Anda di halaman 1dari 30

EARL BABBIE, The Basics of Social Research, 6th edition (2014)

BAB 1. MANUSIA DAN RISET

PENGANTAR

Buku ini memperbincangkan tentang “cara” kita mengetahui berbagai hal — tidak cukup mengenai
“apa” yang kita ketahui namun penting pula mengetahui “bagaimana” kita mengetahuinya. Mari kita
mulai dengan memeriksa beberapa hal yang mungkin Anda anggap sudah Anda ketahui.

Anda tahu bumi itu bulat. Anda mungkin juga tahu di sisi gelap bulan (sisi sebalik yang menghadap
matahari) itu lebih dingin daripada sisi yang menghadap matahari, dan Anda tahu orang-orang berbicara
bahasa Jepang di Jepang. Anda tahu bahwa vitamin C dapat mencegah pilek dan bahwa hubungan seks
tanpa kondom dapat menularkan HIV/AIDS.

Masalahnya: Bagaimana Anda tahu itu semua? Jika Anda berpikir sebentar, Anda akan mulai paham
bahwa Anda mengetahui hal-hal tersebut karena ada seseorang mengatakannya kepada Anda, dan
lantas Anda memercayainya. Atau, Anda mungkin telah membaca National Geographic bahwa orang-
orang Jepang berbicara dalam bahasa Jepang di Jepang, dan itu masuk akal bagi Anda, sehingga Anda
tidak mempertanyakannya lagi. Mungkin guru fisika atau astronomi Anda di SMA dulu memberi tahu
Anda bahwa sisi gelap bulan lebih dingin daripada sisi terangnya, atau mungkin Anda pernah
mendengarnya di dalam sebuah pemberitaan.

Beberapa hal yang Anda ketahui memang tampak jelas bagi Anda. Jika saya bertanya kepada Anda
bagaimana Anda tahu dunia ini bulat, Anda mungkin akan berkata, “Ah, semua orang juga tahu itu.” Ada
banyak hal yang diketahui semua orang. Tentu saja, pada suatu waktu, di suatu tempat, ada pula orang
yang menyatakan, “Ah, semua orang ‘tahu’ bahwa bumi itu datar.”

Sebagian besar dari apa yang Anda ketahui adalah masalah kesepakatan dan kepercayaan. Sebagian
kecil saja yang didasarkan pada pengalaman dan penemuan pribadi. Sebagian besar didapat sepanjang
pertumbuhan dan perkembangan diri Anda di dalam masyarakat mana pun, yakni, proses belajar untuk
menerima apa yang “diketahui” oleh semua orang di sekitar Anda. Jika Anda tidak mengetahui hal-hal
yang sama, Anda tidak dapat benar-benar menjadi bagian dari kelompok masyarakat itu. Jika Anda
mempertanyakan dengan serius bahwa apakah dunia ini benar-benar bulat, Anda akan segera
menemukan diri Anda ‘terpisah’ dari orang lain. Anda mungkin lantas dikirim untuk tinggal di rumah
sakit jiwa bersama orang lain yang mengajukan pertanyaan semacam itu.

Jadi, sebagian besar dari apa yang Anda ketahui adalah masalah memercayai apa yang telah Anda
ketahui. Pahami bahwa tidak ada yang salah dengan Anda dalam hal itu. Begitulah cara masyarakat
manusia terstruktur. Basis pengetahuan adalah kesepakatan. Karena Anda tidak dapat mempelajari
semua yang perlu Anda ketahui melalui pengalaman dan penemuan pribadi saja, banyak hal telah diatur
sehingga Anda bisa tinggal percaya saja pada apa yang orang lain katakan kepada Anda. Anda tahu
beberapa hal melalui tradisi, yang lain dari “pakar.” Saya tidak mengatakan Anda tidak harus
mempertanyakan pengetahuan yang diterima ini; Saya hanya mengarahkan perhatian Anda pada cara
yang biasanya Anda dan masyarakat sepakati tentang apa yang terjadi.

Namun demikian, ada cara lain untuk mengetahui berbagai hal. Berbeda dengan mengetahui hal-hal
melalui persetujuan, Anda dapat mengetahuinya melalui pengalaman langsung — yakni melalui

1
pengamatan. Jika Anda menyelam ke aliran gletser yang mengalir melalui Pegunungan Rocky di Kanada,
Anda tidak perlu orang lain untuk memberi tahu Anda bahwa air di situ rasanya dingin sekali.

Namun, ketika pengalaman Anda bertentangan dengan apa yang diketahui orang lain, ada kemungkinan
besar Anda akan “menyerah” dengan memendam pengalaman Anda demi kesepakatan. Misalnya,
bayangkan Anda datang ke sebuah pesta orang-orang kelas atas, dan minuman serta makanannya luar
biasa. Kepada Anda dibawakan oleh pelayan salah satu makanan pembuka di atas nampan: Kudapan
yang digoreng dengan tepung roti dan aromanya sangat menggoda. Anda ambil dua biji lantas menggigit
dan mengunyahnya — hmm, rasanya sangat lezat! Anda pun ingin lagi. Bahkan Anda dengan halus
bergerak di sekitar ruangan untuk berada dekat dengan pelayan yang membawa nampan berisi kudapan
hebat itu.

Akhirnya, Anda tidak lagi bisa menahan diri. Anda pun bertanya “Apa sih, ini?” Tuan rumah pun lantas
membisiki Anda kudapan misterius itu: “Anda sudah makan kue yang terbuat dari cacing goreng!” Tiba-
tiba reaksi Anda pun dramatis: Perut Anda memberontak, dan Anda segera muntah di seluruh karpet
ruang tamu. Anda pikir, “Kurang ajar! Melayani tamu kok sekejam ini!”

Inti cerita tersebut adalah bahwa kedua perasaan Anda tentang makanan pembuka itu cukup nyata.
Pertama, suka-cita awal Anda pada kudapan itu memang nyata, begitu juga perasaan jijik yang Anda
rasakan ketika mengetahui apa yang Anda makan. Namun, harus jelas bahwa rasa jijik yang Anda
rasakan hanyalah produk dari kesepakatan Anda dengan orang-orang di sekitar Anda bahwa cacing
tidak laik untuk dimakan. Itu adalah persetujuan yang Anda dapatkan sejak pertama kali orang tua Anda
dulu memergoki Anda ketika masih kanak-kanak duduk di tumpukan tanah sedang asyik menggigit
seekor cacing yang separuhnya masih menggeliat menggantung dari bibir Anda. Ketika orang tua Anda
waktu itu dengan tergopoh-gopoh membuka mulut Anda dan mengorek tenggorokan Anda untuk
separuh cacing lainnya, Anda mengetahui bahwa cacing bukanlah makanan yang dapat diterima di
masyarakat kita. Selain dari persetujuan tersebut, apa yang salah dengan cacing? Cacing mungkin
mengandung protein tinggi dan rendah kalori, berukuran kecil dan mudah dikemas, dan yang seperti ini
itu adalah impian distributor kudapan. Cacing juga merupakan makanan lezat bagi beberapa orang yang
tinggal di masyarakat yang tidak memiliki persetujuan bahwa cacing menjijikkan. Beberapa orang
mungkin menyukai cacing tetapi disamarkan dengan menggorengnya sampai benar-benar kering.

Jadi, inilah pertanyaan yang perlu dipertimbangkan: “Apakah cacing itu sebenarnya baik atau sangat
buruk untuk dimakan?” Dan ada pertanyaan yang lebih menarik: “Bagaimana Anda bisa tahu yang
sebenarnya?” Buku ini adalah upaya menjawab pertanyaan kedua.

MENCARI REALITAS

Realitas adalah urusan yang rumit. Anda mungkin sudah lama curiga bahwa beberapa hal yang Anda
“tahu” mungkin tidak benar, tetapi bagaimana Anda bisa benar-benar tahu apa yang nyata? Orang-
orang telah bergulat dengan pertanyaan ini selama ribuan tahun.

Pengetahuan dari Realitas Kesepakatan (Agreement Reality)

2
Satu jawaban yang muncul dari pergulatan itu adalah sains, yang menawarkan pendekatan terhadap
realitas kesepakatan (RK) dan realitas pengalaman (RP). Para ilmuwan memiliki kriteria tertentu yang
harus dipenuhi sebelum mereka menerima kenyataan dari sesuatu yang tidak mereka alami secara
pribadi. Secara umum, pernyataan tersebut harus memiliki dukungan logis dan empiris: Yakni harus
masuk akal dan tidak boleh bertentangan dengan pengamatan yang sebenarnya. Mengapa para
ilmuwan di bumi menerima pernyataan bahwa sisi gelap bulan lebih dingin daripada sisi terangnya?
Pertama, itu masuk akal, karena panas permukaan bulan berasal dari sinar matahari. Kedua, pengukuran
ilmiah yang dilakukan pada sisi gelap bulan mengkonfirmasi dugaan tersebut. Jadi, para ilmuwan
menerima kenyataan dari hal-hal yang tidak mereka alami secara pribadi — mereka menerima
agreement reality — tetapi mereka memiliki standar khusus untuk meyakininya.

Lebih penting lagi dari buku ini, sains menawarkan pendekatan khusus untuk menemukan realitas
melalui pengalaman pribadi, yaitu, penelitian. Dasar filsafat ilmunya adalah epistemologi yakni ilmu
untuk mengetahui (science of knowing) yang kemudian mempunyai subbidang epistemologi yang
disebut Metodologi yang dapat disebut sebagai ilmu yang mempelajari cara mencari tahu. Buku ini
mengulas dan menampilkan metodologi ilmu sosial, atau “bagaimana ilmuwan sosial mengetahui
tentang kehidupan sosial masyarakat manusia.” Anda akan mengetahui bahwa beberapa metode dalam
buku ini cocok dengan citra tradisional sains (seperti ilmu-ilmu alam), tetapi ada pula yang secara khusus
disesuaikan dengan hal-ihwal sosiologis.

Pada bab-bab berikutnya, kita akan melihat inkuiri (penyelidikan/penelitian) sebagai aktivitas keilmuan.
Kita akan mulai dengan mengulas inkuiri sebagai aktivitas alami manusia, sesuatu yang Anda dan saya
sesungguhnya telah terlibat dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, kita akan melihat beberapa jenis
kesalahan yang kita buat dalam inkuiri awam, dan kita akan menyimpulkan dengan mengulas apa yang
menjadikan sains berbeda dibanding kedua hal sebelumnya. Kita akan melihat beberapa cara yang
dilakukan oleh sains untuk menghindari kesalahan manusia yang umum dilakukan dalam inkuiri.

Silakan baca Kotak Isu dan Wawasan, “Penelitian Sosial Membuat Perbedaan.” Informasi di dalam Kotak
tersebut memberikan contoh penelitian sosial terkontrol yang menantang apa yang semula sekadar
dikatakan bahwa “semua orang tahu.”

Penyelidikan oleh Orang Awam

Dapat dikatakan bahwa semua orang menunjukkan keinginan untuk memprediksi keadaan masa depan
mereka. Kita tampaknya terbiasa melakukan tugas ini menggunakan penalaran kausal dan probabilistik.
Pertama, kita umumnya mengakui bahwa keadaan di masa depan entah bagaimana disebabkan atau
dikondisikan oleh apa yang terjadi sekarang. Kita belajar bahwa berenang di luar terumbu karang dapat
membawa kita ketemu ikan hiu. Sebagai siswa kita tahu bahwa belajar dengan giat akan menghasilkan
nilai yang lebih baik. Kedua, kita juga belajar bahwa pola sebab dan akibat seperti itu bersifat
probabilistik: Efeknya lebih sering terjadi ketika penyebab terjadi daripada ketika penyebabnya tidak
ada — tetapi tidak selalu. Dengan demikian, siswa tahu bahwa belajar dengan keras menghasilkan nilai
yang bagus di sebagian besar contoh, tetapi tidak setiap waktu. Kita menyadari bahaya berenang di luar
terumbu karang, tanpa harus percaya bahwa setiap berenang seperti itu akan berakibat fatal. Seperti
yang akan kita lihat di seluruh buku ini, sains membuat konsep kausalitas dan probabilitas ini lebih
eksplisit dan menyediakan teknik untuk memperhitungkannya secara lebih ketat daripada sekadar
inkuiri manusia biasa. Itu dilakukan dengan cara mempertajam keterampilan yang sebenarnya secara

3
naluriah sudah kita miliki dengan membuat kita lebih sadar, lebih teliti, dan lebih eksplisit dalam
penyelidikan yang kita lakukan.

ISU & WAWASAN

Penelitian Sosial Membuat Perbedaan

Kesalahan pengobatan di rumah sakit A.S. membunuh atau melukai sekitar 770.000 pasien setiap tahun,
dan sistem Computerized Physician Order Entry (CPOE) yang baru dikembangkan telah secara luas diakui
sebagai solusi untuk masalah yang sangat besar ini, yang sebagian berasal dari tradisi pembuatan resep
dengan tulisan tangan dokter. Penelitian sains medis pada umumnya mendukung teknologi baru, tetapi
sebuah artikel di Journal of American Medical Association pada Maret 2005 mengirimkan gelombang kejut
melalui komunitas medis. Sosiolog Ross Koppel dan rekannya menggunakan beberapa teknik penelitian
yang akan Anda pelajari dalam buku ini untuk menguji efektivitas teknologi baru. Kesimpulan mereka: CPOE
hampir tidak seefektif yang diklaim; itu tidak mencegah kesalahan dalam pengobatan (Koppel et al. 2005).
Seperti yang dapat Anda bayangkan, mereka yang memproduksi dan menjual peralatan itu tidak senang
dengan penelitian ini, dan hal itu telah menimbulkan diskusi berkelanjutan dalam komunitas perawatan
kesehatan. Pada hitungan terakhir, penelitian ini telah dikutip lebih dari 20.000 kali dalam artikel lain, dan
Koppel telah menjadi ahli yang dicari dalam hal ini.

Sumber: Kathryn Goldman Schuyler, “Medical Errors: Sociological Research Makes News,” Sociological Practice
Newsletter (American Sociological Association, Section on Sociological Practice), Musim Dingin 2006, hal. 1.

Dalam melihat inkuiri oleh orang awam, kita perlu membedakan antara prediksi dan pemahaman.
Seringkali, kita dapat membuat prediksi tanpa pemahaman — mungkin Anda dapat memprediksi hujan
ketika tempurung lutut Anda sakit. Dan seringkali, bahkan jika kita tidak mengerti mengapa, kita
bersedia bertindak berdasarkan kemampuan prediksi yang ditunjukkan. Penggemar pacuan kuda yang
menemukan ‘pola’ bahwa kuda peringkat ketiga dalam balapan ketiga hari itu selalu menang mungkin
akan terus bertaruh tanpa mengetahui, atau peduli, mengapa hasilnya seperti itu.

Apa pun dorongan primitif atau insting yang memotivasi manusia, dalam memuaskan dorongan ini
sangat bergantung pada kemampuan untuk memprediksi keadaan di masa depan. Namun, upaya untuk
memprediksi sering ditempatkan dalam konteks pengetahuan dan pemahaman. Jika kita dapat
memahami mengapa hal-hal terkait satu sama lain, mengapa pola reguler tertentu terjadi, kita dapat
memprediksi lebih baik daripada jika kita hanya mengamati dan mengingat pola-pola itu. Dengan
demikian, penyelidikan manusia bertujuan untuk menjawab pertanyaan “apa” dan “mengapa”, dan kita
akan mencapai tujuan ini dengan mengamati dan mencari tahu.

Seperti yang saya sarankan sebelumnya, upaya kita untuk belajar tentang dunia hanya sebagian kecil
yang berasal dari penyelidikan langsung atau pengalaman pribadi. Bagian lain, yang jauh lebih besar,
berasal dari pengetahuan yang disepakati yang diberikan orang lain kepada kita. Realitas kesepakatan
(agreement reality) ini membantu sekaligus menghambat upaya kita untuk mencari tahu sendiri. Untuk
melihat caranya, pertimbangkan dua sumber penting dari pengetahuan ‘tangan-kedua’ kita — yakni,
tradisi dan otoritas.

Tradisi

4
Masing-masing dari kita mewarisi budaya yang dibuat, sebagian, dari pengetahuan yang diterima
dengan kuat tentang cara kerja dunia dan tata-nilai yang memandu partisipasi kita di dalamnya. Kita
dapat belajar dari orang lain bahwa makan terlalu banyak permen akan merusak gigi kita, bahwa keliling
lingkaran kira-kira dua puluh dua per tujuh dari diameternya, atau bahwa masturbasi akan membuat
Anda buta. Gagasan tentang jenis kelamin, ras, agama, dan berbagai negara yang Anda pelajari ketika
Anda tumbuh dewasa akan cocok dengan kategori ini. Kita dapat menguji beberapa dari “kebenaran” ini
sendiri, tetapi kita hanya menerima sebagian besar dari mereka, hal-hal yang “semua orang tahu.”

Tradisi, dalam pengertian ini, menawarkan beberapa keuntungan yang jelas bagi inkuiri manusia.
Dengan menerima apa yang diketahui semua orang, kita menghindari tugas berat untuk memulai dari
awal semua hal tentang keteraturan dan pemahaman. Pengetahuan bersifat kumulatif, dan tubuh
pengetahuan yang diwariskan adalah titik awal untuk mengembangkan lebih banyak darinya. Kita sering
berbicara tentang “berdiri di atas bahu raksasa,” yaitu, dimulai dengan basis pengetahuan generasi
sebelumnya.

Pada saat yang sama, tradisi dapat merusak penyelidikan manusia. Jika kita mencari pemahaman baru
tentang sesuatu yang semua orang sudah pahami dan selalu pahami, kita mungkin dianggap sebagai
orang bodoh, atau kurang kerjaan. Lebih penting lagi, kebanyakan dari kita bahkan jarang berpikir untuk
mencari pemahaman yang berbeda tentang sesuatu yang semua orang sudah tahu bahwa hal itu benar.

Wewenang

Selain kekuatan tradisi, pengetahuan baru muncul setiap hari. Selain dari pengalaman pribadi kita, kita
mendapat manfaat sepanjang hayat dari penemuan dan pemahaman baru yang dihasilkan oleh orang
lain. Seringkali, penerimaan dari akuisisi baru ini bergantung pada status penemu. Anda lebih cenderung
mempercayai ahli epidemiologi yang menyatakan bahwa flu dapat menular melalui ciuman, misalnya,
daripada memercayai paman Anda yang bukan dokter, ketika mengatakan hal yang sama.

Seperti tradisi, otoritas dapat membantu dan menghambat penyelidikan manusia. Kita menerimanya
dengan memercayai penilaian orang yang memiliki pelatihan, keahlian, dan kredensial khusus dalam
masalah tertentu, terutama dalam menghadapi kontroversi. Pada saat yang sama, penyelidikan dapat
sangat terhalang oleh otoritas yang sah yang sebenarnya berbuat salah dalam lingkup khusus mereka
sendiri. Bagaimanapun, ahli biologi pernah membuat kesalahan di bidang biologi.

Penyelidikan juga terhambat ketika kita bergantung pada otoritas para ahli yang berbicara di luar bidang
keahlian mereka. Misalnya, pertimbangkan pemimpin politik atau agama yang tidak memiliki keahlian
ilmu hubungan internasional yang menyatakan bahwa berhubungan diplomatik dengan China sangat
berbahaya. Industri periklanan sangat berperan dalam penyalahgunaan wewenang ini dengan, misalnya,
menampilkan atlet populer untuk memperbincangkan nilai gizi sereal sarapan pagi atau aktor film
kenamaan untuk mengevaluasi kinerja sebuah mobil.

Tradisi dan otoritas, karenanya, adalah pedang bermata dua dalam pencarian pengetahuan tentang
dunia. Sederhananya, mereka memberi kita titik awal untuk penyelidikan kita sendiri, tetapi mereka
dapat mengarahkan kita untuk memulai pada titik yang salah dan mendorong kita ke arah yang semakin
salah.

Kesalahan dalam Inkuiri dan Beberapa Solusinya

5
Terlepas dari potensi bahaya tradisi dan otoritas, kita sering tersandung dan jatuh ketika kita mulai
belajar melakukan penyelidikan sendiri. Mari kita lihat beberapa kesalahan umum yang kita buat dalam
penyelidikan biasa dan cara sains menjaga kita dari kesalahan itu.

1. Pengamatan yang tidak akurat

Cukup sering, kita melakukan kesalahan dalam pengamatan. Misalnya, apa yang dikenakan dosen
metodologi Anda pada hari pertama masuk kelas? Jika Anda harus menebak, itu karena sebagian besar
pengamatan harian kita bersifat kasual (santai, sambil lalu) dan setengah sadar. Itulah mengapa kita
sering tidak setuju tentang “apa yang sebenarnya terjadi.”

Berbeda dengan penyelidikan manusia biasa, pengamatan ilmiah adalah kegiatan yang disadari. Cukup
membuat pengamatan lebih disengaja dapat mengurangi kesalahan. Jika Anda harus menebak apa yang
dikenakan dosen Anda ketika masuk kelas di minggu kedua, Anda mungkin akan membuat kesalahan.
Namun, jika Anda datang ke pertemuan pertama dengan rencana sadar untuk mengamati dan mencatat
apa yang dikenakan oleh dosen Anda, kemungkinan dugaan Anda itu akan lebih akurat. (Siapa tahu Anda
mungkin juga butuh hobi seperti ini.)

Dalam banyak kasus, baik perangkat pengukuran sederhana maupun kompleks membantu melindungi
kita dari pengamatan yang tidak akurat. Selain itu, alat ukur menambahkan tingkat presisi jauh
melampaui kapasitas indera telanjang. Misalkan, Anda telah mengambil foto dosen Anda pada
pertemuan perdana. (Lihat komentar sebelumnya tentang “siapa tahu Anda membutuhkan hobi”).

2. Generalisasi berlebihan

Ketika kita mencari pola di antara hal-hal tertentu yang kita amati di sekitar kita, kita sering menganggap
bahwa beberapa peristiwa serupa adalah bukti dari pola umum. Artinya, kita cenderung melakukan
generalisasi berlebihan berdasarkan pengamatan terbatas. Ini dapat menyesatkan atau menghambat
penyelidikan.

Bayangkan bahwa Anda adalah seorang reporter yang meliput demonstrasi pendukung hak-hak
binatang. Anda hanya punya waktu dua jam untuk menyerahkan reportase Anda. Bergegas ke tempat
kejadian, Anda mulai mewawancarai orang-orang, bertanya kepada mereka mengapa mereka
berdemonstrasi. Jika dua demonstran pertama yang Anda wawancarai memberi Anda alasan yang sama,
Anda mungkin berasumsi bahwa 3.000 orang lainnya akan seperti itu. Sayangnya, ketika cerita Anda
muncul, editor Anda bisa mendapatkan banyak e-mail dari pengunjuk rasa yang ada di sana untuk alasan
yang sama sekali berbeda.

Tentu saja kita sadar bahwa kita harus menyamaratakan sampai batas tertentu untuk bertahan hidup.
Mungkin bukan ide yang baik untuk terus bertanya apakah ular berbisa itu mematikan. Anggap saja
mereka semua begitu. Namun harus hati-hati, karena pada saat yang sama kita memiliki kecenderungan
untuk melakukan generalisasi yang berlebihan.

Para ilmuwan melindungi kita terhadap generalisasi berlebihan dengan mencari sampel pengamatan
yang cukup besar. Replikasi penyelidikan memberi kita perlindungan lain. Pada dasarnya, ini berarti
mengulangi penelitian dan memeriksa untuk melihat apakah hasil yang sama terjadi setiap kali.
Kemudian, sebagai tes lebih lanjut, penelitian ini dapat diulang dalam kondisi yang sedikit bervariasi.

6
3. Pengamatan Selektif

Salah satu bahaya dari generalisasi berlebihan adalah bahwa hal itu dapat mengarah pada pengamatan
selektif. Setelah Anda menyimpulkan bahwa ada pola tertentu dan telah mengembangkan pemahaman
umum tentang mengapa itu terjadi, Anda akan cenderung berfokus pada peristiwa dan situasi di masa
depan yang sesuai dengan pola tersebut, dan Anda akan mengabaikan yang tidak cocok. Prasangka ras
etnis, dan agama, sangat bergantung pada pengamatan selektif untuk mendukung fanatisme mereka.

Dalam contoh lain, inilah cara Lewis Hill mengingat apa yang terjadi di pedesaan Vermont tempat ia
dibesarkan:
Membuat rumput kering (haying) dimulai tepat setelah Empat Juli.1 Para petani di lingkungan kami
percaya bahwa siapa pun yang memulai lebih awal pasti akan menderita terkena badai pada akhir Juni.
Mereka juga percaya bahwa yang mengikuti liburan yang menurut orang-orang tua disebabkan oleh
semua kebisingan dan asap pembakaran bubuk mesiu. Ibu saya memberi tahu saya bahwa kakek saya dan
veteran Perang Sipil lainnya mengklaim bahwa hujan selalu deras setelah pertempuran besar. Hal-hal
tidak selalu berjalan seperti yang dijanjikan penghuni tua, tentu saja, tetapi semua orang hanya ingat saat
mereka melakukannya. (2000: 35)

Terkadang desain penelitian akan menentukan terlebih dahulu jumlah dan jenis pengamatan yang akan
dibuat, sebagai dasar untuk mencapai kesimpulan. Jika Anda dan saya ingin mengetahui apakah wanita
lebih mungkin daripada pria untuk mendukung legalitas aborsi, kami berkomitmen untuk melakukan
sejumlah pengamatan tertentu pada pertanyaan itu dalam proyek penelitian. Kami mungkin memilih
seribu orang untuk diwawancarai tentang masalah ini. Sebagai alternatif, ketika melakukan pengamatan
langsung terhadap suatu peristiwa, seperti demonstrasi hak-hak binatang, para ilmuwan sosial membuat
upaya khusus untuk menemukan “kasus-kasus yang menyimpang” —mereka yang tidak cocok dengan
pola umum.

4. Penalaran Tidak Logis

Ada beberapa cara lain di mana kita sering berurusan dengan pengamatan yang bertentangan dengan
pemahaman kita tentang cara segala sesuatu dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya salah satu ciptaan
paling luar biasa dari pikiran manusia adalah “pengecualian yang membuktikan aturan.” Gagasan itu
sama sekali tidak masuk akal. Pengecualian dapat menarik perhatian pada aturan atau aturan yang
seharusnya (dalam arti aslinya, “membuktikan” berarti “uji”), tetapi dalam sistem logika tidak dapat
memvalidasi aturan yang bertentangan. Meski begitu, kita sering menggunakan ungkapan bernas ini
untuk menghapus kontradiksi dengan stroke sederhana yang tidak logis. Ini sangat umum dalam
kaitannya dengan stereotip kelompok. Ketika orang kulit berwarna, wanita, atau gay melanggar
stereotip yang dimiliki seseorang untuk kelompok itu, entah bagaimana “membuktikan” bahwa, selain
dari satu pengecualian ini, stereotip tetap “valid” untuk yang lainnya. Sebagai contoh, seorang eksekutif
bisnis wanita yang baik dan feminin dianggap sebagai “bukti” bahwa semua eksekutif wanita lainnya
kejam dan maskulin.

Apa yang oleh para ahli statistik disebut sebagai “kesesatan penjudi” adalah ilustrasi lain dari
ketidaklogisan dalam penalaran. Upaya yang konsisten baik keberuntungan atau nasib buruk dianggap
pertanda sebaliknya. Ketika suatu malam seorang penjudi merasa sial dan kalah melulu dalam judi

1
Catatan: 4 Juli adalah hari kemerdekaan AS

7
poker, justru dapat menyalakan kepercayaannya (spekulasinya) bahwa sebentar lagi dia akan dihampiri
oleh kemenangan; banyak pemain poker yang bertahan dalam perjudian itu terlalu lama karena
kepercayaan yang keliru itu (Kesimpulan yang lebih masuk akal adalah bahwa mereka tidak pandai
bermain poker).

Kita semua kadang-kadang jatuh ke dalam alasan yang tidak masuk akal memalukan dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu, para ilmuwan menghindari jebakan ini dengan menggunakan sistem logika
secara sadar dan eksplisit. Bab 2 nanti akan menerangkan logika sains secara lebih mendalam. Untuk
saat ini, cukup untuk dicatat bahwa penalaran logis adalah kegiatan sadar bagi para ilmuwan, yang juga
memiliki rekan kerja di sekitarnya untuk menjaga agar mereka tetap dalam kejujuran ilmiah.

Denikianlah beberapa cara yang menyesatkan kita dalam upaya kita untuk mengetahui dan memahami
dunia, dan bagaimana sains melindungi kita dari jebakan-jebakan tersebut. Mengamati dan memahami
kenyataan secara akurat bukanlah hal yang mudah atau sepele, tetapi lebih rumit dari perkiraan kita.

Mari sekarang kita beralih ke dasar pendekatan ilmu sosial untuk memahami. Dari sana kita dapat
memeriksa teknik penelitian khusus yang digunakan oleh para ilmuwan sosial.

PONDASI ILMU SOSIAL

Dua pilar sains adalah logika dan observasi (pengamatan). Pemahaman ilmiah tentang dunia harus:

(1) masuk akal; dan,


(2) sesuai dengan apa yang kita amati (empirik).

Kedua elemen itu penting bagi sains dan berhubungan dengan tiga aspek utama dari keseluruhan
perusahaan ilmiah:

• Teori;
• Pengumpulan data; dan,
• Analisis data.

Dalam istilah yang paling umum, teori ilmiah berkaitan dengan logika; pengumpulan data dengan
observasi; dan analisis data berkaitan dengan pola dalam apa yang diamati dan, jika perlu, perbandingan
apa yang diharapkan secara logis dengan apa yang sebenarnya diamati. Meskipun sebagian besar buku
pelajaran ini berkaitan dengan pengumpulan data dan analisis data — menunjukkan bagaimana
melakukan penelitian empiris — mengakui bahwa ilmu sosial melibatkan ketiga elemen. Karena itu, Bab
2 buku ini membahas konteks teoretis penelitian; Bagian 2 dan 3 fokus pada pengumpulan data; dan
Bagian 4 menawarkan pengantar untuk analisis data. Gambar 1-1 menawarkan pandangan skematis
tentang bagaimana buku ini membahas tiga aspek ilmu sosial ini.

Mari kita beralih ke beberapa masalah mendasar yang membedakan ilmu sosial dibandingkan dengan
cara lain dalam melihat fenomena sosial.

Teori, Bukan Filsafat atau Keyakinan

Teori ilmu sosial berkaitan dengan apa yang ada, bukan dengan apa yang seharusnya. Namun, selama
berabad-abad, teori sosial telah menggabungkan kedua orientasi ini. Para filsuf sosial secara bebas

8
mencampur pengamatan mereka tentang apa yang terjadi di sekitar mereka, spekulasi mereka tentang
mengapa, dan ide-ide mereka tentang bagaimana hal-hal seharusnya terjadi. Meskipun ilmuwan sosial
modern dapat melakukan hal yang sama dari waktu ke waktu, sadari bahwa ilmu sosial ada
hubungannya dengan bagaimana dan mengapa suatu gejala sosial ada/terjadi.

Ini berarti bahwa teori ilmiah — dan sains itu


sendiri — tidak dapat menyelesaikan perdebatan
tentang tata nilai (value). Ilmu pengetahuan
tidak dapat menentukan apakah kapitalisme
lebih baik atau lebih buruk daripada sosialisme
kecuali dalam hal kriteria tertentu yang
disepakati. Untuk menentukan secara ilmiah
apakah kapitalisme atau sosialisme paling
mendukung martabat dan kebebasan manusia,
pertama-tama kita harus menyetujui beberapa
definisi martabat dan kebebasan yang terukur.
Kesimpulan kami akan sepenuhnya bergantung
pada perjanjian ini dan tidak memiliki arti umum
di luarnya.

Dengan cara yang sama, jika kita dapat sepakat


bahwa angka bunuh diri, katakanlah, atau
memberi kepada amal adalah ukuran yang baik
dari kualitas agama, maka kita dapat
menentukan secara ilmiah apakah agama
Buddha atau Kristen adalah agama yang lebih
baik. Sekali lagi, kesimpulan kami akan terkait
erat dengan kriteria yang diberikan. Sebagai hal yang praktis, orang jarang sepakat tentang kriteria
untuk menentukan masalah nilai, jadi sains jarang berguna dalam menyelesaikan perdebatan semacam
itu. Faktanya, pertanyaan seperti ini adalah masalah pendapat dan kepercayaan sehingga penyelidikan
ilmiah sering dipandang sebagai ancaman terhadap apa yang “sudah diketahui.”

Kami akan mempertimbangkan masalah ini secara lebih rinci di Bab 12, ketika kita melihat penelitian
evaluasi. Seperti yang akan Anda lihat, para ilmuwan sosial telah menjadi semakin terlibat dalam
mempelajari program-program yang mencerminkan sudut pandang ideologis, seperti tindakan afirmatif
atau reformasi kesejahteraan. Salah satu masalah terbesar yang dihadapi peneliti adalah membuat
orang menyetujui kriteria keberhasilan dan kegagalan. Namun kriteria seperti itu sangat penting jika
penelitian ilmu sosial ingin memberi tahu kami apa pun yang berguna tentang masalah nilai. Dengan
analogi, stopwatch tidak dapat memberi tahu kami jika satu pelari lebih baik dari yang lain kecuali kami
pertama kali sepakat bahwa kecepatan adalah kriteria kritis.

Ilmu sosial, dengan demikian, dapat membantu kita hanya mengetahui apa itu dan mengapa. Kita dapat
menggunakannya untuk menentukan apa yang seharusnya, tetapi hanya ketika orang menyetujui
kriteria untuk memutuskan mana yang lebih baik daripada yang lain — sebuah perjanjian yang jarang

9
terjadi. Dengan memahami itu, mari sekarang kita beralih ke beberapa dasar fundamental yang
dengannya ilmu sosial memungkinkan kita untuk mengembangkan teori tentang apa itu dan mengapa.

Keteraturan Sosial

Sebagian besar, teori ilmu sosial bertujuan untuk menemukan pola dalam kehidupan sosial. Tujuan itu,
tentu saja, berlaku untuk semua sains, tetapi kadang-kadang itu menghadirkan penghalang bagi orang-
orang ketika mereka pertama kali mendekati ilmu sosial.

Sebenarnya, sejumlah besar norma formal dalam masyarakat menciptakan tingkat keteraturan yang
cukup besar. Misalnya, hanya orang yang telah mencapai usia tertentu yang dapat memberikan suara
dalam pemilihan. Di militer A.S., hingga saat ini hanya pria yang dapat berpartisipasi dalam
pertempuran. Resep formal semacam itu, kemudian, mengatur, atau mengatur, perilaku sosial.

Selain dari resep resmi, kita dapat mengamati norma-norma sosial lainnya yang menciptakan lebih
banyak keteraturan. Partai Republik lebih mungkin daripada Demokrat untuk memilih kandidat Partai
Republik. Profesor-profesor universitas cenderung menghasilkan lebih banyak uang daripada buruh
kasar. Pria berpenghasilan lebih banyak daripada wanita. (Kami akan melihat pola ini secara lebih
mendalam nanti dalam buku ini.) Daftar keteraturan dapat terus dan terus.

Tiga keberatan terkadang diajukan sehubungan dengan keteraturan sosial semacam itu. Pertama,
beberapa keteraturan mungkin tampak sepele. Misalnya, Partai Republik memilih Partai Republik;
semua orang tahu itu. Kedua, kasus kontradiktif dapat dikutip, yang menunjukkan bahwa “keteraturan”
tidak sepenuhnya teratur. Beberapa buruh menghasilkan lebih banyak uang daripada beberapa
profesor. Ketiga, dapat dikatakan bahwa orang-orang yang terlibat dalam keteraturan dapat
mengacaukan semuanya jika mereka mau.

Mari kita berurusan dengan masing-masing keberatan ini secara bergantian.

Tuduhan Trivialitas (Remeh-temeh)

Selama Perang Dunia II, Samuel Stouffer, salah satu peneliti ilmu sosial terbesar, mengorganisasi cabang
penelitian di Angkatan Darat A.S. untuk melakukan penelitian untuk mendukung upaya perang (Stouffer
et al. 1949–1950). Banyak penelitian yang berfokus pada moral para prajurit. Stouffer dan koleganya
menemukan ada banyak “kebijaksanaan umum” mengenai pangkalan moral militer. Banyak penelitian
yang dilakukan oleh organisasi ini ditujukan untuk menguji kebenaran yang “jelas” ini.

Misalnya, orang sudah lama mengakui bahwa promosi memengaruhi moral di militer. Ketika personel
militer mendapatkan promosi dan sistem promosi tampak adil, semangat kerja meningkat. Selain itu,
masuk akal bahwa orang yang dipromosikan akan cenderung berpikir sistem itu adil, sedangkan mereka
yang lewat kemungkinan akan berpikir sistem itu tidak adil. Dengan perluasan, tampaknya masuk akal
bahwa tentara di unit dengan tingkat promosi yang lambat akan cenderung berpikir sistem itu tidak adil,
dan mereka yang ada di unit dengan promosi cepat akan berpikir sistem itu adil. Tetapi apakah ini
benar-benar yang mereka rasakan?

Stouffer dan rekan-rekannya memfokuskan studi mereka pada dua unit: Polisi Militer (anggota
parlemen), yang memiliki promosi paling lambat di Angkatan Darat, dan Angkatan Udara Korps
(pendahulu Angkatan Udara AS), yang memiliki promosi tercepat. Cukup beralasan bahwa anggota

10
parlemen akan mengatakan sistem promosi itu tidak adil, dan pasukan udara akan mengatakan itu adil.
Namun, penelitian menunjukkan sebaliknya.

Perhatikan dilema yang dihadapi oleh peneliti dalam situasi seperti ini. Di satu sisi, pengamatan
tampaknya tidak masuk akal. Di sisi lain, penjelasan yang masuk akal jelas tidak didukung oleh fakta.

Seorang ilmuwan yang lebih rendah akan mengesampingkan masalah “untuk studi lebih lanjut.”
Stouffer, bagaimanapun, mencari penjelasan untuk pengamatannya, dan akhirnya dia menemukannya.
Robert Merton, Alice Kitt (1950) dan sosiolog lain di Universitas Columbia telah mulai berpikir dan
menulis tentang sesuatu yang mereka sebut teori kelompok referensi. Teori ini mengatakan bahwa
orang menilai nasib mereka dalam kehidupan lebih sedikit dengan kondisi objektif daripada
membandingkan diri mereka dengan orang lain di sekitar mereka — kelompok referensi mereka.
Misalnya, jika Anda tinggal di antara orang miskin, gaji $ 50.000 setahun akan membuat Anda merasa
seperti seorang jutawan. Tetapi jika Anda hidup di antara orang-orang yang menghasilkan $ 500.000 per
tahun, gaji $ 50.000 yang sama akan membuat Anda merasa miskin.

Stouffer menerapkan alur penalaran ini kepada para prajurit yang telah ia pelajari. Bahkan jika seorang
anggota parlemen tertentu tidak dipromosikan untuk waktu yang lama, tidak mungkin dia mengenal
seseorang yang kurang pantas yang telah dipromosikan lebih cepat. Tidak ada yang dipromosikan di
anggota parlemen. Seandainya dia berada di Korps Udara — bahkan jika dia mendapatkan beberapa
promosi berturut-turut dengan cepat — dia mungkin akan bisa menunjuk seseorang yang kurang pantas
yang mendapatkan promosi lebih cepat lagi. Grup referensi MP, kemudian, adalah sesama anggota
parlemen, dan anggota pasukan udara membandingkan dirinya dengan anggota pasukan lainnya. Pada
akhirnya, kemudian, Stouffer mencapai pemahaman tentang sikap prajurit terhadap sistem promosi
yang (1) masuk akal dan (2) sesuai dengan fakta.

Kisah ini menunjukkan bahwa mendokumentasikan yang jelas adalah fungsi berharga dari ilmu
pengetahuan, fisik atau sosial. Charles Darwin menciptakan eksperimen frase bodoh untuk
menggambarkan banyak penelitiannya sendiri - penelitian di mana ia menguji hal-hal yang “sudah
diketahui semua orang”. Sebagaimana dipahami Darwin, yang jelas terlalu sering ternyata salah; dengan
demikian, hal-hal sepele yang jelas bukanlah keberatan yang sah terhadap upaya ilmiah apa pun.

Bagaimana dengan Kekecualian?

Keberatan bahwa selalu ada pengecualian untuk keteraturan sosial tidak berarti bahwa keteraturan itu
sendiri tidak nyata atau tidak penting. Seorang wanita tertentu mungkin menghasilkan lebih banyak
uang daripada kebanyakan pria, tetapi itu memberikan sedikit penghiburan bagi mayoritas wanita, yang
berpenghasilan lebih rendah. Polanya masih ada. Keteraturan sosial, dengan kata lain, adalah pola
probabilistik, dan mereka tidak kurang nyata hanya karena beberapa kasus tidak sesuai dengan pola
umum.

Poin ini berlaku dalam ilmu fisik maupun ilmu sosial. Fisika subatomik, misalnya, adalah ilmu tentang
probabilitas. Dalam genetika, perkawinan orang bermata biru dengan orang bermata cokelat mungkin
akan menghasilkan keturunan bermata cokelat. Kelahiran anak bermata biru tidak menghancurkan
keteraturan yang diamati, karena ahli genetika hanya menyatakan bahwa keturunan bermata cokelat
lebih mungkin dan, lebih lanjut, bahwa keturunan bermata cokelat akan dilahirkan dalam persentase
tertentu dari kasus. Ilmuwan sosial membuat prediksi probabilistik yang serupa — bahwa perempuan

11
secara keseluruhan cenderung berpenghasilan lebih rendah daripada pria. Setelah pola seperti ini
diamati, ilmuwan sosial memiliki alasan untuk menanyakan mengapa itu ada.

Orang Bisa Mengganggu

Akhirnya, keberatan bahwa kehendak sadar para aktor dapat mengganggu keteraturan sosial yang
diamati tidak menimbulkan tantangan serius bagi ilmu sosial. Ini benar meskipun situasi paralel
tampaknya tidak ada dalam ilmu fisika. (Agaknya, benda-benda fisik tidak dapat melanggar hukum fisika,
walaupun sifat probabilistik fisika subatomik pernah membuat beberapa pengamat mendalilkan bahwa
elektron memiliki kehendak bebas.) memilih seorang agnostik, orang Afrika-Amerika sayap kiri jika dia
ingin mengecewakan para ilmuwan politik yang sedang mempelajari pemilu. Semua pemilih dalam suatu
pemilihan tiba-tiba dapat beralih ke yang tertindas hanya untuk membuat frustasi para pemilih.
Demikian pula, pekerja dapat pergi bekerja lebih awal atau tinggal di rumah dari pekerjaan dan dengan
demikian mencegah lalu lintas jam sibuk yang diharapkan. Tetapi hal-hal ini tidak cukup sering terjadi
sehingga secara serius mengancam pengamatan keteraturan sosial.

Jadi, keteraturan sosial memang ada, dan ilmuwan sosial dapat mendeteksi dan mengamati efeknya.
Ketika keteraturan ini berubah dari waktu ke waktu, ilmuwan sosial dapat mengamati dan menjelaskan
perubahan itu.

Ada bentuk campur tangan manusia yang sedikit berbeda yang membuat penelitian sosial sangat
menantang. Penelitian sosial memiliki kualitas rekursif, dalam apa yang kita pelajari tentang masyarakat
dapat berakhir mengubah hal-hal sehingga apa yang kita pelajari tidak lagi benar. Misalnya, kadang-
kadang Anda mungkin menemukan studi yang melaporkan “Sepuluh Tempat Terbaik untuk Hidup,” atau
sesuatu seperti itu. Komunitas yang disebut-sebut tidak terlalu ramai, namun mereka memiliki semua
toko yang Anda inginkan; sekolah dan fasilitas umum lainnya bagus, kejahatan rendah, rasio dokter per
kapita tinggi, daftarnya terus berlanjut. Apa yang terjadi ketika informasi ini dipublikasikan? Orang-
orang pindah ke sana, kota-kota menjadi penuh sesak, dan, pada akhirnya, mereka bukan tempat yang
baik untuk tinggal. Lebih sederhana, bayangkan apa yang dihasilkan dari penelitian yang memuncak
dalam daftar pantai atau tempat memancing yang paling ramai dikunjungi.

Pada tahun 2001, Enron Corporation dengan cepat mendekati kebangkrutan dan beberapa eksekutif
puncaknya diam-diam menjual saham mereka di perusahaan. Selama periode ini, eksekutif yang sangat
meyakinkan karyawan solvabilitas keuangan perusahaan dan merekomendasikan bahwa pekerja
menyimpan dana pensiun mereka sendiri diinvestasikan di perusahaan. Sebagai konsekuensi dari
penipuan ini, karyawan tersebut kehilangan sebagian besar dana pensiun mereka pada saat yang sama
ketika mereka menjadi pengangguran.

Peristiwa di Enron memimpin dua fakultas sekolah bisnis Stanford, David Larcker dan Anastasia
Zakolyukina (2010), untuk melihat apakah mungkin untuk mendeteksi ketika eksekutif bisnis berbohong.
Studi mereka menganalisis puluhan ribu transkrip panggilan konferensi, mengidentifikasi contoh-contoh
eksekutif yang berselingkuh, dan mencari pola bicara yang terkait dengan keberangkatan mereka dari
kebenaran. Misalnya, Larcker dan Zakolyukina menemukan bahwa ketika para eksekutif berbohong,
mereka cenderung menggunakan emosi yang berlebihan, misalnya, menyebut prospek bisnis “fantastis”
alih-alih “baik.” Penelitian menemukan tip-off lain bahwa eksekutif berbohong, seperti lebih sedikit
referensi kepada pemegang saham dan lebih sedikit referensi untuk diri mereka sendiri. Mengingat jenis
informasi yang diperoleh dari penelitian ini — mengungkap karakteristik kebohongan yang dapat

12
diidentifikasi — menurut Anda siapa yang paling diuntungkan dari hal itu? Mungkin temuan ini akan
menguntungkan eksekutif bisnis dan orang-orang yang melatih mereka tentang cara berkomunikasi. Ada
banyak alasan untuk meyakini bahwa studi lanjutan eksekutif puncak dalam, katakanlah, sepuluh tahun
akan menemukan pola bicara yang sangat berbeda dari yang digunakan saat ini.

Data Agregat, bukan Data Perseorangan

Keteraturan sosial memang ada, maka, dan layak untuk studi teoritis dan empiris. Dengan demikian,
para ilmuwan sosial mempelajari terutama pola-pola sosial daripada pola-pola individual. Pola-pola ini
mencerminkan tindakan dan situasi agregat atau kolektif dari banyak individu. Meskipun para ilmuwan
sosial sering mempelajari motivasi dan tindakan yang memengaruhi individu, mereka jarang
mempelajari individu itu sendiri. Artinya, mereka menciptakan teori tentang sifat kelompok, daripada
kehidupan individu. Sementara para psikolog fokus pada apa yang terjadi di dalam individu, para
ilmuwan sosial mempelajari apa yang terjadi di antara mereka: memeriksa segala sesuatu dari pasangan,
kelompok kecil dan organisasi, hingga seluruh masyarakat — dan bahkan interaksi antar masyarakat.

Terkadang keteraturan kolektif luar biasa. Pertimbangkan


laju kelahiran, misalnya. Orang memiliki bayi karena
berbagai alasan pribadi. Beberapa melakukannya karena
orang tua mereka menginginkannya. Beberapa orang
menganggapnya sebagai cara untuk melengkapi kewanitaan
atau kejantanan mereka. Yang lain ingin menyatukan
pernikahan mereka. Yang lain memiliki bayi secara tidak
sengaja.

Jika Anda memiliki bayi, Anda mungkin bisa menceritakan


kisah yang jauh lebih terperinci dan istimewa. Mengapa
Anda memiliki bayi ketika Anda melakukannya, bukan
setahun lebih awal atau lebih lambat? Mungkin rumah Anda
terbakar dan Anda harus menunda setahun sebelum Anda
mampu memiliki bayi. Mungkin Anda merasa menjadi
keluarga akan menunjukkan kedewasaan, yang akan
mendukung promosi di tempat kerja.

Setiap orang yang memiliki bayi tahun lalu memiliki alasan


berbeda untuk melakukannya. Namun, terlepas dari
keragaman yang luas ini, terlepas dari keistimewaan alasan
masing-masing individu, tingkat kelahiran keseluruhan
dalam suatu masyarakat (jumlah kelahiran hidup per 1.000
penduduk) sangat konsisten dari tahun ke tahun. Lihat Tabel
1-1 untuk angka kelahiran baru-baru ini di Amerika Serikat.

Jika angka kelahiran 15,9; 35,6; 7,8; 28,9; dan 16,2 dalam lima tahun berturut-turut, para ahli demografi
pasti akan turun tangan dengan penuh keributan. Namun, seperti yang Anda lihat, kehidupan sosial jauh
lebih tertib daripada itu. Selain itu, keteraturan ini terjadi tanpa janjian di seluruh masyarakat. Seperti

13
yang disebutkan sebelumnya, tidak ada yang merencanakan berapa banyak bayi yang akan dilahirkan
atau menentukan siapa yang akan memilikinya. (Lihat Konsep Menerapkan dalam kotak Kehidupan
Sehari-hari, “Implikasi Kelahiran,” untuk melihat bagaimana analisis angka kelahiran dapat melayani
banyak tujuan.)

Teori ilmu sosial mencoba menjelaskan mengapa pola perilaku agregat begitu teratur, bahkan ketika
individu yang berpartisipasi di dalamnya dapat berubah seiring waktu. Kita dapat mengatakan bahwa
ilmuwan sosial tidak berusaha menjelaskan orang secara langsung. Mereka malah mencoba memahami
sistem di mana orang beroperasi, yang pada gilirannya menjelaskan mengapa orang melakukan apa
yang mereka lakukan. Elemen-elemen dalam sistem seperti itu bukan orang, tetapi variabel.

Konsep dan Variabel

Upaya pemahaman kita yang paling alami biasanya konkret dan istimewa. Itulah satu-satunya cara kita
berpikir. Bayangkan seseorang berkata kepada Anda, “Wanita harus kembali ke dapur di mana mereka
(seharusnya) berada.” Anda kemungkinan akan mendengar komentar itu dalam hal apa yang Anda
ketahui tentang pembicara. Jika paman Anda yang sudah tua, katakanlah bernama Paman Heri, yang
juga sangat menentang penghematan listrik di siang hari, penggunaan kode pos dan komputer pribadi,
Anda mungkin akan berpikir bahwa pernyataannya saat ini hanya cocok dengan sudut pandangnya yang
agak ketinggalan zaman tentang berbagai hal secara umum.

Jika, di lain pihak, pernyataan itu dikeluarkan oleh seorang politisi yang menghadapi seorang wanita
penantang dan yang juga mulai membuat pernyataan tentang wanita yang dikatakannya secara
emosional tidak layak untuk menduduki jabatan publik dan dianggap tidak memahami politik, Anda
mungkin mendengar komentar terbarunya dalam konteks tantangan politik ini.

Dalam kedua contoh tersebut, Anda mencoba memahami pikiran individu tertentu. Dalam ilmu sosial,
peneliti melampaui tingkat pemahaman itu untuk mencari wawasan ke dalam kelas atau tipe individu.
Mengenai dua contoh di atas, mereka mungkin menggunakan istilah-istilah seperti kuno atau fanatik
untuk menggambarkan jenis orang yang membuat komentar. Dengan kata lain, mereka mencoba
menempatkan individu dalam segolongan individu yang serupa, sesuai dengan konsep tertentu yang
didefinisikan.

Dengan meneliti seorang individu menggunakan cara ini, para ilmuwan sosial dapat memahami lebih
dari satu orang. Dalam memahami apa yang membuat politisi fanatik berpikir seperti itu, mereka juga
akan belajar tentang orang lain yang “seperti dia.” Dengan kata lain, mereka tidak sedang mempelajari
orang fanatik sebanyak mempelajari fanatisme itu sendiri.

14
Menerapkan konsep dalam Kefanatikan di sini disebut sebagai variabel karena
kehidupan sehari-hari bervariasi. Beberapa orang lebih fanatik daripada yang
lain. Ilmuwan sosial tertarik untuk memahami sistem
Implikasi Laju Kelahiran variabel yang menyebabkan kefanatikan menjadi tinggi
Luangkan waktu sebentar untuk dalam satu contoh dan rendah pada lainnya.
merenungkan implikasi praktis dari Gagasan tentang sistem yang terdiri dari variabel mungkin
data yang baru saja Anda lihat. Kotak tampak agak aneh, jadi mari kita lihat analoginya. Subjek
‘Bagaimana pendapat Anda?’ Untuk perhatian dokter adalah pasien. Jika pasien sakit, tujuan
bab ini menanyakan bagaimana dokter adalah untuk membantu pasien itu sembuh.
produsen makanan bayi dan popok Sebaliknya, subjek peneliti medis berbeda: variabel yang
dapat merencanakan produksi dari menyebabkan penyakit, misalnya. Peneliti medis dapat
tahun ke tahun. Konsistensi angka mempelajari pasien dokter, tetapi hanya sebagai pembawa
kelahiran A.S menunjukkan bahwa ini penyakit.
bukan masalah yang terlihat. Siapa
lagi yang bisa mendapat manfaat dari Tentu saja, peneliti medis peduli dengan orang sungguhan,
analisis semacam ini? Bagaimana tetapi dalam penelitian yang sebenarnya, pasien hanya
dengan petugas kesehatan dan relevan secara langsung dengan apa yang mereka
pendidik? Bisakah Anda memikirkan ungkapkan tentang penyakit yang diteliti. Bahkan, ketika
orang lain? Bagaimana jika kita para peneliti dapat mempelajari suatu penyakit secara
mengatur tingkat kelahiran bermakna tanpa melibatkan pasien yang sebenarnya,
berdasarkan wilayah negara, suku, mereka melakukannya.
tingkat pendapatan, dan sebagainya? Penelitian sosial melibatkan studi variabel dan atribut yang
Jelas, analisis tambahan ini dapat menyusunnya. Teori-teori ilmu sosial ditulis dalam bahasa
membuat data lebih bermanfaat. Saat variabel, dan orang-orang hanya terlibat sebagai
Anda mempelajari tentang opsi yang “pembawa” variabel-variabel tersebut. Inilah pandangan
tersedia untuk peneliti sosial, saya yang lebih dekat tentang apa yang dimaksud ilmuwan
pikir Anda akan mendapatkan sosial dengan variabel dan atribut.
penghargaan untuk nilai praktis yang
dapat dimiliki penelitian untuk Atribut atau nilai adalah karakteristik atau kualitas yang
seluruh masyarakat. menggambarkan objek — dalam hal ini, seseorang.
Contohnya termasuk perempuan, Asia, teralienasi,
konservatif, tidak jujur, cerdas, dan petani. Apa pun yang
Anda katakan untuk menggambarkan diri sendiri atau orang lain melibatkan atribut.

Variabel, di sisi lain, adalah set atribut logis. Pekerjaan variabel terdiri dari atribut seperti petani,
profesor, dan sopir truk. Kelas sosial adalah variabel yang terdiri dari sekumpulan atribut seperti kelas
atas, kelas menengah, dan kelas bawah. Terkadang membantu untuk menganggap atribut sebagai
kategori yang membentuk variabel. Lihat Gambar 1-2 untuk tinjauan skematik tentang apa yang
dimaksud ilmuwan sosial dengan variabel dan atribut.

Jenis kelamin dan gender adalah contoh dari variabel. Kedua variabel ini tidak identik, tetapi
membedakannya bisa rumit. Saya akan mencoba menyederhanakan masalah ini di sini dan mematuhi
perbedaan itu di seluruh buku ini.

15
Secara sederhana, seks mengacu pada perbedaan biologis / fisiologis, dan atribut yang terdiri dari
variabel ini adalah pria dan wanita, pria dan wanita, atau anak laki-laki dan perempuan.

Gender, di sisi lain, adalah perbedaan sosial, mengacu pada apa yang umumnya diharapkan dari pria dan
wanita. Perhatikan bahwa “harapan umum” ini dapat bervariasi dari satu budaya ke budaya dan dari
waktu ke waktu. Perhatikan juga bahwa beberapa pria akan menunjukkan perilaku dan karakteristik
feminin, sementara beberapa wanita akan menunjukkan perilaku dan karakteristik maskulin. Satu set
atribut yang terdiri dari gender adalah maskulin dan feminin.

Namun, komplikasi sebenarnya datang ketika wanita


sebagai kelas diperlakukan secara berbeda dari pria sebagai
kelas, tetapi bukan karena perbedaan fisik mereka. Contoh
yang baik adalah diskriminasi gender dalam pendapatan.
Seperti yang akan kita lihat nanti dalam buku ini, wanita
Amerika secara keseluruhan berpenghasilan lebih rendah
dari pria, bahkan ketika mereka melakukan pekerjaan yang
sama dan memiliki kredensial yang sama. Ini tidak ada
hubungannya dengan menjadi feminin atau maskulin, tetapi
tidak secara logis didasarkan pada pipa yang berbeda. Pola
upah diferensial untuk perempuan dan laki-laki didasarkan,
sebaliknya, pada pola sosial yang mapan mengenai
perempuan dan laki-laki. Secara tradisional di Amerika,
misalnya, laki-laki telah menjadi pencari nafkah utama bagi
keluarga mereka sedangkan perempuan biasanya bekerja di
luar rumah untuk menyediakan keluarga dengan beberapa
penghasilan tambahan. Meskipun pola kerja ini telah banyak
berubah, dan penghasilan perempuan seringkali merupakan
bagian penting dari pendapatan keluarga, pola kompensasi
moneter — yaitu laki-laki yang menghasilkan lebih banyak daripada perempuan — lebih lambat untuk
berubah.

Dengan demikian, kita akan menggunakan istilah, jenis kelamin, setiap kali perbedaan antara pria dan
wanita relevan dengan perbedaan biologis. Misalnya, ada korelasi antara jenis kelamin dan tinggi badan
di mana rata-rata pria lebih tinggi daripada wanita. Ini bukan perbedaan sosial tetapi perbedaan
fisiologis. Namun, sebagian besar waktu kita membedakan pria dan wanita dalam buku ini adalah
merujuk pada perbedaan sosial, seperti contoh wanita dibayar lebih rendah daripada pria, atau wanita
kurang terwakili di kantor politik terpilih. Dalam kasus tersebut, kami akan menggunakan istilah gender.
Atribut pria dan wanita, akan sering digunakan untuk jenis kelamin dan gender. Hubungan antara atribut
dan variabel terletak di jantung deskripsi dan penjelasan dalam sains. Misalnya, kita dapat
menggambarkan kelas perguruan tinggi dalam hal jenis kelamin variabel dengan melaporkan frekuensi
yang diamati dari atribut laki-laki dan perempuan: “Kelasnya adalah 60 persen pria dan 40 persen
wanita.” Tingkat pengangguran dapat dianggap sebagai deskripsi dari status pekerjaan variabel dari
angkatan kerja dalam hal atribut yang digunakan dan pengangguran. Bahkan laporan pendapatan
keluarga untuk sebuah kota adalah ringkasan atribut yang menyusun variabel itu: $ 3.124, $ 10.980, $
35.000, dan sebagainya.

16
Terkadang makna konsep yang ada di balik konsep ilmu sosial cukup jelas. Di lain waktu mereka tidak.

Hubungan antara atribut dan variabel lebih rumit ketika kita beralih dari deskripsi ke penjelasan dan
sampai ke inti bahasa variabel teori ilmiah. Ini adalah contoh sederhana, yang melibatkan dua variabel,
pendidikan dan prasangka. Demi kesederhanaan, mari kita asumsikan bahwa variabel pendidikan hanya
memiliki dua atribut: berpendidikan dan tidak berpendidikan. (Bab 5 akan membahas masalah
bagaimana hal-hal seperti itu didefinisikan dan diukur.) Demikian pula, mari kita beri dua variabel
prasangka variabel: berprasangka dan tidak berprasangka.

Sekarang anggaplah bahwa 90 persen dari yang tidak berpendidikan berprasangka, dan 10 persen
lainnya tidak berprasangka. Dan misalkan 30 persen orang berpendidikan berprasangka, dan 70 persen
lainnya tidak berprasangka. Ini diilustrasikan secara grafis pada Gambar 1-3a.

Gambar 1-3a menggambarkan hubungan atau hubungan antara variabel pendidikan dan prasangka.
Hubungan ini dapat dilihat dari pasangan atribut pada kedua variabel. Ada dua pasangan dominan: (1)
mereka yang berpendidikan dan tidak berprasangka dan (2) mereka yang tidak berpendidikan dan
berprasangka. Berikut adalah dua cara lain yang berguna untuk melihat hubungan itu.

Pertama, misalkan kita memainkan permainan di mana kami bertaruh pada kemampuan Anda untuk
menebak apakah seseorang berprasangka atau tidak berprasangka. Saya akan memilih orang satu per
satu (tidak memberi tahu Anda mana yang telah saya pilih), dan Anda harus menebak apakah setiap
orang berprasangka. Kami akan melakukannya untuk semua 20 orang di Gambar 1-3a. Strategi terbaik
Anda dalam hal ini adalah menebak prasangka setiap kali, karena 12 dari 20 dikategorikan seperti itu.
Dengan demikian, Anda akan mendapatkan 12 benar dan 8 salah, untuk keberhasilan bersih 4.

Sekarang mari kita anggap bahwa ketika saya mengambil seseorang dari sosok itu, saya harus memberi
tahu Anda apakah orang tersebut berpendidikan atau tidak berpendidikan. Strategi terbaik Anda
sekarang adalah menebak “berprasangka” untuk setiap orang yang tidak berpendidikan dan “tidak
berprasangka” untuk setiap orang yang berpendidikan. Jika Anda mengikuti strategi itu, Anda akan
mendapatkan 16 benar dan 4 salah. Peningkatan Anda dalam menebak “berprasangka” dengan
mengetahui pendidikan menggambarkan apa artinya mengatakan bahwa variabel terkait.

Kedua, sebaliknya, mari kita pertimbangkan bagaimana 20 orang akan dibagikan jika pendidikan dan
prasangka tidak berhubungan satu sama lain. Ini diilustrasikan pada Gambar 1-3b. Perhatikan bahwa
separuh orang berpendidikan, dan separuhnya tidak berpendidikan. Juga perhatikan bahwa 12 dari 20
(60 persen) berprasangka. Mengingat bahwa 6 dari 10 orang di masing-masing kelompok berprasangka,
kami menyimpulkan bahwa kedua variabel tersebut tidak terkait satu sama lain. Mengetahui pendidikan
seseorang tidak akan ada nilainya bagi Anda dalam menebak apakah orang itu berprasangka.

Kami akan melihat sifat hubungan antar variabel secara mendalam di Bagian 4 buku ini. Secara khusus,
kita akan melihat beberapa cara hubungan dapat ditemukan dan ditafsirkan dalam analisis penelitian.
Pemahaman umum tentang hubungan sekarang, bagaimanapun, akan membantu Anda menghargai
logika teori ilmu sosial.

Teori menggambarkan hubungan yang mungkin kita harapkan secara logis di antara variabel. Seringkali,
harapan melibatkan gagasan sebab-akibat. Atribut seseorang pada satu variabel diharapkan
menyebabkan, mempengaruhi, atau mendorong atribut tertentu pada variabel lain. Dalam Gambar 1-

17
3a, sesuatu tentang dididik tampaknya membuat orang menjadi kurang berprasangka dibandingkan jika
mereka tidak berpendidikan.

Seperti yang akan saya


bahas nanti dalam buku ini,
pendidikan dan prasangka
dalam contoh ini akan
dianggap sebagai variabel
independen dan dependen,
masing-masing. Karena
prasangka tergantung pada
sesuatu, kami menyebutnya
variabel dependen, yang
tergantung pada variabel
independen, dalam hal ini
pendidikan. Meskipun
tingkat pendidikan orang-
orang yang dipelajari
berbeda-beda, variasi itu
tidak tergantung pada
prasangka.

Perhatikan, pada saat yang


sama, bahwa variasi pendidikan dapat ditemukan bergantung pada sesuatu yang lain — seperti tingkat
pendidikan orang tua subjek kami. Orang-orang yang orang tuanya memiliki banyak pendidikan lebih
cenderung mendapatkan banyak pendidikan daripada mereka yang orang tuanya memiliki sedikit
pendidikan. Dalam hubungan ini, pendidikan subjek adalah variabel dependen, pendidikan orang tua
adalah variabel independen. Kita dapat mengatakan variabel independen adalah penyebabnya, variabel
dependen pengaruhnya. (Lihat Menerapkan Konsep dalam Kehidupan Sehari-hari, “Variabel Independen
dan Ketergantungan,” di halaman 17 untuk lebih lanjut.)

Pada titik ini, kita dapat melihat bahwa diskusi kita tentang Gambar 1-3 melibatkan interpretasi data.
Kami melihat distribusi 20 orang dalam hal dua variabel. Dalam membangun teori ilmu sosial, kita akan
memperoleh harapan tentang hubungan antara dua variabel, berdasarkan apa yang kita ketahui tentang
masing-masing. Kita tahu, misalnya, bahwa pendidikan memaparkan orang pada variasi budaya yang
luas dan sudut pandang yang beragam — singkatnya, itu memperluas perspektif mereka. Prasangka, di
sisi lain, mewakili perspektif yang lebih sempit. Maka secara logis, kita mungkin berharap pendidikan
dan prasangka agak tidak cocok. Karena itu kita mungkin sampai pada harapan bahwa peningkatan
pendidikan akan mengurangi terjadinya prasangka, suatu harapan yang akan didukung oleh pengamatan
kami.

Karena Gambar 1-3 telah mengilustrasikan dua kemungkinan — bahwa pendidikan mengurangi
kemungkinan prasangka atau bahwa hal itu tidak berpengaruh — Anda mungkin tertarik untuk
mengetahui apa yang sebenarnya menjadi masalahnya. Tentu saja ada banyak jenis prasangka. Untuk
ilustrasi ini, mari kita pertimbangkan prasangka terhadap kaum gay dan lesbian. Selama bertahun-tahun,

18
Survei Sosial Umum (GSS) telah bertanya kepada
responden apakah hubungan homoseksual Menerapkan konsep dalam kehidupan sehari-
antara dua orang dewasa adalah “selalu salah, hari
hampir selalu salah, kadang salah, atau tidak Variabel Independen dan Dependen
salah sama sekali.” Pada tahun 2006, 56 persen
dari mereka yang diwawancarai mengatakan Mari kita bicara tentang kencan. Beberapa kurma
hebat dan ada pula yang mengerikan; yang lain
bahwa homoseksualitas selalu salah. Namun,
berada di antara keduanya. Jadi kualitas tanggal
respons ini sangat terkait dengan pendidikan
adalah variabel dan “hebat,” “OK,” dan
responden, seperti yang ditunjukkan Tabel 1-2. “mengerikan” mungkin atribut yang membentuk
Perhatikan bahwa teori ini ada hubungannya variabel itu. (Jika kencan bukan kegiatan yang
relevan untuk Anda saat ini, mungkin Anda dapat
dengan dua variabel pendidikan dan prasangka,
berpura-pura atau mengganti sesuatu yang serupa.)
tidak dengan orang-orang seperti itu. Orang
Sekarang, apakah Anda memperhatikan sesuatu
adalah pembawa kedua variabel itu, sehingga yang tampaknya mempengaruhi kualitas tanggal
kita bisa melihat hubungan antara variabel hanya yang berbeda? (Jika Anda sekarang berkencan,
ketika kita mengamati orang. Namun, pada mungkin Anda dapat mengingat kencan sebelumnya
akhirnya, teori ini menggunakan bahasa variabel. atau hanya membayangkannya.) Mungkin itu ada
Ini menggambarkan asosiasi yang secara logis hubungannya dengan jenis orang yang Anda
kita harapkan ada antara atribut tertentu dari kencani, kegiatan Anda pada tanggal, sesuatu
variabel yang berbeda. Anda dapat melakukan tentang perilaku Anda, jumlah uang yang dihabiskan
analisis data ini untuk diri sendiri dengan tidak , atau sejenisnya. Bisakah Anda memberikannya
nama yang memungkinkan Anda mengidentifikasi
lebih dari koneksi ke Internet. Lihat kotak
faktor itu sebagai variabel (mis., Daya tarik fisik,
Bagaimana Melakukannya “Menganalisis Data
ketepatan waktu)? Bisakah Anda mengidentifikasi
Online dengan Survei Sosial Umum (GSS).” serangkaian atribut yang terdiri dari variabel itu?
Tujuan Penelitian Sosial Meskipun Bab 4 akan Pertimbangkan kualitas atau karakteristik tanggal:
Mana yang merupakan variabel independen dan
memeriksa berbagai tujuan penelitian sosial
mana yang merupakan variabel dependen? (Ketika
secara rinci, melihat dulu di sini akan
kita sampai di Bab 12, “Penelitian Evaluasi,” Anda
bermanfaat. Sebagai permulaan, terkadang akan belajar cara menentukan apakah variabel yang
penelitian sosial adalah wahana untuk Anda identifikasi benar-benar penting.)
mengeksplorasi sesuatu — yaitu, memetakan
topik yang mungkin memerlukan studi lebih
lanjut nanti. Ini bisa melibatkan melihat ke dalam kelompok politik atau agama baru, belajar sesuatu
tentang penggunaan narkoba jalanan baru, dan sebagainya. Metodenya sangat bervariasi dan
kesimpulannya biasanya sugestif daripada definitif. Meski demikian, penelitian sosial eksplorasi yang
cermat dapat menghilangkan beberapa kesalahpahaman dan membantu memfokuskan penelitian di
masa depan. Beberapa penelitian sosial dilakukan untuk menggambarkan keadaan sosial: Berapa tingkat
penganggurannya? Apa komposisi rasial sebuah kota? Berapa persentase populasi yang memiliki
pandangan politik tertentu atau rencana untuk memilih kandidat tertentu? Deskripsi empiris yang
cermat menggantikan spekulasi dan kesan. Seringkali, penelitian sosial bertujuan menjelaskan sesuatu
— memberikan alasan bagi fenomena, dalam kaitannya dengan hubungan kausal. Mengapa beberapa
kota memiliki tingkat pengangguran yang lebih tinggi daripada yang lain? Mengapa beberapa orang
lebih berprasangka daripada yang lain? Mengapa wanita cenderung berpenghasilan lebih rendah
daripada pria untuk melakukan pekerjaan yang sama? Wacana sehari-hari yang biasa menawarkan

19
banyak sekali jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan seperti itu, tetapi beberapa dari jawaban itu
benar-benar salah. Penelitian sosial eksplanatori memberikan penjelasan yang lebih dapat dipercaya.

Sementara beberapa studi fokus pada salah satu dari tiga


tujuan ini, studi yang diberikan sering kali memiliki unsur
ketiganya. Sebagai contoh, ketika Kathleen A. Bogle (2008)
melakukan wawancara mendalam terhadap mahasiswa
untuk mempelajari fenomena “hooking up,” ia menemukan
beberapa aspek yang mungkin tidak diharapkan, memenuhi
tujuan eksplorasi. Ketika dua orang “terhubung,” apakah itu
berarti mereka berhubungan seks? Bogle menemukan
ambiguitas substansial dalam hal itu; beberapa siswa
merasa bahwa seks adalah bagian dari definisi bentuk kencan itu, sedangkan yang lain tidak.

Studinya juga memberikan deskripsi yang sangat baik tentang berbagai pengalaman siswa dalam
berhubungan. Sementara wawancara mendalamnya dengan 76 siswa di dua universitas di satu wilayah
di negara itu tidak memungkinkan kami untuk menarik kesimpulan kuantitatif tentang semua
mahasiswa di Amerika Serikat, mereka memberikan deskripsi kualitatif yang sangat baik tentang
fenomena tersebut, bukan hanya norma tetapi juga liar. variasi juga. Tidak semua orang akan
mewawancarai pengalaman Stephen tentang pasangannya yang muntah saat berhubungan seks, atau
menyuruhnya memanggilnya Anthony alih-alih Stephen pada saat kritis. (Anda akan belajar lebih banyak
tentang perbedaan antara penelitian “kualitatif” dan “kuantitatif” nanti.)

Wawancara Bogel juga menunjukkan beberapa penyebab, atau penjelasan, dari berbagai jenis
hubungan. Misalnya, kepercayaan siswa tentang perilaku teman sebaya mereka sangat memengaruhi
cara mereka terhubung. Dengan demikian, akan sulit untuk mengkategorikan penelitian ini sebagai
eksploratif, deskriptif, atau eksplanatori, karena memiliki elemen ketiganya.

Perlu dicatat di sini bahwa tujuan dari beberapa penelitian terbatas pada pemahaman, sedangkan upaya
penelitian lainnya sengaja dimaksudkan untuk membawa perubahan sosial, menciptakan masyarakat
yang lebih bisa diterapkan atau lebih adil.

Etika dalam meneliti Manusia

Sebagian besar buku ini dikhususkan untuk logika dan teknik melakukan penelitian sosial, tetapi Anda
akan segera menemukan dimensi etik yang terjalin pula sepanjang pembicaraan di buku. Anda akan
belajar bahwa penelitian medis, sosial, dan lain-lain tentang manusia sering menggunakan metode yang
belakangan dianggap tidak etis. Dalam Bab 3 dan di seluruh buku ini, kita akan membongkar berbagai
permasalahan yang membedakan antara penelitian yang etis dan yang tidak etis.

Perhatian terhadap etika akan lebih masuk akal bagi Anda ketika Anda belajar lebih banyak tentang
teknik sejati dalam penelitian. Pastikan untuk mempertimbangkan masalah penting ini saat Anda
membaca setiap bab.

20
BEBERAPA DIALEKTIKA PENELITIAN SOSIAL

Tidak hanya satu cara untuk melakukan penelitian sosial. (Jika ada, ini akan menjadi buku yang jauh
lebih ringkas.) Sebenarnya, banyak dari kekuatan dan potensi penelitian sosial terletak pada banyak
pendekatan valid yang dikandungnya.

Empat perbedaan luas dan saling terkait mendasari pendekatan ini. Meskipun perbedaan ini dapat
dilihat sebagai pilihan yang saling bersaing, seorang peneliti sosial yang baik benar-benar mempelajari
masing-masing. Inilah yang saya maksudkan dengan “dialektika” penelitian sosial: ketegangan yang
membuahkan hasil antara konsep-konsep yang saling melengkapi ini.

Penjelasan Idiografik dan Nomotetik

Sepanjang hayat kita dituntut untuk menjelaskan berbagai hal. Kita melakukannya setiap hari. Anda
menjelaskan mengapa nilai ujian Anda buruk atau baik, mengapa tim favorit Anda menang atau kalah,
mengapa Anda mungkin kesulitan mendapatkan kencan. Dalam penjelasan kita sehari-hari, kita terlibat
dalam dua bentuk penalaran kausal yang berbeda, meskipun kita biasanya tidak menyadari dan tidak
membedakannya.

Kadang-kadang kita mencoba menjelaskan satu situasi dengan detail (rincian) yang begitu rupa. Jadi,
misalnya, nilai ujian Anda buruk, itu karena:

1) Anda lupa ada ujian hari itu;


2) Anda menempuh ujian untuk mata kuliah yang paling Anda benci;
3) Kemacetan lalu lintas membuat Anda terlambat ke kelas,
4) Teman sekamar Anda mengajak ngobrol semalaman disertai iringan musik keras yang asyik
sekali;
5) Polisi menahan Anda sampai subuh menginvestigasi mengenai apa yang telah Anda lakukan
semalaman dengan ngobrol ramai dengan teman sekamar dan menyetel musik keras-keras
hingga membuat bising tetangga Anda; dan
6) Buku teks Anda hilang...

Mengingat semua keadaan tersebut, tidak mengherankan bahwa Anda mendapatkan nilai buruk.

Jenis penalaran kausal seperti ini disebut penjelasan idiografik. Idio dalam konteks ini berarti unik,
terpisah, aneh, atau berbeda, seperti dalam kata idiosinkrasi (idiosyncracy). Ketika kita telah
menyampaikan penjelasan idiografik, kita merasa bahwa kita sepenuhnya memahami penyebab dari apa
yang terjadi dalam contoh khusus tersebut. Pada saat yang sama, ruang lingkup penjelasan kita terbatas
pada kasus yang dihadapi. Meskipun bagian dari penjelasan idiografik mungkin berlaku untuk situasi
lain, maksud kita adalah untuk menjelaskan hanya satu kasus sepenuhnya.

Jadi, jika itu tidak terbatas pada nasib seseorang seperti Anda, tapi nasib banyak orang dan dalam
berbagai panggung kehidupan, pertanyaannya menjadi: mengapa banyak orang mendapatkan nilai
buruk, baik dalam belajar, pertemanan, kencan, pekerjaan, rumah tangga, dan karir?

Sekarang pertimbangkan jenis penjelasan yang berbeda. Setiap kali Anda belajar dengan suatu
kelompok, Anda melakukan ujian lebih baik daripada saat Anda belajar sendiri. Tim favorit Anda lebih
baik ketika bermain di kandang sendiri daripada di gelanggang lawan. Atlet mendapatkan lebih banyak
kencan daripada anggota klub biologi. Perhatikan bahwa jenis penjelasan ini lebih umum, mencakup

21
rentang pengalaman atau pengamatan yang lebih luas. Ini berbicara secara implisit tentang hubungan
antarvariabel: misalnya,

(1) apakah Anda belajar dalam suatu kelompok dan


(2) seberapa baik Anda mengerjakan ujian.
Jenis penjelasan ini — yang dinamai nomotetik — berupaya menjelaskan segolongan situasi atau
peristiwa daripada kasus tunggal. Selain itu, nomotetik berusaha menjelaskan “secara hemat,” yakni
hanya menggunakan hanya satu atau beberapa faktor penjelas. Akhirnya, penjelasan nomotetik cukup
puas dengan penjelasan parsial daripada penjelasan lengkap.

Dalam masing-masing contoh tersebut di atas, Anda mungkin menggolongkan pernyataan kausal Anda
dengan kata-kata: secara keseluruhan, biasanya, yang lainnya pun sama saja. Dengan demikian, Anda
biasanya mendapatkan nilai lebih baik dalam ujian setelah Anda belajar dalam kelompok, walaupun
tidak selalu demikian. Demikian pula, tim Anda telah memenangi beberapa pertandingan di gelanggang
lawan dan kalah beberapa kali di kandang sendiri. Dan ketua klub biologi yang cantik mungkin
mendapatkan banyak kencan, sementara pemain gelandang sepak bola mungkin menghabiskan banyak
akhir pekan sendirian. Pengecualian seperti itu dapat diterima dalam cakupan penjelasan keseluruhan
yang lebih luas. Seperti yang kita catat sebelumnya, pola itu nyata dan penting bahkan ketika mereka
tidak sempurna.

Baik pendekatan idiografik maupun nomotetik akan dapat membantu Anda dalam kehidupan sehari-
hari. Pola nomotetik yang Anda temukan mungkin menawarkan panduan yang baik untuk
merencanakan kebiasaan belajar Anda, tetapi penjelasan idiografis lebih meyakinkan bagi petugas yang
memberikan pembebasan bersyarat bagi Anda.

Dengan cara yang sama, baik penalaran idiografik dan nomotetik adalah alat yang kuat untuk penelitian
sosial. Para peneliti yang mencari pemahaman mendalam tentang cara kerja geng remaja tertentu atau
kepemimpinan perusahaan konglomerat multinasional tertentu terlibat dalam penelitian idiografis:
Mereka mencoba memahami kelompok tertentu itu selengkap mungkin.

A Libin dan J. Cohen-Mansfield (2000) telah membandingkan cara kedua pendekatan ini digunakan
dalam studi lanjut usia (gerontologi). Beberapa studi berfokus pada pengalaman individu dalam totalitas
situasi kehidupan mereka, sedangkan studi lain mencari pola statistik yang menggambarkan lansia
secara umum. Para penulis kemudian menyarankan cara untuk menggabungkan pendekatan idiografik
dan nomotetik dalam gerontologi.

Banyak penelitian sosial melibatkan analisis terhadap sekumpulan besar data statistik. Sama
berharganya dengan pemeriksaan terhadap keseluruhan pola, hal seperti itu beresiko bagi peneliti
untuk kehilangan penglihatan terhadap setiap pria dan wanita yang diwakili oleh data tersebut. Baik
“makro” dan “mikro” penting bagi pemahaman kita tentang dinamika sosial, dan beberapa penelitian
sosial berfokus secara khusus pada rincian dari kehidupan nyata di tingkat dasar masyarakat. Sepanjang
buku ini, saya akan menyoroti studi terbaru yang mencerminkan pendekatan ini untuk memahami
kehidupan sosial.

Secara statistik, persalinan oleh ibu yang tidak menikah (non-marital), terutama di antara orang miskin
di Amerika, kemungkinan akan menyebabkan sejumlah masalah di tahun-tahun berikutnya. Baik ibu
maupun anaknya cenderung hidup menderita. Anak-anak cenderung kurang berhasil di sekolah dan di

22
kemudian hari, dan para ibu cenderung berjuang melakukan pekerjaan bergaji rendah atau mungkin
mendamaikan diri mereka sendiri untuk hidup sejahtera. Tren kelahiran di luar nikah telah meningkat
secara dramatis dalam beberapa dasawarsa terakhir, terutama di kalangan orang miskin. Sebagai reaksi
terhadap masalah-masalah ini, pada tahun 2005 pemerintahan Bush meluncurkan “Inisiatif Pernikahan
Sehat,” yang bertujuan untuk mendorong pasangan yang mengandung anak untuk menikah. Suara
dukungan maupun penentangan terhadap program tersebut sama-sama kerasnya. Dalam Promises I Can
Keep: Why Poor Women Put Motherhood before Marriage (Berkeley: University of California Press,
2005), Kathryn Edin dan Maria Kefalas mengajukan pertanyaan yang, mungkin, harus ditanyakan lebih
dahulu sebelum menawarkan solusi untuk masalah tersebut: Mengapa wanita miskin melahirkan anak
di luar nikah? Kedua ilmuwan sosial menghabiskan lima tahun mewawancarai satu-persatu banyak
wanita muda yang melahirkan anak di luar nikah. Beberapa hal yang dipelajari para peneliti secara
dramatis bertentangan dengan berbagai asumsi umum. Sementara banyak orang Amerika mengeluhkan
ditinggalkannya pernikahan di antara orang miskin, misalnya, para wanita yang diwawancarai cenderung
memuji lembaga itu, yang menunjukkan bahwa mereka berharap akan menikah suatu hari nanti.
Namun, banyak yang bersedia untuk menetap hanya dengan seseorang yang dapat dipercaya dan stabil.
Lebih baik tetap tidak menikah daripada memasuki pernikahan yang buruk.

Pada saat yang sama, para remaja putri ini merasakan dengan kuat bahwa nilai tertinggi mereka sebagai
wanita berpusat pada anak-anak yang dikandungnya. Mereka lebih suka menjadi ibu yang belum
menikah daripada menjadi wanita tanpa anak, yang dianggap tragedi nyata di mata mereka. Ini hanya
satu temuan di antara banyak perkara yang bertentangan dengan asumsi awam, bahkan mungkin
beberapa di antaranya adalah asumsi Anda sendiri.

Seperti yang Anda lihat, ilmuwan sosial dapat mengakses dua jenis penjelasan yang berbeda. Seperti
halnya fisikawan memperlakukan cahaya sebagai partikel dalam beberapa percobaan dan sebagai
gelombang dalam eksperimen lainnya, ilmuwan sosial dapat mencari penjelasan universal yang relatif
dangkal hari ini dan mencari penjelasan mendalam untuk kasus spesifik pada kesempatan lain.
Keduanya adalah sains yang baik, bermanfaat, dan bisa mengasyikkan.

Teori Induktif dan Deduktif

Seperti bentuk penjelasan idiografik dan nomotetik, pemikiran induktif dan deduktif keduanya berperan
dalam kehidupan kita sehari-hari. Keduanya juga mewakili variasi penting dalam penelitian sosial.

Ada dua rute menuju kesimpulan bahwa Anda lebih baik dalam ujian jika Anda belajar dengan orang
lain. Di satu sisi, Anda mungkin menemukan diri Anda bingung, di tengah-tengah perjalanan kuliah Anda,
tentang mengapa Anda kadang mendapat nilai baik pada ujian tetapi sangat buruk di waktu lain. Anda
dapat mendaftar semua ujian yang telah Anda ikuti, dengan mencatat seberapa baik Anda
melakukannya pada masing-masing ujian itu. Kemudian, Anda dapat mencoba mengingat keadaan apa
pun yang mendahului semua ujian yang baik dan yang buruk tersebut. Apakah Anda lebih baik dalam
ujian pilihan ganda atau ujian esai? Ujian pagi atau ujian sore? Ujian dalam ilmu alam, humaniora, atau
ilmu sosial? Saat Anda belajar sendiri atau. . . HORE! Ternyata, seingat Anda, bahwa Anda hampir selalu
mendapatkan nilai bagus dalam ujian seusai Anda belajar dengan orang lain. Mode penyelidikan ini
dikenal sebagai induksi.

Penalaran induktif bergerak dari khusus ke umum, dari serangkaian pengamatan khusus ke penemuan
suatu pola yang mewakili beberapa tingkat keteraturan di antara semua peristiwa yang diberikan.

23
Perhatikan, secara kebetulan, bahwa penemuan Anda tidak selalu memberi tahu Anda mengapa polanya
ada — hanya saja, memang ada.

Inilah cara yang sangat berbeda Anda mungkin sampai pada kesimpulan yang sama tentang belajar
untuk ujian. Bayangkan mendekati set ujian pertama Anda di perguruan tinggi. Anda bertanya-tanya
tentang cara terbaik untuk belajar — berapa banyak untuk ditinjau, seberapa banyak untuk fokus pada
catatan kelas. Anda belajar bahwa beberapa siswa bersiap dengan menulis ulang catatan mereka secara
teratur. Kemudian Anda mempertimbangkan apakah akan belajar dengan kecepatan yang terukur atau
menarik semua waktu sebelum ujian. Di antara renungan ini, Anda mungkin bertanya apakah Anda
harus berkumpul dengan siswa lain di kelas atau hanya belajar sendiri. Anda dapat mengevaluasi pro
dan kontra dari kedua opsi itu.

Belajar dengan orang lain mungkin tidak seefisien itu, karena banyak waktu mungkin dihabiskan untuk
hal-hal yang sudah Anda pahami. Di sisi lain, Anda dapat memahami sesuatu yang lebih baik ketika Anda
menjelaskannya kepada orang lain. Dan siswa lain mungkin memahami bagian dari kursus yang belum
Anda dapatkan. Beberapa pikiran dapat mengungkapkan perspektif yang mungkin lolos dari Anda. Selain
itu, komitmen Anda untuk belajar dengan orang lain membuat Anda lebih mudah belajar daripada
melewatkan waktu dengan hanya menonton film atau bermain game.

Dengan cara ini, Anda dapat menambahkan pro dan kontra dan menyimpulkan, secara logis, bahwa
Anda akan mendapat manfaat dari belajar dengan orang lain. Tampaknya masuk akal bahwa Anda akan
mendapatkan nilai lebih baik jika Anda belajar daripada tidak. Terkadang kita mengatakan suatu hal
benar “secara teori.” Harus diuji apakah juga benar dalam praktik. Untuk membuktikannya secara
lengkap, Anda bisa belajar sendiri untuk setengah mata kuliah Anda dan belajar dengan orang lain untuk
sisanya. Prosedur ini akan menguji alasan logis Anda itu.

Mode penyelidikan kedua yakni deduksi, bergerak dari umum ke spesifik. Bergerak dari (1) pola yang
mungkin secara logis atau teoritis diharapkan ke (2) pengamatan yang menguji apakah pola yang
diharapkan itu benar-benar terjadi. Perhatikan bahwa deduksi dimulai dengan “mengapa” dan bergerak
ke “apakah,” sedangkan induksi bergerak ke arah yang berlawanan.

Seperti yang akan Anda lihat nanti dalam buku ini, dua pendekatan yang sangat berbeda ini
menghadirkan jalan yang sama validnya bagi sains. Masing-masing dapat merangsang proses penelitian,
mendorong peneliti untuk mengambil pertanyaan spesifik dan untuk membingkai cara mereka
dilaksanakan. Selain itu, Anda akan melihat bagaimana induksi dan deduksi bekerja bersama untuk
memberikan pemahaman yang lebih kuat dan lengkap.

Perhatikan, bahwa perbedaan antara deduktif dan induktif tidak selalu terkait dengan penjelasan
nomotetik dan idiografik. Misalnya, secara idiografik dan deduktif, Anda dapat mempersiapkan tanggal
tertentu dengan memperhitungkan semua yang Anda ketahui tentang orang yang Anda kencani,
mencoba mengantisipasi secara logis bagaimana Anda dapat mempersiapkan — jenis pakaian, perilaku,
gaya rambut, kebersihan mulut, dan sebagainya kemungkinan akan menghasilkan kencan yang sukses.
Atau, secara idiografis dan induktif, Anda dapat mencoba mencari tahu apa tepatnya yang
menyebabkan kencan terakhir Anda menelepon bantuan polisi. Pendekatan nomotetik dan deduktif
muncul ketika Anda melatih orang lain tentang “aturan kencan” Anda, dengan bijak menjelaskan
mengapa tanggal mereka akan ditentukan. terkesan mendengar mereka menguraikan bahaya pesan
setan yang disembunyikan dalam lirik rock and roll. Ketika nanti Anda meninjau kehidupan Anda dan

24
bertanya-tanya mengapa Anda tidak berkencan dengan lebih banyak musisi, Anda mungkin terlibat
dalam induksi nomotetik. Dengan demikian, ada empat pendekatan yang mungkin, yang digunakan
sebanyak mungkin dalam kehidupan seperti dalam penelitian.

Nomotetik Idiografik
Deduktif ND ID
Induktif NI II

Kita akan kembali ke induksi dan deduksi nanti di bab lain. Pada titik ini, mari kita beralih ke perbedaan
luas ketiga yang menghasilkan variasi kaya dalam penelitian sosial.

Determinisme versus Agensi

Dua bagian sebelumnya didasarkan secara implisit pada masalah yang lebih mendasar. Ketika Anda
melanjutkan studi Anda tentang metode penelitian sosial, terutama ketika Anda memeriksa sebab dan
penjelasan dalam analisis data, Anda akan berhadapan langsung dengan salah satu dilema yang paling
mengganggu di wilayah yang menjembatani penelitian sosial dan filsafat sosial: determinisme versus
agensi. Ketika Anda menjelajahi contoh-contoh penelitian sosial kausal, masalah ini mengemuka.

Bayangkan Anda memiliki dana penelitian untuk mempelajari penyebab prasangka rasial. Setelah
membuat ukuran prasangka yang masuk akal sehingga Anda dapat membedakan mereka dengan tingkat
prasangka yang lebih tinggi atau lebih rendah, Anda akan dapat menjelajahi penyebabnya. Anda dapat
menemukan, misalnya, bahwa orang yang tinggal di daerah tertentu di negara itu, secara keseluruhan,
lebih berprasangka daripada mereka yang tinggal di daerah lain. Orientasi politik tertentu tampaknya
mempromosikan prasangka, seperti halnya orientasi keagamaan tertentu. Ketidakamanan ekonomi
dapat meningkatkan prasangka dan menghasilkan pencarian kambing hitam. Atau, jika Anda dapat
menentukan sesuatu tentang pengasuhan subjek Anda — tingkat prasangka yang diungkapkan oleh
orang tua mereka, misalnya — Anda mungkin menemukan lebih banyak penyebab prasangka.

Biasanya, tidak satu pun dari “penyebab” ini akan menjadi pasti, tetapi masing-masing menambah
kemungkinan subjek menjadi berprasangka. Bayangkan, misalnya, seorang wanita yang dibesarkan di
daerah yang umumnya berprasangka oleh orang tua berprasangka. Dia sekarang memiliki pandangan
politik dan agama yang mendukung prasangka semacam itu, dan merasa minoritas mungkin mengambil
pekerjaannya. Ketika Anda menempatkan semua penyebab itu bersama-sama, kemungkinan orang
seperti itu berprasangka sangat tinggi.

Yang lantas lenyap dalam analisis ini adalah apa yang disebut “pilihan”, “kehendak bebas,” atau, seperti
yang cenderung disukai oleh peneliti sosial, “agensi.” Apa yang terjadi pada individu tersebut?
Bagaimana perasaan Anda tentang prospek menjadi subjek dalam analisis semacam itu? Katakanlah
Anda menganggap diri Anda orang yang tidak berprasangka; apakah Anda bersedia mengatakan bahwa
Anda ditakdirkan untuk menjadi seperti itu karena kekuatan dan faktor di luar kendali Anda? Mungkin
tidak, namun demikian itulah logika implisit di balik analisis kausal yang sering dilakukan oleh peneliti
sosial.

Pertanyaan filosofis di sini adalah apakah manusia ditentukan oleh lingkungan khusus mereka atau
apakah mereka merasa dan bertindak berdasarkan pilihan atau agensi pribadi mereka. Saya tidak bisa
berpura-pura menawarkan jawaban akhir untuk pertanyaan ini, yang telah menantang para filsuf dan

25
lainnya sepanjang sejarah kesadaran manusia. Tetapi saya dapat membagikan kesimpulan kerja yang
telah saya capai sebagai hasil dari mengamati dan menganalisis perilaku manusia selama beberapa
dekade.

Secara sementara saya menyimpulkan bahwa (1) kita masing-masing memiliki pilihan atau agensi bebas
yang cukup besar, tetapi (2) kita dengan mudah membiarkan diri kita dikendalikan oleh kekuatan dan
faktor lingkungan, seperti yang dijelaskan sebelumnya dalam contoh prasangka. Ketika Anda menjelajahi
banyak contoh analisis kausal dalam buku ini dan di mana pun dalam literatur penelitian sosial,
pemberian agensi ini akan menjadi jelas.

Lebih mengejutkan, jika Anda memperhatikan percakapan kehidupan sehari-hari — milik Anda dan
orang lain — Anda akan menemukan bahwa kami terus-menerus menyangkal memiliki pilihan atau hak
pilihan. Perhatikan beberapa contoh ini:
“Aku tidak bersedia berkencan dengan seseorang yang merokok.”
“Aku tidak mungkin menceritakan hal seperti itu kepada ibuku.”
“Saya tidak bisa bekerja di industri yang memproduksi senjata nuklir.”

Daftarnya bisa berlanjut berhalaman-halaman, tapi yang penting intinya. Dalam hal hak pilihan manusia,
Anda dapat melakukan semua hal ini, meskipun Anda mungkin memilih untuk tidak melakukannya.
Namun, Anda jarang menjelaskan perilaku atau perasaan Anda berdasarkan pilihan. Jika teman sekelas
Anda menyarankan Anda bergabung dengan mereka di sebuah pesta atau film dan Anda menjawab,
“Saya tidak bisa. Saya ada ujian besok, “faktanya, Anda bisa membatalkan ujian dan bergabung dengan
mereka; tetapi Anda memilih untuk tidak melakukannya. (Benar?) Namun, Anda jarang mengambil
tanggung jawab untuk keputusan seperti itu. Anda menyalahkan kekuatan eksternal: Mengapa profesor
harus memberikan ujian sehari setelah pesta besar?

Situasi ini sangat jelas dalam hal cinta. Siapakah di antara kita yang pernah memilih untuk mencintai
seseorang, atau untuk jatuh cinta? Sebaliknya, kita berbicara tentang “jatuh cinta,” semacam suka
masuk angin atau jatuh di selokan. Lagu ikonik untuk sudut pandang ini adalah sebagian dari lirik lagu
karangan Joseph McCarthy (1913):

You made me loved you (Engkau membuatku mencintaimu)


I don’t want to do it (Padahal – Aku tidak ingin melakukannya)

Seperti yang saya katakan di awal diskusi ini, dilema determinisme versus agensi terus membingungkan
para filsuf, dan Anda akan menemukan kepalanya muncul dari waktu ke waktu di seluruh buku ini. Saya
tidak bisa memberi Anda jawaban terbaik untuk itu, tetapi saya ingin mengingatkan Anda akan
kehadirannya.

Pertanyaan tentang tanggung jawab adalah aspek penting dari masalah ini. Meskipun ada di luar ranah
buku ini, saya ingin membahasnya secara singkat. Penelitian sosial terjadi dalam konteks perdebatan
sosiopolitik mengenai siapa yang bertanggung jawab atas situasi seseorang dan pengalaman mereka
dalam kehidupan. Jika Anda miskin, misalnya, apakah Anda bertanggung jawab atas status sosial
ekonomi rendah Anda atau apakah tanggung jawab terletak pada orang lain, organisasi, atau lembaga?

Penelitian sosial biasanya mencari cara agar struktur sosial (dari pola interaksi ke seluruh masyarakat),
memengaruhi pengalaman dan situasi masing-masing anggota masyarakat. Dengan demikian,
kemiskinan Anda mungkin merupakan konsekuensi dari lahir dalam keluarga yang sangat miskin dan

26
memiliki sedikit peluang untuk maju. Atau penutupan bisnis, mengekspor pekerjaan di luar negeri, atau
resesi global mungkin terletak pada akar kemiskinan Anda.

Perhatikan bahwa pendekatan ini bekerja berlawanan dengan gagasan agensi yang telah kita diskusikan.
Selain itu, sementara para ilmuwan sosial cenderung merasa masalah sosial harus diselesaikan di tingkat
masyarakat — melalui undang-undang, misalnya — ini adalah pandangan yang melemahkan bagi
seorang individu. Jika Anda mengambil sudut pandang bahwa kemiskinan Anda, nilai buruk, atau
lamaran kerja yang ditolak adalah akibat dari kekuatan di luar kendali Anda, maka Anda mengakui
bahwa Anda tidak memiliki kekuatan. Ada lebih banyak kekuatan dalam mengasumsikan bahwa Anda
memilikinya daripada mengasumsikan bahwa Anda adalah korban keadaan yang tidak berdaya. Anda
dapat melakukan ini tanpa menyangkal kekuatan kekuatan sosial di sekitar Anda. Bahkan, Anda dapat
menjalankan tanggung jawab pribadi Anda dengan berangkat untuk mengubah kekuatan sosial yang
berdampak pada kehidupan Anda. Pandangan kompleks ini menuntut toleransi yang sehat terhadap
ambiguitas, yang merupakan kemampuan penting dalam dunia penelitian sosial.

Data Kualitatif dan Kuantitatif

Perbedaan antara data kuantitatif dan kualitatif dalam penelitian sosial pada dasarnya adalah
perbedaan antara data numerik dan non-numerik. Ketika kami mengatakan seseorang cerdas, kami
telah membuat pernyataan kualitatif. Ketika psikolog dan orang lain mengukur kecerdasan dengan skor
IQ, mereka berusaha untuk mengukur penilaian kualitatif semacam itu. Misalnya, seorang psikolog
mungkin mengatakan bahwa seseorang memiliki IQ 120.

Setiap pengamatan kualitatif pada awalnya, apakah itu pengalaman Anda tentang kecerdasan
seseorang, lokasi penunjuk pada skala pengukuran, atau tanda centang yang dimasukkan dalam
kuesioner. Tidak satu pun dari hal-hal ini secara inheren numerik atau kuantitatif, tetapi
mengonversinya menjadi bentuk numerik kadang berguna. (Bab 14 membahas secara khusus
kuantifikasi dan analisis data kuantitatif.)

Kuantifikasi sering membuat pengamatan kita lebih eksplisit. Itu juga dapat membuat agregasi dan
meringkas data lebih mudah. Lebih lanjut, ini membuka kemungkinan analisis statistik, mulai dari rata-
rata sederhana hingga formula rumit dan model matematika. Jadi, seorang peneliti sosial mungkin
bertanya apakah Anda cenderung berpacaran dengan orang yang lebih tua atau lebih muda dari diri
Anda. Jawaban kuantitatif untuk ini tampaknya mudah diperoleh. Peneliti bertanya berapa umur
masing-masing pasangan kencan Anda dan menghitung rata-rata. Kasus ditutup.

Atau itu? Meskipun “usia” di sini mewakili jumlah tahun orang hidup, kadang-kadang orang
menggunakan istilah ini secara berbeda; mungkin bagi sebagian orang “usia” benar-benar berarti
“kedewasaan.” Meskipun teman kencan Anda cenderung sedikit lebih tua dari Anda, mereka mungkin
bertindak lebih tidak dewasa dan dengan demikian mewakili “usia” yang sama. Atau seseorang mungkin
melihat “usia” seperti seberapa muda atau tua kencan Anda atau mungkin tingkat variasi dalam
pengalaman hidup mereka, keduniawian mereka. Makna yang terakhir ini akan hilang dalam
perhitungan kuantitatif usia rata-rata. Data kualitatif lebih kaya makna dan detail daripada data
kuantitatif. Ini tersirat dalam klise, “Dia lebih tua dari usianya.” Makna puitis dari ungkapan ini akan
hilang dalam upaya untuk menentukan berapa lama.

27
Kekayaan makna ini sebagian berasal dari ambiguitas. Jika ungkapan itu berarti bagi Anda ketika Anda
membacanya, makna tertentu itu muncul dari pengalaman Anda sendiri, dari orang-orang yang Anda
kenal yang mungkin cocok dengan deskripsi “lebih tua dari tahun-tahun mereka” atau mungkin saat
Anda pernah mendengar orang lain menggunakan ungkapan itu. Dua hal tentang frasa ini pasti: (1) Anda
dan saya mungkin tidak bermaksud hal yang persis sama ketika kita mengatakannya, dan (2) jika saya
mengatakannya, Anda tidak tahu persis apa yang saya maksud, dan sebaliknya .

Namun, mungkin untuk mengukur konsep ini. Misalnya, kita dapat membuat daftar pengalaman hidup
yang akan berkontribusi pada apa yang kita maksudkan dengan keduniawian:

• Menikah
• Mungkin bercerai
• Ditinggal wafat orang tua
• Menyaksikan peristiwa pembunuhan
• Ditangkap polisi
• Diasingkan oleh penguasa
• Dipecat dari pekerjaan
• “Running away with a circus” (menghindari kejenuhan)

Kami dapat mengukur keduniawian orang-orang sebagai jumlah pengalaman yang mereka miliki:
semakin banyak pengalaman seperti itu, semakin duniawi kita mengatakannya. Jika kita menganggap
beberapa pengalaman lebih kuat dari yang lain, kita bisa memberikan pengalaman itu lebih banyak poin.
Setelah kami membuat sistem daftar dan poin kami, mencetak orang dan membandingkan keduniawian
mereka akan sangat mudah. Kami tidak akan kesulitan menyepakati siapa yang memiliki poin lebih
banyak daripada siapa.

Untuk mengkuantifikasi konsep seperti keduniawian, kita perlu secara eksplisit tentang apa yang kita
maksudkan. Namun, dengan memfokuskan secara khusus pada apa yang akan kami sertakan dalam
pengukuran konsep kami, kami juga mengecualikan makna lainnya. Maka, tak terhindarkan, kita
menghadapi trade-off: Apa pun ukuran kuantitatif yang dijelaskan akan lebih dangkal daripada deskripsi
kualitatif yang sesuai.

Benar-benar dilema! Pendekatan mana yang harus kita pilih? Mana yang lebih cocok untuk penelitian
sosial?

Berita baiknya adalah kita tidak perlu memilih. Faktanya, kita seharusnya tidak. Metode kualitatif dan
kuantitatif berguna dan sah dalam penelitian sosial. Beberapa situasi dan topik penelitian sebagian
besar dapat diterima untuk pemeriksaan kualitatif, yang lain sebagian besar untuk kuantifikasi. Kami
membutuhkan keduanya.

Namun, karena kedua pendekatan ini memerlukan keterampilan dan prosedur yang berbeda, Anda
mungkin merasa lebih nyaman dengan dan menjadi lebih mahir dalam satu mode daripada yang lain.
Anda akan menjadi peneliti yang lebih kuat, sejauh Anda dapat mempelajari kedua pendekatan
tersebut. Paling tidak, Anda harus mengakui legitimasi keduanya.

Akhirnya, Anda mungkin telah memperhatikan bahwa pendekatan kualitatif tampaknya lebih selaras
dengan penjelasan idiografis, sedangkan penjelasan nomotetis lebih mudah dicapai melalui kuantifikasi.
Meskipun ini benar, hubungan ini tidak mutlak. Selain itu, kedua pendekatan ini menghadirkan “area

28
abu-abu” yang cukup besar. Mengakui perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif tidak
berarti bahwa Anda harus mengidentifikasi kegiatan penelitian Anda dengan satu dengan
mengesampingkan yang lain. Pemahaman yang lengkap tentang suatu topik seringkali membutuhkan
kedua teknik tersebut.

Kontribusi dari kedua pendekatan ini diakui secara luas saat ini. Misalnya, ketika Stuart Biddle dan
rekan-rekannya (2001) di University of Wales berangkat untuk meninjau status penelitian di bidang
olahraga dan psikologi olahraga, mereka berhati-hati untuk memeriksa penggunaan kedua teknik
kuantitatif dan kualitatif, menarik perhatian bagi mereka mereka merasa kurang dimanfaatkan.

Konflik nyata antara dua pendekatan mendasar ini telah dirangkum dengan rapi oleh Paul Thompson
(2004: 238-39):
“Hanya sedikit sosiolog yang secara terbuka menyangkal logika menggabungkan kekuatan metode
kuantitatif dan kualitatif dalam penelitian sosial. . . . Namun dalam praktiknya, meskipun pada prinsip
aspirasi metodologis yang lebih luas, para peneliti sosial sayangnya menjadi semakin terbagi menjadi dua
kubu, banyak di antara anggotanya yang tahu sedikit tentang satu sama lain bahkan jika mereka tidak
bermusuhan secara eksplisit.”

Bagaimana menurut anda?

Sebuah tinjauan ulang


Bab ini dibuka dengan pertanyaan tentang variasi yang tidak terkendali dalam masyarakat — khususnya,
tingkat kelahiran. Kami mencatat bahwa tidak ada kontrol yang jelas tentang siapa yang akan atau tidak
akan memiliki bayi selama tahun tertentu. Memang, banyak bayi tidak direncanakan dan karenanya terjadi
“secara tidak sengaja.” Untuk sebagian besar, wanita yang memiliki bayi berbeda dari satu tahun ke tahun
berikutnya, dan setiap bayi merupakan hasil dari alasan yag khas dan sangat pribadi. Akan tetapi,
sebagaimana ditunjukkan oleh data dalam bab ini, kehidupan sosial agregat beroperasi secara berbeda
dibandingkan pengalaman individu yang hidup di dalam masyarakat. Meskipun meramalkan apakah orang
atau pasangan tertentu akan memutuskan untuk memiliki anak pada waktu tertentu itu sulit, keteraturan
yang lebih besar ada di tingkat kelompok, organisasi, dan masyarakat. Keteraturan ini dihasilkan oleh
struktur sosial, budaya, dan kekuatan lain yang mungkin disadari atau tidak disadari oleh individu.
Refleksikan, misalnya, pada dampak industri perumahan yang menyediakan terlalu sedikit tempat tinggal
untuk menampung keluarga besar, berbeda dengan di mana akomodasi merupakan norma. Sedangkan
faktor tunggal itu tidak akan secara mutlak menentukan pilihan melahirkan anak dari orang atau pasangan
tertentu, itu akan memiliki efek keseluruhan yang dapat diprediksi di seluruh masyarakat. Dan peneliti
sosial terutama tertarik dalam menggambarkan dan memahami pola sosial, bukan perilaku individu. Buku
ini akan membagikan kepada Anda beberapa logika dan alat yang digunakan peneliti sosial dalam
pencarian itu.

Dalam meninjau perselisihan yang sering terjadi mengenai keunggulan metode kualitatif atau
kuantitatif, Anthony Onwuegbuzie dan Nancy Leech (2005) menyatakan bahwa kedua pendekatan
memiliki lebih banyak kesamaan daripada perbedaan. Mereka selanjutnya berpendapat bahwa
menggunakan kedua pendekatan tersebut memperkuat penelitian sosial. Maksud saya dalam buku ini
adalah untuk fokus pada saling melengkapi dari kedua pendekatan ini daripada persaingan yang tampak
di antara mereka. Sekarang Anda telah belajar tentang dasar-dasar penelitian sosial, saya harap Anda

29
dapat melihat betapa bersemangat dan menariknya penelitian semacam itu. Yang kita butuhkan adalah
pikiran terbuka dan rasa petualangan — dan landasan yang baik dalam dasar-dasar penelitian sosial.

Proposal Penelitian

Saya mengakhiri bab ini dengan memperkenalkan fitur pembelajaran praktis yang akan dijalankan di
seluruh buku ini: persiapan proposal penelitian. Sebagian besar penelitian terorganisir dimulai dengan
deskripsi tentang apa yang direncanakan dalam proyek: pertanyaan apa yang akan diajukan dan
bagaimana menjawabnya. Seringkali proposal tersebut dibuat untuk tujuan mendapatkan sumber daya
yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian yang dibayangkan. Salah satu cara untuk mempelajari
topik kursus ini adalah menggunakannya dalam menulis proposal penelitian. Setiap bab diakhiri dengan
latihan yang menggambarkan langkah dalam proses ini. Bahkan jika Anda tidak akan benar-benar
melakukan proyek penelitian besar, Anda dapat menyusun rencana untuk melakukannya. Instruktur
Anda dapat menggunakan ini sebagai persyaratan kursus. Jika tidak, Anda masih dapat menggunakan
latihan untuk menguji penguasaan Anda dari setiap bab.

SAGrader adalah program komputer yang dirancang untuk membantu Anda dengan latihan semacam
ini. Ini akan menerima draft pengajuan dan mengkritiknya, menunjuk ke elemen yang hilang, misalnya.
Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang SAGrader di www.ideaworks.com/sagrader/.

Ada banyak struktur organisasi untuk proposal penelitian. Saya telah membuat yang cukup khas untuk
Anda gunakan dengan buku ini. Berikut adalah garis besar proposal, yang mengindikasikan bab-bab
mana dalam buku ini yang paling langsung berhubungan dengan setiap topik:

• Pendahuluan (Bab 1)
• Tinjauan Pustaka (Bab 2, 15; Lampiran A)
• Menentukan Masalah / Pertanyaan / Topik (Bab 5, 6, 12)
• Desain Penelitian (Bab 4)
• Metode Pengumpulan Data (Bab 4, 8-11)
• Seleksi Subjek (Bab 7)
• Masalah Etik (Bab 3)
• Analisis Data (Bab 13, 14)
• Daftar Pustaka / Referensi (Bab 15; Lampiran A)

Saya akan berbicara lebih banyak tentang masing-masing topik ini saat kita menelusuri buku ini, dimulai
dengan latihan bab ini, di mana kita akan membahas apa yang mungkin masuk ke pengantar. Bab 4 akan
memiliki bagian diperpanjang pada proposal penelitian, dan Bab 15 akan membantu Anda menarik
semua bagian proposal menjadi keseluruhan yang koheren.

30

Anda mungkin juga menyukai