Anda di halaman 1dari 40

Kebijakan

Program Malaria
Dalam Pemantapan Mutu Laboratorium

Dr.MINERVA THEODORA,MKM
Subdit Malaria Dit.P2PTVZ

Disampaikan pada Workshop Pelaksanaan Akreditasi Laboratorium


Kesehatan
Surabaya 18 Februari 2019

1
Global Technical Strategy for Malaria 2016 – 2030
Komitmen Regional Untuk Eliminasi Malaria

Asia Pacific Leadership Malaria Alliance (APLMA)


At the 13th East Asia Summit Regional Leaders Reaffirm Resolve to End Malaria
“We reaffirmed our commitment to the goal of an Asia-Pacific free of malaria by 2030, and
welcomed ongoing efforts to implement proposed actions in the endorsed Asia Pacific Leaders’
Malaria Elimination Roadmap. We also reaffirmed the importance of promoting sustainable and
resilient health systems and global achievement of the 2030 Agenda for Sustainable
Development. We recognized the public health challenges caused by infectious diseases and
emerging threats including antimicrobial resistance, which can potentially lead to greater lives
3
lost as well as higher socio-economic costs if left unaddressed.”
REGULASI PENGENDALIAN MALARIA
• PP No 66/2014 tentang Kesehatan Lingkungan : peran LP & LS dalam pencegahan
Malaria
• Pasal 27 :Keluarga, Masyarakat, Pemda, Swasta wajib mewujudkan lingkungan yang
sesuai dengan standar baku mutu lingkungan & persyaratan kesehatan
• Pasal 28 :sanksi administratif
• Permenkes no. 41 tahun 2018 tentang pelaksanaan deteksi dini dan pemberian obat
anti malaria oleh kader malaria pada daerah dengan situasi khusus
• Permenkes No.50 tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit.
• Peraturan Menteri Dalam Negeri No.52 Tahun 2015 tentang Pedoman penyusunan
APBD,Pasal 34 : Pemerintah daerah mensinergikan penganggaran program dan kegiatan
dalam penyusunan APBD
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 68 Tahun 2015 tentang Pedoman Jejaring Dan
Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2013 tentang pedoman tata Laksana
Malaria
• Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293 tahun 2009 tentang Eliminasi Malaria
• Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 275 Tahun 2007 tentang surveilans malaria
• Surat Edaran Menteri Kesehatan No HK.02.01/Menkes/584/2018 tentang
Percepatan Penurunan Malaria di Wilayah Endemis Malaria
• Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 443.41/465/SJ Tahun 2010 tentang
pelaksanaan Program Eliminasi Malaria di Indonesia
4
Undang-undang No.29 tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran mengamanatkan ‘evidence based medicine’
menempatkan peran labkes pada posisi yang menentukan

UU Kes. No 36/2009 :
 ps 5 (2) : Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau
 ps 19 : Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk
upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau
 ps 25 (1) : Pengadaan dan peningkatan mutu tenaga kesehatan
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat
melalui pendidikan dan/atau pelatihan

(Permenkes No.68 Tahun 2015)


PELAYANAN LAB HARUS BERMUTU

AZNIE 5
PERAN LABORATORIUM
dalam Mendukung Program Pengendalian Malaria

• Penegakan Diagnosis
Pemeriksaan • Pemantauan Keberhasilan Terapi
• Penentuan Kesembuhan

Surveilans • Deteksi Dini


• Status Eliminasi API

Riset • Uji Kualitas/validasi RDT


• Teknologi Pemeriksaan Baru  LAMP

6
SKEMA PENTAHAPAN ELIMINASI MALARIA

MASUK TAHAP MASUK TAHAP


MASUK TAHAP
INTENSIFIKASI PEMBEBASAN
PEMELIHARAAN
(dh. Pra Eliminasi) (dh.ELIMINASI)

Kasus
Indigenous 0
1) < 1 kasus per 1000
API : 1 – 5 per
penduduk berisiko
1000 penduduk 3 Tahun
2) SPR < 5%

AKSELERASI INTENSIFIKASI PEMBEBASAN


(dh.Pemberantasan) (dh.Pra Eliminasi) (dh.Eliminasi) PEMELIHARAAN
API > 5 per 1000 pddk API: 1-5 per 1000 pddk API < 1 per 1000 pddk

Reorientasi Reorientasi
program menuju program menuju
eliminasi pemeliharaan 7
Milestone Eliminasi Malaria di Indonesia
Semua Indonesia
Kasus indigenous provinsi
Semua
mencapai
terakhir thn 2021 mencapai eliminasi
kab/kota
eliminasi
mencapai
300 eliminasi 2030
kab/kota 2027
mencapai 2025
eliminasi

285 kab/kota 2019 2020 : tidak ada lagi


mencapai kab/kota endemis
eliminasi 2018 tinggi

JUMLAH BELUM
INDIGENOUS JUMLAH KAB % BELUM
2017 Regional DINILAI WHO ELIMINASI SD
TERAKHIR KOTA ELIMINASI
266 kab/kota TAHUN 2018 Kab/Kota
mencapai eliminasi Jawa Bali 2019 2023 128 12 9%
2016
Sumatera, Sulawesi, NTB 2021 2025 245 99 40%
247 kab/kota Maluku Utara, Kalimantan 2023 2027 66 43 65%
mencapai eliminasi Maluku, NTT 2024 2028 33 33 100%
Papua, Papua Barat 2025 2029 42 42 100%
Total 2030  Nasional 514 229 8 45%
Untuk memenuhi kriteria sertifikasi eliminasi malaria, maka indikator-indikator yang perlu dipenuhi
adalah sebagai berikut :
1. Surveilans dilaksanakan dengan baik termasuk surveilans migrasi dan dapat menjangkau seluruh
wilayah eliminasi
2. Adanya register kasus malaria yang mencakup wilayah eliminasi secara lengkap
3. Unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta mampu mendeteksi kasus secara dini
dan mengobati secara tepat
4. Puskesmas dan dinkes setempat mampu menindaklanjuti kasus impor yang ditemukan
5. Tersedianya mikroskopis dengan kualitas pemeriksaan sediaan darah yang baik terutama di
wilayah reseptif
6. Setiap kasus positif dilakukan PE untuk menentukan asal penularan
7. Adanya peraturan daerah atau perundang-undangan lain yang mendukung dan menjamin
tersedianya dana secara berkesinambungan untuk pemeliharaan eliminasi malaria (mencegah
penularan kembali)
8. Adanya sosialisasi/penyuluhan yang berkesinambungan tentang pencegahan malaria kepada
wisatawan/pendatang untuk menghindari penularan malaria, antara lain dengan menggunakan
kelambu berinsektisida, repelen dan pengobatan profilaksis
9. Di wilayah yang reseptivitasnya tinggi dilakukan surveilans vektor, termasuk efikasi insektisida dan
resistensi vektor
10. Berfungsinya SKD-KLB dan mampu melakukan penanggulangan secara cepat bila terjadi KLB
11. Bila diperlukan adanya koordinasi lintas batas kabupaten/kota dan provinsi 9
KEBIJAKAN UMUM PROGRAM MALARIA

Eliminasi malaria diimplementasikan Promosi kesehatan merupakan bagian


melalui penguatan Sistem Kesehatan sangat penting dalam pemberdayaan
di daerah yang terintegrasi masyarakat

Kerja sama lintas sektor memegang


Sistem Kesehatan Nasional mengacu peranan penting dalam eliminasi malaria.
pada kebijakan desentralisasi yang Diharapkan sektor yang terkait dengan
titik beratnya pada tingkat sektor kesehatan membuat kebijakan yang
kabupaten/kota mempromosikan atau meningkatkan
kesehatan (Health in All Policies)

Pemerintah dan pemerintah daerah


Penelitian dasar dan operasional serta
bertanggung jawab penuh untuk
pengembangan teknologi tepat guna
mencapai eliminasi malaria mengingat
untuk menunjang eliminasi malaria
sifat dari eliminasi malaria adalah
perlu ditingkatkan
public goods (komoditas umum)

Dukungan seluruh jajaran pemerintah dan masyarakat sangat menentukan


keberhasilan pencapaian eliminasi malaria 10
KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM MALARIA
Penemuan dan Tatalaksana kasus malaria dilakukan secara terintegrasi
dalam sistem pelayanan kesehatan dengan penguatan jejaring kemitraan
pemerintah dan swasta;

Penemuan kasus dilaksanakan dengan diagnosis berbasis laboratorium,


dengan mikroskopis atau tes diagnosis cepat (Rapid Diagnostic Test /RDT);

Pengobatan menggunakan kombinasi berbasis Artemisin (Artemisinin Based


Combination Therapy /ACT) setelah konfirmasi laboratorium, dengan
penguatan pemantauan pengobatan dan pencegahan resistensi obat anti
malaria;

Penguatan sistem informasi dan surveilans dalam rangka pencegahan dan


penanggulangan KLB

Perlindungan populasi berisiko dengan pemanfaatan kelambu


berinsektisida, pengendalian vektor dan tatalaksana lingkungan perindukan
vektor; 11
Situasi Target & Capaian Indikator RPJMN, Renstra & KSP terkait
Malaria secara Nasional Tahun 2015- 2019

RPJMN
Indikator Kinerja Baseline 2015 2016 2017 2018 2019
Program (IKP) data 2014 (T/C) (T/C) (T/C) (T) (T)
Jumlah Kabupaten yang
mencapai Eliminasi 213 225/232 245/247 265/266 285/285 300
Malaria
153 kab/
Indikator Kinerja Baseline 2015 2016 2017 2018 2019
Renstra
Kegiatan (IKK) data 2013 (T/C) (T/C) (T/C) (T) (T)

Peningkatan Kabupaten
dengan API <1 per 1000
337 340/379 360/400 375/438 390 400
penduduk pada tahun
2019

Baseline 2015 2016 2017 2018 2019


Indikator KSP
data 2013 (T/C) (T/C) (T/C) (T) (T)
% kasus susp. Malaria yg B12 :
95 / 98 95 / 97 95 / 97
dikonfirmasi Lab 95/97
% Kasus malaria diobati B12 :
85 / 91 85 / 94 90 / 96 12
dg ACT 90/92
13
Jejaring & Pemantapan Mutu
Laboratorium Malaria
Tujuan Pelaksanaan Jejaring dan
Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria

• Meningkatkan mutu pemeriksaan laboratorium malaria.


• Meningkatkan akses pelayanan laboratorium malaria.
• Meningkatkan efisiensi laboratorium malaria.
• Mengembangkan sistem rujukan laboratorium malaria
di setiap tingkatan.
• Meningkatkan pelaksanaan manajemen dan informasi
laboratorium malaria di sektor pemerintah dan
masyarakat (swasta, lembaga swadaya masyarakat dan
organisasi profesi terkait).

15
Pelaksanaan Jejaring Laboratorium Malaria
Dalam melaksanakan jejaring laboratorium malaria, Laboratorium
Rujukan Tingkat Nasional berkoordinasi dengan unit kerja di
Kementerian Kesehatan yang memiliki tugas pokok dan fungsi di
bidang pengendalian malaria dan unit kerja di Kementerian
Kesehatan yang memiliki tugas pokok dan fungsi di bidang
pembinaan laboratorium serta Forum Nasional Gerakan Berantas
Kembali Malaria.

Kegiatan pokok dalam jejaring laboratorium malaria adalah


pembinaan melalui pemantapan mutu pemeriksaan malaria
untuk mencapai tingkat kompetensi tenaga sesuai standar

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


Hk.02.02/Menkes/400/2016 Tentang Balai Besar Laboratorium Kesehatan
Sebagai Penyelenggara Pemantapan Mutu Eksternal Tingkat Nasional
17
Persyaratan Laboratorium Pelayanan Untuk
Pemeriksaan Malaria
Ruang
• Ukuran min. 3x4 m
• Memiliki SPO
• Bench Aid (Atlas Malaria)
• Penerangan yang cukup
• Ventilasi
• Air bersih mengalir
Mikroskops Binokuler
1 unit dengan pembesaran okuler 10x dan objektif 100x
Pengolahan Limbah
• Tempat sampah infeksius dan non infeksius
• Pengolahan limbah (jarum dan spuit) bekerjasama dengan pihak
ketiga atau melalui Dinkes Kab/Kota
18
Persyaratan Laboratorium Pelayanan Untuk
Pemeriksaan Malaria
SDM
• Paling sedikit 1 orang tenaga dengan kualifikasi pendidikan
paling rendah diploma tiga ahli teknologi laboratorium
medik (ATLM)
• Memiliki kompetensi paling rendah level tiga*
• Sudah mengikuti pelatihan sesuai standar program nasional
3 tahun terakhir
Penanggung Jawab
Kepala fasilitas pelayanan kesehatan atau Kepala instalasi

19
PEMANTAPAN MUTU LABORATORIUM

Suatu kegiatan yang dirancang untuk


meningkatkan dan menjamin mutu serta
efisiensi pemeriksaan laboratorium,
secara berkesinambungan sehingga
hasilnya dapat dipercaya

AZNIE 20
* Meningkatkan kemampuan

* Menilai kinerja
TUJUAN PEMANTAPAN MUTU
* Mempertahankan kualitas

* Menjamin penerapan SPO

* Menjamin kualitas bahan, reagen, dan


alat

* Menjamin tereselenggaranya pencatatan


dan pelaporan berjenjang

* Meningkatkan kepercayaan masyarakat


terhadap mutu pelayanan laboratorium
AZNIE 21
Pemantapan
Mutu Laboratorium
Peningkatan Mutu :
Pemantapan Mutu Analisis setiap aspek
Internal : teknis dalam
Pemantapan Mutu pelayanan
SPO, Mutu Reagen, External : laboratorium 
Pemeliharaan alat,
Uji Silang, Tes upaya perbaikan 
Pencatatan
Profisiensi, Supervisi mencegah &
Pelaporan, Analisis
menghindari
dan koreksi kinerja
terulangnya kembali
masalah yg sama

AZNIE 22
Pemantapan Mutu
Laboratorium Malaria
• Indikator Keberhasilan Uji Silang di Kab/Kota
• Cakupan lab pelayanan yg mengikuti uji silang > 90%
• Persentase lab pelayanan yg mengikuti uji silang dgn hasil
baik > 80%
• Hasil baik bila : sensitivitas ≥ 70%, spesifisitas ≥ 70%,
akurasi ≥ 70%
• Pemilihan sediaan darah uji silang :
• Daerah Pemeliharaan : sampel uji silang semua slide
• Daerah Pre eliminasi dan eliminasi : sampel uji silang 5%
dari hasil negatif dan 100% dari hasil positif
• Daerah Pemberantasan/endemik : sampel uji silang 5%
dari hasil negatif dan 100 % dari hasil positif atau metode
LQAS
Pelaksanaan Uji Silang
• Uji silang dilakukan setiap awal bulan dan umpan balik disampaikan
secepat mungkin (maksimum 3 minggu) setelah pengiriman.
• Yg dinilai : Kualitas Pembuatan Sediaan Darah , Kualitas Pewarnaan
Sediaan darah , Pembacaan Sediaan Darah.
• Penetapan tenaga pelaksana uji silang mikroskopik dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi dengan
persyaratan sebagai berikut:
• Telah melaksanakan pemeriksaan mikroskopik malaria secara rutin
dengan akurasi spesies minimal 70% untuk Kabupaten/Kota dan
minimal 80% untuk provinsi, yang dibuktikan dengan laporan
pelaksanaan pemeriksaan.
• Merupakan tenaga terlatih dan memiliki sertifikat lulus pelatihan.
• Memiliki tingkat kemampuan minimal:
• Reference (level 2) untuk tingkat Kabupaten/Kota
• Expert (level 1) untuk tingkat Provinsi
• Memiliki komitmen untuk melaksanakan tugasnya minimal 3 tahun
Alur Uji Silang
Keterangan :
• Sediaan darah uji silang dari
Laboratorium Pelayanan diambil oleh
Pengelola Program Malaria Dinkes
Kabupaten/Kota
• Pengelola Program Malaria mengirimkan
sediaan darah uji silang ke Laboratorium
Rujukan Kabupaten/Kota
• Hasil pemeriksaan uji silang oleh
Laboratorium Rujukan Kabupaten/Kota
dikirim ke Pengelola Program Malaria
Dinkes Kabupaten/Kota
• Pengelola Program Malaria Kab/Kota
melakukan analisis uji silang dan
mengirim umpan balik ke Laboratorium
Pelayanan, Laboratorium Rujukan
Kabupaten/Kota dan Provinsi
• Bila terjadi ketidaksesuaian
(discordance), pengelola program akan
mengirimkan sediaan darah uji silang
untuk dilakukan pemeriksaan ulang oleh
Laboratorium Rujukan Provinsi.
Peran Dinkes Provinsi/Kab/Kota
dalam Pemantapan Mutu Lab.
Malaria
• Membuat dan menindaklanjuti hasil pemetaan SDM lab
meliputi tenaga teknis terlatih (jumlah, pendidikan, pelatihan
yang pernah diikuti, level kompetensi) serta kondisi sarana
prasarana lab yang ada di wilayahnya
• Merencanakan dan melaksanakan kegiatan monitoring dan
evaluasi laboratorium malaria di tingkat bawahnya.
• Melakukan pencatatan dan pelaporan secara rutin setiap
bulan.
• Melakukan pengolahan dan analisis data, dan melaporkan ke
unit di Kementerian Kesehatan yang mempunyai tupoksi
pengendalian pengendalian malaria dan Unit di Kementerian
Kesehatan yang mempunyai tupoksi pembinaan
laboratorium.
PEMANTAPAN MUTU RDT

27
PELAKSANA QA RDT
• Petugas laboratorium malaria : mengumpulkan
sampel RDT yang akan diperiksa
• Penyelia di tingkat kabupaten : memastikan bahwa
SPO sudah dilaksanakan dengan baik
• Koordinator pengujian di tingkat nasional :
mengkoordinir penerimaan sampel RDT
• Pelaksana di lapangan atau petugas uji silang
(crosschecker) : melaksanakan pemeriksaan sesuai
SPO
A. PENGUJIAN RUTIN RDT
Tujuan

mengetahui kinerja tenaga laboratorium dalam


melaksanakan pemeriksaan malaria dengan RDT

• Pelaksana di lapangan atau petugas uji silang


(crosschecker) untuk melaksanakan
Pelaksana pemeriksaan sesuai SPO.
• Supervisor untuk memastikan bahwa SPO
sudah dilaksanakan dengan baik.22
Parameter Yang Dinilai
Parameter Persyaratan Yang tidak Diterima Nilai
Minimum

Identifikasi pasien Label jelas dengan Sulit dibaca dan hanya 1


inisial dan kode ada kode registrasi saja
registrasi
Waktu pemeriksaan Label jelas meliputi Sulit dibaca, tidak ada 1
waktu pemeriksaan keterangan waktu
dan pembacaan
Latar belakang zona Putih atau tidak Pink atau kemerahan 1
pembacaan berwarna

Garis kontrol Terlihat garis kontrol Tidak terlihat garis 1


control atau RDT tidak
diberi label “invalid”
Parameter Yang Dinilai
Parameter Persyaratan Yang tidak Diterima Nilai
Minimum

Darah yang Tidak terlihat adanya Terlihat adanya darah 1


tertinggal pada darah kering pada dinding
dinding lubang lubang tempat
tempat meneteskan meneteskan darah
darah
Alat RDT yang cacat Tidak ada alat RDT Alat RDT cacat: retak, 1
yang cacat tidak berwarna, ada
gelembung pada zona
pembacaan dan RDT
tidak diberi label “invalid”
B. PENGUJIAN LOT RDT

1. Mengambil sampel RDT yang akan di uji

2. Mengirim sampel RDT

3. Mengisi formulir permintaan pengujian

4. Mengirim sampel RDT ke laboratorium


pengujian (ditunjuk WHO)

5. Pelaporan hasil

AZNIE 32
Situasi Kegiatan Diagnostik
ABSENSI LAPORAN UJI SILANG MIKROSKOPIS MALARIA TAHUN 2018
Total Kabupaten : 514
Total Fasyankes : 12.784 *sumber : e sismal
Σ faskes
Σ Faskes Tersedia faskes dgn Hasil Uji
Σ Provinsi Σ Kabupaten pengirim hasil
mikroskopis Silang Baik
Uji Silang

Triwulan I 433 16 29(5,6%) 221 150 (67,8%)

Triwulan II 285 11 20 (3,8%) 149 102 (68,4%)

Triwulan III 376 10 24 (4,6%) 137 88(64,2%)

Triwulan IV 168 9 12 (2,3%) 83 72(86,7%)

Provinsi yang melapor


Triwulan 1 : Aceh (3), Jambi(2), Babel(4), Kepri(1), Jateng(3), Jatim(1), NTB(1), NTT(2), Kalteng(1), Sulut(1), Sulsel(3), Sultra(1),
GTO(1), Maluku (1), Malut (2), Papua Barat(2)
Triwulan II : Aceh(2), Babel(2), Jateng(2), Jatim(1), Bali(2), NTT(4), NTB(1), Sulsel(2), Sultra(1), Malut(2), PapBar(1)
Triwulan III : Aceh(5), Lampung(3), Babel(2), Jateng(3), Jatim(2), Bali(3), NTB(1), NTT(3), Malut(2), Papbar(1)
Triwulan IV: Aceh(1), Babel(2), Jateng(2), Jatim(1), NTB(1), NTT(1), Malut(2), Papbar(2), Papua(1)
REKAP PELATIHAN TAHUN 2018

No. Nama Pelatihan Tempat Waktu Jumlah Peserta


1 Pelatihan Mikroskopis Malaria Gorontalo 23 - 26 April 2018 22
2 Pelatihan Crosschecker Mikroskopis Malaria Riau 6 - 12 Mei 2018 12
3 Pelatihan Mikroskopis Malaria Riau 6 - 12 Mei 2018 20
4 Pelatihan Mikroskopis Malaria Kupang 22-27 Juli 2018 26
5 Pelatihan Penyegaran Mikroskopis Malaria Manokwari Juli 2018 39
6 Pelatihan Penyegaran Mikroskopis Malaria Ambon 30 Juli - 05 Agustus 2018 45
27 Agustus S/D 01
7 Pelatihan Mikroskopis Malaria Banda Aceh 50
September 2018
8 Pelatihan Penyegaran Mikroskopis Malaria Jakarta 16 - 22 September 2018 45
9 Pelatihan Penyegaran Mikroskopis Malaria Banda Aceh 21 - 28 Oktober 2018 23
10 ToT Penguatan Tenaga Mikroskopis Malaria Jakarta 14 - 27 Oktober 2018 42
Pelatihan Mikroskopis Malaria Tingkat
11 Jayapura 11 - 17 November 2018 47
Puskesmas/Rumah Sakit
12 Evaluasi Refreshing Bagi Tenaga Mikroskopis MalariaLampung November 2018 57

Jumlah yang dilatih tahun 2018 428


NILAI RATA-RATA HASIL PELATIHAN TAHUN 2018

Nilai Rata-rata
No. Tempat Waktu Akurasi Hitung
Pre Tes Pos Tes Sensitifitas Spesifisitas
Spesies Parasit
1 Gorontalo 23 - 26 April 2018 42.8 68.0 94.1 78.5 57.3
2 Riau 6 - 12 Mei 2018 81.3 90.0 87.1 89.0 57.3 22.2
3 Riau 6 - 12 Mei 2018 72.3 90.3 88.8 71.7 54.9 22.7
4 Kupang 22-27 Juli 2018 71.0 91.7 93.5 84.5 75.9 20.5
5 Manokwari Juli 2018 71.3 80.6 83.5 82.1 59.3 26.2
30 Juli - 05 Agustus
6 Ambon 63.9 86.7 91.2 76.7 55.6 28.6
2018
27 Agustus S/D 01
7 Banda Aceh 91.4 74.7 71.4 54.9 29.8
September 2018
8 Jakarta 16 - 22 September 2018 59.2 90.2 97.3 91.6 81.7 34.0

9 Banda Aceh 21 - 28 Oktober 2018 96.4 88.4 90.3 72.0 36.5


10 Jakarta 14 - 27 Oktober 2018 76.0 94.2 96.5 98.1 86.2 64.2

11 Jayapura 11 - 17 November 2018 61.3 75.4 94.3 85.2 62.3 44.2

12 Lampung November 2018 78.3 97.6 94.8 94.7 69.4


Jumlah Rata-rata 67.7 87.7 90.3 84.5 65.6 32.9
PESERTA UJI KOMPETENSI MIKROSKOPIS MALARIA
NO Tahun Malaria

1 2015 366

2 2016 23

3 2017 145

4 2018 53

5 Jumlah 587

Jumlah Assessor : 14 orang


Tantangan
Tantangan
Pemantapan Mutu Diagnostik
• Jejaring pemantapan mutu laboratorium belum berjalan baik
• Terbatasnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia
mikroskopis
• Pelaporan kegiatan pemantapan mutu diagnostik belum baik
• Aksesibilitas pelayanan kesehatan , termasuk diagnostik lab
di daerah terpencil (kendala transportasi)
• Peran lintas sektor termasuk fasyankes swasta dalam jejaring
pemantapan mutu diagnostik belum optimal (teridentifikasi?)
• Menjaga dan meningkatkan komitmen pemerintah daerah
Kesimpulan
• Target capaian 2018 RPJMN dan Renstra tercapai, dan
telah 456 (88,7%) kab/kota mencapai API < 1/1000
penduduk. Namun di beberapa daerah masih terjadi
stagnansi status endemisitas
• Penurunan kasus pada endemis tinggi dan sedang akan
menurunkan risiko penularan kembali pada daerah
endemis rendah dan daerah bebas malaria (tahap
pemeliharaan)
• Pemantapan mutu laboratorium merupakan komponen
penting dalam upaya mencapai eliminasi malaria
• Kuantitas dan kualitas tenaga laboratorium mikroskopis
perlu dijamin
• Pemerintah daerah memegang peranan penting dalam
membangun jejaring laboratorium yang berkualitas
TERIMA
KASIH
40

Anda mungkin juga menyukai