Anas Budiharjo Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Buku karya Vedi R. Hadiz ini Diyakini populisme Islam
merupakan literatur di bidang kajian merupakan buntut dari perang dingin politik Islam yang membahas populisme terhadap tatanan sosial yang berlaku, Islam di tiga negara, yakni Indonesia, serta kemerosotan terus-menerus Mesir dan Turki. Ketiganya memiliki demokrasi sosial di bawah berbagai beberapa kesamaan, mayoritas tekanan dari globalisasi neoliberal yang penduduk Muslim, pengalaman tidak ada hentinya. Transformasi kolonialisme, dan kemerdekaan neoliberal di Barat yang turut nasional. Dengan menggunakan sudut merambah bagian dunia lain, umumnya pandang sosio-historis dan ekonomi- berakibat pada melebarnya disparitas politik, buku ini fokus pada masalah sosial, sehingga mengakibatkan teoritis dalam dinamika politik yang munculnya kegelisahan baru yang terjadi dalam konteks transformasi meluas di kalangan besar masyarakat, sosial-ekonomi yang menyorot yang diperparah oleh sejumlah harapan perbedaan tiga negara tersebut dan mengenai perbaikan sosial dan ekonomi perbedaaan langkah politik Islam di yang tidak terpenuhi. Faktor material Indonesia. juga berpengaruh atas terjadinya relasi sosial dan strategi Islam politik. Anas Budiharjo – Book Review Populisme Islam dan Indonesia di Timur Tengah
Sehingga hasil dari populisme Islam di Islam merupakan pergerakan dengan
Indonesia, Mesir dan Turki pun latar belakang (level pendidikan dan berbeda. kemapanan sosial) beragam yang menjadi aliansi multikelas yang Populisme bukanlah hal asing di asimetris karena adanya persamaan Indonesia. Di zaman penjajahan Hindia- dalam sentimen agama, mereka Belanda pun sudah tumbuh gerakan mengidentifikasi diri mereka sebagai populis yang menentang elite kolonial umat (the ummah) menggantikan demi pembangunan bangsa. Setelah konsep the people yang kontra dengan terbebas dari penjajahan pun, di masa elite sebagai respon atas kontradiksi Orde Lama, populisme berlangsung sosial dalam pembangunan kapitalisme dalam sebuah diskursus anti elite- kontemporer. Mobilisasi populisme kolonial menjadi anti elite-imperial Islam yang homogen ini sebagai bentuk berlanjut hingga masa Orde Baru meski aspirasi yang beragam atas pemutus hubungan antara elite politik ketidakpuasan "massa" yang meski dengan massa rakyat (partai) sempat berbeda tapi melawan "elite" tertentu. meredupkan populisme hingga akhir Pemahaman semacam itu di perlukan kekuasaan Orde Baru. Ketika krisis agar dapat menjembatani kepentingan moneter menerpa (1998), populisme sosial yang beragam dan saling pun mulai bergeliat kembali. Rakyat bertentangan. Beragam kepentingan bergejolak menunjukkan perlawanan yang berbeda-beda akan berbenturan menentang rezim yang dirasa menindas hingga pada taraf tertentu saling dan korup. Dalam buku ini dijelaskan menegasi. bahwa populisme yang sedang berkembang di Indonesia berbeda Sejarah mencatat keberhasilan dengan populisme pada umumnya. Turki dengan gerakan populismenya baik di kalangan rakyat maupun Melalui buku ini, Hadiz pemerintahan. Evolusi populisme Islam menjelaskan bahwa populisme yang di Turki berhasil memperoleh sedang berkembang di Indonesia adalah kemenangan melalui Partai Keadilan populisme Islam, salah satu varian dari dan Pembangunan (AKP). Di Mesir, populisme. Menurutnya, populisme
94 WASKITA, Vol. 3, No. 2 Oktober 2019
populisme Islam digawang Ikhwanul memiliki basis-basis sosial yang lebih
Muslimin (IM) berhasil menguasai luas dan beragam sekaligus dapat ranah civil society dalam waktu yang berjuang bebas melalui jalur elektoral. tidak sebentar. Pada saat Presiden Mesir Ada juga pandangan bahwa politik Hosni Mubarak lengser, IM menjadi demokratis dan politik Islam kerap kekuatan politik yang terkonsolidasi berpotongan karena realitasnya banyak dengan menguasai negara untuk organisasi Islam menjadi bergantung sementara waktu. Sedangkan trajektori pada mekanisme politik elektoral demi populisme di Indonesia cenderung keberlangsungan hidupnya sendiri, mengarah pada kegagalan. Salah satu termasuk untuk melindungi diri dari faktor utama penyebabnya adalah secara represi otoriter yang terus menerus. historis tidak pernah ada unsur borjuis Fenomena ini akan membuktikan yang dominan dan kuat dalam apakah Indonesia, Mesir dan Turki populisme Islam baru, tidak seperti di mampu menjadi gambaran bahwa Islam Turki dan Mesir, di samping kurangnya dapat berjalan beriringan dengan wahana yang sanggup dan dapat demokrasi atau sebaliknya dengan dipercaya memonopoli pernyataan hadirnya kelompok ‘radikal’ menjadi sebagai wakil umat yang secara internal bukti bahwa Islam tidak dapat berjalan berbeda-beda. beriringan dengan demokrasi. Buku ini Pasca Reformasi, media elektoral tetap berfokus pada konteks historis dan banyak bermunculan dan umat memiliki sosiologis yang membentuk beragam pilihan. Setidaknya terdapat perkembangan politik Islam, bukan empat partai bersimbol Islam yang perilaku politik yang dibentuk oleh mampu bertahan, yakni Partai kebudayaan (doktrin). Diharapkan lahir Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai agenda dan strategi matang untuk Keadilan Sejahtera (PKS), Partai memperjuangkan perbaikan nasib umat Amanat Nasional (PAN) dan Partai yang kepentingannya dianggap sama Persatuan Pembangunan (PPP). Seperti karena memiliki pengalaman dijelaskan Hadiz, bahwa populisme marginalitas dan keyakinan yang sama. Islam dalam bentuknya yang baru