Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah “Meresensi Buku Non Fiksi” ini tepat
pada waktunya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan pembaca. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Namun penyusun tetap mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat konstruktif sehingga bisa menjadi acuan dalam penyusunan makalah
selanjutnya.

Meulaboh, 27 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar .......................................................................................

Daftar isi .................................................................................................

BAB I Identitas Buku............................................................................................... 1

Bab II Isi ................................................................................................................. 2

Bab III Kesimpulan ................................................................................................ 5

Daftar pustaka ......................................................................................................... 5


BAB I
TEMA

Blink adalah buku mengenai dua detik pertama yang sangat menentukan ketika kita mengamati
sesuatu -- dua detik yang akan memberikan pemahaman dalam sekejap mata, yang terbentuk
berkat pilihan-pilihan yang muncul dari dalam "komputer internal" kita, alias kemampuan bawah
sadar kita. Kemampuan inilah yang oleh Malcolm Gladwell sekejap bisa didapat dari informasi
yang sedikit namun akurat melalui snap judgment dan thin slicing.

Judul : Blink : Kemampuan Berpikir Tanpa Berpikir


Penulis : Malcolm Gladwell
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tanggal terbit : 2005
BAB II
PENDAHULUAN
Latar belakang
Dalam Blink, kita akan melihat contoh-contoh menakjubkan kehebatan snap judgment dan thin
slicing. Pakar benda seni yang mengenali barang antik palsu dalam seni lihat, ahli cicip-makanan
yang mampu membedakan keripik mana buatan pabrik mana dalam sekali gigit atau gelas mana
yang berisi Pepsi dan gelas mana yang berisi Coca-Cola dalam sekali sesap. Buku ini juga
memberikan gambaran bahayanya membuat kesimpulan cepat: pemasar bisa memanipulasi
kesan pertama konsumen, polisi bisa menembak mati seseorang yang tak bersalah, peserta
pemilih bisa saja memilih presiden yang tampan namun ternyata tidak mampu bekerja. Blink
menyingkapkan bahwa orang-orang yang pandai mengambil keputusan yang tepat bukanlah
orang yang memproses paling banyak informasi atau yang sengaja menghabiskan waktu paling
lama, namun orang-orang yang telah melatih diri mereka untuk menyempurnakan seni membuat
cuplikan tipis -- thin slicing -- menyaring sesedikit mungkin faktor-faktor terpenting dari
sejumlah kemungkinan yang menggunung.
BAB III

ISI

Pendahuluan. Dibuka dengan narasi tentang kasus nyata masalah patung kouros yang dibeli
museum Getty bahwa kouros tersebut notabene berasal dari ribuan tahun lalu, namun ternyata
patung ini hanya dibuat pada tahun 1980. Kouros ini bahkan telah terbukti secara ilmiah dengan
analisis instrumentasi bila memang berasal dari ribuan tahun lalu. Namun, ternyata batu ini
“dituakan” dengan membuat reaksi kimia tertentu sehingga mineral dalam batu ini dapat
terdeteksi berasal dari ribuan tahun lalu oleh instrumen. Kendati demikian, Frederico Zeri,
Evelyn Harrison, Thomas Hoving, Geordios Dontas, dan banyak orang-orang lainnya di Athena
melihat patung ini dalam sekejap dan merasakan “pendekatan intuitif” bahwa patung
tersebut palsu. Bagaimana bisa orang-orang tersebut mengenali lebih banyak tentang patung
kouros tersebut dalam selayang pandang dibandingkan museum Getty yang menghabiskan waktu
berbulan-bulan. Blink kurang lebih mengkaji tentang hal ini.

Ada cara cepat dan mudah (fast and frugal) bagaimana seseorang membuat keputusan dengan
memusatkan perhatian pada patung dalam sekejap mata kemudian mereka merasakan “penolakan
intuitif”. Ada pula suatu sistem komputer internal, bahwa manusia dapat menyimpulkan intuisi
seperti pada kasus tersebut karena sudah diatur dalam bagian otak bawah sadar adaptif (adaptive
unconsciousness) dimana mampu membuat respon cepat atau refleks berdasarkan informasi yang
sangat sedikit. Tugas utama Blink: membuat keputusan dari fakta yang hanya diamati 2
detik menjadi keputusan yang sama baiknya dengan keputusan yang diambil secara lama
dan hati-hati. Walau begitu, ada naluri yang berkhianat, sudah ada intuisi bahwa kouros itu
buruk, namun museum Getty timbul hasrat tetap membelinya. Seringkali kita terfokus pada
perkara besar dan mengabaikan saat-saat yang terjadi sekejap mata. Bagaimana bila kita
mengubah cara berpikir dengan mengikuti naluri atau intuisi? Dengan mengubah cara berpikir
kita, maka kita juga mengubah cara menghadapi masalah sehingga diharapkan dapat membuat
dunia yang berbeda dan yang lebih baik.

Bab 1. Teori Cuplikan Tipis (Thin Slicing Theory): bagaimana tahu sedikit bisa berarti banyak.
Diceritakan dalam bab ini studi kasus di labnya Gottman tentang bagaimana suatu perkawinan
dapat ditentukan akan bertahan lama atau tidak dalam 2 detik. Gottman bisa merangkai strategi
melihat kasus-kasus perkawinan tersebut dengan teori cuplikan tipis, mencari fist.
Bab 2. Priming effects. Ada suatu pintu terkunci di bawah sadar yang seringkali berperan
penting dalam mengambil keputusan.

Bab 3. Mengungkap sisi gelap cuplikan tipis, yaitu prasangka dan diskriminasi. Bagaimana
mengatasinya:membuat komitmen kuat untuk berbuat adil.

Bab 4. The Power of spontaneity berasal dari latihan yang berulang-ulang. Adanya kesepakatan
untuk memainkan peran masing-masing. Lepaskan semua ide atau potensi, bukannya malah
dikekang atau ditakuti sehingga setiap tokoh yang ada selalu mengusahakan agar menarima
apapun yang ditawarkan oleh lawan bermain, atau dengan kata lain “go with the flow” saling
mengiyakan. Dalam hal ini, perlu juga memandang masalah secara holistik serta berpegang
teguh pada hal yang sudah jelas (the obvious thing).
Bab 5. Kenna, dia yang diprediksi akan sukses membuat sensasi di industri musik, namun
kenyataanya tidak terjadi demikian. Ketika naluri salah, mengapa, dan bagaimana? Dalam bab
ini diceritakan lebih dalam tentang 2 detik pertama. Mengapa naluri bisa salah: mereka terlalu
berharap dengan Kenna, padahal mereka bukan pakar ahli namun memaksakan diri (opini saya).
Lalu bagaimana mengatasinya? Caranya dengan membuat database di bawah sadar masing-
masing, dan membiasakan diri agar reaksi-reaksi yang terjadi tidak dangkal, tidak mudah
dibantahkan, namun mudah dijelaskan.
Bab 6. Bahaya penyimpulan cepat. Kesalahan membaca pikiran dapat berujung menjadi
malapetaka. Disini diuraikan bagaimana membaca pikiran dari ekspresi wajah karena
mengandung banyak emosi. Sebenarnya thin slicing bisa dilatih, “setiap momen, setiap kejap
terdiri atas serangkaian bagian yang saling terpisah dan masing-masing menawarkan peluang
untuk diintervensi, diubah, dan diperbaiki”. Sedangkan pada kasus 7 detik penembakan tragis
terhadap Diallo yang sebenarnya tidak bersalah apapun, Carol dan McMellon sudah langsung
melakukan thin slicing bahwa Diallo mencurigakan, makin lama denyut jantung mereka menjadi
semakin panas. Carol saat itu sedang menderita artisme sesaat. Dia terlalu terpaku dengan benda
yang akan keluar dari saku Diallo, padahal belum tentu benda yang akan keluar itu senjata.
BAB IV

KESIMPULAN

Mendengarkan dengan mata. “Begitu sering kita menerima saja semua yang terjadi dalam
sekejapan mata. Seolah-olah kita tidak mempunyai kendali yang cukup atas gelembung apapun
yang mungkin muncul ke permukaan dari pikiran bawah sadar kita. Padahal sesungguhnya kita
punya, dan andai kita dapat mengendalikan lingkungan tempat berlangsungnya proses
pemahaman cepat, berarti kita dapat mengendalikan proses pemahaman cepat itu sendiri. Kita
dapat menghindarkan baik komandan pasukan, dokter UGD, maupun polisi yang berpatroli dari
kemungkinan berbuat keliru.”

Daftar Pustaka

https://naninuneuro.wordpress.com/2017/07/01/review-buku-blink-oleh-malcolm-gladwell/

Anda mungkin juga menyukai