docvisikom Page 1
8/19/2010
Suku burung air mirip bebek yang berukuran kecil sampai sedang, hidup tersebar luas di dunia. Mempunyai paruh
runcing, sayap pendek, ekor sangat pendek, leher tegak, jari kaki lebih berdaun daripada berselaput, serta bulu yang
panjang seperti sutera.
Penyelam yang pandai, sekali menyelam bisa bertahan selama beberapa menit. Makanannya ikan dan serangga air.
Membuat sarang di atas rakit dengan menggunakan tumbuhan terapung.
Di Sunda Besar ada dua jenis yaitu Titihan telaga dan Titihan Australia.
Suku yang cukup banyak jenisnya. Burung laut yang menyerupai camar dengan paruh berbentuk aneh seperti
hidung pipa dan berkait pada ujungnya, serta hidung terbuka seperti pipa ganda pada paruh atasnya. Nama
penggunting-laut (Shearwater dalam bahasa Inggris) diberikan karena kebiasaan terbangnya yang sangat dekat
dengan permukaan air, bahkan kadang-kadang menyinggung air. Menyelam untuk mendapatkan ikan, cumi-cumi,
plankton, dan krustasea. Bersarang pada lereng karang atau lubang di pulau karang. Tidak pernah bersuara ketika
terbang di atas laut. Terutama terdapat di daerah beriklim sedang.
Ada delapan jenis di perairan Sunda Besar.
Suku burung laut ini mirip suku Procellariidae, tetapi ukuran tubuh lebih kecil, gaya terbang lebih menggelepar,
serta tabung lubang hidung bersatu dalam satu lubang. Merupakan burung laut terkecil. Cara terbang lemah seperti
kupu-kupu. Memiliki kebiasaan terbang diam sambil mengepak-ngepakkan sayap di atas air, kemudian
menyentuhkan sayap pada kakinya yang berselaput. Ciri-ciri ini membuat suku ini mudah dikenali dan dibedakan
dari burung laut lainnya. Memakan krustasea kecil atau sampah organik yang terapung. Bersarang pada celah-celah
atau lubang-lubang karang, di pantai dan pulau-pulau yang berbatu.
Hanya tiga jenis yang tercatat di perairan Sunda Besar, tetapi sering sukar untuk dibedakan. Jenis keempat
diharapkan ada di kawasan ini, tetapi belum ada yang dapat membuktikannya.
Suku yang hanya beranggotakan tiga jenis burung laut yang putih dan indah, ekornya berbentuk baji. Ciri utamanya
adalah bulu ekor tengah memanjang. Tersebar jauh sampai ke tengah laut, merupakan penyelam yang ulung.
Makanannya terutama cumi-cumi sehingga lebih aktif bergerak pada malam hari. Berenang dengan ekor ditekuk ke
atas.
Di perairan Sunda Besar terdapat dua jenis.
Penyebaran global: Samudera Atlantik, Samudera Indonesia, serta Samudera Pasifik tropis dan subtropis.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di lepas pantai Sumatera (fulvus) dari P. Christmas. Ada kemungkinan
membentuk koloni dan berbiak pada karang-karang di pantai selatan Jawa, Bali (Ulu Watu), dan P. Nusa Penida.
Kebiasaan: Terbang tinggi melingkar di atas laut dengan kepakan sayap yang cepat atau berputar dan berbelok
tajam, kemudian terjun menyelam untuk menyambar makanan di laut.
Suku kecil yang terdiri dari delapan jenis burung air khas yang berukuran besar. Memiliki paruh sangat besar dan
kantung makanan yang bisa menggembung di sepanjang paruh. Umumnya hidup berkelompok, bersama-sama
mencari ikan dengan cara menyeruakkan paruhnya ke kiri dan ke kanan. Juga dapat menangkap ikan dengan
menyelam sesudah menerjunkan diri ketika terbang. Terbang dengan leher membengkok, terlihat sangat
melelahkan, tetapi sangat kuat, bahkan beberapa jenis melakukan migrasi yang jauh.
Tiga jenis tercatat sebagai pengunjung di Sunda Besar, tetapi tidak bisa dipastikan ada yang berbiak.
Sebagian dari salah satu jenis mungkin menjadi penetap di Sumatera.
Suku kecil yang tersebar luas di dunia, merupakan burung penyelam. Ciri khasnya adalah ukuran tubuh besar serta
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 1- 53.docvisikom Page 6
8/19/2010
sayap runcing, sempit, dan panjang. Bentuk tubuh seperti cerutu, dengan paruh tajam dan kuat. Menjelajah jauh
sampai ke tengah laut secara berkelompok, terjun vertikal secara mengagumkan, dan menyelam untuk memangsa
ikan.
Di perairan Sunda Besar tercatat empat jenis.
Penyebaran lokal dan status: Paling umum hidup di Sunda Besar, satu-satunya jenis yang umum tercatat di lepas
pantai. Kemungkinan berbiak di pulau-pulau di sekitar Selat Malaka. Umumnya tercatat di lepas pantai Jawa,
terutama di Selat Sunda yang kemungkinan menjadi tempat berbiak. Kadang-kadang tercatat di lepas pantai
Sumatera.
Kebiasaan: Seperti Angsa-batu topeng, tetapi lebih sering terlihat di pantai.
Berukuran sedang, tersebar luas, pemakan ikan dengan paruh tajam berkait pada ujungnya. Biasanya mencari
mangsa dengan cara berenang untuk waktu yang lama di dalam air. Hal ini mudah karena bulu mengandung minyak
tahan air sehingga cepat menyerap air dan tidak mudah mengapung. Setelah berenang, burung berjemur dalam
waktu yang lama sambil membentangkan sayap di bawah sinar matahari.
Di Sunda Besar dua jenis penetap dan dua jenis pendatang terdapat.
Deskripsi: Berukuran kecil (56 cm), berwarna hitam. Pada masa berbiak: bulu hijau kehitaman dengan beberapa
bulu putih kecil pada sisi kepala, di atas mata, dan pada bagian sisi leher. Pada masa tidak berbiak: tidak ada bulu-
bulu kecil, tetapi dagu (dan kadang-kadang tenggorokan) putih. Perbedaannya dengan Pecuk-padi hitam: ukuran
tubuh lebih kecil, penutup sayap seragam, paruh lebih padat. Remaja: bulu dada lebih putih, tubuh bagian atas lebih
coklat.
Iris hijau-biru, paruh coklat dengan ujung hitam dan pangkal keunguan, kaki hitam.
Suara: Panggilan yang panjang "keh-eh-eh-eh-eh-e" di tempat berbiak.
Penyebaran global: India, Cina bagian barat daya, Asia tenggara, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat terlihat di Sumatera, kemungkinan merupakan pendatang dari Jawa.
Diketahui terdapat di Kalimantan selatan dari spesimen-spesimen yang dikoleksi pada abad yang lalu. Di Jawa pada
saat ini (atau dulu), agak umum terdapat di tepi pantai dan dataran rendah. Kerapatan relatif dari jenis ini dan Pecuk-
padi hitam tidak pasti.
Kebiasaan: Mendiami hutan mangrove, danau, rawa tergenang, dan muara sungai. Biasanya tinggal dalam
kelompok kecil. Ketika berenang, hanya kepala yang terlihat. Menyelam berulang-ulang untuk mencari ikan.
Catatan: Beberapa pakar menganggap pecuk-padi ini sejenis dengan Pecuk-padi P. pygmaeus dari Erasia.
Jenis suku ini sedikit, hanya empat jenis burung mirip pecuk-padi. Satu jenis hidup di daerah Neotropis, satu di
Afrika, satu di Asia, dan satu lagi di Australia.
Memburu ikan di bawah air dan dapat menyelam untuk waktu yang lama. Leher sangat panjang, berbentuk
ular. Perbedaannya dengan pecuk-padi adalah paruh lurus, berbentuk seperti pisau belati. Persamaannya adalah bulu
dapat menyerap air dan menghabiskan waktu yang lama untuk berjemur sambil membentangkan sayap.
Hanya ada satu jenis yang menetap di Sunda Besar.
Suku burung ini terdiri dari lima jenis. Burung laut tropis yang berukuran besar. Cirinya adalah terbang melayang,
membentuk siluet khas dengan sayap yang runcing, panjang, dan berbentuk seperti busur, serta ekor yang panjang
menggarpu (sering ditutup dan kelihatan meruncing). Tangkas melayang, membubung tinggi, dan berputar seperti
spiral. Mengikuti udara panas, naik atau berputar-putar, dan menyelam mengejar kawanan ikan. Sering menyerang
burung laut lain untuk merampas makanan yang dimuntahkan.
Di perairan Sunda Besar ada tiga jenis.
Suku besar, tersebar luas di dunia, terdiri dari burung berkaki panjang. Leher panjang, paruh panjang-lurus yang
digunakan untuk mencotok ikan, vertebrata kecil, atau invertebrata. Pada masa berbiak, beberapa jenis memamerkan
bulu-bulu halus panjang yang bisa ditegakkan. Sarang biasanya terbuat dari tumpukan ranting di atas pohon.
Di Sunda Besar ada 22 jenis, umumnya dapat dibedakan satu sama lain, tetapi harus hati-hati dalam
membedakannya dengan kuntul putih.
pendek.
Iris kuning, paruh kehitaman, kaki abu-abu.
Suara: Parau, serak, atau raungan marah yang diulangi.
Penyebaran global: Di pesisir Asia tenggara, Filipina, dan Indonesia sampai Australia.
Penyebaran lokal dan status: Tidak umum dijumpai, tetapi tersebar luas di sekitar pesisir Sunda Besar. Menghuni
hutan mangrove dan rawa. Biasa terlihat di sekitar karang pantai terutama di pulau-pulau kecil, tetapi jarang
ditemukan di sungai besar (Kalimantan).
Kebiasaan: Menghuni pesisir, batu karang, dan hutan mangrove. Biasanya terlihat berjalan sendirian di sepanjang
pantai (memburu ikan terumbu karang) atau di tepian sungai.
Penyebaran lokal dan status: Di seluruh Sunda Besar, menetap di daerah pantai, muara, karang, dan pada
tumbuhan rapat di sepanjang sungai dan danau. Populasi di Sumatera utara dan Kalimantan bagian utara ditambah
dengan burung migran dari utara pada musim dingin.
Suara: "Wok" atau "kowak" yang parau sewaktu terbang, dan uakan serak jika terganggu.
Penyebaran global: Terdapat hampir di seluruh dunia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung di luar masa berbiak ke Sumatera dan Kalimantan bagian utara. Penetap
di Kalimantan dan Jawa. Di Jawa, Kowak-malam merah kadang-kadang ikut bersarang dalam koloni.
Kebiasaan: Beristirahat di atas pohon pada siang hari. Sebelum keluar mencari makan pada waktu senja, berputar-
putar di atas tempat istirahat sambil mengeluarkan suara kuakan parau. Pada malam hari, mencari makan di sawah,
padang rumput, dan pinggir sungai. Bersarang di dalam koloni yang ribut di pohon, biasanya di atas air. Cara
terbang agak mirip kalong.
Kebiasaan: Bersifat pemalu. Pada siang hari, menyukai rawa-rawa dan hutan lebat. Pada malam hari, memanjat
pohon yang tinggi dan terbang ke tempat lain untuk mencari makan. Bersarang di semak yang rimbun di atas rawa-
rawa.
Suku ini memiliki jenis sedikit, tetapi tersebar luas. Berukuran tubuh sangat besar dengan paruh besar, panjang, dan
kuat. Kaki panjang, sayap lebar, dan ekor pendek. Makanannya kebanyakan ikan atau binatang kecil, yang ditangkap
sambil berjalan perlahan di daerah terbuka yang berair.
Penerbang yang kuat, beberapa jenis dapat bermigrasi untuk jarak yang jauh. Pelayang yang tangkas ini mengikuti
aliran udara panas naik, dan terbang tinggi berputar-putar, memanfaatkannya sebagai perjalanan yang mudah atau
mencari tempat makan yang disukai.
Di Sunda Besar ada empat jenis yang menetap dan tiga jenis lainnya sebagai pengunjung yang belum dapat
dipastikan.
dari Jawa mempunyai paruh kemerahan, tersebar sampai Sumatera selatan. Remaja: bulu hitam diganti dengan
coklat.
Iris dan paruh merah, tungkai dan kaki merah muda.
Suara: Bunyi paruh.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kalimantan, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Genting (Collar dkk. 1994). Tersebar jarang di rawa air tawar dan hutan rawa di
dataran rendah Sumatera (termasuk Mentawai) dan Kalimantan. Tercatat satu kali di Jawa barat pada tahun 1920
(spesimennya disimpan di Museum Zoologi Bogor).
Kebiasaan: Hidup di hutan rawa rapat dan bersarang dalam kelompok.
Suku ini jumlah jenisnya sedikit, tersebar terutama di seluruh daerah tropis. Mirip dan mempunyai hubungan yang
dekat dengan bangau, tetapi ukuran badan sedikit lebih kecil dan paruh lebih sesuai untuk menusuk makanan dalam
air atau lumpur daripada untuk mencotok mangsa. Mendeteksi mangsa lebih banyak dengan menggunakan sentuhan
daripada dengan penglihatan. Kaki sebagian berselaput. Hampir semua jenis terbang dengan kepakan sayap perlahan
diselingi dengan melayang pendek.
Di Sunda Besar ada lima jenis.
19
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 54- 79.docvisikom
8/19/2010
dengan Ibis-sendok kecil pada musim dingin. Perbedaannya adalah lebih banyak warna hitam pada wajah, terdapat
bintik merah pada dahi dan bintik kuning pada mata, serta pada warna paruh.
Iris merah atau kuning, paruh abu-abu dengan sendok kekuningan, kaki hitam.
Suara: Diam pada masa tidak berbiak.
Penyebaran global: Australia dan Selandia Baru. Mungkin merupakan pengunjung tidak berbiak ke Indonesia,
tetapi mungkin berbiak di Irian Jaya.
Penyebaran lokal dan status: Populasi berbiak yang kecil di P. Dua, Jawa barat, tetapi sekarang tidak ada lagi.
Sekarang merupakan pengunjung yang jarang di Jawa timur dan Bali. Catatan dari Kalimantan bagian utara
mungkin adalah Ibis-sendok kecil.
Kebiasaan: Sering mengunjungi kolam dan danau berlumpur, atau gosong lumpur. Mengarunginya perlahan-lahan,
menggerakkan paruh dari sisi ke sisi lainnya dalam air, dan menyaring makanan. Biasanya terlihat sendirian atau
dalam kelompok kecil, dan sebagian bersifat nokturnal.
Suku yang tersebar luas, jumlah jenisnya banyak dan sangat dikenal. Burung perenang dengan kaki berselaput dan
paruh yang khas, lebar dan pipih. Tungkai pendek, sayap sempit-runcing dan terletak agak ke belakang, ekor
umumnya pendek. Terbang cepat dengan kepakan terus menerus. Mengeluarkan suara berupa siulan.
Secara taksonomis dibagi dalam beberapa kelompok. Empat kelompok terdapat di Sunda Besar yaitu Itik
pohon atau belibis Dendrocygna yang mempunyai siulan yang jelas, Itik biasa Anas yang berenang tegak di atas air,
Itik penyelam Aythya yang menyelam untuk mencari makan atau untuk melarikan diri bila terancam, serta Angsa-
kerdil Nettapus dan Mentok Cairina.
Di Sunda Besar ada empat belas jenis belibis dan itik, tujuh di antaranya merupakan pengunjung musim
dingin.
Penyebaran global: Berbiak di seluruh daerah Paleartik utara, pada musim dingin menyebar ke selatan.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung di Kalimantan. Menurut catatan lama, pernah ke Sumatera.
Kebiasaan: Mengunjungi danau atau kolam yang dalam, menyelam untuk mencari makan, terbang cepat.
Suku ini hanya beranggotakan satu jenis. Elang tiram ini memiliki ciri khas sayap panjang, langsing, dan menyudut.
Bentuk sayap ini cocok untuk menyelam ke dalam air dan menangkap ikan. Ciri lainnya seperti jenis elang lain.
Laporan terbaru dari Sibley dan Monroe (1990) mengubah pengelompokan suku ini menjadi subsuku Accipitridae.
Berukuran agak besar sampai sangat besar, burung pemangsa. Paruh berkait dengan taji atau cakar yang kuat,
berguna untuk membunuh dan mencabik-cabik vertebrata. Suku ini berbeda dengan suku alap-alap (Falconidae),
karena secara umum bersayap lebih bulat dan tumpul serta mata lebih pucat (kuning atau merah).
Rajawali dan nasar mempunyai kemampuan terbang melayang, mengikuti aliran udara. Kedua jenis ini
umumnya berburu dari udara, sedangkan jenis lain berburu dari cabang pohon, tetapi kadang-kadang juga terbang
melayang. Beberapa jenis malah melayang diam sambil mengepak-ngepakkan sayap di atas calon mangsanya.
Sebagian besar nasar makan bangkai dan mempunyai leher bersetrip melintang untuk memeriksa bangkai.
Anggota suku ini membuat sarang besar dari batang kayu yang menempel dan menjulang di pohon atau batu karang.
Burung muda mempunyai suara teriakan khas.
Di Sunda Besar ada 34 jenis, termasuk beberapa burung migran.
Iris coklat gelap, paruh berwarna tanduk dengan sera abu-abu, kaki abu-abu gelap.
Suara: Lemah, satu sampai tiga nada teriakan tipis, seperti suara camar.
Penyebaran global: Himalaya, India selatan, Cina selatan, Asia tenggara. Pada musim dingin ke Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin ke Sumatera, jarang ke Jawa barat.
Kebiasaan: Tinggal berpasangan atau dalam kelompok kecil. Terbang pada jarak pendek, berkelepak menyambar
serangga-serangga besar di udara atau di atas tanah. Agak jinak. Sering ditemukan di sepanjang aliran air atau di
hutan terbuka dan desa-desa. Waktu bermigrasi melayang tinggi di angkasa.
kadang berwarna lebih pucat dibandingkan dengan punggung. Remaja: kepala dan tubuh bagian bawah bergaris-
garis kuning tua.
Iris coklat, paruh abu-abu, sera dan kaki abu-abu biru.
Suara: Jeritan, meringkik “iiuw-wir-r-r-r-r”.
Penyebaran global: Afrika, Erasia, sampai Australia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang langka dari Asia timur, sampai Sumatera utara dan
Kalimantan bagian utara.
Kebiasaan: Mengunjungi daerah terbuka, pantai, pelabuhan, dan kota. Terbang melingkar anggun dengan kepakan
perlahan. Bertengger pada tiang, kawat, pohon, bangunan, atau tanah.
bergaris hitam.
Iris coklat sampai kuning, paruh dan sera abu-abu, tungkai tanpa bulu dan kaki: putih sampai kuning.
Suara: Teriakan nyaring sengau "awh-awhrr" dalam seri yang khas.
Penyebaran global: India, Asia tenggara, Filipina, Sulawesi, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Tidak umum, tetapi penyebarannya luas di sepanjang sungai di Sumatera dan
Kalimantan. Sekarang jarang ditemukan di Jawa barat. Pernah ditemukan di Jawa timur, tetapi sekarang tidak ada
catatan terbaru. Tidak ada catatan pasti di Bali.
Kebiasaan: Mengunjungi perairan, danau, sungai, dan rawa di hutan. Menukik menerkam ikan ketika terbang atau
dari posisi bertengger di pohon. Jarang melayang-layang.
Penyebaran global: India, Cina tenggara, Asia tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Terpencar, tetapi tersebar luas di seluruh Sunda Besar, di dataran rendah dan hutan
perbukitan sampai ketinggian 1.400 m (di Jawa sampai ketinggian 3.000 m).
Kebiasaan: Mendiami kawasan hutan, biasanya terlihat berputar-putar rendah di atas tajuk pohon. Meluncur dengan
indah dan mudah di sisi-sisi bukit berhutan, sering berpasangan. Suka merampok sarang burung lain.
Berukuran sedang, tersebar luas di dunia. Burung pemangsa yang terbang cepat. Sayap panjang- runcing dan
berbentuk sabit, ekor panjang-sempit. Dijuluki “pesawat pemburu”, karena menyerang mangsa dengan kecepatan
yang luar biasa dibandingkan dengan burung pemangsa lainnya. Paruh kuat karena kait pada ujungnya dan
tambahan dua “gigi kait” yang kecil pada lateral paruh bagian atas.
Di Sunda Besar ada delapan jenis, lima di antaranya adalah penghuni tetap.
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des
34 80-122.docvisikom
8/19/2010
Keluarga burung dari Australasia yang hidup di permukaan tanah. Menggunakan kakinya yang kuat dan besar
untuk mengais, mengupas, serta menggali lubang dan tanggul untuk meletakkan telur. Telur tidak dierami
induknya, tetapi diinkubasi secara pasif, dengan kehangatan alami dari panas matahari dan panas bumi atau dari
pembusukan daun mati. Ketika menetas, burung muda sudah berbulu dan segera dapat terbang. Dewasa
mengeluarkan suara menggeram sedih dan bertengger di pohon.
Ada dua jenis burung gosong di Sunda Besar.
Suku burung yang tersebar luas di seluruh dunia, hidup di permukaan tanah. Sayap pendek membulat, ekor
umumnya panjang. Jantan biasanya sangat indah, sedangkan betina berwarna suram (untuk menyamar). Bersarang
di tanah, tetapi tidur di pohon. Beberapa jenis mempunyai suara nyaring bersih. Banyak jenis yang menggunakan
sayap untuk membuat bunyi mendengung atau menunjukkan gerakan bergoyang. Kebanyakan jantannya
mempunyai taji pada kaki. Terbang seperti ragu-ragu dan biasanya hanya untuk jarak pendek, tetapi dapat berlari
dengan baik.
Di Sunda Besar ada 22 jenis, tetapi tidak satu pun bersifat migran.
Suara: Seperti mandar, seekor burung atau lebih mengeluarkan serentetan teriakan ganda lembut monoton yang
makin keras dan cepat, mirip Puyuh-gonggong biasa.
Penyebaran global: Endemik di Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Terbatas di Jawa barat dan Jawa tengah (dipastikan sampai G. Lawu), dikenal tiga
ras lokal. Tidak jarang ditemukan di hutan pegunungan antara ketinggian 1.000-3.000 m.
Kebiasaan: Menghuni hutan pegunungan dan tempat terbuka. Umumnya hidup berpasangan atau dalam kelompok
kecil. Sering dijumpai melintasi jalur hutan bila mencari makan di atas daun-daun mati di tanah.
Catatan: Mungkin sejenis A. brunneopectus.
Suara: Nada panggilan jantan meningkat, makin cepat dan diulang-ulang delapan atau sembilan kali sebelum
terputus menjadi panggilan dua-empat: "ii-trang". Nada panggilan betina meningkat berupa siulan cepat berjumlah
dua puluh (T.H.).
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, langka di dataran rendah, semak bukit, dan hutan sampai ketinggian
1.000 m. Sepertinya tersebar luas, tetapi hanya tercatat beberapa. Di Kalimantan, penghuni tetap di pegunungan, dari
Dataran Tinggi Kelabit sampai ke dataran Usun Apau dan Dulit, juga ditemukan di G. Magdalena, tetapi tidak
terdapat di G. Kinabalu.
Kebiasaan: Sedikit sekali diketahui. Di Kalimantan, tinggal di pinggiran bukit berhutan tinggi dan di lantai lembah
dataran tinggi berpasir. Ras Sumatera lebih menyukai semak sekunder.
Berukuran mungil, berekor pendek. Umumnya bertubuh gempal. Tampak mirip puyuh dari suku Phasianidae, tetapi
tidak mempunyai jari belakang. Mempunyai peranan berbiak terbalik untuk kedua jenis kelamin. Dibandingkan
dengan jantan, betina berwarna lebih terang dan lebih agresif dalam mempertahankan daerah kekuasaannya. Betina
sering kawin dengan beberapa jantan, kemudian meninggalkannya untuk mengerami telur dan mengasuh anaknya.
Hanya ada dua jenis di Sunda Besar.
43
E:\JobSeeker\jendral\Burung Indonesia Barat teks\Des 123-148.docvisikom
8/19/2010
Berukuran sedang dan tersebar luas di dunia, hidup di daerah rawa. Bersifat pemalu. Paruh lurus dan kuat, kaki
panjang dengan jari-jari sangat panjang. Sayap pendek, terbang lemah dan mengepak. Lebih suka berjalan. Pelari
yang baik, tetapi menyusup untuk berlindung dan bersembunyi di dalam rumpun bambu yang lebat daripada
mencoba lari dari pemangsa. Kebanyakan jenis dapat berenang, sebagian melakukannya sebagai kebiasaan.
Mandar hitam mempunyai kaki yang melebar untuk tujuan ini.
Kebanyakan mempunyai suara keras dan hiruk pikuk. Kadang-kadang lebih dari satu ekor berkumpul.
Sering menempati habitat seperti rawa-rawa, tepi danau, rumpun bambu dan tebu, padang rumput, sawah, dan
hutan sekunder. Beberapa jenis hidup di hutan. Bersarang di tanah dan memakan campuran pucuk tanaman, biji-
bijian, dan invertebrata.
Ada 14 jenis yang tercatat hidup di Sunda Besar, empat di antaranya merupakan pengunjung.
45
156. TIKUSAN ALIS-PUTIH Porzana cinerea Lembar Gambar 18
(I: White-browed Crake)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (20 cm), berparuh pendek. Tubuh coklat keabuan. Terdapat pola setrip putih pada
bagian atas kepala (terlihat jelas) dan di bawah garis mata yang hitam. Mahkota, punggung, dan dada abu-abu;
sayap dan ekor coklat keabuan. Perut keputih-putihan, bagian sisi tubuh dan ekor bagian bawah coklat
kekuningtuaan.
Iris merah, paruh kehitaman, kaki kuning kehijauan.
Suara: Nada lengking yang ribut, seperti bebek mainan yang dipencet "cutci cutci cutci", dua atau lebih burung
bersuara sekaligus.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Filipina, dan Sunda Besar, sampai P. Irian, dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni setempat dan tersebar luas di daerah dataran rendah di Sumatera (sampai
ketinggian 1.200 m), Kalimantan, dan Jawa. Umum secara setempat di daerah pantai utara Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Pemalu, menghuni daerah padang rumput yang tergenang, paya-paya, dan sawah. Hidup berpasangan.
Pada masa berbiak mengeluarkan suara yang tidak putus-putus pada siang dan malam hari. Sering berjalan keluar,
pada tumbuhan terapung dengan gaya burung sepatu, tetapi cepat masuk semak ketika diganggu sedikit.
Suku burung tropis yang hanya terdiri dari tiga jenis, masing-masing satu jenis di Amerika, Afrika, dan Asia.
Burung air ini berparuh kokoh. Mirip titihan, hidup di daerah rawa-rawa yang penutupan pohonnya rapat,
perbedaannya adalah tinggal di pohon. Kaki lebar berbentuk dayung tanpa selaput di antara jarinya. Seperti titihan
dan pecuk, berenang dengan sebagian tubuh terendam di air, tetapi tidak begitu tangkas dalam menyelam. Semua
jenis mengeluarkan suara dalam yang aneh.
47
163. PEDENDANG TOPENG Heliopais personata Lembar Gambar 19
(I: Masked Finfoot; M: Pedendang)
Deskripsi: Berukuran besar (52 cm), berwarna coklat zaitun, seperti titihan yang berparuh kuat. Berenang rendah di
air. Jantan: muka dan tenggorokan putih dan berkelim garis putih. Betina: di tengah tenggorokan putih. Pada waktu
terbang, ekor terlihat lebih lebar dan bulat.
Iris coklat, paruh kuning, kaki hijau dan melebar.
Suara: Derukan dan dengkingan aneh.
Penyebaran global: Assam dan Asia tenggara. Pada musim dingin ditemukan di Sumatera dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Keberadaan jenis ini di Sumatera belum diketahui secara
pasti. Hanya terdapat sedikit catatan, tetapi hampir semuanya menunjukkan burung ini sebagai pengunjung musim
dingin. Pada tahun 1984, satu ekor ditemukan tersesat di hutan mangrove di P. Rambut, Jawa barat.
Kebiasaan: Pemalu dan suka bersembunyi. Umumnya ditemukan berenang sepanjang sungai, teluk, atau tepi
danau, di bawah vegetasi mangrove yang menggantung, rawa air tawar, dan kolam yang telah tertutup tumbuhan.
Mengangguk-anggukkan kepala ke depan dan ke belakang sewaktu berenang, dengan sebagian tubuh terendam di
air. Mirip titihan, lari menerjang air sebelum menghilang menuju tumbuhan bawah. Terbang rendah di atas air
dengan kepakan sayap yang dangkal.
Suku burung air yang kecil, tersebar di seluruh kawasan tropis. Ukuran tubuh sedang, mirip ayam-ayaman dalam
penampakan secara umum, tetapi jari kakinya sangat panjang. Jari kaki ini digunakan untuk berjalan di atas daun
teratai dan tumbuhan terapung lainnya, di danau atau kolam air tawar. Sesuatu yang jarang terjadi pada burung
umumnya, beberapa jenis bersifat poliandri (satu ekor betina kawin dengan lebih dari satu ekor jantan).
Di Sunda Besar ada tiga jenis, satu di antaranya hanya sebagai pendatang.
Suku ini terdiri dari dua jenis. Burung perancah yang agak istimewa, mirip berkik. Memiliki tanda jelas berupa setrip
menyala pada kepala dan bahu. Sayap terhias ramai dengan garis-garis, setrip, dan bentuk seperti bulatan mata.
Paruh panjang dan sedikit melengkung. Betina: lebih besar dan lebih berwarna daripada jantan, sangat aktif dalam
mempertahankan wilayahnya, kawin dengan beberapa jantan. Perilaku berbiak terbalik di antara kedua jenis kelamin
ini hanya dimiliki oleh gemak, burung sepatu, dan sedikit burung lain. Bersarang di dasar rumpun-rumpun buluh.
Jantan mengerami telurnya.
Hanya satu jenis yang ada di Sunda Besar.
Burung perancah yang berjenis banyak dan tersebar luas. Ciri khasnya adalah paruh lurus, dengan penebalan keras
pada ujungnya. Tungkai panjang dan kuat, kebanyakan tidak mempunyai jari belakang. Sayap agak panjang, ekor
pendek. Kebanyakan berpola warna coklat, hitam, dan putih. Burung pinggir air atau daerah terbuka.
Ada 16 jenis di Sunda Besar. Kebanyakan merupakan pengunjung musim dingin, hanya tiga jenis
merupakan penghuni setempat, satu di antaranya mungkin sudah punah.
50
173. CEREK KERNYUT Pluvialis fulva Lembar Gambar 20
(I: Pacific Golden-plover; M: Rapang Kerinyut)
Deskripsi: Berukuran sedang (25 cm), bertubuh kekar dengan kepala besar dan paruh pendek besar. Berwarna
kuning coklat keemasan dengan garis mata, sisi muka, dan tubuh bagian bawah pucat. Tidak ada warna kontras pada
garis sayap sewaktu terbang.
Iris coklat, paruh hitam, tungkai abu-abu.
Suara: Siulan nyaring, nada tunggal atau ganda "tu-ii".
Penyebaran global: Seluruh dunia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin yang umum ke daerah pesisir Sunda Besar dan Nusa
Tenggara, sampai ketinggian 1.000 m di Sumatera.
Kebiasaan: Mencari makan sendirian atau dalam kelompok, di gosong lumpur, gosong pasir, padang rumput
terbuka, lapangan, lapangan golf, atau lapangan terbang dekat pantai.
Catatan: Kadang-kadang dimasukkan ke dalam P. dominica.
53
TRINIL-TRINILAN - SUKU SCOLOPACIDAE
Suku ini jumlah jenisnya banyak dan tersebar luas. Umumnya ditemukan di pantai atau di daerah basah terbuka,
sering dekat laut. Beberapa jenis menyebar sampai ke pedalaman di tempat-tempat tinggi, tetapi di antara jenis yang
ada di Sunda Besar, hanya Berkik-hutan merah yang tinggal di hutan.
Semua anggota suku ini mempunyai kaki panjang, sayap meruncing panjang, dan paruh ramping
memanjang. Pada beberapa jenis, paruh sangat panjang. Paruh tersebut digunakan untuk mengais dalam ke lumpur,
mencari cacing dan udang-udangan yang tersembunyi. Kebanyakan jenis merupakan pengembara, hanya Berkik-
hutan merah yang merupakan penetap berbiak.
Burung perancah pengembara ini dapat melewati Kawasan Sunda dalam perjalanan ke dan dari tempat
makan ke selatan dan timur pada musim dingin. Pada sebagian musim, dapat menjadi pengunjung musim dingin
yang tetap, mampir di sepanjang pesisir kawasan ini. Kadang-kadang terlihat dalam kelompok besar.
Uraian berikut mengkhususkan pada bulu musim dingin yang biasa terlihat di Sunda Besar, tetapi beberapa
burung dapat ditemukan dalam keadaan bulu berbiak. Kedua bentuk diperlihatkan. Burung perancah sering sulit
diidentifikasi karena banyak yang mirip, dan biasanya terlihat dari jarak yang jauh. Penampakan umumnya perlu
diperhatikan, yaitu terlihat atau tidaknya garis sayap sewaktu terbang. Suara sangat berguna dalam mengidentifikasi
karena kebanyakan jenis mempunyai suara yang khas sewaktu terbang.
Ada 35 jenis burung ini yang sudah pasti tercatat di Sunda Besar dan dua jenis lain masih diragukan.
60
210. KEDIDI BESAR Calidris tenuirostris Lembar Gambar 25
(I: Great Knot)
Deskripsi: Berukuran agak besar (27 cm), berwarna keabuan dengan paruh panjang. Mirip Kedidi merah.
Perbedaannya: ukuran lebih besar, paruh lebih panjang, lebih tebal, dan ujungnya sedikit melengkung ke bawah.
Bagian atas lebih gelap dengan coretan samar. Mahkota bercoret, dada dan sisi tubuh berbintik hitam (dalam masa
berbiak tidak terlihat). Tungging dan sayap bergaris putih. Pada musim panas dada terlihat kehitaman dan sayap
bergaris merah karat.
Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu kehijauan.
Suara: Suara rendah "caker-caker-caker", atau siulan ganda "nyat-nyat".
Penyebaran global: Berbiak di Siberia timur, tetapi bermigrasi ke selatan pada musim dingin sejauh Australia.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung tidak umum di Sunda Besar. Beberapa burung tidak berbiak kadang-
kadang terlihat pada musim panas.
Kebiasaan: Sering mengunjungi gosong lumpur pasang surut, beting pasir, dan kadang-kadang padang rumput di
pantai.
61
214. KEDIDI EKOR-TAJAM Calidris acuminata Lembar Gambar 25
(I: Sharp-tailed Sandpiper)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (19 cm), paruh pendek. Tudung kepala merah kecoklatan, alis pucat, dada
kekuningan. Ciri khasnya adalah setrip-setrip hitam yang nyata pada bagian bawah tubuh. Perut putih, ekor
bagian tengah hitam dan tepinya putih. Terdapat palang putih sempit pada sayap. Pada musim panas, berwarna
lebih kemerahan.
Iris coklat, paruh hitam, kaki kekuningan sampai hijau.
Suara: Seperti ratapan “ciuw“ atau “whiip”, suara tajam “whit-whit whit-it-it”, dan rajukan lunak.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut, tetapi bermigrasi pada musim dingin ke selatan sampai
Australia dan Selandia Baru.
Penyebaran lokal dan status: Lebih sebagai pengunjung agak langka di Kalimantan bagian utara, Jawa, dan
Bali.
Kebiasaan: Mendatangi rawa-rawa, beting lumpur, paya-paya, danau, dan sawah. Berbaur bebas dengan
perancah lain.
63
GAGANG-BAYAM - SUKU RECURVIROSTRIDAE
Suku yang tersebar di dunia, terdiri dari tujuh jenis. Berkaki sangat panjang.Mudah dikenal karena hanya
ada dua jenis di Sunda Besar.
Suku yang terdiri dari tiga jenis perancah pelagik khusus. Tubuh ramping dan anggun, paruh sempit dan
tajam. Bulu-bulu lebat dan halus seperti pada itik, membuat tubuhnya mudah mengapung. Jari kaki
bercuping, tidak berselaput renang. Di luar masa berbiak, menghabiskan hampir seluruh waktunya di laut,
hidup dalam kelompok, menyelisir dan mencari makan berdekatan. Semua berbiak di bagian dunia sebelah
utara, datang ke kawasan tropis hanya pada musim dingin. Sibley dan Monroe (1990) menempatkan
kembali kelompok ini di dalam suku Scolopacidae.
Di Sunda Besar ada dua jenis.
64
Iris coklat, paruh hitam, kaki kelabu.
Suara: Tunggal atau berulang: ”cek”.
Penyebaran global: Berbiak di Holartik, pada musim dingin menyebar ke semua lautan.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung pada musim dingin yang tidak jarang dan migran lewat di
lautan sekitar Sunda Besar. Kadang-kadang melewati pedalaman Kalimantan.
Kebiasaan: Pada musim dingin, datang ke laut dalam kelompok, mencari makan berupa plankton di
permukaan laut. Agak jinak dan mudah didekati. Kadang-kadang datang ke pedalaman, makan di kolam
atau beting lumpur. Suatu kelompok kecil pernah terlihat sampai ketinggian 1.200 m di dataran tinggi
Kelabit, Kalimantan.
Suku kecil dari perancah yang khusus. Cirinya adalah kaki panjang dan kuat, tidak ada jari belakang, lutut
membesar (karena itu nama Inggrisnya Thick-knee). Paruh lurus, agak pendek, dan kuat. Mata besar dan
kuning bening, sayap biasanya ditandai oleh warna hitam dan putih. Hidup di daerah berpasir di pantai atau
hutan kerangas.
Hanya satu jenis di Sunda Besar.
Suatu suku kecil. Sayap panjang. Paruh kuat, membengkok, dan meruncing. Terdapat dari Afrika sampai
Australia. Pemakan serangga, yang ditangkapnya selagi terbang (seperti kepinis) atau sewaktu lari di tanah.
Kebanyakan merupakan burung migran.
Di Sunda Besar ada dua jenis.
65
bergoyang, tetapi juga terbang menangkap serangga di udara (seperti kepinis). Sering terlihat di lapangan
udara.
Suku kecil burung laut berpunggung gelap, tersebar luas di dunia. Penampilan hampir mirip camar, tetapi
beberapa di antaranya mempunyai bulu ekor bagian tengah yang memanjang. Dikenali karena secara
agresif menyerang burung laut lain, dan memaksa untuk melepaskan atau memuntahkan kembali
makanannya. Sibley dan Monroe (1990) menempatkan kembali jenis-jenis ini sebagai tribus di bawah suku
Laridae.
Empat jenis (semuanya langka) terdapat di lautan sekitar Sunda Besar.
66
Penyebaran global: Berbiak di Arktik, bermigrasi pada musim dingin ke lautan belahan selatan.
Penyebaran lokal dan status: Lebih jarang daripada Camar-kejar pomarin. Dilaporkan terlihat di Bali,
tetapi banyak pengamatan yang belum dapat dikonfirmasikan.
Kebiasaan: Terbang rendah di atas permukaan laut. Menyerang burung laut lain, berputar, dan mengejar
sampai mereka menjatuhkan atau memuntahkan makanannya. Kadang-kadang mengikuti kapal dan
memakan sampah yang dibuang.
Suku besar burung laut yang tersebar luas di dunia. Pemakan ikan dan bangkai. Kebanyakan jenis berwarna
putih dengan ujung sayap yang hitam serta perbedaan tingkat warna hitam, kelabu, dan coklat pada kepala
dan bagian atas tubuh. Burung muda berbintik coklat, dan memerlukan waktu beberapa tahun untuk
mempunyai bulu-bulu dewasa secara penuh. Dibandingkan dengan dara laut: tubuh lebih besar, sayap lebih
membulat, dan terbang lebih berat. Paling umum terdapat di kawasan beriklim sedang, tempat arus naik di
laut yang dalam (upwellings), yang mendukung melimpahnya ikan pelagik.
Tidak ada jenis penetap di Sunda Besar, yang tercatat hanya tiga jenis sebagai pengunjung.
67
Kebiasaan: Di Sunda Besar umumnya terbang di tengah laut. Hinggap pada permukaan air, benda
terapung, tiang perangkap ikan, atau terbang berkeliling dalam kelompok bersama jenis camar lain di atas
kawanan ikan.
Suku burung laut yang anggun dan tersebar luas di dunia. Kaki pendek, sayap menajam panjang, ekor
menggarpu, paruh halus tajam. Terbang dengan bingkas, dan sering terbang diam di atas air sambil
mengepak-ngepakkan sayap sebelum menyelam untuk menangkap ikan kecil. Berkumpul dalam kelompok
besar yang berputar-putar di tempat yang banyak ikannya. Sering ditemukan di pesisir, atau bahkan di
laguna dan sungai yang jauh di pedalaman. Beberapa jenis bersifat migran, berbiak di belahan bumi paling
utara atau selatan, dan hanya datang ke kawasan tropis pada musim dingin.
Dari 16 jenis yang ada, tujuh menetap di Sunda Besar dan berbiak dalam koloni di pantai atau di
atas batu karang. Sarang berupa kikisan sederhana pada pasir atau kerikil.
68
Penyebaran lokal dan status: Pergerakannya tidak teratur melalui Indonesia, tercatat dari Sumatera,
Kalimantan, Jawa, Bali, Maluku, dan P. Irian. Pengunjung tetap musim dingin di Sumatera, Jawa, dan Bali,
tetapi beberapa di antaranya juga sering terlihat pada musim panas.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil atau kadang-kadang dalam kelompok besar. Sering terbang
sampai sejauh 20 km ke daratan, untuk mencari makan di tanah yang tergenang dan di sawah. Mengambil
makanan dengan cara menyambar atau terbang rendah di atas perairan.
69
pada sayap depan dan warna kehitaman pada pinggir bulu ekor terluar. Remaja: tubuh bagian atas lebih
coklat dan mantel bersisik.
Iris coklat, pangkal paruh hitam (musim dingin) dan merah (musim panas), kaki kemerahan (lebih gelap
pada musim dingin).
Suara: Keras: "kiir-ar" menurun, dengan penekanan pada nada pertama.
Penyebaran global: Berbiak di Amerika utara, Eropa, dan Asia. Pada musim dingin mengembara ke
selatan, yaitu ke Amerika selatan, Afrika, Indonesia, dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Pada musim dingin bermigrasi tidak teratur di Sunda Besar. Kadang-
kadang terlihat dalam kelompok yang sangat besar dengan beberapa burung yang masih dalam bulu tidak
berbiak musim panas.
Kebiasaan: Mengunjungi perairan pantai dan kadang-kadang perairan daratan. Beristirahat pada tenggeran
tinggi seperti panggungan pemancingan dan batu-batu. Penerbang tangguh, mencari makan dengan cara
menjatuhkan diri untuk menyelam ke dalam laut.
70
Penyebaran global: Tersebar luas di Samudera Atlantik, Samudera Indonesia, dan Samudera Pasifik
sampai ke Australia.
Penyebaran lokal dan status: Penetap di lepas pantai Sunda Besar, terlihat dekat pantai. Kebanyakan
tinggal sepanjang pergantian bulu musim panas.
Kebiasaan: Berdiam jauh di tengah laut, mendatangi tepi pantai hanya pada cuaca buruk atau pada masa
berbiak. Kurang bersifat sosial, hidup sendirian atau dalam kelompok kecil. Terbang dengan anggun dan
membingkas. Mencari makan dengan mengeduk serangga atau ikan di permukaan air, tidak menyelam.
Sering beristirahat pada bangkai kapal atau di atas tiang kapal pada waktu malam. Berbiak dalam
kelompok, berbaur dengan Dara-laut tengkuk-hitam.
71
246. DARA-LAUT BENGGALA Sterna bengalensis Lembar Gambar 30
(I: Lesser Crested-Tern; M: Camar Kecil Berjambul)
Deskripsi: Berukuran sedang (40 cm), berjambul. Mirip Dara-laut jambul, tetapi berukuran lebih kecil,
dahi hitam pada saat bulu biak, paruh jingga khas. Pada musim dingin: dahi dan mahkota berubah menjadi
putih, jambul tetap hitam. Burung anak: mirip dewasa tidak berbiak, tetapi berbintik kecoklatan pada tubuh
bagian atas dan bulu terbang abu-abu gelap.
Iris coklat, paruh jingga, kaki hitam.
Suara: Teriakan parau "kirrik".
Penyebaran global: Berbiak di sepanjang L. Merah, Teluk Persia, India, Asia tenggara, Kalimantan,
Filipina, P. Irian, dan Australia utara.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung tetap di perairan Sumatera dan Kalimantan, tetapi jauh lebih
jarang daripada Dara-laut berjambul. Pengunjung musim dingin yang tetap di Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Sangat sosial. Hidup dalam kelompok besar, sering berbaur dengan jenis lain, terutama Dara-
laut jambul. Mengunjungi perairan pantai dan pantai pasir, lumpur, atau karang. Sering mencari makan
sampai ke tengah laut, beristirahat dalam kelompok yang ribut pada bagan pemancingan dan pelampung.
Menceburkan diri secara vertikal untuk menyelamkan seluruh tubuhnya.
72
249. CAMAR-ANGGUK HITAM Anous minutus Lembar Gambar 30
(I: Black Noddy)
Deskripsi: Berukuran agak kecil (31 cm), berwarna coklat kehitaman. Mahkota keputih-putihan, ekor
bertakik. Sangat mirip Camar-angguk coklat. Perbedaannya: ukuran lebih kecil dan lebih langsing,
mahkota putih bersih, memanjang ke belakang sampai menutupi tengkuk, paruh lebih ramping dan
panjang. Di bawah mata ada lengkung putih yang jelas. Burung anak: mahkota kurang putih, ujung
penutup sayap atas dan bulu sekunder kuning.
Iris coklat, paruh hitam, kaki coklat kehitaman.
Suara: Keras, parau: "kik-kirrik" dan getaran "carr".
Penyebaran global: Ditemukan di seluruh lautan tropis dan subtropis Pasifik dan Atlantik. Keberadaannya
di Samudera Indonesia digantikan oleh Camar-angguk kecil A. tenuirostris yang berkerabat dekat.
Penyebaran lokal dan status: Pengembara yang jarang terlihat di pesisir barat Kalimantan. Pengunjung
berbiak di sepanjang pesisir timur Sumatera. Tidak umum di sepanjang pesisir utara Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Seperti Camar-angguk coklat.
Catatan: Mungkin sejenis dengan A. tenuirostris, dalam hal ini nama Camar-angguk topi-putih menjadi
lebih diterima.
73
MERPATI-MERPATIAN – SUKU COLUMBIDAE
Suku ini tersebar sangat luas di dunia. Makanan utamanya adalah buah-buahan dan biji-bijian.
Hampir semua jenis memiliki tubuh yang padat gemuk dengan paruh yang pendek, tetapi kuat.
Sarang terbuat dari ranting-ranting yang tampak rapuh, tempat meletakan telurnya yang putih di
dalamnya. Kicauan berupa suara berirama yang diulang-ulang. Ketika terbang, kepakan sayapnya
berbunyi khas. Di Sunda Besar ada 30 jenis, yang dibagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut:
1. Punai/walik (Treron, Ptilinopus): ukuran tubuh relatif kecil, dengan bulu-bulu tubuh yang
umumnya berwarna cerah, tetapi tanpa warna-warna metalik, bersifat arboreal.
2. Pergam (Ducula, Columba): ukuran tubuh besar, dengan bulu-bulu tubuh yang mengilap, bulu-
bulu tubuh bagian bawah biasanya keputih-putihan atau abu-abu, umumnya bersifat arboreal.
3. Merpati tanah (Macropygia, Streptopelia, Geopelia, Caloenas): meliputi jenis-jenis burung
yang sering berada di permukaan tanah, warna bulu tubuh bagian atas kehijauan mengilap atau
coklat kemerah-merahan buram/pucat.
74
253. PUNAI LENGGUAK Treron curvirostra Lembar Gambar 31
(I: Thick-billed Green-Pigeon; M: Punai Lengguak)
Deskripsi: Berukuran sedang (27 cm), berwarna hijau, bertubuh tegap. Jantan: punggung dan
penutup atas sayap merah-coklat (betina: hijau gelap). Dahi dan mahkota abu-abu, leher hijau.
Tubuh bagian bawah hijau kekuningan, sayap kehitaman dengan garis kuning tebal dan bulu tepi
kuning, bulu ekor tengah hijau. Bagian lainnya abu-abu dengan garis hitam pada bagian tengah,
bagian sisi hijau bergaris-garis putih, penutup bawah ekor coklat kemerahan. Perbedaannya
dengan Punai penganten: warna hijau pada tubuh bagian sisi sampai muka.
Iris kuning, kulit di sekeliling mata hijau kebiruan terang, paruh hijau dengan pangkal merah atau
warna zaitun (di Jawa barat, Mentawai, dan Enggano), kaki merah padam.
Suara: Mirip Punai kecil, tetapi kurang meratap dan lebih terpotong-potong.
Penyebaran global: India barat daya dan Nepal, Asia tenggara, Filipina, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk ras-ras endemik di pulau-pulau kecil di
sekitarnya) dan Kalimantan, termasuk umum ditemukan di hutan-hutan dataran rendah sampai
ketinggian 200 m, tetapi kadang-kadang di Kalimantan lebih tinggi lagi. Di Jawa, hanya tercatat
di P. Deli dan P. Tinjil, lepas pantai barat daya Jawa.
Kebiasaan: Ramai. Bersama-sama makan dalam kelompok. Sering terlihat terbang ke sana ke
mari pada tajuk pohon yang rendah.
75
256. PUNAI KECIL Treron olax Lembar Gambar 31
(I: Little Green-Pigeon; M: Punai Daun)
Deskripsi: Berukuran paling kecil (22 cm), berwarna hijau. Jantan: bulu penutup sayap,
punggung, dan mantel coklat-merah tua, kepala abu-abu, dada jingga, perut hijau, bagian penutup
bawah ekor coklat kemerahan. Betina: mahkota keabuan, dagu putih, dada dan perut hijau,
punggung hijau gelap, penutup bawah ekor kuning.
Iris putih, paruh putih sampai hijau kebiruan, kaki merah.
Suara: Siulan panjang, melengking, meninggi, dan menurun (D.A.H), sampai enam detik.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatera, dan Jawa barat.
Penyebaran dan status: Di Kalimantan dan Sumatera, umum dijumpai sampai ketinggian 1.400
m. Sangat jarang di hutan dataran rendah di Jawa barat.
Kebiasaan: Mendiami hutan, taman, dan pekarangan, tetapi lebih menyukai habitat-habitat di
hutan submontan. Ditemukan berpasangan atau dalam kelompok kecil.
76
kehitaman terputus dan ujung putih yang tersembunyi oleh bulu-bulu hijau pada bagian tengah,
sisi perut dan pantat bertepi putih, bulu penutup ekor bawah coklat tua.
Iris coklat, paruh hijau pucat, kaki kuning.
Suara: Seperti rangkong atau angsa, menderuk dalam: “ku”. Suara ketika makan: cegukan dan
berparut: “kak-kak kak, kwok-kwok-kwok”.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Jawa, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan, tidak jarang di hutan dataran rendah
sampai ketinggian 1.300 m. Jarang ditemukan di Jawa, hanya ada satu catatan baru.
Kebiasaan: Hidup sendirian atau berpasangan, berkumpul pada pohon buah-buahan. Menyukai
hutan primer dan tempat-tempat terbuka di dalam hutan.
77
263. WALIK PUTIH Ptilinopus cinctus Lembar Gambar 32
(I: Black-backed Fruit-Dove)
Deskripsi: Berukuran sedang (34 cm), mudah dikenali dari warnanya yang hitam dan putih.
Kepala dan leher putih-abu-abu, menjadi putih bersih ke arah dada, ada garis hitam melintang pada
dada bagian bawah. Punggung hitam kehijauan gelap, bagian ujung ekor bergaris abu-abu, perut
dan tunggir abu-abu.
Iris coklat, paruh abu-abu, kaki merah.
Suara: Derukan yang dalam: “whu”, dalam seri empat-delapan nada dan interval dua sampai tiga
detik.
Penyebaran: Bali dan Nusa Tenggara sampai Timor.
Penyebaran lokal dan status: Jarang terdapat di hutan-hutan yang kering di Bali.
Kebiasaan: Hidup sendirian atau dalam kelompok kecil. Terbang cepat dengan kepakan sayap
berbunyi seperti siulan. Berjemur di bawah sinar matahari di tempat bertengger yang terbuka.
Pergam
78
dan penutup bawah kuning tua. Perbedaannya dengan Pergam punggung-hitam: dagu putih,
punggung keunguan, pantat kuning tua; dengan Pergam hijau: ekor berwarna ganda.
Iris putih atau abu-abu, paruh merah padam dengan ujung putih, kaki merah padam.
Suara: “Klik” yang diikuti derukan melankolis dan menggema: “klik-bruum-bruum”.
Penyebaran global: India, Asia tenggara, Kalimantan, Sumatera, dan Jawa barat.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan dan Sumatera merupakan pergam yang paling
umum ditemukan di hutan-hutan pegunungan, antara ketinggian 400-2.200 m, tetapi sering juga
mendatangi hutan mangrove. Di Jawa, sangat jarang ditemukan di bukit dan pegunungan, sering
tertukar dengan Pergam punggung-hitam yang lebih umum ditemukan. Terdapat catatan baru di
Jawa, misalnya di G. Halimun.
Kebiasaan: Burung di daerah pantai suka mandi di air hutan mangrove dan melakukan perjalanan
harian ke daratan. Populasi di pegunungan melakukan perjalanan harian menuju daerah-daerah
dataran rendah tempat mencari makan. Lebih pemalu dibandingkan Pergam hijau.
79
(I: Metallic Pigeon)
Deskripsi: Berukuran besar (42 cm), berwarna gelap tetapi mengilap. Tenggorokan putih.
Tengkuk, punggung, sayap, dan ekor abu-abu tua, berbaur dengan ujung-ujung bulu yang hijau
metalik mengilap. Kepala bagian atas, mantel, dan tubuh bagian bawah abu-abu keunguan dengan
kilapan ungu muda. Sekeliling mata merah tua.
Iris coklat dengan lingkaran kuning, paruh kuning berpangkal merah, kaki merah tua.
Suara: Nada “hooo ooo ooo” yang menggema, dengan tekanan pada nada kedua terakhir. Juga
derukan yang lemah.
Penyebaran global: Filipina sampai Nusa Tenggara dan Pasifik barat.
Penyebaran lokal dan status: Mendiami pulau-pulau kecil serta pulau-pulau lepas pantai
Kalimantan timur, seperti P. Tiga, P. Mantanani, dan P. Maratua, mudah dijumpai di beberapa
tempat.
Kebiasaan: Mendiami hutan pantai yang tinggi di pulau-pulau kecil.
80
Merpati tanah
81
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan dan Sumatera, umum di hutan-hutan perbukitan dan
pegunungan bawah. Sering terdapat di pegunungan di Jawa dan Bali (kadang-kadang dalam
jumlah besar), antara ketinggian 300-2.000 m.
Kebiasaan: Menyukai tepi hutan. Dalam kelompok, sering menyerang sawah yang berdekatan
secara musiman.
82
(I: Emerald Dove; M: Punai Tanah, Punai Dekut)
Deskripsi: Berukuran sedang (25 cm), berekor agak pendek. Sisi tubuh bagian bawah jingga
kemerahan. Mahkota abu-abu, dahi putih, tungging abu-abu, sayap hijau mengilap. Betina: tidak
memiliki mahkota abu-abu. Pada waktu terbang, terlihat dua buah garis putih dan hitam pada
bagian punggung.
Iris coklat, paruh merah dengan ujung jingga, kaki merah.
Suara: Dua nada yang dalam dan halus, meratap lepas: “tek-huup”, dengan penekanan pada nada
kedua.
Penyebaran global: Umum dan tersebar luas di dataran rendah hutan primer dan hutan sekunder
submontan dari India hingga Australia.
Penyebaran lokal dan status: Umum dijumpai di Kalimantan dan Sumatera. Di Jawa dan Bali,
sudah mulai jarang ditemukan.
Kebiasaan: Biasanya sendirian atau berpasangan. Menghabiskan sebagian besar waktunya di
lantai hutan yang tertutup rapat. Terbang sangat cepat dan rendah di hutan dengan mengepakkan
sayapnya. Minum di aliran sungai dan genangan air.
83
BURUNG PARUH BENGKOK (NURI DAN KAKATUA) – SUKU PSITTACIDAE
Suku besar yang beranekaragam dengan bulu berwarna-warni. Ditemukan di seluruh kawasan tropis dan
Australia. Kepala besar, paruh bengkok (tetapi kuat). Kaki kuat dan lincah, dengan dua jari menghadap ke
belakang. Bersarang pada lubang pohon. Kebanyakan memakan buah-buahan, biji-bijian, dan tepung sari.
Terbang cepat. Suara berupa panggilan keras dan tajam.
Di Sunda Besar ada sembilan jenis.
84
284. KAKATUA JAMBUL-KUNING Cacatua sulphurea Lembar Gambar 35
(I: Yellow-crested Cockatoo)
Deskripsi: Berukuran besar (33 cm), ribut, mencolok, berwarna putih. Jambul kuning, panjang-tegak, pipi
kuning.
Iris coklat gelap, paruh hitam, kaki abu-abu gelap.
Suara: Teriakan keras dan kasar: “kerk-kerk-kerk” serta siulan-siulan.
Penyebaran global: Endemik di Sulawesi dan Nusa Tenggara. Diintroduksi ke Singapura dan Hongkong.
Penyebaran lokal dan status: Genting (Collar dkk. 1994). Terdapat di P. Nusa Penida, lepas pantai P. Bali.
Ras abbotti yang sangat jarang terdapat di P. Masalembu Besar, L. Jawa. Kadang-kadang terlihat di Jawa dan
Bali, kemungkinan burung yang lepas dari peliharaan.
Kebiasaan: Hidup berpasangan atau berkelompok dalam jumlah kecil. Sangat mencolok ketika terbang, dengan
kepakan sayap yang cepat dan kuat diselingi gerakan melayang serta saling meneriaki. Bila sedang bersuara dari
tempat bertengger, jambul ditegakkan lalu diturunkan.
85
288. SERINDIT MELAYU Loriculus galgulus Lembar Gambar 35
(I: Blue-crowned Hanging-Parrot; M: Bayan Kecil, Serindit)
Deskripsi: Berukuran kecil (12 cm), bertunggir merah. Satu-satunya Serindit yang ada di Kalimantan dan
Sumatera. Jantan: hijau, tunggir dan ekor merah, serta ada bercak merah pada tenggorokan, bercak biru pada
mahkota, dan bercak keemasan pada mantel. Betina: tenggorokannya tidak merah.
Iris coklat, paruh hitam, kaki jingga atau coklat.
Suara: Siulan bernada sangat tinggi: “dzi” yang disuarakan pada waktu terbang.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni hutan dataran rendah yang umum ditemukan di seluruh Sumatera
(termasuk pulau-pulau kecil di sekitarnya) dan Kalimantan, sampai ketinggian 500 m. Tercatat di pesisir barat
Jawa, mungkin tersesat dari Sumatera, tetapi kemudian menetap.
Kebiasaan: Terbang cepat di atas hutan dalam kelompok kecil, dengan kepakan sayap yang menderu sambil
berteriak-teriak. Memakan bunga-bungaan, kuncup bunga, dan buah-buahan kecil. Merayap dan merangkak
pada dahan-dahan pohon dengan gaya yang lucu. Sulit dilihat karena ukurannya kecil dan warna hijaunya.
Memiliki kebiasaan aneh, yaitu tidur bergantung dengan kepala di bawah. Betina sering tampak membawa
bahan-bahan sarang yang diselipkan di antara bulu-bulu tunggirnya.
Suku burung pemakan serangga. Tubuh ramping memanjang, sayap dan ekor panjang. Termasuk kerabat burung
yang tersebar luas di dunia. Dua jari kaki bagian dalam menghadap ke depan dan dua jari kaki bagian luar
menghadap ke belakang. Paruh melengkung dan kuat, digunakan untuk menangkap serangga besar. Beberapa
jenis mengutamakan ulat kupu-kupu (termasuk yang berbulu) sebagai makanannya.
Ada empat kelompok utama suku ini yang terdapat di Sunda Besar, yakni:
1. Burung Kangkok sejati (kangkok, wiwik, dan kedasi): hidup di pohon, sayap runcing, bulu sering bercoret-
coret atau bergaris-garis, berbiak secara parasit yaitu, dengan meletakkan telur pada sarang burung jenis lain,
yang selanjutnya ditetaskan dan dipelihara oleh burung tersebut.
2. Burung Kadalan: paruh berwarna-warni, ekor sangat panjang, kaki panjang-kuat. Suka merayap-rayap di
antara semak belukar yang sangat rimbun, mengeluarkan suara derukan yang rendah.
3. Tokhtor: burung besar dengan ekor panjang, hidup di tanah.
4. Bubut: warna tubuh hitam dan coklat, ekor panjang, hidup di habitat belukar dan rerumputan. Terbang
kurang cekatan, bergerak dengan gaya melompat-lompat yang khas.
Di Sunda Besar dan Nusa Tenggara ada 28 jenis, beberapa di antaranya sangat sulit untuk
diidentifikasi. Kebanyakan jenis sebaiknya diidentifikasi melalui suaranya.
86
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan dan Sumatera, kadang-kadang saja ditemukan sampai ketinggian
1.500 m. Di Jawa jarang terdapat.
Kebiasaan: Pemalu, tinggal pada vegetasi yang rendah di hutan semak, hutan mangrove, lahan pertanian, dan
pekarangan. Kebiasaan sama dengan kadalan, yaitu hinggap dan memanjat di sekitar vegetasi yang rendah untuk
berburu serangga. Pada waktu terbang, mengepak-ngepakkan sayap seperti bubut dengan jambul direndahkan.
87
dengan punggung yang coklat. Betina: lebih coklat daripada jantan. Burung muda: ada garis-garis kuning tua
pada bagian kepala dan bagian atas punggung.
Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah kehijauan, kaki kuning.
Suara: Siulan empat nada yang ditekan dengan lancar, jelas, dan keras seperti bunyi “blan da ma bok”, diulang
terus menerus, sering pada malam hari. Nada keempat lebih rendah (D.A.H.).
Penyebaran global: Asia selatan, Asia tenggara, Filipina, Kalimantan, Sumatera (termasuk pulau-pulau kecil di
sekitarnya), dan Jawa barat.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan terdapat ras-ras penetap dan pengunjung musim
dingin. Tidak begitu umum dijumpai di hutan-hutan sampai ketinggian 1.000 m. Di Jawa terdapat ras penetap
yang kecil dan ras migran yang lebih besar, tetapi keduanya jarang ditemukan.
Kebiasaan: Umumnya tingal pada tajuk pohon yang tinggi di dalam hutan. Lebih sering terdengar daripada
terlihat.
88
Penyebaran lokal dan status: Burung ini umum dijumpai di daerah dataran rendah, sampai ketinggian 900 m
dan jarang ditemukan di pegunungan sampai ketinggian 1.500 m. Baru-baru ini terlihat di Bali.
Kebiasaan: Menyukai hutan terbuka, tepi hutan, semak sekunder dan lahan garapan. Burung ini sering
terdengar, tetapi jarang terlihat.
89
Suara: Nada tinggi: “ki-vik, ki-vik”, biasanya pada waktu menukik. Juga getaran makin cepat yang merdu,
berdesik menurun.
Penyebaran global: Asia timur, Asia tenggara, Kalimantan, Sumatera (termasuk pulau-pulau kecil di lepas
pantai), Jawa, dan Filipina.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan dan Sumatera, agak mudah ditemukan sampai ketinggian 700
m. Di Jawa, penghuni yang jarang di dataran rendah.
Kebiasaan: Daripada hutan primer, lebih menyukai tepi hutan, pekarangan, hutan mangrove, dan perkebunan.
Umumnya bersembunyi, mengendap-endap di dahan-dahan, menangkap serangga atau bertengger tidak
bergerak pada bagian pucuk pohon yang tinggi sambil mengeluarkan suara panggilan.
90
‘malayanus’ sangat rumit dan belum terpecahkan. Penyebaran tersebut di atas hanya berdasarkan spesimen,
masih diperlukan catatan yang rinci untuk mendukung kebenarannya.
91
(I: Green-billed Malkoha; M: Cenok Kera)
Deskripsi: Berukuran besar (55 cm). Paruh hijau, ekor sangat panjang. Kepala dan mantel abu-abu, tubuh
bagian bawah abu-abu kecoklatan, ada tangkai bulu bergaris gelap jelas pada kerongkongan dan dada, punggung
sayap dan ekor hijau metalik gelap, bulu ekor berujung putih.
Iris coklat, bagian yang tidak berbulu di sekeliling mata berwarna merah, paruh hijau, kaki hitam.
Suara: Suara mengotek dan mengorek seperti suara katak.
Penyebaran global: Himalaya, Cina, Asia tenggara, Sumatera, dan P. Kangean.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, sering dijumpai di hutan perbukitan dan hutan dataran rendah di
sepanjang Peg. Bukit Barisan, antara ketinggian 500-1.500 m. Umum dijumpai di P. Kangean.
Kebiasaan: Tingkah laku khas seperti bubut lainnya. Menyukai lapisan tengah tajuk hutan primer, hutan
sekunder, dan perkebunan.
Catatan: Ras di P. Kangean kadang-kadang dianggap sebagai jenis tersendiri P. kangeangensis.
92
313. TOKHTOR SUNDA Carpococcyx radiceus Lembar Gambar 38
(I: Sunda Ground-Cuckoo)
Deskripsi: Berukuran sangat besar (60 cm), menyukai hutan dan hidup terestrial. Kepala dewasa: hitam
(menjadi ciri khas), mantel abu-abu tersapu hijau metalik, ekor dan sayap ungu metalik, tubuh bagian bawah
bergaris-garis hitam dan putih. Burung muda: tubuh bagian bawah merah karat seragam. Ras Sumatera: lebih
hijau dan lebih kecil, kepala kurang hitam, tubuh bagian bawah lebih kuning tua daripada ras Kalimantan.
Iris coklat atau abu-abu, kulit gundul di sekitar mata berwarna hijau, paruh dan kaki hijau.
Suara: Seperti batuk: “heh heh heh”. Suara keras bernada dua “tock-tor”, nada pertama naik temponya, nada
kedua temponya turun, semerdu suara tekukur atau takur (D.A.H.).
Penyebaran global: Endemik di Sumatera dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Ada beberapa catatan dari Sumatera, antara
ketinggian 300-1.700 m di daerah Bukit Barisan dari Singgalang menuju selatan ke G. Dempu. Di Kalimantan
termasuk jarang dan tersebar tidak merata, meskipun tercatat di semua tempat.
Kebiasaan: Pemalu, hidup terestrial di hutan.
93
317. BUBUT JAWA Centropus nigrorufus Lembar Gambar 38
(I: Sunda Coucal)
Deskripsi: Berukuran besar (46 cm), berwarna hitam dan coklat kemerahan, berekor panjang. Bulu hitam
mengilap ungu, kecuali sayap yang merah karat. Perbedaannya dengan bubut lain: punggung, penutup sayap,
dan bulu sekunder dalam hitam.
Iris merah, paruh dan kaki hitam.
Suara: Seri panjang terdiri dari nada “bup” mirip Bubut besar dan suara mirip ayam berkotek.
Penyebaran global: Endemik di Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Rentan (Collar dkk. 1994). Terbatas di hutan mangrove dan vegetasi rawa di
pesisir Jawa. Dulu banyak ditemukan di rawa-rawa air tawar, tetapi sekarang sangat terbatas, dan hanya tercatat
di Ujung Kulon, Karawang, Indramayu, Segara Anakan, dan Muara Brantas. Satu catatan dari Sumatera (tahun
1902) dianggap sebagai kesalahan. Mungkin terancam disaingi Bubut alang-alang karena habitatnya diganti
tambak ikan dan udang.
Kebiasaan: Terdapat di payau dekat pantai, semak-semak Acrosticum yang rapat, dan alang-alang dekat hutan
mangrove. Perilakunya sama dengan bubut lain.
94
BURUNG HANTU - SUKU STRIGIFORMES
Burung hantu sangat dikenal, tersebar di seluruh dunia. Ciri khasnya adalah bermata besar. Burung malam
pemangsa dengan suara yang angker. Kepala besar dan bulat, muka rata, dan mata mengawasi ke depan.
Kebanyakan jenis ini mempunyai bentuk piringan muka yang khas di seputar mata. Ada dua suku, yaitu Serak dan
Burung Hantu asli.
Semua jenis mengerami telurnya yang putih. Kebanyakan sarang berupa lubang pada pohon, bahkan
kadang-kadang lubang pada bangunan. Aktif pada malam hari, tetapi sulit dilihat. Identifikasi yang paling baik
adalah melalui suara.
Suku burung malam yang kelihatan sangat aneh, berkerabat dengan cabak, tetapi lebih mampu beradaptasi
hidup dalam hutan. Paruh-kodok merupakan nama yang tepat karena bukaan mulutnya luar biasa lebar, berguna
untuk menangkap serangga di lantai hutan dan di antara cabang-cabang. Ditemukan mulai dari Asia tenggara
sampai P. Irian dan Australia. Semua jenis memiliki bulu berbintik, berguna untuk menyamarkan diri. Duduk
tegak lurus sepanjang hari pada tenggeran yang rendah. Bertelur satu butir pada sarang yang berbentuk
mangkuk, terimbangkan di posisi genting pada ranting mendatar.
Ada enam jenis di Sunda Besar.
101
343. PARUH-KODOK KEPALA-PUCAT Batrachostomus poliolophus Lembar Gambar 41
(I: Short-tailed Frogmouth)
Deskripsi: Berukuran sedang (30 cm), berwarna coklat keabuan (jantan) atau kerah merah kecoklatan (betina).
Berkas telinga panjang dan bercoretan halus hitam. Mirip bentuk abu-abu dan merah bata Paruh-kodok tanduk,
tetapi ekor lebih pendek dan tidak ada garis-garis pucat.
Iris kuning, paruh tanduk, kaki merah muda keputih-putihan.
Suara: Siulan yang diulangi: "waa-didididididi" meratap, nada pertama pendek naik, selanjutnya menurun.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Data kurang (Collar dkk. 1994; Shannaz dkk. 1995). Penetap yang tidak umum
di perbukitan Bukit Barisan (Sumatera), antara ketinggian 600-1300 m (tetapi hanya sedikit catatan). Di
Kalimantan, spesimen kebanyakan diambil dari G. Dulit dan dataran tinggi Kelabit, tetapi mungkin tersebar
luas.
Kebiasaan: Seperti paruh kodok lain.
Catatan: Populasi di Kalimantan kadang-kadang diperlakukan sebagai jenis endemik B. mixtus.
Berkaki pendek, pemakan serangga, aktif pada malam hari. Mempunyai jaring rambut di sekitar paruh, untuk
menangkap serangga sewaktu terbang. Pada siang hari beristirahat di atas tanah. Terbang secara tidak menentu,
perlahan sambil mengepak-gepakkan sayap. Suara dikeluarkan secara monoton. Telur diletakkan di dalam korekan
di atas tanah, tanpa bahan sarang apa pun.
Di Sunda Besar ada dua jenis yang ber"telinga" dan lima jenis tanpa "telinga".
103
348. CABAK KELABU Caprimulgus indicus Lembar Gambar 41
(I: Grey Nightjar; M: Tukang Kelabu)
Deskripsi: Berukuran agak besar (28 cm), berwarna keabuan. Jantan: tidak ada kerah tengkuk merah karat seperti
Cabak maling, terdapat tanda putih pada empat pasang bulu ekor terluar dan bercak putih pada pangkal bulu primer.
Betina mirip jantan, tetapi ekor berbercak kuning tua.
Iris coklat, paruh kehitaman, kaki coklat.
Suara: Keras, tajam: "cak", diulangi secara cepat dalam kisaran yang mantap sekitar enam kali per detik, kemudian
berakhir dengan "crrrr". Jarang mengeluarkan suara pada musim dingin.
Penyebaran global: Penetap di India, Cina, Asia tenggara, dan Filipina. Mengembara ke Kalimantan, Sumatera,
Jawa, dan P. Irian.
Penyebaran lokal dan status: Jarang di Sumatera, tetapi ditemukan di dataran rendah dan perbukitan di hampir
seluruh Kalimantan. Kebanyakan ditemukan di pegunungan. Tidak tercatat di Bali.
Kebiasaan: Lebih menyukai hutan pegunungan terbuka dan semak-semak. Terbang khas cabak. Pada siang hari,
berdiam di tanah atau pada cabang horisontal.
Suku burung pemakan serangga, terbang cepat, dan tersebar luas di dunia. Sepintas seperti burung layang-
layang, tetapi lebih dekat kekerabatannya dengan kolibri di Amerika.
Ciri khas: sayap panjang dan runcing, menunjuk ke belakang saat terbang, ekor pendek persegi atau
panjang menajam, kaki sangat kecil. Jarang bertengger di pohon, biasanya beristirahat dengan cara
bergantungan pada dinding karang dengan kukunya yang tajam. Bersarang di gua, lubang pohon, atau di bawah
langit-langit rumah. Sarang berbentuk mangkuk, terbuat dari lumpur atau air ludahnya (pada beberapa jenis).
Walet mencari makan sambil terbang, dengan menggunakan mulut yang lebar untuk menangkap
serangga. Beberapa walet yang bersarang di gua menggunakan sejenis sistem sonar (“ekholokasi”) dengan suara
ceklekan untuk menemukan jalan di kegelapan.
Ada 16 jenis walet di Sunda Besar, beberapa di antaranya sulit dikenali sewaktu terbang. Walet sarang-
putih, Walet sarang-hitam, Walet sarang-lumut, dan Walet gunung kadang-kadang dimasukkan ke dalam marga
Aerodramus.
108
366. WALET-PALEM ASIA Cypsiurus balasiensis Lembar Gambar 42
(I: Asian Palm-swift; M: Layang-layang Asia)
Deskripsi: Berukuran kecil (11 cm), tubuh ramping, berwarna coklat tua seluruhnya. Perbedaannya dengan
walet lain: sayap lebih sempit dan panjang, ekor menggarpu sangat dalam.
Iris coklat tua, paruh hitam, kaki keunguan.
Suara: Kicauan bernada tinggi: “ci-ci-ce-riit” yang dikeluarkan secara teratur.
Penyebaran global: India, Cina, Asia tenggara, Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, dan Filipina.
Penyebaran lokal dan status: Terdapat secara lokal di Kalimantan. Cukup umum terdapat di Sumatera, Jawa,
dan Bali, sampai ketinggian 1.500 m di habitat yang sesuai.
Kebiasaan: Penyebaran ditentukan oleh keberadaan palem dengan daun berbentuk kipas seperti palem kipas
Livistona, lontar Borassus, pinang Areca atau gebang Corypha, yang digunakan sebagai tempat bersarang dan
beristirahat. Sarang direkatkan di bawah daun palem.
Suku kecil dan penyebarannya terbatas di Asia tenggara. Sangat mirip burung layang-layang sejati. Perbedaannya:
biasa bertengger di pohon-pohon, sayap dan ekor lebih memanjang. Melakukan putaran terbang untuk mencari
serangga dari tenggeran tinggi di pohon. Sering terlihat dalam kelompok yang saling memanggil dengan suara
melengking. Sarang kecil, menempel pada batang-batang pohon tempat menempelkan sebutir telur putih.
Hanya ada dua jenis di Sunda Besar.
Suku burung bertubuh sedang yang berbulu mencolok. Paruh, kaki, dan sayap pendek. Ekor lebar-panjang, bulu-
bulu lunak dan halus. Terdapat di seluruh kawasan tropis. Dua jari kaki mengarah ke belakang. Telur-telur yang
kuning tua diletakkan di sarang dalam lubang pohon. Pemakan serangga, memburu mangsa kadang-kadang dari
cabang yang rendah di hutan lebat. Mempunyai suara serak yang khas.
Ada delapan jenis di Sunda Besar.
109
369. LUNTUR GUNTUNG Harpactes reinwardtii Lembar Gambar 43
(I: Blue-tailed Trogon)
Deskripsi: Berukuran besar (34 cm), berwarna hijau dan kuning. Dewasa: tubuh bagian atas hijau mengilap
kebiruan, kulit sekitar mata biru. Ekor biru mengilap kehijauan, dengan tiga bulu samping bertepi putih dan
ujung lebar putih. Bulu primer hitam bertepi putih, penutup sayap hijau bergaris-garis halus kuning (jantan) atau
coklat (betina). Tubuh bagian bawah kuning, dengan pita hijau kelabu pada dada atas. Ras di Sumatera: ukuran
lebih kecil, tunggir merah tua (jantan), bercak kuning pada tenggorokan lebih kecil. Burung muda: umumnya
kecoklatan dengan punggung sedikit biru kehijauan.
Iris coklat, paruh merah oranye (dewasa) dan coklat (burung muda), kaki oranye.
Suara: Parau menusuk: “ciirr, ciirr” atau “turr” yang keras, sambil menggerak-gerakkan ekor naik turun, ekor
lalu dikembangkan dan dilipat.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera (sepanjang Bukit Barisan) dan Jawa barat (sebelah timur G.
Papandayan).
Penyebaran lokal dan status: Walau agak jarang, menghuni hutan pegunungan antara ketinggian 1.000-2.500
m.
Kebiasaan: Hinggap tegak pada ranting datar di tempat teduh sambil menunggu serangga atau bersuara keras.
Terbang dari tenggeran yang satu ke tenggeran lainnya dengan kepakan sayap yang gaduh.
111
RAJA-UDANG - SUKU ALCEDINIDAE
Kelompok burung berwarna terang (banyak jenis berbulu biru metalik). Kaki dan ekor pendek, kepala besar,
paruh panjang kuat. Pemakan serangga atau vertebrata kecil, beberapa jenis memangsa ikan. Bersarang dalam
lubang di tanah, batang pohon, tebing sungai, atau sarang rayap. Telur keputih-putihan, berbentuk bola.
Tersebar luas di seluruh dunia. Beberapa jenis mengeluarkan suara keras kasar. Tiga jari depan sebagian
bergabung pada pangkal.
Ada 15 jenis di Sunda Besar.
Suku yang anggotanya sedikit dan ditemukan di seluruh Dunia Lama. Berwarna-warni dengan warna utama
hijau. Kaki pendek, bentuk badan anggun dengan paruh ramping panjang dan sedikit melengkung. Sayap
panjang-tajam, pada kebanyakan jenis terdapat bulu ekor tengah berbentuk pita. Kebanyakan jenis berkelompok
dan lebih menyukai daerah terbuka. Kelompok duduk pada cabang terbuka, terbang menyapu serangga yang
kemudian dibawanya kembali ke tenggeran. Mangsa dibanting-bantingkan ke benda keras untuk dipecahkan dan
116
dilunakkan sebelum dimakan. Tiga jari depan sebagian bersatu. Bersarang di lubang di tanah untuk meletakkan
telurnya.
Ada lima jenis di Sunda Besar, satu di antaranya merupakan pengunjung pada musim dingin di utara.
Berukuran sedang, berwarna terang. Burung bersayap panjang ini ditemukan di Eropa, Asia, Afrika, dan
Australia. Paruh kuat dan tajam. Makanan kebanyakan berupa serangga besar. Seperti raja-udang dan kirik-
kirik, tiga jari depan bergabung pada pangkalnya dan meletakkan telur yang putih pada lubang di tanah dan
pohon. Burung muda mempertahankan sarung penutup bulunya sampai bulu hampir tumbuh sepenuhnya.
Hanya satu jenis terdapat di Sunda Besar, dengan ciri khas paruh yang luar biasa lebar.
Suku kecil, hanya terdapat dua jenis yang tersebar di Eropa, Afrika termasuk Madagaskar, dan Asia. Dicirikan
oleh bulu yang mencolok, jambul yang dapat digerakkan, serta paruh panjang yang membengkok.
Di Sunda Besar hanya ada satu jenis.
Rangkong adalah burung berukuran besar, berwarna hitam atau coklat dan putih. Umumnya burung arboreal,
dengan paruh panjang dan besar. Beberapa jenis mempunyai tanduk (casque) yang menonjol di atas paruh yang
kadang-kadang berwarna mencolok. Rangkong terdapat di seluruh Afrika dan Asia tropis serta di seluruh
Indonesia sampai Papua Nugini. Memakan buah-buahan dan serangga. Suara kasar dan menusuk.
Tingkah laku bersarangnya sangat menarik. Burung betina yang sedang mengerami telurnya biasanya
dikurung di dalam lubang pohon yang ditutup dengan lumpur, hanya disisakan sedikit lubang yang cukup untuk
melewatkan makanan oleh jantan. Sewaktu telur menetas, betina memecahkan penutup sarang, lalu menutupnya
sampai saat burung muda siap untuk terbang.
Sepuluh jenis rangkong terdapat di Sumatera dan Kalimantan, tetapi hanya tiga jenis terdapat di Jawa.
Burung yang kecil, berwarna-warni dengan paruh yang besar dan kuat. Sekerabat dekat dengan pelatuk, mempunyai
kebiasaan sama, yaitu membuat lubang pada pohon untuk sarang. Kedua jenis ini juga mempunyai susunan jari yang
janggal: dua jari ke depan dan dua ke belakang, berguna untuk bergantung pada batang pohon vertikal.
Perbedaannya: takur memakan buah-buahan, biji, dan bunga, terutama menyukai buah ara kecil. Hampir semua jenis
takur mempunyai kebiasaan duduk diam untuk waktu yang lama di puncak pohon, mengeluarkan suara monoton
yang keras dan berulang. Karena warna utamanya hijau terang, takur sangat tersamar di lingkungannya. Identifikasi
lebih baik dilakukan melalui suaranya.
Di Sunda Besar ada 16 jenis.
Suku yang anggotanya sedikit ini kebanyakan tersebar di Afrika. Hanya dua jenis yang jarang terlihat di Asia dan
satu jenis yang terdapat di Sunda Besar.
Mempunyai dua jari ke belakang seperti takur, tetapi lebih menyerupai pipit dalam ukuran dan warna.
Paruh pendek dan kuat, tanpa bulu kumis. Bersarang pada lubang pohon, terutama memakan lebah dan tawon.
Dinamakan demikian karena beberapa jenis di Afrika diketahui dapat menuntun manusia dan teledu ke sarang
lebah di alam dan mengajak mereka untuk membukanya.
Suku yang beranggota banyak dan dikenal baik. Berukuran sedang dengan paruh yang panjang dan kuat untuk
125
melubangi kayu. Terdapat hampir di seluruh dunia, kecuali Australia. Semua jenis menggunakan batang dan cabang
pohon. Mengebor atau mencolok kulit batang untuk mencari serangga dan tempayak yang dijilat dengan lidahnya
yang panjang, menjulang, dan lengket. Kaki beradaptasi untuk bergayut pada pohon dengan hanya dua jari ke depan
dan satu atau dua jari ke belakang. Bulu ekornya yang kaku digunakan sebagai penopang keseimbangan ketika
mengebor kayu dan melubangi pohon untuk sarang. Terbang dengan gerakan membungkuk yang tidak tetap,
bersuara keras tidak selaras. Biasanya menggunakan suara bergenderang untuk komunikasi.
Di Sunda Besar terdapat 23 jenis, hanya enam jenis di antaranya menyebar sampai Bali. Ukuran beragam,
mulai dari Tukik tikus yang sangat kecil (10 cm) sampai Pelatuk kelabu yang besar (50 cm).
131
448. PELATUK TUNGGIR-EMAS Chrysocolaptes lucidus Lembar Gambar 51
(I: Greater Goldenback)
Deskripsi: Berukuran agak besar (31 cm), berwarna-warni. Sangat mirip Pelatuk besi. Perbedaannya: sedikit lebih
besar, ada dua setrip malar hitam yang bersatu pada pipi dan bercak putih di belakang leher, jari empat (bukan tiga).
Di Jawa timur dan Bali, mahkota betina kekuningan, yaitu pada ras C.l. strictus (di tempat lain hitam berbintik
putih).
Iris kuning pucat, paruh abu-abu, kaki hitam.
Suara: Lengkingan keras dan nyaring, suara gagap meledak-ledak, mirip suara tonggeret besar.
Penyebaran global: India, Cina, Filipina, Kalimantan timur laut, Sumatera (termasuk kepulauan di sebelah
timur), Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Tidak jarang di beberapa daerah dataran rendah. Di Sumatera, kebanyakan terbatas
di hutan mangrove.
Kebiasaan: Lebih menyukai hutan terbuka, pinggir hutan, dan hutan mangrove. Hidup berpasangan, kadang-kadang
bergenderang keras.
132
BURUNG MADI - SUKU EURYLAIMIDAE
Suku burung Asia dan Afrika yang sedikit anggotanya. Kepala besar, paruh berat dan lebar, kaki pendek, ekor
memanjang. Kebanyakan jenis berwarna-warni.
Burung hutan pengejar serangga. Terbang dari tempatnya bertengger sambil mengatupkan paruh keras-
keras. Beberapa jenis juga memakan buah-buahan. Sarang berbentuk seperti pundi-pundi, menggantung dan rapi.
Di Sunda Besar terdapat sembilan jenis.
Suku berwarna-warni, hidup di atas tanah, ditemukan mulai dari Afrika sampai Australia. Tubuh gemuk, ekor
pendek, kaki panjang. Berlompatan di atas lantai hutan atau pada vegetasi bawah, sambil mencari invertebrata. Suara
berupa panggilan atau siulan sederhana dan memelas. Beberapa jenis bersuara dari ketinggian di tajuk pohon.
Sarang berbentuk bola berlubang, terbuat dari bahan tumbuhan, sering dekat tanah. Terbang dengan
kepakan sayap yang cepat ketika terganggu. Tinggal di lantai hutan. Sewaktu terbang, beberapa jenis menampakkan
kilatan putih yang jelas pada sayapnya. Beberapa jenis merupakan burung migran. Hampir semua jenis berwarna
indah, berpola campuran warna biru, kuning emas, merah, atau hijau.
Di Sunda Besar ada sembilan jenis penetap dan dua jenis migran.
Suku burung berukuran sedang, tersebar di seluruh dunia. Kaki pendek. Kebanyakan hidup di atas tanah di daerah
terbuka. Secara sepintas terlihat seperti burung apung. Perbedaannya adalah terbang lebih lemah, ekor lebih pendek,
paruh lebih tebal, dan jambul pendek tegak pada beberapa jenis.
Bernyanyi ketika terbang. Beberapa jenis terbang tinggi sambil diam di udara dengan gaya menggelepar,
bernyanyi penuh irama dan terdengar indah. Makan dan bersarang di atas tanah.
Di Sunda Besar hanya ada dua jenis.
Suku yang dikenal baik di seluruh dunia. Anggun, badan ramping, dan sayap panjang meruncing. Hidup
berkelompok dan menangkap serangga di udara, berburu ke sana kemari di sepanjang sungai, atau terbang
melingkar di udara. Sepintas seperti walet, tetapi terbang lebih lamban. Melayang dengan sayap setengah tertutup,
tidak seperti walet yang terbang melayang dengan sayap terbentang penuh. Kedua jenis kelamin mirip.
Berbeda dengan walet, sering bertengger pada pohon, kawat telepon, antena televisi, tiang, atau rumah.
Berdiam di tanah untuk minum dari kolam air, mengumpulkan lumpur untuk sarang, kadang-kadang menangkap
semut dan serangga lain. Sarang terbuat dari lumpur dan berbentuk seperti cangkir, dibangun di bawah langit-langit
rumah atau menggantung di tebing. Beberapa jenis menggali lubang di tepi sungai. Terkenal karena kemampuannya
bermigrasi.
Di Sunda Besar ada enam jenis, empat di antaranya merupakan pengunjung.
Suku burung dari Dunia Lama. Walaupun namanya mirip, sebenarnya tidak ada hubungan dekat, baik dengan
burung kedasi maupun dengan bentet. Beberapa jenis sepintas terlihat mirip kedasi dalam bentuk dan bulu,
sedangkan jenis-jenis lain mirip dengan bentet pada paruhnya yang berkait dan kuat, untuk menangkap serangga.
Burung Bentet-kedasi mempunyai bulu yang halus dan lembut serta kaki pendek. Kebanyakan jenis sangat
ribut, mencolok, hidup berkelompok pada tajuk pohon. Kebanyakan mempunyai warna yang buram, hitam-putih,
atau abu-abu. Kecuali burung sepah, bulunya sangat berwarna-warni, dengan warna utama merah terang dan kuning.
Semuanya memakan serangga, beberapa jenis juga pemakan buah-buahan. Terkecuali burung kapasan, tidak pernah
turun ke tanah. Burung Bentet-kedasi membuat sarang yang berbentuk mangkuk pada tajuk pohon. Dari penelitian
yang didasarkan pada hibridisasi DNA, Sibley dan Monroe (1990) menggabungkan Bentet-kedasi dengan Kepudang
sebagai salah satu suku di antara Corvidae (Gagak-gagakan).
Di Sunda Besar terdapat 15 jenis.
Suku Oriental kecil terdiri dari burung dengan ukuran tubuh kecil sampai sedang, berwarna hijau, bersuara bagus.
Memiliki kaki pendek dan kuat serta paruh panjang dan sedikit melengkung. Bulu-bulunya rapat, panjang, dan
halus, terutama pada tunggir. Kebanyakan jenis memakan buah-buahan dan/atau serangga. Membuat sarang yang
dari suku ini, seperti mangkuk, diletakkan di ujung cabang pohon atau pada semak berdaun lebat. Burung ini tidak
bermigrasi.
Penelitian DNA baru-baru ini mengusulkan bahwa burung Cipoh dan Cica-daun dipisahkan menjadi dua
suku.
Ada tujuh jenis di Sunda Besar.
146
499. CICA-DAUN SUMATERA Chloropsis venusta Lembar Gambar 57
(I: Blue-masked Leafbird)
Deskripsi: Berukuran kecil (14 cm), burung yang cantik, berwarna hijau terang. Jantan mempunyai dahi dan sisi
kepala biru khas, setrip malar ungu, bercak pada tenggorokan hitam, dada bagian atas keemasan, bercak-bercak biru
pada bahu, dan ekor biru. Betina berwarna lebih terang dengan tenggorokan dan sisi kepala biru khas. Ekor hijau
kebiruan.
Iris coklat gelap, paruh hitam, ekor-hitam.
Suara: Tidak diketahui.
Penyebaran global: Endemik di Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Lokal tetapi tidak umum terdapat di hutan-hutan perbukitan di antara ketinggian
600-1.500 m di Sumatera.
Kebiasaan: Seperti burung cica-daun yang lain.
Suku besar di Asia dan Afrika. Memiliki leher dan sayap pendek, ekor agak panjang, dan paruh ramping.
Mempunyai bulu yang halus dan lembut, beberapa jenis berjambul tegak. Bulu burung jantan dan betina mirip,
kebanyakan mempunyai warna bulu yang buram dengan pola warna kuning, jingga, hitam, dan putih.
Burung cucak-cucakan terutama merupakan burung pemakan buah-buahan, walaupun mereka juga
memakan serangga. Merupakan burung yang penuh percaya diri, dengan kicauan yang ramai, dan sangat musikal
pada beberapa jenis. Cenderung hidup di pohon dan membuat sarang berbentuk mangkuk yang tidak rapi. Tidak satu
pun merupakan burung migran.
Di Sunda Besar terdapat 29 burung cucak, merbah, dan berinji.
Suku kecil dari burung-burung pemakan serangga berwarna kehitaman dapat ditemukan mulai dari Afrika sampai
Asia, Australia sampai Kep. Solomon. Kebanyakan jenis mempunyai bulu hitam mengilap, paruh yang kuat, dan
ekor panjang terbelah. Burung-burung ini memburu serangga di udara dari cabang pohon tempat bertengger.
Suaranya nyaring dan kadang-kadang berirama, tetapi biasanya resik, serak dengan pekikan janggal. Burung ini
juga pandai meniru suara burung lain. Srigunting berani menyerang burung elang dan kangkok. Sarangnya
berbentuk mangkuk ditenun yang rapi, ditempatkan pada cabang bawah yang menggarpu.
Di Sunda Besar terdapat tujuh jenis yang penetap dan satu pengunjung dari utara. Dua di antaranya
mempunyai bulu ekor terluar yang luar biasa panjang membentuk raket pada ujungnya.
Suku kecil terdiri dari burung yang kekar, sering bulunya berwarna-warni dan paruh lurus kuat. Kepodang
merupakan pemakan buah dan serangga. Sarangnya berupa mangkuk yang tersulam rapi yang terdiri atas akar-akar
dan serat-serat jalin berjalin didukung oleh ranting, dan bergantung di percabangan pohon. Burung ini mempunyai
suara yang nyaring dan merdu. Terbangnya terkesan santai dan menggelombang. Suku ini direvisi kembali oleh
Sibley dan Monroe (1990) sebagai suku yang termasuk suku gagak-gagakan Corvidae.
Terdapat enam jenis burung kepodang di Sunda Besar.
Suku burung gagak, tangkar, dan ekek, umumnya tubuhnya berukuran besar dengan paruh lurus, kuat, dan kakinya
juga kuat. Burung-burung ini tersebar hampir di seluruh dunia. Burung yang cerdas, penuh akal, dan beberapa jenis
belajar hidup sebagai komensal bersama dengan manusia. Kebanyakan jenis burung ini mempunyai bulu warna
hitam, walaupun beberapa jenis burung Ekek dan Tangkar berwarna warni dengan warna biru terang, hijau, dan
coklat. Suaranya serak kasar, sarangnya besar, berantakan, terbuat dari ranting, dan makanannya campuran buah-
buahan dan binatang. Beberapa merupakan pemakan bangkai.
Di Sunda Besar terdapat sebelas jenis.
161
CERECET - SUKU AEGITHALIDAE
Burung ini berukuran kecil, lincah, petengger dengan paruh segitiga, tajam, dan kecil, dan ekor agak panjang sampai
sangat panjang. Burung ini aktif mencari serangga dan biji-bijian untuk dimakan, dan biasanya hidup dalam
kelompok kecil. Mereka membuat sarang berupa kantung yang bergantung.
Di Sunda Besar hanya ada satu jenis.
Burung petengger berukuran kecil. Burung aktif, cerdas, dan lincah berakrobat dengan paruh kecil tajam yang
digunakan untuk memaksa serangga yang sembunyi agar keluar atau sebagai pemecah biji. Bersifat agresif pada
burung lain. Bersarang di lubang pohon.
Terwakili dengan baik di Amerika utara dan Eropa Asia (Eurasia) tetapi hanya dua spesies yang terdapat di
Sunda Besar. Dari dua jenis tersebut Gelatik-batu Sultan statusnya diragukan dan jelas tidak ada lagi di kawasan ini.
Burung Munguk merupakan burung hutan yang kecil penetap, pemakan serangga yang ditemukan di Eropa, Asia,
dan Australia. Khas pencari makan di batang pohon dan cabangnya.
163
Ada dua jenis di Sunda Besar; keduanya mudah dikenali.
Suku yang besar, sulit diuraikan yang yang mencakup banyak kelompok burung yang aneka ragam. Burung ini
umumnya ribut, dan suka berkelompok, dan kebanyakan mempunyai suara ocehan yang agak resik. Banyak jenis
cenderung aktif di atas atau dekat tanah. Burung ini bersayap pendek dan bukan penerbang yang kuat. Tidak ada
yang bermigrasi. Burung-burung ini membuat sarang berbentuk mangkuk di pohon-pohon dan semak-semak.
Penelitian DNA memperlihatkan bahwa kebanyakan jenis suku ini mempunyai hubungan dekat dengan
suku Sylviidae. Suku Timaliidae terdiri dari beberapa anak suku dan untuk alasan praktis suku ini dibagi dalam lima
kelompok:
1. Burung Pengoceh Rimba: tidak mencolok, agak pendiam, hidup di atas atau dekat permukaan tanah di
kelebatan semak. Ada 15 jenis terdapat di Sunda Besar (Pellorneum, Trichastoma, Malacocincla,
Malacopteron).
2. Cica-kopi dan Burung Berencet: kebanyakan mencari makan di permukaan tanah di kelebatan hutan. Berencet
mempunyai ciri khas, ekor yang sangat pendek, hampir tidak terlihat; burung cica bercirikan paruh melengkung
ke bawah, kuat. Di Sunda Besar terdapat sebelas jenis (Pomatorhinus, Rimator, Ptilochichla, Kenopia,
Napothera, Pnoepyga).
3. Burung Pengoceh Dahan: burung kecil yang lincah, di semak-semak, rerumputan, dan bambu tetapi jarang di
permukaan tanah. Burung-burung jenis ini berparuh kecil seperti gelatik-batu, sayap pendek, kaki panjang, kuat,
dan bulu yang panjang lembut. Terdapat enambelas jenis di Sunda Besar (Stachyris, Macronous, Timalia).
4. Burung Pengoceh Berkicau: berukuran kecil sampai agak besar, banyak yang berwarna-warni, dan bernyanyi
dengan nyaring. Burung-burung ini kebanyakan hidup di pohon, hanya sekali-sekali turun ke tanah.
Berlompatan dengan gerakan menyentak yang khas, dan terbang pendek menggemparkan, saling memanggil,
dan berkibas-kibas bolak-balik. Ada empat belas jenis di Sunda Besar. (Garrulax, Leiothrix, Pteruthius,
Alcippe, Crocias, Heterophasia, Yuhina).
5. Burung Pengoceh Tanah: primitif, hidup di atas tanah, kelompok pemakan serangga dari daerah Australo-
Papua. Di Sunda Besar hanya ada satu jenis (Eupetes).
164
Burung Pengoceh Rimba
167
570. ASI TOPI-JELAGA Malacopteron affine Lembar Gambar 65
(I: Sooty-capped Babbler; M: Burung Rimba Tinjau Belukar)
Deskripsi: Berukuran kecil (16 cm), burung asi yang berwarna coklat gelap dengan mahkota hitam, garis alis pucat,
dan tubuh bagian bawah abu-abu. Mirip Asi kumis, tetapi mahkotanya lebih gelap, ekor coklat gelap, dan tanpa
kumis gelap. Ras Kalimantan mempunyai kepala coklat dan ekor merah. Burung remaja mempunyai mahkota lebih
pucat dan bulu terbang warna karat.
Iris coklat gelap; paruh abu-abu krem; kaki merah muda.
Suara: Nyanyian dengan sekitar delapan nada gundah, khas seperti bukan siulan burung, dengan nada meninggi dan
menurun; suara kontak kelompok terdiri atas 4-5 nada berirama, bervariasi dalam nada tetapi kebanyakan menurun;
juga suara ocehan monoton, nada ganda "tiu, tiu".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk Banyak dan Bangka) dan Kalimantan merupakan burung
yang umum di dataran rendah sampai ketinggian 700 m.
Kebiasaan: Hidup berkelompok, pada pucuk pohon kecil dan semak-semak di hutan, di pinggir hutan, dan semak
sekunder.
168
Cica-kopi dan Burung Berencet
175
Deskripsi: Berukuran besar (30 cm), berwarna hitam kecoklatan. Kepala putih dengan jambul sedikit tegak, mudah
dikenali. Dahi, kekang, dan setrip mata hitam menurun.
Iris dan paruh coklat, kaki kecoklatan.
Suara: Sangat ribut. Suara dimulai dengan ocehan, diikuti kotekan dan ringkikan nyaring.
Penyebaran global: Himalaya, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di pegunungan di Sumatera, agak jarang terdapat di hutan primer dan hutan
sekunder pada ketinggian sedang (antara 750-2.000 m).
Kebiasaan: Hidup berkelompok, pada lantai bawah dan menengah di hutan. Kadang-kadang turun ke permukaan
tanah. Terbang dengan cara meluncur khas poksai.
179
BURUNG CACING - SUKU TURDIDAE
Kelompok burung yang sangat besar, tersebar luas, dibagi dalam burung cacing yang asli, cincoang, meninting,
kucica, dan kelompok lain. Burung ini warnanya bervariasi tetapi kebanyakan berukuran sedang, berkepala bulat
dengan kaki agak panjang, paruh ramping tajam, dan bersayap lebar. Ekor bervariasi dari pendek sampai sangat
panjang tetapi pada semua jenis cenderung ditegakkan sewaktu-waktu. Makanannya berupa serangga, cacing, dan
invertebrata lain, dan buah-buah kecil. Kebanyakan burung jenis ini makan paling tidak di atas atau dekat dengan
permukaan tanah. Burung cacing membuat sarang kuat berbentuk mangkuk, berserabut yang sering diperkuat
dengan lumpur dan dihiasi dengan lumut. Banyak jenis burung ini mempunyai kemampuan bernyanyi yang merdu.
Di Sunda Besar terdapat 29 jenis, enam jenis di antaranya merupakan pengunjung musim dingin.
Suku besar burung Dunia Lama. Berukuran kecil, sangat lincah. Pemakan serangga dengan paruh sempit
menajam. Kebanyakan berwarna tidak menarik dan sulit untuk diidentifikasi di lapangan. Kicauan pada
umumnya nyaring dan indah. Membuat sarang berbentuk mangkuk atau kubah yang rapi. Cinenen membuat
sarangnya yang rumit dari daun, direkatkan bersama dengan potongan jaring laba-laba. Beberapa jenis bersifat
migran.
Suku ini bisa dibagi menjadi enam kelompok sebagai berikut:
1. Remetuk: ada satu jenis di Sunda Besar (Gerygone). Sibley dan Monroe (1990) menetapkan kembali jenis
ini masuk ke dalam suku Pardalotidae.
2. Cikrak: berukuran kecil, mencari makan pada tajuk pohon, termasuk beberapa pengembara musim dingin
(Seicercus, Abroscopus, Phylloscopus). Di Sunda Besar terdapat delapan jenis.
3. Kerakbasi, kecici, dan cicakoreng: berwarna kecoklatan buram, menghuni semak, rawa dan padang rumput
(Acrocephalus, Locustella, Megalurus).
4. Cinenen; burung pengicau berukuran kecil dengan ekor tegak dan kepala merah karat (Orthotomus).
5. Cici dan prenjak: berukuran sedang, burung pengicau berwarna buram dengan ekor ayam yang panjang,
menghuni semak dan vegetasi sekunder (Prinia, Cisticola).
6. Tesia, buntut-tumpul dan ceret: sebagian jenis hampir tidak berekor, suka mengendap-endap di tanah
(Tesia, Urosphena, Cettia, Bradypterus).
Remetuk
Cikrak
188
648. CIKRAK MAHKOTA-COKLAT Seicercus castaniceps Lembar Gambar 73
(I: Chestnut-crowned Warbler; M: Cekup Mahkota Coklat)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (9 cm), berwarna zaitun. Topi coklat merah karat, ada setrip hitam di
samping mahkota serta setrip hitam dan lingkar putih pada mata. Pipi abu-abu, garis sayap kuning, sisi tubuh
dan tunggir kuning, tengah perut putih. Perbedaannya dengan Cikrak muda: pipi dan dada abu-abu.
Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah pucat, kaki kemerahmudaan.
Suara: Nyanyian bernada tinggi, metalik, dan mengalun (P.R). Juga nada suara ganda “ci-ci” dan “tsik” keras.
Penyebaran global: Himalaya sampai Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sumatera.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dikenal dari beberapa tempat di G. Sibayak dan G. Kerinci di
daerah Bukit Barisan antara ketinggian 1.200-1.400 m.
Kebiasaan: Lincah mencari makan pada tajuk pohon rendah di hutan pegunungan. Membentuk kelompok
campuran dengan jenis lain.
190
656. KERAKBASI RAMAI Acrocephalus stentoreus Lembar Gambar 73
(I: Clamarous Reed-warbler)
Deskripsi: Berukuran agak besar (18 cm), berwarna coklat dengan ekor memanjang dan alis mata keputih-
putihan. Tubuh bagian atas coklat-zaitun seragam. Tubuh bagian bawah keputih-putihan dengan sisi tubuh dan
penutup ekor bawah kuning tua. Sangat mirip Kerakbasi besar.
Iris coklat, paruh dan kaki coklat keabuan.
Suara: Nada peringatan keras “cak”, kicauan yang nyaring dan merdu, nada "car", "care" terputus-putus
diselingi nada yang tinggi "kiit" dan "ciit". Sering bersuara di malam hari.
Penyebaran global: Afrika utara sampai Cina selatan, Filipina, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia),
Kalimantan, Jawa, dan Maluku.
Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Kalimantan tenggara, diketahui dari danau Rantau dan lahan basah
lainnya. Di Jawa barat, tidak umum di lahan basah. Populasi penetap tidak tercatat di Sumatera dan Bali.
Kebiasaan: Menghuni badan rawa payau berbuluh, sawah dekat rawa alang, dan hutan mangrove. Bergantung
pada batang buluh ketika bertengger dan menggembungkan bulu di tenggorokan sewaktu bernyanyi. Biasanya
tinggal sendirian atau berpasangan pada buluh-buluh atau vegetasi lain yang dekat tanah.
657. KERAKBASI BESAR Acrocephalus orientalis Lembar Gambar 73
(I: Eastern Reed-warbler)
Deskripsi: Berukuran agak besar (18 cm), berwarna coklat dengan alis mata kuning tua mencolok. Sulit untuk
dibedakan di lapangan dengan Kerakbasi ramai. Perbedaan yang bisa terlihat: paruh lebih pendek dan tebal, sisi
dada sedikit bercoretan, bulu primer terluar pada tangan (yang ke-9) lebih panjang daripada yang ke-6, mulut
merah muda (bukan kuning).
Iris coklat, paruh atas coklat, paruh bawah kemerahmudaan, kaki abu-abu.
Suara: Suara tunggal keras menciut: “cak” di daerah musim dingin, kadang-kadang berkicau mirip Kerakbasi
ramai, tetapi dengan variasi yang lebih banyak.
Penyebaran global: Berbiak di Asia timur. Pada musim dingin mengembara ke selatan ke Asia tenggara,
Filipina, Indonesia, tetapi jarang sampai sejauh Australia dan P. Irian.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung tidak tetap ke Sunda Besar (termasuk pulau-pulau di sekitarnya),
tercatat di seluruh wilayah.
Kebiasaan: Menyukai rawa berbuluh, persawahan, payau, dan semak sekunder di dataran rendah.
Cinenen
195
676. TESIA JAWA Tesia superciliaris Lembar Gambar 74
(I: Javan Tesia)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (7 cm), berwarna kelabu kehijauan. Ekor sangat pendek, alis mata pucat
menonjol. Kepala kehitaman dengan alis mata kelabu pucat, tubuh bagian atas zaitun keabuan, tubuh bagian
bawah kelabu keputih-putihan.
Iris coklat, paruh atas coklat, paruh bawah kuning, kaki coklat.
Suara: Keras, meledak-ledak, nyanyian agak cepat berulang terdiri dari sekitar lima-enam nada dengan
beberapa variasi, kadang-kadang sahut-menyahut. Suara alarm: "cak" dan "trrr".
Penyebaran global: Endemik di Jawa barat dan Jawa tengah.
Penyebaran lokal dan status: Umum secara lokal di hutan pegunungan, antara ketinggian 1.000-3.000 m,
tercatat paling timur sampai G. Merapi di Jawa Tengah.
Kebiasaan: Hidup di atas atau dekat lantai hutan, dalam semak rimbun atau tumbuhan bawah di hutan terbuka,
sering dekat pohon mati.
Suku burung yang sangat besar di Dunia Lama dan beranekaragam. Pemakan serangga. Kepala bulat, paruh
runcing kecil, berpangkal lebar. Bukaan mulut yang lebar dengan jumbai bulu yang kaku membantunya
menangkap serangga kecil. Kaki kecil dengan tungkai pendek. Kebanyakan jantan berwarna terang, tetapi
kebanyakan betina berwarna buram. Sebagian suka mencari makan dalam kelompok campuran bersama jenis
lain. Sarang rapi, berbentuk mangkuk yang dilapisi rambut dan dihiasi lumut.
Di Sunda Besar seluruhnya ada 43 jenis, beberapa di antaranya merupakan pengunjung musim dingin.
Dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu:
1. Sikatan asli: postur tubuh tegak, cenderung memburu serangga dari tenggeran.
2. Kipasan: tidak kenal lelah, aktif, sayap cenderung bergantungan, ekor digerakkan ke kiri dan ke kanan atau
dikibaskan seperti kipas.
3. Sikatan raja: pencari serangga yang lebih aktif, mematuk serangga dari batang dan cabang pohon. Di
dalamnya termasuk seriwang ekor panjang yang spektakuler.
Berdasarkan studi-studi hibridisasi DNA, Sibley dan Monroe (1990) memasukkan dua kelompok terakhir ke
dalam suku Dicruridae (srigunting) sebagai tambahan pada suku Corvidae (gagak-gagakan).
Sikatan asli
204
709. SIKATAN MELAYU Cyornis turcosus Lembar Gambar 78
(I: Malaysian Blue-flycatcher; M: Burung Sambar Biru Malaysia)
Deskripsi: Berukuran kecil (13 cm), berwarna biru tua. Jantan: tubuh bagian atas biru, tenggorokan biru terang,
kekang dan bulu terbang hitam, tunggir biru mengilap, dada merah bata-jingga, perut putih. Ras bervariasi
dalam tingkat terang warna birunya. Betina: seperti jantan, tetapi dagu dan tenggorokan putih. Remaja: tubuh
bagian atas coklat, berbintik kuning tua, sayap dan ekor biru, dada kuning tua dengan sisik hitam, berubah
menjadi putih kotor pada perut.
Iris coklat, paruh hitam, kaki kehitaman.
Suara: Tanda bahaya berciut: “crrk” atau nyanyian lemah: “didel-didel-dii-didel-dii”.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera cukup umum. Tetapi di Kalimantan penghuni hutan dataran rendah
yang lebih jarang, sampai ketinggian 800 m (tetapi umumnya ditemukan di bawah ketinggian 100 m).
Kebiasaan: Lebih menyukai hutan dataran rendah dan rawa, biasanya dekat aliran air dan sungai.
205
713. SIKATAN KEPALA-ABU Culicicapa ceylonensis Lembar Gambar 77
(I: Grey-headed Flycatcher; M: Burung Sambar Pacat)
Deskripsi: Berukuran kecil (12 cm), khas dengan kepala dan dada keabuan serta sedikit jambul. Tubuh bagian
atas berwarna zaitun, tubuh bagian bawah kuning.
Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah kelabu, kaki coklat kekuningan.
Suara: Siulan manis, jelas: "ci-ti, ci-ti" dengan penekanan pada suku pertama, atau "piit-wit, wi-dii" dengan
penekanan pada nada terakhir, juga suara bergetar “cirri”.
Penyebaran global: India sampai Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sunda.
Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan, Jawa, Bali, dan Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya),
umum tersebar luas di hutan, paling umum di hutan pegunungan antara ketinggian 600-1.600 m, tetapi juga
tercatat di dataran rendah sampai ketinggian 2.200 m.
Kebiasaan: Aktif dan ribut. Terbang dari cabang ke cabang, memburu dan mengintai serangga yang terbang.
Secara teratur membuka-buka ekor. Biasanya hidup pada tajuk bawah atau tajuk tengah. Sering bergabung
dalam kelompok campuran.
Catatan: Studi DNA memperlihatkan bahwa marga ini berkerabat dekat dengan suku Eopsaltriidae di Australia.
Kipasan
Sikatan raja
208
BURUNG KANCILAN - SUKU PACHYCEPHALIDAE
Bertubuh tegap dengan kepala gemuk bulat dan paruh pendek tebal, seperti paruh bentet. Berkerabat dekat
dengan suku sikatan. Hidup di semua tingkatan tajuk, memakan serangga yang diambil di antara dedaunan.
Kebanyakan jenis mampu bernyanyi dengan baik dan keras, berupa siulan, dengan ciri khas berhenti tiba-tiba
dan diakhiri bunyi seperti suara "pukulan cambuk".
Ada empat jenis di Sunda Besar.
Suku yang cukup besar dan tersebar luas. Terdiri dari burung darat yang bertubuh ramping dan berjalan anggun.
Banyak jenis suka mengibaskan ekor, sehingga memiliki nama Inggris "wagtail". Paruh ramping, kaki kecil dan
panjang. Semua jenis memakan serangga, tetapi kadang-kadang juga memakan invertebrata kecil lainnya.
Banyak jenis bersifat migran. Kebanyakan pipit secara selintas mirip branjangan, tetapi mempunyai ciri khas
tungkai lebih panjang dan paruh lebih ramping. Oleh Sibley dan Monroe (1990) dimasukkan kembali sebagai
anak suku di bawah suku Passeridae.
Ada delapan jenis di Sunda Besar, tetapi hanya satu jenis merupakan penetap.
Suku kecil, kebanyakan terdapat di Australasia, berukuran sedang. Pemakan serangga. Ekor pendek, sayap
segitiga panjang, paruh kuat. Menangkap serangga sambil terbang melayang dan melingkar, mirip burung
layang-layang sejati, walaupun sebetulnya tidak sekerabat. Cenderung berkelompok, berkerumun dan
berdempetan pada tenggeran tinggi terbuka. Sarang berbentuk mangkuk sederhana, dibuat pada cabang pohon.
Ditata kembali oleh Sibley dan Monroe (1990) sebagai suku Corvidae.
Hanya satu jenis terdapat di Sunda Besar.
Suku yang cukup besar, ditemukan di seluruh Dunia Lama dan Amerika utara. Ukuran sedang, badan tegap.
Burung pemangsa. Kepala besar, paruh menakik dengan gigi kuat mengait pada ujungnya. Bertengger pada
semak rendah, kabel telepon atau tiang, lalu menyambar mangsanya (biasanya serangga besar dan vertebrata
kecil). Beberapa jenis menggantungkan mangsanya pada duri di semak atau pohon. Sarang berbentuk mangkuk
terbuka, diletakkan pada percabangan pohon.
Di Sunda Besar terdapat satu penetap, dua pengunjung, dan satu pengembara.
Suku besar dalam Dunia Lama. Gagah, dengan paruh kuat, tajam, lurus, dan tungkai kaki panjang. Kebanyakan
suka berkelompok dan mencari makan di tanah dengan cara yang khas dan bergaya. Pemakan buah-buahan dan
invertebrata. Kebanyakan bersarang di lubang pohon. Suka ribut, berceloteh dengan suara yang keras atau
meniru suara burung lain.
Di Sunda Besar ada 12 jenis. Sembilan di antaranya penetap, tetapi dua jenis di antaranya diduga
diintroduksi. Status koleto tercatat dari sebuah pulau kecil di lepas pantai Kalimantan, tetapi masih belum jelas.
Suku burung tropis di Dunia Lama. Berukuran kecil dan umumnya berwarna-warni dengan paruh panjang
melengkung. Bulunya yang metalik dan kemampuannya terbang diam di depan bunga mengingatkan kita
kepada burung kolibri ("Hummingbird") di Amerika. Umumnya pemakan nektar, tetapi ada juga pemakan
serangga dan sari bunga. Sebagian pijantung yang berparuh panjang menjadi pemakan serangga. Semua jenis
bersifat aktif, tidak kenal lelah, bergerak terus mencari makan. Banyak bunga tropis yang beradaptasi atau
mencari perhatian burung ini sehingga mau berfungsi sebagai media penyerbuk, dengan bunganya yang
berbentuk terompet dan berwarna merah-jingga.
Sarang burung madu bergantung pada pohon, berstruktur indah, terbuat dari kepala rumput dan bahan
lunak lainnya. Sarang pijantung dijahit dibawah dedaunan besar (misalnya pisang hutan), yang dijalin dengan
serat jaring laba-laba sebagai penahan.
Di Sunda Besar ada 20 jenis.
220
762. BURUNG-MADU GUNUNG Aethopyga eximia Lembar Gambar 83
(I: White-flanked Sunbird)
Deskripsi: Berukuran sedang (13 cm termasuk ekor panjang pada jantan), berwarna-warni. Jantan dewasa:
mahkota dan garis tenggorokan yang sempit biru-ungu mengilap; tenggorokan dan dada atas merah; punggung
dan sayap berwarna zaitun, tunggir kuning, ekor hijau kebiruan panjang, ada berkas bulu putih pada sisi tubuh.
Betina: tubuh bagian atas berwarna zaitun suram, tubuh bagian bawah hijau-zaitun tua dengan sisi putih, ekor
lebih pendek.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: “Ti-ti-ti-liit” yang amat nyaring dan variasinya.
Penyebaran global: Endemik di Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di gunung-gunung di Jawa, di hutan dan semak puncak gunung
di atas ketinggian 1.200 m.
Kebiasaan: Terbang sendirian, berpasangan, atau dalam kelompok kecil, biasanya tidak jauh di atas lantai
hutan. Mendatangi pohon-pohon yang sedang berbunga dan tumbuhan merambat di hutan lebat, hutan bekas
tebangan, dan pinggir hutan.
Termasuk ke dalam suku burung Australo-Papua yang besar. Terwakili dengan baik di Indonesia bagian timur,
tetapi jarang mencapai Kawasan Sunda. Suku burung ini beragam, mulai dari jenis yang berukuran besar
(seperti burung cikuku yang mengisi relung rangkong) sampai yang berukuran kecil (mengisi relung yang sama
dengan pijantung dan burung-madu). Penampakan umumnya tidak mencolok. Paruh ramping, tajam, dan
melengkung ke bawah. Memakan nektar, buah-buahan, dan serangga. Sarang dibuat berbentuk mangkuk.
Satu-satunya wakil suku ini di Sunda Besar adalah Isap-madu Indonesia, khas untuk anggota yang
berukuran kecil dalam suku ini.
224
BURUNG CABAI - SUKU DICAEIDAE
Berukuran sangat kecil, lincah. Terutama ditemukan di Kawasan Oriental dan Australia. Beberapa jenis
berwarna terang, dengan bulu merah dan jingga, sehingga diberikan nama Indonesia: "cabai". Bentuk paruh
bervariasi, dari tajam-meruncing sampai tebal. Hidup di puncak-puncak pohon. Memakan serangga kecil dan
buah-buahan kecil. Mempunyai hubungan khusus dengan kembang benalu Loranthus, yaitu berfungsi sebagai
penyebar utama benih benalu. Terutama hidup di tempat yang banyak terdapat kembang benalu, seperti di
kebun-kebun, hutan mangrove, semak pantai dll. Dibandingkan dengan jenis lainnya, beberapa jenis lebih
menyukai hidup di hutan. Sarang berbentuk kantung yang indah, digantungkan pada ranting berdaun, dibuat dari
serat dedaunan dan rerumputan yang dijalin dengan jaring labah-labah.
Ada lima belas jenis di Sunda Besar. Burung betina sulit untuk diidentifikasi, tetapi karena biasa
terbang berpasangan atau dalam kelompok kecil, maka identifikasinya bisa dilakukan melalui burung jantan.
Suku besar, terdapat di Afrika, Asia, dan Australia. Dinamakan burung kacamata karena kebanyakan
anggotanya memiliki lingkar bulu keperakan di sekitar mata (terlihat seperti kacamata). Umumnya berukuran
228
kecil, seperti cikrak dengan bulu zaitun kehijauan atau kekuningan, paruh kecil, ramping, dan sedikit
melengkung, sayap pendek, dan kaki kecil kuat. Sangat gesit, bergerak tidak kenal lelah. Sering membentuk
kelompok campuran, beterbangan di antara puncak pohon, mencari buah-buahan kecil dan serangga. Seperti
sesap madu, mendatangi bunga-bungaan untuk mengisap madunya. Suara berupa cicitan dan kerikan. Sarang
berbentuk mangkuk yang bersih dan rapi, ditempatkan pada percabangan pohon.
Ada sepuluh jenis di Sunda Besar.
Suku yang sangat besar, tersebar di Australia, Asia, Afrika, dan Eropa. Termasuk ke dalam suku ini adalah
burung yang sangat dikenal, seperti burung gereja, bondol, dan manyar.
Berukuran kecil. Ekor pendek, paruh tebal-pendek, berguna untuk memakan biji. Sarang berbentuk
bola yang tertutup. Konstruksi sarang yang paling rumit dibuat oleh manyar. Senang berkelompok dan
membentuk gerombolan yang besar. Kebiasaan ini dan kesenangannya memakan biji-bijian, menjadikan suku
ini hama yang sangat berbahaya dalam pertanian, karena suka mencuri padi dan biji-bijian lain.
Di Sunda Besar ada 17 jenis.
Suku besar dan tersebar luas hampir di seluruh dunia. Berukuran kecil, pemakan biji dengan paruh tebal. Suku
ini mirip manyar. Perbedaannya: ekor lebih panjang dan bertakik, paruh sedikit lebih kecil, sarang terbuka
berbentuk mangkuk (tidak tertutup seperti manyar). Tingkah lakunya sering berubah-rubah. Hidup berkelompok
235
di padang terbuka dan semak. Beberapa jenis yang berbiak di utara bermigrasi ke selatan sampai Asia tropis
pada musim dingin.
Di Sunda Besar hanya ada satu jenis penetap, dua jenis pendatang yang sudah dipastikan, dan satu jenis
pendatang yang belum pasti tercatat.
238