BIDANG KEGIATAN:
PKM Penelitian
Diusulkan oleh:
Mega Actamara Putri 17.01.061.057 2017
Nama Anggota 1 NIM Angkatan
Nama Anggota 2 NIM Angkatan
5 Dosen pendamping
Nama Lengkap dan Gelar : Dimas Teguh Prasetyo, S.Pd., M.Psi. T
NIDN :
Alamat Rumah dan No. Tel/HP : Perumahan Baiti Jannati Kab.
Sumbawa
6 Biaya kegiatan total:
a. Dikti : Rp. 950000
b. Sumber lain :
A. Latar Belakang
Berbagai produk kecantikan seperti pemutih, cream anti penuaan dini, dan
berbagai produk skincare lainnya, serta maraknya trend operasi plastic telah menjadi
bagian dari industry kecantikan yang tidak terlepas dari wanita. Adanya standard
kecantikan yang berkembang di tengah masyarakat membuat para wanita
memanfaatkan berbagai alternative yang ada untuk menunjang penampilan mereka
agar tetap tampil prima dalam segala kondisi. Tak dapat dipungkiri juga bahwa
dengan adanya standard kecantikan membuat seseorang dengan mudahnya
memberikan komentar negative terhadap orang lain yang tidak memenuhi standard
yang ada.
Memberi komentar negative mengenai kekurangan fisik orang lain atau body
shaming adalah suatu hal yang dianggap lumrah oleh banyak orang. Tidak sedikit dari
mereka menggapnya sebagai bahan candaan atau sebagai pencair suasana ketika
bertemu dengan teman lama. Bukan hanya secara langsung, fenomena body shaming
juga sangat marak terjadi di media social. Tidak hanya dapat menurunkan rasa
percaya diri seseorang, perilaku body shaming juga dapat dikatagorikan sebagai
bullying atau perundungan secara verbal. Disamping itu, tidak menutup kemungkinan
individu yang menjadi korban body shaming dapat menjadi stress karena terlalu
khawatir dengan kekurangan bentuk fisiknya yang dinilai oleh orang lain berdasarkan
standar yang ada.
Melalui penelitian ini, peneliti ingin memaparkan bahwa hal yang dianggap
sederhana dapat menjadi pemicu terjadinya perilaku yang justru dapat membawa
dampak yang buruk bagi sesorang. Bahwa terdapat pengaruh paparan informasi
tentang beauty standard atau standar kecantikan terhadap kecenderungan terjadinya
perilaku body shaming oleh seseorang.
B. Rumusan Masalah
Standar kecantikan seorang wanita dilihat dari dua aspek yaitu, cantik tubuh dan
cantik wajah. Konsep cantik tubuh diartikan sebagai tubuh yang segar dan sehat serta ideal
secara fisik dan enak dipandang mata. Indikator untuk melihat cantik tubuh seorang wanita
meliputi tubuh yang langsing (tidak gemuk), tidak cacat (selulit), dan kencang (tidak ada
lemak menumpuk di bagian tertentu). Adapun konsep cantik wajah diartikan sebagai wajah
yang cantik anggung, segar berseri sesuai dengan standar setiap generasi atau wajah seperti
gadis berusia 20-an yang belum menunjukkan tanda penuaan (keriput, kantung mata).
(Natashia, 2015)
Istilah cantik dapat didefinisikan sebagai suatu kesempurnaan yang indah dipandang
mata. Dengan demikian wanita yang cantik adalah wanita yang indah dipandang dan
membuat orang lain senang memandangnya. Kriteria wanita cantik selalu berubah dari masa
ke masa dan setiap individu dari masa yang berbeda mempunyai standar yang berbeda pula
dalam menentukan kriteria wanita yang cantik tersebut. Meskipun demikian, dalam suatu
masyarakat terdapat suatu kriteria umum tentang wanita yang dikatagorikan sebagai wanita
cantik.
Standar kecantikan umum yang diterima oleh kebanyakan masyarakat adalah tubuh
yang tinggi semampai, warna kulit putih atau kuning langsat, rambut panjang terurai, kulit
berseri, kulit wajah yang tidak berjerawat dan keriput, dan lain-lain. Adanya standard yang
ditetapkan oleh masyarakat ini juga tidak terlepas dari banyaknya infromasi-informasi yang
diterima terkait dengan kriteri-kriteria wanita cantik. Mulai dari banyaknya produk-produk
kecantikan untuk menunjang penampilan, kemudahan mengakses operasi plastik untuk
menutupi kekurangan fisik, sampai mariahnya perayaan pemilihan wanita tercantik baik
didalam negeri maupun diluar negeri yang menampilkan wajah-wajah cantik dari seluruh
belahan dunia. Sehingga tidak sedikit yang beranggapan bahwa wanita cantik adalah wanita
yang sesuai dengan apa yang ditampilkan tersebut.
Adanya standar kecantikan di tengah masyarakat kemudian membawa fenomena baru
yang cukup mengkhawatirkan. Orang-orang menjadi sangat mudah mengomentari dan
mengkritik kekurangan fisik orang lain karena dianggap tidak sesuai dengan standar yang
telah ada dan disepakati secara tidak langsung. Fenomena tersebut kemudian dikenal dengan
istilah body shaming.
Menurut Lutfi Arya, seorang psikolog dan juga Head of Bullying Crisis Center
(Rachmah & Baharuddin, 2019) menjelaskan bahwa ada beberapa penyebab seseorang
melakukan tindakan body shaming. Dimulai dari lingkungan keluarga sebagai lingkungan
terdekat dengan seseorang, dimana orang tua yang seharusnya memberikan dukungan psikis
dan emosional justru menjadi pelaku body shaming bagi anaknya sendiri. Misalnya,
berkomentar “kamu kok gendutan sih dek?” “kulitmu ga sebersih kakakmu!”, “kamu niru
siapa sih rambutnya keriting?”. Kemudian anak yang seperti ini akan membawa nuansa
tersebut di lingkungan sekolah, permainan atau pergaulan. Jadi, sebenarnya tidak ada anak
atau individu yang dilahirkan untuk mempermalukan bentuk tubuh orang lain, sampai
orangtua atau lingkungan yang mengajari atau mempengaruhinya.
Adapun ciri-ciri perilaku body shaming menurut Vargas, 2015 (Rachmah &
Baharuddin, 2019) adalah :
1) Mengkritik penampilan sendiri, melalui penilaian/perbandingan orang lain
2) Mengkritik penampilan orang lain di depan mereka
3) Mengkritik penampilan orang lain tanpa sepengetahuan mereka
BAB 3 – METODE PENELITIAN
Ringkasan anggaran biaya disusun sesuai dengan format pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Format Ringkasan Anggaran Biaya PKM-P
Natashia, D. (2015). Konsep Cantik pada Iklan Cetak Majalah Kartini Tahun 2014 dan Koran
Kompas Tahun 1979: Suatu Analisis Semiotik. Lingua Cultura, 9(2), 88.
https://doi.org/10.21512/lc.v9i2.821
Rachmah, E. N., & Baharuddin, F. (2019). FAKTOR PEMBENTUK PERILAKU BODY
SHAMING DI MEDIA SOSIAL. 66–73.
Rahayu, E. P. (2019). Dampak penerimaan pesan berisi ” body shaming ” terhadap “ self
confidence” remaja perempuan di media sosial instagram. Body Shaming, 02, 78–82.
Rosita, T., Irmayanti, R., & Hendriana, H. (2019). Body Shame pada Siswa. INNOVATIVE
COUNSELING, 3(2), 76–82.
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota
A. Identitas Diri
B. Riwayat Pendidikan
D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah PKM Penelitian
Pengusul,
Tanda tangan
1. Peralatan penunjang
3. Perjalanan
4. Lain-lain
yang diusulkan untuk tahun anggaran 2019 bersifat original dan belum pernah dibiayai
oleh lembaga atau sumber dana lain.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya
bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan
seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.