Anda di halaman 1dari 124

Berbagai Cara Benak Menyesatkan

Kita dan Cara Mengakalinya

Oleh:
Rika Iffati Farihah
Menyiasati Sesat Pikir Pengantar
Penulis: Rika Iffati Farihah
Penyunting:
Desainer sampul:
Desainer isi & layout: Jumee
All rights reserved
Cetakan 1, April 2022
Diterbitkan oleh Afkaruna

M
Anggota IKAPI
embaca tentang cara kerja otak manusia nyaris
Jln. Pekayon Raya I, Pekayon Jaya
Bekasi Selatan – Jawa Barat selalu membuat saya takjub. Benak manusia
e-mail: adalah sebuah keajaiban. Memang, bukan jenis kea-
http://www.
jaiban seperti mukjizat para nabi atau keajaiban lain
yang menyalahi hukum alam. Benak atau otak ada-
lah keajaiban sehari-hari. Setara, barangkali, dengan
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) keajaiban melahirkan atau pembuahan: sudah sa­
Farihah, Rika Iffati ngat biasa, amat sering terjadi, begitu lazim sampai
Menyiasati sesat pikir/karya Rika iffati farihah; penyunting, mungkin sudah kehilangan daya pikat bagi banyak
Abu razifa.—Cet. 1—Bandung: Afkaruna, 2022.
245 h.; 17 cm. orang. Namun, begitu kita sudi berhenti sejenak dan
ISBN 978- merenungkan kompleksitasnya, kesan ajaib organ ini
1. Agama I. Judul. II. Abu Razifa sungguh tak terelakkan.

Masih sedikit sekali, sebenarnya, yang kita ketahui


mengenai otak, terutama tentang bagaimana cara
Didistribusikan oleh
kerjanya, bagaimana ia bisa menghasilkan: pikiran,
Afkaruna
Jln. Magetan No.15 Antapani Kidul gagasan, imajinasi, konsep diri, emosi, kendali mo-
Antapani – Bandung 40291 torik, dan masih banyak lagi, termasuk kesadaran
e-mail:
Facebook: fkaruna
v
Menyiasati Sesat Pikir Pengantar

itu sendiri. Otak memanglah organ yang luar biasa. Meski demikian penting, buku yang menjelaskan
Kemampuan kita menyadari bahwa diri kita ada dan otak dengan ringan memang masih jarang ditemui,
berpikir, juga berkah dari organ ini. Kemampuan otak terutama di Indonesia. Buku-buku semacam The Man
untuk menghasilkan sesuatu yang kemudian digu- Who Mistook His Wife for a Hat karya Oliver Sacks yang
nakan untuk mempelajari dirinya sendiri adalah pen- sangat ringan dan populer di luar negeri, tidak begitu
capaian yang tak bisa disaingi oleh organ lain sema- dikenal di sini. Mungkin, ini sesuatu yang wajar saja,
cam jantung atau limpa. mengingat mempelajari otak berarti mempelajari be-
ragam istilah yang terdengar rumit: neuron, sinapsis,
Jika organ tubuh lain biasanya dipelajari dalam
mielin, gyrus, sulkus, dan sebagainya. Benar-benar
bidang ilmu biologi atau kedokteran, otak memiliki
bikin pusing (minimal bagi saya, sih).
keistimewaan sendiri. Selain dipelajari oleh kedua
bidang ilmu tersebut, ia juga dipelajari oleh bidang Untungnya beberapa buku psikologi populer menge­
ilmu yang sangat beririsan dengan kajian ilmu so- nai cara berpikir manusia, suatu bentuk lebih “seder-
sial, yakni psikologi. Meski tak semua mahasiswa Psi- hana” kajian mengenai otak di bidang psikologi, su-
kologi mengkaji otak secara langsung, objek kajian dah mulai menghiasi rak toko buku di Indonesia. Na-
psikologi sangat erat terkait dengan otak. Entah itu mun demikian, sebagian besar merupakan buku ter-
emosi, kognisi, atau perilaku manusia. Diakui atau jemahan seperti Thinking Fast and Slow (karya Daniel
tidak, disadari atau tidak, apa pun variasi dan fokus Kahneman), atau Misbehaving dan Nudge (keduanya
kajiannya, semua bidang psikologi dan semua ilmu karya Richard Thaler). Meski begitu, buku psikologi
yang menjadikan manusia sebagai subjek kajian, se- genre ini tetap masih minoritas. Untuk bidang psi-
benarnya akan sangat mendapat manfaat dari penge- kologi, masih lebih mudah mendapatkan buku atau
tahuan dasar mengenai otak dan cara kerjanya. artikel bertema self-help, motivasional, mengenai ke­
pribadian, kepengasuhan, atau yang paling banyak

vi vii
Menyiasati Sesat Pikir Pengantar

terlihat: kiat-kiat mengerjakan tes psikologi untuk kepada masyarakat luas sisi psikologi yang lain. Si-
melamar pekerjaan. Akibatnya, saat memperkenal- si yang lebih banyak mengulik tentang bagaimana
kan diri sebagai mahasiswa psikologi, respons yang ma­nusia pada umumnya (termasuk saya dan Anda)
cukup sering didapat adalah diminta “membaca” berpikir, merasa, menilai, bersikap, mengambil ke­
kepribadian lawan bicara atau diminta mendengar- pu­tusan, dan bertindak. Memang, masih jauh dari
kan curhat lawan bicara. Malah, kadang ada permint- sempurna. Jauh dari kata utuh karena buku ini sebe-
aan yang lebih parah lagi: meramal nasib dari garis narnya adalah kumpulan tulisan yang terserak dalam
tangan. Sesuatu yang jelas adalah pseudosains. Tidak media sosial saya dan beberapa esai di media daring.
ilmiah. Tidak dipelajari juga di Fakultas Psikologi.
Namun, kiranya, masih ada benang merah yang dapat
Psikologi kerap pula dikaitkan dengan hal-hal ab- ditarik dari berbagai tulisan yang berbeda terse-
normal: para pengidap penyimpangan perilaku atau but. Dalam tulisan-tulisan ini, saya berusaha untuk
gangguan jiwa. Padahal, psikologi juga mempelajari menampilkan bagaimana sebenarnya manusia ber-
hal-hal yang lebih “normal”, seperti bagaimana ke- pikir menurut konsensus mutakhir para ilmuwan
banyakan manusia mengambil keputusan, bagaima- psikologi. Ada juga sedikit bahasan mengenai cara
na manusia melakukan penilaian moral, atau apa saja kerja otak. Tidak terlalu detail dan tidak banyak isti-
yang memengaruhi pilihan karier seseorang. Intinya, lah teknis karena memang ini ditujukan untuk publik
psikologi banyak mempelajari bagaimana orang nor- yang lebih luas. Harapannya, meski tentu tidak secara
mal melakukan hal-hal normal. ajaib mengubah keadaan 180 derajat, karya ini men-
jadi langkah awal untuk memopulerkan bahasan ma-
Akibat kurangnya buku-buku yang membahas hal-
nusia dari sudut pandang ilmu psikologi yang lebih
hal normal ini, tak heran banyak beredar miskonsepsi
lengkap, yang lebih mirip dengan apa yang benar-be-
mengenai psikologi dan cara berpikir manusia. Untuk
itulah buku ini dihadirkan: untuk memperkenalkan

viii ix
Da ftar Isi
Menyiasati Sesat Pikir
d
nar dipelajari mahasiswa Psikologi di berbagai bela-
han dunia.

Buku ini terbagi menjadi tiga. Bagian pertama me­


muat tulisan-tulisan yang membahas benak, pro­ses
mental, dan cara berpikir manusia secara umum.
Bagian kedua membahas berbagai bias kognitif dan Pengantar ................................................................................................ v
ke­terbatasan otak manusia, berbagai kemungkinan Daftar Isi ................................................................................................. xi
proses mental standar dalam diri manusia mem-
buahkan hasil yang tidak optimal atau malah meru­ Bag. I Aneka Hal Terkait Benak Manusia . ....................... 1
gikan dan menimbulkan kekacauan. Bagian ketiga Otak Tak Melulu Soal Logika ......................................... 3
berisi tulisan-tulisan yang menceritakan cara-cara Dunia Mental yang Beragam .......................................... 7
yang dapat meningkatkan kinerja otak dan mengatasi Life of Pie (Bukan Tinjauan Buku atau Film) ........... 11
beberapa keterbatasan benak. Tentu saja, pembagian Otak Kanan vs Otak Kiri ................................................... 17
ini tidak ketat-ketat amat. Terdapat beberapa tum­ Siapakah “Diri” Kita? ......................................................... 21

pang-tindih; ada tulisan di bagian satu yang sudah Kuman dan Keragaman Budaya .................................... 27
IQ dan Ragam Ekspresi Kecerdasan ............................ 31
membahas juga soal keterbatasan dan solusi, misal­
nya. Namun, secara umum, saya berharap, pembagian
Bag. II Keterbatasan Benak: Tentang Rasionalitas
ini akan memudahkan pembaca mengambil manfaat
dan Irasionalitas Manusia .......................................... 37
dari tulisan-tulisan di buku ini seoptimal mungkin.
Semoga☺ Framing Effect: Kita tuh Rasional Enggak, sih? . ...... 39
Sadar atau Tidak Sadar? . ................................................. 45
Akal Sehat vs Berpikir Ilmiah ........................................ 48

x xi
Menyiasati Sesat Pikir Daftar Isi

Naïve Theories: Benarkah Anak-Anak Adalah Beragama dan Berpolitik dengan Santai:
Pembelajar Alami? . ............................................................ 56 Mengatasi Disonansi Kognitif . ...................................... 164
Cognitive Dissonance ........................................................... 62 Mengelola Emosi ................................................................. 170
Availability Heuristic ............................................................ 65 Tentang Emosi dan Pengendaliannya (lagi) . ........... 175
Dunning-Kruger Effect ......................................................... 69 Kenapa, sih, Harus Mengutip Orang Lain dan
Bias Blind Spot ....................................................................... 72 Membuat Kajian Pustaka dalam Karya Ilmiah? ..... 181
Outgroup Homogeneity Effect . .......................................... 76 The Devil’s Advocate ............................................................. 189
Perkara Intoleransi ............................................................. 80 Memahami yang Berbeda ................................................ 193
Fiksi dan batas Altruisme ................................................ 89 Mitos Pluralisme: Upaya Membangun Toleransi . . 198
Prasangka dan Anak-Anak .............................................. 94 Latihan Berpikir Kritis ...................................................... 203
Stereotip .................................................................................. 98
Psychology of Fear ................................................................. 103 Penutup .................................................................................................... 207
Kemanusiaan Universal ................................................... 106 Kepustakaan ........................................................................................... 209
Membakar bendera, Membakar Emosi . .................... 110
Daftar Istilah ......................................................................................... 215
Emosi . ...................................................................................... 115
Tentang Penulis ..................................................................................... 228
Kasus Charlie Hebdo dan Perbedaaan antara Aku
dan Kamu . .............................................................................. 122
Abu Janda . .............................................................................. 132
Cinta dan Pernikahan ....................................................... 140

Bag. III Menyiasati Keterbatasan .............................................. 147


Mengikat Diri ke Tiang kapal . ....................................... 149
Tulisan dan Memori yang terbatas .............................. 154
Apa Gunanya Membaca? . ................................................ 159

xii xiii
G I A N S AT
BA U
ulu
Ota k Tak Mel
Soal L ogika

S
ecara sederhana, orang kerap kali mengatakan
bahwa logika adalah soal otak, sementara emo-
si adalah soal hati. Sebagai sekadar kiasan, tidak
ada masalah dengan ini. Namun, jika mau bicara le­
bih teknis dan akurat, kategorisasi ini menyesatkan.
Yang kita sebut sebagai otak, bersama saraf tulang
belakang, merupakan sistem saraf pusat manusia.
Segala fungsi kita sebagai makhluk hidup, dari detak
jantung hingga gerakan tubuh dan emosi, diatur oleh
otak dengan bantuan sistem saraf perifer. Demikian

3
Menyiasati Sesat Pikir Aneka Hal terkait Benak Manusia

pula segala karakteristik kemanusiaan seperti kepri­ dari betapa otak terkait dengan banyak hal, lebih dari
badian, nalar, bahkan kesadaran itu sendiri. logika dan rasionalitas semata.

Phineas Gage mungkin adalah orang paling terkenal Misalnya, kisah Dr. P, seorang musisi terkenal seka-
di ranah neuropsikologi. Hampir semua buku peng­ ligus guru musik yang kehilangan kemampuan
antar neuropsikologi menyebut namanya dan men- menangkap fitur interpersonal wajah. Dia kesulitan
ceritakan kisahnya. Musibah yang dia dapat: kepala mengenali wajah manusia, bahkan orang terdekat­
tertusuk besi sampai bagian depan otak rusak, men- nya. Sampai-sampai, dia hendak mengangkat kepala
jadi peristiwa medis paling menggegerkan pada ma- istrinya karena mengira itu adalah topi. Terkadang,
sanya. Kisah hidupnya dikaji banyak ahli saraf dan juga terjadi hal sebaliknya: otaknya salah mener-
menyadarkan orang tentang hubungan hal yang sa­ jemahkan fitur-fitur tertentu sebagai wajah, hingga
ngat fisik—seperti otak—dengan fitur yang sangat hidran air yang dia lewati di jalan pun disapa karena
psikologis—seperti kepribadian. disangka manusia. Semua ini bukan karena ada yang
salah dengan matanya, melainkan ada yang salah
Gage, yang sebelumnya ramah dan periang, berubah
dengan bagian otak yang mengurusi pemrosesan vi-
seratus delapan puluh derajat setelah kecelakaan itu.
sual di belahan kanan.
Dia menjadi sosok yang kasar dan pemarah. Tongkat
besi itu melukai lobus frontal otak yang salah satu Seorang pasien Sacks yang lain, perempuan berusia
fungsinya mengontrol emosi. 89 tahun, tiba-tiba mengalami euforia. Dia terlalu ba-
hagia, terlalu bersemangat. Yang lebih aneh, di usia­
Dalam bukunya, The Man Who Mistook His Wife for a
nya yang sudah mendekati akhir, dia kembali genit,
Hat, neurolog Oliver Sacks mendokumentasikan ka-
suka menggoda lawan jenis. Ternyata, gara-garanya
sus-kasus pasiennya yang mengalami gangguan otak.
adalah sejenis sifilis saraf. Parasit dalam sarafnya
Kisah-kisah inilah yang dulu membuat saya menya­
membuat korteks serebrum hiperaktif.

4 5
Menyiasati Sesat Pikir

Masih banyak kisah menakjubkan lain ditulis Sacks


dengan gaya bercerita yang luwes. Sangat mena­rik.
Ini buku yang perlu Anda baca jika tertarik pada kaji-
an otak, tetapi pusing membaca banyak istilah teknis­
Du nia Me ntal
m
nya, seperti saya.

Yang jelas, kerumitan fungsi dan cara kerja otak tak


y ang Beraga
pernah gagal menyadarkan saya bahwa, bahkan un-
tuk bisa berfungsi normal saja, seperti bangun di pagi
hari, membuka mata dan mengenali senyuman di wa-
jah-wajah terkasih, merupakan anugerah besar yang
harus selalu kita syukuri.[]

T
emple Grandin adalah seorang dosen ilmu he­
wan dan konsultan peternakan yang telah me­
nulis lebih dari 60 artikel jurnal ilmiah mengenai
perilaku hewan. Dia juga gigih menyerukan perla­
kuan manusiawi terhadap hewan ternak. Pada 2010,
Grandin masuk dalam daftar 100 orang paling ber-
pengaruh di dunia versi Time 100. Perempuan kurus
ini selalu mengatakan bahwa dia tidak bisa mencapai
semua itu kalau dia tidak autistik. Iya, Temple Gran-
din sejak kecil sudah tampak berbeda dan akhirnya
didiagnosis mengidap autisme. Kisah hidupnya di-

6 7
Menyiasati Sesat Pikir Aneka Hal terkait Benak Manusia

dokumentasikan dalam film yang dijuduli sesuai inannya mengenai masalah paling mendesak saat
namanya. Menontonnya, Anda akan dibukakan ma- ini, masa­lah lingkungan. Cercaan orang tak semenya-
ta mengenai betapa berbedanya proses mental yang kitkan itu baginya dibandingkan bagi orang normal.
terjadi dalam diri seorang autistik. Konsekuensi dari Greta tak takut pada penilaian orang. Kegigihannya
proses mental yang berbeda itu, dunia yang dice­rap ini yang akhirnya menggerakkan orang-orang dewasa
Grandin pun berbeda dengan yang dicerap orang di sekelilingnya.
normal. Sebagaimana kebanyakan mereka yang be-
Banyak tokoh kreatif seperti Beethoven, Ernest He­
rada dalam spektrum autisme, Grandin dianugerahi
mingway, dan Van Gogh yang juga diduga mengidap
kemampuan visual luar biasa. Dengan kemampuan
gangguan mental semacam bipolar atau depresi. John
ini, setiap kali hendak merancang suatu alat, dia bisa
Nash ahli matematika peraih Nobel Ekonomi adalah
mengujinya dahulu di kepala. Tidak perlu program
seorang penderita skizofrenia. Begitu pula Newton.
komputer atau aplikasi simulasi.
Sebagian ahli mengaitkan karya kreatif para tokoh
Greta Thunberg si aktivis lingkungan tersebut dengan kondisi mental mereka. Psikosis ser-
yang masih berusia belasan itu juga ta kreativitas memang punya beberapa ciri yang sama
autistik, Asperger’s Syndrome lebih te- seperti kecenderungan berpikir tidak biasa, kelebatan
patnya. Dia bilang, kondisi itu adalah ide dan pikiran yang cepat serta persepsi yang lebih
kekuat­an super baginya ketika mer- tajam terhadap stimulus sekitar.
espons orang-orang yang mengkritik
Meski tentu saja banyak faktor lain yang membuat
tindakan dan penampilannya. Sudah
para tokoh tadi meraih apa yang telah mereka capai,
tak terbilang orang yang mencerca dan menyinyiri
sulit untuk menyangkal bahwa kondisi mental yang
Greta. Namun, barangkali berkat autismenyalah, dia
berbeda turut berperan di sana. Berkat kemampuan
mampu bergeming dalam protesnya, dalam keyak-
mereka melihat dan memaknai dunia secara berbeda,

8 9
Menyiasati Sesat Pikir

wawasan kita sebagai umat manusia pun bertambah


kaya.

Sebagaimana keragaman mikroba di usus sangat ber- Life of Pie


uan
(Bukan Tinja
manfaat bagi kesehatan tubuh kita, ada manfaat be-
sar dari keragaman kondisi mental manusia di bumi
m)
ini. Jadi, takperlulah memaksa semua manusia men­ Buku atau Fil
jadi seragam. Sudah saatnya kita lebih mengapresiasi
ke­ragaman kondisi mental manusia. Terima saja mere­
ka apa adanya dan beri dukungan untuk menjadi versi
terbaik dari diri mereka.[]

S
aya mendengar tentang buku Life of Pi sejak ma-
sa awal terbit dan mendapat penghargaan Book-
er Prize. Karena memenangi penghargaan itulah saya
membaca buku ini. Saya sangat terkesan pada novel
pemenang Booker Prize beberapa tahun sebelumnya:
The God of Small Things.

Di awal-awal, buku Life of Pi memenuhi ekspektasi


saya. Alurnya menarik dan teknik penceritaannya
menyimpan kejutan kecil di mana-mana. Namun,
semakin ke tengah, saya semakin tidak dapat menik-

10 11
Menyiasati Sesat Pikir Aneka Hal terkait Benak Manusia

matinya. Akhirnya, saya melompati halaman demi inkarnasi, mengapresiasi Buddhisme, dan masih ba­
halaman dan langsung membaca bagian akhirnya. nyak lagi.
Tetap tak tertarik. Tak terkesan. Ada rasa tak nyaman
Kegandrungan dengan segala gagasan tentang Tu-
yang tidak bisa saya jelaskan ketika membaca buku
han dan agama membuat saya sangat tidak nyaman
ini.
dengan ending buku itu. Saya dibuat gelisah oleh per-
Bertahun-tahun kemudian, buku ini difilmkan. Saya tanyaan yang menutup kisah Pi Patel, yakni apakah
menontonnya. Bukan di bioskop, tentu saja. Luma­ semua kisahnya tentang bertahan hidup di tengah
yan. Saya tetap skip bagian tengah film. Sama seperti laut dengan hewan-hewan itu nyata? Ataukah, itu
bukunya. Namun, berkat menonton filmnya, akhir­ sekadar upaya Patel untuk tetap waras, untuk mem-
nya saya menyadari alasan saya tak bisa menikmati buat hidup dan pengalamannya lebih bisa diterima
buku ini dahulu. oleh dirinya sendiri? Upaya benaknya merangkai
peristiwa agar tidak terlalu menyakitkan, agar ia tetap
Jadi, begini. Saya, dulu, seperti Pi Patel, sang tokoh
bisa hidup?
utama, di awal-awal hidupnya. Saya sedang dalam
pencarian akan Tuhan. Meski tak seekstrem Pi Pa- Buku ini membuat saya mempertanyakan ulang mak-
tel, setelah bosan “mengubek-ubek” agama sendiri, na realitas. Apa pentingnya realitas ketimbang kisah
saya juga “mencicipi” berbagai ajaran agama lain. indah yang lebih nyaman diterima perasaan? Nyaris
Saya berkelana dari satu buku ke buku yang lain. Ju- semua orang sepertinya akan memilih the better story,
ga, membaca buku-buku tentang spiritualitas yang kisah yang lebih enak di hati. Sama seperti Patel dan
melintasi batasan saklek agama. Sampai di taraf yang petugas asuransi dalam buku itu. Juga si penulis ce­
bisa membuat saya masuk ke dalam kategori kaum rita sendiri.
New Age. Saya sempat mempertimbangkan ide re-

12 13
Menyiasati Sesat Pikir Aneka Hal terkait Benak Manusia

Saya saat ini berbeda dengan saya waktu itu. Seka- bagaimanapun juga, kapasitas otak kita terbatas dan
rang, saya lebih mampu menikmati dan mengapresi- kita perlu melakukan banyak hal lain untuk bisa hi­
asi gagasan dalam Life of Pi. Banyak hal telah berubah. dup (yang memunculkan nyaris segala bias kognitif
Banyak hal telah saya lalui. Kini, saya lebih siap me- dalam diri manusia).
nerima kesimpulan akhir buku ini.
Kebenaran dan realitas sering sekali tak punya kegu-
Manusia tak jauh beda dengan virus atau makhluk naan praktis di taraf individu. Apa gunanya tahu re-
hidup lain. Prioritas tertinggi kita, meski mungkin alitas jika itu membuat mental kita sedemikian ter-
tak selalu kita sadari, adalah soal bertahan hidup ganggu dan menghalangi kita berfungsi normal? Atau
(minimal sampai bereproduksi atau mereplikasi diri). lebih buruk lagi, membuat kita berhenti menghargai
Bertahan hidup jauh lebih penting ketimbang meng- hidup dan memilih menyerah?
etahui dan mengakui realitas. Ketimbang kebenaran.
So yeah, berat memang. Realitas kadang bisa terasa
Itu juga kesimpulan yang saya dapat dari kajian-ka- segetir itu. Sebagai orang yang pernah kesulitan me­
jian psikologi tentang bagaimana manusia berpikir. ngendalikan emosi hingga mencurigai diri sebagai
Betapa banyak cara benak melencengkan kita dari ke- pengidap bipolar, saya jelas sangat menghargai per-
benaran hanya karena hal-hal lain jauh lebih penting bedaan individu dalam hal kemampuan mengatasi
bagi kita untuk bertahan hidup ketimbang realitas kepahitan hidup.
an sich. Entah itu rasa menjadi bagian dari kelompok
Akan tetapi, mau tak mau, kesadaran soal tidak pen­
(yang dapat memunculkan kecenderungan konfor-
tingnya kebenaran dan realitas bagi sebagian besar
mitas atau mengalami bandwagon effect). Entah itu
manusia ini kadang membuat saya frustrasi. Lha, ini
rasa berdaya dan benar dalam mengambil keputus­
kadang bikin kita begitu mudah termakan hoaks atau
an (yang dapat memunculkan bias konfirmasi). En-
misinformasi, je. Atau, jangan-jangan, yang perlu saya
tah itu upaya menghemat energi dan waktu karena,

14 15
Menyiasati Sesat Pikir

lakukan sekadar menyusun cerita yang lebih baik un-


tuk mengaburkan realitas yang ini juga? Toh, benak

Otak Kanan
manusia adalah pendongeng yang luar biasa. Hmmm
….[]
vs
O tak Kiri

S
alah satu miskonsepsi paling populer dalam psi-
kologi adalah soal pola pikir otak kanan vs otak
kiri. Menurut pandangan populer ini, mereka yang
dominan otak kanan lebih kreatif dan intuitif, semen-
tara yang dominan otak kiri lebih logis dan analitis.
Jadi, para seniman cenderung dominan otak kanan,
sementara ahli matematika dominan otak kiri.

Padahal, sebenarnya tidak sesederhana itu.

16 17
Menyiasati Sesat Pikir Aneka Hal terkait Benak Manusia

rang
saya agak ku
ya sekarang ” karena
Yah, sebenarn ko ns ep si Wernicke yang penting untuk fungsi bahasa me-
ny eb ut ny a sebagai “mis kinan
yakin me n dalam keya
ta ad a se ta kar kebenara u mang terletak di hemisfer kiri.
ternya ar
at ukur terb
Riset dan al
populer ini. an me na ri k. Individu
n perkembang
mengungkapka liki keunikan Namun, yang perlu diingat, untuk berfungsi opti-
ya bi sa saja memi kan
sepertin rier berdasar
ib ad ia n at au pilihan ka au mal, kedua belahan ini tidak bisa bekerja sendiri. Ada
kepr otak kanan at
n orientasi penghubung yang bertugas menjembatani, menghu­
kecenderunga l tentang itu
satu artike
kiri. Salah Morton dkk.,
Bruce Eldine bungkan kerja hemisfer kanan dan kiri, namanya
adalah karya sity Sorting
ence for Hemi corpus callosum. Nah, untuk hampir semua tugasnya,
“Further Evid on ”.
Specializati
During Career cara kerja otak akan bolak-balik ke kanan dan ke ki-
ri melewati jembatan ini. Hampir tidak ada individu
Riset-riset pengindraan otak menunjukkan bahwa yang otaknya hanya bekerja di bagian kanan atau ba-
bagian otak yang dipakai seorang musisi atau seni- gian kiri saja.
man tidak jauh beda dengan yang dipakai oleh ahli
matematika atau filsuf. Malah, ada yang membahas Bahkan, kemampuan bahasa yang saya sebut tadi ti-
soal bagaimana latihan musik bisa meningkatkan ke- dak hanya ditentukan oleh area Broca dan Wernicke.
mampuan matematika seseorang. Area-area lain di hemisfer lain juga diperlukan untuk
memahami tata bahasa dan sintaksis.
Miskonsepsi ini memang berakar dari beberapa fakta
yang benar adanya bahwa: Lagi pula, jangan-jangan, kita terlalu menyederhana­
kan masalah. Seolah ada garis yang sangat kaku me-
1. otak terdiri dari dua belahan (hemisfer): kanan misahkan antara kerja kreatif dan kerja logis. Padahal,
dan kiri. baik kerja seni maupun sains sebenarnya sama-sama
memerlukan beragam fungsi otak. Ahli matematika
2. ada spesialisasi fungsi otak pada bagian atau be­
kadang perlu keluasan imajinasi untuk memecahkan
lahan yang berbeda. Misalnya, area Broca dan

18 19
Menyiasati Sesat Pikir

sebuah masalah, sementara seorang musisi juga ha-


rus disiplin dan logis mengikuti aturan (musik) ter-
tentu.
i”
Namun, memang lebih mudah membuat pengelom- Siapakah “Dir
Kita?
pokan sederhana macam ini, sih. Lebih seru juga.
Samalah seperti mengisi kuis-kuis kepribadian atau
IQ online. Ya, asal tidak usah terlalu serius dan mulai
kubu-kubuan saja. Seperti pilpres. Eh.[]

S
alah satu bagian paling mengesankan bagi saya
dalam serial Harry Potter adalah mengenai Har-
ry Potter dan topi seleksi. Harry sangat kepikiran keti-
ka sang topi sempat mempertimbangkan apakah dia
sebaiknya masuk asrama Slytherin, asrama yang se-
jauh pengetahuan Harry saat itu banyak berisi anak-
anak yang tidak menyenangkan dan menghasilkan
sosok jahat seperti Voldemort. Harry sendiri akhirnya
memilih asrama Gryffindor. Namun, kemungkinan
bahwa dirinya cocok masuk Slytherin selalu meng-
hantui Harry dengan pertanyaan: apakah sebenar­

20 21
Menyiasati Sesat Pikir Aneka Hal terkait Benak Manusia

nya aku ini jahat? Keraguan mengenai diri sendiri y sekarang


Nama resmi sp
lit personalit
ini terus berulang hingga buku terakhir. Jawaban ty dis­
iative identi
adalah dissoc ini ada­
pertanyaan itu menurut seri Harry Potter: kita semua ngguan mental
order. Ciri ga pribadian
punya potensi menjadi jahat atau baik, tetapi kita juga nimal dua ke
lah adanya mi tu
punya kemampuan untuk menentukan hendak menja­ dalam diri sa
yang berbeda
di orang seperti apa. Toh, dari asrama Slytherin juga indi­vidu.
ada tokoh-tokoh yang baik, termasuk sang guru yang
melindungi Harry Potter hingga akhir hayatnya.

Ini mengesankan bagi saya karena, terus terang, saya Tenang saja, maksud saya bukan bahwa kita semua
juga kerap didera keraguan serupa mengenai diri sebenarnya adalah pengidap split personality. Saya ha-
sendiri. Terkadang, rasanya ada dua pribadi yang ber- nya mengatakan bahwa menganggap otak sebagai se-
beda dalam diri saya: yang galak dan egoistis, serta jenis komputer dengan fungsi umum yang homogen
yang perasa dan mudah tersentuh. Jadi, sebenarnya makin lama makin terbukti kurang tepat.
saya ini baik atau jahat?
Otak kita, dan dengan segala produknya, seperti
Setelah bersentuhan kembali dengan buku-buku psi- emosi dan kognisi, lebih tepat digambarkan sebagai
kologi, terutama yang terkait kajian tentang otak dan komputer yang berisi berbagai perangkat lunak (soft-
bagaimana manusia berpikir, saya baru tahu bahwa ware) dengan fungsi berbeda-beda. Ada perangkat
ada asumsi dasar yang barangkali keliru atau mini­ lunak untuk relasi sosial, untuk menghindari pato-
mal patut diragukan ketika saya dan Harry Potter gen, untuk mencari pasangan serta bereproduksi,
mengajukan pertanyaan tersebut. Asumsi itu adalah dan sebagainya. Beragam perangkat lunak ini punya
bahwa ada satu diri (self) dalam masing-masing ma- cara kerja sendiri yang berbeda-beda. Yah, wajar sih,
nusia. karena fungsi dan tujuannya memang berbeda-beda.

22 23
Menyiasati Sesat Pikir Aneka Hal terkait Benak Manusia

Masalahnya, terkadang dua atau lebih perangkat lu- brownies hari ini tidak akan menimbulkan akibat se-
nak yang berbeda mengerjakan tugas yang sama dan rius. Juga, semangkuk gulai kambing, segelas coke, de-
muncullah hasil yang berbeda. Kemudian, terjadilah mikian terus setiap kali ada makanan enak terhidang
mogok (crash). Kita merasa bingung: yang manakah hingga perut terlalu penuh untuk diisi makanan yang
diri sejati kita? lebih bernutrisi. Sementara, “diri jangka panjang”
akan menyesali hal itu kemudian.
(Walau mungkin ada kesalahan konsep soal cara kerja
komputer dan perangkat lunaknya, semoga penjelas- Ada dugaan keras bahwa memang tidak ada “diri”
an saya mengenai otak manusia masih bisa dipahami, yang tunggal, homogen, dan tidak berubah sepanjang
ya.) hidup. Yang kita sebut sebagai “diri” barangkali ha­
nyalah bagian kecil dari proses mental yang kebetul­
Berikut ini contoh inkompatibilitas atau ketidakco-
an kita sadari. Jauh lebih banyak proses mental yang
cokan diri. Sebagai manusia dewasa yang sadar kese-
berlangsung dalam benak tanpa kita sadari. Otak ter-
hatan, banyak orang tahu bahwa sebaiknya kita meng-
diri dari sekumpulan modul mental yang terkadang
hindari makanan berkalori kosong atau makanan
tidak kompatibel satu sama lain. Jadi, wajar saja jika
dengan kandungan gula terlalu tinggi. Kita seharus-
kadang kita benci sekaligus rindu pada satu sosok
nya mengonsumsi yang sehat-sehat saja, seperti buah
yang sama. Tak heran pula banyak orang tetap meng­
dan sayur, atau protein yang rantai pemrosesannya
anggap diri sendiri sebagai orang baik meski pernah
pendek (bukan kemasan atau awetan). Apabila benak
berbuat curang (seperti melanggar lampu lalu lintas
bersifat linear dan tunggal, keputusan untuk hidup
atau, yang lebih parah, korupsi).
sehat ini tentu akan dipatuhi sepanjang waktu. Na-
mun, sebagaimana diketahui semua orang yang beru- Terus terang, menyadari hal itu membuat saya ti-
saha diet: diet always starts tomorrow. Ada “diri jang- dak terlalu esensialis. Tidak ada manusia yang pada
ka pendek” yang merasa bahwa melahap sepotong dasarnya jahat atau pada dasarnya baik. Mutlak ja-

24 25
Menyiasati Sesat Pikir

hat atau mutlak baik. Rasanya jadi lebih mudah me-


maafkan diri sendiri dan orang lain ketika melakukan

Kuman dan
kesalahan atau bertindak irasional. We’re only human
after all.[]
Kera gaman
Budaya

S
alah satu highlight dalam petualangan saya me-
nempuh jenjang Magister Psikologi adalah ma-
ta kuliah Psikologi dan Budaya. Ini merupakan salah
satu dari sedikit mata kuliah yang memungkinkan
saya bertemu dengan pendekatan baru yang masih
kontroversial: psikologi evolusioner.

Berkat tugas meninjau jurnal mata kuliah ini, saya


jadi tahu soal parasite-stress hypothesis dan behavioral
immune system.

Apa itu?

26 27
Menyiasati Sesat Pikir Aneka Hal terkait Benak Manusia

Parasite stress hypothesis/theory berpandangan bahwa nya, masyarakat yang tinggal di tempat yang menurut
parasit dan penyakit yang ditemui oleh suatu spe­ sejarah sering mengalami wabah penyakit menular,
sies, misalnya manusia, membentuk perkembangan cenderung lebih kolektif ketimbang masyarakat yang
nilai-nilai dan karakter spesies tersebut. Dalam per­ tidak demikian. Budaya muncul sebagai respons ter­
spektif ini, perbedaan budaya yang dikembangkan hadap lingkungan, termasuk jenis spesifik kuman
manusia di berbagai wilayah dipengaruhi oleh fak- yang ada di wilayah tersebut. Semakin beragam jenis
tor perbedaan level ancaman infeksi parasit atau ku- parasit yang ada, semakin beragam pula budaya yang
man di masing-masing wilayah tersebut. Menurut ada di suatu wilayah.
teori ini, masyarakat yang hidup di lingkungan de­
Hal lain yang pernah dilihat korelasinya dengan level
ngan ancaman patogen atau penyakit menular yang
ancaman patogen adalah soal perpolitikan yang lebih
lebih banyak dan beragam, seperti di negara tropis,
otoriter, juga soal kuliner. Rempah-rempah diketahui
akan mengembangkan aspek budaya spesifik untuk
memiliki manfaat meningkatkan kekebalan tubuh
mencegah penyebaran kuman atau penyakit.
terhadap penyakit. Jadi, masyarakat di wilayah yang
Salah satu cara menurunkan risiko terkena penya- ancaman patogennya lebih tinggi cenderung lebih
kit (dan menghindari kematian tentunya karena ki- banyak menggunakan rempah-rempah dalam ma-
ta bi­cara evolusi) adalah menguatkan relasi dengan sakannya.
komunitas terdekat dan membatasi kontak dengan
Behavioral immune system mirip dengan itu, tetapi be­
orang luar/asing. Ini penting agar individu hanya ter-
kerja di level individual. Meski namanya behavioral
papar patogen yang imunitasnya sudah dimiliki ko-
immune system, yang dipengaruhi juga aspek kognisi,
munitasnya, bukan patogen baru yang belum dikenal
emosi, bukan cuma perilaku. Individu yang mengha­
dan belum berkembang imunitasnya dalam komuni-
dapi ancaman parasit lebih tinggi biasanya lebih et-
tas tersebut karena bisa fatal dampaknya. Itu sebab­
nosentris, misalnya. Teori menghindari penya­kit ini

28 29
Menyiasati Sesat Pikir

juga menjelaskan mengapa orang cenderung me­


naruh prasangka pada mereka yang terlihat kurang

IQ dan Ragam
fit, semisal penyandang disabilitas.

Eks presi
Tentu saja perlu diingat saat membahas pendekat­
an evolusioner, semua ini terjadi di luar kesadaran
individu. Sebagaimana kita tidak menyadari bahwa
Kec erdasan
evolusi menyebabkan kita memiliki sistem pencer-
naan atau sistem reproduksi seperti yang sekarang
kita miliki, kita tidak menyadari pula bagaimana atau
mengapa kita mengembangkan sistem kekebalan be-
havioral ini.
Penafian: terutama untuk teman-teman psikologi
Yang terjadi di level kesadaran adalah penalaran atas atau mereka yang familier dengan wacana soal IQ:
hal-hal yang secara tak sadar kita lakukan. Misal- penjelasan saya akan mengandung ba­nyak simpli-
nya, berkembanglah filosofi mengenai pentingnya fikasi.
komu­­nitas atau kebersamaan dalam masyarakat yang

D
kolektif. Muncul pula nilai-nilai budaya spesifik yang alam buku Guns, Germs, and Steel, Jared Dia-
mendukung diteruskannya hal-hal yang akhirnya mond mengatakan bahwa perbedaan nasib ber­
bermanfaat bagi keberlangsungan individu-individu bagai masyarakat di dunia ini bukan disebabkan oleh
dalam masyarakat itu. perbedaan IQ. Jared merasa IQ orang Papua tidak ka-
lah dengan IQ orang kulit putih.
Menarik, ya?[]

30 31
Menyiasati Sesat Pikir Aneka Hal terkait Benak Manusia

Ada yang mengkritik hal ini, terutama karena Ja­ rakat tertulis. Para pembuat tes IQ berasal dari ma­
red dianggap tidak menyuguhkan data valid, hanya syarakat yang sudah sangat familier dengan budaya
meng­andalkan perasaan dan sentimennya sebagai tulis. Tak heran, untuk mengetahui potensi belajar,
teman Yali, seorang Papua asli. mereka menggunakan ukuran-ukuran yang memang
penting dan bermakna dalam masyarakatnya, seper­
Kata IQ, singkatan dari intelligence quotient, memang
ti soal kemampuan verbal dan kuantitatif. Banyak
sering kita padankan dengan “kecerdasan”. Padahal,
pekerjaan yang membutuhkan kemampuan tersebut
sebenarnya, IQ dan kecerdasan itu sedikit berbeda. IQ
dalam masyarakat mereka.
adalah hasil dari upaya menguantifikasi konsep ke­
cerdasan atau inteligensi yang lebih abstrak dan kom- Namun, persis itu sebabnya, tes IQ tidak akan akurat
pleks melalui serangkaian tes. Ada macam-macam je- menunjukkan potensi belajar orang-orang yang ber-
nis tes IQ karena ada beragam teori kecerdasan. asal dari budaya berbeda atau berasal dari masyarakat
yang baru kenal tulisan, atau malah tidak kenal tu-
Sementara itu, yang dimaksud Jared sepertinya ada-
lisan sama sekali.
lah IQ sebagai kecerdasan atau potensi belajar. Dalam
hal ini, saya rasa Jared Diamond benar bahwa IQ ra- Wujud atau ekspresi potensi tiap orang akan berbe-
ta-rata masyarakat tidak akan jauh berbeda satu sama da-beda bergantung pada banyak faktor, paling utama
lain. Mengapa demikian? adalah faktor lingkungan.

Potensi belajar terutama berarti sejauh mana seseo- Di dalam lingkungan yang menghargai pencapaian
rang dapat menangkap, mengolah, dan menyimpan akademik, orang akan termotivasi untuk mengeks­
suatu informasi. Sementara itu, tes-tes IQ yang kita presikan kecerdasannya dengan meraih prestasi aka­
kenal memiliki bias budaya. Dan, mengutip Walter demik setinggi mungkin. Di lingkungan yang meng-
Ong dalam bukunya Orality and Literacy, bias masya­ hargai keterampilan seni musik atau seni kriya misal­

32 33
Menyiasati Sesat Pikir Aneka Hal terkait Benak Manusia

nya, (meski arguably, ini jenis kecerdasan yang agak Pun sebaliknya: jangan buru-buru minder merasa
berbeda), orang akan lebih termotivasi untuk meng- kita tidak akan pernah sesukses negara-negara maju
gunakan potensi belajarnya untuk seni tersebut. karena merasa bahwa secara inheren kita inferior. It’s
bullshit. Jangan-jangan, selama ini ukuran sukses ki-
Nah, bayangkan Anda berada di lingkungan masya­
ta beda saja. Jika mau sukses dengan ukuran mereka,
rakat pemburu-pengumpul. Di lingkungan itu, eks­
ya kita harus bekerja keras menciptakan ling­kungan
presi tertinggi kemampuan belajar Anda adalah ce-
masyarakat yang lebih kondusif untuk itu. Nah, ba­
patnya Anda menguasai kemampuan berburu, ke-
gaimana? Siap?[]
mampuan menghindari predator, atau kemampuan
mengenali ragam tumbuhan beracun. Apa iya, Anda
tiba-tiba mendapat wahyu ingin belajar menulis dan
bercita-cita jadi astronot? Ya, mungkinkah binatang
buruan ditangkap dengan meninggalkan tulisan: si-
lakan masuk ke perangkap ini? Tahu bahwa manusia
bisa ke luar angkasa saja enggak, bagaimana mau ber-
cita-cita jadi astronot?

Jadi, tidak perlu jumawa mengira kita jauh lebih cerdas


ketimbang orang lain hanya karena kita lebih sukses
secara akademis, misalnya, atau secara karier. Kemun­
gkinan besar, itu hanya karena ukuran kesuksesan tiap
orang berbeda saja.

34 35
IAN DU
BA G A
ct:
Framing Effe
nal
Kita tuh Rasio
Enggak, sih?

J
ika membaca kajian psikologi mengenai pen-
gambilan keputusan, apalagi dari riset-riset
yang dipopulerkan oleh Kahneman, sebenarnya kes-
impulan sementaranya adalah manusia itu tidak ra-
sional. Duh, maaf jika ini menghancurkan ilusi Anda
tentang rasionalitas manusia.

Apa, sih, sebenarnya yang disebut rasional? Sedikit


berbeda dengan pemahamanan awam, dalam kajian
psikologi di bidang pengambilan keputusan, yang
disebut rasional adalah apabila individu mengambil

39
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

Dalam salah satu di antara banyak riset semacam ini,


psikologi
an adalah ahli setiap partisipan riset diberi uang 50 dolar. Setelah
Daniel Kahnem putusan.
ngambilan ke
di bidang pe itu, partisipan diberi dua pilihan. Dia boleh bertaruh
os Tversky
ya bersama Am
Riset-risetn ih Nobel dengan uang itu dan menerima apa pun hasil taruh­
Kahneman mera
mengantarkan annya (bisa lebih banyak atau jauh lebih sedikit da­
02.
onomi pada 20
di bidang ek
ripada jumlah semula). Dia boleh juga memilih tidak
bertaruh, tetapi harus mengembalikan 30 dolar kepa-
da peneliti dan membawa pulang 20 dolar sisanya.

Informasi mengenai pilihan berikut konsekuensinya


keputusan paling optimal, yakni yang manfaatnya
ini lantas disampaikan dengan dua cara yang berbeda
jauh lebih besar ketimbang mudaratnya. Where the
kepada dua kelompok partisipan riset. Nah, ternyata,
benefit outweighs the cost/risk.
cara penyampaian yang berbeda memiliki dampak
Segala yang menyimpang dari itu, disebut irasional. yang berbeda pula pada keputusan para partisipan.
Meski ada pula ahli psikologi yang tetap mengang-
Sebanyak 62% partisipan memilih bertaruh dengan
gapnya sebagai rasional dalam batasan (bounded ra-
uang itu ketika pilihan yang diberikan adalah “berta-
tionality).
ruh atau kehilangan 30 dolar”. Hanya 43% partisipan
Sebagai contoh, secara rasional, orang seharusnya yang memilih bertaruh ketika pilihan yang diberikan
tidak terpengaruh diksi atau pilihan kata jika fakta adalah “bertaruh atau mendapatkan 20 dolar”.
yang ditunjukkan sama. Namun, riset-riset mengenai
Padahal, secara rasional, kedua kelompok partisipan
efek framing menunjukkan kenyataan yang berbeda.
sama-sama mendapatkan 20 dolar apabila tidak ber-
taruh. Namun, keputusan yang diambil jadi berbeda

40 41
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

karena pemilihan diksi yang berbeda. Inilah yang di­ Yang mengenaskan, tipe berpikir pertama ini sangat
sebut framing effect, atau efek pembingkaian (infor- banyak ragamnya. Ia bisa saja berbentuk non-pikiran
masi). seperti intuisi dan emosi tak sadar. Bisa juga berben-
tuk penalaran, tetapi sekali lagi, ini nalar yang bias,
Selain efek framing semacam ini, masih banyak la-
tidak mengikuti alur yang konsisten. Sementara, tipe
gi bias kognitif yang dapat membuat pengambilan
berpikir kedua ini hanya satu. Satu-satunya.
keputusan individu melenceng dari titik optimal.
Dengan kata lain, banyak sekali cara untuk sesat pikir
Para ahli psikologi di bidang pengambilan keputus­
dan hanya ada satu cara menggapai kelurusan pikir.
an merumuskan ada dua tipe berpikir. Ada yang me­
nyebutnya Sistem 1 dan Sistem 2. Sebagian ahli yang Tetapi, hidup kita toh baik-baik saja selama ini?
lain menyebutnya Tipe Satu dan Tipe Dua. Ada yang
Memang, untuk banyak hal, keputusan dengan meng-
menyebutnya Sistem Panas (Hot System) dan Sistem
gunakan Sistem 1 sudah cukup memadai. Misalnya,
Dingin (Cold System), atau sistem Intuitif dan Anali-
untuk menentukan baju mana yang hendak dipakai
tis. Sistem 1 adalah tipe proses mental yang sifatnya
hari ini, tidak perlulah kita menganalisis secara rumit
otomatis, tak terlalu disadari, tak perlu banyak upaya,
soal cost and benefit pilihan masing-masing. Cukup
tetapi sangat rentan bias. Sementara, Sistem 2 adalah
pakai intuisi saja: baju mana yang paling terasa sreg
tipe proses mental yang lebih lambat, perlu upaya le­
di hati.
bih keras, mengikuti aturan tertentu (misalnya aturan
logika) dan dilakukan dengan kesadaran penuh. Tipe Namun, ada juga saat-saat ketika kita perlu banget
kedua ini biasanya menghasilkan keputusan atau pe- menggunakan Sistem 2 untuk memberikan penilaian
nilaian yang kita sebut optimal atau rasional. atau mengambil keputusan. Misalnya, ketika hendak
mengambil keputusan mendukung atau tidak men-

42 43
Menyiasati Sesat Pikir

dukung sebuah aturan atau kebijakan politik ter-


tentu, mendukung RUU TPKS atau tidak, mendukung
penambangan batu di Wadas atau tidak. Mengapa?
id ak
Sadar atau T
Karena, taruhannya besar. Ada kesejahteraan banyak
orang dipertaruhkan di dalamnya. Contoh lain, ada-
lah ketika Anda hendak mengambil keputusan soal Sadar?
informasi mana tentang covid-19 yang Anda percaya.
Jika Anda salah mengambil keputusan, yang menja-
di taruhan adalah nyawa Anda DAN nyawa banyak
orang.

Oleh karena itulah, penting untuk mengetahui berba­

J
gai cara benak dapat menyesatkan kita. Harapannya, ika Anda adalah orangtua, Anda mungkin per-
tentu saja agar kita menjadi lebih berhati-hati dalam nah mengalami ini:
berpikir, menilai, dan mengambil keputusan/tindak­
an.[] Anak balita Anda yang sedang lapar atau mengantuk
akan marah-marah tanpa alasan yang jelas. Segala
yang kita lakukan untuk membantunya, serbasalah.
Ketika sang anak ditanya apa yang membuat dia ma­
rah, jawabannya akan sangat bergantung pada hal ter-
akhir yang terjadi padanya. Misalnya, bahwa teman­
nya baru saja mengambil mainannya atau hasil gam-
barnya tidak sesuai dengan yang dia bayangkan.

44 45
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

Manusia memang tidak selalu menyadari motif sejati nar merasakan emosi negatif serta memiliki alasan
perbuatannya. rasional dan logis mengapa pihak tertentu (misalnya
pasangan) mereka anggap telah melakukan tindakan
Jika Anda hendak mengelak dengan alasan contoh yang memicu rasa marah atau sedih mereka.
yang saya berikan hanya berlaku untuk anak-anak,
Anda tidak sepenuhnya benar. Anak-anak menja- Nah, dalam tingkat yang berbeda-beda, banyak hal
di ilustrasi hanya karena kita sebagai orang dewasa, dalam hidup manusia yang sebenarnya terjadi tan-
apalagi yang telah menjadi orangtua, sudah lebih me- pa kita benar-benar menyadari prosesnya. Misalnya
mahami penyebab sesungguhnya suasana hati si lima dalam mengambil keputusan soal moral. Para ahli
tahun yang tiba-tiba memburuk, sementara si anak psikologi moral menemukan bahwa dalam hal ini,
sendiri masih clueless, tidak tahu bahwa penyebab manusia sebenarnya mengandalkan intuisi, pro­
perasaannya yang mendadak galau dan kacau adalah ses tidak sadar. Nalar sadar hanya bertugas mencari
tubuhnya memerlukan tidur atau makan. pem­­benaran atau justifikasi dari hasil akhirnya. Jadi,
jangan-jangan, Sigmund Freud, sang legenda pendiri
Meski tidak terlalu jelas, hal semacam ini juga terjadi psikoterapi itu benar belaka. Jangan-jangan, memang
pada orang dewasa. Contoh gampangnya: mood kaum sebagian besar proses/hal yang terjadi dalam benak
hawa menjelang menstruasi. Pada masa seperti ini, manusia terjadi di alam bawah sadar, termasuk pro­
apa pun yang dilakukan pasangannya (bila si perem- ses penilaian dan pengambilan keputusan.[]
puan sudah punya pasangan, tentunya) terasa salah
atau menyebalkan. Meski berkat ilmu pengetahuan,
sekarang orang tahu ada yang namanya PMS atau pre-
menstural syndrome, yang mencakup mood naik turun
akibat hormon, yang sedang terserang PMS benar-be-

46 47
Keterbatasan Benak

Begini, meski mungkin ada istilah lain yang lebih


tepat, common sense paling lazim diterjemahkan se-

Akal Sehat
bagai “akal sehat” dalam bahasa Indonesia. Padahal,
sebenarnya, dalam literatur jurnal psikologi kogni-
vs tif, common sense sungguh berbeda dengan scientific

h
Berpikir Ilmia
thinking atau pola berpikir ilmiah.

Scientific thinking lebih cocok disebut sebagai “uncom-


mon sense”. Ini cara berpikir yang tidak biasanya, ti-
dak alamiah. Harus ada upaya sadar untuk mengem-
bangkannya. Harus ada kerja sistematis untuk mena-
namkannya di benak manusia.

S
aat mendengar istilah “berakal sehat”, orang Mengapa demikian?
umumnya akan merasa ini adalah hal baik. Se-
Dari sananya, otak manusia penuh dengan bias. Otak
cara umum, memang demikian. Lawan “sehat” itu
kita tidak berevolusi untuk mencapai kesimpulan
“sakit”, bukan? Tidak berakal sehat itu terdengar se­
atau mendapatkan jawaban seakurat mungkin. Seka-
perti ejekan untuk akal yang kurang sempurna atau
dar “kurang lebih benar” atau “yah, enggak keliru-ke-
mengalami gangguan. Dulu pun pernah ada kubu
liru banget” sudah cukup. Otak kita berevolusi untuk
politik yang dengan bangga menjadikan “akal sehat”
mengatasi kebutuhan sehari-hari yang kadang tidak
ini sebagai tagline pembeda dengan kubu seberang.
terlalu terkait dengan akurasi atau kebenaran ber-
Sebenarnya, tidak selalu, istilah akal sehat ini memi-
presisi tinggi. Itu sebabnya, kita kerap merasa seolah
liki makna yang baik.
sedang berpikir logis, padahal kenyataannya cuma se-

48 49
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

bicara fungsi pragmatis tertentu. Selama suatu pandangan


sebagai juru
Fungsi akal gi semua diterima luas oleh teman-teman sesama anggota grup
ng me nc ar i pembenaran ba
ya sadari
baik yang di WA kita, ia sudah bisa dibilang masuk akal. Pandang­
kepu­tusan kita,
pat dibaca an awam semacam itu adalah common sense.
up un ti da k disadari, da
ma The
than Haidt,
di buku Jona
. Menganggap bumi sebenarnya datar, bisa saja masuk
Righ­teous Mind
akal. Selama ribuan tahun sejarah umat manusia, itu
adalah common sense nenek moyang kita dan mereka
baik-baik saja.
dang menyusun pembenaran bagi intuisi atau keyak-
Selama anggapan bahwa pandemi ini hanya konspi­
inan kita.
rasi, dan membuat hati kita tenang, ya ngapain juga
Dalam scientific thinking, Anda dipaksa meragukan se- mencoba menambah wawasan mengenai cara pe­
gala intuisi serta keyakinan awal yang dimiliki. Anda nanggulangan pandemi dan cara kerja virus?
harus mengerahkan segala daya upaya untuk menguji
Benak sekadar tidak punya motivasi untuk pindah
keyakinan dan intuisi itu, lantas mengubah pendapat
ke sistem berpikir Tipe 2 yang analitis. Melawan in­
jika memang bukti mengharuskan. Dalam pola pikir
tuisi itu berat. Kebanyakan orang tidak akan mampu
ilmiah, falsifikasi lebih penting ketimbang justifikasi.
melakukannya sepanjang waktu. It’s depressing. Real-
Meski disiplin ilmu yang berbeda punya metode riset
ly. Seperti tidak pernah ada kepastian. Seperti di-PHP
yang berbeda, prinsip upaya meraih kebenaran den-
gebetan terus-terusan. Apalagi kalau harus mengubah
gan meminimalkan bias subjektif tetap sama.
keyakinan. Uh. Dikira tidak capek, apa, terus-menerus
Sebaliknya, dalam common sense, kebenaran bukan- meragukan dan mencoba menguji pandangan? Hi­
lah prioritas. Yang utama adalah soal memenuhi dup jauh lebih tenang apabila kita melihat fakta-fak-

50 51
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

ta yang sesuai dengan yang kita mau saja, bila kita tepat sih, atau minimal memilih setelan “publik” un-
mengikuti kata ustaz atau tokoh yang “adem” (adem tuk akun medsos tempat Anda mengumumkan pan-
karena tidak mengeluarkan kata-kata yang berten­ dangan tersebut. Jika itu Anda lakukan, alternatif
tangan dengan keyakinan atau pandangan kita). pekerjaan buat Anda jelas berkurang. Sudah, lupakan
saja melamar kerja di observatorium Bosscha yang
Ironisnya, segala laptop, ponsel, internet, yang dipa-
keren itu.
kai baik oleh mereka yang lebih percaya pada common
sense, pada teori konspirasi, maupun mereka yang Pada zaman Galileo Galilei, orang bisa hidup makmur
lebih memilih penjelasan ahli, bukanlah buah dari bahagia sejahtera penuh canda tawa meski berang­
common sense. gapan bumi ini pusat tata surya atau bahkan semesta.
Pandangan geosentrisme masih lazim pada zaman
Semua privilese Anda sekarang, mulai dari kesempat­
itu. Yang ada, malah Galileo harus menjalani hukum­
an cuap-cuap di internet sepuasnya, alat transporta-
an tahanan rumah sampai akhir hayat gara-gara me­
si yang Anda kendarai setiap hari, sampai teknologi
ngampanyekan dukungannya untuk pandangan heli-
yang memungkinkan fantasi mengenai time travel se-
osentris Kopernikus.
makin dekat adalah buah perjuangan panjang, lama,
dan berat para ilmuwan yang dengan susah-payah Berdasar common sense, geosentrisme sangat masuk
mencoba mengendalikan bias-bias mereka sendiri akal. Indra terbatas manusia hanya bisa mempersep-
agar bisa menelurkan satu demi satu lagi kemajuan si bumi sebagai tidak bergerak. Sementara, mataha-
teknologi. ri jelas-jelas bergerak menurut mata kita. Matahari
muncul dari timur dan tenggelam di barat. Perlu cara
Pada zaman sekarang, siap-siap saja kena bully ha-
berpikir tertentu, pengujian tertentu, alat-alat ter-
bis-habisan jika mengatakan matahari mengelilingi
tentu, bukti-bukti tertentu, yang kemudian membuat
bumi. Ya, itu jika Anda berada di lingkar sosial yang
umat manusia (dipelopori oleh ilmuwan zaman da-

52 53
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

hulu) untuk sedikit demi sedikit mengubah pandang­ penderita yang harus dirawat di rumah sakit, bahkan
an geosentris ini. meninggal dunia. Ini persis seperti para pengusung
common sense masa lalu sampai pada kesimpulan
Demikian pula soal bulatnya bumi. Oleh karena com-
bahwa bumi itu datar atau bumi merupakan pusat
mon sense adalah cara pikir awal kita sebelum di-
semesta dengan mengucapkan kalimat “saya lihat
latih menguasai nalar ilmiah, tak heran kaum yang
dengan mata kepala sendiri” atau “saya alami sendiri”
meyakini bumi datar akan selalu lahir dari generasi
sebagai argumen tertinggi.
ke ge­nerasi, tak peduli semaju apa pun perkembang­
an ilmu pengetahuan. Semua manusia terlahir naif. Sampai kapan kita begini terus?[]
Semua anak awalnya memilih memprioritaskan buk-
ti observasi langsung. Mata kepala kita mengatakan
bentangan bumi itu rata, tidak membulat. Kita per-
lu upaya sadar berupa konsumsi informasi dan cara
pikir yang tepat dalam sistem pendidikan berdurasi
cukup panjang untuk mengalahkan akal awam kita
(common sense).

Sayangnya, hingga saat ini, masih sangat banyak


orang yang lebih memilih bukti-bukti indrawi lang­
sung semacam ini. Masih banyak yang menolak ga-
watnya pandemi covid-19 misalnya hanya karena dia
tidak mengalaminya langsung, (“Saya sempat positif
covid, tapi baik-baik saja, tuh. Cuma seperti flu bi-
asa.”); mengabaikan data statistika soal banyaknya

54 55
Keterbatasan Benak

Fakta-fakta ini kadang menyebabkan orang membuat


prediksi berlebihan: anak akan mampu mempelajari
s:
Na ïve The orie segala sesuatu seorang diri tanpa upaya sistematis

ak-An ak
Benarkah An
dari orang dewasa untuk mengajarinya. Yang diper-
lukan hanya memaparkan mereka pada sebanyak
elajar
Adal ah Pemb mung­kin pengalaman dan kejadian yang dapat dija-

Alam i?
dikan sarana belajar. Sebagai seorang ibu pemalas, I
really wish it is that simple!

Namun, semakin lama mempelajari kognisi manu-


sia, semakin jelaslah bahwa tidak semua aspek pen-
didikan dapat dipelajari semudah kemampuan ber-

M
jalan dan berbicara. Berjalan dan berbicara adalah
ayoritas anak tidak perlu diajari untuk ber-
kemampuan standar yang berstruktur sangat biologis
jalan. Ketika tubuh dan mentalnya sudah siap,
pada spesies manusia. Tidak demikian halnya dengan
dia akan belajar berjalan dengan sendirinya.
kemampuan lain seperti pemahaman sains atau, bah-
Mayoritas anak juga tidak perlu belajar bahasa ibu se- kan, keterampilan menulis. Menulis bukanlah kegiat­
cara sistematis. Sekadar mendapatkan stimulasi be- an alamiah. Tulisan seperti yang kita kenal saat ini
rupa obrolan keluarga sehari-hari, celoteh kakak atau baru ada beberapa ribu tahun lalu, belum cukup lama
adik, sapaan ayah dan ibu, sudah cukup untuk meng­ untuk masuk dalam daftar kemampuan bawaan (de-
antarnya menguasai cara menyusun perta­nyaan-per­ fault) spesies kita.
tanyaan yang membuat ayah-ibu kebingungan men-
Banyak orang tampaknya secara tak sadar masih
cari jawabnya sebelum ulang tahun kelima.
menganut teori tabula rasa, menganggap anak terla-

56 57
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

lebih detail me­reka di dunia. Masalahnya, beberapa amatan ini,


Untuk pembahasan
n manusia bi
sa mungkin fungsional bagi si anak, tetapi tidak sesuai
banyak­nya kemampua
er Prize atau malah bertentangan dengan ilmu pengetahuan
finalis Pulitz
dibaca buku Blank
Pinker, The modern yang dibangun dengan me-
karya Steven of
dern Denial kanisme yang le­bih kompleks ketim-
Slate: The Mo
Human Nature. bang sekadar pengamatan sederhana
khas anak. Pandangan khas anak-anak
yang semacam ini kerap disebut se-
bagai naive theories. Ada naive biolo-
hir seputih kertas kosong, kertas yang dalam perjalan­ gy, naive psychology, naive physics, dan
an hidup akan ditulisi oleh pengalaman. Meski versi lain-lain. Pola pikir naif seperti ini tidak dengan mu-
hard-core pandangan ini sudah lumayan enggak nget- dah hilang bahkan dengan pendidikan formal, apala-
ren, versi halusnya masih sangat menguasai cara pan- gi jika para gurunya tidak punya pemahaman menda-
dang umum mengenai manusia. Padahal, riset-riset lam mengenai alternatif ilmiahnya.
mutakhir menunjukkan bahwa manusia terlahir de­
ngan membawa banyak kemampuan built-in, terma­ Contoh sederhana pertentangan teori naif dengan
suk kecenderungan untuk berpikir dengan cara tertentu teori ilmiah adalah fakta ilmiah bahwa bumi itu bu-
dan menuju arah tertentu. lat. Kebulatan bumi, tidak bisa dipahami hanya dari
peng­amatan sederhana dengan mata telanjang ala
Anggapan bahwa anak-anak adalah pembelajar ala- anak-anak. Bisa dibilang, anak-anak (yang belum
miah memang sedikit ada benarnya juga, sih. Mereka tersentuh ilmu pengetahuan, tentunya) adalah peng­
memang punya kemampuan membentuk teori-te- anut alamiah flat earth theory. Bagi mereka, bumi ini
ori sendiri dari pengamatan dan pengalaman hidup terlihat datar dan keyakinan bahwa bumi ini datar

58 59
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

bagi mereka tidak menimbulkan masalah apa pun kecenderungan manusia untuk menaruh prasangka
dalam kehidupan sehari-hari. pada orang di luar kelompoknya, sebenarnya adalah
mekanisme bawaan yang dihasilkan oleh kecende­
Teori naif baru menjadi masalah dalam tahap per­
rungan untuk menghindari patogen yang tidak fami-
kembangan selanjutnya. Misalnya, ketika anak mulai
lier, yang antibodinya belum dimiliki oleh kelompok
mempelajari berbagai hukum dan dalil fisika yang ti-
manusia tertentu. (Lihat juga bab “Kuman dan Kera­
dak intuitif, teori naif bisa menghambat pemahaman
gaman Budaya”.)
atau penguasaan terhadap materi-materi pelajaran
tersebut. Lebih parah lagi, ketika teori naif tak kun- Namun, tentu saja, saya mungkin terlalu berlebihan.
jung dikoreksi dan terbawa hingga dewasa, sehing- Barangkali, yang dimaksud oleh banyak orang keti-
ga akhirnya marak kita temui fenomena-fenomena ka mengatakan anak merupakan pembelajar alami
semacam flat-earthers. adalah bahwa keingintahuan merupakan karakteris-
tik alamiah anak yang sebaiknya tidak dipadamkan
Kasus gerakan antivaksinasi yang sangat kuat itu salah
dengan semena-mena oleh orang dewasa di sekitar­
satunya juga terkait dengan naïve theories. Sudah jadi
nya. Pendapat ini, tentu saja saya setuju. Meski mere-
bawaan manusia untuk merasa bahwa memasukkan
potkan, pertanyaan-pertanyaan anak perlu disambut
benda asing ke dalam tubuh adalah sesuatu yang ti-
dengan sukacita oleh kita semua karena itu adalah
dak semestinya dilakukan, dan bahkan sebaiknya
jalan menuju pembelajaran sepanjang hayat, dan
dihindari. Merujuk pada teori psikologi evolusi, hal
dengan demikian, pengoptimalan segala potensinya.[]
ini sebenarnya wajar. Selama jutaan tahun manusia
sudah mengembangkan berbagai mekanisme untuk
menghindari patogen, salah satunya dengan memi-
lah dan memilih hal-hal yang akan dimasukkan ke
tubuh. Bahkan, ada riset yang berhipotesis bahwa

60 61
Keterbatasan Benak

Ada yang menolak fakta tersebut dengan menganggap


bahwa rumah sakit memanipulasi data yang dilapor-
kan. Atau, lebih mantap lagi, menolak dengan tidak

Cognitiv e mempercayai semua pemberitaan media mengenai


covid-19 dengan alasan tidak ada media yang dapat
Dissonance dipercaya, semua hanya corong penguasa.

Intinya, merespons cognitive dissonance dengan meng­


ubah keyakinan awal adalah pilihan terakhir semua
orang.

Salah satu kasus cognitive dissonance awal yang di-

C
rekam pakar psikologi Leon Festinger adalah menge-
ognitive dissonance adalah perasaan tak nyaman
nai sebuah sekte yang meyakini ramalan bahwa akan
yang dirasakan ketika seseorang dihadapkan
ada alien yang datang menyelamatkan mereka dari
pada data atau fakta baru yang bertentangan dengan
kehancuran Bumi. Ketika tanggal ramalan itu tiba dan
keyakinan atau nilai-nilai awal. Untuk meredakan­
para pengikut sekte telah menunggu di tempat yang
nya, orang harus menyelaraskan antara apa yang di-
ditentukan, tetapi tak satu alien pun datang men-
yakininya (misalnya, bahwa pandemi ini cuma kons­
jemput, apakah mereka mengakui bahwa mungkin
pirasi) dengan fakta yang ada (tingginya angka pasien
ramalan atau keyakinan mereka keliru? Ternyata, ti-
covid-19 yang dirawat di rumah sakit dan angka ke-
dak. Mayoritas pengikut sekte tersebut menganggap
matian yang dirilis Kementerian Kesehatan). Demi
bahwa para alien tidak jadi mendarat di Bumi demi
melakukan itu, sungguh variatif menu yang disuguh-
memberi manusia kesempatan kedua untuk menye-
kan.
lamatkan Bumi. Dengan demikian, semangat keaga­

62 63
Menyiasati Sesat Pikir

maan mereka bisa dialihkan menjadi gerakan men-


jaga lingkungan yang militan. Jumlah pengikut sekte
itu akhirnya malah bertambah, bukannya berkurang

Availabilit y
setelah kejadian ramalan yang “gagal” tadi.

Heuristic
Demikianlah, semakin penting dan dalam suatu nilai
dan keyakinan, semakin besarlah cognitive dissonance
yang bisa dialami, dan akan semakin absurdlah cara-
cara yang ditempuh untuk meredakannya.
Itu sebabnya, dalam perdebatan agama atau politik,
saya lebih sering memilih diam dan mengamati. Yah,
daripada buang-buang energi, kan?[]

H
euristik atau jalan pintas kognitif ini pada
da­sarnya dilandaskan pada kecenderungan
bawaan benak untuk lebih memprioritaskan, dan de­
ngan demikian menganggap lebih penting, hal-hal
yang lebih mudah diingat ketimbang hal-hal yang
le­bih sulit diingat. Intinya, sesuai namanya: data
yang kita gunakan untuk membuat keputusan atau
penilaian adalah yang lebih tersedia (available) di
ingatan. Bias ini membuat kita cenderung membuat
penilaian atau kesimpulan berdasarkan peristiwa
yang paling baru, atau berdasarkan hal-hal yang lebih

64 65
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

mengesankan bagi kita atau yang lebih banyak dibe­ ia datang menyerbu tanpa diminta melalui umpan
ritakan di media. berita (newsfeed) atau lini masa media sosial. Padahal,
umpan berita atau kabar berita macam ini sudah sa­
Misalnya saja orang cenderung merasa bahwa trans-
ngat bias oleh algoritma situs atau mesin pencari yang
portasi udara lebih berisiko daripada transportasi
kita pakai; jauh dari keimbangan dan kenetralan.
darat semata karena berita-berita tentang kecelakaan
pesawat biasanya lebih heboh dan lama termuat di Kuat dugaan saya, banyak di antara mereka yang
media massa ketimbang kecelakaan mobil atau bus; haqqul yakin dengan kesimpulan di atas, dulunya ja-
atau, kematian karena penyakit jantung. rang atau, bahkan, mungkin tidak pernah, membaca
berita atau analisis politik di surat kabar konvensio­
Bias ini menjelaskan mengapa ada orang-orang yang
nal. Itu sebabnya, bagi beberapa orang, seolah-olah
sangat yakin bahwa pemerintahan saat ini sangat
baru di rezim inilah harga barang-barang mahal; ba-
buruk; jauh lebih buruk daripada rezim-rezim sebe­
ru di rezim inilah banyak korupsi, kolusi, nepotisme
lumnya. Meski mungkin ada bias kognitif lain yang
terjadi; baru di rezim inilah hukum tumpul ke atas ta-
berperan (seperti confirmation bias), availability bias
jam ke bawah; baru di rezim inilah ini itu yang jelek-
juga jelas punya andil di sini karena beberapa alasan.
jelek ada. Padahal, bagi mereka yang sudah sejak la-
Pertama, data mengenai kekurangan dan kelemahan
ma memperhatikan isu politik, ini bukan isu baru.
pemerintahan sekarang jelas lebih baru, lebih segar,
Semua rezim pernah mengalaminya dengan berbagai
lebih mudah diingat, ketimbang data mengenai ke­
levelnya.
kurangan dan kelemahan pemerintah-pemerintah
se­belumnya. Kedua, kemajuan teknologi di bidang Jangan-jangan, itu sebabnya pula, ada yang menge­
informasi membuat banyak orang yang sebelumnya nang rezim Soeharto dengan penuh kerinduan. Tidak
tidak terbiasa membaca berita politik menjadi terpa- perlu heran. Mungkin, kenangannya mengenai zaman
par berita politik. Informasi kini tidak perlu dicari, Soeharto memang indah. (Misal: sebagai zaman keti-

66 67
Menyiasati Sesat Pikir

ka berat badan masih ideal dan kulit masih kencang.)


Lagi pula, pada zaman Soeharto, berita-berita menge­
nai keburukan rezim bersirkulasi di bawah radar.
er
Dunning-Kru g
Lebih halus dan tersamar. Internet juga belum seperti
sekarang. Ya, jelas saja, banyak orang mengingat du­
nia politik saat itu sangat tenang, tidak hiruk-pikuk Effect
seperti saat ini, politisi sopan-sopan, ndak asal njeplak
seperti sekarang (padahal, ya, karena takut “dihilang-
kan”, sih, kalau berani macam-macam).

Jangan-jangan, availability heuristic ikut pula menye-


babkan sebagian orang begitu yakin bahwa Islam se-

P
lalu teraniaya, bahwa media hanya menyebut penge- embaca Enid Blyton pasti tahu bahwa kita bisa
bom atau pembunuh massal sebagai teroris jika dia membuat pesan rahasia dengan menggunakan
beragama Islam. air jeruk lemon sebagai tinta tak kasatmata (invisible
ink). Saya sendiri pernah ingin mencoba membuat
Jikalau Anda termasuk yang meyakini hal-hal ini, pesan seperti itu.
coba cek dahulu informasi yang Anda jadikan dasar
penarikan kesimpulan. Jangan-jangan, masalahnya Nah, seorang pria bernama McArthur Wheeler men-
cuma ingatan Anda kurang tajam atau bacaan Anda coba merampok bank dengan wajah dilumuri air je­
kurang luas?[] ruk lemon. Dia meyakini bahwa air jeruk tersebut
membuat wajahnya tak terlihat. Dia tidak memahami
cara kerja air jeruk sebagai invisible ink, tetapi tak sa-
dar bahwa dirinya tidak paham.

68 69
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

Kasus tersebut mengilhami serangkaian penelitian mang tampak sangat biasa, bersahaja. Mereka sebe-
oleh David Dunning dan Justin Kruger mengenai satu narnya bukan sedang sengaja menunjukkan keren­
lagi bias dalam cara berpikir manusia: benak manusia dahan hati. Mereka memang tidak menganggap diri
sulit menilai kemampuan mereka sendiri. terlalu tinggi. Semakin banyak yang mereka tahu, se-
makin mereka sadar bahwa masih banyak yang perlu
Orang-orang berkemampuan rendah biasanya punya
diketahui di dunia ini.
ilusi superioritas. Mereka mengira kemampuan me­
reka jauh lebih baik ketimbang kenyataannya. Me­ Di lain pihak, bias ini menjelaskan dengan baik peri-
reka merasa menguasai persoalan, padahal sesung- bahasa “tong kosong nyaring bunyinya”. Mereka yang
guhnya tidak. Mereka merasa tahu banyak tentang paling tidak kompeten biasanya sangat pede dengan
sesuatu, meski sebenarnya pengetahuan mereka ten- diri sendiri. Sebabnya, orang semacam ini tak punya
tang itu benar-benar nol, bahkan minus. Pokoknya, kemampuan, bahkan sekadar untuk menyadari keti-
jauh panggang dari api. daktahuannya.

Mereka yang berkemampuan tinggi juga kerap keli- Untuk mengetahui bahwa jawaban kita salah, kita
ru menilai kemampuan diri sendiri. Namun, sedikit perlu tahu dahulu ada jawaban lain yang benar. Un-
berbeda dari rekan mereka di persentil bawah, orang- tuk mengetahui bahwa pengetahuan kita mengenai
orang dengan kemampuan superior biasanya mengi- sesuatu masih sedikit, kita perlu belajar lebih banyak.
ra tugas yang mudah bagi mereka, pasti mudah pula
Moral of the story: jangan pernah berhenti belajar agar
bagi orang lain. Dengan kata lain, mereka menilai ke-
tidak terjebak Dunning-Kruger Effect di sisi yang bu-
mampuan mereka lebih rendah dari seharusnya.
ruk.[]
Bias ini menjelaskan mengapa orang yang benar-be-
nar pintar dan berpengetahuan luas biasanya me-

70 71
Keterbatasan Benak

Semua proses panjang melelahkan nan ribet ini ha-


rus ditempuh karena otak manusia SELALU kesulitan
menangkap bias yang dialaminya sendiri. Ada blind
spot, titik buta yang membuat kita tak mampu me­
ot
Bias Bl ind Sp nyadari bias-bias kita sendiri. Blind spot ini ada pada
diri semua orang, bahkan mereka yang pekerjaannya
meriset bias semacam ini, atau membuat status Fes-
buk tentang bias kognitif (ini saya, sih, hahaha).

Semua orang, termasuk orang-orang paling pintar se-


dunia, tidak lepas dari kecenderungan lebih mudah
mendeteksi bias pada diri orang lain ketimbang pa-

I
da diri sendiri. Itulah sebabnya, kita perlu orang lain
ni bias kesukaan saya. Ini bias yang menunjukkan untuk menunjukkan bias-bias kita. Kita butuh orang
betapa tak ada manusia yang bebas dari ancaman lain untuk mendeteksi celah dalam argumen kita,
bias kognitif. Ini juga bias yang membuat saya sema- kita perlu reviewer, peninjau, untuk menunjukkan
kin mantap mendukung demokrasi. Juga membuat kelemahan metode riset kita, kita perlu editor untuk
saya memahami mengapa mekanisme pembentukan menunjukkan salah tulis kita.
ilmu pengetahuan di dunia ilmiah begitu ribetnya:
mengapa artikel harus di-review dahulu oleh peneliti Lantas, apa hubungannya dengan demokrasi? Begini,
lain, mengapa harus ada publikasi naskah, mengapa sependek pengetahuan saya, demokrasi adalah sistem
data dan metode harus di-jembreng sedetail dan se- pemerintahan yang paling memungkinkan kita saling
jelas mungkin, dsb., dst. mengoreksi karena semua orang, semua warga, secara
teoretis punya kedudukan yang sama.

72 73
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

efek merusak
caan mengenai dalam Pemilu 2019; ada KPU, ada Bawaslu. Belum
Salah satu ba artikel dala
m
aan adalah
dari kekuas it y Ps yc ho lo gy lagi mekanisme penghitungan yang berjenjang. Da-
and Personal
jurnal Social ts (or Does
ud ul “Power Corrup ta diperiksa dari tingkat TPS, lalu berangsur-angsur
Compass berj the Boundary
amination of
It?): An Ex al Effects of naik ke kelurahan, kecamatan, terus begitu sampai
the Antisoci
Conditions of evor A.
wer” karya Tr pusat. Setiap selisih angka dan keberatan diupayakan
Experienced Po hi zo la , dan
is Chig untuk diselesaikan di tingkat terbawah. It’s a great al-
Foulk, Nicola
Gilad Chen. beit long, complicated, and tiring process.

Masih penuh kekurangan? Ya, wajar; birokrat dan


Tahu sendiri, kan, betapa kekuasaan dan kepenting­ pejabat juga punya bias blind spot. Apalagi dalam
an dapat merusak individu dan memunculkan bi- mengurusi jutaan orang dengan kepentingan dan
as-biasnya sendiri? Jadi, apabila kekuasaan hanya pemikiran berbeda-beda. Tinggal manfaatkan segala
dipegang oleh satu individu atau satu kelompok se- saluran yang ada untuk mengingatkan, memberikan
cara mutlak, kita yang tidak termasuk kelompok itu, kritik serta saran, dan, kalau perlu, malah silakan
ya, siap-siap tertindaslah. Lha wong dengan sistem perkarakan secara hukum dan turunkan. Tapi, jangan
demokrasi seperti ini saja masih banyak kesenjangan, lupa untuk terus mendengarkan berbagai sudut pan-
masih banyak yang tertindas (meski masih mending dang dan masukan karena, jangan-jangan, kita juga
ketimbang alternatifnya seperti monarki absolut atau menyimpan bias tertentu yang tidak kita sadari. Ja­
fasisme). ngan-jangan, realitas tidak seperti yang kita percayai
…. Keyakinan itu juga musti dikalibrasi sesekali, lho.[]
Sistem demokrasi (yang tidak terlalu saya kuasai, ja-
di mohon koreksinya jika ada salah), sejauh pema-
haman saya, selalu berusaha membuat mekanisme
untuk saling mengawasi. Lihat saja “kepanitiaan”

74 75
Keterbatasan Benak

adalah juga manusia-manusia yang kompleks, di-


dorong oleh motivasi yang beragam, memiliki peng­

Outgroup
alaman hidup dan prioritas yang berbeda-beda. Kita
sulit memahami bahwa dalam kubu seberang, para

Homogeneity anggotanya mungkin sepakat dalam sebagian hal,


tetapi tidak sepakat dalam hal lain. Kita lupa bah-
Eff ect wa mereka mungkin sama persis dengan kita dalam
segala hal, kecuali hal yang menjadi garis pembelah
kubu. Kita lupa bahwa mereka yang mengkritik pe-
merintah, misalnya, tidak semua adalah pembenci
pemerintah yang ingin menyaksikan negara ini gagal.

S
udah sering saya ceritakan bahwa secara otoma­ Jauh lebih mudah melihat keragaman kelompok ki-
tis, benak kita selalu mengategorisasi orang se- ta sendiri. Jadi, ketika misalnya kubu pengkritik di-
bagai: kelompokku (ingroup) dan bukan kelompokku tuduh dengan stereotip “tidak bisa melihat niat baik
(outgroup). Dasarnya bisa apa saja, dari sekadar pe­ peme­rintah”, anggota kubu tersebut akan menerta­
nyanyi favorit sampai suku dan agama, bahkan per- wakan si penuduh karena tidak bisa melihat bahwa
bedaan pendapat dalam suatu isu. di dalam kubu ini ada orang-orang “yang memikirkan
bangsa ini dengan cara yang berbeda”. Namun, tak be-
Ketika kategorisasi ini terbentuk, ada efek lanjutan rapa lama, mungkin orang yang sama akan membuat
yang terjadi: kita cenderung menganggap outgroup posting­an medsos menyamaratakan kubu pembela
lebih homogen ketimbang ingroup. Kita sulit mema- pemerintah sebagai “kalangan kelas menengah nge-
hami bahwa mereka yang tidak sekubu dengan kita

76 77
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

he” atau “buzzer”. Yah, begitulah. Saling lempar ste- Kita seperti tidak kunjung belajar dari pengalaman
reotip tanpa henti. pembelahan cebong dan kampret di masa pilpres
yang lalu.
Persepsi keseragaman atau homogenitas outgroup
ini jugalah yang lantas membuat teori konspirasi Sok netral? Tidak ..., tetapi memang berusaha netral.
lebih mudah diterima. Sekumpulan manusia yang Netralitas itu sungguh penting untuk menjaga kewa­
ho­mogen akan lebih mudah digerakkan oleh motif rasan, juga untuk mencapai keputusan yang paling
tung­gal semacam uang atau kekuasaan ketimbang optimal.[]
manusia-manusia dengan beragam kepribadian dan
kepentingan, bukan?

Namun demikian, harus diakui, memang tidak mudah


menerima perbedaan. Apalagi jika sudah me­nyangkut
politik, identitas, atau hal-hal yang terlalu kita cintai
atau kita benci. Emosi memang membutakan. Kita si-
buk mencerca yang berbeda, melupakan persamaan
yang mungkin ada. Padahal, manusia terlalu rumit
untuk dijelaskan hanya dengan satu atau dua kata si-
fat, untuk dikelompokkan dalam satu atau dua kate-
gori, untuk dikaitkan dengan satu atau dua identitas
saja.

78 79
Keterbatasan Benak

dengan tujuan awal mekanisme itu tersusun: intole­


ransi terhadap manusia lain.

Per kara
Dari kebutuhan untuk merekatkan hubungan antar-
manusia, muncul mekanisme loyalitas pada kelom-

Intoleransi
pok. Keberadaan mekanisme perekat kohesivitas ke­
lompok macam ini sangat penting bagi kelangsung­
an hidup karena, dahulu kala, kondisi terpisah atau
dikucilkan dari kelompok dapat membuat manusia
lebih rentan diserang (dan kalah melawan) predator
yang secara fisik lebih kuat, semacam harimau atau
beruang. Jutaan tahun hidup seperti ini tak pelak

P
membuat manusia menumbuhkan mekanisme psi-
ernahkah terlintas di benak Anda mengapa in-
kologis semacam konformitas (lebih baik nurut sesa-
toleransi sepertinya semakin marak di Indone-
ma manusialah daripada dimakan harimau), kesedih­
sia? Pencarian dalam literatur psikologi dengan di-
an, bahkan kepedihan tiada tara ketika kita merasa
pandu pertanyaan itu mengantarkan saya pada pene­
sendiri dan terkucilkan dari lingkungan sosial, ser-
muan ini: manusia adalah makhluk sosial. Saya tahu
ta kecenderungan tak sadar untuk selalu mengikuti
ini bukan kabar baru. Yang baru, minimal bagi saya,
arah­an kelompok yang menjadi identitas sosial kita.
adalah fakta bahwa kebutuhan kita untuk berelasi
dengan manusia lain membuahkan mekanisme-me- Perlu diingat, loyalitas kelompok ini tak selalu me­
kanisme psikologis tertentu yang dapat menghasil- lekat pada etnisitas. Ia melekat pada segala macam
kan sikap yang secara superfisial terasa kontradiktif iden­titas sosial. Ia bisa melekat pada identitas keaga­
maan, identitas rasial, identitas kedaerahan.

80 81
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

Loyalitas ini memunculkan hal-hal baik, sebenar­


mpak
mengenai da
nya. Ia memunculkan empati dan altruisme pada Untuk bacaan
kelompok
pingan psikologi
se­sa­ma anggota kelompok. Namun, sayangnya, seba­ sam­ ikkan
dengan menget
gaimana terekam dalam berbagai riset mengenai bisa dimulai
p paradigm” di
psikologi kelompok, identifikasi pada satu kelompok “minimal grou
ogle Scholar.
ini membawa dampak sampingan. Orang jadi cende­ Google atau Go

rung menganakemaskan kelompoknya sendiri dan


mendiskriminasi kelompok lain dalam banyak hal:
dalam mengevaluasi suatu berita, dalam menilai
suatu kejadian, dalam mengalokasikan sumber daya Religion. Haidt menyebut ini sebagai hive psychology
yang ada, dan sebagainya. atau psikologi kerumunan/gerombolan.

Menariknya, nyaris semua mekanisme otak yang Mekanisme psikologi kelompok juga membuat orang
menghasilkan keputusan atau tindakan ini bisa dibi­ cenderung memberikan stereotip dan memandang
lang terjadi di luar kesadaran kita. Kita tidak dengan outgroup atau kelompok lain sebagai lebih homogen
sengaja atau penuh kesadaran melakukan ini. Nalar daripada seharusnya. Hal negatif dalam diri seorang
kita dengan cerdik memberikan pembenaran untuk anggota kelompok cenderung dianggap merepresen-
semua hal yang kita lakukan itu, untuk semua bias tasikan keseluruhan kelompok. Beberapa koruptor di
kita dalam memandang liyan, memandang mereka kelompok lain dijadikan bukti bahwa seisi kelompok
yang bukan bagian dari kita, sebagaimana diulas pan- tersebut memang tidak bermoral, sementara bebera­
jang lebar oleh Jonathan Haidt, seorang ahli psikologi pa koruptor dalam kelompok kita diberi keistimewa­
yang mendalami soal moral dalam bukunya The Righ- an benefit of the doubt “jangan dihakimi dulu sebelum
teous Mind: Why Good People Are Divided by Politics and pengadilan memutuskan bersalah”, sebaiknya “di­

82 83
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

ingatkan dengan baik-baik”, dan dianggap sebagai Kecenderungan berkubu dan mengalami intergroup
sekadar penyimpangan, sekadar “oknum” yang tak bias semacam ini tak berkorelasi dengan inteligensi.
mewa­kili keseluruhan kelompok. Bias kognitif secara umum memang juga tak menge­
nal tingkat pendidikan.
Kita kerap melupakan bahwa di dalam kelompok lain
pun, selalu ada keragaman, selalu ada individu-indi- Lantas bagaimana solusinya? Apakah itu berarti tak
vidu dengan keunikan dan kemandiriannya ma­sing- ada yang bisa diperbuat untuk menahan laju penye-
masing. Persis seperti di dalam kelompok kita sendiri. baran intoleransi? Apakah itu artinya kita harus me­
nyerah dan pasrah?
Mekanisme-mekanisme psikologis semacam ini lebih
melandasi sikap intoleransi ketimbang apa isi ideolo- Jangan khawatir. Sebenarnya solusi tetap ada. Hanya,
gi atau keyakinan kelompok masing-masing. Artinya, jangan berharap hasilnya akan terlihat dalam waktu
mencoba melawan intoleransi dengan memberikan singkat. Mengatasi toleransi seyogianya juga bukan
wacana tandingan yang diposisikan secara diametral hanya diupayakan dengan satu macam cara. Seperti
tak akan banyak berguna karena upaya macam ini halnya upaya menyembuhkan penyakit fisik: ada obat
hanya menegaskan identitas kelompok. Ketika seseo- atau terapi yang ditujukan untuk mengatasi akar per-
rang merasa identitasnya terancam, kemampuan pe- masalahannya, ada pula obat dan terapi yang dituju-
nalaran malah akan lebih dikerahkan untuk mencari kan untuk mengatasi gejala-gejalanya saja guna me­
cara guna meneguhkan identitasnya sendiri. Alih- ringankan penderitaan sang pasien selama menung-
alih berpindah ke kubu sebelah atau mencoba me- gu kesembuhan. Dalam banyak kasus, dua-duanya
mahami posisi kubu yang berbeda, dia akan semakin harus dilakukan. Seperti itu pulalah upaya mengatasi
tenggelam dalam upaya pembenaran posisi kubunya intoleransi.
sendiri.

84 85
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

Upaya-upaya yang kita lakukan selama ini, seperti ke- terpretasi, pilihan reaksi yang dapat diambil, meski—
tika kita mengajukan salah satu kelompok Islam un- karena akar masalahnya bukan pada aspek kognitif—
tuk menjadi alternatif Islam yang lebih damai, belum masalah belum selesai di sini.
dapat disebut sebagai mengatasi akar permasalah­
Upaya penegakan hukum untuk kasus-kasus intole­
an dari sudut pandang psikologi kelompok. Bahkan,
ransi yang sudah mengarah pada persekusi dan ke-
strategi ini dapat semakin memperuncing perbedaan
kerasan juga tetap perlu dilakukan. Meskipun tidak
yang membuat semua kubu memiliki kebutuhan un-
mengurai akar permasalahan, jika upaya-upaya ini
tuk kian menegaskan identitas kelompoknya ma­sing-
tak dilakukan, penyakit intoleransi bisa semakin pa­
masing. Pembenturan satu kelompok Islam dengan
rah dan tak tertanggungkan.
kelompok Islam lainnya mengaktifkan segala meka­
nisme psikologi kelompok yang sudah disebutkan se- Sementara itu, kita harus mulai mengalokasikan
belumnya. Yang dihasilkan adalah pikiran outgroup vs e­nergi dan perhatian pada upaya mengatasi akar per-
ingroup di kedua belah pihak, yang mengantarkan pa- masalahan sikap intoleransi. Jika akarnya memang
da sikap dan perbuatan yang cenderung menganak­ adalah kecenderungan psikologis yang diakibatkan
emaskan ingroup serta menganaktirikan outgroup. bias berpikir alamiah manusia, maka sikap kritis,
Kita terancam melupakan individualitas, keragaman, ke­mandirian berpikir, dan kebiasaan berefleksi me­
bahkan kemanusiaan dalam upaya semacam ini. rupakan hal-hal yang penting dikembangkan sejak
dini supaya makin banyak orang yang memiliki ke-
Memang, selama dilakukan dengan cara yang tak
mampuan keluar dari jebakan berpikir kelompok.
sediametral membenturkan kelompok satu dengan
Namun, pertanyaan tentang bagaimana cara menca-
kelompok lain, mengajukan wacana alternatif cukup
pai hal-hal ini adalah pertanyaan yang musti dijawab
berguna untuk mengatasi gejala intoleransi. Secara
dengan deretan artikel dan tulisan yang berbeda dari
kognitif, individu diberi pilihan wacana, pilihan in-
berbagai sudut pandang keilmuan. Ini persoalan ber-

86 87
Menyiasati Sesat Pikir

sama, maka bersama-sama pulalah seyogianya kita


mencoba mengatasinya.[]

Batas
Fiksi da n b
Alt ruisme

altruisme/al·tru·is·me/ n 1 paham (sifat) lebih


mem­perhatikan dan mengutamakan kepentingan
orang lain (kebalikan dari egoisme); 2 sikap yang
ada pada manusia, yang mungkin bersifat naluri
berupa dorongan untuk berbuat jasa kepada ma-
nusia lain

E
ntah orang lain, tetapi saya dulu sering berta­
nya-tanya: bagaimana mungkin seorang tetang-
ga yang dikenal santun dan religius ternyata juga
seorang pengebom bunuh diri? Mengapa ada orang
Indonesia demikian gigih membela nasib warga Pa­

88 89
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

lestina, tetapi tak peduli pada nasib warga Ahmadiyah mekanisme psikologi kelompok. Mereka yang diang-
dan Syiah yang terlunta-lunta di negara sendiri? gap ingroup hampir selalu dianggap lebih berharga
daripada mereka yang dianggap outgroup. Bagaima-
Mempelajari ilmu psikologi kembali menyadarkan
na benak kita memilah mana ingroup dan mana out-
saya bahwa manusia tidak dilahirkan sebagai moralis
group?
yang utilitarian, yang memberi nilai dan derajat yang
sama pada semua manusia. Altruisme kita bukan tak Salah satu ahli psikologi kenamaan dalam hal pra­
terbatas. Toh, memang kita tak mungkin membantu sangka, Gordon Allport, mengatakan bahwa benak
atau menyelamatkan semua orang. Kita sering sekali manusia secara otomatis mengategorisasi. Kategori
harus memilih, membuat prioritas. Dalam memilih termudah adalah berdasar yang kasatmata: warna ku-
dan membuat prioritas ini, ternyatalah bahwa kita lit yang berbeda, kebiasaan yang berbeda, etnis yang
tak memberi nilai yang sama untuk semua nyawa. Ji- berbeda, dan sebagainya. Namun, ada pula kategori-
ka diberi pilihan antara menyelamatkan nyawa seo- sasi lain yang lebih abstrak berdasar negara, ideologi,
rang anak yang tak dikenal dan nyawa anak kandung- agama, atau entah kategori apa lagi yang diciptakan
nya, kira-kira apa yang akan dipilih seorang individu? benak kita.
Apakah dia akan memberikan nilai yang sama kepa-
Manusia terlahir dengan kemampuan altruisme ter-
da kedua nyawa manusia itu? Semua orang tua tahu,
batas. Seorang ibu disiapkan secara alamiah dengan
jawabannya adalah tidak.
bantuan hormon-hormon untuk bersikap altruis ke-
Apa yang membuat nyawa satu orang lebih berharga pada anak-anaknya. Rata-rata manusia pun masih
daripada yang lain? mampu menunjukkan simpati dan altruisme yang
alamiah kepada kerabat terdekatnya. Untuk memper-
Selain hubungan darah seperti dalam kasus orang
luas jangkauan altruisme, diperlukan formulasi pem-
tua dan anak tadi, hal lain yang berpengaruh adalah
benaran yang untuk mudahnya akan kita sebut fiksi.

90 91
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

Fiksi yang perlu. Fiksi yang berguna. Kita jadi merasa Dengan demikian, tidak mengherankan, ada orang-
bersaudara dengan teman-teman satu organisasi dan orang yang terlihat baik, ramah, suka menolong kepa-
mampu lebih berempati kepada mereka, misalnya, da sesamanya, tetapi bisa bertindak sedemikian keji
atau kepada mereka yang tidak punya pertalian darah kepada manusia-manusia yang mereka persepsikan
tetapi lahir dan hidup di area dalam cakupan peme­ sebagai berbeda, entah apa pun garis batas yang me­
rintahan yang sama, entah kampung atau negara. reka tarik: ideologi politik, agama, kepentingan, atau
kesukuan.
Kadang, jangkauan altruisme yang dimunculkan oleh
fiksi berupa identitas kelompok itu bisa sedemikian Dalam mekanisme psikologis semacam ini, tak ja-
luas hingga melampaui batas negara. Orang dapat rang mereka yang di luar kelompok dipersepsi hanya
berempati kepada individu lain yang berbeda jenis sebagai data statistik atau sosok-sosok abstrak yang
kelamin, usia, etnis, kewarganegaraan, tetapi selama entah apa, nyaris bukan manusia. Oleh karena itu,
dasar altruisme atau moralitasnya adalah kategori- ketika mereka melakukan kekejian kepada outgroup,
sasi kelompok tadi, altruisme yang muncul tetaplah mereka tak menganggap diri mereka tengah berbuat
terbatas. jahat. Hal ini nyata sekali misalnya pada kasus-kasus
persekusi terhadap kelompok yang dianggap menye-
Apabila dasarnya adalah identitas keagamaan, maka
bal dari agama Islam, seperti Syiah dan Ahmadiyah.
altruisme dan empati berhenti di garis batas agama
Jadi, ya, manusia memang kompleks. Jahat dan baik
yang berbeda. Jika dasarnya adalah identitas kebang-
kadang-kadang bukan soal kualitas inheren dalam diri
saan, maka altruisme dan empati berhenti di garis ba-
seorang individu, melainkan soal garis mana yang Anda
tas bangsa yang berbeda. Bila dasarnya adalah iden-
tarik untuk meneguhkan identitas diri.[]
titas politik, maka altruisme dan empati berhenti di
garis batas ideologi politik yang berbeda.

92 93
Keterbatasan Benak

dari satu, bayi terlahir dengan keunikan masing-ma­


sing. Ada yang cuek, ada yang manja. Ada yang su-
ka digendong, ada yang tidak. Intinya, anak terlahir
an
Prasangka d
dengan membawa kecenderungan tertentu. Salah
sa­tu yang hendak saya bahas adalah kecenderungan
Anak-Anak melakukan kategori sosial. Ini adalah akar stereotip
dan prasangka.

Riset demi riset menunjukkan bahwa kategorisasi so-


sial adalah fitur built-in dalam diri manusia. Anak di
bawah lima tahun sudah dapat melakukannya. Me­
reka sudah mahir membedakan dan (ini yang perlu

A
diperhatikan) punya preferensi pada manusia yang
da yang menganggap anak kecil tak mungkin
sama dengan mereka, misalnya dalam hal gender
berprasangka atau bersikap rasis. Mungkin, ini
atau warna kulit.
juga terkait soal perspektif tabula rasa yang sudah di-
bahas sebelumnya. Banyak orang masih menganggap Bisa dibilang, ini kecenderungan alamiah manusia.
bahwa apa pun yang nantinya ada pada diri anak, en- Dengan “alamiah” apakah berarti saya mengatakan
tah itu sikap, perilaku, atau kepribadian, pasti timbul rasisme atau diskriminasi berdasar stereotip sosial
gegara pengaruh lingkungan, entah itu pola asuh atau itu sah? Tidak. Dengan “alamiah”, saya mengatakan
hasil meniru orang dewasa di sekelilingnya. bahwa ini kecenderungan yang sifatnya instingtif,
naluriah, sesuatu yang terjadi di luar kendali sadar
Namun, pandangan ini tak sepenuhnya tepat. Seba­
manusia.
gaimana diketahui para ibu yang punya anak lebih

94 95
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

gka
ntang prasan
Dua bacaan le
bih lanjut te
ak -a na k: mengatasi insting dasarnya dan merengkuh sikap
pada an
sasi sosial
dan kategori s an d Intergroup sosial yang tidak melulu berdasar prasangka dan ste-
pe ri en ce
“Childhood Ex rya Allison
L.
Biases among
Children” ka
la m
reotip.
ltzoff da
Andrew N. Me
Skinner dan cy Review serta
d Po li
Social Issues
an Nah, di titik ini, tugas kitalah sebagai orang dewasa
of Prejudice,
buku Handbook tion untuk menciptakan lingkungan yang memadai ba-
and Discrimina
Stereotyping,
.
karya Todd D.
Nelson gi anak-anak agar terus meningkatkan kemampuan
mengelola proses-proses mentalnya ke arah yang le­
bih positif. Salah satunya adalah kemampuan untuk
Di awal hidupnya, manusia sepenuhnya mengandal- menindas prasangka dan stereotip kelompok supaya
kan insting bawaan. Tanpa perlu kemampuan berpi­ dapat semakin baik berinteraksi dengan semakin be-
kir sadar, bayi-bayi bisa memanipulasi lingkungan ragam kelompok manusia.[]
agar kebutuhan dasar seperti makan dan tidur ter-
penuhi. Barulah seiring bertambah usia, sedikit demi
sedikit kemampuan kognitif berkembang dan mereka
tak selalu mengandalkan insting dalam bertindak.

Kecenderungan kategorisasi sosial dan preferensi in-


group ini mencapai puncaknya di sekitar usia 7 atau
8 tahun dan dapat menurun seiring anak bertambah
usia. Artinya, seiring bertambah usia dan semakin
matang otak, dalam lingkungan yang tepat (misal­
nya lingkungan yang cukup diwarnai interaksi positif
antarkelompok sosial), anak akan semakin mampu

96 97
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

beranggapan bahwa perempuan tidak berjilbab itu


non-Islam.

Ya, enggak bisa begitu. Kita enggak berhak menilai iman

Stereotip
orang lain. Ga boleh nuduh-nuduh sembarangan!

Lha, memang kenapa kalau dianggap non-Islam? Bi-


asa saja, ah. Tidak lebih rendah, tidak pula lebih ting-
gi. Itu cuma kategori yang berbeda. Dan, saya tidak
merasa tersinggung karenanya. Itu sama saja dengan
dikira orang luar Jawa, ternyata Jawa; dikira anak Fil-
safat, padahal Psikologi. Dikira kaya, padahal kere. Ya,
gitu, deh.

S
uatu waktu, saya membaca di Twitter soal peng­
alaman dikira non-Islam karena tak berkeru- kategorisasi sosial itu untuk
Lagi pula, saya paham
dung. Saya juga pernah. Akan tetapi, alih-alih ter­ memudahkan benak berpikir. Belum tentu dilambari
singgung dan merasa masyarakat sungguh judgmen- motif negatif macam-macam. Kategorisasi otomatis
tal, saya dulu merasa lucu saja; seperti: yee, salah, ya? macam ini memudahkan kita untuk memperlakukan
Hahaha. orang sesuai kategorinya: kalau Islam, ya berarti bakal
berpuasa pada bulan Ramadan, akan mengambil jeda
Tidak merasa terganggu? Tidak. Soalnya, saya tahu pada waktu-waktu salat, tak boleh disuguhi babi, dsb.
bahwa kategorisasi sosial yang jadi pangkal stereotip Jika non-Islam, ya, berarti dia tak ikut aturan itu dan
itu tak terhindarkan. Di masyarakat yang kebanya- harus dihargai sesuai dengan aturan yang berlaku un-
kan muslimah berjilbab, ya wajar jika ada orang yang tuk agamanya.

98 99
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

Perilaku demikian menghemat waktu berpikir karena orang musti diapakan?; aku harus gimana, ya?; apa
dari kategorisasi sosial macam ini, rentetan asosiasi yang mau diomongkan?; bagaimana cara ngomong­
terkait juga muncul seketika di otak. Cepat. Gampang. nya? Berpikir seperti begini sangat melelahkan, capek
Tidak memakan waktu dan energi. Membuat kita mu- banget. Saya tahu, soalnya itu standar saya berpikir se-
dah menyiapkan langkah selanjutnya. bagai individu hipersensitif baperan, huhuhu.

Coba bayangkan kerumitannya jika kita berpikir ter- Jika tidak boleh mengasumsikan dari tampilan luar,
lalu terbuka dalam arti sama sekali tidak memanfaat- bagaimana cara kita mengetahui seperti apa perlaku­
kan kategorisasi simpel (yang harus diakui kadang an terbaik untuknya?
memang menyesatkan) seperti ini.
Mau tidak mau, kita akan harus melakukan banyak
Dia pakai jilbab, tetapi dia bisa saja bukan orang Islam sekali percakapan, dialog mendalam, untuk mengeta­
karena ada juga orang Yahudi dan Kristen yang me- hui sosok seperti apa dia. Butuh waktu lama, pasti. Itu
makai jilbab. Terus, sebaiknya, dia ditawari makanan baru untuk satu individu. Apa iya, kita mampu me­
yang mengandung babi, atau enggak, ya? lakukannya untuk semua orang yang kita temui da-
lam hidup kita?
Dia kelihatan seperti orang Indonesia, tetapi mung­
kin tidak perlu diajak bicara karena jangan-jangan Meski sejujurnya itu adalah sikap ideal, sebagai ma­
dia hanya orang asing yang berpenampilan seperti nusia biasa, saya rasa mustahil melakukannya se­
orang Indonesia dan tidak paham bahasa Indonesia. pan­jang waktu pada semua orang. Kita hanya bisa
me­lakukan penggalian mendalam untuk sebagian
Ketika kita tidak dapat mengasumsikan keyakinan,
orang. Untuk mereka yang benar-benar worth the time
kesukuan, kebangsaan, atau beberapa informasi da­
and energy. Untuk mereka yang kita cintai, untuk me­
sar lain secara cepat, jauh lebih sulit menentukan ini

100 101
Menyiasati Sesat Pikir

reka yang kita pedulikan, untuk mereka yang meme­


ngaruhi hidup kita (bos kita, misalnya).

f
Psycho logy o
Untuk sisanya, I bet we all resort to some sort of stereo-
types once in a while, sesekali kita mengandalkan ste-

Fear
reotip. And, it’s okay. Selama kita tahu bahwa stereotip
itu mungkin salah, selama kita sadar bahwa it’s just
for the sake of practicality. Selama kita bersedia me­
ngoreksinya dari waktu ke waktu. Selama kita terbu-
ka untuk menyempurnakan pemahaman seiring kita
mengenal seseorang.

P
Saat kita tahu bahwa kita juga ternyata menyimpan
ernah merasa begitu takut sampai otak rasanya
stereotip, langkah logis selanjutnya adalah meneri-
tak bisa berpikir?
ma bahwa sesekali kita akan menjadi korban stereo-
tip. Akan tetapi, selama stereotip itu tidak sampai Emosi takut termasuk emosi paling kuat, paling tua.
berkembang menjadi perlakuan diskriminatif yang Rasa takut bisa memicu reaksi fight or flight, lawan
menghalangi hak-hak sebagai manusia, saya kok atau lari. Ini respons dasar. Yang mengalami tak ha-
merasa, ya sudahlah ya …. nya manusia, tetapi juga primata lain, bahkan verte-
brata, atau mungkin organisme lain.
Bagaimana menurut Anda?[]
Dalam mode fight or flight, aliran darah ke tempat
lain, semisal otak, dialihkan ke otot. Ini fungsinya
untuk menambah kekuatan otot jika kita harus lari

102 103
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

menyelamatkan diri atau melawan secara fisik. Gu- nculkan reaksi-reaksi cepat, intuitif, bermuatan emo-
la darah dan lemak juga segera diusung ke otot demi si, tanpa pikir panjang.
menambah kekuatan fisik. Pendengaran dan pengli-
Dalam situasi macam ini, hanya mereka yang punya
hatan pun jadi sangat terfokus pada hal yang diang-
keterampilan mengendalikan emosi yang bisa meng­
gap mengancam. Individu jadi buta dan tuli sementa-
atasi dorongan perilaku yang dimotivasi perasaan ta-
ra pada hal lain. Pokoknya, energi tubuh benar-benar
kut. Ya, kemampuan mengendalikan emosi itu sangat
dipusatkan hanya untuk mengatasi hal yang diang-
penting.
gap mengancam.
Begitu pula dengan kemampuan mengenali framing
Ada satu riset yang pernah saya baca, yakni mengin-
berita atau status media sosial yang berusaha menye-
duksikan rasa takut pada orang-orang yang sebe-
tir emosi kita ke arah tertentu; terutama ke arah ke-
narnya mengaku berhaluan politik liberal. Akibat­
nya, mendadak pandangan mereka pada beberapa isu
takutan. Begitu rasa takut berkuasa, kemampuan
politik menjadi sangat konservatif. Pandangan bahwa
ber­pikir kritis terhalangi. Kemampuan kita mengam-
bil keputusan atau membuat penilaian dengan bijak
dunia ini tempat yang tidak aman alias mengancam,
me­nurun drastis. Kita mungkin tak mampu melihat
melemahkan sementara kekuatan manusia—diban­
sudut pandang lain atau merasakan empati bagi sesa-
dingkan dengan hewan lain—yaitu kemampuan ber-
ma manusia yang sudah telanjur dilihat sebagai mu-
pikir logis.
suh.
Secara neurologis, dalam mode ketakutan, bagian
Fear is indeed fearsome.[]
otak yang memungkinkan kita berpikir cerdas, logis,
runtut, rasional, yakni prefrontal cortex akan dimati-
kan sementara. Pada saat kita merasa terteror, yang
berkuasa adalah sistem limbik atau amygdala, memu-

104 105
Keterbatasan Benak

Mengapa banyak orang seperti itu? Mengapa tidak


mudah mengusung nilai kemanusiaan universal?
Mengapa sang pelaku gagal melihat manusia-manu-

Kemanusiaan sia berbeda ras dan agama sebagai sesama Homo sa-
piens penghuni planet yang sama? Mengapa banyak
Universal orang lebih mudah bersimpati ketika korban suatu
bencana berasal dari kelompok yang sama? Mengapa
amarah, kebencian, ketakutan lebih mudah disulut
menggunakan isu-isu kekelompokan, entah itu aga­
ma, ras, jenis kelamin, ketimbang isu lain? Mengapa
lebih mudah bereaksi sebagai kelompok ketimbang

T
ragedi terorisme di Selandia Baru mengingatkan sebagai satu kesatuan umat manusia?
saya lagi akan suatu fakta: manusia pada dasar­
Saya menemukan penjelasan paling meyakinkan un­
nya sangat tribal, kekelompokan. Sang teroris sendiri
tuk pertanyaan-pertanyaan ini pada teori evolusi,
mengaku melakukan aksinya karena
atau lebih spesifiknya psikologi evolusioner.
merasa kelompoknya terancam oleh
kelompok manusia lain. Sebagian dari Jika pernah membaca Sapiens karya Yuval Noah Ha­
yang mendengar kabar ini bereaksi rari, Anda tahu bahwa manusia (lebih tepatnya Ho-
dengan membangkit-bangkitkan se- mo sapiens) lebih lama menghabiskan waktu dalam
mangat kekelompokan juga, mencoba kelompok-kelompok kecil. Ratusan ribu tahun ba-
memunculkan insting primordial ba- rangkali, atau lebih. Salah satu keunggulan yang me­
rangkali, seolah berharap kelompoknya akan menun- nyebabkan kita bisa bertahan meski tidak sekuat,
tut pembalasan aksi tersebut. secepat, segarang predator lain adalah kemampuan

106 107
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

kita bekerja sama. Akan tetapi, ingat, kerja sama ne- watnya dan, yang lebih penting lagi, mewariskan nilai
nek moyang kita ini selalu berlangsung dalam kelom- ini ke generasi-generasi selanjutnya.[]
pok kecil. Tren manusia melebur menjadi kelompok
yang lebih besar seperti dalam imperium atau negara
bangsa baru terjadi akhir-akhir ini saja (akhir-akhir
ini dalam ukuran evolusi, ya). Untuk itu pun, kita ha-
rus mengerahkan segala energi untuk menciptakan
fiksi yang mampu mempertahankan kerja sama ber-
skala besar semacam itu.

Menurut psikologi evolusioner, kondisi ini menye-


babkan otak kita jauh lebih terbiasa bekerja, berfung-
si, dengan cara-cara yang akan menguntungkan bagi
keberlangsungan hidup kita dalam kelompok kecil.
Ribuan tahun masa peradaban modern merupakan
rentang waktu yang masih terlalu singkat bagi evolusi
untuk mengubah default mental tribal ini. Itu sebab-
nya, lebih mudah bagi kita untuk terjebak dalam pola
berpikir ingroup vs outgroup ketimbang memandang
semua manusia sebagai rekan setara.

Kemanusiaan universal adalah konsep baru bagi Ho­


mo sapiens. Ini bukan konsep alamiah bagi otak kita.
Perlu kerja keras jangka panjang untuk selalu mera­

108 109
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

Haidt memberikan argumen dan data meyakinkan


bahwa dalam hal moral, emosi memegang peran uta-

Membakar
ma, baik di dalam bukunya The Righteous Mind mau-
pun artikel seminarnya “The Emotional Dog and Its
ben dera, Rational Tail”. Nalar akan selalu menurut, mengikuti

osi
Memb akar Em
saja ke mana sang pemeran utama menuju. Nalar ber-
tugas menyusun alasan dan pembenaran bagi emosi
yang dirasakan. Proses ini sering terjadi begitu saja
tanpa kita sadari.

Ketidaksadaran ini tampak jelas pada sebagian subjek


riset Haidt saat ditanya mengapa mereka mengang-
gap menyobek bendera negara mereka, lalu menja-

R
ibut-ribut soal peristiwa pembakaran bendera dikannya lap untuk membersihkan toilet adalah hal
mengingatkan saya tentang riset Jonathan Haidt yang salah secara moral. Subjek-subjek penelitian itu
mengenai moralitas. sibuk memberikan berbagai alasan, betapapun ko­
nyol, semisal karena nanti kainnya bisa menyumbat
Haidt ini termasuk salah seorang ah-
toilet. Bahkan, ada pula yang hanya menatap sang
li yang mengubah arah riset psikologi
pewawancara dengan heran dan balas bertanya, “An-
moral. Peran emosi dan intuisi kini
da benar-benar tidak tahu mengapa kita tidak boleh
lebih ditekankan ketimbang peran na­
melakukan itu pada bendera?” Setelah diselisik lebih
lar rasional. Menurut Haidt, nalar se-
lanjut, sebagian besar mengakui bahwa meski tidak
benarnya adalah pelayan emosi moral.

110 111
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

tahu alasan rasionalnya, mereka MERASA bahwa hal tak masalah jika baju atau seprai dijadikan lap toilet
itu salah. atau dibakar.

Haidt akhirnya merumuskan setidaknya ada enam Di lain pihak, mereka dengan fondasi berbeda bisa ja-
fondasi moral: harm/care (merusak/merawat), fair- di menaruh nilai moral yang berbeda pada bendera.
ness/cheating (jujur/curang), liberty/opression (merde- Mereka dengan fondasi sanctity misalnya, akan mera-
ka/menindas), loyalty/bertrayal (setia/khianat), au- sa bahwa ada benda-benda fisik yang sangat sakral
thority/subversion (berkuasa/menggulingkan), sanctity/ dan tak boleh ternoda. Fondasi yang berbeda ini secara
degradation (mengagungkan/menjatuhkan). Ma­sing- otomatis memunculkan reaksi emosi yang berbeda pa­
masing punya kombinasi fondasi yang berbeda dalam da peristiwa yang sama. Reaksi itu dapat bereskalasi
menentukan nilai moral. Kalangan dari kelas sosial sedemikian rupa ketika ada kondisi lain yang mem-
dan pendidikan yang lebih tinggi di Barat cenderung perkeruh suasana. Muncul emosi kelompok mi­salnya.
hanya menggunakan dua atau tiga fondasi pertama. Mereka yang tak merasakan emosi moral yang sama,
Di sisi lain, kalangan dari kelas sosial dan pendidikan seolah berada di kutub yang berbeda dan layak dimu-
yang lebih rendah atau berasal dari budaya yang lebih suhi. Masalah remeh jadi tampak genting gara-gara
kolektif cenderung menggunakan seluruh fondasi. emosi yang tak terkendali.

Apabila hendak ketat menerapkan logika rasional Bagi saya, riset Haidt sebenarnya mengajarkan per-
dengan prinsip moral harm, bendera hanyalah selem- lunya meluruhkan sekat-sekat dan mencoba saling
bar kain. Membakar atau menjadikannya lap tidak memahami. Memahami betapa beragamnya fondasi
melukai siapa-siapa, tidak merugikan siapa-siapa. moral manusia, bahkan yang seagama dan sebang-
Inilah sebabnya, bagi mereka dengan fondasi moral sa dengan kita. Memahami bahwa sah bagi sebagian
harm, membakar bendera tak terlalu memunculkan orang untuk merasa tersinggung ketika sehelai ka-
emosi berlebihan. Toh, baju dan seprai juga kain, dan in dibakar. Memahami bahwa mustahil menuntut

112 113
Menyiasati Sesat Pikir

semua orang merasakan emosi moral yang sama. Me-


mahami bahwa menuntut pembubaran sebuah orga­
nisasi atau membunuh sesama manusia hanya kare-
na kebetulan anggotanya menyinggung emosi moral
kita adalah tindakan berlebihan. Memahami bahwa Emos i
membenci kelompok lain semata karena ia berbeda
nilai moral tidak membuat dunia menjadi lebih baik.
[]

S
eperti pernah saya sampaikan, saya mencurigai
bahwa diri saya mengidap gangguan bipolar.
Pasalnya, emosi-emosi ekstrem kerap datang dan per-
gi tanpa permisi dalam diri saya. Sering sekali tanpa
sebab eksternal yang jelas.

Ini mungkin agak sulit dipahami orang-orang yang


emosinya naik turun dalam kadar sewajarnya. Se-
dang-sedang saja. Normal-normal saja.

Kaum hawa akan lebih mudah memahami ini. Mi­


nimal, mereka pernah “menikmati” serbuan hormon

114 115
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

bulanan yang membuat hal-hal biasa menjadi luar dup, saya mati-matian berjuang agar bisa mengambil
biasa. Anak-anak saya saja sampai hafal. Pokoknya, jarak dari emosi-emosi itu dan mengendalikannya.
kalau suara Ibu tiba-tiba meninggi, padahal mereka
Jelas harus dikendalikan, bukan, jika emosi-emosi itu
ya cuma menjadi anak-anak yang ngeyelan seperti bi-
membuat saya ogah hidup atau membuat saya ingin
asa, atau air mata ibu tiba-tiba berlinangan, padahal
menyakiti orang-orang yang paling menyayangi saya?
enggak sedang mengiris bawang, itu pertanda seben-
Bagaimana mau memberikan makna berlebihan jika
tar lagi Ibu bilang, “Maaf ya, ini Ibu mau haid kayak-
salah satu emosi itu adalah kemarahan yang demiki-
nya.” Hahaha.
an hebat sampai saya nyaris membanting seekor ku­
Perlu diketahui, emosi pada pengidap bipolar level­ cing hanya karena binatang itu tak mau saya elus?
nya lebih tinggi ketimbang fluktuasi emosi di kala Ada contoh-contoh lain yang lebih ekstrem, sih, tapi
haid. Jika gangguan hormonal ringan pasca-mela- nanti kalian jadi takut saya. Hahaha.
hirkan yang disebut baby blues paling cuma bikin
Eh, tapi, emosi ekstrem yang saya alami juga bukan
ibu-ibu baru lebih gampang baper—sedikit-sedikit
cuma yang jelek dan seram semacam itu. Emosi posi-
menangis—maka gangguan lebih berat yang dise-
tif juga saya rasakan secara berlebihan. Jadi, ketika
but post-partum syndrome bisa membuat seorang ibu
sedang berada di fase mania, saya akan merasa be-
mem­bunuh anak-anaknya sendiri. Nah, bandingan­
rada di atas angin. Seolah saya adalah orang paling
nya mirip-mirip itulah.
pintar, paling baik, dan paling disayang Tuhan. Saya
Oleh karena terbiasa dengan roller coaster emosi, saya akan cenderung mengambil keputusan-keputusan
tidak terlalu berlebihan memberikan makna pada nekat. Untung, gangguan emosi saya tidak parah. Ja-
emosi-emosi itu. Semisal bahwa suatu perasaan kuat di, keputusan-keputusan itu lebih banyak yang tidak
adalah pertanda dari Tuhan, atau petunjuk bahwa berbahaya. Paling, sekadar kepedean mengajak bicara
inilah jalan hidup saya. Ya, bagaimana? Seumur hi­

116 117
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

tu dari dua
alah salah sa Dalam riset psikologi sosial, banyak hal yang terkait
Fase mania ad erita gang­
hati pada pend kerumunan dan kelompok cenderung memunculkan
fase suasana in adalah
Fase yang la
guan bipolar. a ditandai emosi-emosi lumayan intens. Mereka yang pernah
se de pr es i. Fase mani
fa ah
ng penuh gair menonton konser berskala besar mungkin sudah pu-
oleh sua­ sana hati ya
fa se
, sementara nya sedikit gambaran. Ada semacam histeria ketika
dan semangat ana
ai dengan suas
depresi ditand ng. kita menjadi bagian dari kerumunan besar. Ada luap­
ram dan muru
hati yang mu an emosi yang tak terbayangkan.

Ini semua wajar semata. Emosi-emosi intens sema-


seorang seleb medsos karena merasa dia sudah pasti cam ini tidak hanya muncul dalam konser. Ia muncul
terpesona pada saya. Hihihi. pula dalam kampanye politik misalnya, juga dalam
segala aksi dengan ukuran peserta cukup masif.
Oleh karena hal-hal inilah, I know for a fact, emosi
kerap kali menipu. Emosi sering tidak memberikan Jadi, tidak usah kegeeran merasa bahwa sensasi eksta-
gambaran yang realistis tentang sesuatu, terutama tis, kebahagiaan meluap, yang Anda rasakan ketika
emosi-emosi ekstrem. Emosi sebenarnya cuma seka- berada di tengah banyak orang yang berduyun-duyun
dar shortcut, jalan pintas, yang diberikan otak agar menghadiri acara yang sama dengan Anda adalah
kita bisa mengambil keputusan dengan lebih mudah. pertanda dari Tuhan bahwa apa yang Anda lakukan
Namun, karena satu dan lain hal, shortcut ini tak sela- itu benar dan diridai-Nya. It’s just hormones, really.
lu akurat. Jadi, saya sarankan untuk tidak mengambil Sensasi yang sama mungkin dirasakan oleh orang
keputusan hanya berdasar emosi. Harap menggaris- yang menghadiri konser dangdut koplo yang Anda
bawahi kata “hanya” karena emosi jelas akan selalu anggap haram, meski, barangkali, penonton dangdut
menjadi bagian dari pengambilan keputusan kita, en- lebih sadar diri untuk tidak mengaitkan emosi dan
tah disadari atau tidak. sensasi itu dengan Tuhan dan agama.

118 119
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

Mengapa panjang lebar bicara soal emosi? Saya lihat, terlalu ekstrem dan berlebihan. Yang tak kalah pen­
masih banyak orang mendasarkan keputusan lebih ting, jangan lupa untuk terus memperluas bacaan dan
pada emosi daripada pertimbangan rasional, teru- meningkatkan pengetahuan. Meski sulit, logika ana­
tama dalam hal-hal yang mereka tak punya banyak litis adalah landasan pengambilan keputusan yang
pengetahuan. Misalnya, menuduh seorang ulama se­ jauh lebih bisa diandalkan pada persoalan-persoalan
bagai sesat hanya karena ada pendapatnya yang me- yang menyangkut banyak orang.[]
munculkan perasaan “tidak sreg”, tanpa benar-benar
memeriksa atau memahami literatur keagamaan
yang menjadi rujukannya.

Lebih berbahaya lagi jika keputusan itu memengaruhi


banyak orang. Misalnya, keputusan terkait politik.
Memilih seorang pejabat publik hanya berlandaskan
pada rasa senang melihat tampilannya yang mena­
wan atau mendengar kata-katanya yang terdengar
smart, alih-alih pada pemahaman yang tepat menge-
nai tugas dan kualifikasi jabatan yang akan diemban,
bisa berakibat buruk. Entah itu untuk kawan-kawan
minoritas atau mereka yang lebih rentan secara so-
sial-ekonomi, bahkan untuk Anda sendiri.

Daripada percaya begitu saja pada emosi, jauh le­bih


baik untuk selalu bersikap skeptis. Skeptis pada emo-
si, skeptis pada intuisi, skeptis pada apa saja yang

120 121
Keterbatasan Benak

ma­
adalah sebuah
Charlie Hebdo
H ebdo
ng sem­
Kasus Ch arlie
an Prancis ya
jalah minggu menam­
rsial karena
aan
dan Perbe da
pat kontrove
candaan me­
pilkan kartun
an
antar a Aku d
mmad.
nai Nabi Muha
nge­

Kamu

orang yang sedemikian marah karena seorang guru


menunjukkan kartun Charlie Hebdo di kelasnya, lalu

B
memenggal si guru; ketimbang memosisikan diri se-
eberapa waktu lalu, kepala saya dipenuhi Ma- bagai warga negara Prancis yang bersikukuh dengan
cron, Prancis, dan Charlie Hebdo. Dan, rekan- kebebasan berekspresinya.
rekan saya sesama muslim tentu saja. Dan, para pem-
boikot Prancis. Saya jadi ingat Jonathan Haidt. Saya Saya kurang beriman? Barangkali. Saya kebarat-ba­
teringat bahasannya bahwa pandangan moral itu cu- ratan? Anda bukan orang pertama yang menu­duh
ma perkara intuisi. Segala penjelasan panjang lebar begitu.
rumit nan akademis mengenai moral, politik, agama,
Akan tetapi, jika Jonathan Haidt benar, masalahnya
itu sekadar pembenaran bagi intuisi awal Anda. Eh,
sekadar terletak pada fakta bahwa saya tidak meng­
intuisi kita, ding.
internalisasi naluri-naluri yang memunculkan pera­
Saya muslim, tetapi sejujurnya saya lebih meng­alami saan marah dan tersinggung ketika ada karikatur
kesulitan saat mencoba memosisikan diri sebagai yang menghina Nabi saya. Atau, tidak terlahir dengan

122 123
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

kapasitas emosi untuk itu. Ya, meski saya punya kapa- menganggap ada level kesucian di luar yang ragawi.
sitas emosi sangat besar untuk merasa marah dan se- (Lihat bab “Membakar Bendera, Membakar Emosi”.)
dih karena hal-hal lain. Dalam pandangan Haidt, saya
Dalam kasus kartun Charlie Hebdo tadi, meski kartun
mirip dengan mereka yang dikategorikan sebagai
itu secara fisik tidak melukai siapa pun, ia telah men-
weird (arti literalnya ‘aneh’ karena menurut Haidt,
degradasi hal-hal yang dianggap sakral bagi sebagian
orang-orang ini memang aneh, segelintir minoritas
orang. Emosi yang terlibat dalam fondasi moral ini
yang menyimpang dari umumnya manusia).
salah satunya adalah rasa jijik atau ketersinggungan
Sebenarnya, WEIRD adalah singkatan dari mereka karena hal-hal yang dianggap sakral dirusak atau di-
yang berasal dari negara-negara Barat (western), ter- hina.
didik (educated), industrial, kaya (rich), dan demokra-
Meski minoritas, orang seperti saya—hanya berfon-
tis (democratic). Palate (kuncup perasa) moral orang
dasi moral harm dan fairness—agak dominan dalam
WEIRD cuma dua: harm and fairness. Landasan saya
pembahasan mengenai moral. Cukup lama bahasan
menilai sesuatu sebagai melanggar moral hanya di-
akademik atau filosofis mengenai moral diisi oleh
tentukan apakah ada yang terluka atau dirugikan
mereka yang cuma punya dua fondasi itu. Haidt
(harm) atau apakah menyalahi asas keadilan (fair-
sendiri menyebut nama Jeremy Bentham dan John
ness). Sementara, mayoritas orang di dunia ini, ter-
Stuart Mill, yang selain WEIRD, menurutnya terindi­
masuk Anda barangkali, menurut Haidt punya fonda-
kasi autistik. Yang tahu soal autisme, pahamlah bah-
si nilai moral yang lebih beragam. Selain dua fondasi
wa mereka yang berada dalam spektrum ini kurang
moral yang saya sebut tadi, masih ada fondasi lo­yalty,
mampu memahami kekayaan nuansa sosial. Oleh
authority, liberty, dan sanctity. Fondasi sanctity ini
karena kurang memiliki intuisi sosial, orang autistik
maksud­nya adalah nilai moral yang muncul karena
biasanya mengalami kesulitan menangkap perasaan
orang lain. Keterbatasan intuisi inilah yang menurut

124 125
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

Haidt barangkali menyebabkan kedua tokoh tadi ter- kain, yang tak terlalu berarti dibandingkan dengan
lalu rasional dalam mendekati soal moralitas. nyawa manusia.

Dominasi tokoh semacam mereka membuat bahasan Ada yang membuat karikatur menghina nabi agama
soal hak asasi manusia misalnya, kental bernuan- saya? Saya mungkin merasakan sengkring-sengkring
sa harm and fairness belaka. Oleh karena itu, banyak sedikit di dada, tetapi habis itu, sudah. Saya lebih
yang bilang bahwa HAM ini produk Barat, kurang marah dan memikirkan soal pelanggaran moral jika
mengakomodasi kultur Asia yang punya nilai moral ada orang yang katanya pengikut Nabi Muhammad
berbeda. Di satu sisi, itu mungkin benar. Namun, di saw., tetapi melakukan hal-hal yang jelas-jelas me-
sisi lain, sebenarnya saya cuma mau bilang begini: langgar ajaran beliau: seperti membuat kerusakan
saya bukan orang Barat, cukup terdidik, sih, tetapi di muka bumi dengan mengeksploitasinya habis-ha-
bukan berasal dari negara industrial yang kaya (soal bisan. Atau, kalau ada yang membantai orang lain
demokratis masih bisa diperdebatkanlah, ya?), dan karena berbeda pandangan mengenai apa yang dise-
tetap saja saya weird dalam moral. but sebagai ajaran Islam yang benar. Yang terakhir ini
pernah membuat saya muak dan mual selama ber-
Mau membakar bendera Indonesia? Itu melanggar
hari-hari.
UU sih, tetapi saya cenderung tidak merasa marah
atau terhina karenanya. Paling-paling, cuma penasa- Begitu pula dengan hal-hal simbolis lain. Bagi saya,
ran: kurang kerjaan amat, sih, bakar bendera. Iya, saya seperti tecermin dari namanya, hal simbolis itu seka-
meneteskan air mata juga saat bendera merah pu- dar menyimbolkan sesuatu. Yang lebih berharga ada-
tih berkibar di Olimpiade misalnya, tetapi itu lebih lah yang disimbolkan. Hal-hal yang perlu simbolisasi
karena terharu melihat perjuangan para atlet meraih biasanya tak dapat dirusak secara fisik karena makna
prestasi internasional. Bendera itu, ya, tetap semacam dan artinya ada di benak dan diri kita masing-masing.
Ini prinsip fondasi moral harm: selama tidak ada yang

126 127
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

dilukai dan dirugikan secara fisik, ya berarti secara untuk hidup ini termasuk non-derogable rights, hak
moral tidak ada yang dilanggar. yang tidak dapat dikurangi negara dalam keadaan
apa pun. Berbeda dengan beberapa hak lain, misal­nya
Mengapa fisik? Bagaimana dengan luka hati? Fisik
hak privasi atau hak untuk melakukan komunikasi
itu yang lebih mudah diukur dan dibandingkan. Jadi,
de­ngan orang lain tanpa diketahui umum.
memenuhi prinsip fairness juga.
Terbatasnya palate atau fondasi moral barangkali me-
Susah jika ukurannya perasaan yang sangat personal
mang kekurangan saya. Meskipun menurut saya, bisa
dan berbeda-beda. Dalam kasus tabloid Monitor yang
juga, sih, dibilang kelebihan. Minimal, saya jadi tak
menyebabkan Arswendo dulu dipenjara, misalnya (ya
baperan soal agama. Selama saya bisa menjalankan
Tuhan, ketahuan banget umur saya), ada yang mera-
keyakinan saya tanpa diganggu, orang lain mau nge-
sa tersinggung, ada yang tidak. Lalu,
meng epe eje, ya, terserah. Saya dituduh tidak menge­
kita mau pakai perasaan siapa? Masak
nakan jilbab karena menggampangkan syariat atau
ya semua harus dipaksa ter­singgung
tidak mengerti aturan fikih, ya silakan. Yang penting,
begitu? Fisik kan jelas, ditusuk pisau,
Anda tidak memaksa saya untuk memakai jilbab.
itu semua orang merasa sakit meski
intensitasnya berbeda-beda. Bahkan, Beragama seperti ini lebih nyaman, sih, bagi saya, ke-
kalaupun tidak merasa sakit (misal timbang sedikit-sedikit marah dan tersinggung setiap
karena kelainan saraf tertentu), tusukan benda tajam ada yang omong miring tentang keyakinan kita. Lha,
di badan tetap bisa menurunkan kualitas hidup dan di zaman digital seperti ini, kan besar sekali kemung­
membahayakan nyawa. kinan kita menemukan sesuatu yang menyinggung
perasaan setiap kali menatap layar gawai.
Nah, nyawa ini adalah ukuran tertinggi bagi fondasi
harm. Oleh karena itu, di dalam UUD, nyawa atau hak

128 129
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

Suami sempat protes, “Kamu enggak tersinggung soal Mencoba memecahkan masalah perbedaan intuisi
Charlie Hebdo karena intuisimu gitu, ya, itu urusan- moral hanya dengan menggunakan teori fondasi mo­
mu. Tapi, orang tetap enggak boleh bikin penghinaan ral Haidt di level kebijakan publik, menurut pene­
macam itu.” Kami lalu jadi berdebat apakah kartun rawangan saya akan sulit. Proposisi ahli psikologi
Charlie Hebdo soal Nabi Muhammad itu masih masuk mo­ral yang lain, Joshua Greene, lebih masuk akal bagi
freedom of expression atau sudah masuk kategori hate saya. Ya, barangkali lebih tepatnya: lebih menyenang-
speech. Kesimpulannya? We agree to disagree. kan bagi “gajah” (baca: intuisi) saya. Tapi, lumayan
kepanjangan kalau harus menceritakan juga menge-
Jika memakai teori fondasi moral Haidt, solusinya
nai ini. Baca sendiri saja, ya, bukunya yang berjudul
memang seperti itu: kita harus menghormati semua
Moral Tribes. Hahaha.[]
fondasi moral. Akan tetapi, apakah itu mungkin un-
tuk skala yang lebih luas? Skala negara yang berisi
orang dengan beragam keyakinan, misalnya? Orang
yang sama-sama punya fondasi sanctity saja memiliki
objek kesakralan yang berbeda. Hingga titik tertentu,
mungkin bisalah kita tidak menghina semua agama
besar di negara ini, tetapi bagaimana dengan iman-
iman dan keyakinan yang lebih kecil dan marginal?
Kita, penganut agama Abrahamik, sering tanpa sadar
menertawakan penganut animisme, misalnya. Pada-
hal, itu keyakinan juga. Sesuatu yang sakral juga bagi
penganutnya.

130 131
Keterbatasan Benak

efek Dunning-Kruger. Bayangkan saja, ada yang be-


rani-beraninya ngegas tanya ke Mbak Alissa, “Emang
apa yang sudah Anda lakukan untuk membela mi-
noritas?” Hah ... ciyuus??? Orang yang paling tidak ta-
janda
Abu J hu memang biasanya paling sering ngegas dan mera-
sa benar, ya?

Namun, kali ini saya ingin fokus ke satu hal. Mere-


ka yang mendukung Abu Janda rata-rata mengatakan
bahwa bagaimanapun juga, Permadi sudah berjasa
besar dalam menangkal radikalisme dan intoleransi.
Jadi, tidak seharusnya “dilepeh” dari NU. (Padahal, ya

P
enggak ada yang ngelepeh. Dianggap “bukan represen-
ernah, saya tercengang menyaksikan lini masa
tasi NU” kan tidak sama dengan “bukan NU”. DUH!)
Twitter saya. Mbak Alissa Wahid, putri Gus Dur
dan Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, dise­ Yang ingin saya bahas adalah soal benarkah Abu Jan-
rang oleh banyak pihak terkait pernyataan beliau di da sudah berperan positif dalam mengatasi radika-
beberapa media daring mengenai Permadi Arya yang lisme?
lebih dikenal dengan sebutan Abu Janda.
Jawaban saya: kayaknya enggak, deh.
Saat itu, pas banget saya sedang membaca buku Ma­
tinya Kepakaran oleh Tom Nichols. Banyak hal terasa Lha, tapi dia itu kan sudah sangat berjasa mengha­dapi
seperti contoh langsung dari berbagai fenomena yang “kubu sebelah” yang Islamnya nyerempet-nyerempet
disebut oleh Nichols, seperti soal equality bias, soal radikal. Harus ada, lho, yang melakukan itu. Kadrun

132 133
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

tidak bisa dihadapi hanya pakai cara halus macam ca buku-buku terkait psikologi kelompok jika mau
yang dilakukan Mbak Alissa, dkk. paham betul. Gampangannya, terlalu partisan atau
memihak kelompok tertentu membuat otak Anda
Euh.
bekerja dengan cara berbeda. Bias konfirmasi sema-
Gini, ya ... kin kuat mencengkeram. Segala yang sesuai dengan
kepentingan kelompok semakin mudah melekat di
Salah satu masalah terbesar masyarakat saat ini ada- kepala, membuat kemampuan Anda menilai situa-
lah soal polarisasi. Soal kubu-kubuan. Cebong-Kam- si, data, atau bukti-bukti jadi timpang: terlalu berat
pret/Kadrun, Islam ini vs Islam itu, pengikut ustaz ini memihak kelompok Anda. Belum lagi ada homogene-
vs ustaz itu, dll. ity bias: kelompok sana pasti jahat semua, atau bodoh
semua.
Pengelompokan macam ini sebenarnya fitrah manu-
sia, sih. Lebih sering tak memunculkan masalah be- Ketika polarisasi kubu terlalu tajam, sebagai bangsa
rarti. Kubu-kubuan sepak bola sudah ada sejak dahu- kita sulit bersepakat mengenai hal-hal penting yang
lu. Meski kadang bikin tawuran, sebagian besar orang, menentukan arah dan masa depan kita bersama.
ya, baik-baik saja. Bagaimana mau membahas cara terbaik mengata-
si covid-19 jika orang-orang memilih sumber infor-
Nah, beda masalahnya jika kubu-kubuan ini terjadi di
masi bukan berdasarkan kredibilitas, melainkan ke-
hal-hal semacam politik dan agama. Dampaknya le­
cocokan pandangan politik atau agama? Bagaimana
bih besar karena orang juga lebih mati-matian mem-
mau bicara soal mengatasi problem lingkungan jika
pertahankan identitas kelompok semacam ini.
lini masa media sosial isinya penuh eyel-eyelan soal
Mengapa ini jadi masalah besar? Mengapa berbaha­ kelompok mana yang paling benar?
ya? Ini sangat panjang bahasannya, musti memba-

134 135
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

Nah, yang dilakukan orang-orang seperti Abu Janda kin dipojokkan, semakin kita memperkuat benteng
adalah mempertajam polarisasi semacam ini. pertahanan. Semakin kita mencari alasan pembenar­
an. Entah dengan sadar atau tidak.
Lho, dia itu sedang berusaha melakukan counter nara-
si, Mbak! Jangan salah! Kalau tidak ada orang macam Fakta kedua, logika semata tidak bisa mengubah intu-
dia, banyak orang terhanyut narasi radikal/intoleran. isi yang terlalu kuat. Memberikan argumen atau bukti
sejelas apa pun kepada seseorang yang sudah punya
Keliru. Ini cara berpikir yang jelas sudah dicengkeram
keyakinan intuitif berbeda, apalagi terkait agama atau
bias kekelompokan.
politik, adalah hal sia-sia.
Ada kemungkinan lebih besar bahwa intoleransi se-
Terlalu menekankan soal perbedaan akan semakin
makin meningkat gara-gara model komunikasi pro-
memperparah masalah dan perseteruan. Kita dibuat
vokatif semacam yang dilakukan Permadi Arya.
merasa seolah-olah seluruh dunia isinya dua jenis
Kok bisa? kelompok saja. Seolah-olah, manusia dengan bera­
gam keunikannya ini cuma punya satu macam iden-
Coba lihat pengalaman Anda sendiri. Pernahkah An- titas: anggota kelompok kita atau anggota kelompok
da tiba-tiba menyadari kesalahan dan berubah keya- mereka (us vs them).
kinan hanya karena seseorang menghina-hina atau
mengejek apa yang Anda yakini dengan setulus ha- Seolah-olah, jika dulu memilih Jokowi, ya, harus men-
ti? Apalagi seseorang itu sosok entah siapa di medsos dukung semua kebijakan yang dibuatnya, sekacau apa
yang tak benar-benar Anda kenal di dunia nyata. pun. Dulu mendukung, sekarang mengkritik? Wah,
pasti barisan sakit hati atau Kadrun yang menyusup,
Faktanya, manusia tidak mau salah. Levelnya berbe- nih.
da-beda, tetapi kita semua tak suka disalahkan. Sema-

136 137
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

Padahal, kan saya bisa saja setuju dan mendukung Ya, seperti tulisan ini, sih. Semoga lebih memperjelas
Jokowi untuk hal-hal tertentu dan mengkritik untuk suasana ketimbang memperkeruh. Yok, bisa, yok.[]
hal-hal lain. Namun, bagi mereka yang tercengkeram
bias kekelompokan, ini adalah sikap tidak konsisten.
Sejatinya, konsisten itu seharusnya pada prinsip, bu-
kan pada dukungan terhadap sosok tertentu. Hanya
saja, setia pada prinsip itu berarti harus bisa berpikir
abstrak dan menganalisis banyak informasi yang ber-
tentangan. Repot. Lebih gampang setia pada tokoh
tertentu. Jelas ukurannya, tak perlu banyak pikir.

Ini juga sebenarnya masalah dengan benak manu-


sia, sih. Simplistis. Ngapain mikir ribet kalau bisa mikir
gampang, kan, ya? The law of least effort berlaku, seperti
kata Kahneman.

Akan tetapi, please, jangan terbawa intuisi macam ini


untuk hal-hal penting. Untuk hal-hal yang perlu di­
pikir ribet, yang taruhannya masa depan kita sebagai
bangsa, misalnya, kita perlu berupaya lebih keras. Ki-
ta perlu memahami kompleksitas manusia. Kita per-
lu mencari info sana-sini, mengumpulkan data yang
beragam. Minimal, tak berkomentar macam-macam
yang bisa memperkeruh suasana.

138 139
Keterbatasan Benak

riasi dan menantang. Jangan nonton atau makan


bareng melulu. Sekali-kali, cobalah rafting berdua
atau semacamnya.

Cinta dan Mengapa contohnya rafting? Rafting menyediakan

Pe rnikahan
variasi situasi dan tantangan yang harus diha­dapi
bareng dengan pasangan. Susah buat jaim saat
rafting. Riak-riak air sungai yang harus kalian le-
wati berdua adalah semacam simulasi riak-riak
kehidupan perkawinan nantinya. Kamu jadi bisa
menilai seberapa oke pasangan dalam mengha-
dapi situasi sulit, seberapa tinggi kecenderungan

K
kalian untuk saling menyalahkan, seberapa baik
amu jomlo yang sedang “berburu dan meramu”
kalian bekerja sama, dan sebagainya.
pasangan? Atau, sudah punya pacar, tetapi ma-
sih galau? Atau, sudah menikah, tetapi merasa ke- 2. Jika sudah ingin menikah, tetapi belum yakin
hidupan perkawinan tak seindah harapan? Berikut apakah si dia adalah yang terbaik yang bisa kamu
ini ada beberapa tips yang disarikan dari pengalaman dapatkan, coba ingat-ingat metode penelitian
pribadi, pengamatan pada banyak pasangan, dan ju- sewaktu skripsi. Lakukan sampling acak. Coba
ga dari beberapa penelitian di bidang psikologi yang pacaran beberapa kali. (Semampunya saja, sih.
mungkin berguna buat kamu. Jika dapat satu saja sudah syukur, ya tak usah re-
wel soal kriteria idaman.) Namun, ingat, jangan
1. Saat pacaran (atau taaruf, bergantung istilah yang
terlalu saklek pakai prinsip statistika. Sampel
lebih disukai) carilah kegiatan yang lebih berva-
yang terlalu banyak bisa menguras dana. Pokok-

140 141
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

nya, lakukan sampai kamu bisa menyimpulkan keputusan yang sifatnya seumur hidup itu amat
nilai rata-rata pasangan yang bisa kamu gaet dari sangat menyesatkan.
populasi. Misalnya: empat cewek dengan nilai 4,
Seorang ahli psikologi, Dan Ariely, meneliti kepu­
5, 6, dan 7. Rata-ratanya berarti 5,5. Nah, begi-
asan pernikahan antara mereka yang menikah
tu dapat yang sudah melebihi nilai rata-rata itu,
karena dijodohkan dan mereka yang menikah
alias 6 misalnya, segeralah berkomitmen. Kamu
karena cinta. Pada tahun pertama, tingkat keba-
enggak mau hidupmu habis hanya untuk mencari
hagiaan yang menikah karena cinta jauh lebih
dia-yang-hanya-ada-dalam-bayanganmu atau
tinggi. Namun, tiga tahun kemudian, terjadi peru-
dia-yang-tak-akan-membalas-cintamu, kan?
bahan di kedua kelompok hingga akhirnya ting-
3. Jangan hanya mengandalkan perasaan berbun- kat kepuasaan pernikahan antara keduanya sama
ga-bunga (yang biasanya disebut cinta) saat pa- saja.
caran untuk memutuskan menikah. Coba tanya
Riset ini, selain menunjukkan bahwa dalam jang-
pendapat orang yang sayang dan peduli padamu,
ka panjang “cinta” tidak terlalu memberikan efek
misalnya ibu atau sahabat dekat.
bagi kebahagiaan perkawinan, juga menunjukkan
Dalam situasi mabuk cinta, alias infatuation, ke­ bahwa …
mampuan berpikir logis menurun drastis. Kamu
4. Komitmen itu penting. Jauh lebih penting ketim-
tidak bisa menilai situasi secara objektif. Ka­mu
bang faktor apakah pasangan kita sekarang ini su-
tidak bisa menilai pasangan secara objektif. Ke­
dah ideal.
tahuilah, perasaan mabuk cinta ini, walau me­
nyenangkan, hanya akan berlangsung sementara. Dalam hubungan jangka panjang, pasti ada naik
Mengandalkan perasaan sesaat untuk membuat turun situasi. Ada saat-saat kamu hanya bisa meli-

142 143
Menyiasati Sesat Pikir Keterbatasan Benak

hat segala kekurangan pasangan, betapapun sem- disebut cinta, lebih tenang, lebih kokoh, dan lebih
purna dia di matamu dahulu. Tanpa komitmen, memuaskan. No pain, no gain.
bakal lebih besar peluangmu untuk menyerah
Sekali lagi, ingat, tak hanya emosi negatif yang bisa
dan tak mau mempertahankan hubungan di situ-
memperdaya kemampuan berpikir logis. Emosi posi-
asi sulit. Kamu akan merasa tergoda memulai lagi
tif seperti “cinta” juga bisa lho ....
dari awal, dengan orang lain (kalau ada yang mau,
sih). Akan tetapi, jika kalian sudah mengikat jan- Jadi, hati-hati, ya Gaess ….[]
ji di depan penghulu, sudah mengundang orang
sekampung untuk hadir di resepsi pernikahan,
kamu dipaksa berpikir tujuh kali, bahkan seribu
kali lagi untuk memutuskan pisah (mengurus ce-
rai itu ribet, belum lagi menjelaskan ke keluarga,
tetangga, teman Fesbuk).

5. Jangan gampang menyerah saat menghadapi ma-


sa sulit dalam hubungan.

Setiap kali kamu dan pasangan berhasil selamat


melewati riak atau badai rumah tangga, tingkat
kebahagiaan dan kepuasaan pernikahan biasanya
meningkat. Dari keberhasilan mengatasi badai
demi badai ini, timbul emosi lain yang tidak se­
gegap-gempita “cinta” di awal-awal hubungan.
Emosi kali ini, yang menurut saya lebih layak

144 145
GIAN T IG
BA A
i ke
Mengikat Dir
Ka pal
Tiang k

D
ikisahkan oleh Homer bahwa Odysseus meng­
ikat tubuh ke tiang kapal ketika harus mele-
wati sebuah pulau yang dihuni oleh peri cantik. Dia
melakukan ini karena tak ingin tergoda oleh nyanyian
peri yang bisa menyihir setiap pelaut untuk berhenti
di pulau itu. Mereka yang berhenti di sana tak akan
pernah bisa melanjutkan perjalanan dan biasanya
menemui ajal mengenaskan.

Odysseus sadar bahwa dirinya tak akan mampu mela­


wan godaan senandung para peri itu. Dia mendapat­

149
Menyiasati Sesat Pikir Menyiasati Keterbatasan

nik. Segala hal dalam gaya hidup modern berpotensi


Odysseus ini
Ki sa h petualangan menyumbang kerusakan alam karena, suka atau ti-
beberapa sumber.
disadur dari dak, diakui atau tidak, penyumbang terbesar polusi
dan laman
a Wikipedia
Salah satuny dan perusakan sumber daya alam adalah industri
om /t op ic /
br it an ni ca .c
ht tp s: // ww w. yang produknya sudah menjadi bagian dari keseha-
mythology.
Siren-Greek- rian kita. Waktu itu, saya berkesimpulan bahwa cara
terbaik untuk mendukung kelestarian alam adalah
dengan hidup sederhana.

kan ide untuk mengikat diri ke tiang Hidup sederhana ini adalah sebentuk upaya “mengikat
kapal agar, meski tergoda, dia tak diri ke tiang kapal”. Sekadar menjadi kaya akan mem-
akan mampu menindaklanjuti go­daan buat Anda rentan terhadap berbagai godaan. Salah sa-
tersebut. tunya adalah godaan punya rumah besar. Rumah be-
sar secara umum akan lebih banyak memakan sum-
Dalam banyak hal, saya mencontoh ber daya alam ketimbang rumah yang kecil. Dari segi
strategi ini.Menghindari godaan de­ penggunaan semen dan cat misalnya. Juga, konsumsi
ngan “mengikat diri ke tiang kapal”. listrik. Rumah yang besar akan membutuhkan lebih
banyak listrik sekadar untuk menerangi ruangannya
Strategi ini saya terapkan, misalnya, ketika sedang se-
yang memang lebih banyak/luas. Belum lagi godaan
mangat-semangatnya belajar tentang lingkungan dan
mengisinya dengan berbagai perabotan elektronik.
mendapati bahwa begitu banyak tindakan kita yang
Melelahkan bukan, jika harus menyapu rumah yang
bisa merusak lingkungan bahkan tanpa kita sadari;
lebih besar dengan sapu biasa? Anda lantas tergoda
tak hanya soal memakai plastik keresek ketika belan-
membeli vacuum cleaner. Lalu, pendingin ruangan,
ja atau tidak memilah sampah organik dan non-orga­

150 151
Menyiasati Sesat Pikir Menyiasati Keterbatasan

kemudian kulkas yang lebih besar, dan sebagainya beberapa hal. Namun, ini jauh lebih mending daripa-
dan seterusnya. da tanpa “ikatan” sama sekali.

Namun, menjadi kaya adalah sebuah godaan tersendi- Strategi ini juga bermanfaat untuk konteks yang le­
ri. Kadang, tanpa kita perlu berusaha, uang mengalir bih luas. Sisem pemerintahan berbentuk demokrasi
begitu saja entah dari mana (bukan pengalaman pri­ yang mengakomodasi semua kelompok dan golongan
badi, ya, hahaha). Jadi, perlu pula mengikatkan diri ke adalah sebentuk upaya “mengikat diri ke tiang kapal”
tiang kapal agar tidak gampang tergoda menjadi lebih karena tak ada satu pun individu atau kelompok yang
kaya daripada yang diperlukan. Salah satu cara saya mampu senantiasa bersikap adil kepada semua indi-
adalah dengan bersikap “sombong”: hanya melaku- vidu dan kelompok yang lain. Semulia apa pun indi-
kan pekerjaan yang sesuai dengan passion atau nilai vidu atau kelompok tersebut, mustahil sama sekali
ideal meski mungkin tak banyak menghasilkan uang. terhindar dari jebakan mental semacam bias blind
spot atau ingroup favoritism. Ia atau mereka akan me-
Contoh yang lain adalah ketika mencoba berjuang
merlukan individu lain, kelompok lain, untuk meng-
melawan godaan menunda-nunda pengerjaan tesis.
ingatkan, untuk memberikan perspektif yang berbeda
Saya menyiasati hal ini dengan membuat janji ber-
agar dapat mengambil keputusan atau menerapkan
temu dosen terlebih dahulu, bahkan sebelum saya
kebijakan yang adil bagi semua.
mengerjakan draf tesis. Dengan begini, saya terpacu
untuk menyelesaikan draf sebelum waktu pertemuan Apakah Anda punya contoh-contoh lain?[]
yang telah disepakati. Iya, sih, “ikatan” ini tidak ter-
lalu kuat. Kadang, saya tetap belum menyentuh draf,
sehingga pada hari H, saya hanya bisa mengisi per-
temuan dengan berdiskusi atau bertanya mengenai

152 153
Menyiasati Keterbatasan

liki kegunaan praktis sekadar agar ada ruang bagi


memori-memori baru. Betapapun menakjubkan organ

Tulisan dan
tubuh bernama otak, ia tetap punya keterbatasan. Ia
tak mampu menyimpan segala hal yang ada, semua

Memori yang yang tertangkap indra, seluruh yang terjadi pada kita.
Kapasitas otak terbatas, seperti harddisk atau memori
Terbatas
t komputer.

Di sinilah tulisan berperan penting. Ia membantu


menjadi media penyimpanan informasi di luar otak.
Setelah ada tulisan, akuntan tak perlu menghafal
semua aliran uang keluar masuk. Dia cuma perlu

K
ingat di mana dia mencatatnya. Tindakan ini secara
adang, orang mengeluhkan pendeknya ingatan
berlipat-lipat meningkatkan volume data yang dapat
masyarakat tentang kesalahan para koruptor
ia kelola. Setelah ada buku, Anda tak perlu meng­
atau politisi jahat. Baru beberapa waktu lalu seseo-
ingat semua detail sejarah Indonesia. Anda hanya
rang dihujat, kini dia sudah dipuja-puja lagi di televi-
perlu mengingat hal-hal inti, kata kunci, atau tanggal
si atau kembali terpilih menjadi anggota dewan.
penting yang bisa membantu Anda mencari kemba-
Sebenarnya, itu hal yang wajar belaka. Daya ingat li informasi yang diperlukan sewaktu-waktu. Berkat
manusia memang terbatas. Jika pernah menonton tulisan, manusia bisa membangun struktur-struk-
film kartun Inside Out, Anda mungkin sudah punya tur masyarakat rumit seperti negara. Birokrasi tak
gambaran bagaimana otak secara berkala membuang mung­kin ada tanpa tulisan. Konsep kompleks macam
hal-hal yang sudah tidak penting atau tidak memi- demokrasi hanya bisa dibangun utuh setelah ada tu-

154 155
Menyiasati Sesat Pikir Menyiasati Keterbatasan

lisan. Demokrasi tak terbangun secara naluriah meski ngkat ke-


nduduki peri
ada bagian-bagiannya yang bersifat instingtif. Indonesia me disurvei
negara yang
62 dari 70 pada
tingkat literasi
Selagi membaca prolog buku Collapse karya Jared untuk
dibaca di
kapnya bisa
Diamond, saya diingatkan kembali pada pentingnya 2019. Seleng ng,
n berita dari
beberapa lama
pe­nemuan aksara dan aktivitas membaca itu sendi- sini:
misalnya di
ri. Kata Jared, sebelum ada aksara, masyarakat masa
lampau pra-aksara sulit bertahan menghadapi pe-
rubahan iklim karena fluktuasi perubahan itu kerap
terjadi dalam hitungan dasawarsa atau lebih. Oleh se- Inilah contoh betapa tanpa tulisan,
bab rentang waktu yang panjang ini, ingatan masya­ bertumpu pada memori semata, bisa
rakat lisan tak banyak membantu. Misalnya, ketika berakibat fatal. Ketiadaan tulisan juga
ada perubahan dari iklim kering yang sulit pangan menjadi salah satu faktor penyebab kekalahan suku
ke iklim basah yang lebih subur, lalu ke iklim kering Inca dari pasukan Spanyol sebagaimana diulas Jared
lagi, manusia yang belum kenal aksara menghadapi Diamond di bukunya yang lain Guns, Germs, and Steel.
risiko bencana lebih tinggi. Mereka hanya bisa meng­
Saya lalu teringat bangsa saya tercinta. Indonesia.
andalkan memori otak yang terbatas. Kemungkinan
Bangsa, yang walaupun tingkat melek aksaranya ting-
besar, mereka sudah terlena dengan iklim basah yang
gi, tingkat literasinya termasuk rendah.
produktif, lupa dan tak belajar menghadapi iklim ke­
ring yang membuat makanan sulit didapat, yang se- Memang benar, kini sudah tersedia banyak buku dan
benarnya pernah mereka alami pada awal hidup me­ tulisan. Aksesnya semakin mudah dan murah. Topik­
reka. nya pun beragam; ada sejarah, sastra, kajian lingkung­
an, kajian psikologi, ekonomi, sains, atau teknologi.

156 157
Menyiasati Sesat Pikir

Macam-macam. Sangat membantu otak, pokoknya.


Namun, jika buku-buku itu dibiarkan teronggok sa-
ja dan tidak dibaca, ya, tidak heran, mantan koruptor

Apa Gunan ya
bisa terpilih lagi menjadi anggota dewan. Tak aneh,
banyak yang masih mengelu-elukan Orde Baru. Pan-
tas, gerakan lingkungan, ya, hanya begitu-begitu saja, membaca?
M
sekadar slogan-slogan kosong yang tak menyentuh
inti permasalahan. Jika kita masih malas membaca,
apa, iya, nasib kita akan jauh berbeda dengan nenek
moyang di masa pra-aksara?[]

M
emori saya buruk. Sangat. Saya sering kehi-
langan kosakata yang ingin saya gunakan di
tengah-tengah pembicaraan, bahkan dalam pembica­
raan santai dengan orang terdekat. Kata-kata seseder-
hana “daun” atau “pohon” sering menghilang begitu
saja dari ingatan. Saya lantas harus menggeledah
benak untuk mencari penggantinya. Ini tentu perlu
waktu. Dalam percakapan lisan, jeda semacam ini
terasa, dan jelas, mengganggu. Itu sebabnya, saya se-
lalu khawatir jika harus bicara di depan umum.

158 159
Menyiasati Sesat Pikir Menyiasati Keterbatasan

Sebagai pemilik memori yang payah, saya sering Bayangkan saja, saya sudah tamat membaca buku
kagum pada mereka yang dengan mudah menyam- Dawkins, The Selfish Gene, tetapi tak satu pun konsep
paikan kembali apa yang mereka dengar atau baca, soal evolusi yang bisa saya paparkan untuk meyakin­
mengutip persis hingga titik koma suatu kalimat, atau kan orang bahwa saya betul-betul sudah khatam buku
menyebutkan nama-nama tokoh suatu cerita atau itu.
peristiwa yang baru sekali mereka dengar atau baca.
Nah, untung saja, saya kuliah lagi di Psikologi. Salah
Sementara saya, belum lewat lima menit usai mem- satu mata kuliah pilihan yang saya ambil, yang ber-
baca buku, sudah lupa apa isinya. Yang paling sering judul mentereng Mind, Brain, and Performance ada-
saya ingat hanyalah kesan-kesan abstrak yang sung- lah mengenai memori.
guh tidak membantu ketika saya mencoba mere-
Ada dua jenis pemunculan kembali ingatan atau
komendasikan suatu buku. Sekadar “buku ini bagus”
memory retrieval, yakni recall dan recognition. Recog-
tidak terlalu meyakinkan bagi banyak orang. Buku
nition artinya mengenali kembali data yang pernah
The Lord of the Rings tidak berhasil saya tamatkan ju-
Anda simpan dalam memori. Ingatan jenis ini yang
ga karena terlalu banyaknya nama tokoh yang harus
sedang bekerja ketika kita menghadapi soal-soal pi-
saya ingat.
lihan ganda. Sementara, recall—atau lebih tepatnya
Awalnya, kekurangan ini terasa sangat menyebalkan. free recall—adalah memunculkan kembali data yang
Jika ingatan saya demikian buruk, apa gunanya mem- pernah disimpan dalam memori tanpa bantuan sama
baca apa pun? Yang saya dapat, paling hanya sensa- sekali. Istilah gampangannya, menghafal luar kepala.
si asyik sewaktu membaca. Barangkali, itu sebabnya
Free recall memang merupakan proses mengingat
dulu saya tidak suka membaca buku nonfiksi. Novel
yang lebih sulit ketimbang recognition. Itu sebabnya,
jelas lebih kaya sensasi.
kadang kita mengenali wajah seorang kenalan lama,

160 161
Menyiasati Sesat Pikir Menyiasati Keterbatasan

tetapi tak kunjung bisa menyebutkan namanya. Me­ Saya jadi lebih mudah mengenali bacaan yang bagus
ngenali wajah adalah contoh recognition. Menyebut- berkat buku-buku dan artikel bagus yang pernah saya
kan nama sang teman adalah recall. Akan tetapi, tamatkan sebelumnya. Saya mampu mengenali argu-
recognition juga yang bekerja ketika kita dengan ya- men yang baik berkat argumen-argumen kokoh yang
kin menolak alternatif nama-nama yang diajukan pernah saya tuntaskan, bahkan meski saya tidak bisa
sebagai nama sang kenalan. Kita tahu jawaban yang menyampaikan kembali apa isinya. Saya juga lebih
salah. Kita hanya belum berhasil memunculkan jawa- mudah mengenali bolong-bolong argumen karena
ban yang benar. saya pernah membaca argumen yang lebih solid. Da-
lam kasus The Selfish Gene, misalnya, saya jadi lebih
Fakta ini membuat saya menyadari bahwa semua ba-
mudah menikmati Sapiens karya Harari karena saya
caan yang pernah saya lahap sebenarnya tidak hilang
pernah memahami konsep-konsep evolusi.
sia-sia. Meski saya punya masalah dengan recall, ke-
mampuan recognition saya tidak terlalu bermasalah. Memang, ternyata tidak ada hal baik yang sia-sia.
Meski sering jeblok dalam soal atau tugas hafalan, Sungguh, membaca tulisan yang baik akan selalu ada
saya cukup lihai menjawab soal pilihan ganda. gunanya.[]

Data dalam benak saya, hasil kumpulan bacaan-ba-


caan masa lalu, terbukti sangat berguna ketika saya
dihadapkan pada banjir informasi era digital ini. Le­
bih mudah bagi saya untuk memilah dan memilih in-
formasi yang berkualitas. Ya, minimal sesuai dengan
kualitas bacaan-bacaan saya sebelumnya.

162 163
Menyiasati Keterbatasan

Kita bisa merespons disonansi itu dengan beragam


cara. Misalnya, mengubah keyakinan: ternyata, kita
n
Be ragam a da tidak cantik atau ganteng. Atau, mengubah definisi
ng an
Be rpolitik de
cantik atau ganteng sehingga bisa mengakomodasi

a tasi
kualitas wajah yang terlihat di cermin. Atau, buru-bu-
Santai: Meng ru membuat janji dengan dokter kulit, bahkan dokter
nitif
Dison ansi Kog
bedah plastik. Atau, Anda bisa juga memecahkan cer-
min.

Pilihan respons yang diambil akan sangat dipenga­


ruhi oleh seberapa besar disonansi kognitif yang di-
alami. Jika sejak awal, Anda tidak sangat meyakini

K
atakanlah Anda yakin bahwasanya Anda cantik kecantikan atau kegantengan Anda atau, bagi Anda,
atau ganteng. Suatu hari ketika menatap cer- menjadi cantik atau ganteng itu tidak terlalu penting,
min, wajah yang terpantul di sana ternyata tidak can- Anda mungkin tidak terlalu berkeberatan mengubah
tik atau ganteng. keyakinan awal.

Nah, dalam ilmu psikologi, yang Anda rasakan dan Dalam kasus sekte yang meyakini ramalan bahwa
alami saat menatap cermin itu adalah contoh diso- akan ada alien datang menyelamatkan manusia dari
nansi kognitif. Cognitive dissonance adalah perasaan kehancuran Bumi, ketika tanggal ramalan itu tiba
tak nyaman yang dirasakan ketika seseorang diha- dan tak satu alien pun datang menjemput, mayoritas
dapkan pada data atau fakta baru yang bertentangan pengikut sekte tersebut tidak kehilangan iman. Me­
dengan keyakinan atau nilai-nilai awal. reka sekadar menganggap bahwa para alien tidak jadi
mendarat di Bumi demi memberi manusia kesempat­

164 165
Menyiasati Sesat Pikir Menyiasati Keterbatasan

an kedua untuk menyelamatkan Bumi. Mengapa ini takan berbagai alasan yang membuat pengorbanan
terjadi? Mengapa tidak menerima saja bahwa keya­ sedemikian besar dapat dibenarkan.
kinan mereka salah?
Mudah melihat contoh-contoh disonansi kognitif da-
Salah satu sebabnya adalah karena mereka telah ber- lam agama dan politik. Mereka yang sudah memper-
korban terlalu banyak. Mereka sudah rela meninggal- taruhkan terlalu banyak hal pada sesuatu, akan men-
kan keluarga dan harta benda untuk mengikuti sang jadi para pendukung paling militan dan paling sulit
pemimpin sekte, dan nantinya untuk pergi entah ke diajak menerima fakta yang bertentangan de­ngan
mana para alien membawa mereka. Pengorbanan keyakinan awal.
yang demikian besar tidak selaras dengan ramalan
Wajar saja, misalnya, jika para pemeluk baru suatu
fiktif atau keyakinan ngawur. Tidak mungkinlah sega-
agama biasanya jauh lebih militan ketimbang mere­
la pengorbanan semacam itu dilakukan hanya untuk
ka yang memeluk agama tersebut sejak lahir. Mere­
dongeng belaka. Begitu alasan sederhana yang melan-
ka ini biasanya sudah berkorban terlalu banyak: me­
dasi disonansi kognitif.
ninggalkan tradisi, meninggalkan keluarga, kehilang­
Tentu saja, sering sekali alasan macam ini tidak an teman-teman lama, demi memeluk agama baru
disadari pelaku. Yang disadari hanyalah emosi yang mereka. Ya, masak sudah susah-susah nelangsa be-
lantas muncul dalam diri pelaku: tidak nyaman. Se- gitu, kok, ternyata cuma demi keyakinan yang tidak
makin besar kesenjangan antara keyakinan dan reali- 100% selalu benar dan sempurna. Ya, masak sudah
tas, semakin besar ketidaknyamanan yang dirasakan, capek-capek menyeberang, kok kondisinya sama saja
semakin besar pula hambatan mental untuk menga- dengan di tempat awal.
kui bahwa barangkali keyakinan mereka sendirilah
Tak jauh beda situasinya di ranah politik. Mereka
yang sejak awal keliru. Nalar pun berakrobat mencip-
yang sudah berinvestasi terlalu banyak, baik berupa

166 167
Menyiasati Sesat Pikir Menyiasati Keterbatasan

uang maupun tenaga demi kubu/tokoh/partai politik Ini lebih menyehatkan secara mental. Serius. Eh, san-
tertentu juga punya risiko mengalami disonansi kog- tai.[]
nitif hebat. Tak heran, banyak akrobat mental yang
lucu-lucu bertebaran di lini masa media sosial dalam
perdebatan politik.

Oleh karena itu, sangatlah penting beragama dan ber-


politik dengan santai tanpa beban. Ikhlas, mungkin
istilah religius yang paling mendekati. Penting un­
tuk selalu menyisakan ruang bagi keraguan, ironi, dan
kontradiksi. Guru saya dulu mengajarkan, orang yang
melakukan ijtihad—upaya keras untuk memutuskan
suatu perkara—itu pasti mendapat pahala. Apabila ij-
tihadnya benar, pahalanya dua. Jika salah, pahalanya
satu. Intinya, salah pun tak berdosa, kok, Mas, Mbak,
Bro, Sis …, yang penting, usaha.

Ikut mengampanyekan kandidat anggota parlem-


en atau calon pejabat publik, ya monggo. Begitu pula
men­dakwahkan keyakinan agama Anda. Namun, la­
kukan semua itu dengan santai. Tanpa beban. Tanpa
pamrih. Jangan terlalu ngoyo. Nek salah, yo wis. Nek
kalah, yo ben. Tidak perlu panik jika ada teman yang
mendadak deklarasi golput atau mengaku agnostik.

168 169
Menyiasati Keterbatasan

Berhari-hari saya memelototi berita dan data covid-19


tanpa ada gangguan berarti pada fungsi mental saya
yang lain. (Serius, ini pencapaian, lho.)

osi
Mengelola Em
Nah, sekali-sekali, boleh, ya, saya menampilkan sisi
“nyikologis” saya. Saya akan coba berbagi beberapa
tips yang sangat manjur bagi saya dan terbukti secara
ilmiah meningkatkan kemampuan pengendalian
emosi. Melakukan hal-hal berikut ini secara rutin
akan membuat orang lebih mampu mengelola emosi,
termasuk mengendalikan rasa panik di tengah ser-
buan berita mengenai wabah penyakit menular yang

B
menghantui umat manusia:
eberapa teman mengaku sudah kewalahan se-
cara emosional menghadapi berita tentang 1. Tidur cukup. Jangan kurang dari 6 jam. Semakin
covid-19 pada masa-masa awal hingga pertengahan Anda bermasalah dengan emosi, semakin penting
pandemi. Wajar sih, benar-benar dapat dimaklumi. menambah jam tidur. Rata-rata orang mendapat
Skenario terburuk dari situasi ini memang menakut- manfaat dari 7- 8 jam tidur. Jangan kebanyakan
kan. Menyebabkan panik. Rasa takut dan panik ada- juga. Tidur cukup dan rutin pun sangat penting
lah emosi negatif yang dapat sangat menguras energi. bagi kekebalan tubuh dan kesehatan mental.
Hidup jadi tidak terasa seasyik biasanya.
2. Meditasi. Ini berbeda-beda untuk setiap orang.
Namun, sebagai penyintas masalah emosi, saya bisa Salat dan zikir bisa masuk kategori ini, tetapi
katakan, mengatasi rasa panik itu sangat mungkin. saya lebih suka yang tanpa suara. Jadi, meski ru-

170 171
Menyiasati Sesat Pikir Menyiasati Keterbatasan

tin salat, saya tetap melakukan meditasi hening meregulasi berbagai jaringan saraf nan kompleks.
sekitar 5-10 menit setiap hari. Apa, sih, guna­nya? Dalam kasus pengendalian diri, bagian terpenting
Salah satunya adalah membuat Anda terbiasa adalah prefrontal cortex. Ini tempat jaringan saraf
mindful, sadar penuh terhadap segala yang terjadi dengan fungsi eksekutif (executive function) yang
pada tubuh dan pikiran Anda. Apabila Anda se- terkait dengan fleksibilitas dan pengelolaan emo-
cara teratur melatih pikiran untuk berada dalam si berada. Ini juga bagian yang bertanggung jawab
kondisi ini, akan lebih mudah mengembalikan­ atas fungsi berpikir logis dalam pengambilan
nya ke situ saat pikiran Anda ke mana-mana, mi­ keputusan. Kita tahu, otak adalah benda ragawi
salnya saat terseret emosi panik. selayaknya organ tubuh yang lain. Olahraga rutin,
meski ringan, sangat dianjurkan untuk menjaga
Manfaat lainnya, karena rutin membiarkan dan
organ-organ tubuh kita agar tetap berfungsi opti-
mengamati segala emosi—termasuk rasa tak
mal.
nya­man—selama beberapa waktu tanpa bereaksi
apa-apa, secara intuitif tubuh dan otak Anda tahu 4. Menyantap hidangan berbasis tanaman dan
segala emosi pada akhirnya akan reda jika diberi berkadar glikemik rendah (alias perbanyak
waktu yang cukup. Ini akan membuat Anda le­bih sayur buah, kurangi makanan berkadar gula ting-
santai menghadapi emosi-emosi Anda sendiri. gi seperti nasi putih, kurangi daging-dagingan). Ji-
Bonusnya, Anda tidak gampang terseret bias-bias ka mau jadi vegan, mungkin lebih baik lagi. Sains
kognitif. belum tahu apa alasan pastinya, tetapi ada ko-
relasi cukup kuat antara jenis makanan yang kita
3. Olahraga. Apa hubungannya kesehatan raga de­
konsumsi dengan kemampuan kita mengenda-
ngan jiwa? Ternyata, erat sekali. Ya, karena yang
likan emosi. Lonjakan kadar gula darah di tubuh
namanya ketenangan jiwa itu sebenarnya terkait
kita juga berpengaruh pada lonjakan emosi kita.
dengan kemampuan bagian tertentu otak untuk

172 173
Menyiasati Sesat Pikir

Dari mana saya tahu semua ini? Dari berbagai sum-


ber, sih, sebenarnya, termasuk beberapa artikel jur-

si dan
Tenta ng Emo
nal neurosains, psikologi, dan kesehatan. Juga dari
pengalaman pribadi bergulat mengelola emosi dan
ny a
Pengenda lian
mengajarkannya kepada kedua buah hati saya. Kalau
boleh jujur, format ringkas ini sebenarnya saya dapat
dari ceramah seorang dosen dan peneliti psikologi di (lagi)
YouTube, Kelly McGonigal. Orasi dan riset-risetnya
sangat menarik, terutama tentang stres. Coba cek, deh
... bermanfaat banget untuk mengisi waktu “tiarap” di
rumah.[]

P
ada masa awal pandemi covid-19, saya tahu, saya
mungkin bersikap tidak adil kepada sebagian
orang karena sempat mengkritik mereka yang sibuk
mencari dan menyebarkan berita-berita “positif” ten-
tang ramuan tertentu yang katanya dapat menyem-
buhkan covid-19, terlalu membesar-besarkan angka
kesembuhan, dan sebagainya. Kesannya, seolah saya
melarang orang menyimpan secercah harapan di
tengah realitas yang menyesakkan. Sungguh, mak-
sud saya bukan demikian. Saya hanya berharap, le­
bih banyak orang tidak berusaha menghindari emosi

174 175
Menyiasati Sesat Pikir Menyiasati Keterbatasan

yang dipandang negatif, seperti ketakutan, kepanik­ Pesimistis? Tidak. Ini realistis. Oleh karena itu, wajar
an, kecemasan. apabila banyak orang terlanda kepanikan, ketakutan,
kesedihan, dalam kadar yang jauh lebih tinggi dari-
Setiap emosi punya dua sisi. Semua emosi bisa men-
pada normal. Jauh di atas ambang batas yang dapat
jadi negatif maupun positif. Emosi yang dianggap
mereka toleransi biasanya.
positif, seperti cinta pun bisa menjadi negatif ketika
berlebihan dan menjadi obsesi yang tidak berpijak Namun, sebagai orang yang pernah mencurigai di-
pada realitas. Pernah jadi sasaran obsesi seperti ini? ri sebagai penderita gangguan emosi, izinkan saya
Saya pernah. Dan sungguh, bagi si penerima, emosi berbagi pemahaman yang saya peroleh susah payah
macam itu tidak ada positif-positifnya. Optimisme bahwa emosi itu cuma seperti lampu indikator yang
berlebihan di tengah pandemi juga demikian. Ia dapat dapat sesekali diabaikan. Kadang, lampu itu menyala
membuat kita lengah dan mengendurkan upaya saat sekadar akibat instalasi yang keliru atau korsleting.
perjuangan belum berhasil, perjalanan belum usai. Emosi tak selalu merepresentasikan realitas. Ia bukan
titah yang harus selalu dipatuhi. Ia hanya pemberi pe-
Pada masa wabah ini, rasa cemas dan takut mungkin
san. Andalah penentu tindak lanjutnya.
akan menjadi teman kita dalam jangka waktu cu­kup
panjang. Saat vaksin belum dihasilkan, kematian Di sisi lain, emosi adalah sumber motivasi atau pen-
demi kematian menjadi kabar rutin selama beberapa dorong tindakan. Emosi kuat yang dilandasi realitas
waktu. Resesi ekonomi terjadi di seluruh dunia, apa seharusnya tidak dihindari, tetapi dimanfaatkan un-
pun langkah yang diambil pemerintah dan lembaga tuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Rasa takut
kesehatan dunia, entah itu lockdown, PSBB, social dis- misalnya, tidak buruk dalam dirinya sendiri. Ketika
tancing, apa pun. Kita menghadapi hari-hari penuh dimanfaatkan dengan baik, ia bisa menjadi motivasi
ketidakpastian dan banyak berita kematian seperti sangat kuat untuk menghindari hal-hal yang bisa ber-
ini tak hanya dalam hitungan minggu, bahkan bulan. bahaya, semisal keluar rumah selama wabah.

176 177
Menyiasati Sesat Pikir Menyiasati Keterbatasan

Dalam diri saya, emosi takut ini tampaknya melan- Namun, setelah intensitas emosi turun, jangan tolak
das­i ketertarikan semi-obsesif pada berbagai artikel atau sangkal realitas. Berlatihlah kembali menatap
tentang covid-19, termasuk sejumlah data rumit informasi dan data. Terimalah rasa cemas dan takut
penuh angka dan tabel. Saya bahkan termotivasi un- sebagai suatu kewajaran dan manfaatkan emosi-emo-
tuk belajar tentang istilah teknis kesehatan yang bi- si itu. Iya. Manfaatkan. Emosi-emosi ini bisa sangat
asanya saya skip begitu saja. berguna.

Demikianlah, emosi seperti ketakutan pun bisa men- Bukankah rasa cemaslah yang menggerakkan orang-
jadi peluang untuk belajar dan bertumbuh. Kita hanya orang untuk membuat berbagai aksi sosial di tengah
harus bisa mengendalikannya. Kendalikan dan arah- wabah ini? Tentu empati berperan di situ. Akan tetapi,
kan emosi, jangan sampai dikendalikan oleh emosi, yang kadang dilupakan orang, empati adalah kemam-
atau bahkan terlindas olehnya. Bagaimana caranya? puan merasakan emosi orang lain, termasuk emosi ce-
Sebagian sudah pernah saya singgung di tulisan se- mas, sedih dan takut. Merasakan emosi negatif orang
belumnya. lain membuat kita mengambil langkah-langkah yang
bernilai positif karena bermanfaat bagi banyak orang.
Satu tips tambahan: saat emosi kuat sedang melanda,
cari pereda sementara. Redakan dahulu gejala fisik Namun, bagaimana jika emosi yang kita rasakan ter-
yang mengganggu, seperti detakan keras jantung atau lalu berlebihan hingga mengganggu fungsi mental
napas yang memburu dengan teknik pernapasan, normal? Ya, kembali lagi ke kata kunci: kendalikan.
meditasi, atau zikir. Alihkan perhatian pada sesuatu Jika belum sanggup melakukannya sendiri, Anda bisa
yang menyenangkan, seperti menonton film atau me- meminta bantuan. Entah itu dari orang-orang tercin-
masak bersama keluarga. ta, sahabat terpercaya, pemuka agama, atau konselor
profesional.

178 179
Menyiasati Sesat Pikir

Yang penting cuma satu: jangan sekali-kali meng­

arus
K enapa, sih, H
hindari rasa takut, panik, cemas, dengan cara menga­
burkan atau bahkan menolak kenyataan. Terlalu
ng Lain
menekankan banyaknya pasien yang sembuh atau Mengutip Ora
Ka jian
dan Membuat
berbagai “keberhasilan” penanganan covid-19 di luar
m
Pustaka dala
segala bolong yang seharusnya masih bisa ditambal,

?
Karya Ilmiah
berpotensi melonggarkan kewaspadaan. Pada masa
pandemi, jika hal semacam itu Anda lakukan, Anda
berisiko membahayakan tak hanya diri Anda, tetapi
banyak orang.

Memang sulit, tetapi jangan khawatir. Tubuh kita luar

P
biasa. Ada mekanisme stres yang dapat menurunkan ertanyaan bodoh, ya? Saya memang pernah se-
imunitas jika dibiarkan berlarut-larut. Namun, ada bodoh itu.
pula mekanisme agar stres itu memotivasi kita men-
cari solusi, mengulurkan tangan kepada orang lain, Dahulu, saat ikut lomba karya tulis ilmiah di jenjang

merekatkan hubungan, atau menguatkan ketahanan strata satu, salah seorang teman sekelompok kami

mental. Ada adrenalin, tetapi ada juga oksitosin. melemparkan pertanyaan tersebut: kenapa, sih, kita
tidak boleh pakai pendapat kita sendiri kalau menu-
Wabah ini membuat kita tidak bisa pergi jauh dari ru- lis karya ilmiah? Kenapa harus mengutip si ini atau
mah, jadi ini waktu yang sangat tepat untuk memulai si itu?
perjalanan yang paling penting: perjalanan ke dalam
diri sendiri.[] Jawaban pertanyaan itu baru benar-benar saya pa­
hami beberapa waktu kemudian. (Iya, lama setelah

180 181
Menyiasati Sesat Pikir Menyiasati Keterbatasan

saya ikut LKTI dan semacamnya, mengerjakan skrip- Sebagai gambaran, saya ceritakan mengenai satu
si, mengerjakan tesis. Pokoknya, lama setelah saya konsep dalam psikologi: attachment (sering diter-
hidup di dunia ini. Parah memang.) jemahkan sebagai kelekatan). Konsep mengenai ikat­
an istimewa antara orang tua dan anak ini awalnya
Oleh karena cukup banyak teman saya yang bekerja
diajukan oleh ahli psikologi bernama John Bowlby,
sebagai dosen dan peneliti, sebenarnya menuliskan
dari hasil pengamatan ekstensifnya terhadap feno­
ini semacam membuat pengakuan dosa yang mema-
mena anak yang mengalami perpisahan, entah lama
lukan. Tetapi, ya, demi berbagi pengetahuan, saya me-
atau sebentar, dengan orangtua pada usia belia. Bowl-
nebalkan muka.
by menyusun teori bahwa kualitas hubungan awal
Jadi, begini ... seperti sering saya tulis, ilmu pengeta- yang dibangun anak dengan orang tua/pengasuh
huan modern adalah hasil kerja banyak orang (dari akan mempengaruhi banyak hal, termasuk relasi in-
berbagai negara, budaya, agama). Jumlah manusia terpersonal si anak kelak setelah dewasa. Konsep ini
yang sudah berkontribusi untuk ilmu pengetahuan lantas dikembangkan oleh banyak ahli lain seperti
sebagaimana kita ketahui saat ini, sudah tidak ter- Mary Ainsworth yang membuat eksperimen mena­
hitung. Banyaklah pokoknya, lintas generasi, lintas rik untuk lebih menegaskan berbagai tipe kelekatan.
disiplin ilmu, lintas wilayah geografis. Cara kerja­nya Bowlby juga tidak berangkat dari ketiadaan. Dia tidak
mirip-mirip seperti menumpuk bata. Satu di atas hanya mengandalkan pengamatan tanpa berpijak
yang lain. Kadang, ada tumpukan bata yang salah pa­ pada pengetahuan sebelumnya untuk mendapat ide
sang dan harus dibongkar, ada pula bangunan yang orisinal berupa teori kelekatan. Ia menyusun konsep
ternyata tidak kokoh, sehingga ambruk ketika ditum- ini sebagai pengembangan atau revisi terhadap ob-
puki bata-bata lain. ject-relation theory dalam tradisi psikoanalisis yang
waktu itu sedang kuat-kuatnya menjadi paradigma
utama di psikologi.

182 183
Menyiasati Sesat Pikir Menyiasati Keterbatasan

­
Kelekatan atau attachment ini hanyalah satu konsep kunya, Attach
ick lewat bu
Lee Kirkpatr ychology of
dalam psikologi perkembangan, satu bagian amat n, and the Ps
ment, Evolutio yang mem­
ah salah satu
sangat kecil dari psikologi. Namun, sejak pertama kali Religion adal ori kelekata
n
saya pada te
dilontarkan oleh Bowlby, konsep kelekatan sudah me- perkenalkan mbahas te n­
ini persis me
Bowlby. Buku gama
nelurkan buanyaaaaak sekali riset lanjutan. Ada pe- ana tipe be ra
tang bagaim da ri
neliti lain yang berusaha membuktikan teori Bowlby. t diprediksi
individu dapa
nnya.
Sebagian lagi berusaha memperbaikinya. Akan teta- tipe kelekata
pi, tak sedikit pula yang berusaha mencari celah dan
membuktikan kekeliruannya dengan berbagai cara.
prediksi bagaimana orang itu berelasi sosial ketika
Jika sedang iseng dan ada waktu luang, cobalah ketik- dewasa, atau bahkan bagaimana tipe beragamanya.
kan kata kunci “attachment theory” di google.scholar,
Anda akan mendapati jutaaan lema terkait. Tidak semua konsep dalam psikologi mengalami na-
sib seperti attachment yang “batanya” terus ditumpuk
Konsep attachment sendiri merupakan salah satu ke atas. Ada pula konsep-konsep atau teori lain da-
konsep yang cukup kokoh didera waktu dalam ilmu lam psikologi yang ternyata tidak didukung oleh riset
psikologi. Ini bangunan bata yang masih terus ditum- setelahnya dan akhirnya ditinggalkan atau dianggap
puki bata lain. Berbagai riset berdekade-dekade mem- sebagai pseudosains, misalnya Frenologi (konsep
buktikan bahwa ia masih berguna untuk menjelaskan bahwa bentuk kepala bisa memprediksi kepribadian)
banyak fenomena. Misalnya saja para peneliti masih atau konsep “tabula rasa” (konsep bahwa semua anak
menemukan bahwa tipe attachment yang dikembang- terlahir seperti kertas kosong).
kan seseorang pada masa awal hidupnya (apakah se-
cure attachment alias kelekatan yang aman atau inse- Jadi, ya, psikologi tidak tiba-tiba menjadi psikologi
cure alias tidak aman) dapat digunakan untuk mem- yang Anda kenal sekarang. Ada proses panjang dan

184 185
Menyiasati Sesat Pikir Menyiasati Keterbatasan

lama oleh banyak orang untuk menyusunnya menja- Ini bukan sekadar “membebek” atau “menelan bu-
di seperti ini. Meski kadang (sering, sih) ada orang- lat-bulat” pendapat orang lain. Ini upaya menemukan
orang yang kurang update (mungkin, termasuk saya orisinalitas di tengah belantara pengetahuan dengan
juga). Mereka tidak tahu bahwa konsep-konsep ter- menggunakan pijakan temuan sebelumnya. Ini upa-
tentu sudah tidak digunakan karena tidak mendapat ya menghargai kerja orang-orang sebelum kita. Juga,
cukup bukti dalam riset-riset setelahnya. sebuah ekspresi kerendahan hati seorang ilmuwan.
Seperti Newton yang berkata, “saya bisa melihat lebih
Nah, proses membangun ilmu pengetahuan yang me­
jauh karena saya berdiri di pundak raksasa.”
libatkan banyak orang inilah alasan mengapa sebe-
lum berupaya mengungkapkan pendapat kita sendiri
dalam karya tulis ilmiah, kita perlu membahas dahu-
lu “pendapat” orang lain, lebih tepatnya membahas
temuan riset-riset lain sebelum kita.

Jelas, kan alasannya? Karena, ada kemungkinan, su-


dah ada orang lain yang mempertanyakan apa yang
kita pertanyakan. Ada kemungkinan sangat besar,
sudah ada orang lain yang memikirkan apa yang kita
pikirkan. Ada kemungkinan sangat besar pula sudah
Raksasa itu adalah kumpulan ilmuwan dan akademi-
ada orang lain yang menuliskan, meneliti, memodi­
si sebelum Newton, sebelum siapa pun dari kita yang
fikasi apa yang ingin kita tulis, kita teliti, atau kita
berniat memberikan kontribusi pada ilmu pengeta-
modifikasi.
huan. Seproduktif dan segenius apa pun seseorang,
kontribusi yang bisa ditambahkan pada bangunan

186 187
Menyiasati Sesat Pikir

ilmu pengetahuan dalam rentang hidupnya tentu


tidak akan menyamai ukuran bangunan yang sudah
disusun oleh bergenerasi-generasi pemikir dan pe-
neliti terdahulu.
The Devil’s
Advoca te
Jadi, sedikit pesan buat adik-adik yang mau mem-
buat riset atau karya ilmiah: banyak-banyaklah baca
dulu, ya …. Patuhi dengan baik juga cara pengutipan
dan penyebutan referensi. Jangan sampai kita merasa
sudah membuat penemuan besar, terobosan orisinal,
padahal sebenarnya itu adalah sesuatu yang sudah di-
bahas atau ditemukan orang lain bertahun-tahun sil-

S
am. Ya, tentu itu tidak membuat karyamu sepenuhn- alah satu kemampuan yang penting dilatih un-
ya sia-sia, sih. Cuma, jadi enggak maju-maju, dong. tuk berpikir kritis adalah melihat sesuatu dari
Jalan di tempat. Sayang, bukan?[] sudut pandang yang berbeda. Ini juga penting untuk
mengatasi my-side bias atau blind spot bias, kesulitan
kita dalam melihat bias diri sendiri.

Ini tidak mudah dilakukan. Biar bagaimana, kita cen­


derung dikelilingi—dan lebih senang dikeli­lingi—
oleh mereka yang sepemikiran dengan kita. Ya, wa­
jar saja. Capek kan berdebat melulu. Merasa benar
dan yakin juga jauh lebih menyenangkan ketimbang
merasa keliru dan ragu.

188 189
Menyiasati Sesat Pikir Menyiasati Keterbatasan

Nah, entah karena kena kutukan atau apa, saya dapat Memang sih, dalam kasus hubungan personal yang
pasangan hidup yang hobi banget berperan sebagai sangat intim, tidak semua pasangan harus punya de­
devil’s advocate. Ini adalah istilah untuk menyebut vil’s advocate. Namun, secara umum, kita harus selalu
mereka yang mengambil posisi berseberangan de­ punya atau menjadi ini dalam lingkup pertemanan
ngan argumen tertentu bukan karena betul-betul atau interaksi sosial kita. Bahkan di media sosial. Un-
tidak setuju, melainkan untuk menguji keabsahan tuk apa? Ya, untuk mengurangi bias-bias yang saya
argumen tersebut atau mengeksplorasi berbagai ke- sebutkan tadi. Lingkar pertemanan yang isinya sera­
mungkinan lain. Dalam hampir semua isu, suami gam, yang semua punya opini atau bahkan ideologi
saya kerap mengambil posisi berseberangan dengan hampir sama itu memang menyenangkan, tetapi
saya. Ini menyebalkan sekali sebenarnya. Ya, kadang sekaligus berpotensi menyesatkan. Yang paling jeli
kita cuma ingin divalidasi, didengarkan, diiyakan. melihat bolong argumentasi atau kekeliruan opini ki-
Nah, ini, setiap kali berpendapat tentang suatu isu, ta, ya, orang dari kubu yang berbeda.
kok didebaaaat melulu. Ditanya macam-macam. Ini
Ungkapan yang kerap beredar di Twitter beberapa
itu. Hayati lelah.
waktu lalu ketika ada kasus pelecehan seksual “ta-
Kabar baiknya, selalu ada hikmah di balik nasib bu- jam ke luar, tumpul ke circle sendiri” memang benar
ruk semacam ini. Saya jadi tahu kapan saya punya ada­nya. Jauh lebih sulit melihat atau mengkritik ke­
argumentasi yang cukup kuat tentang sesuatu. Jika salahan teman dari lingkaran pertemanan sendiri ke-
di ujung perdebatan saya cuma bisa ngambek sambil timbang yang lain. Itu sebabnya, penting sekali untuk
ngomong, “Udah deh, aku tahu, kamu tuh sebenarnya memperbanyak lingkar pertemanan, tidak memba­tasi
sependapat denganku.” Ya, berarti, pendapat saya be- pertemanan, baik di dunia nyata maupun dunia maya
lum punya landasan yang cukup kokoh. Masih harus hanya dengan mereka yang sepemahaman atau seide-
belajar lagi. Hiks ._.

190 191
Menyiasati Sesat Pikir

ologi dengan kita. Kadang, sedikit tidak nyaman me-


mang, tetapi ini perlu demi dunia yang lebih baik.[]

ng
Mema hami y a
Berbeda

B
elajar sedikit tentang psikologi kelompok me­
nyadarkan saya bahwa manusia pada dasarnya
sangat tribalistis, kekelompokan. Naluri moral kita
saja diduga muncul akibat kecenderungan ini. Itu se-
babnya pula, empati lebih mudah muncul bagi mere-
ka yang sekelompok dengan kita, entah secara etnis,
agama, bahkan hobi.

Tentu, bukan berarti, empati bagi yang berbeda


kelompok adalah hal mustahil. Empati semacam itu
tetap mungkin-mungkin saja, hanya lebih sulit. Un-

192 193
Tentang psikologi
Menyiasati Sesat Pikir Menyiasati Keterbatasan
kelompok,
Jonathan Haidt
dan John Greene
membahas dengan Akan tetapi, tak semua orang punya kesempatan un-
detail dalam
buku mereka The
tuk bertemu dengan berbagai orang dari beragam
Righteous Mind latar belakang. Seperti saya yang menghabiskan se­
dan The Moral
Tribes. pertiga awal kehidupan di lingkungan yang amat sa­
ngat homogen. Nyaris semua yang saya kenal adalah
orang Islam, NU pula. Dahulu, komentar-komentar
negatif tentang Muhammadiyah merupakan hal bia-
sa bagi saya. Tidak terasa aneh, tidak terasa “buruk”.
Terasa wajar saja. Hampir semua orang (ya, semua
tuk mengasah empati bagi yang berbeda, penting un-
orang yang saya kenal saat itu) melakukannya. Mini-
tuk mengadakan pertemuan-pertemuan dengan yang
mal, tidak menyanggahnya. Terbayang, kan, bagaima-
berbeda. Iya, rekomendasi saya memang agak-agak
na “ngerinya” komentar-komentar yang terdengar di
mirip dengan teori psikologi sosial yang terkenal itu,
lingkungan awal saya tentang yang bukan Islam?
contact theory/hypothesis.
Oleh karena itu, saya tidak kaget ketika mendengar
UAS atau ustaz-ustaz lain menyampaikan pernyataan
yang menyinggung umat beragama lain. Saya tidak
menyatakan
bahwa kaget pula mengetahui soal tanggapan kebanyakan
Contact hypothesis i yang
nd is
kontak antark
elompok pada
ko orang mengenai isu Papua. Kita memang kerap sulit
f me ng ur angi
secara efekti menganggap yang berbeda sebagai sesama manusia
tepat dapat ke lo mp ok mi­
tara anggota
prasangka an i in i di po­ yang punya perasaan dan keinginan dasar yang sama.
yoritas. Teor
noritas vs ma ah li
pulerkan sala
h satunya ol
eh Iya kita, Anda, saya, orang-orang baik hati yang rajin
le ge nd ar is di
psikologi so
sial
ort. menabung dan suka menolong.
a: Gordon Allp
dang prasangk
bi­

194 195
Menyiasati Sesat Pikir Menyiasati Keterbatasan

Haidt
beda. Misalnya, cerita tentang Papua dari blog mereka
ai Jonathan
Cerita mengen yang betul-betul pernah ke sana atau memang tinggal
s bisa
bih patrioti
yang jadi le The di sana. Atau, cerita Jamaica Kincaid di buku A Small
ku karyanya,
dibaca di bu Place tentang kesinisan penduduk sebuah pulau kecil
.
Righteous Mind kepada para wisatawan yang datang, tentang realitas
perih di balik keindahan alam di sana. Setiap bebera­
pa waktu sekali, luangkanlah waktu untuk membaca
tentang mereka yang berbeda, membaca suara-suara
Biarpun berbeda-beda, setiap individu biasanya pu­
yang terbungkam. Percayalah, dunia akan lebih baik
nya lingkaran-dalamnya sendiri, batasan ingroup-nya
jika kita semua melakukannya.[]
sendiri. Bahkan, orang-orang yang berhasil memper-
luas batas hingga mencakup seluruh umat manusia
di muka bumi, dapat juga terjebak sentimen kekelom-
pokan sesekali. Seperti Jonathan Haidt, sang ahli psi-
kologi moral, yang sesaat jadi lebih patriotis sebagai
warga Amerika Serikat usai serangan 11 September.

Untuk mengasah empati, untuk belajar menggan­


ti-ganti perspektif, sungguh perlu perjumpaan-per­
jumpaan dengan yang berbeda. Untungnya, perjum­
paan itu tidak harus selalu dilakukan secara langsung
dan fisik. Perjumpaan itu bisa dilakukan lewat ba-
caan. Lewat cerita-cerita, entah fiksi atau nonfiksi
mengenai manusia-manusia dari kelompok yang ber-

196 197
Menyiasati Keterbatasan

Pluralisme itu sepengetahuan saya adalah kondisi


orang dari kelompok yang berbeda-beda hidup ber-
isme:
Mitos Plural
sama secara damai dan toleran. (Mohon koreksi jika
kurang tepat.) Nah, orang sering mengira toleransi
ngun
Upa ya Memba
itu tombol umum yang bergerak tanpa pandang bulu

Toleransi
ke segala arah. Maksudnya, apabila seseorang mam-
pu bersikap toleran terhadap anggota kelompok lain,
maka tentunya dia akan toleran pada semua kelom-
pok lain. Ini mitos. Salah total.

Orang bisa saja sangat ramah kepada orang berbeda


agama, tetapi sangat bias kepada mereka yang seaga­
ma tapi beda pilihan presiden. Atau, sebaliknya.

D
i media sosial ramai bahasan soal mitos plu-
ralisme. Apalagi lingkungan saya NU banget. Orang bisa sangat toleran kepada mereka yang ber­
Intinya, ada artikel jurnal yang mengatakan bahwa etnis Cina, tetapi benci kepada yang Papua. Atau, se-
pluralisme NU itu mitos belaka. Namun, monmaap, baliknya
saya belum baca artikel jurnal kontroversial itu. Jadi,
Orang bisa sangat toleran soal etnis, tetapi diskrimi­
saya bukan mau membantah atau mendukung isinya.
natif kepada mereka yang berbeda gender. Atau, seba­
Saya mau membahas suatu mitos tentang kemam-
liknya.
puan manusia untuk bersikap toleran dari sudut yang
agak berbeda. Yang agak psikologis. Maklumlah, saya Poin sulit dalam mengupayakan pluralisme: hampir
memang bisanya cuma itu. semua hal bisa menjadi landasan pembagian ingroup

198 199
Menyiasati Sesat Pikir Menyiasati Keterbatasan

vs outgroup, kelompokku vs kelompokmu. Bisa warna bikin kredo semacam “semua (manusia) setara di ma-
kulit, agama, suku, strata ekonomi, gender, bahkan ta hukum”.
pilihan presiden atau klub sepak bola. Begitu Anda
Namun, sekali lagi, karena default manusia yang
mengidentifikasi diri berdasarkan landasan ini, Anda
kekelompokan, sikap toleran tidak bisa mewujud be-
sudah siap untuk bersikap tidak toleran (meski tentu
gitu saja. Perlu ada upaya keras membentuk ulang ke-
tidak sesimpel ini juga. Untuk mewujudkan kecende­
cenderungan bawaan ini. Dalam spektrum nature vs
rungan bersikap intoleran, perlu pula beberapa faktor
nurture, kita perlu habis-habisan menggarap nurture.
lain).
Caranya? Macam-macam ... bisa dengan pendidikan,
Seperti yang sudah saya bilang berkali-kali, manusia baik formal maupun nonformal, penyusunan aturan
pada dasarnya tribalistis, kekelompokan. Default ma- hukum yang menghalangi orang bertindak diskrimi­
nusia adalah berafiliasi pada satu kelompok/identi- natif terhadap kelompok lain, implementasi aturan
tas dan memandang manusia yang lain sebagai liyan, semacam itu, dan masih banyak lagi.
bahkan kadang sebagai bukan manusia (dehumanisa-
Upaya membangun toleransi antarkelompok sema-
si). Itu sebabnya, kita punya segala tragedi kemanu-
cam ini dilakukan oleh teman-teman aktivis plural-
siaan, seperti nazisme, rasisme, kolonialisme.
isme. Mereka ini juga ada banyak di dalam tubuh NU.
Akan tetapi, ya bukan manusia namanya jika hanya Ada yang bekerja di isu feminisme untuk mengajak
mengikuti default. Kita ini sangat bisa memodifika- orang melihat lelaki dan perempuan sebagai sesama
si kecenderungan bawaan. Otak kita plastis, lentur, manusia. Ada yang bekerja di isu lintas iman, untuk
luwes. Oleh karena itu, ada pula manusia-manusia “mendidik ulang” otak bahwa mereka yang berbe-
mulia yang bisa nyaris selalu memandang manusia da agama bukanlah musuh. Ada yang bekerja di isu
secara setara. Itu sebabnya, umat manusia juga bisa lain untuk kelompok lain. Apakah berhasil? Ya, jelas
belum. Ini upaya jangka panjang yang harus terus di-

200 201
Menyiasati Sesat Pikir

ulangi. Bayi-bayi baru akan lahir dengan membawa


kecenderungan melakukan kategorisasi sosial yang
jika tidak hati-hati bisa menjurus ke prasangka. Su-
ir
Latihan Berpik
sahnya lagi, berhasil meredakan sikap intoleran pada
satu kelompok, masih menyisakan buanyak kecende­
rungan intoleransi lain pada kelompok yang lain. Kritis
Apakah ini khas NU? Ya, enggaklah. Semua manusia,
ya, seperti itu. Prasangka sebagai default otak tidak
mendadak hilang begitu orang berhasil melatih otak
untuk mengendalikan kecenderungan itu. Ia hanya
sekadar kalah pengaruh dengan sambungan neuron

S
yang mengatur kendali diri. Itu pun baru untuk satu ebuah artikel lawas mengenai vaksinasi men-
kelompok. Anda harus berlatih toleran untuk kelom- gajari saya cara membaca artikel jurnal dengan
pok-kelompok yang lain juga. Susah? Iyaa. … cemu­ benar: jangan membaca penjelasan atau kesimpulan
ngud kakak![] si penulis dahulu sebelum mengecek data mentahnya
dan membaca tuntas metode risetnya. Buat kesimpu-
lan sendiri. Baru setelah itu, periksa apakah penjelas-
an dan kesimpulan penulis sama atau berbeda dengan
kesimpulan kita. Alasannya: jika membaca penjelas-
an atau kesimpulan terlebih dahulu, kita cenderung

202 203
Menyiasati Sesat Pikir Menyiasati Keterbatasan

terbawa alur argumen penulis dan menyepakati begi- Hal semacam ini adalah salah satu latihan berpikir
tu saja penjelasan yang disodorkan olehnya. * 1
kritis.

Wah. Jangankan membaca bagian “metode” dan “di- Sulit memang. Perlu berlatih terus-menerus untuk
skusi”, membaca judul dan abstrak artikel jurnal yang membuatnya lancar. Akan tetapi, penting dilakukan
bahasanya rumit saja sudah merupakan prestasi bagi karena mereka yang terbiasa berpikir kritis cende­
saya. rung lebih kebal terhadap hoaks, lebih terbuka terha­
dap liyan, tidak gampang termakan isu, lebih sehat
Walaupun demikian, harus diakui, ini nasihat bagus.
dalam berpolitik. Intinya, jika memakai bahasa agak
Once in a blue moon, jika ada waktu saaangat longgar
syar’i: menjadi rahmatan lil alamin, gitu deh. Bukankah
dan situasi yang mendukung (misalnya saat dikejar
memang itu yang seharusnya menjadi target dalam
tenggat dosen pembimbing tesis), saya melakukan itu
hidup semua manusia? Menjadi rahmat, keberkahan,
pada artikel jurnal ilmiah. Namun, saya lebih sering
bagi alam semesta.[]
melakukannya pada artikel-artikel populer atau pos­
tingan viral di media sosial. Cek datanya. Buat kesim­
pulan sendiri. Jangan terbawa arus yang diinginkan
oleh penulis asli. Cari data pembanding. Jika sulit,
cari sudut pandang lain. Pertimbangkan mana yang
paling absah menurut kita. Bukan menurut si A atau
si B. Namun, tentu saja, asumsinya kita sudah bisa
membedakan mana fakta dan mana opini, sih.

*
1 Maaf sekali saya lupa apa judul artikelnya.

204 205
Penutup

M
engompilasi tulisan-tulisan pendek saya, men-
gategorisasi, dan lantas mengeditnya menjadi
buku ini adalah perjalanan batin yang tidak ringan
bagi saya. Banyak ketidakpuasan, banyak ketidaksem-
purnaan, banyak bolong yang saya tambal ternyata
menyisakan bolong lain di tempat yang berbeda. Ban-
yak bahasan yang belum masuk, misalnya tentang an-
choring effect, halo effect, bahkan tentang confirmation
bias yang sempat saya singgung beberapa kali ketika
membahas bias yang lain. Namun, saya meniatkan
buku ini bukan sebagai sebuah karya yang sempur-
na, melainkan sebagai sebuah ajakan terbuka untuk
berbincang dan mengeksplorasi tema-tema yang se-
lama ini menjadi perhatian, keprihatinan, atau kege-
maran saya. Semoga, kelak, akan ada yang menyam-
but tawaran ini dan dengan demikian memperkaya
khazanah pengetahuan masyarakat mengenai ilmu

207
Kepustaka an
Menyiasati Sesat Pikir

psikologi dan pengetahuan tentang manusia secara


umum.

Akhirul kalam, saya ingin mengucapkan banyak ter-


ima kasih kepada pihak-pihak yang memungkinkan
buku ini sampai ke tangan pembaca. Keluarga saya,
pihak Afkaruna, dan guru-guru saya, baik yang men- Ariely, Dan. 2008. Predictably Irrational: The Hidden Forces
That Shape Our Decisions. NYC: HarperCollins
gajari saya secara langsung lewat sekolah dan perkuli-
ahan, maupun yang menemui dan mengajari saya le- Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementeri-
wat karya-karya tulis mereka yang luar biasa.[] an Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia. 2016. https://kbbi.kemdikbud.go.id/

Brandt, M. J., & Crawford, J. T. 2016. Answering unresolved


questions about the relationship between cognitive ability
and prejudice. Social Psychological and Personality Science,
7(8), 884-892

Dawkins, Richard. 2006. The Selfish Gene. Oxford: Oxford


University Press

De Martino, B., Kumaran, D., Seymour, B. & Dolan, R. J.


2006. Frames, biases and rational decision-making in the
human brain. Science 313, 684–687

Diamond, Jared. 2018. Collapse: Runtuhnya Peradaban-Per­


adaban Dunia. Jakarta: KPG

208 209
Menyiasati Sesat Pikir Kepustakaan

Diamond, Jared. 2017. Guns, Germs, and Steel: Rangkuman Hauser, Marc. 29 April 2010. “Temple Grandin”. Time. Di­
Riwayat Masyarakat Manusia. Jakarta: KPG tinjau ulang 14 April 2019

Fiske, S. T. 2005. Social cognition and the normality of pre- https://autisme.co.id/autisme/apa-itu-asperger/


judgment. Dalam J. F. Dovidio, P. Glick, & L. A. (red.), On the
https://id.wikipedia.org/wiki/Bias
Nature of Prejudice: Fifty Years After Allport (pp. 36-53). New
Jersey: Blackwell Publishing https://id.wikipedia.org/wiki/Bias_kognitif#cite_note-:0-1
Foulk, T. A., Chighizola, N., & Chen, G. 2020. Power corrupts https://id.wikipedia.org/wiki/Bias_konfirmasi
(or does it?): An examination of the boundary conditions of
the antisocial effects of experienced power. Social and Per- https://id.wikipedia.org/wiki/Esensialisme
sonality Psychology Compass, 14(4), e12524
https://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_evolusioner
Gatlin, K. P., Cooley, L. G., & Elam, A. G. 2019. Confirmation
https://repository.bsi.ac.id/index.php/unduh/
bias: Does it vary by culture or education level. International
item/240409/Psikologi-Komunikasi-4.pdf
Journal of Business Marketing and Management, 4(2), 40-43
https://second.wiki/wiki/naive_theorie
Greene, Joshua D. 2013. Moral Tribes: Emotion, Reason, and
the Gap Between Us and Them. New York: Penguin Press https://twitter.com/GretaThunberg/sta-
tus/1167916177927991296
Haidt, Jonathan. 2001. The emotional dog and its rati­
onal tail: A social intuitionist approach to moral judg- https://www.britannica.com/topic/Siren-Greek-mythology
ment. Psychological Review, 108(4), 814–834. https://doi.
org/10.1037/0033-295X.108.4.814 https://www.kompas.com/edu/
read/2021/01/08/151849371/buku-the-righ-
Haidt, Jonathan. 2012. The Righteous Mind: Why Good People teous-mind-membongkar-fitrah-manusia?page=all
are Divided by Politics and Religion. New York City: Pantheon

Harari, Yuval Noah. 2017. Sapiens: A Brief History of Human-


kind. NYC: Harper

210 211
Menyiasati Sesat Pikir Kepustakaan

Jamison, Kay Redfield. 1993. Touched with Fire: Manic-De- like conservatives. Journal of Experimental Social Psychology,
prresive Illness and the Artistic Temperament, New York: The 45(4), 901-907
Free Press
Nelson, T. D. 2009. Handbook of Prejudice, Stereotyping, and
Kincaid, Jamaica. 2000. A Small Place. New York: Farrar, Discrimination. New York: Psychology Press
Straus and Giroux
Nichols, Tom. 2018. Matinya Kepakaran, The Death of Ex-
Kirkpatrick, Lee A. 2005. Attachment, Evolution, and the Psy- pertise: Perlawanan terhadap Pengetahuan yang Telah Mapan
chology of Religion. New York: Guilford Press dan Mudaratnya. Jakarta: KPG

Kurzban, Robert. 2010. Why Everyone (Else) Is a Hypocrite: O’Shea, B. A., Watson, D. G., Brown, G. D. A., & Fincher, C. L.
Evolution and the Modular Mind. New Jersey: Princeton Univ. 2020. Infectious disease prevalence, not race exposure, pre-
Press dicts both implicit and explicit racial prejudice across the
United States. Social Psychological and Personality Science,
Lee, Ang, dkk. (Produser). 2012. Life of Pi. Amerika Serikat:
11(3), 345–355. https://doi.org/10.1177/1948550619862319
Fox 2000 Picture. 127 menit
Ong, Walter J. 2002. Orality and Literacy: The Technologizing
Martel, Yann. 2001. Life of Pi. Knopf Canada
of the Word. New York: Routledge
McGonigal, Kelly, YouTube, https://www.youtube.com/c/
Ong, Walter J. 2013. Kelisanan dan Keaksaraan. Yogyakarta:
KellyMcGonigalAuthor
Gading Publishing
Morton, B. E.; Svard, L.; Jensen, J. 2014. Further evi­
Pinker, Steven. 2002. The Blank Slate: The Modern Denial of
dence for hemisity sorting during career specializa-
Human Nature. New York: Penguin
tion. Journal of Career Assessment, 22(2), 317–328.
doi:10.1177/1069072713493986 Rivera, Jonas (Produser). 2015. Inside Out. Amerika Seri-
kat: Walt Disney Pictures dan Pixar Animation Studios. 95
Nail, P. R., McGregor, I., Drinkwater, A. E., Steele, G. M., &
menit
Thompson, A. W. 2009. Threat causes liberals to think

212 213
h
Daft ar Istila
Menyiasati Sesat Pikir

Sacks, Oliver. 1985. The Man Who Mistook His Wife for a Hat
and Other Clinical Tales. Summit Books

Santos-Luiz, C. 2007. The learning of music as a means to


improve mathematical skills dalam prosiding International
Symposium on Performance Science (pp. 135-140)

Skinner, A. L., & Meltzoff, A. N. 2019. Childhood experienc- altruisme: 1. n paham (sifat) yang lebih memperhatikan
es and intergroup biases among children. Social Issues and dan mengutamakan kepentingan orang lain (kebalikan
Policy Review, 13(1), 211-240 dari egoisme); 2. n Antr sikap yang ada pada manusia, yang
mungkin bersifat naluri, berupa dorongan untuk berbuat
Stanovich, K. E. 2012. On the distinction between rational-
jasa kepada orang lain
ity and intelligence: Implications for understanding indi-
vidual differences in reasoning. Dalam K. Holyoak, & R. M. Asperger, Sindrom: gangguan perkembangan yang ter-
(Eds.), The Oxford Handbook of Thinking and Reasoning (pp. masuk dalam ASD (Autism Spectrum Disorder); gangguan
343-365). New York: Oxford University Press ini dicirikan dengan kesulitan berkomunikasi nonverbal
dan bersosialisasi. Asperger berbeda dengan autisme pada
umum­nya karena biasanya kemampuan bahasa dan inteli-
gensi relatif baik.

attachment (kelekatan): n Psi hubungan afektif antara satu


individu dengan individu lain yang mempunyai arti khu-
sus; konsep mengenai ikatan istimewa antara orang tua dan
anak

availability heuristic: atau availability bias adalah jalan pin-


tas kognitif yang dilandaskan pada kecenderungan bawaan
benak untuk lebih memprioritaskan, dan dengan demikian
menganggap lebih penting, hal-hal yang lebih mudah di­

214 215
Menyiasati Sesat Pikir Daftar Istilah

ingat ketimbang hal-hal yang lebih sulit diingat. Data yang mungkinkan organisme mendeteksi kehadiran parasit
kita gunakan untuk membuat keputusan atau penilaian atau patogen menular di lingkungan terdekat mereka dan
adalah yang lebih tersedia (available) di ingatan. Bias ini menjalankan perilaku yang mencegah kontak dengan ob-
membuat kita cenderung membuat penilaian atau kesim- jek atau individu yang terkait. Mirip dengan parasite-stress
pulan berdasarkan peristiwa yang paling baru, atau ber- hypothesis/theory, tetapi bekerja di level individual
dasarkan hal-hal yang lebih mengesankan bagi kita atau
bias: dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bias berarti sim-
yang lebih banyak diberitakan di media.
pangan. Arti lain dalam KBBI di ranah fisika, bias berarti
autisme: n gangguan perkembangan pada anak yang be- belokan arah dari garis tempuhan karena menembus ben-
rakibat tidak dapat berkomunikasi dan tidak dapat meng­ da bening yang lain (seperti cahaya yang menembus kaca).
ekspresikan perasaan dan keinginannya sehingga perilaku Serupa dengan definisi itu, bias berpikir adalah kondisi ke-
hubungan dengan orang lain terganggu. Saat ini disebut tika pikiran kita menyimpang dari arah yang lurus, seperti
sebagai gangguan spektrum autisme atau autism spectrum ada pemberat yang membelokkan arah berpikir, entah itu
disorder karena gejala dan tingkat keparahannya bervariasi. mendukung atau tidak mendukung, menyetujui atau tidak
menyetujui sesuatu, secara tidak proporsional.
bandwagon effect: istilah yang digunakan untuk menjelas-
kan kecenderungan orang menampilkan perilaku, gaya, bias blind spot: kecenderungan lebih mudah mendeteksi
atau sikap tertentu karena banyak orang lain yang melaku- bias pada diri orang lain ketimbang pada diri sendiri; ada
kan atau menunjukkan sikap yang sama titik buta (blind spot) yang membuat kita tak mampu me­
nyadari bias-bias kita sendiri
bawah sadar: lengkapnya alam bawah sadar (subconscious)
adalah segala aktivitas mental yang terjadi tanpa kesadar­an bias kognitif: kondisi yang terjadi ketika alam bawah sa-
manusia dan tak dapat dikontrol secara aktif. Bagian benak dar punya kecenderungan tertentu yang menimbulkan
yang menciptakan mimpi adalah salah satu contoh dari kesalah­an dalam berpikir, memproses, dan menafsirkan
alam bawah sadar. informasi. Hal ini juga dapat mempengaruhi rasionalitas
dan keakuratan dalam menentukan keputusan dan pe-
behavioral immune system: istilah yang digunakan untuk
nilaian. Bias merupakan proses yang tidak disadari dan
menyebut serangkaian mekanisme psikologis yang me-
secara otomatis dirancang untuk membuat pengambilan

216 217
Menyiasati Sesat Pikir Daftar Istilah

keputusan yang lebih cepat dan efisien. Bias kognitif dapat contact theory/hypothesis: teori atau hipotesis dalam psi-
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor heuristik kologi (dan beberapa bidang ilmu sosial lain) bahwa kontak
(jalan pintas mental), tekanan sosial, dan emosi. antarkelompok pada kondisi yang tepat dapat secara efektif
mengurangi prasangka antara anggota kelompok minoritas
bias konfimasi: suatu kecenderungan manusia untuk
vs mayoritas. Teori ini dipopulerkan salah satunya oleh ah-
men­cari bukti-bukti yang mendukung pendapat atau ke-
li psikologi sosial legendaris di bidang prasangka: Gordon
percayaannya serta mengabaikan bukti-bukti yang menya-
Allport.
takan sebaliknya
depresi: 2 n Psi gangguan jiwa pada seseorang yang ditan-
bipolar, gangguan: Psi gangguan mental yang sifatnya
dai dengan perasaan yang merosot (seperti muram, sedih,
berulang dalam rentang waktu tertentu, ditandai dengan
perasaan tertekan)
perubahan suasana hati secara fluktuatif dan drastis, bi-
asanya berlangsung seumur hidup; depresi manik devil’s advocate: istilah untuk menyebut mereka yang
meng­ambil posisi berseberangan dengan argumen tertentu
cognitive dissonance (disonansi kognitif): perasaan tak
bukan karena betul-betul tidak setuju, melainkan untuk
nyaman yang dirasakan ketika seseorang dihadapkan pada
menguji keabsahan argumen tersebut atau mengeksplorasi
data atau fakta baru yang bertentangan dengan keyakinan
berbagai kemungkinan lain
atau nilai-nilai awal
Dunning-Kruger Effect: bias kognitif yang menyebabkan
common sense: penilaian berdasarkan persepsi sederhana
orang-orang berkemampuan rendah menilai kemampuan
mengenai situasi atau fakta; bisa juga berarti pandangan
mereka terlalu tinggi, sementara orang berkemampuan
awam
tinggi menilai kemampuan mereka lebih rendah dari seha-
confirmation bias: suatu kecenderungan bagi orang-orang rusnya
untuk mencari bukti-bukti yang mendukung pendapat atau
esensialis(me): dalam psikologi adalah pandangan bahwa
kepercayaannya serta mengabaikan bukti-bukti yang me­
kategori-kategori tertentu (misalnya perempuan, kelompok
nyatakan sebaliknya
etnis) memiliki realitas dasar atau hakikat sejati yang tak
bisa diamati secara langsung

218 219
Menyiasati Sesat Pikir Daftar Istilah

euforia: n perasaan nyaman atau perasaan gembira yang membantu pemecahan masalah dan penilaian probabilitas
berlebihan secara lebih cepat, misalnya dengan menggunakan general-
isasi atau prinsip dasar tertentu. Heuristika bisa ditempuh
evolusioner: terkait dengan teori evolusi
manusia secara sadar atau tidak sadar.
falsifikasi: merupakan salah satu ciri yang membedakan
histeria: n Psi gangguan pada gerak-gerik jiwa dan rasa
sains dari non-sains menurut Karl Popper. Suatu teori baru
dengan gejala luapan emosi yang sering tidak terkendali,
bisa dianggap ilmiah atau saintifik bila dapat diuji dan di-
seperti tiba-tiba berteriak-teriak, menangis, tertawa, mati
buktikan kekeliruannya. Misalnya hipotesis bahwa “semua
rasa, lumpuh, dan berjalan dalam keadaan sedang tidur
angsa berwarna putih” dapat dibuktikan kekeliruannya
alias difalsifikasi dengan melihat seekor angsa berwarna ingroup: secara umum adalah kelompok sosial tempat kita
hitam. Ini berbeda dengan konsep verifikasi yang akan me- tergabung di dalamnya atau merasa mengidentifikasi diri
merlukan pengamatan terhadap semua angsa untuk men- dengannya; lawan dari outgroup
dukung hipotesis bahwa “semua angsa berwarna putih”.
ingroup favoritism: kecenderungan manusia untuk menga-
fiksi: 1. n Sas cerita rekaan (roman, novel, dan sebagainya); nakemaskan anggota kelompoknya sendiri ketimbang ang-
2. n rekaan; khayalan; tidak berdasarkan kenyataan; 3. n gota kelompok lain
pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau pikiran
inkompatibilitas: n ketidakcocokan; ketidaksesuaian
framing effect (efek pembingkaian [informasi]): bias kog-
insting: 1. n pola tingkah laku yang bersifat turun-temu­
nitif yang terjadi ketika orang mengambil pilihan lebih ber-
run yang dibawa sejak lahir; naluri; garizah; 2. n Zool ke-
dasar bagaimana suatu informasi itu disajikan (dibingkai)
cenderungan pada tingkah laku yang diwarisi dari nenek
dalam kata-kata ketimbang oleh informasi itu sendiri
moyang dan kebiasaan pada binatang jenis tertentu tanpa
Frenologi: konsep bahwa bentuk kepala bisa memprediksi pengalaman sebelumnya atau tanpa tujuan yang mendasar
kepribadian (seperti pembuatan tempat tinggal yang khas, mendapat
dan menyimpan serta mencerna makanannya yang mung­
heuristika (heuristics): dalam bidang pengambilan kepu-
kin dapat dimanfaatkan pada musim hujan); 3. n Psi daya
tusan adalah strategi atau jalan pintas mental yang dapat
dorong utama pada manusia bagi kelangsungan hidupnya

220 221
Menyiasati Sesat Pikir Daftar Istilah

(seperti nafsu berahi, rasa takut, dorongan untuk berkom- konformitas: 1. n persesuaian; kecocokan; 2. n Huk kese-
petisi); dorongan untuk secara tidak sadar bertindak yang suaian sikap dan perilaku dengan nilai dan kaidah yang
tepat berlaku

intergroup: antarkelompok literasi: 1. n kemampuan menulis dan membaca; 2. n pe­


ngetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas
intuisi: n daya atau kemampuan mengetahui atau mema-
tertentu; 3. n kemampuan individu dalam mengolah infor-
hami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari; bisikan hati;
masi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup
gerak hati
mania, fase: Salah satu dari dua fase suasana hati pada
intuitif: a bersifat (secara) intuisi, berdasar bisikan (gerak)
penderita gangguan bipolar. Fase yang lain adalah fase de-
hati
presi. Fase mania ditandai dengan suasana hati yang penuh
IQ (intelligence quotient): hasil dari upaya menguantifikasi gairah dan semangat, sementara fase depresi ditandai de­
konsep kecerdasan atau inteligensi yang lebih abstrak dan ngan suasana hati yang muram dan murung.
kompleks melalui serangkaian tes. Ada macam-macam je-
memory retrieval: pemunculan kembali ingatan
nis tes IQ karena ada beragam teori kecerdasan.
mindful: sadar penuh terhadap segala yang terjadi pada tu-
irasional: 1. a tidak berdasarkan akal (penalaran) yang se-
buh dan pikiran
hat; 2. a tidak masuk akal; tidak terhitung lagi; segala hal
yang menyimpang dari rasional moralitas: serangkaian standar yang memungkinkan ma-
nusia hidup bersama dalam kelompok. Sistem nilai yang
justifikasi: 1. n putusan (alasan, pertimbangan, dan se-
membedakan antara benar dan salah atau perilaku yang
bagainya); 2. n penyesuaian
baik dan yang buruk.
kognitif: 1. a berhubungan dengan atau melibatkan kogni-
my-side bias: bias yang berupa kesulitan dalam melihat bi-
si; 2. a berdasar kepada pengetahuan faktual yang empiris
as diri sendiri

naive theory (teori naif): adalah penjelasan informal, com-


mon sense yang digunakan orang sehari-hari untuk mema-

222 223
Menyiasati Sesat Pikir Daftar Istilah

hami lingkungan mereka. Biasanya berbeda dengan pen- persepsi: 1. n tanggapan (penerimaan) langsung dari sesu­
jelasan formal saintifik atas apa yang sesungguhnya terjadi. atu; serapan; 2. n proses seseorang mengetahui beberapa
hal melalui pancaindranya
nalar: 1. n pertimbangan tentang baik buruk dan sebagai­
nya; akal budi; 2. n aktivitas yang memungkinkan seseorang prasangka: 2. n Psi pendapat atau sikap yang berlandaskan
berpikir logis; jangkauan pikir; emosi sehingga tidak terbuka terhadap alasan yang berla-
wanan dengan apa yang diyakini; 3. praduga
neuropsikologi: n Psi pendekatan psikologi yang meme­
riksa hubungan antara fungsi neurologi dengan perilaku, primordial: 1. a Bio termasuk dalam bentuk atau tingkatan
kognisi, dan emosi pada organisme yang paling awal; 2. a paling dasar

obsesi: 1. n ide atau perasaan yang sangat merasuki pikiran; pseudosains: n sistem teori, asumsi, dan metode yang se-
2. n Psi gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda cara keliru dianggap ilmiah
seseorang dan sangat sukar dihilangkan
psikoanalisis: n Psi cara untuk secara terperinci menda­
outgroup: secara umum adalah semua kelompok yang kita patkan pengalaman emosional yang dapat menjadi sumber
tidak tergabung di dalamnya atau merasa mengidentifikasi atau sebab gangguan jiwa dan represinya
diri dengannya; lawan dari ingroup
psikologi evolusioner: kajian atas perilaku, pikiran, dan
outgroup homogeneity: menganggap outgroup lebih homo- perasaan manusia dilihat melalui lensa teori evolusi
gen ketimbang ingroup
psikosis: gangguan kejiwaan yang ditandai dengan kesulit­
parasite-stress hypothesis/theory: dalam hal budaya ada- an membedakan mana yang nyata dan mana yang bukan
lah pandangan bahwa perbedaan budaya yang kita lihat di
psikoterapi: 1. n cara pengobatan dengan menggunakan
berbagai wilayah dipengaruhi oleh faktor perbedaan level
pengaruh (kekuatan batin) dokter atas jiwa (rohani) pen-
ancaman infeksi parasit atau kuman di wilayah ma­sing-
derita, dengan cara tidak menggunakan obat-obatan, tetapi
masing
dengan metode sugesti, nasihat, hiburan, hipnosis, dan se-
bagainya; terapi psikologi; 2. n Psi penggunaan teknik psi-

224 225
Menyiasati Sesat Pikir Daftar Istilah

kologi yang terdiri atas behavioristik, kognitif, humanistik, skizofrenia: n penyakit jiwa yang ditandai oleh ketidak­
dan psikoanalisis acuhan, halusinasi, waham untuk menghukum, dan mera-
sa berkuasa, tetapi daya pikir tidak berkurang
rasional: a menurut pikiran dan pertimbangan yang logis;
menurut pikiran yang sehat; cocok dengan akal; dalam ka- split personality: nama resminya sekarang adalah dissocia-
jian psikologi di bidang pengambilan keputusan, yang dise- tive identity disorder, gangguan mental yang dicirikan oleh
but rasional adalah apabila individu mengambil keputusan adanya minimal dua kepribadian yang berbeda dalam diri
paling optimal, yakni yang manfaatnya jauh lebih besar ke- satu individu
timbang mudaratnya.
stereotip: 1. a berbentuk tetap; berbentuk klise; 2. n konsep-
rasionalitas: n kerasionalan si mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka
yang subjektif dan tidak tepat
recall, free recall: memunculkan kembali data yang pernah
disimpan dalam memori tanpa bantuan sama sekali, meng- tabula rasa, teori: adalah pandangan epistemologi bahwa
hafal luar kepala, contohnya menyebutkan nama kenalan manusia lahir tanpa isi mental bawaan. Seluruh sumber
pengetahuan diperoleh dari pengalaman dan persepsi alat
recognition: mengenali kembali data yang pernah disimpan
indranya terhadap dunia di luar diri.
dalam memori, contohnya mengenali wajah
tribalistis: kekelompokan
respons: n tanggapan; reaksi; jawaban
utilitarian: 1. n pemanfaatan; 2. a berhubungan dengan
scientific thinking: pola berpikir ilmiah; tipe upaya mencari
utilitarianisme; 3. n pengikut utilitarianisme
pengetahuan dengan pencarian informasi yang disenga-
ja, termasuk mengajukan pertanyaan, menguji hipotesis, utilitarianisme: n keyakinan bahwa nilai dari suatu hal
melakukan pengamatan, mengenali pola, mengambil kes- atau tindakan ditentukan oleh utilitas atau manfaat.[]
impulan

skeptis: a kurang percaya; ragu-ragu (terhadap keberhasil­


an ajaran dan sebagainya)

226 227
lis
Tentang Penu
Tentang Oenulis

lakang saya agar dapat menebak bias macam apa saja


yang mungkin menghinggapi saya. Ini penting un-
tuk mempertahankan sikap skeptis yang perlu terus
dipelihara agar dapat berpikir ilmiah, setidaknya agar
dapat mengunyah buku ini dengan sebaik-baiknya.
Oleh karena itu, saya coba cantumkan berikut ini be-
Selalu sulit mencoba menuliskan
berapa hal yang barangkali diperlukan.
tentang siapa diri ini. Karena,
pertama, saya tak benar-benar Saya lahir di Jombang Jawa Timur beberapa puluh ta-
yakin siapa diri saya. Pencari- hun silam. Orangtua saya sepakat menamai saya Rika
an untuk itu masih terus ber- Iffati Farihah. Setelah menghabiskan masa kecil di
langsung. Kiranya hingga akhir sana hingga lulus madrasah aliyah di sekolah yang
hayat. dikelola oleh yayasan milik keluarga sendiri, bernama
Yayasan Al-Khoiriyah Hasyim, saya memutuskan un-
Kedua, saya tak yakin apa saja yang perlu dicantum-
tuk memulai petualangan baru dengan melanjutkan
kan. Apa, sih, yang perlu diketahui orang mengenai
pendidikan di Yogyakarta. Pilihan akhirnya tertam-
diri saya? Kalau memang ada perlunya. Mungkin, ti-
bat ke Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
dak ada, sebenarnya.
dengan harapan menggebu-gebu akan belajar banyak
Akan tetapi, saya mencoba bersikap pragmatis. Kare- hal menarik tentang manusia. Namun, setelah lulus,
na saya menulis tentang psikologi, pembaca atau saya malah membelot dari dunia psikologi dan memi-
calon pembaca mungkin perlu tahu apakah saya lih terjun ke dunia perbukuan. Saya merasa berutang
cukup punya kapasitas untuk melakukan itu. Selain banyak pada buku. Beberapa buku telah mengubah
itu, pembaca mungkin perlu tahu sedikit latar be-

228 229
Menyiasati Sesat Pikir Tentang Oenulis

arah hidup dan pemahaman saya mengenai banyak si, akhirnya terkumpul dan terangkai menjadi buku
hal. yang tengah Anda baca ini.

Setelah sempat menjadi editor di beberapa penerbi- Sebelum kuliah S-2, saya berniat menjadi peneliti.
tan Mizan Grup termasuk Bentang Pustaka, saya akh- Setelah lulus, niat itu hanya sempat terlaksana seki-
irnya memutuskan menjadi penerjemah dan edit­ tar setahun ketika saya bergabung dengan tim riset
or lepas pasca-kelahiran anak pertama. Menjadi ibu sebuah lembaga yang bergerak di bidang pendidikan.
adalah petualangan baru saya. Untuk itu, saya merasa Meski kini berhadapan dengan kesibukan random,
perlu lebih banyak waktu bersama keluarga. kepedulian terhadap pendidikan tetap tersalur de­
ngan menjadi anggota BPMSP (Badan Pengendali
Sejauh ini pun, ibu masih menjadi identitas utama
Mutu Sekolah dan Pesantren) Bumi Cendekia Yogya­
saya meski bukan satu-satunya. Pengalaman menja-
karta. Kepedulian mengenai keagamaan juga saya
di ibu pulalah yang membuat saya pernah menjadi
salurkan dengan mendirikan situs neswa.id. bersama
fasilitator di sekolah alternatif Sanggar Anak Alam,
beberapa teman, serta dengan menjadi pengurus or-
juga mendorong saya kembali menekuni buku-buku
ganisasi massa berbasis agama, Fatayat NU DIY. Di
psikologi hingga akhirnya memutuskan melanjutkan
luar itu semua, aktivitas saya yang lebih reguler se-
kuliah kembali di almamater. Kali ini, di jenjang Ma-
benarnya adalah mengelola beberapa gerai penganan
gister Psikologi yang lebih menantang. Stimulasi in-
berlabel “Mooi Donat Jogja”.
telektual yang didapat dari situ membuat saya selama
beberapa waktu aktif menulis esai bertema psikologi, Demikianlah tentang saya, penulis buku yang ada di
baik untuk berbagai media daring seperti islami.co tangan Anda sekarang.
dan neswa.id, maupun untuk sekadar mengisi akun
Saya tentu berharap buku ini bermanfaat. Lebih am-
media sosial saya pribadi. Tulisan-tulisan ini, ditam-
bisius lagi, saya berharap buku ini dapat mengubah
bah beberapa tulisan lain yang tak sempat terpublika-

230 231
Menyiasati Sesat Pikir

cara pandang atau cara berpikir banyak orang ke a­rah


yang lebih baik. Namun, sebagai seorang pesimis, se-
jujurnya saya hanya berani berharap semoga Anda
tidak menyesal telah membuka buku ini dan memba-
canya. Terima kasih sudah memberi kesempatan un-
tuk memahami berbagai hal yang melintas di benak
saya.☺

232

Anda mungkin juga menyukai