibandingkan dengan Sepah padang, ukurannya lebih kecil dan tunggir keputih-putihan.
Perbedaannya dengan Kapasan kemiri dan Sikatan belang yaitu tidak ada alis putih.
Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Ribut, bernada tinggi "cir-rap cir-rap" (Smythies).
Penyebaran global: India, Cina barat daya, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan, umum terdapat di hutan-hutan pegunungan dan bukit,
pada ketinggian antara 700-2.000 m (di Kalimantan kadang-kadang lebih rendah lagi).
Kebiasaan: Hidup berkelompok, sering berbaur dengan burung jenis lain. Mencari makan pada tajuk-tajuk hutan.
Mengendap-endap untuk mendapatkan serangga yang tersembunyi atau terhalau, lalu menyambarnya seperti burung
bentet.

479. JINGJING BATU Hemipus hirundinaceus Lembar Gambar 55


(I: Black-winged Flycatcher-shrike; M: Rembah Batu)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna hitam dan putih. Pada jantan, bagian atas hitam dengan tunggir dan
sisi bulu ekor terluar putih, bagian bawah putih. Betina mirip dengan jantan, tetapi warna hitam diganti dengan
coklat. Perbedaannya dengan Jingjing bukit yaitu tidak ada garis putih pada sayap, dengan Sepah padang yaitu
bagian atas berwarna gelap dan tunggir putih, dengan Kapasan kemiri dan Sikatan belang yaitu tidak adanya alis
putih.
Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Keras dan serak "ti-ti-ti-ti, hii-tiit-tiit-tiit" atau "hii-tu-wiit" berubah-ubah dengan suara tinggi "ciit-wiit-wiit-
wiit".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Cukup umum di dataran rendah dan perbukitan, sampai ketinggian 1.100 m di
Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk pulau-pulau di Kalimantan bagian utara),
serta minimal sampai ketinggian 1.500 m di Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Mengunjungi pinggir hutan. Hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil, sering berbaur dengan
burung jenis lain, beterbangan di antara pucuk-pucuk pohon kecil.

480. JINGJING PETULAK Tephrodornis gularis Lembar Gambar 55


(I: Large Woodshrike)
Deskripsi: Berukuan agak kecil (18 cm), berwarna abu-abu dan putih dengan tunggir putih. Tubuh bagian atas pada
jantan abu-abu, pada betina coklat. Tubuh bagian bawah putih bernuansa abu-abu pada dada. Bertopeng gelap, paruh
141
berkait pada ujungnya.
Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Berulang "wit-wit-wit..." (D.A.H.). Keras "ciuw chiuw", suara ribut tidak henti-henti "kii-a kiia", atau suara
serak "criik criik cii-rii" atau "cii-rii-rii-cii, rii, riioo-riioo".
Penyebaran global: India, Cina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan, sering ditemukan di hutan dataran rendah sampai
ketinggian 1.000 m, di Sumatera lebih umum terdapat di pesisir. Di Jawa, tidak umum di hutan hujan dataran rendah
sampai ketinggian 1.500 m. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Berpasangan atau berkelompok kecil yang ribut, beterbangan di sekitar tajuk pohon pendek. Mengejar
serangga yang diganggunya, sering berburu dari tenggeran. Juga menangkap serangga dari permukaan air.
Menyukai pinggir hutan dan hutan yang terbuka.
Catatan: Penelitan DNA menunjukkan bahwa Tephrodornis tidak sejenis kepudang burung Bentet-kedasi yang lain
tetapi sekerabat dengan Bentet kelabu.

481. KEPUDANG-SUNGU JAWA Coracina javensis Lembar Gambar 55


(I: Malaysian Cuckoo-shrike; M: Sewah Besar)
Deskripsi: Berukuran besar (28 cm), berwarna abu-abu, menyerupai bentet. Pada jantan, tubuh bagian atas abu-abu,
sisi bulu sayap keputih-putihan. Dua bulu ekor tengahnya abu-abu, bulu ekor lainnya bergradasi lebih pucat ke luar.
Perutnya keputih-putihan, kekang dan kacamata hitam, tenggorokan abu-abu gelap. Betina berwarna lebih pucat,
karena garis abu-abu pada dada bawah dan sisi tubuh. Remaja mirip dengan betina tetapi lebih coklat, dengan garis
yang lebih tebal pada bagian bawah dan tunggir.
Iris coklat, paruh hitam, kaki coklat gelap.
Suara: Siulan keras, menusuk "pii-iio, pii-ioo", "twiir" atau "twii-iit".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Jawa, dan Bali
Penyebaran lokal dan status: Di Jawa dan Bali tersebar luas, secara lokal cukup umum di pesisir dan daerah
rendah sampai ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Umumnya hidup sendirian atau berpasangan. Tinggal di puncak-puncak pohon tertinggi, sering di
pinggir hutan bekas tebangan.
Catatan: Oleh beberapa pakar, dianggap sebagai ras dari Kepudang-sungu besar C. novaeholandiae/caledonica.

482. KEPUDANG-SUNGU GUNUNG Coracina larvata Lembar Gambar 55


(I: Sunda Cuckoo-shrike)
Deskripsi: Berukuran sedang (23 cm), berwarna hitam keabuan, menyerupai bentet. Dewasa berwarna abu-abu
debu, bulu ekor dan bulu terbang kehitaman, topeng wajah hitam (lebih lebar pada jantan). Betina tidak bergaris-
garis. Remaja seperti dewasa tetapi sisi bulunya putih.
Iris coklat gelap, paruh dan kaki hitam.
Suara: Siulan berdering, serak "iiooo-iiooo-iiooo" atau "syriiook", serta nyanyian keras mendesah aneh.
Penyebaran global: Endemik di Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Endemik di daerah pegunungan Sunda Besar. Di Sumatera, umum terdapat di bagian
utara dan barat (tetapi tidak tercatat di Peg. Bukit Barisan bagian selatan dari G. Kerinci), pada ketinggian antara
850-2.200 m. Di Kalimantan, umum terdapat di daerah yang lebih tinggi, di G. Kinabalu, paling sedikit sampai Peg.
Mueller di Kalimantan. Di Jawa, terdapat di daerah tertentu, di pegunungan yang lebih tinggi. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Sering mengunjungi hutan pegunungan dan hutan cemara. Umumnya hidup sendirian atau berpasangan,
kadang-kadang berbaur dengan kelompok burung jenis lain. Memakan buah-buahan dan serangga.

483. KEPUDANG-SUNGU SUMATERA Coracina striata Lembar Gambar 55


(I: Bar-bellied Cuckoo-shrike; M: Sewah Rimba)
Deskripsi: Berukuran sedang (28 cm), menyerupai bentet, berwarna abu-abu. Jantan berwarna abu-abu, ujung sayap
dan paruh kehitaman, tungging dan tunggir lebih pucat, bergaris abu-abu gelap. Garis-garis pada betina lebih tebal,
lebih banyak warna hitam dan putih, melebar lebih ke atas sampai perut.
Iris kuning pucat, paruh hitam, kaki coklat.
Suara: Siulan ganda merdu dan jernih, atau 4 nada "kliu kliu", "krriíwt-krriíwt" sewaktu terbang.
Penyebaran global: Filipina, Kep. Andaman, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, dan P. Kangean.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk pulau-
pulau di sekitarnya), sering ditemukan di hutan dataran rendah (sampai ketinggian 900 m di Sumatera). Di P.
Kangean, ras endemik vordermanni tidak jarang ditemukan di pesisir.
Kebiasaan: Mengunjungi puncak pohon tertinggi. Terbang sangat tinggi, dalam kelompok kecil.

484. KEPUDANG-SUNGU KECIL Coracina fimbriata Lembar Gambar 55


142
(I: Lesser Cuckoo-shrike; M: Sewah Kecil)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (20 cm), berwarna gelap, menyerupai bentet. Jantan memiliki tubuh abu-abu gelap,
bagian bawah lebih pucat, sayap dan ekor hitam, kepala kehitaman. Betina berwarna lebih pucat daripada jantan,
dengan garis-garis pucat pada bagian bawah. Remaja berwarna lebih coklat, dengan garis-garis abu-abu dan putih
pada badannya yang putih.
Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Siulan jernih, tenang, satu nada "cii-wii ... chii-wii" atau "cwiit, wiiit-wiit-wiit-wiit-wiit", dikeluarkan
sewaktu mencari makan.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sunda Besar kadang-kadang ditemukan di hutan dataran rendah dan perbukitan
(sampai ketinggian 1.000 m di Sumatera, sampai ketinggian 1.500 m di Jawa).
Kebiasaan: Lebih menyukai hutan primer tetapi juga mengunjungi lahan pertanian dan perkebunan di sekitar hutan.
Berdiam di puncak pohon, sendirian atau berpasangan, sering dalam kelompok campuran.

485. KAPASAN KEMIRI Lalage nigra Lembar Gambar 55


(I: Pied Triller; M: Burung Sewah Kapas)
Deskripsi: Berukuran kecil (16 cm), berwarna hitam dan putih. Pada jantan, tubuh bagian atas hitam, garis sayap
putih dengan pinggiran putih sampai penutup sayap dan bulu ekor terluar. Alisnya putih lebar, setrip mata hitam,
tunggir abu-abu, tubuh bagian bawah putih. Betina mirip jantan, tetapi lebih berwarna coklat daripada hitam dan
seluruh dada bergaris hitam. Remaja seperti betina, tetapi tubuh bagian atas burik kuning dan tubuh bagian bawah
putih burik abu-abu.
Iris coklat, paruh abu-abu dengan ujung hitam, kaki hitam.
Suara: Parau ganda "cuk-cuk", atau nada gemetar menurun "tre-tre-tre-tre-tre". Suara lebih merdu daripada Kapasan
sayap-putih.
Penyebaran global: Filipina, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sunda Besar (termasuk pulau-pulau di sekitarnya), cukup umum terdapat di
daerah terbuka dan perkebunan dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m. Di daratan Jawa sebelah timur
digantikan oleh Kapasan sayap-putih. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Lebih menyukai habitat terbuka, hutan mangrove, dan hutan cemara kecil, mencari serangga di antara
dedaunan pohon-pohon kecil. Terbang dari pohon ke pohon dengan menggelombang lamban. Kadang-kadang turun
ke tanah. Umumnya agak pemalu, tersembunyi dengan baik di antara dedaunan. Hidup sendirian, berpasangan, atau
kadang-kadang dalam kelompok kecil.

486. KAPASAN SAYAP-PUTIH Lalage sueurii Lembar Gambar 55


(I: White-shouldered Triller)
Deskripsi: Berukuran kecil (17 cm), berwarna hitam dan putih. Mirip dengan Kapasan kemiri, tetapi badannya
sedikit lebih besar, alis lebih sempit, dan warna putih pada sayap lebih sedikit (jadi sebetulnya tidak sesuai dengan
namanya!). Jantan kadang-kadang mempunyai dagu berwarna kekuning-kuningan, betina mempunyai pinggiran
merah karat pada bulu terbang.
Iris coklat, paruh abu-abu dan berujung hitam, kaki hitam.
Suara: Siulan metalik, ramai, penuh semangat, kadang-kadang dikeluarkan sewaktu terbang "ji-ji-ji-juiy-juiy-juiy.
Penyebaran global: Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi.
Penyebaran lokal dan status: Di Jawa timur dan Bali, cukup umum terdapat di lahan pertanian dan di dataran
rendah terbuka. Mungkin hidup bersama atau berbaur dengan Kapasan kemiri di daerah Kediri dan Malang.
Kebiasaan: Seperti Kapasan kemiri tetapi lebih menyukai habitat yang lebih kering. Mempunyai kebiasaan yang
lebih mencolok.

487. SEPAH PADANG Pericrocotus divaricatus Lembar Gambar 56


(I: Ashy Minivet; M: Burung Mas Padang)
Deskripsi: Burung sepah berukuran besar (20 cm), berwarna hitam, abu-abu, dan putih khas. Perbedaannya dengan
burung kapasan yaitu ukuran lebih besar dan tidak ada garis sayap, dengan Bentet-kedasi yaitu tubuh bagian bawah
yang putih dan tunggir abu-abu. Jantan memiliki topi, setrip mata, dan bulu terbang hitam, serta bagian atas abu-abu
dan bagian bawah putih. Betina lebih pucat dan lebih abu-abu.
Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Getaran gemerincing yang dikeluarkan sewaktu terbang.
Penyebaran global: Asia timur laut dan Cina timur. Pada musim dingin, bermigrasi ke selatan sampai Asia
tenggara, Filipina, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Sumatera dan Kalimantan bagian utara. Pengunjung tidak tetap di dataran
rendah pesisir, jarang ditemukan pada ketinggian lebih dari 900 m.
143
Kebiasaan: Memburu serangga pada tajuk pohon. Sewaktu terbang, kurang terlihat mencolok dibandingkan dengan
burung sepah yang berwarna terang. Membentuk kelompok sampai 15 ekor.

488. SEPAH KECIL Pericrocrotus cinnamomeus Lembar Gambar 56


(I: Small Minivet)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna abu-abu, merah, dan hitam. Perbedaannya dengan burung sepah lain
adalah kepala dan mantel jantan abu-abu serta tubuh bagian bawah betina keputih-putihan dan lebih buram.
Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Bernada tinggi, berdering "tsyi-tsyi-tsyi-tsyi", merupakan panggilan di antara anggota kelompok.
Penyebaran global: India, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), Kalimantan, Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Status di Kalimantan tidak diketahui. Pada akhir abad yang lalu, seekor dikoleksi di
Kalimantan selatan, mungkin merupakan pengembara dari Jawa. Penghuni tetap di Jawa dan Bali, tersebar luas dan
cukup umum terdapat di dataran rendah. Di Sumatera dan Kalimantan, digantikan keberadaannya oleh Sepah tulin.
Kebiasaan: Lebih menyukai hutan terbuka, hutan mangrove, tanah pertanian, dan pedesaan. Terbang dalam
kelompok kecil yang aktif dan ribut, mencari makan di puncak pohon-pohon yang tinggi.

489. SEPAH TULIN Pericrocotus igneus Lembar Gambar 56


(I: Fiery Minivet; M: Burung Mas Tulin)
Deskripsi: Burung sepah berukuran kecil (15 cm), berwarna merah padam dan hitam. Jantan merah terang dengan
kepala, punggung, sayap, dan tengah ekor hitam mengilap serta sapuan jingga pada perut dan sisi ekor. Pada betina,
kepala dan punggung abu-abu, muka dan tubuh bagian bawah kuning, berubah menjadi jingga pada penutup bawah
ekor dan tunggir.
Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Meninggi, merdu "swii-iit".
Penyebaran global: Palawan, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Penetap di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan.
Ditemukan di hutan mangrove dan hutan-hutan sampai ketinggian 200 m di Sumatera.
Kebiasaan: Seperti burung sepah yang lain.
Catatan: Beberapa pakar burung memperlakukan burung ini sebagai ras dari Sepah kecil.

490. SEPAH DAGU-KELABU Pericrocotus solaris Lembar Gambar 56


(I: Grey-chinned Minivet; M: Burung Mas Dagu Kelabu)
Deskripsi: Burung sepah berukuran sedang (17 cm), berwarna merah atau kuning. Jantan berwarna merah,
perbedaannya dengan burung sepah lain yaitu tenggorokan dan penutup telinga yang abu-abu gelap suram. Betina
berwarna kuning, ciri utamanya yaitu tidak ada warna kuning pada dahi, penutup telinga, dan tenggorokan.
Iris coklat gelap, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Lembut, sedikit parau "tsii-sip".
Penyebaran global: Himalaya, Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni tetap yang umum di pegunungan Sumatera dan Kalimantan bagian utara
(dari G. Kinabalu ke selatan sampai Liang Kubung dan Penrissen), di hutan-hutan pada ketinggian antara 1.200-
2.000 m.
Kebiasaan: Seperti burung sepah yang lain.

491. SEPAH GUNUNG Pericrocotus miniatus Lembar Gambar 56


(I: Sunda Minivet)
Deskripsi: Burung sepah berukuran besar (19 cm), berwarna merah dan hitam dengan ekor panjang. Ciri-ciri betina
adalah kombinasi kepala hitam, ekor sangat panjang, dan tidak ada warna merah pada bulu sekunder. Betina cukup
unik dengan warna bulu hitam dan merah seperti jantan, warna merah meliputi tenggorokan, dagu, dan dahi, serta
mantel yang kemerahan.
Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Keras bergetar "cii-cii-cii" atau suara keras berkepanjangan "tsrii-ii".
Penyebaran global: Endemik di Sumatera dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Pegunungan di Sumatera (Leuser dan sepanjang Bukit Barisan sampai Dempu)
dan Jawa. Umum terdapat di hutan pegunungan pada ketinggian 1.200-2.400 m. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok besar sampai berjumlah 30 ekor. Sering mengunjungi puncak-puncak pohon di
dalam serta di dekat hutan primer dan perkebunan pinus, kadang-kadang mengunjungi lahan pertanian.

492. SEPAH HUTAN Pericrocotus flammeus Lembar Gambar 56


(I: Scarlet Minivet; M: Burung Mas Belukar)
144
Deskripsi: Burung sepah berukuran besar (19 cm), beraneka warna. Jantan berwarna hitam biru dengan dada dan
perut merah, begitu juga tungging, sisi terluar bulu ekor, dan dua bercak pada sayap. Betina berwarna lebih abu-abu
pada punggung. Warna merah pada jantan diganti dengan warna kuning pada betina, yang melebar sampai
tenggorokan, dagu, penutup telinga, dan dahi.
Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Lembut "kru-u-u-ti-tip, ti-tirr" atau "herr" berulang, serta suara bernada tinggi "sigit-sigit-sigit".
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, Filipina, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar, dan
Lombok.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni tetap di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya), Kalimantan
(distribusi terpencar tetapi tercatat di semua daerah), Jawa, dan Bali. Secara lokal umum terdapat di dataran rendah
dan perbukitan sampai ketinggian 1.500 m (di Jawa lebih tinggi lagi).
Kebiasaan: Lebih menyukai hutan primer, berlompatan di antara puncak pohon berdaun halus, berpasangan atau
dalam kelompok.

BURUNG CICA-DAUN - SUKU CHLOROPSEIDAE

Suku Oriental kecil terdiri dari burung dengan ukuran tubuh kecil sampai sedang, berwarna hijau, bersuara bagus.
Memiliki kaki pendek dan kuat serta paruh panjang dan sedikit melengkung. Bulu-bulunya rapat, panjang, dan
halus, terutama pada tunggir. Kebanyakan jenis memakan buah-buahan dan/atau serangga. Membuat sarang yang
dari suku ini, seperti mangkuk, diletakkan di ujung cabang pohon atau pada semak berdaun lebat. Burung ini tidak
bermigrasi.
Penelitian DNA baru-baru ini mengusulkan bahwa burung Cipoh dan Cica-daun dipisahkan menjadi dua
suku.
Ada tujuh jenis di Sunda Besar.

493. CIPOH JANTUNG Aegithina viridissima Lembar Gambar 57


(I: Green Iora; M: Burung Kunyit Bakau)
Deskripsi: Berukuran kecil (13 cm), berwarna hijau tua dengan garis putih pada sayap. Jantan mirip dengan Cipoh
kacat, tetapi dadanya hijau dan tubuh bagian atas berwarna lebih gelap. Betina juga mirip betina Cipoh kacat, tetapi
sedikit lebih hijau gelap, dengan kekang dan penutup telinga hijau serta garis sayap lebih condong kekuningan
daripada putih.
Iris abu-abu, paruh dan kaki hitam.
Suara: Siulan tinggi "ciiiw", berbeda dengan Cipoh kacat.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Penetap yang umum terdapat di dataran rendah Sumatera (termasuk pulau-pulau di
sekitarnya), dan Kalimantan (termasuk Kep. Natuna), sampai ketinggian 600 m.
Kebiasaan: Sama dengan Cipoh kacat, tinggal pada tajuk hutan primer dan hutan sekunder yang tinggi.

494. CIPOH KACAT Aegithina tiphia Lembar Gambar 57


(I: Common Iora; M: Burung Kunyit Kacat)
Deskripsi: Berukuran kecil (14 cm), berwarna hijau dan kuning dengan dua garis putih mencolok pada sayap.
Tubuh bagian atas hijau zaitun, sayap kehitaman, tetapi sisi bulu putih, lingkar mata kuning. Tubuh bagian bawah
kuning. Ras-ras pada masing-masing pulau bervariasi warna hijaunya. Perbedaannya dengan Cipoh jantung yaitu
kekang dan dada berwarna kuning.
Iris putih keabuan, paruh hitam kebiruan, kaki hitam kebiruan.
Suara: Beberapa suara panggilan termasuk getaran monoton dan berirama, atau siulan "ciiiii-pow atau "ciiipow,
ciiipow", akhiran "pow" yang meledak seperti suara pecut.
Penyebaran global: India, Cina barat daya, Asia tenggara, Palawan, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni tetap di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya). Kalimantan
(termasuk pulau-pulau di Kalimantan bagian utara dan Maratua), Jawa, dan Bali. Tersebar luas dan umum terdapat
di dataran rendah pesisir sampai ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: Menghuni taman, hutan mangrove, hutan terbuka, dan hutan sekunder. Umumnya sendirian atau
berpasangan, berlompatan di cabang-cabang pohon kecil, tempat burung ini bersembunyi dengan baik.

495. CICA-DAUN KECIL Chloropsis cyanopogon Lembar Gambar 57


(I: Lesser Green Leafbird; M: Burung Daun Kecil)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (17 cm), berwarna hijau terang. Sulit untuk membedakannya dengan Cica-daun
besar di lapangan. Perbedaannya yaitu ukuran lebih kecil, secara proposional paruh lebih kecil dan tidak ada bercak
145
biru pada sayap. Jantan mempunyai bercak kuning sempit pada sisi tubuh serta warna hitam pada tenggorokan.
Tenggorokan betina hijau, bukan kuning.
Iris coklat gelap, paruh hitam, kaki kehitaman.
Suara: Nyanyian penuh irama dengan istirahat yang jelas di antara frase yang terdiri atas 2 atau 3 nada, setiap frase
biasanya diulang beberapa kali.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni tetap di hutan daratan rendah di Sumatera (sampai ketinggian 700 m) dan
Kalimantan (termasuk pulau-pulau di bagian utara Kalimantan). Umum terdapat di Kalimantan, tetapi mungkin
terlewat atau memang benar-benar tidak umum di Sumatera.
Kebiasaan: Seperti cica-daun yang lain, menyukai hutan primer dan hutan sekunder yang tinggi.

496. CICA-DAUN BESAR Chloropsis sonnerati Lembar Gambar 57


(I: Greater Green Leafbird; M: Burung Daun Besar)
Deskripsi: Berukuran besar (22 cm), berwarna hijau terang dengan tenggorokan hitam (jantan) atau kuning (betina).
Setrip malar biru, terdapat bintik kebiruan pada bahu, tetapi tidak ada warna biru pada sayap. Betina mempunyai
mata kuning. Burung yang belum dewasa mirip burung betina tetapi berwarna lebih kuning.
Iris coklat gelap, paruh dan kaki abu-abu kebiruan.
Suara: Ledakan pendek terdiri dari siulan nyaring yang diselingi kicauan pendek (M. & W.). Penyebaran global:
Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni tetap di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya), Kalimantan
(termasuk Kepulaun Natuna), Jawa, dan Bali. Tersebar luas tetapi tidak umum terdapat di hutan dataran rendah dan
perbukitan sampai ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: Hidup di puncak-puncak pohon yang tinggi di hutan primer, hutan sekunder, dan hutan mangrove.
Menyukai tajuk pohon berdaun lebat, biasanya ditemukan sendirian atau berpasangan, kadang-kadang dalam
kelompok campuran.

497. CICA-DAUN DAHI-EMAS Chloropsis aurifrons Lembar Gambar 57


(I: Golden-fronted Leafbird)
Deskripsi: Berukuran cukup besar (19 cm), berwarna hijau terang dengan dahi kekuningan (jantan) dan bercak biru
bersinar pada bahu. Dahi dan tenggorokan jantan hitam. Betina mempunyai mahkota hijau kekuningan pucat, setrip
biru pada malar dan bahu, serta tenggorokan hijau. Remaja seperti betina tetapi mempunyai mahkota hijau.
Iris coklat gelap, paruh hitam, kaki kehitaman.
Suara: Nyanyian berirama dan menirukan suara burung lain.
Penyebaran global: India, Cina barat daya, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di hutan-hutan perbukitan Sumatera antara ketinggian 750-1.500 m.
Kebiasaan: Aktif mencari serangga dari tajuk atas dan tengah dengan cara menjelajahi cabang-cabang pohon secara
sistematis. Sering berbaur dengan burung jenis lain dalam kelompok campuran.

498. CICA-DAUN SAYAP-BIRU Chloropsis cochinchinensis Lembar Gambar 57


(I: Blue-winged Leafbird; M: Burung Daun Sayap Biru)
Deskripsi: Berukuran sedang (17 cm), berwarna hijau terang dengan sayap biru dan tenggorokan hitam (jantan).
Perbedaannya dengan burung cica-daun lain yaitu sayap dan sisi ekornya biru. Betina tidak mempunyai lingkar mata
kuning. Jantan mempunyai lingkaran kekuningan di sekitar bercak tenggorokannya yang hitam. Kedua jenis kelamin
mempunyai setrip malar biru. Beberapa ras bervariasi. Betina ras Kinabalu flavocincta mempunyai tenggorokan
berwarna hitam sedangkan ras yang lain berwarna hijau. Jantan Kalimantan flavocincta dan viridinucha mempunyai
dahi kuning. Jantan ras Jawa nigricollis mempunyai mahkota hijau tetapi dada bagian atas kuning keemasan. Ras
Sumatera icterocephala mempunyai mahkota dan tengkuk kuning. Semuanya bersayap lebih biru dibandingkan
dengan Cica-daun Dahi-emas.
Iris coklat gelap, paruh hitam, kaki abu-abu kebiruan.
Suara: Jelas, mengalun, musikal a) "cii, cii, ciiwiit" atau b) "cii, ciiwiit" dan nyanyian merdu.
Penyebaran global: India, Cina barat daya, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di hutan-hutan dataran rendah dan perbukitan sampai ketinggian
1.000 m di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya), Kalimantan (termasuk Natuna), dan Jawa (ditemukan
sampai ketinggian 1.500 m). Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Menghuni hutan primer dan hutan sekunder yang tinggi. Tinggal di puncak pepohonan besar.
Ditemukan sendirian, berpasangan, atau dalam kelompok kecil, berbaur dengan jenis burung lain.
Catatan: Ras flavocincta, yang ditemukan dari Pegunungan Kinabalu sampai Usun Apau dan Dulit, yang memiliki
tenggorokan hitam pada kedua jenis kelamin, mungkin sebaiknya diperlakukan sebagai jenis yang terpisah.

146
499. CICA-DAUN SUMATERA Chloropsis venusta Lembar Gambar 57
(I: Blue-masked Leafbird)
Deskripsi: Berukuran kecil (14 cm), burung yang cantik, berwarna hijau terang. Jantan mempunyai dahi dan sisi
kepala biru khas, setrip malar ungu, bercak pada tenggorokan hitam, dada bagian atas keemasan, bercak-bercak biru
pada bahu, dan ekor biru. Betina berwarna lebih terang dengan tenggorokan dan sisi kepala biru khas. Ekor hijau
kebiruan.
Iris coklat gelap, paruh hitam, ekor-hitam.
Suara: Tidak diketahui.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Lokal tetapi tidak umum terdapat di hutan-hutan perbukitan di antara ketinggian
600-1.500 m di Sumatera.
Kebiasaan: Seperti burung cica-daun yang lain.

BURUNG CUCAK-CUCAKAN - SUKU PYCNONOTIDAE

Suku besar di Asia dan Afrika. Memiliki leher dan sayap pendek, ekor agak panjang, dan paruh ramping.
Mempunyai bulu yang halus dan lembut, beberapa jenis berjambul tegak. Bulu burung jantan dan betina mirip,
kebanyakan mempunyai warna bulu yang buram dengan pola warna kuning, jingga, hitam, dan putih.
Burung cucak-cucakan terutama merupakan burung pemakan buah-buahan, walaupun mereka juga
memakan serangga. Merupakan burung yang penuh percaya diri, dengan kicauan yang ramai, dan sangat musikal
pada beberapa jenis. Cenderung hidup di pohon dan membuat sarang berbentuk mangkuk yang tidak rapi. Tidak satu
pun merupakan burung migran.
Di Sunda Besar terdapat 29 burung cucak, merbah, dan berinji.

500. CUCAK RAWA Pycnonotus zeylanicus Lembar Gambar 58


(I: Straw-headed Bulbul; M: Barau-barau)
Deskripsi: Berukuran besar (28 cm), berkepala pucat dengan kumis hitam mencolok. Mahkota dan penutup telinga
jingga jerami, punggung coklat zaitun dan bercoret putih. Sayap dan ekor coklat kehijauan, dagu dan tenggorokan
putih. Dada abu-abu bercoret putih, perut abu-abu, tungging kuning.
Iris kemerahan, paruh hitam, kaki coklat gelap.
Suara: Keras, jelas, bertalun, turun naik sembarangan, tetapi berirama baku, sahut-menyahut atau dalam koor.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Di dataran rendah dan perbukitan Sumatera (termasuk P.
Nias) dan Kalimantan, sekarang masih tersebar luas walaupun dulu lebih umum. Di Jawa terbatas di bagian barat
sampai ketinggian 800 m, tetapi sekarang sangat jarang. Digemari sebagai burung peliharaan karena pandai berkicau
sehingga terus menerus ditangkap. Sekarang didatangkan dari Sumatera dan Kalimantan untuk pasar burung di
Jawa. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Mengunjungi hutan sekunder dan pinggir hutan, sering tinggal di lahan basah yang penuh gelagah, di
dekat sungai atau rawa. Agak pemalu, tidak mencolok, lebih sering terdengar daripada terlihat.

501. CUCAK KERINCI Pycnonotus leucogrammicus Lembar Gambar 58


(I: Cream-striped Bulbul)
Deskripsi: Berukuran sedang (18 cm), berwarna coklat zaitun dengan bulu bercoretkan putih mencolok. Sayap dan
ekor hijau zaitun, jambul lebat dan agak membulat. Pinggir kepala dan dada coklat zaitun, bercoretkan putih.
Tenggorokan dan perut putih, penutup ekor bawah kuning.
Iris kuning, paruh kehitaman, kaki kehitaman.
Suara: Hidup, suara panggilan meletup-letup.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di hutan-hutan perbukitan dan Peg. Bukit Barisan, Sumatera, umum
terdapat pada ketinggian antara 800-1.200 m (di G. Kerinci tercatat sampai ketinggian 1.900 m).
Kebiasaan: Seperti cucak-cucakan hutan lain. Menyukai pegunungan bawah dan hutan sekunder yang rapat serta
perkebunan kopi.
Catatan: Dimasukkan oleh beberapa pakar burung ke dalam jenis Cucak bergaris P. striatus dari Asia tenggara.

502. CUCAK MUTIARA Pycnonotus tympanistrigus Lembar Gambar 59


(I: Spot-necked Bulbul)
Deskripsi: Berukuran kecil (16 cm), tanpa jambul, berwarna coklat zaitun. Mahkota coklat zaitun gelap. Tungging,
sayap, dan ekor kehijauan; kekang dan tenggorokan keputih-putihan. Kulit di sekitar mata hitam, penutup telinga
147
kuning. Tubuh bagian bawah berbintik coklat dan putih dengan garis-garis kuning zaitun pada penutup ekor bawah.
Iris coklat, paruh hitam, kaki coklat.
Suara: Nada ganda "tdip-diiw" dengan nada pertama lebih tinggi.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Tidak umum terdapat di hutan perbukitan Sumatera,
antara ketinggian 600-900 m. Tercatat di Peg. Bukit Barisan selatan sampai G. Kerinci, tetapi mungkin lebih selatan
sampai ke G. Dempu.
Kebiasaan: Sangat sedikit diketahui, lebih menyukai hutan sekunder dan lapisan bawah di pinggir hutan.

503. CUCAK SAKIT-TUBUH Pycnonotus melanoleucos Lembar Gambar 58


(I: Black-and-white Bulbul)
Deskripsi: Berukuran sedang (18 cm), berwarna hitam, tanpa jambul, penutup sayap berwarna putih khas. Remaja
berbintik coklat.
Iris merah sampai coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Nada ganda tanpa melodi "pet-it" (P.R.).
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Hutan-hutan di dataran rendah dan perbukitan, di Sumatera (termasuk Mentawai)
dan Kalimantan. Terdapat beberapa catatan dari Sumatera, sampai ketinggian 1.200 m, di Kalimantan mungkin
berpindah-pindah.
Kebiasaan: Menyukai hutan gambut dan hutan rawa.

504. CUCAK KURICANG Pycnonotus atriceps Lembar Gambar 58


(I: Black-headed Bulbul; M: Merbah Siam)
Deskripsi: Berukuran sedang (17 cm), berwarna kekuningan dengan kepala hitam berkilau dan tenggorokan hitam.
Tubuh bagian atas zaitun kekuningan, sayap kehitaman, ekor kehitaman dengan warna kekuningan mencolok pada
ujungnya. Tubuh bagian bawah kuning kehijauan. Bentuk warna yang jarang adalah abu-abu dengan warna putih
pada ujung sampai ekor. Bentuk warna kehijauan suram terbatas di Bawean.
Iris biru pucat, paruh hitam, kaki coklat.
Suara: Suara ramai tajam "cip", lagu baku khas yang terdiri dari sederet "ciip", "ciik", dan variasinya.
Penyebaran global: India timur laut, Asia tenggara, Palawan, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya), Kalimantan (termasuk Maratua).
Di Jawa (termasuk Bawean), cukup umum di dataran rendah sampai ketinggian 900 m. Di Bali jarang terlihat.
Kebiasaan: Sering mengunjungi pinggir hutan, hutan sekunder, dan semak-semak di tepi pantai. Sendirian atau
dalam kelompok kecil, sering berbaur dengan burung jenis lain.

505. CUCAK KUNING Pycnonotus melanicterus Lembar Gambar 58


(I: Black-crested Bulbul; M: Merbah Jambul Hitam)
Deskripsi: Berukuran agak besar (18 cm), berwarna kekuningan dengan kepala dan jambul hitam. tenggorokan ras
Sumatera dan Jawa merah terang, tenggorokan ras Kalimantan kuning. Tubuh bagian atas hijau kecoklatan, tubuh
bagian bawah kuning.
Iris kemerahan, paruh dan kaki hitam.
Suara: Ribut, nyaring "hii-tii-hii-tii-wiit" dengan nada terakhir turun.
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Cukup umum di hutan dataran rendah dan perbukitan di Sumatera sampai ketinggian
1.200 m. Penetap yang umum di gunung-gunung di Kalimantan, ditemukan dari G. Kinabalu sampai Kayan hulu
dan Lian Kubung. Di Jawa, lebih umum terdapat di Jawa barat dan Jawa bagian selatan. Di Bali jarang terlihat.
Kebiasaan: Agak pemalu, menyukai kerimbunan daun dan pepohonan tinggi di pinggir hutan dan hutan sekunder.
Kadang-kadang menyergap serangga terbang, tetapi biasanya rajin mencari buah-buahan. Menegakkan jambul bila
panas hati.
Catatan: Ras dengan tenggorokan merah dispar terdapat di Sumatera, Jawa, dan Bali. Ras dengan tenggorokan
kuning montis terdapat di Kalimantan. Ras Asia mempunyai tenggorokan hitam. Pembagian jenis ini mungkin perlu
ditinjau kembali. Beberapa pakar burung memperlakukan bentuk tenggorokan merah secara terpisah sebagai Cucak
delima Pycnonotus dispar.

506. CUCAK BERSISIK Pycnonotus squamatus Lembar Gambar 58


(I: Scaly-breasted Bulbul; M: Merbah Bersisik)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berkepala hitam. Tenggorokan dan dagu putih, dada dan sisi lambung bersisik
hitam putih khas. Punggung zaitun, tungging dan tunggir kuning terang. Ujung sayap hitam, ekor hitam dengan
ujung putih pada bulu terluar, perut putih.
148
Iris merah, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Lagu bersiulan gembira dan suara celotehan.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Agak jarang di hutan perbukitan Sumatera, Kalimantan, dan Jawa barat. Beberapa
catatan dari Sumatera adalah dari ketinggian 400-700 m. Sangat sedikit catatan baru dari Jawa. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Bergabung dalam kelompok, menghuni pucuk semak-semak kecil dan tajuk pohon tinggi.

507. CUCAK KELABU Pycnonotus cyaniventris Lembar Gambar 58


(I: Grey-bellied Bulbul; M: Merbah Kelabu)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (16 cm), berkepala gelap, berwarna zaitun dengan tubuh bagian bawah abu-abu
khas. Mahkota dan tengkuk abu-abu gelap, sisi sayap dan bulu ekor tengah kehitaman. Mantel, punggung, dan
penutup sayap hijau zaitun dengan bulu sekunder lebih pucat, tungging kuning emas.
Iris coklat gelap, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Suara "cirrup" yang tajam dan ramai, “dipdip....” yang gelisah.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk Mentawai) dan Kalimantan, tidak umum terdapat di hutan-
hutan dataran rendah dan perbukitan sampai ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: Burung cucak yang mungil. Tinggal dalam kelompok kecil di tajuk terbuka dari hutan dataran rendah.

508. CUCAK CAMBANG-MERAH Pycnonotus jocosus Lembar Gambar 58


(I: Red-whiskered Bulbul; M: Merbah Telinga Merah)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm). Jambul hitam sempit panjang, menunjuk ke depan. Terdapat bercak telinga
yang merah khas pada kepalanya yang hitam dan putih. Sisa tubuh bagian atas kecoklatan, tubuh bagian bawah
kuning tua dengan tungging merah. Ujung ekor pinggir berwarna putih. Remaja tidak mempunyai bercak merah
pada telinga dan tungging berwarna merah muda.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Keras tanpa henti bergetar, dan siulan 2 atau 3 nada nyanyian pendek yang manis.
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara. Diintroduksikan ke Australia dan daerah yang lain.
Penyebaran lokal dan status: Catatan dari Jawa dapat dianggap menunjukkan burung peliharaan yang lepas. Dulu
terdapat populasi di pantai timur Sumatera, mungkin merupakan kolonisasi alami dari benua Asia, tetapi sekarang
tidak diketahui.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok yang aktif dan ribut. Burung yang gagah, duduk pada cabang yang mencolok,
sering merupakan tempat tertinggi dari pepohonan kecil, bernyanyi dan berkicau. Menyukai tempat terbuka dengan
pepohonan di pinggir hutan, tumbuhan sekunder, serta desa-desa.

509. CUCAK KUTILANG Pycnonotus aurigaster Lembar Gambar 58


(I: Sooty-headed Bulbul; M: Merbah Suti)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm), bertopi hitam dengan tunggir keputih-putihan dan tungging jingga kuning.
Dagu dan kepala atas hitam. Kerah, tunggir, dada, dan perut putih. Sayap hitam, ekor coklat.
Iris merah, paruh dan kaki hitam.
Suara: Merdu dan nada nyaring "cuk-cuk", dan "cang-kur" yang diulangi cepat.
Penyebaran global: Cina selatan, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), dan Jawa. Diintroduksi ke
Sumatera dan Sulawesi selatan. Baru-baru ini mencapai Kalimantan selatan.
Penyebaran lokal dan status: Terdapat di Sumatera. Di Sumatera selatan mungkin kolonisasinya datang dari Jawa.
Catatan pertama Kalimantan (Palangkaraya) tahun 1984. Di Jawa dan Bali, merupakan salah satu jenis yang tersebar
paling luas dan umum, sampai ketinggian sekitar 1.600 m.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok yang aktif dan ribut, sering berbaur dengan jenis cucak lain. Lebih menyukai
pepohonan terbuka atau habitat bersemak, di pinggir hutan, tumbuhan sekunder, taman, dan pekarangan, atau
bahkan kota besar.

510. CUCAK RUMBAI-TUNGGING Pycnonotus eutilotus Lembar Gambar 59


(I: Puff-backed Bulbul)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm), berwarna coklat dengan jambul lebat. Tubuh bagian atas coklat. Tubuh
bagian bawah keputih-putihan, tersapu abu-abu, tungging kuning tua. Biasanya mempunyai ujung bulu ekor yang
putih khas. Ras Kalimantan hanya mempunyai jambul yang pendek. Pada bentuk Sumatera, tubuh bawahnya lebih
pucat.
Iris merah, paruh hitam, kaki abu-abu.
Suara: Siulan bernada tunggal diikuti oleh triplet dengan nada terakhir menurun.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
149
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk P. Bangka) dan Kalimantan, tidak umum terdapat, terbatas di
hutan dan tumbuhan sekunder, sampai ketinggian 400 m.
Kebiasaan: Cucak yang khas untuk semak dan di pinggir hutan, hidup pada lapisan bawah dan tengah.

511. CUCAK GELAMBIR-BIRU Pycnonotus nieuwenhuisi Lembar Gambar 59


(I: Blue-wattled Bulbul)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (18 cm), berwarna hijau zaitun dengan kepala kehitaman. Jambul pendek, kelopak
mata biru lembek, dan ujung ekor putih.
Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu.
Suara: Tidak diketahui.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Kurang data (Collar dkk. 1994, Shannaz dkk. 1995). Sangat jarang. Diketahui hanya
dari satu spesimen dari Sumatera utara (Lesten, Aceh pada ketinggian 700 m), satu spesimen dari Kalimantan timur
(Kayan hulu pada ketinggian 600 m), dan pengamatan baru-baru ini di Kalimantan selatan.
Kebiasaan: Sangat sedikit diketahui. Tercatat dari hutan bersemak terbuka pada ketinggian menengah.

512. CUCAK GUNUNG Pycnonotus bimaculatus Lembar Gambar 59


(I: Orange-spotted Bulbul)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm), berwarna coklat dan putih. Tungging kuning, kekang dan bintik jingga khas
di atas mata. Tubuh bagian atas coklat zaitun, tenggorokan dan dada atas coklat kehitaman. Dada bawah berbintik
coklat dan putih, perut putih atau suram. Ras dari Jawa barat mempunyai tutup telinga kekuningan.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Keras, kasar "ciulk-ciulk-ciulk" atau "cak-cak-cuh-ciliuliuliu".
Penyebaran global: Endemik di Sumatera, Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di gunung-gunung, di Sumatera, Jawa, dan Bali pada ketinggian
800-3.000 m.
Kebiasaan: Menyukai pinggir hutan dan ruang terbuka di tengah-tengah hutan di pegunungan sampai zona
Vaccinium di puncak tertinggi. Burung aktif yang bersuara keras. Hidup sendirian atau dalam kelompok kecil.

513. MERBAH GUNUNG Pycnonotus flavescens Lembar Gambar 59


(I: Flavescent Bulbul)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm), berwarna hijau zaitun dengan tunggir kuning terang. Kekang, wajah, dan
tenggorokan putih, dada keabuan bercoret. Mempunyai jambul lebat yang pendek. Remaja mempunyai kekang yang
lebih buram. Ras Kalimantan leucops berwarna lebih pucat dengan kekang putih.
Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu.
Suara: Lagu pendek lima nada dan kicauan yang sangat parau (Smythies).
Penyebaran global: India timur laut, Cina barat daya, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), dan
Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Burung pegunungan yang umum di Kalimantan bagian utara pada ketinggian 2.000-
3.000 m. Tercatat mulai dari G. Kinabalu sampai Murud, Mulu, dan hulu Bahau.
Kebiasaan: Khas burung merbah, hidup berkelompok di hutan-hutan terbuka, di pinggir hutan, dan tumbuhan
sekunder dari pegunungan tengah.

514. MERBAH CERUKCUK Pycnonotus goiavier Lembar Gambar 59


(I: Yellow-vented Bulbul; M: Merbah Kapur)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm), berwarna coklat dan putih dengan tunggir kuning khas. Mahkota coklat
gelap, alis putih, kekang hitam. Tubuh bagian atas coklat. Tenggorokan, dada, dan perut putih dengan coretan coklat
pucat pada sisi lambung.
Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu merah muda.
Suara: Berulang "jok-jok-jok".
Penyebaran global: Asia tenggara, Filipina, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar, dan Lombok. Introduksi di
Sulawesi.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat sampai ketinggian 1.500 m, di Sumatera (termasuk pulau-pulau di
bagian timur), Kalimantan (termasuk Batambangan dan Maratua), Jawa, dan Bali.
Kebiasaan: Membentuk kelompok, sering berbaur dengan burung cucak-cucakan lain. Berkumpul ramai-ramai di
tempat bertengger. Menyukai habitat terbuka, tumbuhan sekunder, tepi jalan, dan kebun. Menghabiskan waktu lebih
lama untuk makan di atas tanah daripada cucak-cucakan jenis lain.

515. MERBAH BELUKAR Pycnonotus plumosus Lembar Gambar 59


150
(I: Olive-winged Bulbul; M: Merbah Belukar)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm), berwarna coklat keabuan, buram dengan mata merah dan sayap berwarna
zaitun. Tubuh bagian atas kehijauan, dagu dan tenggorokan keputih-putihan, penutup telinga bercoretkan keputih-
putihan. Tubuh bagian bawah rapi bercoretkan kuning tua, bawah ekor coklat kuning. Perbedaannya dengan Merbah
corok-corok yaitu ukurannya yang lebih besar, terlihat lebih kehijauan, dan mata merah (pada remaja coklat).
Iris merah, paruh hitam, kaki coklat.
Suara: Agak jarang, penuh melodi, berkicau, berkesan kalem. Mirip suara Merbah cerukcuk, tetapi suaranya seperti
terpotong-potong dan lebih jelas dibagi-bagi dalam frase (C.H.).
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Palawan, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya), dan Kalimantan (termasuk pulau-
pulau di sekitarnya), umum terdapat di hutan dataran rendah sampai ketinggian 300 m. Di Jawa terutama terdapat di
Jawa barat dan Jawa timur, sampai ketinggian 800 m, juga terdapat di Bawean. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Sering mengunjungi pinggir hutan, perkebunan, dan lahan dengan sedikit pepohonan. Umumnya hidup
sendirian atau berpasangan, pada tajuk tengah dan atas.

516. MERBAH COROK-COROK Pycnonotus simplex Lembar Gambar 59


(I: Cream-vented Bulbul)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (17 cm), berwarna abu-abu kecoklatan, buram. Mirip Merbah Belukar tetapi lebih
kecil, kurang hijau, dengan tenggorokan dan dagu keputih-putihan, dan perut putih. Dibedakan di Sumatera oleh
mata yang pucat keputih-putihan (coklat pada anak). Burung dewasa di Kalimantan bermata merah walaupun
ditemukan beberapa burung dengan mata putih. Spesimen dari Kalimantan dibedakan dari Merbah mata-merah oleh
tunggingnya yang berwarna krem lebih pucat.
Iris putih atau merah, paruh hitam, kaki coklat.
Suara: Ocehan merdu "cirriup" berulang cepat.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk Natuna
dan Anambas), tidak terlalu umum sampai ketinggian 600 m (secara lokal di Kalimantan sampai 1.300 m). Di Jawa
burung ini umum hanya di beberapa daerah, kebanyakan pada ketinggian di bawah 500 m sepanjang pantai selatan.
Tidak tercatat di Bali.
Kebiasaan: Hidup di hutan primer, tempat terbuka dengan tumbuhan sekunder atau lahan garapan yang ditinggal.
Umumnya hidup di puncak atau pertengahan pepohonan, kadang-kadang berbaur dengan cucak-cucakan jenis lain.

517. MERBAH MATA-MERAH Pycnonotus brunneus Lembar Gambar 59


(I: Red-eyed Bulbul; M: Merbah Mata Merah)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (17 cm), berwarna coklat polos dengan mata merah. Tanpa kacamata jingga seperti
Merbah kacamata, dan berukuran lebih kecil serta kurang hijau ketimbang Merbah belukar, dan tanpa coretan putih
pada penutup telinga. Mirip dengan Merbah corok-corok dari Kalimantan, tetapi tunggingnya berwarna kuning
kecoklatan lebih gelap.
Iris merah (coklat pada remaja), paruh coklat, kaki coklat juga.
Suara: Khas ocehan cucak-cucakan.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di hutan dataran rendah Sumatera (termasuk pulau-pulau di
sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk pulau-pulau di sekitarnya). Di Jawa hanya diketahui dari Kep. Mata Siri di L.
Jawa. Tidak tercatat di Bali.
Kebiasaan: Lebih menyukai hutan sekunder, pinggir hutan, dan semak.

518. MERBAH KACAMATA Pycnonotus erythropthalmos Lembar Gambar 59


(I: Spectacled Bulbul)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (18 cm), berwarna coklat dengan mata merah. Dibedakan dari Merbah mata-merah
dan Merbah belukar oleh adanya kacamata jingga gundul. Tubuh bagian bawah berwarna krem dengan tenggorokan
keputih-putihan dan tersapu abu-abu di dada.
Iris merah, kacamata gundul-jingga, paruh hitam, kaki abu-abu.
Suara: Nada tinggi berdering metalik (P.R.).
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, dan Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan agak umum
terdapat di hutan primer, sekunder, dan hutan rawa pada ketinggian d.p.l. rendah.
Kebiasaan: Seperti burung merbah coklat lainnya yang mana suka bergabung di lokasi mencari makan.

519. EMPULOH LEHER-KUNING Criniger finschii Lembar Gambar 60


151
(I: Finsch’s Bulbul)
Deskripsi: Berukuran kecil (16 cm), pendek gemuk, berwarna coklat dengan tubuh bagian bawah kuning dan mata
coklat kemerahan. Dibedakan dari burung merbah coklat bermata merah oleh tubuh bagian bawahnya yang kuning
(tersapu abu-abu di dada); dari burung Criniger yang lain oleh tenggorokan yang kuning, sisi muka coklat, dan tanpa
alis atau jambul; dibedakan dari Brinji rambut-tunggir oleh tenggorokan yang lebih kuning dan tanpa lingkar mata.
Iris coklat-merah, paruh hitam, kaki abu-abu.
Suara: Nyanyian dan suara nyaring "biircif-biircif, pek-pek-pek-pek", dan lain-lain.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Status di Sumatera tidak jelas, diduga penetap tetapi hanya dikenal lewat satu
spesimen yang diambil dari S. Tasik Sumatera utara. Di Kalimantan tersebar tidak merata di hutan dataran rendah
dan perbukitan.
Kebiasaan: Menggembungkan bulu tenggorokannya seperti Criniger yang lain.

520. EMPULOH RAGUM Alophoixus ochraceous Lembar Gambar 60


(I: Ochraceous Bulbul)
Deskripsi: Berukuran besar (23 cm), berjambul berwarna coklat dengan tenggorokan digembungkan putih dan
tubuh bagian bawah kuning dengan tungging kuning kayu manis. Burung dari Kalimantan berwarna lebih coklat
dengan sayap dan ekor berwarna coklat berangan gelap; burung dari Sumatera permukaan bawah kuning kehijauan
dengan tungging kuning tua.
Iris kemerahan, paruh gading, kaki gading pucat.
Suara: Ribut dengan berkotek menyakitkan telinga, dan berkicau yang bervariasi "ci-wau, ci-wau" juga siulan
berirama.
Penyebaran global: Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan cukup umum di hutan-hutan perbukitan dari 300-1.600
m.
Kebiasaan: Lebih banyak hidup di dalam hutan dari pada cucak-cucakan yang lain, dan sering menangkap
serangga dari lantai hutan. Burung yang aktif dan ribut. Menggembungkan bulu tenggorokannya secara mencolok.

521. EMPULOH JANGGUT Alophoixus bres Lembar Gambar 60


(I: Grey-cheeked Bulbul)
Deskripsi: Berukuran agak besar (22 cm), berwarna kecoklatan dengan tubuh bagian bawah kuning, dan
tenggorokan serta dagu putih mencolok. Tubuh bagian atas coklat zaitun, lebih merah pada ekor; pipi abu-abu. Bulu
tenggorokan yang putih sering digembungkan secara mencolok.
Iris kemerahan, paruh hitam dan berat, kaki coklat keabuan.
Suara: Keras tanpa irama "triu-tiu-tiu-tiu-tiu-tiu-tiu-tiu-cok-cok" dan lain-lain, juga suara peringatan mengoceh
resik.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Palawan, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di hutan dataran rendah di Sumatera dan Kalimantan, tesebar luas, dan
umum terdapat di Jawa dan Bali sampai ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Menyukai hutan primer dan sekunder dengan semak rendah dan rapat. Umumnya sendirian atau
berpasangan. Burung yang ribut dan aktif di tajuk bawah. Kadang-kadang bergabung dengan kelompok jenis
campuran.

522. EMPULOH IRANG Alophoixis phaeocephalus Lembar Gambar 60


(I: Yellow-bellied Bulbul; M: Merbah Perut Kuning)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm), berkepala abu-abu; berwarna coklat zaitun dengan tubuh bagian bawah
kuning dan tenggorokan putih. Dibedakan dari Empuloh janggut oleh mahkota abu-abu dan tanpa jambul.
Kebanyakan ras mempunyai ujung ekor kuning tetapi ras Sabah connectens mempunyai ekor yang polos.
Iris coklat kemerahan, paruh hitam, kaki coklat kemerah mudaan.
Suara: Ocehan yang menusuk telinga.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di hutan dataran rendah di Sumatera (termasuk pulau-pulau di
sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk Natuna) sampai ketinggian paling sedikit 800 m.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok yang aktif dan ribut di hutan, pinggir hutan, dan semak sekunder.
Menggembungkan bulu tenggorokannya seperti Empuloh janggut.

523. EMPULOH PARUH-KAIT Setornis criniger Lembar Gambar 60


(I: Hook-billed Bulbul)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm), tanpa jambul, berwarna gelap dengan paruh gepeng dan berkait. Tubuh
152
bagian atas kebanyakan coklat dengan mahkota, ekor dan sayap lebih gelap dari pada punggung. Alis keputih-
putihan, setrip mata dan setrip malar hitam; pipi berbintik abu-abu. Tubuh bagian bawah putih tersapu abu-abu pada
sisi dada dan lambung. Bintik putih di ekor terlihat jelas sewaktu terbang.
Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Suara peringatan resik "carrrk".
Penyebaran global: Endemik untuk Sumatera dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Hanya beberapa catatan dari dataran rendah Sumatera timur (termasuk Bangka) di
mana terbatas di rawa gambut dan hutan kerangas. Di Kalimantan lebih tersebar luas dan umum, dan secara lokal
tercatat sampai ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: Jarang ditemukan di hutan primer tetapi lebih menyukai rawa gambut dan hutan kerangas di mana
burung ini hidup di tajuk bawah dan menengah.

524. BRINJI RAMBUT-TUNGGIR Tricholestes criniger Lembar Gambar 60


(I: Hairy-backed Bulbul)
Deskripsi: Berukuran tubuh agak kecil (16 cm), tanpa jambul, dengan warna coklat zaitun dengan lingkar mata
pucat, sisi kepala kekuningan, dan tubuh bagian bawah abu-abu kekuningan. Di tangan nampak bulu-bulu yang
panjang di punggung yang menjadi namanya. Tenggorokan putih; dada berbintik-bintik abu-abu; perut dan tungging
kuning. Berukuran kecil tanpa jambul dan penutup telinga kuning membedakannya dari burung ketilang sewarna
lainnya.
Iris coklat atau abu-abu, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Nada ocehan pendek diikuti siulan rendah, lalu tinggi, dan meningkat di akhir nada bernada menengah.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Umum di hutan dataran rendah sampai 1.000 m di Sumatera (termasuk Kep. batu
dan Kep. Lingga) dan Kalimantan (termasuk Kep. Natuna).
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil dalam perdu, semak, dan lapisan bawah di hutan belukar, dan tumbuhan
sekunder.

525. BRINJI MATA-PUTIH Iole olivacea Lembar Gambar 60


(I: Buff-vented Bulbul)
Deskripsi: Berukuran sedang (19 cm), berwarna coklat dengan tenggorokan putih, tubuh bagian bawah putih
tersapu keabuan pada dada, dan lambung, dan tungging kuning tua. Jambul kecil dan alis pucat tersamar. Dibedakan
dari cucak-cucakan coklat lain oleh matanya yang putih atau abu-abu. Burung dari Kalimantan timur berwarna lebih
pucat tersapu kuning pada tubuh bagian bawah.
Iris abu-abu atau putih, paruh coklat, kaki coklat.
Suara: Aneka suara keras serak.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk Kep.
Natuna dan Anambas) banyak terdapat di hutan dan tumbuhan sekunder dari permukaan laut sampai ketinggian 600
m.
Kebiasaan: Ribut, hidup dalam kelompok di seluruh lapisan hutan.

526. BRINJI GUNUNG Iole virescens Lembar Gambar 60


(I: Sunda Bulbul)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm), buram dengan tubuh bagian bawah burik, dan mempunyai jambul kecil.
Mahkota abu-abu; punggung, sayap, dan ekor zaitun kehijauan (Jawa) atau zaitun kecoklatan (Sumatera); pipi,
tenggorokan, dada, dan sisi lambung abu-abu kehijauan penuh burik putih kekuningan; tungging putih kekuningan.
Burung di Jawa lebih hijau dibandingkan dengan yang ada di Sumatera.
Iris merah, paruh hitam, kaki abu-abu-biru.
Suara: Keras, suara berdering jelas "ciit-ciit-ciit", dan "twink" yang nyaring.
Penyebaran global: Endemik untuk Sumatera dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Umum di sana sini di gunung-gunung di Sumatera dan Jawa di ketinggian antara
850-2.400 m.
Kebiasaan: Mengunjungi hutan kaki gunung dan pegunungan. Burung yang berkelompok, kadang-kadang dengan
burung jenis lain. Biasanya tinggi di tajuk pohon. Kadang-kadang di zona alpin hutan kerangas.
Catatan: Beberapa pakar burung memperlakukan jenis ini sebagai sejenis dengan Brinji bergaris.

527. BRINJI BERGARIS Ixos malaccensis Lembar Gambar 60


(I: Streaked Bulbul)
Deskripsi: Berukuran sedang (22 cm), berwarna zaitun gelap, tanpa jambul dengan dada abu-abu, burik putih, dan
153
perut serta tunggir putih. Berbeda dari Brinji gunung oleh tidak adanya jambul, tidak ada burik di mahkota dan
tungging putih bukan kuning.
Iris coklat kemerahan, paruh gading, kaki merah muda.
Suara: Kicauan nyaring "kajii, ka-jii, ka-jii, jiuii" berubah menjadi getaran merdu bernada rendah, juga suara parau
"jiziir jiziir" sewaktu terbang (Wells).
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Burung yang kadang-kadang ditemukan di hutan dataran rendah sampai ketinggian
900 m di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan sampai ketinggian 1.200 m di Kalimantan.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil di tajuk hutan yang tinggi.

528. BRINJI KELABU Hypsipetes flavala Lembar Gambar 60


(I: Ashy Bulbul)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm), dengan jambul pendek, mahkota coklat gelap, tubuh bagian atas coklat
dengan tenggorokan putih. Dua ras dari Sunda berbeda nyata dalam penampilan. Di Kalimantan sayap dan penutup
bawah ekor berwarna hijau kekuningan; burung Sumatera tidak ada warna hijau pada bulunya dan tunggingnya
putih.
Iris coklat kemerahan, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Keras, serak "trrrk", suara tiupan rendah "li-diit, di-diit" dan "to to to" yang serak rendah.
Penyebaran global: Himalaya, Cina barat daya Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Umum di perbukitan dan gunung-gunung di Sumatera dari 500-1.000 m. Di
Kalimantan di sana sini banyak terdapat di gunung-gunung, dan tercatat dari daratan rendah sampai ketinggian lebih
dari 2.400 m.
Kebiasaan: Burung hutan yang khas hidup di hutan dalam kelompok kecil, dan hidup di lapisan tengah dan bawah
dari hutan terbuka dan semak di kaki gunung. Menggembungkan bulu tenggorokan seperti Criniger.

SRIGUNTING - SUKU DICRURIDAE

Suku kecil dari burung-burung pemakan serangga berwarna kehitaman dapat ditemukan mulai dari Afrika sampai
Asia, Australia sampai Kep. Solomon. Kebanyakan jenis mempunyai bulu hitam mengilap, paruh yang kuat, dan
ekor panjang terbelah. Burung-burung ini memburu serangga di udara dari cabang pohon tempat bertengger.
Suaranya nyaring dan kadang-kadang berirama, tetapi biasanya resik, serak dengan pekikan janggal. Burung ini
juga pandai meniru suara burung lain. Srigunting berani menyerang burung elang dan kangkok. Sarangnya
berbentuk mangkuk ditenun yang rapi, ditempatkan pada cabang bawah yang menggarpu.
Di Sunda Besar terdapat tujuh jenis yang penetap dan satu pengunjung dari utara. Dua di antaranya
mempunyai bulu ekor terluar yang luar biasa panjang membentuk raket pada ujungnya.

529. SRIGUNTING HITAM Dicrurus macrocercus Lembar Gambar 61


(I: Black Drongo)
Deskripsi: Berukuran sedang (29 cm), berwarna hitam buram. Paruh relatif kecil, ekor sangat panjang dan
menggarpu dalam, sering membentuk sudut yang menakjubkan akibat hembusan angin. Burung remaja mempunyai
garis-garis keputih-putihan pada bawah tubuh bagian bawah.
Iris merah, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Bunyi deringan bervariasi "hii-liu-liu, eliu-wit-wit" atau "hok-cok-wak-wi-wak".
Penyebaran global: Iran sampai India, Cina, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Penetap di Jawa dan Bali di mana burung ini umum terdapat di daerah rendah,
terbuka, jarang sampai ketinggian 1.600 m. Migran dari Asia tenggara, mungkin sampai Sumatera.
Kebiasaan: Burung yang menyukai tempat terbuka, sering hinggap dan duduk di pohon kecil atau kabel telepon.

530. SRIGUNTING KELABU Dicrurus leucophaeus Lembar Gambar 61


(I: Ashy Drongo; M: Cecawi Rantau)
Deskripsi: Berukuran sedang (29 cm), berwarna abu-abu dengan ekor panjang menggarpu dalam. Ras bervariasi
dalam kepucatan warna. Ras Kalimantan stigmatops mempunyai bercak keputih-putihan di sekitar mata.
Iris jingga, paruh hitam abu-abu, kaki hitam.
Suara: Nyanyian keras jernih "hiur-iur-celiu" atau "wii-piit, wii-piit". Mengeong dan meniru suara burung lain,
diberitakan kadang-kadang bersuara pada malam hari.
Penyebaran global: Afganistan sampai Cina, Asia tenggara, Palawan, Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk Mentawai dan Simeulue), Kalimantan, Jawa, dan Bali
merupakan burung yang umum terdapat di daerah berhutan terbuka, dan di pinggir hutan, di perbukitan, dan
gunung dari 600-2.500 m.
154
Kebiasaan: Hidup berpasangan, dan hinggap pada cabang terbuka atau tumbuhan merambat di tempat terbuka di
hutan, menyambar serangga lewat, terbang naik mengejar ngengat atau menukik untuk menangkap mangsa yang
terbang.

531. SRIGUNTING GAGAK Dicrurus annectans Lembar Gambar 61


(I: Crow-billed Drongo)
Deskripsi: Berukuran sedang (26 cm), berwarna hitam dengan paruh besar seperti paruh gagak dan ekor
menggarpu dalam dengan bulu terluar melengkung ke luar. Dibedakan dari Srigunting hitam oleh paruhnya yang
lebih besar dan lebar, ekor yang menggarpu tidak terlalu dalam. Burung remaja mempunyai garis-garis melintang
keputih-putihan di bawah tubuh bagian bawah.
Iris coklat merah, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Khas suara drongo berupa siulan nyaring berirama dan suara resik berdengung, juga suatu seri suara khas
berupa nada seperti suara harpa yang menurun.
Penyebaran global: Residen di Himalaya dan Cina selatan, bermigrasi ke selatan sampai Asia tenggara dan Sunda
Besar.
Penyebaran lokal dan status: Pengembara yang tidak umum ke Sumatera, Kalimantan (terutama barat laut), dan
di Jawa barat, kebanyakan ditemukan di hutan tepi pantai dan mangrove. Tidak tercatat di Bali.
Kebiasaan: Lebih menyukai hutan terbuka, semak-semak tepi pantai, dan hutan mangrove rendah. Mempunyai
tingkah laku memburu khas srigunting.

532. SRIGUNTING KELADI Dicrurus aeneus Lembar Gambar 61


(I: Bronzed Drongo; M: Cecawi Keladi)
Deskripsi: Berukuran kecil (23 cm), berwarna hitam biru berkilat. Dibedakan dari Srigunting hitam oleh
ukurannya yang lebih kecil, bulu yang berkilat, ekor hanya menggarpu sedikit, dan oleh kebiasaan, dan habitat;
dari Srigunting gagak oleh ekor yang lebih pendek, dan dari Kedasi hitam oleh tidak adanya garis-garis melintang
putih di ekor bawah.
Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Suara nyaring termasuk nada jelas dan serak janggal.
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Penetap yang umum terdapat di Sumatera dan Kalimantan, di hutan primer dan
sekunder dataran rendah sampai ketinggian 1.400 m.
Kebiasaan: Duduk di tenggeran yang mencolok, memburu serangga secara mendadak melewati tajuk tengah dan
atas. Menyerang burung elang dan kangkok dengan berani. Beberapa burung kadang-kadang ribut saling mengejar.
Menyukai tempat terbuka di tajuk pohon.

533. SRIGUNTING BUKIT Dicrurus remifer Lembar Gambar 61


(I: Lesser Racket-tailed Drongo; M: Cecawi Hamba Kera)
Deskripsi: Berukuran sedang (26 cm tanpa raket) berwarna hitam mengilap dengan bulu ekor terluar luar biasa
panjang dengan raket di ujungnya. Seberkas bulu-bulu pendek membentuk punggungan di atas paruh. Lebih kecil
dari pada Srigunting batu dan tanpa jambul depan; paling mudah dibedakan dari ujung ekornya yang terpotong
lurus. Umumnya terpisah dari Srigunting batu oleh ketinggian, keduanya bertumpang tindih pada ketinggian 1.000-
1.500 m. Burung yang sedang berganti bulu dapat kehilangan raket.
Iris merah, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Siulan bervariasi penuh irama "wiit-wiit-wiit-wiit-chewii-chewii", dan kadang-kadang memekik keras.
Meniru suara burung jenis lain.
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Ditemukan di gunung-gunung di Sumatera dan Jawa barat, di sini sana umum antara
1.000-2.500 m. Tidak tercatat di Bali.
Kebiasaan: menghuni hutan hujan yang rapat, hutan sekunder dan pinggir hutan. Dilaporkan mengikuti rumput
yang terbakar untuk menangkap belalang yang terbang dan mangsa lain yang terganggu. Berani menyerang burung
elang dan gagak.

534. SRIGUNTING JAMBUL-RAMBUT Dicrurus hottentottus Lembar Gambar 61


(I: Hair-crested Drongo)
Deskripsi: Berukuran agak besar (32 cm), hitam mengilap. Bulu berbintik mengilap, bintik-bintiknya mengilap
terang. Ekor panjang terbelah tumpul, ujung bulu terluar tertekuk keluar membentuk U. Beberapa ras mempunyai
jambul dengan bulu seperti rambut yang panjang di mahkotanya. Ras timur mempunyai mata putih.
Iris merah atau putih, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Nyanyian keras berirama dan kadang-kadang suara pekikan serak.
155
Penyebaran global: India, Cina, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia). Kep. Mentawai, Kalimantan,
Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Di Mentawai, Kalimantan (termasuk Maratua), Jawa (termasuk Teluk Jakarta, P.
Masalembo Besar dan Matasiri di L. Jawa, dan Kangean), dan Bali, burung ini cukup umum terdapat di hutan
dataran rendah dan kaki gunung, terutama di daerah yang lebih kering. Di Kalimantan sampai 1.500 m.
Kebiasaan: Lebih menyukai bagian hutan yang terbuka, dan kadang-kadang bergabung dalam kelompok yang
ribut, menyanyi dan menyambar serangga di udara, terutama saat pagi dan petang. Memburu serangga dari
tenggeran rendah; berbaur dengan jenis lain, dan juga mengikuti monyet dan tupai, menangkap serangga yang
terganggu oleh pergerakan monyet dan tupai tersebut. Kadang-kadang hinggap di pohon mati dengan gaya burung
pelatuk untuk memakan kumbang dan rayap.
Catatan: Jika bentuk Sumatera sumatranus diperlakukan (seperti dalam buku ini) sebagai jenis tersendiri, nama
Srigunting lencana (yaitu nama Indonesia yang lama untuk D. hottentottus yang belum dipisah-pisah) diharus
dikhususkan untuk bentuk Wallacea D. bracteatus. Hal ini membuat ras Mentawai viridinitens berhubungan sangat
jauh dengan hottentottus, dan sebaiknya ras ini dimasukkan dalam sumatranus atau ditentukan sebagai jenis
tersendiri.

535. SRIGUNTING SUMATERA Dicrurus sumatranus Lembar Gambar 61


(I: Sumatran Drongo)
Deskripsi: Berukuran agak besar (29 cm), hitam mengilap dengan ekor sedikit menggarpu dan lebar. Mirip dengan
Srigunting jambul-rambut yang menggantikannya di Sumatera, tetapi lebih kecil, tanpa rambut jambul; ekor lebih
pendek dengan bulu terluar sedikit melengkung; paruh lebih pendek, dan lebih sedikit bintiknya yang mengilap.
Iris merah, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Nyanyian keras berirama dengan kadang-kadang suara pekikan serak.
Penyebaran lokal dan status: Endemik di Sumatera dan pulau-pulau lepas pantai. Merupakan burung yang umum
di hutan dataran rendah dan hutan sekunder terutama di bagian yang paling kering.
Kebiasaan: Seperti Srigunting jambul-rambut.
Catatan: Beberapa pakar burung menempatkannya dalam jenis yang lebih besar Srigunting jambul-rambut
bersama-sama dengan ras-ras di Wallacea, yang semuanya dapat dirujuk sebagai Srigunting lencana.

536. SRIGUNTING BATU Dicrurus paradiseus Lembar Gambar 61


(I: Greater Racket-tailed Drongo; M: Cecawi Anting-anting)
Deskripsi: Berukuran besar (30 cm tanpa raket) berwarna hitam mengilap dengan bulu ekor terluar sangat panjang
dan membentuk raket di ujungnya. Raket melebar hanya di sisi sebelah luar dan berpilin. Dibedakan dari
Srigunting bukit oleh ekornya yang menggarpu. Jambul yang berupa perpanjangan bulu di mahkota burung dewasa
tidak terlihat jelas di dalam hutan.
Iris merah, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Variasi yang mengagumkan dari lagu yang getar dan penuh gairah, da terdiri dari siulan, dan suara lonceng
diselingi suara kasar berdengung khas srigunting. Sering meniru suara burung jenis lain.
Penyebaran global: India sampai Cina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan, burung ini
sepertinya umum di hutan-hutan sampai ketinggian 700 m. Di Jawa dan Bali tersebar luas dan umum terdapat di
hutan dataran rendah sampai ketinggian 1.400 m, sejalan dengan hilangnya hutan, burung ini juga menjadi makin
jarang.
Kebiasaan: Mendiami hutan mangrove, rawa, hutan primer, dan sekunder. Burung yang hidup berpasangan,
kadang-kadang bergabung dalam kelompok untuk menampakkan diri, berkicau ribut dan bersemangat, dan
memburu serangga dari tenggeran yang rendah mencolok di hutan.

KEPUDANG - SUKU ORIOLIDAE

Suku kecil terdiri dari burung yang kekar, sering bulunya berwarna-warni dan paruh lurus kuat. Kepodang
merupakan pemakan buah dan serangga. Sarangnya berupa mangkuk yang tersulam rapi yang terdiri atas akar-akar
dan serat-serat jalin berjalin didukung oleh ranting, dan bergantung di percabangan pohon. Burung ini mempunyai
suara yang nyaring dan merdu. Terbangnya terkesan santai dan menggelombang. Suku ini direvisi kembali oleh
Sibley dan Monroe (1990) sebagai suku yang termasuk suku gagak-gagakan Corvidae.
Terdapat enam jenis burung kepodang di Sunda Besar.

537. KEPUDANG HUTAN Oriolus xanthonotus Lembar Gambar 62


(I: Dark-throated Oriole; M: Dendang Senja; Kunyit Belukar)
156
Deskripsi: Berukuran agak kecil (18 cm), berwarna hitam dan kuning. Jantan: kepala, leher, dan kerongkongan
hitam. Bulu terbang hitam. Dada keputih-putihan, dengan burik hitam, membedakannya dari Kepudang kerudung-
hitam. Bagian lain kuning terang. Betina dan burung remaja: tubuh bagian atas kehijauan, tungging kuning, tubuh
bagian bawah sisanya putih dengan burik hitam tebal.
Iris merah, paruh merah muda, kaki hitam.
Suara: Berulang, panjang, menurun, siulan berdering "pii-fiiuu" beralun "ti-ti-lu-i", dan suara pekikan gersak.
Suaranya lebih lemah dan kurang melodius dari suara Kepudang kuduk-hitam.
Penyebaran global: Filipina, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk Mentawai dan Bangka), Kalimantan (termasuk pulau-pulau
di sekitarnya), dan Jawa, kadang-kadang terdapat di hutan dataran rendah, sampai ketinggian 1.000 m. Tidak
tercatat di Bali.
Kebiasaan: Mirip dengan Kepudang kuduk-hitam tetapi umumnya ditemukan di pesisir, lebih menyukai tajuk
hutan primer, dan sekunder tinggi, pinggir hutan, dan hutan rawa.

538. KEPUDANG KUDUK-HITAM Oriolus chinensis Lembar Gambar 62


(I: Black-naped Oriole; M: Dendang Selayang, Kunyit Besar, Kunyit Selayang)
Deskripsi: Berukuran sedang (26 cm), berwarna hitam dan kuning dengan setrip hitam melewati mata dan
tengkuk; bulu terbang sebagian besar hitam. Pada jantan bagian lain kuning terang; betina lebih buram dengan
punggung kuning zaitun. Burung remaja warna hitam digantikan warna zaitun; tubuh bagian bawah keputih-
putihan dengan burik hitam.
Iris merah, paruh merah muda, kaki hitam.
Suara: Siulan seperti suara seruling mengalun jelas "liiuw, klii-lii-tii-liiuw" atau "u-dli-u" dan variasi lain. Juga
suara nada omelan yang sangat keras dan siulan mantap tenang yang mengharukan.
Penyebaran global: India, Cina, Asia tenggara, Filipina, Sulawesi, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar dan
Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya), Jawa (termasuk Kangean), dan
Bali, merupakan burung yang umum terdapat sampai ketinggian 1.600 m. Di Kalimantan termasuk jarang, dan
diketahui hanya dari beberapa spesimen dari Sarawak dan Kalimantan.
Kebiasaan: Menghuni hutan terbuka, perkebunan, taman, desa-desa, hutan mangrove, dan hutan pantai. Hidup
berpasangan atau kelompok keluarga. Tinggal di atas pohon tetapi dapat turun ke bawah untuk mencari serangga.
Kepakan sayapnya kuat, perlahan, mencolok, dan terbangnya menggelombang.

539. KEPUDANG KERUDUNG-HITAM Oriolus xanthornus Lembar Gambar 62


(I: Black-hooded Oriole)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm), kuning berkepala hitam dengan tubuh bagian bawah kuning juga. Sayap
dan ekor hitam. Burung remaja sama tetapi mempunyai dahi kuning, paruh keputih-putihan, lingkar mata keputih-
putihan, dan setrip kehitaman pada kerongkongannya yang berwarna putih kotor.
Iris merah, paruh merah pada burung dewasa, kaki hitam.
Suara: Mirip dengan Kepudang kuduk-hitam, siulan mengalun empat nada "yin-hu-a-yu" penekanan pada kedua
nada tengah, dijawab dengan tiga nada "tu-huiii" atau "tii-heh" (Smythies). Juga suka meniru suara burung jenis
yang lain.
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin ke Sumatera utara dan timur. Ras penetap di Kalimantan
timur laut dari Tawau ke selatan sampai Kep. Maratua, tidak jarang terdapat di hutan dan daerah berhutan, sampai
ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: Seperti Kepudang kuduk-hitam tetapi lebih menyukai pinggir hutan, hutan terbuka, lahan pertanian,
dan hutan sekunder.

540. KEPUDANG HITAM Oriolus hosii Lembar Gambar 62


(I: Black Oriole)
Deskripsi: Berukuran sedang (21 cm), dengan tungging berwarna coklat berangan khas. Dibedakan dari Kepudang
dada-merah oleh dada yang hitam, dan dari burung gagak oleh ukurannya yang kecil, tungging berwarna coklat
berangan, dan paruh pucat.
Iris merah, paruh merah muda buram, kaki abu-abu.
Suara: Siulan jelas dengan nada suara menurun.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di pegunungan sebelah utara di ketinggian antara 1.200 –2.000 m di mana
diketahui dari sekitar G. Dulit, Ulu Sabai ke selatan sampai Batu Tibang, tetapi tidak ditemukan di G. Kinabalu, di
Uli Sabai digantikan oleh Kepudang dada-merah di atas ketinggian 1.000 m.
157
Kebiasaan: Burung yang pendiam tetapi aktif bergerak di tajuk hutan, umumnya ditemukan dalam kelompok
kecil.

541. KEPUDANG DADA-MERAH Oriolus cruentus Lembar Gambar 62


(I: Black-and-crimson Oriole; M: Dendang Mas, Kunyit Mas)
Deskripsi: Berukuran sedang (22 cm), berwarna merah dan hitam. Jantan: hitam dengan dada bawah dan bercak
sayap merah. Betina seperti jantan (Kalimantan, Jawa) atau dada dan perut abu-abu dengan burik hitam (Sumatra);
burung anak: hitam dengan dada dan perut burik warna coklat berangan.
Iris coklat, paruh abu-abu biru pucat, kaki hitam.
Suara: Seperti kucing "meow", "kek-kreo", "kreo-kek" atau "kii-kii-hii-hiiiw.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera merupakan burung yang kadang-kadang terlihat di antara 500-2.400
m. Di Kalimantan burung ini umum terdapat di G. Mulu dan dari G. Kinabalu ke selatan sampai Batu Tibang. Di
Jawa merupakan burung yang tidak umum di hutan-hutan perbukitan dan pegunungan, kebanyakan pada
ketinggian 1.200-1.800 m. Tidak tercatat di Bali.
Kebiasaan: Menghuni hutan pegunungan dan hutan lumut, di mana burung ini hidup di tajuk pohon, jarang turun
ke permukaan tanah. Terbang sendirian atau berpasangan.

542. KACEMBANG GADUNG Irena puella Lembar Gambar 62


(I: Asian Fairy-Bluebird; M: Kunyit Gajah)
Deskripsi: Berukuran sedang (25 cm), berwarna hitam dan biru. Jantan: mudah dikenali dengan mahkota, tengkuk,
punggung, penutup sayap atas, tungging, penutup ekor atas, dan tunggir berwarna biru terang; sisa bulu bagian lain
hitam. Betina: berwarna biru kehijauan di seluruh tubuh dengan tungging berwarna lebih terang.
Iris merah, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Siulan mengalun, nyaring, berdering "whi-iit" dalam tingkatan nada meninggi, kadang-kadang didahului
oleh beberapa nada pembuka dalam tingkatan nada menurun. Sering berbunyi sambil terbang.
Penyebaran global: India, Cina barat daya, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Palawan, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan, merupakan
burung yang umum terdapat di hutan yang jarang dirambah, sampai ketinggian 1.100 m. Di Jawa kadang-kadang
terdapat di hutan-hutan dataran rendah. Tidak tercatat di Bali.
Kebiasaan: Ditemukan sendirian atau dalam kelompok kecil. Berdiam di puncak pohon-pohon yang tinggi, dan
kebanyakan terlihat ketika mengunjungi pohon ara yang sedang berbuah, dan berbaur dengan jenis burung lain.
Terbang dengan kepakan sayap menggelombang. Sering mengunjungi hutan rawa, hutan primer, dan hutan
sekunder yang tinggi.
Catatan: Beberapa pakar memasukkan burung ini dalam satu suku tersendiri yaitu Irenidae. Bukti DNA
menunjukkan bahwa burung ini sebaiknya diletakkan dalam satu suku dengan cica-daun.

GAGAK-GAGAKAN - SUKU CORVIDAE

Suku burung gagak, tangkar, dan ekek, umumnya tubuhnya berukuran besar dengan paruh lurus, kuat, dan kakinya
juga kuat. Burung-burung ini tersebar hampir di seluruh dunia. Burung yang cerdas, penuh akal, dan beberapa jenis
belajar hidup sebagai komensal bersama dengan manusia. Kebanyakan jenis burung ini mempunyai bulu warna
hitam, walaupun beberapa jenis burung Ekek dan Tangkar berwarna warni dengan warna biru terang, hijau, dan
coklat. Suaranya serak kasar, sarangnya besar, berantakan, terbuat dari ranting, dan makanannya campuran buah-
buahan dan binatang. Beberapa merupakan pemakan bangkai.
Di Sunda Besar terdapat sebelas jenis.

543. TANGKAR ONGKLET Platylophus galericulatus Lembar Gambar 63


(I: Crested Jay; M: Gagak Jerit)
Deskripsi: Mudah dikenali; berukuran sedang (28 cm), berwarna coklat gelap atau kehitaman dengan bercak putih
di leher dan jambul yang tegak lurus panjang. Burung Jawa dan Sumatera berwarna abu-abu kehitaman. Burung dari
Kalimantan berwarna coklat gelap.
Iris merah kecoklatan, paruh hitam, kaki biru kehitaman.
Suara: Nada serak, cepat, dan gemetar, dan nada menderik, cepat, bergetar kayak suara tupai "tat-at-at-at-at".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa cukup umum terdapat di hutan dataran rendah
sampai ketinggian 1.200 m. Tidak tercatat di Bali.
Kebiasaan: Terbang dalam kelompok kecil yang ribut, dan umumnya membuat keributan ketika bertemu dengan
manusia, menegakkan jambulnya berulangkali, melintas dari semak ke semak, memanggil dan membuat gerakan
158
tubuh berputar-putar. Memakan serangga besar.

544. EKEK GELING Cissa thalassina Lembar Gambar 63


(I: Short-tailed Magpie)
Deskripsi: Berukuran sedang (32 cm), berwarna hijau dengan setrip mata hitam, paruh merah, dan sayap berwarna
coklat berangan. Bulu tersier sayap pucat. Dibedakan dari no. 545 oleh ekor yang lebih pendek, tidak terdapat garis-
garis hitam pada bulu tersier, dan tidak terdapat warna kuning di dahi.
Iris coklat (Jawa) atau putih (Kalimantan), paruh merah terang, kaki merah.
Suara: Teriakan menusuk keras "tii-tii-tii-tir" atau "e-kek-ge-ling" dengan tiga nada pertama cepat dan dalam nada
yang sama, dan nada keempat memanjang dan menurun.
Penyebaran global: Cina tenggara, Indocina, Kalimantan, Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Cukup umum terdapat di hutan Kalimantan antara 900-2.400 m, dan G. Kinabalu ke
selatan sampai Usun Apau dan Dulit. Tidak terdapat di Jawa timur dan Bali, dan burung yang agak jarang di hutan
hujan perbukitan di Jawa barat.
Kebiasaan: Terbang dalam kelompok kecil, sering bersuara ribut tetapi sulit untuk dilihat walaupun berwarna
warni. Memburu serangga pada lapisan bawah di hutan.

545. EKEK LAYONGAN Cissa chinensis Lembar Gambar 63


(I: Green Magpie; M: Gagak Gunung)
Deskripsi: Berukuran besar (34 cm), berwarna hijau terang dengan ekor panjang, paruh merah, dan sayap berwarna
coklat berangan. Setrip mata hitam dan bulu ekor hijau bertingkat dengan ujungnya yang berwarna hitam dan putih.
Dibedakan dari Ekek geling oleh ekornya yang lebih panjang, kepala lebih kuning, ujung hitam pada bulu tersier,
dan mata merah.
Iris merah, paruh merah, kaki merah.
Suara: Satu seri siulan yang nyaring bergetar "kiip-kiip, ton-ka-kis", nada terompet yang resik, dan ocehan yang
cepat.
Penyebaran global: Himalaya, Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera merupakan burung penetap yang tidak umum di Bukit Barisan, antara
700-2.100 m. Di Kalimantan merupakan jenis di perbukitan yang ditemukan dari G. Kinabalu ke selatan sampai
dataran tinggi Kelabit, antara 300-1.200 m.
Kebiasaan: Burung di hutan yang lebat, pemalu, lebih sering terdengar daripada terlihat. Hidup dalam kelompok
keluarga kecil dan ribut di hutan primer dan terganggu di pegunungan dan perbukitan.

546. TANGKAR-ULI SUMATERA Dendrocitta occipitalis Lembar Gambar 63


(I: Sumatran Treepie)
Deskripsi: Berukuran besar (41 cm), berwarna kecoklatan dengan tengkuk putih dan ekor bertingkat yang sangat
panjang. Tubuh bagian bawah dan punggung coklat muda; ekor abu-abu dengan ujung kehitaman; tungging dan
punggung bawah abu-abu coklat, dan sayap hitam dengan bercak putih di pangkal bulu primer.
Iris merah, paruh hitam dengan pangkal abu-abu, kaki abu-abu gelap.
Suara: Suara mirip lonceng.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Agak umum terdapat di hutan tinggi pada ketinggian menengah sampai tinggi, dari
400-2.300 m.
Kebiasaan: Burung yang pemalu tetapi ribut, duduk pada cabang yang rendah, menunggu mangsa yang ditangkap
di dedaunan atau di tanah atau menjelajahi tajuk pohon tingkat tengah ke atas dengan seksama, dan canggung kayak
burung Kadalan. Kadang-kadang terbang dalam kelompok yang ribut. Terdapat di hutan-hutan primer, dan
sekunder, di gunung, dan bukit, perkebunan, hutan pinus, dan bambu.
Catatan: Beberapa pakar burung menggabungkan Tangkar-uli Dendrocitta formosae dari daratan Asia dan
Tangkar-uli Kalimantan dengan jenis burung ini.

547. TANGKAR-ULI KALIMANTAN Dendrocitta cinerascens Lembar Gambar 63


(I: Bornean Treepie)
Deskripsi: Berukuran besar (40 cm), berwarna kuning kecoklatan dengan ekor bertingkat yang sangat panjang, dan
bercak putih pada sayapnya yang hitam. Dahi dan alis coklat gelap; mahkota abu-abu perak; mantel abu-abu tersapu
coklat.
Iris coklat kemerahan, paruh hitam dengan dasar abu-abu, kaki abu-abu gelap.
Suara: Siulan 3 nada seperti lonceng, suara ocehan dari tenggorokan, dan suara lain.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Cukup umum terdapat di sepanjang pegunungan utara dan tengah tetapi tidak ada di
159
Penrissen, barisan Poi, dan DAS Kapuas, dan Mahakam, dari 300-1.600 m, secara lokal turun sampai mendekati
permukaan laut di lembah-lembah.
Kebiasaan: Seperti burung Tangkar-uli yang lain menghuni hutan, semak, pinggir hutan, dan lahan pertanian.
Catatan: Diperlakukan oleh beberapa pakar burung sebagai ras dari Tangkar-uli Sumatera.

548. TANGKAR CETRONG Crypsirina temia Lembar Gambar 63


(I: Racket-tailed Treepie)
Deskripsi: Berukuran sedang (35 cm, termasuk 18 cm panjang ekor). Burung tangkar berwarna kehitaman dengan
ekor sangat panjang yang ujungnya melebar bulat. Seluruh bulunya abu-abu gelap mengilap dengan hijau perunggu
berkilau.
Iris biru, paruh hitam dan tebal, kaki hitam.
Suara: Panggilan keras, jelek terdiri dari dua suku kata, dan nada merengek seperti kucing.
Penyebaran global: Asia tenggara, Semenanjung Malaysia utara, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Diragukan berada di Sumatera, tetapi mungkin pengembara yang jarang dari Jawa.
Di Kalimantan diketahui dari dua ekor spesimen yang mungkin dikoleksi di Kalimantan selatan; mungkin penetap
karena adanya unsur Jawa lain di daerah ini. Di Jawa dan Bali merupakan penetap di hutan, tumbuhan sekunder,
dan lahan pertanian sampai ketinggian 1.500 m, tetapi semakin jarang.
Kebiasaan: Terbang sendirian atau berpasangan di hutan sekunder, rumpun bambu, hutan semak, dan pekarangan.

549. TANGKAR KAMBING Platysmurus leucopterus Lembar Gambar 63


(I: Black Magpie; M: Gagak Kambing)
Deskripsi: Berukuran besar (38 cm), berwarna hitam dengan jambul pendek tegak. Burung dari Sumatera
mempunyai garis putih di sayap. Burung yang belum dewasa tidak mempunyai jambul.
Iris merah, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Ribut dengan suara berdengung menderik yang aneh, kuakan, dan suara ganda seperti lonceng berulang
"keting, ka-longk" atau tunggal "keting".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera (termasuk Bangka), dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Tidak umum di hutan primer sampai ketinggian 800 m.
Kebiasaan: Pemalu tetapi ribut, pada tajuk hutan yang tinggi.

550. GAGAK HUTAN Corvus enca Lembar Gambar 63


(I: Slender-billed Crow; M: Gagak Paruh Lampai)
Deskripsi: Berukuran besar (45 cm), gagak berwarna hitam. Tidak semengilap Gagak kampung dan warna keabu-
abuan berkilau; paruh jauh kurang besar. Dibedakan sewaktu terbang oleh kepakan sayap yang pendek-pendek.
Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Teriakan "kak-kak".
Penyebaran global: Filipina, Sulawesi, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya), Kalimantan, Jawa, dan Bali
merupakan burung gagak yang umum terdapat di hutan, terutama di sepanjang pesisir, jarang sampai ketinggian
1.000 m.
Kebiasaan: Hidup berpasangan atau kadang-kadang dalam kelompok kecil. Sering mengunjungi garis pantai dan
pnggiran hutan, umumnya pemalu.

551. GAGAK RUMAH Corvus splendens Lembar Gambar 63


(I: House Crow; M: Gagak Rumah)
Deskripsi: Berukuran besar (40 cm), berwarna hitam. Mirip Gagak hutan tetapi dengan kerah abu-abu dan paruh
lebih pendek.
Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Bernada tinggi serak "ka".
Penyebaran global: Iran sampai Cina barat daya, Myanmar, dan Thailand. Diintroduksi ke tempat lain.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Ujung Kulon dan Krakatau di Selat Sunda. Kemungkinan lepasan dari
kapal lewat.
Kebiasaan: Gagak di daerah terbuka, dan daerah berhutan terbuka, dan kota-kota pesisir.

552. GAGAK KAMPUNG Corvus macrorhynchos Lembar Gambar 63


(I: Large-billed Crow; M: Gagak Paruh Besar)
Deskripsi: Berukuran besar (51 cm), dengan warna hitam mengilap dengan paruh sangat besar.
Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Keras dari tenggorokan "kaw "dan nada tinggi "awa, awa, awa", juga suara menggurah rendah.
160
Penyebaran global: Iran sampai Cina, Asia tenggara, Filipina, Sulawesi, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar dan
Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Cukup umum terdapat di sekitar desa dan lapangan terbuka di seluruh Sumatera,
Jawa, dan Bali. Kelihatannya jauh lebih jarang terdapat di Kalimantan, yang hanya diketahui dari beberapa spesimen
yang diambil dari beberapa tempat yang berjauhan.
Kebiasaan: Gagak yang hidup berpasangan, sering ditemukan di sekitar desa-desa.
Catatan: Dulu dimasukkan sebagai Gagak rimba C. levailantii.

553. TIONG-BATU KALIMANTAN Pityriasis gymnocephala Lembar Gambar 63


Deskripsi: Berukuran agak kecil (26 cm), burung yang sangat luar biasa, berwarna merah dan hitam dengan paruh
yang besar hitam, ujung berkait, sayap, punggung bawah, dan ekor hitam; kepala merah telanjang dengan rambut
berwarna jerami pada mahkota, dan rambut panjang, tebal, burik berwarna coklat abu-abu pada penutup telinga.
Dada atas, punggung atas, dan paha merah padam, dan dada bawah ditutupi oleh bulu coklat dan merah seperti
rambut. Burung betina mempunyai bercak merah pada sisi lambung. Ekor pendek dan kaki agak kecil sehingga
burung ini terlihat besar ke atas.
Iris coklat merah, paruh hitam, kaki kuning.
Suara: Keras, seperti klakson yang aneh, dan terkekeh-kekeh.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Jarang tetapi tersebar merata di hutan-hutan dataran rendah, sampai ketinggian 1.000
m.
Kebiasaan: Aneh seperti penampilannya. Burung ini mempunyai suara yang tidak biasa dan tingkah laku yang
aneh, mendekam, dan menatap ke sekitarnya menyerupai burung bubut tanpa ekor, mencari serangga. Hidup dalam
kelompok yang ribut. Terbang dengan kepakan sayap pendek-pendek yang cepat.
Makanan: Serangga besar dan invertebrata kecil.
Catatan: Para pakar burung tidak sepaham di suku mana burung ini diletakkan: gagak-gagakan, "butcherbird",
bentet, jalak atau dalam suku tersendiri. Bukti DNA menunjukkan bahwa burung ini berkerabat dengan burung
kekep yang juga berkerabat dengan gagak.

161
CERECET - SUKU AEGITHALIDAE

Burung ini berukuran kecil, lincah, petengger dengan paruh segitiga, tajam, dan kecil, dan ekor agak panjang sampai
sangat panjang. Burung ini aktif mencari serangga dan biji-bijian untuk dimakan, dan biasanya hidup dalam
kelompok kecil. Mereka membuat sarang berupa kantung yang bergantung.
Di Sunda Besar hanya ada satu jenis.

554. CERECET JAWA Psaltria exilis Lembar Gambar 64


(I: Pygmy Tit)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (8 cm), tanpa ciri khas, berekor panjang dengan tubuh bagian atas coklat dan
tubuh bagian bawah putih buram. Dapat dikenali karena ukurannya sebagai sebagai burung terkecil di Jawa.
Suara: Lembut "trrr-trrr-trrr". Atau suara tinggi, lembut "tii-tii-tii-tii" atau "sisisirr".
Penyebaran global: Endemik di Jawa barat.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas untuk hutan pegunungan dan perkebunan, kebanyakan di atas ketinggian
1.000 m; umum di tempat-tempat tertentu seperti Cibodas.
Kebiasaan: Burung yang aktif bergerak dalam kelompok kecil, pengunjung hutan konifer, cemara, dan pepohonan
yang terbuka lain, sering di pinggir hutan. Secara teratur makan di bawah dekat tanah di mana burung ini mudah
terlihat.

GELATIK-BATU - SUKU PARIDAE

Burung petengger berukuran kecil. Burung aktif, cerdas, dan lincah berakrobat dengan paruh kecil tajam yang
digunakan untuk memaksa serangga yang sembunyi agar keluar atau sebagai pemecah biji. Bersifat agresif pada
burung lain. Bersarang di lubang pohon.
Terwakili dengan baik di Amerika utara dan Eropa Asia (Eurasia) tetapi hanya dua spesies yang terdapat di
Sunda Besar. Dari dua jenis tersebut Gelatik-batu Sultan statusnya diragukan dan jelas tidak ada lagi di kawasan ini.

555. GELATIK-BATU KELABU Parus major Lembar Gambar 64


(I: Great Tit; M: Serai Bakau)
Deskripsi: Berukuran kecil (13 cm), dengan warna hitam, abu-abu, dan putih. Kepala dan kerongkongan hitam,
kecuali bercak putih mencolok di sisi muka. Dibedakan dari Gelatik Jawa oleh paruhnya yang hitam kecil.
Suara: Kicauan ribut chee - weet atau chee - chee - chee.
Penyebaran global: Paleartik, India, Cina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, Jawa, dan Bali tidak jarang tetapi penghuni lokal di temukan di hutan
mangrove daerah pantai sampai ketinggian 2.000 m. Di Kalimantan burung ini jauh lebih jarang, sebagian besar
terbatas di hutan mangrove dan hutan pantai, walaupun cukup umum di sekitar Banjarmasin.
Kebiasaan: Mengunjungi hutan mangrove, pekarangan dan hutan terbuka. Burung kecil yang lincah, bergerak aktif
naik turun di puncak pohon atau di permukaan tanah. Memakan beragam makanan tetapi kebanyakan serangga
yang di kumpulkan di pohon. Berburu dalam kelompok keluarga atau berpasangan.

556. GELATIK-BATU SULTAN Melanochlora sultanea Lembar Gambar 64


(I: Sultan Tit; M: Burung Serai Sultan)
Deskripsi: Mudah dikenali, berukuran agak kecil (20 cm), berwarna hitam dan kuning dengan jambul luar biasa
yang panjang, lembut, dan berwarna kuning. Betina mirip jantan, tetapi tenggorokan dan dada berwarna kuning
zaitun gelap, dan tubuh bagian atas tersapu warna zaitun.
Iris coklat; paruh hitam; kaki abu-abu.
Suara: Siulan melengking keras, berulang "tsyiri-tsyiri-tsyiri", dan panggilan bahaya mengoceh bergetar.
Penyebaran global: Himalaya, Cina selatan, Asia tenggara, dan Semenanjung Malaysia.
Penyebaran lokal dan status: Status tidak diketahui; dulu terdaftar di Sumatera berdasarkan satu spesimen yang
tidak jelas asalnya dan satu catatan (1938) dari sekelompok burung pada tajuk hutan dengan ketinggian 100 m di
Sumatera utara.
Kebiasaan: Hidup di tajuk hutan primer dan sekunder, dalam kelompok campuran, aktif mencari serangga besar.

BURUNG MUNGUK - SUKU SITTIDAE

Burung Munguk merupakan burung hutan yang kecil penetap, pemakan serangga yang ditemukan di Eropa, Asia,
dan Australia. Khas pencari makan di batang pohon dan cabangnya.
163
Ada dua jenis di Sunda Besar; keduanya mudah dikenali.

557. MUNGUK BELEDU Sitta frontalis Lembar Gambar 64


(I: Velvet-fronted Nuthatch; M: Burung Patuk Baldu)
Deskripsi: Berukuran kecil (12 cm), berwarna warni dengan paruh merah. Dahi hitam seperti beludru; tengkuk,
punggung, dan ekor ungu dengan bercak biru terang pada bulu primer. Jantan mempunyai alis mata hitam. Tubuh
bagian bawah kemerah-mudaan dengan dagu keputih-putihan.
Iris kuning atau coklat; paruh merah; kaki coklat kemerahan.
Suara: Suara resik merengek "cih-cih" atau suara tajam mencicit. Suara sewaktu terbang "siip-siip-siip".
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, Filipina, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya), Kalimantan (termasuk Kep.
Maratua), dan Jawa, penghuni yang agak umum di hutan daratan rendah dan perbukitan sampai ketinggian 1.500 m.
Tidak terdapat di Bali.
Kebiasaan: Beroperasi berpasangan atau dalam kelompok kecil, mencari serangga di batang dan cabang pohon,
sering dari atas ke bawah dengan kepala di bawah. Memperlihatkan gerakan yang aktif, kejut-kejutan, selalu
terlihat terburu-buru sebelum terbang ke pohon lain. Sering mengunjungi lapisan menengah hutan, hutan rawa,
perkebunan, dan pinus pada ketinggian d.a.p.l. lebih rendah dari Munguk loreng.

558. MUNGUK LORENG Sitta azurea Lembar Gambar 64


(I: Blue Nuthatch; M: Burung Patuk Gunung)
Deskripsi: Berukuran kecil (13 cm), berwarna biru dan putih. Mahkota, tengkuk, dan sisi kepala hitam; punggung,
sayap, dan ekor biru mengilap terlihat hitam di tempat yang agak gelap; tenggorokan dan dada putih. Perut dan
tungging hitam (Sumatera dan Jawa barat) atau hitam biru (Jawa timur).
Iris putih; paruh kuning; kaki abu-abu biru.
Suara: Mencicit tinggi, resik, mirip suara Munguk beledu.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Jawa merupakan penghuni yang umum di hutan pegunungan antara
900-2.400 m. Tidak terdapat di Bali.
Kebiasaan: Seperti Munguk beledu tetapi lebih menyukai hutan subpegunungan.

BURUNG PENGOCEH - SUKU TIMALIIDAE

Suku yang besar, sulit diuraikan yang yang mencakup banyak kelompok burung yang aneka ragam. Burung ini
umumnya ribut, dan suka berkelompok, dan kebanyakan mempunyai suara ocehan yang agak resik. Banyak jenis
cenderung aktif di atas atau dekat tanah. Burung ini bersayap pendek dan bukan penerbang yang kuat. Tidak ada
yang bermigrasi. Burung-burung ini membuat sarang berbentuk mangkuk di pohon-pohon dan semak-semak.
Penelitian DNA memperlihatkan bahwa kebanyakan jenis suku ini mempunyai hubungan dekat dengan
suku Sylviidae. Suku Timaliidae terdiri dari beberapa anak suku dan untuk alasan praktis suku ini dibagi dalam lima
kelompok:

1. Burung Pengoceh Rimba: tidak mencolok, agak pendiam, hidup di atas atau dekat permukaan tanah di
kelebatan semak. Ada 15 jenis terdapat di Sunda Besar (Pellorneum, Trichastoma, Malacocincla,
Malacopteron).
2. Cica-kopi dan Burung Berencet: kebanyakan mencari makan di permukaan tanah di kelebatan hutan. Berencet
mempunyai ciri khas, ekor yang sangat pendek, hampir tidak terlihat; burung cica bercirikan paruh melengkung
ke bawah, kuat. Di Sunda Besar terdapat sebelas jenis (Pomatorhinus, Rimator, Ptilochichla, Kenopia,
Napothera, Pnoepyga).
3. Burung Pengoceh Dahan: burung kecil yang lincah, di semak-semak, rerumputan, dan bambu tetapi jarang di
permukaan tanah. Burung-burung jenis ini berparuh kecil seperti gelatik-batu, sayap pendek, kaki panjang, kuat,
dan bulu yang panjang lembut. Terdapat enambelas jenis di Sunda Besar (Stachyris, Macronous, Timalia).
4. Burung Pengoceh Berkicau: berukuran kecil sampai agak besar, banyak yang berwarna-warni, dan bernyanyi
dengan nyaring. Burung-burung ini kebanyakan hidup di pohon, hanya sekali-sekali turun ke tanah.
Berlompatan dengan gerakan menyentak yang khas, dan terbang pendek menggemparkan, saling memanggil,
dan berkibas-kibas bolak-balik. Ada empat belas jenis di Sunda Besar. (Garrulax, Leiothrix, Pteruthius,
Alcippe, Crocias, Heterophasia, Yuhina).
5. Burung Pengoceh Tanah: primitif, hidup di atas tanah, kelompok pemakan serangga dari daerah Australo-
Papua. Di Sunda Besar hanya ada satu jenis (Eupetes).

164
Burung Pengoceh Rimba

559. PELANDUK TOPI-HITAM Pellorneum capistratum Lembar Gambar 65


(I: Black-capped Babbler; M: Burung Rimba Kopiah Hitam)
Deskripsi: Berukuran sedang (17 cm), berwarna coklat dengan mahkota kehitaman dan garis alis yang jelas, yang
berwarna kuning kemerahan di depan dan putih di belakang. Tubuh bagian atas coklat kemerahan; tubuh bagian
bawah kuning kemerahan dengan tenggorokan keputih-putihan. Burung di Kalimantan bagian utara tubuh bagian
bawahnya lebih pucat lebih kuning, penutup telingan abu-abu.
Iris coklat; paruh atas hitam; bawah keputih-putihan; kaki coklat.
Suara: Bernada tinggi menusuk "wiit" meninggi dan suara lainnya.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk Bangka dan Belitung) dan Kalimantan (termasuk Natuna dan
pulau-pulau di Kalimantan bagian utara), merupakan burung yang umum di hutan dataran rendah sampai ketinggian
700 m, sementara itu di Kalimantan bisa lebih tinggi lagi. Di Jawa barat umum terdapat di hutan dataran rendah; di
Jawa timur lebih merupakan burung di perbukitan. Tidak tercatat di Bali.
Kebiasaan: Menghuni tumbuhan bawah di hutan primer atau sekunder, dan rumpun bambu atau palem. Biasanya
menyendiri, kadang-kadang dalam kelompok kecil atau berpasangan. Penakut, di atas atau dekat permukaan tanah.

560. PELANDUK BUKIT Pellorneum pyrrogenys Lembar Gambar 65


(I: Temminck’s Babbler)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna coklat kemerahan. Mahkota coklat keabuan; tubuh bagian atas coklat
kemerahan dengan tangkai bulu pucat mencolok. Alis coklat kemerahan tidak mencolok. Tubuh bagian bawah putih
dengan garis dada merah karat dan sisi lambung kuning kecoklatan.
Iris coklat merah; paruh kehitaman; kaki coklat.
Suara: Siulan bernada ganda "pityiu" atau "pii-tyiu" (Wells).
Penyebaran global: Assam sampai Cina barat daya, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Kalimantan, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan (termasuk pulau-pulau di Kalimantan bagian utara) merupakan
burung penetap di kaki gunung, ditemukan di seluruh pegunungan. Di Jawa terbatas dan tidak umum terdapat di
dataran rendah dan perbukitan, sampai ketinggian 1.200 m.
Kebiasaan: Umumnya hidup di tumbuhan bawah hutan primer dan di pinggir hutan, tetapi kadang-kadang mencari
makan di pohon-pohon penuh dengan tumbuhan merambat sampai ke tajuk, memburu serangga.
Catatan: Beberapa pakar burung memasukkanjenis burung endemik di Sumatera buettikoferi ke dalam kelompok
burung ini. Ras concreta dari Belitung secara tidak tepat dianggap sejenis dengan jenis ini dan harus digabungkan
dalam Pelanduk Asia. Kalau ras dari Jawa pyrrogenys dimasukkan berarti nama ini berprioritas di atas tickelli.
Mungkin lebih baik ditempatkan dalam marga Trichastoma.

561. PELANDUK BUTTIKOFER Pellorneum buettikoferi Lembar Gambar 65


(I: Buettikofer’s Babbler)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna coklat zaitun mirip Pelanduk bukit tetapi tanpa warna kemerahan dan
topi tidak kontras dengan punggung.
Iris coklat merah; paruh kehitaman; kaki coklat.
Suara: Kicauan bersiul dengan frase baku "piyu pii biyo" (Wells).
Penyebaran global: Endemik di Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Penetap yang ditemukan, dan di seluruh daratan Sumatera di dataran rendah dan
perbukitan sampai ketinggian 900 m.
Kebiasaan: Seperti Pelanduk bukit.
Catatan: Dapat ditempatkan dalam Trichastoma. Pengaturan yang dipakai di buku ini berdasarkan pada D.R. Wells
dan terutama berdasarkan pada nyanyian. Pengaturan lain termasuk: (1) P. tickelli dari Assam sampai Cina barat
daya dan Asia tenggara, dan P. pyrrogenys di Sunda Besar. (2) P. tickelli dari Assam sampai Cina barat daya, dan
Asia tenggara, dan Sumatera, dan P. pyrrogenys di Kalimantan dan Jawa.

562. PELANDUK DADA-PUTIH Trichastoma rostratum Lembar Gambar 65


(I: White-chested Babbler; M: Burung Rimba Telunjuk)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), dengan warna coklat gelap dengan tubuh bagian bawah keputih-putihan.
Dibedakan dari Asi kumis dan Asi topi-jelaga oleh sisi kepala yang coklat, tanpa alis mata atau kumis gelap, dan
mantel mempunyai warna yang sama dengan punggung. Tubuh bagian bawah putih dengan sisi keabuan dan sisi
lambung kecoklatan.
Iris coklat; paruh hitam; kaki merah muda.
Suara: Nyanyian burung jantan bervariasi dengan 3-6 nada sebagai pembuka, siulan keras atau dengungan pendek
165
dengan nada akhir naik atau turun, dan biasanya satu nada meninggi, menurun dan bertingkat. Balasan betina adalah
suara nyaring, tunggal, bernada tinggi "piiw" dengan perubahan nada menurun, diulang-ulang dua sampai empat kali
dengan interval sekitar 6 detik. Di Kalimantan dikenal sebagai bunyi 3 nada: "minta duit".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk pulau-
pulau di Kalimantan bagian utara) burung yang umum di hutan rawa, hutan mangrove, dan hutan tepi sungai, sampai
ketinggian 500 m.
Kebiasaan: Hidup berpasangan atau dalam kelompok-kelompok keluarga di hutan lebat yang lembab, pada lapisan
hutan bawah atau menengah.

563. PELANDUK MERAH Trichastoma bicolor Lembar Gambar 65


(I: Ferruginous Babbler)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (17 cm), berwarna merah karat dengan ekor agak panjang. Tubuh bagian atas
merah karat, kekang pucat, tubuh bagian bawah putih krem, tersapu merah karat di sisi.
Iris coklat; paruh atas gelap, bawah keputih-putihan; kaki gading krem pucat.
Suara: Siulan keras sederhana "hwiit" nadanya meninggi tajam, ulangan "piow" dengan nada menurun; sebuah
getaran menambah suara berdengung, dan kicauan kelompok.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk Bangka) dan Kalimantan, merupakan burung yang cukup
umum terdapat pada ketinggianb sampai 600 m, di Kalimantan bisa lebih tinggi lagi.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil di antara vegetasi bawah di hutan lebat. Menetap dekat dengan tanah
tetapi dapat dipancing para pengamat burung dengan suara berdesar "psst".

564. PELANDUK EKOR-PENDEK Malacocincla malaccensis Lembar Gambar 65


(I: Short-tailed Babbler; M: Rimba Ekor Pendek)
Deskripsi: Berukuran kecil (14 cm), burung pelanduk berekor pendek, berwarna coklat dengan kepala coklat atau
abu-abu, dan kumis hitam, sangat kontras dengan tenggorokannya yang berwarna putih. Tubuh bagian bawah putih
dengan sisi lambung berwarna merah karat.
Iris berwarna coklat berangan; paruh atas hitam, bawah kebiruan dengan warna hitam di ujungnya; kaki merah
muda.
Suara: Burung betina mengeluarkan nyanyian jelas yang terdiri atas 6-7 nada, nadanya menurun dan memanjang.
Suara jantan berupa getaran pendek, lalu satu seri siulan, diikuti lima sampai enam nada bertingkat, siulan
menghilang. Suara jantan bisa segera mengikuti oleh betina atau mereka bersuara secara terpisah (Nash dan Nash,
1987).
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk Natuna
dan Anambas) merupakan burung yang umum di tumbuhan bawah dari hutan primer dan sekunder, termasuk hutan
rawa, sampai ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: bergaya tikus, mengendap-endap, hampir selalu di tanah. Hidup dalam keluarga kecil, dapat dipancing
dengan suara berdesar "pssst".
Catatan: Semua Malacoceincla mungkin sebaiknya ditempatkan dalam Trichastoma.

565. PELANDUK SEMAK Malacocincla sepiarium Lembar Gambar 65


(I: Horsfield’s Babbler)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (14 cm), burung pelanduk berwarna coklat kemerahan, tungging merah dengan
paruh yang berat. Mahkota keabuan, kekang keputih-putihan; tubuh bagian bawah coklat dan menjadi merah pada
tunggir; tenggorokan putih; dada abu-abu; perut tengah putih dengan warna kuning di sisinya; paha coklat, penutup
bawah ekor kemerah-merahan. Dibedakan dari Pelanduk Asia oleh mahkota yang lebih abu-abu dan gelap, dan
tanpa garis alis yang pucat.
Iris coklat merah; paruh hitam atas, bawah kebiruan; kaki merah muda.
Suara: Suara lantan keras, menusuk, monoton "pii-oo-wiiit" atau "oo-wiit", dikeluarkan secara terus-menerus pada
waktu dan petang; nada "oo" dikeluarkan dengan nada rendah dan lebih sedikit tekanan. Suara betina "hii-hii-hii-hii"
yang menurun. Suara alarm "hiur tiurr-tiurr-tiurr..".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Jawa dan Bali umum, di Sumatera dan Kalimantan hanya di sana-sini terdapat di
habitat hutan yang cocok dari ketinggian 300-1.400 m.
Kebiasaan: Menyukai tumbuhan bawah di hutan perbukitan, pegunungan bawah yang lebat, dan pinggir hutan di
mana burung ini memanjati tumbuhan pendek, sendirian, berpasangan atau dalam kelompok kecil. Burung yang
ribut dan suka menyelidiki.
166
566. PELANDUK ASIA Malacocincla abbotti Lembar Gambar 65
(I: Abbott’s Babbler; M: Burung Rimba Riang)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (16 cm), burung pelanduk berwarna coklat suram dengan paruh besar. Tubuh
bagian atas zaitun kecoklatan, lebih merah pada tunggir; penutup ekor atas kuning warna kuning kayu manis. Sisi
wajah coklat kuning dengan kekang dan garis alis abu-abu buram. Tubuh bagian bawah keputih-putihan juga pada
dagu dan kerongkongan, dada keabuan kehijauan, dan perut kekuningan sampai coklat.
Iris coklat; paruh atas hitam, bawah pucat; kaki kuning kebo.
Suara: Di Kalimantan berupa suara sederhana yang terdiri atas tiga sampai empat nada, bergelombang, keras agak
monoton (D.A.H). Di Sumatera menurut catatan Nash, berupa duet 2-3 nada oleh burung betina mengiringi enam
sampai tujuh siulan menyambung dari burung jantan, diakhiri dengan siulan meninggi.
Penyebaran global: Nepal sampai Assam, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, dan
Bawean.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk Belitung) merupakan burung yang umum, di Kalimantan dan
terbatas pada hutan dataran rendah, sampai ketinggian 400 m. Di Jawa diketahui ada di Bawean dan Kep. Matasiri di
L. Jawa.
Kebiasaan: Menghuni hutan terbuka, semak-semak, dan tumbuhan bawah hutan jati. Hidup sendirian, berpasangan
atau dalam kelompok kecil, mengendap-endap di dekat tanah, dan memanjat sampai tajuk untuk bernyanyi pada
waktu pagi hari.

567. PELANDUK KALIMANTAN Malacocincla perspicillata Lembar Gambar 65


(I: Black-browed Babbler)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (16 cm), burung pelanduk berwarna coklat dengan burik abu-abu di perut. Berbeda
dari Pelanduk semak dalam ukuran tubuh yang lebih besar, dahi dan garis alis hitam. Iris kuning; paruh hitam; kaki
merah muda.
Suara: tidak diketahui.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Hanya diketahui dari spesimen tipe yang diambil dari
suatu tempat di Kalimantan selatan.
Kebiasaan: Tidak diketahui.
Catatan: Diperlakukan oleh beberapa pakar burung sebagai sejenis dengan burung Pelanduk Alas.

568. PELANDUK ALAS Malacocincla vanderbilti Lembar Gambar 65


(I: Vanderbilt’s Babbler)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berekor pendek, burung pelanduk dengan paruh berat serta tubuh bagian bawah
abu-abu, tersapu coklat di sisinya. Mirip Pelanduk semak tetapi ditemukan pada ketinggian yang berbeda.
Iris coklat; paruh hitam; kaki merah muda.
Suara: Tidak diketahui.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Diduga terbatas di sebelah utara Peg. Bukit Barisan. Burung yang jarang terlihat
pada ketinggian 800-1.200 m, diketahui hanya dari satu spesimen dari Lembah Mas atas.
Kebiasaan: Pengendap pada tumbuhan bawah di hutan pegunungan.
Catatan: Sebaiknya diperlakukan sebagai ras pegunungan dari burung Pelanduk semak. Dulu burung ini
diperlakukan sebagai ras burung Pelanduk Kalimantan M. perspicillata.

569. ASI KUMIS Malacopteron magnirostre Lembar Gambar 65


(I: Moustached Babbler)
Deskripsi: Berukuran kecil (16 cm), berwarna coklat dengan ekor merah karat, mahkota coklat buram, dan kumis
abu-abu gelap lebar (terlihat hitam di lapangan), kontras dengan tenggorokannya yang putih. Ras Kalimantan
mempunyai kepala yang berwarna jelaga. Kekang dan sisi kepala abu-abu; tubuh bagian bawah putih keabuan
dengan burik abu-abu kecoklatan pada dada. Burung remaja kumisnya kurang jelas.
Iris coklat gelap; paruh abu-abu krem; kaki kebiruan.
Suara: Suara membosankan yang diulang-ulang, terdiri atas 6 nada keras menurun yang ditekan.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk Kep. Lingga) dan Kalimantan (termasuk Anambas)
merupakan burung yang cukup dikenal di hutan dataran rendah sampai 800 m, di Kalimantan lebih tinggi lagi.
Kebiasaan: Mengembangkan bulu di mahkota dan tenggorokan bila gembira. Hidup di tajuk tengah dan bawah
hutan rawa, pinggir hutan, dan daerah bersemak.

167
570. ASI TOPI-JELAGA Malacopteron affine Lembar Gambar 65
(I: Sooty-capped Babbler; M: Burung Rimba Tinjau Belukar)
Deskripsi: Berukuran kecil (16 cm), burung asi yang berwarna coklat gelap dengan mahkota hitam, garis alis pucat,
dan tubuh bagian bawah abu-abu. Mirip Asi kumis, tetapi mahkotanya lebih gelap, ekor coklat gelap, dan tanpa
kumis gelap. Ras Kalimantan mempunyai kepala coklat dan ekor merah. Burung remaja mempunyai mahkota lebih
pucat dan bulu terbang warna karat.
Iris coklat gelap; paruh abu-abu krem; kaki merah muda.
Suara: Nyanyian dengan sekitar delapan nada gundah, khas seperti bukan siulan burung, dengan nada meninggi dan
menurun; suara kontak kelompok terdiri atas 4-5 nada berirama, bervariasi dalam nada tetapi kebanyakan menurun;
juga suara ocehan monoton, nada ganda "tiu, tiu".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk Banyak dan Bangka) dan Kalimantan merupakan burung
yang umum di dataran rendah sampai ketinggian 700 m.
Kebiasaan: Hidup berkelompok, pada pucuk pohon kecil dan semak-semak di hutan, di pinggir hutan, dan semak
sekunder.

571. ASI TOPI-SISIK Malacopteron cinereum Lembar Gambar 65


(I: Scaly-crowned Babbler; M: Burung Rimba Tua Kecil)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), bermahkota merah, burung asi berwarna coklat. Mahkota merah karat atau
merah karat bersisik hitam; burung di Jawa tengkuknya merah, hitam di Kalimantan dan Sumatera; tubuh bagian
bawah putih, keabuan di sisinya; ekor coklat kemerahan.
Iris coklat; paruh atas hitam, bawah merah muda; kaki kemerah mudaan.
Suara: Empat sampai enam nada tipis, meninggi dalam nada minor.
Penyebaran global: Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk
Natuna) merupakan burung yang umum di hutan-hutan dataran rendah terbatas sampai 1.200 m. Di Jawa tersebar
terbatas di sepanjang pesisir selatan. Tidak tercatat di Bali.
Kebiasaan: Sering mengunjungi hutan-hutan pantai, dan hutan primer serta perbukitan yang rendah. Berjalan-jalan
dalam kelompok kecil melewati lapisan bawah hutan di mana burung ini berlaku lincah dan ribut.

572. ASI BESAR Malacopteron magnum Lembar Gambar 65


(I: Rufous-crowned Babbler; M: Burung Rimba Tua Besar)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (17 cm), burung asi berwarna coklat zaitun dengan mahkota merah, tengkuk hitam
(berkurang di Kalimantan bagian utara), ekor berwarna coklat berangan, dan tubuh bagian bawah putih dengan burik
abu-abu pada dada dan tenggorokan. Beberapa ras di Kalimantan mirip dengan Burung Rimba Tua Kecil hanya
berbeda sedikit dalam hal ukuran tetapi mahkota yang merah tidak belang hitam, ekor berwarna lebih merah, dan
tenggorokan burik.
Iris merah; paruh abu-abu krem; kaki merah muda.
Suara: Nyanyian beragam dari nada-nada ganda dan jelas, umumnya bersuara menurun tetapi tidak sesering suara
Asi topi-jelaga, dan biasanya meninggi pada frase akhir. Kadang-kadang berupa suara meninggi.
Penyebaran global: Palawan, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di sumatera dan Kalimantan (termasuk Natuna) merupakan burung yang umum
terdapat di hutan dataran rendah sampai ketinggian 800 m.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil di pohon-pohon kecil dan semak-semak di hutan primer, jarang turun ke
tanah.

573. ASI DADA-KELABU Malacopteron albogulare Lembar Gambar 65


(I: Grey-breasted Babbler)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), burung asi berwarna coklat gelap dengan mahkota abu-abu gelap dan dada abu-
abu khas, kontras dengan perut dan tenggorokannya yang putih; sisi lambung dan tungging tersapu coklat karat. Pipi
kehitaman. Alis pendek putih terang membedakannya dari burung sikatan Rhinomyias yang berwarna sama.
Iris coklat; paruh atas coklat, bawah pucat; kaki kebiruan.
Suara: Panggilan bahaya berdengung.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Agak jarang dan terbatas di hutan dataran rendah di Sumatera (termasuk Kep. Batu
dan Kep. Lingga) dan Kalimantan barat. Kelihatannya tidak ada di Kalimantan timur.
Kebiasaan: Hidup di pohon-pohon kecil, dan semak-semak rawa gambut, dan hutan kerangas.

168
Cica-kopi dan Burung Berencet

574. CICA-KOPI MELAYU Pomatorhinus montanus Lembar Gambar 66


(I: Chestnut-backed Scimitar-babbler; M: Burung Rimba Hulu)
Deskripsi: Burung pengoceh berukuran sedang (20 cm), dengan punggung merah karat, ekor panjang dengan alis
mata putih mencolok dan paruh panjang melengkung ke bawah berwarna kuning atau warna tanduk. Mahkota hitam
keabuan, alis mata putih; punggung berwarna coklat berangan; sayap dan ekor coklat; dagu, tenggorokan, dada, dan
perut atas putih; sisi lambung dan penutup ekor bawah merah karat. Iris kuning; paruh kuning atau warna tanduk
dengan pangkal hitam; kaki abu-abu.
Suara: Berdering "tur-du-du-wiit-wiit"; siulan yang diulangi "pu-pu-riuw", "piow-pu-pu", "to-whít", atau "pu-pu-
pu"; alarm "pêrrr-pêrrr-...".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk Bangka) dan Kalimantan merupakan burung hutan dataran
rendah dan perbukitan sampai ketinggian 1.200 m, lebih tinggi lagi di Kalimantan. Di Jawa dan Bali cukup umum di
hutan pegunungan di atas ketinggian 1.200 m.
Kebiasaan: Hidup sendirian atau dalam kelompok kecil, di lapisan bawah dan tengah hutan; sering berbaur dengan
burung jenis lain, terutama burung poksai. Umumnya mencari makan di atas atau dekat permukaan tanah.

575. BERENCET PARUH-PANJANG Rimator malacoptilus Lembar Gambar 66


(I: Long-billed Wren-babbler)
Deskripsi: Berukuran kecil (13 cm), berwarna coklat burik kuning, berekor pendek, berbulu halus, dengan paruh
panjang melengkung ke bawah. Dibedakan dari Berencet berkening oleh paruh yang lebih panjang dan tidak ada alis
mata. Tunggir dan ekor merah karat; tubuh bagian bawah coklat gelap dengan tenggorokan putih dan burik keputih-
putihan di dada.
Iris coklat; paruh hitam; kaki merah muda.
Suara: Siulan datar "fiiiii" dan "prrt, prrt, .."; di Burma dikabarkan sebagai burung yang bersuara siulan yang indah;
juga mengoceh lembut.
Penyebaran global: Himalaya dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera tercatat dari Bukit Barisan ke selatan sampai G. Kerinci dimana burung
ini tidak umum terdapat di hutan pegunungan dari 1.500-2.500 m.
Kebiasaan: Hidup di atas atau dekat tanah, berlompatan di semak yang rapat.

576. BERENCET KALIMANTAN Ptilocichla leucogrammica Lembar Gambar 66


(I: Bornean Wren-babbler)
Deskripsi: Berukuran kecil (17 cm), berwarna coklat, berekor pendek dengan tubuh bagian bawah hitam dengan
burik putih lebar. Mahkota berwarna lebih gelap dibandingkan punggung; muka putih dengan coretan hitam di
seluruh muka.
Iris coklat; paruh hitam atas, bawah abu-abu pucat; kaki merah muda.
Suara: Siulan ganda nyaring "fii-fii" dengan panjang yang sama tetapi yang kedua dua nada lebih tinggi.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas untuk Kalimantan dimana burung ini jarang di hutan dataran rendah.
Kebiasaan: Mencari makan di atas tanah, berlompatan di tumbuhan bawah yang rapat di hutan dataran rendah.

577. BERENCET LORENG Kenopia striata Lembar Gambar 66


(I: Striped Wren-babbler)
Deskripsi: Berukuran kecil (14 cm), berwarna coklat dengan mahkota gelap burik putih mencolok dan tubuh bagian
atas coklat merah; muka putih krem, demikian juga dengan alis mata, tenggorokan, dan dada; kekang kuning jingga,
dan sisi lambung berbintik merah. Dada seluruhnya bersisik-sisik belang coklat. Iris coklat; paruh hitam; kaki merah
muda.
Suara: Siulan "ti-ki-tiiii" yang nyaring diulangi terus dengan nada pertama lebih tinggi; suara kuakan seperti katak;
dan siulan berirama.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan merupakan burung yang tidak umum terdapat di hutan
dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: Kebanyakan pengendap dekat tanah rumpun pohon salak yang berduri dan tumbuhan bawah hutan
rawa.

578. BERENCET DADA-KARAT Napothera rufipectus Lembar Gambar 66


(I: Rusty-breasted Wren-babbler)
169
Deskripsi: Berukuran agak besar (18 cm), berwarna coklat tua, berekor pendek dengan kerongkongan putih, dan
tubuh bagian bawah berwarna coklat berangan. Tubuh bagian atas bersisik-sisik hitam. Mirip dengan Berencet besar
tetapi tubuh bagian bawahnya berwarna coklat berangan.
Iris coklat; paruh atas kehitaman, bawah warna tanduk; kaki kemerah mudaan.
Suara: Siulan yang diulangi terus "kiu-ki-ki-kiiii", dengan nada kedua lebih rendah sedikit; kicauan berdua di mana
satu burung bersuara "cek-cek-cek-..." bersamaan dengan "ciuw-wok-tiiiw" yang diulangi cepat dari burung satu
lagi.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat, dan di Bukit Barisan dan gunung yang terpisah di antara 900-2.500 m.
Kebiasaan: Hidup di lantai hutan di bawah penutupan vegetasi yang rapat, menyukai hutan pegunungan bawah dan
atas.
Catatan: Diperlakukan oleh beberapa pakar burung sebagai ras dari Berencet besar.

579. BERENCET LEHER-HITAM Napothera atrigularis Lembar Gambar 66


(I: Black-throated Wren-babbler)
Deskripsi: Berukuran agak besar (18 cm), dengan warna coklat gelap, berekor pendek dengan kerongkongan dan
penutup telinga hitam, dada kuning tua berburik hitam, dan tengah-tengah perut keputih-putihan. Tubuh bagian atas
dan bawah bersisik-sisik hitam lebar. Terdapat kulit pucat tanpa bulu di belakang mata.
Iris coklat; paruh atas kehitaman, bawah warna tanduk; kaki kemerah mudaan.
Suara: Siulan sangat nyaring yang khas, mirip Berencet besar.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Burung yang jarang di hutan-hutan dataran rendah dan perbukitan, sampai
ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Hidup di atas dalam penutupan rapat, menyukai hutan-hutan perbukitan.
Catatan: Diperlakukan oleh beberapa pakar burung sebagai ras dari Berencet besar.

580. BERENCET BESAR Napothera macrodactyla Lembar Gambar 66


(I: Large Wren-babbler; M: Burung Rimba Besar Hujan)
Deskripsi: Berukuran sedang (19 cm), pendek gemuk berwarna coklat burik, berekor pendek. Tubuh bagian atas
coklat tua, setiap bulu tengahnya pucat, tangkai bulu putih dan pinggiran hitam; tubuh bagian bawah keputih-putihan
dengan pinggiran abu-abu pada bulu terbang; sisi lambung, paha, dan penutup ekor bawah merah karat. Ada kulit
pucat tanpa bulu di belakang mata.
Iris coklat; paruh hitam; kaki merah muda.
Suara: Siulan nyaring yang terdiri dari empat sampai lima nada bervariasi yang diulangi terus; burung yang sedang
berkicau sulit ditebak letaknya; siulan bergetar "hiirw, hiirw, ..." yang khas (Lihat Lamp.6).
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Hanya beberapa catatan dari Sumatera dan Jawa, burung yang tidak umum di hutan
dataran rendah sampai ketinggian 1.200 m.
Kebiasaan: Burung pengoceh yang aktif, lebih sering terdengar daripada terlihat, hidup sendirian atau dalam
kelompok kecil, di hutan yang rapat. Menyukai hidup di atas atau dekat tanah, dengan ribut membalik-balikkan
dedaunan seperti burung cacing.

581. BERENCET PUALAM Napothera marmorata Lembar Gambar 66


(I: Marbled Wren-babbler)
Deskripsi: Berukuran agak besar (20 cm), berwarna merah karat, berekor pendek dengan kekang putih khas,
kerongkongan putih, dan dada serta perut kehitaman. Bersisik-sisik hitam rapat pada tenggorokannya yang putih,
dan belang putih pada dadanya hitam. Pinggir kepala merah karat; sisi lambung dan tungging coklat kemerahan.
Burung remaja pada tangkai bulu mahkota dan kepala berwarna merah karat.
Iris coklat; paruh hitam; kaki merah muda.
Suara: Tidak ada informasi.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera tercatat di lereng-lereng Bukit Barisan ke selatan sampai G. Kaba.
Burung yang agak jarang di hutan pegunungan, di ketinggian antara 1.000-1.800 m.
Kebiasaan: Tinggal diam-diam di tanah di antara tumpukan batu di hutan gelap di lereng-lereng.

582. BERENCET GUNUNG Napothera crassa Lembar Gambar 66


(I: Mountain Wren-babbler)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), ekor pendek, berwarna coklat bersisik-sisik dengan kerongkongan abu-abu
pucat polos, dan perut serta tunggir merah karat. Bulu-bulu tubuh bagian atas coklat dengan warna hitam lebar di
170
pinggirnya.
Iris coklat; paruh hitam; kaki kemerah mudaan.
Suara: Ocehan ""jrèr-jrèr-jrèr-jrèr" bernada peringatan; siulan nyaring bergetar, menurun di akhir nada (Smythies).
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di pegunungan Kalimantan bagian utara, di mana ditemukan dari G.
Kinabalu ke selatan sampai Tama Abo dan Mulu, juga di Nyiut dan Kayan Mentarang. Burung yang, dan ditemukan
di hutan-hutan pegunungan, di ketinggian antara 1.000-2.500 m.
Kebiasaan: Tinggal di atas tanah di hutan pegunungan yang gelap, sering di bawah cabang-cabang pohon tumbang
atau dalam lindungan tumbuhan yang rapat.
Catatan: Diperlakukan oleh beberapa pakar burung sebagai ras dari N. brevicauda.

583. BERENCET BERKENING Napothera epilepidota Lembar Gambar 66


(I: Eye-browed Wren-babbler; M: Rimba Bercelak)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (11 cm), ekor pendek, berbulu halus warna coklat dengan alis mata pendek,
putih, terlihat jelas. Warna umum coklat kemerahan tetapi burik hitam dan tangkai bulunya pucat mencolok; dagu
dan tenggorokan putih kekuningan; tengah perut putih; tubuh bagian bawah kuning tua burik. Terdapat dua bentuk
warna: bersisik kuning tua putih atau merah karat di tubuh bagian bawahnya.
Iris coklat; paruh coklat; kaki coklat pucat.
Suara: Siulan nyaring datar "piiiow" selama satu detik; ocehan "cikete-cirrk-cikete-.." yang sibuk.
Penyebaran global: Assam sampai Cina barat daya, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera agak umum di sepanjang Bukit Barisan dari 900-1.200 m. Kelihatannya
penetap yang jarang di perbukitan di Kalimantan bagian utara, di mana ditemukan dari G. Kinabalu ke selatan
sampai DAS Kapuas dan Mahakam; juga di Nyiut, Hulu Barito, dan Kayan Mentarang. Di Jawa umum terdapat, dan
di hutan pegunungan antara 1.000-2.000 m; tidak tercatat di Bali.
Kebiasaan: Pemalu, burung yang tidak mencolok di tumbuhan bawah yang rapat.

584. BERENCET KERDIL Pnoepyga pusilla Lembar Gambar 66


(I: Pygmy Wren-babbler; M: Rimba Lompat)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (9 cm), hampir tanpa ekor, coklat merah karat gelap. Ukuran kecil, tampak tanpa
ekor, dan tanpa alis mata merupakan ciri khasnya. Tubuh bagian bawah lebih pucat dari pada tubuh bagian atasnya;
burung dewasa mempunyai pola bersisik-sisik gelap di bawah.
Iris coklat gelap; paruh hitam; kaki merah muda.
Suara: Di Jawa siulan pekik yang terdiri atas 2-3 nada dengan nada sedikit menurun; di G. Kerinci nada ini
berselang dengan "cikicik" yang tajam. Pekikan bernada tinggi diikuti ocehan pendek; sejumlah nada cepat bernada
tinggi "tzit-tzit-..." nyaring dan menurun. Dalam kondisi bahaya mengeluarkan "zik, zik, ...".
Penyebaran global: Nepal sampai Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Flores,
dan Timor.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Jawa cukup umum terdapat di hutan pegunungan dari 900-3.000 m.
Tidak tercatat di Bali, tetapi kemungkinan terdapat di sana.
Kebiasaan: di sekitar lantai hutan dalam kerimbunan semak seperti kelakuan tikus. Pemalu dan tidak menonjolkan
diri kecuali ketika bersuara.
Burung Pengoceh Dahan

585. TEPUS DAHI-MERAH Stachyris rufifrons Lembar Gambar 67


(I: Rufous-fronted Babbler)
Deskripsi: Berukuran kecil (12 cm), berwarna coklat-zaitun pucat. Mahkota merah, tenggorokan keputih-putihan
bercoret hitam seluruhnya, dada kuning-jingga, perut abu-abu.
Iris coklat, paruh hitam, kaki coklat.
Suara: Siulan mengharukan: "pir, pi-pi-pi-pi-pi-pi", dalam kecepatan yang berubah-ubah.
Penyebaran global: Burma, Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Jarang di Sumatera dan Kalimantan. Di Sumatera, tercatat ke selatan sampai G.
Kerinci, di hutan dataran rendah dan perbukitan sampai ketinggian 900 m. Di Kalimantan jarang, tetapi tersebar luas,
penetap di hutan submontan sampai ketinggian 1.200 m.
Kebiasaan: Mengendap-endap dekat permukaan tanah, dalam kerimbunan tumbuhan bawah dan tengah di hutan
primer, hutan sekunder, dan rumpun bambu.

586. TEPUS EMAS Stachyris chrysaea Lembar Gambar 67


(I: Golden Babbler; M: Rimba Mas)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (10 cm), berwarna zaitun kekuningan. Kekang hitam khas, kerongkongan kuning.
171
Mahkota kuning, bercoretkan hitam. Ras Sumatera frigida tidak sekuning ras dari daratan Asia.
Iris kemerahan, paruh dan kaki hitam.
Suara: Siulan sangat nyaring bernada rendah dan terdiri atas empat sampai delapan nada, dengan tekanan pada nada
pertama atau kedua. Juga ocehan dalam kelompok.
Penyebaran global: Nepal, sampai Cina barat daya, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, umum terlihat di hutan perbukitan dan pegunungan antara ketinggian
800-3.000 m.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil (sering berbaur dengan jenis lain), pada dedaunan semak-semak pendek di
hutan primer, hutan sekunder, dan hutan pinus.

587. TEPUS DADA-PUTIH Stachyris grammiceps Lembar Gambar 67


(I: White-breasted Babbler)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna coklat berangan dan abu-abu. Mahkota hitam dengan pinggir putih
pada bulunya, pipi dan sisi lambung abu-abu, kumis berupa titik-titik hitam. Sayap dan ekor coklat karat terang;
tenggorokan, dagu, dada, dan perut tengah putih.
Iris merah, paruh dan kaki hitam.
Suara: Panggilan gemerincing keras: "krrriiiiiiiiiii".
Penyebaran global: Endemik di Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Menetap di kantung-kantung hutan yang tersisa di
dataran rendah dan perbukitan sampai ketinggian 900 m. Kebanyakan tercatat di Jawa barat, tetapi juga tercatat di
Malang sebelah selatan, Jawa timur.
Kebiasaan: Menyukai tumbuhan bawah di hutan primer, tinggal dalam kelompok kecil.

588. TEPUS KEPALA-HITAM Stachyris nigriceps Lembar Gambar 67


(I: Grey-throated Babbler)
Deskripsi: Berukuran kecil (13 cm), berwarna coklat. Mahkota dan tengkuk kehitaman bercoretkan putih, setrip
kumis putih, dagu dan tenggorokan abu-abu gelap. Beberapa ras bervariasi sedikit.
Iris coklat terang, paruh kehitaman, kaki merah muda.
Suara: Panggilan gemerincing: "prrriiii - prrriiii" (Smythies).
Penyebaran global: Himalaya, Cina barat daya, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan
Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk Kep. Lingga) dan Kalimantan (termasuk Kep. Natuna),
umum pada tumbuhan bawah di hutan, perbukitan, dan pegunungan antara ketinggian 500-2.300 m; di pulau-pulau
diduga terdapat lebih rendah.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil, mengendap-endap dekat tanah pada tumbuhan bawah di perbukitan dan
pegunungan yang lembab.

589. TEPUS KEPALA-KELABU Stachyris poliocephala Lembar Gambar 67


(I: Grey-headed Babbler)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna coklat berangan. Kepala abu-abu gelap dengan coretan putih pada
mahkota dan kerongkongan. Tubuh bagian bawah merah. Perbedaannya dengan Tepus merbah-sampah: lingkar
mata biru, mata pucat, dada coklat, ada coretan putih pada tenggorokan. Remaja: lebih pucat dan tanpa coretan putih.
Iris krem, paruh hitam, kaki abu-abu.
Suara: Nyanyian sederhana terdiri dari 2-4 nada turun-naik, bergetar. Suara bahaya dan kontak berupa ocehan cepat
dalam deretan nada menurun yang berdengung.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk Kep. Lingga) dan Kalimantan, cukup umum pada tumbuhan
bawah dan semak hutan sekunder, sampai ketinggian 900 m.
Kebiasaan: Mengendap-endap dalam kelompok pada tumbuhan bawah yang rapat. Menyukai hutan sekunder pada
ketinggian rendah.

590. TEPUS LURIK Stachyris striolata Lembar Gambar 67


(I: Spot-necked Babbler)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (17 cm), berwarna coklat. Tenggorokan dan garis alis putih, ada warna hitam pada
sisi leher yang berbintik putih. Tubuh bagian bawah coklat karat. Tenggorokan putih (membedakannya dengan tepus
lainnya).
Iris merah, paruh hitam, kaki hitam kehijauan.
Suara: Nyanyian sederhana dan ocehan sebagai tanda bahaya.
Penyebaran global: Cina selatan, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), dan Sumatera.
172
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, umum di hutan perbukitan dan pegunungan serta rumpun bambu,
antara ketinggian 250-2.200 m.
Kebiasaan: Pengendap yang hidup berkelompok di lantai hutan dan tumbuhan bawah yang rapat, di hutan
pegunungan yang lembab.

591. TEPUS TUNGGIR-MERAH Stachyris maculata Lembar Gambar 67


(I: Chestnut-rumped Babbler; M: Burung Rimba Rembah Besar)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (17 cm), berwarna coklat-zaitun. Kekang biru terbuka, tunggir berwarna buah
berangan terang, tenggorokan hitam. Dahi hitam, penuh dengan coretan putih. Dada hitam burik putih, bergradasi
menjadi putih pada perut yang bercoretan hitam. Tungging coklat pucat. Terdapat sedikit variasi pada beberapa ras.
Iris kuning pucat, paruh hitam, kaki coklat.
Suara: Burung di Malaysia: suara meledak yang resik dan nyaring, terdiri atas lima sampai sepuluh nada dengan
kecepatan kira-kira dua nada per detik. Suara kontak: siulan serak bergetar.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan, agak lebih umum
di hutan dataran rendah di bawah ketinggian 800 m.
Kebiasaan: Khas tepus, mengendap-endap pada tumbuhan bawah di hutan. Dapat dipancing keluar dengan suara
"psst".

592. TEPUS TELINGA-PUTIH Stachyris leucotis Lembar Gambar 67


(I: White-necked Babbler)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna coklat-merah. Tubuh bagian bawah abu-abu, tenggorokan hitam.
Kepala abu-abu dengan dahi, kekang, dan garis alis putih. Terdapat sedikit coretan putih pada mahkota dan sebaris
burik putih pada sisi leher. Mirip Tepusan kaban, tetapi tanpa bercak malar putih.
Iris merah, paruh kehitaman, kaki hitam.
Suara: Nyanyian bervariasi berupa siulan empat sampai lima nada dalam nada berlainan. Suara ramai "coi-oi, cu-ui,
coi-oi" (M.& W.).
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Beberapa catatan dari Sumatera utara dan Sumatera tengah menunjukkan
penyebaran di hutan dataran rendah dan perbukitan sampai ketinggian 800 m. Burung setempat di Kalimantan,
mendiami hutan antara ketinggian 500-1.000 m, tetapi secara lokal lebih rendah.
Kebiasaan: Mengendap-endap pada tumbuhan bawah di hutan. Menyukai hutan primer.

593. TEPUS KABAN Stachyris nigricollis Lembar Gambar 67


(I: Black-throated Babbler; M: Burung Rimba Bertam)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (16 cm), berwarna coklat berangan. Kepala kehitaman, setrip malar dan garis di
belakang mata putih mencolok. Mahkota abu-abu gelap bercoretkan putih, kerongkongan dibatasi burik putih, perut
abu-abu. Perbedaan dengan Tepus telinga-putih: ada setrip malar dan tanpa warna keputih-putihan pada dahi.
Iris merah tua, paruh hitam dengan dasar pucat, kaki kehitaman.
Suara: Suara kontak dan tanda bahaya terdiri atas ocehan resik serak yang membentak-bentak. Nyanyian sederhana
terdiri atas satu atau dua nada siulan rendah perlahan, diikuti 10 sampai 26 nada cepat. Juga nada merdu terpisah
merata: "hu-hu-hu..." yang bernada sama.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan, umum di beberapa tempat pada tumbuhan bawah di
hutan dataran rendah yang lembab sampai ketinggian 1.000 m (jarang sampai ketinggian 1.400 m).
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok keluarga, mengendap-endap dekat permukaan tanah pada tumbuhan bawah
yang rapat di hutan gelap, sering dekat aliran air.

594. TEPUS LEHER-PUTIH Stachyris thoracica Lembar Gambar 67


(I: White-bibbed Tree-babbler)
Deskripsi: Berukuran sedang (18 cm), berwarna coklat berangan. Ada pita putih lebar khas pada dada, yang
kadang-kadang dibatasi warna hitam. Pipi abu-abu gelap. Burung di Jawa sebelah timur: mahkota abu-abu.
Iris coklat merah, paruh atas hitam, paruh bawah abu-abu-krem, kaki hitam.
Suara: Keras, serak, dan berdering: "cuuurrr, cuuurr". Gemerincing sedikit berdering (DAH).
Penyebaran global: Endemik di Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Tidak umum terdapat di hutan perbukitan dan pegunungan antara ketinggian 600-
1.800 m. Satu spesimen yang berlabel Sumatera di British Museum kemungkinan bukan menunjukkan jenis ini.
Kebiasaan: Pemalu, berdiam pada tumbuhan bawah dan semak rapat, lebih sering terdengar daripada terlihat.
Tinggal dalam kelompok kecil, kadang-kadang memanjat pohon yang tertutup tumbuhan merambat.
173
595. TEPUS MERBAH-SAMPAH Stachyris erythroptera Lembar Gambar 67
(I: Chestnut-winged Babbler; M: Burung Rimba Merbah Sampah)
Deskripsi: Berukuran kecil (12 cm), berwarna coklat karat. Muka abu-abu, lingkar mata biru mencolok, ekor dan
sayap coklat berangan. Beberapa ras: warna abu-abu lebar pada dahi dan variasi warna merah pada tubuh bagian
atas. Pada waktu berkicau, tenggorokan dikembungkan dan tampak bercak kulit biru pucat pada sisi leher.
Iris coklat kemerahan, lingkar mata terbuka biru, paruh kehitaman, kaki abu-abu/abu-abu krem.
Suara: Deretan nada yang nyaring dan cepat, terdiri dari 7-11 "pup" yang dempang, nada turun setelah empat nada.
Juga dengungan membentak.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk Kep.
Natuna), umum terdapat pada tumbuhan bawah di hutan dan semak sekunder di bawah ketinggian 800 m.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil, mengendap-endap dekat lantai hutan. Dapat dipancing keluar dengan
suara "psst". Lebih menyukai hutan sekunder kering dan semak.

596. TEPUS PIPI-PERAK Stachyris melanothorax Lembar Gambar 67


(I: Crescent-chested Babbler)
Deskripsi: Berukuran kecil (13 cm), berwarna coklat karat. Garis alis keputih-putihan, mahkota dan sayap coklat
kemerahan; punggung dan ekor coklat-zaitun. Bercak putih pada tenggorokan dibatasi oleh warna hitam yang tidak
teratur. Dada, pipi, dan perut abu-abu seperti mutiara, pantat tersapu coklat karat.
Iris coklat, paruh coklat tua, kaki coklat.
Suara: Frase getaran pendek dengan kecepatan yang beraneka dan variasinya (D.A.H.). Suara lainnya mirip suara
Tepus merbah-sampah.
Penyebaran global: Endemik di Jawa dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Di Jawa (termasuk Bawean) dan Bali, tidak jarang terlihat di hutan perbukitan,
pinggir hutan, dan pekarangan, antara ketinggian 500-1.500 m (pada ketinggian permukaan laut di beberapa tempat).
Kebiasaan: Pemalu, lebih sering bersembunyi dalam kerapatan tumbuhan bawah. Hidup dalam kelompok kecil.

597. CIUNG-AIR JAWA Macronous flavicollis Lembar Gambar 68


(I: Grey-cheeked Tit-babbler)
Deskripsi: Berukuran kecil (14 cm), berwarna coklat. Mahkota merah pucat atau abu-abu. Tubuh bagian atas coklat
pucat, sayap dan ekor coklat berangan, muka abu-abu. Tubuh bagian bawah kuning dan tersapu abu-abu zaitun pada
sisi-sisinya, tenggorokan dan dada atas bercoretkan hitam. Ras Kangean: tubuh bagian bawah kuning pucat.
Iris kuning terang, paruh hitam berujung pucat, kaki hijau-zaitun.
Suara: Dengungan khas untuk suku ini. Juga "cunk-cunk...", mirip Ciung-air coreng.
Penyebaran global: Endemik di Jawa dan Kangean.
Penyebaran lokal dan status: Umum secara lokal pada semak hutan dataran rendah, khususnya semak kering di
pesisir.
Kebiasaan: Menyukai tumbuhan bawah yang rapat dan tumbuhan merambat yang kusut. Umumnya ditemukan
dalam kelompok kecil. Lebih pendiam daripada Ciung-air coreng.

598. CIUNG-AIR CORENG Macronous gularis Lembar Gambar 68


(I: Striped Tit-babbler; M: Burung Rimba Berjalur)
Deskripsi: Berukuran kecil (13 cm), berwarna merah. Mahkota, punggung, sayap, dan ekor coklat berangan, pipi
abu-abu. Tubuh bagian bawah kuning kehijauan sampai putih, dengan coretan hitam mencolok (terutama pada
dada). Tubuh bagian bawah beragam: keputih-putihan dengan coretan gelap tebal (Kalimantan), abu-abu lebih
menyeluruh coretannya (Jawa), atau kekuningan seluruhnya bercoret (Sumatera).
Iris kuning pucat, paruh coklat gelap dengan bagian bawah lebih pucat, kaki kebiruan.
Suara: Monoton: "cunk, chunk, ..." dalam frase suara terdiri dari 3-10 nada atau lebih, diulang tanpa berhenti
sepanjang hari.
Penyebaran global: India timur sampai Cina barat daya, Asia tenggara, Palawan, Semenanjung Malaysia, dan
Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk pulau-
pulau di sekitarnya), umum di dataran rendah pada habitat yang sesuai, sampai ketinggian 1.000 m. Di Jawa sangat
lokal, pengamatan di bagian timur Indramayu diragukan. Sangat umum di pulau-pulau kecil lepas pantai Ujung
Kulon. Di tempat-tempat lain juga ada beberapa catatan. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Terdapat berpasangan atau dalam kelompok kecil pada tumbuhan sekunder di lahan bekas ladang atau
rumpun bambu yang rapat. Kebanyakan menghabiskan waktunya di dekat dengan permukaan tanah (pada jarak
beberapa meter saja). Tetapi kadang-kadang juga memanjat pohon-pohon tinggi yang tertutupi tumbuhan merambat.
174
599. CIUNG-AIR PONGPONG Macronous ptilosus Lembar Gambar 68
(I: Fluffy-backed Tit-babbler; M: Burung Rimba Pongpong)
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna gelap, suka mengendap-endap. Bulu coklat merah, topi coklat
berangan, tenggorokan hitam, lingkar mata dan kekang biru mencolok. Bulu pada punggung panjang dan bertangkai
pucat, sulit terlihat di lapangan.
Iris coklat merah, paruh dan kaki kehitaman.
Suara: Teriakan keras yang serak, bentakan "cer-cer-cer-cerang" yang meninggi pada nada terakhir, dan nyanyian
dempang rendah: "pup-pup pup pup pup".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan, umum terdapat
di hutan dataran rendah sampai ketinggian 700 m.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil pada lapisan bawah hutan yang lebat dan pinggir hutan, umumnya di
lembah sungai kecil yang lembab. Mudah terpancing oleh suara "psst".

600. TEPUS GELAGAH Timalia pileata Lembar Gambar 68


(I: Chestnut-capped Babbler)
Deskripsi: Berukuran sedang (17 cm). Tubuh bagian atas coklat kemerahan. Mahkota merah/coklat berangan
terang, garis alis krem/putih, terpisah dari mahkota oleh garis hitam-tebal. Pipi putih sampai abu-abu, kekang hitam,
dada putih dengan coretan hitam. Perut abu-abu tersapu coklat kuning pada sisi tubuh dan tunggir.
Iris merah, paruh hitam, kaki kehijauan.
Suara: Sangat beragam, jernih dan keras, berupa siulan, getaran metalik, nada-nadamenyambung turun naik, dan
siulan ganda yang keras dan tajam meninggi (D.A.H.).
Penyebaran global: Nepal sampai Cina selatan, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Di Jawa, cukup umum terdapat di dataran rendah sampai ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Mengendap-endap dalam kerapatan tumbuhan bawah, rerumputan lebat, dan lapisan semak yang rapat
di daerah semak yang lebih terbuka. Umumnya hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil (kadang-kadang), di
dekat permukaan tanah. Bersuara dari balik kerimbunan daun. Sangat sulit dilihat.

Burung Pengoceh Berkicau

601. POKSAI MANTEL Garrulax palliatus Lembar Gambar 69


(I: Sunda Laughingthrush)
Deskripsi: Berukuran besar (27 cm), berwarna coklat berangan. Kepala abu-abu, kekang hitam khas. Kulit sekitar
mata tidak berbulu, berwarna biru pucat.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Siulan ribut dan suara seperti kucing.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera ditemukan di sepanjang Bukit Barisan, di hutan pegunungan antara
ketinggian 850-2.200 m. Di Kalimantan, terbatas di pegunungan di Kalimantan bagian utara, dari G. Kinabalu ke
selatan sampai Usun Apau, G. Dulit, dan dekat G. Mulu, pada ketinggian antara 300-2.000 m.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil, berbaur dengan jenis lain, pada tajuk bawah dan tajuk tengah di hutan
pegunungan. Sangat lincah dan mencolok.

602. POKSAI KUDA Garrulax rufifrons Lembar Gambar 69


(I: Rufous-fronted Laughingthrush)
Deskripsi: Berukuran besar (27 cm). Bulu coklat zaitun pada bagian atas dan coklat kuning pada bagian bawah.
Dahi dan dagu merah, pipi keabuan, tenggorokan coklat pucat. Seluruh tubuh kadang-kadang tersapu coklat karat.
Iris jingga kekuningan, paruh hitam, kaki hijau kecoklatan.
Suara: Ringkikan ribut: "hi-ti-ti-ti" dan "har-tu-tu-tu" di antara anggota kelompok. Burung di sangkar (peliharaan):
seri siulan panjang yang bernada sama (D.A.H.).
Penyebaran global: Endemik di Jawa barat dan Jawa tengah.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat ke timur sampai G. Slamet. Penyebaran sangat terbatas, tetapi secara lokal
tidak jarang di hutan pegunungan antara ketinggian 1.000-2.400 m.
Kebiasaan: Terbang dalam kelompok kecil yang ribut pada lapisan bawah hutan primer pegunungan. Kadang-
kadang mencari makan berupa serangga pada pohon yang lebih tinggi. Suka berbaur dengan jenis lain.

603. POKSAI JAMBUL Garrulax leucolophus Lembar Gambar 69


(I: White-chested Laughingthrush)

175
Deskripsi: Berukuran besar (30 cm), berwarna hitam kecoklatan. Kepala putih dengan jambul sedikit tegak, mudah
dikenali. Dahi, kekang, dan setrip mata hitam menurun.
Iris dan paruh coklat, kaki kecoklatan.
Suara: Sangat ribut. Suara dimulai dengan ocehan, diikuti kotekan dan ringkikan nyaring.
Penyebaran global: Himalaya, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di pegunungan di Sumatera, agak jarang terdapat di hutan primer dan hutan
sekunder pada ketinggian sedang (antara 750-2.000 m).
Kebiasaan: Hidup berkelompok, pada lantai bawah dan menengah di hutan. Kadang-kadang turun ke permukaan
tanah. Terbang dengan cara meluncur khas poksai.

604. POKSAI HITAM Garrulax lugubris Lembar Gambar 69


(I: Black Laughingthrush; M: Burung Rimba Hitam)
Deskripsi: Berukuran besar (26 cm), berwarna coklat keabuan gelap. Ras Sumatera dan Kalimantan terlihat
berbeda. Ras Sumatera: paruh kuning-jingga dan bulu kehitaman. Ras Kalimantan dewasa: paruh merah, bulu lebih
coklat, kepala kuning botak. Remaja: lebih buram dan mahkota berbulu seluruhnya.
Iris coklat. Kulit tanpa bulu di sekitar mata dan pipi berwarna biru (ras Sumatera) atau kekuningan (ras Kalimantan).
Paruh jingga (ras Sumatera) atau merah (ras Kalimantan). Kaki kuning kecoklatan.
Suara: Seperti Poksai jambul. Teriakan berkotek sumbang untuk tanda bahaya dan panggilan beberapa nada yang
keras, jelas, dan dempang: "hup", diikuti tertawa histeris. Juga nada ganda "hupup".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, tidak jarang di hutan pegunungan antara ketinggian 600-1.600 m. Di
Kalimantan, terbatas hanya di daerah pegunungan di Kalimantan bagian utara. Tersebar dari G. Kinabalu ke selatan
sampai Usun Apau, G. Dulit, dan G. Mulu, tidak umum menetap di hutan pegunungan antara ketinggian 1.000-
2.000 m.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil, menyukai lantai bawah dan tengah di hutan.
Catatan: Ras Kalimantan G. l. calvus kadang-kadang diperlakukan sebagai jenis yang berbeda, karena perbedaan
pada kulit, warna bulu, tingkat kebotakan, dan ukuran paruhnya.

605. POKSAI GENTING Garrulax mitratus Lembar Gambar 69


(I: Chestnut-capped Laughingthrush; M: Burung Rimba Genting)
Deskripsi: Berukuran besar (23 cm), berwarna abu-abu. Topi coklat berangan, paruh jingga, lingkar mata pucat, ada
setrip putih mencolok pada sayap, dahi bercoretkan putih. Lingkar mata kuning (ras Kalimantan) atau putih (ras
Sumatera).
Iris coklat, paruh jingga, kaki kuning.
Suara: Berulang berupa siulan menyambung: "ker-kewiit" dan nada menggelincir naik-turun.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, umum di hutan pegunungan, pinggir hutan, dan perkebunan, antara
ketinggian 700-2.000 m. Umum terdapat di pegunungan Kalimantan, dari G. Kinabalu ke selatan sampai Batu
Tibang, pada ketinggian minimal 300 m di lembah-lembah sampai ketinggian 3.000 m.
Kebiasaan: Mencari makan pada pohon-pohon pendek, dalam kelompok ribut yang mencolok.

606. MESIA TELINGA-PERAK Leiothrix argentauris Lembar Gambar 69


(I: Silver-eared Mesia; M: Burung Rimba Telinga Perak)
Deskripsi: Berukuran sedang (18 cm), berwarna-warni, kemerahan. Kepala hitam dengan pipi putih perak dan dahi
merah khas. Ekor, punggung, dan penutup sayap hijau zaitun; tenggorokan dan dada jingga kemerahan. Sayap
merah dan kuning, tunggir dan penutup ekor bawah merah.
Iris merah, paruh dan kaki kuning.
Suara: Ocehan gemerincing dempang dan girang: "ci-uwi, ci-uwi, chi-uwi" atau "ci-uwi-ciu".
Penyebaran global: Himalaya, Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, umum terdapat secara lokal di Peg. Bukit Barisan ke selatan, paling
tidak sampai Ranau, antara ketinggian 600-2.200 m.
Kebiasaan: Sangat sibuk di semak-semak rapat di bawah dan tengah hutan pegunungan.

607. CIU BESAR Pteruthius flaviscapis Lembar Gambar 69


(I: White-browed Shrike-babbler; M: Burung Rimba Cekup Belalang; Rimba Cekup Jambul Hitam)
Deskripsi: Berukuran kecil (13 cm), berwarna hitam putih. Jantan: kepala hitam, garis alis putih, mantel dan
punggung abu-abu, ekor hitam. Sayapnya hitam dengan warna putih pada ujung bulu primer dan warna coklat
berangan emas pada bulu tersier, tubuh bagian bawah putih. Betina: berwarna lebih buram, tubuh bagian bawah
kuning, kepala hijau-zaitun, warna ujung sayap kurang terang.
176
Iris abu-abu, paruh hitam keabuan, kaki keputih-putihan.
Suara: Nyaring, monoton resik: "cip, cip-cip" dan berbagai variasinya, yang diulang terus.
Penyebaran global: Pakistan sampai Cina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Tidak jarang terdapat di hutan pegunungan antara ketinggian 1.000-2.800 m, di
seluruh Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Hidup berpasangan atau dalam kelompok campuran, bergerak melewati tajuk bawah dan tajuk atas,
menangkapi serangga. Menyelinap menyamping di sepanjang ranting-ranting kecil, tekun mencari makan.

608. CIU KUNYIT Pteruthius aenobarbus Lembar Gambar 69


(I: Chestnut-fronted Shrike-babbler)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (11 cm), berwarna cerah. Jantan: dahi, dagu, dan kerongkongan coklat berangan,
lingkar mata putih, garis alis putih keabuan, tubuh bagian bawah kuning. Tubuh bagian atasnya hijau zaitun, dengan
dua garis putih tebal pada penutup sayap atas yang hitam. Betina: tubuh bagian bawah keputih-putihan, warna coklat
berangan hanya terdapat pada dahi.
Suara: Panggilan biasa "tu-wiitwiit" bernada tinggi yang resik. Kadang-kadang berupa kicauan bertalun "ciuy-ciuy-
ciuy-ciuy-ciuy" yang cepat.
Penyebaran global: Assam sampai Cina selatan, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Tidak jarang di Jawa sebelah barat sampai ke G. Papandayan. Juga di beberapa
tempat di Jawa tengah dan Jawa timur, di pegunungan antara ketinggian 1.000-3.000 m. Walaupun ada satu
spesimen museum yang berlabel “Lampung”, tidak ada indikasi bahwa jenis ini terdapat di Sumatera.
Kebiasaan: Hidup pada tajuk pohon dan semak-semak di hutan pegunungan, kadang-kadang berbaur dalam
kelompok dengan jenis lain.

609. WERGAN COKLAT Alcippe brunneicauda Lembar Gambar 68


(I: Brown Fulvetta; M: Burung Rimba Murai Coklat)
Deskripsi: Berukuran kecil (14 cm), berwarna coklat. Tubuh bagian atas coklat tua, tubuh bagian bawah lebih pucat,
kepala abu-abu, dada keabuan. Perbedaannya dengan sikatan Rhynomyias yang berwarna sama: bersifat lincah dan
suka bergerombol.
Iris abu-abu, paruh hitam, kaki coklat.
Suara: Tangga nada menurun cepat yang terdiri atas lima sampai tujuh nada siulan tipis dan suara bahaya mengoceh
dengan nada terakhir kurang satu yang kadang-kadang lebih tinggi (M. & W.).
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk Kep. Batu) dan Kalimantan (termasuk Kep. Natuna), tidak
umum di hutan dataran rendah, perbukitan, dan tumbuhan sekunder sampai ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: Ribut dalam kelompok yang lincah. Dengan gesit melewati tumbuhan bawah, pohon-pohon kecil, dan
semak-semak.

610. WERGAN JAWA Alcippe pyrrhoptera Lembar Gambar 68


(I: Javan Fulvetta)
Deskripsi: Berukuran kecil (14 cm), berwarna coklat kemerahan. Tubuh bagian atas merah karat, terdapat warna
sedikit keabuan pada kepala. Tunggir dan penutup ekor atas merah karat; dagu dan tenggorokan putih abu-abu,
tersapu kuning tua. Dada dan perut kuning tua, keputih-putihan pada bagian tengah, kuning kecoklatan pada sisi
lambung dan penutup ekor bawah.
Iris coklat, paruh coklat, kaki coklat.
Suara: Panggilan resik yang agak keras dan melodius: "ci-ci-ci-ciwiwit" atau "buu-ray-ciy-cit".
Penyebaran global: Endemik di Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di Jawa sebelah barat, tercatat ke timur sampai G. Merapi di Jawa tengah,
ditemukan hanya di gunung yang lebih tinggi dari 1.000 m. Kadang-kadang secara lokal sangat umum.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil, di hutan dan pinggir hutan, jarang berbaur dengan jenis lain.

611. CICA MATAHARI Crocias albonotatus Lembar Gambar 68


(I: Spotted Crocias)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm), berpunggung merah, berekor panjang. Mahkota, sisi kepala, sayap, dan ekor
abu-abu kehitaman; ujung bulu ekor dan pinggiran bulu terbang putih. Punggung coklat berangan dan bercoret putih,
tubuh bagian bawah putih.
Iris coklat, paruh abu-abu, kaki kuning.
Suara: Serak, keras, dan resik: "briioow-briioow-briioow-ciioow-ciioow-chiioo-chii-chii-chiioow", mirip suara
poksai.
Penyebaran global: Endemik di Jawa.
177
Penyebaran lokal dan status: Tidak umum dan terbatas di Jawa barat, hanya terdapat di beberapa gunung tertinggi,
tercatat ke timur sampai G. Papandayan dan G. Ciremai.
Kebiasaan: Pemalu, hidup pada tajuk pohon yang berdaun lebat, lebih sering terdengar daripada terlihat. Tinggal
sendirian atau bergabung dalam satu kelompok.
Catatan: Beberapa pakar menempatkan jenis ini ke dalam marga Minla di daratan Asia.

612. SIBIA EKOR-PANJANG Heterophasia picaoides Lembar Gambar 68


(I: Long-tailed Sibia; M: Sibia Ekor Panjang)
Deskripsi: Berukuran besar (32 cm), berwarna abu-abu dan putih. Hidup di atas pohon. Ekor membulat sangat
panjang. Bulu abu-abu buram dengan mahkota lebih gelap, tungging keputih-putihan. Sewaktu terbang, bercak putih
pada sayap terlihat mencolok. Ujung bulu ekor abu-abu pucat.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Ribut, lengkingan "tsip-tsip-tsip-tsip" terus-menerus.
Penyebaran global: Himalaya, Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, umum terdapat di pegunungan tinggi antara ketinggian 600-3.000 m.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil, menyukai tajuk pohon-pohon tinggi. Terbang penuh tenaga sambil
bersuara.

613. YUHINA KALIMANTAN Yuhina everetti Lembar Gambar 68


(I: Chestnut-crested Yuhina)
Deskripsi: Berukuran kecil (14 cm), berwarna coklat keabuan. Tinggal di puncak pohon. Jambul coklat berangan,
bisa ditegakkan. Secara umum terlihat seperti gelatik-batu. Tubuh bagian bawah keputih-putihan, bulu ekor terluar
kebanyakan putih.
Iris coklat, paruh hitam, kaki coklat.
Suara: Resik, nyaring, dan rendah: "cit-cit-cit".
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Umum terlihat di daerah kaki gunung sampai ketinggian 1.800 m dan di beberapa
tempat di dataran rendah, ditemukan dari G. Kinabalu ke selatan sampai Peg. Mueller dan Penrissen.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil, mencari makan pada puncak pohon kecil dan pohon besar di hutan
pegunungan.
Catatan: Beberapa pakar memperlakukan jenis ini sebagai ras Yuhina castaniceps dari daratan Asia, tetapi
sebetulnya sangat berbeda karena tidak ada jambul yang mencolok.

614. YUHINA PERUT-PUTIH Yuhina zantholeuca Lembar Gambar 68


(I: White-bellied Yuhina)
Deskripsi: Berukuran kecil (12 cm), berwarna hijau-zaitun. Hidup di puncak pohon. Tubuh bagian bawah putih
keabuan, penutup ekor bawah kuning. Jambul mencolok (ciri yang membedakannya dengan cikrak lain yang
berwarna sama).
Iris coklat, paruh dan kaki berwarna gading.
Suara: Panggilan mencicit yang terdiri dari tiga nada.
Penyebaran global: Himalaya, Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, diketahui hanya satu spesimen dari Sumatera utara, di hutan primer
antara ketinggian 550-800 m (diambil pada tahun 1937). Di Kalimantan, penetap yang lebih tidak umum di hutan
primer dan hutan sekunder, sampai ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok, mencari makan pada tajuk pohon tinggi, sering berbaur dengan cikrak dan
burung jenis lain.

Burung Pengoceh Tanah

615. SIPINJUR MELAYU Eupetes macrocerus Lembar Gambar 68


(I: Malaysian Rail-babbler; M: Burung Rimba Malaysia)
Deskripsi: Berukuran besar (29 cm), hidup di lantai hutan. Berwarna merah karat dengan kepala, leher, dan ekor
panjang-ramping. Muka bertopeng, setrip mata hitam lebar, garis alis putih. Remaja: dahi abu-abu, tenggorokan
putih, tubuh bagian bawah abu-abu kecoklatan gelap.
Iris coklat, kulit tanpa bulu pada sisi leher berwarna biru, paruh dan kaki hitam.
Suara: Nada rendah, siulan monoton mirip Paok delima. Juga suara merdu seperti katak, dalam seri yang tidak
tetap, sekitar empat "kok" per detik, hanya terdengar dari jarak dekat.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan (termasuk Kep. Natuna), kadang-kadang terlihat di
178
hutan dataran rendah dan tinggi sampai ketinggian 900 m.
Kebiasaan: Pemalu. Sering terdengar, tetapi jarang terlihat. Hidup di lantai hutan primer tinggi dan hutan bekas
tebangan. Kebiasaan seperti ayam-ayaman, cepat menyingkir ketika terganggu.
Catatan: Beberapa pakar menempatkan jenis ini ke dalam suku Orthonycidae dari Irian dan Australia. Analisis
DNA-nya menunjukkan bahwa jenis ini sebetulnya adalah sejenis gagak yang mempunyai kelainan.

179
BURUNG CACING - SUKU TURDIDAE

Kelompok burung yang sangat besar, tersebar luas, dibagi dalam burung cacing yang asli, cincoang, meninting,
kucica, dan kelompok lain. Burung ini warnanya bervariasi tetapi kebanyakan berukuran sedang, berkepala bulat
dengan kaki agak panjang, paruh ramping tajam, dan bersayap lebar. Ekor bervariasi dari pendek sampai sangat
panjang tetapi pada semua jenis cenderung ditegakkan sewaktu-waktu. Makanannya berupa serangga, cacing, dan
invertebrata lain, dan buah-buah kecil. Kebanyakan burung jenis ini makan paling tidak di atas atau dekat dengan
permukaan tanah. Burung cacing membuat sarang kuat berbentuk mangkuk, berserabut yang sering diperkuat
dengan lumpur dan dihiasi dengan lumut. Banyak jenis burung ini mempunyai kemampuan bernyanyi yang merdu.
Di Sunda Besar terdapat 29 jenis, enam jenis di antaranya merupakan pengunjung musim dingin.

616. CINGCOANG COKLAT Brachypteryx leucophrys Lembar Gambar 64


(I: Lesser Shortwing; M: Murai Kakap)
Deskripsi: Burung cacing berukuran sangat kecil (11 cm), yang berekor pendek, kaki panjang (terlihat seperti
burung tepus) dengan alis mata pucat samar-samar, lingkar mata kuning tua, dan paruh besar. Burung dewasa: tubuh
bagian atas coklat merah; tubuh bagian bawah keputih-putihan dengan sisi tubuh coklat kuning tua dan dada
berbintik-bintik coklat kuning tua. Burung betina tubuh bagian bawahnya berwarna lebih kuning tua dari pada
jantan. Ras bervariasi dalam intensitas warna merah karat. Burung remaja bercoret dan berbintikbintik.
Iris coklat muda; paruh hitam kecoklatan; kaki ungu kemerah mudaan.
Suara: Berdering trrr, trrr dan suara tajam tinggi sebagai tanda bahaya. Juga kicauan yang cepat, manis, tinggi
diawali 2 atau 3 nada yang ditekan (D.A.H.), berakhir dalam deringan.
Penyebaran global: Himalaya, Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, dan pulau-
pulau Sunda Kecil.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, Jawa, dan Bali merupakan burung yang umum terdapat di hutan-hutan
perbukitan dan pegunungan dari ketinggian 900-1.900 m.
Kebiasaan: Pemalu, berdiam di semak bawah dan lantai hutan, umumnya pada ketinggian lebih rendah daripada
Cingcoang biru.

617. CINGCOANG BIRU Brachypteryx montana Lembar Gambar 64


(I: White-browed Shortwing)
Deskripsi: Burung cacing berukuran kecil (15 cm), berwarna kebiruan (jantan) atau biru dan merah (betina), kaki
panjang, bersayap pendek. Jantan berwarna biru gelap seluruhnya dengan alis mata putih mencolok. Burung betina
bervariasi, ras Sumatera berwarna biru seluruhnya, di Jawa kepala dan tengkuk biru, dengan sayap, ekor, dan
punggung merah karat, dan di Kalimantan semua merah kecuali warna biru pada mantel. Betina mempunyai alis
mata yang lebih kecil berwarna putih samar-samar. Burung remaja bercoret-coret coklat.
Iris coklat; paruh hitam; kaki hitam.
Suara: Kurang sering terdengar dibandingkan Cingcoang coklat. Mengeluarkan nyanyian tiba-tiba dari setiap
stasiun di batas teritorinya. Di Jawa nyanyian dimulai perlahan-lahan dengan beberapa nada tunggal, menjadi cepat
menjadi kicauan yang sayu, lalu berhenti tiba-tiba. (D.A.H.).
Kicauannya di Kalimantan lebih pendek dan menggetar, tanpa nada-nada awalan yang pelahan.
Penyebaran global: Nepal sampai Cina selatan, Filipina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar, dan
Flores.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera tercatat dari G. Leuser, Singgalang, Kerinci, dan Dempu, dan di
Kalimantan dari G. Kinabalu, G. Trus Madi, G. Mulu, Kelabit, dan Kayan Mentarang; burung ini umum terdapat di
beberapa tempat pada ketinggian diantara 1.400-3.000 m. Di Jawa barat, burung ini tercatat dari G. Papandayan ke
arah timur dan umum terdapat di beberapa tempat pada ketinggian 1.500 m. Tidak tercatat di Bali.
Kebiasaan: Pemalu, berdiam pada kerapatan semak dekat tanah, sering dekat aliran air. Terbang keluar menuju
daerah terbuka dan sering terlihat di lereng bebatuan terbuka di puncak-puncak gunung. Kebiasaannya beragam
sesuai dengan ketersediaan makanan.

618. BERKECET SIBERIA Luscinia calliope Lembar Gambar 64


(I: Siberian Rubythroat)
Deskripsi: Burung cacing berukuran sedang (16 cm), bertubuh pendek gemuk berwarna coklat dengan alis mata dan
setrip kumis putih tebal. Tubuh bagian atas coklat tanpa warna merah karat di ekor; tubuh bagian bawah kuning tua
pada sisi tubuh; putih kekuningan tua pada perutnya. Betina mempunyai pita kecoklatan di dada. Kepalanya berpola
garis khas hitam dan putih. Jantan dewasa tenggorokannya berwarna merah khas.
Iris coklat; paruh coklat gelap; kaki coklat kemerah-mudaan.
Suara: Siulan nyaring, menurun; "tsyak" yang lembut dalam.
Penyebaran lokal dan status: Berbiak di Asia timur laut. Bermigrasi di musim dingin sampai India, Cina selatan,
180
Asia tenggara. Ada satu catatan dari Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Pengendap di semak yang rapat di hutan dan tumbuhan sekunder; biasanya dekat aliran air.

619. BERKECET BIRU Erithacus cyane Lembar Gambar 64


(I: Siberian Blue Robin)
Deskripsi: Burung cacing berukuran sedang (14 cm), berwarna biru dan putih atau coklat. Burung jantan mudah
dikenali dengan tubuh bagian atas biru gelap, dan pita hitam lebar melewati mata dan ke bawah di sisi leher; tubuh
bagian bawah putih. Burung betina tubuh bagian atasnya coklat zaitun dengan tenggorokan dan dada coklat, bersisik
kuning tua. Burung remaja dan beberapa burung betina mempunyai sedikit warna biru di ekor dan tungging.
Iris coklat; paruh hitam; kaki putih kemerah mudaan.
Suara: Pada saat musim dingin keras rendah "tidak " juga suara keras "si-ik".
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut; bermigrasi di musim dingin sampai India, Cina selatan, Asia
tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin dalam jumlah kecil, tercatat di seluruh Sumatera dan
Kalimantan di hutan-hutan sampai ketinggian 1.800 m. Baru-baru ini ditemukan di Jawa.
Kebiasaan: Berdiam di atas atau dekat tanah di hutan yang rapat.

620. BERKECET EKOR-BIRU Tarsiger cyanurus Lembar Gambar 64


(I: Orange-flanked Bush-robin)
Deskripsi: Burung cacing berukuran agak kecil (15 cm), berkerongkongan putih dengan sisi lambung jingga khas,
terlihat kontras dengan perut dan tungging yang putih. Burung jantan tubuh atasnya biru; burung remaja dan betina
coklat berekor biru. Betina dapat dibedakan dari betina Berkecet biru karena adanya setrip di tengah tenggorokan
coklat, bukan putih keseluruhannya, dan juga karena sis tubuh yang jingga, bukan kuning tua.
Iris coklat; paruh hitam; kaki abu-abu.
Suara: Kicauan yang lengkap tidak dapat didengar pada burung pendatang migrasi; "cak" berkuak yang tenang
(P.R.).
Penyebaran global: Berbiak di Asia utara. Pada musim dingin bermigrasi ke India, Cina selatan, dan Asia tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat sekali di Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Selalu di tempat yang rendah di semak bawah di hutan dan vegetasi sekunder di pegunungan.

621. KUCICA KAMPUNG Copsychus saularis Lembar Gambar 70


(I: Magpie Robin; M: Murai Kampung)
Deskripsi: Burung cacing berlagak berukuran sedang (20 cm), hitam dan putih. Jantan: kepala, dada, dan punggung
hitam biru bersinar. Ras Sumatera, Jawa barat, dan Kalimantan barat: sayap dan bulu ekor tengah hitam; bulu ekor
luar dan setrip yang melintang di penutup sayap putih; perut dan tungging putih. Jawa timur, Kalimantan bagian
utara, dan timur: perut dan tungging hitam. Betina seperti jantan tetapi berwarna abu-abu buram bukan hitam.
Burung remaja mirip betina tetapi berbintik-bintik.
Iris coklat; paruh hitam; kaki hitam.
Suara: Nyanyian bergairah yang bervariasi, termasuk peniruan suara burung lain tetapi tidak semeriah suara Kucica
hutan; "pwiiiiiit" yang meninggi, berselang dengan "krrrk" yang parau.
Penyebaran global: India, Cina selatan, Filipina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan burung ini umum
di dataran rendah sampai ketinggian 1.500 m. Di Jawa dan Bali merupakan burung yang cukup umum di dataran
rendah tetapi mulai jarang karena penangkapan berlebih-lebihan.
Kebiasaan: Burung yang terkenal di pekarangan, desa, hutan sekunder, hutan terbuka, dan hutan mangrove.
Terbang menarik perhatian, dan bertengger secara mencolok untuk bernyanyi atau bergaya. Mencari makan
kebanyakan di tanah di mana burung ini terus-menerus menurunkan dan membuka ekornya sebelum menutup dan
menegakkannya kembali secara menyentak.

622. KUCICA HUTAN Copsychus malabaricus Lembar Gambar 70


(I: White-rumped Shama; M: Murai Rimba)
Deskripsi: Burung cacing berukuran agak besar (27 cm), berekor panjang, hitam, putih, dan merah karat. Kepala,
leher, dan punggung hitam dengan kilauan biru; sayap dan bulu ekor tengah hitam buram; tungging dan bulu ekor
luar putih; perut merah karat jingga.
Iris coklat tua; paruh hitam; kaki coklat abu-abu.
Suara: Indah, rumit, nyanyian merdu dan bervariasi termasuk peniruan suara burung lain.
Penyebaran global: India ke Cina barat daya, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk pulau-
pulau di sekitarnya) cukup umum terdapat di dataran rendah, sampai ketinggian 1.500 m di beberapa tempat. Di
181
Jawa (termasuk Kangean), burung ini sekarang sudah menjadi langka di hutan dataran rendah akibat penangkapan
yang tidak terkendali. Tidak ada di Bali. Bentuk ekor hitam terdapat di P. Kangean, P. Panaitan, dan di beberapa
pulau lepas pantai barat Sumatera.
Kebiasaan: Pemalu, berdiam di kerimbunan semak hutan lebat. Bernyanyi secara bergairah di pagi dan petang
hari dari tenggeran rendah dengan sayap menjuntai dan ekor tegak. Berlompatan di tanah atau terbang pendek-
pendek melalui tumbuhan bawah, menyentakkan ekornya yang panjang ketika mendarat.
Catatan: Kucica alis-putih mungkin sebaiknya termasuk ke dalam jenis ini tetapi penyebarannya yang tumpang
tindih mengesankan burung ini merupakan jenis tersendiri.

623. KUCICA ALIS-PUTIH Copsychus stricklandi Lembar Gambar 70


(I: White-browed Shama)
Deskripsi: Burung cacing berukuran agak besar (27 cm), berekor panjang, putih, hitam, dan merah karat. Mirip
Kucica hutan tetapi bermahkota putih. Iris coklat tua; paruh hitam; kaki coklat abu-abu.
Suara: Seperti Kucica hutan.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan timur laut.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di Kalimantan timur laut (terutama Sabah), dan Kep. Maratua.
Menggantikan Kucica hutan dengan daerah tumpang tindih di antara Lawas dan dan S. Padas di barat, dan
Kalimantan timur utara. Burung yang umum sampai ketinggian 1.200 m.
Kebiasaan: Seperti Kucica hutan.
Catatan: Mungkin termasuk Kucica hutan tetapi daerah tumpang tindih menunjukkan bahwa burung ini merupakan
jenis tersendiri.

624. KUCICA EKOR-KUNING Trichixos pyrrhopygus Lembar Gambar 70


(I: Rufous-tailed Shama; M: Murai Rimba Ekor Kuning)
Deskripsi: Burung cacing berukuran sedang (21 cm), berekor panjang hitam dan jingga. Jantan menyerupai Kucica
hutan tetapi ekornya yang merah karat jauh lebih pendek, lebih banyak berwarna abu-abu gelap daripada hitam, alis
pendek putih dan tunggir merah karat. Betina lebih coklat dan tidak punya alis putih. Burung remaja lebih coklat
berbintik-bintik kuning merah karat.
Iris coklat; paruh hitam; kaki hitam.
Suara: Nyanyian tidak semerdu Kucica hutan. Seri panjang terdiri dari siulan merdu, nada tunggal dan ganda, “pi-
uuu”, meningkat dan menurun bergantian secara tidak tetap.
Penyebaran global: Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan burung yang tidak umum di kerimbunan hutan primer
dan sekunder sampai ketinggian 1.200 m.
Kebiasaan: Mirip Kucica hutan, lebih menyukai hutan lembab rimbun termasuk hutan rawa.
Catatan: Beberapa pakar memasukkan jenis ini ke dalam marga Copsychus sebagai C. pyrrhopygus.

625. BERKECET BIRU-TUA Cinclidium diana Lembar Gambar 70


(I: Sunda Blue Robin)
Deskripsi Burung cacing berukuran kecil (15 cm), biru nila (jantan) atau coklat kemerahan (betina). Jantan berdahi
putih perak. Betina tubuh bagian atas dan dadanya berwarna coklat berangan, tenggorokan, perut dan tungging putih
keabuan. Burung remaja: coklat kemerahan, berbintik-bintik hitam.
Iris coklat; paruh hitam; kaki hitam.
Suara: Agak pendiam. Nyanyiannya sederhana terdiri dari 2 sampai 5 nada merdu murung yang menurun nadanya.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera burung ini agak jarang di sepanjang pegunungan, antara 1.100-1.500 m.
Di Jawa burung ini penetap yang tidak umum di gunung-gunung tinggi, tercatat ke timur sampai Dataran Tinggi
Dieng, antara 1.000-2.400 m.
Kebiasaan: Burung pendiam yang berdiam pada tumbuhan bawah di hutan pegunungan yang tinggi.

626. MENINTING KECIL Enicurus velatus Lembar Gambar 70


(I: Lesser Forktail)
Deskripsi: Burung cacing berukuran agak kecil (16 cm), hitam dan putih. Kaki dan alis mata putih yang pendek;
mahkota dan tengkuk abu-abu pada jantan, warna coklat berangan pada betina; bagian lain dari kepala, leher, sayap
dan punggung abu-abu tua; dada, perut, dan tunggir putih, garis sayap putih, dan ujung putih pada ekor menggarpu
hitam yang bertahap-tahap panjangnya. Dua bulu ekor terluar putih seluruhnya.
Iris coklat; paruh hitam; kaki keputihan.
Suara: Lengkingan keras “hii-tii-tii”, lebih lemah daripada Meninting besar, atau hanya “cii”.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera dan Jawa.
182
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera umum di hutan perbukitan dan pegunungan antara 600-2.000 m. Di
Jawa burung yang tidak umum di aliran air di hutan, kebanyakan dari 600-1.800 m, tetapi di beberapa tempat dekat
laut; tidak seumum Meninting besar.
Kebiasaan: Mirip Meninting besar. Burung yang lincah di aliran air yang mengalir deras, mengambil serangga dari
dalam air.

627. MENINTING CEGAR Enicurus ruficapillus Lembar Gambar 70


(I: Chestnut-naped Forktail; M: Murai Cegar)
Deskripsi: Burung cacing berukuran sedang (20 cm), hitam dan putih dengan mahkota dan tengkuk berwarna coklat
berangan, jantan mempunyai mahkota, tengkuk dan punggung atas berwarna coklat berangan, dahi putih dan setrip
hitam pada dadanya yang putih. Betina mirip jantan tetapi seluruh punggungnya berwarna coklat berangan.
Iris coklat; paruh hitam; kaki hitam.
Suara: Nada tinggi "sywiit-sywiit" saat terbang. Suara tanda bahaya berupa siulan lengking.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan burung ini tidak umum terdapat di sepanjang aliran
sungai kecil di hutan-hutan dataran rendah dan perbukitan sampai ketinggian 1.300 m.
Kebiasaan: Tidak pernah jauh dari pinggir sungai. Berburu makanan di sepanjang pinggir sungai dan di batu-batu
besar di sungai. Menegakkan ekornya sewaktu mendarat setelah terbang secara menggelapar.

628. MENINTING BESAR Enicurus leschenaulti Lembar Gambar 70


(I: White-crowned Forktail; M: Murai Cegar Belukar)
Deskripsi: Burung cacing berukuran sedang (25 cm), hitam dan putih. Dahi dan mahkota depan putih (bulunya
kadang-kadang membentuk jambul); sisa bagian kepala, tengkuk, dan dada hitam; perut, punggung bawah, dan
tunggir putih; sayap hitam bergaris putih; bulu ekor hitam menggarpu kecuali ujung putih pada bulunya yang sangat
panjang bertahap-tahap; dua bulu ekor terluar putih seanteronya.
Iris coklat; paruh hitam; kaki kemerah mudaan.
Suara: Keras, lengking, siulan ganda bergetar, terdengar sangat tajam untuk pendengaran manusia “tsii-iiit”.
Penyebaran global: India utara, Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk Nias dan Batu) dan Kalimantan merupakan burung yang
tidak umum, kebanyakan terbatas di sungai-sungai dataran rendah dan perbukitan sampai ketinggian 1.400 m. Di
Jawa dan Bali burung ini cukup umum terdapat di sepanjang sungai-sungai berbatu-batu di semua ketinggian di
mana ada penutupan hutan.
Kebiasaan: Lincah, burung yang tidak pernah istirahat di sungai-sungai dengan aliran air cepat. Berdiri di batu-batu
atau berjalan di sepanjang pinggir sungai, mematuk-matuk kiri kanan mencari makan sambil terus-menerus
mengembangkan ekornya yang menggarpu panjang. Terbang secara bergelombang dekat di atas tanah (atau air) saat
bersuara.

629. TAWAU DADA-HITAM Chlamydochaera jefferyi Lembar Gambar 55


(I: Black-breasted Fruit-hunter)
Deskripsi: Burung cacing berukuran sedang (25 cm), keabuan dengan bercak hitam tebal di dada dan kepala kuning
tuan dengan setrip mata hitam. Bentuk kedua jenis kelamin lain. Jantan dagu dan mahkota kuning kemerahan
menjadi abu-abu di tengkuk; setrip mata memanjang ke tengkuk, bulu primer dan sisi ekor hitam; bagian lain
bulunya kebanyakan abu-abu dengan ujung bulu ekor luar putih. Betina coklat kemerahan di mana jantannya abu-
abu. Burung remaja lebih coklat di punggung dan berbintik-bintik hitam di kepala, tenggorokan, dan dada.
Iris kemerahan; paruh hitam; kaki hitam.
Suara: Tidak ada informasi.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di pegunungan di Kalimantan bagian utara, tercatat dari pegunungan
Kinabalu dan Trus Madi ke selatan sampai G. Nyiut dan Peg. Schwaner, tetapi tidak umum dan hanya di beberapa
tempat. Tidak ada di Dataran Tinggi Kelabit tetapi umum terdapat di G. Dulit.
Kebiasaan: Berkelakuan seperti burung punai (T.H) dan makan buah-buahan.
Catatan Beberapa pakar burung memperlakukan jenis ini sebagai burung kapasan atau kepudang. Data hybridisasi
DNA menunjukkan bahwa burung ini berhubungan kerabat dengan burung cacing.

630. CIUNG-MUNGKAL JAWA Cochoa azurea Lembar Gambar 71


(I: Javan Cochoa)
Deskripsi: Burung cacing berukuran sedang (23 cm), berwarna biru tua berkilau. Jantan: tubuh bagian atas biru tua
bersinar dengan mahkota, pinggir penutup sayap dan bulu terbang biru bersinar lebih pucat. Tubuh bagian bawah
biru keunguan. Betina: coklat dengan dahi dan sisi bulu terbang biru. Burung remaja: seperti betina tetapi dada
183
berbintik coklat kuning tua.
Iris coklat tua; paruh hitam; kaki hitam.
Suara: Suara lengking "siiiit" yang tinggi; suara tanda bahaya memaki-maki "cet-cet-cet" yang keras.
Penyebaran global: Endemik di Jawa barat.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Tercatat sampai paling timur di G. Selamat, di hutan di
pegunungan tinggi dari 1.000-3.000 m.
Kebiasaan: Selalu hidup di pepohonan, biasanya tinggi di tajuk mencari buah-buahan. Paruhnya bergerigi
dipergunakan untuk mencabik daging buah.
Catatan: Beberapa pakar burung memasukkan Ciung-mungkal Sumatera ke dalam jenis ini.

631. CIUNG-MUNGKAL SUMATERA Cochoa beccarii Lembar Gambar 71


(I: Sumatran Cochoa)
Deskripsi Burung cacing berukuran besar (28 cm), biru mengilap dan hitam. Burung jantan dahi dan mahkota biru
pucat; penutup sayap tengah dan bercak sayap biru keabuan; bulu ekor tengah biru, yang lain dengan daun luarnya
kebiruan; bulu ekor luar hitam; bulu lainnya hitam mengilap. Burung betina dengan muka kuning tua.
Iris coklat tua; paruh hitam; kaki hitam.
Suara: Siulan "siiiit" yang tenang, lemah, bernada tinggi; "sip" pendek sewaktu terbang (Simpson 1995).
Penyebaran global: Endemik di Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Jarang; diketahui dari empat ekor, semua jantan, yang
dikoleksi di G. Singgalang dan Kerinci dari 1.200-1.600 m, dan beberapa pengamatan baru-baru ini dari G. Kerinci.
Kebiasaan: Hidup di pepohonan sepenuhnya, mencari makan (buah-buahan) di tajuk.
Catatan: Beberapa pakar memperlakukannya sebagai sejenis dengan Ciung-mungkal Jawa, tetapi cukup berbeda
karena warnanya lebih terang dan ukuran tubuhnya lebih besar.

632. DECU BATU Saxicola torquata Lembar Gambar 71


(I: Stonechat)
Deskripsi: Burung cacing berukuran sedang (14 cm), merah karat, hitam, dan putih. Jantan mempunyai kepala dan
bulu terbang hitam; punggung coklat tua, bercak putih tebal di leher dan sayap, tunggir keputihan dan dada jingga.
Betina warna lebih suram tanpa warna hitam, tubuh bagian bawah kuning tua, dan bercak putih hanya pada sayap.
Dibedakan dari Decu kuning betina oleh warna lebih pucat dan bercak sayap putih. Iris coklat tua; paruh hitam; kaki
kehitaman.
Suara: Makian “tsyak-tsyak”, seperti benturan dua buah batu.
Penyebaran global: Berbiak di Palearktik; pada musim dingin bermigrasi ke Afrika, India, dan Asia tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Hanya bebeberapa burung mencapai Sumatera (termasuk Nias) dan Kalimantan
bagian utara.
Kebiasaan: Menyukai habitat terbuka seperti lahan pertanian, pekarangan, dan semak sekunder. Menggunakan
tenggeran rendah yang mencolok untuk menyambar mangsanya di tanah.

633. DECU BELANG Saxicola caprata Lembar Gambar 71


(I: Pied Bushchat)
Deskripsi: Burung cacing berukuran kecil (13 cm), hitam dan putih. Jantan berwarna hitam seluruhnya, kecuali
garis putih mencolok pada sayap, dan tungging putih. Betina bercoretan coklat, dan tunggir coklat muda. Burung
remaja coklat dan berbintik-bintik.
Iris coklat tua; paruh hitam; kaki hitam.
Suara: Tanda bahaya "cèh" yang memaki dan kicauan yang merdu "cip-cipii-cewiicu".
Penyebaran global: Iran sampai Cina barat daya, Asia tenggara, Filipina, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera Jawa,
Bali, Nusa Tenggara, dan P. Irian.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Kalimantan bagian utara, diperkirakan pengembara dari Asia. Baru-baru
ini ditemukan di Lampung, Sumatera. Penetap di Jawa dan Bali di mana burung ini umum terdapat di pedesaan
terbuka, terutama di tempat kering bagian timur. Biasanya burung dataran rendah tetapi kadangkadang mencapai
ketinggian 2.400 m.
Kebiasaan: Burung yang hidup di daerah berumput terbuka, kering.
Bertengger secara mencolok di puncak semak, batu, tiang atau kabel, dan terbang menggelepar mengejar mangsa
serangga kecil. Menegakkan ekornya jika berkicau atau sedang gelisah.

634. DECU KUNING Oenanthe oenanthe Lembar Gambar 71


(I: Wheatear)
Deskripsi: Burung cacing berukuran kecil (14 cm), coklat berpasir dengan sayap gelap dan tungging putih. Jantan
pada musim musim dingin bersetrip gelap di mata, dan alis mata putih, mahkota dan punggung coklat kekuningan.
184
Sayap, ekor tengah, dan ujungnya kehitaman, dan dada merah karat. Tunggir dan pinggir ekor putih. Betina mirip
tetapi lebih buram.
Iris coklat; paruh hitam; kaki hitam.
Suara: “cak” atau “cak-wiiit” yang keras.
Penyebaran global: Berbiak di Paleartik; bermigrasi ke India.
Penyebaran lokal dan status: Pengembara yang kadang-kadang tersesat ke Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Burung daerah terbuka di mana burung tersebut berdiam kebanyakan di tanah dengan tegak yang khas,
bertengger di batu atau gundukan tanah.

635. MURAI-BATU TERANG Monticola solitarius Lembar Gambar 71


(I: Blue Rock-thrush; M: Murai Batu Tarung)
Deskripsi: Burung cacing berukuran sedang (23 cm), warna kelabu gelap. Jantan berwarna abu-abu kebiruan buram
dengan sisik-sisik samar berwarna hitam dan keputihan. Perut kadang-kadang merah karat. Betina tubuh bagian atas
abu-abu tersapu kebiruan dengan tubuh bagian bawah hitam penuh sisik-sisik kuning tua. Burung remaja seperti
betina tetapi ada sisik-sisik hitam putih di tubuh atas.
Iris coklat; paruh hitam; kaki hitam.
Suara: Kuakan tenang, pekikan parau menciut, dan kicauan siulan pendek merdu (Smythies).
Penyebaran global: Penetap yang tersebar luas di dunia, dan migran di Erasia, Cina, Filipina, Asia tenggara,
Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang tidak umum pada ketinggian sedang ke Sumatera
utara dan Kalimantan bagian utara (termasuk Natuna).
Kebiasaan: Menggunakan tenggeran mencolok seperti batu, rumah, tiang, dan pohon mati untuk menerkam
serangga mangsanya di tanah.

636. CIUNG-BATU SUMATERA Myiophoneus melanurus Lembar Gambar 71


(I: Shiny Whistling-Thrush)
Deskripsi: Burung cacing berukuran agak kecil (22 cm), biru kehitaman berkelip. Dibedakan dari Ciung-batu siul
oleh paruh hitam dan ukuran yang lebih kecil. Dibedakan dari ras Ciung-batu kecil oleh bulunya yang berkelap-kelip
dan paruh lebih pendek.
Iris coklat; paruh hitam; kaki hitam.
Suara: Pekikan berdering bernada tinggi.
Penyebaran: Endemik untuk Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera umum terdapat, terbatas di lereng-lereng pegunungan antara 800-3.300
m.
Kebiasaan: Burung pemalu, selalu di atas atau dekat lantai hutan lumut di pegunungan, biasanya dekat air di hutan
perbukitan dan pegunungan primer.
Catatan: Sibley dan Monroe (1990) menggunakan nama marga Myiophonus secara tidak tepat.

637. CIUNG-BATU KECIL Myiophoneus glaucinus Lembar Gambar 71


(I: Sunda Whistling-thrush)
Deskripsi: Burung cacing berukuran agak besar (25 cm), dengan paruh hitam dan tidak berkelip. Tiga ras bervariasi
secara nyata. Ras Kalimantan borneensis berukuran besar; jantan: biru keunguan tua seluruhnya; betina: coklat tua;
burung remaja: tubuh bagian bawah bercoretan putih. Ras Sumatera castaneus berukuran besar; jantan: mahkota,
tengkuk, dagu, tenggorokan, dan dada biru keunguan tua, berubah menjadi warna coklat berangan di perut dan
penutup ekor bawah; ekor, mantel dan sayap warna coklat berangan dengan pundak biru terang; betina dan burung
remaja: warna coklat berangan (lebih suram dari jantan tersapu keabuan di wajah dan tubuh bawah; bercak pundak
biru terang; sapuan kehitaman pada mahkota dan tengkuk. Ras Jawa glaucinus berukuran kecil; jantan: biru tua
seluruhnya, lebih suram dan hitam di bawah; betina: lebih suram. Dibedakan dari burung ciung-batu lain oleh
bulunya yang tidak berkelip dan dari Ciung-batu siul oleh paruh hitam.
Iris coklat; paruh hitam; kaki coklat tua.
Suara: Bermacam-macam suara berdering keras: "owit-owit-titit" yang mirip dengan suara tupai, diikuti oleh "triu-
triu" atau mencicit "ciit" parau, atau "ti-i-i-it...ti-i-i-it" suara tanda bahaya. Kadang-kadang terdengar kicauan yang
nyaring dan merdu.
Penyebaran global: Endemik untuk Sunda besar.
Penyebaran lokal dan status: Di seluruh Sunda Besar, di hutan perbukitan dan pegunungan, umumnya dari 400-
1.500 m di Sumatera; biasanya di pegunungan, sampai 2.400 m tetapi terdapat di beberapa tempat di dataran rendah
di Kalimantan; dan di pegunungan di Jawa dan Bali tercatat dari 800-2.400 m, di Bali di beberapa tempat lebih
rendah.
Kebiasaan: Mirip Ciung-batu siul tetapi hidup di ketinggian dpl lebih tinggi. Menyukai gua-gua gelap dan retakan-
185
retakan sebagai tempat berteduh. Berkicau dari cabang pohon dengan nada siulan yang menarik.
Catatan: Ras Sumatera bersayap coklat M.a. castaneus sebaiknya diperlakukan sebagai jenis tersendiri. Dan
memang kelompok ras ini sebaiknya diperlakukan sebagai superjenis terdiri dari M. castaneus dari Sumatera, M.
borneensis dari Kalimantan dan M. glaucinus dari Jawa.

638. CIUNG-BATU SIUL Myiophoneus caeruleus Lembar Gambar 71


(I: Blue Whistling-thrush; M: Murai Batu Siul)
Deskripsi: Burung cacing berukuran besar (32 cm), dengan paruh kuning. Bulu berwarna hitam seluruhnya dengan
beberapa bintik putih pada penutup sayap. Sayap dan ekor tersapu keunguan bersinar. Bulu kepala dan leher
berbintik-bintik kecil mengilap di ujungnya. Dibedakan dari Ciung-batu kecil oleh paruhnya yang kuning.
Iris coklat; paruh kuning (ras Sumatera kadang-kadang dengan punggung hitam di paruh); kaki hitam.
Suara: Nyanyian siulan dan tiruan suara burung lain. Suara tanda bahaya berupa pekikan nada tinggi “ii-ii-ii”, mirip
suara menintïng.
Penyebaran global: Turkestan sampai India dan Cina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Jawa burung ini tidak umum di hutan dataran rendah dan
perbukitan pada ketinggian sedang sampai 1.250 m. Di ketinggian yang lebih tinggi digantikan oleh Ciung-batu
kecil.
Kebiasaan: Hidup dekat sungai besar atau diantara singkapan batuan di hutan lebat. Makan di atas tanah, keluar ke
tempat terbuka tetapi terbang kembali ke tumbuhan lebat dengan pekikan tanda bahaya saat diganggu.
Catatan: Burung-burung di Sunda Besar ditempatkan oleh beberapa pakar burung ke dalam jenis tersendiri yaitu M.
flavirostris.

639. ANIS KEMBANG Zoothera interpres Lembar Gambar 72


(I: Chestnut-capped Thrush)
Deskripsi: Burung cacing berukuran kecil (16 cm), berwarna hitam putih dan coklat berangan. Mahkota dan
tengkuk berwarna coklat berangan, mantel dan punggung abu-abu jelaga, dada kehitaman, sayap dan ekor
kehitaman, dan dua garis putih di sayap yang mencolok; pipi abu-abu dengan tanda putih; perut putih dengan bintik
hitam di sisi tubuh.
Iris coklat; paruh hitam; kaki kemerah mudaan.
Suara: Kicauan merdu sangat mirip dengan Anis merah. Suara tanda bahaya keras berdering “tirrr-tirrrr”.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Filipina, Sunda Besar, Lombok, Sumba, dan Flores.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera diketahui dari satu ekor yang diambil dari G. Kerinci tetapi umum
terdapat di P. Enggano, di Kalimantan, dan Jawa (termasuk Krakatau), merupakan burung yang kadang-kadang
terdapat di hutan dataran rendah. Mungkin terdapat di Bali.
Kebiasaan: Burung pemalu, biasanya terlihat mengendap-endap dan berlompatan di lantai hutan atau di pohon-
pohon yang sedang berbuah.

640. ANIS MERAH Zoothera citrina Lembar Gambar 72


(I: Orange-headed Thrush)
Deskripsi: Burung cacing berukuran sedang (21 cm), berkepala jingga. Burung dewasa: kepala, tengkuk, dan tubuh
bawah jingga terang; tungging putih; tubuh atas abu-abu kebiruan dengan garis putih di sayap atas. Jantan dan betina
sama di wilayah kita. Burung muda bercoret dan bersisik di punggung.
Iris coklat; paruh hitam; kaki coklat.
Suara: Salah satu burung berkicau paling hebat di kawasan ini dengan nyanyian yang nyaring dan merdu. Suara
tanda bahaya yang keras “tirr-tirr-tirr” dan "siiiit" yang bernada tinggi.
Penyebaran global: Pakistan sampai Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Beberapa catatan dari Sumatera, migran berasal dari Asia. Di Kalimantan merupakan
burung penetap pegunungan bawah yang jarang, antara 1000-1.500 m, hanya diketahui dari G. Kinabalu dan Trus
Madi. Di Jawa dan Bali merupakan burung yang kadang-kadang ditemukan di hutan dataran rendah dan perbukitan,
sampai 1.500 m.
Kebiasaan: Burung pemalu yang menyukai hutan gelap dimana burung ini mengendap-endap di kelebatan
penutupan semak di tanah. bernyanyi dari tenggeran pohon.

641. ANIS KINABALU Zoothera everetti Lembar Gambar 72


(I: Everett’s Thrush)
Deskripsi: Berukuran sedang (23 cm), berwarna gelap. Tubuh atas coklat gelap dengan tenggorokan pucat, dan sisi
kepala berbintik-bintik hitam dan merah karat; dada merah karat; perut putih.
Iris coklat; paruh hitam; kaki warna tanduk.
Suara: Tidak diketahui dan rupanya pendiam.
186
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di gunung-gunung tinggi di Kalimantan bagian utara, antara 1.400-2.200 m,
di mana burung ini jarang terdapat, tercatat dari G. Kinabalu sampai ke selatan di Usun Apau dan Dulit.
Kebiasaan: Hidup di tanah dan menyendiri, menyukai hutan tinggi pada ketinggian menengah.

642. ANIS HUTAN Zoothera andromedae Lembar Gambar 72


(I: Sunda Thrush)
Deskripsi: Berukuran besar (25 cm), berekor pendek, berwarna gelap. Tubuh atas abu-abu gelap berendakan
sisik hitam; muka dan tenggorokan berbintik hitam; dada abu-abu kebiruan terang; perut putih, berenda sisik
hitam di sisinya.
Iris coklat, paruh abu-abu; kaki coklat kehitaman.
Suara: Tidak tercatat, dan rupanya pendiam.
Penyebaran global: Filipina, Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk P. Enggano) secara lokal umum terdapat dihutan, antara
1.200-2.200 meter lebih rendah di P. Enggano. Di Jawa terbatas di beberapa gunung (Gede-Pangrango,
Halimun) saja, tetapi sepertinya lebih merata tersebar di pegunungan Bali.
Kebiasaan: Burung pemalu, aktif di senja hari, dan berdiam di semak penutupan di lantai hutan.

643. ANIS SIBERIA Zoothera sibirica Lembar Gambar 72


(I: Siberian Thrush)
Deskripsi: Burung cacing berukuran sedang (22cm), kehitaman (jantan) atau coklat (betina) dengan alis mata
mencolok. Jantan hitam jelaga dengan alis mata, dan ujung putih pada bulu ekor dan tungging. Betina coklat
zaitun, dengan tubuh bawah putih kekuningan dan merah karat, dan alis mata putih kekuningan.
Iris coklat; paruh hitam; kaki kuning.
Suara: Pada musim dingin mengeluarkan nada siulan kontak perlahan "cit".
Penyebaran global: Berbiak di Asia utara; bermigrasi di musim dingin melalui Asia tenggara sampai ke pulau-
pulau Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Jawa barat merupakan
pengunjung tetap ke hutan pegunungan. Pengunjung yang langka ke Kalimantan bagian utara dan Bali.
Kebiasaan: Burung yang aktif di lantai dan tajuk hitam, kadang-kadang berkelompok.

644. ANIS SISIK Zoothera dauma Lembar Gambar 72


(I: Scaly thrush)
Deskripsi: Burung cacing besar (28 cm), coklat bersisik. Tubuh atas coklat dan tubuh bawah putih, seluruh
tubuhnya berenda dengan sisi bulu kuning emas dan hitam.
Iris coklat; paruh coklat gelap; kaki kemerah mudaan.
Suara: Siulan monoton lembut, lemah, dan pendek “tziit”.
Penyebaran global: Tersebar luas dari Eropa dan India ke Cina, Asia tenggara, Filipina, Sumatera, Jawa, Bali,
dan Lombok.
Penyebaran lokal dan status: Burung penetap di pegunungan Sumatera utara tercatat ke selatan ke G. Kerinci,
antara 2.000-3.000 m. Di Jawa dan Bali penetap yang tidak umum di hutan pegunungan. Pengembara sangat
jarang di P. Kalimantan kemungkinan datang dari Asia utara.
Kebiasaan: Menghuni hutan lebat di mana burung ini mencari makan di bawah.

645. ANIS KUNING Turdus obscurus Lembar Gambar 72


(I: Eyebrowed Thrush)
Deskripsi: Burung cacing berukuran sedang (23 cm), kecoklatan dengan alis putih mencolok. Tubuh atas coklat
zaitun dengan kepala keabuan lebih gelap dan alis mata putih; dada jingga; perut putih tersapu merah karat di
sisi tubuh.
Iris coklat; paruh dasar kuning, ujungnya hitam; kaki kekuningan.
Suara: Suara kontak “zip-zip” yang lemah.
Penyebaran global: Berbiak di Asia utara; pada musim dingin bermigrasi ke Filipina, Sulawesi, dan Sunda
Besar.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung tetap musim dingin ke hutan pegunungan di sumatera (termasuk
pulau-pulau disekitarnya) dan di Kalimantan bagian utara, antara 1.000-2.000 m; kurang umum terdapat lebih
selatan di Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Menyukai hutan terbuka dan sekunder; bergerak melalui semak-semak dan pohon rendah dalam
kelompok yang aktif, ribut. Agak jinak dan ingin tahu.
187
646. ANIS GUNUNG Turdus poliocephalus Lembar Gambar 72
(I: Island Thrush)
Deskripsi: Burung cacing berukuran sedang (20 cm), berwarna coklat berangan dan kehitaman. Seluruh
bulunya buram, dari kehitaman ke coklat keabuan tergantung pada rasnya, kecuali perut yang coklat berangan,
dan kadang-kadang tunggir putih. Lingkar mata kuning. Iris coklat; paruh kuning; kaki kuning.
Suara: Suara tanda bahaya bergetar atau berkotek-kotek. Kicauannya terdiri dari sejumlah nada bergetar, siulan
pendek, dan variasinya.
Penyebaran global: Filipina, Sulawesi, Sunda Besar, Seram, Timor, P. Irian, dan pulau-pulau di Pasifik sampai
Samoa.
Penyebaran lokal dan status: Di Sunda Besar terbatas di gunung-gunung tertinggi dimana burung ini mungkin
umum terdapat diantara 2.000-3.450 m. Di Sumatera diketahui dari G. Leuser dan beberapa puncak di selatan
sampai G. Kerinci; di Kalimantan diketahui hanya dari G. Kinabalu dan Trus Madi, tetapi di Jawa burung ini
umum terdapat dikebanyakan gunung-gunung dengan ketinggian di atas 2.000 m. Tidak tercatat di Bali.
Kebiasaan: Memakan buah-buah kecil dan invertebrata di tanah dan di semak-semak. Tinggal di antara
tumbuhan lebat tetapi keluar ke tempat terbuka ketika suasana tenang dan aman. Bernyanyi dari tenggeran pada
pohon.

BURUNG PENGICAU - SUKU SILVIIDAE

Suku besar burung Dunia Lama. Berukuran kecil, sangat lincah. Pemakan serangga dengan paruh sempit
menajam. Kebanyakan berwarna tidak menarik dan sulit untuk diidentifikasi di lapangan. Kicauan pada
umumnya nyaring dan indah. Membuat sarang berbentuk mangkuk atau kubah yang rapi. Cinenen membuat
sarangnya yang rumit dari daun, direkatkan bersama dengan potongan jaring laba-laba. Beberapa jenis bersifat
migran.
Suku ini bisa dibagi menjadi enam kelompok sebagai berikut:

1. Remetuk: ada satu jenis di Sunda Besar (Gerygone). Sibley dan Monroe (1990) menetapkan kembali jenis
ini masuk ke dalam suku Pardalotidae.
2. Cikrak: berukuran kecil, mencari makan pada tajuk pohon, termasuk beberapa pengembara musim dingin
(Seicercus, Abroscopus, Phylloscopus). Di Sunda Besar terdapat delapan jenis.
3. Kerakbasi, kecici, dan cicakoreng: berwarna kecoklatan buram, menghuni semak, rawa dan padang rumput
(Acrocephalus, Locustella, Megalurus).
4. Cinenen; burung pengicau berukuran kecil dengan ekor tegak dan kepala merah karat (Orthotomus).
5. Cici dan prenjak: berukuran sedang, burung pengicau berwarna buram dengan ekor ayam yang panjang,
menghuni semak dan vegetasi sekunder (Prinia, Cisticola).
6. Tesia, buntut-tumpul dan ceret: sebagian jenis hampir tidak berekor, suka mengendap-endap di tanah
(Tesia, Urosphena, Cettia, Bradypterus).

Remetuk

647. REMETUK LAUT Gerygone sulphurea Lembar Gambar 73


(I: Golden-bellied Gerygone; M: Cekup Perepat)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (9 cm). Perut kuning, kekang putih khas. Tubuh bagian atas coklat keabuan,
dagu dan tenggorokan putih, tubuh bagian bawah kuning terang, ekor sebaris berbintik putih sebelum ujungnya.
Remaja: tubuh bagian bawah putih, tersapu kuning.
Iris coklat, paruh hitam, kaki hijau-zaitun tua.
Suara: Siulan yang sulit ditebak asalnya, tiga sampai lima nada lemah bergetar, mengalun dari nada ke nada
dalam variasi frase menurun.
Penyebaran global: Filipina, Sulawesi, Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk P. Enggano dan Bangka), Kalimantan (termasuk Kep.
Marutua), Jawa (termasuk Karimun Jawa) dan Bali, umum terdapat di beberapa tempat, sampai ketinggian
1.500 m.
Kebiasaan: Sering mengunjungi semak-semak tepi pantai, hutan mangrove, perkebunan karet, dan hutan
terbuka, terutama rumpun bambu dan cemara. Hidup sendirian atau berpasangan. Kecil dan tidak mencolok,
tetapi dapat diidentifikasi dari nyanyiannya yang merdu.

Cikrak

188
648. CIKRAK MAHKOTA-COKLAT Seicercus castaniceps Lembar Gambar 73
(I: Chestnut-crowned Warbler; M: Cekup Mahkota Coklat)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (9 cm), berwarna zaitun. Topi coklat merah karat, ada setrip hitam di
samping mahkota serta setrip hitam dan lingkar putih pada mata. Pipi abu-abu, garis sayap kuning, sisi tubuh
dan tunggir kuning, tengah perut putih. Perbedaannya dengan Cikrak muda: pipi dan dada abu-abu.
Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah pucat, kaki kemerahmudaan.
Suara: Nyanyian bernada tinggi, metalik, dan mengalun (P.R). Juga nada suara ganda “ci-ci” dan “tsik” keras.
Penyebaran global: Himalaya sampai Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dikenal dari beberapa tempat di G. Sibayak dan G. Kerinci di
daerah Bukit Barisan antara ketinggian 1.200-1.400 m.
Kebiasaan: Lincah mencari makan pada tajuk pohon rendah di hutan pegunungan. Membentuk kelompok
campuran dengan jenis lain.

649. CIKRAK MUDA Seicercus grammiceps Lembar Gambar 73


(I: Sunda Warbler)
Deskripsi: Berukuran kecil (10 cm), berwarna zaitun. Kepala coklat berangan, alis mata gelap, lingkar mata
putih sempit. Tubuh bagian atas zaitun keabuan, dengan tunggir keputih-putihan (ras di Jawa dan Bali) atau abu-
abu (ras di Sumatera). Pinggir penutup sayap kuning, membentuk dua garis melintang pada sayap, tubuh bagian
bawah keputih-putihan. Ras Sumatera: tunggir dan punggung abu-abu.
Iris coklat kemerahan, paruh hitam, kaki jingga.
Suara: Nada tinggi, “cii-cii-cicii” berdering dan “trrr” yang mendengung.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera, Jawa dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera diketahui dari G. Talaman dan G. Kerinci, umum antara ketinggian
1.400-2.200 m. Di Jawa dan Bali, umum di hutan pegunungan antara ketinggian 800-2.500 m.
Kebiasaan: Berdiam di hutan lebat atau di pinggir hutan, bergabung dalam kelompok campuran. Berburu
serangga pada lapisan bawah di hutan.

650. CIKRAK DADA-KUNING Seicercus montis Lembar Gambar 73


(I: Yellow-breasted Warbler; M: Cekup Dada Kuning)
Deskripsi: Berukuran kecil (10 cm), berwarna zaitun. Kepala merah karat, alis mata hitam, lingkar mata putih.
Tubuh bagian bawah, tungging, dan dua garis pada sayap kuning.
Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah pucat, kaki kemerahmudaan.
Suara: Nyanyian nada tinggi menjengkelkan terdiri dari nada-nada yang tidak bersambungan, dimulai pada dini
hari.
Penyebaran global: Palawan, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Flores, dan Timor.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan, umum di gunung-gunung utama, antara ketinggian
1.000-2.200 m (di Kalimantan: sering lebih rendah).
Kebiasaan: Aktif pada lapisan bawah di hutan pegunungan, bergabung dalam kelompok campuran.

651. CIKRAK BAMBU Abroscopus superciliaris Lembar Gambar 73


(I: Yellow-bellied Warbler; M: Cekup Perut Kuning)
Deskripsi: Berukuran kecil (11 cm). Perut kuning dengan supersilium putih mencolok, dahi dan mahkota abu-
abu; tengkuk dan punggung zaitun kehijauan; dagu, tenggorokan, dan dada atas putih, sisa tubuh bagian bawah
kuning.
Iris coklat, paruh kehitaman dengan pangkal keputih-putihan, kaki merah muda.
Suara: Nyanyian pendek merdu, biasanya terdiri dari tiga nada meninggi "trrt" yang tajam.
Penyebaran global: Himalaya timur, Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Cukup umum di dataran rendah dan bukit-bukit sampai ketinggian 1.500 m, di
seluruh Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Mengunjungi hutan sekunder di daerah berbambu. Biasanya hidup dalam kelompok kecil di
rumpun semak rendah dan pohon bambu.

652. CIKRAK POLOS Phylloscopus inornatus Lembar Gambar 73


(I: Inornate Warbler)
Deskripsi: Berukuran kecil (11 cm), berwarna hijau-zaitun terang. Biasanya terlihat dua garis keputih-putihan
pada sayap, alis mata putih atau krem jelas, tetapi tidak terlihat setrip pada mahkota. Warna tubuh bagian bawah
bervariasi, dari putih sampai hijau kekuningan. Perbedaannya dengan Cikrak kutub: tubuh bagian atas berwarna
terang, garis sayap lebih tebal, ujung bulu tersier putih; dengan Cikrak mahkota dan Cikrak daun: tidak ada
setrip hijau kuning khas pada mahkota tengah, penutup ekor bawah putih, garis sayap lebih tebal.
189
Iris coklat, paruh atas gelap dengan ujung kuning, paruh bawah lebih gelap, kaki coklat kemerahmudaan.
Suara: Ribut, keras “wi-iist” yang meninggi pada nada kedua.
Penyebaran global: Berbiak di Himalaya, Asia utara, dan Cina. Bermigrasi ke selatan pada musim dingin ke
India, Asia tenggara, dan Semenanjung Malaysia.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat satu kali di Bukit Tinggi (Sumatera barat), tetapi kemungkinan sering
terabaikan.
Kebiasaan: Membentuk kelompok aktif, sering berbaur dengan pemakan serangga kecil lainnya, beterbangan di
antara dedaunan pada tajuk tengah dan tajuk atas.

653. CIKRAK KUTUB Phylloscopus borealis Lembar Gambar 73


(I: Arctic Warbler)
Deskripsi: Berukuran kecil (12 cm), berwarna zaitun keabuan dengan alis mata putih kekuningan, panjang
mencolok. Tubuh bagian atas zaitun gelap dengan garis pucat samar-samar pada sayap. Tubuh bagian bawah
keputih-putihan, sisi tubuh zaitun kecoklatan, kekang dan setrip mata kehitaman. Perbedaannya dengan Cikrak
polos: paruh lebih panjang dan sedikit mencuat, warna lebih buram, garis sayap kurang mencolok, dan tidak ada
warna putih pada ujung bulu tersier.
Iris coklat tua, paruh atas coklat tua, paruh bawah kuning, kaki coklat.
Suara: Seri berderik terdiri dari nada “cwiit” dengan nada terakhir bernada lebih tinggi dan suara khas “zit”
yang sering dikeluarkan oleh burung musim dingin.
Penyebaran global: Berbiak di Eropa utara, Asia utara, dan Alaska. Bermigrasi ke selatan pada musim dingin
ke Cina, Asia tenggara, Filipina, dan Indonesia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin dalam jumlah kecil ke hutan primer dan hutan
sekunder sampai ketinggian 2.500 m di seluruh Sunda Besar (termasuk pulau-pulau di sekitarnya).
Kebiasaan: Mengunjungi hutan terbuka, hutan mangrove, hutan sekunder, dan pinggir hutan. Bergabung dalam
kelompok burung campuran, beterbangan di antara dedaunan pohon, mencari makan.

654. CIKRAK MAHKOTA Phylloscopus coronatus Lembar Gambar 73


(I: Eastern Crowned-warbler)
Deskripsi: Berukuran kecil (12 cm), berwarna zaitun kekuningan dengan alis mata dan setrip mahkota tengah
putih. Tubuh bagian atas zaitun kehijauan, pinggiran bulu terbang kuning termasuk dua garis sayap yang
kekuningan. Tubuh bagian bawah keputih-putihan, tungging kuning kontras, kekang dan setrip mata kehitaman.
Perbedaannya dengan Cikrak polos dan Cikrak kutub: setrip mahkota jelas; dengan Cikrak daun: garis sayap dan
tubuh bagian bawah keputih-putihan.
Iris coklat tua, paruh atas coklat, paruh bawah kuning, kaki abu-abu.
Suara: Dua suku nada “swii-itt” yang menusuk.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut. Pada musim dingin mengembara ke selatan ke Cina, Asia
tenggara, Sumatera dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Hanya sedikit catatan dari Sumatera dan Jawa barat, mungkin karena terabaikan.
Kebiasaan: Mengunjungi hutan mangrove, pepohonan, dan pinggir hutan, dari permukaan laut sampai puncak
tertinggi. Bergabung dalam kelompok campuran dan biasanya terlihat pada tajuk pohon besar.

655. CIKRAK DAUN Phylloscopus trivirgatus Lembar Gambar 73


(I: Mountain Leaf-warbler)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (11 cm), berwarna kuning dan hijau. Setrip mahkota tengah dan alis mata
kekuningan mencolok. Tubuh bagian atas kehijauan, tanpa garis pada sayap. Tubuh bagian bawah kekuningan
khas. Ras yang terbatas di G. Kinabalu: lebih abu-abu dan kurang kuning.
Iris hampir hitam, paruh atas hitam, paruh bawah kemerahan, kaki keabuan.
Suara: Omelan yang tanpa irama sebagai tanda bahaya, nyanyian bernada tinggi tenang “tsii-ci-ci-wiit”, dan
variasi-variasi lain.
Penyebaran global: Palawan, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, Jawa, dan Bali, terbatas di hutan gunung antara ketinggian 800-
3.000 m, tetapi melimpah di beberapa tempat. Di Kalimantan ditemukan di G. Kinabalu ke selatan sampai Tama
Abo, juga di pegunungan Penrissen dan Poi.
Kebiasaan: Mengunjungi puncak pohon-pohon tinggi di hutan perbukitan dan pegunungan serta pinggir hutan
sampai ke zona alpin. Biasanya hidup dalam kelompok, berbaur dengan jenis lain. Mencari makan kebanyakan
pada tajuk atau pepakuan dan anggrek epifit.

Kerakbasi, Kecici, dan Cicakoreng

190
656. KERAKBASI RAMAI Acrocephalus stentoreus Lembar Gambar 73
(I: Clamarous Reed-warbler)
Deskripsi: Berukuran agak besar (18 cm), berwarna coklat dengan ekor memanjang dan alis mata keputih-
putihan. Tubuh bagian atas coklat-zaitun seragam. Tubuh bagian bawah keputih-putihan dengan sisi tubuh dan
penutup ekor bawah kuning tua. Sangat mirip Kerakbasi besar.
Iris coklat, paruh dan kaki coklat keabuan.
Suara: Nada peringatan keras “cak”, kicauan yang nyaring dan merdu, nada "car", "care" terputus-putus
diselingi nada yang tinggi "kiit" dan "ciit". Sering bersuara di malam hari.
Penyebaran global: Afrika utara sampai Cina selatan, Filipina, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia),
Kalimantan, Jawa, dan Maluku.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Kalimantan tenggara, diketahui dari danau Rantau dan lahan basah
lainnya. Di Jawa barat, tidak umum di lahan basah. Populasi penetap tidak tercatat di Sumatera dan Bali.
Kebiasaan: Menghuni badan rawa payau berbuluh, sawah dekat rawa alang, dan hutan mangrove. Bergantung
pada batang buluh ketika bertengger dan menggembungkan bulu di tenggorokan sewaktu bernyanyi. Biasanya
tinggal sendirian atau berpasangan pada buluh-buluh atau vegetasi lain yang dekat tanah.
657. KERAKBASI BESAR Acrocephalus orientalis Lembar Gambar 73
(I: Eastern Reed-warbler)
Deskripsi: Berukuran agak besar (18 cm), berwarna coklat dengan alis mata kuning tua mencolok. Sulit untuk
dibedakan di lapangan dengan Kerakbasi ramai. Perbedaan yang bisa terlihat: paruh lebih pendek dan tebal, sisi
dada sedikit bercoretan, bulu primer terluar pada tangan (yang ke-9) lebih panjang daripada yang ke-6, mulut
merah muda (bukan kuning).
Iris coklat, paruh atas coklat, paruh bawah kemerahmudaan, kaki abu-abu.
Suara: Suara tunggal keras menciut: “cak” di daerah musim dingin, kadang-kadang berkicau mirip Kerakbasi
ramai, tetapi dengan variasi yang lebih banyak.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur. Pada musim dingin mengembara ke selatan ke Asia tenggara,
Filipina, Indonesia, tetapi jarang sampai sejauh Australia dan P. Irian.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung tidak tetap ke Sunda Besar (termasuk pulau-pulau di sekitarnya),
tercatat di seluruh wilayah.
Kebiasaan: Menyukai rawa berbuluh, persawahan, payau, dan semak sekunder di dataran rendah.

658. KERAKBASI ALIS-HITAM Acrocephalus bistrigiceps Lembar Gambar 73


(I: Black-browed Reed-warbler)
Deskripsi: Berukuran sedang (13 cm), berwarna coklat. Alis mata putih kekuningan, dibatasi di atas dan di
bawahnya oleh setrip hitam yang khas. Tubuh bagian bawah keputih-putihan.
Iris coklat, paruh atas gelap, paruh bawah pucat, kaki kemerahmudaan.
Suara: Peringatan keras “carr”.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut. Pada musim dingin mengembara ke India, Cina selatan, Asia
tenggara, dan Semenanjung Malaysia.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat satu kali di Sumatera utara, tetapi mungkin terabaikan.
Kebiasaan: Khas kerakbasi, tinggal di antara buluh dan rumput tinggi di dekat air.

659. KECICI BELANG Locustella certhiola Lembar Gambar 74


(I: Pallas’ Warbler)
Deskripsi: Berukuran sedang (15 cm), bercoret coklat. Setrip mata kuning tua, ada ujung putih pada ekor yang
merah karat. Tubuh bagian atas coklat bercoret abu-abu dan hitam, sayap dan ekor coklat kemerahan, ekor
bergaris hitam sebelum ujungnya. Tubuh bagian bawah keputih-putihan dengan dada dan sisi tubuh kuning tua
(remaja: tersapu kuning dan ada bintik hitam segitiga pada dada).
Iris coklat, paruh atas coklat, paruh bawah kekuningan, kaki kemerahmudaan.
Suara: Keras gemeretuk panjang: “cir-cirrrr”, nada peringatan “tik-tik-tik”, dan kicauan lemah yang mengalun
dan bergetar.
Penyebaran global: Berbiak di Asia utara dan Asia tengah. Pada musim dingin mengembara ke selatan sampai
Cina, Asia tenggara, Palawan, Sulawesi, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Mungkin merupakan pengunjung musim dingin yang tidak jarang di seluruh
Sunda Besar (termasuk pulau-pulau di sekitarnya), walaupun ada beberapa catatan dari Sumatera, Jawa, dan
Bali. Pengunjung umum ke Kalimantan bagian utara, tercatat di seluruh pulau.
Kebiasaan : Menghuni rumpun buluh, rawa-rawa, sawah, rumpun rumput, dan payau dekat air, juga pinggir
hutan. Sangat sulit untuk dilihat, mengendap-endap dalam vegetasi rimbun. Ketika terganggu, terbang beberapa
meter sebelum bersembunyi lagi dalam kerimbunan.
Catatan: Jika benar, pengamatan Locustella pleskei di Bali dapat berarti penambahan jenis baru pada daftar
191
jenis wilayah ini. Tetapi beberapa ahli memperlakukan Locustella pleskei tersebut sebagai ras dari jenis ini.

660. KECICI SIBERIA Locustella ochotensis Lembar Gambar 74


(Middendorf’s Warbler)
Deskripsi: Berukuran agak besar (16 cm), berwarna coklat-zaitun dengan sisi tubuh coklat- kuning tua dan
perut keputih-putihan. Remaja: bercoretan pada sisi tubuh dan dada. Perbedaannya dengan Cici belang: tubuh
bagian atas tanpa coretan.
Iris coklat, paruh atas gelap, paruh bawah pucat, kaki kemerahmudaan.
Suara: “Ci-cirr”.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut. Pada musim dingin bermigrasi ke selatan ke Cina selatan,
Filipina, Sulawesi dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Kalimantan bagian utara, merupakan pengunjung musim dingin yang
langka.
Kebiasaan: Lebih menyukai daerah berumput atau berbuluh.

661. KECICI LURIK Locustella lanceolata Lembar Gambar 75


(I: Lanceolated Warbler)
Deskripsi: Berukuran kecil (12 cm), bercoret coklat. Tubuh bagian atas coklat-zaitun bercoretkan hitam. Tubuh
bagian bawah putih bernuansa kuning kecoklatan, bercoretkan hitam pada dada dan sisi tubuh, alis mata kuning
tua, tidak ada warna putih pada ujung ekor.
Iris coklat tua, paruh atas coklat, bawah kekuningan, kaki kemerahmudaan.
Suara: Getaran bernada tinggi cepat, memanjang.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut. Pada musim dingin mengembara ke selatan ke Filipina, Asia
tenggara, Sunda Besar, dan Maluku utara.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di seluruh Sunda Besar sebagai pengunjung musim dingin yang langka.
Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Sering mengunjungi sawah, semak di rawa-rawa, lahan kosong, dan semak dekat air.

662. CICA-KORENG JAWA Megalurus palustris Lembar Gambar 74


(I: Striated Grassbird)
Deskripsi: Berukuran besar (26 cm), berwarna coklat. Ada coretan hitam tebal pada punggung, alis mata kuning
tua, ekor sangat memanjang dan menajam. Tubuh bagian atas coklat kemerahan terang, ada coretan hitam pada
punggung dan penutup sayap. Tubuh bagian bawah keputih-putihan, ada coretan kehitaman sempit pada dada,
tersapu merah karat pada sisi tubuh dan penutup ekor bawah.
Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah kemerahmudaan, kaki merah muda.
Suara: Nyanyian merdu yang pendek dan nyaring: "tèk-tèk-korèd", dikeluarkan dari tenggeran dan sewaktu
terbang. Juga suara ceklekan tajam.
Penyebaran global: India, Cina, Filipina, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Di Jawa dan Bali, cukup umum terdapat sampai ketinggian sekitar 2.000 m.
Kebiasaan: Menghuni lapangan berumput terbuka, terutama rumpun gelagah, bambu, semak sekunder, dan
kebun the. Hidup sebagian tinggal di atas tanah, berlari di bawah rumpun lebat. Sering bertengger secara
mencolok di tempat terbuka, kadang-kadang bernyanyi. Juga bernyanyi ketika terbang.

Cinenen

663. CINENEN PISANG Orthotomus sutorius Lembar Gambar 75


(I: Common Tailorbird; M: Perenjak Pisang)
Deskripsi: Berukuran kecil (10 cm). Mahkota merah karat, perut putih, ekor panjang dan sering ditegakkan.
Dahi dan mahkota merah karat, alis kekuningtuaan, kekang dan sisi kepala keputih-putihan, tengkuk keabuan.
Punggung, sayap, dan ekor hijau-zaitun. Tubuh bagian bawah putih dengan sisi tubuh abu-abu. Bulu biak: bulu
ekor tengah jantan lebih memanjang.
Iris kuning tua pucat, paruh atas hitam, paruh bawah kemerahmudaan, kaki merah muda.
Suara: Sangat keras, berulang-ulang, "te-cii-te-cii-..." monoton, "ciu-ciu-ciu...", atau "twii" tunggal, dan suara
alarm: "tek-tek-tek...”.
Penyebaran global: India sampai Cina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Di Jawa, tersebar luas sampai ketinggian 1.500 m, tetapi keberadaannya tidak
seumum Cinenen Jawa dan tidak begitu menentu.
Kebiasaan: Mengunjungi hutan terbuka, hutan sekunder, dan pekarangan. Lincah, selalu bergerak atau dengan
gagah mengeluarkan suara yang menusuk. Tinggal di semak bawah dan bersembunyi dalam kerimbunannya.
192
664. CINENEN BELUKAR Orthotomus atrogularis Lembar Gambar 75
(I: Dark-necked Tailorbird, M: Perenjak Belukar)
Deskripsi: Berukuran kecil (10 cm). Perut putih, mahkota merah karat, ekor panjang yang sering ditegakkan,
tungging kuning, tenggorokan kehitaman khas (tidak ada pada remaja). Tubuh bagian atas hijau-zaitun, sisi
kepala abu-abu. Betina: lebih suram, ada sedikit warna merah pada kepala, lebih sedikit warna hitam pada
tenggorokan. Perbedaannya dengan Cinenen pisang: tengkuk merah karat, punggung lebih hijau, penutup ekor
bawah dan paha kuning.
Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah kemerahmudaan, kaki abu-abu kemerahmudaan.
Suara: Merdu, nyaring, “kri-ri-ri”, tidak seperti cinenen lain.
Penyebaran global: India utara sampai Cina barat daya, Filipina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia,
Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk
Natuna dan Anambas), umum terdapat di dataran rendah sampai ketinggian 1.200 m.
Kebiasaan: Mengunjungi hutan terbuka, hutan sekunder, tepi sungai, dan pekarangan.

665. CINENEN KELABU Orthotomus ruficeps Lembar Gambar 75


(I: Ashy Tailorbird; M: Perenjak Bukit)
Deskripsi: Berukuran kecil (11 cm), berwarna kelabu, berkepala merah karat. Jantan: mahkota, dagu,
kerongkongan, dan pipi merah karat, bulu yang lain abu-abu, perut putih. Betina: kepala tidak semerah jantan,
pipi dan kerongkongan atas putih.
Iris coklat kemerahan, paruh coklat, kaki merah jambu.
Suara: Getaran nada ganda: "trrriii-yip" dan getaran "trrrri", biasanya diberikan oleh pasangan yang berduet.
Juga "cicicici" sengau yang mengharukan.
Penyebaran global: Palawan, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan, umum
terdapat sampai ketinggian 950 m. Di Jawa, terbatas di hutan mangrove dan lahan basah di Jawa bagian utara.
Lebih ke pedalaman digantikan keberadaannya oleh Cinenen Jawa. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Mengunjungi hutan terbuka, pinggir hutan, hutan mangrove, semak-semak tepi pantai, kebun,
tumbuhan sekunder, dan rumpun bambu. Aktif di lantai hutan dan puncak pohon.

666. CINENEN JAWA Orthotomus sepium Lembar Gambar 75


(I: Olive-backed Tailorbird; M: Perenjak Belukar)
Deskripsi: Berukuran kecil (11 cm), berwarna kelabu, berkepala merah karat. Jantan: mahkota, kerongkongan,
dan pipi merah karat, bulu yang lain abu-abu kehijauan, perut putih tersapu kuning. Betina: kepala tidak
semerah jantan, dagu dan tenggorokan atas putih. Perbedaannya dengan Cinenen kelabu: punggung lebih zaitun,
sisi tubuh lebih kuning, tidak begitu kelabu. Iris coklat kemerahan, paruh coklat, kaki merah muda.
Suara: Terkenal karena variasi suaranya, termasuk suara monoton berulang, sama dengan suara Cinenen
kelabu.
Penyebaran global: Endemik di Jawa dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat sampai ketinggian 1.500 m di Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Mengunjungi hutan terbuka, pinggir hutan, tumbuhan sekunder, dan rumpun bambu. Aktif di semak
bawah dan di pucuk pohon.
Catatan: Diperlakukan oleh beberapa pakar sebagai ras dari Cinenen kelabu.

667. CINENEN MERAH Orthotomus sericeus Lembar Gambar 75


(I: Rufous-tailed Tailorbird; M: Perenjak Rimba)
Deskripsi: Berukuran kecil (11 cm). Mahkota dan tengkuk merah karat, ekor merah karat khas. Pipi putih
kekuningan dan ekor merah (membedakannya dengan cinenen lain).
Iris coklat, paruh atas gelap, paruh bawah berwarna pucat, kaki kemerahmudaan.
Suara: Lengkingan “dog-jeh” terus-menerus dengan penekanan sama, tetapi nada pertama lebih tinggi. “Tuu-
wii-tu” yang lebih lembut, diulangi terus, mirip sirene ambulans. Juga cacian mendengkur.
Penyebaran global: Palawan, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk
Natuna), penetap yang agak umum terdapat di daerah rendah di bawah ketinggian 500 m.
Kebiasaan: Khas cinenen, menaikturunkan ekornya yang tegak. Hidup berpasangan atau dalam kelompok
keluarga, tinggal di semak sekunder dan hutan mangrove. Tidak seaktif dan seribut Cinenen kelabu.

668. CINENEN GUNUNG Orthotomus cuculatus Lembar Gambar 75


193
(I: Mountain Tailorbird; M: Perenjak Gunung)
Deskripsi: Berukuran kecil (12 cm). Perut kuning, topi jingga, alis mata putih menonjol. Tubuh bagian atas
hijau-zaitun. Dagu, tenggorokan, dan dada atas putih keabuan; dada bawah dan perut kuning terang.
Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah berwarna pucat, kaki merah muda.
Suara: Kicauan merdu, terdiri dari dua atau tiga nada berdering dan berulang, diikuti oleh getaran “pi-pi-crrrrii”
diulangi, nada ketiga dengan nada bervariasi, cukup berbeda dengan kicauan cinenen lain.
Penyebaran global: India utara sampai Cina selatan, Filipina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan
Indonesia.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, Jawa, dan Bali, umum di gunung-gunung tinggi antara ketinggian
1.000-1.500 m. Di Kalimantan, terbatas di gunung-gunung di Kalimantan bagian utara dari G. Kinabalu ke
selatan sampai Tama Abo, juga G. Mulu dan Nyiut.
Kebiasaan: Menghuni hutan pegunungan, semak terbuka di gunung, dan rumpun bambu. Suka berkelompok,
sering ditemukan dalam kelompok kecil, tetapi biasanya mengendap dalam kerimbunan dan sulit dilihat. Mudah
dikenali lewat suaranya. Sarang tidak berbentuk dompet, terbuat dari sekumpulan daun.

Perenjak dan Cici

669. PERENJAK GUNUNG Prinia atrogularis Lembar Gambar 75


(I: Hill Prinia)
Deskripsi: Berukuran agak besar (16 cm), berwarna coklat. Ekor sangat panjang (khas), dada bercoret hitam
khas. Tubuh bagian atas coklat, sisi tubuh merah karat kekuningan, perut putih kuning tua. Pipi kelabu, alis mata
putih.
Iris coklat pucat, paruh atas gelap, paruh bawah berwarna pucat, kaki kemerahmudaan.
Suara: Keras menusuk "co-ii, co-ii, ..." seperti Cinenen pisang, tetapi lebih perlahan (Smythies).
Penyebaran global: Himalaya, Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Umum di perbukitan dan pegunungan antara ketinggian 600-2.500 m di
Sumatera.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok keluarga aktif yang ribut, pada rerumputan dan vegetasi bawah di hutan
perbukitan dan pegunungan, termasuk hutan lumut kerdil dan semak subalpin.

670. PERENJAK PADI Prinia inornata Lembar Gambar 75


(I: Plain Prinia)
Deskripsi: Berukuran agak besar (15 cm), berwarna kecoklatan. Ekor panjang, alis mata keputih-putihan.
Tubuh bagian atas coklat keabuan suram, tubuh bagian bawah kuning tua sampai merah karat. Punggung lebih
pucat dan lebih seragam daripada Perenjak coklat.
Iris coklat muda, paruh atas coklat, paruh bawah kemerahmudaan pucat, kaki kekuningan.
Suara: Lengkingan "ci-cirrrr-ruwiit" nyaring, "cirrrrlet" atau "ciw-ciw-..." yang diulangi.
Penyebaran global: India, Cina, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia) dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Umum di Jawa sampai ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Menghuni daerah berumput panjang, gelagah, paya-paya, kebun jagung, dan sawah. Bersifat
congkak, aktif dalam kelompok kecil. Secara teratur bersuara dari pohon, batang rumput, atau sewaktu terbang.
Catatan: Kadang-kadang diperlakukan sebagai ras dari P. subflava (Afrika dan Asia).

671. PERENJAK RAWA Prinia flaviventris Lembar Gambar 75


(I: Yellow-bellied Prinia; M: Perenjak Padi)
Deskripsi: Berukuran agak besar (13 cm), berwarna hijau-zaitun. Ekor panjang, dada putih, perut kuning khas.
Kepala kelabu, alis mata keputih-putihan samar (kadang-kadang). Tubuh bagian atas hijau-zaitun, lingkar mata
kuning-jingga. Dagu, kerongkongan, dan dada atas putih.
Iris coklat, paruh atas hitam sampai coklat, paruh bawah berwarna pucat, kaki jingga.
Suara: Lemah, kasar: “scink-scink-scink”, dan lunak seperti suara kucing kecil. Cepat meluap-luap,
bergemerincing menurun: “tidli-idli-u”, dengan penekanan pada nada terakhir.
Penyebaran global: Pakistan sampai Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk Nias) dan Kalimantan, sering terlihat sampai ketinggian
900 m. Di Jawa barat, agak jarang di habitat yang sesuai. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Menghuni rawa gelagah, padang rumput tinggi, dan semak-semak. Cukup pemalu. Tinggal di
rerumputan tinggi atau gelagah, tidak terlihat kecuali ketika bernyanyi. Bertengger pada batang yang tinggi.

672. PERENJAK JAWA Prinia familiaris Lembar Gambar 75


(I: Bar-winged Prinia)
194
Deskripsi: Berukuran agak besar (13 cm), berwarna zaitun. Ekor panjang, dengan garis sayap putih khas serta
ujung hitam-putih. Tubuh bagian atas coklat-zaitun, tenggorokan dan dada tengah putih; sisi dada dan sisi tubuh
kelabu, perut dan tungging kuning pucat.
Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah kekuningan, kaki merah muda.
Suara: Keras bernada tinggi: “cwuit-cwuit-cwuit”. Suara alarm: "hii-hii-hii".
Penyebaran global: Endemik di Sumatera, Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera tidak jarang sampai ketinggian 900 m, walaupun tidak terlihat di
Sumatera utara. Sangat umum sampai ketinggian 1.500 m di Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Menghuni hutan mangrove dan habitat sekunder terbuka, terutama kebun dan taman. Ribut, suka
berkelompok kecil. Berburu di sekitar permukaan tanah sampai puncak pohon.

673. PERENJAK COKLAT Prinia polychroa Lembar Gambar 75


(I: Brown Prinia)
Deskripsi: Berukuran agak besar (15 cm), bercoret coklat dengan ekor panjang. Tubuh bagian atas coklat,
sedikit bercoret atau berbintik. Ekor coklat dengan ujung putih kecil, alis mata keputih-putihan tidak mencolok.
Tubuh bagian bawah kuning tua, lebih putih pada kerongkongan, dada kelabu, sisi tubuh dan paha coklat.
Dibandingkan dengan Perenjak padi, punggung berwarna lebih tua dan bercoretan lebih banyak.
Iris coklat kemerahan, paruh atas coklat, paruh bawah berwarna pucat, kaki keputih-putihan.
Suara: "Twii-i-i-it" keras menurun dan diulangi terus, dengan variasinya.
Penyebaran global: Cina barat daya, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Tersebar luas, tetapi tidak umum, sampai ketinggian 1.500 m di Jawa.
Kebiasaan: Menghuni padang alang-alang dan semak rendah. Pemalu dan sulit dilihat, tinggal pada
kerimbunan. Hidup berpasangan atau dalam kelompok keluarga, tetapi tidak seribut dan semencolok Perenjak
Jawa.

674. CICI PADI Cisticola juncidis Lembar Gambar 74


(I: Zitting Cisticola; M: Cekup Layang)
Deskripsi: Berukuran kecil (10 cm), bercoretan coklat. Tunggir merah karat kekuningan, ekor berujung putih
mencolok. Perbedaannya dengan Cici merah tidak berbiak: alis mata putih, sisi leher dan tengkuk terlihat lebih
pucat.
Iris coklat, paruh coklat, kaki putih sampai kemerahan.
Suara: Seri suara klik: “zit” yang diulangi terus, dikeluarkan sewaktu tampil terbang naik turun.
Penyebaran global: Afrika, Eropa selatan, India, Cina, Jepang, Filipina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia,
Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara , dan Australia utara.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya), Jawa (termasuk Kangean),
dan Bali, umum terdapat sampai ketinggian 1.200 m.
Kebiasaan: Hidup di padang rumput terbuka, sawah, dan kebun tebu, umumnya di daerah yang lebih basah
daripada Cici merah. Pada waktu terbang bercumbu, jantan mengelilingi dan melayang tinggi di atas
pasangannya sambil bersuara. Pada masa tidak berbiak bersembunyi dan tidak mencolok.

675. CICI MERAH Cisticola exilis Lembar Gambar 74


(I: Golden-headed Cisticola)
Deskripsi: Berukuran kecil (11 cm), bercoret coklat. Mahkota emas terang. Jantan masa berbiak: tunggir coklat.
Betina dan jantan tidak berbiak: mahkota bercoret hitam penuh. Perbedaannya dengan Cici padi: alis mata
kuning tua, sama dengan sisi leher dan tengkuk. Tubuh bagian bawah kuning, tenggorokan keputih-putihan,
ekor coklat tua dengan ujung kuning tua.
Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah merah jambu, kaki coklat terang.
Suara: Jantan berbiak: suara menggaruk “biiizz” diikuti “pluk” yang sangat nyaring, dari tenggeran atau
sewaktu terbang, juga suara memaki-maki keras bernada tinggi.
Penyebaran global: India, Cina, Filipina, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), Sulawesi, Sunda
Besar, Maluku, Nusa Tenggara, sampai P. Irian dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Sekarang umum secara lokal di Sumatera, mungkin baru datang karena adanya
penebangan hutan. Di Kalimantan tercatat di Pontianak. Di Jawa dan Bali, umum di habitat yang sesuai sampai
ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Menghuni padang alang-alang, gelagah, dan sawah. Bersembunyi pada rerumputan tinggi, kadang-
kadang terlihat bertengger pada batang rumput yang tinggi atau semak-semak. Terbang mengipas-ngipas.

Tesia, Buntut-tumpul,dan Ceret.

195
676. TESIA JAWA Tesia superciliaris Lembar Gambar 74
(I: Javan Tesia)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (7 cm), berwarna kelabu kehijauan. Ekor sangat pendek, alis mata pucat
menonjol. Kepala kehitaman dengan alis mata kelabu pucat, tubuh bagian atas zaitun keabuan, tubuh bagian
bawah kelabu keputih-putihan.
Iris coklat, paruh atas coklat, paruh bawah kuning, kaki coklat.
Suara: Keras, meledak-ledak, nyanyian agak cepat berulang terdiri dari sekitar lima-enam nada dengan
beberapa variasi, kadang-kadang sahut-menyahut. Suara alarm: "cak" dan "trrr".
Penyebaran global: Endemik di Jawa barat dan Jawa tengah.
Penyebaran lokal dan status: Umum secara lokal di hutan pegunungan, antara ketinggian 1.000-3.000 m,
tercatat paling timur sampai G. Merapi di Jawa Tengah.
Kebiasaan: Hidup di atas atau dekat lantai hutan, dalam semak rimbun atau tumbuhan bawah di hutan terbuka,
sering dekat pohon mati.

677. BUNTUT-TUMPUL KALIMANTAN Urosphena whiteheadi Lembar Gambar 74


(I: Bornean Stubtail)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (10 cm), berwarna coklat. Ekor pendek, alis mata kuning tua dan panjang,
muka kuning-jingga. Tubuh bagian bawah putih, dada dan sisi tubuh berbintik kelabu tua redup.
Iris coklat dengan lingkar mata kuning, paruh gelap, kaki merah muda.
Suara: Suara mekanik berulang yang bernada sangat tinggi: “tzi-tzi-tziii”.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di gunung-gunung tinggi di Kalimantan bagian utara, ditemukan dari
G. Kinabalu ke selatan sampai Liang Kubung, Peg. Mueller dan Barito Ulu (ketinggian 800-900 m). Umum di
atas ketinggian 2.000 m.
Kebiasaan: Aktif, hidup di tanah, di hutan pegunungan. Mengendap-endap dalam rimbun tumbuhan bawah
yang rimbun. Agak jinak dan kadang-kadang ingin tahu.
Catatan: Kadang-kadang dimasukkan di bawah marga Cettia.

678. CERET GUNUNG Cettia vulcania Lembar Gambar 74


(I: Sunda Bush-warbler)
Deskripsi: Berukuran kecil (13 cm), tanpa ciri khas yang jelas, berwarna coklat. Ekor memanjang, alis mata
keputih-putihan pucat. Tubuh bagian atas coklat tua dan zaitun kecoklatan. Tubuh bagian bawah putih
kekuningan, ada sapuan coklat pada sisi tubuh dan melintasi dada.
Iris coklat, paruh atas hitam, bawah kuning, kaki coklat.
Suara: Nyaring, merdu, tetapi lama-lama monoton bergelombang: “ci-hiiiiuw” atau “ciiiuw-wii-ii-iit” dengan
sedikit variasi. Juga "ttr, trr" sebagai nada peringatan.
Penyebaran global: Sunda Besar, Lombok, dan Timor.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, umum secara lokal antara ketinggian 2.000-3.400 m di puncak
tertinggi, dari G. Leuseur sampai G. Kerinci dan G. Dempu. Tidak umum di Kalimantan dan terbatas di gunung-
gunung di Kalimantan bagian utara, dari G. Kinabalu ke selatan sampai G. Murud, G. Mulu, dan Kayan
Mentarang. Di Jawa dan Bali, umum di beberapa tempat di atas ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Hidup pada kerimbunan tumbuhan bawah hutan terbuka, biasanya di zona pegunungan atas, seperti
hutan lumut, hutan Vaccinium terbuka, dan padang edelweis. Suka merangkak seperti tikus.
Catatan: Mungkin sejenis dengan C. fortipes di Asia tenggara.

679. CERET KUNING Bradypterus seebohmi Lembar Gambar 74


(I: Russet Bush-warbler)
Deskripsi: Berukuran sedang (15 cm), berwarna coklat tua. Ekor bertingkat, lebar dan agak panjang. Tubuh
bagian atas coklat-zaitun dengan sapuan merah karat, ekor lebih zaitun. Dagu dan tenggorokan putih, bercoret
hitam. Sisa tubuh bagian bawah putih, ada sapuan kelabu di pinggir leher dan sapuan coklat-zaitun pada sisi
dada dan perut.
Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah kemerahmudaan, kaki kemerahmudaan.
Suara: Mekanis, berulang tanpa henti, serak: “criii-et”.
Penyebaran global: Cina selatan, Asia tenggara, Taiwan, Filipina, Jawa, Bali, dan Timor.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di gunung tinggi di Jawa tengah dan Jawa timur, tercatat dari G. Lawu
ke timur sampai G. Ijen, tidak jarang terdapat di habitat yang sesuai. Ditemukan di Bali pada tahun 1989.
Kebiasaan: Mengendap-endap pada kerimbunan semak di pinggir hutan dan hutan terbuka, kadang-kadang di
perbukitan dan hutan cemara.
Catatan: Beberapa pakar memisahkan ras Jawa sebagai jenis tersendiri B. montis, tetapi kesamaan
196
nyanyiannya menunjukkan bahwa kesimpulan tersebut tidak tepat.
680. CERET KINABALU Bradypterus accentor Lembar Gambar 74
(I: Friendly Bush-warbler)
Deskripsi: Berukuran sedang (15 cm), berwarna coklat kemerahan. Kerongkongan putih dengan bintik-bintik
kemerahan, dada dan perut tersapu kelabu, alis merah karat.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Tajam, suara tanda bahaya berdesis, siulan tunggal lemah.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan, terbatas di G. Kinabalu dan Trus Madi, umum antara ketinggian
2.000-3.600 m.
Kebiasaan: Pengendap pada tumbuhan bawah di hutan pegunungan atas, menanggapi suara pancingan "pssst"
dengan baik. Tercatat sangat jinak, akan mendekati pengamat yang diam sampai beberapa inci. Ketika gelisah,
mengeluarkan kepakan sayap yang aneh.

BURUNG SIKATAN DUNIA LAMA - SUKU MUSCICAPIDAE

Suku burung yang sangat besar di Dunia Lama dan beranekaragam. Pemakan serangga. Kepala bulat, paruh
runcing kecil, berpangkal lebar. Bukaan mulut yang lebar dengan jumbai bulu yang kaku membantunya
menangkap serangga kecil. Kaki kecil dengan tungkai pendek. Kebanyakan jantan berwarna terang, tetapi
kebanyakan betina berwarna buram. Sebagian suka mencari makan dalam kelompok campuran bersama jenis
lain. Sarang rapi, berbentuk mangkuk yang dilapisi rambut dan dihiasi lumut.
Di Sunda Besar seluruhnya ada 43 jenis, beberapa di antaranya merupakan pengunjung musim dingin.
Dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu:
1. Sikatan asli: postur tubuh tegak, cenderung memburu serangga dari tenggeran.
2. Kipasan: tidak kenal lelah, aktif, sayap cenderung bergantungan, ekor digerakkan ke kiri dan ke kanan atau
dikibaskan seperti kipas.
3. Sikatan raja: pencari serangga yang lebih aktif, mematuk serangga dari batang dan cabang pohon. Di
dalamnya termasuk seriwang ekor panjang yang spektakuler.

Berdasarkan studi-studi hibridisasi DNA, Sibley dan Monroe (1990) memasukkan dua kelompok terakhir ke
dalam suku Dicruridae (srigunting) sebagai tambahan pada suku Corvidae (gagak-gagakan).

Sikatan asli

681. SIKATAN-RIMBA DADA-COKLAT Rhinomyias olivacea Lembar Gambar 76


(I: Fulvous-chested Jungle-Flycatcher)
Deskripsi: Berukuran sedang (15 cm), berwarna kecoklatan. Tubuh bagian atas coklat keabuan, tersapu merah
karat pada tungging dan ekor. Dagu dan tenggorokan keputih-putihan, garis tebal melintang pada dada berwarna
kuning kecoklatan (bukan kelabu), perut dan ekor bawah keputih-putihan.
Iris coklat, paruh hitam, kaki merah muda.
Suara: Dengungan yang memanjang, nada konstan per detik, diselingi dengan nyanyian yang terburu-buru.
Frase nyanyian terdiri dari tujuh sampai sembilan nada dengan nada yang berbeda. Setiap frase memakan waktu
sekitar 1,5 detik, khas nyanyian sikatan (D.A.H).
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Jawa, Bali, dan Sumatera (termasuk Belitung), agak jarang di dataran rendah
sampai ketinggian 1.200 m. Ditemukan hanya secara lokal di Kep. Natuna, Banggi, dan Belambangan
(Kalimantan bagian utara).
Kebiasaan: Mengunjungi pinggir hutan, hutan sekunder, dan perkebunan. Tinggal pada tajuk bawah. Berburu
sendirian di antara dedaunan, terbang mengejar serangga.

682. SIKATAN-RIMBA COKLAT Rhinomyias brunneata Lembar Gambar 76


(I: Brown-chested Jungle-flycatcher)
Deskripsi: Berukuran sedang (15 cm), berwarna kecoklatan. Mirip Sikatan-rimba dada-coklat. Perbedaannya:
garis pada dada coklat pucat, ada sisik gelap samar pada kerongkongan yang keputih-putihan, rahang bawah
pucat. Remaja: tubuh bagian atas bersisik kuning tua, rahang bawah berujung hitam.
Iris coklat, paruh atas kehitaman, pangkal keputih-putihan di bawah, kaki merah muda.
Suara: Dengungan parau.
Penyebaran global: Di Asia tenggara, bermigrasi ke selatan pada musim dingin sampai Semenanjung
197
Malaysia.
Penyebaran lokal dan status: Migran yang langka, tercatat satu kali di Brunei.
Kebiasaan: Tinggal pada tajuk bawah di pinggir hutan, hutan sekunder, dan perkebunan.

683. SIKATAN-RIMBA DADA-KELABU Rhinomyias umbratilis Lembar Gambar 76


(I: Grey-chested Flycatcher)
Deskripsi: Berukuran sedang (15 cm), berwarna coklat. Kerongkongan putih, kontras dengan garis kelabu
kecoklatan pada dada. Remaja: sayap bergaris kuning-merah karat dan bersisik. Perbedaannya dengan beberapa
burung pengoceh yang berwarna sama: pada tingkah laku dan tanpa alis, lingkar mata, atau kumis.
Perbedaannya dengan sikatan-rimba lain: warna garis pada dada kelabu, bukan coklat.
Iris coklat tua, paruh hitam, kaki kelabu-merah muda.
Suara: Nyanyian terdiri dari empat sampai enam nada yang merdu, lemah, berkerincing menurun: “tii, ti-ti-tu-
ti-tu” (M.&W.). Juga tiga nada yang bernada sama diikuti dengan getaran.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan, penetap
setempat di hutan primer dan hutan sekunder dataran rendah, hutan rawa gambut, dan perkebunan, sampai
ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: Khas kebiasaan sikatan. Menghabiskan waktu pada tumbuhan bawah di hutan. Mengejar serangga,
tetapi tidak hinggap di tanah.

684. SIKATAN-RIMBA EKOR-MERAH Rhinomyias ruficauda Lembar Gambar 76


(I: Rufous-tailed Jungle-flycatcher)
Deskripsi: Berukuran sedang (15 cm), berwarna coklat merah-karat. Ekor berwarna coklat berangan terang.
Tubuh bagian bawah keputih-putihan, garis dada kelabu, tungging kuning kemerahan. Perbedaannya dengan
Sikatan-rimba dada-kelabu: ekor sangat merah karat.
Iris coklat suram, paruh hitam, kaki merah jambu kebiruan.
Suara: “Cirr” memanjang.
Penyebaran global: Filipina dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan terbatas di barisan pegunungan tinggi, antara ketinggian 1.000-
2.000 m. Jarang tercatat pada permukaan laut.
Kebiasaan: Pada waktu terbang, memburu serangga dari tenggeran rendah atau dalam tetumbuhan. Hidup di
pinggir hutan dan hutan terbuka.

685. SIKATAN-RIMBA GUNUNG Rhinomyias gularis Lembar Gambar 76


(I: Eye-browed Jungle-flycatcher)
Deskripsi: Berukuran sedang (15 cm), berwarna coklat kemerahan. Tubuh bagian atas merah- coklat karat,
muka kemerahan, kekang dan alis kuning tua khas. Tubuh bagian bawah kelabu dengan tenggorokan putih yang
sangat kontras, perut bawah nyaris putih.
Iris coklat, paruh hitam, kaki kelabu.
Suara: Dengungan keras ketika bersarang. Pada waktu lain diam.
Penyebaran global: Filipina dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di Kalimantan, penetap di gunung-gunung tinggi, antara
ketinggian 1.000-2.000 m, tercatat dari G. Kinabalu ke selatan sampai Tawa Abo, Gunung Mulu, dan Kayan
Mentarang.
Kebiasaan: Penuh rasa ingin tahu. Seperti cingcoang atau kucica. Tinggal dekat tanah, sendirian atau dalam
kelompok kecil.
Catatan: Beberapa penulis cenderung untuk membagi jenis ini ke dalam tiga jenis Filipina (goodfellowi,
albigularis, dan insignis) serta R. gularis sebagai endemik Kalimantan.

686. SIKATAN SISI-GELAP Muscicapa sibirica Lembar Gambar 76


(I: Dark-sided Flyatcher)
Deskripsi: Berukuran kecil (13 cm), berwarna coklat jelaga dengan sisi tubuh gelap. Tubuh bagian atas coklat
jelaga, garis sayap kuning tua. Tubuh bagian bawah putih dengan sisi berbintik kelabu jelaga, ada garis berbintik
kelabu melintang pada dada atas. Lingkar mata putih, setengah kerah putih mencolok, kumis bercoret-coret
hitam. Remaja: berbercak putih pada wajah dan punggung.
Iris coklat tua, paruh dan kaki hitam.
Suara: “Ci-ep, ci-ep, ci-ep” yang riang.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut dan Himalaya. Pada musim dingin bermigrasi ke Cina selatan,
Palawan, Asia tenggara, dan Sunda Besar.
198
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung tetap di Sumatera utara dan Kalimantan bagian utara (termasuk
Natuna dan Anambas), tetapi tidak umum di perbukitan, biasanya sampai ketinggian 1.000 m. Pengunjung
yang langka di hutan pegunungan sampai ketinggian 1.500 m di Jawa barat. Tidak ditemukan di Bali.

687. SIKATAN BURIK Muscicapa griseisticta Lembar Gambar 76


(I: Grey-streaked Flycatcher)
Deskripsi: Berukuran sedang (15 cm), berwarna coklat-kelabu. Lingkar mata putih, tubuh bagian bawah putih
bercoret kelabu mencolok. Ada garis sempit putih melintang pada dahi (sulit terlihat di lapangan) dan garis
pucat suram pada sayap.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Tidak tercatat di Kalimantan.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut. Pada musim dingin bermigrasi ke Cina selatan, Filipina, dan
Sulawesi sampai P. Irian.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang langka tercatat di Sabah, Kalimantan barat, dan
Kalimantan timur.
Kebiasaan: Pemalu, biasa ditemukan di dekat aliran air, di hutan lebat, hutan terbuka, dan pinggir hutan.

688. SIKATAN BUBIK Muscicapa dauurica Lembar Gambar 76


(I: Asian Brown Flycatcher)
Deskripsi: Berukuran kecil (12 cm), berwarna coklat keabuan. Ras pengembara latirostris: tubuh bagian atas
coklat-kelabu, tubuh bagian bawah keputih-putihan, sisi dada dan sisi tubuh kelabu kecoklatan, lingkar mata
putih. Penghuni Kalimantan ras umbrosa: lebih kecil dan lebih gelap, terutama pada kepala. Pengembara lain
(bentuk williamsoni): lebih coklat, tersapu warna karat pada tubuh bagian atas, sisi tubuh bercoret kuning tua,
lingkar mata kuning tua.
Iris coklat, paruh hitam dengan pangkal rahang bawah kuning, kaki hitam.
Suara: Getaran “crr” lembut dan nyanyian lemah yang tenang, tetapi biasanya diam.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut dan Himalaya. Pada musim dingin mengembara ke selatan
sampai India, Asia tenggara, Filipina, Sulawesi, dan Sunda Besar. Populasi penetap dan/atau migran juga
terdapat di Filipina, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, dan Sumba.
Penyebaran lokal dan status: Pada musim dingin, populasi Asia utara secara tetap mengunjungi daerah dengan
ketinggian sampai 1.500 m di seluruh Sunda Besar (termasuk pulau-pulau di sekitarnya). Ras subtropis dan
tropis diketahui dari Sumatera (penetap dan migran di Semenanjung Malaysia) dan Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Menyukai pinggir hutan atau hutan perbukitan, tetapi kadang-kadang juga ditemukan di hutan
terbuka dan kebun. Sebagian mengunjungi pulau-pulau lepas pantai. Umumnya hidup sendirian atau bergabung
dalam kelompok jenis campuran. Menangkap serangga dari tenggeran di atas pohon dan menggeletarkan ekor
dengan cara yang khas ketika kembali ke tenggeran.
Catatan: Ras-ras tropis penetap kadang-kadang diperlakukan sebagai beberapa jenis, yaitu M. williamsoni di
Semenanjung Malaysia dan Kalimantan, M. randi di Filipina, dan M. segregata di Sumba. Kelihatannya burung
dengan bulu peralihan menunjukkan antarkawin dengan Asian Brown Flycatcher.

689. SIKATAN BESI Muscicapa ferruginea Lembar Gambar 76


(I: Ferruginous Flycatcher)
Deskripsi: Berukuran kecil (12 cm), berwarna coklat kemerahan. Lingkar mata kuning tua, ada bercak putih
pada tenggorokan. Kepala warna jelaga, punggung coklat, tunggir merah karat. Tubuh bagian bawah putih
dengan sisi tubuh dan penutup ekor bawah merah karat.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Biasanya diam pada musim dingin.
Penyebaran global: Berbiak di Himalaya dan Cina selatan, pada musim dingin bermigrasi ke selatan sampai
Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Sumatera dan Kalimantan bagian utara, merupakan pengunjung yang
tidak umum ke lereng-lereng gunung rendah, biasanya pada ketinggian antara 500-1.500 m. Pengunjung yang
tidak umum pada semua ketinggian di Jawa barat. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Pemalu. Tinggal di bukaan dan pinggiran sungai kecil dan di tepi hutan rimba. Memburu serangga
dari tenggeran rendah.

690. SIKATAN HIJAU-LAUT Eumyias thalassina Lembar Gambar 76


(I: Verditer Flycatcher; M: Burung Sambar Ranting)
Deskripsi: Berukuran agak besar (16 cm), berwarna biru kehijauan. Jantan: kekang hitam, betina: lebih buram
dengan kekang suram. Kedua jenis kelamin: penutup ekor bawah bersisik keputih-putihan. Remaja: coklat
199
keabuan. tersapu kehijauan, bersisik dan berbintik kuning tua dan kehitaman. Perbedaannya dengan bentuk fase
biru Philentoma sayap-merah: mata tidak merah; dengan Sikatan biru-muda jantan dan Sikatan ninon: warna
lebih hijau, ada sisik keputih-putihan pada tungging yang kelabu biru.
Iris coklat, paruh hitam, kaki kehitaman.
Suara: Kicauan berirama, kurang parau dibandingkan dengan Sikatan biru-muda. Nada gemeretak keras yang
khas (C.H).
Penyebaran global: India sampai Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan
Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan, kadang-kadang ada di dataran rendah dan
perbukitan, sampai ketinggian 1.400 m, tetapi biasanya lebih rendah.
Kebiasaan: Memburu serangga, terbang dari tenggeran yang mencolok pada tajuk hutan terbuka atau pinggir
hutan bekas tebangan.

691. SIKATAN NINON Eumyias indigo Lembar Gambar 76


(I: Indigo Flycatcher)
Deskripsi: Berukuran sedang (14 cm), berwarna biru-nila gelap (warna utama), paling gelap, nyaris hitam di
sekitar pangkal paruh. Dahi keputih-putihan, meluas menjadi alis di atas mata. Dada bawah keabuan, berangsur-
angsur berubah menjadi keputih-putihan pada perut. Tungging kuning tua (putih pada burung Jawa). Remaja:
dada dan tenggorokan berbercak merah muda.
Iris coklat-merah, paruh dan kaki hitam.
Suara: Seri panjang terdiri dari cicitan "fi-fu-fiu-fi-fii-...." yang berdering dan “trrrr-tr” keras.
Penyebaran global: Endemik di Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, Kalimantan (tercatat di G. Kinabalu ke v sampai G. Murud, G.
Mulu, dan Kayan Mentarang), dan Jawa, penetap yang cukup umum di daerah perbukitan dan pegunungan,
antara ketinggian 900-3.000 m. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Hidup di hutan gelap di pegunungan, tetapi cukup jinak dan mudah didekati. Umumnya bertengger
rendah, dekat tanah, suka ikut kelompok campuran.

692. SIKATAN EMAS Ficedula zanthopygia Lembar Gambar 77


(I: Yellow-rumped Flycatcher)
Deskripsi: Berukuran kecil (13 cm), berwarna kuning, putih, dan hitam (jantan) atau coklat (betina). Jantan:
tunggir, tenggorokan, dada, dan perut atas kuning; perut bawah dan penutup ekor bawah putih. Bagian lain
hitam, kecuali alis dan garis sayap putih. Betina: tubuh bagian atas coklat buram, tubuh bagian bawah berwarna
lebih pucat, tunggir kuning buram. Perbedaannya dengan jantan dan betina Sikatan narsis: alis putih, punggung
jantan lebih hitam, dan tunggir betina kuning.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Khas: "pirip, pirip, ...." yang merdu, diselingi "tiit". Kadang-kadang juga terdengar kicauan yang
pendek.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut, mengembara pada musim dingin ke selatan sampai Cina
selatan, Asia tenggara, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang tidak umum, sampai ketinggian 900 m di
Sumatera. Di Kalimantan tercatat hanya di Anambas dan Brunei. Di Jawa dan Bali agak jarang, terdapat secara
teratur di beberapa tempat.
Kebiasaan: Mengunjungi daerah bersemak dan pohon rimbun. Lebih sering terdengar daripada terlihat.
Catatan: Dulu diperlakukan oleh beberapa penulis sebagai ras dari Sikatan narsis.

693. SIKATAN NARSIS Ficedula narcissina Lembar Gambar 77


(I: Narcissus Flycatcher)
Deskripsi: Berukuran kecil (13 cm), berwarna hitam dan kuning. Jantan: tubuh bagian atas hitam, tungging
kuning, bercak sayap putih, alis kuning mencolok, tubuh bagian bawah umumnya kuning. Betina: tubuh bagian
atas kelabu-zaitun, ekor merah karat, tubuh bagian bawah coklat muda tersapu kekuningan. Perbedaannya
dengan betina Sikatan: tunggir berwarna zaitun.
Iris coklat tua, paruh hitam kebiruan, kaki biru kelam.
Suara: Umumnya diam pada musim dingin, tetapi tidak banyak berbeda dengan Sikatan emas.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut, bermigrasi pada musim dingin ke Asia tenggara, Filipina, dan
Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan pengunjung musim dingin yang jarang di hutan terbuka dan
pinggir hutan, sampai ketinggian 1.400 m di Dataran Tinggi Kelabit.
Kebiasaan: Khas sikatan, memburu serangga dari tenggeran tajuk dan lapisan vegetasi tengah.
200
694. SIKATAN MUGIMAKI Ficedula mugimaki Lembar Gambar 77
(I: Mugimaki Flycatcher)
Deskripsi: Berukuran kecil (13 cm), berwarna jingga, hitam, dan putih (jantan), atau coklat dan jingga (betina).
Jantan: tubuh bagian atas kelabu kehitaman, alis putih sempit di belakang mata, ada bercak putih pada sayap dan
pinggir pangkal ekor, tenggorokan, dada, dan sisi perut jingga; perut tengah dan penutup ekor bawah putih.
Betina: tubuh bagian atas coklat, tubuh bagian bawah seperti jantan, tetapi berwarna lebih muda. Remaja: tubuh
bagian atas coklat polos, tubuh bagian bawah kuning tua, perut putih.
Iris coklat tua, paruh kelabu tua, kaki kecoklatan.
Suara: Sering bersuara “trrrr” yang lembut, diselingi "tii" mirip suara Sikatan emas.
Penyebaran global: Berbiak di Asia utara. Migrasi ke selatan pada musim dingin sampai Asia tenggara,
Filipina, Sulawesi, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang tidak umum ke hutan dataran rendah dan
pegunungan sampai ketinggian 1.500 m di seluruh Sumatera dan Kalimantan. Di Jawa dan Bali lebih jarang.
Kebiasaan: Menghuni hutan perbukitan. Sering mengunjungi tajuk pinggir hutan, hutan bekas tebangan, dan
hutan pedalaman. Sering terlihat duduk diam pada batang atau dahan pohon mati, terbang tiba-tiba untuk
menangkap serangga yang sedang terbang.

695. SIKATAN KERONGKONGAN-MERAH Ficedula parva Lembar Gambar 77


(I: Red-breasted Flycatcher)
Deskripsi: Berukuran kecil (11,5 cm), berwarna coklat. Bulu putih mencolok pada pinggir pangkal ekor yang
berwarna gelap. Jantan biak: dada merah, tetapi jarang terlihat di Asia tenggara dan belum pernah terlihat di
Kalimantan. Betina dan jantan tidak berbiak: coklat kelabu buram, tenggorokan keputih-putihan.
Iris coklat tua, paruh dan kaki hitam.
Suara: Tanda bahaya serak dan tajam: “tzik”.
Penyebaran global: Berbiak di Paleartik, bermigrasi pada musim dingin ke Cina, Filipina, Asia tenggara, dan
Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Pengembara yang jarang ke Kalimantan.
Kebiasaan: Hidup di atas pohon kecil di pinggir hutan dan sepanjang sungai. Bergegas untuk bersembunyi
dalam kerimbunan bila terganggu. Mengangkat ekor yang berwarna gelap untuk memperlihatkan bercak putih
pada pangkalnya. Mengeluarkan suara klik yang keras.

696. SIKATAN KERONGKONGAN-PUTIH Ficedula solitaris Lembar Gambar 77


(I: Rufous-browed Flycatcher; M: Sambar Rengkung Putih)
Deskripsi: Berukuran kecil (12 cm), berwarna kecoklatan. Perut putih, sisi tubuh dan garis pada dada coklat.
Bercak putih pada tenggorokan (berbentuk segitiga mencolok) kadang-kadang dibatasi oleh garis hitam,
terutama pada ras Sumatera utara. Mahkota dan sisi kepala merah karat; lingkar mata dan kekang kuning tua.
Remaja: coklat-zaitun, tenggorokan keputih-putihan, tubuh bagian bawah bercoretan coklat karat.
Iris coklat tua, paruh hitam, kaki merah jambu pucat.
Suara: Kicauan berupa siulan berdesis yang lemah, suara tanda bahaya yang terdiri dari tiga nada menurun
"three-blind-mice", dan suara "crr" berdengung serak.
Penyebaran global: Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, umum terdapat secara lokal di lantai hutan lebat antara ketinggian
900-2.400 m.
Kebiasaan: Aktif dan ribut pada tumbuhan bawah hutan, hidup dekat lantai hutan.

697. SIKATAN BODOH Ficedula hyperythra Lembar Gambar 77


(I: Snowy-browed Flycatcher; M: Burung Sambar Kudong)
Deskripsi: Berukuran kecil (11 cm), berwarna biru-kelabu atau merah karat. Jantan: tubuh bagian atas biru
jelaga, alis putih pendek mencolok, tubuh bagian bawah jingga, tenggorokan, dada, dan sisi tubuh kuning tua.
Betina: tubuh bagian atas coklat, tubuh bagian bawah kekuningan, alis kuning. Remaja: berbintik coklat.
Iris coklat tua, paruh hitam, kaki kelabu sampai coklat.
Suara: Nyanyian santai terdiri dari 3-4 nada lengking “ciit-cii-cii-caw” atau cicitan tunggal: "ciii".
Penyebaran global: India utara sampai Cina selatan, Filipina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sunda
Besar, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, Kalimantan (ditemukan dari G. Kinabalu ke selatan sampai Tama
Abo dan G. Mulu, juga Pegunungan Nyiut dan Pai), Jawa dan Bali, umum terdapat di hutan pegunungan antara
ketinggian 900-3.100 m.
Kebiasaan: Tidak menonjol. Duduk diam pada tenggeran rendah atau batang roboh, lalu terbang cepat untuk
201
menangkap serangga tanah. Menghabiskan banyak waktu di tanah, berlompatan seperti cingcoang. Umumnya
tinggal sendirian dan agak jinak. Sesekali memakan buah-buahan kecil.

698. SIKATAN DADA-MERAH Ficedula dumetoria Lembar Gambar 77


(I: Rufous-chested Flycatcher; M: Burung Sambar Dada Oren)
Deskripsi: Berukuran kecil (11 cm), berwarna jingga, merah, dan putih (jantan). Jantan: tubuh bagian atas
hitam, dagu kemerahmudaan. Alis, garis sayap, dan pinggir pangkal ekornya putih; dada dan sisi perut jingga;
perut dan tungging putih. Betina: tubuh bagian atas coklat, kekang kuning tua, tubuh bagian bawah seperti
jantan, tetapi berwarna lebih pucat. Ras Kalimantan: alis lebih mencolok. Perbedaannya dengan Sikatan
mugimaki: dagu berwarna pucat, punggung lebih gelap, dan paruh lebih panjang.
Iris coklat, paruh kecoklatan, kaki kelabu.
Suara: Deringan tinggi: “tsst-tsst”, kicauan bervariasi, tetapi biasanya terdiri dari 3 nada, dengan tekanan pada
nada terakhir.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera menghuni hutan perbukitan, antara ketinggian 600-1.500 m, tidak
tercatat di selatan dari G. Kaba. Di Kalimantan, tidak umum terdapat di perbukitan, ditemukan di sepanjang
perbukitan dan secara lokal sampai permukaan laut. Di Jawa terutama ditemukan di Jawa barat. Tidak tercatat di
Bali, tetapi kemungkinan terdapat di sana.
Kebiasaan: Menghuni hutan primer. Mencari makan dekat tanah. Agak pendiam. Umumnya hidup
berpasangan.

699. SIKATAN BELANG Ficedula westermanni Lembar Gambar 77


(I: Little Pied Flycatcher; M: Sambar Gunung)
Deskripsi: Berukuran kecil (11 cm), berwarna hitam dan putih (jantan) atau coklat dan putih (betina). Jantan:
alis, garis sayap, pinggir pangkal ekor, dan tubuh bagian bawah putih, tubuh bagian atas hitam. Betina: tubuh
bagian atas coklat keabuan, tubuh bagian bawah keputih-putihan, ekor merah karat. Remaja: coklat berbintik
kuning kecoklatan.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Secara teratur mengeluarkan kicauan bernada tinggi yang lemah, nada-nada pertama naik, kemudian
turun “pi-pi-pi-pi-pi” diselingi getaran rendah “crrr” dan "tii".
Penyebaran global: India sampai Cina selatan, Filipina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar
dan Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat secara lokal di hutan pegunungan, antara ketinggian 1.000-2.600
m di seluruh Sunda Besar.
Kebiasaan: Sering mengunjungi hutan pegunungan, hutan lumut, dan hutan cemara gunung. Mencari makan
pada semua tingkat tajuk. Sering bergabung dalam kelompok campuran.

700. SIKATAN BIRU-PUTIH Cyanoptila cyanomelana Lembar Gambar 78


(I: Blue-and-white Flycatcher)
Deskripsi: Berukuran besar (17 cm), berwarna biru, hitam, dan putih (jantan) atau coklat dan putih (betina).
Jantan: muka, tenggorokan, dan dada atas hitam; dada bawah, perut, dan penutup ekor bawah putih, tubuh
bagian atas biru mengilap, ada bercak putih pada pangkal ekor. Betina: tubuh bagian atas coklat-kelabu, sayap
dan ekor coklat; tenggorokan tengah dan perut putih.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Umumnya diam di daerah musim dingin.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut, bermigrasi ke selatan sampai Cina, Asia tenggara, Filipina, dan
Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang teratur sampai ketinggian 1.400 m ke
Kalimantan bagian utara, tetapi kurang umum di seluruh Kalimantan. Di Sumatera dan Jawa, pengunjung
musim dingin yang jarang ke hutan perbukitan sampai ketinggian 1.200 m. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Mengunjungi hutan primer dan hutan sekunder. Mencari makan pada tajuk pohon yang cukup
tinggi. Juga memakan beberapa macam buah-buahan.

701. NILTAVA KEMBANG-PADI Niltava grandis Lembar Gambar 78


(I: Large Niltava; M: Burung Sambar Kumbang Padi)
Deskripsi: Berukuran besar (22 cm), berwarna gelap. Jantan: tubuh bagian atas dan mahkota biru; setrip pada
sisi leher, bercak pada bahu, dan tungging biru berkilau, tubuh bagian bawah hitam. Betina: coklat-zaitun-merah
karat, mahkota kelabu-biru, bercak leher biru muda, tenggorokan keputih-putihan. Remaja: coklat, ada bintik-
bintik putih pada kepala dan bintik merah karat pada punggung, tubuh bagian bawah bersisik hitam.
202
Iris coklat tua, paruh hitam, kaki kelabu.
Suara: Siulan jernih meninggi terdiri dari tiga nada, didahului oleh nada anggun: “k'tiu-tiu-ti”, juga suara
memaki-maki berderik.
Penyebaran global: Nepal sampai Cina barat daya, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera cukup umum terlihat di hutan perbukitan dan pegunungan antara
ketinggian 900-1.500 m, secara lokal bisa mencapai ketinggian 2.500 m.
Kebiasaan: Hidup menyendiri pada tumbuhan bawah yang rimbun di hutan perbukitan dan pegunungan.

702. NILTAVA SUMATERA Niltava sumatrana Lembar Gambar 78


(I: Rufous-vented Niltava)
Deskripsi: Berukuran sedang (15 cm), berwarna gelap. Jantan: tubuh bagian atas biru tua, mahkota, bercak pada
sisi leher, bercak pada bahu, tunggir, dan penutup ekor biru berkilap; tenggorokan dan sisi kepala hitam, tubuh
bagian bawah jingga. Betina: coklat, ada garis putih sempit pada tenggorokan dan bercak biru berkilat pada
bahu. Remaja: coklat, ada bintik merah karat pada tubuh bagian atas dan sisik hitam pada tubuh bagian bawah.
Iris coklat tua, paruh hitam, kaki kelabu kebiruan.
Suara: “Tcik” yang keras.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera utara, umum terdapat secara lokal di hutan pegunungan, di atas
ketinggian 1.000 m sampai batas pepohonan, tercatat ke selatan sampai G. Kerinci.
Kebiasaan: Menyendiri, hidup pada tumbuhan bawah dan lapisan tengah hutan lebat di pegunungan tinggi.
Sangat umum terdapat di puncak G. Kerinci.

703. SIKATAN BESAR Cyornis concretus Lembar Gambar 78


(I: White-tailed Flycatcher)
Deskripsi: Berukuran agak besar (19 cm), berwarna gelap. Ras Sumatera: berbercak putih mencolok pada
ekornya yang terkembang. Jantan: tubuh bagian atas biru tua, terdapat warna hitam pada sisi kepala dan bulu
terbang, dada hitam menjadi putih pada tungging. Betina: coklat, ada garis putih lebar pada tenggorokan, perut
dan penutup ekor bawah putih. Remaja: tubuh bagian atas coklat berbintik-bintik merah karat, tubuh bagian
bawah bersisik hitam.
Iris coklat tua, paruh hitam, kaki kelabu tua.
Suara: Siulan berdesis bervariasi dan tanda bahaya: “skrii” serak.
Penyebaran global: Assam, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan, kadang-kadang terlihat di hutan perbukitan antara
ketinggian 300-1.300 m. Juga sampai dekat daerah pesisir di beberapa tempat di Kalimantan.
Kebiasaan: Hidup menyendiri pada tumbuhan bawah di hutan perbukitan dan pegunungan.

704. SIKATAN ACEH Cyornis ruckii Lembar Gambar 78


(I: Rueck’s Blue-flycatcher)
Deskripsi: Berukuran agak besar (17 cm), berwarna biru. Jantan: kepala, tenggorokan, dan dada biru; tunggir
dan penutup ekor atas biru berkilap. Perbedaannya dengan Sikatan biru-muda: warna lebih gelap, tungging biru
berkilat, paruh lebih besar. Betina: tubuh bagian atas coklat- merah bata, tunggir dan ekor merah bata, dada
merah karat menjadi keputih-putihan pada perut. Perbedaannya dengan Sikatan biru-muda betina: dada merah
karat. Remaja: tubuh bagian atas coklat berbintik kuning tua, tubuh bagian bawah bersisik hitam menjadi
keputih-putihan pada perut tengah. Dahi, lingkar mata, tenggorokan, dan dadanya merah bata.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Tidak diketahui.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Hanya diketahui empat ekor. Dua dikoleksi di hutan
sekunder di dataran rendah di daerah Medan, Sumatera utara. Dua lainnya dari Semenanjung Malaysia yang
diragukan asalnya. Mungkin jenis ini endemik di Sumatera.
Kebiasaan: Ditemukan di hutan bekas tebangan.
Catatan: Jenis ini dianggap dekat dengan Sikatan Hainan Cyornis hainana dari Cina selatan dan Indocina.

705. SIKATAN BIRU-MUDA Cyornis unicolor Lembar Gambar 78


(I: Pale Blue-flycatcher)
Deskripsi: Berukuran agak besar (16 cm), berwarna biru muda (jantan) atau kecoklatan (betina). Jantan: tubuh
bagian atas biru pirus terang, kekang hitam, tenggorokan dan dada biru lebih muda, perut putih keabuan,
penutup ekor bawah putih. Betina: tubuh bagian atas coklat-kelabu, ekor lebih coklat-merah bata, tubuh bagian
bawah coklat keabuan, lingkar mata dan kekang kuning-coklat. Remaja: coklat, berbintik hitam dan kuning
203
kecoklatan.
Iris, paruh, dan kaki coklat.
Suara: Nyanyian manis, nyaring, menurun, kemudian tiga nada terakhir menaik lagi. Juga suara parau (kadang-
kadang).
Penyebaran global: Himalaya sampai Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera ditemukan di gunung-gunung ke selatan sampai G. Kerinci. Di
Kalimantan dan Jawa tidak umum terdapat di hutan perbukitan antara ketinggian 500-1.400 m, secara lokal
sampai ketinggian 200 m di Kalimantan. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Tinggal pada tajuk di hutan primer. Agak pemalu.

706. SIKATAN CACING Cyornis banyumas Lembar Gambar 78


(I: Hill Blue-flycatcher; M: Burung Sambar Bukit)
Deskripsi: Berukuran sedang (15 cm), berwarna biru, jingga, dan putih (jantan) atau coklat (betina). Jantan:
tubuh bagian atas biru tua, dahi dan alis pendek biru muda; kekang, sekitar mata, pipi depan, dan bintik pada
dagu hitam; tenggorokan, dada, dan sisi tubuh jingga, perut putih. Perbedaannya dengan sikatan biru berdada
jingga lainnya: tenggorokan jingga, bintik dagu hitam, tunggir tidak mengilap. Betina: tubuh bagian atas coklat,
lingkar mata kuning tua, tubuh bagian bawah seperti jantan, tetapi berwarna lebih pucat. Remaja: coklat,
berbintik jingga-kuning tua pada tubuh bagian atas.
Iris coklat, paruh hitam, kaki coklat.
Suara: Kicauan terdiri dari dua sampai empat nada merdu nyaring, dan getaran menurun yang agak murung,
diselingi nada parau. Tanda bahaya: “cek-cek” yang serak.
Penyebaran global: Nepal sampai Cina barat daya, Palawan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia,
Kalimantan, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Di Jawa, lebih umum terdapat dibandingkan sikatan lain (pada ketinggian rendah
sampai 1.300 m). Di Kalimantan hanya terdapat secara lokal di perbukitan (tidak umum).
Kebiasaan: Mengunjungi daerah terbuka yang teduh pada tumbuhan bawah di hutan primer dan hutan sekunder
pada semua ketinggian. Jika Sikatan mangrove tidak ada, jenis ini menghuni hutan pantai. Duduk diam, berburu
dari tenggeran rendah.

707. SIKATAN BIRU-LANGIT Cyornis caerulatus Lembar Gambar 78


(I: Large-billed Blue-flycatcher)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (154 cm), berwarna biru dan jingga. Jantan: tubuh bagian atas biru, dahi,
punggung bawah, dan tunggir biru mengilap, dada merah bata-jingga tua menjadi kuning tua pada perut,
tenggorokan berwarna lebih pucat daripada dada. Terdapat variasi antar-ras. Ras jantan Serawak: dagu hitam,
ras Kalimantan barat: dahi tersapu merah bata, ras Sumatera: tungging lebih putih. Perbedaannya dengan
Sikatan cacing: tunggir biru mengilap. Betina: tubuh bagian atas coklat, tunggir dan ekor biru, ada sapuan
kebiruan pada mantel, tubuh bagian bawah seperti jantan, tanpa bintik hitam pada dagu.
Iris coklat tua, paruh hitam, kaki kelabu tua.
Suara: Kicauan terdiri dari beberapa nada lemah bernada tinggi disusul satu atau dua nada yang lebih nyaring,
rendah, dan panjang: "si-si-tiuuuw".
Penyebaran global: Endemik di Sumatera dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Burung dataran rendah yang langka di Sumatera (hanya diketahui dari beberapa
catatan). Tidak umum pada ketinggian menengah di hutan Kalimantan.
Kebiasaan: Memburu serangga dari tenggeran rendah yang mencolok di hutan bekas tebangan. Di tempat yang
jauh dari pesisir dan sungai, jenis ini menggantikan keberadaan Sikatan Melayu dan Sikatan bakau.

708. SIKATAN KALIMANTAN Cyornis superbus Lembar Gambar 78


(I: Bornean Blue-flycatcher)
Deskripsi: Berukuran sedang (15 cm), berwarna biru dan jingga. Jantan: tubuh bagian atas biru, dahi, alis,
tengkuk, dan punggung bawah biru mengilap, dada jingga, lebih muda pada tenggorokan dan berubah menjadi
putih pada tungging. Betina: coklat, dengan dahi, tunggir, dan ekor merah bata mencolok.
Iris coklat tua, paruh hitam, kaki kelabu-biru.
Suara: Kicauan manis, terdiri dari dua sampai enam nada nyaring tinggi yang bersusulan cepat dengan lagu
yang sangat bervariasi.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan, tidak umum di hutan perbukitan antara ketinggian 600-1.600 m,
secara lokal ditemukan di dataran rendah.
Kebiasaan: Hidup di hutan gelap dekat aliran air dan memburu serangga dari tenggeran rendah.

204
709. SIKATAN MELAYU Cyornis turcosus Lembar Gambar 78
(I: Malaysian Blue-flycatcher; M: Burung Sambar Biru Malaysia)
Deskripsi: Berukuran kecil (13 cm), berwarna biru tua. Jantan: tubuh bagian atas biru, tenggorokan biru terang,
kekang dan bulu terbang hitam, tunggir biru mengilap, dada merah bata-jingga, perut putih. Ras bervariasi
dalam tingkat terang warna birunya. Betina: seperti jantan, tetapi dagu dan tenggorokan putih. Remaja: tubuh
bagian atas coklat, berbintik kuning tua, sayap dan ekor biru, dada kuning tua dengan sisik hitam, berubah
menjadi putih kotor pada perut.
Iris coklat, paruh hitam, kaki kehitaman.
Suara: Tanda bahaya berciut: “crrk” atau nyanyian lemah: “didel-didel-dii-didel-dii”.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera cukup umum. Tetapi di Kalimantan penghuni hutan dataran rendah
yang lebih jarang, sampai ketinggian 800 m (tetapi umumnya ditemukan di bawah ketinggian 100 m).
Kebiasaan: Lebih menyukai hutan dataran rendah dan rawa, biasanya dekat aliran air dan sungai.

710. SIKATAN RANTING Cyornis tickelliae Lembar Gambar 78


(I: Tickell’s Blue-flycatcher; M: Sambar Kelicap Ranting)
Deskripsi: Berukuran sedang (15 cm), berwarna biru tua. Jantan: seperti Sikatan cacing, tetapi lebih terang
dengan pembatasan lebih tajam antara dada yang merah-jingga dan perut yang putih. Betina: seperti jantan,
tetapi tubuh bagian atas jauh lebih kelabu. Remaja: tidak dapat dibedakan dengan remaja Sikatan cacing.
Iris coklat, paruh hitam, kaki kehitaman.
Suara: Lima-tujuh nada getaran metalik yang menurun perlahan dan tanda bahaya parau: “trrrt”.
Penyebaran global: India, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, diperkirakan jarang di semak pantai, diketahui hanya dari satu ekor
di sungai Tasik, Sumatera utara.
Kebiasaan: Memburu serangga dari tenggeran rendah di hutan atau dari tanah.

711. SIKATAN BAKAU Cyornis rufigastra Lembar Gambar 78


(I: Mangrove Blue-flycatcher; M: Burung Sambar Biru Bakau)
Deskripsi: Berukuran sedang (15 cm), berwarna biru, jingga, dan putih. Sangat mirip Sikatan cacing.
Perbedaannya: dahi tidak biru muda, dagu lebih hitam, tubuh bagian bawah merah bata meluas lebih jauh ke
bawah perut. Betina: seperti jantan, tetapi berwarna lebih pucat, kekang keputih-putihan (membentuk huruf V di
atas paruh), dan dagu putih kekuningan. Ras bervariasi sedikit.
Iris coklat, paruh hitam, kaki berdaging kebiruan.
Suara: Nyanyian merdu dan nyaring, mirip nyanyian Sikatan cacing.
Penyebaran global: Filipina, Sulawesi, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya), terutama ditemukan di hutan
pantai dan hutan mangrove di dataran rendah timur dan pulau-pulaunya. Cukup umum terdapat di pesisir
Kalimantan (termasuk pulau-pulau di sekitarnya). Sekarang agak jarang di hutan pantai dan pulau-pulau kecil di
Jawa (termasuk Karimun Jawa), kebanyakan terdapat di Jawa barat, walaupun tercatat juga di Segara Anakan
dan Baluran. Di Bali tidak terdapat.
Kebiasaan: Menghuni pulau-pulau kecil, biasanya merupakan sikatan yang umum di tempat Sikatan cacing
tidak ada (misalnya Kep. Krakatau). Di daratan: terbatas di hutan pantai, hutan mangrove, dan perkebunan
pesisir. Sering ditemukan berpasangan, mudah dikenali karena betinanya berwarna biru. Berburu dekat tanah,
sangat menyukai rumpun nipa.

712. SIKATAN KERDIL Muscicapella hodgsoni Lembar Gambar 77


(I: Pygmy Blue-flycatcher)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (10 cm), berparuh sempit. Jantan: tubuh bagian atas biru, mahkota dan
tunggir biru berkilap, topeng hitam, tubuh bagian bawah merah bata kekuningan, perut tengah dan tungging
putih. Betina: tubuh bagian atas coklat, tunggir dan ekor merah bata, tubuh bagian bawah keputih-putihan,
tersapu kuning tua pada dada.
Suara: Tidak ada informasi.
Penyebaran global: Himalaya, Asia tenggara, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Ditemukan di Pegunungan Sumatera utara ke selatan sampai G. Kerinci, antara
ketinggian 1.100-2.400 m, tetapi hanya ada beberapa catatan. Di Kalimantan diketahui hanya dari G. Kinabalu,
G. Mulu, dan G. Dulit, serta di Peg. Mueller di Kalimantan.
Kebiasaan: Menyukai lapisan bawah hutan primer, kadang-kadang turun ke bawah, tetapi jarang ke lapisan
tengah. Suka membuka-buka sayap dan menegakkan ekor (P.R).

205
713. SIKATAN KEPALA-ABU Culicicapa ceylonensis Lembar Gambar 77
(I: Grey-headed Flycatcher; M: Burung Sambar Pacat)
Deskripsi: Berukuran kecil (12 cm), khas dengan kepala dan dada keabuan serta sedikit jambul. Tubuh bagian
atas berwarna zaitun, tubuh bagian bawah kuning.
Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah kelabu, kaki coklat kekuningan.
Suara: Siulan manis, jelas: "ci-ti, ci-ti" dengan penekanan pada suku pertama, atau "piit-wit, wi-dii" dengan
penekanan pada nada terakhir, juga suara bergetar “cirri”.
Penyebaran global: India sampai Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sunda.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan, Jawa, Bali, dan Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya),
umum tersebar luas di hutan, paling umum di hutan pegunungan antara ketinggian 600-1.600 m, tetapi juga
tercatat di dataran rendah sampai ketinggian 2.200 m.
Kebiasaan: Aktif dan ribut. Terbang dari cabang ke cabang, memburu dan mengintai serangga yang terbang.
Secara teratur membuka-buka ekor. Biasanya hidup pada tajuk bawah atau tajuk tengah. Sering bergabung
dalam kelompok campuran.
Catatan: Studi DNA memperlihatkan bahwa marga ini berkerabat dekat dengan suku Eopsaltriidae di Australia.

Kipasan

714. KIPASAN EKOR-MERAH Rhipidura phoenicura Lembar Gambar 79


(I: Rufous-tailed Fantail)
Deskripsi: Berukuran sedang (17 cm), berekor merah. Kepala dan punggung kelabu, alis putih halus, dagu dan
tenggorokan putih. Dada atas kelabu, berubah menjadi jingga-coklat berangan pada perut dan tungging. Sayap
coklat berangan tua, tunggir dan ekor khas jingga-coklat berangan terang.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Kicauan mirip Kipasan belang, tetapi lebih nyaring: “hi-ti-ti-ti-oh-wiit” dan variasi lainnya. Juga suara
kontak "ci-tiw" yang mirip Seriwang Asia.
Penyebaran global: Endemik di Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di hutan pegunungan Jawa antara ketinggian 1.000-2.500 m. Tidak
terdapat di daerah timur dari G. Lawu, penghuni yang cukup umum secara lokal.
Kebiasaan: Mirip kipasan lain. Burung hutan yang aktif. Hidup sendirian atau berpasangan, biasanya
bergabung dalam kelompok campuran, beterbangan pada tajuk tengah. Bergaya khas dengan mengembangkan
dan menggoyangkan ekornya.

715. KIPASAN BUKIT Rhipidura euryura Lembar Gambar 79


(I: White-bellied Fantail)
Deskripsi: Berukuran sedang (18 cm), berwarna abu-abu dan putih. Tubuh bagian atas biru-kelabu gelap
seragam, alis putih lebar. Ekor abu-abu gelap dengan ujung putih lebar pada bulu terluar (terlihat mencolok jika
ekor dibuka). Tenggorokan dan dada kelabu buram; perut dan tungging putih.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Cicitan "cuit-cuit" yang asyik dan kicauan yang nyaring (kadang-kadang).
Penyebaran global: Endemik di Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di hutan pegunungan di Jawa, penetap yang cukup umum secara lokal.
Kebiasaan: Mirip kipasan lain. Penghuni hutan yang lincah. Hidup sendirian atau berpasangan, sering
bergabung dalam kelompok campuran yang berpindah-pindah pada lapisan tengah di tajuk pohon. Tidak
sesering dan sesibuk kipasan lain dalam memamerkan kipas ekornya.

716. KIPASAN GUNUNG Rhipidura albicollis Lembar Gambar 79


(I: White-throated Fantail; M: Burung Sambar Gila Gunung)
Deskripsi: Berukuran sedang (18 cm), berwarna gelap. Hampir keseluruhan bulu kelabu tua (terlihat hitam di
lapangan). Dagu, tenggorokan, alis, dan ujung ekor putih. Tubuh bagian bawah kelabu tua (membedakannya
dengan kipasan lain), tetapi pada beberapa individu berwarna lebih pucat.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Nyanyian terdiri dari nada tipis bernada tinggi, tiga nada "tat" berselang sama diikuti oleh tiga atau lebih
nada menurun, juga suara tajam “ciit”.
Penyebaran global: Himalaya, Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, umum di hutan terbuka dan hutan sekunder di pegunungan, antara
ketinggian 900-2.400 m. Di Kalimantan terbatas di barisan G. Kinabalu ke selatan sampai Dataran Tinggi
Kelabit, Peg. Mueller, Nyiut, Poi, dan Kayan Mentarang.
Kebiasaan: Seperti kipasan lain.
206
717. KIPASAN MUTIARA Rhipidura perlata Lembar Gambar 79
(I: Spotted Fantail; M: Burung Sambar Gila Bukit)
Deskripsi: Berukuran sedang (18 cm). Alis dan garis sayap putih, dada kelabu berbintik-bintik putih khas.
Ujung bulu ekor terluar putih dan lebar.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Nada tinggi keras dan nyanyian dua frase meninggi: “cilip, pe-cilip-ci” (M. dan W.).
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan, umum terdapat sampai ketinggian 1.200 m
(tetapi bisa juga sampai ketinggian 1.700 m) di hutan dataran rendah, hutan primer, dan hutan sekunder
perbukitan.
Kebiasaan: Lincah pada lapisan vegetasi menengah dan bawah, di hutan sekunder tua dan hutan primer.
Kebiasaan khas kipasan.

718. KIPASAN BELANG Rhipidura javanica Lembar Gambar 79


(I: Pied Fantail; M: Burung Sambar Murai Gila)
Deskripsi: Berukuran sedang (19 cm), berwarna hitam dan putih. Dewasa: tubuh bagian atas kelabu jelaga
dengan alis, dagu, dan tenggorokan putih, ada garis hitam khas pada dada, sisa tubuh bagian bawah putih, ujung
bulu ekor putih lebar. Remaja: tunggir dan penutup ekor atas kemerahan, pita pada dada kurang terlihat.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Cicitan “cii-cii-wii-wiit” yang bernada tinggi.
Penyebaran global: Filipina, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar, dan Lombok.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni yang umum terdapat di seluruh Sunda Besar (termasuk pulau-pulau
disekitarnya), sampai ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Khas kipasan yang aktif di daerah hutan terbuka, termasuk hutan sekunder, pekarangan, dan hutan
mangrove. Kadang-kadang terlihat sendirian, berpasangan, atau dalam kelompok keluarga. Kadang-kadang
mengikuti binatang piaraan atau monyet, menangkapi serangga yang terganggu. Kadang-kadang pula bergabung
dalam kelompok campuran.

Sikatan raja

719. KEHICAP RANTINGHypothymis azurea Lembar Gambar 79


(I: Black-naped Monarch; M: Burung Sambar Uban Hitam)
Deskripsi: Berukuran sedang (16 cm), berwarna biru keabuan. Jantan: kepala, dada, punggung dan ekor biru,
lebih kelabu pada sayap, perut keputih-putihan, jambul hitam pendek, ada bercak kecil di atas paruh dan pita
sempit hitam pada dada. Betina: kepala kelabu-biru, lebih kelabu pada dada, punggung, sayap dan ekor kelabu
kecoklatan, tanpa jambul hitam dan garis hitam pada tenggorokan.
Iris coklat tua, lingkar mata biru terang, paruh hitam kebiruan dengan ujung hitam, kaki hitam kebiruan.
Suara: Nyanyian berdering: “pwi-pwi-pwi-...”, suara kontak serak, mengerik: “cii-cwit”.
Penyebaran global: India sampai Cina, Asia tenggara, Filipina, Sulawesi, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar
dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Penetap yang umum di seluruh Sunda Besar (termasuk pulau-pulau di
sekitarnya), sampai ketinggian 900 m, secara lokal bisa mencapai 1.500 m.
Kebiasaan: Aktif dan penuh rasa ingin tahu. Hidup di hutan dataran rendah dan hutan sekunder. Cepat tertarik
oleh tiruan suaranya. Sering bergabung dalam kelompok campuran. Biasanya hidup di bagian bawah hutan.

720. PHILENTOMA KERUDUNG Philentoma velatum Lembar Gambar 79


(I: Maroon-breasted Philentoma; M: Burung Sambar Ungu)
Deskripsi: Berukuran besar (20 cm), berwarna biru nilam. Jantan: topeng hitam mencolok, dada merah tua
(sering terlihat hitam di lapangan). Betina: biru nilam lebih suram, tersapu keabuan pada perut dan wajah,
tenggorokan kehitaman.
Iris merah, paruh dan kaki hitam kebiruan.
Suara: Ribut berdengung metalik tajam oleh jantan dan betina. Juga seri panjang bernada turun yang terdiri dari
siulan nada berselang (M. & W.).
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan, umum terdapat di beberapa tempat di dataran
rendah, sampai ketinggian 1.400 m. Di Jawa, jarang ditemukan di hutan dataran rendah sampai ketinggian
800 m. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Menghuni hutan lebat yang lembab, menangkap serangga yang terbang di antara cabang rendah dan
207
tumbuhan menjalar. Biasanya ditemukan di dekat air.
Catatan: Marga ini oleh Sibley dan Monroe (1990) dimasukkan ke dalam suku Corvidae yang diperluas.

721. PHILENTOMA SAYAP-MERAH Philentoma pyrhopterum Lembar Gambar 79


(I: Rufous-winged Philentoma)
Deskripsi: Berukuran sedang (16 cm). Jantan: ada dua bentuk warna. Bentuk biasa: kepala, dada, dan mantel
biru suram; sayap dan ekor merah bata, perut kuning tua. Bentuk biru (yang lebih jarang): bulu tubuh seluruhnya
biru, kecuali perut bercoret keputih-putihan. Perbedaannya dengan sikatan biru lainnya (kecuali betina
Philentoma kerudung): mata merah. Betina: sayap dan ekor merah bata; kepala dan punggung kelabu-coklat,
tubuh bagian bawah kuning. Perbedaannya dengan sikatan betina coklat lainnya: mata merah.
Iris merah, paruh hitam, kaki coklat.
Suara: Siulan “tiu-hiiiu” lembut, dengan penekanan pada nada kedua yang lebih rendah, juga “tiuw-ii”
meningkat (P.R.) dan suara makian serak.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan di Kalimantan (termasuk
Natuna), umum terdapat di hutan sampai ketinggian 1000 m, secara lokal bisa mencapai ketinggian 1.600 m.
Kebiasaan: Lincah pada lapisan tengah dan bawah di hutan primer, hutan sekunder, hutan rawa gambut, dan
hutan kerangas.
Catatan: Lihat catatan taksonomi pada Philentoma kerudung.

722. SERIWANG JEPANG Terpsiphone atrocaudata Lembar Gambar 79


(I: Japanese Paradise-flycatcher)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm, jantan: ditambah 20 cm panjang ekor), berjambul hitam. Perbedaan antara
jantan dengan Seriwang Asia: sayap dan ekor hitam, punggung keunguan. Betina: mirip Seriwang Asia, tetapi
mahkota lebih buram dan tidak mengilap metalik.
Iris coklat tua, kulit tanpa bulu di sekitar mata berwarna biru, paruh hitam, kaki kebiruan.
Suara: Cicitan "cicicit" diikuti "hoy-hoy-hoy" (WBSJ)
Penyebaran global: Berbiak di Jepang dan Korea, pada musim dingin bermigrasi ke Asia tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Jarang terdapat di Sumatera utara dan Sumatera timur.
Kebiasaan: Seperti Seriwang Asia.

723. SERIWANG ASIA Terpsiphone paradisi Lembar Gambar 79


(I: Asian Paradise-flycatcher; M: Burung Sambar Ekor Panjang)
Deskripsi: Berukuran sedang (22 cm, jantan: ditambah 20 cm panjang ekor). Jantan dan betina berbeda warna
dan bentuknya. Kepala hitam bersinar dengan jambul mencolok. Jantan tercatat mempunyai sepasang bulu ekor
tengah yang memanjang sampai 25 cm, melebihi bulu ekor lain. Jantan: ada dua bentuk warna, keduanya cukup
berbeda dengan Seriwang Jepang. Bentuk pertama: tubuh bagian atas putih bercoret hitam pada pangkal bulu,
tubuh bagian bawah putih bersih, sayap hitam. Bentuk kedua: tubuh bagian atas merah bata, tubuh bagian bawah
keabuan. Betina: coklat-merah bata dengan kepala hitam mengilap.
Iris coklat, kulit tanpa bulu di sekitar mata berwarna biru, paruh biru berujung hitam, kaki biru.
Suara: Suara kontak keras dan serak: "ci-tew" atau "ci-wiit, ci-wiitwiit", sering berselang dengan siulan
berdering "ciuw-ciuw-ciuw..." yang nyaring, biasanya diulangi dua kali. Suara keduanya mirip Kehicap ranting,
tetapi jauh lebih nyaring.
Penyebaran global: Turki, India, Cina, Asia tenggara, Sunda Besar dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan, cukup umum
terdapat di hutan-hutan dataran rendah, di beberapa tempat sampai ketinggian 1.200 m. Di Jawa, terbatas pada
hutan dataran rendah di bawah ketinggian 800 m, lebih umum di sebelah selatan. Di Bali tidak tercatat dengan
pasti.
Kebiasaan: Jantan yang putih sangat mencolok sewaktu terbang. Biasanya berburu dari tenggeran di sebelah
bawah tajuk. Sering bergabung dalam kelompok campuran.

208
BURUNG KANCILAN - SUKU PACHYCEPHALIDAE

Bertubuh tegap dengan kepala gemuk bulat dan paruh pendek tebal, seperti paruh bentet. Berkerabat dekat
dengan suku sikatan. Hidup di semua tingkatan tajuk, memakan serangga yang diambil di antara dedaunan.
Kebanyakan jenis mampu bernyanyi dengan baik dan keras, berupa siulan, dengan ciri khas berhenti tiba-tiba
dan diakhiri bunyi seperti suara "pukulan cambuk".
Ada empat jenis di Sunda Besar.

724. KANCILAN KALIMANTAN Pachycephala hypoxantha Lembar Gambar 80


(I: Bornean Whistler)
Deskripsi: Berukuran sedang (14 cm), berwarna hijau-zaitun. Kekang hitam, tubuh bagian bawah dan penutup
telinga kuning khas. Betina: dada dan tenggorokan berwarna lebih zaitun.
Iris coklat, paruh hitam, kaki coklat tua.
Suara: Nyanyian nyaring berselang dengan sentakan pada akhir setiap nyanyian: "ciuw-ciuw-ciuw-ciuw, wiit".
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Ditemukan di pegunungan di Kalimantan bagian utara dari G. Kinabalu ke
selatan (yaitu ke Barisan Mueller, Barisan Nyiut, Poi, dan Kayan Mentarang). Umum terdapat di hutan
pegunungan di G. Kinabalu antara ketinggian 900-2.600 m. Di gunung-gunung lain bisa mencapai ketinggian
2.000 m.
Kebiasaan: Aktif dan mencolok di puncak pohon pendek, sering dengan kelompok campuran dan kumpulan
poksai.

725. KANCILAN BAKAU Pachycephala grisola Lembar Gambar 80


(I: Mangrove Whistler; M; Burung Sambar Siul Belukar)
Deskripsi: Berukuran sedang (14 cm), tanpa ciri khas, berwarna coklat keabuan. Mahkota dan tengkuk kelabu;
punggung, sayap, dan ekor coklat keabuan. Dagu, tenggorokan, dada, dan sisi tubuh kelabu muda, perut
keputih-putihan.
Iris coklat, paruh kelabu tua, kaki kelabu kebiruan.
Suara: Siulan nyaring merdu terdiri atas tiga-enam nada yang tiba-tiba terputus, berakhir dengan nada terakhir
yang menyentak (seperti bunyi "pukulan cambuk"), kadang-kadang dengan sentakan ganda.
Penyebaran global: India tenggara, Asia tenggara, Filipina, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar, dan
Lombok.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk
pulau-pulau di sekitarnya), umum terdapat di pantai, secara lokal terdapat di daratan dan kadang-kadang sampai
ketinggian 900 m. Di Jawa (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Bali, tidak umum terdapat di hutan daerah
pesisir dan hutan dataran rendah sampai ketinggian 800 m.
Kebiasaan: Mengunjungi hutan mangrove, hutan cemara, semak pantai, kebun karet, hutan sekunder, rumpun
bambu atau palem, biasanya dekat laut. Pendiam, tidak mencolok dan sulit terlihat. Ditemukan sendirian atau
berpasangan, biasanya tinggal di puncak pohon. Lebih sering terdengar daripada terlihat.
Catatan: Kancilan tungging-putih P. homeyeri dari Filipina (lihat bawah) dulu termasuk dalam jenis ini. P.
grisola adalah sinonim dengan P. cinerea.

726. KANCILAN TUNGGING-PUTIH Pachycephala homeyeri Lembar Gambar 80


(I: White-vented Whistler)
Deskripsi: Berukuran sedang (14 cm), tanpa ciri khas, berwarna merah bata. Tubuh bagian atas, sayap, dan ekor
coklat merah bata, sisi kepala merah bata. Tubuh bagian bawah keputih-putihan, tenggorokan dan dada bercoret
warna kuning kayu manis.
Iris coklat, paruh kelabu tua, kaki kelabu kebiruan.
Suara: Mirip Kancilan mangrove.
Penyebaran global: Filipina dan Kep. Sulu.
Penyebaran lokal dan status: Terdapat di P. Siamil, lepas pantai Sabah.
Kebiasaan: Seperti Kancilan mangrove.
Catatan: Dulu dimasukkan ke dalam Kancilan mangrove P. grisola.

727. KANCILAN EMAS Pachycephala pectoralis Lembar Gambar 80


((I: Golden Whistler)
Deskripsi: Berukuran sedang (17 cm), berwarna hitam, putih, dan kuning. Jantan: mahkota, sisi kepala,
tengkuk, dan pita pada tenggorokan hitam; dagu dan tenggorokan putih; tubuh bagian atas hijau zaitun, ekor
210
kehitaman, tubuh bagian bawah kuning emas. Betina: tubuh bagian atas coklat zaitun suram, tubuh bagian
bawah kuning tua keabuan, tungging tersapu kuning.
Iris merah, paruh coklat, kaki kelabu.
Suara: Tiga atau empat nada merdu berulang yang diakhiri dengan nada menyentak bernada rendah: “di-di-di-
awit”.
Penyebaran global: Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, P. Irian, dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di Jawa timur dan Bali, tidak umum di hutan perbukitan dan
pegunungan.
Kebiasaan: Mengunjungi hutan dan pepohonan rapat atau tumbuhan sekunder. Biasanya hidup sendirian atau
berpasangan. Mencari makan pada tajuk tengah dan tajuk atas. Sewaktu bercumbu, jantan suka menggoyangkan
tubuhnya maju-mundur. Bergabung dalam kelompok dengan jenis lain.
Catatan: Jenis ini merupakan kumpulan dari 67 ras yang hubungan kekerabatannya masih belum jelas.

KICUIT DAN APUNG - SUKU MOTACILLIDAE

Suku yang cukup besar dan tersebar luas. Terdiri dari burung darat yang bertubuh ramping dan berjalan anggun.
Banyak jenis suka mengibaskan ekor, sehingga memiliki nama Inggris "wagtail". Paruh ramping, kaki kecil dan
panjang. Semua jenis memakan serangga, tetapi kadang-kadang juga memakan invertebrata kecil lainnya.
Banyak jenis bersifat migran. Kebanyakan pipit secara selintas mirip branjangan, tetapi mempunyai ciri khas
tungkai lebih panjang dan paruh lebih ramping. Oleh Sibley dan Monroe (1990) dimasukkan kembali sebagai
anak suku di bawah suku Passeridae.
Ada delapan jenis di Sunda Besar, tetapi hanya satu jenis merupakan penetap.

728. KICUIT DWI-WARNA Motacilla alba Lembar Gambar 81


(I: Pied wagtail)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm), berwarna hitam, kelabu, dan putih. Bulu umumnya kelabu pada bagian
atas dan putih pada bagian bawah. Sayap dan ekor bertanda hitam dan putih. Mahkota belakang, tengkuk, dan
dada bertanda hitam, tetapi tidak seluas pada masa berbiak. Lebar warna hitam bervariasi bergantung kepada
ras. Warna kelabu pada remaja diganti dengan warna hitam pada dewasa.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: "Cissik" yang jelas dan keras.
Penyebaran global: Afrika, Eropa, dan Asia. Berbiak di Asia timur, pada musim dingin ke selatan sampai Asia
tenggara dan Filipina.
Penyebaran lokal dan status: Bermigrasi ke Kalimantan bagian utara pada musim dingin, umum terdapat pada
ketinggian sedang sampai 1.500 m.
Kebiasaan: Tinggal di daerah terbuka, sawah, sepanjang pinggir aliran sungai, dan jalan. Terbang menukik
rendah. Mengeluarkan suara tanda bahaya ketika terganggu.

729. KICUIT BATU Motacilla cinerea Lembar Gambar 81


(I: Grey Wagtail; M: Pipit Batu)
Deskripsi: Berukuran sedang (19 cm), berwarna keabuan. Ekor panjang, tungging hijau kuning, tubuh bagian
bawah kuning. Perbedaannya dengan Kicuit kerbau: mantel kelabu, garis sayap putih dan tunggir kekuningan
sewaktu terbang, ekor lebih panjang. Tubuh bagian bawah kuning (dewasa) atau keputih-putihan (burung
muda).
Iris coklat, paruh hitam kecoklatan, kaki kelabu kemerahmudaan.
Suara: Nyaring: “tzit-zii” atau keras tunggal: “tzit”, mengeluarkan suara sewaktu terbang.
Penyebaran global: Berbiak di Eropa sampai Siberia dan Alaska. Bermigrasi ke selatan sampai Afrika, India,
Asia tenggara, Filipina, Indonesia, P. Irian, dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung tetap dan umum secara lokal pada semua ketinggian (tetapi terutama
di pegunungan), di Sunda Besar dan pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya.
Kebiasaan: Sering terdapat di sepanjang aliran air yang berbatu-batu. Mencari makan di hamparan kerikil atau
pasir lembab, juga di padang rumput alpin di gunung-gunung tinggi.

730. KICUIT KERBAU Motacilla flava Lembar Gambar 81


(I: Yellow Wagtail; M: Pipit Kuning)
Deskripsi: Berukuran sedang (18 cm), berwarna zaitun atau kecoklatan. Mirip Kicuit batu. Perbedaannya:
warna punggung bukan kelabu, ekor lebih pendek, tanpa garis putih pada sayap, tidak ada tunggir kuning yang
terlihat sewaktu terbang. Ras-ras bervariasi. Jantan dari simillima (yang umum): mahkota kelabu, alis putih, dan
211
tenggorokan kuning; taivana: mahkota zaitun (sama dengan warna punggung), alis dan tenggorokan kuning;
tchutchensis (jarang): mahkota kelabu, tenggorokan dan alis putih; macronyx (sangat jarang): kepala kelabu,
tanpa alis, dagu putih, tenggorokan kuning. Bulu tidak berbiak: lebih coklat dan suram (dibandingkan dengan
bulu biak), tetapi pada bulan Maret dan April bulu paling berwarna-warni. Betina dan remaja: tungging tidak
kuning. Remaja: perut putih.
Iris, paruh, dan kaki coklat.
Suara: Nyaring dan berirama: “tswiip” sewaktu terbang.
Penyebaran global: Berbiak di Eropa sampai Siberia dan Alaska. Bermigrasi ke selatan sampai India, Cina,
Asia tenggara, Filipina, Indonesia, P. Irian, dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung dan migran yang umumnya lewat pada musim dingin di dataran
rendah, terutama di pesisir Sunda Besar, termasuk pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya.
Kebiasaan: Mengunjungi sawah, pinggiran rawa, dan padang rumput. Sering hidup dalam kelompok yang
sangat besar, mencari makan di sekitar ternak dan kerbau.

731. KICUIT HUTAN Dendronanthus indicus Lembar Gambar 81


(I: Forest Wagtail; M: Pipit Rimba)
Deskripsi: Berukuran sedang (17 cm), berwarna coklat dan hitam-putih. Tubuh bagian atas kelabu-zaitun, alis
putih, sayap berpola hitam dan putih tebal. Tubuh bagian bawah putih dengan dua garis hitam melintang pada
dada, garis yang bawah kadang-kadang tidak sempurna.
Iris kelabu, paruh hitam, kaki kemerahmudaan.
Suara: “Cirrup” yang keras dan sering. “Tsep” pendek sewaktu terbang.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur. Bermigrasi ke selatan pada musim dingin sampai India, Cina
tenggara, Asia tenggara, Filipina, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang umum ke Sumatera sampai ketinggian 900 m.
Kurang umum sampai ketinggian 1.500 m di Jawa. Pengunjung yang agak jarang ke Kalimantan bagian utara.
Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Berjalan-jalan sendirian atau berpasangan di bagian yang terbuka di lantai hutan. Menggoyangkan
ekor ke kiri dan ke kanan dengan anggun, tidak seperti goyangan ekor vertikal kicuit lain. Agak jinak, jika
terganggu terbang bergelombang rendah untuk hinggap lagi beberapa meter di depan. Bertengger dan berjalan-
jalan di atas pohon.

732. APUNG ZAITUN Anthus hodgsoni Lembar Gambar 81


(I: Olive-backed Pipit)
Deskripsi: Berukuran kecil (16 cm), berwarna zaitun dengan alis putih tebal. Perbedaannya dengan apung lain:
tubuh bagian atas kurang bercoretan, tenggorokan dan sisi tubuh kuning tua, coretan hitam pada dada dan sisi
tubuh lebih banyak.
Iris coklat, paruh bawah kemerahmudaan, paruh atas keabuan, kaki merah muda.
Suara: Bulat, parau: “tsiiz” sewaktu terbang. Juga nada tunggal "tsi... tsi..." yang diulangi sambil bertengger di
pohon atau di tanah.
Penyebaran global: Berbiak di Himalaya dan Asia timur. Bermigrasi pada musim dingin ke India, Asia
tenggara, Filipina, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang teratur ke Kalimantan bagian utara, umum
terdapat pada ketinggian sedang di daerah pepohonan terbuka.
Kebiasaan: Lebih menyukai habitat dengan pepohonan rapat dibandingkan apung lain. Hinggap di pohon bila
terganggu.

733. APUNG TANAH Anthus novaeseelandiae Lembar Gambar 81


(I: Common Pipit; M: Pipit Tanah)
Deskripsi: Berukuran sedang (18 cm), berwarna coklat bercoret, bertungkai panjang. Hidup di padang rumput
terbuka. Tubuh bagian atas bercoret coklat dengan alis kuning tua, tubuh bagian bawah kuning tua dengan
coretan gelap pada dada.
Iris coklat, paruh atas coklat, paruh bawah kekuningan, kaki merah muda.
Suara: Serak dalam nada tinggi: “shrii-ip”, sewaktu terbang atau saat dihalau.
Penyebaran global: Afrika, Asia, India, Cina, dan Siberia, melewati Asia tenggara, Filipina, Semenanjung
Malaysia, Sunda Besar dan Nusa Tenggara, dan Sulawesi sampai ke P. Irian dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Penetap yang umum dan tersebar luas di Sumatera (termasuk pulau-pulau yang
lebih kecil di sekitarnya), Jawa, dan Bali sampai ketinggian 1.500 m. Penetap yang jarang secara lokal di
Kalimantan. Tercatat di Kalimantan bagian utara (sebagai migran richardi yang jarang terdapat) dan Kalimantan
tenggara.
212
Kebiasaan: Lebih menyukai padang rumput terbuka di sepanjang pesisir atau gunung tinggi, padang alang-
alang terbakar, dan sawah kering. Terlihat sendirian atau dalam kelompok kecil. Tinggal di tanah, suka berdiri
tegak. Terbang bergelombang, bersuara setiap kali menukik.
Catatan: Sibley dan Monroe (1990) menempatkan ras penetap ke dalam Apung sawah A. rufulus dan ras
migran ke dalam A. novaeseelandiae, tetapi lebih tepat untuk menempatkan semuanya ke dalam super-jenis
novaeseelandiae sebelum status taksonomi beberapa ras setempat menjadi jelas.

734. APUNG PETCHORA Anthus gustavi Lembar Gambar 81


(I: Petchora Pipit)
Deskripsi: Berukuran kecil (16 cm), berwarna coklat. Mirip Apung zaitun. Perbedaannya: lebih coklat, coretan
putih pada punggung membentuk huruf V ganda. Kumis hitam mencolok. Perbedaannya dengan Apung kijang:
ada garis putih pada punggung dan sayap, perut lebih putih, sisi ekor tidak putih.
Iris coklat, paruh berwarna tanduk, kaki merah muda.
Suara: “Pwit” yang keras.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut dan Cina. Bermigrasi pada musim dingin sampai Asia tenggara,
Filipina, Sulawesi, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin sampai Kalimantan bagian utara tidak umum di
pesisir utara, tercatat ke selatan sampai Kuching.
Kebiasaan: Lebih menyukai hutan yang terbuka, berumput, lembab, dan hutan pantai. Kadang-kadang hinggap
di atas pohon.

735. APUNG KIJANG Anthus cervinus Lembar Gambar 81


(I: Red-throated Pipit)
Deskripsi: Berukuran sedang (16 cm), berwarna coklat Perbedaannya dengan Apung zaitun: tubuh bagian atas
lebih coklat, tungging lebih bercoret dan berbercak hitam, coretan hitam pada dada kurang tebal, dan warna
tenggorokan lebih merah muda. Perbedaannya dengan Apung Petchora: perut kuning tua-merah muda (bukan
putih), tanpa garis putih pada punggung dan sayap, serta pada suara.
Iris coklat, paruh berwarna tanduk dengan pangkal kuning, kaki merah muda.
Suara: Bulat, bernada tinggi: “psiioo” sewaktu terbang, lebih musikal dibandingkan apung lain.
Penyebaran global: Berbiak di Paleartik utara. Bermigrasi ke Afrika, India, Asia tenggara, sampai
Semenanjung Malaysia, Filipina, Sulawesi, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung yang tidak jarang ke Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Lebih menyukai lahan basah garapan, termasuk sawah.

BURUNG KEKEP - SUKU ARTAMIDAE

Suku kecil, kebanyakan terdapat di Australasia, berukuran sedang. Pemakan serangga. Ekor pendek, sayap
segitiga panjang, paruh kuat. Menangkap serangga sambil terbang melayang dan melingkar, mirip burung
layang-layang sejati, walaupun sebetulnya tidak sekerabat. Cenderung berkelompok, berkerumun dan
berdempetan pada tenggeran tinggi terbuka. Sarang berbentuk mangkuk sederhana, dibuat pada cabang pohon.
Ditata kembali oleh Sibley dan Monroe (1990) sebagai suku Corvidae.
Hanya satu jenis terdapat di Sunda Besar.

736. KEKEP BABI Artamus leucorhynchus Lembar Gambar 80


(I: White-breasted Wood-swallow)
Deskripsi: Mirip burung layang-layang berukuran sedang (18 cm), berwarna kelabu dan putih. Paruh kelabu
kebiruan besar. Kepala, dagu, punggung, sayap, dan ekor kelabu gosong; tunggir dan tubuh bagian bawah
sisanya putih bersih. Perbedaannya dengan burung layang-layang sejati sewaktu terbang: sayap segitiga lebar,
ekor persegi, dan paruh jauh lebih besar.
Iris coklat, paruh kelabu kebiruan, kaki kelabu.
Suara: Nada ocehan “ti-ti, ciuwciuwciuw” tanpa irama dan “cek”. Kicauan mirip bentet (kadang-kadang).
Penyebaran global: Filipina dan Indonesia sampai P. Irian dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Umum di daerah terbuka, dari permukaan laut sampai ketinggian 1.500 m di
seluruh Sunda Besar (termasuk pulau-pulau kecil di sekitarnya).
Kebiasaan: Bertengger di pohon kering, pohon cemara, kabel telepon, tiang-tiang atau tenggeran lain, terbang
melingkar untuk memburu serangga, kadang-kadang di atas air. Terbang seperti burung layang-layang,
melayang tanpa mengepakkan sayap. Duduk berdekatan, menyelisik, dan menggoyangkan ekornya. Menyerang
213
alap-alap dan gagak dengan berani.

BENTET - SUKU LANIIDAE

Suku yang cukup besar, ditemukan di seluruh Dunia Lama dan Amerika utara. Ukuran sedang, badan tegap.
Burung pemangsa. Kepala besar, paruh menakik dengan gigi kuat mengait pada ujungnya. Bertengger pada
semak rendah, kabel telepon atau tiang, lalu menyambar mangsanya (biasanya serangga besar dan vertebrata
kecil). Beberapa jenis menggantungkan mangsanya pada duri di semak atau pohon. Sarang berbentuk mangkuk
terbuka, diletakkan pada percabangan pohon.
Di Sunda Besar terdapat satu penetap, dua pengunjung, dan satu pengembara.

737. BENTET COKLAT Lanius cristatus Lembar Gambar 80


(I: Brown Shrike; M: Tirjup Tanah)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm), berwarna coklat. Dewasa: dahi dan alis putih, setrip mata hitam lebar,
mahkota dan tubuh bagian atas coklat, tubuh bagian bawah putih-kuning tua. Remaja: mirip dewasa, tetapi
punggung dan sisinya bergaris coklat tua bergelombang, setrip mata coklat (membedakannya dengan remaja
Bentet belang).
Iris coklat, paruh hitam, kaki kelabu kehitaman.
Suara: Umumnya diam, kecuali ocehan parau terus menerus: "ceh-ceh-ceh...". Nyanyiannya terdengar di
Indonesia sebelum pulang ke negara asalnya pada musim semi.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur. Bermigrasi pada musim dingin sampai India, Asia tenggara,
Filipina, Sunda Besar ,Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan P. Irian.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang umum sampai ketinggian 1.500 m ke Sumatera
dan Kalimantan bagian utara. Kurang umum di Kalimantan selatan, Jawa, dan Bali.
Kebiasaan: Mengunjungi lahan pertanian terbuka dan habitat sekunder, termasuk kebun dan perkebunan.
Bertengger sendirian pada semak-semak, kabel, dan pohon kecil, memburu serangga yang terbang atau
menyambar serangga atau satwa kecil di atas tanah.

738. BENTET LORENG Lanius tigrinus Lembar Gambar 80


(I: Tiger Shrike; M: Tirjup Rimau)
Deskripsi: Berukuran sedang (19 cm), berpunggung merah bata. Dibandingkan dengan Bentet coklat: paruh
jelas lebih tebal, ekor lebih pendek, dan mata lebih besar. Jantan: mahkota dan tengkuk kelabu; punggung,
sayap, dan ekor berwarna coklat berangan dengan garis hitam halus, setrip mata hitam lebar, tubuh bagian
bawah putih, bergaris coklat samar pada sisi tubuh. Betina: mirip jantan, tetapi kekang dan garis alis putih.
Remaja: coklat buram, setrip mata bergaris-garis hitam samar, garis alis pucat, tubuh bagian bawah kuning tua,
perut dan sisi tubuh bergaris lebih jelas dibandingkan dengan Bentet coklat.
Iris coklat, paruh biru berujung hitam, kaki kelabu.
Suara: Parau, ocehan berciut, mirip suara Bentet coklat.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur, Cina, dan Jepang. Bermigrasi pada musim dingin sampai
Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang tidak teratur, sampai ketinggian 900 m di
seluruh Sunda Besar (termasuk pulau-pulau di sekitarnya). Umum terdapat di Sumatera dan Kalimantan bagian
utara, tetapi tercatat juga di Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Tingkah laku khas bentet, memburu serangga dari tenggeran yang mencolok di daerah pepohonan,
biasanya di pinggir hutan. Kurang mencolok dibandingkan Bentet coklat, lebih banyak tinggal di hutan.

739. BENTET KELABU Lanius schach Lembar Gambar 80


(I: Long-tailed Shrike; M: Tirjup Kelabu)
Deskripsi: Berukuran agak besar (25 cm), berwarna hitam, coklat, dan putih, berekor panjang. Dewasa: dahi,
topeng dan ekor hitam, sayap hitam dengan bintik putih, mahkota dan tengkuk kelabu atau kelabu- hitam;
punggung, tunggir, dan sisi tubuh coklat kemerahan; dagu, tenggorokan, dada, dan perut tengah putih. Luas
warna hitam pada kepala dan punggung bervariasi, bergantung kepada ras, individu, dan umur. Remaja: lebih
suram dengan garis pada sisi tubuh dan punggung, kepala dan tengkuk lebih kelabu.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Ciutan parau: "terrr, terrr", "to-wít" yang nyaring, serak. Juga kicauan merdu yang sering ditiru jenis
lain.
214
Penyebaran global: Dari Iran sampai Cina, India, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Filipina, dan Sunda
Besar dan Nusa Tenggara sampai P. Irian.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, Jawa, dan Bali, penetap yang umum, sampai ketinggian 1.600 m.
Di Kalimantan, merupakan pengembara ke Kalimantan bagian utara dan penetap dengan penyebaran terbatas di
Kalimantan tenggara.
Kebiasaan: Mengunjungi daerah terbuka, padang rumput, perkebunan teh, perkebunan cengkeh, dan daerah
terbuka lain. Duduk pada tenggeran rendah, mendadak menyambar serangga yang terbang, tetapi lebih sering
menyambar belalang dan kumbang di atas tanah.

740. BENTET UTARA Lanius excubitor


(I: Northern Shrike)
Deskripsi: Berukuran besar (24 cm), berwarna kelabu, hitam, dan putih. Jantan: mahkota, tengkuk, punggung,
dan tungging kelabu, setrip mata hitam tebal dengan alis putih di atasnya, sayap hitam bergaris putih, ekor hitam
bersisi putih, tubuh bagian bawah keputih-putihan. Betina dan remaja: lebih suram, tubuh bagian bawah bersisik
kuning tua.
Iris coklat, paruh hitam, kaki kehitaman.
Suara: Jeritan melengking dan berderik.
Penyebaran global: Erasia utara.
Penyebaran lokal dan status: Satu pengembara tercatat di Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Berburu dari tenggeran mencolok atau kabel, di daerah terbuka atau di antara pepohonan. Kadang-
kadang diam di udara sambil mengepak-ngepakkan sayapnya. Sering menggantungkan mangsa pada duri pohon.

JALAK - SUKU STURNIDAE

Suku besar dalam Dunia Lama. Gagah, dengan paruh kuat, tajam, lurus, dan tungkai kaki panjang. Kebanyakan
suka berkelompok dan mencari makan di tanah dengan cara yang khas dan bergaya. Pemakan buah-buahan dan
invertebrata. Kebanyakan bersarang di lubang pohon. Suka ribut, berceloteh dengan suara yang keras atau
meniru suara burung lain.
Di Sunda Besar ada 12 jenis. Sembilan di antaranya penetap, tetapi dua jenis di antaranya diduga
diintroduksi. Status koleto tercatat dari sebuah pulau kecil di lepas pantai Kalimantan, tetapi masih belum jelas.

741. PERLING KECIL Aplonis minor Lembar Gambar 82


(I: Short-tailed Starling)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (18 cm), berwarna hitam berkilap. Sangat mirip Perling kumbang, sangat sulit
dibedakan di lapangan. Perbedaannya: ukuran tubuh lebih kecil, kepala berkilat keunguan (bukan hijau).
Remaja: bercoretan hitam dan putih.
Iris merah, paruh dan kaki hitam.
Suara: Pekikan metalik jelas yang biasanya dikeluarkan sewaktu terbang.
Penyebaran global: Filipina, Sulawesi, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Di Jawa dan Bali, ditemukan di beberapa tempat di lahan pertanian dekat hutan,
sampai ketinggian 1.500 m (terutama di Jawa timur dan Bali).
Kebiasaan: Seperti Perling kumbang.

742. PERLING KUMBANG Aplonis panayensis Lembar Gambar 82


(I: Asian Glossy Starling; M: Perling Mata Merah)
Deskripsi: Berukuran sedang (20 cm), berwarna hitam berkilap. Mirip Perling kecil, tetapi lebih besar dan
kepala hijau berkilau (bukan keunguan). Remaja: kuning tua, bercoretan hitam pada bagian bawah, bercoretan
coklat dan hitam pada bagian atas.
Iris merah, paruh dan kaki hitam.
Suara: Berdering, tunggal metalik: "ciuw" yang khas. Juga suara: "tcirr".
Penyebaran global: India timur, Asia tenggara, Filipina, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar, dan Sulawesi.
Penyebaran lokal dan status: Agak umum di beberapa tempat di dataran rendah sampai ketinggian 1.200 m,
di seluruh Sunda Besar (termasuk pulau-pulau di sekitarnya).
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok yang ribut, beristirahat, makan, dan bersarang bersama. Mencari buah-
buahan dan serangga di pepohonan dan semak-semak. Sering mengunjungi daerah terbuka di dekat hutan
(terutama perkebunan kelapa), juga desa dan kota.

743. JALAK BAHU-PUTIH Sturnus sinensis Lembar Gambar 82


215
(I: White-shouldered Starling; M: Perling Bahu Putih)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (18 cm), berwarna kelabu. Jantan: berbeda dengan jalak lain pada penutup
sayap atas dan skapular yang putih seluruhnya. Bulu umumnya kelabu, mahkota dan perut keputih-putihan, bulu
terbang hitam dengan ujung putih pada bulu ekor terluar. Betina: warna putih pada penutup sayap tidak
sebanyak jantan. Remaja: lebih coklat.
Iris putih kebiruan, paruh dan kaki kelabu.
Suara: Cicitan dan jeritan serak.
Penyebaran global: Berbiak di India timur laut, Cina selatan, dan Vietnam utara. Bermigrasi pada musim
dingin ke Asia tenggara, Filipina, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Burung tersesat jarang terdapat di Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok yang ribut. Bergabung untuk mencari makan di pohon ara serta pohon
berbuah dan berbunga lain, di daerah terbuka dan pekarangan.

744. JALAK FILIPINA Sturnus philippensis Lembar Gambar 82


(I: Chestnut-cheeked Starling)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (18 cm) berpunggung gelap. Jantan: kepala kelabu muda atau kuning tua,
tubuh bagian bawah keputih-putihan, punggung ungu gelap berkilau, sayap hitam dengan garis bahu putih, dan
ekor hitam. Perbedaannya dengan Jalak Cina: penutup telinga dan pipi coklat berangan. Betina: tubuh bagian
atas coklat keabuan, tubuh bagian bawah keputih-putihan, sayap dan ekor hitam.
Iris coklat, paruh hitam berpangkal merah muda, kaki hijau tua.
Suara: Pekikan dan jeritan keras.
Penyebaran global: Berbiak di Jepang. Bermigrasi ke Filipina dan Kalimantan pada musim dingin.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang tidak umum di dataran rendah Kalimantan
bagian utara dan lebih jarang di bagian selatan.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil, menyukai tempat terbuka. Mencari makan di pohon-pohon.

745. JALAK CINA Sturnus sturninus Lembar Gambar 82


(I: Purple-backed Starling; M: Perling Belakang Ungu)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (18 cm) dengan punggung gelap. Jantan dewasa: punggung hitam mengkilap
dengan kilauan ungu, sayap hitam-hijau berkilau dengan garis sayap putih mencolok, kepala dan dada kelabu
dengan bercak hitam pada tengkuk, perut putih. Perbedaannya dengan Jalak Filipina: ada bercak hitam pada
tengkuk, tanpa warna coklat berangan pada pipi. Betina: tubuh bagian atas kelabu gosong, ada bintik coklat pada
tengkuk, sayap dan ekor hitam. Remaja: coklat pucat, tubuh bagian bawah berbintik-bintik coklat.
Iris coklat, paruh kehitaman, kaki hijau.
Suara: Siulan dan pekikan keras khas jalak.
Penyebaran global: Berbiak di Himalaya dan Cina. Bermigrasi pada musim dingin ke Asia tenggara dan Sunda
Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Jawa barat, pengunjung
yang tidak umum, khususnya ke pesisir. Tercatat sampai ketinggian 1.100 m di Sumatera. Pengunjung yang
jarang ke Kalimantan bagian utara. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Mencari makan di atas tanah, di daerah pesisir yang terbuka.

746. JALAK SUREN Sturnus contra Lembar Gambar 82


(I: Asian Pied Starling)
Deskripsi: Berukuran sedang (24 cm), berwarna hitam dan putih. Dahi, pipi, garis sayap, tunggir, dan perut
putih; dada, tenggorokan, dan tubuh bagian atas hitam (coklat pada remaja).
Iris kelabu, kulit tanpa bulu di sekitar mata berwarna jingga, paruh merah dengan ujung putih, kaki kuning.
Suara: Teriakan ribut, sumbang, dan riang.
Penyebaran global: India, Cina barat daya, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), Sumatera, Jawa,
dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera selatan, Jawa, dan Bali, sekarang sudah jarang ditemukan di lahan
pertanian dataran rendah karena penangkapan yang berlebihan. Catatan di Kalimantan diduga menunjukkan
burung peliharaan yang lepas dari sangkarnya.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil, menghuni daerah terbuka. Kebanyakan mencari makan di atas tanah,
yaitu cacing dan satwa kecil lain. Bergabung dalam kelompok ketika beristirahat pada malam hari.

747. JALAK PUTIH Sturnus melanopterus Lembar Gambar 82


(I: Black-winged Starling)
Deskripsi: Berukuran sedang (23 cm), berwarna hitam dan putih. Dewasa: bulu seluruhnya putih, kecuali sayap
216
dan ekor hitam. Burung muda: kepala, leher, punggung, dan penutup sayap kelabu. Warna punggung dan
penutup sayap: putih pada ras Jawa dan Madura (melanopterus), kelabu gelap pada ras P. Bali (tertius) dan ras
peralihan di ujung Jawa timur (tricolor). Kulit tanpa bulu di sekitar mata berwarna kuning.
Iris coklat tua, paruh kekuningan, kaki kuning.
Suara: Siulan keras, serak sebagai alarm: "kwríik", "crêk-tíik, crêk-tíik". Juga kicauan khas yang berbunyi
seperti "wriit, trêk, ciikciik-wit-cêkcêkcêkcêk".
Penyebaran global: Endemik di Jawa, Bali, dan Lombok. Diintroduksi ke P. St. John, Singapura.
Penyebaran lokal dan status: Makin jarang terdapat di dataran rendah, termasuk kota dan pekarangan,
terutama di Jawa timur dan Bali.
Kebiasaan: Hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil. Mencari makan di tanah terbuka, seperti lapangan
rumput. Beristirahat di pepohonan atau kadang-kadang di rumah-rumah di kota.

748. JALAK BALI Leucopsar rothschildi Lembar Gambar 82


(I: Bali Myna)
Deskripsi: Berukuran sedang (25 cm), berwarna putih. Bulu seluruhnya putih salju, kecuali ujung sayap dan
ujung ekor hitam, kulit terbuka di sekitar mata berwarna biru terang. Jambul sangat panjang (terutama pada
jantan). Perbedaannya dengan jalak putih: warna hitam pada sayap jauh lebih sempit dan kulit di sekitar mata
berwarna biru.
Iris kelabu, paruh kelabu dan kuning, kaki kelabu-biru.
Suara: Siulan keras, parau sebagai suara kontak: "clíik", "kiik-kík-kwêk", dan berbagai variasi yang disusun
menjadi nyanyian. "Twat" sewaktu mencari makan.
Penyebaran global: Endemik di Bali.
Penyebaran lokal dan status: Kritis (Collar dkk. 1994). Terbatas di Bali bagian barat laut, hanya sekitar 20-30
ekor lagi yang masih hidup liar (tahun 1993-1996).
Kebiasaan: Burung dataran rendah kering di Bali Barat. Bertengger bersama, tetapi terbang berpasangan untuk
mencari makan. Jambul jantan menegak sewaktu bercumbu atau bergaya dan turun selama bernyanyi.

749. KERAK UNGU Acridotheres tristis Lembar Gambar 82


(I: Common Myna; M: Tiong Gembala Kerbau)
Deskripsi: Berukuran sedang (24 cm), berwarna kecoklatan, bergaya dengan kepala gelap. Perbedaannya
dengan kerak lain: tanpa jambul dan kulit di sekitar mata berwarna kuning. Sewaktu terbang, kilapan putih pada
sayap terlihat mencolok. Remaja: berwarna lebih suram.
Iris kemerahan, paruh dan kaki kuning.
Suara: Degukan mengalir dan menciut tajam, siulan merdu, serta suara tiruan.
Penyebaran global: Afghanistan sampai Cina barat daya, Asia tenggara, dan Semenanjung Malaysia.
Diintroduksi ke beberapa kota di Brunei dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Pengamatan yang tersebar di banyak lokasi di Sunda Besar diduga kuat
menunjukkan burung peliharaan yang lepas. Populasi burung lepasan dapat terbentuk di beberapa tempat, tetapi
sejauh ini tidak ada yang telah menjadi populasi yang mantap. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Biasanya hidup dalam kelompok. Menyukai kota, lapangan, dan pekarangan.

750. KERAK KERBAU Acridotheres javanicus Lembar Gambar 82


(I: Javan Myna)
Deskripsi: Berukuran sedang (25 cm). Bulu kelabu tua (hampir hitam), kecuali bercak putih pada bulu primer
(terlihat mencolok sewaktu terbang) serta tunggir dan ujung ekor putih. Jambul pendek. Perbedaannya dengan
Kerak jambul: lebar warna putih pada ujung ekor, paruh kuning, dan tunggir putih. Remaja: lebih coklat.
Iris jingga, paruh dan kaki kuning.
Suara: Kicauan parau dengan nada berkeriut: "cêríktetowí", berbagai siulan dan nada berderik. "Criuk, criuk"
yang khas sewaktu terbang. Kadang-kadang meniru suara burung lain.
Penyebaran global: Asia timur, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), Sulawesi, Sumatera
(introduksi), Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Secara lokal umum terdapat di Sumatera, mungkin terbentuk dari burung
peliharaan yang lari dari daerah Medan, tetapi sekarang tersebar di seluruh Sumatera. Di Jawa dan Bali, jalak
yang paling umum di lahan pertanian dan kota, sampai ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil atau besar. Sebagian besar mencari makan di atas tanah, lapangan
rumput, dan sawah. Sering hinggap di atas atau di dekat sapi dan kerbau, menangkap serangga yang terhalau
atau justru tertarik oleh ternak tersebut.
Catatan: Kadang-kadang diperlakukan sebagai ras dari Kerak India A. fuscus, tetapi mungkin lebih tepat jika
dimasukkan ke dalam Kerak Besar A. grandis (jenis ini mendapat prioritas).
217
751. KERAK JAMBUL Acridotheres cristatellus Lembar Gambar 82
(I: Crested Myna)
Deskripsi: Berukuran besar (26 cm), berwarna hitam dengan jambul mencolok. Perbedaannya dengan Kerak
kerbau: jambul lebih panjang, pangkal paruh merah atau merah muda, ujung ekor putih sempit, penutup ekor
bawah bergaris hitam dan putih.
Iris jingga, paruh kuning berpangkal merah, kaki kuning.
Suara: Seperti Kerak kerbau. Burung peliharaan dapat diajar berbicara.
Penyebaran global: Cina dan Indocina. Diintroduksi ke Filipina dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Populasi dari burung lepasan terbentuk di sekitar Kinabalu dan mungkin juga di
tempat lain, tetapi belum tersebar.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil. Suka terlihat berjalan-jalan dengan angkuh di atas tanah, di lapangan
terbuka atau di kota dan taman.

752. TIONG EMAS Gracula religiosa Lembar Gambar 82


(I: Hill Myna; M: Tiong Mas)
Deskripsi: Berukuran besar (30 cm), berwarna hitam berkilau. Bercak sayap putih mencolok, pial kuning khas
pada sisi kepala.
Iris coklat tua, paruh jingga, kaki kuning.
Suara: Keras, jelas, menusuk: "tí-ong", berbagai siulan jelas, tiruan suara burung lain, dan “owa (wau-wau)”.
Penyebaran global: India sampai Cina, Asia tenggara, Palawan, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di beberapa tempat di seluruh dataran rendah Sumatera
(termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk pulau-pulau di sekitarnya), sampai ketinggian
1.000 m. Di Jawa dan Bali dulu cukup banyak di pinggir hutan, tetapi sekarang sudah jarang karena adanya
penangkapan dan kerusakan habitat (lebih umum di Jawa bagian selatan).
Kebiasaan: Tinggal di atas pohon-pohon tinggi, hidup berpasangan, kadang-kadang berkumpul dalam
kelompok.

753. KOLETO BOTAK Sarcops calvus


(I: Coleto)
Deskripsi: Berukuran sedang (22 cm), berwarna gelap. Sayap hitam, bercak bahu putih, pial muka merah dan
kuning khas. Punggung dan tunggir kelabu kekuningan, bersisik hitam tebal. Sisa bulu pada bagian lain hitam.
Iris merah, paruh dan kaki hitam.
Suara: Ciutan keras dan serak, suara "klik" nyaring diikuti siulan tinggi metalik mirip suara perling, serta
kepakan sayap yang terdengar sewaktu terbang.
Penyebaran global: Filipina (kecuali Palawan) dan Kep. Sulu.
Penyebaran lokal dan status: Beberapa ekor dikoleksi di P. Banggi, lepas pantai Sabah. Status tidak jelas.
Kebiasaan: Mirip Tiong emas. Mendiami hutan dan pepohonan terbuka, sampai ketinggian 1.500 m.

BURUNG-MADU DAN PIJANTUNG - SUKU NECTARINIIDAE

Suku burung tropis di Dunia Lama. Berukuran kecil dan umumnya berwarna-warni dengan paruh panjang
melengkung. Bulunya yang metalik dan kemampuannya terbang diam di depan bunga mengingatkan kita
kepada burung kolibri ("Hummingbird") di Amerika. Umumnya pemakan nektar, tetapi ada juga pemakan
serangga dan sari bunga. Sebagian pijantung yang berparuh panjang menjadi pemakan serangga. Semua jenis
bersifat aktif, tidak kenal lelah, bergerak terus mencari makan. Banyak bunga tropis yang beradaptasi atau
mencari perhatian burung ini sehingga mau berfungsi sebagai media penyerbuk, dengan bunganya yang
berbentuk terompet dan berwarna merah-jingga.
Sarang burung madu bergantung pada pohon, berstruktur indah, terbuat dari kepala rumput dan bahan
lunak lainnya. Sarang pijantung dijahit dibawah dedaunan besar (misalnya pisang hutan), yang dijalin dengan
serat jaring laba-laba sebagai penahan.
Di Sunda Besar ada 20 jenis.

754. BURUNG-MADU POLOS Anthreptes simplex Lembar Gambar 83


(I: Plain Sunbird)
Deskripsi: Berukuran sedang (12 cm), berwarna buram. Tubuh bagian atas hijau-zaitun, tenggorokan kelabu,
perut hijau kekuningan. Jantan: bercak dahi gelap bersinar (ungu pada ras Kalimantan, hijau pada ras Sumatera).
Betina: bercak dahi hijau-zaitun. Perbedaannya dengan burung-madu lain: tubuh bagian bawah keabuan, tanpa
warna putih pada ujung ekor. Perbedaannya dengan Burung-madu kalapa dan Burung-madu sepah-raja: ekor
218
kehijauan.
Iris coklat kemerahan, paruh hitam, kaki coklat atau kehijauan.
Suara: Getaran khas dan kerikan metalik.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran dan status: Di Sumatera (termasuk Nias) dan Kalimantan (termasuk Kep. Natuna), umum secara
lokal di dataran rendah, tetapi tidak mencolok, sampai ketinggian 1.200 m. Umum terdapat di pulau-pulau
lepas pantai.
Kebiasaan: Lebih menyukai hutan terbuka dan semak.

755. BURUNG-MADU KELAPA Anthreptes malacensis Lembar Gambar 83


(I: Plain-throated Sunbird; M: Kelicap Mayang Kelapa)
Deskripsi: Berukuran sedang (13 cm), berwarna-warni. Jantan: mahkota dan punggung hijau bersinar; tunggir,
penutup sayap, ekor, dan setrip kumis ungu bersinar; pipi, dagu, dan tenggorokan coklat tua buram, bagian lain
pada tubuh bagian bawah kuning. Betina: tubuh bagian atas hijau-zaitun, tubuh bagian bawah kuning muda.
Iris merah, paruh hitam, kaki hitam kelabu.
Suara: Kerikan bernada tinggi: “kelicap, twiit-twiit-twiit” atau lagu sederhana: “wi-ciuw, wi-chiuw ...” yang
diulangi terus-menerus.
Penyebaran global: Asia tenggara, Filipina, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar dan Nusa Tenggara, dan
Sulawesi.
Penyebaran lokal dan status: Burung dataran rendah yang tersebar luas dan umum sampai ketinggian 1.200
m, di seluruh Sunda Besar (termasuk pulau-pulau di sekitarnya).
Kebiasaan: Umumnya sama dengan Burung-madu sriganti, penetap yang dikenal baik di pekarangan terbuka,
perkebunan kelapa, semak pantai, dan hutan mangrove. Bersifat teritorial secara agresif, mengusir burung-madu
lain dari pohon sumber makanan yang disukainya, seperti Loranthus, Musa, dan Hybiscus.

756. BURUNG-MADU LEHER-MERAH Anthreptes rhodolaema Lembar Gambar 83


(I: Red-throated Sunbird)
Deskripsi: Berukuran sedang (12 cm), berwarna-warni. Jantan: mahkota dan mantel hijau metalik berkilau;
punggung dan tunggir ungu, tubuh bagian bawah kuning-zaitun. Perbedaannya dengan Burung-madu kelapa:
pipi dan penutup sayap atas merah darah tua, tenggorokan merah terang. Betina: seperti betina Burung-madu
kelapa. Perbedaannya: lebih suram, berwarna lebih zaitun, lingkar mata kekuningan kecil.
Iris merah, paruh hitam, kaki berwarna zaitun.
Suara: Kerikan khas dan getaran metalik.
Penyebaran global: Palawan, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Tidak umum di hutan dataran rendah sampai ketinggian 500 m di Sumatera dan
Kalimantan.
Kebiasaan: Hidup di antara pohon-pohon kecil dan perdu, di hutan primer dan hutan sekunder. Mengunjungi
rumpun-rumpun anggrek.

757. BURUNG-MADU BELUKAR Anthreptes singalensis Lembar Gambar 83


(I: Ruby-cheeked Sunbird; M: Kelicap Belukar)
Deskripsi: Berukuran kecil (10 cm), berwarna-warni. Jantan: mahkota dan tubuh bagian atas hijau tua berkilat,
pipi merah tua, perut kuning, tenggorokan dan dada coklat-jingga. Betina: tubuh bagian atas zaitun kehijauan,
tubuh bagian bawah seperti jantan, tetapi lebih pucat.
Iris coklat-merah, paruh hitam, kaki hitam kehijauan.
Suara: Kerikan bergetar: “siit-siit”. Juga getaran nyaring meninggi yang diakhiri nada ganda, langsung diikuti
dengan getaran menurun yang diakhiri dengan dua nada terpisah (M. & W.).
Penyebaran global: Nepal sampai Cina barat daya, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Tersebar luas, tetapi tidak umum, di dataran rendah di Sumatera (termasuk
pulau-pulau kecil di sekitarnya). Kalimantan (termasuk Natuna dan pulau-pulau di Kalimantan bagian utara),
serta Jawa. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Hidup sendirian atau berpasangan, kadang-kadang bergabung dengan jenis lain. Lebih menyukai
pinggir hutan, tumbuhan bawah, perkebunan kelapa, dan hutan cemara, mencari serbuk sari untuk dimakan.

758. BURUNG-MADU RIMBA Hypogramma hypogrammicum Lembar Gambar 83


(I: Purple-naped Sunbird: M: Kelicap Rimba)
Deskripsi: Berukuran besar (15 cm). Ciri khas: banyak coretan kuning pada tubuh bagian bawah. Jantan:
bertengkuk, tunggir dan penutup ekor ungu metalik.
Iris merah atau coklat, paruh hitam, kaki coklat atau berwarna zaitun.
219
Suara: “Syiuwp” tunggal yang melengking.
Penyebaran global: Cina barat daya, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Penetap yang umum ditemukan di beberapa tempat di hutan dataran rendah
Sumatera dan Kalimantan (termasuk Kep. Natuna), sampai ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: Menyukai pohon-pohon kecil dan tumbuhan bawah di hutan, hutan rawa, dan semak sekunder.
Ekor dikipas-kipaskan dan dinaikturunkan.

759. BURUNG-MADU PENGANTIN Nectarinia sperata Lembar Gambar 83


(I: Purple-throated Sunbird; M: Kelicap Nibung)
Deskripsi: Berukuran kecil (10 cm), berwarna gelap. Jantan: tubuh bagian atas kebiruan tua mengilap, topi
hijau mengilap, tenggorokan ungu mengilap, dada merah buram. Perbedaannya dengan Burung-madu
mangrove: dada merah, tubuh lebih kecil. Betina: tubuh bagian atas berwarna zaitun, tubuh bagian bawah
kuning. Mirip betina burung-madu lain, tetapi lebih buram.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Kerikan tajam metalik: “si-si-si”, kadang-kadang "whiip" atau siulan nada ganda dengan nada pertama
meninggi dan nada kedua menurun.
Penyebaran global: India timur laut, Asia tenggara, Filipina, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar, Nusa
Tenggara dan Sulawesi.
Penyebaran lokal dan status: Kadang-kadang terlihat di hutan dataran rendah, hutan pantai, dan hutan
mangrove di Sumatera (termasuk pulau-pulau kecil di sekitarnya), Kalimantan (termasuk pulau-pulau kecil di
sekitarnya), dan Jawa, sampai ketinggian 200 m, lebih tinggi di beberapa tempat di Kalimantan. Di Bali tidak
tercatat.
Kebiasaan: Lebih menyukai pinggir hutan, tempat terbuka, dan habitat pinggiran lain, termasuk perkebunan
karet. Biasanya hidup sendirian atau berpasangan.

760. BURUNG-MADU BAKAU Nectarinia calcostetha Lembar Gambar 83


(I: Copper-throated Sunbird; M: Kelicap Bakau)
Deskripsi: Berukuran sedang (13 cm), berwarna kehitaman. Jantan: tubuh bagian atas hitam dengan warna hijau
mengilap, setrip kumis dan dada ungu; tenggorokan dan dada atas berwarna tembaga gelap berkilat.
Perbedaannya dengan Burung-madu pengantin: ukuran lebih besar, tanpa warna merah pada dada, sisi tubuh
kuning. Betina: kepala kelabu, punggung berwarna zaitun, tenggorokan keputih-putihan, perut kuning kotor,
penutup ekor bawah putih.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Getaran yang dalam.
Penyebaran global: Asia tenggara, Palawan, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan Status: Penetap yang tidak umum di hutan mangrove, perkebunan, dan pepohonan, di
pantai-pantai Sumatera (termasuk pulau-pulau kecil di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk pulau-pulau kecil
di sekitarnya). Tidak umum di hutan pantai dan hutan mangrove di Jawa (termasuk Karimunjawa). Di Bali tidak
tercatat.
Kebiasaan: Hidup di hutan mangrove, di kebun kelapa di pantai atau tegakan cemara. Terbang dengan tukikan
yang khas.

761. BURUNG-MADU SRIGANTI Nectarinia jugularis Lembar Gambar 83


(I: Olive-backed Sunbird; M: Kelicap Bukit)
Deskripsi: Berukuran kecil (10 cm), berperut kuning terang. Jantan dagu dan dada hitam-ungu metalik,
punggung hijau-zaitun. Betina: tanpa warna hitam, tubuh bagian atas hijau-zaitun, tubuh bagian bawah kuning,
alis biasanya kuning muda.
Iris coklat tua, paruh dan kaki hitam.
Suara: Kerikan musikal: “ciip, ciip, chii wiit” dan suatu melodi pendek yang diakhiri dengan getaran nyaring.
Penyebaran global: Cina, Asia tenggara, Filipina, Semenanjung Malaysia, dan Indonesia, sampai P. Irian dan
Australia.
Penyebaran lokal dan status: Burung-madu yang paling umum di daerah dataran rendah terbuka,
kadang-kadang sampai ketinggian 1.700 m di seluruh Sunda Besar (termasuk pulau-pulau kecil di sekitarnya).
Kebiasaan: Ribut. Dalam kelompok kecil, berpindah-pindah dari satu pohon atau semak berbunga ke yang
lainnya. Jantan kadang-kadang berkejar-kejaran mondar-mandir dengan galak. Mengunjungi pekarangan, semak
pantai, dan hutan mangrove. Mendatangi bunga Loranthus, Morinda, pohon pepaya, dan lain-lain.

220
762. BURUNG-MADU GUNUNG Aethopyga eximia Lembar Gambar 83
(I: White-flanked Sunbird)
Deskripsi: Berukuran sedang (13 cm termasuk ekor panjang pada jantan), berwarna-warni. Jantan dewasa:
mahkota dan garis tenggorokan yang sempit biru-ungu mengilap; tenggorokan dan dada atas merah; punggung
dan sayap berwarna zaitun, tunggir kuning, ekor hijau kebiruan panjang, ada berkas bulu putih pada sisi tubuh.
Betina: tubuh bagian atas berwarna zaitun suram, tubuh bagian bawah hijau-zaitun tua dengan sisi putih, ekor
lebih pendek.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: “Ti-ti-ti-liit” yang amat nyaring dan variasinya.
Penyebaran global: Endemik di Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di gunung-gunung di Jawa, di hutan dan semak puncak gunung
di atas ketinggian 1.200 m.
Kebiasaan: Terbang sendirian, berpasangan, atau dalam kelompok kecil, biasanya tidak jauh di atas lantai
hutan. Mendatangi pohon-pohon yang sedang berbunga dan tumbuhan merambat di hutan lebat, hutan bekas
tebangan, dan pinggir hutan.

763. BURUNG-MADU SEPAH-RAJA Aethopyga siparaja Lembar Gambar 83


(I: Crimson Sunbird; M: Kelicap Sepah Raja)
Deskripsi: Berukuran sedang (13 cm termasuk ekornya yang panjang), berwarna merah terang (jantan). Sangat
mirip Burung-madu ekor-merah. Perbedaannya: dahi dan ekor yang pendek ungu (bukan merah), perut lebih
kelabu gelap. Betina: hijau-zaitun tua buram, tanpa sapuan merah pada sayap atau ekor.
Iris gelap, paruh kehitaman, kaki kebiruan.
Suara: “Siisiip-siisiip” yang lembut.
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, Filipina, Semenajung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau kecil di sekitarnya) dan Kalimantan
(termasuk pulau-pulau kecil), penetap yang umum terdapat di dataran rendah, ditemukan pada ketinggian 900 m
di Sumatera dan secara lokal sampai 1.300 m di Kalimantan. Di Jawa, jarang terdapat secara lokal di dataran
rendah. Di Jawa barat tercatat sampai ketinggian 800 m. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Terlihat sendirian atau berpasangan, mendatangi semak-semak Erythrina dan pohon-pohon sejenis
yang sedang berbunga di perkebunan dan pinggir hutan.

764. BURUNG-MADU JAWA Aethopyga mystacalis Lembar Gambar 83


(I: Scarlet Sunbird; M: Kelicap Merah)
Deskripsi: Berukuran kecil (12 cm termasuk ekornya yang panjang), berwarna merah terang (jantan). Jantan:
mahkota, setrip malar, dan ekor yang panjang ungu gelap mengilap; kepala, dada dan punggung merah padam,
tunggir kuning muda, sayap berwarna zaitun, perut kelabu muda. Perbedaannya dengan Burung-madu sepah-
raja: dahi merah, ekor lebih panjang, dan perut putih. Betina: sangat kecil, warna kelabu-zaitun buram. Ciri
khasnya: sapuan merah pada sayap dan ekor.
Iris coklat tua, paruh dan kaki coklat.
Suara: Lembut, berdering: “tziip-tziip ....” yang diulangi terus-menerus.
Penyebaran global: Endemik di Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Cukup umum terdapat di hutan dan pinggir hutan, sampai ketinggian 1.600 m
di Jawa. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Hidup berpasangan, agak ribut. Tinggal pada tajuk atas, sering mengunjungi bunga benalu.
Catatan: Dulu dipertimbangkan untuk dimasukkan ke dalam A. temminckii.

765. BURUNG-MADU EKOR-MERAH Aethopyga temminckii Lembar Gambar 83


(I: Temminck’s Sunbird)
Deskripsi: Berukuran kecil (jantan 13 cm, betina 10 cm), berekor tajam. Jantan: berwarna merah tua, tunggir
kuning, ekor merah padam. Alis, sisi mahkota, tengkuk, dan penutup ekor bawah ungu metalik, tubuh bagian
bawah putih keabuan. Betina: sangat kecil, tubuh bagian atas coklat-zaitun, kepala kelabu, ciri khasnya sapuan
merah pada sayap dan ekor, tubuh bagian bawah berwarna zaitun kekuningan.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: “Tziip, tziip ...” yang lembut dan diulangi terus-menerus.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Agak jarang terdapat di hutan perbukitan dan gunung antara ketinggian 800-
1.800 m di Sumatera dan Kalimantan. Di beberapa tempat di dataran rendah Kalimantan sampai ketinggian
2.000 m.
Kebiasaan: Mengunjungi hutan sekunder dan hutan terbuka. Dengan lincah mencari makan pada
221
rumpun-rumpun Loranthus.
Catatan: Sebelumnya diperlakukan sebagai dua anak jenis dari A. mystacalis, yang sekarang dianggap endemik
di Jawa.

766. PIJANTUNG KECIL Arachnothera longirostra Lembar Gambar 84


(I: Little Spiderhunter; M: Kelicap Jantung)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (15 cm), berwarna zaitun dan kuning. Tubuh bagian atas hijau-zaitun, tubuh
bagian bawah kuning terang. Tenggorokan kelabu keputih-putihan khas.
Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah kelabu, kaki nila kebiruan.
Suara: Tajam seperti suara bersin: “cik” sewaktu terbang. Nyanyian bernada tinggi sederhana: “tik-ti-ti-ti”,
dengan nada pertama lebih tinggi dan ditekan, diulang tanpa henti, sekitar tiga nada per detik. "Wicow-
wicow..." (Sumatera dan Kalimantan) atau ""ciw-ciw-..." (Jawa, Bali) yang diulangi terus-menerus.
Penyebaran global: India, Cina, Asia tenggara, Filipina, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Cukup umum terdapat di hutan bukit dan dataran rendah di seluruh Sunda Besar
(termasuk pulau-pulau kecil). Juga di gunung-gunung di Sumatera, Jawa, dan Bali, ditemukan sampai
ketinggian 2.000 m.
Kebiasaan: Suka bersembunyi, tinggal pada kerimbunan pohon, seperti pohon pisang liar dan jahe-jahean
tinggi. Paling sering terlihat terbang melintasi jalan setapak dengan sangat cepat, sambil mengeluarkan suara
yang khas. Juga ditemukan di hutan sekunder, perkebunan, dan pekarangan. Mengisap nektar dari bunga pisang
dan jahe-jahean.

767. PIJANTUNG KAMPUNG Archnothera crassirostris Lembar Gambar 84


(I: Thick-billed Spiderhunter)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (16 cm). Tubuh bagian atas hijau-zaitun, tenggorokan kelabu kehijauan,
berubah secara bertahap menjadi kuning pada tubuh bagian bawah. Perbedaannya dengan pijantung kecil: paruh
lebih pendek dan tebal, tenggorokan kelabu, alis pucat lebih mencolok, dan setrip mata lebih gelap. Remaja:
lebih buram dan kelabu.
Iris coklat, paruh dan kaki kehitaman.
Suara: Keras, sengau: “ciit chiit”, juga bunyi berderik-derik menciut.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Penetap di beberapa tempat, tetapi tidak umum, di hutan dataran rendah di
Sumatera dan Kalimantan, tercatat sampai ketinggian 1.300 m di Sumatera.
Kebiasaan: Sama dengan pijantung lain. Lebih menyukai rumpun pisang liar dan jahe-jahean di hutan dan
tumbuhan sekunder.

768. PIJANTUNG BESAR Arachnothera robusta Lembar Gambar 84


(I: Long-billed Spiderhunter; M: Kelicap Jantung Paruh Panjang)
Deskripsi: Berukuran agak besar (21 cm), berwarna zaitun dan kuning. Paruh panjang. Tubuh bagian atas
berwarna zaitun, tubuh bagian bawah kuning. Tenggorokan dan dada bercoret hijau. Tidak ada bercak pipi,
lingkar mata atau dagu putih mencolok. Ciri khas: ujung putih pada bulu ekor yang gelap. Ras Kalimantan:
coretan lebih banyak.
Iris coklat, paruh hitam, kaki warna zaitun kehitaman.
Suara: Nada “cak-cak” ganda sewaktu terbang. Suara serak monoton: “chiu-liut, ciu-liut ...” yang diulangi cepat
sambil bertengger pada pohon-pohon tinggi.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Agak jarang di hutan perbukitan, biasanya antara ketinggian 400-1.400 m di
Sumatera dan Jawa, walaupun secara lokal terdapat di daerah yang lebih rendah di Jawa. Burung dataran rendah
yang langka di Kalimantan. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Sama dengan pijantung lain. Burung penyendiri yang dengan galak mengejar pijantung lain keluar
dari teritorinya. Duduk pada tenggeran terbuka yang tinggi untuk bernyanyi.

769. PIJANTUNG TASMAK Arachnothera flavigaster Lembar Gambar 84


(I: Spectacled Spiderhunter)
Deskripsi: Berukuran besar (21 cm), berwarna zaitun. Bercak telinga kuning, lingkar mata kuning lebar.
Perbedaannya dengan pijantung telinga kuning: ukuran lebih besar, paruh lebih pendek, bercak telinga lebih
kecil, lingkar mata lebih lebar, dan tanpa coretan pada tenggorokan dan dada.
Iris coklat, paruh hitam, kaki coklat kekuningan.
Suara: Nada “ciit-ciit” tinggi.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
222
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan, tidak jarang terdapat di hutan terbuka, kebun
kelapa, desa-desa, dan tumbuhan sekunder, sampai ketinggian 1.300 m, secara lokal bisa sampai ketinggian
1.800 m di Kalimantan.
Kebiasaan: Biasanya ditemukan di hutan sekunder. Sangat agresif dalam mempertahankan teritori tempat
mencari makannya.

770. PIJANTUNG TELINGA-KUNING Arachnothera chrysogenys Lembar Gambar 84


(I: Yellow-eared Spiderhunter)
Deskripsi: Berukuran sedang (17 cm), berwarna hitam dan kuning. Tubuh bagian atas hijau-zaitun. Tubuh
bagian bawah kuning dengan coretan gelap pada dada. Berkas pada sisi tubuh kelabu, bercak pipi kuning besar,
lingkar mata lebih sempit (membedakannya dengan Pijantung tasmak).
Iris coklat, paruh kehitaman, kaki coklat muda.
Suara: “Twit-twit-twit-twii-ii” yang tinggi sewaktu terbang, dengan nada terakhir dipanjangkan.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Tidak umum ditemukan di hutan dataran rendah di Sumatera (termasuk
pulau-pulau kecil) dan Kalimantan. Tercatat sampai ketinggian 1.400 m di Sumatera. Tercatat di beberapa
tempat di dataran rendah Jawa barat dan Jawa tengah dan pernah berbiak. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Menghuni hutan, tumbuhan sekunder, dan pekarangan.

771. PIJANTUNG GUNUNG Arachnothera affinis Lembar Gambar 84


(I: Grey-breasted Spiderhunter; M: Kelicap Jantung Bukit)
Deskripsi: Berukuran sedang (17 cm), berwarna hijau dan kelabu. Tubuh bagian atas hijau-zaitun. Tubuh
bagian bawah kelabu dengan coretan hitam halus pada tenggorokan dan dada, (membedakannya dengan semua
pijantung lain, kecuali Pijantung Kalimantan). Burung Sumatera: coretan tidak semencolok ras Jawa. Ras
Kalimantan: coretan cukup banyak. Remaja: tidak ada coretan.
Iris coklat (biru pada satu ekor di Sarawak), paruh atas hitam, paruh bawah lebih pucat, kaki coklat
kemerahmudaan.
Suara: Berbagai suara serak, menusuk berdering: “cii-wii-dii-wiit, tii-rii, cicii-chur”, suara “ciwk” seperti
bersin sewaktu terbang.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk Mentawai), Jawa, dan Bali. Pijantung paling umum
terdapat di hutan kering di pesisir, juga ditemukan lebih ke darat sampai ketinggian 900 m. Di Kalimantan,
cukup umum terdapat di hutan dataran rendah, perbukitan, tumbuhan sekunder, sampai ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: Biasanya hidup sendirian. Sering mengunjungi rumpun pisang liar dan pohon-pohon yang sedang
berbunga, seperti Erythrina. Sering terlihat jauh di atas tanah. Terbang cepat dan rendah di hutan, seperti
Pijantung kecil.
Catatan: Beberapa penulis menempatkan A. everetti dari pegunungan Kalimantan ke dalam jenis ini.

772. PIJANTUNG KALIMANTAN Arachnothera everetti Lembar Gambar 84


(I: Bornean Spiderhunter)
Deskripsi: Berukuran besar (21 cm), berwarna kelabu dan hijau. Mirip ras Sumatera dari Pijantung gunung.
Perbedaannya: ukuran lebih besar dan hidup pada tempat yang lebih tinggi.
Iris coklat, paruh kehitaman, kaki kemerahmudaan.
Suara: Sama dengan Pijantung gunung.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan bagian utara.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di lingkungan G. Kinabalu, antara ketinggian 900-1.600 m.
Kebiasaan: Khas pijantung.
Catatan: Banyak ahli memasukkan jenis ini ke dalam pijantung A. affinis.

773. PIJANTUNG WHITEHEAD Arachnothera juliae Lembar Gambar 84


(I: Whitehead’s Spiderhunter)
Deskripsi: Berukuran sedang (18 cm), berwarna coklat bercoret putih khas. Ekor dan sayap kehitaman;
tungging dan penutup ekor bawah kuning.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Berulang-ulang, pekikan keras sewaktu terbang atau dari tenggeran pada pohon. Nada panggilan
panjang dan kicauan menciut bernada tinggi yang sangat berbeda dengan pijantung lain.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di gunung-gunung tinggi di Kalimantan bagian utara. Tercatat dari G.
Kinabalu ke selatan sampai ke Usun Apau dan G. Dulit, juga di G. Mulu dan Kayan Mentarang. Umum terdapat
223
secara lokal di hutan pegunungan, antara ketinggian 1.000-1.500 m, lebih tinggi di G. Kinabalu dan puncak lain
yang tinggi.
Kebiasaan: Dibandingkan dengan pijantung lain, lebih sering mengunjungi tajuk pohon. Mencari makan pada
rumpun anggrek di hutan lumut.

BURUNG ISAP-MADU - SUKU MELIPHAGIDAE

Termasuk ke dalam suku burung Australo-Papua yang besar. Terwakili dengan baik di Indonesia bagian timur,
tetapi jarang mencapai Kawasan Sunda. Suku burung ini beragam, mulai dari jenis yang berukuran besar
(seperti burung cikuku yang mengisi relung rangkong) sampai yang berukuran kecil (mengisi relung yang sama
dengan pijantung dan burung-madu). Penampakan umumnya tidak mencolok. Paruh ramping, tajam, dan
melengkung ke bawah. Memakan nektar, buah-buahan, dan serangga. Sarang dibuat berbentuk mangkuk.
Satu-satunya wakil suku ini di Sunda Besar adalah Isap-madu Indonesia, khas untuk anggota yang
berukuran kecil dalam suku ini.

774. ISAP-MADU AUSTRALIA Lichmera limbata Lembar Gambar 84


(I: Indonesian Honeyeater)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (14 cm), berwarna kecoklatan buram sampai hijau-zaitun. Paruh agak panjang,
melengkung ke bawah. Tubuh bagian atas coklat-zaitun atau kelabu, tubuh bagian bawah kelabu dengan perut
putih. Ada bercak segitiga kuning khas di belakang mata. Dagu dan tenggorokan keabuan (jantan) atau
kekuningan (betina). Remaja: lebih coklat, bercak telinga tanpa bulu.
Iris coklat, paruh hitam, kaki keabuan.
Suara: Nyanyian nyaring, terdiri dari sekumpulan cicitan, ocehan, dan jeritan. Siulan "ciuw-wiit" yang agak
parau dan beberapa suara lagi.
Penyebaran global: Bali dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Di Bali, tidak terlalu umum terdapat di daerah pegunungan.
Kebiasaan: Di luar Bali, mengunjungi pekarangan, kebun kelapa, taman, hutan mangrove, pinggir hutan,
semak, dan hutan di dataran rendah sampai ketinggian 1.200 m. Di Bali hanya terdapat di pegunungan.
Umumnya hidup sendirian atau dalam kelompok kecil. Suka berakrobat dan lincah, mendatangi bunga-bungaan
(seperti sesap-madu yang besar).
Catatan: Kadang-kadang dimasukkan ke dalam Isap-madu Australia L. indistincta, yang penyebarannya lebih
luas (sampai Australia dan P. Irian).

224
BURUNG CABAI - SUKU DICAEIDAE

Berukuran sangat kecil, lincah. Terutama ditemukan di Kawasan Oriental dan Australia. Beberapa jenis
berwarna terang, dengan bulu merah dan jingga, sehingga diberikan nama Indonesia: "cabai". Bentuk paruh
bervariasi, dari tajam-meruncing sampai tebal. Hidup di puncak-puncak pohon. Memakan serangga kecil dan
buah-buahan kecil. Mempunyai hubungan khusus dengan kembang benalu Loranthus, yaitu berfungsi sebagai
penyebar utama benih benalu. Terutama hidup di tempat yang banyak terdapat kembang benalu, seperti di
kebun-kebun, hutan mangrove, semak pantai dll. Dibandingkan dengan jenis lainnya, beberapa jenis lebih
menyukai hidup di hutan. Sarang berbentuk kantung yang indah, digantungkan pada ranting berdaun, dibuat dari
serat dedaunan dan rerumputan yang dijalin dengan jaring labah-labah.
Ada lima belas jenis di Sunda Besar. Burung betina sulit untuk diidentifikasi, tetapi karena biasa
terbang berpasangan atau dalam kelompok kecil, maka identifikasinya bisa dilakukan melalui burung jantan.

775. PENTIS KUMBANG Prionochilus thoracicus Lembar Gambar 85


(I: Scarlet-breasted Flowerpecker; M: Sepah Puteri)
Deskripsi: Berukuran kecil (10 cm), berwarna-warni (jantan), berparuh tebal. Jantan: sayap, ekor, dan kepala
hitam; mahkota dan bercak dada merah padam; tungging dan perut kuning mencolok. Betina: jauh lebih buram,
kepala kelabu, tenggorokan putih, perut dan tungging kuning kotor. Perbedaannya dengan betina Pentis pelangi:
tenggorokan putih, tunggir kekuningan, ekor hitam. Sulit dibedakan dengan betina Pentis Kalimantan, tetapi
biasanya ukuran lebih besar dan warna lebih terang.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Ocehan klik metalik khas burung cabai.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Sumatera utara dan Sumatera tengah (termasuk Kep. Lingga dan
Belitung), tetapi hanya ada beberapa catatan. Di Kalimantan, merupakan jenis umum di hutan dataran rendah.
Kebiasaan: Seperti burung cabai lain, sering terlihat mendatangi rumpun benalu pada tajuk pohon. Menyukai
hutan primer, hutan sekunder, hutan cemara, dan hutan kerangas.

776. PENTIS RAJA Prionochilus maculatus Lembar Gambar 45


(I: Yellow-brested Flowerpecker; M: Sepah Putri Rajah)
Deskripsi: Berukuran kecil (10 cm), berwarna zaitun. Paruh tebal, tubuh bagian bawah kuning bercoretan hijau-
zaitun tua. Kedua jenis kelamin berwarna sama. Bercak merah-jingga dan mahkota sulit dilihat di lapangan.
Setrip kumis putih, ekor berujung hitam. Remaja: seperti Pentis kumbang dan Pentis pelangi, tetapi tubuh
bagian bawah lebih kuning.
Iris merah, paruh hitam, kaki kelabu.
Suara: Nada ganda yang parau: "tswiit-tswiit", mirip suara Kehicap ranting. Juga suara "tritititi" yang nyaring.
Peyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Burung hutan dataran rendah yang cukup umum terdapat di Sumatera (termasuk
Nias dan Belitung) dan Kalimantan (termasuk Kep. Natuna).
Kebiasaan: Seperti burung cabai lainnya, menyukai rumpun benalu. Ditemukan di hutan primer, hutan bekas
tebangan, hutan sekunder, dan semak-semak.

777. PENTIS KALIMANTAN Prionochilus xanthopygius Lembar Gambar 85


(I: Yellow-rumped Flowerpecker)
Deskripsi: Berukuran kecil (9 cm), berwarna terang (jantan), berparuh tebal. Jantan: kepala, punggung, sayap,
dan ekor biru gosong, mahkota merah, ada bercak jingga kecil pada dada atas, perut dan tunggir kuning.
Perbedaannya dengan Pentis pelangi: tungging kuning, bercak pada dada lebih kecil. Betina: seperti betina
Pentis kumbang, tetapi lebih kecil dan lebih buram.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Suara tajam metalik: "cip cip ...".
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan dan Natuna.
Penyebaran lokal dan status: Umum di hutan dataran rendah di seluruh Kalimantan, Kep. Natuna, dan di
Daratan Tinggi Kelabit.
Kebiasaan: Seperti burung cabai lain, tetapi lebih menyukai pinggir hutan dan semak sekunder.

778. PENTIS PELANGI Prionochilus percussus Lembar Gambar 85


(I: Crimson-breasted Flowerpecker; M: Sepah Puteri Pelangi)
Deskripsi: Berukuran kecil (10 cm), berwarna-warni. Jantan dewasa: tubuh bagian atas biru, dahi hitam,
mahkota merah padam, bulu primer hitam, ekor biru, tubuh bagian bawah kuning, bercak dada merah padam,
225
kumis putih mencolok digarisbawahi warna hitam. Perbedaannya dengan Pentis Kalimantan: tunggir tidak
kuning. Betina: tenggorokan hijau- zaitun, dada kuning, kumis putih samar.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Panggilan serak: "jèjè" dan suara lain yang khas burung cabai.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Burung dataran rendah lokal dan jarang di Sumatera (termasuk pulau-pulau di
sekitarnya) dan Jawa, sampai ketinggian 1.000 m. Burung hutan dataran rendah di Kalimantan, terutama
tercatat di Kalimantan selatan dan Kep. Natuna. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Menggunakan lapisan bawah dan lapisan tengah hutan primer serta tajuk atas hutan sekunder,
perkebunan, dan hutan rawa.

779. CABAI GESIT Dicaeum agile Lembar Gambar 85


(I: Thick-billed Flowerpecker)
Deskripsi: Berukuran kecil (9 cm), berwarna kecoklatan, tanpa ciri khas. Mahkota coklat- zaitun, pipi kelabu,
punggung zaitun. Tenggorokan dan tubuh bagian bawah putih keabuan, dada bercoret kelabu samar. Paruh tebal
mencolok, bagian bawah ekor berujung putih.
Iris merah, paruh hitam, kaki kelabu.
Suara: Berbeda dengan burung cabai lain: "psioow" sewaktu bertengger atau sewaktu terbang, sering terdengar
kicauan lemah yang terdiri dari nada tersebut. Juga nada-nada berderik.
Penyebaran global: India, Asia Tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), Sumatera, Jawa, dan Nusa
Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Jarang atau tidak terlihat di Sumatera. Hanya diketahui dari satu ekor yang
dikoleksi di Aceh serta beberapa catatan dari pegunungan di Sumatera utara dan hutan rawa di Riau dan
Sumatera selatan. Tercatat di seluruh Jawa (hanya beberapa catatan), tetapi sepertinya terlewatkan. Baru-baru
ini tercatat di Bali.
Kebiasaan: Agak berbeda dengan burung cabai lain, suka bergerombol di tempat tinggi pada pohon ara. Burung
hutan dataran rendah dan hutan rawa. Suka menggerakkan ekor ke kiri dan ke kanan ketika bertengger.

780. CABAI TUNGGIR-COKLAT Dicaeum everetti Lembar Gambar 85


(I: Brown-backed Flowerpecker)
Deskripsi: Berukuran kecil (9 cm), berwarna coklat keabuan. Tubuh bagian atas coklat polos, dada bercoret
kelabu dan menjadi putih pada tunggir, paruh tebal seperti bondol. Perbedaannya dengan Cabai gesit: warna
lebih coklat, tanpa warna putih pada ujung ekor bawah. Kedua jenis ini tidak tumpang tindih di Sunda Besar.
Iris kuning muda sampai jingga, paruh dan kaki kelabu.
Suara: Tajam khas, metalik: "cip-cip" seperti burung cabai lain.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kep. Riau, Natuna, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera diketahui dari dua ekor yang dikoleksi dari Bintang, Kep. Riau. Di
Kalimantan, tercatat di Sarawak dan Natuna, penetap yang umum di beberapa tempat di hutan sekunder,
pekarangan, dan perkebunan kopi di dataran rendah.
Kebiasaan: Seperti burung cabai lain, tetapi menyukai hutan terbuka.
Catatan: Diperlakukan oleh beberapa penulis sebagai ras dari Cabai gesit.

781. CABAI RIMBA Dicaeum chrysorrheum) Lembar Gambar 85


(I: Yellow-vented Flowerpecker)
Deskripsi: Berukuran kecil (9 cm), berperut putih. Dewasa: tubuh bagian atas hijau-zaitun, penutup ekor bawah
kuning terang atau jingga, tubuh bagian bawah lainnya putih, penuh coretan dengan tanda hitam tebal khas.
Iris jingga-merah, paruh dan kaki hitam.
Suara: Sewaktu terbang: "tzip-tzip-.." yang diulang. Juga "zip-a-zip-triii" diulang atau "citcit-cíírw" yang khas.
Penyebaran global: India utara, Cina barat daya, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan, tidak umum terdapat di dataran rendah dan
perbukitan sampai ketinggian 700 m. Di Kalimantan dan Dataran Tinggi Kelabit bisa sampai ketinggian
1.400 m. Jarang terdapat di Jawa. Baru-baru ini tercatat di Bali.
Kebiasaan: Burung pekarangan dan hutan terbuka. Khas pencari makan yang sibuk di semak-semak berbuah
kecil, juga memakan serangga. Dengan galak menyerang burung lain yang mendatangi pohon pakannya.

782. CABAI BUNGA-API Dicaeum trigonostigma Lembar Gambar 85


(I: Orange-bellied Flowerpecker; M: Sepah Puteri Bukit)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (8 cm), berwarna jingga dan biru. Jantan dewasa: kepala, sayap, dan ekor
kebiruan; punggung, tunggir, dan perut jingga khas, tenggorokan kelabu. Betina: punggung, sayap, dan ekor
226
berwarna zaitun, perut kuning, tunggir jingga kehijauan. Remaja: seperti betina, tetapi tanpa warna kuning dan
jingga.
Iris coklat, paruh hitam, kaki kelabu tua.
Suara: Memanjang dan berdengung: "brrr-brrr". "Zit-zit-zit" diulang, bahkan sewaktu terbang. Kicauan khas
yang sangat nyaring dan sedikit menurun: "ci-cií-ciit-ciit-ciit-ciit".
Penyebaran global: India timur, Kalimantan, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar, dan Filipina.
Penyebaran lokal dan status: Umum, dari ketinggian permukaan laut sampai 1.000 m (di beberapa tempat
sampai 1.800 m) di seluruh Sunda Besar dan pulau-pulau di sekitarnya.
Kebiasaan: Hidup di hutan, semak, hutan mangrove, dan pekarangan. Beterbangan di atas tajuk pohon-pohon
kecil, sendirian atau dalam kelompok kecil, mencari makan berupa buah-buahan kecil, seperti benalu. Terbang
tersentak-sentak dari pohon ke pohon dengan kepakan sayap yang cepat.

783. CABAI POLOS Dicaeum concolor Lembar Gambar 85


(I: Plain Flowerpecker)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (8 cm), tidak termasuk salah satu jenis tertentu. Tubuh bagian atas hijau-
zaitun, tubuh bagian bawah keabuan pucat dengan perut tengah krem, ada lempeng putih pada lengkung sayap.
Perbedaannya dengan Cabai gesit dan Cabai tunggir-coklat: paruh yang halus.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam, kaki kelabu-biru tua.
Suara: Metalik: "cip, cip ..." sebagai suara kontak. Kicauan "ci-ci-ci-ci-cit" meninggi, mirip Cabai bunga-api,
tetapi kurang nyaring.
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Jarang tercatat di hutan perbukitan dan dataran rendah sampai ketinggian 1.500
m di Sumatera, Jawa, dan Bali (mungkin terlewatkan karena tertukar dengan betina burung cabai lain). Di
Kalimantan, umum terdapat di Dataran Tinggi Kelabit, juga di beberapa tempat di Kalimantan bagian utara dan
Kep. Natuna.
Kebiasaan: Khas burung cabai, menghuni hutan perbukitan, tumbuhan sekunder, dan lahan pertanian, sering
mendatangi rumpun benalu.

784. CABAI MERAH Dicaeum cruentatum Lembar Gambar 85


(I: Scarlet-backed Flowerpecker; M: Sepah Puteri Merah)
Deskripsi: Berukuran kecil (9 cm), berwarna hitam dan merah. Jantan: mahkota, punggung, dan tunggir merah
padam; sayap, sisi kepala, dan ekor hitam, tubuh bagian bawah putih dengan sisi tubuh kelabu. Ras Kalimantan:
tenggorokan hitam. Betina: coklat dengan tunggir dan penutup ekor merah padam, berbeda dengan Cabai Jawa
karena tidak ada sapuan merah pada mahkota dan mantel. Remaja: kelabu polos dengan paruh jingga dan sapuan
jingga buram pada tunggir.
Iris coklat, paruh dan kaki hijau kehitaman.
Suara: Tajam khas, metalik: "dik" seperti burung cabai lain. Juga nyanyian "tissit, tissit, .." lemah yang diulang
(L&R).
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Penetap di hutan sekunder, pekarangan, dan perkebunan di Sumatera (termasuk
pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk pulau-pulau di sekitarnya), sampai ketinggian 1.000 m.
Kebiasaan: Pengunjung rumpun benalu yang lincah dan galak.

785. CABAI LOMBOK Dicaeum maugei Lembar Gambar 85


(I: Red-chested Flowerpecker)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (8 cm), berwarna kehitaman. Tunggir merah, bercak tenggorokan merah
dibatasi warna hitam. Perbedaannya dengan Cabai gunung: tunggir dan tenggorokan merah, tubuh bagian bawah
lebih putih.
Iris gelap, paruh dan kaki hitam.
Suara: Nada tinggi: "tsit", mirip suara burung cabai lain.
Penyebaran global: Pulau-pulau di L. Flores dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di P. Nusa Penida, lepas pantai Bali.
Kebiasaan: Seperti burung cabai lain, terbang di antara pepohonan kecil, mendatangi kembang benalu.

786. CABAI GUNUNG Dicaeum sanguinolentum Lembar Gambar 85


(I: Blood-breasted Flowerpecker)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (8 cm), berwarna-warni. Jantan dewasa: tubuh bagian atas biru tua, perut dan
tenggorokan kuning tua, dada merah padam dibatasi garis hitam yang tidak rapih. Betina: tubuh bagian atas
coklat-zaitun buram dengan tunggir merah padam, tubuh bagian bawah kuning tua bercoret kelabu-zaitun.
227
Iris biru atau coklat, paruh hitam, kaki kelabu tua.
Suara: Seperti burung cabai lain, bermacam-macam suara klik bernada tinggi dan berdengung: "ciit-ciit-ciit-
ciit" yang parau, "cuk-cuk-twít", dan "tik-tik-tik-.." yang sibuk.
Penyebaran global: Jawa, Bali, dan Sunda Kecil.
Penyebaran lokal dan status: Tersebar luas di hutan perbukitan, pegunungan, dan pinggir hutan di Jawa dan
Bali, biasanya antara ketinggian 800-2.400 m.
Kebiasaan: Seperti burung cabai lain, terbang di antara puncak pohon, terutama pada benalu dan semak-semak
Viscum.
Catatan: Mungkin sejenis dengan D. hirundinaceum dari Australia dan Maluku atau dengan Cabai perut-
kuning.

787. CABAI PANGGUL-KELABU Dicaeum monticolum Lembar Gambar 85


(I: Black-sided Flowerpecker)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (8 cm), berwarna gelap. Jantan: tubuh bagian atas hitam kebiruan mengilap,
dada merah padam dibatasi warna hitam, tunggir kuning tua. Betina: kelabu buram seperti Cabai polos, tetapi
berukuran sedikit lebih besar. Kedua jenis kelamin: ada lempeng putih pada sisi tubuh.
Iris coklat, paruh hitam, kaki coklat.
Suara: Tajam, menusuk, metalik: “zit” seperti suara burung cabai lain.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan, umum terdapat di kebanyakan pegunungan tinggi, dari G.
Kinabalu ke selatan sampai Liang Kubung, juga G. Dulit, G. Mulu, dan Kayan Mentarang, tetapi di Barisan
Penrissen dan Poi tidak ada.
Kebiasaan: Seperti burung cabai lain, pengunjung tetap ke rumpun benalu pada tajuk pohon.
Catatan: Beberapa penulis memasukkan jenis ini ke dalam D. celebicum atau ke dalam D. ignipectus, atau
ketiganya dimasukkan ke dalam D. hirundinaceum.

788. CABAI PERUT-KUNING Dicaeum ignipectus Lembar Gambar 85


(I: Fire-breasted Flowerpecker)
Deskripsi: Berukuran kecil (9 cm), berwarna gelap. Jantan: tubuh bagian atas hitam kehijauan mengilap, tubuh
bagian bawah kuning tua dengan garis dada kuning kayu manis, ada setrip hitam di tengah perut. Betina: tubuh
bagian bawah kuning tua. Remaja: seperti Cabai polos remaja, tetapi ditemukan di tempat yang lebih tinggi.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Bernada tinggi, kicauan mencicit metalik: "dik" dan "tissit, tissit, ..." (L&R)
Penyebaran global: Himalaya, Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Tidak umum di hutan pegunungan antara ketinggian 800-2.200 m di Sumatera.
Kebiasaan : Seperti burung cabai lain, kebanyakan mendatangi rumpun benalu di puncak pohon.

789. CABAI JAWA Dicaeum trochileum Lembar Gambar 85


(I: Scarlet-headed Flowerpecker)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (8 cm), berwarna hitam dan merah padam. Jantan dewasa: kepala, punggung,
tunggir, dan dada merah padam atau agak kejinggaan; sayap dan ujung ekor hitam, perut putih keabuan, ada
bercak putih pada lengkung sayap. Betina: tunggir merah, tubuh bagian atas lainnya coklat, tersapu merah pada
kepala dan mantel, tubuh bagian bawah putih buram. Remaja: tubuh bagian atas coklat kehijauan, ada bercak
jingga pada tunggir.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Khas burung cabai: "zit, zit, ..." yang sibuk, "têrr-têrr" berdengung, "hwíit" bernada tinggi, dan "ci-tít,
ci-tít, ci-tít" yang khas.
Penyebaran global: Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Lombok.
Penyebaran lokal dan status: Ditemukan di pantai-pantai dan dataran rendah Sumatera selatan dan Kalimantan
selatan (di Sumatera mungkin merupakan pendatang baru dari Jawa). Di Jawa (termasuk di pulau-pulau di
sekitarnya) dan Bali, burung dataran rendah yang umum di kebun dan daerah terbuka.
Kebiasaan: Sering terlihat di pekarangan dan daerah terbuka, termasuk kota, daerah pantai, dan hutan
mangrove. Mengunjungi rumpun benalu untuk memakan buahnya yang lengket.

BURUNG KACAMATA - SUKU ZOSTEROPIDAE

Suku besar, terdapat di Afrika, Asia, dan Australia. Dinamakan burung kacamata karena kebanyakan
anggotanya memiliki lingkar bulu keperakan di sekitar mata (terlihat seperti kacamata). Umumnya berukuran
228
kecil, seperti cikrak dengan bulu zaitun kehijauan atau kekuningan, paruh kecil, ramping, dan sedikit
melengkung, sayap pendek, dan kaki kecil kuat. Sangat gesit, bergerak tidak kenal lelah. Sering membentuk
kelompok campuran, beterbangan di antara puncak pohon, mencari buah-buahan kecil dan serangga. Seperti
sesap madu, mendatangi bunga-bungaan untuk mengisap madunya. Suara berupa cicitan dan kerikan. Sarang
berbentuk mangkuk yang bersih dan rapi, ditempatkan pada percabangan pohon.
Ada sepuluh jenis di Sunda Besar.

790. KACAMATA BIASA Zosterops palpebrosus Lembar Gambar 86


(I: Oriental White-eye; M: Mata Putih Timur)
Deskripsi: Berukuran kecil (11 cm), berwarna hijau kekuningan. Ras buxtoni dan auriventer yang terdapat di
ujung paling barat Jawa, Kalimantan, dan Sumatera sangat mirip Kacamata gunung. Perbedaannya: ada garis
kuning sempit di bawah perut tengah, paha kelabu muda. Ras melanurus di tempat lain di Jawa: tubuh bagian
bawah kuning, ada bercak kuning di atas paruh, tubuh bagian atas hijau-zaitun, tenggorokan dan tungging
kuning, hanya sedikit atau sama sekali tidak ada warna kuning di atas kekang.
Iris coklat-kuning, paruh coklat tua, kaki kelabu-zaitun.
Suara: Cicitan "ciw" yang tinggi, "tiri-tiri-tiri" "dzi-da-da", suara metalik berulang "dza-dza", atau "tsi-tsi-tsi"
yang lembut. Cicitan terus menerus jika dalam kelompok.
Penyebaran global: India utara sampai Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Umum di dataran rendah dan perbukitan di Sumatera (termasuk pulau-pulau di
sekitarnya), Jawa, dan Bali sampai ketinggian 1400 m. Di Kalimantan, jarang ditemukan di hutan mangrove
dan daerah pesisir, tercatat di Natuna selatan, Pontianak, dan Serawak barat daya.
Kebiasaan: Sering mengunjungi tumbuhan primer dan tumbuhan sekunder. Membentuk kelompok besar yang
bebas dengan jenis lain seperti sepah. Beterbangan di antara puncak-puncak pohon tertinggi.

791. KACAMATA ENGGANO Zosterops salvadorii Lembar Gambar 86


(I: Enggano White-eye)
Deskripsi: Berukuran kecil (10 cm). Punggung berwarna zaitun Mirip ras buxtoni pada Kacamata biasa, dengan
dada kuning, sisi kelabu muda, dan paruh putih-krem.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Seperti Kacamata biasa
Penyebaran global: Endemik di P. Enggano, lepas pantai Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Jenis yang umum.
Kebiasaan: Seperti Kacamata biasa.
Catatan: Merupakan ras khas kepulauan dari Kacamata biasa yang hanya ditemukan di P. Enggano, tetapi oleh
Mees (1957) diperlakukan sebagai jenis yang berbeda.

792. KACAMATA TOPI-HITAM Zosterops atricapilla Lembar Gambar 86


(I: Black-capped White-eye)
Deskripsi: Berukuran kecil (11 cm). Punggung berwarna zaitun. Mirip ras buxtoni dari Kacamata biasa.
Perbedaannya: dahi dan mahkota hitam, tubuh bagian atas dan tubuh bagian bawah lebih gelap.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Cicitan lembut seperti Kacamata biasa.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, umum terdapat di hutan perbukitan dan pegunungan, terutama di
puncak gunung tinggi antara ketinggian 700-3.000 m. Di Kalimantan, umum tedapat di G. Kinabalu, G. Mulu,
dan Batu Patap, juga di Kayan Mentarang (biasanya di atas ketinggian 1.000 m).
Kebiasaan: Hidup berkelompok, terbang aktif di antara tajuk pepohonan dan semak-semak di hutan
pegunungan.

793. KACAMATA BELUKAR Zosterops everetti Lembar Gambar 86


(I: Everett’s White-eye; M: Mata Putih Belukar)
Deskripsi: Berukuran kecil (11 cm), berwarna zaitun. Mirip ras buxtoni Kacamata biasa. Perbedaannya: garis
kuning di bawah dada tengah lebih lebar, sisi tubuh kelabu lebih tua. Identifikasi lebih baik dilakukan
berdasarkan ketinggian tempatnya berada.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Cicitan lembut: “tsii-tsii” dan nyanyian kecil bergetar manis (T.H.).
Penyebaran global: Filipina, Semenanjung Malaysia, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Penetap di perbukitan Kalimantan, terbatas di gunung-gunung di Kalimantan
bagian utara, dari G. Kinabalu sampai barisan pegunungan Poi, secara lokal umum terdapat di antara ketinggian
229
800-1.700 m. Baru-baru ini juga ditemukan di Barito Ulu dan Kayan Mentarang.
Kebiasaan: Seperti burung kacamata lain.

794. KACAMATA GUNUNG Zosterops montanus Lembar Gambar 86


(I: Mountain White-eye)
Deskripsi: Berukuran kecil (11 cm), berperut putih atau kelabu. Tubuh bagian atas hijau-zaitun, perut keputih-
putihan, sisi tubuh kecoklatan. Tiga ras berbeda-beda dalam ciri-cirinya, tetapi semua dapat dibedakan dengan
burung kacamata lain oleh tidak adanya warna kuning pada perut dan iris yang putih khas.
Iris putih, paruh atas hitam, paruh bawah lebih pucat, kaki hitam.
Suara: Cicitan bernada tinggi.
Penyebaran global: Filipina, Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, tercatat di pegunungan selatan dari Sibayak. Di di Jawa dan Bali,
umum terdapat di puncak-puncak gunung utama (di antara ketinggian 1.500-3.000 m), kecuali di G. Gede-
Pangrango. Tercatat sampai ketinggian 900 m di lembah Kerinci, tetapi jarang terdapat di bawah ketinggian
1.800 m.
Kebiasaan: Bersifat sosial, berkelompok di puncak pohon. Bersuara tidak henti-hentinya dan berburu serangga
kecil.

795. KACAMATA JAWA Zosterops flavus Lembar Gambar 86


(I: Javan White-eye)
Deskripsi: Berukuran kecil (10 cm), berperut kuning, Tubuh bagian atas kuning-zaitun, tubuh bagian bawah
kuning. Perbedaannya dengan Kacamata laut: ukuran lebih kecil, warna lebih terang, dan tanpa bintik hitam
pada kekang.
Iris coklat, paruh dan kaki kehitaman.
Suara: Nada-nada kontak bernada tinggi di antara anggota kelompok.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Terdapat di Banjarmasin, Kalimantan selatan, tetapi hanya satu spesimen
ditemukan di Kuching. Ditemukan hanya di hutan mangrove dan semak-semak sepanjang pesisir utara di Jawa
serta di pesisir selatan P. Madura.
Kebiasaan: Menghuni hutan mangrove, semak-semak pantai, dan hutan pantai kecil. Kebiasaan diperkirakan
khas, tetapi informasi dari lapangan hanya tersedia sedikit. Kelompok yang diamati mendatangi bunga langsat
Lansium domesticus di Kalimantan selatan serta dilaporkan mendatangi bunga Erythrina di Jawa.

796. KACAMATA LAUT Zosterops chloris Lembar Gambar 86


(I: Lemon-bellied White-eye)
Deskripsi: Berukuran kecil (11 cm), berperut kuning. Tubuh bagian atas kuning-zaitun, tubuh bagian bawah
kuning lemon pucat. Sangat mirip Kacamata biasa, tetapi berukuran lebih besar dan kekang hitam gelap.
Iris coklat, paruh dan kaki kehitaman.
Suara: Nada-nada bernada tinggi yang tipis.
Penyebaran global: Pulau-pulau di L. Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara sampai pulau-pulau di P.
Irian bagian barat.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Kep. Karimata, Kalimantan. Di Sumatera, tercatat di pulau-pulau
kecil dekat Belitung. Di Jawa, terbatas di beberapa pulau di L. Jawa (Kep. Seribu, Karimun Jawa, Mesalembo
Besar, dan Kalambau). Juga di pulau-pulau dekat Bali (Menjangan dan Nusa Penida). Juga tercatat di pesisir
barat L. Jawa dan Bali, tampaknya merupakan pengunjung musiman.
Kebiasaan: Khas burung kacamata, bergerak tidak kenal lelah dalam kelompok kecil. Terbang di antara
pepohonan dan semak-semak di semua bagian pohon, khususnya di hutan semak pantai.

797. OPIOR JAWA Lophozosterops javanicus Lembar Gambar 86


(I: Javan Grey-throated White-eye)
Deskripsi: Berukuran agak besar (13 cm), berwarna zaitun buram. Kepala, tenggorokan, dan dada kelabu, tubuh
bagian atas hijau-zaitun, perut kuning pucat. Tiga ras beragam, dilihat dari luas tanda putih pada kepala dan
kadar warna putih pada lingkar mata (ras Jawa barat: paling sedikit). Ciri khas: tenggorokan kelabu.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Deringan nada-nada tinggi: “chi-i-wiit, chi-i-wiwit”, atau dengungan “tiirr-tiirr”, yang mirip peluit
wasit, juga nyanyian nyaring merdu. Lebih bergetar dibandingkan dengan suara kacamata lain (D.A.H.).
Penyebaran global: Endemik di Jawa dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di gunung-gunung tinggi (di atas ketinggian 1.500 m). Dapat dibagi
atas empat ras dengan populasi diperkirakan terisolasi, tetapi umum terdapat di beberapa tempat di hutan yang
230
agak tinggi.
Kebiasaan: Berbaur bebas dalam kelompok dengan jenis lain (terutama cikrak), terbang di antara tajuk rendah
di hutan gunung. Seperti burung kacamata lain, lincah dan tidak kenal lelah.

798. OPIOR KALIMANTAN Oculocincta squamifrons Lembar Gambar 86


(I: Pygmy White-eye)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (9 cm), berwarna kelabu-zaitun. Mahkota depan berbintik putih, tubuh
bagian bawah putih dan kelabu kekuningan. Lingkar mata putih, sulit dilihat di lapangan.
Iris kuning tua, paruh coklat-hitam, kaki hijau tua.
Suara: “Ciit-ciit-ciit” (T.H.).
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di gunung-gunung Kalimantan bagian utara, tercatat dari G. Kinabalu
sampai G. Penrissen, juga dari G. Dulit, G. Mulu, dan G. Magdalena. Secara lokal umum terdapat di antara
ketinggian 1.000-2.500 m, tetapi tercatat lebih rendah dari ketinggian 200 m.
Kebiasaan: Menghuni hutan lumut dan semak-semak. Agak jinak dan umumnya terlihat di vegetasi bawah.

799. OPIOR MATA-HITAM Chlorocharis emiliae Lembar Gambar 86


(I: Mountain Black-eye)
Deskripsi: Berukuran besar (14 cm), berwarna hijau dan kuning. Kekang hitam dan lingkar mata hitam khas.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: Nyanyian merdu seperti burung anis, juga suara menggagap dan nada ganda sewaktu terbang.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di gunung-gunung tinggi di Kalimantan bagian utara, tercatat dari G.
Kinabalu dan Trus Madi ke selatan sampai Tama Abo, Nyiut, dan Poi (antara ketinggian 1.200-3.600 m).
Kebiasaan: Aktif dan mencolok pada tajuk pepohonan pendek dan semak-semak di hutan yang tinggi di atas
permukaan laut.

BURUNG PIPIT, MANYAR DLL - SUKU PLOCEIDAE

Suku yang sangat besar, tersebar di Australia, Asia, Afrika, dan Eropa. Termasuk ke dalam suku ini adalah
burung yang sangat dikenal, seperti burung gereja, bondol, dan manyar.
Berukuran kecil. Ekor pendek, paruh tebal-pendek, berguna untuk memakan biji. Sarang berbentuk
bola yang tertutup. Konstruksi sarang yang paling rumit dibuat oleh manyar. Senang berkelompok dan
membentuk gerombolan yang besar. Kebiasaan ini dan kesenangannya memakan biji-bijian, menjadikan suku
ini hama yang sangat berbahaya dalam pertanian, karena suka mencuri padi dan biji-bijian lain.
Di Sunda Besar ada 17 jenis.

800. BURUNG-GEREJA ERASIA Passer montanus Lembar Gambar 88


(I: Eurasian Tree Sparrow; M: Ciak Urasi)
Deskripsi: Berukuran sedang (14 cm), berwarna coklat. Mahkota berwarna coklat berangan, dagu, tenggorokan,
bercak pipi dan setrip mata hitam, tubuh bagian bawah kuning tua keabuan, tubuh bagian atas berbintik-bintik
coklat dengan tanda hitam dan putih. Burung muda: berwarna lebih pucat dengan tanda khas yang kurang jelas.
Iris coklat, paruh kelabu, kaki coklat.
Suara: Cicitan ramai dan nada-nada ocehan cepat.
Penyebaran global: Erasia, India, Cina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, dan Bali. Hasil
introduksi atau migrasi yang baru terdapat di sepanjang Filipina dan Indonesia sampai Australia dan Kep.
Pasifik.
Penyebaran lokal dan status: Sangat umum di kota-kota dan desa-desa di Sumatera (termasuk pulau-pulau di
sekitarnya). Di Jawa, dan Bali merupakan burung yang umum di kota dan desa dimana berlangsung pemrosesan
biji-bijian, sampai ketinggian 1.500 m (bebas diperdagangkan dan dipelihara). Di Kalimantan, pertama kali
disadari keberadaannya pada tahun 1964, sekarang menetap dengan baik di beberapa kota pesisir dan baru-baru
ini juga ditemukan di pedalaman.
Kebiasaan: Berasosiasi dekat dengan manusia. Hidup berkelompok di sekitar rumah, gudang, dll. Mencari
makan di tanah, dan lahan pertanian, mematuki biji-biji kecil atau beras. Dalam kelompok pekarangan,
menyerbu sawah pada musim panen.

801. MANYAR TEMPUA Ploceus philippinus Lembar Gambar 88


(I: Baya Weaver; M: Ciak Tempua)
Deskripsi: Manyar bermahkota emas, berukuran sedang (15 cm). Jantan masa berbiak: mahkota dan tengkuk
231
kuning emas, sisi muka hitam, tubuh bagian bawah kuning tua, tubuh bagian atas coklat-kelabu tua dengan sisi
bulu pucat. Betina: tanpa tanda hitam dan kuning pada kepala, setrip alis dan dada kuning kecoklatan.
Iris coklat, paruh kelabu kehitaman sampai coklat, kaki coklat muda.
Suara: Ocehan serak dan nada menciut tinggi yang terus-menerus.
Penyebaran global: India, Cina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk Nias), dulu umum terdapat di dataran rendah dan
perbukitan, sampai ketinggian 1.000 m, tetapi sekarang tampaknya menjadi sangat berkurang. Di Jawa,
ditemukan di berbagai tempat, koloni bersarang kebanyakan tersisa di Jawa barat. Di Bali jarang.
Kebiasaan: Hidup dalam koloni sosial yang besar, bersarang di pohon yang sama di daerah terbuka. Kebiasaan
mirip Manyar jambul.
802. MANYAR JAMBUL Ploceus manyar Lembar Gambar 88
(I: Streaked Weaver)
Deskripsi: Manyar bertopi emas, berukuran sedang (14 cm). Jantan masa berbiak: mahkota kuning emas, sisa
bagian kepala, dagu, dan tenggorokan hitam, tubuh bagian bawah putih dengan coretan hitam pada dada, tubuh
bagian atas coklat kehitaman dengan sisi kuning kemerahan. Jantan tidak berbiak dan betina: kepala coklat
dengan coretan hitam pada mahkota, alis kuning tua, ada bercak keputih-putihan pada leher.
Iris coklat, paruh kelabu kehitaman sampai coklat, kaki coklat muda.
Suara: Ocehan dan siulan terus-menerus.
Penyebaran global: Pakistan sampai Cina barat daya, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), Jawa,
dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Tersebar luas di Jawa (termasuk Bawean) dan Bali, tetapi hanya terdapat di
beberapa tempat dalam koloni besar dan kelompok bergerak di dataran rendah.
Kebiasaan: Pada masa berbiak, hidup dalam koloni besar di sekitar pohon atau semak-semak tempat berbiak.
Pada musim lain, hidup dalam kelompok yang selalu bergerak. Jantan membuat sarang yang terjalin rumit.
Habitat yang disukai adalah rawa berumput, rumpun gelagah, atau sawah.

803. MANYAR EMAS Ploceus hypoxanthus Lembar Gambar 88


(I: Asian Golden Weaver)
Deskripsi: Manyar berwarna kuning emas, berukuran sedang (15 cm), dengan muka hitam. Jantan masa
berbiak: mahkota, tengkuk, tungging, dan tubuh bagian bawah kuning; sisi muka, dagu, dan tenggorokan hitam,
mantel hitam dengan pinggir kuning pada bulunya, sayap dan ekor hitam dengan pinggir keputih-putihan pada
bulunya. Betina dan jantan tidak berbiak: alis kuning tua dan tubuh bagian bawah kekuningan.
Iris coklat, paruh hitam atau coklat, kaki coklat.
Suara: Ocehan dan ciutan.
Penyebaran global: Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), Sumatera, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat berbiak di D. Toba, Sumatera utara. Juga ada catatan tua dari Sumatera
barat. Di Jawa, sekarang populasinya lokal dan tidak umum.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok dan koloni di semak-semak dan gelagah, di rawa atau di daerah terbuka
yang banyak rawanya. Kadang-kadang juga bersarang di tempat yang kering.

804. PIPIT BENGGALA Amandava amandava Lembar Gambar 87


(I: Red Avadavat)
Deskripsi: Pipit kecil (10 cm), bertunggir merah, dengan bintik-bintik putih. Jantan: merah padam, sayap dan
ekor kehitaman, ada bintik-bintik rapih pada sisi tubuh, sayap dan tunggir berbintik putih kecil. Betina: tubuh
bagian bawah kuning tua-kelabu, mantel coklat, tunggir merah, sayap dan ekor kehitaman, ada beberapa bintik
putih pada sayap.
Iris coklat, paruh merah, kaki warna daging.
Suara: Nada agak sayup: “ciirp”.
Penyebaran global: Pakistan sampai Cina barat daya, Asia tenggara, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Diintroduksi ke Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, dan Filipina.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, ditemukan di sekitar Medan pada tahun 1912 sampai dengan 1920,
tetapi sekarang diperkirakan sudah punah. Catatan pertama dari Kalimantan ada di dekat kota Kinabalu pada
tahun 1969, sekarang menetap di sana. Di Jawa barat, sekarang langka karena penangkapan yang berlebihan.
Ditemukan di beberapa tempat di Jawa timur dan Bali, sampai ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil. Mengunjungi semak, padang rumput, lahan pertanian, sawah, dan
rumpun gelagah. Terbang cepat, dalam kelompok yang tidak kenal lelah, terlihat mencolok karena bercak merah
padam pada tunggir.

805. BONDOL-HIJAU BINGLIS Erythrura prasina Lembar Gambar 87


232
(I: Pin-tailed Parrotfinch; M: Ciak Ekor Jarum)
Deskripsi: Pipit hijau berukuran kecil (15 cm, termasuk perpanjangan ekor pada jantan), dengan ekor yang
sangat panjang. Jantan: muka biru, tubuh bagian atas hijau, tubuh bagian bawah kuning tua dengan bercak
merah di tengahnya, tunggir dan perpanjangan ekor merah. Betina: kepala kehijauan, ekor lebih pendek. Bentuk
yang agak jarang ditemukan: warna merah digantikan dengan kuning emas. Remaja: tunggir coklat.
Iris gelap, paruh kelabu, kaki merah.
Suara: Nada lemah tinggi: “zit-zit-zit” ketika makan dalam kelompok.
Penyebaran global: Terdapat di beberapa tempat di Thailand, Laos, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Dulu umum terdapat di Sumatera dan Jawa, tetapi sekarang hanya terdapat di
beberapa tempat di dataran rendah dan perbukitan, sampai ketinggian 1.200 m. Pada musim panen di
Kalimantan, menjadi hama padi yang sangat ditakuti, hidup dalam kelompok pengembara. Di Bali belum
tercatat.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil dan mencari makan di sawah, berbaur dengan bondol. Kelompok-
kelompok berpindah secara musiman sesuai dengan musim panen dan dapat menimbulkan kerugian besar.
Sering terdapat pada rumpun bambu.

806. BONDOL-HIJAU DADA-MERAH Erythura hyperythra Lembar Gambar 87


(I: Tawny-breasted Parrotfinch)
Deskripsi: Pipit hijau seperti serindit, berukuran kecil (10 cm). Mahkota, punggung, dan tubuh bagian atas
hijau, bulu terbang coklat tua, ada bintik biru pada mahkota depan. Tubuh bagian bawah merah muda
kecoklatan, lebih merah di depan kepala.
Iris kemerahan, paruh kelabu, kaki merah muda.
Suara: "Srriit" yang lemah sewaktu terbang.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Filipina.
Penyebaran lokal dan status: Di Jawa, jarang terlihat di daerah pegunungan, antara ketinggian 800-2.500 m.
Di Kalimantan, penghuni pegunungan yang jarang di Kalimantan bagian utara, tercatat dari G. Kinabalu, G.
Mulu, dan Kayan Mentarang.
Kebiasaan: Mengunjungi hutan lumut dan rumpun bambu gunung, hidup berpasangan atau dalam kelompok
kecil. Terbang gesit, mendatangi daerah terbuka berumput dan sawah-sawah di dekatnya untuk mencari makan .

807. GELATIK JAWA Padda oryzivora Lembar Gambar 87


(I: Java Sparrow; M: Ciak Jawa)
Deskripsi: Berwarna terang, berukuran agak besar (16 cm), berparuh merah. Dewasa: kepala hitam dengan
bercak putih mencolok pada pipi, tubuh bagian atas dan dada kelabu, perut merah muda, ekor bawah putih, ekor
hitam. Remaja: kepala kemerahmudaan dengan mahkota kelabu, dada merah muda.
Iris merah, paruh merah muda, kaki merah.
Suara: "Tik" yang tajam khas, “tup” yang tenang, dan nyanyian mengoceh lembut yang diakhiri dengan frase
merengek: “ti tui” (M. & W.).
Penyebaran global: Endemik di Jawa, Kangean, dan Bali. Diintroduksi secara luas dari Asia tenggara sampai
Australia.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Dulu umum di lahan pertanian di Jawa dan Bali,
sampai ketinggian 1.500 m, tetapi sekarang sangat langka karena penangkapan yang berlebihan untuk
diperdagangkan. Terdapat koloni di beberapa tempat di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan
Kalimantan, tetapi tidak seumum pada beberapa dekade yang lalu.
Kebiasaan: Hidup di perkotaan, pekarangan, dan lahan pertanian. Bergabung dalam kelompok besar pada
rumpun tebu atau pepohonan tinggi. Secara teratur menyerbu ladang jagung, sawah, dan gudang gandum.
Bersifat sangat sosial, suka saling menyelisik di tenggeran. Sewaktu berebut tempat sarang, suka
menggoyangkan badan dengan gerakan yang rumit.

808. BONDOL TUNGGIR-PUTIH Lonchura striata Lembar Gambar 87


(I: White-rumped Munia; M: Pipit Tuli)
Deskripsi: Bondol berukuran sedang (11 cm). Tubuh bagian atas coklat tua, ekor hitam runcing, tunggir putih,
dan perut putih kekuningan khas. Punggung bercoret putih tipis, tubuh bagian bawah bersisik dan bercoret
kuning tua. Remaja: berwarna lebih pucat dengan tunggir kuning tua.
Iris coklat, paruh dan kaki kelabu.
Suara: Ocehan dan getaran gembira: “prrrit” (King et al.).
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk Bangka), umum di beberapa tempat di pinggir hutan,
semak sekunder, tanah pertanian, dan kebun, dari ketinggian rendah sampai 1.600 m.
233
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil yang ribut, kebiasaan seperti bondol lain.

809. BONDOL PERUT-PUTIH Lonchura leucogastra Lembar Gambar 87


(I: White-bellied Munia; M: Pipit Padi)
Deskripsi: Bondol agak kecil (11 cm). Perut putih, tubuh bulat. Tubuh bagian atas coklat kehitaman dengan
tangkai bulu pucat, muka dan dada kehitaman, sisi tubuh coklat tua, ekor coklat tersapu kuning. Ras di
Kalimantan selatan: kepala, mantel, dan punggung coklat berangan.
Iris kemerahan, paruh atas gelap, paruh bawah kelabu, kaki kelabu-biru.
Suara: Cicitan lembut: “cii-i-i” dan suara tanda bahaya “prip” yang melengking.
Penyebaran global: Filipina, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Status di Sumatera tidak jelas, diperkirakan penetap, tetapi hanya ada sedikit
catatan yang pasti. Tercatat di seluruh Kalimantan, tetapi terdapat di beberapa tempat saja (sepertinya
berpindah-pindah). Sarang dengan telurnya ditemukan di Jawa barat, tetapi dipastikan bukan penetap.
Kebiasaan: Tidak sesosial bondol lain. Umumnya hidup berpasangan dan mengendap di sawah-sawah atau di
gudang padi, biasanya di dekat pinggir hutan.

810. BONDOL JAWA Lonchura leucogastroides Lembar Gambar 87


(I: Javan Munia; M: Pipit Jawa)
Deskripsi: Bondol agak kecil (11 cm), berwarna hitam, coklat, dan putih, bertubuh bulat. Tubuh bagian atas
coklat tanpa coretan, muka dan dada atas hitam; sisi perut dan sisi tubuh putih, ekor bawah coklat tua.
Perbedaannya dengan Bondol perut-putih: tanpa coretan pucat pada punggung dan sapuan kekuningan pada
ekor, pinggiran bersih antara dada hitam dan perut putih, sisi tubuh putih (bukan coklat).
Iris coklat, paruh atas gelap, paruh bawah biru, kaki keabuan.
Suara: Cicitan lembut: “cii-i-i”, "prrit" yang khas, serta suara dalam kelompok: “pi-i” yang melengking.
Penyebaran global: Sumatera, Jawa, Bali, dan Lombok. Dintroduksi ke Singapura.
Penyebaran lokal dan status: Umum di beberapa tempat di ujung paling selatan Sumatera, mungkin
diintroduksi atau datang dari Jawa. Di Jawa dan Bali, sangat umum dan tersebar luas, sampai ketinggian 1.500
m.
Kebiasaan: Mengunjungi semua jenis lahan pertanian dan lahan berumput alami. Membentuk kelompok selama
musim panen padi, tetapi biasanya hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil. Mencari makan di atas tanah
atau memetik biji dari bulir rumput. Menghabiskan banyak waktunya dengan bersuara kerikan gaduh dan
menyelisik di pohon-pohon besar.
Catatan: Kadang-kadang diperlakukan sebagai ras dari bondol Lonchura striata.

811. BONDOL KALIMANTAN Lonchura fuscans Lembar Gambar 87


(I: Dusky Munia)
Deskripsi: Bondol berukuran sedang (11 cm), berwarna gelap. Perbedaannya dengan bondol lain: bulu
seluruhnya coklat kehitaman.
Iris coklat, paruh bawah kelabu, paruh atas hitam, kaki hitam.
Suara: Getaran “pii pii” atau “cirrup” dan suara rendah: “tek-tek” sewaktu terbang.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Umum di pinggir hutan, semak sekunder, padang rumput, dan lahan pertanian,
dari permukaan laut sampai ketinggian 500 m di seluruh Kalimantan (termasuk pulau-pulau di sekitarnya).
Kebiasaan: Seperti bondol lain, hidup di sawah atau sepanjang sungai, jauh di pedalaman.

812. BONDOL TARUK Lonchura molucca Lembar Gambar 87


(I: Black-faced Munia)
Deskripsi: Bondol agak kecil (11 cm), berwarna coklat. Perut putih, tunggir putih khas. Tengkuk dan punggung
coklat terang; sayap dan ekor coklat tua, tunggir putih. Dahi, mahkota, tenggorokan, dan dada coklat kehitaman,
perut putih dengan coretan coklat penuh.
Iris coklat, paruh dan kaki kelabu.
Suara: Khas cicitan bondol.
Penyebaran global: Sulawesi, Maluku, Kangean, Nusa Penida, dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Ditemukan di Kangean dan Nusa Penida.
Kebiasaan: Mirip bondol lain. Hidup dalam kelompok besar atau kecil di daerah berumput dan sawah.

813. BONDOL PEKING Lonchura punctulata Lembar Gambar 87


(I: Scaly-breasted Munia; M: Pipit Pinang)
Deskripsi: Bondol agak kecil (11 cm), berwarna coklat. Tubuh bagian atas coklat, bercoretan, dengan tangkai
234
bulu putih, tenggorokan coklat kemerahan. Tubuh bagian bawah putih, bersisik coklat pada dada dan sisi tubuh.
Remaja: tubuh bagian bawah kuning tua tanpa sisik.
Iris coklat, paruh kelabu kebiruan, kaki hitam kelabu.
Suara: Cicitan nada ganda: “ki-dii, ki-dii” atau suara tanda bahaya: “tret-tret”.
Penyebaran global: India, Cina, Filipina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar, Nusa Tenggara,
dan Sulawesi. Diintroduksi ke Australia dan tempat lainnya.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, Jawa, dan Bali, umum dan tersebar luas, sampai ketinggian 1.800
m. Diperkirakan ada populasi feral di Kalimantan selatan.
Kebiasaan: Sering mengunjungi padang rumput terbuka di lahan pertanian, sawah, kebun, dan semak sekunder.
Hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil, segera bergabung dengan kelompok bondol lainnya.
Memperlihatkan goyangan ekor khas bondol, bertingkah laku tidak karuan dan lincah.

814. BONDOL RAWA Lonchura malacca Lembar Gambar 87


(I: Black-headed Munia; M: Pipit Rawa)
Deskripsi: Bondol agak kecil (11 cm), berwarna coklat berangan, dengan kepala hitam. Burung muda:
seluruhnya berwarna coklat kotor.
Iris merah, paruh kelabu-biru, kaki biru muda.
Suara: Getaran seperti suara seruling: “pwi-pwi”.
Penyebaran global: India, Cina sampai Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Filipina,
dan Sulawesi.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, kebanyakan di dataran rendah dan pulau-pulau sebelah timur,
tetapi tidak seumum Bondol peking atau Bondol haji. Di Kalimantan (termasuk Natuna), terdapat sangat banyak
di dataran rendah, tercatat sampai ketinggian 1.800 m di G. Kinabalu dan Dataran Tinggi Kelabit.
Kebiasaan: Membentuk kelompok besar yang tidak berbaur dengan bondol jenis lain. Kelompok bergerak di
persawahan dengan kepakan sayap mendesing ketika terbang atau mendarat. Terus-menerus berpindah-pindah.
Menggoyang-goyangkan badannya seperti bondol lain. Burung sekeluarga suka beristirahat pada malam hari di
sarangnya sendiri.
Catatan: Beberapa pakar memasukkan L. ferruginosa dari Jawa dan Bali ke dalam jenis ini.

815. BONDOL OTO-HITAM Lonchura ferruginosa Lembar Gambar 87


(I: Chestnut Munia)
Deskripsi: Bondol agak kecil (11 cm), berwarna coklat berangan. Kepala putih, dagu dan tenggorokan hitam.
Iris merah, paruh kelabu-biru, kaki biru muda.
Suara: Seperti Bondol rawa.
Penyebaran global: Endemik di Jawa dan Bali.
Distribusi dan status: Tidak umum di sawah-sawah, tetapi dapat menjadi hama yang berbahaya di lahan
pertanian sampai ketinggian 1.800 m.
Kebiasaan: Seperti Bondol rawa.
Catatan: Mungkin sejenis dengan Bondol rawa.

816. BONDOL HAJI Lonchura maja Lembar Gambar 87


(I: White-headed Munia; M: Pipit Uban)
Deskripsi: Bondol agak kecil (11 cm), berwarna coklat, berkepala putih. Mirip L. ferruginosa. Perbedaannya:
lebih coklat muda, seluruh kepala dan tenggorokan putih. Burung muda: tubuh bagian atas coklat, tubuh bagian
bawah dan muka kuning tua.
Iris coklat, paruh kelabu kebiruan, kaki biru pucat.
Suara: Nada tinggi seperti seruling: “puip” jika berkelompok.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Bali, dan Sulawesi.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya), Jawa, dan Bali, cukup umum
terdapat dan tersebar luas sampai ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Mengunjungi rawa dan rawa buluh. Seperti bondol lain, membentuk kelompok besar selama musim
panen padi, tetapi tersebar berpasangan selama musim kawin. Tingkah laku umumnya seperti bondol lain.

BURUNG FINK DAN EMBERISA - SUKU FRINGILLIDAE

Suku besar dan tersebar luas hampir di seluruh dunia. Berukuran kecil, pemakan biji dengan paruh tebal. Suku
ini mirip manyar. Perbedaannya: ekor lebih panjang dan bertakik, paruh sedikit lebih kecil, sarang terbuka
berbentuk mangkuk (tidak tertutup seperti manyar). Tingkah lakunya sering berubah-rubah. Hidup berkelompok
235
di padang terbuka dan semak. Beberapa jenis yang berbiak di utara bermigrasi ke selatan sampai Asia tropis
pada musim dingin.
Di Sunda Besar hanya ada satu jenis penetap, dua jenis pendatang yang sudah dipastikan, dan satu jenis
pendatang yang belum pasti tercatat.

817. KENARI MELAYU Serinus estherae Lembar Gambar 88


(I: Mountain Serin)
Deskripsi: Berukuran kecil (11 cm), berwarna kuning dan kelabu. Jantan: dahi dan dada berpita kuning dan
bercoret hitam, tunggir kuning terang, sayap hitam dengan tiga garis kuning menyilang dan pinggir putih pada
bulu sekunder, tengkuk dan mantel kelabu, tenggorokan hitam, perut putih, bercoret hitam. Betina: mirip jantan,
tetapi tunggir kuning lebih suram dan dada kurang berbintik.
Iris coklat, paruh kecoklatan, kaki hitam.
Suara: Nyanyian gemerincing pendek yang dikeluarkan sewaktu terbang dan cicitan metalik.
Penyebaran global: Filipina, Sulawesi, Sumatera, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, hanya diketahui dari daerah padang dan semak alpin di G. Leuser
dan puncak-puncak di sekitarnya. Di Jawa, diketahui dari G. Gede/Pangrango, G. Papandayan, G. Slamet, G.
Dieng, G. Lawu, G. Tengger, dan Dataran Tinggi Yang. Mungkin habitat utamanya adalah zona subalpin, tetapi
di G. Pangrango tercatat di hutan dan perkebunan pinus, paling rendah sampai ketinggian 1.300 m.
Kebiasaan: Sendirian atau dalam kelompok kecil duduk di puncak semak-semak kecil, di padang rumput alpin
atau hutan lumut, juga hinggap di tanah. Turun ke ketinggian yang lebih rendah untuk mengunjungi semak
Strobilanthus cernua sewaktu berbuah lebat. Pemalu, terbang cepat dengan cara terbang bergelombang.

818. EMBERISA KECIL Emberiza pusilla Lembar Gambar 88


(I: Little Bunting)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (13 cm), bercoret, dengan kepala bersetrip. Jantan dan betina pada musim
dingin: pipi dan mahkota bersetrip merah karat buram; setrip kumis dan pinggir penutup telinga hitam keabuan;
alis dan setrip kumis merah karat kekuningan buram. Tubuh bagian atas coklat dengan coretan gelap. Tubuh
bagian bawah keputih-putihan bercoret, dengan warna hitam pada dada dan sisi tubuh. Lingkar mata dan satu
garis sayap berwarna pucat mencolok.
Iris coklat tua, paruh kelabu, kaki merah muda.
Suara: Bernada tinggi, tajam, dan tenang: "pwik" atau "tzik".
Penyebaran global: Berbiak di Eropa dan Asia utara. Pada musim dingin bermigrasi sampai India dan Asia
tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Pengembara tersesat ke Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Berbaur dengan bondol. Bersembunyi dalam kerimbunan.

819. EMBERISA PUNDAK-PUTIH Emberiza aureola Lembar Gambar 88


(I: Yellow-breasted Bunting)
Deskripsi: Berukuran agak besar (15 cm), dengan dua garis sayap putih khas. Jantan musim dingin: muka dan
tenggorokan kehitaman, bersisik kuning tua, mahkota dan punggung coklat berangan, bercoret coklat tua dan
bersisik kuning tua. Tubuh bagian bawah kekuningan dengan garis coklat berangan sempit melintang pada dada.
Pada waktu terbang, bercak sayap putih terlihat mencolok. Betina: lebih buram dengan alis kuning tua, setrip
mata kehitaman, dan garis putih pada sayap yang kurang jelas.
Iris coklat tua, paruh kelabu, kaki merah muda.
Suara: Pendek dan keras: "tik".
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut. Bermigrasi pada musim dingin ke Asia tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Pengembara yang jarang ke Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Hidup di padang atau rumput-rumput tinggi dan rumpun semak yang lembab. Berbaur dengan
kelompok bondol.

820. EMBERISA KEPALA-HITAM Emberiza melanocephala Lembar Gambar 88


(I: Black-headed Bunting)
Deskripsi: Berukuran agak besar (18 cm), berbintik coklat dengan tubuh bagian bawah tanpa coretan. Jantan
masa berbiak: kepala hitam (pada musim dingin kepala dan punggung kecoklatan), bercoret hitam, kadang-
kadang tersapu merah karat pada tunggir. Betina dan burung muda: tubuh bagian atas coklat keabuan, bercoret
hitam. Kedua jenis kelamin: ada dua garis keputih-putihan pada sayap, tubuh bagian bawah kelabu tanpa
coretan, tungging kekuningan, dada kadang-kadang tersapu kuning.
Iris coklat tua, paruh kelabu, kaki kemerahmudaan.
Suara: Nada pendek yang merdu: “twiit”, kadang-kadang berakhir dalam kicauan siulan pendek, dikeluarkan
236
pada tenggeran yang mencolok.
Penyebaran global: Berbiak di Erasia tengah, bermigrasi pada musim dingin ke India dan Cina. Pengembara
pernah tercatat di Thailand dan Jepang.
Penyebaran lokal dan status: Dua burung yang pernah terlihat di Brunei pada tahun 1985 dan 1988
kemungkinan jenis ini (Mann 1987, 1989).
Kebiasaan: Hidup di daerah terbuka dengan semak tersebar tidak merata.

JENIS-JENIS TAMBAHAN TERAKHIR

821. RAJAWALI TOTOL Aquila clanga


(I: Greater Spotted Eagle)
Deskripsi: Berukuran besar (66-74 cm), berwarna hitam. Dewasa: hitam dengan sedikit (atau tanpa) warna
putih pada bulu primer sayap atas dan bulu penutup ekor atas. Bentuk yang jarang ditemukan: tubuh dan
penutup sayap bawah kuning tua pucat. Burung anak: penutup sayap penuh dengan bintik putih (terlihat seperti
garis ketika terbang), ada bercak putih berbentuk U pada penutup ekor atas. Mirip Elang hitam, tetapi ekor lebih
pendek dan terpotong tidak terlalu lurus.
Iris coklat tua, paruh hitam dengan sera kuning, kaki kuning.
Suara: “Kyek, kyek, kyek” mirip anjing menyalak.
Penyebaran global: Paleartik, India, Cina, Taiwan. Pengunjung dan pengembara pada musim dingin ke Asia
tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Ditemukan di hutan mangrove di Sumatera selatan pada tahun 1988.
Kebiasaan: Mendiami tempat-tempat terbuka, khususnya rawa dan hutan mangrove rendah.

822. KEDIDIR KELAM Haematopus fuliginosus


(I: Sooty Oystercather)
Deskripsi: Perancah hitam berukuran besar (46-49 cm), dengan paruh panjang merah. Bulu keseluruhannya
hitam. Paruh panjang lurus.
Iris merah (anak: coklat), lingkar mata jingga, paruh merah, kaki merah muda terang (anak: abu-abu).
Suara: “Kliip” ketika dalam bahaya dan siulan “pii” yang diulangi terus sewaktu bergaya.
Penyebaran global: Pesisir yang mengelilingi Australia. Pengembara pernah ditemukan di P. Christmas.
Penyebaran lokal dan status: Baru-baru ini ditemukan satu ekor di Bali.
Kebiasaan: Mendiami pantai berbatu dan pesisir yang berdekatan. Hidup sendirian atau dalam kelompok kecil.

823. DARA-LAUT ALASKA Sterna aleutica


(I: Aleutian Tern)
Deskripsi: Dara-laut berukuran agak kecil (34 cm), berwarna putih, dengan ekor putih bercabang dalam.
Dewasa: sayap dan tubuh bagian atas abu-abu, bulu primer abu-abu tua dengan bulu terluar hitam, ekor, sayap,
ekor bawah, dan dahi putih. Mahkota, tengkuk, dan garis kekang hitam; leher, dada, dan perut abu-abu terang.
Mirip Dara-laut biasa. Perbedaannya: dahi putih, warna gelap keseluruhan (kontras dengan sayap bawah yang
putih), paruh dan kaki hitam. Burung muda: tubuh bagian atas dan kepala coklat keabu-abuan; bulu primer dan
bulu sekunder abu-abu tua; tunggir dan ekor abu-abu, tubuh bagian bawah putih.
Iris coklat, paruh hitam (anak: warna pucat), kaki hitam (anak: kuning kemerahan).
Suara: Khas. Nada tidak lembut yang lebih mirip trinil daripada dara-laut. Sering bersuara sewaktu terbang.
Penyebaran global: Berbiak di pesisir Alaska dan Siberia timur. Pengunjung yang jarang ke Jepang dan lebih
ke selatan.
Penyebaran lokal dan status: Pada tahun 1994, ditemukan sebagai pengunjung yang cukup umum pada musim
dingin ke P. Karimun Besar, Kep. Riau.
Kebiasaan: Mengunjungi pesisir dan lautan.

824. DEDERUK MERAH Streptopelia tranquebarica


(I: Red Collared Dove)
Deskripsi: Dara kecil-tegap (23 cm), berwarna kemerahan, berekor pendek. Punggung dan penutup sayap atas
berwarna merah anggur, kontras dengan kepala dan tenggorokan yang abu-abu. Penutup ekor bawah putih. Bulu
primer dan bulu sekunder hitam, ada gelang hitam pada leher belakang. Betina: warna merah digantikan dengan
coklat buram, warna abu-abu menjadi lebih buram.
Iris coklat tua, paruh hitam, kaki coklat kehitaman.
Suara: Khas, agak serak: “krudel-u-kruu” berirama, diulangi dengan cepat (L & R).
Penyebaran global: India sampai Asia tenggara, Filipina, dan Sulawesi. Sejak beberapa tahun yang lalu
menetap di Singapura.
237
Penyebaran lokal dan status: Baru-baru ini ditemukan di P. Dua, Jawa barat.
Kebiasaan: Mendiami daerah terbuka, vegetasi sekunder, dan semak.

825. PIPIT ZEBRA Taeniopygia guttata


(I: Zebra Finch)
Deskripsi: Pipit kecil (10 cm), berwarna abu-abu. Paruh merah, mantel dan sayap coklat keabu-abuan; kepala
dan leher abu-abu, bercak putih di depan mata dibatasi garis hitam tipis vertikal. Perut dan tunggir putih, ekor
hitam berbintik putih tebal (berbelang-belang). Jantan: bercak pipi jingga, sisi perut coklat berangan, berbintik-
bintik putih.
Iris merah, paruh merah (anak: hitam), kaki merah jambu.
Suara: “Tyiia” seperti terompet kecil dan kicauan terdiri dari nada sengau yang diselingi ocehan menggetar.
Penyebaran global: Australia dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Satu pasang ditemukan di Suwung (Bali) pada tahun 1992.
Kebiasaan: Mengunjungi tempat-tempat terbuka yang kering, pinggir ladang, dan perkebunan.

238

Anda mungkin juga menyukai