Anda di halaman 1dari 49

BAB I

IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI PADA IKAN

1.1 Identifikasi ikan

Identifikasi merupakan kegiatan untuk mencari dan mengenal ciri-ciri


yang beraneka ragam dari individu-individu. Kemudian mencari
perbedaan-perbedaan yang mantap sifatnya diantara individu-individu
yang nampaknya sama. Identifikasi Ikan mungkin menjadi cukup sulit
dilakukan oleh orang kebanyakan. Saat identifikasi hanya mengandalkan
pola warna (colour pattern) hal ini tidak dapat dijadikan sebagai acuan,
mengingat warna dapat saja berubah berdasarkan atas umur individu,
maupun kondisi phisiologis dari ikan tersebut. Karakter penting untuk
identifikasi ikan juga meliputi jumlah dari spine,dan rays pada sirip yang
berbeda, jumlah sisik sepanjang linea lateralis, bentuk kepala, bentuk
sirip, dan lain sebagainya.

Identifikasi ikan didasarkan atas morfometrik dan meristik yang dilakukan


sesuai petunjuk identifikasi. Langkah-langkah penggunaan kunci identifikasi
yaitu, pada setiap nomor terdapat lebih dari dua alternatif atau dari dua
pernyataan yang berbeda. Pengidentifikasi diharuskan memilih salah satu
alternatif yang sesuai dengan ciri spesies ikan. Jika alternatif pertama tidak
sesuai maka diharuskan memilih pada alternatif yang lainnya pada nomor
terpilih berikutnya terdapat 2 alternatif. Seperti apa yang telah dikerjakan pada
nomor sebelumnya, pada nomor ini pun kita harus memilih alternatif yang
sesuai dengan ciri spesies ikan yang sedang diidentifikasi. Identifikasi dimulai
dari kunci untuk menetapkan subordo dan seterusnya sampai pada genus dan
spesies.

1
Identifikasi atau determinasi pada umumnya dilakukan dengan urutan
sebagai berikut : (1) Penggunaan kunci pendahuluan untuk mencari sub-kelas,
ordo dan familia; (2) Penggunaan kunci untuk mencari genus dan species,
apabila dapat memperoleh monografi atau publikasi fauna yang mutakhir; (3)
Pencocokan atau penyesuaian dengan katalog dan bibliografi (sumber literatur)
lain yang diterbitkan paling mutakhir; (4) Pencocokan dengan deskripsi yang
asli; dan (5) Pembandingan dengan tipe specimen yang ada

Pekerjaan mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi individu yang


beraneka ragam dan memasukannya dalam suatu takson merupakan cara untuk
mengidentifikasi suatu spesies. Identifikasi ini ditinjau dari segi ilmiah, sebab
seluruh pekerjaan berikutnya sangat tergantung dari hasil identifikasi yang
benar dari suatu spesies yang sedang diteliti. Dalam melakukan identifikasi
ikan, buku kunci identifikasi ikan mutlak diperlukan.Agar mudah
dalammenggunakan buku kunci identifikasi, terlebih dahulu harus memahami
istilah-istilah yang biasa digunakan dalam identifikasi. Identifikasi ikan
didasarkan atas morfometrik dan meristik yang dilakukan sesuai dengan
petunjuk identifikasi.
Pengidentifikasian ikan, diperlukan beberapa karakteristik yang perlu
diamati. Antara lain yaitu, jumlah sirip, panjang sirip, tinggi badan, lebar
badan, bentuk sisik, bentuk mulut dan ekor, serta masih banyak lagi
karakteristik yang dapat diamati untuk pengidentifikasian ikan. Pengetahuan
mengenai bentuk dan struktur bagian-bagian tubuh ikan akan membantu
seseorang dalam mendeterminasinya, sehingga diperoleh klasifikasi ikan secara
lebih cepat dan mudah .

2
1.2.Klasifikasi ikan

Informasi yang digunakan dalam mempelajari hubungan evolusioner


ikan berawal dari pengetahuan taksonomi terutama deskripsi ikan.
Pengetahuan tersebut menjadi dasar dalam iktiologi dan juga bidangbidang lain
seperti ekologi, fisiologi. Metode yang digunakan dalam bidang taksonomi
terbagi menjadi enam kategori yaitu 1) pengukuran morfometrik, 2) ciri
meristik, 3) ciri-ciri anatomi, 4) pola warna, 5) kariotipe, dan 6) elektroforesis.
Pengukuran morfometrik merupakan beberapa pengukuran standar yang
digunakan pada ikan antara lain panjang standar, panjang moncong atau bibir,
panjang sirip punggung atau tinggi batang ekor. Keterangan mengenai
pengukuran–pengukuran ini dibuat oleh Hubbs & Lagler (1964). Pada
pengukuran ikan yang sedang mengalami pertumbuhan digunakan rasio dari
panjang standar. Ikan yangdigunakan adalah ikan yang diperkirakan
mempunyai ukuran dan kelamin yang sama. Hal ini disebabkan pertumbuhan
ikan tidak selalu proporsional dan dimorfime seksual sering muncul pada ikan
(tetapi seingkali tidak jelas). Pengukuran morfometrik merupakan pengukuran
yang penting dalam mendekripsikan jenis ikan. Ciri meristik merupakan ciri-
ciri dalam taksonomi yang dapat dipercaya, karena sangat mudah digunakan.
Ciri meristik ini meliputi apa saja pada ikan yang dapat dihitung antara lain
jari-jari dan duri pada sirip, jumlah sisik, panjang linea literalis dan ciri ini
menjandi tanda dari spesies. Salah satu hal yang menjadi permasalahan adalah
kesalahan penghitungan pada ikan kecil. Faktor lain yang dapat mempengaruhi
ciri meristik yaitu suhu, kandungan oksigen terlarut, salinitas, atau ketersediaan
sumber makanan yang mempengaruhi pertumbuhan larva ikan. Ciri-ciri
anatomi sulit untuk dilakukan tetapi sangat penting dalam mendeskripsi ikan.
Ciri-ciri tersebut meliputi bentuk, kesempurnaan dan letak linea lateralis, letak
dan ukuran organ-organ internal, anatomi khusus seperti gelembung udara dan
organ-organ elektrik. Pola pewarnaan merupakan ciri spesifik, sebab dapat
berubah sesuai dengan umur, waktu, atau lingkungan dimana ikan tersebut
didapatkan. Hal ini merupakan bagian penting dalam mendeskripsi setiap

3
spesies, misal pola pewarnaan adalah ciri spesifik spesies, kondisi organ
reproduksi, jenis kelamin. Masalah utama dalam pewarnaan bila digunakan
sebagai alat taksonomi adalah subjektivitas yang tinggi dalam mendeskripsi
ikan.

Kariotipe merupakan deskripsi dari jumlah dan morfologi kromosom. Jumlah


krosmosom tiap sel tampaknya menjadi ciri-ciri ikan secara konservatif dan
dfigunakan sebagai indikator dalam famili. Jumlah lengan kromosom
seringkali lebih jelas dari pada jumlah krosmosom. Teknik lain yang digunakan
berkaitan juga dengan kariotiping, adalah penghitungan jumlah DNA tiap sel.
Namun, jumlah DNA cenderung berkurang pada spesies terspesialisasi
(Hidengarrner & Rosen,1972 dalam Moyle & Cech, 1988). Elektroforesis
merupakan tehnik yang digunakan untuk mengevaluasi kesamaan protein.
Contoh jaringan diperlakukan secara mekanis untuk mengacak struktur
membran sel, agar melepaskan protein yang larut air. Selanjutnya, protein ini
diletakkan dalam suatu gel, biasanya terbuat dari pati atau agar, yang
selanjutnya diperlakukan dengan menggunakan arus litrik. Kecepatan
pergerakan respon protein untuk berpindah atau bergerak tergantung pada
ukuran molekulnya. Kesamaan genetik dari indiviual dan spesies dapat
dibandingkan dengan ada atau tidak adanya protein yang dibedakan
berdasarkan letak dalam gel. Elektroforesis dapat digunakan untuk menguji
variasi genetik dalam populasi. Berikut ini klasifikasi ikan yang menunjukkan
hubungan evolusioner dari kelompok besar ikan.

Filum : Chordata Subfilum

Sub filum : Myxini, Vertebrata

Super kelas : Gnathostoma, Agnatha

Kelas : Chondrichthyes, Osteichthyes

Subkelas : Holocephali, Elasmobranchi, Sarcopterygii, Actinopterygii

Infrakelas : Chondrostei, Neopterygii

4
Divisi : Teleostei (jumlah Ordo lebih dari 60 Ordo) Chordata

Dalam klasifikasinya membedakan ikan ke dalam tiga kelas utama


berdasarkan taksonominya yaitu :

a. Kelas Agnatha, meliputi ikan primitif seperti Lamprey, berumur 550 juta
tahun yang lalu dan sekarang tinggal 50 spesies. Karakteristik ikan ini tidak
memiliki sirip-sirip yang berpasangan tetapi memiliki satu atau dua sirip
punggung dan satu sirip ekor.

b. Kelas Chondroichthyes, memiliki karakteristik adanya tulang rawan dan


tidak mempunyai sisik, termasuk kelas primitif umur 450 juta tahun yang lalu
dan sekarang tinggal 300 spesies. Misalnya ikan pari dan ikan hiu.

c. Kelas Osteichthyes, meliputi ikan teleostei yang merupakan ikan tulang


sejati, merupakan kelompok terbesar jumlahnya dari seluruh ikan yaitu
melebihi 20.000 spesies dan ditemukan pada 300 juta tahun lalu.

5
BAB II

MORFOLOGI IKAN

Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk tubuh dan bentuk organ
luar suatu organisme. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan
tersebut di perairan.

2.1 . Bagian-bagian Tubuh Ikan


Pada umumnya tubuh ikan terbagi atas tiga bagian, yaitu:

1. Caput: bagian kepala, yaitu mulai dari ujung moncong terdepan sampai dengan
ujung tutup insang paling belakang. Pada bagian kepala terdapat mulut, rahang
atas, rahang bawah, gigi, sungut, hidung, mata, insang, tutup insang, otak,
jantung, dan sebagainya.
2. Truncus: bagian badan, yaitu mulai dari ujung tutup insang bagian belakang
sampai dengan permulaan sirip dubur. Pada bagian badan terdapat sirip
punggung, sirip dada, sirip perut, serta organ-organ dalam seperti hati, empedu,
lambung, usus, gonad, gelembung renang, ginjal, limpa, dan sebagainya.
3. Cauda: bagian ekor, yaitu mulai dari permulaan sirip dubur sampai dengan
ujung sirip ekor bagian paling belakang. Pada bagian ekor terdapat anus, sirip
dubur, sirip ekor, dan kadang-kadang juga terdapat scute dan finlet.

6
2.2. Bentuk-bentuk Tubuh Ikan
Secara umum, tubuh ikan dibagi menjadi 2 bentuk:

 Simetris bilateral, yang berarti jika ikan tersebut dibelah pada bagian tengah-
tengah tubuhnya (potongan sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang
sama antara sisi kanan dan sisi kiri. Bentuk tubuh simetris dapat dibedakan
atas:

a) Fusiform atau bentuk torpedo (bentuk cerutu)


b) Compressed atau pipih,
c) Depressed atau picak,
d) Anguilliform atau bentuk ular atau sidat atau belut,
e) Filiform atau bentuk tali,
f) Taeniform atau flatted-form atau bentuk pita,
g) Sagittiform atau bentuk panah,
h) Globiform atau bentuk bola,
i) Ostraciform atau bentuk kotak,

 non-simetris bilateral, yang mana jika tubuh ikan tersebut dibelah secara
melintang (cross section) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi
kiri tubuh, Misalnya: 1) Ikan langkau (Psettodes erumei) 2) Ikan lidah
(Cynoglossus bilineatus)

2.3.Kepala Ikan
Kepala Ikan umumnya tidak bersisik, tetapi ada juga yang bersisik.
Bagian-bagian pada kepala ikan yang penting adalah:
1. Tulang-tulang tambahan tutup insang.
2. Bentuk mulut.

7
3. Letak mulut.
4. Letak sungut.

2.4. Badan Ikan


Pada badan terdapat:

1. sisik (squama)
2. Gurat sisi (linea lateralis) Pada bagian tengah badan ikan, sebelah kanan dan
kiri, mulai dari kepala sampai ke pangkal ekor.
3. Finlet (jari-jari sirip tambahan)
4. Scute (skut, sisik duri)
5. Keel (kil, lunas)
6. Adipose fin (sirip lemak)
7. Interpelvic process (cuping)

2.5. Anggota Gerak ikan


Anggota gerak pada ikan berupa sirip-sirip, sirip ikan ada yang berpasangan
ada yang tidak.
Sirip yang berpasangan adalah:

 Sirip dada (pinnae pectoralis = pinnae thoracicae = pectoral fins), disingkat


dengan P atau P1.
 Sirip perut (pinnae abdominalis = pinnae pelvicalis = pinnae ventralis =pelvic
fins = ventral fins), disingkat dengan V atau P2.

Sirip yang tidak berpasangan atau sirip tunggal dalah:

 Sirip punggung (pinna dorsalis = dorsal fin), disingkat dengan D. Jika sirip
punggung terdiri atas dua bagian, maka sirip punggung pertama (di bagian
depan) disingkat dengan D1, sedangkan sirip punggung kedua(yang di
belakang) disingkat dengan D2.

8
 Sirip dubur (pinna analis = anal fin), disingkat dengan A.
 Sirip ekor (pinna caudalis = caudal fin), disingkat dengan C.

2.6. Ekor Ikan


Berdasarkan perkembangan arah ujung belakang notochord atau vertebrae,
Bentuk ekor ikan terdiri atas empat macam, yaitu:

1. Protocercal, ujung belakang notochord atau vertebrae berakhir lurus pada


ujung ekor. umumnya ditemukan pada ikan-ikan yang masih embrio dan ikan
Cyclostomata.
2. Heterocercal, ujung belakang notochord pada bagian ekor agak membelok ke
arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris, misalnya pada ikan
cucut.
3. Homocercal, ujung notochord pada bagian ekor juga agak membelok ke arah
dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris bila dilihat dari dalam tetapi
terbagi secara simetris bila dilihat dari arah luar, terdapat pada Teleostei.
4. Diphycercal, ujung notochord lurus ke arah cauda sehingga sirip ekor terbagi
secara simetris baik dari arah dalam maupun dari arah luar, terdapat pada ikan
Dipnoi dan Latimeria menadoensis

Jika ditinjau dari bentuk luar sirip ekor, maka secara morfologis dapat
dibedakan beberapa bentuk sirip ekor, yaitu:

1. Rounded (membundar), misalnya pada ikan kerapu bebek (Cromileptes


altivelis )
2. Truncate (berpinggiran tegak), misalnya pada ikan tambangan (Lutjanus johni )
3. Pointed (meruncing), misalnya pada ikan sembilang (Plotosus canius)
4. Wedge shape (bentuk baji), misalnya pada ikan gulamah (Argyrosomus
amoyensis)

9
5. Emarginate (berpinggiran berlekuk tunggal), misalnya pada ikan lencam merah
(Lethrinus obsoletus )
6. Double emarginate (berpinggiran berlekuk ganda), misalnya pada ikan ketang-
ketang (Drepane punctata).
7. Forked / Furcate (bercagak), misalnya pada ikan cipa-cipa (Atropus atropos )
8. Lunate (bentuk sabit), misalnya pada ikan tuna mata besar (Thunnus obesus )
9. Epicercal (bagian daun sirip atas lebih besar), misalnya pada ikan cucut martil
(Eusphyra blochii)
10. Hypocercal (bagian daun sirip bawah lebih besar), misalnya pada ikan terbang
(Exocoetus volitans).

10
BAB III

TATA NAMA (NOMENKLATUR)

Sistem tata nama ganda ditemukan oleh Carollus Linnaeus yang


merupakan seorang sarjana kedokteran dan ahli botani dari Swedia. Carollus
Linneaus dalam bukunya yang berjudul Species Plantarum (1753) dan Systema
Nature (1758) mengemukakan aturan atau pedoman penamaan bagi kelompok
individu dengan aturannya sebagai berikut.

3.1. Aturan untuk menulis nama Species (jenis)

 Ditulis menggunakan bahasa latin dan terdiri dari dua kata,


 Kata pertama akan menunjukkan nama genus dan kata kedua menunjukkan
nama spesies,
 Cara penulisan pada kata pertama, harus diawali dengan huruf besar sedangkan
pada nama penunjuk spesies diawali dengan huruf kecil,

 Apabila kita tulis dengan cetak tegak, maka antar kata harus digarisbawahi
secara terpisah. Nah, sedangkan bila ditulis dengan cetak miring, maka tidak
perlu digarisbawahi. Contohnya: nama jenis tumbuhan Oryza sativa atau dapat
juga ditulis Oryza sativa (padi) dan kata Zea mays dapat juga ditulis Zea mays
(jagung).
 Apabila nama spesies tumbuhan terdiri lebih dari dua kata, maka kata yang
kedua dan seterusnya harus disatukan atau ditulis dengan tanda penghubung.
Misalnya saja, nama bunga sepatu yakni Hibiscus rosasinensis maka kita tulis
menjadi Hibiscus rosa-sinensis. Sedangkan pada jenis hewan yang terdiri atas
tiga suku kata, misalnya Felis manuculata domestica (kucing jinak), maka
penulisannya tidak dirangkai dengan tanda penghubung.

 Apabila nama jenis tersebut untuk mengenang jasa orang yang menemukannya,
maka nama sang penemu dapat dicantumkan pada kata kedua dengan

11
menambah huruf (i) di belakangnya, misalnya tanaman pinus yang ditemukan
oleh Merkus, nama tanaman tersebut menjadi Pinus merkusii.

3.2. Aturan untuk menulis Genus (marga)

Nama genus tumbuhan maupun hewan terdiri atas satu kata tunggal yang
dapat diambil dari kata apa saja, dapat juga diambil dari nama hewan,
tumbuhan, zat kandungan atau sesuatu hal yang merupakan karakteristik
organisme tersebut. Adapun huruf pertamanya ditulis dengan huruf besar, misal
genus pada tumbuhan yaitu Solanum (terong-terongan), genus pada hewan,
misalkan Canis (anjing), Felis (kucing).

3.3. Aturan untuk menulis nama Familia (suku)

Nah, aturan untuk menulis nama familia ini, kita ambil dari nama genus
organisme yang bersangkutan kemudian ditambah akhiran -aceae untuk
organisme tumbuhan. Sedangkan untuk organisme hewan kita beri akhiran -
idea.

Contohnya gimana? misalnya nama familia untuk terong-terongan yakni


Solanaceae sedangkan contoh untuk familia anjing yakni Canidae.

3.4. Aturan untuk menulis nama Ordo (bangsa)

Aturan penulisan nama ordo diambil dari nama genus yang kita tambah
dengan akhiran ales, contohnya ordo Zingiberales berasal dari genus Zingiber +
akhiran ales.

3.5. Aturan untuk menulis nama Classis (kelas)

Adapun aturan untuk menulis nama classis diambil dari nama genus yang
kita tambah dengan akhiran -nae, contohnya untuk genus Equisetum, maka
classisnya akan menjadi Equisetinae atau juga kita diambil dari ciri khas
organisme tersebut, misal Chlorophyta (ganggang hijau), Mycotina (jamur)

12
BAB IV

ALAT TANGKAP IKAN

4.1. Alat tangkap ikan


Alat tangkap ikan adalah salah satu factor utama dan aling kompleks untuk
dipelajari bagi nelayan. Untuk menciptakan nelayan yang professional, selama
ini nelayan masih bersifat tradisional dan kurang akan adanya pengetahuan
untuk mendapatkan ikan yang banyak maka harus mengerti tentang bagaimana
cara menangkap ikan.

Jenis-jenis alat tangkap ikan yabg sering digunakan dan ramah lingkungan
yaitu:

1. Pukat Udang

Pukat Udang, atau sering juga disebut dengan nama Pukat Harimau adalah alat
untuk menangkap ikan yang berbentuk kantung yang kemudian ditarik oleh
satu atau dua kapal secara bersamaan melalui samping atau belakang kapal.

Alat ini memang efektif untuk menangkap ikan dalam jumlah yang banyak
namun tidak selektif, sehingga bisa merusak semua yang dilewati alat ini.
Makanya alat ini lebih menjurus ke alat tangkap ikan yang destruktif.

2. Pukat Kantong
Pukat Kantung adalah alat untuk menangkap ikan yang berbentuk kerucut yang
terdiri dari kantung (bag), badan (body), dua sayap (wing) yang dipasang pada
kedua sisi mulut jaringnya, dan tali penarik (warp).
Alat ini bisa dikatakan masih tradisional dan tidak merusak lingkungan, serta
ukurannya pun relatif kecil.

13
3. Pukat Cincin

Pukat Cincin adalah alat untuk menangkap ikan berbentuk 4 persegi panjang,
dilengkapi dengan tali kerut bercincin yang diikatkan pada bawah jaring,
sehingga membentuk kerut seperti bentuk mangkok. Alat ini digunakan untuk
menangkap ikan yang bergerombol dipermukaan.

4. Jaring Insang

Jaring Insang adalah alat untuk menangkap ikan berbentuk 4 persegi panjang
dengan mata jaring berukuran sama dan dilengkapi dengan pelampung
dibagian atasnya serta pemberat dibagian bawahnya.

Alat ini digunakan untuk menangkap ikan yang bergerak secara pasif. Tapi
dalam operasinya, biasanya para nelayang memasang beberapa alat yang
digabung menjadi satu unik jaring yang cukup panjang.

5. Jaring Angkat

Jaring Angkat adalah alat untuk menangkap ikan yang dalam pengunaannya
dilakukan dengan cara menurunkan dan mengangkat jaring secara vertikal. Alat
ini biasanya dibuat dari nilon yang mirip kelambu dengan mata jaring yang
relatif kecil.

Umumnya, dalam pengoperasiannya mengunakan lampu atau umpan lainnya


untuk menarik ikan. Alat ini biasanya juga dioperasikan di rakit, perahu, dan
sejenisnya.

6. Mata Pancing

Pancing adalah alat untuk menangkap ikan paling populer di Indonesia,


mungkin juga di dunia. Alat ini terdiri dari dua komponen utama yaitu tali dan
mata pancing. Dalam pengunaannya, jumlah mata pancing berbeda-beda.

14
Prinsip dasar alat ini yaitu merangsang ikan untuk memakan umpan yang
dikaitkan pada mata pancing. Selain dua komponen utama diatas, pancing juga
dilengkapi dengan tangkai, pemberat, dan bisa juga mengunakan pelampung.

7. Bubu

Bubu adalah alat untuk menangkap ikan yang bersifat statis, biasanya
berbentuk kurungan dan jebakan, dimana ikan bisa dengan mudah masuk tanpa
paksaan, tapi ikan akan sulit untuk keluar karena dihalangi dengan berbagai
cara.

Bahan yang digunakan untuk membuat alat ini diantaranya, bambu, rotan,
kawat, jaring, dan sebagainya. Dalam pengunakannya, alat ini digunakan
dipermukaan air seperti sungai dengan arus yang cukup kuat atau di daerah
pasang surut.

8. Pengumpul Rumput Laut dan Kerang

Umumnya, alat pengumpul rumput laut dan kerang dibuat dengan sederhana
dan jangkauannya dalam skala kecil saja. Alat ini cukup selektif tapi tidak
destruktif sebab bertujuan untuk menangkap target seperti kerang-kerang.

9. Pukat Ikan Karang

Pukat Ikan Karang adalah alat untuk menangkap ikan yang terbuat dari jaring,
terdiri dari kantung dan sayap. Dalam pengunaannya dilakukan pengiringan
ikan-ikan yang akan ditangkap supaya masuk ke bagian kantung tersebut.

Biasanya alat ini dilakukan oleh beberapa nelayan dengan cara berenang
kemudian mengejutkan ikan-ikan agar masuk ke kantung yang sudah dipasang
sebelumnya. Dinamakan Pukat Ikan Karang karena tujuan utamanya yaitu
untuk menangkap jenis ikan karang.

15
10. Tombak

Kalau alat untuk menangkap ikan yang satu ini hanya terdiri dari batang kayu,
mata tombak diujungnya dengan mata kait terbalik, dan tali penarik yang
digunakan untuk mengambil hasil tangkapan.

16
BAB V

POKOK PEMBAHASAN BIOLOGI PERIKANAN

Biologi Ikan merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari ikan dari


segi murni, misalnya dari segi morfologi, anatomi, fisiologi, taksonomi,
genetika, evolusi dan ekologi.

Biologi perikanan merupakan ilmu yang mendasarkan diri pada biologi


ikan dan ilmu-ilmu lainnya kemudian dipadu dan diterapkan untuk
pemanfaatan dan pengelolaan perikanan dengan tujuan melindungi sumberdaya
perikanan sehingga manusia dapat memanfaatkannya secara optimal,
berkelanjutan dan selalu memperhatikan kaidah kelestariannya.

Cakupan Biologi perikanan sangat luas yaitu meliputi sumberdaya ikan


(biota), habitat, lingkungan, sumber daya manusia.

Ahli biologi perikanan yaitu siap menghadapi keadaan populasi ikan


yang sangat bervariasi dan dinamis, keadaan lingkungan yang kebanyakan
belum terawasi, kemampuan cukup tinggi untuk melakukan kompromi,
mempertahankan penangkapan optimum dan siap menghadapi konflik
kepentingan dan keinginan banyak orang pemakai sumber daya.

Tujuan mempelajari Biologi Perikanan yaitu semakin banyak orang


yang mampu memahami pentingnya menjaga kelestarian sumberdaya
perikanan dan mencegah kerusakannya agar dapat diperoleh hasil yang
optimum, lestari dan berkelanjutan. Untuk itu perlu di upayakan baik dari
usaha budidaya maupun penangkapan guna menjamin kelangsungan usaha
perikanan sebagai penyedia hasil perikanan dalam bentuk segar (fresh product)
maupun dari hasil industri perikanan yakni hasil yang ajeg akan dapat
mendukung kegiatan pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat
(domestik) dan ekspor hasil perikanan guna menambah devisa negara.

17
Ikan merupakan kelompok vertebrata yang hidup di air tersebar luas
mulai dari perairan tawar, payau sampai ke samudera.

Perikanan menurut UU RI Nomor 9 Tahun 1985 yaitu semua kegiatan


yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan.

Perikanan menurut UU RI Nomor 31 Tahun 2004 yaitu semua kegiatan


yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan
lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengelolaan sampai pada
pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.

5.1 SUMBERDAYA PERAIRAN MANUSIA

Sumberdaya perairan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam


dengan berdasarkan salinitas, ukuran kedalaman, kecepatan aliran airnya dan
lain-lain.

a. Periaran Tawar

Air dalam (leutic)yaitu meliputi danau, waduk, rawa, kolam, dan reservoir

Air mengalir (lotic) meliputi sungai (river, stream, creek,brook)

b. Air Payau

Perairan payau merupakan pencampuran antara air tawar dari hulu


dengan air asin dari laut. Salinitas perairannya sangat bervariasi dan daerah
payau yang sudah dekat dengan laut disebut daerah estuari atau kuala. Perairan
air payau menampung berbagai nutrien yang terbawa sejak dari daerah atas
relatif dangkal, sinar matahari cukup dan keadaan airnya tercampur sempurna
(well-mixed) dan merupakan habitat yang baik untuk ikan.

c. Perairan Asin (Laut)

Habitat Pantai memiliki ciri sebagai berikut : kedalaman perairan <200


m, daerah perikanan tradisional, kondisi perairan belum tercemar, hampir sama
dengan daerah kuala, dan kaya akan nutrien dan sangat produktif.

18
Habitat Lautan memiliki ciri sebagai berikut : kedalaman lebih dari 200
m, miskin kandungan nutiren dengan sirkulasi nutrien dari daerah lautan yang
sangat dalam ke daerah yang lebih dangkal boleh dikatakan tidak terjadi, sinar
matahari tidak tembus ke daerah tersebut, perikanan di lautan terbuka yaitu
kurang berkembang (sulitnya lokasi, perlu alat tangkap & peralatan canggih
yaitu sangat mahal dan butuh tenaga terampil dan keahlian khusus, di negara
maju dan sudah berkembang bukan hambatan dalam memanfaatkan
sumberdaya perikanannya.

5.2.PENGELOLAAN PERIKANAN BERBASIS BIOLOGI

Dasar Biologi yaitu : Taksonomi dan identifikasi, distribusi dan


persyaratan habitat, food dan feeding habits, umur dan pertumbuhan,
reproduksi, dan behavior.

a. Taksonomi dan Identifikasi

Taxon merupakan suatu grup organisme yang mempunyai sejarah


evolusi yang sama.

Taksonomi merupakan ilmu yang mempelajari teori, prinsip, prosedur dan


peraturan-peraturan klasifikasi.

Klasifikasi merupakan identifikasi, penamaan, dan pengelompokan organisme


ke dalam suatu sistem formal berdasarkan pada persamaan seperti anatomi
internal dan eksternal, fungsi fisiologis, keturunan, atau sejarah evolusi.

Ciri yang umum dalam taksonomi ikan :

i. Perbedaan bentuk (morfologi) kuantitatif yaitu morfometri dapat di ukur


panjang tubuh, dan lain-lain dan ciri meristik (jumlah jari-jari sirip). Dan
kualitatif yaitu berdasarkan warna dan bentuk tubuh (lebih sering dinyatakan
dengan pernyataan : abu-abu, putih, bentuk bulat, ramping, dan sebagainya
sekarang dilakukan dengan bantuan komputer (sistem skoring).

19
ii. Bukan Morfologi : meliputi Perilaku fisiologi, sulit pemakaiannya namun
tetap mungkin digunakan. Sebagai contoh, perbedaan laju pernafasan berhasil
dipakai untuk mengenali populasi ikan gobi. Kemudian sitologi, yaitu melihat
ciri-ciri khas bentuk dan ukuran khromosom dapat dipakai untuk mengenali
spesies yang berbeda. Selanjutnya biokimia, yaitu secara langsung dapat
digunakan untuk menggambarkan jarak antara taksaka secara genetik. Cara ini
sangat peka dan dapat menjawab pertanyaan yang lebih sulit mengenai ikan
yang bersangkutan. Misalnya, dari contoh ikan yang terlihat sama, apakah
masing-masing mewakili populasi yang berlainan ataukah dari spesies yang
sama. Dan kemudian berdasarkan distribusi.
b. Distribusi dan Persyaratan Habitat

Ikan mempunyai derajat pemencarannya (degree of dispersal) yang sangat


bervariasi. Misalnya ada beberapa ikan yang hanya mendiami suatu tempat
dengan luas beberapa meter persegi dan ada juga yang mampu berpindah
tempat sampai beratus bahkan beribu kilometer. Berikut penggolongan ikan
berdasarkan derajat pemencarannya yaitu :

 Sedentary species
Jenis ikan ini sifatnya yang menetap contohnya tiram (oyster), kupang laut atau
kijing tawar (mussel), clam dan lain-lain.
 Resident Species
Jenis ikan yang berpindah tempat tapi lebih menyukai membatasi diri pada
tempat yang sempit.
Beberapa spesies dari golongan ini sering melakukan gerak terbatas yang
mungkin sebagai akibat dari adanya gejala alam, misalnya:
 Gerak harian (diurnal movements)
Gerakan pada siang hari secara vertikal.
 Gerakan pasang surut air laut (tidal movements)
Gerakan menuju pantai pada waktu pasang dan kembali ke laut mengikuti air
surut
 Gerak pancar acak (random dispersal)

20
Gerak pencaran atau sedikit perpindahan yang tidak bertujuan tertentu.
 Gerak musiman (seasonal movements)
Perpindahan yang tidak jauh dan dilakukan musiman.
 Developmental migrants
Jenis ikan yang berpindah tempat untuk pertumbuhan atau perkembangan
hidupnya, golongan ini pada stadium hidup tertentu berpindah tempat ke
habitat yang lebih sesuai. Jarak yang ditempuh dapat dekat atau jauh tergantung
spesiesnya.
 Annual migrant
Jenis ikan yang melakukan pindah tahunan, jenis ikan ini berpindah tempat tiap
tahun dengan berbagai tujuan.
c. Habitat dan Persyaratannya

Habitat merupakan tempat hidup suatu organisme. Habitat ikan dapat di


golongkan menjadi dua golongan besar yakni habitat air laut dan air tawar (dan
air payau). Pada habitat sering sekali terjadi keracunan, ikan dari suatu spesies
kemungkinan menghuni/ditemukan pada sub habitat yang tidak sama terutama
ikan laut pelagik.

d. Habitat Air Laut Dalam


 Abyssal : laut yang sangat dalam berkisar antara 4000-6000 meter, suhu sangat
dingin (1,2-4oC), salintias lebih kurang 35 permil, sinar matahari tidak pernah
mencapainya,keadaannya sangat gelap,dasar laut menyerupai dasar lumpur,
fauna yang hidup mempergunakan kaki-kaki yang panjang, seperti laba-laba.
Sebagian kecil bagian laut abisal dasarnya keras berupa batu cadas.
 Bathypelagic
Daerah laut dalam (1000-4000m), keadaan tempat ini tidak jauh berbeda
dengan abyssal,sinar matahari tidak sampai.
 Archibenthic
Kedalaman antara 1000 meter, dihuni golongan ikan yang hidupnya di dasar
atau di dekat dasar. Sebagai contoh: ratfish, chimaera.

Penggolongan Ikan pada Perairan Dangkal


21
 Benthic/demersal
Hidup pada habitat dengan kedalaman antara 10-250m, contoh: ikan kakap,
kerapu, bawal, udang.
 Oceanic
Ikan yang hidup di dikat permukaan air laut, sangat jarang mendekati daratan,
seperti ikan Mola-mola.
 Pelagic
Golongan ikan yang hidup di lingkungan laut tetapi tidak hidup di dasar laut,
termasuk jenis penjelajah, berbentuk seperti torpedo (streamlined), kuat
berenang dan mencari makan di dekat permukaan air. Biasanya hidup
berkelompok, contoh: ikan lemuru, ikan pedang, tengiri, tongkol, layang dan
kembung.
 Benthopelagic
Ikan yang mampu hidup di daerah bentik maupun pelagik tergantung musim
atau kondisi lain (misalnya perubahan salintas). Contoh: ikan hiu (squallus).
 Coastal
Golongan ikan ini tidak pernah jauh dari pantai tetapi jarang sekali masuk ke
daerah payau. Contoh: jenis ikan trout.
 Ikan kuala (estuarine)

Penggolongan Ikan Bermigrasi

 Katadrom : cata = down = turun, dan dromos = race. Yaitu ikan yang
memenuhi daerah perairan asin sampai air tawar pemijahan memerlukan air
asin untuk beruaya ke laut.
Contoh : sidat (eel, Anguila), belanak (mullet, Mugil cephalus), udang galah
(Macrobrachium rossenbergii)
 Anadrom : ana = up = naik, dan dromos = race. Yaitu ikan yang melakukan
perjalanan naik dari laut ke arah hulu sungai untuk melakukan pemijahan.
 Fluvial anadromous, pada stadium muda hidup di habitat air tawar mengalir.
Selanjutnya berpindah ke air asin, lingkungan air laut atau air payau. Setelah
masa matang telur ikan ke hulu sungai untuk memijah dan bertelur.

22
Contoh : ikan Pink Salmon (Oncorhynchus grobuscha).
 Lacustrin anadromous, pada waktu mudanya hidup di laut atau kuala. Setelah
dewasa melakukan ruaya naik ke danau atau perairan diam untuk bertelur.
Contoh : sockeye salmon.
e. Habitat Air Tawar

Danau (air diam/leutic) : terdiri atas dua daerah yang memebedakan


antara yang berair dan tidak. Zonasi danau

 Litoral : daerah tepi yang masih dipengaruhi oleh gelombang dan percikan air
sampai kedalaman di mana matahari masih cukup bagi tanaman air untuk
tumbuh.
o Infralitoral : relatif dangkal sehingga sinar matahari dapat menembus ke
dasarnya. Dapat di temukan vegetasi berakar.
o Litoriprofundal : merupakan zone peralihan yang dihuni oleh bakteri dan
ganggang. Daerah ini masih tersinari dan fotosintesis dapat berlangsung.
 Profundal : daerah yang lebih dalam lagi, tidak tertembus sinar matahari/gelap,
tidak ada vegetasi dan hanya ditemukan sedimen.
f. Air mengalir (Sungai)

Menurut ukuran dan lokasinya air mengalir dibedakan menjadi daerah


hulu sungai dan sungai. Berdasarkan alirannya dibedakan beraliran deras (rapid
zone) dan tenang/lubuk (pool zone).

Penggolongan Ikan yang hidup di Air Tawar

 Lacustrin : golongan ikan yang hidupnya menetap di perairan diam, contoh :


tambakan, sepat, dan nilem.
 Fluvial : golongan ikan yang hidupnya di air mengalir, contoh : ikan karper,
mujahir.
 Adfluvial : golongan ikan ini hidupnya memerlukan air tenang, tetapi untuk
memijahnya mencari air mangalir.

23
g. Pesyaratan Habitat

Suatu pengelolaan perikanan yang baik memerlukan pengetahuan mengenai


persyaratan habitat terutama kebutuhan minimal dari suatu spesies terhadap
faktor tertentu dalam lingkungannya. Dengan faktor pembatas yaiut
kelimpahan dapat berupa fisik, kehmis atau biologis.

 Suhu : keadaan suhu perairan di daerah tropika berbeda dengan daerah empat
musim. Ikan yang hidup pada habitat bersuhu stabil biasanya sangat peka
terhadap perubahan suhu. Sebagian besar ikan air tawar di perairan daerah
tropika akan mengalami sterss apabila terjadi penurunan suhu. Sebagian
species ikan mempunyai suhu optimum untuk kelangsungan hidupnya. Suhu
dapat menjadi faktor pembatas distribusi.
Pengaruh suhu yaitu perkembangan kehidupan ikan secara optimum (karper
20-25oC, tawes 25-33oC dan mujahir 15,5-39oC. Lama inkubasi telur, kenaikan
suhu berbanding terbalik dengan lama inkubasi telur (trout suhu 40oF, lama
inkubasi 80 hari, suhu ditingkatkan sampai 55oF waktu hanya 24 hari). Tataran
hidup, beberapa species memerlukan kisaran suhu tertentu pada setiap
tahap/tataran hidup (karper : mempunyai kisaran suhu antara 20-30oC untuk
kehidupannya, untuk penetasan telurnya membutuhkan suhu sekitar 25oC).
Salmon kisaran suhu yang diperlukan pada setiap tingkatan hidunya sudah
agak jelas. Fluktuasi suhu perairan 3oC ikan masih dapat beradaptasi. Fluktuasi
>3oC ikan sters harus dihindarkan nafsu makan berkurang/hilang dan ikan sakit
dan mudah terinfeksi. Kisaran suhu yang sesuai akan menyebabkan populasi
melimpah.
 Salinitas : perubahan salinitas yang mendadak akan dapat mengakibatkan
kematian ikan massal. ikan kuala/ estuarin mamapu beradaptasi terhadap
perubahan salinitas perairan tetapi pengaruh faktor lain seperti suhu tinggi akan
memperburuk keadaan karena akan memepercepat penguapan air sehingga
berakibat mengingkatnya salinitas di tempat tersebut dan tidak tahan
menghadapi keadaan demikian akan mati. Ikan anadrom biasanya toleran

24
terhadap perubahan salinitas, namun biasanya ikan-ikan muda tidak tahan
terhadap salinitas tinggi.
 Oksigen : kebutuhan suatu species ikan terhadap oksigen tidak sama. Spesies
ikan yang sudah beradaptasi pada lingkungan oksigen rendah maka kebutuhan
oksigen minimal relatif lebih rendah daripada spesies ikan yang terbiasa hidup
di perairan kaya oksigen.

5.3.FOOD AND FEEDING HABIT

Makan merupakan hal yang sangat penting bagi organisme. Energi yang
dihasilkan berfungsi untuk : gerak, pemeliharan, reproduksi, proses
pencernaan, dan pertumbuhan. Food habits berkaitan dengan kualitas dan
kuantitas pakan yang dimakan ikan. Feeding habits berkaitan dengan cara ikan
makan, menyangkut tempat dan waktu makan.

Cara mendapatkan Pakan :

 Pemburu : aktif mengejar mangsa, pada umumnya perenang cepat, termasuk


ikan pelagik. Bentuk tubuh fusiform dengan sirip ekor berbentuk cagak atau
lengkungan. Contoh : hiu (Lamnidae) dan jenis tuna.
 Perayap : perenang lambat, bertubuhu memanjang. Contoh : barakuda
(sphyraenidae)
 Penghadang : menangkap mangsanya dengan cepat dari persembunyiannya (
jenis ikan dasar, mempunyai mulut lebar). Contoh : ikan karang (rockfish,
keluarga scorpaenidae).
 Penyaring : pakan disaring dari air melalui gill raker. Lambung biasanya cukup
panjang. Contoh : Paus (Rhincodontidae), herring, anchovy.
 Pemilih : memilih mangsa berukuran kecil dari badan air atau substrat
(tubuhnya pendek, mulut kecil mencuat ke atas dengan gigi-gigi kecil).

Tersedianya pakan yang cukup maka pertumbuhan ikan baik, kematangan


gonad dicapai tepat waktu, fekunditas cukup tinggi, ukuran telur dan ukuran

25
ikan dari suatu tetesan relatif lebih seragam, dan mengurangi pemangsaan
terhadap ikan yang lebih kecil/muda (pada ikan pemangsa).

Kebiasaan Pakan (Food Habits)

Kebiasaan pakan adalah pakan yang biasa dimakan oleh ikan, berupa pakan
yang ada di lingkungannya, biasanya setiap spesies punya preferensi. Pakan
tersebut dalam bentuk alami (bukan pakan buatan ataupun tambahan). Berdasa
food habits : herbivorous, carnivorous, omnivorous, detritivorous,
insektivorous dan psicivorous.

Faktor yang mempengaruhi jenis maupun jumlah pakan ikan antara lain :
siklus harian, perubahan musim, ukuran dan jenis ikan, kecepatan proses
pencernaan dan kondisi setempat.

5.4.REPRODUKSI

Reproduksi artinya pertambahan individu baru sebagai hasil peleburuan


sperma induk jantan dan telur dari induk betina.

Hermaprodit merupakan dalam satu individu mempunyai jaringan ovarium


dan jaringan testis. hermaprodit ada tiga bagian yaitu Hermaprodit sinkroni
(contoh : Serranus cabrila, Hepatus hepatus), Hermaprodit Protandri (contoh :
Lates calcarifer,Sparus auratus), Hermaprodit Protogini (contoh : Monopterus
albus, Epinephelus tauvina, Xiphohorus helleri).

Gonokhorisme yaitu kondisi seksual berganda, pada tahap juvenil gonad


tidak mempunyai jaringan yang jelas status jantan dan betina. Contoh : Sidat
(Anguilla anguilla), Salmogairdneri irideus, Oreochromis sp.

a. Ciri Seksual

Ciri seksual primer yaitu ovarium (betina) dan testis (jantan), dan ciri
sekunder yaitu sexual dimorphism ( perbedaan morfologi) dan sexual
dichromatism (perbedaan warna). Tanda-tanda khusus lainnya yaitu ada yang
26
permanen (ada sebelum, selama dan setelah pemijahan) dan sementara (hanya
muncul pada waktu musim pemijahan saja).

b. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

TKG adalah tingkat atau taraf yang menunjukkan berapa lama lagi (waktu)
terjadi pemijahan. TKG menunjukkan perkembangan dari kelenjer kealmin
(kerja gonad) dan melihat perkembangan gonad baik tanpa mikroskop maupun
secara histologi. Faktor yang mempengaruhi Tingkat kematangan gonad yaitu
ketersediaan pakan, suhu perairan dan lintang sebaran (berdasarkan letak
geografis).

c. Indeks Kematangan Gonad (IKG)

IKG digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui perkembangan atau


kematangan gonad.

IKG = Berat Gonad X 100%

Berat Tubuh + Berat gonad

d. Tingkah laku pemijahan ikan

Fase pra-pemijahan yaitu aktfitas mencari makan, ruaya, pembuatan


sarang, sekresi feromon (pengenalan lawan jenis mencari pasangan) dan
gerakan rayuan. Fase pemijahan yaitu sentuhan bagian-bagian tubuh, gerakan
eksotik dengan menggetarkan seluruh bagian tubuh, pembelitan tubuh.
Kemudian fase pasca pemijahan yaitu fase penyempurnaan, penutupan sarang,
penjagan sarang.

27
BAB VI

KEBIASAAN MAKAN

Kebiasaan makanan ( food habits ) adalah kualitas dan kuantitas


makanan yang dimakan oleh ikan. Umumnya makanan yang pertama kali
dating dari luar untuk semua ikan dalam mengawali hidupnya ialah planktin
yang bersel tuynggal yang berukuran kelcil. Jika untuk pertama kali ikan itu
menemukan makanan berukuran tepat dengan mulutnya, diperkirakan akan
dapat meneruskan hidupnya. Tetapi apabila dalam waktu relative singkat ikan
tidak dapat menemukan makanan yang cocok dengan ukuran mulutnya akan
terjadi kelaparan dan kehabiasan tenaga yang mengakibatkan kematian. Hal
inilah yang antara lain menyebabkan ikan pada masa larva mempunyai
mortalitas besar. Ikan yang berhasil mendapatkan makanan yang sesuai dengan
mulut, setelah bertambah besar ikan itu akan merubah makanan baik dalam
ukuran dan kualitasnya. Apabila telah dewasa ikan itu akan mengikuti pola
kebiasaan induknya.refleksi perubahan makanan pada waktu kecil sebagai
pemakan plankton dan bila dewasa akan mengikuti kebiasaan induknya dapat
terlihat pada sisiknya.Dalam pengelompokkan ikan berdasarkan makanannya,
ada ikan sebagai pemakan plankton, pemakan tananman, pemakan detritus,
ikan buas, dan ikan pemakan campuran.

Berdasarkan kepada jumlah variasi dan macam-macam makanan tadi,


ikan dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:

1. Euryphagic

Euryphagic adalah ikan pemakan bermacam-macam makanan.

2. Stenophagic

Stenophagic adalah ikan pemakan makanan yang macamnya


sedikit atau sempit.

28
3. Monophagic

Monophagic adalah ikan pemakan makanannya terdiri dari satu


macam makanan .

Banyak spesies ikan dapat menyesuaikan diri dengan persediaan


makanan dalam perairan sehubungan dengan musim yagn berlak. Dalam suatu
daerah geografis luas untuk suatu spesies ikan yang hidup terpisah-pisah dapat
terjadi perbedaan kebiasaan makanannya. Perbedaan ini bukan untuk satu
ukuran saja tetapi untuk semua ukuran. Jadi untuk satu spesies ikan dengan
ukuran yang sama dalam daerah berbeda, dapat berbeda kebiasaan
makanannya. Perbedaan ini dapat terlihat jelas pada spesies ikan yang hidup
dalam perairan tawar. Namun dalam suatu perairanpun kalau terjadi perubahan
linkungan sehingga menyebabkan perubahan persediaan makanan, ikan akan
merubah kebiasaan makanannya. Menurut Bardach ( personal communication,
mei 1973 ) pada kultur iakan bandeng di Filipina, dengan mengunakan system
kultur yang baru, ikan bandeng tersebut dipaksa memakan plankton lain. Kita
mengetahui bahwa makanan ikan bandeng adalah thi air (lablap) yang terdiri
dari kelompok ganggang hiojau biru. Di dalam bidang kultur memang sering
diadakan pemaksaan perubahan kebiasaan makanan ikan dengan memberi
makanan alami lain atau dengan makanan buatan yang cukup mengandung zat-
zat kebutuhan tubuh termasuk beberapa vitamin yang diperlukan.

Seperti telah diketemukan bahwa berdasarkan makanannya secari garis


besar ikan dapt digolongkan menjadi herbivore, karnivor, predator dan
sebagainya. Akan tetapi dalam kenyataanya banyak sekali “overlap”
disebabkan oleh keadaan habitat sekelilingnya dimana ikan itu hidup. Oleh
karena itu dalam pemeriksaan untuk menggolongkan ikan berdasarkan
kesukaan makanannya memerlukan contoh yang besar diambil dari berbagai
macam lokasi. Apabila satu spesies ikan telah di ketahui secara umum
kebiasaan makanannya, tetapi ketika diambil dari suatu perairan tertentu
terdapat kelainan dalam lambungnya, hal ini menunjukkan bahwa habitat itu

29
secara alami tidak sesuai dengan ikan itu. Banyak sekali penelitian yang
menunjukkan walaupun ikan itu sama spesiesnya dan ukurannya, tetapi apabila
habitat perairannya sedikit berbeda hasilnya tidak sama. Dengan demikian
penilaian kesukaan ikan terhadap makanannya menjadi sangat relatif. Beberapa
factor yang harus diperhatikan dalam hubungan ini ialah faktor penyebaran
organism sebagai makanan ikan, factor ketersediaan makanan, faktor pilihan
dari ikan itu sendiri serta faktor-faktor yang mempengaruhi perairan.

Berdasarkan penelitian yang diambil dari bermacam habitat yang


berbeda, hasilnya menunjukkan bahwa ikan menduduki posisi rantai makanan
yang berbeda untuk tiap habitat. Penyebarabn organisme makanan ikan di
dalam suatu komuniti umumnya akan didapatkan bahwa beberapa persen
spesies organisme mempunyai jumlah individu banyak. Sedang spesies sisanya
berjumlah banyak dengan masing-masing jumlah individu sedikit atau jarng.
Penyebaran organisme makanan yang dominan menyebabkan pengambilan
makanan itu akan bertambah sedangkan pengambilan osganisme yang lain oleh
ikan itu akan menurun. Ketersediaan makanan yang terdapat di perairan dapat
diketahui apabila kita menganalisa makanan ikan itu dan membandingkannya
dengan makanan yang terdapat dalam perairan.

6.1. Rantai Makanan

Rantai makanan adalah proses makan-dimakan sehingga tebentuk suatu


ikatan antara mangsa dan pemangsa ( food chains). Plankton tumbuh-tumbuhan
pada waktu mengadakan fotosintesa, menggunakan CO2 dan air dengan
bantuan utama cahaya membuat hidrat arang dan menghasilkan zat asam yang
berguna untuk ikan. Dengan demikian plankton dapat memproduksi zat organic
dari zat anorgani, maka plankton tersebut dinamakan “penghasil awal”.
Organisme yang memakan penhasil awal dinamakan “pemakan awal”.
Organisme yang memakan pemakan awal dinamakan “pemakan kedua”.
Pemakan kedua akan dimakan pemakan ketiga dan seterusnya. Susunan
demikian itu yang dimaksud dengan rantai makanan. Panjang pendeknya rantai

30
makanan bergantung kepada macam, ukuran atau umur ikan. Ikan buas yang
besar merupakan pemakan yang tertinggi, akan tetapi akan lebih rendah dari
pada organisme pemakan ikan buas tersebut.

Kolam ikan merupakan contoh yang baik untuk mengetahui rantai


makanan dalam keadaan sangat disederhanakan. Disini akan terlihat pola
pengelolaan yang direncanakan untuk menyalurkan energi melalui rantai
makanan yang diusahakan sependek mungkin. Bila rantai makanan itu semakin
panjang maka produksi terakhir yang di capai tidak secepat pada ikan dengan
rantai yang pendek.

Kebanyakan para ahli biologi aquatik menyetujui bahwa bakteria dan


algae merupakan dasar bagi rantai makanan. Bakteri mengunakan material sisa
yang komplek menjadi bentuk yang lebih sederhana. Algae sanggup
menggunakan garam-garam anorganik yaitu zat asam arang dan air dengan
adanya sinar matahari membentuk zat organik. Akan tetapi rantai makanan dari
bakteria ke ikan bukan meruapakan rantai makanan satu seri rantai makanan
melainkan bentuknya lebih komplek shingga akan tepat apabila disebut jaring
makanan karena terdiri dari berbagai rantai makanan yang saling bertautan.

Menurut Odum ( dalam Stele, 1970 ) konsep klasik dalam rantai makanan
aquatik, bahwa zooplankton dianggap sebagai rantai pertama yang penting
untuk pengahasil kedua. Konsep ini berdasarkan penelitian rantai makanan di
laut daerah utara dimana tiap tahap tropiknya dapat dengan mudah diikuti.
Kedudukan zooplankton bila makin dekat ke daerah pantai makin kurang
peranannya. Bahkan di daerah eustuarin, kepentingan phytoplankton menjadi
nomor dua. Di daerah pantai yang mempunyai peranan dalam rantai makanan
sebagai rantai pertama diantaranya rumput lau daerah pantai (spartina), rumput
laut (Thalassia,dsb), makro algae, mangrove dan mikroflora benthic. Ikan
sebagai pemakan detritus dari organisme tersebut sebagi energi menggantikan
zooplankton sebagai rantai pada herbivore. Beberapa spesies ikan yang telah
sukses sebagai pemakan detritus materual tanaman mikro dan makro benthic di

31
daerah pantai adalah ikan bandeng, dan belanak. Ikan pemakan detritus yang
sukses hidup di air tawar diantaranya adalah ikan mas, ikan mujair, ikan nila.

6.2. Kebiasaan Cara makan ( Feeding Habits )

Kebiasaan cara makan adalah kapan waktu, tempat dan cara ikan
mendapatkan makanannya. Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan
menggunakan mata. Pembauan dan persentuhan digunakan juga untuk mencari
makanan terutama oleh ikan pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan
cahaya atau dalam peraira keruh. Ikan yang menggunakan mata dalam mencari
makanan akan mengukur apakah makanan itu cocok atau tidak untuk ukuran
mulutnya. Tetapi ikan yang menggunakan pembauan dan persentuhan tidak
melakukan pengukuran, melainkan kalau makanan sudah masuk mulut akan
diterima atau ditolak.

Berdasarkan kepada kebisaan hidup dalam lingkungannya akan mempunyai


mulut yang berbeda-beda untuk mengambil makanannya. Letak mulut ada yang
inferior ( di bawah kepala ) seperti dalam golongan Elasmobranchia,
Acipencer, Polyodon, dan lain-lain. Mulut yang letaknya terminal (di ujung
dapan kepala ) terdapat kebanyakan ikan. Mulut ikan yang letaknya superior (
di bagian atas ) terdapat sperti ikan Hyporhamphus. Selain letaknya, mulut ikan
bervariasi baik dalam bentuk,besar dan perlengkapan lainnya seperti gigi, alat
peraba dan lainnya. Variasi pada tiap-tiap spesies ikan merupakan spesialisasi
struktur dalam penyesuaian fungsi ekologi yang memberikan ikan itu suatu
keuntungan tertentu dari pada ikan lain yang tidak mempunyai bentuk tadi.
Keadaan demikian untuk beberapa spesies ikan tertentu yang hidup dalam
suatu lingkungan yang khas memberikan kemungkinan kecil kecil sekali terjadi

32
persaingan interspesifik. Dengan kata lain bahwa spesies tertentu itu
mengadakan penyesuaian ysng menguntungkan dalam cara pengambilan
makanan terhadpa lingkungannya.

Untuk larva ikan, mata merupakan indera yang penting untuk mencari dan
menangkap makanannya. Bila larva menemukan mangsa didepan tubuhnya ia
akan beraksi dengan menggerakkan mata sehingga berposisi simetris tertuju ke
depan. Kemudian ia menggerakkan tubuh berupa loncatan-loncatan kecil. Bila
mangsa sudah dekat yaitu kira-kira 1 – 2 mm di depan mulutnya, larva akan
mendorong tubuhnya dari posisi badan berbentuk huruf s kemudian menangkap
mangsa tadi. Biasanya mangsa seperti Copepoda tidak akan tingal diam, tetapi
mengadakan reaksi. Pergerakan larva merupakan perangsang mangsa
mengadakan pergerakan bila mana larva suda mendekat kira-kiar 2 – 3 mm
mangsa akan meloncat sebelum ditangkap. Mangsa Diaptomus dapat
mengadakan satu kali loncatan sejauh 5 mm. Mangsa yang sudah meloncat
biasanya masih dalam jarak penglihatan larva. Persentase sukses pengambilan
mangsa oleh larva bergantung pada kepadatan mangsa yaitu berkisar 20%.

Ikan pemakan mempnyai mulut relative kecil dan umumnya tidak ditonjolkan
ke luar. Rongga mulut bagian dalam dilengkapi dengan jari-jari tapis insang
yang panjang dan lemas untuk menyaring plankton yang di makan. Plankton
yang masuk ke dalam mulut bersama-sama air. Plankton akan tinggal dalam
mulut sedangkan airnya akan melalui celah insang. Umumnya mulut ikan
pemakan plankton tidak dilengkapi dengan gigi. Alat pencernaan tidak
mempunyai lambung seperti pada ikan buas dan usus pemakan plankton
relative panjang tetapi tidak dilengkapi dengan perlengkapan sempurna untuk
mencerna. Ikan pemakan plankton kalu makan ada yang suka membentuk suatu
kelompok dan mencari kelompok plankton yang padat. Bila mereka
menemukan yang dapat mereka makan dengan intensif dan lebih cepat dari
pada makan ikan yang makannya terisolir. Sebaliknya ikan pemakan benthos
dan ikan buas makanannya kurang intensif kalua mereka berkelompok tetapi
makan lebih intensif kalau terisolir.

33
Ikan pemakan dasar pada waktu mencari makanan mengunakan sungut untuk
meraba dasar perairan. Persentuhan sungut dengan mangsa atau makanannya
akan menggerakkan mulut untuk mengambil mangsa. Kebanyakan makanan
yang diambil terdiri dari invertebrata. Mulut pemakan dasar ada yang
dilengkapi dengan gigi halus yang memenuhi ruang atas dan bawah, tetapi ada
pula yang tidak dilengkapi dengan gigi seperti yang terdapat pada ikan. Ikan
mas yang sudah tua dan besar akan merubah kebiasaan makanannya dari
pemakan dasar menjadi pemakan rumput.

Umumnya ikan buas mencari mangsa mengunakan mata. Ikan buas aktif
mencari makanan dengan berenang kian kemari, tetapi ikan yang tidak aktif
akan menunggu mangsa di suatu tempat yang terlindung. Bila mangsa
mendekat akan disergap. Ikan buas yang suka berkelompok jika telah dapat
melokalisir mangsanya akan mengambil mangsa tersebut secara intensif dan
cepat jika dibandingka dengan ikan yang terisolir. Tetapi hal ini bergantung
pada distribusi dan konsentrasi makanantadi. Kadang-kadang ikan buas
mengalami kesukaran menghadapi mangsa yang bergerombol karena mangsa
tersebut bergerombolnya sedemikian rupa sehingga tidak ada satupun yang
terlepas. Kalau kelompok ikan tadi dalam keadaan terpencar maka ikan
predator akan makan secara intensif.

Sehubungan dengan kebiasaan ikan mencari makanannya, pada ikan terdapat


apa yang dinamakan Feeding Periodicity masa aktif ikan untuk mencari
makanan selama 24 jam. Bergantung kepada ikannya feeding periodicity ada
yang satu ada yang dua kali. Lamanya ada yang satu jam atau dua jam bahkan
ada yng terus menerus. Pada ikan buas yang memakan mangsa yang ukuran
besar interval pengambilan makanannya mungkin lebih dari satu hari. Feeding
periodicity ikan nocturnal aktif pada malam hari dimulai dari matahari
terbenam sampai pagi dan untuk ikan diurnal pada siang hari. Feeding
periodicity ini berhubungan dengan suplay makanan juga dengan musim. Kalau
kondisi lingkungan menjadi buruk feeding periodicity dapat berubah, bahkan
dapat menyebabkan terhentinya pengambilan makanan.

34
6.3. Spesialisasi Kebiasaan Makanan

Aktifitas mencari makan pada ikan pada alam bebas merupakan


pekerjaan harian yang rutin dimana makanan tadi diketahui oleh ikandengan
cara penglihatan, perabaan, pembauan. Makanan yang tersedia di alam
dimanfaatkan oleh ikan biasanya dapat diketahui dengan mengambil contoh
makanan yang ada pada lambungnya dan dilengkapi dengan daftar diet harien
yang diambil ikan berbagi umur dan ukuran. Dalam mempelajari tentang
kebiasaan, kesukaan dan macam-macam makanan ikan harus menyertakan
pertimbangan terhadap morfologi fungsional dari tengkorak, rahang dan alat
pencernaan ikan tersebut. Dengan memprtingkan hal-hal tersebut dapat
diketahui gizi alami dan pembatas-pembatas kebiasaan makanan yang mungkin
timbul. Ikan tanpa struktur mulut untuk menghisap lumpur tidak akan
mendapatkan makanan di bawah batubatu besar padahal makanan disitu cukup
banyak.

Mengenai feeding habits yaitu kebiasaan cara memakan pada ika sering
kali di hubungkan dengan bentuk tubuh ayang khusus dan fungsional morfologi
dari tengkoraknya, rahang dan alat pencernaan makanannya. Jadi ikan
herbivore secara sederhana dapat dinyatakan bahwa ikan tersebut tidak
mempunyai kemampuan untuk memakan dan mencerna material lain selain
tumbuhan, oleh karena itu ikan pemakan tumbuhan cenderung memakan
material tumbuhan yang lambat dicerna. Ikan herbivore ini harus dapat
mengekstraksi nutrient melalui ususnya yang panjang. Jadi usus ini berfungsi
sebagai penahan makanan dalam jumlah besar dalam waktu yang lama untuk
mendapat kesempatan penggunaan penuh material makanan yang sudah
dicerna. Secara kontras ikan karnivor mempunyai usus yang lebih pendek
khusus.

35
Beberapa garis besar gross morfologi usus macam-macam ikan yang
berbeda kebiasaan makanannya

1. Ikan herbivore tidak mempunyai gigi dan mempunyai tapis insang yang
lembut dapat menyaring phytoplankton dari air. Ikan ini tidak mempunyai
lambung yang benar yaiut bagian usus yang mempunyai jaringan otot kuat,
mengekresikan asam, mudah mengembang, terdapat di bagian muka alat
pencern makanannya). Ususnya panjang berliku-liku, dindingnya tipis.

2. Ikan karnivore mempunyai gigi untuk menyergap, menahan dan merobek


mangsa dan jari-jari tapis ingsangnya menyesuaikan untuk penahan,
memegang, memarut dan mengilas mangsa. Punya lambung benar, palsu dan
usus pendek, tebal dan elastis.

3. Ikan omnivore mempunyai system pencernaan antara bentuk herbivore dan


karnivor

Pengelompokan ikan berdasarkan kepada macam makanannya telah


dikenal yaitu sebagai ikan pemakan plankton, pemakan tanaman, pemakan
detritus, pemakan insecta, pemakan bangkai,ikan buas dan ikan pemakan
campuran. Namun banyak ikan yang mempunyai daya untuk menyesuaikan
diridengan keadaan lingkunganya dalam rangka untuk mempertahankan
hidupnya.

Salah satu contoh ikan yang mempunyai keistimewaan khusus dalam


kebiasaan makanannya dan mencari makanan terdapat pada ikan mas. Ikan ini
mencari makan dengan cara menghisap dengan mulut yang dapat dijulurkan
dengan mudah. Mulutnya terminal dan tidak mempunyai gigi. Sebagai ganti
gigi dan lambung ikan ini mempunyai gigi pharynx untuk mengerus. Dilihat
dari segi spesialisasi makanannya, maka ikan ini adalah ikan omnivore
euryphagus dan sebagai pemakan yang oportunistik di dalam suatu daerah
ekologi yang bermacam-macam. Di daerah musim empat, pada waktu musim

36
dingin makanan bagian terbesarnya adlah makanan yang pada waktu musim
panas terbawa dengan makanan lainnya.

37
BAB VII

KEBIASAAN MAKANAN

Kebiasaan makanan ( food habits ) adalah kualitas dan kuantitas


makanan yang dimakanoleh ikan. Umumnya makanan yang pertama kali
datang dari luar untuk semua ikan dalammengawali hidupnya ialah plankton
yang bersel tunggal yang berukuran kecil. Jika untuk pertama kali ikan itu
menemukan makanan berukuran tepat dengan mulutnya, diperkirakan
akandapat meneruskan hidupnya. Tetapi apabila dalam waktu relative singkat
ikan tidak dapatmenemukan makanan yang cocok dengan ukuran mulutnya
akan terjadi kelaparan dankehabiasan tenaga yang mengakibatkan kematian.
Hal inilah yang antara lain menyebabkan ikan pada masa larva mempunyai
mortalitas besar. Kajian kebiasaan makan ikan perlu dipelajariuntuk
mengetahui jenis makanan apa yang ikan suka .

Makanan alami ikan terdiri atas berbagai jenis tumbuhan dan hewan
yang hidupdiperairan. Keberadaan suatu jenis ikan memiliki hubungan yang
sangat erat dengan keberadaanmakanan dengan mengetahui kebiasaan makan
ikan, kita dapat melihat hubungan ekologidiantara organisme pada perairan
tersebut ,misalnya bentuk pemangsaan ,persaingan,dan
rantaimakanan,disamping itu kita juga memiliki pengetahuan yang penting
dalam hal domestikasiikan-ikan yang memiliki nilai ekonomis penting yang
akan dibudidayakan.Makanan ikan adalah organisme, bahan maupun zat yang
dimanfaatkan ikan untuk menunjang kehidupan dan perkembangan organ
tumbuhnya.

Kebiasaan makanan (feedinghabbit) adalah tingkah laku saat mengambil


dan mencari makanan. Analisis food and feeding habbit dilakukan melalui
pengamatan isi usus ikan tersebut. Ada jenis ikan yang aktif makanselama 24
jam dan ada pula yang hanya pada waktu tentu saja. Saat-saat ikan aktif
38
mengambil makanan dalam 24 jam disebut feeding perlodicity.Tipe-tipe
makanan ikan yang umum ditemukan adalah plankton, nekton, bentos, dan
detritus. Berdasarkan jenis kelompok makanannya ikan dibagi 3 kelompok
besar yaitu herbivore,karnivora, dan omnivore. Faktor yang menentukan
apakah suatu jenis ikan akan memakan suatuorganisme makanan adalah ukuran
makanan, ketersediaan makanan, warna makanan dan seleraikan terhadap
makanan. Jumlah makanan yang dibutuhkan oleh suatu jenis ikan bergantung
padamacam makanan, kebiasaan makan, kelimpahan makanan, suhu air dan
kondisi umum dari ikan yang bersangkutan. Struktur alat pencernaan yang
berperan dalam adaptasi makanan adalahmulut, gigi, tepi insang dan usus.

Persaingan dalam hal makanan, biakan antara spesies maupunantara


individu dalam spesies yang sama akan mengurangi persediaan makanan,
sehingga yangdiperlukan oleh ikan tersebut menjadi pembatas. Ini
mempengaruhi tingkat pertumbuhan, hanyaikan-ikan yang kuat dalam
persaingan yang akan tumbuh dengan baik.Kebiasaan makan suatu species ikan
perlu dikaji jika ingin ikan tersebut ingin dijadikanikan peliharaan (budidaya),
hal ini berkaitan dengan penyusunan ransom yang sesuai unutk ika berkenaan.
Kabiasan dan cara makan merupakan faktor penting yang menentukan
keberhasilanmempertahankan eksistensi suatu organisme kerena makanan
menyediakan semua nutrisi yangdiperlukan oleh organisme untuk tumbuh dan
berkembang. Makanan juga berperan dalmmenentukan distribusi dan migrasi
ikan.Pengetahuan tentang interaksi makan antara suatu species dengan species
yang lain juga penting diketahui dalam keitan penyusunan rancangan
manajemen sumber daya perikanan dankonservasi disuatu perairan (balik et al.,
2003). Analisis makanan juga penting dilakukan untuk mengetahui pesaingan
makan (diet overlap) antar species, informasi ini penting diketahuiaterutam
dalam kegiatan restocking (Bascinar and saglam,2009).

39
BAB VIII

STUDI KEBIASAAN MAKANAN IKAN

Dasar dari studi kebiasaan makanan pada ikan adalah mempelajari isi
dari alat pencernaan makanannya. Hasil dari diskusi ini dapat diketahui apakah
ikan itu sebagai pemakan plankton,ikan karnivora, ikan omnivorabentuk
makanan pokoknya serta makanan kesukaan lainnya. Oleh karena itu ilmu-ilmu
yang sangat membantu studi kebiasaan makanan antara lain adalah ikhtiologi,
planktonologi, tumbhhan air, avertebrata air.

Maksud dari mempelajari tabiat makananikan adalah untuk menentukan


gizi alamiah ikan. Dengan mengetahui tabiat makanan ikan dapat dilihat
hubungan ekologi diantara organisme di perairan tersebut misalnyabentuk
pemasangan, persaingan dan rantai makanan.

Beberapa metode yang dapat di pakai intuk mempelajari


tabiat/kebiasaan makanan ikan adalah seabgai berikut:

1. Metode ilmiah
Dalam metode ini individu organismeserta benda-benda yang lainterdapat di
dalam pencernaan makanan dihitung satu per satu dan dipisahkan spesies demi
spesies.
2. Metode frekuensi kejadian
Dasar dari metode jumlahini sama dengan metodejumlah. Tiap-tiapisi alat
pencernaan ikan dicatat masing-masing organismeyang terdapat sebagai
bahanmakanannya, alat pencernaan yang sama sekali kosong dicatat pula.
Masing – masingorganisme yang terdapat didalam sejumla alat pencernaan
yang berisinyatakan keadaannya dalam persen dari seluruh alat pencernaan
yangditeliti namum tidak meliputi alat pencernaan yang tidak berisi.
3. Metode perkiraan tumpukan dengan persen

40
Ukur dulu isi alat pncernaan dengan menggunakan teknik pemindahan air,
yaitu isi air yang dipindahkan oleh makanan ikan itu adalah isi dari makanan
itu.
Kemudian larutkan makanan itu dengan air sehingga isinya itu menjadi sepuluh
atau diapuluh kali dari isi semula. Ambil sebagian dan terulah kedalam cawan
petri, kemudian periksalah isi makanan itu dengan mikroskop. Pilihlah
organisme yang sejenis atau sama menjadi satu tumpuk. Kemudian perkirakan
tumpukan itu kedalam persen, jadi seluruh makanan contoh yangdiperiksa
adalah 100%.
4. Metode volumetric
Ukur dahulu makanan ikan. Kemudian makanan tadi dikeringkandenagn kering
udara yaitu denganmenaruh makanan ikan di atas kertas saring supaya air nya
terserap keluaruntuk selama lima menit. Pisahkan masing-masing organisme
yang dapat dipisahkan dan ukurlah volumenya. Volume makanan ikan yang
didapat dinyatakan dalam persenvolume dari seluruh volumemakanan seekor
ikan.
5. Metode gravimetric
Pada dasarnya menggunakan metode inisama dengan menggunakan metode
volumetric, tetapi makanan ikan diukur beratnya. Hasilnya dinyatakan dengan
persen berat darimakanan ikan yang sedang diteliti.
6. Penentuan indeks relative penting
Dalam menggunakan rumus ini diusahakan sedapat mungkin agar tiap-tiapyang
menjadi makanan ikan dapat dihitung jumlah nya supaya dapat dihitung
indeksnya. Kalau ada macam makananyang tidak diketahui jumlah
hitungannyaagar tidak dimasukkan kedalam perhitungan. Jadi rumus ini sukar
diterapkan kepada ikan yangsebagian besarmakanannya tidak dapat dihitung
seperti detritus, dan fitoplankton.

(N+V)F = IRP

41
Dimana:

N = Presentase jumlah satu macam makanan

V = Presentase volume satu macam makanan

F = Frekuensi kejadian satu macam makanan

IRP = Indeks Relatif Penting

7. Penentuan indeks preponderance


Indeks preponderance sebagai hasil gabungan metode frekuensi kejadian dan
volumetric dengan rumus sebagai berikut:

Vi x 0i
IP = Σ(Vix0i)x 100

Dimana :

Vi = presentase volume satu macam makanan

Oi = presentase frekuensi kejadian satu macam makanan

Σ(Vix0i) = jumlah Vix0i semua macam makanan

IP = Index of preponderance

Urutan makanan ikan dibedakan dalam 3 kategori yaitu:

 Makanan utama dengan nilai indeks of preponderance (IP)

= 40%

 Makanan pelengkap dengan nilai indeks of preponderance (IP) antara 4% -


40%
 Makanan tambahan dengan nilai indeks of preponderance

42
(IP)< 4%

8. Indeks Frekuensi
Rumus indeks frekuensi adalah sebagai berikut:

F = I/T

Dimana:

I = Jumlah sampel yang terdapat jumlah item makanan

T = Total jumlah sampel yang dianalisis lambungnya

43
DAFTAR PUSTAKA

Gerald. Roger Steene. Paul Humman. Ned Deloach. 2003. Rastrelliger


Fish Identificatiin. Perth:New world Publication, Inc.
Haryono. 2009. Buku Panduan Lapangan: Ikan Perairan Lahan Gambut. Penerbit
LIPI
Press. Jakarta.

Effendie Ichsan Moch, Prof. Dr. M.Sc, 1997. Biologi Perikanan, Yayasan Pustaka
Nusatama, Bogor, Indonesia.

Ahzani, R. T. 2015. Kebiasaan Makan Ikan Pirik (Lagusia Micrachantus Bleeker,


1860) di Sungai Pattunuang Desa Samangki Kabupaten Maros. Skripsi. Universitas
Hasanuddin, Makassar.

Asyari dan K. Fatah. 2011. Kebiasaan Makan dan Biologi Reproduksi Ikan
Motan(Thynnichthys Polylepis) di Waduk Kotopanjang, Riau. Jurnal BAWAL. 3 (4).

Murniyati, 2002. Biologi Perikanan. Penebar Swadaya, Tegal. Nikolsky, G.V.


1963.The Ecology of Fishes. Academic Press. 313 hlm.

Nyabakken, James. W. 1992.Biologi Laut Gramedia Pustaka: JakartaSoesono, S.


1977.Dasar-dasar perikanan Umum. CV. Yasaguna. Jakarta.

44
LAMPIRAN GAMBAR

A.Gambar bagian tubuh ikan

Gambar 1.1 bentuk mulut ikan

Gambar 1.2 bentuk badan ikan

Gambar 1.3 bentuk ekor ikan

45
B. Gambar alat tangkap

Gambar 2.1 pukat udang

Gambar 2.2 pukat kantong

Gambar 2.3 pukat cincin

46
Gambar 2.4 jaring insang

Gambar 2.5 jaring angkat

Gambar 2.6 mata pancing

47
Gambar 2.7 bubu

Gambar 2.8 pengumpul rumput dan kerang

Gambar 2.9 pukat ikan karang

Gambar 2.10 tombak

48
49

Anda mungkin juga menyukai