Anda di halaman 1dari 3

BOOK REVIEW

Judul : Populisme Islam di Indonesia dan Timur Tengah


Penulis : Vedi R. Hadiz
Penerbit : LP3ES
Tahun Terbit : 2019
Tebal : 431 halaman
ISBN : 978-6027984-36-3

______________________________________________________________________

POPULISME ISLAM DI INDONESIA DAN TIMUR TENGAH


Anas Budiharjo
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Buku karya Vedi R. Hadiz ini Diyakini populisme Islam


merupakan literatur di bidang kajian merupakan buntut dari perang dingin
politik Islam yang membahas populisme terhadap tatanan sosial yang berlaku,
Islam di tiga negara, yakni Indonesia, serta kemerosotan terus-menerus
Mesir dan Turki. Ketiganya memiliki demokrasi sosial di bawah berbagai
beberapa kesamaan, mayoritas tekanan dari globalisasi neoliberal yang
penduduk Muslim, pengalaman tidak ada hentinya. Transformasi
kolonialisme, dan kemerdekaan neoliberal di Barat yang turut
nasional. Dengan menggunakan sudut merambah bagian dunia lain, umumnya
pandang sosio-historis dan ekonomi- berakibat pada melebarnya disparitas
politik, buku ini fokus pada masalah sosial, sehingga mengakibatkan
teoritis dalam dinamika politik yang munculnya kegelisahan baru yang
terjadi dalam konteks transformasi meluas di kalangan besar masyarakat,
sosial-ekonomi yang menyorot yang diperparah oleh sejumlah harapan
perbedaan tiga negara tersebut dan mengenai perbaikan sosial dan ekonomi
perbedaaan langkah politik Islam di yang tidak terpenuhi. Faktor material
Indonesia. juga berpengaruh atas terjadinya relasi
sosial dan strategi Islam politik.
Anas Budiharjo – Book Review Populisme Islam dan Indonesia di Timur Tengah

Sehingga hasil dari populisme Islam di Islam merupakan pergerakan dengan


Indonesia, Mesir dan Turki pun latar belakang (level pendidikan dan
berbeda. kemapanan sosial) beragam yang
menjadi aliansi multikelas yang
Populisme bukanlah hal asing di
asimetris karena adanya persamaan
Indonesia. Di zaman penjajahan Hindia-
dalam sentimen agama, mereka
Belanda pun sudah tumbuh gerakan
mengidentifikasi diri mereka sebagai
populis yang menentang elite kolonial
umat (the ummah) menggantikan
demi pembangunan bangsa. Setelah
konsep the people yang kontra dengan
terbebas dari penjajahan pun, di masa
elite sebagai respon atas kontradiksi
Orde Lama, populisme berlangsung
sosial dalam pembangunan kapitalisme
dalam sebuah diskursus anti elite-
kontemporer. Mobilisasi populisme
kolonial menjadi anti elite-imperial
Islam yang homogen ini sebagai bentuk
berlanjut hingga masa Orde Baru meski
aspirasi yang beragam atas
pemutus hubungan antara elite politik
ketidakpuasan "massa" yang meski
dengan massa rakyat (partai) sempat
berbeda tapi melawan "elite" tertentu.
meredupkan populisme hingga akhir
Pemahaman semacam itu di perlukan
kekuasaan Orde Baru. Ketika krisis
agar dapat menjembatani kepentingan
moneter menerpa (1998), populisme
sosial yang beragam dan saling
pun mulai bergeliat kembali. Rakyat
bertentangan. Beragam kepentingan
bergejolak menunjukkan perlawanan
yang berbeda-beda akan berbenturan
menentang rezim yang dirasa menindas
hingga pada taraf tertentu saling
dan korup. Dalam buku ini dijelaskan
menegasi.
bahwa populisme yang sedang
berkembang di Indonesia berbeda Sejarah mencatat keberhasilan
dengan populisme pada umumnya. Turki dengan gerakan populismenya
baik di kalangan rakyat maupun
Melalui buku ini, Hadiz
pemerintahan. Evolusi populisme Islam
menjelaskan bahwa populisme yang
di Turki berhasil memperoleh
sedang berkembang di Indonesia adalah
kemenangan melalui Partai Keadilan
populisme Islam, salah satu varian dari
dan Pembangunan (AKP). Di Mesir,
populisme. Menurutnya, populisme

94
WASKITA, Vol. 3, No. 2 Oktober 2019

populisme Islam digawang Ikhwanul memiliki basis-basis sosial yang lebih


Muslimin (IM) berhasil menguasai luas dan beragam sekaligus dapat
ranah civil society dalam waktu yang berjuang bebas melalui jalur elektoral.
tidak sebentar. Pada saat Presiden Mesir Ada juga pandangan bahwa politik
Hosni Mubarak lengser, IM menjadi demokratis dan politik Islam kerap
kekuatan politik yang terkonsolidasi berpotongan karena realitasnya banyak
dengan menguasai negara untuk organisasi Islam menjadi bergantung
sementara waktu. Sedangkan trajektori pada mekanisme politik elektoral demi
populisme di Indonesia cenderung keberlangsungan hidupnya sendiri,
mengarah pada kegagalan. Salah satu termasuk untuk melindungi diri dari
faktor utama penyebabnya adalah secara represi otoriter yang terus menerus.
historis tidak pernah ada unsur borjuis
Fenomena ini akan membuktikan
yang dominan dan kuat dalam
apakah Indonesia, Mesir dan Turki
populisme Islam baru, tidak seperti di
mampu menjadi gambaran bahwa Islam
Turki dan Mesir, di samping kurangnya
dapat berjalan beriringan dengan
wahana yang sanggup dan dapat
demokrasi atau sebaliknya dengan
dipercaya memonopoli pernyataan
hadirnya kelompok ‘radikal’ menjadi
sebagai wakil umat yang secara internal
bukti bahwa Islam tidak dapat berjalan
berbeda-beda.
beriringan dengan demokrasi. Buku ini
Pasca Reformasi, media elektoral tetap berfokus pada konteks historis dan
banyak bermunculan dan umat memiliki sosiologis yang membentuk
beragam pilihan. Setidaknya terdapat perkembangan politik Islam, bukan
empat partai bersimbol Islam yang perilaku politik yang dibentuk oleh
mampu bertahan, yakni Partai kebudayaan (doktrin). Diharapkan lahir
Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai agenda dan strategi matang untuk
Keadilan Sejahtera (PKS), Partai memperjuangkan perbaikan nasib umat
Amanat Nasional (PAN) dan Partai yang kepentingannya dianggap sama
Persatuan Pembangunan (PPP). Seperti karena memiliki pengalaman
dijelaskan Hadiz, bahwa populisme marginalitas dan keyakinan yang sama.
Islam dalam bentuknya yang baru

95

Anda mungkin juga menyukai