Anda di halaman 1dari 5

IKI NOMER 3

Sekalipun konsep pendapatan nasional telah banyak memberikan manfaat dalam melakukan
perencanaan, baik bagi pemerintah maupun para pelaku bisnis, namun terdapat juga beberapa
kelemahan, antara lain:

1. Tidak menghitung produk-produk non transaksi

Karena Pendapatan Nasional hanya berorientasi pada harga jual, maka Pendapatan Nasional
tidak menghitung nilai-nilai dari pekerjaan yang tidak dipasarkan seperti: pekerjaan ibu-ibu
rumah tangga, memperbaiki peralatan milik sendiri, dan sebagainya;

2. Tidak menghitung nilai dari waktu luang (leisure time)

Waktu-waktu luang yang sebenarnya sangat berharga bagi masyarakat seperti hari libur,
memperpendek jam kerja, dan sebagainya juga tidak dikalkulasi dalam Pendapatan Nasional;

3. Tidak memperhitungkan peningkatan mutu produk

Karena dalam konsep Pendapatan Nasional, terutama dalam hal pertumbuhannya hanya
menekankan konsep peningkatan produk riil, maka peningkatan kualitas produk juga tidak
tersentuh dalam konsep Pendapatan Nasional;

4. Kurang memperhatikan pentingnya distribusi pendapatan

Konsep Pendapatan Nasional tidak memperhatikan apakah distribusinya telah memenuhi rasa
keadilan, karena cenderung lebih mengutamakan peningkatan produk riil secara total;

5. Kurang berorientasi ke pendapatan per kapita

Konsep Pendapatan Nasional juga kurang berorientasi ke pendapatan per kapita. Sangat
mungkin Pendapatan Nasional pertumbuhannya sangat signifikan, namun hal itu tidak ada
artinya jika jumlah penduduk juga meningkat lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan
Pendapatan Nasional;

6. Kurang memperhatikan kerusakan lingkungan

Konsep Pendapatan Nasional yang hanya menghitung penyusutan atas peralatan kerja yang
dipergunakan dalam proses produksi, maka penyusutan atas sumber daya alam yang ditandai
dengan kerusakan lingkungan karena dieksploitasinya sumber daya alam tersebut tidak
diperhitungkan. Bisa jadi, pertumbuhan ekonomi yang positif, jika penyusutan atas sumber daya
alam ini dikalkulasikan, hasilnya akan berubah menjadi negatif;

7. Tidak mengkalkulasikan produk-produk dari bisnis siluman

Produk dari bisnis siluman seperti judi gelap, penyelundupan, dan bisnis barang-barang
terlarang lainnya, sekalipun secara ekonomi terdapat nilai tambah, namun pasti tidak akan
terkalkulasikan dalam Pendapatan Nasional.
IKII NOMER 4

4. PERBEDAAN tingkat keberhasilan pembangunan antarwilayah merupakan hal alamiah. Hal itu
terkait dengan variasi potensi yang dimiliki setiap wilayah, baik sumber daya alam (SDA)
maupun letak geografis. Di sisi lain, variasi kemampuan daerah dalam mengelola potensi ini juga
menjadi faktor pembeda tingkat keberhasilan pembangunan di masing-masing wilayah.

Namun, di balik keberhasilan tersebut, masih terdapat permasalahan kesenjangan antarwilayah


yang dapat berpotensi menjadi persoalan di masa depan karena dipicu munculnya persepsi
ketidakadilan antarsesama masyarakat. Potensi negatif ini yang harus segera diminimalkan agar
pembangunan Indonesia tepat sasaran.

Untuk itu, pemerintah telah melakukan identifikasi berbagai kemungkinan akibat kesenjangan
antarwilayah ini. Dengan potensi yang dimilikinya, Indonesia tercatat sebagai negara kepulauan
terbesar di dunia, dengan lebih dari 17 ribu pulau yang merentang 5.000 km dari timur ke barat.

Fakta ini merupakan potensi sekaligus tantangan bagi pembangunan.

Karena itu, identifikasi dan pemetaan permasalahan juga telah dilakukan pemerintah. Kondisi ini
sering kali diidentikkan dengan kesenjangan antara Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa, antara
perkotaan dan perdesaan. Bahkan, ada beberapa wilayah yang diidentifikasikan sebagai wilayah
yang memerlukan perhatian khusus karena selama ini cenderung tertinggal, yaitu daerah-
daerah pinggiran, perbatasan, pesisir, dan pulau-pulau kecil.

Keseluruhan permasalahan kesenjangan antarwilayah yang telah dibahas menunjukkan


permasalahan ini bersifat kompleks, multidimensi, dan multisektoral sehingga tidak dapat
diatasi dalam jangka waktu yang pendek. Hal ini mengimplikasikan upaya untuk mengatasi
permasalahan kesenjangan antarwilayah memerlukan komitmen dan konsistensi yang bersifat
jangka panjang dari seluruh pemangku kepentingan, yaitu pemerintah pusat dan daerah, sektor
swasta, dan masyarakat.
IKI NOMER 5

5. Pemerintah diharapkan mampu berkoordinasi dalam menetukan rumusan anggaran pengeluaran atau
belanja secara efektif dan efisien sebagai bentuk usaha meningkatkan pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi nasional sehingga Indonesia tidak terus menerus memiliki ketergantungan pada ULN dalam
menanggulangi defisit. Meskipun ULN yang dilakukan Indonesia merupakan hal yang sampai saat ini
tidak bisa dipisahkan karena suatu kebutuhan, sebaiknya pemanfaatan ULN digunakan untuk
meningkatkan faktor-faktor produksi dalam negeri sehingga dapat memberikan sumber pendapatan.

Diharapkan pemerintah dapat mengatur utang luar negeri yang di ambil. Utang luar negeri bisa
bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, tetapi bisa juga sebagai beban negara yang harus ditanggung.
Meningkatnya utang luar negeri harus dibarengi juga dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi.
Utang luar negeri yang sudah jatuh tempo harus segera dibayarkan agar tidak menambah bunga
pinjaman yang pada akhirnya malah menambah beban Negara
Iki nomer 1

Masalah Pokok Ekonomi Modern Ada tiga masalah utama dalam ekonomi modern. Adapun masalah-
masalah tersebut sebagai berikut:

a. Barang dan Jasa Apa yang Diproduksi dan Seberapa Banyak(what?) Masalah pokok pertama yang
penting dalam ekonomi adalah bagaimana produsen dapat menentukan barang dan jasa apa yang
diproduksi. Selain itu, banyaknya jumlah produk juga harus diperhitungkan. Kenapa? Ini tentu karena
kalau sampai salah perhitungan, produsen akan mengalami kerugian, bahkan, bisa bangkrut karena
barangnya menumpuk sia-sia.

b. Bagaimana Cara Memproduksi Barang Tersebut(how?) Setelah barang dan jasa sudah ditentukan
jenis dan jumlahnya, maka masalah selanjutnya adalah teknik produksinya. Dengan sumberdaya yang
ada, produsen harus bisa menentukan teknik produksi yang paling efisien untuk mereka. Berapa banyak
jumlah karyawan. Teknik apa yang digunakan. Selain itu, produsen juga harus bisa menentukan apakah
akan memproduksei dengan tenaga manusia, atau bantuan mesin.

c. Untuk Siapa Barang Tersebut Diproduksi? (for whom?) Masalah ini menyangkut soal siapa yang
memerlukan barang/jasa, dan, siapa saja yang akan ikut menikmati hasilnya. Pada dasarnya, keuntungan
dari barang dan jasa yang diproduksi bukan hanya untuk konsumen saja. Melainkan ada pihak-pihak lain
yang menerima keuntungan. Seperti misalnya, karyawan akan menerima pendapatan, pemilik bahan
baku akan mendapat upah, pemilik modal akan menerima bunga modal, dan tentunya, produsen juga
akan menerima keuntungan dari hasil penjualan produknya. Oleh karena itu, masalah ini sangat
berkaitan dengan “siapa saja yang mendapat untung” dari diproduksinya barang dan jasa, sehingga
produsen harus bisa menyelesaikan masalah ini.

Anda mungkin juga menyukai