Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH MENGENAI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

FUNDAMENTAL PATOPHYSIOLOGY OF REPRODUKSI SYSTEM

Yang dibina oleh: Ns. Laily Yuliatun, S.Kep, M.Kep

Oleh :

Kelompok 1

Haris fadjar setiawan (125070218113056)

Keyfin Aliffah Rizal Kasdianto (125070218113044)

Muchamat Dafit F F (125070218113033)

Sasmito Utomo (125070218113062)

Wahyu Sukma Samudera (125070218113015)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2015

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “Makalah TentangPenyakitMenular Seksual (PMS)” tepat pada
waktunya.Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :

1. IbuNs. Laily Yuliatun, S.Kep, M.Kepdosen pembimbing kami pada mata kuliah Fundamental Of
Pathophysiology Reproductive System .
2. Orang tua dan teman-teman anggota kelompok.
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan
dalam penulisan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun penulis harapkan demi mencapai kesempurnaan makalah
berikutnya.

Sekian penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu.Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin.

Kediri, 27 Agustus 2015

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................................

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................................

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG .....................................................................................................................

1.2 RUMUSAN MASALAH ...............................................................................................................

1.3 TUJUAN.....................................................................................................................................

BAB II KONSEP DASAR ..............................................................................................................

2.1 DEFINISI .....................................................................................................................................


2.2 ETIOLOGI ...................................................................................................................................
2.3 EPIDEMIOLOGI……………………………………………………………………………………………………..................
2.4 FAKTOR RESIKO..........................................................................................................................
2.5 MANIFESTASI KLINIS ..................................................................................................................
2.6 KLASIFIKASI................................................................................................................................
2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ......................................................................................................
2.8 PENATALAKSANAAN ..................................................................................................................

BAB III PENUTUP ......................................................................................................................

3.1 KESIMPULAN .............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga venereal, berasal dari kata venus, yaitu
dewi cinta dari romawi kuno. Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya seseorang
melakukan hubungan dengan berganti-ganti pasangan. Bisa juga karena melakukan hubungan
seksual yang sebelumnya telah terjangkit salah satu penyakit ini. (Ajen Dianawati, 2003)
Penyakit Menular Seksual (PMS) atau Penyakit Kelamin (venereal diseases) telah lama dikenal
dan beberapa di antaranya sangat populer di Indonesia, yaitu sifilis dan kencing nanah. Dengan
semakin majunya peradaban dan ilmu pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-
penyakit baru, dan istilah venereal diseases berubah menjadi sexually transmitted diseases atau
infeksi menular seksual (IMS). (Somelus, 2008)
Penyakit menular sexual atau yang biasa di singkat PMS adalah penyakit yang menyebar
terutama melalui kontak atau hubungan sexual , dimana salah satu pasangan menularkan suatu
organisme baik itu virus atau bakteri sebgai penyebab penyakit ke pasangannya misalnya saat
berhubungan seks baik secra oral, vaginal, anal dan lainnya. Akan tetapi tidak semua penyekit
menular seksual ini mempengaruhi organ-organ seks. (Katrina Smith, 2005)

1.2 RUMUSAN MASALAH


 Definisi PMS ?
 Etiologi PMS ?
 Epidemiologi PMS ?
 Faktor resiko PMS ?
 Manifestasi klinis PMS ?
 Klasifikasi PMS yang meliputi :
 Menjelaskan HIV / AIDS ?
 Menjelaskanpenyakittrikomoniasisvaginalis ?
 MenjelaskanpenyakitHPV ?
 Menjelaskanpenyakitsifilis ?
 Menjelaskanpenyakitklamidiasis ?
 Menjelaskanpenyakit hepatitis B ?

4
 Menjelaskanpenyakitgonorrhea ?
 Menjelaskanpenyakit herpes genetalia?
 Pemeriksaan diagnostik PMS ?
 Penatalaksanaan PMS ?

1.3 TUJUAN
 Untuk mengetahui macam-macam penyakit menular sexual (PMS)
 Untuk mengetahui definisi samapai penatalaksanaan medis penyakit menular sexual
(PMS)

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Penyakit menular seksual adalah penyakit infeksi organisme yang utamanya


menulara melalui kontak seksual yang meliputi kontak oral-genital. Penularan PMS juga
dapat terjadi dari ibu kepada janin dalam kandungan atau saat kelahiran, melalui produk
darah, transfer jaringan yang tercemar atau menular melalui alat kesehatan.

Organisme akan menginfeksi saluran genital (reproduksi), namun organisme


penyebab PMS dapat menginfeksi dan menimbulkan gejala pada mata, mulut, saluran
pencernaan, otak, hati dan organ tubuh lainnya. Berbagai PMS sering timbul secara
bersamaan. Sehingga apabila timbul PMS, adanya PMS lainnya harus dicurigai.

2.2 ETIOLOGI

Disebabkan oleh organisme penyebab penyakit seksual yang tinggal dalam darah dan
cairan tubuh, Menurut Handsfield (2001), Penyakit menular seksual dapat diklasifikasikan
berdasarkan agen penyebabnya, yakni:

a. Dari golongan bakteri, yakni Neisseria gonorrhoeae, Treponema pallidum, Chlamydia


trachomatis, Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis, Gardnerella vaginalis,
Salmonella sp, Shigella sp, Campylobacter sp, Streptococcus group B, Mobiluncus sp.
b. dari golongan protozoa, yakni Trichomonas vaginalis, Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia,
c. Dari golongan virus, yakni Human Immunodeficiency Virus(tipe 1 dan 2), Herpes
Simplex Virus (tipe1 dan 2), Human papiloma Virus, Cytomegalovirus, Epstein-barr
virus, Molluscum contagiosum virus.
d. Dari golongan ektoparasit, yakni P hthirus pubis dan Sarcoptes scabei

6
2.3 EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia PMS telah mulai menjalar dengan perkembangan penularan yang cepat.
Perubahan perilaku seksual telah menyebabkan timbulnya berbagai masalah yang berkaitan
dengan penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak dikehendaki.

 Di Indonesia, , telah banyak laporan mengenai prevalensi infeksi menular seksual ini.
Beberapa laporan yang ada dari beberapa lokasi antara tahun 1999 sampai 2001
menunjukkan prevalensi infeksi gonore dan klamidia yang tinggi antara 20%-35%
 Di dunia, wilayah Asia Selatan Tenggara merupakan peringkat ke-2 dalam Infeksi
Menular Seksual, termasuk Indonesia. (Bulletin of the World Health Organization,
2001, 79)
 Pada tahun 1995, WHO memperkrakan > 330juta penderita PMS berobat setiap
tahunnya dan setiap hari terjadi sektar 1juta penderita infeksi PMS
 Angka insidensi sifilis dan gonorrhea pada lak-laki sedikit lebih tiggi dari pada
perempuan.
 Sebuah survei yang dilakukan oleh Youth Risk Behavior Survey (YRBS) secara nasional
di Amerika Serikat pada tahun 2007 mendapati bahwa 47,8% pelajar yang duduk di
tingkat 9-12 telah melakukan hubungan seksual, 35% pelajar SMA telah aktif secara
seksual dan 38,5% dari pelajar SMA tersebut tidak menggunakan kondom pada saat
hubungan seksual yang terakhir kali dilakukan. Selain itu, 4,4% siswa SMA ternyata
sudah menggunakan ekstasi.

2.4 FAKTOR RESIKO


- Resistensi (kekebalan) bakteri terhadap antibiotik akibat pemakaian antibiotik bebas. Hal
ini menyebabkan semakin banyaknya bakteri resisten terhadap antibiotik.
- Individu dengan gangguan imunitas
- Prostitusi
- Hubungan seks tidak aman diluar nikah
- Berganti-ganti pasagan
- Ketidaktahuan
- Mobilitas penduduk

7
#Kelompok resiko tinggi tertular PMS

- Pelancong
- PSK
- Peandu narkoba
- Homoseksual
- Pekerja kesehatan

2.5 MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis yang ditemukan berdasarkan organisme yang menginfeksi dan


infeksi terjadi, namun pada umumnya beberpa menunjukkan manifestasi knis berikut :

 Keluar nanah kenyal kuning kehijuan dari vagina, penis atau dubur
 Keputihan pada wanita berwarna kuning kecoklatan
 Gatal pada sekitar alat kelamin
 Rasa perih, nyeri atau panas saat kencing atau setelah kencing
 Ujung penis tampak merah dan bengkak
 Adanya luka terbuka, luka basah di sekitar kemaluan atau sekitar mulut (nyeri
ataupun tidak),
 Tumbuh seperti jengger ayam atau kutil di sekitar alat kelamin,
 Terjadi pembengkakan kelenjar limfa yang terdapat pada lipatan paha,
 Pada pria, kantung pelir menjadi bengkak dan nyeri,
 Pada wanita, sakit perut bagian bawah yang kambuhan (tetapi tidak ada
hubungannya dengan haid),
 Mengeluarkan darah setelah berhubungan seks, dan
 Secara umum merasa tidak enak badan atau demam.
 Kehilangan berat badan

2.6 KLASIFIKASI
 Hiv/ aids
a) Definisi

Suatu kondisi klinis yang disebabkan oleh infeksi virus HIV (Human
Immunoeficiency Virus). Pada kebanyakan kasus infeksi HIV menyebabkan
acquiredimmune deficiency syndrome (AIDS).

8
AIDS didefinisikan oleh center for disease control and prevention
sebagai HIV dengan indikator penyakit penyerta meliputi (1) infeksi orportunistik
tertentu, (2)kanker tertentu, seperti sarkoma kaposi,limfoma, dan karsinoma
servikalis atau anal invasif; (3) penyakit neurologis penyerta; dan (4) peumonia
berulang .

b) Epidemiologi

Di Indonesia dilaporkan dari bali padabulan april tahun 1987.


penderitanya adalah seorang wisatawan belanda yang meninggak di RSUP
sanglah akibat infeksi sekunder pada paru-parunya. Sampai dengan akhir tahun
1990.peningkatan kasus HIV/AIDS masih diangga belum mengkawatirkan. Tetapi
sejak tahun1991 waktu yang dibutuhkan untuk peningkatan HIV/AIDS menjadi
dua kali lipat (doubling time) sudah kurang dari setahun. Bahkan selama
triwulan pertama tahun 1993 sudah terjadi peningkatan pesat. Sampai akhir
tahun 1996 terdeteksi 501 orang yang menderita dari 119 kasus AIDS dan 382
HIV+ yang dilaporkan dari 19 propinsi . itu gambaran umum puncak gunug es
kasus HIV/AIDS.

c) Etiologi

HIV/AIDS disebabkan oleh dua jenis retrovirus yang berkaitan , dikenal


dengan HIV-1 dan HIV-2 , HIV -1 kerap ditemukan di afrika tengah dan timur,
amerika ,eropa ,serta Asia . HIV-2 kerap ditemukan di Afrika Barat ,prancis dan
portugal. Retrovirus ditransmisikan melalui pertukaran cairan tubuh (mis :
semen,darah) atau melalui transfusi darah. Individu yang terinfeksi akan
mendapatkan uji HIV – selama beberapa minggu dan kemungkinan selama 1
tahun. Kecepatan perkembangan penyakit ini bervariasi . waktu rekaan
perkembangan AIDS adalah 10 tahun.

d) Faktor resiko
 Pria yang berhubungan seks dengan laki-laki (homoseksual).
 Berganti-ganti pasangan seks
 Bergantian dalam memakai jarum suntikkan.
 Melakukan hubungan seksual dengan penderita penyakit HIV AIDS
 Melakukan hubungan seks bebas

9
 Memiliki penyakit menular seksual lainnya seperti syphilis, herpes, gonore
atau bacterial vaginosis
 Mendapat transfusi darah dari seorang pendonor yang positif mengidap HIV
AIDS
 Seorang ibu yang telah dinyatakan positif memiliki penyakit HIV, dan
berpotensi menularkan penyakitnya tersebut pada anak yang dilahirkannya.

e) Patofisiologi

Virus HIV masuk kedalam tubuh melalui semen,cairan vagina dll.

Menginfeksi sel yang mempunyai molekul CO4

(limfosit T4, Monosit, Sel dendrit , Sel langerhans)

Mengikat Molekul CO4

Memiliki sel target dan memproduksi virus

Sel limfosit T4 hancur

Imunitas tubuh menurun

Infeksi oportunistik

Sist. Pernafasan sist. Pencernaan sist.integumen sist. Neurologis

Peradangan pd infeksi jamur pda mulut perdangan kulit infeksi ssp

Jaringan paru peradangan pd mulut timbul lesi

Sesak intake makanan menurun gatal, nyeri,bersisik

ggn pernafasan Ggn nutrisi kurang dri integritas kulit

kebutuhan tubuh

peristaltik

diarea kronis

mukosa kering & dehidrasi

kekurangan cairan

10
f) Manifestasi klinis

Gejala – gejalanya sangat luas dapat mengenai berbagai organ :

 Pernapasan
1. Sesak napas, batuk,nyeri dada, dan demam
2. Pneumonia (ppc) merupkan infeksi yang paling umum.
3. Penyakit kompleks Mycobacterioum avium (KMA) timbul sebagai
penyebab utama infeksi pernapasan.
4. Tuberkulosis yang berkaitan dengan HIV terjadi dini dalam perjalanan
penyakit. Mendahului diagnosa . jika terdiagnosa lebih dini. Akan
memberikan respon yang cukup baik terhadap terapi antituberkulosis.
 Gastrointestinal
1. Anoreksia , mual, muntah, kandidiasis oral dan esofagus, dan diare
kronis : efek dari diarea dapat menjadi sangat membahayakan.
 Sindrom Pellsutan (Kakeksia)
1. Penurunan berat badan involunter terjadi melebihi 10% dari berat bada
dasar; ditunjukkan dengan diare kronis. Kelemahan kronis, dan
terdapatnya demam intermiten atau konstan tanpa adanya penyakit
penyerta.
 Kanker
1. Insiden kanker tinggi , termasuk sarkoma kaposi (SK) dan limfoma sel – B
2. Karsinoma kulit , lambung, pankreas , rektum, dan kandung kemih.
 Neurologis
1. Ensefalopati (Kompleks demensia AIDS(KDA)) terjadi pada dua pertiga
pasien penderita AIDS.
2. Cryptococcus neoformans, infeksi jamur.
3. Leukoensefalopati multifokal progresif (LMP) suatu gangguan
demielinisasi sistem saraf pusat.

 Integumen
1. Sarkoma kaposi, herpes simpleks, herpes zozter, dan berbagai bentuk
dermatitis.

11
g) Pemeriksaan Diagnosis

Diagnosa infeksi HIV

o Uji ELISA diikuti Western blot menegakkan diagnosa infeksi HIV


o Titer virus (reaksi rantai polimerase (HIV,RNA PCR) atau rantai
cabang DNA (bDNA)), juga dinamakan beban virus, dapat diukur
dalam hitungan jam sampai hari setelah infeksi.
o AIDS terdiagnosis jika terdapat antibodi positif dan titer virus plus
CD4 < 200 atau infeksi oportunistik.

Uji Laboratorium setelah infeksi HIV ditegakkan

 Assay beban Virus (HIV,RNA PCR atau bDNA)


 Hitung sel CD4
 Hitung darah lengkap dengan diferensial dan hitung trombosit
 Panel kimia termasuk profil lipid puasa
 Urinalisis
 Foto rintgen dada
 PAP smear pada wanita
 Serologis, sifilis, toksoplasmosis gondii, hepatitis A,B,dan C, CMV ,
varicella zoster.
 PPD

h) Penatalaksanaan

Tujuan-tujuan pengobatan termasuk mengobati infeksi –infeksi yang berkaitan


degan HIV dan malignansu. Menghentikan pertumbuhan dan replikasi HIV
melalui agen-agen antivirus, serta augmentasi dan pemulihan sistem imun
melalui penggunaan immunomodulator.

Pengobatan infeksi-infeksi yang berkaitan dengan HIV

1. PPC : obati dengan trimetoprimsulfatmetoksazoal, adalah suatu agen


antibakterial. Pentamidin . suatu antiprotozoal, adalah suatu agen alternatif.

12
2. KMA : pengobatan untuk yang satu ini belum lagi ditetapkan dengan jelas
dan mencakup regimen multiobat yang diberikan selama periode yang
panjang.
3. Meningitis kriptokokus : obati dengan amfoterisin B IV dengan atau tanpa
flukonazol. Suatu preparat antijamur.
4. Retinitis : Obati dengan gansiklovir.

Perawatan Pendukung dan terapi-terapi alternatif

1. Terapi spiritual
2. Terapi psikologis
3. Terapi nutrisional , misal : vegetarian, vitamin c atau suplemen betakaroten.
4. Dll.

i) Pencegahan
- Mengubah Perilaku Seks (menerapkan prinsip ABC yaitu : Abstinence “ tidak
melakukan hubungan seksual “, Be faithful “ setia kepada pasangan”,
Condom “ pergunakan kondom jika berhubungan seksual)
- Meminimal kan penggunaan mis : tato, tindik, suntik obat bergantian,dll.
- Petugas kesehatan yang harus hati hati terhadap penanganan medis.

13
 Vaginitis
a) definisi

Vaginitis merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri.
Parasit atau jamur. Infeksi ini sebagian besar terjadi karena hubungan sexual.
Bakteri yang dominan adalah lactobacillus achidophilus.

Vaginitis adalah diagnosis masalah ginekologis yang paling sering terjadi


dipelayanan primer. Pada sekitar 90% dari perempuan yang terkena, kondisi ini
disebabkan oleh vaginosis bakterial, kandidiasis atau trikomoniasis. Vaginitis
merupakan infeksi vagina yang dapat terjadi secara langsung pada luka vagina
atau melalui perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan,terjadi
ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas.
(Prawirohardjo, Sarwono. 1976) ).

b) Infeksi penyebab

Tiga infeksi tersering adalah

1. Vaginitis bacterialis (40-50%)


2. Vaginitis kandidiasis (20-30%)
3. Vaginitis trikomonalis (15-20%)

c) Epidemiologi

Sumber yang kami tuliskan disini berdasarkan tinjauan epidemiologi di Amerika


Serikat dan Skandinavia untuk tiga penyebab utama vaginitis: kandidiasis,
trikomoniasis, dan vaginosis bakteri. Insiden kandidiasis telah meningkat secara
dramatis selama dekade terakhir, dengan peningkatan persentase non-albicans
strain Candida. Namun, di Skandinavia kejadian kandidiasis telah relatif stabil,
antara 10% dan 30%, selama 5 tahun terakhir. Insiden Trichomonas telah
menurun secara dramatis di Amerika Serikat dan Skandinavia selama 15 tahun
terakhir, sebagian disebabkan karena munculnya metronidazol. Di Amerika
Serikat vaginosis bakteri terus menjadi berbagai utama infeksi vagina,
mempengaruhi spektrum yang lebih luas dari wanita dibandingkan gonore.
Prevalensi vaginosis bakteri di Skandinavia adalah sekitar 30%, dan persentase
ini meningkat seiring dengan usia menurut studi dari pasien di klinik penyakit
menular seksual.

d) Etiologi
- Infeksi (bakteri, jamor protozao, dll)
- Iritasi bahan kimia atau fisik (seperti sabun, gel, krim, spermisida, pembalut,
kondom dan lain-lain)
- Dan produk –produk kewanitaan seperti semprotan wangi dan bubuk
- Alergi dan dermatitis kontak
- Penyabab lain yang jarang adalah: polips servikalis dan neoplasma lain.
- Tampon yang tidak digant
e) Manifestasi klinis (umum)
 Pengeluaran keputihan berlebihan

14
 Terasa panas dan gatal
 Suhu badan dapat meningkat
 Bagian luar terjadi pembengkakan
 Pada vagina terdapat bintik merah
 Terasa nyeri saat hubungan seks (dispareunia)
f) Klasifikasi
A. Vaginitis bakterialis, (40-50%)
VB dikaitkan dengan infeksi genitalia bagian atas secara perkontinuitatum,
melalui kenalis servikalis dengan endoservitis secara dominan oleh
gardnerella vaginalis. Untuk menegakkan diagnosis dikemukakan 4 kriteria
 cairan vagina homogen
 pH vagina di atas 4,5;
 ciaran vagina berbau ikan (wiff test);
 pemeriksaan preparat menunjukkan “clue cell”

B. Vaginitis trikomonalis (15-20%)


VT trikomonalis merupakan infeksi yang disebabkan oleh trichomonas
vaginalis, protozo uniseluler yang terdapat dalam vagina, protozoa ini cepat
bergerak krena mempunyai flagela, sebagian besar ditularkan memlaui
hubungan seksual. Gejala klinisnya
 keputihan dengan jumlah yang banyak, warna putih, kuning, sampai
hijau;
 gatal, terasa panas;
 berbau kurang sedap
 pemeriksaan jika keputihan berbuih.
Pada diagnosis dijumpai gejala klinis trichomonas vaginalisdengan preparat
basah
C. Vaginitis kandidiasis (20-30%)
VK disebabkan oleh jamur kandida albikan yang tumbuh komensal pada
vagina
 gejala klinis yaitu mengeluarkan cairan vagina kental sampai
bergumpal,
 gatal, terasa panas, disuria sampai dispareuria
g) Faktor resiko
- Lebih sering terjadi pada wanita Afrika-Amerika, wanita yang douche,
- wanita dengan pasangan seks baru, wanita dengan lebih dari dua pasangan
seks dalam enam bulan sebelumnya,
- kurangnya perlindungan penghalang dan wanita yang kurang peroksida
(H2O2) -producing lactobacilli flora vagina mereka .
h) Pemeriksaan diagnostik
 Pemeriksaan penunjang yang paling bermanfaat adalah preparat basah dari
sekret vagina. Pada pemeriksaan ini bisa ditemukan organisme penyebab
dan sel polimorfonuklear.
 Kultur bermanfaat bagi infeksi kandida dan trikomonas

15
diagosis vaginitis bacterialis(BV) ditegakkan berdasarkan tiga dari empat kriteria
berikut

o cairan putih lengket, tdiak bergumpal


o pH vagian >4,5.
o Bau amis setelah ditambahkan kalium hidroksida 10% pada sekresi
o Adanya clue cell
i) Penatalaksanaan keperawatan
 Mandi setiap hari dengan sabun lembut (non kimia) dan air hangat.
 Kenakan semua pakaian katun atau pakaian dengan selangkangan kapas.
 Ganti celana dalam dan stoking setiap hari.
 Hindari memakai stoking atau celana ketat terlalu banyak jam, terutama
di tempat yang panas, cuaca lembab.
 baju ketat Kenakan katun dan celana ketat ketika Anda berolahraga.
 Gunakan deodorant bebas kertas toilet putih untuk menghindari parfum
dan pewarna yang mungkin bisa mengganggu.
 Hindari menggunakan produk feminin kebersihan (seperti semprotan
dan bubuk) dan aditif mandi (seperti gelembung mandi dan minyak).
 Hindari douching lebih dari sekali dalam sebulan. Douching tidak perlu.
 Gunakan pembalut deodoran bebas atau tampon.
 Hindari busa spermisida, gel, dan krim.
j) Penatalaksanaan medis
 Obat pilihan untuk vaginitis bacterialis dan trikomoniasis adalah
mitronidazol oral selama 1 minggu , terbukti menyembuhkan lebih dari
90% kasus pada kedua penyakit tersebut. Pasangan dari pasien
trikomoniasis juga hrus diobati
 Vaginitis kandida bisa diobati dengan antijamur topikal (klotrimazol atau
mikonazol) atau terapi oral dengan obat golongan azol; tingkat
kesemuhan yang baik didapatkan dengan pengobatan jangka pendek.

 Hpv
a) Definisi

Human Papiloma Virus ( HPV ) adalah virus yang mudah menular dan sering
menyebabkan kandiloma akuminata, kadang-kadang disebut kutil venereal. Kutil
ini dapat ditemukan di serviks dan dinding vagina, uretra, bokong, anus, dan
genitalia eksterna. HPV adalah virus penyakit menular seksual yang paling
umum.

b) Klasifikasi

HPV merupakan virus DNA dengan klasifikasi :

 Familia : Papovaviridae

16
 Genus : Papillomavirus
 Spesies : Human Papillomavirus
c) Epidemiologi

HPV merupakan penyakit infeksi menular sexual yang paling umum di dunia.
Resiko seumur hidup untuk infeksi HPV serviks telah diperkirakan hingga 80%.
Namun, pravelensi infeksi dilaporkan bervariasi tergantung pada rentang usia
populasi dan metode deteksi yang digunakan. Analisis terbesar sampai saat ini
termasuk 1.016.719 perempuan dari studi antara 2005-2009 yang memiliki
sitologi normal dan diuji untuk HPV genital dengan alat tes PCR atau hybrid.
Pravelensi di seluruh dunia untuk semua jenis HPV diperkirakan 11,7 %.
Pravelensi tertinggi berada di sub Sahara Afrika ( 24%), Eropa Timur ( 21,4%),
Amerika Latin ( 16,1%), Asia Tenggara ( 14%). Pravlensi rendah ditemukan di
daerah sumber daya yang lebih tinggi termasuk Amerika Utara ( 4,7%), Eropa
Selatan ( 8,8%), Eropa Barat ( 9%)

Di seluruh dunia, usia tertinggi pravalensi spesifik ditemukan pada wanita kurang
dari 25 tahun ( 24% ) dan pada usia 35-44 % tahun sekitar ( 9%)

d) Etiologi
a. Veruka pada genital umumnya disebabkan oleh HPV tipe 6, 11, 16, 18, dan
31 atau oleh kombinasi di antaranya
b. HPV ditransmisikan secara sexual. Namun bila penyakit ini tidak aktif, virus
tidak dapat ditularkan ke orang lain
c. HPV menyebabkan tingkat infekstifitas yang sedang
d. HPV membelah berkali-kali bila respons imun rendah misalnya dalam kasus
HIV, kehamilan, merokok atau malnutrisi
e. HPV tidak dapat disembuhkan. Individu yang terinfeksi akan selalu
membawa virus
e) Faktor Resiko
a. Perilaku sexual
b. Penyakit HIV AIDS
c. Koitus anal atau vaginal tanpa perlindungan
d. Internal Watersports ( berkemih ke dalam rongga tubuh seperti vagina atau
anus )
e. Fisting ( memasukkan jari, jari-jari atau pergelangan ke dalam anus )

17
f. Seks oral-anal
g. Penggunaan bersama jarum kotor oleh pengguna obat intravena
f) Manifestasi Klinis
a. Masa inkubasi dimulai dari 2 minggu sampai 9 bulan setelah pajanan, namun
bisa lebih lama
b. Veruka genital dapat terlihat pada vulva, vagina, anus, atau serviks, seperti di
area penis dan anus pada pria
c. Pertumbuhan menyerupai veruka kecil, struktur khas menyebar, membesar,
dan menyatumembentuk pertumbuhan, seperti tangkai kembang kol dengan
dasar sempit. Pertumbuhan ini tampak dalam satu tandan kecil atau
kumpulan tandan dengan berbagai ukuran
d. Lesi hipertrofi selama kehamilan dan dapat menutupi vulva dan perineum ,
atau meluas sampai mukosa vagina dan serviks. Lesi ini akan berkurang
setelah kelahiran
e. Veruka ini terkait dengan perkembangan kanker serviks. Pasien harus
dipantau ketat
f. Papillomatosis saluran pernafasan dapat datang dengan suara parau,
dispnea, stridor atau batuk
g) Patofisiologi

Etiologi seperti aktifitas sexual dg bergonta ganti pasangan , respons autoimun,


dll

Papillomavirus menyerang epitel gepeng ( daerah yg peka infeksi ) pada kulit dan
mukosa

Inokulasi virus pada sel basal

Diferensiasi sel menjadi keratinosit

Kepekaan sel berubah

18
Memungkinkan virus berkembang secara vegetatif sehingga infeksi menjadi
produktif

Perubahan morfologi dan hiperplasia akibat percepatan proliferasi dan


terhambatnya diferensiasi sel

Sifat kelainan yang ada tetap jinak dan ditandai oleh batas yg tegas dg jaringan
norrmal. Ada pula yg menjadi displastik dan ditandai oleh atipi inti sel, mitosis tak
terkontrol dan perubahan kromosom. Beberapa diantaranya berlanjut menjadi
karsinoma dan ditandai oleh invasi sel ke jaringan sekitarnya ataupun metastase jauh
ke organ lain

h) Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemakaian asam asetat 3% pada epitel yang terinfeksi dapat menunjukkan
pemutihan ( perubahan aseton white ) memberi kesan hiperkeratosis khas
infeksi HPV
b. Kutil genital dapat dibedakan dari kondiloma lata sifilis sekunder dengan
serologi sifilis
c. Spesimen biopsi atau sitologi dapat diperksa untuk koilosit atau perubahan
displastik
d. Beberapa laboratorium dapat mewarnai antigen kapsid papilloma virus,
meskipun ini merupakan uji yang kurang sensitif
e. Uji DNA HPV biasanya dipakai sebagai alat penelitian, uji ini adalah uji yang
paling sensitif dan spesifik
f. Tes Pap ( Pap Smear ) dipakai untuk memeriksa leher rahim perempuan dan
dipakai untuk memeriksa dubur laki-laki dan perempuan. Kain penyeka
diusap pada daerah yang ingin diperiksa dilumuri pada kaca dan diperiksa
dengan mikroskop. Sel diperiksa untuk kelainan yang mungkin menunjukan
perubahan abnormal pada sel, misalnya displasia atau kanker leher rahim.
Pap smear juga bisa digunakan untuk mencari tipe HPV.
i) Penatalaksanaan Medis
a. Lakukan tes Pap smear bila terdapat veruka serviks, atipis, atau persisten

19
b. Anjurkan pasien yang memiliki veruka genital eksternal untuk mendapatkan
uji Pap smear tahunan selama 3-5 tahun. Sebesar 50-60% pasien ini akan
mendapatkan uji positif HPV pada serviks
c. Identifikasi dan obati vaginitis yang menyertai. Infeksi sekunder umum
terjadi
d. Veruka mungkin diobati dengan terapi asam biklorasetik atau triklorasetik
- Lindungi jaringan sekitar veruka dengan jeli petrolum
- Gunakan asam biklorasetik atau triklorasetik pada area yang terkena
setiap seminggu sekali sampai 10 hari sekali. Lanjutkan pengobatan
hingga veruka hilang
- Pertimbangkan metode zat kimia alternatif pada set alat pengobatan
mandiri
o Pedofiloks ( Condylox ) adalah larutan topikal 0,5% yang
dioleskan dua kali sehari selama 3 hari lalu dihentikan selama 4
hari. Pemakaiannya dapat diulang sampai lebih dari 4 minggu
o Imiquimod ( Aldara ) krim topikal 5% yang tersedia dalam 0,25 g
bentuk sachet, 1 kotak berisi 12 sachet, dioleskan pada malam
hari dua kali seminggu ke area yang terinfeksi selama 4 bulan
o Bila veruka tidak sembuh sampai akhir masa pengobatan yang
diresepkan, pasien harus kembali mengunjungi dokter untuk
mendapatkan terapi alternatif
e. Pertimbangkan terapi yang lain, termasuk bedah krio, pembedahan laser,
atau biposi eksisi
j) Penatalaksanaan Keperawatan
a. Sarankan praktik penggunaan dan penggunaan berikut untuk meredakan
nyeri
- Pada saat terapi
o Taburkan bedak bayi di atas area terinfeksi
o Oleskan salep Nupercainal topikal 2,5% ke area tersebut
- Setelah terapi
o Lakukan rendam duduk dengan air hangat atau dingin selama
10-20 menit, satu atau dua kali sehari sesuai kebutuhan
o Minum 650-1000 mg asetaminofen setiap 4 jam sesuai
kebutuhan

20
b. Sarankan pasien untuk menjaga area vulva sebersih dan sesering mungkin
- Sesering mungkin, lakukan higiene perineum
- Keringkan vulva setelah mencuci atau melakukan rendam duduk,
gunakan alat pengering dengan set aliran terendah
- Kenakan pakaian dalam terbuat dari katun dan ganti celana dalam
sesering mungkin
- Jangan mengenakan rok dalam bila berada di rumah atau tempat tidur
- Jangan menggunakan pembalut yang terlalu tebal atau tipis yang
menyerap panas dan menggesek vulva, kecuali bila benar-benar
terpaksa
c. Sarankan pasangan untuk menggunakan kondom sampai seluruh lesi
sembuh
d. Pertimbangkan kemungkinan IMS ( Infeksi Menular Sexual ) yang
menyertainya
e. Bagi pasien yang hamil :
- Hindari tindakan episiotomi atau laserasi sepanjang lesi saat kelahiran
karena tindakan ini menimbulkan perdarahan yang banyak
- Pertimbangkan untuk menggunting episiotomi ke arah medialateral
kanan atau kiri bukan menggunting episiotomi bagian tengah untuk
menghindari lesi
- Untuk lesi yang ekstensif, konsultasikan dengan dokter. Bedah seksio
sesaria mungkin diindikasikan
k) Komplikasi
a. Papilloma saluran pernafasan dapat menutup jalan nafas,
menyebabkan gangguan pernafasan. Lesi ini dapat berulang dalam
beberapa minggu pembuangan, memerlukan pembedahan yang
sering. Papilloma jalan nafas dapat menjadi ganas, terutama jika
mereka telah diobati dengan radiasi
b. Beberapa tipe HPV genital ( terutama HPV 16 dan tipe-tipe terkait )
dihubungkan dengan displasia servikal dan Ca Serviks, walapun yang
terakhir ini jarang pada penderita pediatri

21
 Sifilis
a) Definisi

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri treponema
pallidum yang masuk kedalam tubuh manusia melalui selaut lendir atau kulit.
Dalam beberapa jam, bakteri akan sampai ke kelenjar getah bening terdekat
sehingga dapat menyeber ke seluruh tubuh melalui aliran darah

b) Epidemiologi:

Sifilis diyakini telah menginfeksi 12 juta orang di seluruh dunia pada tahun 1999,
dengan lebih dari 90% kasus terjadi di negara berkembang. Setelah jumlah kasus
menurun secara dramatis sejak ketersediaan penicilin di seluruh dunia pada
1940an, angka infeksi kembali meningkat sejak pergantian milenium di banyak
negara, terkadang muncul bersamaan dengan human immunodeficiency virus
(HIV). Angka ini disebabkan sebagian oleh praktik seks yang tidak aman di antara
laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki, seks bebas dan angka
prostitusi tinggi, serta penurunan penggunaan proteksi pelindung.

c) Etiologi
- sifilis disebabkan oleh troponema pallidum

- lama masa inkubasinsi, dari waktu pajanan sampai timbulnya syanker primer,
bergantung pada jumlah organisme yang menetap saat infeksi dan berapa
lama organisme ini bereplikasi. Spiroket membutuhkan 33 am untuk
bereplikasi, dibandingkan bakteri yang hanya memerlukan beberapa menit
untuk bereplikasi
d) Faktor resiko
- Penyalahgunaan zat, terutama cocaine
- Pelacuran
- Sosio ekonomi lemah
- Kurangnya personal hygine daerah perineal
- Tidak adanya perawatan pranatal
- Banyak pasangan seksual

e) Klasifikasi
- Sifilis primer , berkembang pada lokasi di kelamin yang dekat pada lokasi
masuknya T.palidum ke dalam tubuh: penis, labia, perineum, anus, atau
rektum

22
- Sifiis sekunder adalah bentuk desiminata. Spiroketa yang terdapat dalam
darah brkumpul di dermis seluruh tubuh dan menyebabkan bercak papul
kemerahan yang menyebar luas di batang tubuh dan ekstremitas
- Sifilis tersier biasanya tampak beberapa tahun setelah stadium desiminata.
Sifilis tersier dapat melibatkan berbagai organ termasuk sistem
kardiovaskuler dan sistem saraf
- Sifilis kogenital sifilis selama kehamilan mempunyai angka penularan
mendekati 100%. Kematian janin atau perinatal terjadi pada 40 % bayi yang
terkena

f) Manifestasi klinis
- Primer: timbul ulkus( disebut chancre atau syangker) pada penis, tepian
menimbul, keras (mirip kancing), mungkin ada pembesaran kelenjar limfe
regional (tidak nyeri).
- Sekunder : timbul kelainan kulit makulo-papuler. Di genitalia timbul plak
lebar agak meninggi. Spirocheata terdapat di smua lesi, terdapat
limfadenopati, empat sampai dua belas minggu setelah mulainya tahap 2 ini,
semua gejala lenyap dan pasien memasuki masa laten.
- Sifilis tersier, terjadi kira-kira 1/3 kasus sifilis yang tidak di obati. Organ dapat
terserang pada tahap ini, terutama otak dan jantung, juga dapat terjadi
gumma (daeah nekrotis luas) di hati, tulang dan testis
- Manifestasinya di bagi menjadi dua ada yaitu stadium awal dan stadium
lambat
o Stadium awal muncul selama usia 2 tahun awal: gastroenteritis,
peritonitis, pankreatitis, pneumonia, keterlibatan mata (glaukoma
dan korioretinitis)
o Stadium lambat muncul perlahan-lahan selama 2 dekade pertama:
radang kronik tulang, gigi, dan sistem saraf pusat. Perubahan
skeleton karena periositis menetap atau berulang dan penebalan
tulang yang terkait tulang frontal, penonjolan tulang dahi.

23
g) Patofisologi

Sex beresiko tinggi Pajanan Hygine rendah, virulensi


treponema kuman tinggi
Orangtua yang sifilis paldium
k Kontak langsung

Kuman masuk
Jika tidak diobati, timbul
melalui selaput
Jika tidak di obati akan sifilis tersier
lendir
timbul sifilis sekunder
Timbul kelainanpada Kuman menyebar
Kuman berkembang
Timbul kelainan pada kulit kulit yangdisebut
biak
gumma Infeksi sistemik
Jaringan bereaksi Mukosa mulut dan
peradangan
membentuk infiltrasi tenggorokan timbul macula Pada neurologi
terdiri atas sel limfosit, eritematosa terjadi inflamasi
sel-sel plasma, Kulit eritematosa dan cairan
pembuluh darah kecil melekat pada sekitar otak
Nyeri tenggorokan, sakit saat gumma
berprolifersi dikelilingi serta spinal cord
menelan, suara parau
T. pallidum
Terjadi perforasi
Membentuk ulkus di anoreksia menengitis
genetalia pada Timbul kelainan kulit
wanita di labia (afek primer) sebagai Keluar cairan
mayor dan minor papula lentikuler seropurulen

Chancre terbentuk Berubah jadi


ulkus
Gangguan
Seminggu setelah afek
integritas kulit
primer terjadi pembesaran
kelenjar getah bening
Gangguan citra
diri
Kuman masuk ke area Resiko penyebaran
lebih dalam infeksi

24
h) Pemeriksaan diagnostik
- T. Pallidum dapat diidentifikasi dengan mikroskop lapangan pandangan gelap
dari serum syanker primer atau bercak mukosa sekunder
- Tes serologi positif 1 bulan setelah infeksi
- Tes ELISA igG antitreponema sekarang tersedia dan sensitif serta spesifik,
titer < 0,9negatif, 0,9-1,1 meragukan, dan nilai > 1,1 positif
- LCS pada neurosifilis memperlihatkan peningkatan protein (fraksi gama
globulin), limfositosis dan seologi positif
i) Penatalaksanaan medis
- Awal (primer, sekunder, laten atau, 1 tahun) : penisilin G benzatin, 2,4 unit
IM, dalam satu dosis
o Alternatif: tetrasiklin (500 mg PO empat kali sehari selama 2 minggu)
atau doksisiklin (100 mg PO dua kali sehari selama dua minggu) atau
eritromisin (500 mg PO empat kali sehari selama 2 minggu)
- Lambat ( lama > 1 tahun ) : penisilin G benzatin 2,4 juta unit IM setiap
minggu selama tiga dosis
o Alternatif : tetraksiklin (500mg PO empat kali sehari selama 4
minggu) atau doksiklin (100 mg PO dua kali sehari selama 4 minggu)
- Neurosifilis : penisilin G kristal aqua (1,2-2,4 juta U/24 jam IV diberikan
sebagai 2,4 U setiap 4 jam selama 10-14 minggu)
o Alternatif: penisilin G prokain( 2,4 juta U/hari IM plus probenisid
(500 mg PO empat kali sehari) keduanya selama 10-14 hari
- Sifilis kogenital : Penisilin G kristal aqua (100.000-150.000 U/kg/24 jam,
diberikan sebagai 50.000 U/kg IV setiap 12 jam selama 7 hari pertama dan
setiap 8 jam sesudahnya. Selama 10-14 hari

25
j) Penatalaksanaan perawat
Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai
berikut
o Bahaya PMS dan komplikain
o Pentingnya mamatuhi pengobatan yang diberikan
o Cara penularan PMS dan pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
o Hindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom jika
tidak dapat dihindarkan lagi.
o Pentingnya personal hygiene khususnya pada alat kelamin
o Cara-cara menghindari PMS di masa mendatang.

 Klamidia
a) DEFINISI

Clamidia trachomatis adalah parasit intraseluler gram negatif yang bentuknya


lebih kecil dari bakteri dan lebih besar dari virus. Organism ini merupakan agens
utama bakteri penyebab infeksi menular seksual (IMS).

b) EPIDEMIOLOGI
a. infeksi oleh Chlamydia trachomatis telah teridentifikasi pada 50% laki-laki
yang mengalami uretritis nonspesifik dan 20-60% wanita penderita gonore.
b. penyakit klamidia merupakan penyakit IMS yang paling umum terjadi
daripada gonore.
c. 5% bayi yang lahir di amerika serikat menderita infeksi klamidia, 50%
diantaranya mengalami konjungtivitis dan 20% diantaranya mengalami
pneumonia.
c) ETIOLOGI
a) klamidia sering ditemukan berkaitan dengan IMS lainnya.
b) genus Chlamydia memiliki dua spesies:
1. Chlamydia psittaci tidak menyebabkan IMS dan tidak berkaitan dengan
perawatan obstetric ginekologi (obgin). Infeksi menyebabkan penyakit
yang menyerupai flu ringan, diderita setelah terpajan kotoran burung
yang mengandung parasit.
2. Chlamydia trachomatis merupakan spesies IMS yang menyebabkan
penyakit antara lain:
a. penyakit radang panggul (PRP)
b. uretritis nongonokukus dan pascagonokokus
c) konjungtivis kronik:
(1) konjungtivitis kronik dapat terkait dengan anggota kluarga yang
terinfeksi.
(2) tercatat sebagai penyebab utama kebutaan.
(3) infeksi saat dewasa umumnya terjadi karena pajanan rabas genital yang
mengandung klamidia.
d) klamidia blenore
(1) janin biasanya terkena penyakit ini melalui jalan lahir yang terinfeksi.
(2) banyak manifestasi klinis penyakit ini termasuk:
(3) konjungtivitis ringan sampai berat
(4) pneumonitis bisa sangat parah dan fatal

26
e) limfogranuloma venerum
merupakan strain Chlamydia trachomatis yang ditandai dengan ulserasi
genital minor yang sementara dan adenopati inguinal (serta kemungkinan
uretritis).spesies ini dapat dikultur pada media spesifik yang sama seperti
media infeksi klamidia genital lainnya dan berdiferensiasi sebagai strain
limfogranuloma venerum pada kultur.

d) PATOFISIOLOGI

Kontrasepsi, hamil, kadar estrogen aktivitas seksual

Gangguan flora normal lactobacillus acidophilus klamidia gonorea

Hydrogen peroxid

Penurunan system imunologi vagina

Infeksi asendens

PID

Gejala inflamasi

Vaginal discharge nyeri demam nekrosis

RUPTUR

Perdarahan infertil

e) MANIFESTASI KLINIS

A. meskipun pasien yang mengalami infeksi klamidia mungkin asimtomatik,


pasien bisa mengalami tanda dan gejala antara lain:

1. umum
a. rabas vagina mukopurulen dan berbau busuk yang mengalir dari
ostium uteri serviks
b. eritema, edema, dan kongesti pada serviks dan vagina

27
2. Servisitis
a. ektopi cobblestone
b. meningkatnya perdarahan
c. rabas mukopurulen dari ostium uteri
3. uretritis
a. disuria ringan atau nyeri abdomen bawah
b. piuria steril
c. awitan yang bertahap
d. rabas mukopurulen yang berasal dari uretra

B. klamidia dapt menyerupai kondisi berikut:

1. servitis klamidia bisa menyerupai servitis herpes simpleks. Klamidia


menyebabkan inflamasi dan ulserasi baik di ektoserviks maupun
endoserviks, sedangkan herpes simpleks mengenai ektoserviks saja.
2. klamidia bisa mengakibatkan PRP yang sama dengan PRP yang
disebabkan gonore

C. pasien yang mengalai infeksi klamidia bisa mengalami periode laten yang
sangat panjang, seperti sifilis setelah infeksi awal.

D. klamidia merupakan penyebab utama

1. servisitis mukopurulen
2. infeksi uretra
2. PRP dan perihepatitis akut
3. konjungtivitis neonates dan pneumonia

E. klamidiosis berhubungan dengan:

1. infertilities (sekunder akibat PRP)


2. dysplasia serviks
3. keguguran dan bayi lahir mati
4. infeksi neonates
5. endometritis dan salpingitis pascapartum

f) DIAGNOSIS

Diagnosis infeksi C. trachomatis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran


klinis dan pemeriksaan laboratorium . pemeriksaan laboratorium merupakan
dasar dalam menegakkan diagnosis. Pada pemerksaan laboratorium, infeksi C.
trachomatis pada genital ditegakkan bila dijumpai suatu tes chlamydial yang
positif, serta tidak dijumpai kuman penyebab spesifik. Untuk laboratorium
dengan fasilitas yang terbatas, sebagai pedoman infeksi C. trachomatis pada pria
member gejala berupa secret uretraeropurulen/mukopurulen serta ditemukan
sel PMN > 5 Ipb dan tidak ditemukan diplokok negative gram intra/ekstra sel
pada pemeriksaan sediaan apus secret uretra. Sedangkan pada wanita adanya
secret serviks sero/mukopurulen dan sel PMN > 30 Ipb serta tidak ditemukan
kuman diplokok gram negative intra/ekstraseluler pada sediaan apus T. vaginalis.

28
g) PENATALAKSANAAN

A. curigai adanya klamidia pada kondisi berikut:

1. jumlah sel darah putih (SDP) terlalu banyak untuk dihitung pada slide
sediaan basah tanpa disertai bakteri atau jamur dalam jumlah banyak.
2. dugaan IMS lain telah disingkirkan atau diobati, namun tidak berhasil
(khususnya bila rabas vagina berbau busuk, mukopurulen yang
menunjukkan gonore atau klamidia).
3. terjadi disuria dan sering berkemih, dugaan ISK serta uretritis telah
disingkirkan.
4. terdapat servisitis
6. hasil pap smear menunjukkan klamidia.
7. terdapat riwayat klamidia, khususnya yang disertai gejala.
8. pasangan pasien menderita uretritis yang bukan disebabkan gonokokus

B. Uji semua pasien obgin yang baru dan mereka yang diduga atau terpajan
klamidia.

1. kultur jaringan spesifik


2. uji deteksi cepat untuk antigen klamidia
- nilai prediksi positif 100% nilai prediksi negative 94-98%.

C. sebelum memulai pengobatan, lakukan uji laboratorium penelitian penyakit


kelamin (veneral disease research laboratory, VDRL)

D. obati klamidia sebagai berikut:

1. wanita tidak hamil dan tidak menyusui

a. Zithtromax (azitromisin), 1 gr per oral dalam dosis tunggal

b. doksisiklin, 100 mg, 1 tablet per oral 2 kali/hari selama 7 hari

c. ofloksasin, 400 mg 2 kali sehari selama 7 hari

2. wanita hamil atau menyusui

a. zithtromax (azitromisin), 1 gr per oral dalam dosis tunggal

b. eritromisin, 500 mg 1 tablet per oral 4 kali/hari selama 7-10 hari

E. dianjurkan kultur serviks ulang untuk TOC 6 minggu setelah terapi.

1. bila pasien hamil, periksaan ulang serviks dan ulangi kultur pada
usia 34-36 minggu taksiran usia kehamilan.

2. bila kultur tetap tetap positif, periksa hal-hal berikut:

a. kepatuhan klien terhadap pengobatan

b. terapi pasangan.

29
 Hepatitis B
a) DEFINISI HEPATITIS B

Hepatitis B merupakan tipe hepatitis yang paling berbahaya. Penyakit ini lebih
sering menular dibandingkan hepatitis jenis lainnya. Hepatitis B menular melalui
kontak darah atau cairan tubuh yang mengandung virus hepatitis B (VHB / HBV)

b) EPIDEMIOLOGI
- Prevalensi hepatitis B tertinggi ada di Asia dan afrika
- Hepatitis B tersebar di seluruh dunia WHO memperkirakan lebih dari 2
milyar orang terinfeksi HBV (termasuk 240 juta dengan infeksi kronis)
- Hepatitis menyerang semua golongan umur
- Dilihat dari jenis kelamin pria lebih beresiko terkena hepatitis B daripada
wanita
- Transmisi virus disebarkan secara parenteral melalui darah atau produk
darah, kontak seksual, atau pajanan prenatal
- Angka penularan secara vertikal dari ibu pengidap Hepatitis B kepada
bayinya cukup tinggi. Berdasarkan penelitian beberapa rumah sakit di
Indonesia, prevalensi HBsAg pada ibu hamil berkisar 2,1—5,2% (Soewignyo,
1992).
c) ETIOLOGI

Infeksi hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Virus ini ditularkan
dari orang ke orang melalui darah, air mani atau cairan tubuh lainnya. Ketika
virus Hepatitis B memasuki liver, maka virus akan menyerang sel-sel hati dan
mulai berkembang biak. Hal ini menyebabkan peradangan pada hati dan
mengarah ke tanda-tanda dan gejala infeksi hepatitis B. Cara umum HBV
ditularkan meliputi :

- Hubungan seksual ( Koitus )


- Transfusi darah
- Kecanduan obat narkotik suntikan

d) FAKTOR RESIKO
 Orang yang sering berganti-ganti pasangan
 Penderita HIV
 Penderita hemodialisis.

30
 Pekerja kesehatan, petugas laboratorium.
 Pasangan Penderita Hepatitis B.
 MSM (Man Sex Man) / Homoseksual
 Anak yang dilahirkan dari ibu penderita Hepatitis B.
 IDUs (Injection Drug User).
 Berkunjung ke wilayah dengan endemisitas tinggi.

e) PATOFISIOLOGI

31
f) MANIFESTASI KLINIS
a) Hepatitis B akut
o Mual
o Muntah
o Tidak nafsu makan
o Mata,kulit dan kuku berwarna kuning
o Badan terasa lemas dan mudah lelah
o Kebutuhan tidur meningkat
b) Hepatitis B kronik
o Mudah lelah
o Cemas
o Tidak nafsu makan
o Mual
o Muntah
o Merasa lemas
o Terjadi asites yaitu penumpukan cairan dalam rongga perut sehingga
perut terlihat membuncit

g) KOMPLIKASI
 Sirosis hati ( sekelompok penyakit hati kronik yang mengakibatkan kerusakan
sel hati dan sel tersebut digantikan oleh jaingan parut sehingga terjadi
penurunan jumlah jaringan hati normal)
 Kegagalan fungsi hati

h) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menggunakan tes laboratorium HBsAg test, anti HBs dan anti HBc
o HBsAg : test untuk menentukan seseorang pernah terinfeksi virus
hepatitis B
o Anti HBs : test untuk menentukan seseorang telah mempunyai
kekebalab terhadap virus hepatitis B
o Anti HB c : test untuk menentukan seseorang telah mempunyai
kekebalan (adanya replikasiinti sel) terhadap Virus Hepatitis B.

32
Pemeriksaan Penunjang lainnya
o USG (Ultrasonography)  dapat memberikan informasi mengenai
pembesaran hati, gambaran jaringan hati secara umum, atau ada
tidaknya sumbatan saluran empedu
o Pemeriksaan virology  untuk mengukur jumlah VHB DNA serum
yang sangat penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi
virus.
o Pemeriksaan Histologi ( Biopsi hati)  untuk menilai tingkat
kerusakan hati dan menentukan manajemen anti viral

i) PENATALAKSANAAN MEDIS
 Interferon alfa merupakan protein alami yang disintesis oleh sel-sel system
imun tubuh sebagai respon terhadap adanya inducer (virus, bakteri, parasite
atau sel kanker ). Fungsinya sendiri digunakan untuk memberikan perbaikan
parameter biokimia dan kerusakan sel-sel hati pada sekitar 25-50% pasien.
Efek samping :
o Gejala flu
o Pasien mengeluh demam
o Mengggil
o Nyeri kepala
o Nyeri otot dan sendi
 Lamivudin merupakan antivirus jenis nukleotida yang menghambat enzi
reserve transcriptase yang diperlukan dalam pembentukan DNA. Fungsinya
digunakan untuk meredakan peradangan hati, mengurangi jumlah virus
hepatitis B pada tubuh penderita
Efek samping :
o Gangguan saluran pencernaan
o Nyeri perut
o Sakit kepala
o Demam
o Kulit kemerahan
o Pembesaran hati

33
 Entecavir berfungsi menghambat enzim polymerase yang dibutuhkan untuk
sintesis DNA virus. Digunakan juga untuk terapi infeksi hepatitis B kronis
pada pasien yang menunjukkan tanda-tanda kerusakan jaringan hati.
Efek samping :
o Mengantuk
o Nyeri pada ulu hati
o Nyeri kepala
o Diare

j) PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
 Lakukan tirah baring
Penderita sebaiknya tirah baring dan tidak bekerja saat mengalami fase akut.
Umumnya, penderita akan merasa lebih baik jika membatasi aktivitas
hariannya. Prinsipnya, istirahat akan menjamin tubuh melakukan pemulihan
sel-sel yang rusak
 Pilihan minuman, makanan, dan obat yang tepat
Perawat memberitahukan kepada pasien untuk menghidari alcohol dan
obat-obatan yang dapat membebani atau merusak hati. Perawat juga
mengedukasi kepada pasien terkait makanan yang dikonsumsi sebaiknya
cukup kalori dan protein. Pada penderita hepatitis B dengan gangguan mual
dan muntah yang hebat dan terus-menerus maka dapat diberikan makanan
dalam bentuk cairan infus.
 Perlu dilakukan imunisasi pada pasangan seksual
 Perlunya penggunaan kondom selama berhubungan seksual dengan
pasangan yang belum diimunisasi
 Tidak diperbolehkan bertukar sikat gigi ataupun pisau cukur
 Menutup luka yang terbuka agar darah tidak kontak dengan orang lain
 Sterilisasi alat sebelum melakukan tindakan invasive dan mencuci tangan
sebelum menangani penderita

34
 Gonorea
a) Definisi
Penyakit gonore adalah penyakit seksual yang sering terjadi. Penyebabnya
adalah bakteri Neisseria gonorrhoeae (Diplococcus gram negatif) yang bersifat
purulen dan menyerang permukaan mukosa manapun di tubuh manusia.

b) Epidemiologi
Gonore adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Pada tahun
1964 WHO memperkirakan terjadi 65 juta kasus baru gonore setiap tahunnya di
dunia. Sampai dengan tahun 1972 terjadi peningkatan 17,5% pada populasi di
dunia. Di Amerika Serikat terjadi peningkatan yang mencapai puncaknya pada
tahun 1975 yaitu antara 473 per 100.000 penduduk pertahun, kemudian
menurun 342 per 100.000 penduduk pada tahun 1987. Pada tahun 2010, total
309.341 kasus gonore dilaporkan terjadi dengan rate 100,8 per 100.000
penduduk, terjadi peningkatan 2,9% dari tahun 2009 namun secara keseluruhan
terjadi penurunan 15,8% selama periode 2006-2010

Tahun 2009, 29.202 kasus gonore telah dilaporkan dari 28 negara anggota Uni
Eropa dengan rate 9,7 per 100.000 penduduk. Insiden gonore yang dilaporkan
tiga kali lebih banyak pada laki-laki daripada wanita, dengan rate 15,9 per
100.000 penduduk pada laki-laki dan 6,3 per 100.000 penduduk wanita. 44%
dari kasus gonore terdiagnosis pada orang dengan umur antara 15 dan 25 tahun.
Dari semua kasus gonore dilaporkan di tahun 2009, 24% kasus terjadi pada pria
melakukan seks dengan pria. Jika dibandingkan dengan tahun 2008 terjadi
peningkatan kasus di Denmark, Islandia, Portugal dan sedikit penurunan kasus di
10 negara lainnya.

c) Etiologi
Gonore merupakan infeksi mukosa pada epitel koumnar yang ditularkan melelui
hubungan seksual dan disebabkan oleh neisseria gonorrhoaeae. Secara
morfologik gonococcus ini terdiri atas 4 tipe,yaitu: tipe 1 dan 2 yang mempunyai
pili yang bersifat virulen,serta tipe 3 dan 4 tidak mempunyai pili dan bersifat non
virulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan menimbulkan reaksi radang.

d) Factor resiko

- Berganti-ganti pasangan
- mempunyai mitra seksual yang sudah terinfeksi penyakit ini.
- Tidak mengguanakan kondom pada saat berhubungan seksual

35
e) Patofisiolgi
Faktor : bakteri
Faktor berganti-ganti PMS Disebabkan neiseria gonorrhea
pasangan (konokokus)

Gonokokus menempel ke
Menular melalui dalam sel epitel melalui vili
hubungan seksual yang ada dipermukaan
(genitor-genital, bakteri
orogenital, anogenital)

serum Gonokokus Wanita : kelenjar skene, Laki-laki : prostat, vas


terpajan ke batholini, endometrium, deferens, vesikula
komplemen system imun tuba falopi, ovarium seminalis, epididimis,
testis
IgA Difagositosis
oleh neutrofil
Mengganggu fungsi Mengganggu fungsi
genetalia : genetalia :
Menyerang dengan mudah jika
gonokokus virulen yang mengandung BAK sakit, anus gatal Cairan penis abnormal,
vili, protein, membrane bagian luar nyeri terjadi sering BAK dan terasa
lipopolisakarida, protease IgA perdarahan, cairan sakit, anus gatal nyeri
vagina dan terjadi
abnormal(setelah perdarahan.
koitus/selama haid),
Berkembang dan kelamin terasa gatal,
menginduksi perut bag bawah terasa
reaksi radang sakit, hubungan koitus
leukositer terasa sakit.

Melekat secara langsung

Menginfeksi uretra,
endoserviks, saluran anus,
konjungtiva dan faring

Infeksi
meluas

36
f) Manifestasi klinis
a. Pada wanita
o Sering buang air kecil dan sakit
o Anus gatal, nyeri dan terjadi pendarahan
o Cairan vagina abnormal
o Pendarahan vagina abnormal selama atau setelah berhubungan seks
atau antara periode haid
o Alat kelamin terasa gatal
o Perdarahan haid tidak teratur
o Perut bagian bawah terasa sakit
o Hubungan seksual terasa menyakitkan

b. Pada pria
o Cairan penis abnormal
o Sering buang air kecil dan sakit
o Anus gatal, nyeri dan terjadi pendarahan

g) Komplikasi
a. Kompliasi pada pria
o Tysonitis :
Kelenjar tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi
biasanya terjadi paada penderita dengan preputium yang sangat
panjang dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat
berdasarkan ditemukan butir pus atau pembengkakan pada daerah
frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan timbul abses
dan merupakan sumber infeksi laten.

o Paraureritis
Sering pada orang dengan orifisium eksternum yang terbuka atau
hipospadi. Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada
kedua muara parauretra.

o Litritis
Tidak ada gejala khusus hanya pada urin ditemukan benang –
benang atau butir – butir. Bila salah satu saluran tersumbat, dapat
terhjadi abses folikular. Didiagnosis dengan uretroskopi.

o Cowpreritis
Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah perineum
disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi dan
disuria.

o Prostatitis
Prostatitis akut ditndai dengan perasaan tidak enak didaerah
perineum dan suprapubis , malese, demam , nyeri kencing sampai

37
hamaturi, spasme otot uretra sehingga terjadi retensi
urin,tenesmus ani, sulit buang air besar dan obstipasi.

o Vesikulitis
Gejala subyektif merupakan gejaka protatis akut. Pada pemeriksaan
melalui rectum dapat diraba vesikula seminalis yang membengkak
dan keras seperti sosis,memanjang seperti prostat.

o Vas deferentitis
Gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah
pada sisi yang sama

o Epididimitis
Epididimitis akut biasanya unilateral dan setiap epididimitis
biasanya disertai deferntitis. Keadaan yang mempermudah
timbulnya epididimitis adalah trauma pada uretra posterior yang
disebaklan oleh salah penanganan atau kelalaian penderita sendiri.
Faktor yang mempengaruhi keadaan ini antara lain irigasi yang
terlalu sering dilakukan, cairan irigator terlalu panas atau pekat ,
instrumentasi yang kasar atau aktivitas seksual yang berlebihan.
Epididimitis dan alur spermatika membengkak dan teraba panas,
juga testis sehingga menyerupai hidrokel sekunder.

o Trigonitis
Trigonitis menimbulkan gejala poliuria, disuria terminal dan
hematuria
b. Komplikasi pada wanita
o Uretritis
Biasanya gejala ringan atau tanpa gejala, fluor sedikit. Gejala utama
ialah disuria, kadang kadang poliuria. Pada pemeriksaan orifisium
uretra ekstrnum tampak merah , edematosa dan ada sekret
mukopurulen.
o Servisitis
Biasanya gejala ringan , dapat asymptomatis. Pada pemeriksaan
tampak serviks merah dengan erosi dan sekret mukupurulen
o Parauretritis
Penyumbatan saluran kencing
o Bartholitis
Labium mayora pada sisi yang terkena membengkak , merah dan
nyeri tekan. Kelenjar bartholini membengkak dan nyeri sekali bila
penderita berjalan dan penderita sukar untuk duduk. Bila saluran
kelenjar tersumbat dapat timbul abses dan dapat pecah melalui
mukosa kulit

h) Pemeriksaan diagnostic
- Pemeriksaan Gram dengan menggunakan sediaan langsung dari duh uretra
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi terutama pada duh uretra

38
pria, sedangkan duh endoserviks memiliki sensitivitas yang tidak begitu
tinggi.
- Pemeriksaan ini akan menunjukkan N.gonorrhoeae yang merupakan bakteri
gram negatif dan dapat ditemukan baik di dalam maupun luar sel leukosit.
- Kultur untuk bakteri N.gonorrhoeae umumnya dilakukan pada media
pertumbuhan Thayer-Martin yang mengandung vankomisin untuk menekan
pertumbuhan kuman gram positif dan kolimestat untuk menekan
pertumbuhan bakteri negatif-gram dan nistatin untuk menekan
pertumbuhan jamur. Pemeriksaan kultur ini merupakan pemeriksaan dengan
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, sehingga sangat dianjurkan dilakukan
terutama pada pasien wanita.
- Tes defenitif: dimana pada tes oksidasi akan ditemukan semua Neisseria
akan mengoksidasi dan mengubah warna koloni yang semula bening
menjadi merah muda hingga merah lembayung. Sedangkan dengan tes
fermentasi dapat dibedakan N.gonorrhoeae yang hanya dapat meragikan
glukosa saja.
o Tes beta-laktamase: tes ini menggunakan cefinase TM disc dan akan
tampak perubahan warna koloni dari kuning menjadi merah.
o Tes Thomson: tes ini dilakukan dengan menampung urine setelah
bangun pagi ke dalam 2 gelas dan tidak boleh menahan kencing dari
gelas pertama ke gelas kedua.
o Hasil dinyatakan positif jika gelas pertama tampak keruh sedangkan
gelas kedua tampak jernih

i) Penatalaksanaan medis
1. Medikamentosa

 Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap


penicilin, banyak ‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin,
amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan.
 Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1
gr probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan
pengobatan yang memadai.
 Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan
penderita yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4
gr untuk wanita.
 Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan
meningitis gonokokus.

2. Non-medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:

 Bahaya penyakit menular seksual

39
 Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
 Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks
tetapnya
 Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika
tidak dapat dihindari.
 Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan dating

 Herpes genital
a) Definisi

Herpes Genetalis adalah penyakit virus yang sangat menular yang disebarkan
melalui kontak fisik intim atau kontak seksual dan disebabkan oleh virus herpes
simpleks (HSV) yang mana dapat menyebabkan ulserasi pada area genetal.
Infeksi ini akan ada sepanjang hidup yang berfek pada daerah vulva, meliputi
kulitm anus dan serviks pada wanita dan pada pria pada penis dan sekitar kulit

b) Epidemiologi

Berdasarkan jurnal tahun 2010 oleh Gilbert dkk Prevalensi genetal herpes pada
tahun 2006 hingga 2009 oleh studi analisis American CollageHealth Association’s
di Amerika adalah 10.6% pada umur sekitar 20 hingga 29 tahun dan lebih dari
90% pasien tidak menyadari akan penyakit ini, hassilnya dijumpai 18,4% pada
wanita dan 7.1% pada pria.

c) Etiologi

Terdapat dua jenis HSV, dan keduanya dapat menginfeksi kulit dan selaput lender

- HSV-1, yang biasanya menyebabkan herpes simpleks


- HSV-2 , yang menginfeksi area genitalia
d) Manifestasi Klinis

Pada Episode pertama

o Nyeri
o Rasa tersengat
o Terbakar
o Gatal di sekitar vulva, dalam dan luar bibir vagina
o Adanya gelembung putih berisi air yang sangat nyeri
o Dapat sembuh setelah 2 hingga 3 minggu

Episode berulang

o Virus bersembunyi di akar saraf


o Kembali kambuhan dengan rasa yang sama seperti episode pertama

e) Patofisiologi

40
f) Pemeriksaan Diagnostik
- Tes Tzanck yang diwarnai dengan pengecatan Giemsa atau Wright, akan
terlihat sel raksasa berinti banyak. Sensitivitas dan soesifisitas pemeriksaan
ini umumnya rendah
- Pemeriksaan langsung dengan mikroskop electron, hasilnya sudah dapat
dilihat dalam waktu 2 jam, tetapi tidak spesifik karena dengan teknik ini
kelompok virus herpes tidak dapat dibedakan
- Kultur jaringan, paling sensitive dan spesifik dibandingkan cara-cara lainnya.
Bila titer virus dalam specimen cukup tinggi, maka hasil positif dapat dilihat
dalam jangka waktu 24-48 jam. Pertumbuhan virus dalam sel ditunjukkan
dengan terjadinya granulasi sitoplasmik dan sel raksasa berinti banyak.
Namun cara ini memiliki kekurangan dalam lamanya waktu pemeriksaan dan
biaya yang mahal
- Pemeriksaan imunoperoksidase tak langsung dan imunofloresensi langsung
memakai antibody poliklinal memberikan kemungkinan hasil positif palsu
dan negative palsu. Dengan memakai antibody monoklal pada pemeriksaan
imunofluoresensi, dapat ditentukan tipe virus. Pemeriksaan imunofluoresen
memerlukan tenaga yang terlatih dan mikroskop khusus. Pemeriksaan

41
antbodi monoclonal dengan cara mikroskopik imunofluoreses tak langsung
dari kerokan lesi, sensitivitasnya sebesar 78-88%
- Pemeriksaan dengan ELISA adalah pemeriksaan untuk menentukan adanya
antigen HSV. Pemeriksaan ini sensitivitasnya sebesar 95% dan sangat
spesifik, tetapi dapat berkurang jika specimen tidak segera diperiksa. Tes ini
memerlukan waktu selama 4.5 jam
g) Penatalksanaan

Sampai sekarang belum ada obat yang dapat mengatasi herpes genetalis secara
keseluruhan, namun perlu diperhatikan, seperti :

- Menjaga kebersihan local


- Menghindari trauma atau faktor pencetus

Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara local sebesar 5%


sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan
ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya pasien akan merasakan rasa
nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi.

Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan akan
memberikan anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah
terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes oada
partner seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah :

- Asiklovir (zovirus)

Pada infeksi HVS genitalis orimer, asiklovir intravena (5mg/kg BB/ 8 jam selama 5
hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari selama 10-14 hari) dan asiklovir topical 5%
dalam salf propilen glikol) dapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus
serta mempercepat kesembuhan.

- Famsiklovir

Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat


replikasi HSV 1 dan HSV 2. Sama dengan asiklovir, pensiklovir memerlukan
timidin kinasse virus untuk fosforilase menjadi monofasfat dan sering terjadi
resistensi silang dengan asiklovir. Waktu paruh intarsel pensiklovir lebih panjang
daripada asiklovir kurang dari 10 jam sehingga memiliki potensi pemberian dosis
satu kali sehari. Absorbs peroral 70% dan dimetabolisme dengan menjadi
pensiklobir. Obat ini di metabolism dengan baik.

- Valasiklovir

Adalah suatu ester dari asiklovir yang secara tepat dan hampir lengkap berubah
menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavabilitas asiklovir
sampai 54%. Oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar
obar dalam darah yang sama dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg
telah dibandingkan dengan asiklovir 200 mg 5 kali seharo selama 20 hari untuk
terapi herpes genitalis episode awal.

2.7 Pemeriksan Diagnostik

42
- Pengambilan spesimen
- Pemeriksaan bimanual
- Pemeriksaan anoskopi
- Tes darah
- Tes Urin
2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien IMS yang efektif berdasarkan jenis infeksi yang terjadi, pengobatan
antimikroba untuk memperoleh kesembuhan dan menurunkan tingkat penularan. Selain itu
diperlukan monitoring dan penanganan untuk mencapai derajat kesehatan reproduksi yang
baik.
Komponen penatalaksanaan IMS meliputi:
1. Anamnesis tentang riwayat infeksi/ penyakit,
2. Pemeriksaan fisik dan pengambilan spesimen/bahan pemeriksaan,
3. Diagnosis yang tepat,
4. Pengobatan yang efektif,
5. Nasehat yang berkaitan dengan perilaku seksual,
6. Penyediaan kondom dan anjuran pemakaiannya,
7. Penatalaksanaan mitra seksual,
8. Pencatatan dan pelaporan kasus, dan
9. Tindak lanjut klinis secara tepat.

43
BAB III
KESIMPULAN

Penyakit menular sexual atau yang biasa di singkat PMS adalah penyakit yang menyebar
terutama melalui kontak atau hubungan sexual , dimana salah satu pasangan menularkan suatu
organisme baik itu virus atau bakteri sebgai penyebab penyakit ke pasangannya misalnya saat
berhubungan seks baik secra oral, vaginal, anal dan lainnya. Akan tetapi tidak semua penyekit
menular seksual ini mempengaruhi organ-organ seks. (Katrina Smith, 2005). Penyakit menular sexual
ini banyak jenisnya yang diatas sudah di jelaskan mulai definisi sampai penata lakssanaan medisnya.
Macam penyakitnya di antaranya adalah HIV/AIDS, gonorrhea, trikomoniasis vaginalis, kondiloma
akuminta, sifilis, klamidiasis, hepatitis B, herpes genitalia dan scabies. Di ats merupakan penyakit
yang dapat di tularkan melalui hubungna seksual.

44
DAFTAR PUSTAKA

Benson Ralph, Penoll Martin. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:EGC
Manuaba I.A Chandranita, Manuaba I. B Gde, Manuaba I. B., 2009. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta:EGC
Timmreck Thomas.2005. Epidemiologi Suatu Pengantar. Jakarta:EGC
Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual 2011. Kementerian Kesehatan RI 2011
daedi.com.penyakit-menular-seksual (diakses tanggal 9 Desember 14 Pkl 15:50 WIB)

Muninjaya,A.A.gede.1999.AIDS di Indonesia : masalah dan kebijakan


penanggulangannya.jakarta;EGC

Kurniawati,dian.dkk.2007.Asuhan keperawatan pada pasien Terinfeksi HIV/AIDS .jakarta;salemba


medika

Kee,joyee L. 1996.Farmakologi : pendekatan proses keperawatan.jakarta;EGC

Brasher,valentina L .2007. aplikasi klinis patofisiologi : pemeriksaan & manajemen.jakarta ;EGC

Baughman,Diane C.2000.keperawatan medikal bedah.jakarta;EGC

Manuaba, Ida Bagus, Gde, penuntun kepanitraan klinik obstetri dan ginekologi –Ed.2 Jakarta EGC,
2003

Davey, Patrick, at glance medicine penerbit erlangga, 2006

Manuaba, Ida Bagus Gde ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan, Jakarta: ECG , 1998

Sumber :Department of Obstetrics and Gynecology, Jefferson Medical College, Thomas Jefferson
University, Philadelphia, PA 19107.

American Journal of Obstetrics and Gynecology (Volume 165, Issue 4, Part 2, October 1991, Pages
1168–1176)

Wheeler Linda, 2003. Buku Saku Perawatan Pranatal dan PascaPartum. Jakarta : EGC

Marlene, Rebecca, Kathryn . Woman and Health second edition . AP

Behram, Kliegman, Arvin , 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 2 Edisi 15.

Jakarta : EGC

Otto E. Shirley, 2003. Buku Saku keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC

45
Morgan Geri, Hamilton Carole, 2009. Panduan Praktik Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta : EGC

Coffin, LS; Newberry, A, Hagan, H, Cleland, CM, Des Jarlais, DC, Perlman, DC (January 2010).
"Syphilis in Drug Users in Low and Middle Income Countries". The International journal on drug
policy

Hayes, C peter dkk. 1997. Buku Saku Diagnosis dan Terapi. Jakarta: EGC

Heffner, J Linda dkk.2005. At a Glance Sistem Reproduksi edisi kedua.EMS

Morgan,geri dkk.2003. Obsetri & Ginekologi panduan praktik.Jakarta: EGC

Furqonita, Deswaty. 2006. Seri IPA Biologi SMP Kelas IX. Quadra

Wahab, A samik.2000.Ilmu Kesehatan Anak vol 2. Jakarta: EGC

Tambayong, jan.2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta : EGC

Yudarsono. 1987. Infeksi Chlamydia pada Genitalia. Bali: Kursus Penyegar Penyakit Seksual PADVI.

Geri morgan DKK. Obstetric & ginekologi : panduan praktik ed.2. 2003. Jakarta. EGC

(Behrman, 2009). Tambayong, Jan.,1999. Patofisiologi untuk keperawatan.Jakarta.EGC

(Fahmi Daili, Syaiful. 2005. Infeksi Menular Seksual. Jakarta : FK UI.)

(European Centre for disease prevention and control (ECDC).2011. sexually transmitted
infections in Europe 1990-2009 Stockholm :ECDC)

(Centers for disease control and prevention.2011. sexually transmitted disease surveillance 2010.
Atlanta : U.S. Departemen of Health and Human Services )

(daily.,DKK. 2003. Penyakit menular seksual. Jakarta : balai penerbit FKUI)

Wurie,IM, Wurie, AT, Gevao,SM. Sero-prevalence of Hepatitis B virus among middle to high-socio
economic antenatal population in Sierra Leone. WAJM Vol 24 No.1, January – March, 2005
Chin J, Kandun IN, Manual Pemberantasan Penyakit Menular, Ed17 tahun 2000
pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Pedoman%20Hepatitis%20OK.pdf
Brashers, Valentina L. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan & Manajemen ed.2 .
Jakarta : EGC
Sari, Wening. 2008. Care Your Self : Hepatitis. Jakarta : Penebar Plus
Davey, Patrick. 2006. Medicine At a Glance. Jakarta : Erlangga
Judge, Dianne. 2004. Genital Herpes : What Women Should Know. United State : Journal Watch.
Women’s Health

46
Gilbert, Levandowski, et al. 2010. Characteristics Associated Wih Genital Herpes Testing Among
Young Adults : Assesing Factors From Two National Data Sets. USA : Journal of American Collage
Health

Brooker, Crish. 2009. Ensiklopera Keperawatan. Jakarta: EGC

Gupta, Rachna. 2007. Genital Herpes. USA : The Lancet

47

Anda mungkin juga menyukai