Anda di halaman 1dari 2

Percaya Diri dengan Tanaman Hias Lokal

Biasanya, setiap pengusaha tanaman hias menyukai tanaman impor, karena dinilai
cukup menguntungkan. Selain itu, tanaman impor lebih mudah dan praktis daripada
memperbanyak sendiri. Namun ternyata, tidak semua pengusaha bisa menerima produk impor,
karena bisa mempengaruhi harga jual produk lokal.
Andariani, pemilik Florist&Stones Surabaya, salah satunya. Ia memilih untuk konsentrasi
mengembangkan tanaman hias lokal daripada tanaman hias impor. Alasannya, produk lokal
mempunyai karaktersitik lebih bagus dari barang impor yang dikembangkan melalui kultur
jaringan.
Wanita ini masuk ke bisnis tanaman hias dari hobi yang ditularkan oleh kedua
orangtuannya sejak kecil. Dari kesukaannya pada tanaman hias itu, maka mulailah ia membuka
usaha untuk mengkomersilkan tanaman hias koleksinya sejak dua tahun yang lalu. Hasilnya,
tentu sudah pasti sangat menguntungkan. Apalagi sang suami yang dinikahinya sejak tahun
1997 cukup mendukung usahanya itu.
Di awal usahanya, wanita yang akrab dipanggil Anjar ini sebenarnya tak langsung
mengkomersilkan tanaman hias. Ia mengawali usahanya dengan bisnis batu paras yang bisa
dibentuk sesuai pesanan atau kreasi pemesannya, seperti untuk hiasan dinding, pot, dan air
mancur. Ternyata dari bentuk pot yang bervariasi itu, ia berhasil mendominasi penjualan batu
paras miliknya.
“Kalau ada satu barang yang laris, maka harus dipikirkan paduannya dan tanaman hias sangat
cocok dengan pot,”imbuh Anjar.
Melihat kondisi yang ada, naluri bisnis Anjar langsung terbuka. Apalagi koleksi tanaman
hias miliknya sendiri bisa dijadikan modal untuk memulai usaha tanaman hias. Awalnya, ia
mengaku cukup sulit mengembangkan usahanya itu, sebab masih belum banyak yang
mengenal produk dan lokasi yang dimilikinya.
Bisnis batu sendiri ia dalami, karena sesuai dengan profesi suami yang bekerja sebagai
arsitek. Lalu, ia kembangkan dan gabungkan sendiri antara bisnis batu dengan tanaman hias.
Saat ini Anjar sudah memiliki satu ruang display untuk lokasi penjualan. Sedangkan untuk
nurseri, masih dalam tahap pembangunan.
Setelah berjalan selama dua tahun, usaha batu dan tanaman hias yang dilakoninya
ternyata mendapatkan respon di luar prediksi, sebab awalnya usaha ini sebagai satu cara untuk
menambah aktifitasnya. Namun ternyata, setelah berjalan selama dua tahun, bisnis ini bisa
menghasilkan keuntungan yang besar, sehingga ia pun serius untuk mengelolanya.
Memang hampir sebagian besar pengusaha tanaman hias berawal dari hobi dan itu
menjadi satu nilai lebih yang dimiliki Anjar, sebab tanaman hias saat ini mampu jadi satu
komoditi yang mempunyai nilai tinggi. Jadi, peluang keberhasilan yang didapat dipastikan lebih
besar, sebab didukung oleh pengalaman mengelola yang cukup lama dan itu jadi satu senjata
ampuh untuk memajukan bisnisnya.
Kembangkan Koleksi Aglaonema
Koleksi terbanyak yang dimiliki Anjar saat ini didominasi oleh tanaman aglaonema.
Aglaonema merupakan tanaman favoritnya saat masih kecil. Dari aglaonema ini, ruang display
yang diberi nama Florist&Stones di kawasan Jl. Lontar Surabaya mulai banyak didatangi
pembeli. Bahkan saat tanaman anthurium mendominasi di pasaran sekarang ini, tetap banyak
penghobi aglaonema yang datang untuk melihat koleksi miliknya.
Meski belum besar, namun dari tanaman hias diakui Anjar banyak mendapatkan pengalaman
yang cukup banyak. Yang paling terasa adalah peningkatan kualitas kesabaran dari proses
perawatan yang dilakukan terhadap tanaman hias. Kesabaran tentu jadi satu modal utama bagi
penghobi tanaman hias, sebab semua orang sudah tahu bahwa merawat tanaman harus
melalui proses yang panjang. Contohnya aglaonema, untuk menghasilkan daun siap jual
membutuhkan waktu minimal enam bulan. Selain itu, setiap perlakuan yang kita berikan, seperti
pemupukan maupun pengobatan dari serangan serangga maupun jamur tidak bisa dirasakan
langsung.
Kekhawatiran yang muncul saat ini adalah makin maraknya gempuran produk impor
yang terus masuk ke pasar tanaman hias nasional. Meski bagi pengusaha akan mendatangkan
untung yang lebih cepat dan besar, tapi secara keseluruhan hal itu bisa merusak pasar
tanaman hias, terutama dari harga jualnya.
Lihat saja reality bisnis tanaman hias saat ini, untuk pasaran aglaonema harganya mulai
turun sejak akhir tahun 2006 sampai sekarang. Penurunan harga itu, menurut Anjar, selain dari
naiknya pamor anthurium juga dari banyaknya produk impor di pasar. Akibatnya, harga jual
otomatis turun berdasarkan hukum pasar.
“Dilihat dari kualitas, sebenarnya produk lokal tetap lebih unggul. Salah satunya dari
kualitas batang dan daun yang lebih tebal, sehingga terkesan lebih kokoh,” ujar Anjar. “Bahkan
saat ini, untuk produk lokal salain Pride Of Sumatera ada beberapa varian yang tetap mempunyai
harga pasaran tinggi,” lanjutnya.
Contohnya Aglaonema Tiara yanga diperjual-belikan di kisaran harga Rp 1,75 juta per-daunnya.
Sementara aglaonema Diana dipatok harga Rp 1,5 juta setiap daunnya, dan Adelian yang
masih berkisar Rp 300 ribu per-daun. Untuk Pride Of Sumatera sendiri, saat ini harga beli masih
sekitar Rp 20 ribu per-daunnya.
Dari kondisi pasar saat ini, memang mau-tidak mau dirinya harus mengikuti pasar,
dimana produk impor tetap tidak bisa dihindari, baik itu untuk aglaonema maupun anthurium
yang saat ini jadi ratu daun di Indonesia. Namun sebagai pengusaha yang mempunyai
idealisme sendiri, ibu satu anak ini memilih tetap konsentrasi mengembangkan produk lokal.
Langkah pertama yang diambilnya sebagai strategi pasar adalah mengurangi koleksi
impor yang dimilikinya untuk dijual ke pasar dan mengutamakan produkl lokal sebagai koleksi.
Meski melawan pasar, namun dilihat dari potensi kekuatan tanaman lokal, harga jualnya
dipastikan bisa bersaing.
“Kalau kualitas produk lebih baik, tentu harga lebih tinggi, tapi tidak bisa produksi masal, sebab proses
pentumbuhan lambat,” tandas Anjar.
Dari konsep yang diambilnya itu, kini ia sudah menyiapkan untuk membangun satu
nurseri sebagai satu syarat untuk mengembangkan usaha tanaman hias, sebab laiknya sebuah
restoran wajib mempunyai dapur sebagai produksi makanan, begitu juga untuk tanaman hias,
harus ada satu tempat untuk pengembangan produk.
Bila ditanya apakah dulu pernah menyangka bisa mengembangkan satu bisnis tanaman
hias dari hobi, Anjar mengaku sama sekali tidak terpikirkan. Dari situ dirinya merasa bahwa
siapapun bisa jadi pengusaha, asalkan dikerjakan dengan serius dan tentunya bisa melihat
peluang pasar untuk mencapai sukses. [wo2k]

Anda mungkin juga menyukai