Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Hari/Tanggal : Sabtu / 30 Oktober 2019

Tempat : Balai RW 05 Kel. Polehan, Kec. Blimbing, Kota Malang

Waktu : 10.00-11.00 WIB

Pemateri : Mahasiswa Sarjana Kebidanan FKUB

Sasaran : Suami dan ibu hamil di RT 02 RW 03 Kel. Polehan, Kec. Blimbing, Kota Malang

Materi : Perencanaan Persiapan persalinan atau birth plan menjadi suami dan keluarga siaga

Metode : Ceramah, Diskusi dan Demonstrasi

1. Tujuan

1.1 Tujuan Instruksional Umum

Untuk meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarga mengenai perencanaan persiapan persalinan atau birth plan
menjadi suami dan keluarga siaga

1.2 Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan penyuluhan ibu dan keluarga dapat :

1) Menjelaskan dan memahami peran suami dan keluarga dalam persiapan persalinan termasuk siaga dalam
kegawatdaruratan,

2) Menjelaskan dan memahami mengenai tanda tanda persalinan

3) Menjelaskan dan memahami perencanaan persiapan persalinan atau birth plan

2. Sasaran

Suami, keluarga, dan ibu hamil yang terdaftar di Posyandu di RT 02 RW 03 Kel. Polehan, Kec. Blimbing, Kota
Malang

3. Materi

1) Menjelaskan peran suami dan keluarga dalam persiapan persalinan termasuk siaga dalam kegawatdaruratan,

2) Menjelaskan mengenai tanda tanda persalinan

3) Menjelaskan perencanaan persiapan persalinan atau birth plan

4. Metode

1) Ceramah

2) Diskusi
3) Demonstrasi

5. Kegiatan Penyuluhan

5.1 Setting Waktu

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1. 7 menit Pembukaan : 1) Menjawab salam
1) Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam. 2) Mendengarkan
2) Memperkenalkan diri 3) Memperhatikan
3) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan 4) Memperhatikan
4) Menyebutkan materi yang akan diberikan
5) Sambutan darin pihak rw

2 5 menit Pre Test 1) Ibu, keluarga dan


1) Pretest dilaksanakan sebanyak 1 kali dengan suami menjawab
jumlah soal 10 dengan durasi setiap 1 soal 30 soal
detik
2) Menginformasikan untuk mengumpulkan lembar
jawaban pretest

3. 25 menit Pelaksanaan :
1) Menjelaskan dan memahami peran suami dan 1) Memperhatikan dan
keluarga dalam persiapan persalinan termasuk bertanya
siaga dalam kegawatdaruratan, 2) Memperhatikan dan
2) Menjelaskan dan memahami mengenai tanda bertanya
tanda persalinan 3) Memperhatikan dan
3) Menjelaskan dan memahami perencanaan bertanya
persiapan persalinan atau birth plan

4, 15 menit Demonstrasi : 1) Mengikuti instruksi


1) Mengisi form Birth Plan untuk mengisi form
2) Mempraktikan persiapan alat yang dibutuhkan 2) Memperhatikan
saat persalinan
5. 15 menit Evaluasi : 1) menjawab
1) menanyakan kepada peserta tentang materi pertanyaan
yang sudah disampaikan 2) bertanya
2) memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya dan memberi saran
6. 5 menit Postest 1) Ibu, keluarga dan
1) Pretest dilaksanakan sebanyak 1 kali dengan suami menjawab
jumlah soal 10 dengan durasi setiap 1 soal 30 soal
detik
2) Menginformasikan untuk mengumpulkan lembar
jawaban pretest
7. 2 menit Terminasi : 1) Mendengarkan
1) Mengucapkan terimakasih atas peran serta 2) Menjawab salam
peserta
2) Mengucapkan salam penutup
.
5.2 Setting Tempat

1. Setting Tempat Sosialisasi Perencanaan Persiapan persalinan atau birth plan menjadi suami dan keluarga
siaga

6. Media

1) LCD
2) Power Point

3) Leaflet

4) Buku KIA

5) Form Birth Plan

6) Bulpoin

7) lembar pretest, post test, kuisioner

7. Pengorganisasian :

1. Penanggung jawab : Arini Widya Risanti

2. Penyaji : Arini Widya Risanti

3. Moderator : Syahana Aini

4. Fasilitator : Adenia Novenda

5. Operator : Deya Nahdah Amany

6. Dokumentasi : Deya Nahdah Amany

8. Kriteria Evaluasi

8.1 Evaluasi Struktur

1. Kesiapan tempat dan perlengkapan alat

2. Sasaran minimal 75% orang hadir dalam posyandu

3. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa

1) Peserta duduk di tempat yang telah disediakan.

2) Penyaji menyampaikan materi selama 20 menit.

3) Penyaji membuka sesi tanya jawab selama 10 menit.

4. Pengorganisasian dilakukan 1 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan.

8.2 Evaluasi Proses

1. Peserta mendengarkan presentasi saat penyaji menyampaikan materi.

2. Peserta tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan berlangsung.

3. Peserta bertanya saat dibuka sesi tanya jawab dalam kegiatan penyuluhan.

8.3 Evaluasi Hasil

1. Peserta memahami materi yang telah disampaikan.

2. Peserta menjadi lebih mengetahui dan siaga mengenai persiapan menjelang persalinan
8.4 Antisipasi masalah

1. Bila peserta tidak aktif dalam kegiatan (tidak ada pertanyaan) fasilitator dapat menstimulasi dengan cara berdialog
dengan pemberi materi dalam membahas apa yang sedang diberikan.

2. Pertanyaan yang mungkin tidak dapat dijawab oleh kelompok penyaji hendaknya dilakukan konfirmasi dengan
anggota pengorganisasian lainnya.

Materi persiapan menjadi orang tua termasuk ayah siaga dan keluarga siaga

1. Peran Suami dan Keluarga Dalam Kehamilan Termasuk Kegawatdaruratan


1.1 Peran Keluarga dan suami dalam kehamilan

Keluarga dan suami dapat melaksanakan perannya terhadap salah satu angota keluarga yang hamil, yaitu sebagai
berikut :

a. Mengenal masalah kesehatan ibu hamil


Kesehatan merupakan kebutuhan ibu hamil yang tidak boleh diabaikan. Karena tanpa kesehatan
segala sesuatu tidak akan berarti. Keluarga atau suami perlu mengenal keadaan kesehatan dan
perubahan-perubahan yang di alami oleh ibu hamil. Perubahan sekecil apapun yang dialami ibu hamil,
secara tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau orang tua. Apabila menyadari adanya
perubahan, keluarga dan suami perlu mencatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa
besar perubahannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu keluarga maka semakin baik pengetahuan
keluarga tersebut tentang kesehatan (Supingatno, 2014).

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat


Bahwa dalam perawatan ibu hamil sebagai individu, keluarga berperan sebagai pengambil
keputusan. Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan
keadaan keluarga, dengan pertimbangan di antara anggota keluarga atau suami yang mempunyai
kemampuan memutuskan sebuah tindakan. Tindakan kesehatan yang di lakukan oleh keluarga atau suami
di harapkan tepat agar masalah kesehatan yang sedang terjadi dapat di kurangi atau teratasi. Jika keluarga
mempunyai keterbatasan dalam mengambil keputusan, maka keluarga dapat meminta bantuan kepada orang
lain di lingkungan tempat tinggalnya (Supingatno, 2014).

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang hamil


Bahwa keluarga memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang hamil di rumah atau
membawanya ke bidan untuk mendapat tindak lanjutan agar tidak terjadi masalah yang lebih parah lagi.
Sering kali keluarga mengambil tindakan yang tepat, tetapi jika keluarga masih merasa mengalami
keterbatasan, maka anggota keliarga yang sedang hamil perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan
agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau
dirumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama. Berikut
yang harus di perhatikan oleh keluarga ketika memberi perawatan yaitu lihat bagaimana keadaan penyakitnya
(sifat, penyebaran, kompikasi, prognosis dan perawatannya), sifat dan perkembangan perawatan yang
dibutuhkan, fasilitas yang dibutuhkan dan sikap keluarga terhadap yang sakit (Edward, 2009).

d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat


Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung dan bersosialisasi bagi anggota keluarga. Sehingga
anggota keluarga akan memiliki waktu yang lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal.
Oleh karena itu, kondisi rumah harus dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota keluarga (Supingatno,
2014).

e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat


Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan kesehatan ibu hamil keluarga
harus dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya. Keluarga dapat berkonsultasi atau
meminta bantuan bidan untuk memecahkan masalah yang di alami anggota keluarganya yang sedang hamil,
sehingga ibu hamil dapat bebas dari segala macam penyakit dan ketidaknyamanan, Hal yang harus
dilakukan oleh keluarga ketika memanfaatkan pelayanan kesehatan yaitu mengetahui keberadaan fasilitas
keluarga, keuntungan-keuntungan yang diperoleh dan tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas
pelayanan kesehatan (Edward, 2009).

f. Dukungan psikologis
Ibu hamil juga membutuhkan dukungan psikologis dan sosial dari orang-orang di sekitar terutama
keluarga dan lingkungan sekitar termasuk petugas kesehatan. Selain upaya medis, Ibu hamil membutuhkan
dukungan psikologis dan sosial dari orang-orang di sekitar terutama keluarga. Peran Keluarga dan suami
Sangat dibutuhkan khususnya dalam memberikan perawatan, tidak hanya perawatan secara fisik akan tetapi
juga perawatan secara psikologis. Kondisi ini menunjukan bahwa setiap keluarga dituntut untuk melakukan
fungsinya guna meningkatkan status kesehatan keluarga (Suprajitno, 2007). Fungsi dasar keluarga meliputi
fungsi keluarga memberikan kenyamanan emosional, mendidik, mengajarkan nilai, sikap, kepercayaan,
membantu memecahkan masalah, meneruskan keturunan, memenuhi kebutuhan material, serta memberikan
perawatan kesehatan untuk anggota keluarganya (Susanto, 2012).

g. Menemani saat persalinan


Banyaknya penelitian yang mendukung orang kedua pada saat persalinan berlangsung. Penelitian
ini menunjukkan bahwa ibu merasakan kehadiran orang kedua tersebut sebagai pendamping penolong
persalinan atau bidan akan memberikan kenyamanan, penelitian juga menunjukkan bukti bahwa kehadiran
seorang pendamping pada saat persalinan dapat menimbulkan efek positif terhadap hasil persalinan dalam
arti dapat menurunkan morbiditas, mengurangi rasa sakit, persalinan yang lebih singkat dan menurunnya
persalinan dengan operasi seksio cesaria. Penelitian lain juga menjelaskan bahwa kehadiran seorang
pendamping persalinan dapat membesarkan hati. Kehadiran orang kedua atau pendamping persalinan atas
pilihan ibu sendiri disamping penolong persalinan sangat bermanfaat. (Depkes RI, 2001)
Peran yang dapat suami lakukan dalam proses persalinan antara lain mengatur posisi ibu,
memberikan nutrisi dan cairan, mengalihkan perhatian ibu dari rasa nyeri selama proses persalinan,
mengukur waktu kontraksi, mengusap-usap punggung ibu, menjadi titik fokus, bernapas bersama ibu saat
kontraksi, menginformasikan kemajuan persalinan, memberikan dorongan spiritual, memberi dukungan
moral, menghibur dan memberi dorongan semangat (Lucianawaty, 2009). Nasehat yang dapat diberikan
kepada suami untuk kehamilan istrinya agar dapat terjaga dan terawat sampai persalinan, sangat
dibutuhkan partisipasi suami yang dibutuhkan antara lain :
a. Memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri
b. Mendorong dan mengantar istri untuk memeriksakan kehamilan kesehatan terdekat minimal 4 kali selama
kehamilan
c. Memenuhi gizi bagi istrinya agar tidak terjadi kekurangan gizi.

Dukungan atau keterlibatan Suami sangat di perlukan selama proses persalinan, mulai dari fase laten sampai
dengan saat persalinan.

2.2 Antisipasi Kegawatdaruratan

Kegawatdaruratan adalah suatu keadaan yang serius, yang harus mendapatkan pertolongan segera.
Kegawatdaruratan dalam kebidanan adalah kegawatan atau kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita hamil,
melahirkan atau nifas (Maryunani A, 2016:28).

1. Menemani istri saat melakukan ANC

Pada umumnya suami tidak mengetahui adanya tanda bahaya di rumah, walaupun suami atau anggota
keluarga mengetahui adanya keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil. Hal ini terjadi karena suami jarang
menemani istrinya periksa pada saat ANC karena kesibukan suami sebagai kepala rumah tangga dalam mencari
nafkah bagi keluarganya. Selama ANC suaminya tidak mengetahui jadwal ANC, sehingga suami terkadang
mengantar istrinya periksa hamil jika kebetulan ia berada di rumah. Namun suaminya tidak pernah menemani
periksa di dalam ruang periksa ibu bidan, suminya hanya menunggu di ruang tamu. Hal tersebut menyebabkan
suami tidak ikut melakukan perawatan terhadap kehamilan istrinya.

2. Bertanya kepada nakes, keluarga/orang tua perihal kehamilan istri


Suami tidak pernah bertanya atau mencari informasi kepada bidan, teman atau orang tua perihal
kehamilan istrinya. Suami juga tidak mengetahui tanda bahaya yang terjadi di rumah dan kondisi ibuhamil
serta risiko yang dapat muncul secara tiba-tiba, sebagai akibat dari faktor usia, jarak kehamilan, jumlah anak
dan beban kerja.

2. Tanda Tanda Persalinan Pada Ibu Hamil


1. Tanda pendahuluan menurut (Mochtar, 2013)
 Ligtening atau setting atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul.
 Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.
 Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria) karena kandung kemih tertekan
oleh bagian terbawah janin.
 Perasaan nyeri di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi- kontraksi lemah uterus,
kadang-kadang disebut “false labor pains”.
 Serviks menjadi lembek; mulai mendatar; dan sekresinya bertambah, mungkin bercampur
darah (bloody show).
2. Tanda Pasti Persalinan meliputi:
 Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat,sering, dan teratur.
 Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan- robekan kecil pada
serviks.
 Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya.
 Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan.

3. Perencanaan Persiapan Persalinan ( Birth Plan ) Untuk Ibu Hamil, Suami Siaga dan Keluarga

3.1 Birth Plan

Nama Ibu Hamil :

Alamat :

Umur : ______ tahun


Pendidikan :

Pendapatan :

Pekerjaan :

Semua pertanyaan mohon di jawab tanpa dilewati.

A. MENYEDIAKAN CALON DONOR DARAH


1. Apakah anda sudah menyiapkan calon pendonor darah ?
2. Apakah anda sudah berkomunikasi dengan keluarga atau warga yang bersedia untuk donor darah
apabila dibutuhkan sewaktu-waktu ?
3. Apakah anda sudah melakukan tes golongan darah ?
4. Apakah anda sudah mempunyai daftar nama yang akan menjadi calon pendonor darah jika sewaktu-
waktu dibutuhkan ?

B. MENYEDIAKAN DANA
5. Apakah anda sudah menyiapkan dana untuk proses persalinan ?
6. Apakah anda sudah mempunyai asuransi kesehatan untuk proses persalinan ?
7. Apakah anda sudah membicarakan dengan istri dana untuk persiapan persalinan nanti ?
8. Apakah anda akan menggunakan BPJS atau asuransi yang lainnya untuk proses persalinan nanti ?
9. Apakah anda sudah mengikuti kegiatan dasolin dimasyarakat ?

C. MENYEDIAKAN TRANSPORTASI
10. Apakah anda sudah menyiapkan transportasi jika sewaktuwaktu dibutuhkan ?
11. Apakah anda akan mengantarkan istri anda pada saat persalinan dengan menggunakan mobil pribadi
?
12. Apakah anda sudah mempunyai nomor angkutan umum untuk mengantarkan istri jika sewaktu-waktu
dibutuhkan pada saat istri akan menghadapi persalinan ?
13. Apakah anda sudah berkomunikasi kepada masyarakat yang memiliki kendaraan untuk mengantar istri
jika sewaktu-waktu dibutuhkan ?

D. MENENTUKAN PENOLONG PERSALINAN


14. Apakah anda sudah membicarakan dengan istri siapa penolong persalinan nanti ?
15. Apakah anda akan membawa istri anda ke bidan jika akan melahirkan ?
16. Apakah anda akan membawa istri anda ke dokter jika akan melahirkan ?
17. Apakah anda sudah menghubungi dokter atau bidan yang akan menolong persalinan nanti ? E.

MENENTUKAN TEMPAT PERSALINAN No PERTANYAAN YA TIDAK


18. Apakah anda sudah menentukan tempat persalinan nanti ?
19. Apakah anda sudah membicarakan dimana nantinya istri anda akan bersalin ?
20. Apakah anda sudah menyesuaikan jarak tempuh dengan tempat yang akan digunakan untuk bersalin
?
21. Apakah anda sudah membicarakan kepada istri dan keluarga jika akan bersalin di rumah sakit atau
BPM ?

F. MENENTUKAN PENDAMPING PERSALINAN


22. Apakah anda sudah menentukan siapa pendamping pada saat persalinan ?
23. Apakah anda sudah membicarakan dengan istri dan keluarga siapa yang bersedia mendampingi istri
anda pada saat persalinan ?
24. Apakah anda sudah mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan pada saat persalinan ?
25. Apakah anda akan mendampingi istri anda pada saatproses persainan nanti ?
26. Apakah anda sudah mengetahui hari perkiraan lahir istri anda ?

G. MEMBERIKAN DUKUNGAN MORAL


27. Apakah anda selalu mendampingi istri ketika periksa kehamilan ?
28. Apakah anda selalu mendampingi istri ketika periksa persalinan ?
29. Apakah anda selalu mendampingi istri untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi
komplikasi saat kehamilan ?
30. Apakah anda akan mendampingi ibu pada saat periksa masa nifas ?

H. PENGISIAN STIKER DAN TANDA BAHAYA No PERTANYAAN YA TIDAK


31. Apakah anda selalu mendampingi istri pada saat mengisi stiker P4K ?
32. Apakah anda sudah mengisi stiker P4K dengan lengkap ?
33. Apakah anda sudah menempelkan stiker P4K di depan rumah anda ?
34. Apakah anda sudah mengetahui tanda bahaya masa kehamilan ?
35. Apakah anda sudah mengetahui tanda bahaya pada saat persalinan ?
36. Apakah anda sudah mengetahui tanda bahaya pada masa nifas ?
I. PEMILIHAN KB
37. Apakah anda akan mendampingi istri datang ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan KB
?
38. Apakah anda akan mendampingi istri untuk menentukan metode KB yang akan digunakan ?
39. Apakah anda akan membantu istri untuk menyepakati alat kontrasepsi yang diinginkan ?
40. Apakah anda akan melakukan pendampingan apabila istri mengalami efek samping KB pasca
persalinan ?
3.2 Persiapan Suami Siaga menjelang persalinan

Persiapan yang harus dilakukan suami siaga adalah:


1. Melakukan persiapan fisik
Persiapan fisik yang dilakukan berupa meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang dapat mengganggu atau
mempengaruhi kesehatan istri yang sedang hamil seperti merokok.
2. Melakukan persiapan mental
Persiapan mental yang harus dilakukan oleh calon ayah dalam menghadapi persalinan ibu adalah bicarakan
segala kekhawatiran yang dirasakan kepada istri, tunjukkan dukungan suami kepada istri terutama dimasa-masa
menjelang persalinan yakinkan istri bahwa ia telah melakukan hal yang terbaik
3. Melakukan Persiapan Finansial
Persiapan finansial sangat dibutuhkan dalam persiapan menjadi orangtua. Karena dengan menjadi orangtua
maka kebutuhan sehari-hari bertambah yang tadinya hanya sumi dan istri kini menjadi ayah ibu dan anak. Selain
persiapan finansial untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari persiapan finansial yang penting juga terkait
persiapan finansial dalam mempersiapkan proses persalinan.
4. Memahami perkembangan-perkembangan yang terjadi pada anak
Memahami perkembangan-perkembangan normal yang terjadi pada tumbuh kembang anak berguna untuk
mendeteksi apabila terjadi ketidak sesuaian tumbuh kembang pada anak merupakan hal yang wajar atau tidak.
5. Peka terhadap kebiasaan seks
Kebiasaan seks terutama pada ibu hamil dapat berubah-ubah terkadang ibu merasa ingin melakukan hubungan
seks dan terkadang tidak ingin. Kepada calon ayah cobalah untuk peka dan memahami kebiasaan seks tersebut
karena hal tersbut merupakan hal yang normal .Seorang ibu kadang tidak ingin melakukan hubungan seks
karena merasa lelah dan tidak nyaman dengan keadaan perut yang sudah membesar
6. Mulai pelajari pengetahuan dasar terkait proses persalinan
Hal ini sangat penting pada masa kehamilan istri trimester ketiga. Karena persalinan dapat terjadi kapan saja.
Pengetahuan terkait proses persalinan bukan saja tugas istri namun suami juga berperan serta . Dengan
mengetahui proses persalinan suami dapat memberikan dukungan kepada istri dan memahami apa yang bisa ia
lakukan untuk istrinya pada proses persalinan nantinya.
7. Menjadi suami siaga yang dapat diandalkan
Menjadi suami siaga yang dapat diandalkan sangat penting. Hal-hal yang harus dilakukan untuk bisa menjadi
suami siaga yang dapat diandalkan adalah dapat dihubungi setiap saat sebagai antisipasi apabila terjadi sesuatu
pada ibu, memiliki nomor telfon ambulan bila dibutuhkan, sudah memikirkan apabila persalinan akan mengantar
ibu ke faskes menggunakan apa, dll.
8. Bersiap untuk persalinan istri dengan menemani nya dalam proses persalinan
Selain calon ibu calon ayah juga harus memiliki persiapan dalam proses persalinan ibu karena masa-masa
tersulit pada kehamilan adalah ketika persalinan . Dimana pada saat ini istri sangat membutuhkan dukungan dari
suami . Hal yang dapat dilakukan suami pada saaat ini adalah menemani istri dalam proses persalinan . Selain
menemani suami juga harus siap menerima apapun yang akan terjadi selama proses persalinan . misalnya
apabila ternyata bayi yang dilahirkan memiliki kelainan suami tidak boleh serta merta menyalahkan istri.

Untuk menjadi seorang orang tua yang sukses dan hebat banyak faktor yang dapat mempengaruhi salah
beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa
postpartum yaitu: 1) respon dan dukungan dari keluarga dan teman, 2) hubungan antara pengalaman melahirkan
dan harapan serta aspirasi, 3) pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain, 4) pengaruh budaya.
(Bahiyatun, 2009)

3.2

2. Peran Keluarga Dalam Kehamilan

2.1 Pengertian Keluarga


Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dimana terjadi interaksi antara anak dan orang
tuanya. Keluarga berasal dari bahasa sansekerta kulu dan warga atau kuluwarga yang berarti anggota kelompok
kerabat (Padila, 2012). Keluarga merupakan lingkungan social yang tinggal satu rumah dan sangat dekat dengan
seseorang dengan memiliki peran yang berbeda-beda. Di lingkungan keluarga itu seseorang bertempat tinggal,
dibesarkan, di bentuknya nilai-nilai budaya, pola pikir dan kebiasaanya untuk bisa berinteraksi bersama orang
lingkungan sekitar (Harnilawati, 2013). Keluarga merupakan sekumpulan orang yang terikat perkawinan dan tinggal
bersama satu atap dalam keadaan saling membutuhkan dan mempunyai peran masing-masing (Zaidin, 2010).

2.2.2 Peran Keluarga dalam kehamilan

Keluarga dapat melaksanakan perannya terhadap salah satu angota keluarga yang hamil, yaitu sebagai berikut :

a. Mengenal masalah kesehatan ibu hamil

Kesehatan merupakan kebutuhan ibu hamil yang tidak boleh diabaikan. Karena tanpa kesehatan segala
sesuatu tidak akan berarti. Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang di alami
oleh ibu hamil. Perubahan sekecil apapun yang dialami ibu hamil, secara tidak langsung akan menjadi perhatian
keluarga atau orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu mencatat kapan terjadinya, perubahan
apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu keluarga maka semakin
baik pengetahuan keluarga tersebut tentang kesehatan. faktor yang mempengaruhi keluarga dalam mengenal
masalah kesehatan adalah karakteristik demografi keluarga, salah satunya adalah tingkat pendidikan keluarga
(Supingatno, 2014).

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Bahwa dalam perawatan ibu hamil sebagai individu, keluarga berperan sebagai pengambil keputusan.
Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,
dengan pertimbangan di antara anggota keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan sebuah tindakan.
Tindakan kesehatan yang di lakukan oleh keluarga di harapkan tepat agar masalah kesehatan yang sedang terjadi
dapat di kurangi atau teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dalam mengambil keputusan, maka keluarga
dapat meminta bantuan kepada orang lain di lingkungan tempat tinggalnya (Supingatno, 2014).

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang hamil

Bahwa keluarga memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang hamil di rumah atau
membawanya ke bidan untuk mendapat tindak lanjutan agar tidak terjadi masalah yang lebih parah lagi. Sering kali
keluarga mengambil tindakan yang tepat, tetapi jika keluarga masih merasa mengalami keterbatasan, maka anggota
keliarga yang sedang hamil perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak
terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau dirumah apabila keluarga telah memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama. Berikut yang harus di perhatikan oleh keluarga ketika
memberi perawatan yaitu lihat bagaimana keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, kompikasi, prognosis dan
perawatannya), sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, fasilitas yang dibutuhkan dan sikap keluarga
terhadap yang sakit (Edward, 2009).

d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat

Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung dan bersosialisasi bagi anggota keluarga. Sehingga
anggota keluarga akan memiliki waktu yang lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karena
itu, kondisi rumah harus dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota keluarga (Supingatno, 2014).

e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan kesehatan ibu hamil keluarga harus
dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya. Keluarga dapat berkonsultasi atau meminta bantuan
bidan untuk memecahkan masalah yang di alami anggota keluarganya yang sedang hamil, sehingga ibu hamil dapat
bebas dari segala macam penyakit dan ketidaknyamanan, Hal yang harus dilakukan oleh keluarga ketika
memanfaatkan pelayanan kesehatan yaitu mengetahui keberadaan fasilitas keluarga, keuntungan-keuntungan yang
diperoleh dan tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas pelayanan kesehatan (Edward, 2009).

f. Dukungan psikologis

Ibu hamil juga membutuhkan dukungan psikologis dan sosial dari orang-orang di sekitar terutama keluarga
dan lingkungan sekitar termasuk petugas kesehatan.bSelain upaya medis, Ibu hamil membutuhkan dukungan
psikologis dan sosial dari orang-orang di sekitar terutama keluarga. Peran Keluarga Sangat dibutuhkan khususnya
dalam memberikan perawatan, tidak hanya perawatan secara fisik akan tetapi juga perawatan secara psikologis.
Kondisi ini menunjukan bahwa setiap keluarga dituntut untuk melakukan fungsinya guna meningkatkan status
kesehatan keluarga (Suprajitno, 2007). Fungsi dasar keluarga meliputi fungsi keluarga memberikan kenyamanan
emosional, mendidik, mengajarkan nilai, sikap, kepercayaan, membantu memecahkan masalah, meneruskan
keturunan, memenuhi kebutuhan material, serta memberikan perawatan kesehatan untuk anggota keluarganya
(Susanto, 2012).

Suami tidak pernah bertanya atau mencari informasi kepada bidan, teman atau orang tua perihal kehamilan
istrinya. Suami juga tidak mengetahui tanda bahaya yang terjadi di rumah dan kondisi ibu
hamil serta risiko yang dapat muncul secara tiba-tiba, sebagai akibat dari faktor usia, jarak kehamilan, jumlah
anak dan beban kerja.

4. Manajemen Antenatal Class

4.1 Pengertian Antenatal Class / Kelas Ibu Hamil

Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan antara 20 minggu
s/d 32 minggu dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan
tukar pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksanakan secara
terjadwal dan berkesinambungan (Depkes RI, 2009).

4.2 Tujuan Antenatal Class

Tujuan antenatal class yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan mengubah sikap dan perilaku
ibu. Materi diberikan secara menyeluruh dan terencana sesuai dengan pedoman KIH. Penyampaian materi lebih
komprehensif. Dapat mendatangkan tenaga ahli untuk memberikan penjelasan mengenai topik tertentu. Waktu
pembahasan materi menjadi efektif. Pola penyajian materi terstruktur. Ada interaksi antara nakes dan bumil saat
pembahasan materi. Dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan. Dilakukan evaluasi terhadap nakes
dan bumil. Meningkatkan kualitas KIH
DAFTAR PUSTAKA

Ani, Maryunani. (2016). Manajemen kebidanan terlengkap. Jakarta: CV Trans Info Media

KUESIONER

1. Apakah acara ini bermanfaat?


2. Apakah acara ini perlu diadakan lagi?

Anda mungkin juga menyukai