Anda di halaman 1dari 3

Bolehkah Perusahaan Fast Food menjadi Sponsor Event Olahraga?

Fast food atau yang dikenal juga dengan sebutan junk food memang udah ga asing lagi di
masyarakat dunia, ga terkecuali di Indonesia. Makanan jenis itu bisa jadi ga terpisahkan lagi
dengan kehidupan kita. Penggemar makanan ini tersebar dari berbagai kalangan dan rentang
usia. Dengan rasa yang tergolong cocok di lidah dan harga relatif murah, ga heran kalo produk-
produk junk food emang laku keras di pasaran. tapi ga bisa dipungkiri bahwa masalah kesehatan
adalah hal yang masih perlu diperhatiin dengan seksama. lanjut
Banyak junk food yang hanya sekedar menawarkan rasa yang enak tapi kurang memperhatikan
masalah nutrisi yang terkandung didalamnya. Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa
sebagian besar junk food yang beredar di pasaran adalah nutritiousless artinya kurang
memenuhi syarat kesehatan kandungan makanan.

Biasanya makanan atau minuman yang tergolong sebagai junk food mengandung banyak gula,
lemak jenuh, kurang vitamin, protein, dan serat serta mengandung bahan pewarna dan
pengawet yang berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan. Dalam jangka panjangpun, produk
ini bisa menimbulkan penyakit kanker, diabetes, dll. Gejala pertama yang akan dialami oleh
orang yang terlalu sering mengkonsumsi junk food adalah kegemukan atau obesitas (obesity). Di
Amerika sendiri, pemerintah terus meningkatkan awareness tentang bahaya junk food karena
muncul gejala bahwa anak-anak di negara tersebut telah mengalami obesitas di usia
dini. Obesitas Anak-Anak di Amerika
Terkait dengan masalah ini, beberapa kalangan menentang keterlibatan perusahaan produsen
junk food seperti Coca-cola Company, Mc Donalds, California Pizza Kitchen, dsb dalam event-
event olahraga di berbagai tingkat kompetisi. Mereka beranggapan bahwa antara perusahaan
junk food dan event olahraga itu ga punya korelasi positif justru cenderung ke arah negatif.
Seperti yang dijelaskan diatas, junk food mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan
sehingga pemerintah dan masyarakat perlu waspada terhadap produk ini. Sedangkan event
olahraga diadakan untuk ”menyehatkan” masyarakat sehingga kehidupan mereka bakal jauh
lebih baik. Secara logika, bagaimana mungkin suatu acara tentang kesehatan disponsori oleh
produk yang justru dianggap mengancam kesehatan? Hal itu justru akan merusak image event
itu sendiri. Selain itu, tujuan perusahaan tersebut mensponsori event olahraga hanya didasarkan
pada keuntungan semata. Artinya dengan mensponsorinya, maka perusahaan junk food ga perlu
lagi ngeluarin biaya promosi karena produk dan brand mereka terpromosikan secara otomatis
dalam bentuk pamflet, iklan di TV, selebaran, ataupun radio dan internet. Seperti misalnya pada
pelaksanaan World Cup (tahun berapa dan dimana ). Iklan Coca-Cola muncul di TV sekitar 10
menit sekali dalam jeda pertandingan sepak bola. Promosi-promosi tersebut akan sedikit banyak
mempengaruhi orang untuk mengkonsumsinya sehingga bukannya menurun, penggemar junk
food justru makin bertambah. Padahal, perusahaan junk food belum bisa memberi perlindungan
kesehatan yang tercermin dalam kandungan produknya. Ini tentu akan berlawanan dengan
program pemerintah yang ingin ”menyehatkan” masyarakat lewat event olahraga tersebut. Jika
alasan utama adalah masalah dana, mereka beranggapan bahwa perusahaan lain yang bukan
merupakan produsen junk food dengan omset penjualan dan laba yang bagus masih bersedia
untuk mensponsori event olahraga. Dengan begitu, event olahraga dapat terlaksana dengan baik
sehingga mampu mencapai tujuannya.

Di lain pihak, orang-orang berpendapat bahwa sah-sah saja suatu perusahaan junk food
mensponsori event olahraga. Sponsor disini adalah dalam bentuk uang atau dana yang memang
dibutuhkan oleh penyelenggara event. Event olahraga biasanya menyedot banyak dana karena
begitu banyak hal yang harus dipersiapkan, terutama event olahraga berskala internasional.
Contohnya dalam pelaksanaan World Cup. Penyelenggara tidak hanya harus menyediakan
sarana pertandingan sepak bola yang baik (mulai lapangan yang memenuhi standar
internasional, stadion yang baik dan memenuhi standar keamanan, tempat penginapan atlet,
bola sepak , dan wasit pemimpin pertandingan) tetapi juga mengurusi hal pendukung lainnya
seperti fasilitas bagi para pendukung tim kesebelasan diluar stadion, hak siar televisi, hadiah
bagi para pemenang dan ticketing. Dan semua itu memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Penyelenggaraan event yang serius dan total akan menaikkan gengsi atau prestise dari event
tersebut. Dengan dana yang besar, penyelenggara dapat menawarkan hadiah yang menantang
bagi para pemenang yang akan memotivasi peserta untuk bersaing secara sehat. Selain itu,
prestise yang tinggi juga akan mendorong tim-tim olahraga yang belum sempet berpartisipasi
menjadi punya dorongan untuk ikut. Dengan begitu, tujuan diadakannya event olahraga akan
tercapai dengan lebih mudah.
Kalangan ini berpendapat bahwa tujuan perusahaan junk food mensponsori kegiatan olahrag
bukan semata-mata karena keuntungan. Perusahaan junk food mendapat tekanan dari berbagai
pihak yang menyoroti masalah bahaya produk mereka sehingga mereka berupaya untuk
membuat produk yang lebih aman untuk kesehatan manusia. Penambahan nutrisi dalam produk
adalah salah satu usaha mereka dalam menjawab tekanan pihak lain. Penambahan ini juga
secara tidak langsung merupakan jaminan produsen bahwa junk food mereka aman dikonsumsi
karena telah memenuhi standar kesehatan. Produk yang lebih sehat ini akan dipromosikan lewat
event olahraga, tidak hanya sekedar untuk diperkenalkan pada publik sehingga bisa menarik
orang, melainkan juga sebagai pembuktian bahwa junk food bisa sejalan dengan kesehatan
orang yang mengkonsumsinya, sebagaimana olahraga. Oleh karena itu, sah-sah saja jika
perusahaan junk food mensponsori event olahraga karena saat mensponsori event olahraga,
tidak ada pihak yang dirugikan. Justru hubungan saling menguntungkan yang timbul. Pihak
penyelenggara mendapat dana yang memadai untuk menyelenggarakan event-nya dengan baik,
perusahaan junk food pun dapat membuktikan bahwa junk food yang dianggap musuh
kesehatan masyarakat bisa berjalan beriringan dengan kesehatan itu sendiri melalui event
olahraga yang ia sponsori.

antara perusahaan junk food dan event olahraga itu ga punya korelasi positif justru cenderung ke
arah negatif. Seperti yang dijelaskan diatas, junk food mengandung zat-zat yang berbahaya bagi
kesehatan sehingga pemerintah dan masyarakat perlu waspada terhadap produk ini. Sedangkan
event olahraga diadakan untuk ”menyehatkan” masyarakat sehingga kehidupan mereka bakal
jauh lebih baik. Secara logika, bagaimana mungkin suatu acara tentang kesehatan disponsori
oleh produk yang justru dianggap mengancam kesehatan? Hal itu justru akan merusak image
event itu sendiri. Selain itu, tujuan perusahaan tersebut mensponsori event olahraga hanya
didasarkan pada keuntungan semata. Artinya dengan mensponsorinya, maka perusahaan junk
food ga perlu lagi ngeluarin biaya promosi karena produk dan brand mereka terpromosikan
secara otomatis dalam bentuk pamflet, iklan di TV, selebaran, ataupun radio dan internet.
Seperti misalnya pada pelaksanaan World Cup (tahun berapa dan dimana ). Iklan Coca-Cola
muncul di TV sekitar 10 menit sekali dalam jeda pertandingan sepak bola. Promosi-promosi
tersebut akan sedikit banyak mempengaruhi orang untuk mengkonsumsinya sehingga bukannya
menurun, penggemar junk food justru makin bertambah. Padahal, perusahaan junk food belum
bisa memberi perlindungan kesehatan yang tercermin dalam kandungan produknya. Ini tentu
akan berlawanan dengan program pemerintah yang ingin ”menyehatkan” masyarakat lewat
event olahraga tersebut. Jika alasan utama adalah masalah dana, mereka beranggapan bahwa
perusahaan lain yang bukan merupakan produsen junk food dengan omset penjualan dan laba
yang bagus masih bersedia untuk mensponsori event olahraga. Dengan begitu, event olahraga
dapat terlaksana dengan baik sehingga mampu mencapai tujuannya

Hasil
penelitian yang dilakukan di Montoya University menunjukan satu hasil
yang cukup menarik. Penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli nutrisi,
Michael Cramer, ini menunjukan bahwa makanan cepat saji atau fast food,
memiliki efek yang cukup baik dalam proses pemulihan atlet.

Makanan cepat saji memang lebih identik terhadap makanan tidak sehat yang
tidak disarankan untuk dikonsumsi. Kadar kalori yang terlalu tinggi membuat
makanan ini tidak sehat bagi tubuh manusia. Namun, kondisi ini berbeda
dengan atlet yang sedang melakukan pemulihan pasca latihan berat.
Setelah menjalani latihan yang berat, atlet membutuhkan kalori dalam jumlah
besar untuk mengembalikan kondisi tubuh kepada kondisi yang seharusnya.
Biasanya, suplemen-suplemen tinggi kalori seperti sports drink, powerbar, dan
beberapa suplemen lainnya. Pada intinya, suplemen-suplemen ini akan
memberikan banyak kalori untuk kebutuhan tubuh atlet.

makanan cepat saji yang mengandung karbohidrat dalam jumlah tinggi. Kalori
dalam jumlah besar yang terkandung pada makanan, berasal dari 70%
karbohidrat, 10% protein, dan 20% lemak. Sedangkan sebagian besar makanan
cepat saji yang beredar di masyarakat mengandung kalori yang hampir 50%
berasal dari lemak.

Hal ini tentu saja sangat berbeda. Kalori yang berasal dari lemak akan
membutuhkan waktu pembakaran yang jauh lebih lama ketimbang kalori yang
berasal dari karbohidrat. Maka makanan cepat saji yang mengandung kalori
dari lemak akan tidak akan membuat tubuh dapat pulih dengan cepat.

Anda mungkin juga menyukai