1
Identifikasi atau determinasi pada umumnya dilakukan dengan urutan
sebagai berikut : (1) Penggunaan kunci pendahuluan untuk mencari sub-kelas,
ordo dan familia; (2) Penggunaan kunci untuk mencari genus dan species,
apabila dapat memperoleh monografi atau publikasi fauna yang mutakhir; (3)
Pencocokan atau penyesuaian dengan katalog dan bibliografi (sumber literatur)
lain yang diterbitkan paling mutakhir; (4) Pencocokan dengan deskripsi yang
asli; dan (5) Pembandingan dengan tipe specimen yang ada
2
1.2.Klasifikasi ikan
3
spesies, misal pola pewarnaan adalah ciri spesifik spesies, kondisi organ
reproduksi, jenis kelamin. Masalah utama dalam pewarnaan bila digunakan
sebagai alat taksonomi adalah subjektivitas yang tinggi dalam mendeskripsi
ikan.
4
Divisi : Teleostei (jumlah Ordo lebih dari 60 Ordo) Chordata
a. Kelas Agnatha, meliputi ikan primitif seperti Lamprey, berumur 550 juta
tahun yang lalu dan sekarang tinggal 50 spesies. Karakteristik ikan ini tidak
memiliki sirip-sirip yang berpasangan tetapi memiliki satu atau dua sirip
punggung dan satu sirip ekor.
5
BAB II
MORFOLOGI IKAN
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk tubuh dan bentuk organ
luar suatu organisme. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan
tersebut di perairan.
1. Caput: bagian kepala, yaitu mulai dari ujung moncong terdepan sampai dengan
ujung tutup insang paling belakang. Pada bagian kepala terdapat mulut, rahang
atas, rahang bawah, gigi, sungut, hidung, mata, insang, tutup insang, otak,
jantung, dan sebagainya.
2. Truncus: bagian badan, yaitu mulai dari ujung tutup insang bagian belakang
sampai dengan permulaan sirip dubur. Pada bagian badan terdapat sirip
punggung, sirip dada, sirip perut, serta organ-organ dalam seperti hati, empedu,
lambung, usus, gonad, gelembung renang, ginjal, limpa, dan sebagainya.
3. Cauda: bagian ekor, yaitu mulai dari permulaan sirip dubur sampai dengan
ujung sirip ekor bagian paling belakang. Pada bagian ekor terdapat anus, sirip
dubur, sirip ekor, dan kadang-kadang juga terdapat scute dan finlet.
6
2.2. Bentuk-bentuk Tubuh Ikan
Secara umum, tubuh ikan dibagi menjadi 2 bentuk:
Simetris bilateral, yang berarti jika ikan tersebut dibelah pada bagian tengah-
tengah tubuhnya (potongan sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang
sama antara sisi kanan dan sisi kiri. Bentuk tubuh simetris dapat dibedakan
atas:
non-simetris bilateral, yang mana jika tubuh ikan tersebut dibelah secara
melintang (cross section) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi
kiri tubuh, Misalnya: 1) Ikan langkau (Psettodes erumei) 2) Ikan lidah
(Cynoglossus bilineatus)
2.3.Kepala Ikan
Kepala Ikan umumnya tidak bersisik, tetapi ada juga yang bersisik.
Bagian-bagian pada kepala ikan yang penting adalah:
1. Tulang-tulang tambahan tutup insang.
2. Bentuk mulut.
7
3. Letak mulut.
4. Letak sungut.
1. sisik (squama)
2. Gurat sisi (linea lateralis) Pada bagian tengah badan ikan, sebelah kanan dan
kiri, mulai dari kepala sampai ke pangkal ekor.
3. Finlet (jari-jari sirip tambahan)
4. Scute (skut, sisik duri)
5. Keel (kil, lunas)
6. Adipose fin (sirip lemak)
7. Interpelvic process (cuping)
Sirip punggung (pinna dorsalis = dorsal fin), disingkat dengan D. Jika sirip
punggung terdiri atas dua bagian, maka sirip punggung pertama (di bagian
depan) disingkat dengan D1, sedangkan sirip punggung kedua(yang di
belakang) disingkat dengan D2.
8
Sirip dubur (pinna analis = anal fin), disingkat dengan A.
Sirip ekor (pinna caudalis = caudal fin), disingkat dengan C.
Jika ditinjau dari bentuk luar sirip ekor, maka secara morfologis dapat
dibedakan beberapa bentuk sirip ekor, yaitu:
9
5. Emarginate (berpinggiran berlekuk tunggal), misalnya pada ikan lencam merah
(Lethrinus obsoletus )
6. Double emarginate (berpinggiran berlekuk ganda), misalnya pada ikan ketang-
ketang (Drepane punctata).
7. Forked / Furcate (bercagak), misalnya pada ikan cipa-cipa (Atropus atropos )
8. Lunate (bentuk sabit), misalnya pada ikan tuna mata besar (Thunnus obesus )
9. Epicercal (bagian daun sirip atas lebih besar), misalnya pada ikan cucut martil
(Eusphyra blochii)
10. Hypocercal (bagian daun sirip bawah lebih besar), misalnya pada ikan terbang
(Exocoetus volitans).
10
BAB III
Apabila kita tulis dengan cetak tegak, maka antar kata harus digarisbawahi
secara terpisah. Nah, sedangkan bila ditulis dengan cetak miring, maka tidak
perlu digarisbawahi. Contohnya: nama jenis tumbuhan Oryza sativa atau dapat
juga ditulis Oryza sativa (padi) dan kata Zea mays dapat juga ditulis Zea mays
(jagung).
Apabila nama spesies tumbuhan terdiri lebih dari dua kata, maka kata yang
kedua dan seterusnya harus disatukan atau ditulis dengan tanda penghubung.
Misalnya saja, nama bunga sepatu yakni Hibiscus rosasinensis maka kita tulis
menjadi Hibiscus rosa-sinensis. Sedangkan pada jenis hewan yang terdiri atas
tiga suku kata, misalnya Felis manuculata domestica (kucing jinak), maka
penulisannya tidak dirangkai dengan tanda penghubung.
Apabila nama jenis tersebut untuk mengenang jasa orang yang menemukannya,
maka nama sang penemu dapat dicantumkan pada kata kedua dengan
11
menambah huruf (i) di belakangnya, misalnya tanaman pinus yang ditemukan
oleh Merkus, nama tanaman tersebut menjadi Pinus merkusii.
Nama genus tumbuhan maupun hewan terdiri atas satu kata tunggal yang
dapat diambil dari kata apa saja, dapat juga diambil dari nama hewan,
tumbuhan, zat kandungan atau sesuatu hal yang merupakan karakteristik
organisme tersebut. Adapun huruf pertamanya ditulis dengan huruf besar, misal
genus pada tumbuhan yaitu Solanum (terong-terongan), genus pada hewan,
misalkan Canis (anjing), Felis (kucing).
Nah, aturan untuk menulis nama familia ini, kita ambil dari nama genus
organisme yang bersangkutan kemudian ditambah akhiran -aceae untuk
organisme tumbuhan. Sedangkan untuk organisme hewan kita beri akhiran -
idea.
Aturan penulisan nama ordo diambil dari nama genus yang kita tambah
dengan akhiran ales, contohnya ordo Zingiberales berasal dari genus Zingiber +
akhiran ales.
Adapun aturan untuk menulis nama classis diambil dari nama genus yang
kita tambah dengan akhiran -nae, contohnya untuk genus Equisetum, maka
classisnya akan menjadi Equisetinae atau juga kita diambil dari ciri khas
organisme tersebut, misal Chlorophyta (ganggang hijau), Mycotina (jamur)
12
BAB IV
Jenis-jenis alat tangkap ikan yabg sering digunakan dan ramah lingkungan
yaitu:
1. Pukat Udang
Pukat Udang, atau sering juga disebut dengan nama Pukat Harimau adalah alat
untuk menangkap ikan yang berbentuk kantung yang kemudian ditarik oleh
satu atau dua kapal secara bersamaan melalui samping atau belakang kapal.
Alat ini memang efektif untuk menangkap ikan dalam jumlah yang banyak
namun tidak selektif, sehingga bisa merusak semua yang dilewati alat ini.
Makanya alat ini lebih menjurus ke alat tangkap ikan yang destruktif.
2. Pukat Kantong
Pukat Kantung adalah alat untuk menangkap ikan yang berbentuk kerucut yang
terdiri dari kantung (bag), badan (body), dua sayap (wing) yang dipasang pada
kedua sisi mulut jaringnya, dan tali penarik (warp).
Alat ini bisa dikatakan masih tradisional dan tidak merusak lingkungan, serta
ukurannya pun relatif kecil.
13
3. Pukat Cincin
Pukat Cincin adalah alat untuk menangkap ikan berbentuk 4 persegi panjang,
dilengkapi dengan tali kerut bercincin yang diikatkan pada bawah jaring,
sehingga membentuk kerut seperti bentuk mangkok. Alat ini digunakan untuk
menangkap ikan yang bergerombol dipermukaan.
4. Jaring Insang
Jaring Insang adalah alat untuk menangkap ikan berbentuk 4 persegi panjang
dengan mata jaring berukuran sama dan dilengkapi dengan pelampung
dibagian atasnya serta pemberat dibagian bawahnya.
Alat ini digunakan untuk menangkap ikan yang bergerak secara pasif. Tapi
dalam operasinya, biasanya para nelayang memasang beberapa alat yang
digabung menjadi satu unik jaring yang cukup panjang.
5. Jaring Angkat
Jaring Angkat adalah alat untuk menangkap ikan yang dalam pengunaannya
dilakukan dengan cara menurunkan dan mengangkat jaring secara vertikal. Alat
ini biasanya dibuat dari nilon yang mirip kelambu dengan mata jaring yang
relatif kecil.
6. Mata Pancing
14
Prinsip dasar alat ini yaitu merangsang ikan untuk memakan umpan yang
dikaitkan pada mata pancing. Selain dua komponen utama diatas, pancing juga
dilengkapi dengan tangkai, pemberat, dan bisa juga mengunakan pelampung.
7. Bubu
Bubu adalah alat untuk menangkap ikan yang bersifat statis, biasanya
berbentuk kurungan dan jebakan, dimana ikan bisa dengan mudah masuk tanpa
paksaan, tapi ikan akan sulit untuk keluar karena dihalangi dengan berbagai
cara.
Bahan yang digunakan untuk membuat alat ini diantaranya, bambu, rotan,
kawat, jaring, dan sebagainya. Dalam pengunakannya, alat ini digunakan
dipermukaan air seperti sungai dengan arus yang cukup kuat atau di daerah
pasang surut.
Umumnya, alat pengumpul rumput laut dan kerang dibuat dengan sederhana
dan jangkauannya dalam skala kecil saja. Alat ini cukup selektif tapi tidak
destruktif sebab bertujuan untuk menangkap target seperti kerang-kerang.
Pukat Ikan Karang adalah alat untuk menangkap ikan yang terbuat dari jaring,
terdiri dari kantung dan sayap. Dalam pengunaannya dilakukan pengiringan
ikan-ikan yang akan ditangkap supaya masuk ke bagian kantung tersebut.
Biasanya alat ini dilakukan oleh beberapa nelayan dengan cara berenang
kemudian mengejutkan ikan-ikan agar masuk ke kantung yang sudah dipasang
sebelumnya. Dinamakan Pukat Ikan Karang karena tujuan utamanya yaitu
untuk menangkap jenis ikan karang.
15
10. Tombak
Kalau alat untuk menangkap ikan yang satu ini hanya terdiri dari batang kayu,
mata tombak diujungnya dengan mata kait terbalik, dan tali penarik yang
digunakan untuk mengambil hasil tangkapan.
16
BAB V
17
Ikan merupakan kelompok vertebrata yang hidup di air tersebar luas
mulai dari perairan tawar, payau sampai ke samudera.
a. Periaran Tawar
Air dalam (leutic)yaitu meliputi danau, waduk, rawa, kolam, dan reservoir
b. Air Payau
18
Habitat Lautan memiliki ciri sebagai berikut : kedalaman lebih dari 200
m, miskin kandungan nutiren dengan sirkulasi nutrien dari daerah lautan yang
sangat dalam ke daerah yang lebih dangkal boleh dikatakan tidak terjadi, sinar
matahari tidak tembus ke daerah tersebut, perikanan di lautan terbuka yaitu
kurang berkembang (sulitnya lokasi, perlu alat tangkap & peralatan canggih
yaitu sangat mahal dan butuh tenaga terampil dan keahlian khusus, di negara
maju dan sudah berkembang bukan hambatan dalam memanfaatkan
sumberdaya perikanannya.
19
ii. Bukan Morfologi : meliputi Perilaku fisiologi, sulit pemakaiannya namun
tetap mungkin digunakan. Sebagai contoh, perbedaan laju pernafasan berhasil
dipakai untuk mengenali populasi ikan gobi. Kemudian sitologi, yaitu melihat
ciri-ciri khas bentuk dan ukuran khromosom dapat dipakai untuk mengenali
spesies yang berbeda. Selanjutnya biokimia, yaitu secara langsung dapat
digunakan untuk menggambarkan jarak antara taksaka secara genetik. Cara ini
sangat peka dan dapat menjawab pertanyaan yang lebih sulit mengenai ikan
yang bersangkutan. Misalnya, dari contoh ikan yang terlihat sama, apakah
masing-masing mewakili populasi yang berlainan ataukah dari spesies yang
sama. Dan kemudian berdasarkan distribusi.
b. Distribusi dan Persyaratan Habitat
Sedentary species
Jenis ikan ini sifatnya yang menetap contohnya tiram (oyster), kupang laut atau
kijing tawar (mussel), clam dan lain-lain.
Resident Species
Jenis ikan yang berpindah tempat tapi lebih menyukai membatasi diri pada
tempat yang sempit.
Beberapa spesies dari golongan ini sering melakukan gerak terbatas yang
mungkin sebagai akibat dari adanya gejala alam, misalnya:
Gerak harian (diurnal movements)
Gerakan pada siang hari secara vertikal.
Gerakan pasang surut air laut (tidal movements)
Gerakan menuju pantai pada waktu pasang dan kembali ke laut mengikuti air
surut
Gerak pancar acak (random dispersal)
20
Gerak pencaran atau sedikit perpindahan yang tidak bertujuan tertentu.
Gerak musiman (seasonal movements)
Perpindahan yang tidak jauh dan dilakukan musiman.
Developmental migrants
Jenis ikan yang berpindah tempat untuk pertumbuhan atau perkembangan
hidupnya, golongan ini pada stadium hidup tertentu berpindah tempat ke
habitat yang lebih sesuai. Jarak yang ditempuh dapat dekat atau jauh tergantung
spesiesnya.
Annual migrant
Jenis ikan yang melakukan pindah tahunan, jenis ikan ini berpindah tempat tiap
tahun dengan berbagai tujuan.
c. Habitat dan Persyaratannya
Katadrom : cata = down = turun, dan dromos = race. Yaitu ikan yang
memenuhi daerah perairan asin sampai air tawar pemijahan memerlukan air
asin untuk beruaya ke laut.
Contoh : sidat (eel, Anguila), belanak (mullet, Mugil cephalus), udang galah
(Macrobrachium rossenbergii)
Anadrom : ana = up = naik, dan dromos = race. Yaitu ikan yang melakukan
perjalanan naik dari laut ke arah hulu sungai untuk melakukan pemijahan.
Fluvial anadromous, pada stadium muda hidup di habitat air tawar mengalir.
Selanjutnya berpindah ke air asin, lingkungan air laut atau air payau. Setelah
masa matang telur ikan ke hulu sungai untuk memijah dan bertelur.
22
Contoh : ikan Pink Salmon (Oncorhynchus grobuscha).
Lacustrin anadromous, pada waktu mudanya hidup di laut atau kuala. Setelah
dewasa melakukan ruaya naik ke danau atau perairan diam untuk bertelur.
Contoh : sockeye salmon.
e. Habitat Air Tawar
Litoral : daerah tepi yang masih dipengaruhi oleh gelombang dan percikan air
sampai kedalaman di mana matahari masih cukup bagi tanaman air untuk
tumbuh.
o Infralitoral : relatif dangkal sehingga sinar matahari dapat menembus ke
dasarnya. Dapat di temukan vegetasi berakar.
o Litoriprofundal : merupakan zone peralihan yang dihuni oleh bakteri dan
ganggang. Daerah ini masih tersinari dan fotosintesis dapat berlangsung.
Profundal : daerah yang lebih dalam lagi, tidak tertembus sinar matahari/gelap,
tidak ada vegetasi dan hanya ditemukan sedimen.
f. Air mengalir (Sungai)
23
g. Pesyaratan Habitat
Suhu : keadaan suhu perairan di daerah tropika berbeda dengan daerah empat
musim. Ikan yang hidup pada habitat bersuhu stabil biasanya sangat peka
terhadap perubahan suhu. Sebagian besar ikan air tawar di perairan daerah
tropika akan mengalami sterss apabila terjadi penurunan suhu. Sebagian
species ikan mempunyai suhu optimum untuk kelangsungan hidupnya. Suhu
dapat menjadi faktor pembatas distribusi.
Pengaruh suhu yaitu perkembangan kehidupan ikan secara optimum (karper
20-25oC, tawes 25-33oC dan mujahir 15,5-39oC. Lama inkubasi telur, kenaikan
suhu berbanding terbalik dengan lama inkubasi telur (trout suhu 40oF, lama
inkubasi 80 hari, suhu ditingkatkan sampai 55oF waktu hanya 24 hari). Tataran
hidup, beberapa species memerlukan kisaran suhu tertentu pada setiap
tahap/tataran hidup (karper : mempunyai kisaran suhu antara 20-30oC untuk
kehidupannya, untuk penetasan telurnya membutuhkan suhu sekitar 25oC).
Salmon kisaran suhu yang diperlukan pada setiap tingkatan hidunya sudah
agak jelas. Fluktuasi suhu perairan 3oC ikan masih dapat beradaptasi. Fluktuasi
>3oC ikan sters harus dihindarkan nafsu makan berkurang/hilang dan ikan sakit
dan mudah terinfeksi. Kisaran suhu yang sesuai akan menyebabkan populasi
melimpah.
Salinitas : perubahan salinitas yang mendadak akan dapat mengakibatkan
kematian ikan massal. ikan kuala/ estuarin mamapu beradaptasi terhadap
perubahan salinitas perairan tetapi pengaruh faktor lain seperti suhu tinggi akan
memperburuk keadaan karena akan memepercepat penguapan air sehingga
berakibat mengingkatnya salinitas di tempat tersebut dan tidak tahan
menghadapi keadaan demikian akan mati. Ikan anadrom biasanya toleran
24
terhadap perubahan salinitas, namun biasanya ikan-ikan muda tidak tahan
terhadap salinitas tinggi.
Oksigen : kebutuhan suatu species ikan terhadap oksigen tidak sama. Spesies
ikan yang sudah beradaptasi pada lingkungan oksigen rendah maka kebutuhan
oksigen minimal relatif lebih rendah daripada spesies ikan yang terbiasa hidup
di perairan kaya oksigen.
Makan merupakan hal yang sangat penting bagi organisme. Energi yang
dihasilkan berfungsi untuk : gerak, pemeliharan, reproduksi, proses
pencernaan, dan pertumbuhan. Food habits berkaitan dengan kualitas dan
kuantitas pakan yang dimakan ikan. Feeding habits berkaitan dengan cara ikan
makan, menyangkut tempat dan waktu makan.
25
ikan dari suatu tetesan relatif lebih seragam, dan mengurangi pemangsaan
terhadap ikan yang lebih kecil/muda (pada ikan pemangsa).
Kebiasaan pakan adalah pakan yang biasa dimakan oleh ikan, berupa pakan
yang ada di lingkungannya, biasanya setiap spesies punya preferensi. Pakan
tersebut dalam bentuk alami (bukan pakan buatan ataupun tambahan). Berdasa
food habits : herbivorous, carnivorous, omnivorous, detritivorous,
insektivorous dan psicivorous.
Faktor yang mempengaruhi jenis maupun jumlah pakan ikan antara lain :
siklus harian, perubahan musim, ukuran dan jenis ikan, kecepatan proses
pencernaan dan kondisi setempat.
5.4.REPRODUKSI
a. Ciri Seksual
Ciri seksual primer yaitu ovarium (betina) dan testis (jantan), dan ciri
sekunder yaitu sexual dimorphism ( perbedaan morfologi) dan sexual
dichromatism (perbedaan warna). Tanda-tanda khusus lainnya yaitu ada yang
26
permanen (ada sebelum, selama dan setelah pemijahan) dan sementara (hanya
muncul pada waktu musim pemijahan saja).
TKG adalah tingkat atau taraf yang menunjukkan berapa lama lagi (waktu)
terjadi pemijahan. TKG menunjukkan perkembangan dari kelenjer kealmin
(kerja gonad) dan melihat perkembangan gonad baik tanpa mikroskop maupun
secara histologi. Faktor yang mempengaruhi Tingkat kematangan gonad yaitu
ketersediaan pakan, suhu perairan dan lintang sebaran (berdasarkan letak
geografis).
27
BAB VI
KEBIASAAN MAKAN
1. Euryphagic
2. Stenophagic
28
3. Monophagic
29
secara alami tidak sesuai dengan ikan itu. Banyak sekali penelitian yang
menunjukkan walaupun ikan itu sama spesiesnya dan ukurannya, tetapi apabila
habitat perairannya sedikit berbeda hasilnya tidak sama. Dengan demikian
penilaian kesukaan ikan terhadap makanannya menjadi sangat relatif. Beberapa
factor yang harus diperhatikan dalam hubungan ini ialah faktor penyebaran
organism sebagai makanan ikan, factor ketersediaan makanan, faktor pilihan
dari ikan itu sendiri serta faktor-faktor yang mempengaruhi perairan.
30
makanan bergantung kepada macam, ukuran atau umur ikan. Ikan buas yang
besar merupakan pemakan yang tertinggi, akan tetapi akan lebih rendah dari
pada organisme pemakan ikan buas tersebut.
Menurut Odum ( dalam Stele, 1970 ) konsep klasik dalam rantai makanan
aquatik, bahwa zooplankton dianggap sebagai rantai pertama yang penting
untuk pengahasil kedua. Konsep ini berdasarkan penelitian rantai makanan di
laut daerah utara dimana tiap tahap tropiknya dapat dengan mudah diikuti.
Kedudukan zooplankton bila makin dekat ke daerah pantai makin kurang
peranannya. Bahkan di daerah eustuarin, kepentingan phytoplankton menjadi
nomor dua. Di daerah pantai yang mempunyai peranan dalam rantai makanan
sebagai rantai pertama diantaranya rumput lau daerah pantai (spartina), rumput
laut (Thalassia,dsb), makro algae, mangrove dan mikroflora benthic. Ikan
sebagai pemakan detritus dari organisme tersebut sebagi energi menggantikan
zooplankton sebagai rantai pada herbivore. Beberapa spesies ikan yang telah
sukses sebagai pemakan detritus materual tanaman mikro dan makro benthic di
31
daerah pantai adalah ikan bandeng, dan belanak. Ikan pemakan detritus yang
sukses hidup di air tawar diantaranya adalah ikan mas, ikan mujair, ikan nila.
Kebiasaan cara makan adalah kapan waktu, tempat dan cara ikan
mendapatkan makanannya. Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan
menggunakan mata. Pembauan dan persentuhan digunakan juga untuk mencari
makanan terutama oleh ikan pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan
cahaya atau dalam peraira keruh. Ikan yang menggunakan mata dalam mencari
makanan akan mengukur apakah makanan itu cocok atau tidak untuk ukuran
mulutnya. Tetapi ikan yang menggunakan pembauan dan persentuhan tidak
melakukan pengukuran, melainkan kalau makanan sudah masuk mulut akan
diterima atau ditolak.
32
persaingan interspesifik. Dengan kata lain bahwa spesies tertentu itu
mengadakan penyesuaian ysng menguntungkan dalam cara pengambilan
makanan terhadpa lingkungannya.
Untuk larva ikan, mata merupakan indera yang penting untuk mencari dan
menangkap makanannya. Bila larva menemukan mangsa didepan tubuhnya ia
akan beraksi dengan menggerakkan mata sehingga berposisi simetris tertuju ke
depan. Kemudian ia menggerakkan tubuh berupa loncatan-loncatan kecil. Bila
mangsa sudah dekat yaitu kira-kira 1 – 2 mm di depan mulutnya, larva akan
mendorong tubuhnya dari posisi badan berbentuk huruf s kemudian menangkap
mangsa tadi. Biasanya mangsa seperti Copepoda tidak akan tingal diam, tetapi
mengadakan reaksi. Pergerakan larva merupakan perangsang mangsa
mengadakan pergerakan bila mana larva suda mendekat kira-kiar 2 – 3 mm
mangsa akan meloncat sebelum ditangkap. Mangsa Diaptomus dapat
mengadakan satu kali loncatan sejauh 5 mm. Mangsa yang sudah meloncat
biasanya masih dalam jarak penglihatan larva. Persentase sukses pengambilan
mangsa oleh larva bergantung pada kepadatan mangsa yaitu berkisar 20%.
Ikan pemakan mempnyai mulut relative kecil dan umumnya tidak ditonjolkan
ke luar. Rongga mulut bagian dalam dilengkapi dengan jari-jari tapis insang
yang panjang dan lemas untuk menyaring plankton yang di makan. Plankton
yang masuk ke dalam mulut bersama-sama air. Plankton akan tinggal dalam
mulut sedangkan airnya akan melalui celah insang. Umumnya mulut ikan
pemakan plankton tidak dilengkapi dengan gigi. Alat pencernaan tidak
mempunyai lambung seperti pada ikan buas dan usus pemakan plankton
relative panjang tetapi tidak dilengkapi dengan perlengkapan sempurna untuk
mencerna. Ikan pemakan plankton kalu makan ada yang suka membentuk suatu
kelompok dan mencari kelompok plankton yang padat. Bila mereka
menemukan yang dapat mereka makan dengan intensif dan lebih cepat dari
pada makan ikan yang makannya terisolir. Sebaliknya ikan pemakan benthos
dan ikan buas makanannya kurang intensif kalua mereka berkelompok tetapi
makan lebih intensif kalau terisolir.
33
Ikan pemakan dasar pada waktu mencari makanan mengunakan sungut untuk
meraba dasar perairan. Persentuhan sungut dengan mangsa atau makanannya
akan menggerakkan mulut untuk mengambil mangsa. Kebanyakan makanan
yang diambil terdiri dari invertebrata. Mulut pemakan dasar ada yang
dilengkapi dengan gigi halus yang memenuhi ruang atas dan bawah, tetapi ada
pula yang tidak dilengkapi dengan gigi seperti yang terdapat pada ikan. Ikan
mas yang sudah tua dan besar akan merubah kebiasaan makanannya dari
pemakan dasar menjadi pemakan rumput.
Umumnya ikan buas mencari mangsa mengunakan mata. Ikan buas aktif
mencari makanan dengan berenang kian kemari, tetapi ikan yang tidak aktif
akan menunggu mangsa di suatu tempat yang terlindung. Bila mangsa
mendekat akan disergap. Ikan buas yang suka berkelompok jika telah dapat
melokalisir mangsanya akan mengambil mangsa tersebut secara intensif dan
cepat jika dibandingka dengan ikan yang terisolir. Tetapi hal ini bergantung
pada distribusi dan konsentrasi makanantadi. Kadang-kadang ikan buas
mengalami kesukaran menghadapi mangsa yang bergerombol karena mangsa
tersebut bergerombolnya sedemikian rupa sehingga tidak ada satupun yang
terlepas. Kalau kelompok ikan tadi dalam keadaan terpencar maka ikan
predator akan makan secara intensif.
34
6.3. Spesialisasi Kebiasaan Makanan
Mengenai feeding habits yaitu kebiasaan cara memakan pada ika sering
kali di hubungkan dengan bentuk tubuh ayang khusus dan fungsional morfologi
dari tengkoraknya, rahang dan alat pencernaan makanannya. Jadi ikan
herbivore secara sederhana dapat dinyatakan bahwa ikan tersebut tidak
mempunyai kemampuan untuk memakan dan mencerna material lain selain
tumbuhan, oleh karena itu ikan pemakan tumbuhan cenderung memakan
material tumbuhan yang lambat dicerna. Ikan herbivore ini harus dapat
mengekstraksi nutrient melalui ususnya yang panjang. Jadi usus ini berfungsi
sebagai penahan makanan dalam jumlah besar dalam waktu yang lama untuk
mendapat kesempatan penggunaan penuh material makanan yang sudah
dicerna. Secara kontras ikan karnivor mempunyai usus yang lebih pendek
khusus.
35
Beberapa garis besar gross morfologi usus macam-macam ikan yang
berbeda kebiasaan makanannya
1. Ikan herbivore tidak mempunyai gigi dan mempunyai tapis insang yang
lembut dapat menyaring phytoplankton dari air. Ikan ini tidak mempunyai
lambung yang benar yaiut bagian usus yang mempunyai jaringan otot kuat,
mengekresikan asam, mudah mengembang, terdapat di bagian muka alat
pencern makanannya). Ususnya panjang berliku-liku, dindingnya tipis.
36
dingin makanan bagian terbesarnya adlah makanan yang pada waktu musim
panas terbawa dengan makanan lainnya.
37
BAB VII
KEBIASAAN MAKANAN
Makanan alami ikan terdiri atas berbagai jenis tumbuhan dan hewan
yang hidupdiperairan. Keberadaan suatu jenis ikan memiliki hubungan yang
sangat erat dengan keberadaanmakanan dengan mengetahui kebiasaan makan
ikan, kita dapat melihat hubungan ekologidiantara organisme pada perairan
tersebut ,misalnya bentuk pemangsaan ,persaingan,dan
rantaimakanan,disamping itu kita juga memiliki pengetahuan yang penting
dalam hal domestikasiikan-ikan yang memiliki nilai ekonomis penting yang
akan dibudidayakan.Makanan ikan adalah organisme, bahan maupun zat yang
dimanfaatkan ikan untuk menunjang kehidupan dan perkembangan organ
tumbuhnya.
39
BAB VIII
Dasar dari studi kebiasaan makanan pada ikan adalah mempelajari isi
dari alat pencernaan makanannya. Hasil dari diskusi ini dapat diketahui apakah
ikan itu sebagai pemakan plankton,ikan karnivora, ikan omnivorabentuk
makanan pokoknya serta makanan kesukaan lainnya. Oleh karena itu ilmu-ilmu
yang sangat membantu studi kebiasaan makanan antara lain adalah ikhtiologi,
planktonologi, tumbhhan air, avertebrata air.
1. Metode ilmiah
Dalam metode ini individu organismeserta benda-benda yang lainterdapat di
dalam pencernaan makanan dihitung satu per satu dan dipisahkan spesies demi
spesies.
2. Metode frekuensi kejadian
Dasar dari metode jumlahini sama dengan metodejumlah. Tiap-tiapisi alat
pencernaan ikan dicatat masing-masing organismeyang terdapat sebagai
bahanmakanannya, alat pencernaan yang sama sekali kosong dicatat pula.
Masing – masingorganisme yang terdapat didalam sejumla alat pencernaan
yang berisinyatakan keadaannya dalam persen dari seluruh alat pencernaan
yangditeliti namum tidak meliputi alat pencernaan yang tidak berisi.
3. Metode perkiraan tumpukan dengan persen
40
Ukur dulu isi alat pncernaan dengan menggunakan teknik pemindahan air,
yaitu isi air yang dipindahkan oleh makanan ikan itu adalah isi dari makanan
itu.
Kemudian larutkan makanan itu dengan air sehingga isinya itu menjadi sepuluh
atau diapuluh kali dari isi semula. Ambil sebagian dan terulah kedalam cawan
petri, kemudian periksalah isi makanan itu dengan mikroskop. Pilihlah
organisme yang sejenis atau sama menjadi satu tumpuk. Kemudian perkirakan
tumpukan itu kedalam persen, jadi seluruh makanan contoh yangdiperiksa
adalah 100%.
4. Metode volumetric
Ukur dahulu makanan ikan. Kemudian makanan tadi dikeringkandenagn kering
udara yaitu denganmenaruh makanan ikan di atas kertas saring supaya air nya
terserap keluaruntuk selama lima menit. Pisahkan masing-masing organisme
yang dapat dipisahkan dan ukurlah volumenya. Volume makanan ikan yang
didapat dinyatakan dalam persenvolume dari seluruh volumemakanan seekor
ikan.
5. Metode gravimetric
Pada dasarnya menggunakan metode inisama dengan menggunakan metode
volumetric, tetapi makanan ikan diukur beratnya. Hasilnya dinyatakan dengan
persen berat darimakanan ikan yang sedang diteliti.
6. Penentuan indeks relative penting
Dalam menggunakan rumus ini diusahakan sedapat mungkin agar tiap-tiapyang
menjadi makanan ikan dapat dihitung jumlah nya supaya dapat dihitung
indeksnya. Kalau ada macam makananyang tidak diketahui jumlah
hitungannyaagar tidak dimasukkan kedalam perhitungan. Jadi rumus ini sukar
diterapkan kepada ikan yangsebagian besarmakanannya tidak dapat dihitung
seperti detritus, dan fitoplankton.
(N+V)F = IRP
41
Dimana:
Vi x 0i
IP = Σ(Vix0i)x 100
Dimana :
IP = Index of preponderance
= 40%
42
(IP)< 4%
8. Indeks Frekuensi
Rumus indeks frekuensi adalah sebagai berikut:
F = I/T
Dimana:
43
DAFTAR PUSTAKA
Effendie Ichsan Moch, Prof. Dr. M.Sc, 1997. Biologi Perikanan, Yayasan Pustaka
Nusatama, Bogor, Indonesia.
Asyari dan K. Fatah. 2011. Kebiasaan Makan dan Biologi Reproduksi Ikan
Motan(Thynnichthys Polylepis) di Waduk Kotopanjang, Riau. Jurnal BAWAL. 3 (4).
44
LAMPIRAN GAMBAR
45
B. Gambar alat tangkap
46
Gambar 2.4 jaring insang
47
Gambar 2.7 bubu
48
49